ISBN : 978-602-73060-1-1 TELAAH FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER BATANG SINGKONG (Manihot esculenta Crantz.) Julia Ratnawati, Dea Ramadhani Suciati, Fahrauk Faramayuda Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi Corresponding author email: [email protected] ABSTRAK Manihot esculenta Crantz. secara tradisional digunakan untuk mengatasi luka, baik luka biasa maupun yang telah memasuki tahap infeksi, namun penelitian mengenai kandungan metabolit sekunder batang singkong masih terbatas. Dilakukan penapisan fitokimia terhadap simplisia. Ekstraksi dilakukan secara maserasi, fraksinasi secara ekstraksi cair-cair, isolasi menggunakan metode kromatografi kolom klasik yang dilakukan dengan pengembang bergradien dari nheksan dan etil asetat, dilanjutkan dengan KLTP. Uji kemurnian isolat dilakukan dengan kromatografi 2 dimensi menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya. Dilakukan identifikasi isolat dengan spektofotometri inframerah. Hasil penapisan simplisia batang singkong mengandung tanin, polifenol, saponin, kuinon, steroid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Dari kromatografi kolom didapatkan 3 fraksi yang memiliki profil KLT yang sama yaitu fraksi I, fraksi II, fraksi III, namun fraksi yang memiliki noda baik adalah fraksi I. Fraksi I kemudian dilanjutkan untuk perbanyakan isolat menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif (KLT-P). Hasil kerokan dari KLT-P yang selanjutnya disebut isolat, dilakukan KLT kembali dan disemprot secara visual menggunakan penampak bercak Liebermann-Burchard dan menghasilkan warna hijau secara visual setelah dipanaskan dalam oven 100o C yang menunjukkan golongan steroid. Hasil spektrofotometri Inframerah menunjukkan adanya gugus fungsi yang mendukung inti steroid yaitu siklopentanaperhidrofenantren. Kata kunci : Manihot esculenta Crantz., isolat, steroid. ABSTRACT Manihot esculenta Crantz. traditionally used to treat wounds, cuts both regular and has entered the stage infection, but research on the content of secondary metabolites cassava stems are still limited. Phytochemical screening of the simplicia. Extraction is done by maceration, fractionation by liquid-liquid extraction, isolation is done using the classical method of column chromatography with a mobile phase gradient of n-hexane and ethyl acetate, by KLTP. Purity test isolates performed with 2-dimensional chromatography using different solvents polarity. To identify isolates with infrared spectophotometer. Simplicia screening results cassava stem contains tannins, polyphenols, saponins, quinones, steroids, monoterpenoid and sesquiterpenoids. 3 fractions obtained from the chromatography column that has the same TLC profile that fraction I, fraction II, fraction III, but the fraction that has a good stain is fraction I. It’s then proceed to the multiplication of isolates using preparative thin layer chromatography. The result of TLC preparative, isolate, sprayed with Liebermann-Burchard and produce visually green color after being heated in the oven 100o C which indicates steroid. Infrared spectrophotometry showed a functional group which supports the main structure of the steroid, that is cyclopentaneperhidrofenantren. Keywords : Manihot esculenta Crantz., Isolates, steroids Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 268 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 PENDAHULUAN Sumber daya alam hayati merupakan sumber-sumber senyawa kimia yang tidak terbatas jenis maupun jumlahnya. Kekayaan alam hayati di Indonesia sangatlah beraneka ragam. Namun masih banyak sumber daya alam hayati yang belum dimanfaatkan dan dibudidayakan secara optimal. Keanekaragaman hayati mampu menghasilkan keanekaragaman senyawa kimia (chemodiversity) untuk kebutuhan hidup manusia maupun organisme lain seperti untuk obat-obatan, insektisida, kosmetik dan sebagai bahan dasar sintesa senyawa organik yang lebih bermanfaat. Di Indonesia banyak sekali tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat guna menangani masalah diatas, salah satunya adalah tanaman singkong. Tanaman singkong adalah tanaman yang banyak dijumpai di wilayah Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012 produksi singkong nasional baru mencapai 25 juta ton. Meski indonesia masih mengimpor singkong untuk kebutuhan nasional, 25 juta ton merupakan jumlah yang tidak sedikit dan dapat terus berkembang mengingat indonesia adalah negara agraria. Menarik untuk disimak bila melihat pada angka produksi singkong nasional, kurang lebih 25 juta ton batang singkong dihasilkan dan kebanyakan berakhir kurang pemanfaatan. Selain itu penelitian tentang apa yang terkandung didalam batang singkong masih kurang sehingga masyarakat tidak mengetahui apa batang singkong dapat dimanfaatkan selain digunakan untuk kayu bakar. Data empiris menyebutkan bahwa batang singkong berkhasiat untuk mengatasi luka baik luka biasa maupun yang telah memasuki tahap infeksi, bergerak pada data inilah diduga batang singkong mengandung senyawa metabolit sekunder seperti tanin dan polifenol yang mempunyai aktivitas antibakteri. Kemudian tingkat regenerasi sel batang singkong untuk tumbuh dan pulih sangatlah cepat bahkan dengan hanya ditunjang oleh pembudidayaan yang sederhana, tanaman ini mampu tumbuh dengan baik. Bergerak dari data inilah penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa metabolit apa yang terkandung dalam batang singkong. METODE 1. Bahan Tanaman Batang singkong (Manihot esculenta Crantz.) yang diperoleh dari Wanaraja, Garut, Jawa Barat. 2. Bahan Kimia n-heksan redest, etil asetat redest, metanol redest, toluene P, aquadest, metanol pro analisis, asam klorida (HCl), spirtus, kloralhidrat, pereaksi Dragendorf, pereaksi Mayer, ammonium hidroksida (NH4OH) encer, kloroform, serbuk Magnesium, amil alkohol, pereaksi besi(III)klorida, KOH, larutan gelatin 1%, pereaksi steasny, eter, pereaksi vanillin-asam sulfat 10%, pereaksi Lieberman-Burchard, aseton, silika gel 60 F254, (pelat KLT), silika gel 60, silika gel GF254, dan KBr. 3. Alat Timbangan analitik (Sartorius BL 210 S), mikroskop, kaca objek dan kaca penutup, kertas saring, kertas saring bebas abu, alumunium foil, pelastik wrap, krus silica, kompor pengarang (Akebono), tanur (Thermolyne), alatalat gelas standar laboratorium, mortir, stamper, rotary evaporator, penangas air (JEIO TECH BW-20E), alat destilasi, cawan penguap, oven (Memmert), desikator, maserator, vial, chamber, bejana kromatografi, kolom kromatografi, lampu UV 254 dan 365 nm, spektrofotometer Uv-Visible (Shimadzu UV-1700 Pharmaspec) dan spektrofotometer inframerah (Shimadzu IRAfinity-1). 4. Metode Penelitian Penelitian ini mencakup tahap-tahap awal, yitu berupa penyiapan bahan yang meliputi determinasi, pengumpulan, pengolahan bahan menjadi simplisia, dan penyimpanan. Kemudian dilakukan penentuan karakteristik simplisia, Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia 269 ISBN : 978-602-73060-1-1 penapisan fitokimia, pembuatan ekstrak, isolasi, uji kemurnian, dan tahap identifikasi gugus fungsi senyawa metabolit sekunder. Penentuan karakteristik simplisia yang dilakukan meliputi parameter spesifik dan nonspesifik. Parameter spesifik yaitu pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, serta penetepan kadar sari larut air dam kadar sari larut etanol, sedangkan parameter non spesifik yaitu penetapan kadar abu total, abu larut air, abu tak larut asam, serta penetapan kadar air dengan metode destilasi. Penapisan fitokimia bahan meliputi pemeriksaan golongan senyawa alkaloid, flavonoid, kuinon, tannin, dan polifenol, saponin, steroid dan triterpenoid, serta monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Pembuatan ekstrak dilakukan dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut metanol redest, kemudian didiamkan selama 24 jam dengan pengadukan sesekali dan diulangi sebanyak 3 kali hingga ekstrak bening. Kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi hingga diperoleh fraksi air, fraksi etil asetat, dan fraksi n-heksan. Hasil rendemen ekstrak dan ketiga fraksi yang diperoleh kemudian dipekatkan menjadi ekstrak kental. Pemekatan ekstrak dilakukan dengan cara menguapkan pelarut ekstrak menggunakan alat rotavapor pada suhu 55oC, sedangkan pengentalan ekstrak dilakukan dengan menguapkan sisa pelarut pada water bath dengan suhu 60oC hingga diperoleh ekstrak yang siap diisolasi. Isolasi dilakukan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT), kromatografi kolom (KK), KLTPreparatif (KLT-P), dan KLT 2 dimensi. Hasil KLT-P dilarutkan pada pelarut nheksan redest dan siap untuk diidentifikasi. Identifikasi struktur isolat dilakukan dengan menggunakan instrument spektrofotometer Uv-Vis untuk mengetahui panjang gelombang dan spektrofotometer inframerah untuk mengetahui gugus fungsi apa saja yang terdapat dalam isolat. HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi tanaman dilakukan untuk mengetahui kebenran identitas botani tanaman untuk penelitian sehingga tidak diragukan keasliannya. Determinasi dilakukan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang digunakan pada penelitian ini adalah Manihot esculenta Crantz. dan bagian yang digunakan adalah batang singkong. Batang singkong yang telah dikumpulkan kemudian dicuci dan dipotong kecil-kecil, kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 55oC. Pengeringan bertujuan untuk meningkatkan daya tahan simplisia sehingga dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama, dan didukung dengan kadar air simplisia yang kurang dari 10%, maka pertumbuhan mikroorganisme dan reaksi enzimatis pada tanaman akan terhambat. Setelah simplisia kering, kemudian dihaluskan hingga berbentuk serbuk. Pembutan simplisa menjadi bentuk serbuk bertujuan untuk memudahkan pelaksanaan tahap ekstraksi. Karakterisasi simplisia yang dilakukan meliputi pemeriksaan makroskopis (organoleptis) dan mikroskopis (struktur epidermis dan sklerenkim), penetapan kadar air, penetapan kadar abu yang meliputi kadar abu total, kadar abu larut air dan kadar abu tak larut asam, kemudian penetapan kadar sari yang meliputi kadar sari larut air dan kadar sari larut etanol. Pemeriksaan mikroskopik terhadap simplisia batang singkong menunjukkan beberapa ciri spesifik seperti adanya fragmen sklerenkim, fragmen epidermis, fragmen berkas pengangkut dan sel gabus. Kadar air yang dipersyaratkan agar simplisia dapat dijadikan sebagai tanaman obat ialah kurang dari 10%, hal Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 270 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 ini bertujuan agar simplisia tidak mudah ditumbuhi mikroorganisme seperti jamur dan kapang karena air merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroorganisme. Data penelitian menunjukkan bahwa pada simplisia batang singkong ini memiliki kadar air sebesar 4,4 ± 0,56% v/b yang telah memenuhi persyaratan, sehingga faktor terjadinya cemaran mikroba dapat diminimalisir. Dari hasil penentuan kadar sari, simplisa tanaman singkong mengandung zat yang terlarut dalam air lebih banyak dibandingkan dengan zat yang terlarut dalam etanol. Dimana kadar sari larut air simplisia batang singkong adalah 17,09 ±0,46 % b/b dibandingkan dengan kadar sari larut etanol simplisia batang singkong adalah 7,63 ± 0,11 % b/b. Penetapan kadar abu yang terdiri dari penetapan kadar abu total, kadar abu larut air ,dan kadar abu tak larut asam bertujuan untuk mengetahui adanya cemaran mineral atau logam pada simplisia batang singkong. Penentuan kadar abu total dilakukan untuk menunjukkan adanya abu fisiologis yang berasal dari tanaman itu sendiri dan abu non fisiologis yang merupakan cemaran dari luar tanaman seperti air, tanah, dan udara. Penentuan kadar abu larut air dilakukan untuk menunjukkan adanya kandungan logam alkali dan alkali tanah yang merupakan garam larut air. Penentuan kadar abu tak larut asam dilakukan untuk menunjukkan adanya kandungan logam silika dalam simplisia. Data penelitian menunjukkan bahwa pada simplisia batang singkong ini memiliki kadar abu total yaitu 11,32 ± 0,39% b/b, sedangkan kadar abu larut air 11,32 ± 0,39% b/b dan kadar abu tak larut asam 1,21 ± 0,26% b/b. Tabel 1. Hasil Penapisan fitokimia simplisia, ektrak metanol, ekstrak air, ekstrak etil asetat, dan ekstrak n-heksan simplisia batang singkong (Manihot esculenta Crantz.) Hasil Golongan Senyawa Sim plisia Ekstrak Metanol Alkaloid Flavonoid + Tanin + + Polifenol + + Saponin + + Kuinon + + Steroid + + Monoterpenoi d dan + + Seskuiterpenoid Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam simplisia batang singkong dapat diketahui dengan dilakukan penpisan fitokimia. Penapisan golongan alkaloid dinyatakan negatif karena tidak terlihat adanya endapan jingga coklat dengan penambahan Dragendorff dan tidak terlihat adanya endapan putih dengan penambahan peraksi Mayer. Uji golongan flavonoid dinyatakan negatif karena tidak terbentuknya warna kuning pada lapisan Ekstr ak Air + + + + + - Ekstra k Etil Asetat + + + + - Ekstrak n-heksan + + + + amil alkohol. Uji golongan polifenolat dinyatakan postif karena terbentuk warna biru kehitaman setelah penambahan 2-3 tetes peraksi besi(III)klorida. Uji golongan tanin dinyatakan positif karena terbentuk endapan ketika ditambahkan serbuk kinin dan serbuk Mg, seperti yang diketahui bahwa senyawa tanin dapat mengendapkan alkaloid dan logam berat. Uji golongan saponin simplisia batang singkong dinyatakan postif Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 271 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 dimana setelah dikocok kurang lebih 30 detik terbentuk busa setinggi kurang lebih 1 cm, dan busa tidak hilang setelah penambahan 1 tetes HCl. Uji golongan Monoterpenoid dan seskuiterpenoid dinyatakan positif karena setelah penambahan 2-3 tetes pereaksi Vanilin sulfat, langsung terbentuk warna ungu pekat. Uji golongan steroid dan triterpenoid dinyatakan positif karena terbentuk warna hijau setelah penambahan pereaksi LiebermannBurchard yang menandakan simplisia batang singkong positif steroid. Uji golongan kuinon dinyatakan postif karena setelah ditambahkan 2-3 tetes larutan KOH terbentuknya warna kuning. Uji golongan monoterpenoidseskuiterpenoid dan golongan steroid ini positif pula pada ekstrak metanol dan ekstrak n-heksan. Metode ekstraksi pada penelitian ini adalah maserasi dengan menggunakan pelarut metanol. Metode maserasi digunakan karena merupakan ekstraksi dingin sehingga diharapkan senyawa tidak rusak dengan adanya pemanasan. Pelarut metanol digunakan sebagai pelarut dalam proses maserasi. Dilakukan fraksinasi dengan metode ekstraksi cair-cair dimana bertujuan untuk memisahkan senyawa berdasarkan tingkat kepolaran sehingga didapatkan fraksi air (polar), etil asetat (semi polar), dan n-heksan (non-polar). Dilakukan pemantauan KLT fraksi air, fraksi etil asetat, dan fraksi nheksan. Pada pemeriksaan KLT fraksi nheksan dilakukan dengan fase diam silika gel 60 F254 dan fase gerak nheksan : etil asetat (9:1) memberikan pola kromatogram berflouresensi biru pada panjang gelombang 365 nm dengan Rf 0,4. Pada fraksi air yang penentuan pola kromatogramnya dilakukan dengan kromatografi kertas tidak ditemukan pola kromatogram yang baik. Fraksi etil asetat didapatkan pola kromatogram berfloresensi biru terang pada panjang gelombang 365 nm dengan Rf 0,4 dengan menggunakan fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa gerak n-heksan : etil asetat (6:4). Fraksi n-heksan memberikan pola kromatogram yang lebih baik jika dibandingkan dengan kromatogram yang didapatkan dari fraksi air dan fraksi etil asetat, sehingga fraksi nheksan yang dilanjutkan dalam proses pemisahan dengan kromatografi kolom dimana proses pemisahan dilakukan dengan sistem pelarut bergradien kombinasi n-heksan dan etil asetat. Kromatografi kolom menghasilkan 3 subfraksi (subfraksi A, subfraksi B, subfraksi C) yang akan dikembangkan pada tahapan selanjutnya. Subfraksi A menunjukkan flouresensi biru terang dibawah sinar Uv 365 nm dengan Rf 0,56 . Selanjutnya subfraksi A yang dilanjutkan ke tahapan selanjutnya dikarenakan memiliki flouresensi lebih terang dan nodanya lebih bulat jika dibandingkan dengan fraksi B dan fraksi C. KLT preparatif digunakan untuk perbanyakan senyawa yang diisolasi dan diidentifikasi berdasarkan pemisahan dan penjerapan senyawa pada silika gel yang berukuran 20x20 cm dengan penotolan sepanjang plat sehingga hasil elusi berupa pita. Hasil KLT-P menunjukka satu pita yang terbentuk pada Rf 0,41 yang menghasilkan floresensi biru dibawah sinar Uv 365 nm. Selanjutnya kerokan hasil KLT-P ini dilakukan pengujian KLT kembali dan hasilnya didapatkan hasil kerokan KLT-P dengan Rf 0,46 yang sedikit berbeda dengan profil KLT sebelum dipreparatif yaitu Rf 0,56 namun tidak terlalu jauh. Hasil kerokan KLT-P kemudian diuji menggunakan KLT 2 dimensi yang bertujuan untuk melihat kemurnian dari hasil kerokan KLT-P menggunakan 2 pengembang yang berbeda kepolarannya. Pengembang I yaitu nheksan : etil asetat (9:1) dan pengembang II etil asetat 100%. Hasil KLT 2 dimensi menunjukkan hasil kerokan telah murni yang ditunjukkan dengan noda pada Rf 0,52 dan Rf 0,9. Isolat telah dilakukan uji penampak bercak menggunakan peraksi Liebermann Burchard. Hasil nya ialah Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 272 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 bercak hijau yang muncul terlihat secara visual setelah disemprot penampak bercak dan dipanaskan selama 1 menit dalam oven 100oC, dan bercak hijau tersebut tepat pada noda hasil kerokan KLT-P. Hal ini menunjukan bahwa isolat tersebut diduga golongan steroid, karena bercak Liebermann Burchard ini spesifik untuk golongan steroid. Identifikasi terakhir ialah menggunakan spektrofotometri inframerah, analisis menggunakan instrumen ini digunakan untuk melihat gugus fungsi yang terdapat dalam isolat pada rentang 4000-2000 cm-1. Daerah ini menunjukkan absorbsi yang disebabkan oleh vibrasi regangan. Sedangkan daerah antara 2000 – 400 cm-1 seringkali sangat rumit, karena vibrasi regangan maupun bengkokan mengakibatkan absorbsi pada daerah tersebut. Dalam daerah 2000–400 cm-1 tiap senyawa organik mempunyai absorbsi yang unik, sehingga daerah tersebut sering juga disebut sebagai daerah sidik jari (fingerprint region). Meskipun pada daerah 4000 – 2000 cm-1 menunjukkan absorbsi yang sama, pada daerah 2000 – 400 cm-1 juga harus menunjukkan pola yang sama sehingga dapat disimpulkan bahwa dua senyawa adalah sama. Spektrum yang muncul merupakan transisi tingkat energi getaran (vibrasi) yang berlainan saat energi yang dipancarkan yaitu sinar inframerah diserap oleh sampel. Hasil yang muncul merupakan grafik antara bilangan gelombang dan persen transmittan (%T). Pemerikasaan dari spektrofotometer inframerah isolat menunjukkan adanya gugus C=C pada bilangan gelombang 775,38 (cm-1), gugus Alkena C=CH2 atau CH=CH2, regang C-O pada bilangan gelombang 1049,28 (cm-1), gugus C=C alifatik dan aromatik pada bilangan gelombang 1589,34 (cm-1), Regang C-H pada bilangan gelombang 2850,79 (cm-1) dan 2920,23 (cm-1), serta ikatan O-H pada bilangan gelombang 3267,41 (cm-1) diduga merupakan gugus utama penyusun siklopentanaperhidrofenantren. Dimana siklopentana perhidrofenantren merupakan struktur utama dari steroid. Gambar 1. Hasil spektrofotometri inframerah isolat Hasil skrining ekstrak n-heksan positif mengandung monoterpenseskuiterpen dan steroid. Hasil analisis menggunakan penampak bercak Liebermann Burchard pada isolat menunjukkan positif warna hijau secara visual. Diduga isolat ini merupakan golongan steroid. Dan didukung dengan hasil spektrofotometer inframerah terdapat kemiripan profil spektrum isolat dengan spektrum IR β-sitosterol. Dimana β-sitosterol merupakan golongan steroid yang memiliki struktur utama steroid yaitu siklopentanaperhidrofenantren. KESIMPULAN 1. Simplisia batang singkong memiliki kandungan senyawa tanin, polifenol, saponin, kuinon, steroid, monoterpenoid,dan seskuiterpenoid. 2. Diduga isolat yang didapat dari fraksi n-heksan merupakan golongan steroid, dimana terdapat bercak noda berwarna hijau yang terlihat secara visual dengan penampak bercak LiebermannBurchard. Selain itu diperkuat dengan hasil inframerah, dimana terdapat gugus fungsi penyusun struktur utama senyawa steroid yaitu siklopentanaperhidrofenantren. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 273 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 DAFTAR PUSTAKA Syariful Anam1, Muhammad Yusran1, Alfred Trisakti1, Nurlina Ibrahim1, Ahmad Khumaidi1, Ramadanil, Muhammad Sulaiman Zubair., 2013 : Standarisasi ekstrak etil asetat kayu sanrego (Lunasia amara Blanco, Online Jurnal of Natural Science, Vol.2(3): 1-8 Yuli Haryani, Siti Muthmainah1 dan Saryono Sikumbang., 2013 : Uji Parameter Non Spesifik dan Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol dari Umbi Tanaman Dahlia (Dahlia variabilis), Jurnal Penelitian Farmasi Indonesia 1(2) : 43-46 Hutapea, J.R. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Volume 1, Jilid I, Departemen Kesehatan RI dan badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Bakti Husada. Halaman 149-150. Yi B et al., 2011, Antioksidant Phenolic Coumpunds of Cassava (Manihot exculenta), Hainan, Molecules. 16 (12): 10157 – 10167 Harborne, J.B.,1987, Metode Fitokimia, Penerbit ITB, Bandung. 47-49, 70-71, 102105, 109-110, 123, 127-128, 147-148, 151, 234-236, 13-15, 19-23, 24-26 Astawan, M., 2008, Sehat Dengan Tempe : Panduan Lengkap Menjaga Kesehatan dengan Tempe, Dian Rakyat, Bogor. Cuppett, S., M. Schrepf and C. 1954. Natural Antioxidant – Are They Reality. Dalam Foreidoon Shahidi: Natural Antioxidants, Chemistry,Health Effect and Applications, AOCS Press, Champaign, Illinois: 1224 Dharmananda, Subhuti., 2004, Morus Fruit (Mulberry)AsMedicine. Institute for Traditional Medicine, Portland, Oregon. Anief, M., 1997, Formulasi Obat Topikal Dengan Dasar Penyakit Kulit, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hal. 1-4,30. Tschesche, R. Dan Wulff, G., 1973, Chemic und Biologic der Saponine, Fortschr. Chemic Org. Naturst., 30, 461-606 Robinson, T., 1995, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Edisi -Terjemahan Kosasih Padmawinata, ITB Press, Bandung. Ditjen POM., 1995, Farmakope Indonesia Edisi keempat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta. Derektorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat, Cetakan Pertama, Jakarta. Goeswin, A., 2007, Teknologi Bahan Alam, Penerbit ITB, Bandung. Sudjadi, Drs., Pemisahan, Yogyakarta. 1986, UGM Metode Press, Roth, Hermann J; Blaschke, Gotfried., 1998, Analisis Farmasi, Gajah Mada University Press, Yogyakarta. Hostettmann K et al. 1995. Cara Kromatografi Preparatif, ITB Press. Bandung. Gritter R.J., B. James dan S. Arthur., 1991, Pengantar kromatografi II, ITB, Bandung. Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 274 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia ISBN : 978-602-73060-1-1 Sastrohamidjojo, h., 2002, Kromatografi, Penerbit Liberty, Yogykarta. Ibnu Gholib Gandjar., Abdul Rahman., 2008, Kimia Farmasi Analisis, Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia., 2000, Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta; Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, Direktorat Pengawasan Obat Tradisional Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI 275 Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia