BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen. Pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran terpendek adalah memenuhi kebutuhan secara menguntungkan. Kotler (2009) menyatakan pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Menurut Levitt (1960, dalam Kotler, 2009), terdapat perbedaan antara pemasaran dan penjualan. Penjualan berfokus pada kebutuhan penjualan sedangkan pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai sedangkan pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan lewat sarana-sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang dihubungkan dengan mengkonsumsinya. hal menciptakan, menyerahkan, dan akhirnya 2.2 Persepsi Konsumen terhadap Buah Pimento Tujuan pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan secara lebih baik daripada pesaing. Untuk itu seorang pemasar harus mengetahui tentang perilaku konsumen terhadap produk barang dan jasa yang terdapat di pasaran. Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok, dan organisasi atau lembaga memilih, membeli, menggunakan, dan membuang barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen terhadap barang dan jasa antara lain faktor budaya (budaya, sub budaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga, status), faktor pribadi (usia, pekerjaan, keadaaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian), dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan, dan sikap). Untuk memahami bagaimana konsumen sesungguhnya mengambil keputusan pembelian, seorang pemasar harus mengidentifikasikan siapa saja yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk barang dan jasa. Yang termasuk dalam hal ini adalah pemrakarsa, pengambil keputusan, pembeli, atau pengguna. Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling disukai, tetapi ada dua faktor yang bisa berada diantara niat dan keputusan pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika ada orang yang mempengaruhi pikiran konsumen untuk membeli suatu produk yang lebih murah, maka konsumen tersebut akan mengurungkan niat untuk membeli produk yang mahal dan beralih untuk membeli produk yang lebih murah. Faktor kedua adalah situasi yang tidak diharapkan. Dalam membeli suatu produk, konsumen tentunya akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat dari produk yang akan dibeli. Jika pendapatan, harga, dan manfaat dari produk tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen tersebut, maka konsumen dapat membatalkan niatnya membeli produk tersebut atau beralih membeli produk yang lebih bermanfaat dan dengan harga yang terjangkau. 2.3 Uji Pasar Agar produk bisa diterima oleh konsumen luas, maka produk tersebut harus melalui uji pasar. Kotler dan Amstrong (2008), menyatakan bahwa uji pasar adalah suatu tahap dimana produk dan program pemasaran diperkenalkan pada lingkungan pasar yang lebih realistis. Cooper dan Scindler (2006), menyatakan bahwa uji pasar adalah eksperimen terkontrol yang dijalankan di sebuah tempat pemasaran yang dipilih dengan cermat untuk mengukur respons tempat pemasaran dan memprediksi penjualan atau keunggulan sebuah produk. Tujuan uji pasar adalah untuk membantu manajer pemasaran memperkenalkan produk atau layanan baru, menambah produk ke jajaran yang sudah ada, mengidentifikasi konsep yang berpotensi, atau meluncurkan ulang versi perbaikan dari merek yang sudah terkenal (Cooper dan Scindler, 2006). Uji pasar memberi pengalaman kepada pemasar untuk memasarkan produknya ke pasar melalui program-program pemasaran, antara lain strategi positioning, iklan, distribusi, penetapan harga, merek dan kemasan, serta tingkat anggaran. Jumlah dari uji pasar yang dibutuhkan bervariasi tergantung dari produk baru yang akan diujikan tersebut. Uji pasar dapat membutuhkan biaya yang tinggi dan waktu yang banyak sehingga memungkinkan pesaing dapat memperoleh keunggulan dengan memasuki pasar terlebih dahulu. Namun jika biaya untuk melakukan uji pasar tersebut rendah atau pihak manajemen telah yakin bahwa produk baru mereka akan laku di pasaran, maka perusahaan dapat melakukan sedikit atau tanpa melakukan uji pasar sama sekali. Menurut Cooper dan Scindler (2006), terdapat enam jenis uji pasar utama yaitu: 1. Uji Pasar Standar Uji pasar standar merupakan uji tradisional terhadap sebuah variabel bauran produk atau pemasaran dalam basis gografis terbatas. Uji ini memberikan pengujian nyata untuk mengevaluasi produk dan program pemasaran pada skala yang lebih kecil dan murah. Perusahaan yang sedang meluncurkan produk memilih zona penjualan tertentu, kota-kota uji pasar, atau wilayah yang mempunyai karakteristik yang dapat dibandingkan dengan wilayah konsumen produk yang diharapkan. 2. Uji Pasar Terkontrol Uji pasar terkontrol merupakan uji distribusi yang digerakkan secara real time dan dijalankan oleh penyedia riset khusus yang menjamin distribusi produk uji melalui outlet-outlet di kota-kota terpilih. Lokasi pengujian mewakili proporsi total volume penjualan toko oleh pemasar. Perusahaan riset biasanya menangani proses penjualan peritel dan menyediakan pengadaan, persediaan, penetapan harga, dan control persediaan. 3 Uji Pasar Elektronik Uji pasar elektronik merupakan sistem pengujian yang mengkombinasikan layanan distribusi toko, panel pemindai konsumen, dan pengiriman media tingkat rumah tangga dalam pasar yang didesain secara khusus. 4 Uji Pasar Tersimulasi Uji pasar tersimulasi muncul dalam riset laboratorium yang didesain untuk membuat simulasi lingkungan perbelanjaan tradisional menggunakan sampel yang terdiri dari konsumen produk. Uji ini tidak terjadi di pasar tetapi seringkali dianggap sebagai uji awal sebelum uji pasar berskala penuh. Uji ini dirancang untuk menentukan tanggapan konsumen terhadap upaya produk dalam selang waktu yang dipersempit. 5 Uji Pasar Virtual Uji pasar virtual mengunakan simulasi komputer dan perangkat keras lain untuk meniru keterlibatan pengalaman berbelanja interaktif dalam lingkungan tiga dimensi. 6 Uji Pasar Berbasis Web Uji pasar berbasis web merupakan uji produk dengan menggunakan distribusi online. Uji ini biasanya digunakan oleh produsen berskala besar yang mencari perangkat pengestimasi kebutuhan produk baru yang cepat dan efektif dalam hal biaya. 2.4 Buah Pimento Buah Pimento, merupakan jenis sayur buah yang mulai berkembang dan baru diperkenalkan di Indonesia. Kata pimento, berasal dari Bahasa Portugal, yang bilamana diterjemahkan berarti Cabai Manis. Tanaman Pimento masuk ke Indonesia tepatnya sekitar pertengahan tahun 2010 dan mulai dikembangkan di daerah Cangar, Batu, Malang. Pada pertengahan tahun 2012, budidaya tanaman Pimento mulai dikembangkan di Bali tepatnya di daerah Bedugul.Kegunaan Pimento untuk makanan salad ataupun dimakan secara langsung (sebagai kudapan). Pimento tidak mengandung zat capsaicin yang biasa terdapat dalam Paprika ataupun Cabai. Variasi buah Pimento yang beredar di masyarakat konsumen negara Belanda, terdiri atas warna merah, kuning dan oranye (maturity stage colour). Dimulai dengan buah yang berwarna hijau sebagai penanda warna buah yang belum matang (immaturity stage colour). Warna merah bernama Daoray (sugar content: 8,8 sd 9.2 % brix). Warna kuning bernama Daelloy (sugar content: 10,6 sd 11,0 % brix). Warna oranye bernama Daossoy (sugar content: 11,4 sd 11,8 % brix). Sistematika atau taksonomi tanaman Pimento adalah: Divisi : Spermatophyta (tanaman berbiji) Sub Divisi : Angiospermae (biji berada dalam buah) Kelas : Dicotildonae (biji berkeping dua) Ordo : Solanales Famili : Solanaceae (terong-terongan) Genus : Capsicum Species : Capsicum annum Varietas : Grossum Kandungan atau nilai gizi dari Pimento per 100 g nya dapat dilihat pada Tabel 2.1: Tabel 2.1 Kandungan gizi Pimento per 100 g No Kandungan Jumlah 1 Protein 0,87 g 2 Lemak 0,35 g 3 Karbohidrat 6,5 g 4 Kalsium 8 mg 5 Fosfor 22 mg 6 Besi 0,7 mg 7 Vitamin A 32 IU 8 Vitamin B 1 580 mg 9 Vitamin B 2 0,05 mg 10 Vitamin C 180 mg 11 Serat 0,32 g 12 Niasin 0,36 mg 13 Kadar air 94 % 14 Kalori 42 k kal Sumber: Lempsey (1996) dan Adro (2015) 2.5 Budidaya Buah Pimento Produktivitas tanaman Pimento yang ditanam di daerah Cangar, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali mencapai 37 sd 39 ton/ha, dengan umur mencapai 9 bulan. Di daerah Eropa, seperti di Belanda, Israel, ataupun Hungaria, produktivitas tanaman Pimento yang ditanam dalam green house dapat mencapai 54 sampai 56 ton per hektar, dengan periode penanaman selama 12 sd 14 bulan. Produktivitas yang relatif tinggi tersebut, dengan modifikasi dari keadaan lingkungan seperti penambahan radiasi sinar serta modifikasi gas O2 dengan CO2 dalam ruangan green house serta intentsitas serangan dari hama penyakit yang tidak begitu banyak. Adapun potensi produksi secara genetik dapat mencapai 62 sd 64 ton per hektar. Tanaman Pimento yang ditanam di Negara Indonesia menghendaki temperatur yang relatif sejuk, seperti di daerah tempat asalnya di Eropa. Daerah penanaman yang cocok untuk tanaman Pimento di Indonesia berada pada daerah dataran tinggi, dengan ketinggian tempat berkisar antara 1000 sd 1500 m dpl. Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pimento berkisar antara suhu 16 sd 26oC. Dengan suhu rata-rata maksimum berkisar antara 32 sd 34oC dan suhu rata-rata minimum 10 sd 12oC. Di luar dari ketinggian tempat tersebut, akan berdampak negatif bagi pertumbuhan, perkembangan dan pembuahan Pimento. Jika kurang dari 1000 meter, maka proses penyerbukan bunga Pimento akan menjadi terganggu serta menyebabkan bunga mudah gugur. Sebaliknya, bilamana pada ketinggian yang melebihi dari 1500 m, menjadikan tanaman mudah terserang jamur, buah yang terbentuk menjadi tidak manis serta proses pematangan buah menjadi lama. Temperatur yang terlalu tinggi, akan menyebabkan tanaman kehilangan banyak air akibat penguapan, sehingga tanaman terbakar dan daun mati. Temperatur yang terlalu rendah, menyebabkan nekrosis pada jaringan lamina daun, sehingga daun gugur. Temperatur yang tidak sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman membuat bunga atau buah menjadi gugur, sebelum mencapai fase kematangan. Tingkat kelembaban udara yang optimal untuk pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman Pimento di Indonesia berkisar antara 70 sd 80 %. Kelembaban udara yang terlalu rendah atau tinggi menyebabkan bunga dan buah muda menjadi gugur. Kelembaban udara yang terlalu rendah menyebabkan tanaman Pimento menderita klorosis dan antosianensis. Kelembaban udara yang ekstrim kering menjadikan tajuk tanaman layu, akibat laju transpirasi lebih banyak dibandingkan tingkat penyerapan air oleh akar tanaman. Kelembaban yang rendah mengakibatkan tanaman menderita dieback, sehingga proses pembungaan dan pembuahan terhenti. Kelembaban udara yang terlalu lembab atau terlalu basah, menyebabkan resiko pembusukan pada akar, sehingga tanaman layu. Kelembaban udara yang tinggi, juga mengganggu proses penyerapan air dan unsur hara oleh akar tanaman, akibat ketidakseimbangan laju transpirasi tanaman. Aktivitas dan proses fisiologis dan fotosintesis tanaman memiliki peranan sebagai sumber energi untuk menghasilkan asimilat bagi pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman Pimento. Tanaman Pimento akan tumbuh dan berproduksi dengan baik, bilamana memperoleh cahaya matahari yang cukup. Mengingat bahwa berbudidaya Pimento di Indonesia hanya dilakukan pada dalam naungan rumah kaca (green house), maka resiko tanaman mengalami kekurangan sinar matahari manjadi terbuka. Atap plastik yang digunakan harus dijaga kebeningannya, agar intersepsi radiasi matahari tidak terlalu banyak yang mengalami reduksi. Intersepsi radiasi sinar matahari minimum yang masih dapat ditoleransi adalah berkisar 70 sd 80 %. Jika radiasi sinar kurang dari 70 %, maka tanaman akan mengalami etiolasi dan keterlambatan proses pembuahan. Jika sinar matahari tidak mencukupi, maka pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman manjadi terganggu. Tanaman akan tumbuh memanjang, mengalami proses etiolasi akibat berkumpul hormon auksin pada pucuk tanaman, serta menjadi pucat, lemah, kurus, daun berguguran dan mudah rebah. Sebaliknya jika tanaman mendapatkan intensitas matahari yang terlalu tinggi, maka tanaman akan mengalami daun klorosis, dan bunga serta buah mudah mengering. 2.6 Buah Paprika Tanaman Paprika berasal dari Amerika Tengah dan Selatan dimana banyak spesies yang telah dibudidayakan selama beratus-ratus tahun sebelum Columbus datang. Paprika menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1500an. Paprika termasuk ke dalam family Solanaceae. Daunnya berukuran lebar dan berwarna hijau tua. Bentuk buah Paprika mirip lonceng, sehingga dinamakan bell pepper. Meskipun aromanya sangat pedas tetapi rasa buah paprika tidak pedas bahkan cenderung manis sehingga sering disebut sweet pepper. Paprika membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya yaitu suhu 24 sd 30oC pada siang hari dan 9 sd 12oC pada malam hari. Di Indonesia, Paprika dapat tumbuh pada daerah yang bersuhu 16 sd 25oC. Buah Paprika mengandung sedikit protein, lemak, dan gula, tetapi mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (160 mg/100 g buah segar). Jika dibandingkan dengan Jeruk, kandungan vitamin C pada buah Jeruk sebesar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada parika jauh lebih tinggi. Kandungan atau nilai gizi dari Paprika per 100 g nya dapat dilihat pada Tabel 2.2: Tabel 2.2 Kandungan gizi Paprika per 100 g No Kandungan Jumlah 1 Protein 0,9 g 2 Lemak 0,3 g 3 Karbohidrat 4,4 g 4 Kalsium 7,0 mg 5 Fosfor 22 mg 6 Besi 0,4 mg 7 Vitamin A 540 IU 8 Vitamin B 1 22,0 mg 9 Vitamin B 2 0,002 mg 10 Vitamin C 160 mg 11 Serat 1,7 g 12 Niasin 0,4 mg 13 Kadar air 92 % 14 Kalori 20 k kal Sumber: Azzamy (2015) Buah Paprika dibedakan menurut bentuk, warna, dan ukuran. Berdasarkan bentuk, paprika dibedakan menjadi bentuk blok (blocky) atau lonceng (bell) dan bentuk lonjong (lamujo). Dari segi warna Paprika dibedakan menjadi empat warna yaitu merah, hijau, kuning, dan oranye. Sedangkan berdasarkan ukuran, Paprika dibedakan menjadi empat yaitu: 1. Kecil diameter buah 6,5 sd 7,5 cm, bobot buah 120 sd 160 gram 2. Sedang diameter buah 8 sd 9,5 cm, bobot buah 160 sd 200 gram 3. Besar diameter buah 10 sd 11 cm, bobot buah 200 sd 250 gram 4. Sangat besar diameter buah > 11 cm, bobot buah > 250 gram 2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian Atmaja (2009) tentang “Uji Pasar Buah Pepaya Hasil Pengembangan Riset Unggulan Strategi Nasional”. Tujuan dari peneltian ini adalah untuk mengetahui (1) Buah Pepaya pengembangan Rusnas ini dapat bersaing atau tidak dengan produk atau buah Pepaya yang sudah ada di pasar, (2) Buah Pepaya pengembangan Rusnas ini dapat diterima atau tidak oleh pasar, (3) Karakteristik pepaya yang dijadikan pertimbangan oleh konsumen dalam membeli buah Pepaya. Hasil dari penelitian ini adalah perbandingan persentase penjualan Pepaya Bogor dengan Pepaya Bangkok penjualannya belum dapat bersaing. Pepaya hasil pengembangan Rusnas di pasaran sudah dapat diterima oleh pasar, dengan melihat tingkat kepuasan yang diberikan oleh konsumen terhadap Pepaya hasil pengembangan Rusnas berada pada tingkat puas. Berdasarkan hasil penelitian variabel yang dijadikan pertimbangan konsumen dalam membeli buah Pepaya adalah variabel aroma, rasa, daging buah, dan tanggapan secara keseluruhan. Selain itu terdapat hubungan yang nyata atau positif antara tingkat kepuasan konsumen dengan pembelian Pepaya Rusnas dilihat dari teksturnya. Persamaan dengan penelitian “Uji Pasar Terhadap Buah Pimento Di Bali “ adalah tujuan dari kedua penelitian ini yaitu ingin mengetahui kemampuan bersaing produk di pasaran, diterima atau tidaknya produk di pasaran serta parameter yang menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk tersebut. Persamaan selanjutnya adalah obyek penelitian merupakan produk baru yang belum atau baru dikenal oleh masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian “Uji Pasar Buah Pepaya”berlokasi di satu tempat saja sedangkan penelitian “Uji Pasar Buah Pimento” berlokasi di dua tempat. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian “Uji Pasar Buah Pepaya”, produk yang diteliti adalah produk baru hasil pengembangan dari dalam negeri sendiri sedangkan pada penelitian”Uji Pasar Buah Pimento, produk yang diteliti adalah produk baru yang berasal dari luar negeri. Penelitian Gori (2009) tentang “Uji Pasar Buah Nenas Hasil Pengembangan Riset Unggulan Strategi Nasional”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Karakteristik nenas yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih nenas hasil pengembangan Rusnas, (2) Nenas hasil pengembangan Rusnas ini dapat diterima atau tidak di pasar, (3) Buah Nenas hasil pengembangan Rusnas dapat bersaing atau tidak dengan buah Nenas yang sudah ada di pasar. Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik buah Nenas yang mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih nenas dibagi menjadi tiga kelompok kategori, yaitu kategori cukup penting (ukuran dan bentuk), penting (warna kulit, tekstur, dan penerimaan secara keseluruhan), dan kategori sangat penting (aroma, rasa, dan daging buah). Nenas hasil pengembangan Rusnas sudah dapat diterima oleh pasar dengan melihat tingkat kepuasan konsumen terhadap harga masing-masing nenas dan tingkat kepuasan konsumen terhadap delapan karakteristik Nenas. Nenas hasil pengembangan Rusnas yaitu Nenas Delika Subang, Nenas Mahkota Bogor, dan Nenas Blitar dapat bersaing dengan nenas lain (Nenas Kediri) secara berturut-turut rata-rata persentase penjualan 12,34, 9,28, 8,16, lebih besar dari rata-rata persentase penjualan Nenas Kediri (4,14). Persamaan dengan penelitian “Uji Pasar Terhadap Buah Pimento Di Bali “ adalah tujuan dari kedua penelitian ini yaitu ingin mengetahui kemampuan bersaing produk di pasaran, diterima atau tidaknya produk di pasaran serta parameter yang menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk tersebut. Persamaan selanjutnya adalah obyek penelitian merupakan produk baru yang belum atau baru dikenal oleh masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian “Uji Pasar Buah Nenas” berlokasi di satu tempat saja sedangkan penelitian “Uji Pasar Buah Pimento” berlokasi di dua tempat. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian “Uji Pasar Buah Nenas”, produk yang diteliti adalah produk baru hasil pengembangan dari dalam negeri sendiri sedangkan pada penelitian “Uji Pasar Buah Pimento, produk yang diteliti adalah produk baru yang berasal dari luar negeri. Penelitian Sudarmini (2008) tentang “Persepsi Konsumen Terhadap Buah Lokal dan Buah Impor di Kota Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) tingkat persepsi konsumen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar, (2) mengetahui perbedaan persepsi konsumen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar, (3) mengidentifikasi variabel-variabel penentu persepsi konsemen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar, (4) mengeksplorasi faktor-faktor penentu persepsi konsumen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan nyata persepsi konsumen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar yang mana tingkat persepsi konsumen lebih baik terhadap buah impor daripada buah lokal yang ditunjukkan oleh pencapaian skor buah impor sebesar 3,61 (tinggi) dan pencapaian skor buah lokal sebesar 2,87 (sedang). Variabel-variabel yang menentukan persepsi konsumen terhadap buah lokal ada 11 variabel dari total 18 variabel. Variabel-variabel tersebut yaitu ketersediaan, kemudahan memperoleh, kemudahan mengkonsumsi, peranan media, fluktuasi harga, kelayakan harga, kebersihan, kemasan, ukuran, tekstur, dan ketahanan. Variabel- variabel yang menentukan persepsi konsumen terhadap buah impor ada 13 variabel dari 18 variabel. Variabel-variabel tersebut yaitu kesegaran, tekstur, ketahanan, ukuran, kemasan, kebersihan, kemudahan mengkonsumsi, ketersediaan, kemudahan memperoleh, kelayakan harga, fluktuasi harga, dan gengsi. Faktor-faktor penentu persepsi konsumen terhadap buah lokal ada empat buah yaitu faktor kemudahan, faktor harga, faktor penampilan, dan faktor kualitas. Sedangkan faktor-faktor penentu persepsi konsumen terhadap buah impor ada lima buah yaitu faktor kualitas, faktor penampilan, faktor kemudahan, faktor harga, dan faktor gengsi. Persamaan dengan penelitian “Uji Pasar Buah Pimento Di Bali adalah tujuan dari kedua penelitian ini yaitu ingin mengetahui parameter yang menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk. Perbedaannya adalah penelitian “Uji Pasar Buah Pimento hanya dilakukan di dua tempat saja sedangkan penelitian “Persepsi Konsumen Terhadap Buah Lokal dan Buah Impor” dilakukan di beberapa supermarket atau minimarket dan pasar-pasar yang ada di seluruh Denpasar. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian “Uji Pasar Buah Pimento”, produk yang diteliti adalah produk baru yang berasal dari luar negeri dan baru atau belum dikenal oleh masyarakat yang dibandingkan dengan produk sejenis yang berasal dari luar negeri namun sudah terlebih dahulu dikenal oleh masyarakat. Sedangkan pada penelitian “Persepsi Konsumen Terhadap Buah Lokal dan Buah Impor”, produk yang diteliti adalah produk yang sudah dikenal oleh masyarakat dan berasal dari dalam negeri yang dibandingkan dengan produk serupa yang berasal dari luar negeri.