Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM PEMILIHAN METODE ENHANCED OIL RECOVERY Oleh : Malunlana Alamsah, Anas Puji Santoso, Boni Swadesi Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Yogyakarta Jl. SWK 104 (Lingkar Utara) Condongcatur, Yogyakarta 55283 Telp. (0274) 486056, Facs. (0274) 486056 e-mail : [email protected], [email protected], [email protected] ABSTRAK Pengambilan keputusan dalam pengembangan lapangan sangat sulit dilakukan pada awal suatu lapangan dieksploitasi. Hal ini disebabkan kurangnya data sehingga mempersulit dalam penentuan langkah-langkah selanjutnya. Untuk merencanakan EOR, diperlukan suatu penelitian yang sangat rumit dan membutuhkan biaya yang mahal. Biasanya suatu lapangan menggunakan simulator untuk memprediksi kelakuan reservoir yang nantinya digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan suatu lapangan. Kegiatan simulasi reservoir membutuhkan data reservoir yang harus lengkap dan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan hasil yang bagus. Biasanya, perencanaan strategi pengembangan lapangan dilakukan pada awal dilakukannya pengembangan lapangan. Hal ini berhubungan dalam penyusunan Plan of Development (POD) suatu lapangan sehingga dapat direncanakan pula biaya yang diperlukan dalam pengembangan lapangan tersebut. Diperlukan suatu alat untuk membantu dalam pengambilan keputusan dengan tersedianya informasi reservoir yang terbatas. Dengan menggunakan suatu alat, bisa ditentukan metode EOR yang akan dilakukan pada suatu lapangan dengan hanya menggunakan data reservoir yang terbatas. Menggunakan konsep Jaringan Syaraf Tiruan (JST) dapat ditentukan metode EOR yang sesuai pada suatu lapangan dengan melihat dari tingkat keberhasilannya. Screening criteria yang digunakan berdasarkan dari data reservoir dari lapangan yang telah melakukan EOR dengan karakteristik dan kondisi reservoir yang berbeda-beda. Data yang diperlukan adalah parameter reservoir kunci yaitu: gravity minyak, viscositas minyak, komposisi minyak, saturasi minyak, jenis batuan, ketebalan batuan, permeabilitas rata-rata, kedalaman, dan temperatur. Dilakukan pembelajaran backpropagation pada data pembelajaran. Model JST mampu mengolah data yang berbeda, mengurangi kemungkinan pengambilan keputusan yang tidak berdasar, dan mampu menginvestigasi secara cepat dan akurat. Pada penelitian ini menghasilkan software yang dinamakan PiXel. Keywords : Jaringan Syaraf Tiruan, Backpropagation, Enhanced Oil Recovery. PENDAHULUAN suatu Awal dilakukan pengembangan lapangan hanya memiliki data reservoir yang terbatas. Di saat yang sama dibutuhkan suatu keputusan untuk pengembangan lapangan jangka panjang termasuk dalam pemilihan metode ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ Enhanced Oil Recovery yang akan dilakukan dimasa yang akan datang. Hal ini berhubungan dengan pembuatan Plan of Development (POD) suatu lapangan. Pemilihan metode Enhanced Oil Recovery (EOR) telah lama dilakukan dengan menggunakan screening criteria. Dari screening criteria ini hanya bisa dilakukan pemilihan secara kualitatif, yaitu pemilihan berdasarkan kecocokan data reservoir yang akan dilakukan EOR dengan screening criteria yang ada. Hal ini bisa menjadikan pemilihan yang kurang tepat karena pada suatu data reservoir memungkinkan sesuai dengan lebih dari satu metode EOR. Cara ini sangat sulit menentukan metode mana yang lebih sesuai pada reservoir tersebut. Dari masalah ini dibutuhkan alat untuk menghitung persentase kesesuaian data reservoir yang diteliti terhadap masing-masing metode EOR. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) merupakan suatu struktur perhitungan yang mempelajari proses-proses susunan syaraf biologis. Ada beberapa jenis jaringan syaraf tiruan, dari yang sederhana sampai yang sangat komplek sebagai gambaran teoritis dari proses syaraf biologis. Model JST dirancang menyerupai kemampuan berpikir manusia seperti proses ilmu pengetahuan, berbicara, perkiraan, dan control. Sehingga, tidak berlebihan apabila penerapan JST digunakan dalam pemilihan metode EOR baik secara kualitatif maupun kuantitatif walaupun dengan data reservoir yang terbatas. EOR Screening Criteria EOR screening criteria telah lama digunakan pada kebanyakan reservoir sebelum dilakukan penelitian yang lebih lanjut. Screening criteria ini berdasarkan dari parameter kunci reservoir, baik itu kerakteristik minyak, karakteristik batuan, maupun kondisi reservoirnya. Secara umum diperoleh dari pengalaman di lapangan baik yang sukses maupun yang gagal atau dari penelitian di laboratorium mengenai proses EOR. Pada penelitian ini digunakan screening criteria dari beberapa sumber yang saling melengkapi satu sama lain (Tabel 1). Digunakan 9 data parameter reservoir yaitu: gravity minyak, viscositas minyak, komposisi minyak, saturasi minyak, jenis batuan, ketebalan batuan, permeabilitas rata-rata, kedalaman, dan temperatur. Metode EOR yang akan diperoleh adalah injeksi N2, injeksi gas hidrokarbon, injeksi CO2, injeksi surfaktan, injeksi polimer, injeksi alkalin, in-situ combustion, dan injeksi uap. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) JST adalah implementasi dari teknologi artificial intelligence. Merupakan representasi buatan dari otak manusia yang selalu mencoba untuk mensimulasikan proses pembelajaran pada otak manusia tersebut. Istilah tiruan ini karena jaringan syaraf ini diimplementasikan menggunakan program komputer yang mampu menyelesaikan sejumlah proses perhitungan selama proses pembelajaran. Otak manusia terdiri dari banyak neuron, axon, dan dendrit. JST memiliki node yang dianalogikan sebagai neuron pada otak manusia. Proses dari input yang diperoleh untuk menghasilkan respon keluaran pada node ini. JST merupakan model sederhana dari kemampuan otak dalam menganalisa objek dan data. JST merupakan sistem pemroses informasi yang mempunyai kemampuan untuk belajar, mengingat informasi, menyamakan data, dan menentukan pola selama proses pembelajaran. JST telah dikembangkan menggunakan metode matematika dari pengertian manusia atau syaraf biologis, berdasarkan asumsi-asumsi, sbb: 1. Pemrosesan informasi terjadi pada elemen sederhana yang disebut neuron. ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ 2. Sinyal dialirkan diantara neuron melalui connection link. 3. Setiap connection link memiliki masingmasing bobot 4. Setiap neuron dilakukan fungsi aktivasi pada setiap input untuk menentukan sinyal output. Arsitektur JST pada umumnya diklasifikasikan sebagai satu lapisan atau banyak lapisan. Pengaturan neuron pada lapisan dan pola hubungan di antara lapisan disebut sebagai arsitektur jaringan. Beberapa JST memiliki input lapisan dengan aktivasi pada setiap unit yang sama pada sinyal external input. Kebanyakan JST menggunakan lapisan banyak dengan satu lapisan tersembunyi seperti yang digunakan pada penelitian ini (Gambar 1). Untuk menyelesaikan masalah yang berbeda sangat penting dalam menentukan jumlah lapisan dan jumlah neuron pada setiap lapisannya. Untuk menentukan jumlah lapisan, unit input tidak dihitung sebagai lapisan, karena tidak dilakukan perhitungan. Algoritma Metode untuk menentukan nilai bobot sangat penting dalam membedakan karakteristik dari jaringan syaraf yang berbeda. Secara umum dua tipe pembelajaran untuk JST yaitu terawasi dan tak terawasi. Kebanyakan JST diatur dan dilatih berdasarkan urutan pembelajaran vektor, atau pola yang masing-masing berubungan dengan vektor target output. Proses ini disebut sebagai pembelajaran terawasi. Beberapa algoritma pembelajaran dikembangkan pada JST. Algoritma ini berdasarkan pada kelayakan pembelajaran yang disesuaikan dengan optimasi dari teori. Pada pembelajaran ini dipengaruhi oleh besarnya learning rate. Pada penelitian ini digunakan pembelajaran terawasi metode backpropagation. Pembelajaran backpropagation memiliki tiga tahapan yaitu: langkah maju (feedforward) dari pola pembelajaran input, perhitungan error dan langkah mundur (backpropagation) apabila belum mencapai error yang dikehendaki, serta memperbaiki bobot. Setelah dilakukan pembelajaran, JST bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah tertentu dengan memasukkan data pada lapisan input sehingga didapat hasil pada lapisan output. Implementasi Penelitian ini menggunakan metode backpropagation untuk melatih JST pada penentuan tingkat keberhasilan EOR. Diperlukan 9 node pada lapisan input, hal ini disesuaikan dari jumlah input parameter reservoir yang digunakan dengan 8 metode EOR yang dituju sehingga memerlukan 3 node pada output lapisan. Lapisan tersembunyi dapat diubah-ubah jumlah node-nya sesuai kebutuhan (Gambar 3). Masing-masing parameter reservoir dibagi dalam batasan-batasan tertentu sesuai screening criteria yang digunakan. Ditentukan nilai bobot awal pada masingmasing batasan. Sedangkan pada output yaitu metode EOR yang dituju ditentukan nilai output pada masing-masing metode menggunakan bilangan biner. Pembelajaran backpropagation: sebelum JST bisa menginvestigasi pada suatu reservoir, dilakukan terlebih dahulu pembelajaran. Digunakan sebanyak 64 data sampel untuk pembelajaran JST. Kemudian data yang ada akan dipelajari oleh JST dengan terlebih dahulu ditentukan jumlah hidden node, learning rate, maksimal iterasi, dan error targetnya. Perhitungan tingkat keberhasilan diperoleh dari error yang dicapai pada suatu investigasi berdasarkan bobot yang diperoleh pada pembelajaran sebelumnya. ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ %output = 100 100 * error 8 Contoh hasil pada penelitian ini ditentukan 10 hidden node, 0.5 learning rate, 20,000 max iteration, dengan target error (RMSE) sebesar 0.01. Pembelajaran akan berhenti pada maksimal iterasi atau telah memperoleh target error yang ditentukan. Contoh pembelajaran menunjukkan target error 0.01 dicapai pada iterasi ke-19,361. CONTOH KASUS Contoh kasus ini dilakukan terhadap suatu lapangan di Wyoming, USA. Semua data reservoir yang diperlukan tersedia kecuali komposisi minyak (Tabel 2). Sebelum dilakukan investigasi terhadap lapangan tersebut, dilakukan pembelajaran, kemudian memasukkan data reservoir dari lapangan tersebut. Hasil investigasi menunjukkan lapangan tersebut memiliki tingkat keberhasilan terbesar jika dilakukan injeksi CO2 dibandingkan metode yang lain yaitu sebesar 96.42 % (Gambar 4). KESIMPULAN 1. Pembuatan software pembelajaran JST dapat digunakan dalam pemilihan metode EOR. 2. Keterbatasan data dapat diatasi menggunakan JST dalam penentuan metode EOR yang akan digunakan sebagai pertimbangan dalam pengembangan lapangan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sekar Ayu Intan Maharani, Yanuar Hadiyanto dan Jurusan Teknik Perminyakan UPN ”Veteran” Yogyakarta atas dukungan yang diberikan dalam penulisan paper ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Kusumadewi, 2. 3. 4. 5. 6. Sri; “Artificial Intelligence (Teknik dan Aplikasinya)”; Graha Ilmu; Yogyakarta; 2003. Manrique, Eduardo; “CO2 Capture and Sequestration: EOR Advanced Screening Criteria”; Questa Engineering Corporation; ________. O’Brien, John, et all; “Time-lapse VSP Reservoir Monitoring”; The Leading Edge; Houston; 2004. Taber, J.J. and Martin, F.D.; “Technical Screening Guides for the Enhanced of Oil”, paper SPE 12069 presented at the 1983 Annual Technical Conference and Exhibition; San Fransisco; 1983. Taber, J.J, Martin, F.D., and Seright, R.S.; “EOR Screening Criteria Revisited: Part 1 – Introduction to Screening Criteria and Enhanced Recovery Fields Project”; SPERE (August 1997). Taber, J.J, Martin, F.D., and Seright, R.S.; “EOR Screening Criteria Revisited: Part 2 – Applications and Impact of Oil Prices”; SPERE (August 1997). ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ TABEL 1. EOR SCREENING CRITERIA TABEL 2. CONTOH DATA RESERVOIR Reservoir Properties Oil Gravity (ºAPI) Oil Viscosity (cp) Oil Composition Oil Saturation (%) Formation Type Thickness (Ft) Permeability (mD) Depth (Ft) Temperature (ºF) Field Data 43 0.85 no data available 54 sandstone 25 30 4800 120 ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ TABEL 3. DATA PEMBELAJARAN data vis satura id gravity cos composition formation tions ity 1 49 0.2 high percent 65 Carbonate of C1-C7 2 25 2 high percent 35 Sandstone of C2-C7 3 34 20 light 44 Sandstone intermediate 4 12 70 no data 59 Sandstone 0 available 5 21 14 some organic 47 Sandstone 0 acid 6 27 0.7 high percent 38 Sandstone of C2-C7 7 19 90 no data 75 Sandstone 0 available 8 12 49 no data 45 Sandstone 0 available 9 26 80 some organic 55 Sandstone acid 10 20 70 some 80 Sandstone 0 asphaltic component 11 50 90 no data 70 Sandstone available 12 14 19 no data 36 Sandstone 0 available 13 50 7 light 70 Sandstone intermediate 14 53 1 high percent 60 Carbonate of C1-C7 15 14 60 no data 59 Sandstone 0 available 16 26 29 light 31 Sandstone intermediate 17 45 0.2 high percent 48 Sandstone of C1-C7 18 52 15 no data 48 Sandstone thick perme tempe depth ness ability rature method 22 130 10000 60 N2 100 45 8000 200 Hydrocarbon 120 55 4500 90 Surfactant 50 290 3500 110 Steam 20 140 7500 140 Alkaline 50 30 6500 100 Hydrocarbon 50 200 3500 110 Combustion 30 300 3900 120 Steam 30 59 6000 120 Alkaline 28 250 20000 150 Combustion 100 750 750 150 Steam 15 21 8900 199 Surfactant 200 5 950 145 Surfactant 10 150 11000 160 N2 69 69 11400 190 Combustion 11 23 7900 170 Surfactant 54 100 6001 105 N2 68 125 5700 152 Surfactant ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ 19 50 20 39 21 24 22 40 23 38 24 32 25 14 26 41 27 47 28 29 29 35 30 21 31 8 32 13 33 12 34 23 35 45 36 49 37 15 38 27 39 50 available 60 no data 0 available 13 no data 5 available 8 high percent of C5-C12 0.5 high percent of C2-C7 0.8 high percent of C2-C7 50 no data available 50 high percent 0 of C2-C7 8 light intermediete 0.3 high percent of C1-C7 1 no data available 0.5 no data available 11 light 5 intermediate 85 high percent 0 of C2-C7 20 no data 0 available 49 no data 0 available 8 high percent of C5-C12 0.2 no data available 4 high percent of C5-C12 50 no data available 70 no data available 0.2 high percent of C2-C7 75 Sandstone 45 750 100 90 Steam 75 Sandstone 200 200 7500 185 Polymer 55 Sandstone 25 50 6500 176 CO2 60 Carbonate 75 9 7000 155 Hydrocarbon 84 Sandstone 72 20 7400 190 Hydrocarbon 71 Sandstone 75 120 4000 95 Alkaline 75 Sandstone 45 210 4200 127 Steam 40 Sandstone 24 85 7000 100 Surfactant 76 Carbonate 20 120 8000 250 N2 55 Carbonate 71 150 9100 200 CO2 59 Carbonate 48 35 9500 150 Hydrocarbon 70 Sandstone 70 70 6500 160 Polymer 55 Sandstone 30 250 4000 120 Steam 73 Sandstone 140 140 7000 130 Combustion 55 Sandstone 15 60 11000 136 Combustion 30 Sandstone 50 10 3000 250 CO2 47 Sandstone 150 300 9000 150 N2 56 Sandstone 55 5 8900 80 CO2 75 Sandstone 250 75 3000 186 Alkaline 67 Sandstone 45 100 5500 100 Alkaline 70 Carbonate 59 46 6500 140 Hydrocarbon ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ 40 80 0.1 41 12 42 29 65 0 25 43 23 9 44 19 80 45 28 75 46 50 0.2 47 20 80 0 48 51 0.6 49 37 0.4 50 34 95 51 16 60 0 52 50 50 53 16 50 54 17 60 55 36 3.1 56 41 1.7 57 16 58 30 10 5 5 59 30 0.5 no data available no data available no data available no data available high percent of C2-C7 no data available no data available some asphaltic component no data available no data available no data available some asphaltic component no data available high percent of C1-C7 high percent of C5-C12 no data available no data available some organic acid light intermediate high percent of C5-C12 60 Carbonate 50 5 10000 95 N2 67 Sandstone 65 300 3750 115 Steam 51 Sandstone 35 67 4000 115 Surfactant 21 Carbonate 34 7 6030 70 CO2 65 Sandstone 40 40 7000 180 Polymer 45 Sandstone 50 45 3500 75 Alkaline 50 Carbonate 75 80 7000 100 N2 80 Sandstone 50 250 3600 119 Combustion 25 Sandstone 29 130 6100 65 CO2 79 Sandstone 68 15 8500 115 Hydrocarbon 81 Sandstone 66 145 7200 130 Alkaline 65 Sandstone 80 80 9000 143 Combustion 60 Sandstone 150 100 1000 75 Polymer 60 Sandstone 15 15 8900 195 Polymer 52 Sandstone 300 300 6000 155 Polymer 64 Sandstone 72 17 10010 150 CO2 55 Carbonate 55 5 10250 100 Hydrocarbon 38 Sandstone 10 90 4500 99 Alkaline 40 Sandstone 25 30 5000 150 Surfactant 34 Carbonate 15 37 3750 280 CO2 ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ 60 61 62 63 64 40 0.3 high percent of C1-C7 22 11 no data 8 available 57 26 some asphaltic component 17 10 no data 00 available 11.75 70 no data 00 available 0 45 Sandstone 45 5 6100 70 N2 56 Sandstone 25 25 4200 95 Polymer 63 Sandstone 400 400 8500 190 Polymer 72 Sandstone 160 160 4000 120 Combustion 59 Sandstone 290 3500 110 Steam 50 GAMBAR 1. ARSITEKTUR JST PiXeL ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ GAMBAR 2. PiXeL INPUT FORM GAMBAR 3. KEADAAN AWAL DAN AKHIR PROSES PEMBELAJARAN PADA PiXeL ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25 - 28 Juli 2007, UPN “Veteran” Yogyakarta _______________________________________________________________________________ GAMBAR 4. CONTOH HASIL INVESTIGASI PiXeL ___________________________________________________________________________________ IATMI 2007-TS-34