MODUL PERKULIAHAN Komunikasi Massa Model Model Komunikasi Fakultas Public Relations Ilmu Komunikasi Public Relations Tatap Muka 06 Kode MK Disusun Oleh MK85013 Radityo Muhammad, S.H., M.A Ass : Nensi Silviandari S.Sos Abstract Kompetensi Mata kuliah ini membahas tentang definisi model komunikasi dan kegunaannya serta komunikasi masa modern dan tradisional, perbedaan karakter dan pengaruhnya bagi model komunikasi massa Mahasiswa mampu menjelaskan kegunaan model dan model komunikasi massa 6.1. Pengertian dan Kegunaan Model 6.1.1. Pengertian Model Model secara sederhana dapat dikatakan sebagai representasi dari fenomena yang terdapat dalam realitas nyata. Model juga dapat digunakan untuk menjelaskan bekerjanya serangkaian unsur atau element yang menyusun suatu obyek tertentu yang digambarkan oleh model. Contoh yang paling mudah dipahami adalah alat peraga yang digunakan dalam dunia medis. Alat peraga biasanya digunakan untuk merepresentasikan obyek tertentu yang dijadikan model. Dalam konteks kajian komunikasi, model menunjuk pada representasi dari berbagai fenomena komunikasi yang melibatkan elemen tertentu, seperti misalnya komunikator, dan pesan. Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. menyebutkan bahwa model membantu merumuskan suatu teori dan menyarankan hubungan. Oleh karena hubungan antara model dengan teori begitu erat, model sering dicampuradukkan dengan teori. Terdapatnya unsur tertentu yang ada dalam model, mengimplikasikan penilaian atas relevansi, dan ini pada gilirannya mengimplikasikan suatu teori yang lebih kompleks, alat untuk menjelaskan dan menyarankan cara-cara untuk memperbaiki konsep. Menurut Littlejohn, dalam pengertian luas model menunjuk pada setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan ide. Biasanya model di pandang sebagai analogi dari beberapa fenomena. Dengan demikian model dapat berbentuk gambar grafis, verbal atau matematika (Littlejohn, 2006). Model sebagai bentuk representasi ini juga yang menjadi pembeda dengan teori, dimana teori sendiri merupakan penjelasan (explanation) dari suatu fenomena (Littlejohn dan Hawes, 1983) Aubrey Fisher mengatakan bahwa model adalah analogi yang mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Model dapat dikatakan sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori. Dengan kata lain, model adalah teori yang lebih disederhanakan. Menurut Mortensen , dalam arti luas, “model merupakan representasi sistematis dari suatu obyek atau peristiwa dalam bentuk ideal dan abstrak. “Selanjutnya Mortensen menyebutkan bahwa Model agak sewenang-wenang sifatnya. Tindakan abstrak menghilangkan rincian tertentu guna memfokuskan pada faktor-faktor penting. Kunci untuk kegunaan model adalah sejauh mana model sesuai – dalam hubungan di tiap poin - untuk faktor-faktor penentu perilaku komunikatif” Model komunikasi tidak lain adalah suatu upaya untuk menggambarkan deskripsi ideal dari proses komunikasi dengan cara merepresentasikan secara abstrak karakteristik dan unsur unsur penting, sembari menghilangkan unsur yang tidak penting dalam proses komunikasi yang sesungguhnya. 2013 2 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Selanjutnya Mortensen menggarisbawahi bahwa "Model komunikasi hanyalah gambar; model bahkan mendistorsi gambar, karena model menghentikan atau membekukan proses interaktif atau transaktif yang benar-benar dinamis menjadi gambar statis” Model juga merupakan metafora yang memungkinkan untuk melihat satu hal dalam situasi lain (Mortensen, ). Karena itu model bisa disebut sebagai gambaran informal untuk menjelaskan atau menerapkan teori atau penyederhanaan teori. Model, bagi Mortensen dengan demikian memberi manfaat bagi komunikator dan komunikan dalam rangka merealisasikan hubungan komunikasi dengan memahami unsur dan berbagai karakter penting bagi proses komunikasi yang ideal. Sejalan dengan Mortensen, sebuah model, menurut Karl Deutsch (, ), "a structure of symbols and operating rules which is supposed to match a set of relevant points in an existing structure or process." adalah "suatu struktur simbol dan aturan operasi yang dimaksudkan untuk mencocokkan serangkaian poin yang relevan dalam struktur atau proses yang sudah ada. "Dengan kata lain, model adalah representasi yang disederhanakan atau contoh dari sebuah proses yang dapat digunakan untuk membantu memahami sifat komunikasi dalam pengaturan sosial. Model tersebut tentu tidak semata peta satu-demi-satu mengenai dunia yang sesungguhnya, tetapi sejauh ini mereka hanya berhasil merepresentasikan unsur unsur penting dari dunia nyata , dan dinamika hubungan mereka satu sama lain. Model komunikasi dengan demikian tidak lain merupakan bentuk penyederhanaan dari suatu proses komunikasi untuk memberi gambaran yang dapat menjadi penuntun atau guidline suatu proses komunikasi yang ideal, dengan cara merpresentasikan unsur penting yang terlibat di dalamnya. Menurut Deutsch, model adalah alat penyelidikan yang mana teori mungkin tidak dapat melakukan. Dengan mewakili sistem yang sedang diamati, mereka menyediakan cara kerja melalui masalah dari sistem "dunia nyata" dengan cara yang lebih abstrak. Dengan demikian, mereka meminjamkan diri untuk konstruksi teori yang sesungguhnya, meskipun mungkin bahwa teori dari yang ditemukan tersusun dalam ilmu pengetahuan alam merupakan sesuatu yang tidak dapat dicapai dalam ilmu sosial. Sayangnya, sementara model memberikan "apa" dan "bagaimana," mereka tidak cocok untuk menjelaskan "mengapa", dan oleh karena itu jarang memuaskan sebagai teori yang kuat (Deutsch). Dalam studi komunikasi, model berfungsi dalam cara yang sama, memungkinkan untuk penyederhanaan dinamika kompleks. Oleh karena itu Model komunikasi massa dapat 2013 3 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dikatakan sebagai serangkaian model konseptual yang digunakan untuk menjelaskan proses komunikasi massa. 6.1.2. Fungsi dan Kegunaan Model Gordon Wiseman dan Larry Barker (dalam Mulyana, 2001) menjelaskan tiga fungsi model komunikasi yaitu : 1. Melukiskan Proses Komunikasi 2. Menunjukkan hubungan visual 3. Membantu dalam menemukan dan memperbaiki kemacetan komunikasi Menurut Irwin D.J Bross, model setidaknya harus memiliki tidak hanya berkaitan dengan representasinya terhadap fenomena yang digambarkan, namun juga menjadi alat untuk memahami suatu permasalahan dalam proses yang tergambar dalam model : 1. Menyediakan kerangka rujukan untuk memikirkan masalah. 2. Dapat menyarankan kesenjangan informasional yang akan menganalisa suatu model diuji dengan keberhasilan atau kegagalan. 3. Terbukanya problem abstraksi yaitu digunakan untuk mengambil suatu keputusan dimana dari adanya fenomena komunikasi yang terjadi diimplementasikan ke dalam sebuah model. Deutsch menunjukkan bahwa model harusnya menyediakan empat fungsi, termasuk fungsi model sebagai suatu bahan prediksi dari berbagai fenomena komunikasi, diantaranya:. 1. Mengorganisasikan sesuatu yang tadinya tidak teramati. Model harus mengatur sistem yang kompleks (menjadi seumum mungkin). Model harus dapat membantu dalam mengorganisasikan sesuatu sehingga didapatkan gambaran yang menyeluruh dan tak terpotong potong. 2. Model harus menyediakan fungsi heuristik. Melalui model, kita dapat mengetahui berbagai unsur penting dari suatu fenomena secara keseluruhan. 3. Membantu menjelaskan sesuatu. Model harus seasli mungkin, dimana model harus dapat menjelaskan sistem yang ada. Model harus dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu dengan penyajian informasi yang sederha. 2013 4 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Fungsi prediksi. Model juga harus menyediakan beberapa bentuk pengukuran dari sistem yang akan bekerja dalam model analog dan dalam sistem yang sedang diamati. Sedang Raymond S. Ross tidak hanya melihat fungsi model sebagai representasi fenomena, namun juga menyoroti kemungkinan adanya beberapa masalah yang dapat timbul dari proses penggambaran dalam model tersebut : 1. Memberikan penglihatan yang lain, berbeda dan lebih dekat. 2. Model menyediakan kerangka rujukan. 3. Menyarankan kesenjangan informasional. 4. Menyoroti problem abstraksi. 5. Menyatakan suatu problem dalam bahasa simbolik yaitu menggunakan gambar atau simbol. Menurut Jalaludin Rakhmat, model merupakan gambaran yang dirancang untuk mewakili kenyataan. Model dengan demikian merupakan abstraksi dari dunia nyata. Ada setidaknya lima (5) kegunaan model, diantaranya adalah : 1. Memberikan informasi yang berorientasi pada tindakan 2. Menyajikan informasi yang berkaitan dengan masa depan 3. Menunjukkan arah alternatif tindakan 4. Menyajikan situasi masalah yang kompleks secara formal dan berstruktur 5. Mencerminkan pendekatan ilmiah (bukan intuisi dan spekulasi). 2013 5 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id G-L D.J Bros Deutsch Melukiskan Proses Menyediakan kerangka rujukan untuk Mengorganisasikan Komunikasi memikirkan masalah. sesuatu yang tadinya tidak teramati. Menunjukkan Dapat menyarankan kesenjangan Model harus hubungan visual informasional yang akan menganalisa menyediakan fungsi suatu model diuji dengan keberhasilan atau heuristik. kegagalan. Membantu dalam Terbukanya problem abstraksi yaitu Membantu menemukan dan digunakan untuk mengambil suatu menjelaskan memperbaiki keputusan dimana dari adanya fenomena sesuatu. kemacetan komunikasi komunikasi yang terjadi diimplementasikan ke dalam sebuah model. Fungsi prediksi. Raymond S. Ross Jalaludin Rahmat Memberikan penglihatan yang lain, Memberikan informasi yang berorientasi pada berbeda dan lebih dekat. tindakan Model menyediakan kerangka rujukan. Menyajikan informasi yang berkaitan dengan masa depan Menyarankan kesenjangan informasional. Menunjukkan arah alternatif tindakan Menyoroti problem abstraksi. Menyajikan situasi masalah yang kompleks secara formal dan berstruktur Menyatakan suatu problem dalam bahasa Mencerminkan pendekatan ilmiah (bukan intuisi simbolik yaitu menggunakan gambar atau dan spekulasi). simbol. 2013 6 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6.1.3. Keterbatasan Model (Kaminski) 1. Model dapat mendorong pada penyederhanaan yang berlebihan (oversimplifikasi). tidak dapat disangkal bahwa banyak hasil karya dalam model komunikasi merancang menggambarkan muatan sering diulang-ulang bahwa apa pun dalam urusan manusia yang dapat dimodelkan adalah dengan definisi terlalu dangkal untuk diberikan pertimbangan serius. Model berusaha menyederhanakan dengan mereproduksi semua realitas dengan segenap kompleksitasnya. Karena itu model lebih sederhana dari subjeknya itu sendrii. Karena itu model dapat kehilangan point pentingnya. 2. Mengakibatkan kebingungan di antara perilaku yang digambarkan oleh model Mengutip dari Mortensen, bahwa model seringkali dibingungkan dengan realitas. 3. Penyimpulan dini (premature Closure) Model pada dasarnya merupakan abstarksi realitas. Karena model menurut Kaplan (1964) dapat membatasi kesadaran kita pada kemungkinan kemungkinan dari konseptualisasi. Untuk dapat menghindari bahaya tersebut dengan menyadari bahwa realitas fisik dapat direpresentasikan dalam banyak cara. 6.1.4. Tipe Model Komunikasi Untuk memudahkan memahami berbagai bentuk model, dan karakternya, Hanneman dan McEwan (1975) membuat klasifikasi model ke dalam tiga tipe. 1. Model Mental Model ini merepresentasikan proses mental internal. 2. Model Simbolik terdiri dari : Model Matematika. Dalam Model Matematika, teori grafik dan konsep statistik jaringan komunikasi dan sistem pengolahan informasi disajikan. contoh model matematika adalah model Shannon Weaver. Model Verbal. Merupakan teori yang dinyatakan dalam kata-kata. Model Verbal sering juga didukung oleh grafik, diagram atau gambar. Misalnya, Gerbner Model, Model SMCR, Lasswell. 3. Model Fisik Model iconik. Model fisik yang biasanya menyerupai obyek yang menjadi model. Misalnya model anatomi yang dipakai dalam dunia medis. 2013 7 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Model analog. Merupakan model yang memiliki fungsi serupa dengan obyek yang dimodelkan, meski bentuknya tidak serupa. Misalnya maket sebuah bangunan model komunikasi Model Mental Model Simbolik Model Matematika Model Fisik Model Verbal Model Ikonik Model Analog Model yang dikemukakan Hanneman dan McEwen tersebut dilukiskan dalam suatu grafik dengan derajad abstraksi yang berlainan. Derajad abstraksi tampak menurun dari kiri kenan. 2013 8 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6.2. Traditional and Modern Mass Communication Komunikasi Massa pada dasarnya dapat dikatakan sebagai komunikasi menggunakan saluran berupa media massa. Komunikasi massa tradisional melibatkan penggunaan media massa tradisional. Diantaranya yang merupakan lima besar media massa tradisional adalah : televisi, radio, film, suratkabar dan majalah. Jika dibandingkan dengan media massa modern, media massa tradisional memliki beberapa karakter khusus, diantaranya audiens media massa tradisional jumlahnya sangat besar dengan tingkat persebaran yang luas juga, heterogen serta anonimitasnya sangat tinggi. Selain itu feedback nya juga tidak dapat disampaikan secara langsung oleh receiver atau bersifat tertunda. Pembaca koran misalnya hanya dapat memberikan tanggapan setelah membaca, lalu menyampaikan tanggapannya melalui surat pembaca. Demikian juga dengan film, setelah penonton menyaksikan film, selanjutnya tanggapan yang diberikan baru dapat dilakukan dengan mengirim surat atau tanggapan lainnya kepada sutradara. Dilihat dari pengorganisasiannya, media tradisional bersifat kompleks. Dalam pengoperasiannya melibatkan struktur organisasi yang bersifat formal. Mereka melibatkan karyawan dalam jumlah yang besar dengan pembagian dan spesialisasi pekerjaan yang spesifik, mulai dari pengumpulan informasi, produksi, hingga penyajian kepada audiens. Organisasi media tradisional juga melibatkan birokrasi yang rumit. Kompleksitas media massa tradisional juga melibatkan berbagai unsur atau pun element seperti teknologi, ketenagakerjaan, permodalan, dll. Selain itu organisasi media tradisional juga melibatkan banyak gatekeeper. Semakin kompleks suatu organisasi media, semakin banyak gatekeeper yang terlibat dalam mengontrol isi media. Sebagaimana diketahui dalam media massa tradisional, produksi isi media selalu melewati berbagai tahapan sebelum sampai ke para audiens mereka. Seperti kontrol dari manajemen, organisasi media, kelompok penekan atau berbagai lembaga kepentingan lainnya, hingga kontrol pemerintah. Media massa tradisional merupakan bagian dari industrialisasi. Industri media membutuhkan permodalan dan investasi tinggi untuk menjalankan operasinya, karena melibatkan penggunaan teknologi tinggi dan pengoperasiannya juga membutuhkan banyak tenaga kerja. Bisa dibayangkan dalam industri pertelevisian misalnya, berapa ribu karyawan yang harus dimiliki agar dapat mengumpulkan, memproduksi dan menyebarluaskan informasi pada audiens mereka. 2013 9 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Media massa sebagai suatu institusi ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh keuntungan atau profit oriented. Organisasi media tradisional bersaing dalam memperoleh audiens sebanyak banyaknya, dengan menghasilkan produk media yang digemari para audiens. Sebagaimana diketahui organisasi media tradisional memperoleh keuntungan terutama dari iklan. Semakin digemari suatu produk media (yang dapat dilihat dari jumlah rating yang diperoleh, semakin besar rating, diasumsikan semakin banyak audiensnya), semakin banyak pengiklan yang tertarik membeli produk media tersebut. Sebagai bagian dari industri media, media massa pada dasarnya dihadapkan pada pasar persaingan, dimana dinamika kompetisi antara berbagai institusi media lainnya demikian ketat. Tiap media berusaha memperoleh keuntungan sebesar besarnya agar dapat terus survive atau bertahan hidup. Sementara itu, dalam perkembangan selanjutnya, proses komunikasi massa mengalami perubahan menuju pada komunikasi massa modern, diawali dngan ditemukannya teknologi infomasi dan komunikasi yang mulai diperkenalkan ke publik sejak akhir tahun 80 an. Sementara media massa modern dalam hal ini internet memiliki sejumlah karakteristik khusus yang membedakan dari media massa tradisional. Media massa modern tidak semua melembaga dengan kompleksitas seperti pada organisasi media massa tradisional. Pada media massa modern, komunikator tidak terbatas pada organisasi media, tapi individu ataupun perorangan dapat menjadi produser media. Pada media modern, peran gatekeeper tidak lagi signifikan seperti pada media massa tradisional, meskipun pada media massa yang terstruktur, seperti suratkabar misalnya, peran tersebut masih ada. Pada blog-blog pribadi misalnya orang bisa bebas memproduksi dan menyampaikan pesan tanpa adanya kontrol dari gatekeeper. Selain itu pada media massa modern, biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi relatif kecil. Bahkan setiap individu dapat mengelola sendiri medianya dengan tanpa melibatkan orang lain dan dengan hanya bermodalkan seperangkat perangkat komputer dan internet. Tidak heran jika pada media massa modern, memperebutkan pasar audiens tidak selalu menjadi alasan kompetisi di antara berbagai sumber informasi. Denis McQuail menyebutkan bahwa secara umum perbedaan antara media lama dan baru terutama berkaitan dengan penulisan (dan pencapaian), penerbitan (produksidistribusi) dan penonton (audience). Dengan adanya blogging dan berbagai fasilitas yang tersedia di internet memungkinkan setiap orang dapat menulis dan melakukan berbagai tindakan otonom lainnya untuk mempublikasikan tulisan atau opininya. Demikian juga untuk penerbit, pers akan terus berperan tetapi telah menjadi lebih ambigu karena berlaku alasan yang sama bagi penulis. Sementara penonton memiliki otonomi yang semakin besar. Mereka memliki kebebasan yang cukup luas karena adanya faktor interaktivitas yang disediakan oleh media baru (McQuail, 2010). 2013 10 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Baran dan Davis mengutip Bryant dkk, melihat bahwa perubahan yang terjadi dari kehadiran teknologi komunikasi online, diantaranya berdampak pada sejumlah aspek media itu sendiri tapi juga sosial, ekonomi, dan budaya : 1. Semua media komunikasi massa mengalami perubahan dramatis dalam bentuk isi dan substansi 2. Internet telah mengubah model komunikasi massa tradisional dari komunikasi oneto-many menjadi komunikasi many-to-many, 3. Pola kepemilikan media juga mengalami perubahan dramatis dan cenderung merusak atau mengabaikan nilai sosial, kebutuhan sosial, poltik, informasi , pendidikan dan hiburan yang dapat mengakibatan permasalahan dalam masyarakat. 4. Pola pandang dan kebiasaan audiens seluruh dunia megalami perubahan yang sangat cepat 5. Sifat dasar dari unit utama pada sejumlah tempat konsumsi media_keluarga_ mengalami perubahan besar yang sangat mempengaruhi penggunaan media dan dampaknya bagi kebaikan budaya dan psikologi 6. Bahkan dalam kondisi stabil, semakin tradisional lingkungan rumah, media interaktif meredefinisi kehidupan di rumah. (Bryant, dan Miron, sebagaimana dikutip oleh Baran, dan Davis, 2012) Adanya sejumlah perubahan tersebut berkaitan erat juga dengan perubahan pada pola pola komunikasi yang terutama berfokus pada peran sumber dan penerima/audiens yang semakin cair. perubahan juga. sejumlah gagasan dasar dalam komunikasi massa mengalami Perkembangan teknologi online selanjutnya juga mendorong adanya rekonseptualisasi berkaitan dengan proses interaktif, yang mana komunikasi tidak lagi bersifat one-to-many dan heterogen. (lihat dalam Chaffee and Metzger, 2001; Neuman, 1991). Pada proses komunikasi massa modern, model proses lebih rumit, melibatkan interaksi antara komunikan dan komunikator, sehingga proses komunikasi berjalan dinamis. Selanjutnya dalam studi komunikasi, perubahan teknologi ini juga membutuhkan adanya model komunikasi yang didasarkan pada konteks media massa dan komunikasi face to face (lihat misalnya dalam Poole and Jackson, 1993, yang dikutip oleh McQuail, 2004). Dapat disimpulkan bahwa berbagai perubahan tersebut pada akhirnya menggantikan model komunikasi massa tradisional satu-ke-banyak atau "one-to-many" dengan kemungkinan model komunikasi "banyak-ke-banyak" atau “many-to-many-“. Setiap individu dengan teknologi tepat guna sekarang dapat menghasilkan media online-nya dan termasuk gambar, teks, dan suara tentang apa pun yang ia pilih (Croteau dan Hoynes, 2003). Dengan demikian, perpaduan metode baru komunikasi dengan teknologi baru menggeser model 2013 11 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id komunikasi massa, dan secara radikal membentuk ulang cara kita berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain. Vin Crosbie [2002) menggambarkan tiga macam media komunikasi. Dia melihat Media Interpersonal sebagai satu-ke-satu atau "one-to-one", media massa sebagai "satu ke banyak", dan Media Baru sebagai Media Individuasi atau "banyak ke banyak" (many-to-many) Sejalan dengan gagasan tersebut, Morris melihat bahwa produsen dan audiens di Internet dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori umum: (a) komunikasi asynchronous satu-ke-satu, seperti E-mail, (b) komunikasi asynchronous banyak-ke-banyak, seperti Usenet, papan buletin elektronik, dan Listservers yang meminta penerima untuk mendaftar untuk layanan atau log on ke sebuah program untuk mengakses pesan mengenai topik tertentu, (c) komunikasi synchronous yang dapat berupa satu-ke-satu, satu-ke-sedikit, atau satu -ke-banyak dan dapat diorganisir mengenai topik tertentu, pengkonstruksian sebuah objek, atau bermain peran, seperti MUD (multi-User Dungeons dan berbagai transformasi mereka seperti MOOs, MUCKs dan MUSH), Internet Relay chat dan kamar chatting di jasa komersial, dan (d) komunikasi asynchronous umumnya ditandai dengan kebutuhan penerima untuk mencari situs untuk mengakses informasi, yang mungkin melibatkan banyak-ke-satu, satu-ke-satu, atau satu-ke-banyak hubungan sumber-penerima (misalnya, situs web, situs penghubung (protokol), dan situs FTP) (Morris, 1996) 6.2.1. Model Komunikasi Massa Tradisional Model komunikasi massa tradisional menggunakan model “satu ke banyak” atau “one–to-many” model. Sementara interaksi antara sumber dan penerima (receiver) relatif terbatas, terutama karena feedbacknya tidak langsung. Sehingga komunikasi yang terjalin bersifat searah. Model satu arah linear ini yang paling sederhana adalah yang diperkenalkan oleh Lasswell, terdiri dari :Who, Says, in Which Channel, To Whom, With What Efect. Model ini banyak digunakan untuk mengamati berbagai dinamika komunikasi yang berkembang sekitar tahun 1948, dimana saat ini fenomena politik demikian marak di Amerika. Sering disebut dengan model transmisi karena komunikasi direduksi untuk mentransmisikan pesan. Model linear ini selanjutnya mendorong lahirnya berbagai model komunikasi lainnya, seperti model The Shannon – weaver mathematical model, tahun 1949, Scram’s interactive model, tahun 1954, Berlo’s SMCR, tahun 1960, dll. 2013 12 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6.2.2. Model Komunikasi Massa Modern Pada komunikasi massa modern, individu dapat menjadi sumber informasi, sedangkan receiver-nya juga dapat bersifat personal. Antara sumber dan penerima terdapat interaktivitas, keduanya dapat saling mempengaruhi dan menjadi sumber informasi, sehingga komunikasi yang terjalin bersifat 2 arah. Karena itu model komunikasi yang terjadi adalah : – Memungkinkan komunikasi multilevel – Satu ke satu atau One to one (contoh pada penggunaan email) – Satu ke banyak atau One to many (contohnya media massa online) – Satu ke banyak atau One to few (contohnya jasa komersil) – Sedikit ke sedikit ataun Few to few (contohnya blog untuk komunitas) – Banyak ke banyak atau Many to many (contohnya eBay) – Banyak ke satu atau many to one (contohnya pada situs penghubung atau protokol) – Komunikasi interaktivitas memungkinan bersifat 2 arah Salah satu model dari modern mass communication Sumber :Highered McGrawHill, 2013 13 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6.3. Model Komunikasi Maletzke Model Komunikasi Maleatzke adalah model proses komunikasi massa yang didasarkan pada sosio psikologi, yang mana menekankan pada 4 unsur dasar tradisional yang utama yaitu: Communicator, message, medium, and receiver, serta menempatkan dua komponen tambahan antara media dan penerima. Komponen tersebut adalah tekanan atau kendala dari media dan citra medium pada diri komunikan. Dalam hal tekanan atau kendala media, kita dihadapkan pada kenyataan : ada perbedaan jenis adaptasi oleh komunikan terhadap media yang berbeda beda pula. Setiap media ada kelebihan dan kekurangannya, dan sifat sifat media harus dianggap mempunyai pengaruh terhadap cara komunikan menggunakannya, dan sejauh mana isi media tersebut (Ardianto, dkk, 2007). Model yang dikembangkan oleh Maletzke ini meskipun terlihat rumit namun sesungguhnya merupakan model yang sederhana dan tidak terlalu istimewa, bahkan cenderung mirip dengan model S-M-C-R Berlo (Nurudin, 2009). Menurut Maletzke, keempat komponen dalam komunikasi dipengaruhi oleh faktor faktor, diantaranya : Komunikator, yang dipengaruhi oleh : 1. Citra diri komunikator (bagaimana komunikator memposisikan perannya saat menyampaikan pesan) 2. Kepribadian komunikator (bagaimana kepribadian komunikator mempengaruhi perilakunya) 3. Team work komunikator (menekankan pada kerja komunikator media) 2013 14 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Organisasi (menekankan pada tipe organisasi media) 5. Lingkungan sosial (keanggotaan dalam kelompok mempengaruhi nilai2 dan perilaku komunikator) 6. Penekanan dan pembatasan dari saluran media (komunikator harus memperhatikan pandangan,norma-norma) Pesan (message), yang dipengaruhi oleh : 1. Pemilihan dan struktur isi pesan (hala hal di atas mempengaaruhi bagaimana komunikator menyusun dan menyampaikan pesan) 2. Penekanan dan pembatasan Penerima (receiver), yang dipengaruhi oleh : 1. Citra penerima 2. Struktur kepribadian 3. Penerima sebagai bagian dari audience 4. Lingkungan sosial penerima Maletzke menganggap karakteristik media berikut yang relevan: 1. Jenis persepsi yang diminta dari penerima (penampil, pembaca, dll). 2. Sejauh mana penerima terikat pada media spasial dan ketepatan waktunya. 3. konteks sosial di mana anggota khalayak menerima isi media. 4. Perbedaan waktu antara kejadian dan konsumsi pesan tentang peristiwa, yaitu, tingkat simultanitas. Gambaran atau citra media yang dimiliki oleh penerima menpengaruhi harapan dari isi media dan diasumsikan memiliki pengaruh pada pilihan penerima konten pada saat dia mengalami dan meresponnya. Prestise dan kredibilitas media adalah elemen penting dalam gambar ini. Gambaran media atau citra media sendiri memandang bahwa institusi memiliki harapan, cita cita, keinginan, target, posisi diantara pesaing, gensi, kredibilitas, yang mana mempengaruhi media macama apa, isi pesan macam apa yang hendak ditampilkan ke publik. Dua variabel pilihan dan pengalaman / efek adalah variabel dependen atau konsekuensi dalam proses penerimaan. Beberapa variabel lain dalam model dapat diberi label sebagai variabel penyebab atau independen di bagian proses: 1. penerima citra diri menciptakan disposisi dalam menerima komunikasi. 2. Struktur kepribadian penerima. 3. konteks sosial penerima. 4. Pencipta opini, melalui isi media massa biasanya diteruskan, sering dapat ditemukan di lingkungan sekitar dari penerima sosial. 5. Penerima sebagai anggota masyarakat, karena situasi penerima tidak sama dalam komunikasi massa sebagaimana dalam komunikasi tatap muka. 2013 15 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 6.4. Model Informationa Seeking Menurut Case (2007), information seeking merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk memperoleh informasi sebagai respon terhadap kebutuhan atau gap pengetahuan. Paradigma information seeking atau pencarian informasi sendiri dapat dimasukkan dalam paradigma uses dan gratification, dimana paradigma ini menitik beratkan pada perilaku pencarian informasi dari individual untuk mengidentifikasi faktor yang menentukan perilaku itu (Suprapto, 2007). Severin dan Tankard sebagaimana dikutip Suprapto mengemukakan bahwa paradigma pencarian informasi mencerminkan perubahan secara tajam dari penekanan pada komunikator massa atau pesan yang terdapat pada riset terdahulu menjadi penekanan pada penerima. Menurut Dennis McQuail (1981) pencarian informasi dapat diteliti dari berbagai segi, model-model difusi dalam beberapa hal dimana ada keinginan untuk mengetahui masalah bagaimana orang mencari informasi. McQuail menyebutkan bahwa dalam studi komunikasi, model yang dikembangkan oleh Tipton dan Donohew merupakan Model konseptual mengenai pencarian, penolakan/penghindaran, (dalam McQuail 1981) yang didasarkan pada tradisi sosio-psikologis mengenai kesesuaian sikap (attitude congruence) teori disonansi Festinger. Festinger (1957) mengajukan teori disonansi kognitif dimana keputusan keputusan, pilihan pilihan informasi baru sangat memungkinkan menciptakan perasaan ‘tidak mantab’ dalam diri seseorang bahwa disonansi ini secara psikologis kurang nyaman dan akan memotivasi individu untuk mencari informasi yang mendukung pilihan pilihan informasi yang telah diambilnya. Faktor faktor lain yang mempengaruhi pemilihan pesan : kegunaan informasi, kepentingan hakiki (intrinsik interest) dalam topik topik khusus, nilai hiburan, kebudayaan akan variasi, dan karakteristi kepribadian seperti dogmatisme (dalam Suprapto, 2007). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Fredman dan Shears (1966) mereka menemukan bahwa pencarian informasi banyak dipengaruhi oleh kerja terpaan selektif di mana orang akan memilih informasi yang mendukung sikap mereka yang tampak. Donohew dan Tipton melihat adanya relasi yang kuat antara pencarian informasi dan pengambilan keputusan. Salah satu asumsi utamanya adalah bahwa ketika mencari atau memperoleh informasi, orang cenderung untuk menghindari informasi yang tidak sesuai dengan ‘image of reality’ nya karena akan dianggap mengganggu dan mengancam keseluruhan sistem yang telah ada pada dirinya. Model pencarian, pengolahan dan penolakan informasi menurut Tipton dan Donohew (1973) didasarkan pada konsep : 2013 16 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 1. Citra (citra realitas) merupakan hasil pengalaman sepanjang hidup, yang terdiri dari pengetahuan, keyakinan dan tujuan hidup. 2. Citra terdiri dari konsep pribadi yang mencakup penilaian terhadap kemampuan mengatasi berbagai situasi. 3. Citra realitas terdiri dari seperangkat penggunaan informasi yang mengatur tingkah laku individu dalam mencari dan memproses informasi. 2013 17 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ardianto, Elvinaro.. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama Media, 2007 Croteau, David & Hoynes, William (2003) Media Society: Industries, Images and Audiences (third edition), Pine Forge Press, Thousand Oaks, pg. 303 Crosbie, Vin. (2002). What is New Media? Retrieved from http://www.sociology.org.uk/as4mm3a.doc Gordon wiseman dan Larry Barker. Speech-Interpersonal Communication. San Fransisco: Chandler, 1967, hlm. 13-14. Halavais, et.al., Communication Theory, Wkibooks Contriibutor, 2004-2006, at http://en.wikibooks.org/wiki/communication_theory Hanneman, G. J. and McEwan, W. J., Communication and Behavior. Reading, MA; AddisonWesley 1975 Jennings Bryant, Donna Miron, dalam Mass ommunication Theory: Foundation, Ferment, dan Future., edisi 6., Stanley J. Baran, Dennis K. Davis, Wadsworth, Cengage Learning, 2012 Kaminski, S., http://www.shkaminski.com/Classes/Handouts/Communication%20Models.htm#Limitationsof Models Littlejohn, Stephen, Theoris of Human Communication, Wadsworth, 1996 McQuail, Denis, Sven Windal, Model Model Komunikasi, Longman, New York , 1981 Mortensen, C. David , Communication: The Study of Human Communication, McGraw-Hill Book Co., New York, 1972 Morris, Merril, The Internet As Mass Medium, Copyright 1996 Journal of Communication 46(1), Winter. 0021-9916/96 Mulyana, Dedy, Komunikasi Suatu Pengantar, 2001 Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. 2007 Suprapto, Tommy, Pengantar Teori dan Manajemen Komunikasi, MedPress, Jakarta, 2009 2013 18 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Tankard, dan Severin, Communication Theories, Origin, Method, and Uses in the Mass Media, ed 4. Longman, New York, 1997 The Nature and HIstory of Mass Communication, www.mhhe.com/dominick11e 2013 19 Komunikasi Massa Radityo Muhammad,SH,M.A Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Center home page,