BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran Pemasaran merupakan

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis.
Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam
proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra konsumsi guna
memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasan bagi konsumen serta
memberikan keuntungan bagi produsen.
Pemasaran
berhubungan
dengan
mengidentifikasi
dan
memenuhi
kebutuhan manusia dan masyarakat. Salah satu definisi pemasaran terpendek
adalah memenuhi kebutuhan secara menguntungkan. Kotler (2009) menyatakan
pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga,
promosi, dan distribusi gagasan, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran
yang memuaskan tujuan individu dan organisasi.
Menurut Levitt (1960, dalam Kotler, 2009), terdapat perbedaan antara
pemasaran dan penjualan. Penjualan berfokus pada kebutuhan penjualan
sedangkan pemasaran berfokus pada kebutuhan pembeli. Penjualan memberi
perhatian pada kebutuhan penjual untuk mengubah produknya menjadi uang tunai
sedangkan pemasaran mempunyai gagasan untuk memuaskan kebutuhan
pelanggan lewat sarana-sarana produk dan keseluruhan kelompok barang yang
dihubungkan
dengan
mengkonsumsinya.
hal
menciptakan,
menyerahkan,
dan
akhirnya
2.2
Persepsi Konsumen terhadap Buah Pimento
Tujuan pemasaran adalah untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pelanggan secara lebih baik daripada pesaing. Untuk itu seorang
pemasar harus mengetahui tentang perilaku konsumen terhadap produk barang
dan jasa yang terdapat di pasaran. Perilaku konsumen adalah studi tentang
bagaimana individu, kelompok, dan organisasi atau lembaga memilih, membeli,
menggunakan, dan membuang barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan mereka. Terdapat beberapa faktor yang
mempengaruhi perilaku konsumen terhadap barang dan jasa antara lain faktor
budaya (budaya, sub budaya, dan kelas sosial), faktor sosial (kelompok, keluarga,
status), faktor pribadi (usia, pekerjaan, keadaaan ekonomi, gaya hidup,
kepribadian), dan faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan,
dan sikap).
Untuk memahami bagaimana konsumen sesungguhnya mengambil
keputusan pembelian, seorang pemasar harus mengidentifikasikan siapa saja yang
mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian terhadap suatu produk
barang dan jasa. Yang termasuk dalam hal ini adalah pemrakarsa, pengambil
keputusan, pembeli, atau pengguna.
Keputusan pembelian konsumen adalah membeli merek yang paling
disukai, tetapi ada dua faktor yang bisa berada diantara niat dan keputusan
pembelian. Faktor pertama adalah sikap orang lain. Jika ada orang yang
mempengaruhi pikiran konsumen untuk membeli suatu produk yang lebih murah,
maka konsumen tersebut akan mengurungkan niat untuk membeli produk yang
mahal dan beralih untuk membeli produk yang lebih murah. Faktor kedua adalah
situasi yang tidak diharapkan. Dalam membeli suatu produk, konsumen tentunya
akan mempertimbangkan faktor-faktor seperti pendapatan, harga, dan manfaat
dari produk yang akan dibeli. Jika pendapatan, harga, dan manfaat dari produk
tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh konsumen tersebut, maka konsumen
dapat membatalkan niatnya membeli produk tersebut atau beralih membeli produk
yang lebih bermanfaat dan dengan harga yang terjangkau.
2.3 Uji Pasar
Agar produk bisa diterima oleh konsumen luas, maka produk tersebut harus
melalui uji pasar. Kotler dan Amstrong (2008), menyatakan bahwa uji pasar
adalah suatu tahap dimana produk dan program pemasaran diperkenalkan pada
lingkungan pasar yang lebih realistis. Cooper dan Scindler (2006), menyatakan
bahwa uji pasar adalah eksperimen terkontrol yang dijalankan di sebuah tempat
pemasaran yang dipilih dengan cermat untuk mengukur respons tempat pemasaran
dan memprediksi penjualan atau keunggulan sebuah produk. Tujuan uji pasar
adalah untuk membantu manajer pemasaran memperkenalkan produk atau
layanan baru, menambah produk ke jajaran yang sudah ada, mengidentifikasi
konsep yang berpotensi, atau meluncurkan ulang versi perbaikan dari merek yang
sudah terkenal (Cooper dan Scindler, 2006). Uji pasar memberi pengalaman
kepada pemasar untuk memasarkan produknya ke pasar melalui program-program
pemasaran, antara lain strategi positioning, iklan, distribusi, penetapan harga,
merek dan kemasan, serta tingkat anggaran.
Jumlah dari uji pasar yang dibutuhkan bervariasi tergantung dari produk
baru yang akan diujikan tersebut. Uji pasar dapat membutuhkan biaya yang tinggi
dan waktu yang banyak sehingga memungkinkan pesaing dapat memperoleh
keunggulan dengan memasuki pasar terlebih dahulu. Namun jika biaya untuk
melakukan uji pasar tersebut rendah atau pihak manajemen telah yakin bahwa
produk baru mereka akan laku di pasaran, maka perusahaan dapat melakukan
sedikit atau tanpa melakukan uji pasar sama sekali.
Menurut Cooper dan Scindler (2006), terdapat enam jenis uji pasar utama
yaitu:
1. Uji Pasar Standar
Uji pasar standar merupakan uji tradisional terhadap sebuah variabel bauran
produk atau pemasaran dalam basis gografis terbatas. Uji ini memberikan
pengujian nyata untuk mengevaluasi produk dan program pemasaran pada skala
yang lebih kecil dan murah. Perusahaan yang sedang meluncurkan produk
memilih zona penjualan tertentu, kota-kota uji pasar, atau wilayah yang
mempunyai karakteristik yang dapat dibandingkan dengan wilayah konsumen
produk yang diharapkan.
2. Uji Pasar Terkontrol
Uji pasar terkontrol merupakan uji distribusi yang digerakkan secara real time dan
dijalankan oleh penyedia riset khusus yang menjamin distribusi produk uji melalui
outlet-outlet di kota-kota terpilih. Lokasi pengujian mewakili proporsi total
volume penjualan toko oleh pemasar. Perusahaan riset biasanya menangani proses
penjualan peritel dan menyediakan pengadaan, persediaan, penetapan harga, dan
control persediaan.
3
Uji Pasar Elektronik
Uji pasar elektronik merupakan sistem pengujian yang mengkombinasikan
layanan distribusi toko, panel pemindai konsumen, dan pengiriman media tingkat
rumah tangga dalam pasar yang didesain secara khusus.
4
Uji Pasar Tersimulasi
Uji pasar tersimulasi muncul dalam riset laboratorium yang didesain untuk
membuat simulasi lingkungan perbelanjaan tradisional menggunakan sampel yang
terdiri dari konsumen produk. Uji ini tidak terjadi di pasar tetapi seringkali
dianggap sebagai uji awal sebelum uji pasar berskala penuh. Uji ini dirancang
untuk menentukan tanggapan konsumen terhadap upaya produk dalam selang
waktu yang dipersempit.
5
Uji Pasar Virtual
Uji pasar virtual mengunakan simulasi komputer dan perangkat keras lain untuk
meniru keterlibatan pengalaman berbelanja interaktif dalam lingkungan tiga
dimensi.
6
Uji Pasar Berbasis Web
Uji pasar berbasis web merupakan uji produk dengan menggunakan distribusi
online. Uji ini biasanya digunakan oleh produsen berskala besar yang mencari
perangkat pengestimasi kebutuhan produk baru yang cepat dan efektif dalam hal
biaya.
2.4 Buah Pimento
Buah Pimento, merupakan jenis sayur buah yang mulai berkembang dan
baru diperkenalkan di Indonesia. Kata pimento, berasal dari Bahasa Portugal,
yang bilamana diterjemahkan berarti Cabai Manis. Tanaman Pimento masuk ke
Indonesia tepatnya sekitar pertengahan tahun 2010 dan mulai dikembangkan di
daerah Cangar, Batu, Malang. Pada pertengahan tahun 2012, budidaya tanaman
Pimento mulai dikembangkan di Bali tepatnya di daerah Bedugul.Kegunaan
Pimento untuk makanan salad ataupun dimakan secara langsung (sebagai
kudapan). Pimento tidak mengandung zat capsaicin yang biasa terdapat dalam
Paprika ataupun Cabai. Variasi buah Pimento yang beredar di masyarakat
konsumen negara Belanda, terdiri atas warna merah, kuning dan oranye (maturity
stage colour). Dimulai dengan buah yang berwarna hijau sebagai penanda warna
buah yang belum matang (immaturity stage colour). Warna merah bernama
Daoray (sugar content: 8,8 sd 9.2 % brix). Warna kuning bernama Daelloy (sugar
content: 10,6 sd 11,0 % brix). Warna oranye bernama Daossoy (sugar content:
11,4 sd 11,8 % brix).
Sistematika atau taksonomi tanaman Pimento adalah:
Divisi
: Spermatophyta (tanaman berbiji)
Sub Divisi
: Angiospermae (biji berada dalam buah)
Kelas
: Dicotildonae (biji berkeping dua)
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae (terong-terongan)
Genus
: Capsicum
Species
: Capsicum annum
Varietas
: Grossum
Kandungan atau nilai gizi dari Pimento per 100 g nya dapat dilihat pada
Tabel 2.1:
Tabel 2.1
Kandungan gizi Pimento per 100 g
No
Kandungan
Jumlah
1
Protein
0,87 g
2
Lemak
0,35 g
3
Karbohidrat
6,5 g
4
Kalsium
8 mg
5
Fosfor
22 mg
6
Besi
0,7 mg
7
Vitamin A
32 IU
8
Vitamin B 1
580 mg
9
Vitamin B 2
0,05 mg
10
Vitamin C
180 mg
11
Serat
0,32 g
12
Niasin
0,36 mg
13
Kadar air
94 %
14
Kalori
42 k kal
Sumber: Lempsey (1996) dan Adro (2015)
2.5 Budidaya Buah Pimento
Produktivitas tanaman Pimento yang ditanam di daerah Cangar,
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur dan Bedugul, Kabupaten Tabanan,
Provinsi Bali mencapai 37 sd 39 ton/ha, dengan umur mencapai 9 bulan. Di
daerah Eropa, seperti di Belanda, Israel, ataupun Hungaria, produktivitas tanaman
Pimento yang ditanam dalam green house dapat mencapai 54 sampai 56 ton per
hektar, dengan periode penanaman selama 12 sd 14 bulan. Produktivitas yang
relatif tinggi tersebut, dengan modifikasi dari keadaan lingkungan seperti
penambahan radiasi sinar serta modifikasi gas O2 dengan CO2 dalam ruangan
green house serta intentsitas serangan dari hama penyakit yang tidak begitu
banyak. Adapun potensi produksi secara genetik dapat mencapai 62 sd 64 ton per
hektar.
Tanaman Pimento yang ditanam di Negara Indonesia menghendaki
temperatur yang relatif sejuk, seperti di daerah tempat asalnya di Eropa. Daerah
penanaman yang cocok untuk tanaman Pimento di Indonesia berada pada daerah
dataran tinggi, dengan ketinggian tempat berkisar antara 1000 sd 1500 m dpl.
Suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman pimento berkisar
antara suhu 16 sd 26oC. Dengan suhu rata-rata maksimum berkisar antara 32 sd
34oC dan suhu rata-rata minimum 10 sd 12oC. Di luar dari ketinggian tempat
tersebut, akan berdampak negatif bagi pertumbuhan, perkembangan dan
pembuahan Pimento. Jika kurang dari 1000 meter, maka proses penyerbukan
bunga Pimento akan menjadi terganggu serta menyebabkan bunga mudah gugur.
Sebaliknya, bilamana pada ketinggian yang melebihi dari 1500 m, menjadikan
tanaman mudah terserang jamur, buah yang terbentuk menjadi tidak manis serta
proses pematangan buah menjadi lama.
Temperatur yang terlalu tinggi, akan menyebabkan tanaman kehilangan
banyak air akibat penguapan, sehingga tanaman terbakar dan daun mati.
Temperatur yang terlalu rendah, menyebabkan nekrosis pada jaringan lamina
daun, sehingga daun gugur. Temperatur yang tidak sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangan tanaman membuat bunga atau buah menjadi gugur, sebelum
mencapai fase kematangan.
Tingkat
kelembaban
udara
yang
optimal
untuk
pertumbuhan,
perkembangan, dan produksi tanaman Pimento di Indonesia berkisar antara 70 sd
80 %. Kelembaban udara yang terlalu rendah atau tinggi menyebabkan bunga dan
buah muda menjadi gugur. Kelembaban udara yang terlalu rendah menyebabkan
tanaman Pimento menderita klorosis dan antosianensis. Kelembaban udara yang
ekstrim kering menjadikan tajuk tanaman layu, akibat laju transpirasi lebih banyak
dibandingkan tingkat penyerapan air oleh akar tanaman. Kelembaban yang rendah
mengakibatkan tanaman menderita dieback, sehingga proses pembungaan dan
pembuahan terhenti. Kelembaban udara yang terlalu lembab atau terlalu basah,
menyebabkan resiko pembusukan pada akar, sehingga tanaman layu. Kelembaban
udara yang tinggi, juga mengganggu proses penyerapan air dan unsur hara oleh
akar tanaman, akibat ketidakseimbangan laju transpirasi tanaman.
Aktivitas dan proses fisiologis dan fotosintesis tanaman memiliki peranan
sebagai sumber energi untuk menghasilkan asimilat bagi pertumbuhan vegetatif
dan generatif tanaman Pimento. Tanaman Pimento akan tumbuh dan berproduksi
dengan baik, bilamana memperoleh cahaya matahari yang cukup. Mengingat
bahwa berbudidaya Pimento di Indonesia hanya dilakukan pada dalam naungan
rumah kaca (green house), maka resiko tanaman mengalami kekurangan sinar
matahari manjadi terbuka. Atap plastik yang digunakan harus dijaga
kebeningannya, agar intersepsi radiasi matahari tidak terlalu banyak yang
mengalami reduksi. Intersepsi radiasi sinar matahari minimum yang masih dapat
ditoleransi adalah berkisar 70 sd 80 %. Jika radiasi sinar kurang dari 70 %, maka
tanaman akan mengalami etiolasi dan keterlambatan proses pembuahan.
Jika sinar matahari tidak mencukupi, maka pertumbuhan vegetatif dan
generatif tanaman manjadi terganggu. Tanaman akan tumbuh memanjang,
mengalami proses etiolasi akibat berkumpul hormon auksin pada pucuk tanaman,
serta menjadi pucat, lemah, kurus, daun berguguran dan mudah rebah. Sebaliknya
jika tanaman mendapatkan intensitas matahari yang terlalu tinggi, maka tanaman
akan mengalami daun klorosis, dan bunga serta buah mudah mengering.
2.6
Buah Paprika
Tanaman Paprika berasal dari Amerika Tengah dan Selatan dimana
banyak spesies yang telah dibudidayakan selama beratus-ratus tahun sebelum
Columbus datang. Paprika menyebar ke Eropa dan Asia setelah tahun 1500an.
Paprika termasuk ke dalam family Solanaceae. Daunnya berukuran lebar
dan berwarna hijau tua. Bentuk buah Paprika mirip lonceng, sehingga dinamakan
bell pepper. Meskipun aromanya sangat pedas tetapi rasa buah paprika tidak
pedas bahkan cenderung manis sehingga sering disebut sweet pepper. Paprika
membutuhkan kondisi tertentu untuk pertumbuhannya yaitu suhu 24 sd 30oC pada
siang hari dan 9 sd 12oC pada malam hari. Di Indonesia, Paprika dapat tumbuh
pada daerah yang bersuhu 16 sd 25oC.
Buah Paprika mengandung sedikit protein, lemak, dan gula, tetapi
mengandung banyak karoten dan sebagai sumber vitamin C (160 mg/100 g buah
segar). Jika dibandingkan dengan Jeruk, kandungan vitamin C pada buah Jeruk
sebesar 146 mg/100 g, maka kandungan vitamin C pada parika jauh lebih tinggi.
Kandungan atau nilai gizi dari Paprika per 100 g nya dapat dilihat pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2
Kandungan gizi Paprika per 100 g
No
Kandungan
Jumlah
1
Protein
0,9 g
2
Lemak
0,3 g
3
Karbohidrat
4,4 g
4
Kalsium
7,0 mg
5
Fosfor
22 mg
6
Besi
0,4 mg
7
Vitamin A
540 IU
8
Vitamin B 1
22,0 mg
9
Vitamin B 2
0,002 mg
10
Vitamin C
160 mg
11
Serat
1,7 g
12
Niasin
0,4 mg
13
Kadar air
92 %
14
Kalori
20 k kal
Sumber: Azzamy (2015)
Buah Paprika dibedakan menurut bentuk,
warna, dan
ukuran.
Berdasarkan bentuk, paprika dibedakan menjadi bentuk blok (blocky) atau
lonceng (bell) dan bentuk lonjong (lamujo). Dari segi warna Paprika dibedakan
menjadi empat warna yaitu merah, hijau, kuning, dan oranye. Sedangkan
berdasarkan ukuran, Paprika dibedakan menjadi empat yaitu:
1.
Kecil diameter buah 6,5 sd 7,5 cm, bobot buah 120 sd 160 gram
2.
Sedang diameter buah 8 sd 9,5 cm, bobot buah 160 sd 200 gram
3.
Besar diameter buah 10 sd 11 cm, bobot buah 200 sd 250 gram
4.
Sangat besar diameter buah > 11 cm, bobot buah > 250 gram
2.7 Hasil Penelitian Sebelumnya
Penelitian Atmaja (2009) tentang “Uji Pasar Buah Pepaya Hasil
Pengembangan Riset Unggulan Strategi Nasional”. Tujuan dari peneltian ini
adalah untuk mengetahui (1) Buah Pepaya pengembangan Rusnas ini dapat
bersaing atau tidak dengan produk atau buah Pepaya yang sudah ada di pasar, (2)
Buah Pepaya pengembangan Rusnas ini dapat diterima atau tidak oleh pasar, (3)
Karakteristik pepaya yang dijadikan pertimbangan oleh konsumen dalam membeli
buah Pepaya. Hasil dari penelitian ini adalah perbandingan persentase penjualan
Pepaya Bogor dengan Pepaya Bangkok penjualannya belum dapat bersaing.
Pepaya hasil pengembangan Rusnas di pasaran sudah dapat diterima oleh pasar,
dengan melihat tingkat kepuasan yang diberikan oleh konsumen terhadap Pepaya
hasil pengembangan Rusnas berada pada tingkat puas. Berdasarkan hasil
penelitian variabel yang dijadikan pertimbangan konsumen dalam membeli buah
Pepaya adalah variabel aroma, rasa, daging buah, dan tanggapan secara
keseluruhan. Selain itu terdapat hubungan yang nyata atau positif antara tingkat
kepuasan konsumen dengan pembelian Pepaya Rusnas dilihat dari teksturnya.
Persamaan dengan penelitian “Uji Pasar Terhadap Buah Pimento Di Bali “ adalah
tujuan dari kedua penelitian ini yaitu ingin mengetahui kemampuan bersaing
produk di pasaran, diterima atau tidaknya produk di pasaran serta parameter yang
menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk tersebut. Persamaan
selanjutnya adalah obyek penelitian merupakan produk baru yang belum atau baru
dikenal oleh masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian “Uji Pasar Buah
Pepaya”berlokasi di satu tempat saja sedangkan penelitian “Uji Pasar Buah
Pimento” berlokasi di dua tempat. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian
“Uji Pasar Buah Pepaya”, produk yang diteliti adalah produk baru hasil
pengembangan dari dalam negeri sendiri sedangkan pada penelitian”Uji Pasar
Buah Pimento, produk yang diteliti adalah produk baru yang berasal dari luar
negeri.
Penelitian Gori
(2009) tentang “Uji
Pasar
Buah
Nenas
Hasil
Pengembangan Riset Unggulan Strategi Nasional”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui (1) Karakteristik nenas yang mempengaruhi keputusan
konsumen dalam memilih nenas hasil pengembangan Rusnas, (2) Nenas hasil
pengembangan Rusnas ini dapat diterima atau tidak di pasar, (3) Buah Nenas hasil
pengembangan Rusnas dapat bersaing atau tidak dengan buah Nenas yang sudah
ada di pasar. Hasil dari penelitian ini adalah karakteristik buah Nenas yang
mempengaruhi keputusan konsumen dalam memilih nenas dibagi menjadi tiga
kelompok kategori, yaitu kategori cukup penting (ukuran dan bentuk), penting
(warna kulit, tekstur, dan penerimaan secara keseluruhan), dan kategori sangat
penting (aroma, rasa, dan daging buah). Nenas hasil pengembangan Rusnas sudah
dapat diterima oleh pasar dengan melihat tingkat kepuasan konsumen terhadap
harga masing-masing nenas dan tingkat kepuasan konsumen terhadap delapan
karakteristik Nenas. Nenas hasil pengembangan Rusnas yaitu Nenas Delika
Subang, Nenas Mahkota Bogor, dan Nenas Blitar dapat bersaing dengan nenas
lain (Nenas Kediri) secara berturut-turut rata-rata persentase penjualan 12,34,
9,28, 8,16, lebih besar dari rata-rata persentase penjualan Nenas Kediri (4,14).
Persamaan dengan penelitian “Uji Pasar Terhadap Buah Pimento Di Bali “ adalah
tujuan dari kedua penelitian ini yaitu ingin mengetahui kemampuan bersaing
produk di pasaran, diterima atau tidaknya produk di pasaran serta parameter yang
menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk tersebut. Persamaan
selanjutnya adalah obyek penelitian merupakan produk baru yang belum atau baru
dikenal oleh masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian “Uji Pasar Buah Nenas”
berlokasi di satu tempat saja sedangkan penelitian “Uji Pasar Buah Pimento”
berlokasi di dua tempat. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian “Uji Pasar
Buah Nenas”, produk yang diteliti adalah produk baru hasil pengembangan dari
dalam negeri sendiri sedangkan pada penelitian “Uji Pasar Buah Pimento, produk
yang diteliti adalah produk baru yang berasal dari luar negeri.
Penelitian Sudarmini (2008) tentang “Persepsi Konsumen Terhadap Buah
Lokal dan Buah Impor di Kota Denpasar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui (1) tingkat persepsi konsumen terhadap buah lokal dan buah impor di
kota Denpasar, (2) mengetahui perbedaan persepsi konsumen terhadap buah lokal
dan buah impor di kota Denpasar, (3) mengidentifikasi variabel-variabel penentu
persepsi konsemen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar, (4)
mengeksplorasi faktor-faktor penentu persepsi konsumen terhadap buah lokal dan
buah impor di kota Denpasar. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat perbedaan
nyata persepsi konsumen terhadap buah lokal dan buah impor di kota Denpasar
yang mana tingkat persepsi konsumen lebih baik terhadap buah impor daripada
buah lokal yang ditunjukkan oleh pencapaian skor buah impor sebesar 3,61
(tinggi) dan pencapaian skor buah lokal sebesar 2,87 (sedang). Variabel-variabel
yang menentukan persepsi konsumen terhadap buah lokal ada 11 variabel dari
total 18 variabel. Variabel-variabel tersebut yaitu ketersediaan, kemudahan
memperoleh, kemudahan mengkonsumsi, peranan media, fluktuasi harga,
kelayakan harga, kebersihan, kemasan, ukuran, tekstur, dan ketahanan. Variabel-
variabel yang menentukan persepsi konsumen terhadap buah impor ada 13
variabel dari 18 variabel. Variabel-variabel tersebut yaitu kesegaran, tekstur,
ketahanan,
ukuran,
kemasan,
kebersihan,
kemudahan
mengkonsumsi,
ketersediaan, kemudahan memperoleh, kelayakan harga, fluktuasi harga, dan
gengsi. Faktor-faktor penentu persepsi konsumen terhadap buah lokal ada empat
buah yaitu faktor kemudahan, faktor harga, faktor penampilan, dan faktor kualitas.
Sedangkan faktor-faktor penentu persepsi konsumen terhadap buah impor ada
lima buah yaitu faktor kualitas, faktor penampilan, faktor kemudahan, faktor
harga, dan faktor gengsi. Persamaan dengan penelitian “Uji Pasar Buah Pimento
Di Bali adalah tujuan dari kedua penelitian ini yaitu ingin mengetahui parameter
yang menjadi pertimbangan konsumen untuk membeli produk. Perbedaannya
adalah penelitian “Uji Pasar Buah Pimento hanya dilakukan di dua tempat saja
sedangkan penelitian “Persepsi Konsumen
Terhadap Buah Lokal dan Buah
Impor” dilakukan di beberapa supermarket atau minimarket dan pasar-pasar yang
ada di seluruh Denpasar. Perbedaan selanjutnya adalah pada penelitian “Uji Pasar
Buah Pimento”, produk yang diteliti adalah produk baru yang berasal dari luar
negeri dan baru atau belum dikenal oleh masyarakat yang dibandingkan dengan
produk sejenis yang berasal dari luar negeri namun sudah terlebih dahulu dikenal
oleh masyarakat. Sedangkan pada penelitian “Persepsi Konsumen Terhadap
Buah Lokal dan Buah Impor”, produk yang diteliti adalah produk yang sudah
dikenal oleh masyarakat dan berasal dari dalam negeri yang dibandingkan dengan
produk serupa yang berasal dari luar negeri.
Download