6.3. Model Komunikasi Maletzke

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Komunikasi
Massa
Model Model Komunikasi
Fakultas
Public Relations
Ilmu Komunikasi
Public Relations
Tatap Muka
06
Kode MK
Disusun Oleh
MK85013
Radityo Muhammad, S.H., M.A
Ass : Nensi Silviandari S.Sos
Abstract
Kompetensi
Mata kuliah ini membahas tentang
definisi
model
komunikasi
dan
kegunaannya serta komunikasi masa
modern dan tradisional, perbedaan
karakter dan pengaruhnya bagi model
komunikasi massa
Mahasiswa
mampu
menjelaskan
kegunaan model dan model komunikasi
massa
6.1.
Pengertian dan Kegunaan Model
6.1.1.
Pengertian Model
Model secara sederhana dapat dikatakan sebagai representasi dari fenomena yang
terdapat dalam realitas nyata. Model juga dapat digunakan untuk menjelaskan bekerjanya
serangkaian unsur atau element yang menyusun suatu obyek tertentu yang digambarkan
oleh model. Contoh yang paling mudah dipahami adalah alat peraga yang digunakan dalam
dunia medis. Alat peraga biasanya digunakan untuk merepresentasikan obyek tertentu yang
dijadikan model. Dalam konteks kajian komunikasi, model menunjuk pada representasi dari
berbagai fenomena komunikasi yang melibatkan elemen tertentu, seperti misalnya
komunikator, dan pesan.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. menyebutkan bahwa model
membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan
antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori.
Terdapatnya unsur tertentu yang ada dalam model, mengimplikasikan penilaian atas
relevansi, dan ini pada gilirannya mengimplikasikan suatu teori yang lebih kompleks, alat
untuk menjelaskan dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep.
Menurut Littlejohn, dalam pengertian luas model menunjuk pada setiap representasi
simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan ide. Biasanya model di pandang sebagai
analogi dari beberapa fenomena. Dengan demikian model dapat berbentuk gambar grafis,
verbal atau matematika (Littlejohn, 2006). Model sebagai bentuk representasi ini juga yang
menjadi pembeda dengan teori, dimana teori sendiri merupakan penjelasan (explanation)
dari suatu fenomena (Littlejohn dan Hawes, 1983)
Aubrey Fisher mengatakan bahwa model adalah analogi yang mengabstraksikan
dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari
fenomena yang dijadikan model. Model dapat dikatakan sebagai gambaran informal untuk
menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih
disederhanakan. Menurut Mortensen , dalam arti luas, “model merupakan representasi
sistematis dari suatu obyek atau peristiwa dalam bentuk ideal dan abstrak. “Selanjutnya
Mortensen menyebutkan bahwa Model agak sewenang-wenang sifatnya. Tindakan abstrak
menghilangkan rincian tertentu guna memfokuskan pada faktor-faktor penting. Kunci untuk
kegunaan model adalah sejauh mana model sesuai – dalam hubungan di tiap poin - untuk
faktor-faktor penentu perilaku komunikatif” Model komunikasi tidak lain adalah suatu upaya
untuk
menggambarkan
deskripsi
ideal
dari
proses
komunikasi
dengan
cara
merepresentasikan secara abstrak karakteristik dan unsur unsur penting, sembari
menghilangkan unsur yang tidak penting dalam proses komunikasi yang sesungguhnya.
2013
2
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Selanjutnya Mortensen menggarisbawahi bahwa "Model komunikasi hanyalah
gambar; model
bahkan mendistorsi gambar, karena model menghentikan atau
membekukan proses interaktif atau transaktif yang benar-benar dinamis menjadi gambar
statis” Model juga merupakan metafora yang memungkinkan untuk melihat satu hal dalam
situasi lain (Mortensen, ). Karena itu model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk
menjelaskan atau menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Model, bagi Mortensen
dengan demikian memberi manfaat bagi komunikator dan komunikan dalam rangka
merealisasikan hubungan komunikasi dengan memahami unsur dan berbagai karakter
penting bagi proses komunikasi yang ideal.
Sejalan dengan Mortensen, sebuah model, menurut Karl Deutsch (, ), "a structure of
symbols and operating rules which is supposed to match a set of relevant points in an
existing structure or process." adalah "suatu struktur simbol dan aturan operasi yang
dimaksudkan untuk mencocokkan serangkaian poin yang relevan dalam struktur atau
proses yang sudah ada. "Dengan kata lain, model adalah representasi yang disederhanakan
atau contoh dari sebuah proses yang dapat digunakan untuk membantu memahami sifat
komunikasi dalam pengaturan sosial. Model tersebut tentu tidak semata peta satu-demi-satu
mengenai
dunia
yang
sesungguhnya,
tetapi
sejauh
ini
mereka
hanya
berhasil
merepresentasikan unsur unsur penting dari dunia nyata , dan dinamika hubungan mereka
satu sama lain. Model komunikasi dengan demikian tidak lain merupakan bentuk
penyederhanaan dari suatu proses komunikasi untuk memberi gambaran yang dapat
menjadi penuntun atau guidline suatu proses komunikasi yang ideal, dengan cara
merpresentasikan unsur penting yang terlibat di dalamnya. Menurut Deutsch, model adalah
alat penyelidikan yang mana teori mungkin tidak dapat melakukan. Dengan mewakili sistem
yang sedang diamati, mereka menyediakan cara kerja melalui masalah dari sistem "dunia
nyata" dengan cara yang lebih abstrak.
Dengan demikian, mereka meminjamkan diri
untuk
konstruksi teori
yang
sesungguhnya, meskipun mungkin bahwa teori dari yang ditemukan tersusun dalam ilmu
pengetahuan alam merupakan sesuatu yang tidak dapat dicapai dalam ilmu sosial.
Sayangnya, sementara model memberikan "apa" dan "bagaimana," mereka tidak cocok
untuk menjelaskan "mengapa", dan oleh karena itu jarang memuaskan sebagai teori yang
kuat (Deutsch).
Dalam studi komunikasi, model berfungsi dalam cara yang sama, memungkinkan
untuk penyederhanaan dinamika kompleks. Oleh karena itu Model komunikasi massa dapat
2013
3
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dikatakan sebagai serangkaian model konseptual yang digunakan untuk menjelaskan
proses komunikasi massa.
6.1.2.
Fungsi dan Kegunaan Model
Gordon Wiseman dan Larry Barker (dalam Mulyana, 2001) menjelaskan tiga fungsi
model komunikasi yaitu :
1. Melukiskan Proses Komunikasi
2. Menunjukkan hubungan visual
3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi
Menurut Irwin D.J Bross, model setidaknya harus memiliki tidak hanya berkaitan
dengan representasinya terhadap fenomena yang digambarkan, namun juga menjadi alat
untuk memahami suatu permasalahan dalam proses yang tergambar dalam model :
1. Menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah.
2. Dapat menyarankan kesenjangan informasional yang akan menganalisa suatu model
diuji dengan keberhasilan atau kegagalan.
3. Terbukanya problem abstraksi yaitu digunakan untuk mengambil suatu keputusan
dimana dari adanya fenomena komunikasi yang terjadi diimplementasikan ke dalam
sebuah model.
Deutsch menunjukkan bahwa model harusnya menyediakan empat fungsi, termasuk
fungsi model sebagai suatu bahan prediksi dari berbagai fenomena komunikasi,
diantaranya:.
1. Mengorganisasikan sesuatu yang tadinya tidak teramati. Model harus mengatur
sistem yang kompleks (menjadi seumum mungkin). Model harus dapat membantu
dalam mengorganisasikan sesuatu sehingga didapatkan gambaran yang menyeluruh
dan tak terpotong potong.
2. Model harus menyediakan fungsi heuristik. Melalui model, kita dapat mengetahui
berbagai unsur penting dari suatu fenomena secara keseluruhan.
3. Membantu menjelaskan sesuatu. Model harus seasli mungkin, dimana model harus
dapat menjelaskan sistem yang ada. Model harus dapat digunakan untuk
menjelaskan sesuatu dengan penyajian informasi yang sederha.
2013
4
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Fungsi prediksi. Model juga harus menyediakan beberapa bentuk pengukuran dari
sistem yang akan bekerja dalam model analog dan dalam sistem yang sedang
diamati.
Sedang Raymond S. Ross tidak hanya melihat fungsi model sebagai representasi
fenomena, namun juga menyoroti kemungkinan adanya beberapa masalah yang dapat
timbul dari proses penggambaran dalam model tersebut :
1. Memberikan penglihatan yang lain, berbeda dan lebih dekat.
2. Model menyediakan kerangka rujukan.
3. Menyarankan kesenjangan informasional.
4. Menyoroti problem abstraksi.
5. Menyatakan suatu problem dalam bahasa simbolik yaitu menggunakan gambar atau
simbol.
Menurut Jalaludin Rakhmat, model merupakan gambaran yang dirancang untuk
mewakili kenyataan. Model dengan demikian merupakan abstraksi dari dunia nyata. Ada
setidaknya lima (5) kegunaan model, diantaranya adalah :
1. Memberikan informasi yang berorientasi pada tindakan
2. Menyajikan informasi yang berkaitan dengan masa depan
3. Menunjukkan arah alternatif tindakan
4. Menyajikan situasi masalah yang kompleks secara formal dan berstruktur
5. Mencerminkan pendekatan ilmiah (bukan intuisi dan spekulasi).
2013
5
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
G-L
D.J Bros
Deutsch
Melukiskan Proses
Menyediakan kerangka rujukan untuk
Mengorganisasikan
Komunikasi
memikirkan masalah.
sesuatu yang
tadinya tidak
teramati.
Menunjukkan
Dapat menyarankan kesenjangan
Model harus
hubungan visual
informasional yang akan menganalisa
menyediakan fungsi
suatu model diuji dengan keberhasilan atau
heuristik.
kegagalan.
Membantu dalam
Terbukanya problem abstraksi yaitu
Membantu
menemukan dan
digunakan untuk mengambil suatu
menjelaskan
memperbaiki
keputusan dimana dari adanya fenomena
sesuatu.
kemacetan komunikasi
komunikasi yang terjadi diimplementasikan
ke dalam sebuah model.
Fungsi prediksi.
Raymond S. Ross
Jalaludin Rahmat
Memberikan penglihatan yang lain,
Memberikan informasi yang berorientasi pada
berbeda dan lebih dekat.
tindakan
Model menyediakan kerangka rujukan.
Menyajikan informasi yang berkaitan dengan
masa depan
Menyarankan kesenjangan informasional.
Menunjukkan arah alternatif tindakan
Menyoroti problem abstraksi.
Menyajikan situasi masalah yang kompleks
secara formal dan berstruktur
Menyatakan suatu problem dalam bahasa
Mencerminkan pendekatan ilmiah (bukan intuisi
simbolik yaitu menggunakan gambar atau
dan spekulasi).
simbol.
2013
6
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.1.3.
Keterbatasan Model (Kaminski)
1. Model dapat mendorong pada penyederhanaan yang berlebihan (oversimplifikasi).
tidak dapat disangkal bahwa banyak hasil karya dalam model komunikasi merancang
menggambarkan muatan sering diulang-ulang bahwa apa pun dalam urusan manusia
yang dapat dimodelkan adalah dengan definisi terlalu dangkal untuk diberikan
pertimbangan serius.
Model berusaha menyederhanakan dengan mereproduksi semua realitas dengan
segenap kompleksitasnya. Karena itu model lebih sederhana dari subjeknya itu sendrii.
Karena itu model dapat kehilangan point pentingnya.
2. Mengakibatkan kebingungan di antara perilaku yang digambarkan oleh model
Mengutip dari Mortensen, bahwa model seringkali dibingungkan dengan realitas.
3. Penyimpulan dini (premature Closure)
Model pada dasarnya merupakan abstarksi realitas. Karena model menurut Kaplan
(1964) dapat membatasi kesadaran kita pada kemungkinan kemungkinan dari
konseptualisasi. Untuk dapat menghindari bahaya tersebut dengan menyadari bahwa
realitas fisik dapat direpresentasikan dalam banyak cara.
6.1.4.
Tipe Model Komunikasi
Untuk
memudahkan memahami
berbagai bentuk
model,
dan karakternya,
Hanneman dan McEwan (1975) membuat klasifikasi model ke dalam tiga tipe.
1. Model Mental
Model ini merepresentasikan proses mental internal.
2. Model Simbolik
terdiri dari :

Model Matematika. Dalam Model Matematika, teori grafik dan konsep statistik
jaringan komunikasi dan sistem pengolahan informasi disajikan. contoh model
matematika adalah model Shannon Weaver.

Model Verbal. Merupakan teori yang dinyatakan dalam kata-kata. Model Verbal
sering juga didukung oleh grafik, diagram atau gambar. Misalnya, Gerbner
Model, Model SMCR, Lasswell.
3. Model Fisik

Model iconik. Model fisik yang biasanya menyerupai obyek yang menjadi model.
Misalnya model anatomi yang dipakai dalam dunia medis.
2013
7
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id

Model analog.
Merupakan model yang memiliki fungsi serupa dengan obyek yang dimodelkan,
meski bentuknya tidak serupa. Misalnya maket sebuah bangunan
model
komunikasi
Model
Mental
Model
Simbolik
Model
Matematika
Model Fisik
Model
Verbal
Model Ikonik
Model
Analog
Model yang dikemukakan Hanneman dan McEwen tersebut dilukiskan dalam suatu
grafik dengan derajad abstraksi yang berlainan. Derajad abstraksi tampak menurun dari kiri
kenan.
2013
8
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.2.
Traditional and Modern Mass
Communication
Komunikasi
Massa
pada
dasarnya
dapat
dikatakan
sebagai
komunikasi
menggunakan saluran berupa media massa. Komunikasi massa tradisional melibatkan
penggunaan media massa tradisional. Diantaranya yang merupakan lima besar media
massa tradisional adalah : televisi, radio, film, suratkabar dan majalah.
Jika dibandingkan dengan media massa modern, media massa tradisional memliki
beberapa karakter khusus, diantaranya audiens media massa tradisional jumlahnya sangat
besar dengan tingkat persebaran yang luas juga, heterogen serta anonimitasnya sangat
tinggi. Selain itu feedback nya juga tidak dapat disampaikan secara langsung oleh receiver
atau bersifat tertunda. Pembaca koran misalnya hanya dapat memberikan tanggapan
setelah membaca, lalu menyampaikan tanggapannya melalui surat pembaca. Demikian juga
dengan film, setelah penonton menyaksikan film, selanjutnya tanggapan yang diberikan baru
dapat dilakukan dengan mengirim surat atau tanggapan lainnya kepada sutradara.
Dilihat dari pengorganisasiannya, media tradisional bersifat kompleks. Dalam
pengoperasiannya melibatkan struktur organisasi yang bersifat formal. Mereka melibatkan
karyawan dalam jumlah yang besar dengan pembagian dan spesialisasi pekerjaan yang
spesifik, mulai dari pengumpulan informasi, produksi, hingga penyajian kepada audiens.
Organisasi media tradisional juga melibatkan birokrasi yang rumit. Kompleksitas media
massa tradisional juga melibatkan berbagai unsur atau pun element seperti teknologi,
ketenagakerjaan, permodalan, dll.
Selain itu organisasi media tradisional juga melibatkan banyak gatekeeper. Semakin
kompleks suatu organisasi media, semakin banyak gatekeeper yang terlibat dalam
mengontrol isi media. Sebagaimana diketahui dalam media massa tradisional, produksi isi
media selalu melewati berbagai tahapan sebelum sampai ke para audiens mereka. Seperti
kontrol dari manajemen, organisasi media, kelompok penekan atau berbagai lembaga
kepentingan lainnya, hingga kontrol pemerintah. Media massa tradisional merupakan bagian
dari industrialisasi. Industri media membutuhkan permodalan dan investasi tinggi untuk
menjalankan
operasinya,
karena
melibatkan
penggunaan
teknologi
tinggi
dan
pengoperasiannya juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Bisa dibayangkan dalam
industri pertelevisian misalnya, berapa ribu karyawan yang harus dimiliki agar dapat
mengumpulkan, memproduksi dan menyebarluaskan informasi pada audiens mereka.
2013
9
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Media massa sebagai suatu institusi ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk
memperoleh keuntungan atau profit oriented. Organisasi media tradisional bersaing dalam
memperoleh audiens sebanyak banyaknya, dengan menghasilkan produk media yang
digemari para audiens. Sebagaimana diketahui organisasi media tradisional memperoleh
keuntungan terutama dari iklan. Semakin digemari suatu produk media (yang dapat dilihat
dari jumlah rating yang diperoleh, semakin besar rating, diasumsikan semakin banyak
audiensnya), semakin banyak pengiklan yang tertarik membeli produk media tersebut.
Sebagai bagian dari industri media, media massa pada dasarnya dihadapkan pada
pasar persaingan, dimana dinamika kompetisi antara berbagai institusi media lainnya
demikian ketat. Tiap media berusaha memperoleh keuntungan sebesar besarnya agar dapat
terus survive atau bertahan hidup. Sementara itu, dalam perkembangan selanjutnya, proses
komunikasi massa mengalami perubahan menuju pada komunikasi massa modern, diawali
dngan ditemukannya teknologi infomasi dan komunikasi yang mulai diperkenalkan ke publik
sejak akhir tahun 80 an.
Sementara media massa modern dalam hal ini internet memiliki sejumlah
karakteristik khusus yang membedakan dari media massa tradisional. Media massa modern
tidak semua melembaga dengan kompleksitas seperti pada organisasi
media massa
tradisional. Pada media massa modern, komunikator tidak terbatas pada organisasi media,
tapi individu ataupun perorangan dapat menjadi produser media.
Pada media modern, peran gatekeeper tidak lagi signifikan seperti pada media
massa tradisional, meskipun pada media massa yang terstruktur, seperti suratkabar
misalnya, peran tersebut masih ada. Pada blog-blog pribadi misalnya orang bisa bebas
memproduksi dan menyampaikan pesan tanpa adanya kontrol dari gatekeeper. Selain itu
pada media massa modern, biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi relatif kecil.
Bahkan setiap individu dapat mengelola sendiri medianya dengan tanpa melibatkan orang
lain dan dengan hanya bermodalkan seperangkat perangkat komputer dan internet. Tidak
heran jika pada media massa modern, memperebutkan pasar audiens tidak selalu menjadi
alasan kompetisi di antara berbagai sumber informasi.
Denis McQuail menyebutkan bahwa secara umum perbedaan antara media lama
dan baru terutama berkaitan dengan penulisan (dan pencapaian), penerbitan (produksidistribusi) dan penonton (audience). Dengan adanya blogging dan berbagai fasilitas yang
tersedia di internet memungkinkan setiap orang dapat menulis dan melakukan berbagai
tindakan otonom lainnya untuk mempublikasikan tulisan atau opininya. Demikian juga untuk
penerbit, pers akan terus berperan tetapi telah menjadi lebih ambigu karena berlaku alasan
yang sama bagi penulis. Sementara penonton memiliki otonomi yang semakin besar.
Mereka memliki kebebasan yang cukup luas karena adanya faktor interaktivitas yang
disediakan oleh media baru (McQuail, 2010).
2013
10
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Baran dan Davis mengutip Bryant dkk, melihat bahwa perubahan yang terjadi dari
kehadiran teknologi komunikasi online, diantaranya berdampak pada sejumlah aspek media
itu sendiri tapi juga sosial, ekonomi, dan budaya :
1. Semua media komunikasi massa mengalami perubahan dramatis dalam bentuk isi
dan substansi
2. Internet telah mengubah model komunikasi massa tradisional dari komunikasi oneto-many menjadi komunikasi many-to-many,
3. Pola kepemilikan media juga mengalami perubahan dramatis dan cenderung
merusak
atau mengabaikan nilai sosial, kebutuhan sosial, poltik, informasi ,
pendidikan dan hiburan yang dapat mengakibatan permasalahan dalam masyarakat.
4. Pola pandang dan kebiasaan audiens seluruh dunia megalami perubahan yang
sangat cepat
5. Sifat dasar dari unit utama pada sejumlah tempat konsumsi media_keluarga_
mengalami perubahan besar yang sangat mempengaruhi penggunaan media dan
dampaknya bagi kebaikan budaya dan psikologi
6. Bahkan dalam kondisi stabil, semakin tradisional lingkungan rumah, media interaktif
meredefinisi kehidupan di rumah. (Bryant, dan Miron, sebagaimana dikutip oleh
Baran, dan Davis, 2012)
Adanya sejumlah perubahan tersebut berkaitan erat juga dengan perubahan pada
pola pola komunikasi yang terutama berfokus pada peran sumber dan penerima/audiens
yang semakin cair.
perubahan juga.
sejumlah gagasan dasar dalam komunikasi massa mengalami
Perkembangan teknologi online selanjutnya juga mendorong adanya
rekonseptualisasi berkaitan dengan proses interaktif, yang mana komunikasi tidak lagi
bersifat one-to-many dan heterogen. (lihat dalam Chaffee and Metzger, 2001; Neuman,
1991). Pada proses komunikasi massa modern, model proses lebih rumit, melibatkan
interaksi antara komunikan dan komunikator, sehingga proses komunikasi berjalan dinamis.
Selanjutnya dalam studi komunikasi, perubahan teknologi ini juga membutuhkan adanya
model komunikasi yang didasarkan pada konteks media massa dan komunikasi face to face
(lihat misalnya dalam Poole and Jackson, 1993, yang dikutip oleh McQuail, 2004).
Dapat disimpulkan bahwa berbagai perubahan tersebut pada akhirnya menggantikan
model
komunikasi
massa
tradisional
satu-ke-banyak
atau
"one-to-many"
dengan
kemungkinan model komunikasi "banyak-ke-banyak" atau “many-to-many-“. Setiap individu
dengan teknologi tepat guna sekarang dapat menghasilkan media online-nya dan termasuk
gambar, teks, dan suara tentang apa pun yang ia pilih (Croteau dan Hoynes, 2003). Dengan
demikian, perpaduan metode baru komunikasi dengan teknologi baru menggeser model
2013
11
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
komunikasi massa, dan secara radikal membentuk ulang cara kita berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain. Vin Crosbie [2002) menggambarkan tiga macam media
komunikasi. Dia melihat Media Interpersonal sebagai satu-ke-satu atau "one-to-one", media
massa sebagai "satu ke banyak", dan Media Baru sebagai Media Individuasi atau "banyak
ke banyak" (many-to-many)
Sejalan dengan gagasan tersebut, Morris melihat bahwa produsen dan audiens di
Internet dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori umum: (a) komunikasi asynchronous
satu-ke-satu, seperti E-mail, (b) komunikasi asynchronous banyak-ke-banyak, seperti
Usenet, papan buletin elektronik, dan Listservers yang meminta penerima untuk mendaftar
untuk layanan atau log on ke sebuah program untuk mengakses pesan mengenai topik
tertentu, (c) komunikasi synchronous yang dapat berupa satu-ke-satu, satu-ke-sedikit, atau
satu -ke-banyak dan dapat diorganisir mengenai topik tertentu, pengkonstruksian sebuah
objek, atau bermain peran, seperti MUD (multi-User Dungeons dan berbagai transformasi
mereka seperti MOOs, MUCKs dan MUSH), Internet Relay chat dan kamar chatting di jasa
komersial, dan (d) komunikasi asynchronous umumnya ditandai dengan kebutuhan
penerima untuk mencari situs untuk mengakses informasi, yang mungkin melibatkan
banyak-ke-satu, satu-ke-satu, atau satu-ke-banyak hubungan sumber-penerima (misalnya,
situs web, situs penghubung (protokol), dan situs FTP) (Morris, 1996)
6.2.1.
Model Komunikasi Massa Tradisional
Model komunikasi massa tradisional menggunakan model “satu ke banyak” atau
“one–to-many” model. Sementara interaksi antara sumber dan penerima (receiver) relatif
terbatas, terutama karena feedbacknya tidak langsung. Sehingga komunikasi yang terjalin
bersifat searah. Model satu arah linear ini yang paling sederhana adalah yang diperkenalkan
oleh Lasswell, terdiri dari :Who, Says, in Which Channel, To Whom, With What Efect. Model
ini banyak digunakan untuk mengamati berbagai dinamika komunikasi yang berkembang
sekitar tahun 1948, dimana saat ini fenomena politik demikian marak di Amerika. Sering
disebut dengan model transmisi karena komunikasi direduksi untuk mentransmisikan pesan.
Model linear ini selanjutnya mendorong lahirnya berbagai model komunikasi lainnya, seperti
model The Shannon – weaver mathematical model, tahun 1949, Scram’s interactive model,
tahun 1954, Berlo’s SMCR, tahun 1960, dll.
2013
12
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.2.2.
Model Komunikasi Massa Modern
Pada komunikasi massa modern, individu dapat menjadi sumber informasi,
sedangkan receiver-nya juga dapat bersifat personal. Antara sumber dan penerima terdapat
interaktivitas, keduanya dapat saling mempengaruhi dan menjadi sumber informasi,
sehingga komunikasi yang terjalin bersifat 2 arah. Karena itu model komunikasi yang terjadi
adalah :
–
Memungkinkan komunikasi multilevel
–
Satu ke satu atau One to one (contoh pada penggunaan email)
–
Satu ke banyak atau One to many (contohnya media massa online)
–
Satu ke banyak atau One to few (contohnya jasa komersil)
–
Sedikit ke sedikit ataun Few to few (contohnya blog untuk komunitas)
–
Banyak ke banyak atau Many to many (contohnya eBay)
–
Banyak ke satu atau many to one (contohnya pada situs penghubung atau
protokol)
–
Komunikasi interaktivitas memungkinan bersifat 2 arah
Salah satu model dari modern mass communication
Sumber :Highered McGrawHill,
2013
13
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.3.
Model Komunikasi Maletzke
Model Komunikasi Maleatzke adalah model proses komunikasi massa yang
didasarkan pada sosio psikologi, yang mana menekankan pada 4 unsur dasar tradisional
yang utama yaitu: Communicator, message, medium, and receiver, serta menempatkan dua
komponen tambahan antara media dan penerima. Komponen tersebut adalah tekanan atau
kendala dari media dan citra medium pada diri komunikan. Dalam hal tekanan atau kendala
media, kita dihadapkan pada kenyataan : ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan
terhadap media yang berbeda beda pula. Setiap media ada kelebihan dan kekurangannya,
dan sifat sifat media harus dianggap mempunyai pengaruh terhadap cara komunikan
menggunakannya, dan sejauh mana isi media tersebut (Ardianto, dkk, 2007).
Model yang dikembangkan oleh Maletzke ini meskipun terlihat rumit namun
sesungguhnya merupakan model yang sederhana dan tidak terlalu istimewa, bahkan
cenderung mirip dengan model S-M-C-R Berlo (Nurudin, 2009). Menurut Maletzke, keempat
komponen dalam komunikasi dipengaruhi oleh faktor faktor, diantaranya :

Komunikator, yang dipengaruhi oleh :
1. Citra diri komunikator (bagaimana komunikator memposisikan perannya saat
menyampaikan pesan)
2. Kepribadian komunikator (bagaimana kepribadian komunikator mempengaruhi
perilakunya)
3. Team work komunikator (menekankan pada kerja komunikator media)
2013
14
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. Organisasi (menekankan pada tipe organisasi media)
5. Lingkungan sosial (keanggotaan dalam kelompok mempengaruhi nilai2 dan
perilaku komunikator)
6. Penekanan
dan
pembatasan
dari
saluran
media
(komunikator
harus
memperhatikan pandangan,norma-norma)

Pesan (message), yang dipengaruhi oleh :
1. Pemilihan dan struktur isi pesan (hala hal di atas mempengaaruhi bagaimana
komunikator menyusun dan menyampaikan pesan)
2. Penekanan dan pembatasan

Penerima (receiver), yang dipengaruhi oleh :
1. Citra penerima
2. Struktur kepribadian
3. Penerima sebagai bagian dari audience
4. Lingkungan sosial penerima
Maletzke menganggap karakteristik media berikut yang relevan:
1. Jenis persepsi yang diminta dari penerima (penampil, pembaca, dll).
2. Sejauh mana penerima terikat pada media spasial dan ketepatan waktunya.
3. konteks sosial di mana anggota khalayak menerima isi media.
4. Perbedaan waktu antara kejadian dan konsumsi pesan tentang peristiwa, yaitu,
tingkat simultanitas.
Gambaran atau citra media yang dimiliki oleh penerima menpengaruhi harapan dari
isi media dan diasumsikan memiliki pengaruh pada pilihan penerima konten pada saat dia
mengalami dan meresponnya. Prestise dan kredibilitas media adalah elemen penting dalam
gambar ini. Gambaran media atau citra media sendiri memandang bahwa institusi memiliki
harapan, cita cita, keinginan, target, posisi diantara pesaing, gensi, kredibilitas, yang mana
mempengaruhi media macama apa, isi pesan macam apa yang hendak ditampilkan ke
publik. Dua variabel pilihan dan pengalaman / efek adalah variabel dependen atau
konsekuensi dalam proses penerimaan. Beberapa variabel lain dalam model dapat diberi
label sebagai variabel penyebab atau independen di bagian proses:
1. penerima citra diri menciptakan disposisi dalam menerima komunikasi.
2. Struktur kepribadian penerima.
3. konteks sosial penerima.
4. Pencipta opini, melalui isi media massa biasanya diteruskan, sering dapat
ditemukan di lingkungan sekitar dari penerima sosial.
5. Penerima sebagai anggota masyarakat, karena situasi penerima tidak sama
dalam komunikasi massa sebagaimana dalam komunikasi tatap muka.
2013
15
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
6.4.
Model Informationa Seeking
Menurut Case (2007), information seeking merupakan usaha yang dilakukan secara
sadar untuk memperoleh informasi sebagai respon terhadap kebutuhan atau gap
pengetahuan. Paradigma information seeking atau pencarian informasi sendiri dapat
dimasukkan dalam paradigma uses dan gratification, dimana paradigma ini menitik beratkan
pada perilaku pencarian informasi dari individual untuk mengidentifikasi faktor yang
menentukan perilaku itu (Suprapto, 2007). Severin dan Tankard sebagaimana dikutip
Suprapto mengemukakan bahwa paradigma pencarian informasi mencerminkan perubahan
secara tajam dari penekanan pada komunikator massa atau pesan yang terdapat pada riset
terdahulu menjadi penekanan pada penerima. Menurut Dennis McQuail (1981) pencarian
informasi dapat diteliti dari berbagai segi, model-model difusi dalam beberapa hal dimana
ada keinginan untuk mengetahui masalah bagaimana orang mencari informasi. McQuail
menyebutkan bahwa dalam studi komunikasi, model yang dikembangkan oleh Tipton dan
Donohew merupakan Model konseptual mengenai pencarian, penolakan/penghindaran,
(dalam McQuail 1981) yang didasarkan pada tradisi sosio-psikologis mengenai kesesuaian
sikap (attitude congruence) teori disonansi Festinger.
Festinger (1957) mengajukan teori disonansi kognitif dimana keputusan keputusan,
pilihan pilihan informasi baru sangat memungkinkan menciptakan perasaan ‘tidak mantab’
dalam diri seseorang bahwa disonansi ini secara psikologis kurang nyaman dan akan
memotivasi individu untuk mencari informasi yang mendukung pilihan pilihan informasi yang
telah diambilnya. Faktor faktor lain yang mempengaruhi pemilihan pesan : kegunaan
informasi, kepentingan hakiki (intrinsik interest) dalam topik topik khusus, nilai hiburan,
kebudayaan akan variasi, dan karakteristi kepribadian seperti dogmatisme (dalam Suprapto,
2007).
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Fredman dan Shears (1966) mereka
menemukan bahwa pencarian informasi banyak dipengaruhi oleh kerja terpaan selektif di
mana orang akan memilih informasi yang mendukung sikap mereka yang tampak. Donohew
dan Tipton melihat adanya relasi yang kuat antara pencarian informasi dan pengambilan
keputusan. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa ketika mencari atau memperoleh
informasi, orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan ‘image of
reality’ nya karena akan dianggap mengganggu dan mengancam keseluruhan sistem yang
telah ada pada dirinya. Model pencarian, pengolahan dan penolakan informasi menurut
Tipton dan Donohew (1973) didasarkan pada konsep :
2013
16
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
1. Citra (citra realitas) merupakan hasil pengalaman sepanjang hidup, yang terdiri dari
pengetahuan, keyakinan dan tujuan hidup.
2. Citra terdiri dari konsep pribadi yang mencakup penilaian terhadap kemampuan
mengatasi berbagai situasi.
3. Citra realitas terdiri dari seperangkat penggunaan informasi yang mengatur tingkah laku
individu dalam mencari dan memproses informasi.
2013
17
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro.. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama
Media, 2007
Croteau, David & Hoynes, William (2003) Media Society: Industries, Images and Audiences
(third edition), Pine Forge Press, Thousand Oaks, pg. 303
Crosbie,
Vin.
(2002).
What
is
New
Media?
Retrieved
from
http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc
Gordon wiseman dan Larry Barker. Speech-Interpersonal Communication. San Fransisco:
Chandler, 1967, hlm. 13-14.
Halavais,
et.al.,
Communication
Theory,
Wkibooks
Contriibutor,
2004-2006,
at
http://en.wikibooks.org/wiki/communication_theory
Hanneman, G. J. and McEwan, W. J., Communication and Behavior. Reading, MA; AddisonWesley 1975
Jennings Bryant, Donna Miron, dalam Mass ommunication Theory: Foundation, Ferment,
dan Future., edisi 6., Stanley J. Baran, Dennis K. Davis, Wadsworth, Cengage Learning,
2012
Kaminski,
S.,
http://www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.htm#Limitationsof
Models
Littlejohn, Stephen, Theoris of Human Communication, Wadsworth, 1996
McQuail, Denis, Sven Windal, Model Model Komunikasi, Longman, New York , 1981
Mortensen, C. David , Communication: The Study of Human Communication, McGraw-Hill
Book Co., New York, 1972
Morris, Merril, The Internet As Mass Medium, Copyright 1996 Journal of Communication
46(1), Winter. 0021-9916/96
Mulyana, Dedy, Komunikasi Suatu Pengantar, 2001
Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 2007
Suprapto, Tommy, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, MedPress, Jakarta, 2009
2013
18
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Tankard, dan Severin, Communication Theories, Origin, Method, and Uses in the Mass
Media, ed 4. Longman, New York, 1997
The
Nature
and
HIstory
of
Mass
Communication,
www.mhhe.com/dominick11e
2013
19
Komunikasi Massa
Radityo Muhammad,SH,M.A
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Center
home
page,
Download