abstrak - Portal Garuda

advertisement
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
Anik
AmbarwatiINVESTASI PEMERINTAH DAN
PENGARUH PENDAPATAN ASLI
DAERAH,
ANGKATAN KERJA TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO
KABUPATEN/KOTA DI JAWA
Anik Ambarwati dan Payamta
Magister Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendapatan asli daerah, investasi
pemerintah dan angkatan kerja terhadap produk domestik regional bruto dengan aset
daerah dan jumlah SKPD sebagai variabel kontrol. Penelitian ini menggunakan data
sekunder dengan kabupaten/kota di Jawa. Dari 112 kabupaten/kota di Jawa yang dapat
digunakan untuk sampel sebanyak 84 kabupaten/kota selama 2 tahun yaitu 2010 sampai
dengan 2011. Jadi total sampel menjadi 168. Metode analisis data yaitu metode penelitian
regresi linear berganda. Pendapatan asli daerah diperoleh dari laporan realisasi anggaran
(LRA), investasi pemerintah dan aset daerah berasal dari Neraca-LKPD, angkatan kerja
dan produk domestik regional bruto dari profil pembangunan propinsi Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur, DI Yogyakarta dan Banten yang merupakan hasil data dari Badan
Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan uji hipotesis secara parsial (uji t) yang telah dilakukan
sebelum maupun sesudah memasukkan variabel kontrol, ditemukan bahwa pendapatan asli
daerah dan angkatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produk domestik regional
bruto. Aset daerah dan jumlah SKPD yang merupakan variabel kontrol juga
mempengaruhi produk domestik regional bruto. Sedangkan variabel investasi pemerintah
tidak berpengaruh terhadap produk domestik regional bruto.
Kata kunci: pendapatan asli daerah, investasi pemerintah, angkatan kerja, aset daerah,
jumlah SKPD, produk domestik regional bruto
PENDAHULUAN
Pelaksanaan desentralisasi pada pemerintah daerah sesuai dengan UU No 32 Tahun
2004 dan UU No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah
mewajibkan pemerintah daerah kabupaten/kota menjadi motor penggerak pembangunan
diwilayahnya masing-masing. Pelaksanaan kedua UU tersebut juga menimbulkan masalah
tersendiri. Masalah tersebut yaitu pilihan antara menyelenggarakan pelayanan publik yang
baik atau mengalokasikan dana untuk membiayai proyek guna menambah pendapatan
daerah. Hal tersebut selaras dengan kalimat dalam penelitian Setyaningrum (2012) yang
mengutip dari Zimmerman tentang masalah keagenan yang terjadi pada semua organisasi.
Agency problem pada perusahaan terjadi antara pemegang saham sebagai principal dan
manajemen sebagai agen. Pada sektor pemerintahan agency problem terjadi antara
pejabat pemerintah yang terpilih dan diangkat sebagai principal dan para pemilih
(masyarakat) sebagai agen. Pejabat pada pemerintahan sebagai pihak yang
menyelenggarakan pelayanan publik dapat membuat keputusan serta kebijakan yang hanya
mementingkan pemerintah dan penguasa atau pilihan mengambil simpati masyarakat
dengan memberikan pelayanan publik yang memuaskan dan membiayai program-program
untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Pemerintah daerah kabupaten/kota merupakan salah satu organisasi sektor publik
yang melaksanakan akuntansi sektor publik. Menurut Mardiasmo (2009) ada beberapa
37
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
komponen lingkungan yang mempengaruhi perbedaan akuntansi sektor publik dan
akuntansi swasta. Komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik
salah satunya yaitu faktor ekonomi. Perhitungan pertumbuhan ekonomi menggunakan
angka-angka produk domestik bruto (PDB) untuk negara dan produk domestik regional
bruto (PDRB). Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakah hubungan pemerintah
daerah dan masyarakatnya dalam mengelola sumber daya yang ada untuk menciptakan
lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah
tersebut (Arsyad 1999). Bertambahnya total nilai barang dan jasa yang diproduksi
diwilayah regional tertentu dalam waktu tertentu (satu tahun) dihitung sebagai Produk
Domestik Regional Bruto (Haryanto 2004).
Menurut Sukirno (2004) dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi
yang dicapai oleh suatu negara diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil atau
Produk Domestik Bruto (PDB) sedangkan untuk daerah disebut Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB). Masyhuri (2010) mengemukakan agar tugas pemerintahan yang
diamanatkan oleh otonomi daerah dapat dilaksanakan dengan efisien dan efektif
dibutuhkan sumber keuangan untuk mengurangi ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat. Salah satu indikator turunnya ketergantungan daerah terhadap
pemerintah pusat adalah meningkatnya kemampuan daerah dalam menggali sumber –
sumber pendapatan asli daerah baik secara intensifikasi maupun ekstensifikasi.
Menurut Sasana (2006), dalam era desentralisasi fiskal di mana daerah dituntut untuk
bisa melakukan fungsinya secara efektif dan efisien maka harus didukung dengan sumbersumber keuangan yang memadai. Oleh karena itu, pemerintah daerah diharapkan mampu
meningkatkan kapasitas fiskalnya melalui: pengembangan aktivitas ekonomi berbasis
komoditi unggulan daerah, melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli
daerah untuk mendorong pertumbuhan produksi barang dan jasa suatu wilayah regional.
Salah satunya penelitian dari Sugeng (2014); Suryono (2010) yang menunjukkan
bahwa PAD memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB. Hasil penelitian Najiah (2013)
juga menyebutkan bahwa PAD secara parsial berpengaruh terhadap PDRB di Kota Depok.
Rustiono (2008) menyebutkan bahwa pendapatan domestik regional bruto adalah
penjumlahan dari berbagai variabel, termasuk didalamnya adalah investasi. Investasi
yang terjadi di daerah terdiri dari investasi pemerintah dan investasi swasta. Investasi
pemerintah dilakukan guna menyediakan barang publik. Investasi menjadi salah satu kata
kunci dalam setiap upaya menciptakan pertumbuhan ekonomi baru bagi perluasan
penciptaan lapangan kerja, peningkatan pendapatan dan penanggulangan kemiskinan.
Selain investasi, maka tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi out put suatu daerah. Angkatan kerja yang besar akan terbentuk dari jumlah
penduduk yang besar. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan penduduk yang cepat
mendorong timbulnya masalah keterbelakangan dan membuat prospek pembangunan
menjadi semakin jauh.
Pemerintah
daerah juga memiliki kewajiban untuk
mengakomodasi dan mengurangi tingkat pengangguran dengan berbagai kebijakan daerah.
Suindyah (2009) yang mengutif dari Gravitiani (2006) menulis bahwa dengan adanya
kesempatan kerja baru berarti adanya penciptaan pendapatan masyarakat yang akan
mendorong daya beli. Penciptaan kesempatan kerja baru juga dapat mendorong
perkembangan investasi dari internal daerah yang pada akhirnya akan mendorong produk
domestik regional bruto dan ekonomi daerah.
Untuk memperjelas hasil penelitian dan agar tidak bias, maka peneliti
menggunakan variabel kontrol. Variabel kontrol tersebut yaitu aset daerah dan jumlah
SKPD. Aset merupakan sumberdaya yang penting bagi pemerintah daerah. Dengan
mengelola aset daerah secara profesional maka pemerintah daerah akan mendapatkan
38
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
sumber dana untuk pembiayaan pembangunan di daerah. SKPD adalah pelaksana fungsi
eksekutif yang harus berkoordinasi agar
pemerintahan berjalan dengan
Anikpenyelenggaraan
Ambarwati
baik. Menurut Sukarno (2013) bagaimanapun desain kelembagaan yang dipilih oleh
pemerintah daerah, persoalannya adalah terletak pada hak otonom yang dimiliki oleh
masing-masing daerah untuk menetapkan berapa jumlah Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD). Peraturan terkait kelembagaan di daerah misalnya PP No. 41 Tahun 2007 masih
belum komprehensif mengatur secara detail aturan main yang harus diikuti oleh daerah.
Dalam pasal-pasalnya memberikan ruang yang luas untuk dimanfaatkan oleh daerah
membentuk kelembagaannya sesuai dengan keinginannya tanpa disertai dengan analisis
kebutuhan unsur pemerintahan. Bentuk produk perundang-undangan
yang tidak
komprehensif, tidak sinerji dan adanya intervensi politik atau lebih dikenal kebijakan
pimpinan semakin memperparah kondisi dan beban keuangan suatu daerah. Anggaran
lebih banyak dihabiskan pada belanja pegawai bukan pada belanja pembangunan untuk
meningkatkan perekonomian rakyat.
KAJIAN TEORI
Teori Agensi Dalam Pemerintahan
Dalam agenci teori terdapat dua pihak yang melakukan kesepakatan atau kontrak,
yakni pihak yang memberikan kewenangan yang disebut principal dan pihak yang
menerima kewenangan yang disebut agen (Halim dan Abdullah 2006). Dalam penelitian
Setyaningrum (2009) yang mengutip dari Zimmerman (1977) mengungkapkan bahwa
masalah keagenan terjadi pada semua organisasi. Pada perusahaan agency problem terjadi
antara pemegang saham sebagai principal dan manajemen sebagai agen. Pada sektor
pemerintahan, agency problem terjadi antara pejabat pemerintah yang terpilih dan diangkat
sebagai principal dan para pemilih (masyarakat) sebagai agen. Pejabat pada pemerintahan
sebagai pihak yang menyelenggarakan pelayanan publik memiliki informasi yang lebih
banyak sehingga dapat membuat keputusan akan kebijakan yang hanya mementingkan
pemerintah dan penguasa serta mengabaikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat.
Dalam era otonomi daerah agency problem semakin dirasakan dalam pemerintahan
daerah sebagai ujung tombak pembangunan kesejahteraan rakyat daerah, hal ini terjadi
karena penyelenggara pemerintah dituntut untuk melayani masyarakat atau pelayanan
publik yang makin baik dan tuntutan sosial yang semakin tinggi. Disisi lain terdapat juga
tuntutan dari pemerintahan diatasnya yang menuntut kemandirian daerah dalam bidang
keuangan. Hal tersebut menyebabkan pemerintah harus memilih menggunakan dana untuk
investasi dalam rangka meningkatkan pendapatan atau untuk membiayai fasilitas publik.
Teori Organisasi (Birokrasi dan Organisasi Publik)
Organisasi publik menurut Gullick dalam Kurnia (2010) adalah organisasi yang
mewadahi seluruh lapisan masyarakat dengan ruang lingkup negara atau daerah yang
mempunyai kewenangan yang absah (terlegitimasi) di bidang politik, administrasi
pemerintahan dan hukum secara terlembaga sehingga mempunyai kewajiban melindungi
warga negaranya, melayani keperluannya dan sebaliknya berhak pula memungut pajak
untuk pendanaan serta menjatuhkan hukuman sebagai sanksi penegakan peraturan.
Teori Pertumbuhan Ekonomi Regional dan Produk Domestik Regional Bruto
Pada saat ini tidak ada satupun teori yang mampu menjelaskan pembangunan ekonomi
daerah secara komprehensif, namun beberapa teori secara parsial dapat membantu untuk
memahami arti penting pembangunan ekonomi daerah dan teori-teori yang membahas
tentang faktor-faktor yang menentukan pertumbuhan ekonomi daerah. Menurut Najiah
39
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
(2013) salah satu alat untuk mengukur tingkat kemakmuran dan kesejahteraan yaitu
dengan produk domestik regional bruto. Produk domestik regional bruto sering menjadi
indikator untuk melihat gejala pertumbuhan ekonomi daerah karena didalamnya
mencerminkan kegiatan produksi barang dan jasa di daerah tertentu. Produk domestik
regional bruto menurut Badan Pusat Statistik (BPS) didefinisikan sebagai jumlah nilai
tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu wilayah, atau merupakan
jumlah seluruh nilai barang jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi di suatu
wilayah. Produk Domestik regional Bruto disajikan dalam laporan dalam dua harga yaitu
PDRB harga konstan dan harga berlaku.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pertumbuhan Ekonomi Regional
Pemerintah daerah merupakan salah satu organisasi sektor publik yang
melaksanakan akuntansi sektor publik. Menurut Mardiasmo (2009) ada beberapa
komponen lingkungan yang mempengaruhi
akuntansi sektor publik. Komponen
lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik salah satunya faktor ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi diukur dari perkembangan Gross Domestic Product dan untuk
daerah diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Menurut Arsyad (1999)
pertumbuhan ekonomi dapat juga diartikan sebagai kenaikan Gross Domestic Product
(GDP) atau Gross National Product (GNP) tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih
besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk atau apakah perubahan struktur
ekonomi terjadi atau tidak. Jadi antara pertumbuhan ekonomi dan GDP tidak dapat
dipisahkan. Jumlah angka produk domestik regional bruto merupakan hasil akumulasi
produksi barang dan jasa di suatu wilayah selama satu tahun anggaran. PDRB ini disajikan
oleh setiap pemerintah daerah baik kabupaten maupun propinsi.
Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah dan Angkatan Kerja
PAD menunjukkan kemampuan daerah untuk membiayai pelaksanaan
kekuasaan/kewenangan yang dimilikinya dan merupakan salah satu faktor pendukung
yang menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi di daerah (Riduansyah 2003). Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Hidayat (2007) yang menyatakan bahwa PAD
merupakan barometer utama atas suksesnya pelaksanaan otonomi daerah dan diharapkan
dengan adanya otonomi daerah maka kemandirian daerah akan terwujud. Menurut Wahyu
(2014) pemerintah daerahlah yang paling berperan dalam mengelola pendapatan asli
daerah sehingga dapat sepenuhnya digunakan untuk menggerakkan roda perekonomian.
Menurut Makmun dan Yasin (2003) investasi adalah kata kunci penentu laju
pertumbuhan ekonomi karena disamping akan mendorong kenaikan output secara
signifikan juga secara otomatis akan meningkatkan input sehingga pada gilirannya akan
meningkatkan kesempatan kerja dan kesejahteraan masyarakat. Investasi diartikan sebagai
pengeluaran atau perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah
kemampuan memproduksi barang dan jasa yang tersedia dalam perekonomian sehingga
investasi disebut juga dengan penanaman modal (Sukirno 2010). Menurut Suparmoko
(2002) tenaga kerja adalah penduduk pada usia kerja yaitu antara 15-64 tahun. Yang
dimaksud dengan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang terlibat atau masih
berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif yang menghasilkan barang dan jasa.
Menurut Sugiyanto (2010) salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara dapat
dilihat dari GDP. Laju pertumbuhan ekonomi harus dikaitkan dengan laju pertumbuhan
penduduk karena pada prinsipnya pertumbuhan ekonomi harus dinikmati oleh seluruh
penduduk. Menurut Gravitiani (2006) penciptaan kesempatan kerja baru berarti adanya
40
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
penciptaan pendapatan masyarakat yang akan mendorong daya beli masyarakat.
Penciptaan kesempatan kerja baru juga
dapat
mendorong induced invesment yang pada
Anik
Ambarwati
akhirnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Todaro (2004) menjelaskan
bahwa kelebihan pekerja merupakan kesempatan dan bukan masalah. Selanjutnya
dijelaskan pula bahwa ada dua sektor didalam perekonomian negara yang sedang
berkembang yaitu sektor modern dan sektor tradisional. Sektor tradisional tidak hanya
berupa sektor pertanian di pedesaan, melainkan juga termasuk sektor informal diperkotaan
(pedagang kaki lima, pengecer, pedagang angringan.
Asset Daerah dan Jumlah SKPD
Standar Akuntansi Pemerintahan dalam PSAP 07-1 mendefinisikan aset adalah
sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai akibat dari
peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan
diharapkan dapat diperoleh. Aset daerah merupakan sumberdaya penting
bagi
pemerintah daerah sebagai penopang utama pendapatan asli daerah.
Menurut Sukarno (2013) sejak bergulirnya reformasi birokrasi yang bertujuan untuk
mewujudkan pelaksanaan kepemerintahan yang baik. Birokrasi yang ada saat ini masih
saja terlihat gemuk, miskin tugas dan fungsi namun kaya akan struktur. Dalam PP No. 41
Tahun 2007 disebutkan desain struktur kelembagaan di daerah, secara konseptual sudah
merupakan pengejawantahan teori-teori organisasi yang sudah dikenal selama ini. Dampak
dari carut marutnya kualitas kebijakan dalam bentuk produk perundang-undangan yang
tidak komprehensif dan sinerji dan diperkuat lagi dengan adanya intervensi politik atau
lebih dikenal kebijakan pimpinan, semakin memperparah kondisi negara saat ini karena
semakin gemuknya birokrasi maka akan semakin banyak menyerap anggaran. Anggaran
yang dikelolah oleh pemerintah lebih banyak dihabiskan pada belanja pegawai bukannya
pada belanja pembangunan untuk rakyat.
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Hasil penelitian Madona (2013); Najiah (2013); Suryono (2010); Suryono (2010)
menyebutkan bahwa (PAD) berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB. Pendapatan
asli daerah signifikan dengan nilai elastisitas 0,47 atas PDRB di Jawa Barat merupakan
hasil penelitian dari Indah (2011). Hasil penelitian Sugeng (2014) menunjukkan PAD
memiliki pengaruh signikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Penelitian Hariyanto dan Adi
(2007) yang dikutip oleh Mubaroq (2013) juga menemukan bahwa pendapatan asli daerah
sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi, tetapi pertumbuhan yang terjadi
masih kurang merata sehingga banyak ketimpangan/jarak ekonomi antar daerah. Fjeldstad
(2012) yang melakukan penelitian di Anglophone Africa menyatakan bahwa mobilisasi
pendapatan daerah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pendapatan
pemerintah lokal ditujukan untuk pengembangan pelayanan publik dan perkembangan
penduduk yang tinggi.
Menurut penelitian Rustiono (2008) angkatan kerja, investasi swasta (PMA dan
PMDN) dan belanja pemerintah daerah berpengaruh terhadap PDRB Propinsi Jawa
Tengah.. Hasil tersebut sejalan dengan milik Sugeng (2014) yang menyatakan bahwa
faktor konsumsi, tabungan, pengeluaran pemerintah dan angkatan kerja berpengaruh
positif tetapi tidak signifikan terhadap PDRB, Hasil penelitian Sitompul (2007) juga
menyebutkan bahwa investasi pemerintah dan jumlah tenaga kerja berpengaruh positif dan
signifikan tehadap PDRB di Sumatera Utara. Menurut Indah (2011) PAD dan tenaga kerja
berpengaruh signifikan terhadap PDRB dan pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat.
41
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
Demikian pula menurut Fjeldstad (2014) local goverment revenue berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi lokal.
Phetsavong (2012) juga menyatakan terdapat pengaruh positif investasi publik dan
investasi domestik pada Gross Domestic Product pada tingkat dan toleransi tertentu serta
berbeda antar negara di Asia. Hasil berbeda ada pada penelitian Mohsin dan Mahmod
(1997) yang menjelaskan bahwa investasi pemerintah memberikan pengaruh positif namun
masih sangat kecil dibandingkan dengan investasi swasta. Sebaliknya hasil penelitian
Hamalinen (2007) justeru mengungkapkan bahwa investasi pemerintah tidak berpengaruh
terhadap GDP di Turki. Demikian juga dengan hasil penelitian Madona (2011) investasi
tidak signifikan terhadap PDRB di Sumatera Barat. Hasil berbeda di sajikan oleh Afrizal
(2013) yang menyebutkan bahwa investasi PMDN dan PMA berpengaruh positif terhadap
PDRB di Sulawesi Selatan sedangkan belanja pemerintah dan tenaga kerja berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap PDRB di Propinsi Sulawesi Selatan.Menurut penelitian
Sodik dalam Suindyah (2009) diketahui bahwa angkatan kerja berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi dengan tanda negatif, hal ini menyiratkan bahwa daerah
belum mampu menyerap angkatan kerja yang ada untuk bisa meningkatkan PDRB.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan uraian diatas maka hipotesis yang
dirumusakan adalah:
Hipotesis 1 : adanya pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota di Pulau Jawa
Hipotesis 2
:
ada pengaruh positif
investasi pemerintah daerah
pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di Pulau Jawa.
terhadap
Hipotesis 3
:
angkatan kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Pendekatan penelitian yang digunakan ialah pendekatan kuantitatif.
Dalam
penelitian ini terdiri satu variabel terikat, tiga variabel bebas dan dua variabel kontrol. Alat
analisis yang dipakai adalah analisis regresi berganda. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekunder yang bersumber dari: (1) Laporan Hasil Pemeriksaan
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Tahun 2011 dari Badan Pemeriksa Keuangan
Republik Indonesia; (2) Badan Pusat Statistik dalam profil Pembangunan Propinsi Jawa
Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Banten, dan Jawa Barat (3) Profil tiap
Kabupaten/Kota yang ada di Pulau Jawa.
Pengumpulan Data dan Pemilihan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan penelti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulan (Sugiyono 2002). Metode pengumpulan data dalam
penelitian ini ialah teknik sampling secara purposive sampling. Data yang digunakan untuk
penelitian adalah data time series. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
kabupaten/kota di Jawa. Terdapat 112 kabupaten/kota di Pulau Jawa namun dalam
penelitian ini tidak semua dijadikan sampel karena data tidak lengkap. Pada akhirnya
peneliti menggunakan 84 kabupaten/kota untuk menjadi sampel, pengambilan data untuk
sampel selama 2 tahun yaitu tahun 2010 dan 2011. Jadi jumlah sampel sebanyak 168.
Data PAD, investasi pemerintah dan jumlah asset daerah diambil dari LKPD
kabupaten/kota tahun 2010-2011 yang telah diperiksa dan dirilis Badan Pemeriksa
42
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
Keuangan Republik Indonesia (BPK-RI) Tahun 2012. Data angkatan kerja dan PDRB
diperoleh dari data Badan Pusat Statistik
terdapat ada Profil Pembangunan Propinsi
Anikyang
Ambarwati
Jawa Timur, Profil Pembangunan Propinsi DI Yogyakarta, Profil Pembangunan Propinsi
Banten, Profil Pembangunan Propinsi Jawa Tengah dan Profil Pembangunan Propinsi
Jawa Barat, Jumlah SKPD yang diperoleh dari LKPD tiap-tiap kabupaten/kota dan dari
profil masing-masing kabupaten/kota di Pulau Jawa.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Variabel Bebas (Independent Variables)
a. Pendapatan asli daerah ialah realisasi pendapatan daerah yang diperoleh
kabupaten/kota di Pulau Jawa Tahun 2010 dan 2011 dinyatakan dalam satuan
rupiah. Jumlah PAD tersebut terdapat pada Laporan Realisasi Anggaran masingmasing kabupaten/kota.
b. Investasi pemerintah ialah jumlah total dari ekuitas dana investasi pemerintah
daerah yang terdapat dalam neraca kabupaten/kota tahun 2010 s.d. 2011dan
dinyatakan dalam satuan rupiah.
c. Angkatan kerja adalah jumlah penduduk usia kerja yaitu melakukan kegiatan
ekonomi yang menghasilkan barang/jasa secara kontinu dan dinyatakan dalam
satuan orang/jiwa.
2.
Variabel Terikat/Tergantung (Dependent Variables)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah PDRB. Produk domestik regional
bruto ialah jumlah barang dan jasa yang mampu diproduksi oleh pemerintah daerah
dan dilaporkan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Barat, dan Banten atas dasar harga berlaku tahun 2010
sampai dengan 2011 dan dinyatakan dalam satuan rupiah.
3. Variabel Kontrol
a. Asset daerah ialah seluruh asset milik pemerintah daerah kabupaten/kota baik
berupa aset lancar, investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lainnya yang
disajikan dalam Neraca Tahun 2010 sampai dengan 2011. Asset tersebut
dinyatakan dalam satuan rupiah.
b. Jumlah SKPD ialah seluruh perangkat daerah mulai sekretaris daerah, Sekretaris
DPRD, bagian-bagian, kantor, dinas, dan kecamatan. Data ini dinyatakan dalam
unsur .bagian SKPD disajikan dalam bentuk angka numerik bulat.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linear berganda dengan
SPSS. Pengujian dilakukan setelah hipotesis asumsi klasik telah terpenuhi. Untuk
mengetahui pengaruh PAD, investasi daerah dan angkatan kerja terhadap pertumbuhan
ekonomi kabupaten/kota di Jawa yang disertai dengan variabel kontrol, maka model
analsisis yang digunakan yaitu:
Persamaan (dengan memasukkan variabel kontrol) =
Dimana
i
t
= 1,2,3,.. ..,N (dimensi cross section)
= 1,2,3,.. ..,T (dimensi time series)
43
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
Y
PAD
IP
AK
AD
SKPD
0
1,2,3,4,5
ɛ
=
=
=
=
=
=
=
=
=
PDRB
Pendapatan Asli Daerah
Investasi Pemerintah
Angkatan Kerja
Asset Daerah
Jumlah SKPD
Konstanta
Koefesien Regresi masing-masing variabel
Term Error
Untuk memudahkan pembacaan parameter/koefisien regresi sebagai elastisitas maka
persamaan diatas ditransformasikan kedalam bentuk logaritma natural menjadi :
1. Uji asumsi klasik
Adapun uji asumsi klasik yang digunakan adalah normalitas, multikolinearitas
dan heteroskedastisitas. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan SPSS 18
dengan melakukan regresi uji grafik dengan melihat normal probability plot. Untuk
melengkapi uji normalitas residual selain dengan grafik juga menggunakan uji statistik.
Dalam penelitian ini uji statistik yang dilakukan berdasarkan nilai kosmogorovSmirnov Test. Dalam mendeteksi multikolinearitas dapat dilihat dari (1) nilai tolerence
dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum
menunjukkan adanya multikolinearitas adalah Tolerance <0,10 atau sama dengan VIF
> 10.. Metode yang digunakan adalah scatter plot. Deteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada
grafik scatterplot. Setelah dengan metode grafik maka akan diadakan juga metode uji
statistik dengan uji Park.
2. Uji Hipotesis
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05 ( =
5%) dalam pengujian uji t. Uji signifikansi parameter individu (uji statistik t)
dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu
mempengaruhi variabel dependen. Uji ini untuk menganalisis hipotesis 1,2 dan 3.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dengan uji grafik digunakan untuk melihat normal probability
plot. Dari gambar probability plot diketahui bahwa pola yang terjadi data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal sehingga memenuhi asumsi
normalitas. uji normalitas statistik nonparametrik dari uji Kolmogorov-Smirnov (KS)
hasilnya diketahui bahwa besarnya nilai Kolmogorov-Smirnov 1,003 dan signifikan
pada 0,267 hal ini menunjukkan bahwa residual terdistribusi normal sehingga uji
regresi dapat dilakukan.
44
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
2. Uji Multikolinearitas
Uji Dalam mendeteksi multikolinearitas
dapat melihat pada tabel berikut ini:
Anik Ambarwati
Tabel 1
Uji Multikolinearitas
Model
1
(Constant)
lnPAD
lnIP
lnAD
lnAK
lnSKPD
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-2,648
,946
,554
-,201
,593
,188
,985
Coefficients
Standardized
Coefficients
Beta
,061
,178
,188
,050
,144
a
,506
-,140
,397
,200
,380
t
-2,800
Sig.
,006
9,121
-1,133
3,157
3,751
6,831
,000
,259
,002
,000
,000
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,877
,176
,170
,948
,871
1,141
5,690
5,871
1,055
1,148
Dari hasil sebagian regresi menunjukkan bahwa semua variabel telah bebas dari
multikolinearitas. Berdasarkan pada nilai tolerance dan VIF terlihat bahwa tidak ada
nilai tolerance dibawah 0,10 (nilai tolerance berkisar antara 0,170 sampai 0,948),
begitu juga dengan nilai VIF tidak ada yang diatas 10 (nilai VIF berkisar antara 1,055
sampai 5,871). Jadi terbukti bahwa tidak ada multikolinearitas yang serius.
3. Uji Heterokedastisitas
Metode yang digunakan untuk menguji asumsi klasik heteroskedastisitas adalah
uji grafik dan uji statistik yaitu Uji Park. Metode ini dilakukan dengan melihat grafik
plot. Dari gambar Grafik Scatterplot Heterokedastisitas diketahui bahwa hasil hasil
regresi tidak ada pola tertentu yang jelas terlihat dan titik-titik menyebar diatas dan
dibawah angka 0 pada sumbu Y secara acak. Jadi berdasarkan gambar diatas
disimpulkan tidak terjadi Heterokedastisitas.
Uji Statistik
1. Koefisien Determinasi
Tabel 2
Koefisien Deteminasi
b
Model Summary
Model
R
1
R Square
,751
a
Adjusted R
Square
,563
,550
Std. Error of the
Estimate
,40056
a. Predictors: (Constant), lnSKPD, lnAK, lnIP, lnPAD, lnAD
b. Dependent Variable: lnPDRB
Tampilan output SPSS model summary menunjukkan besarnya adjusted R²
sebesar 0,55, hal ini berarti 55 % PDRB dapat dijelaskan oleh 5 variabel independen
yaitu PAD, investasi pemerintah, angkatan kerja, jumlah aset daerah, dan jumlah
SKPD, sedangkan sisanya sebanyak 45% dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar
model. Standar error of estimate (SEE) sebesar 0,40056, makin kecil nilai SEE akan
membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.
2. Uji signifikansi parameter Individual (Uji statistik t)
45
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen terhadap variabel dependen dengan menganggap variabel
independen lainnya konstan. Uji dilakukan untuk menjawab H1, H2 dan H3.
Tabel 3
Uji Statistik T Parsial
Coefficients
Model
1
(Constant)
Standardiz
Unstandardized
ed
Coefficients
Coefficients
B
Std. Error
Beta
-2,648
,946
lnPAD
,554
lnIP
-,201
lnAD
,593
lnAK
,188
lnSKPD
,985
a. Dependent Variable: lnPDRB
,061
,178
,188
,050
,144
,506
-,140
,397
,200
,380
a
t
-2,800
Sig.
,006
9,121
-1,133
3,157
3,751
6,831
,000
,259
,002
,000
,000
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,877
,176
,170
,948
,871
1,141
5,690
5,871
1,055
1,148
Adapun hasil output analisis regresi berganda dari tabel 4 dapat dituliskan dalam
model regresi linear berganda sebagai berikut :
Y = -2,648 + 554 PAD - 0,201 IP + 0,593 AD + 0,188 AK + 0,985 SKPD
Dari hasi output SPSS diatas dapat disimpulkan beberapa hal, antara lain:
a. Konstanta adalah -2,648 menunjukkan apabila seluruh variabel independen tidak
berpengaruh sama sekali (dalam keadaan nol) maka variabel dependen (PDRB)
akan bernilai sebesar -2,648.
b. Hasil uji t statistik menunjukkan bahwa variabel independen PAD berpengaruh
terhadap PDRB secara positif dan signifikan pada tingkat 0,000 < 0,05. Arah
hubungan antara PAD dan PDRB positif sebesar 0,554 sehingga menandakan
bahwa apabila PAD meningkat searah dengan meningkatnya jumlah PDRB. Jika
Jumlah PAD meningkat 1 persen kemungkinan PDRB akan meningkat 0,554
persen. Berdasakan hasil uji t ini berarti H1 diterima.
c. Variabel independen Investasi Pemerintah (IP) setelah diadakan analisis uji t
ternyata tidak memiliki pengaruh terhadap PDRB. Hal ini terbukti dengan tidak
signifikannya hasil uji statistik yang lebih besar dari tingkat probabilitas yaitu 0.259
> 0.05. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa H2 ditolak.
d. Hasil uji t statistik parsial menunjukkan bahwa variabel independen Angkatan
Kerja berpengaruh terhadap PDRB secara positif dan signifikan pada tingkat 0,000
< 0,05. Koefisien Regresi bernilai positif sebesar 0,188 menunjukkan arah positif
antara angkatan kerja dengan PDRB. Semakin meningkat jumlah tenaga kerja maka
akan ada peningkatan PDRB kabupaten/kota di Jawa. Berdasarkan hasil statistik
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa H3 diterima.
e. Hasil dari analisis uji t dengan memasukkan variabel kontrol diketahui bahwa
variabel kontrol AD berpengaruh terhadap PDRB secara positif dan signifikan
pada tingkat 0,002 dibawah 0,05 dan mempunyai koefisen sebesar 0,593.
f. Hasil uji t statistik terhadap variabel kontrol kedua yaitu jumlah SKPD,
menghasilkan adanya pengaruh jumlah SKPD terhadap PDRB. Hal ini terbukti
dengan tingkat signifikansi 0,000 dibawah 0,05.
46
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
Pada Penelitian ini mencoba menguji agency teori dan teori ekonomi regional terkait
dengan pengaruh pendapatan asli daerah,
pemerintah, angkatan kerja, jumlah aset
Anikinvestasi
Ambarwati
daerah dan jumlah SKPD terhadap PDRB kabupaten/kota di Jawa.
1. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota di Jawa
Berdasarkan analisis regresi berganda dengan uji t parsial yang menyatakan
ada pengaruh yang signifikan antara pendapatan asli daerah terhadap produk
domestik regional bruto terbukti. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis ke-1
diterima, hal ini terbukti dengan hasil statistik uji t sebesar 9,121 dan tingkat
signifikansi 0,000 < 0,05.
Hasil pengujian ini mendukung penelitian Madona (2013); Najiah (2013);
Indah (2011); Sugeng (2014); Pujiati (2007); Suryono (2010) yang menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh yang positif antara pendapatan asli daerah (PAD) dengan
produk domestik regional bruto (PDRB) atau dengan pertumbuhan ekonomi. Pada
lampiran 7 membuktikan bahwa Kota Banjar yang memiliki pendapatan asli
daerah relatif rendah yaitu Rp. 37,36 milyar menghasilkan produk domestik
regional bruto hanya Rp. 1770 juta sedangkan Kabupaten Sleman yang pendapatan
asli daerahnya berjumlah Rp. 911,79 milyar mempunyai produk domestik bruto
relatif besar yaitu Rp 13.612 milyar.
Hasil ini dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk
terus menggali dan mengelola sumber daya alamnya secara profesional, efisien,
dan efektif. Hasil Penelitian Fjeldstad (2012) di Anglophone Africa menyatakan
bahwa mobilisasi pendapatan daerah mempengaruhi pertumbuhan produksi barang
dan jasa dan pada akhirnya ikut meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah lokal
setempat. Implikasi penelitian ini dengan adanya pengaruh PAD terhadap PDRB
adalah semakin tinggi pendapatan asli daerah maka terdapat kecenderungan
peningkatan pemerintah daerah untuk menghasilkan produksi barang dan jasa
yang diukur dengan PDRB. Kondisi ini sesuai dengan teori pertumbuhan ekonomi
regional bruto. Hasil ini dapat dijadikan pertimbangan oleh pemerintah
kabupaten/kota untuk terus menggali dan mengelola sumber daya alamnya secara
profesional, efisien, dan efektif. Hasil Penelitian Fjeldstad (2012) di Anglophone
Africa menyatakan bahwa mobilisasi pendapatan daerah mempengaruhi
pertumbuhan produksi barang dan jasa dan pada akhirnya ikut meningkatkan
pertumbuhan ekonomi wilayah lokal setempat. Peningkatan pendapatan pemerintah
lokal ditujukan untuk pengembangan pelayanan publik dan perkembangan
penduduk yang tinggi.
2. Pengaruh Investasi Pemerintah dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten/Kota di Jawa
Berbeda dengan hasil analisis hipotesis ke-1, pada hipotesis kedua ini
menunjukkan hasil bahwa hipotesis ditolak. Analisis regresi berganda dengan uji t
menunjukkan bahwa investasi pemerintah tidak berpengaruh terhadap produk
domestik regional bruto dengan tingkat signifikansi diatas 0,05 yakni sebesar 0,259
dengan hasil uji t sebesar -1,133. Hasil ini sesuai dengan temuan penelitian
Hamalinen (2007) yang mengungkapkan bahwa investasi pemerintah tidak
berpengaruh terhadap GDP di Turki. Demikian juga dengan hasil dari Yunarko
(2007) yang menyebutkan bahwa investasi tidak berpengaruh signifikan terhadap
PDRB Jawa Tengah.
47
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
Implikasi hipotesis ke-2 tentang pengaruh investasi pemerintah daerah
terhadap PDRB ialah bahwa walaupun pemerintah daerah menggunakan dana
yang dimiliki untuk menambah investasi tidak menjamin peningkatan produksi
barang dan jasa daerah tersebut. Investasi pemerintah tersebut ditujukan sebagian
besar untuk kepentingan publik. Hasil ini memang membuktikan telah ada agency
problem dalam pemerintahan. Investasi pemerintah daerah tidak berpengaruh
karena ditujukan untuk
keperluan investasi pelayanan publik dan yang
berpengaruh adalah investasi PMA (Penanaman Modal Asing) atau investasi
swasta dalam negeri. Investasi pemerintah tersebut ditujukan sebagian besar untuk
kepentingan publik guna menghindari agency problem dalam pemerintahan
sehingga tidak dapat menambah produk domestik regional bruto.
3. Pengaruh Angkatan Kerja dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten/Kota di Jawa
Hipotesis yang menyebutkan bahwa ada pengaruh angkatan kerja terhadap
produk domestik regional bruto diterima karena dari hasil uji parsial diketahui
bahwa tingkat signifikansinya lebih kecil dari 0,05 yakni sebesar 0,00 dengan uji t
3,751. Hasil pengujian ini mendukung hasil penelitian dari Suryono (2010); Najiah
(2013); Sitompul (2007) yang menemukan bahwa terdapat pengaruh positif dan
signifikan angkatan kerja terhadap produk domestik regional bruto. Hasil penelitian
yang sejalan yaitu Hasan (2012); Nizar (2013); diketahui bahwa tenaga kerja
berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Hasil penelitian atas hipotesis ke-3 ialah adanya pengaruh peningkatan
jumlah angkatan kerja terhadap PDRB memiliki kecenderungan peningkatan
pemerintah daerah untuk menghasilkan produksi barang dan jasa jika jumlah
tenaga kerjanya tinggi. Kondisi ini sesuai dengan teori pertumbuhan ekonomi
regional bruto. Pada keadaan sekarang, angkatan kerja yang tinggi menyebabkan
PDRB meningkat bukan karena jumlah tetapi dipengaruhi perkembangan beberapa
faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain tingkat pendidikan, perkembangan
teknologi dan pergeseran pola pikir dari masyarakat tradisional kearah modern.
4. Pengaruh Aset Daerah dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten/Kota di Jawa
Analisis statistik uji t aset daerah terhadap PDRB menghasilkan bahwa
terdapat pengaruh aset daerah terhadap PDRB. Pengaruh tersebut dibuktikan
hasil uji t 3,157 dengan tingkat signifikasi 0,002 dibawah 0,05.
Manajemen aset daerah memang menjadi paradigma baru dalam era
desentralisasi. Pengelolaan aset yang cerdas akan menghasilkan penerimaan bagi
daerah. Pengelolaan aset ini mulai dari inventarisasi, cara perolehan/perbaikan,
penggunaan dan pengawasan atau pengendalian harus sebaik mungkin karena dapat
memunculkan berbagai masalah. Aset yang banyak dan dikelola dengan baik dapat
ikut meningkatkan pendapatan asli daerah karena produksi barang dan jasa ikut
meningkat.
5. Pengaruh Jumlah SKPD dengan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten/Kota di Jawa
Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa terdapat pengaruh
jumlah SKPD terhadap PDRB, terbukti dengan tingkat signifikansi 0,000 dibawah
0,05 dengan uji t 6,831. Nilai t positif menunjukkan bahwa jika jumlah SKPD
48
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
bertambah akan berpengaruh pada kenaikan PDRB secara positif juga. Jumlah
SKPD yang dihitung dari totalAnik
sekretaris
daerah, bagian-bagian, dinas-dinas dan
Ambarwati
kecamatan menyebabkan perbedaan antara kota dan kabupaten. Jumlah kecamatan
di kota relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kecamatan pada
kabupaten. Jumlah SKPD ini sangat menentukan jumlah anggaran yang harus
dibagi dan disediakan oleh pemerintah daerah. Semakin banyak jumlah SKPD
maka semakin luas wilayah kerja dan makin kompleks penyelenggaraan
pemerintah.
Menurut Sukarno (2013) sejak bergulirnya reformasi birokrasi yang
bertujuan untuk mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik, birokrasi yang
ada saat ini masih saja terlihat gemuk, miskin tugas dan fungsi, namun kaya akan
struktur. Banyakanya jumlah kecamatan pada kabupaten memang menghasilkan
produksi barang dan jasa yang banyak, akan tetapi banyaknya bagian dan dinas
justeru memberikan beban anggaran yang besar bagi belanja pegawai. Dalam
jumlah SKPD ini memang telah terjadi agency problem bidang pemerintahan di
beberapa kabupaten/kota. Menjadikan seseorang sebagai kepala dinas terkadang
bukan karena faktor kredibelitas ataupun kinerja yang bagus tetapi karena faktor
politik.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis dan uraian pada bab sebelumnya maka kesimpulan yang diambil
yaitu :
a. Variabel pendapatan asli daerah memberi pengaruh positif terhadap produk
domestik regional bruto
b. Variabel investasi pemerintah tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
produk domestik regional bruto
c. Variabel angkatan kerja ternyata memiliki pengaruh terhadap produk domestik
regional bruto kabupaten/kota di Jawa.
Mengingat adanya keterbatasan penelitian ini maka disarankan untuk memasukkan
variabel-variabel lainya dan lebih memperpanjang waktu pengambilan sampel.
DAFTAR PUSTAKA
Afrizal, Fitrah. 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Belanja Pemerintah dan
Tenaga Kerja Terhadap PDRB di Propinsi Sulawesi Selatan Tahun 2001-2011.
Skripsi. UNHAS: Makassar.
Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah.
Edisi Pertama. Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Chirmay, Teane. 2006. Financial Development Investment Productivity and Economic
Growth In The U.S. Morehead State University: Southwestern Economic Review.
Davey, K.J. 1988. Pembiayaan Pemerintah Daerah, Praktek-Praktek International dan
Relevansinya Bagi Dunia Ketiga, Penerbit UI Press, Jakarta.
Dritsakis, Nikolaos dan Adamopoulos, Antonis. 2004. A Causal Relationship Between
Goverment Spending and Economic Development: An Empirical Examinantion of
The Greek Economy. Aplie Economic, 36, 457 – 464.
Fjeldstad, O.H. 2014. Fiscal Desentralisation In Developing Countries: Lessons for
Bangladesh. CMI BRIEF. April 2014. Volume 13 No 2.
Fjeldstad, O.H. and Kari H. 2012. Local Goverment Revenue Mobilisation In Anglophone
Afrika. CMI Working Paper WP 2012 :6.
49
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
Ghozali, Imam. 2011. Ekonometrika, Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17.
Penerbit Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.
Gravitiani, Evi. 2006. Analisis Shift-Share Dinamik pada Perekonomian Kota Yogyakarta,
Gujarati, Damodar, N. 1998. Basic Econometrics, International Edition. Published by
Prentice- Hall International, Inc.
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Penerbit UPP Akademi Manajemen
Perusahaan YKPN. Yogyakarta.
Hamalainen, Pellervo. 2007. Productivity of public capital. Literatu review and some
empirical findings
Hamzah, Muhammad Zilal. 2005. Does Block Grant Generates Economic Growth on
Province-Level in Indonesia After The Implementation of Fiscal Decentralization
Policy? Simposium Riset Ekonomi II. Surabaya.
Haryanto, Joko Tri. 2005. Analisa Data Alokasi Umum (DAU) Kaitannya Dengan
Penciptaan Kemandirian Daerah di Era Otonomi: Studi Kasus 30 Propinsi di
Indonesia. Simposium Riset Ekonomi II. Surabaya.
Hornstein.1998. Inventory Investment and The Business Cycle. Federal Reserve Bank Of
Richmond Economic Quartely. Volume 84/2 Spring 1998.
Indah, Siska P. 2011. Analisis Dampak Desentralisasi Fiskal dan Pengaruhnya Terhadap
PDRB, Tenaga Kerja, dan Kemiskinan di Propinsi Jawa Barat.Institut Pertanian
Bogor.
Jhingan, ML. 2000. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan. Edisi Pertama. Penerbit
CV Rajawali. Jakarta.
Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi.2012. Evaluasi
Organisasi Pemerintah Daerah. Disampaikan oleh Asisten Deputi Kelembagaan
dalam workshop tanggal 22-27 Juli 2012.
Khan, Mohsin S. Dan Manmoham S.Kumar. 1997. Public And Private Investment and The
Growth Process In Develoving Countries. Oxford Bulletin Of Economics and
Statistics, 59,1, 305-9049.
Kuncoro, Mudrajad. 2006. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
Kurnia, Chandra. 2010. Teori Organisasi Publik dan Organisasi Serta Manajemen Dalam
Pemerintah. Chandraas blog: Senin, 22 Februari 2010.
Madona, Felin. 2011. Analisis Pengaruh Investasi, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
Tenaga Kerja Terhadap PDRB Sumatera Barat. Skripsi. Universitas Andalas:
Padang.
Makmun dan Yasin, Akmad. 2003. Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap PDB
Sektor Pertanian. Kajian Ekonomi. 7(3):57-83.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Penerbit Andi. Yogyakarta.
Mubaroq, Muhammad R. Dan Sutyastie. 2013. Pengaruh Investasi Pemerintah, Tenaga
Kerja, dan Desentralisasi Fiskal Terhadap Pertumbuhan Ekononomi Kabupaten di
Indonesia Tahun 2007-2010. Departemen Ilmu Ekonomi Universitas Padjadjaran..
Najiah, Laeni. 2013. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan,
dan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Terhadap PDRB di Kota Depok Periode
2001-2010. UIN Syarif Hidayatullah ; Jakarta
Nizar, Chairul dkk. 2013. Pengaruh Investasi Dan Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi Serta Hubungannya Terhadap Tingkat Kemiskinan di Indonesia. ISSN
2302-0172 pp. 1-8.
Nurhadi, Habsul. 2013. Pemerintahan Daerah dan Penyusunan Organisasi Perangkat
Daerah. Kompasiana: 21 Juli 2013.
50
Anik Ambarwati : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Investasi Pemerintah Dan Angkatan Kerja …
:
Anik Ambarwati
Pancawati, Neni. 2000. Pengaruh Rasio Kapital-Tenaga Kerja, Tingkat Pendidikan, Stok
Kapital dan Pertumbuhan Penduduk
Terhadap Tingkat Pertumbuhan GDP
Anik Ambarwati
Indonesia : Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. 15(02) : 268-283.
Pemerintah Propinsi Banten. Profil Pembangunan Propinsi Banten, DI Yogyakarta, Jawa
Barat, Profil,Jawa Tengah dan Jawa Timur Tahun 2012
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2012 Tentang
Pedoman Pengelolaan Investasi Pemerintah Daerah.
Phetsavong, Kongphet dan Masaru I. 2012. The Impact Of Public and Private Investment
On Economic Growth: Evidence From Developing Asian Countries. IDEC
Discussion Paper 2012, Hiroshima University.
Prasasti, Diah. 2006. Perkembangan PDRB Per Kapita 30 Propinsi di Indonesia Periode
1993-2003. Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi. Jurnal Ekonomi dan
Bisnis Indonesia. 21(4):334-360.
Pujiati, Amin. 2007. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Di Karisidenan Semarang Era
Desentralisasi Fiskal. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 12 No.03, Desember
2007: Hal 61-70.
Putong, Iskandar. 2003. Ekonomi Mikro dan Makro. Edisi 2. Penerbit Ghalia Indonesia.
Jakarta.
Rahardjo, Ari. 2008. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah, Investasi Swasta, dan Angkatan
Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahun 1982-2003 (Studi kasus di Kota
Semarang) Tesis, Universitas Diponegoro Semarang.
Rustiono, Deddy. 2008. Analisis Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Tengah. Tesis,
Universitas Diponegoro Semarang.
Sodik, Jamzani. 2007. Pengeluaran Pemerintah dan Pertumbuhan Ekonomi Regional :
Studi Kasus Data Panel Indonesia. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 12 No 01,
April 2007: 27-36.
Setyaningrum, Dyah dan Febriyani Syafitri. 2012. Analisis Pengaruh karakteristik
Pemerintah Daerah Terhadap Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan. Jurnal
Akuntansi dan Keuangan Indonesia ; Volume 9 Nomor 2 halaman 154-170.
Sitompul, Novita L. 2007. Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja Terhadap
PDRB Sumatera Utara. Tesis.Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sugeng, Wahyu dan Imam Soeparno. 2014. Analisis Indikator Makro Ekonomi Terhadap
pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota Di Sumatera Utara. ISSN: 2339-210X
Sugiyanto, Catur. 2010. Analisis Indikator Ekonomi. Penerbit PSEKP UGM, Yogyakarta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D. Bandung: ALFABETA. 2012 (cet. 15)
Suindyah, Sayekti D. 2009. Pengaruh Investasi, Tenaga Kerja dan Pengeluaran
Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Propinsi Jawa Timur. ISSN 14110393. EKUITAS, Akreditasi No. 110/DIKTI/Kep/2009.
Sukarno, Ahmad. 2013. Birokrasi Gemuk, Kepentingan Politik dan Sinerjisitas Peraturan
Kelembagaan Daerah. Kompasiana : Birokrasi.
Sukirno, Sadono. 2012. Makro ekonomi Teori Pengantar.Edisi ketiga; PT Raja Grafindo
Persada : Jakarta.
Suparmoko, M. 2002. Ekonomika Pembangunan. Jakarta: BPFE
Suryono, Wiratno B. 2010. Analisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Tingkat Investasi,
dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah. UNDIP: Skripsi.
51
ASSETS : Jurnal Akuntansi dan Pendidikan, Vol.4 No.1, April 2015
Susilo, Gideon Tri Budi dan Adi, Priyo Hari. 2007. Analisis Kinerja Keuangan Daerah
Sebelum dan Sesudah Otonomi. Konferensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan
Sektor Publik Pertama. Surabaya.
Todaro, Michael P. 2000. Ekonomi Pembangunan, diterjemahkan oleh Haris Munandar.
Edisi Kelima. Bumi Aksara : Jakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan
Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
Wibowo, Sri Muktiono. 2007. Dampak APBD Terhadap Perkembangan Ekonomi Lokal.
Konferensi Penelitian Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Pertama. Surabaya.
Worlu, Christian N. 2012. Tax Revenue and Economic Development In Nigeria: A
Macroeconomic Approach. Academic Journal Of Interdiciplinary Studies Published
by MCSER-CEMAS-Sapienza University Of Rome Vol 1 No.2. E-ISSN 2281-4612.
52
Download