92 BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini berfokus pada aspek kegiatan dan kepercayaan magis masyarakat Gura Bunga yang disebut Bobeto. Dengan menggunakan metode etnografi, penelitian ini telah mengungkapkan beberapa jenis Bobeto yang berupa teks lisan yang disampaikan secara lisan oleh informan maupun teks tulisan yang dikutip dari beberapa sumber seperti buku dan lainnya. Penelitian ini kita dapat mengatakan telah berhasil mencapai tujuannya yaitu menampilkan fungsi Bobeto dalam ritual salai jin sebagai sebuah teks yang menurut masyarakat Gura Bunga adalah sesuatu yang sifatnya sakral. Pada bab tiga dan empat, peneliti telah berhasil menunjukan bahwa Bobeto berkaitan erat dengan sistem pemikiran, kepercayaan dan corak hidup masyarakat setempat. Bobeto dalam ritual salai jin memang sesuatu yang tidak bisa dipisahkan dari prosesi ritualnya. Penelitian ini telah mengumpulkan Bobeto sebanyak 7 (tujuh) buah, yang telah diklasifikasikan menjadi dua bentuk Bobeto yaitu: Mantra dan Doa. Secara umum Bobeto merupakan mantra yang dikenal oleh masyarakat Gura Bunga sebagai sebuah janji atau doa terhadap sang leluhur atas segala bentuk permintaan termasuk jalan keselamatan. Masing-masing Bobeto dilafalkan menggunakan bahasa Tidore yang beberapa di antaranya diawali dan diakhiri dengan bahasa Arab. Pencampuran bahasa yang terdapat dalam Bobeto menandakan pengaruh budaya luar seperti masuknya agama Islam ke dalam kehidupan masyarakat Gura Bunga tidak serta merta merubah kebudayaan asli mereka, malah memperkaya khazanah kebudayaan mereka. Meskipun masyarakat Gura Bunga seluruhnya menganut agama Islam sebagai sebuah agama dunia 93 yang diakui pemerintah, namun dalam praktek kehidupannya sehari-hari mereka juga meminta dan menghandalkan kekuatan baik dari dunia supranatural. Penyerapan dan penyaringan kebudayaan luar oleh masyarakat setempat untuk mampu beradaptasi dengan kebudayaan lokal merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kebudayaannya. Teks Bobeto dapat disebut sebagai sebuah sastra lisan berupa untaian kata-kata semacam jampi-jampi. Sebagai gejala sastra lisan, Bobeto menunjukkan struktur internal berupa bentuk pengulangan atau perangkat puitis mirip dengan yang ditemukan dalam mantra, nyanyian dan ritual pada budaya lainya. Perangkat ini meliputi aliterasi, terutama dari iramanya, dan kosa kata yang tampaknya tidak masuk akal, direduplikasikan atau kata-katanya berulang-ulang. Salah satu ciri utama teks Bobeto adalah penyebutan tentang jin. Hal ini menandakan keterkaitan antara Bobeto dengan sistem kepercayaan masyarakat Gura Bunga. Kaitan antara Bobeto dengan sistem kepercayaan masyarakat Gura Bunga tampak jelas bila memperhatikan konteks pelafalannya, yaitu dalam ritual yang disebut Salai Jin. Ritual salai jin merupakan ungkapan rasa sukur masyarakat Gura Bunga terhadap jin yang telah membantu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi manusia dalam kehidupan mereka. Ritual salai jin dilakukan berdasarkan niat dari anggota kelompok tersebut. Dalam ritual terdapat berbagai unsur yang menyerap nilai, norma, dan pola-pola kehidupan masa lalu kemudian diterapkan dalam kehidupan masa sekarang. Hasil penelitian ini menunjukkan masyarakat Gura Bunga menilai bahwa ritual salai jin bukanlah sesuatu bersifat syirik, melainkan rasa syukur yang diungkapkan melalui media ritual yang disebut salai jin. 94 Penelitian ini juga menunjukkan masyarakat Gura Bunga meyakini adanya dunia yang disebut kornono (dunia gaib) dimana dunia ini dihuni oleh makhluk halus, termasuk di antara penghuninya adalah nenek moyang mereka yang telah lama mati dan roh dari nenek moyang merek masih tetap hidup yang oleh masyarakat setempat disebut dengan istilah jin. Mereka dipercaya masih menjaga dan membantu anak cucunya dari segala bentuk permasalahan yang dihadapinya. Dari hasil penelitian dan kajian tentang Bobeto dalam ritual salai jin ini, ternyata penulis menemukan sesuatu yang berbeda dengan mantra yang terdapat dalam banyaknya suku bangsa di Indonesia. Bila mantra di lain tempat dipercaya mempunyai daya magis untuk dapat menyembuhkan atau hal-hal yang berefek positif bagi manusia, maupun dapat pula mendatangkan celaka atau mendatangkan efek negatif pada manusia. Bobeto dalam ritual salai jin terbatas pada tujuan-tujuan positif saja. Masyarakat Gura Bunga tidak menggunakan Bobeto untuk meminta bantuan jin untuk mendatangkan celaka bagi orang lain, meskipun ada juga Bobeto yang bertujuan untuk melawan daya gaib negatif yang ditujukan kepada seseorang. Bobeto merupakan ungkapan janji terhadap makhluk halus atas kesuksesannya dalam melakukan pengobatan terhadap orang yang sakit. Dalam Bobeto berisikan katakata yang tersusun rapi dan ketat seperti bahasa sastra juga terdapat di dalamnya. Bobeto disini disampaikan dalam bahasa Tidore dan isi dalam Bobeto tersebut merupakan ungkapan sukur dan janji kepada jin. Penelitian tentang Bobeto dalam ritual salai jin ini juga menunjukkan pula bahwa tradisi masyarakat Gura Bunga berkaitan erat dengan sistem sosial tradisional 95 masyarakat Tidore pada umumnya, dan memiliki efek positif bagi pelestarian adat dan lingkungan hidup. Keterkaitan Bobeto dengan sistem sosial tradisional ditunjukkan dengan adanya ketentuan bahwa yang boleh melafalkan bobeto adalah orang-orang tertentu yang oleh masyarakat Tidore disebut sowohi. Sowohi ternyata pada jaman kerajaan merupakan suatu jabatan fungsional yang berperan sebagai penghubung dunia nyata dengan dunia gaib yang diwariskan secara turun-temurun dalam suatu garis keturunan marga. Juga terungkap bahwa masyarakat Gura Bunga ternyata menempati posisi penting dalam dunia spiritual orang Tidore pada umumnya, karena para sowohi berasal dari marga-marga yang berada di desa tersebut, selain bahwa gunung keramat (Kie Matubu) yang dijaga oleh Sowohi Kie Matiti berada di wilayah desa tersebut. Sementara itu, ketentuan-ketentuan yang harus ditaati dalam pelaksanaan ritual Salai Jin, seperti adanya larangan penebangan pohon tertentu, membuang sampah kotoran di tempat keramat, dan sebagainya juga dapat dipandang mempunyai efek pada pelestarian lingkungan hidup. Dengan demikian, kehadiran dan keberlangsungan tradisi Bobeto dalam ritual Salai Jin tidak hanya terkait dengan nilai-nilai spiritual saja, melainkan memiliki imbasnya pada nilai-nilai sosial dan lingkungan hidup.