bab ii landasan teori pembiayaan murabahah

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH
A. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Implementasi akad jual beli merupakan salah satu cara yang ditempuh
bank dalam rangka menyalurkan dana kepada masyarakat. Salah satu skim
fiqh yang paling popular digunakan oleh perbankan syari’ah adalah skim jualbeli murabahah. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang
ditambah dengan keuntungan yang telah disepakati. Misalnya, seseorang
membeli barang kemudian menjualnya kembali dengan keuntungan tertentu..
Besarnya keuntungan tersebut dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau
dalam bentuk persentase dari harga pembeliannya. Jadi pembiayaan
murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan
dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli, dimana
pihak bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. 1
Murabahah adalah jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk
transaksi jual beli dengan cicilan. Pada perjanjian murabahah atau mark-up,
bank membiayai pembelian barang asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya
dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya
kepada nasabah tersebut dengan menambahkan suatu mark-up atau
keuntungan.Dengan kata lain, penjualan barang oleh bank kepada nasabah
1
Adiwarman Karim, Bank Islam (Analisis Fiqh Keuangan), Jakarta, PT. Raja Grafindo
Persada, 2004, hlm. 113
25
26
dilakukan atas dasar cost-plus profit. Bila dilihat dari mekanismenya sistem
jual beli tersebut dapat dilakukan dengan dua cara yakni pembayaran secara
tunai (cash) dan pembayaran dengan cara tangguh atau kredit. Apabila jual
beli diperlakukan secara tangguh, maka akan menyebabkan terjadi angsuran
(cicilan) pada setiap jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini,
perbankan syariah telah menyediakan fasilitas penyaluaran dana dengan
menggunakan prinsip jual beli yakni Murabahah. Secara praktis jenis
murabahah ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: 2
1) Murabahah tanpa pesanan, maksudnya ada yang pesan atau tidak, ada
yang beli atau tidak, bank syariah menyediakan barang dagangannya.
Penyediaan barang pada murabahah ini tidak terpengaruh atau terkait
langsung dengan ada tidaknya pesanan atau pembeli.
2) Murabahah berdasarkan pesanan,
maksudnya
bank
syariah
baru
melakukan transaksi murabahah (jual beli) apabila ada nasabah yang
memesan, sehingga penyediaan barang baru dilakukan jika ada pesanan.
Pengadaan barang tergantung atau terkait langsung dengan pesanan atau
pembelian barang.
Sementara murabahah berdasarkan pesanan dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu :
a. Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat mengikat, maksudnya
apabila
telah memesan harus dibeli (pembeli tidak
dapat
membatalkan pesanannya).
2
Sutan Remy Sjahdeni, Perbankan Islam dan kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Jakarta, PT. Kreatama, 2005, hlm. 64
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
27
b. Murabahah berdasarkan pesanan dan bersifat tidak mengikat,
maksudnya walaupun nasabah sudah memesan barang, tapi nasabah
tidak terikat, nasabah dapat meneruskan atau membatalkan pesanan
barang tersebut.
B. Landasan Hukum Pembiayaan Murabahah
1.
Al-Qur’an, Al-Hadits, Ijma’
a.
Al-Qur’an
Al-Qur’an memang tidak pernah secara langsung membicarakan
tentang murabahah meski di sana ada sejumlah acuan tentang jual beli,
laba, rugi, dan perdagangan, seperti dalam Q.S. Al-Baqarah ayat 275 :
...
 
…
Artinya:
“…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…”
b.
Al-Hadits
Kegiatan jual beli merupakan kegiatan yang sangat dianjurkan oleh
Nabi Muhammad SAW. Di mana sejak masa kecil Beliau telah ikut
pamannya untuk melakukan perniagaan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
28
Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah :3
ٌ َ‫ ثَال‬:‫س َّل َم قَا َل‬
‫ َوخ َْلطُ ْالب ُِر‬،ُ‫ضة‬
َ ‫ار‬
َ ‫علَ ْي ِه َوآ ِل ِه َو‬
َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫ي‬
َ َ‫ َو ْال ُمق‬،‫ ا َ ْل َب ْي ُع إِلَى أ َ َج ٍل‬:ُ‫ث ِف ْي ِه َّن ْال َب َر َكة‬
َّ ‫أ َ َّن النَّ ِب‬
َّ ‫ِبال‬
)‫ت الَ ل ِْل َبي ِْع (رواه ابن ماجه عن صهيب‬
ِ ‫ش ِعي ِْر ل ِْل َب ْي‬
“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak
secara tunai, muqaradhah (murabahah), dan mencampur gandum dengan
jewawut untuk keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’” (HR. Ibnu
Majah dari Shuhaib).
c.
Ijma’
Para ulama telah bersepakat mengenai kehalalan jual beli sebagai
transaksi riil yang sangat dianjurkan dan merupakan sunah Rasulullah.
Umat Islam telah berkonsensus tentang keabsahan jual beli, karena
manusia sebagai anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang
dihasilkan dan dimiliki oleh orang lain. Oleh karena itu jual beli adalah
salah satu jalan untuk mendapatkannya secara sah. Dengan demikian
maka mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya.4
2.
Fatwa DSN
Pembiayaan murabahah juga diatur dalam Fatwa DSN No. 04/DSNMUI/IV/2000 pada tanggal 1 April yang intinya menyatakan bahwa dalam
rangka membantu masyarakat guna melangsungkan dan meningkatkan
kesejahteraan dan berbagai kegiatan, bank syari’ah perlu memiliki fasilitas
3
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, cet ke-7, Jakarta;
Gema Insani Press, 2003, hlm. 101.
4
Muhammad, Sistem dan Prosedur Pembiayaan Bank Syari’ah, Yogyakarta, cet ke-3
UII Press, 2003, hlm. 21
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
29
murabahah bagi yang memerlukannya, yaitu menjual suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembayarnya dengan harga yang lebih
sebagai laba.
a. Ketentuan Umum Murabahah
Dilihat dari ketentuannya, ada beberapa ketentuan umum dalam
jual beli murabahah, antara lain yaitu :5
1.
Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas
riba
2.
Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syari’at Islam
3.
Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang
yang
4.
telah disepakati kualifiaksinya
Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank
sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba
5.
Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan
dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang
6.
Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan)
dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya. Dalam
kaitan ini bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang
kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.
7.
Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut
pada
jangka waktu yang telah disepakati.
5
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa Dewan Syariah
Nasional, Ciputat: CV. Gaun Persada, 2006, hlm. 24.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
30
8.
Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad
tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan
nasabah.
9.
Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untk membeli
barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan
setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.
b. Ketentuan murabahah kepada nasabah
Ada beberapa ketentuan murabahah kepada nasabah, antara lain
yaitu :6
1. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian paembelian suatu
barang atau asset kepada bank.
2. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli
terlebih dahulu asset yang dipesannya secara sah dengan pedagang.
3. Bank kemudian menawarkan asset tersebut kepada nasabah dan
nasabah harus menerima (membelinya) sesuai dengan perjanjian
yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut
mengikat, kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak
jual beli.
4. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk
membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal
pemesanan.
6
Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syari’ah di Indonesia, Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 2007, hlm. 104
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
31
5. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya
riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.
6. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung
oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada
nasabah.
7. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari
uang muka, maka :
a. Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia
tinggal membayar sisa harga.
b. Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank
maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat
pembatalan tersebut, dan jika uang muka tidak mencukupi
nasabah wajib melunasi kewajibannya.
8. Jaminan dalam murabahah diperbolehkan, agar nasabah serius
dengan pesanannya. Di sini bank dapat meminta nasabah untuk
menyediakan jaminan yang dapat dipegang.
9. Hutang secara murabahah secara prinsip penyelesaiannya tidak
ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah
dengan pihak ketiga atau barang tersebut. Jika nasabah menjual
kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap
berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. Jika
nasabah menjual barang tersebut sebelum angsuran berakhir, ia
tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Kemudian jika
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
32
penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah harus
tetap menyelesaikan hutangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak
boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian
itu diperhitungkan.
10. Penundaan pembayaran dalam murabahah. Bahwa nasabah yang
memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian
hutangnya. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan
sengaja, atau jika salah satu pihak menunaikan kewajibannya,
maka penyelesaian dilakukan melalui Badan Arbitrase Syari’ah
setelah tidak mencapai kesepakatan melalui musyawarah.
11. Bangkrut dalam murabahah, jika nasabah telah dinyatakan pailit
dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan
hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan
kesepakatan.
C. Pembiayaan Murabahah
1. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah
a. Rukun Murabahah
Rukun jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang
menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang
menempati kedudukan ijab dan qabul itu. Rukun ini dengan ungkapan
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
33
lain merupakan pekerjaan yang menujukan keridhaan dengan adanya
pertukaran dua harta milik, baik berupa perkataan maupun perbuatan. 7
Rukun dalam akad pembiayaan murabahah meliputi: 8
1. Penjual (Bai)
2. Pembeli ( Musytari)
3. Obyek/ barang (Mabii)
4. Harga (Tsaman)
5. Ijab Qabul (Sighat)
b. Syarat Murabahah antara lain:
1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.
2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
3) Kontrak harus bebas dari riba.
4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas
barang sesudah pembelian.
5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
2. Prosedur Pembiayaan Murabahah
Tiap bank mempunyai cara sendiri tentang pengajuan dan penyelesaian
permintaan kredit (pembiayaan). Pada umumnya prosedur tersebut dapat
dibagi dalam beberapa tahap : 9
7
Wiroso, Jual Beli Murabahah, Yogyakarta: UII Press, 2005, hlm. 16.
Sofyan S. Harahap, (et al.), Akuntansi Perbankan Syariah, Jakarta: LPFE USAKTI,
2004, hlm. 94.
8
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
34
a. Mengajukan permintaan kredit, termasuk di dalamnya wawancara antara
petugas bank dengan calon nasabah;
b. Persiapan pemutusan kredit, termasuk di dalamnya pengumpulan data,
penilaian data dan pemeriksaan on the spot;
c. Pemutusan kredit, ialan menentukan banyaknya dan jangka waktu kredit
serta syarat bank terakhir lainnya;
d. Tatalaksana dan pengawasan kredit, termasuk di dalamnya pembinaan
nasabah.
Setelah bahan-bahan lengkap tersedia, bila diperlukan dapat lagi
diadakan wawancara dengan pengusaha langsung menganai hal-hal yang
memerlukan penjelasan.
Bila berdasarkan wawancara dan data-data sementara yang disampaikan
oleh nasabah permohonan tersebut layak untuk diteruskan, maka petugas
perlu segera melakukan analisa yang bertujuan untuk menilai suatu
permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah sehingga dapat
memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai
cukup layak (feasible).10
Ada beberapa analisa yang harus dilakukan oleh lembaga sebelum suatu
pembiayaan direalisasikan, antara lain yaitu : (analisis 6C) 11
1. Character
9
Prathama Raharja, Uang & Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Edisi Baru, 1997,
hlm. 110-111
10
Lukman Pandu Wijaya, Manajemen Perbankan, Bogor: Ghalia Indonesia, Edisi Kedua,
2005, hlm. 88
11
Ibid, hlm. 88 - 89
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
35
Adalah watak atau sifat nasabah atau debitur, baik dalam
kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha.
Dalam melakukan analisis mengenai watak atau karakter berkaitan
dengan integritas dari calon nasabah. Integritas ini sangat menentukan
willingness to pay atau kemampuan membayar kembali nasabah atas kredit
yang telah diterimanya.
Alat untuk memperoleh gambaran tentang karakter dari calon
nasabah dapat diperoleh melalui upaya :
a. Meneliti riwayat hidup calon nasabah
b. Meneliti reputasi calon nasabah tersebut di lingkungannya.
c. Melakukan bank to bank information.
d. Mencari informasi apakah calon nasabah suka berjudi.
e. Mencari informasi apakah calon nasabah memiliki hobi berfoya- foya.
2. Capital
Adalah modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Semakin
besar
modal
sendiri dalam
perusahaan,
tentu
semakin tinggi
kesungguhan calon nasabah dalam menjalankan usahanya dan bank akan
merasa
lebih
yakin dalam
memberikan pembiayaan.
Besarnya
kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan
perusahaan yang dimiliki oleh calon nasabah. Perusahaan kecil
umumnya tidak memiliki laporan keuangan yang dapat dianalisis oleh
bank. Untuk itu bank harus melakukan dialog, wawancara dan
kunjungan ke perusahaan nasabah.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
36
3. Capacity
Adalah kemampuan calon nasabah dalam menjalankan usahanya
guna memperoleh laba yang diharapkan. Penilaian ini berfungsi untuk
mengetahui atau mengukur kemampuan nasabah dalam mengembalikan
atau melunasi hutangnya (ability to pay) secara tepat waktu, dari usaha
yang diperolehnya.
Kemampuan calon nasabah yang harus diukur meliputi :
1. Kemampuan nasabah menyediakan dana untuk pembiayaan.
2. Kemampuan nasabah untuk menjual hasil produksinya.
3. Kemampuan nasabah untuk menghasilkan produk.
4. Kemampuan nasabah untuk memperoleh laba.
5. Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash.
Pengukuran capacity dilakukan dengan berbagai pendekatan
sebagai berikut :
1. Pendekatan historis, yaitu menilai past performance apakah
menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.
2. Pendekatan finansial, yaitu menilai latar belakang pendidikan calon
nasabah.
3. Pendekatan yurudis, yaitu secara yuridis apakah calon nasabah
kapasitas untuk mewaliki badan usaha yang diwakilinya untuk
mengadakan perjanjian kredit dengan bank.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
37
4. Pendekatan manajerial, yaitu menilai sejauh mana kemampuan dan
keterampilan nasabah melaksanakan fungís-fungsi manajemen dalam
memimpin perusahaan.
5. Pendekatan teknis, yaitu untuk menilai sejauh mana kemampuan
calon
nasabah mengelola faktor-faktor produksi seperti tenaga
kerja, sumber
bahan baku.
4. Condition of Economy
Yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, usaha yang dapat
mempengaruhi usaha calon nasabah di kemudian hari. Untuk
mendapatkan gambaran mengenai hal tersebut perlu diadakan penelitian
mengenai hal seperti :
a. Keadaan konjungtur
b. Peraturan pemerintah
c. Situasi politik, dan perekonomian dunia
5. Collateral
Adalah barang yang diserahkan calon nasabah sebagai agunan
terhadap kredit atau pembiayaan yang diterimanya. Penilaian terhadap
agunan ini meliputi jenis jaminan, lokasi kepemilikan, dan status
hukumnya.
Penilaian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu :
a. Segi ekonomis, yaitu nilai ekonomis dari barang-barang yang
diagunkan.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
38
b. Segi yuridis, apakah agunan tersebut memenuhi syarat-syarat yuridis
untuk dipakai sebagai agunan.
Dengan demikian, collateral tersebut berfungsi sebagai :
a. Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan oleh
bank.
b. Cara yang dilakukan oleh bank untuk mengantisipasi kemungkinan
terjadinya kegagalan usaha.
c. Cara untuk mendorong nasabah agar mau bersungguh-sungguh
dalam menjalankan proyeknya.
d. Pengganti pembayaran apabila nasabah tidak dapat memenuhi
kewajibannya kepada bank, misalnya dapat dijual melalui lelang
umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan secara
perundangan yang berlaku.
6. Constrains
Merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor
sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang
menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan.
3. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Murabahah
Oleh karena
dana
yang
digunakan untuk
pemberian kredit
(pembiayaan) sebagian besar adalah milik masyarakat dan pemberian kredit
selalu mengandung resiko, amka sebalum memberikan kredit bank harus
melakukan penilaian atas permintaan kredit yang diajukan calon nasabah.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
39
Tujuan diadakannya penilaian kredit adalah agar kredit yang akan diberikan
selalu memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:12
1. Keamanan kredit (safety), artinya harus benar-benar diyakini bahwa
kredit tersebut dapat dilunasi kembali.
2. Terarahnya tujuan penggunaan kredit (suitability), yaitu bahwa kredit
akan digunakan untuk tujuan yang sejalan dengan kepentingan
masyarakat
atau sekurang-kurangnya tidak bertentangan dengan
peraturan yang berlaku.
3. Menguntungkan (profitable), baik bagi bank sendiri berupa penghasilan
bunga/bagi hasil maupun bagi nasabah, yaitu berupa keuntungan dan
mekin berkembangnya usaha.
Penilaian kredit yang demikian hanya mungkin dilakukan apabila
tersedia informasi dan data yang cukup, sehingga dapat diteliti kemampuan
manajemen, likuiditas, efektivitas, rentabilitas, dan sebagainya.
Berbagai aspek yang harus diperhatikan dalam pemberian kerdit
(pembiayaan) kita sebut prinsip-prinsip dasar pemberian kredit. Berikut
beberapa aspek tersebut, namun perlu ditekankan bahwa urutan-urutan
berikut tidak menunjukkan urutan prioritas. 13
1. Karakter dari debitor harus menjadi pertimbangan pertama.
Bila ada keraguan akan integritas dan iktikad baik dari debitur, maka
tidak perlu capek-capek melakukan analisis yang lain lagi.
12
Prathama Raharja, Uang & Perbankan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, Edisi Baru, 1997,
hlm. 107
13
Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1995, hlm. 278-285
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
40
2. Kualitas lebih penting dari pada kuantitas.
Ingat nasehat yang diberikan oleh bankir-bankir senior : ”any fool can
lend money, but it takes a lot of skill to get it back” (bahkan orang bodoh
juga dapat meminjamkan uang, tetapi untuk menagih kembali diperlukan
banyak keterampilan).
3. Ingatlah bahwa bad loans are made in good times.
Kita harus tetap berhati-hati dalam kondisi di mana bank sedang berada
dalam posisi kelebihan likuiditas. Pada posisi ini umumnya manajemen
memberi kredit target yang tinggi pada pelemparan kredit.
4. Account Officer harus melakukan antisipasi, bukan reaksi.
Kita harus terus memonitoring kredit yang diberikan atas perubahan
yang terjadi di lingkungan debitur, misalnya perubahan politik, ekonomi,
persaingan, dan lain-lain. Pekerjaan seorang account officer dimulai
begitu kredit dicairkan.
5. Dalam penyusunan cashflow dan
prof-forma statement yang telah
dibahas, kita selalu menyandarkan diri pada asumsi. Ingat bahwa asumsi
adalah suatu kondisi yang kita tetapkan (memang berdasarkan berbagai
pertimbangan). Kondisi tersebut belum tentu terjadi.
Dalam penyusunan asumsi, umumnya debitur memiliki gambaran yang
optimis. Bila tidak, mereka tidak akan masuk ke bisnis tersebut dan
menyetujui kredit yang diajukan. Lakukan Analisis Sensitivitas
(Sensitivity Analysis) untuk mengetahui pengaruh berbagai variabel
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
41
terhadap masa depan perusahaan dan kondisi keuangannya.. ada tiga
skenario yang umum dikenal, yaitu:
a. The Worst Case (skenario terburuk), yaitu suatu kondisi yang
diciptakan dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang pesimistis.
b. The most Likely Case (skenario moderat), yaitu kondisi yang disusun
dengan berdasarkan asumsi-asumsi yang mencerminkan kondisi
yang wajar.
c. The Best Case (skenario terbaik), yaitu suatu skenario yang disusun
berdasarkan asumsi-asumsi yang sangat optimis.
Yang perlu diperhatikan tentu adalah skenario terburuk dan moderat.
Bila kondisi debitur cukup bagus dalam kondisi yang terburuk, sudah
pasti dengan asumsi yang moderat hasilnya akan labih baik.
6. Account officer adalah seorang businessman.
Account officer adalah oarang yang mewakili bank dalam melakuakn
transaksi dengan para nasabahnya. Ia harus dapat membaca keadaan.
Negosiasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu proposal
kredit.
7. Bila ada konflik kepentingan pribadi, serahkan proposal kredit ke
account officer lain.
Ada kalanya kita terjebak dalam kondisi yang mengajukan kredit adalah
calon mertua, kerabat dekat, dan lain-lain. Bila demikian serahkan
proposal tersebut kepada orang yang lebih independen. Kualitas kredit
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
42
bergantung pada objektivitas account officer dalam mengambil
keputusan atau membuat rekomendasi kredit.
8. Setiap kredit harus memiliki paling tidak dua jalan keluar.
Jalan keluar yang pertama adalah cashflow, di mana seluruh transaksi
berjalan seperti yang diinginkan. Ini terjadi pada kredit yang lancar.
Namun perlu ada rencana B jika jalan pertama yang diharapkan tidak
dapat terjadi. Cara kedua ini disebut jalan keluar kedua (second way
out), yang merupakan jaminan (collateral). Jika kedua jalan tersebut
tidak dapat menanggulangi, maka jalan keluar ketiga adalah jaminan dari
pihak perusahaan.
9. Jaminan bukanlah pengganti karakter dan/atau pembayaran.
Kita tidak dapat mencairkan kredit hanya dengan melihat jaminan yang
bagus saja tanpa memperdulikan iktikad baik dari debitur dan cashflow
debitur yang menunjukkan bahwa dia tidak mampu membayar pokok
pinjaman. Jaminan harus dipandang sebagai jalan keluar terakhir, yaitu
jalan yang ditempuh dengan terpaksa.
10. Jika tidak mengerti bisnis yang akan dibiayai, jangan memberi kredit.
Tanpa mengetahui pengertian yang baik dari bisnis debitur, kita tidak
akan dapat menyusun struktur dan kondisi pinjaman yang tepat. Oleh
karena itu jangan segan-segan bertanya kepada debitur bila ada hal yang
belum diketahui.
11. Bila debitur menghendaki jawaban yang cepat, jawabannya adalah
”tidak”.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
43
Perlu diperhatikan bahwa dalil ini tidak berpretensi untuk mengatakan
bahwa account officer boleh bekerja dengan lamban. Pesan yang ingin
disampaikan adalah bahwa dalam pemrosesan kredit, ada langkahlangkah yang harus dilalui.
12. Letakkan bank pada prioritas pertama.
Memang benar account officer merupakan penghubung atau jembatan
antara bank dengan nasabah. Namun pada titik akhir seorang account
officer harus meletakkan kepentingan banknya karena ia bukan bekerja
untuk debitur atau pemohon kredit.
13. Resiko kredit meningkat setiap terjadi pelanggaran prinsip-prinsip
pemberian kredit.
Hanya proposal yang berhasil melewati proses penyeleksian prinsipprinsip pemberian kredit yang layak dibiayai. Oleh karena itu, setiap kita
melanggar prinsip-prinsip tersebut resiko kredit akan meningkat.
4. Standar Penilaian Proposal Pembiayaan Murabahah
Proses pengawasan pembiayaan: 14
1. Menentukan standar sebagai ukuran pengawasan
2. Pengukuran dan pengamatan terhadap jalannya operasi berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan
3. Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar yang
diminta
14
Chaerul Muhajirin, Implementasi Pengawasan Pembiayaan Murabahah di Bank
Syariah Mandiri Cabang Pekalongan, Pekalongan: STAIN, TA, 2008, Tidak Diterbitkan .
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
44
4. Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan
5. Perbandingan hasil akhir dengan masukan yang digunakan
Dari proses pengawasan tesebut tahap awal menyiratkan bahwa dalam
pembiayaan, langkah awal adalah harus adanya standar yang layak dalam
pemberian suatu pembiayaan agar nantinya pembiayaan yang dikeluarkan
tidak menyimpang dari tujuan bank sendiri dan tidak berakhir pada
pembiayaan macet.
a. Kriteria Proposal Pembiayaan Murabahah
1. Standar Nasabah
Contoh: mempuinyai watak yang baik, mempunyai kemampuan
mengelola
dna
dan
mampu
memenuhi
kewajibannya
serta
mempunyai kemauan untuk bekerjasama.
2. Standar Legalitas
Contoh: KTP, KK, surat nikah, NPWP, SIUP, dan lain-lain.
3. Standar Dokumentasi
Contoh: surat permohonan, akad pembiayaan
4. Standar Jaminan
Cash, tanah dan bangunan hak milik
Ada 2 standar peniliaian terhadap usulan pengajuan pembiayaan
murabahah:15
1. Kolektabilitas (kemampuan bayar)
15
Wawancara dengan Bpk. Hisyan Iskhak , Account Officer Bank Muamalat Indonesia
cabang Pekalongan 1 Febuari 2011
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
45
Dalam melakukan penilaian terhadap proposal pembiayan,
character masih dominan yang dapat dilihat melalui BI checking
melalui track record calon nasabah.
2. Jaminan
Bank Muamalat Indonesia juga menerapkan jaminan seperti
halnya pada bank-bank konvensional. Bentuk jaminan yang
diterapkan pada Bank Muamalat Indonesia adalah sama dengan
benttuk jaminan yang diterapkan pada bank konvensional yaitu
terdiri atas jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Namu,
terdapat perbedaan dalam hal penerapan jaminan kebendaan antara
Bank Muamalat Indonesia dengan bank konvensional. Perbedaannya
adalah terletak pada jaminan kebendaan atas pembiayaan Murabahah
dan Ba’i Bitsaman Ajil. Pada kedua jenis pembiayaan ini jaminan
kebendaan
bukan
merupakan
jaminan
pokok/utama,
karena
pembiayaan yang diberikan adalah berupa talangan dana untuk
membeli barang kebutuhan debitur, dimana selama barang belum
lunas pembayarannya, barang tersebut masih berstatus sebagai
barang jaminan. Jadi, jaminan utamanya adalah barang yang menjadi
obyek pembiayaan tersebut.
Penerapan jaminan perorangan pada Bank Muamalat Indonesia
sama dengan yang dilakukan oleh bank konvensional, bahwa
jaminan perorangan dapat diterapkan untuk semua jenis pembiayaan
yang dikeluarkan oleh BMI.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
46
Pentingnya jaminan atas pembiayaan pada BMI ini, karena bank
ingin mendapat kepastian bahwa pembiayaan yang diberikan kepada
debitur dapat diterima kembali sesuai dengan syarat-syarat yang
telah disetuhui bersama.
Penerapan jaminan pada BMI tidak bertentangan dengan syariah
Islam sebagaimana firman Allah, yang artinnya :
”Jika kamu dalam perjalalan dan bermuamalah tidak secara
tunai/hutang piutang, sedang kamu tidak memperoleh seorang
penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang
(oleh yang berpiutang). (Quran Surat Al-Baqarah: 238).16
Khusus untuk pembiayaan dengan kolektibilitas ke-2 atau lebih
buruk, maka jaminan yang dapat menjadi pengurang dalam
kewajiban pembentukan Penyisihan Penghapusan Aktiva (PPA)-nya,
harus dilakukan retaksasi sekurang-kurangnya satu tahun sekali. 17
5. Uji Kelayakan Usaha Terhadap Proposal Pembiayaan Murabahah
Dua fungsi utama bank syariah adalah mengumpulkan dana dan
menyalurkan dana. Penyaluran dana yang dilakukan bank syariah adalah
pemberian pembiayaan kepada debitur yang membutuhkan, baik untuk
modal usaha maupun untuk konsumsi. 18
16
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam & Lembaga-Lembaga Terkait,
Ed.Revisi, Cet 4, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 114-115
17
Hisyam Iskhak, Modul mata kuliah Analisis Pembiayaan Perbankan Syariah. 20102011
18
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta: UMP AMP YKPN, 2002,
hlm.259
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
47
Dalam proses pengajuan pembiayaan, setelah proses solisitasi, maka
perlu diadakan evaluasi terhadap proposal pembiayaan yang diajukan.
Tahapan evaluasi yakni:
1. Evaluasi kelayakan usaha yang akan dibiayai.
Dalam tahap ini dapat dilakukan analisa kualitatif dan analisa kuantitatif.
a. Analisa Kualitatif
1. Aspek manajemen
a) Menilai karakter dan kemampuan dalon debitur serta organisasi
perusahaan calon debitur (akhlak dan integritas).
b) Latar belakang pendidikan dan keahlian.
c) Kemampuan
melakukan
fungsi
manajemen
:
produksi,
pemasaran dan keuangan.
d) Kemampuan mengelola faktor produksi, material, tenaga kerja,
alat produksi, administrasi dan keuangan, hubungan industrial,
dan sebagainya.
e) Ketekunan dan profil kerja.
f) Reputasi dalam menepati janji di lingkungan usahanya melalui
suppliernya, pelanggan dan tetangga.
g) Regenerasi pengelola usaha
2. Aspek pengelolaan usaha
a) Ketersediaan bahan baku dan kesinambungan produksinya
(aspek bahan baku).
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
48
b) Menganalisa produk yang dihasilkan calon debitur masih
memiliki peluang pasar (aspek pemasaran).
c) Menilai perusahaan calon debitur mampu menghasilkan produk
dengan kualitas baik dan harga yang dapat bersaing di pasar
(aspek kualitas produk)
d) Menilai bagaimana barang dapat dengan lancar sapai ke
konsumen.
e) Bagaimana kondisi persaingan penjualan barang sejenis dan
dimana possisi nasabah.
3. Aspek keuangan nasabah
Menilai sejauh mana permodalan yang dimiliki nasabah dalam
pengembangan usahanya dan apabila terdapat resiko kerugian
seberapa
kemampuan
modalnya
untuk
menanggungnya
(solvabilitas) yang dapat dihitung melalui perhitungan Debt to
Equity Ratio (DER) dengan cara jumlah hutang dibagi dengan
modal, dimana jika semakin besar prosentasenya maka semakin
jelek kemampuan bayar perusahaan tersebut.
Menilai usaha calon nasabah kalau direalisasikan pembiayaan,
akan menguntungkan nasabah dan bank. Dan calon debitur dapat
membayar seluruh kewajibannya dengan mendapatkan keutungan
yang memadai (rentabilitas). Rentabilitas dapat dilihat dari profit
margin (laba : penjualan), Return On Equity (ROE) yang dapat
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
49
dihitung dari laba : modal , dan Return On Assets (ROA) yang
diperoleh dari perhitungan laba : asset.
Menilai kemampuan nasabah dalam menyediakan dana yang
likuid, guna menutup kewajiban jangka pendeknya dari waktu ke
waktu (likuiditas), dimana semakin tinggi jumlahya maka semakin
baik. Likuiditas dapat diukur dari Quick Ratio yang diperoleh dari
aktiva lancar-persedian : hutang lancar, dan Current Ratio yang
didapat dari perhitungan aktiva lancar : pasiva lancar.
b. Analisa Kuantitatif
1. Analisa Trend (Horizontal)
a) Untuk membandingkan kinerja usaha nasabah pada dua atau
lebih perode laporan keuangan, sesuai kebutuhan.
b) Ratio dan pos-pos penting neraca dan laba/rugi yang
diperbandingkan
disesuaikan
dengan
kebutuhan
analisis,
terutama untuk mengetahui ratio pertumbuhan.
2. Analisa Rasio-Rasio Keuangan (Vertikal)
Analisa dengan memperbandingkan antar pos penting dalam
laporan keuangan dalam satu periode tertentu. Rasio-rasio yang
dibandingkan yakni: rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan ratio
rentabilitas.
a) Rasio likuiditas
Yakni
kemampuan
penyediaan
kas
guna
menutupi
kewajibannya dalam jangka pendek.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
50
1) Quick rasio = (kas + bank + piutang) : hutang lancar
2) Current rasio = aktiva lancar : hutang lancar
Semakin besar semakin baik (likuid)
b) Rasio solvabilitas
Yakni kemampuan nasabah untuk membayar seluruh
kewajibannya dari modal atau asset yang dimiliki.
1) DER (Debt to Equity Ratio) =
(hutang lancar + hutang jangka panjang) : modal
Semakin besar semakin jelek.
c) Rasio rentabilitas
Yakni untuk menukur kemampuan menghasilkan laba dan
efisiensi usaha.
1) PM (Profit Margin) = laba bersih : pendapatan
2) ROE (Return On Equity) = laba : modal
3) ROA (Return On Assets) = laba : asset
Semakin besar semakin baik.
3. Analisa Cash Flow
a) Analisa dengan melihat arus kas berupa pemasukan dan
pengeluaran kas secara riil, sehingga dapat diketahui surplus
atau defisit serta sumber-sumber kas yang ada.
b) Sangat diperlukan untuk mengetagui perputaran usaha nasabah,
agar diketahui kebutuhan kas dari waktu ke waktu.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
51
c) Pendekatan yang dipergunakan yakni memilah kedalam pos-pos
tertentu, seperti pos opersional atau pos non operasional.
2. Evaluasi dokumentasi legalitas, taksasi jaminan, checking (BI, trade,
personal).
a. Aspek legal dan syariah
1. Menilai barang yang diusahakan
a) Halal
b) Thoyyib
c) Bermanfaat
d) Memenuhi kaidah hukum positif maupun syariah
2. Menilai legalitas lainnya
a) Calon debitur
b) Badan usaha perusahaan
c) Kredibilitas perusahaan
d) Agunan
3. Proses pembiayaan sesuai dengan aspek syariah
b. Aspek jaminan nasabah
1. Collateral valuation
Ketepatan dalam menilai harga jaminan, kesesuaian dengan
pembiayaan.
2. Liquidity
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
52
Proses likuidasi cepat apabila terjadi masalah pembiayaan, mudah
diuangkan, dan milik sendiri.
3. Depreciability
Penyusutan/kadar jaminan, lebih baik jika harta tetap.
4. Marketability
Pasar/kemudahan dalam menjual. Strategis, jalan memadai, kondisi
tanah dan bangunan.
5. Controlability
Pengawasan
jaminan.
Lokasi
jelas,
batas-batas,
legalitas,
penguasaan dokumen.
c. Checking
Untuk mengetahui kolektabilitas calon nasabah dilakukan
pengecekan yang antara lain dapat dilakukan melalui BI checking atau
sesama bank. Karakteristik nasabah juga dapat diketahui dengan
menanyakan
bagaimana
kondisi
pribadinya
melalui
supplier,
pelanggan dan tetangganya.
http://elc.stain-pekalongan.ac.id/
Deposit user: Agus Arwani, M.Ag.
Download