Sosialisasi UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

advertisement
Sosialisasi
UU No. 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa
Keuangan
SAMARINDA , 2 jULI 2015
1
POKOK BAHASAN
1
Pengertian, Latar Belakang dan Tujuan
Pembentukan OJK
2
Fungsi , Tugas dan wewenang OJK
3
Governance OJK
4
Pembiayaan (Sumber dana ) OJK
5
Koordinasi dan Kerja Sama OJK dengan
Lembaga Lain
6
Edukasi dan Perlindungan Konsumen
2
Otoritas Jasa Keuangan
Otoritas Jasa Keuangan, yang
selanjutnya disingkat OJK, adalah
lembaga yang independen dan
bebas dari campur tangan pihak
lain, yang mempunyai fungsi, tugas,
dan
wewenang
pengaturan,
pengawasan, pemeriksaan, dan
penyidikan sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang
No. 21
Tahun 2011.
3
Latar Belakang Pendirian Otoritas Jasa Keuangan
Perkembangan
Sistem
Keuangan
Permasalahan
di Sektor
Keuangan
Konglomerasi
bisnis
Moral hazard
Hybrid
products
Perlindungan
konsumen
Regulatory
arbitrage
Koordinasi
lintas sektoral
Amanat
UndangUndang
UU Bank
Indonesia
mengamanatkan
pembentukan
lembaga
pengawasan
sektor jasa
keuangan
Perlu penataan kembali lembaga-lembaga yang melaksanakan fungsi
pengaturan dan pengawasan di industri jasa keuangan
4
MISI:
1. Mewujudkan terselenggaranya seluruh kegiatan di dalam
sektor jasa keuangan secara teratur, adil, transparan, dan
akuntabel;
2. Mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil;
3. Melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat
VISI:
“Menjadi lembaga pengawas industri jasa keuangan yang
terpercaya, melindungi kepentingan konsumen dan
masyarakat, dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan
menjadi pilar perekonomian nasional yang berdaya saing
global serta dapat memajukan kesejahteraan umum.”
Dalam mencapai tujuannya, OJK mendukung kepentingan sektor jasa keuangan nasional
sehingga mampu meningkatkan daya saing nasional.
OJK juga diharapkan dapat menjaga kepentingan nasional, antara lain, meliputi sumber
daya manusia, pengelolaan, pengendalian, dan kepemilikan di sektor jasa keuangan, dengan
tetap mempertimbangkan aspek positif globalisasi.
5
TUJUAN, FUNGSI DAN TUGAS OJK
Tujuan
Dasar Hukum: UU Nomor 21 Tahun 2011 tentang OJK (Bab III)
OJK dibentuk dengan tujuan agar keseluruhan kegiatan di dalam sektor
jasa keuangan:
a. Terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntabel;
b. Mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara
berkelanjutan dan stabil; dan
c. Mampu melindungi kepentingan Konsumen dan masyarakat
Fungsi
OJK berfungsi menyelenggarakan sistem pengaturan dan pengawasan
yang terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa
keuangan
Tugas
OJK melaksanakan tugas pengaturan dan pengawasan terhadap:
a. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perbankan;
b. Kegiatan jasa keuangan di sektor Pasar Modal; dan
c. Kegiatan jasa keuangan di sektor Perasuransian, Dana Pensiun,
Lembaga Pembiayaan, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya
Kewenangan
Terkait dengan tugas pengaturan & pengawasan sektor perbankan, OJK
memiliki kewenangan:
a. Mengatur dan mengawasi bank
b. Mengatur dan mengawasi kesehatan bank
c. Mengatur dan mengawasi aspek kehati-hatian bank
d. Memeriksa bank
6
Wewenang OJK
Wewenang Pengaturan
• Menetapkan peraturan
pelaksanaan UU OJK;
• Menetapkan peraturan
perundang-undangan di sektor
jasa keuangan;
• Menetapkan peraturan
mengenai pengawasan;
• Menetapkan peraturan
mengenai tata cara penetapan
perintah tertulis
Wewenang Pengawasan
•
•
•
•
Melakukan pengawasan dan
perlindungan Konsumen sektor
Perbankan, Pasar Modal & IKNB;
Memberikan dan/atau mencabut
izin usaha; pengesahan;
persetujuan atau penetapan
pembubaran;
Memberikan perintah tertulis
kepada LJK & menunjuk
Pengelola Statuter
Menetapkan sanksi administratif
7
Wewenang Pengawasan
Penyidikan
Tindak Lanjut Penyidikan
• Penyidik PNS diberi wewenang
khusus sebagai penyidik
sebagaimana dimaksud dalam
KUHP;
• Penyidik PNS melaksanakan
segala hal yang berkaitan
dengan penyidikan
• Penyidik PNS menyampaikan
hasil penyidikan kepada Jaksa
untuk dilakukan penuntutan;
• Jaksa menindaklanjuti dan
memutuskan tindak lanjut
hasil penyidikan dalam waktu
90 hari sejak diterimanya hasil
penyidikan
8
Perlindungan Konsumen
Pencegahan Kerugian
 Memberikan
edukasi
kepada
masyarakat
tentang produk dan jasa
keuangan;
• Meminta lembaga jasa
keuangan menghentikan
kegiatannya
apabila
berpotensi
merugikan
masyarakat;
• Tindakan lain yang
dianggap perlu.
Pelayanan Pengaduan
Konsumen
Pembelaan Hukum
 Menyiapkan perangkat
dan
mekanisme
pelayanan
pengaduan
konsumen
yang
dirugikan oleh pelaku
lembaga jasa keuangan;
• Memfasilitasi
penyelesaian pengaduan
Konsumen
yang
dirugikan oleh pelaku
lembaga jasa keuangan.
 Memerintahkan
atau
melakukan
tindakan
tertentu kepada lembaga
jasa keuangan untuk
menyelesaikan
pengaduan
konsumen
yang dirugikan;
• Mengajukan
gugatan:
untuk
memperoleh
kembali harta kekayaan
milik
pihak
yang
dirugikan serta untuk
memperoleh
ganti
kerugian dari pihak yang
menyebabkan kerugian
pada
konsumen
dan/atau lembaga jasa
keuangan sebagai akibat
dari pelanggaran atas
peraturan.
9
NILAI TAMBAH KEBERADAAN OJK
1. Pengintegrasian pengaturan dan pengawasan lembaga keuangan.
• Tujuan: mengurangi dan menghilangkan duplikasi dan pengaturan yang terpisahpisah melalui harmonisasi kebijakan.
• Nilai tambah: peningkatan efisiensi dan konsistensi kebijakan; pengurangan
arbitrasi sehingga mendorong kesetaraan dalam industri keuangan; pengurangan
biaya terhadap industri dan masyarakat.
• Integrasi akan mengacu pada Arsitektur Pengembangan Sektor Jasa Keuangan,
yang mensinergikan berbagai masterplan yang telah disusun sebelumnya di Bank
Indonesia dan Bapepam-LK.
2. Edukasi dan Perlindungan Konsumen keuangan
• Tujuan utama: (i) Meningkatkan kepercayaan dari investor dan
konsumen dalam setiap aktivitas dan kegiatan usaha di sektor jasa
keuangan; (ii) Memberikan peluang dan kesempatan untuk
perkembangan sektor jasa keuangan secara adil, efisien dan
transparan.
• Dalam jangka panjang, industri keuangan mendapat manfaat
positif memacu peningkatan efisiensi sebagai respon dari tuntutan
pelayanan yang lebih prima terhadap pelayanan jasa keuangan.
10
Governance OJK
Ketua
Anggota (Kepala
Eksekutif Pengawas
Perbankan
Kepala Eksekutif
• Memimpin pelaksanaan
tugas pengawasan
Perbankan/Pasar
Modal/IKNB (a.l.
Pemeriksaan,
penyidikan, perintah
tertulis, pengelola
statuter, mengenakan
sanksi,
memberi/mencabut izin)
• Melaporkan
pelaksanaan tugasnya
kepada Dewan
Komisioner
Anggota (Kepala
Eksekutif
Pengawas Pasar
Modal)
Anggota (Kepala
Eksekutif
Pengawas IKNB)
Wakil (Ketua Komite
Etik)
Dewan Komisioner OJK
• Bersifat kolektif dan kolegial
• Memiliki hak suara yang sama
• Melaksanakan tugas
pengaturan
• Mengawasi pelaksanaan tugas
kepala eksekutif
Anggota (Bidang
Edukasi &
Perlindungan
Konsumen)
Anggota (Ex Officio
BI)
Anggota (Ex
Officio
Kemenkeu)
Anggota (Ketua
Dewan Audit)
11
Mekanisme Pemilihan Dewan Komisioner
Presiden
membentuk
Panitia Seleksi
Panitia Seleksi dan
menyampaikan kepada
Presiden 3 orang calon
untuk setiap DK yang
dibutuhkan
Presiden menyeleksi &
menyampaikan kepada
DPR 2 orang calon
untuk setiap anggota
DK yang dibutuhkan
Presiden mengangkat
dan menetapkan
calon terpilih sebagai
anggota DK
DPR memilih calon
anggota DK sesuai
dengan jumlah
anggota DK yang
dibutuhkan
Catatan:
• Dalam penyampaian calon anggota
kepada DPR, Presiden mengajukan
2 (dua) orang sebagai calon ketua
DK;
• DPR memilih salah satu calon
sebagai ketua DK, sementara calon
yang tidak terpilih diikutsertakan
untuk dipilih sebagai anggota DK;
• Calon anggota ex officio masingmasing diajukan Menteri Keuangan
dan Gubernur BI untuk ditetapkan
Presiden.
12
INDEPENDENSI REGULATOR
Independensi
dalam
membuat
peraturan
Independensi
dalam
melakukan
pengawasan
Independensi
secara
institusi
Independensi
secara
Anggaran
(Budget)
APBN
Pungutan
Transparansi dan
Akuntability
Laporan
Keuangan
Laporan
Kegiatan
13
Akuntabilitas
• OJK menyusun Rencana Kerja &
Anggaran OJK;
• Anggaran diajukan kepada DPR untuk
mendapat persetujuan.
RKA
OJK
Laporan
Transparansi
• OJK menyusun laporan keuangan dan
laporan kegiatan;
• OJK menyampaikan laporan-laporan
kepada Presiden dan DPR.
• Laporan keuangan OJK diaudit BPK atau
KAP yang ditunjuk BPK;
• OJK mengumumkan laporan tahunan
OJK kepada publik melalui media cetak
dan media elektronik.
14
Pembiayaan OJK
Bersumber dari APBN
&/ pungutan dari pihak
yang melakukan
kegiatan di sektor jasa
keuangan
Penetapan besaran
pungutan dilakukan
dengan tetap
memperhatikan
kemampuan pihak yang
melakukan kegiatan di
sektor jasa keuangan
Pembiayaan dr APBN
diperlukan pd saat
pungutan dr pihak yang
melakukan kegiatan di
industri jasa keuangan
blm dpt mendanai
seluruh kegiatan OJK
secara mandiri
Anggaran
OJK
15
RECYCLING PENGGUNAAN PUNGUTAN
Otoritas Jasa Keuangan
Pertumbuhan Industri
Jasa Keuangan yang
berkelanjutan
Literacy & Kepercayaan
Konsumen terhadap
Sektor Jasa Keuangan
Pungutan
Program kerja yang bernilai tambah:
- Pengaturan &Pengawasan Terintegrasi
- Perlindungan Konsumen
- Good Governance
16
Koordinasi dan Kerja Sama
Lembaga
Lain
BI
LPS
- OJK, BI, dan LPS membangun dan memelihara sarana
pertukaran informasi secara terintegrasi;
- OJK, BI, dan LPS berbagi seluruh informasi tentang
perbankan (timely basis) dengan menjaga
kerahasiaan;
- OJK, BI, dan LPS bekerja sama dalam kegiatan
pemeriksaan bank;
- OJK segera menginformasikan ke BI terhadap bank
yang mengalami kesulitas likuiditas atau kondisi
memburuk untuk dilakukan langkah-langkah sesuai
kewenangan BI (lender of last resort);
- OJK, Kemenkeu, BI dan LPS bekerja sama menjaga
stabilitas sistem keuangan dan dalam pencegahan
serta penanganan krisis;
- OJK bekerja sama dan berkoordinasi dengan instansi
lain, termasuk penegak hukum dalam rangka
penyidikan dan perlindungan konsumen
- OJK bekerja sama dan berkoordinasi dengan instansi
lain nasional maupun internasional berdasarkan asas
timbal balik yang seimbang.
17
TUJUAN OJK HANYA DAPAT TERWUJUD DENGAN KOORDINASI
PEMERINTAH
PARLEMEN
BANK INDONESIA
OJK
LPS
-Media
-AKADEMISI
-Pengamat
-Masyarakat
SEKTOR JASA
KEUANGAN
18
Protokol Koordinasi
Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK):
- Menjaga stabilitas sistem keuangan
- Anggota: Menteri Keuangan, Gubernur BI, Ketua DK OJK dan Ketua DK LPS;
- Pengambilan keputusan secara musyawarah mufakat dan suara terbanyak (apabila
mufakat tidak tercapai).
Kondisi Normal
- Melakukan pemantauan dan evaluasi
stabilitas sistem keuangan dan
pertukaran informasi;
- Membuat rekomendasi kepada
anggota untuk melakukan tindakan
dan/atau membuat kebijakan dalam
rangka memelihara stabilitas sistem
keuangan;
- Rapat sekurang-kurangnya satu kali
dalam 3 bulan.
Kondisi Tidak Normal
- Untuk pencegahan dan penanganan
krisi, masing-masing dapat
mengajukan ke FKSSK untuk segera
dilakukan rapat guna memutuskan
langkah-langkah pencegahan atau
penanganan krisis;
- Menetapkan dan melaksanakan
kebijakan yang diperlukan dalam
rangka pencegahan dan penanganan
krisis pada sistem keuangan sesuai
dengan kewenangan masing-masing.
Ketentuan ini berlaku sampai dengan ditetapkannya Undang-Undang mengenai Jaring
Pengaman Sistem Keuangan
19
20
Download