IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Kondisi Geografis dan Administratif 4.1.1 Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Bogor merupakan salah satu wilayah di Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan DKI Jakarta yang secara geografis terletak antara 6’19° - 6’47° lintang selatan dan 106° 1'-107° 103' bujur timur, dengan luas sekitar 2.301,95 km2. Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Bogor adalah seperti pada Gambar 4. a) Sebelah utara : Kota Depok b) Sebelah barat : Kabupaten Lebak c) Sebelah barat daya : Kabupaten Tangerang d) Sebelah timur : Kabupaten Purwakarta e) Sebelah timur laut : Kabupaten Bekasi f) : Kabupaten Sukabumi Sebelah selatan g) Sebelah tenggara : Kabupaten Cianjur Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan 428 desa/kelurahan. Hampir sebagian besar desa di Kabupaten Bogor sudah terklasifikasi sebagai desa swakarya yakni 237 desa dan 191 desa merupakan desa swasembada, Kabupaten Bogor tidak memiliki desa swadaya. Gambar. 4 Peta Lokasi Kabupaten Bogor 39 Dari 40 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Bogor ada dua kecamatan yang di jadikan sebagai lokasi kajian yaitu Kecamatan Pamijahan dan Kecamatan Leuwiliang. Kedua kecamatan ini merupakan kecamatan yang berbatasan antara keduanya. Adapun secara batas-batas wilayah kedua kecamatan tersebut adalah sebagai berikut : Batas-batas wilayah Kecamatan Pamijahan : a) Sebelah utara : Kecamatan Leuwiliang dan Cibungbulang b) Sebelah barat : Kecamatan Leuwiliang dan Nanggung c) Sebelah timur : Kecamatan Tenjolaya d) Sebelah selatan : Kabupaten Sukabumi Batas-batas Kecamatan Leuwiliang : 4.1.2 Sebelah utara : Kecamatan Cibungbulang Sebelah barat : Kecamatan Leuwisadeng dan Nanggung Sebelah timur : Kecamatan Ciampea Sebelah selatan : Kecamatan Pamijahan Keadaan Alam Kabupaten Bogor Kabupaten Bogor merupakan daerah yang identik dengan sektor pertanian. Topografi wilayah Kabupaten Bogor sangat bervariasi, yaitu berupa daerah pegunungan di bagian selatan hingga daerah dataran rendah di sebelah utara, daerah dataran rendah industri di sebelah timur dan daerah pegunungan, perkebunan dan pertanian di sebelah barat. Fungsi lahan di Kabupaten Bogor tidak hanya di jadikan sebagai pemukiman dan industri, tetapi juga masih banyak potensi lahan yang digunakan untuk pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Umumnya struktur tanah di wilayah Kabupaten Bogor terdiri dari tanah regosol dan tanah latosol dengan curah hujan antara 2500 sampai 5000 mm per tahun. Di Kabupaten Bogor terdapat enam Daerah Aliran Sungai (DAS) besar yang memiliki cabang-cabang yang sangat banyak hingga 339 cabang, yaitu meliputi Daerah Aliran Sungai Cisadane, DAS Ciliwung, DAS Cidurian, DAS Cimanceuri, DAS Angke dan DAS Citarum. 40 4.1.3 Kondisi Pemerintahan Kabupaten Bogor Pemerintahan Kabupaten Bogor di pimpin oleh seorang Bupati dengan dibantu oleh seorang Wakil Bupati. Bupati sebagai kepala daerah dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh perangkat daerah yang di pimpin oleh sekretaris daerah yang bertanggungjawab secara langsung kepada Bupati. Dinas-dinas merupakan unsur pelaksana pemerintahan Kabupaten Bogor yang di pimpin oleh seorang kepala dinas yang bertanggungjawab kepada Bupati melalui sekretaris daerah. Lembaga teknis daerah merupakan unsur pelaksana tugas tertentu yang karena sifatnya tidak tercakup oleh sekretaris daerah dan dinas daerah. Kabupaten Bogor terdiri dari 40 kecamatan dan 428 desa/kelurahan, yang terdiri dari 411 desa dan 17 kelurahan, 3639 RW dan 14.403 RT. 4.2 Keadaan Penduduk Kabupaten Bogor 4.2.1 Jumlah Penduduk dan Penduduk Miskin Jumlah penduduk Kabupaten Bogor berdasarkan hasil sensus daerah tahun 2006 adalah sebanyak 4.215.585 jiwa, sementara jumlah penduduk miskinnya mencapai 24,15% atau mencapai 1.026.789 jiwa. Jumlah penduduk ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan jumlah penduduk pada tahun 2005 yang berjumlah 4.100.934 jiwa, berarti pada tahun 2006 terjadi penambahan jumlah penduduk sebanyak 114.651 jiwa atau laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 mencapai 2,80%. Apabila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk Jawa Barat yang mencapai 1,94% maka laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Bogor relatif tinggi. Kecamatan yang paling banyak jumlah penduduknya adalah Kecamatan Cibinong dengan jumlah penduduk 270.057 jiwa sedangkan kecamatan yang jumlah penduduknya paling sedikit adalah Kecamatan Cariu dengan jumlah penduduk 45.921 jiwa. Kecamatan dengan jumlah penduduk miskin terbanyak yaitu Kecamatan Pamijahan dengan jumlah penduduk miskin 64.651 jiwa, Kecamatan Cibungbulang dengan jumlah penduduk miskin 58.039 jiwa dan Kecamatan Leuwiliang dengan jumlah penduduk miskin 54.719 jiwa. Secara persentase, kecamatan yang jumlah penduduk miskin terbesar yaitu Kecamatan Leuwisadeng sebesar 60,27% hanya saja jumlah penduduk miskinnya sedikit yaitu 42.566 jiwa. Kecamatan dengan laju pertumbuhan tertinggi adalah Kecamatan Bojonggede (22,19%), sementara yang terendah adalah Kecamatan 41 Cariu (-9,63%). Lengkapnya untuk jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin dapat dilihat pada Tabel. 7 Tabel. 7 Jumlah Penduduk dan Jumlah Penduduk Miskin di Kabupaten Bogor tahun 2006 No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Dominasi (%) (Xi/{X*100) Jumlah Penduduk Miskin Dominasi (%) (Xi/{X*100) Persentase Penduduk Miskin (%) 1 Nanggung 81.425 1,93 26.993 2,33 33,15 2 Leuwiliang 111.705 2,65 54.719 4,73 48,99 3 Leuwisadeng 70.631 1,68 42.566 3,68 60,27 4 Pamijahan 134.865 3,20 64.651 5,59 47,94 5 Cibungbulang 123.879 2,94 58.039 5,01 46,85 6 Ciampea 139.98 3,32 42.276 3,65 30,20 7 Tenjolaya 53.583 1,27 24.359 2,10 45,46 8 Dramaga 91.279 2,17 37.020 3,20 40,56 9 Ciomas 127.087 3,01 24.156 2,09 19,01 10 Tamansari 84.332 2,00 23.829 2,06 28,26 11 Cijeruk 74.607 1,77 28.937 2,50 38,79 12 Cigombong 84.195 2,00 27.856 2,41 33,09 13 Caringin 111.603 2,65 33.974 2,94 30,44 14 Ciawi 93.442 2,22 28.347 2,45 30,34 15 Cisarua 105.02 2,49 22.626 1,95 21,54 16 Megamendung 92.796 2,20 19.135 1,65 20,62 17 Sukaraja 147.595 3,50 28.095 2,43 19,04 18 Babakan Madang 76.278 1,81 19.014 1,64 24,93 19 Sukamakmur 74.490 1,77 29.940 2,59 40,19 20 Cariu 45.921 1,09 11.929 1,03 25,98 21 Tanjungsari 49.165 1,17 15.368 1,33 31,26 22 Jonggol 110.889 2,63 26.834 2,32 24,20 23 Cileungsi 178.931 4,24 18.322 1,58 10,24 24 Klapanunggal 77.568 1,84 15.927 1,38 20,53 25 Gunung Putri 204.454 4,85 11.500 0,99 5,62 42 Lanjutan Tabel. 7 No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Dominasi (%) (Xi/{X*100) Jumlah Penduduk Miskin Dominasi (%) (Xi/{X*100) Persentase Penduduk Miskin (%) 26 Citeureup 170.489 4,04 24.741 2,14 14,51 27 Cibinong 270.057 6,41 22.667 1,96 8,39 28 Bojong Gede 192.792 4,57 20.976 1,81 10,88 29 Tajur haling 84.815 2,01 12.455 1,08 14,68 30 Kemang 81.459 1,93 17.446 1,51 21,42 31 Rancabungur 48.058 1,14 12.604 1,09 26,23 32 Parung 97.822 2,32 14.136 1,22 14,45 33 Ciseeng 83.703 1,99 17.694 1,53 21,14 34 Gunung sindur 82.940 1,97 17.058 1,47 20,57 35 Rumpin 126.113 2,99 24.221 2,09 19,21 36 Cigudeug 115.150 2,73 25.883 2,24 22,48 37 Sukajaya 57.937 1,37 17.104 1,48 29,52 38 Jasinga 93.575 2,22 29.631 2,56 31,67 39 Tenjo 64.104 1,52 15.692 1,36 24,48 40 Parungpanjang 100.851 2,39 18.159 1,57 18,01 Jumlah 4.215.585 1.026.879 24,15 Sumber : Bappeda Kabupaten Bogor (2006) Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa kemiskinan masih banyak terjadi di Kabupaten Bogor. hal ini disebabkan oleh luasnya wilayah Kabupaten Bogor yang menjadi wilayah tertinggal dan juga jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Hal ini menjadi permasalahan bagi pemerintah daerah Kabupaten Bogor. Kemiskinan juga terjadi karena akses masyarakat kepada sarana dan prasarana yang terdapat di Kabupaten Bogor sangat terbatas. Jumlah penduduk dan jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor dapat dilihat juga dari jumlah kepala keluarga dan jumlah rumah tangga miskin yang dapat dilihat pada Tabel 8. 43 Tabel. 8 Jumlah Keluarga Miskin di Kabupaten Bogor tahun 2006 No Kecamatan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Nanggung Leuwiliang Leuwisadeng Pamijahan Cibungbulang Ciampea Tenjolaya Dramaga Ciomas Tamansari Cijeruk Cigombong Caringin Ciawi Cisarua Megamendung Sukaraja Babakan Madang Sukamakmur Cariu Tanjungsari Jonggol Cileungsi Klapanunggal Gunung Putri Citeureup Cibinong Bojong Gede Tajurhalang Kemang Rancabungur Parung Ciseeng Gunung Sindur Rumpin Cigudeug Sukajaya Jasinga Tenjo Parung Panjang Jumlah 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 Jumlah KK 19.505 25.759 16.300 30.822 28.203 33.389 12.364 21.801 31.283 20.673 17.057 18.946 25.190 22.228 24.602 22.675 36.907 Jumlah Rumah Tangga (RTM) Miskin 6.784 13.849 8.725 13.382 9.744 8.537 5.081 7.469 6.047 6.025 7.252 7.002 8.536 7.135 5.705 4.840 7.059 17.847 4.806 26,93 18.318 13.903 13.694 31.127 49.843 21.235 56.445 43.819 71.226 45.993 21.641 20.481 11.734 23.663 19.185 20.297 27.820 24.706 13.435 20.612 14.363 32.810 1.041.900 4.626 4.151 5.061 9.096 6.180 5.266 2.895 8.502 7.551 6.994 4.159 5.769 4.164 4.670 5.852 5.644 8.009 8.579 5.628 9.713 5.176 5.973 274.636 25,25 29,86 36,96 29,22 12,40 24,80 5,13 19,40 10,60 15,21 19,22 28,17 35,49 19,74 30,50 27,81 28,79 34,72 41,89 47,12 36,04 18,20 26,36 Persentase (%) 34,78 53,76 53,53 43,42 34,55 25,57 41,10 34,26 19,33 29,14 42,52 36,96 33,89 32,10 23,19 21,35 19,13 Sumber : Bappeda (Hasil SUSDA Kabupaten Bogor, 2006) Dari Tabel. 8 dapat dilihat bahwa di kawasan Zona 2 Kabupaten Bogor khususnya bagian barat terlihat sekali bahwa kemiskinan menjadi sesuatu yang 44 tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Berdasarkan jumlah rumah tangga miskin, maka Kecamatan Leuwiliang dan Kecamatan Pamijahan merupakan dua kecamatan dengan jumlah rumah tangga miskin paling banyak yaitu masingmasing 13.849 KK (53,76%) dan 13.382 KK (43,42%) dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Sementara secara umum di Kabupaten Bogor, kecamatan dengan jumlah rumah tangga miskin terbesar terdapat di Kecamatan Leuwiliang sebesar 53,76% sedangkan kecamatan dengan jumlah rumah tangga miskin terkecil yaitu Kecamatan Gunung putri sebesar 5,13%. Dari data ini dapat dilihat bahwa Kabupaten Bogor bagian barat lebih miskin jika dibandingkan dengan Kabupaten Bogor dibagian timur. 4.2.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk Besarnya jumlah penduduk akan membawa implikasi tertentu pada sebuah wilayah utamanya terhadap persebaran dan densitas (kepadatan) penduduknya. pada tahun 2006 kepadatan penduduk yang tinggi berada di Kecamatan Ciomas, Bojong Gede dan Cibinong. Sedangkan kepadatan terendah adalah Kecamatan Tanjungsari dan Kecamatan Sukamakmur. Salah satu upaya dalam mengurangi tingginya densitas penduduk dan tingkat persebaran telah dilakukan pemerintah Kabupaten Bogor melalui program transmigrasi, baik itu transmigrasi umum, PIR, dan Non P1R. sebagai salah satu program yang telah berjalan adalah pada tahun 2005 telah diberangkatkan lebih dari 80 Kepala Keluarga ( > 792 jiwa) ke wilayah lain di Indonesia. 4.2.3 Struktur Penduduk Menurut Pekerjaan Partisipasi angkatan kerja merupakan perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk berumur 10 tahun lebih. Tahun 2005 tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Kabupaten Bogor untuk laki-laki 75,13 persen, perempuan 32,92 persen, dan secara total 54,67 persen. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 991.634 orang untuk laki-laki, 339.680 orang untuk perempuan dan 1.331.314 orang untuk total Kabupaten Bogor. Sedangkan jumlah pengangguran sebanyak 152.424 untuk laki-laki dan 131.618 untuk perempuan dari 284.042 untuk total Kabupaten Bogor. 45 Penduduk di Kabupaten Bogor banyak yang bekerja pada sektor pertanian. Hal ini sesuai dengan potensi alam yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor, bahwa sektor pertanian masih menjadi sektor yang paling banyak dalam menyerap tenaga kerja setelah sektor perdagangan. jika dibandingkan dengan sektor lain yang terdapat di Kabupaten Bogor, sektor pertanian memiliki urutan ke dua dalam menyerap tenaga kerja. Secara umum dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel. 9 Persentase Serapan Tenaga Kerja per Sektor Sektor Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri Listrik, gas dan air minum Konstruksi Perdagangan Angkutan dan komunikasi Keuangan Jasa-jasa Lainnya Total Jumlah Tenaga Kerja (orang) 326.260 27.840 319.575 4.383 75.509 357.147 110.701 37.777 320.848 34.424 1.614.464 Persentase 20,21 1,72 19,79 0,27 4,68 22,12 6,86 2,34 19,87 2,13 100 Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat (2007) Dari Tabel. 9 terlihat bahwa jumlah lapangan kerja yang ada di Kabupaten Bogor, sebesar 20,21% tenaga kerja bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian masih mampu menyerap tenaga kerja diatas sektor industri dan sektor jasa yang selama ini menjadi mata pencaharian banyak orang di wilayah lain. Walaupun secara kontribusi pada PDRB Kabupaten Bogor hanya 4,81% pada tahun 2007, tetapi serapan terhadap tenaga kerja masih sangat mempengaruhi penduduk untuk bekerja pada sektor pertanian. 4.3 Perekonomian Kabupaten Bogor Struktur perekonomian suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor ekonomi dalam menciptakan nilai tambah. Makin besar nilai tambah yang diraih oleh suatu sektor maka semakin besar peranan dalam perekonomian daerah tersebut. Berdasarkan distribusi PDRB atas harga berlaku menurut lapangan usaha, maka sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi terbesar ke tiga di Kabupaten Bogor setelah sektor industri 46 dan perdagangan. Dari tahun ke tahun kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Bogor cenderung meningkat, dari 4,67% pada tahun 2006 menjadi 4,81% pada tahun 2007. Secara umum kontribusi setiap sektor dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel. 10 Kontribusi setiap Sektor pada Perekonomian Kabupaten Bogor. Sektor Primer 1. pertanian 2. Pertambangan 2004 7,01 5,65 1,36 2005 6,13 5,03 1,10 2006 5,81 4,67 1,14 2007 5,96 4,81 1,15 Sekunder 3. Industri 4. LGA 5. Bangunan 70,50 63,73 3,63 3,14 70,56 64,13 3,28 3,15 70,79 64,30 3,27 3,23 70,32 63,72 3,27 3,33 Tersier 6. Perdagangan 7. Angkutan 8. Keuangan 9. Jasa-jasa PDRB 22,49 14,21 2,58 1,64 4,06 100,00 23,31 15,22 2,85 1,59 3,66 100,00 23,40 15,48 2,92 1,48 3,52 100,00 23,72 15,85 2,90 1,48 3,48 100,00 Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2007) Laju Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor pada sektor pertanian dari tahun 2004 sampai tahun 2007 juga meningkat dari 0,15% mejadi 4,63%. Untuk dapat mempertahankan kontribusi dan laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor khususnya pada sektor pertanian maka diperlukan kebijakan pemerintah yang memberikan perhatian kepada sektor pertanian sehingga dapat terus meningkatkan kontribusi dan laju pertumbuhan ekonominya. Secara umum laju pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 11. 47 Tabel. 11 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Sektor 1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri 4. LGA 5. Bangunan 6. Perdagangan 7. Angkutan 8. Keuangan 9. Jasa-jasa PDRB Kabupaten Bogor 2004 0,15 7,50 5,96 5,92 6,68 6,65 7,34 6,08 6,19 5,58 2005 2,95 10,11 5,91 7,23 5,12 8,13 7,30 6,39 4,25 5,85 2006 1,21 8,73 5,93 7,82 4,97 8,03 8,02 6,78 4,87 5,95 2007 4,63 4,56 5,34 8,02 6,55 8,38 9,32 7,63 5,45 6,04 Sumber : BPS Kabupaten Bogor (2007) Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bogor secara umum dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Pada tahun 2007 terlihat bahwa laju pertumbuhan ekonomi yang sangat tinggi terjadi pada sektor jasa angkutan (9,32%), perdagangan (8,38%) dan LGA (8,02%). Hal ini terjadi karena wilayah Kabupaten Bogor berdekatan dengan wilayah Ibu kota Jakarta, sehingga sebagian besar masyarakat Kabupaten Bogor bergerak pada sektor jasa dan perdagangan. Sementara pada sektor pertanian laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2007 sebesar 4,63%, namun demikian laju pertumbuhan ekonomi pada sektor pertanian dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. 4.4 Kondisi Mata Pencaharian Kabupaten Bogor merupakan suatu wilayah yang masih dikatakan sebagai wilayah agraris. Dilihat dari sumberdaya alam yang masih luas dengan lahan pertanian maka sudah seharusnya masyarakat memiliki mata pencaharian pada sektor pertanian. Berdsarkan pada hasil sensus daerag Kabupaten Bogor tahun 2006, dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja yang bekerja di masing-masing sektor di Kabupaten Bogor diketahui bahwa penduduk Kabupaten Bogor sebagian besar bekerja pada sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa-jasa, dengan persentase berturut-turut adalah 20.21%, 19.79%, 22.12%, dan 19.87%. Secara kontribusi terhadap PDRB Kabupaten Bogor memang tidak besar yang didapat dari sektor pertanian, namun tingkat penyerapan tenaga kerja dan jumlah masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian masih cukup banyak. Dari 48 1.614.464 jiwa jumlah tenaga kerja di Kabupaten Bogor, sebanyak 326.260 jiwa bekerja pada sektor pertanian. Hal ini menunjukan bahwa mata pencaharian sebagian besar masyarakat di Kabupaten Bogor masih menggantungkan diri pada sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian utama setelah perdagangan. 4.5 Kemiskinan di Kabupaten Bogor Penduduk di Kabupaten Bogor cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun berjalan seiring dengan perkembangan ekonomi daerah. Perkembangan jumlah penduduk miskin atau keluarga miskin memang mengalami penurunan tetapi penurunan angka kemiskinan di Kabupaten Bogor tidak signifikan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor mencapai 1.026.789 jiwa (susda, 2006). Berdasarkan data dari BPS Kabupaten Bogor 2008, jumlah penduduk miskin di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 sebanyak 1.017.879 jiwa atau sekitar 24,02% dari total jumlah penduduk Kabupaten Bogor yaitu 4.215.585 jiwa. Terjadi penurunan penduduk yang tidak signifikan di Kabupaten Bogor dari tahun 2006 ke tahun 2007. Adapun untuk jumlah keluarga miskin (KK/kepala keluarga) di Kabupaten Bogor pada tahun 2007 berdasarkan dari data tersebut adalah 274.636 KK atau 26,36% dari jumlah kepala keluarga. Besarnya jumlah penduduk miskin yang terjadi di Kabupaten Bogor ini, sangat ironis apabila dibandingkan dengan potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dimiliki. Sumberdaya alam yang dihasilkan oleh Kabupaten Bogor seperti potensi pertanian, peternakan, perikanan dan kehutanan masih cukup besar. Namun demikian tidak dapat dipungkiri bahwa memang kemiskinan masih terjadi. Kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor, banyak terjadi pada wilayah pedalaman, perdesaan, dan wilayah perbatasan dengan kabupaten lain seperti kabupaten Sukabumi. Kemiskinan juga lebih banyak terjadi pada wilayah pembangunan bogor barat yang identik dengan perdesaan dan identik dengan masyarakat petani. Oleh karenanya benar jika kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor itu identik dengan perdesaan dan kalangan petani. 49 4.6 Pendidikan dan Kesehatan Salah satu tugas dari pemerintahan termasuk pemerintah daerah adalah ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana tercantum dalam mukadimah pembukaan UUD 1945. Pendidikan merupakan sarana dalam rangka untuk mencapai kemajuan suatu bangsa, tanpa pendidikan sebuah bangsa akan tertinggal dan terbelakang. Berdasarkan dari data Susda tahun 2006, jumlah SD/MI baik negeri maupun swasta berjumlah 2.157 unit, SLTP sebanyak 471 unit dan SMA sebanyak 265 unit. Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas yang buta aksara di Kabupaten Bogor adalah 100.194 jiwa. Jumlah siswa putus sekolah (drop out) pada jenjang SD/MI sebanyak 3.959 orang, sementara yang lulus SD/MI sebanyak 80.745 orang tetapi tidak melanjutkan ke jenjang SLTP/MTS sebanyak 7.458 orang dan putus sekolah di SLTP/MTS sebanyak 7.037 orang. Sementara itu, pada jenjang SLTP/MTS terdapat 7.798 siswa yang putus sekolah (drop out) dan terancam DO pada jenjang SMA/SMK/MA terdapat 8.319 siswa putus sekolah (drop out) dan terancam DO. Pada kedua jenjang tersebut, siswa DO dan terancam DO belum tertangani seluruhnya sehingga mengakibatkan program wajar dikdas sembilan tahun belum terselesaikan dengan baik di Kabupaten Bogor. Angka Partisipasi Murni (APM) masyarakat terhadap sektor pendidikan belum merata pada setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bogor. APM masyarakat pada tingkat Sekolah Dasar (SD)/MI rata-rata baru mencapai 98,31% sedangkan APM masyarakat pada tingkat SLTP/MTS baru mencapai 69,78% dan APM pada tingkat SMA/SMK/MA rata-rata mencapai 29,82%. Sehingga belum semua penduduk usia wajib sekolah dapat mengikuti pendidikan formal sebagaimana ketentuan yang berlaku. Hal ini menunjukan bahwa partisipasi masyarakat untuk pendidikan masih rendah. Berbagai kendala terjadi pada masyarakat diantaranya adalah kesadaran yang masih rendah, kendala ekonomi dimana anak usia sekolah harus membantu orang tua di sawah dan penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah masih sangat kurang terhadap masyarakat. Pada tahun 2006, pembangunan sektor kesehatan di Kabupaten Bogor belum cukup menggembirakan. Hal ini terjadi karena berkaitan dari luas wilayah, sarana dan prasarana kesehatan yang belum memadai serta besarnya jumlah penduduk di Kabupaten Bogor. Pembangunan sarana dan prasarana sektor kesehatan belum 50 merata pada setiap kecamatan sehingga tidak cukup memadai untuk menampung jumlah orang miskin yang sakit. Dari 40 Kecamatan, 428 Desa Di Kabupaten Bogor hanya terdapat 3 rumah sakit pemerintah, 1 rumah sakit khusus, dan 4 rumah sakit swasta. Sedangkan jumlah puskesmas sebanyak 101puskesmas dan 63 puskesmas pembantu. Fasilitas tersebut ditunjang dengan jumlah dokter sebanyak 769 praktek dokter. Jika dilihat dari jumlah dokter yang tersedia sudah memadai namun sarana rumah sakit masih perlu di tingkatkan seiring dengan luas dan banyaknya jumlah penduduk. Pembangunan fasilitas kesehatan ini bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara mudah dan terjangkau oleh masyarakat desa, namun demikian masih terdapat kecamatan dan desa yang belum memiliki puskesmas dan menginduk pada kecamatan yang ada puskesmasnya. 4.7 Kultur Masyarakat dan Kelembagaan Kabupaten Bogor merupakan suatu wilayah yang masyarakatnya memiliki nilai budaya yang tinggi. Pelestarian dan pengembangan potensi budaya yang terdapat di Kabupaten Bogor perlu ditingkatkan. Banyak sekali nilai budaya yang perlu dijaga dan dikembangkan di Kabupaten Bogor. Salah satu kegiatan yang perlu dilaksanakan adalah penggalian potensi, inventarisasi kuantitas dan kualitas budaya yang terdapat di Kabupaten Bogor. Saat ini potensi budaya daerah Kabupaten Bogor yang terinventarisir berjumlah sekitar 108 potensi yang terdiri dari 43 makam keramat, 33 batu megalit, 27 benda cagar budaya dan 5 potensi yang bernilai tradisi budaya. Sementara yang telah mendapat penggalian lebih dalam berjumlah 14 potensi budaya. Potensi budaya yang ada di Kabupaten Bogor berpeluang besar untuk dijadikan daerah wisata yang dapat menghasilkan pendapatan penduduk dan mencerminkan nilai budaya masyarakat yang tinggi. Budaya masyarakat Kabupaten Bogor tidak dapat dipisahkan dari gamelan/ alat kesenian dan fasilitas kesenian. Sampai saat ini terdapat 98 buah jenis kesenian yang beraneka ragam dan menambah daya tarik wisatawan di Kabupaten Bogor. Di Kabupaten Bogor kesenian sejenis angklung, calung, menjadi alat musik tersendiri yang menarik untuk dikembangkan. Selain itu, kultur masyarakat Kabupaten Bogor merupakan sebuah kultur yang sedikit berbeda dengan daerah lain. Hal ini terjadi karena Kabupaten Bogor berdekatan 51 dengan daerah/ provinsi lain. Misalnya saja, kultur masyarakat di bagian barat Kabupaten Bogor yang berbatasan dengan Propinsi Banten (Kabupaten Lebak) masih sangat tradisional, sedikit kasar dari segi bahasa dan tinggal di perdesaan. Sementara kultur masyarakat di sebelah timur yang berbatasan dengan kota Jakarta, masyarakatnya lebih modern, bahasa yang digunakan lebih teratur dan tinggal di daerah perkotaan. Kelembagaan masyarakat di Kabupaten Bogor jumlahnya cukup banyak. Beberapa terdapat kelembagaan masyarakat yang mulai berani dan muncul menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat di Kabupaten Bogor. Misalnya saja, terdapat banyak kelompok tani di wilayah perdesaan, Lembaga Swadaya Masyarakat yang dikelola oleh Kesbanglinmas pemerintah Kabupaten Bogor yang berdiri dan eksis di wilayah perdesaan dan perkotaan, paguyuban-paguyuban yang merekatkan hubungan antar masyarakat, dan beberapa lembaga koperasi. Semua ini masih berkembang di Kabupaten Bogor. Potensi kelembagaan masyarakat yang terdapat di Kabupaten Bogor ini memang belum teroptimalkan dengan baik, bahkan banyak masyarakat yang belum mengetahui keberadaannya. Sehingga perlu menjadi perhatian dari pemerintah daerah adalah adanya sosialisasi dan peran pembinaan dan pemberdayaan yang terstruktur untuk mendukung program-program dari kelembagaan yang ada di masyarakat Kabupaten Bogor. 4.8 Potensi Pertanian Kabupaten Bogor 4.8.1 Potensi Sumberdaya Alam Pertanian Kabupaten Bogor memiliki potensi sumberdaya alam pertanian yang besar dan beragam, jika dikembangkan akan menjadi sebuah kekuatan untuk membangun masyarakat dalam rangka menanggulangi kemiskinan. Potensi sumberdaya alam pertanian yang tampak terlihat di Kabupaten Bogor amatlah banyak diantaranya potensi pertanian untuk pengembangan padi sawah, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Dari potensi yang ada dan memiliki berbagai keunggulan yang khas jika dimanfaatkan dan dikelola dengan profesional akan dapat membantu pemerintah dalam program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Bogor. Potensi ini dapat kita lihat pada luasan lahan pertanian di Kabupaten Bogor. Kabupaten Bogor memiliki luas lahan pertanian 52 sebesar 149.748 Ha, luasan ini masih lebih luas jika dibandingkan dengan luasan lahan di Kabupaten bogor untuk peruntukan yang lain seperti perikanan, perkebunan kehutanan dan lainnya. Secara umum dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel. 12 Potensi Sumberdaya Alam Pertanian di Kabupaten Bogor Potensi Pertanian Perkebunan Kehutanan Lainnya Luas (Ha) 149.748 29.857,89 108.033,69 29.462,43 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2006 4.8.2 Potensi sektor Perkebunan Sektor pertanian di Kabupaten Bogor ternyata tidak hanya terlihat pada banyaknya pesawahan yang ada, namun juga terlihat pada sub sektor perkebunan yang merupakan salah satu sub sektor yang memiliki potensi besar di Kabupaten Bogor. Sektor ini perlu perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman khususnya dalam pemanfaatan luas lahan yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor tahun 2008, potensi luas lahan perkebunan di Kabupaten Bogor masih cukup tinggi. Tanaman seperti kelapa, karet dan kopi yang masih dapat dioptimalkan untuk di jadikan komoditas unggulan, walapun ada kecenderungan setiap tahun luas areal lahan untuk perkebunan semakin berkurang. Namun ada harapan untuk melakukan perbaikan dengan kebijakan pemerintah daerah untuk menempatkan perkebunan menjadi salah satu leading sector dalam rangka penanggulangan kemiskinan. Luasan lahan perkebunan di Kabupaten Bogor terdiri dari potensi perkebunan rakyat dan potensi luas perkebunan yang dikelola oleh negara dan perkebunan besar yang dimiliki oleh perusahaan swasta. Di Kabupaten Bogor, luas areal perkebunan rakyat dari tahun 2004-2007 secara umum menurun. Hal ini disebabkan adanya alih fungsi lahan perkebunan menjadi pemukiman, hanya saja pada tahun 2006 ke tahun 2007 ada beberapa tanaman yang luas arealnya bertambah yaitu karet dan kopi. Hal ini disebabkan adanya komitmen dari pemda untuk menungkatkan produsi karet dan kopi di Kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Tabel 13. 53 Tabel. 13 Luas Areal Tanaman Muda Perkebunan Rakyat dirinci menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Bogor Tahun 2004-2007 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. Jenis Tanaman 2004 2005 Karet 530,58 1.581,65 Kelapa 8.452,886 8.606,43 Kopi 2.234,19 2.244,37 The 96,11 2.747,37 Kapuk 0,00 0,00 Pala 551,01 573,02 Cengkeh 1.086,96 1.354,92 Aren 126,94 132,97 Melinjo 12,0 0,00 Kencur/Obat-obatan 32,0 39,00 Kapolaga 34,20 96,05 Vanili 39,00 39,00 Pandan Kelapa Hibrida 159,00 159,00 Kayu Manis Lada 35,58 35,58 Jambu Mete Kunyit 29,00 42,40 Jahe 24,00 48,50 Jumlah 13.429,43 17.700,21 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab. Bogor, 2008 2006 102,70 1.219,84 350,62 21,81 0,00 105,56 192,14 27,31 97,00 60,82 1,07 6,24 7,00 0,00 0,00 0,00 2.192,11 2007 232,79 1.212,84 504,62 21,81 0,00 205,56 234,14 27,31 997,00 0,00 0,00 0,00 0,00 19,00 0,00 0,00 0,00 2.554,98 Dari Tabel 13 terlihat luas areal perkebunan besar juga cenderung mengalami penurunan, hal ini terlihat juga pada luas perkebunan karet dan kopi pada tahun 2006 jika dibandingkan dengan tahun 2007. Baik PBSN maupun PT.P mengalami penurunan jumlah luas areal untuk perkebunan. Lihat pada Tabel 14. Tabel. 14 Luas Areal Tanaman Muda Perkebunan Besar dirinci menurut Jenis Tanaman di Kabupaten Bogor Tahun 2004-2007. 2006 PBSN PT.P 1. Karet 268,09 2. Kopi 5,00 3. The 50,00 20,50 4. Cengkeh 10,00 5. Coklat 236,00 6. Kelapa Hibrida 7. Kelapa 8. Kelapa Sawit 2.075,62 Jumlah 587,09 2.096,62 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kab.Bogor, 2008 No Jenis Tanaman 2007 PBSN 219,82 0,00 50,00 10,000 236,00 515,82 PT.P 20,50 20,50 54 4.8.3 Potensi Sektor Tanaman Pangan Tabel. 15 Luas Penanaman dan Produksi Palawija 2008 dan Harapan Peningkatan Produktivitas Tanaman dengan Intensifikasi. Harapan Program Intensifikasi Kondisi Existing 2008 No. Jenis Tanaman Prod/ha Total prod (ton) (ton) 1. Ubi kayu 9.101 19,69 179.222 2. Ubi jalar 3.916 13,92 60.832 3. Jagung 959 3,57 3.216 4. Kacang tanah 1.758 1,27 2.234 5. Kacang hijau 276 1,01 278 6. Kedelai 55 1,13 62 7. Talas 424 13,98 5.932 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2008 Luas (ha) Prod/ha (ton) 25 20 5 1,5 1,5 1,25 20 Dari Tabel 15 terlihat bahwa tanaman palawija pada tahun 2008 kondisi existing pada tanaman pangan belum optimal antara harapan dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Produksi yang diinginkan belum sesuai dengan ketersediaan lahan yang ada. Oleh karenanya pola peningkatan produksi yang tepat untuk meningkatkan hasil produksi tanaman palawija. Pada kondisi yang terjadi tersebut perlunya upaya peningkatan hasil produksi dengan memanfaatkan potensi lahan yang terbatas tersebut. 4.8.4 Potensi Sektor Peternakan Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang tidak dapat dilupakan, karena peternakan merupakan sumber protein hewani yang sangat berguna bagi kehidupan manusia terutama bagi anak-anak yang akan mempengaruhi tingkat kecerdasan. Di Kabupaten Bogor terdapat beberapa hasil yang didapat dari sub sektor peternakan ini. Diantaranya adalah daging, telur, susu, kulit ini merupakan produk hasil ternak yang bermanfaat bagi manusia. Secara umum dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel. 16 Potensi Hasil Ternak di Kabupaten Bogor Produksi Daging Telur Susu Satuan 47.519.115 Kg 29.796.837 Kg 11.279.736 Liter Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, 2006 55 Ada juga hasil ternak yang dapat bermanfaat bagi mahluk lainnya yaitu kotoran ternak dapat dibuat kompos sebagai pupuk organik baik pupuk padat maupun pupuk cair. Banyaknya peran sub sektor peternakan ini, maka sangat penting bagi para peternak, pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan dan mengembangkan jumlah populasi ternak yang ada dan terdapat pada daerah/ lingkungan masing-masing. Pada tahun 2004-2008 populasi ternak unggas secara umum meningkat, hanya pada ayam ras dan itik yang mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan masih ada kesulitan dalam mengembangkan ayam ras dan itik di Kabupaten Bogor. Seperti terlihat pada Tabel 17. Tabel. 17 Perkembangan Populasi Ternak Unggas di Kabupaten Bogor Tahun 2004-2008 JENIS TERNAK 2004 2005 2006 2007 2008 Ayam Ras Petelur 3.055.300 3.045.200 3.533.007 3.791.836 3.933.002 8.294.000 8.257.900 11.864.000 12.7556.300 13.775.475 1.417.800 1.233.467 1.201.644 1.007.202 986.348 Ayam Ras Pedaging Ayam Ras Itik 128.846 136.018 241.299 150.986 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009) 128.197 Peternakan ruminansia besar di Kabupaten Bogor, dari tahun 2004-2008 populasi ternak sapi potong, sapi perah dan kerbau meningkat. Hal ini dikarenakan adanya program pemerintah yang menargetkan untuk swasembada daging pada lima tahun mendatang. Program pengembangan ternak ruminansia besar di Kabupaten Bogor lebih berkembang. Seperti terlihat pada Tabel 18. Tabel. 18 Perkembangan Populasi Ternak Ruminansia Besar di Kabupaten Bogor Tahun 2004-2008 JENIS TERNAK 2004 2005 2006 2007 2008 Sapi potong 16.594 16.622 14.831 17.502 18.196 Sapi perah 5.356 5.435 5.123 5.268 5.907 Kerbau 21.172 21.434 21.228 16.662 17.710 Sumber : Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor (2009) 56 4.8.5 Potensi Sektor Kehutanan Hutan merupakan salah satu potensi cukup besar yang memang belum termanfaatkan dengan baik oleh penduduk Kabupaten Bogor. Hasil hutan merupakan sumber pendapatan yang mejanjikan dan pengelolaan hutan untuk menghasilkan pendapatan itu bisa dilakukan oleh masyarakat. Permasalahan hutan yang terjadi sekarang adalah banyak sekali tindakan penggundulan hutan dan pencurian kayu oleh oknum masyarakat yang menyebabkan berkurangnya pendapatan dan bencana alam. Potensi hutan yang besar di Kabupaten Bogor seperti tampak pada Tabel 19 perlu dijaga dan dikembangkan oleh pemerintah dan masyarakat. Tabel. 19 Jenis,Luas, Produksi, Jumlah Pemilik, dan Jumlah Tenaga Kerja Terlibat di Hutan Rakyat No Jenis Luas (ha) Produksi (m3) Jumlah pemilik (orang) Jumlah Tenaga Kerja Terlibat (orang) Sengon/albazia 3.406,95 15.585,09 34.363 (Paraserianthes falcataria) 2. Mahoni 3.730,50 1.672,24 34.744 (Switenia sp.) 3. Afrika 1.522,02 3.578,42 15.220 (Maesopsis sp.) 4. Jati (Tectona 528,07 10,85 5.308 grandis) 1.191,47 1.760,49 14.510 5. Campuran Jumlah 11.379,02 22.607,10 104.144 Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Tahun 2008 1. 16.741 17.372 7.616 2.662 6.852 51.215 4.9 Penggunaan dan Kepemilikan Lahan di Kabupaten Bogor Berdasarkan luasan masing-masing penggunaan lahan di Kabupaten Bogor pada tahun 2006, dapat diketahui bahwa sebagian besar lahan di Kabupaten Bogor digunakan sebagai areal persawahan (sawah irigasi + sawah tadah hujan), perkebunan campuran dan hutan. Dari Tabel. 20 dapat diketahui bahwa pada tahun 2006 Kabupaten Bogor memiliki areal persawahan kurang lebih seluas 65.000 ha. Hal ini menandakan bahwa Kabupaten Bogor masih mengandalkan sektor pertanian sebagai penopang perekonomian yang ada di wilayahnya. Berkembangnya sektor pertanian ini disebabkan karena karakteristik lahan dan kondisi geobiofisik wilayah yang sesuai untuk pengembangan pertanian. 57 Tabel. 20 Luasan Penggunaan Lahan di Kabupaten Bogor tahun 2006 Jenis Penggunaan Lahan Pemukiman Luas (ha) Persentase (%) 26.025,70 8,73 524,20 0,18 27.045,60 9,07 1.590,00 0,53 Sawah Irigasi 53.499,30 17,94 Sawah Tadah Hujan 11.805,90 3,96 Kebun Campuran 85.001,70 28,50 Perkebunan 19.001,80 6,37 Hutan 62.306,40 20,89 Perairan 43,10 0,01 Tambak/Kolam 17,00 0,01 Tanah Rusak/ Kosong/Pasir Galian 1.217,90 0,41 Semak/ alang-alang 4.396,10 1,65 Lain-lain 5.263,20 1,76 298.277,90 100,00 Jasa Tegal Industri Total Sumber : Badan Pertanahan Nasional (BPN), 2007 Masyarakat Kabupaten Bogor menggantungkan hidupnya pada komoditas pertanian seperti padi sawah, padi gogo, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, wortel, bawang daun, ketimun, kacang panjang dan cabe. Tanaman padi sawah hampir menyebar di semua kecamatan, dengan variasi luasan yang berbeda. Umumnya tanaman padi sawah menyebar di Kecamatan Pamijahan, Leuwiliang, Rumpin, Sukajaya, Cigudeg, Ciampea, Caringin dan Cariu. Produktivitasnya mencapai kisaran 4-5 ton per hektar. Produktivitas ini sebenarnya masih bisa meningkat tetapi kelemahan dari petani di Kabupaten Bogor adalah luasnya lahan pertanian yang dimiliki sangat kecil yaitu 0,25 ha per keluarga tani (Bappeda Kabupaten Bogor, 2006). Tingkat kepemilikan tanah masyarakat petani di Kabupaten Bogor tergolong rendah. Petani kesulitan untuk meningkatkan produktivitas pertaniaanya, karena banyak lahan pertanian yang dimiliki oleh masyarakat petani 58 di jual kepada penduduk luar desa, seperti dari Jakarta dan kota-kota besar lainnya. Mereka membeli lahan pertanian yang dimiliki oleh petani desa kemudian diserahkan kembali kepada petani untuk diolah dengan sistem paro. Kepemilikan lahan pertanian dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel. 21 Status Kepemilikan Lahan Petani No Kecamatan Rata-rata Luas Lahan Garapan (Ha) Status Kepemilikan Lahan (keluarga) Pemilik Penggarap Buruh Sakap/sewa 1 Pamijahan 0.10 7.365 1.097 1.326 75 2 Leuwiliang 0.10 2.559 296 236 16 Sumber : BP3K Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang, 2009 Rata-rata luas lahan garapan yang dimiliki oleh petani di Kecamatan Pamijahan dan Leuwiliang sangat rendah hanya mencapai 0,10 ha per keluarga tani. Lahan garapan ini lebih kecil dari rata-rata lahan garapan yang terdapat di Kabupaten Bogor yang mencapai 0,25 ha. Petani di Kabupaten Bogor, terutama di Kecamatan pamijahan dan Leuwiliang banyak yang bekerja sebagai buruh tani dan petani penggarap, mereka sedikit sekali yang mampu memiliki lahan apalagi menyewa untuk hidup bertani. 4.10 Ikhtisar Daerah Kabupaten Bogor khususnya wilayah zona 2 merupakan wilayah pengembangan pertanian dan perdesaan. Wilayah ini terdiri dari 6 kecamatan yaitu : Sukajaya, Nanggung, Leuwisadeng, Cibungbulang, Leuwiliang dan pamijahan. Secara umum ke enam kecamatan ini merupakan basis wilayah pertanian di bagian Bogor Barat dengan memiliki potensi alam pertanian yang masih luas. Kabupaten Bogor memiliki berbagai potensi yang dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Potensi-potensi tersebut antara lain yaitu: Jumlah penduduk di Kabupaten Bogor mencapai 4,2 juta jiwa dengan jumlah penduduk miskin mencapai 1,1 juta jiwa pada tahun 2006, ini merupakan jumlah penduduk yang besar untuk sebuah kabupaten. Di Kecamatan Pamijahan memiliki jumlah penduduk sebesar 134.865 jiwa dengan jumlah penduduk miskin mencapai 64.651 59 jiwa. Di Kecamatan leuwiliang jumlah penduduknya mencapai 111.705 jiwa dengan jumlah penduduk miskin sebesar 54.719 jiwa. Pekerjaan masyarakat di Kabupaten Bogor sebesar 326.260 jiwa atau sekitar 20,21% merupakan masyarakat yang bekerja pada sektor pertanian, jumlahnya terbesar kedua setelah sektor perdagangan. Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memiliki kontribusi sebesar 4,81% terhadap PDRB dengan laju pertumbuhan ekonomi sebesar 6,04%. Hal ini belum terlalu besar jika dibandingkan dengan kontribusi dari sektor lain terhadap PDRB, tetapi serapan terhadap tenaga kerja sektor pertanian cukup besar dibandingkan dengan sektor lainnya. Potensi lain yang dimiliki oleh Kabupaten Bogor yaitu berupa potensi sumberdaya alam yang masih luas. Hal ini dapat dilihat dari kondisi keadaan umum wilayah Kabupaten Bogor yang identik dengan pertanian. Potensi yang dimiliki berupa luas lahan pertanian, perkebunan, kehutanan, dan sebagian produksi peternakan dan perikanan masih perlu dikembangkan. Namun yang menjadi salah satu permasalahannya adalah masih besarnya tingkat kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Bogor. Kemiskinan di Kabupaten Bogor banyak terjadi pada wilayah zona 2 pengembangan pertanian dan perdesaan. Hal ini terjadi karena secara kondisi alam, wilayah zona 2 ini jauh dari pusat pemerintahan sehingga akses untuk memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat juga sangat terbatas.