Paper Title (use style: paper title)

advertisement
ISBN : 978-602-73060-1-1
TELAAH FITOKIMIA METABOLIT SEKUNDER BATANG SINGKONG
(Manihot esculenta Crantz.)
Julia Ratnawati, Dea Ramadhani Suciati, Fahrauk Faramayuda
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Achmad Yani, Cimahi
Corresponding author email: [email protected]
ABSTRAK
Manihot esculenta Crantz. secara tradisional digunakan untuk mengatasi luka, baik luka biasa
maupun yang telah memasuki tahap infeksi, namun penelitian mengenai kandungan metabolit
sekunder batang singkong masih terbatas. Dilakukan penapisan fitokimia terhadap simplisia.
Ekstraksi dilakukan secara maserasi, fraksinasi secara ekstraksi cair-cair, isolasi menggunakan
metode kromatografi kolom klasik yang dilakukan dengan pengembang bergradien dari nheksan dan etil asetat, dilanjutkan dengan KLTP. Uji kemurnian isolat dilakukan dengan
kromatografi 2 dimensi menggunakan pelarut yang berbeda kepolarannya. Dilakukan
identifikasi isolat dengan spektofotometri inframerah. Hasil penapisan simplisia batang
singkong mengandung tanin, polifenol, saponin, kuinon, steroid, monoterpenoid dan
seskuiterpenoid. Dari kromatografi kolom didapatkan 3 fraksi yang memiliki profil KLT yang
sama yaitu fraksi I, fraksi II, fraksi III, namun fraksi yang memiliki noda baik adalah fraksi I.
Fraksi I kemudian dilanjutkan untuk perbanyakan isolat menggunakan kromatografi lapis tipis
preparatif (KLT-P). Hasil kerokan dari KLT-P yang selanjutnya disebut isolat, dilakukan KLT
kembali dan disemprot secara visual menggunakan penampak bercak Liebermann-Burchard dan
menghasilkan warna hijau secara visual setelah dipanaskan dalam oven 100o C yang
menunjukkan golongan steroid. Hasil spektrofotometri Inframerah menunjukkan adanya gugus
fungsi yang mendukung inti steroid yaitu siklopentanaperhidrofenantren.
Kata kunci : Manihot esculenta Crantz., isolat, steroid.
ABSTRACT
Manihot esculenta Crantz. traditionally used to treat wounds, cuts both regular and has entered
the stage infection, but research on the content of secondary metabolites cassava stems are still
limited. Phytochemical screening of the simplicia. Extraction is done by maceration,
fractionation by liquid-liquid extraction, isolation is done using the classical method of column
chromatography with a mobile phase gradient of n-hexane and ethyl acetate, by KLTP. Purity
test isolates performed with 2-dimensional chromatography using different solvents polarity. To
identify isolates with infrared spectophotometer. Simplicia screening results cassava stem
contains tannins, polyphenols, saponins, quinones, steroids, monoterpenoid and
sesquiterpenoids. 3 fractions obtained from the chromatography column that has the same TLC
profile that fraction I, fraction II, fraction III, but the fraction that has a good stain is fraction I.
It’s then proceed to the multiplication of isolates using preparative thin layer chromatography.
The result of TLC preparative, isolate, sprayed with Liebermann-Burchard and produce
visually green color after being heated in the oven 100o C which indicates steroid. Infrared
spectrophotometry showed a functional group which supports the main structure of the steroid,
that is cyclopentaneperhidrofenantren.
Keywords
: Manihot esculenta Crantz., Isolates, steroids
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
268
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
PENDAHULUAN
Sumber daya alam hayati merupakan
sumber-sumber senyawa kimia yang
tidak terbatas jenis maupun jumlahnya.
Kekayaan alam hayati di Indonesia
sangatlah beraneka ragam. Namun
masih banyak sumber daya alam hayati
yang
belum
dimanfaatkan
dan
dibudidayakan
secara
optimal.
Keanekaragaman
hayati
mampu
menghasilkan keanekaragaman senyawa
kimia (chemodiversity) untuk kebutuhan
hidup manusia maupun organisme lain
seperti untuk obat-obatan, insektisida,
kosmetik dan sebagai bahan dasar
sintesa senyawa organik yang lebih
bermanfaat.
Di
Indonesia
banyak
sekali
tumbuhan yang dapat dimanfaatkan
sebagai tanaman obat guna menangani
masalah diatas, salah satunya adalah
tanaman singkong. Tanaman singkong
adalah tanaman yang banyak dijumpai
di wilayah Indonesia. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik, pada tahun 2012
produksi singkong nasional baru
mencapai 25 juta ton. Meski indonesia
masih mengimpor singkong untuk
kebutuhan nasional, 25 juta ton
merupakan jumlah yang tidak sedikit
dan dapat terus berkembang mengingat
indonesia adalah negara agraria.
Menarik untuk disimak bila melihat
pada angka produksi singkong nasional,
kurang lebih 25 juta ton batang singkong
dihasilkan dan kebanyakan berakhir
kurang
pemanfaatan.
Selain
itu
penelitian tentang apa yang terkandung
didalam batang singkong masih kurang
sehingga masyarakat tidak mengetahui
apa batang singkong dapat dimanfaatkan
selain digunakan untuk kayu bakar.
Data empiris menyebutkan bahwa
batang singkong berkhasiat untuk
mengatasi luka baik luka biasa maupun
yang telah memasuki tahap infeksi,
bergerak pada data inilah diduga batang
singkong
mengandung
senyawa
metabolit sekunder seperti tanin dan
polifenol yang mempunyai aktivitas
antibakteri. Kemudian tingkat regenerasi
sel batang singkong untuk tumbuh dan
pulih sangatlah cepat bahkan dengan
hanya ditunjang oleh pembudidayaan
yang sederhana, tanaman ini mampu
tumbuh dengan baik. Bergerak dari data
inilah penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui senyawa metabolit apa yang
terkandung dalam batang singkong.
METODE
1. Bahan Tanaman
Batang singkong (Manihot esculenta
Crantz.) yang diperoleh dari Wanaraja,
Garut, Jawa Barat.
2. Bahan Kimia
n-heksan redest, etil asetat redest,
metanol redest, toluene P, aquadest,
metanol pro analisis, asam klorida
(HCl), spirtus, kloralhidrat, pereaksi
Dragendorf, pereaksi Mayer, ammonium
hidroksida (NH4OH) encer, kloroform,
serbuk Magnesium, amil alkohol,
pereaksi besi(III)klorida, KOH, larutan
gelatin 1%, pereaksi steasny,
eter,
pereaksi vanillin-asam sulfat 10%,
pereaksi Lieberman-Burchard, aseton,
silika gel 60 F254, (pelat KLT), silika gel
60, silika gel GF254, dan KBr.
3. Alat
Timbangan analitik (Sartorius BL
210 S), mikroskop, kaca objek dan kaca
penutup, kertas saring, kertas saring
bebas abu, alumunium foil, pelastik
wrap, krus silica, kompor pengarang
(Akebono), tanur (Thermolyne), alatalat gelas standar laboratorium, mortir,
stamper, rotary evaporator, penangas air
(JEIO TECH BW-20E), alat destilasi,
cawan penguap, oven (Memmert),
desikator, maserator, vial, chamber,
bejana
kromatografi,
kolom
kromatografi, lampu UV 254 dan 365
nm,
spektrofotometer
Uv-Visible
(Shimadzu UV-1700 Pharmaspec) dan
spektrofotometer inframerah (Shimadzu
IRAfinity-1).
4. Metode Penelitian
Penelitian ini mencakup tahap-tahap
awal, yitu berupa penyiapan bahan yang
meliputi determinasi, pengumpulan,
pengolahan bahan menjadi simplisia,
dan penyimpanan. Kemudian dilakukan
penentuan
karakteristik
simplisia,
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan
Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
269
ISBN : 978-602-73060-1-1
penapisan fitokimia, pembuatan ekstrak,
isolasi, uji kemurnian, dan tahap
identifikasi gugus fungsi senyawa
metabolit sekunder.
Penentuan karakteristik simplisia
yang dilakukan meliputi parameter
spesifik dan nonspesifik. Parameter
spesifik yaitu pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik, serta penetepan kadar
sari larut air dam kadar sari larut etanol,
sedangkan parameter non spesifik yaitu
penetapan kadar abu total, abu larut air,
abu tak larut asam, serta penetapan
kadar air dengan metode destilasi.
Penapisan fitokimia bahan meliputi
pemeriksaan
golongan
senyawa
alkaloid, flavonoid, kuinon, tannin, dan
polifenol,
saponin,
steroid
dan
triterpenoid, serta monoterpenoid dan
seskuiterpenoid.
Pembuatan ekstrak dilakukan dengan
cara maserasi dengan menggunakan
pelarut metanol redest, kemudian
didiamkan selama 24 jam dengan
pengadukan sesekali dan diulangi
sebanyak 3 kali hingga ekstrak bening.
Kemudian dilanjutkan dengan fraksinasi
hingga diperoleh fraksi air, fraksi etil
asetat, dan fraksi n-heksan. Hasil
rendemen ekstrak dan ketiga fraksi yang
diperoleh kemudian dipekatkan menjadi
ekstrak kental.
Pemekatan ekstrak dilakukan dengan
cara menguapkan pelarut ekstrak
menggunakan alat rotavapor pada suhu
55oC, sedangkan pengentalan ekstrak
dilakukan dengan menguapkan sisa
pelarut pada water bath dengan suhu
60oC hingga diperoleh ekstrak yang siap
diisolasi.
Isolasi dilakukan dengan metode
kromatografi
lapis
tipis
(KLT),
kromatografi kolom (KK), KLTPreparatif (KLT-P), dan KLT 2 dimensi.
Hasil KLT-P dilarutkan pada pelarut nheksan redest dan siap untuk
diidentifikasi.
Identifikasi struktur isolat dilakukan
dengan
menggunakan
instrument
spektrofotometer
Uv-Vis
untuk
mengetahui panjang gelombang dan
spektrofotometer inframerah untuk
mengetahui gugus fungsi apa saja yang
terdapat dalam isolat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Determinasi tanaman dilakukan
untuk mengetahui kebenran identitas
botani tanaman untuk penelitian
sehingga tidak diragukan keasliannya.
Determinasi dilakukan di Sekolah Ilmu
dan Teknologi Hayati ITB. Hasil
determinasi
menunjukkan
bahwa
tanaman yang digunakan pada penelitian
ini adalah Manihot esculenta Crantz.
dan bagian yang digunakan adalah
batang singkong.
Batang
singkong
yang
telah
dikumpulkan kemudian dicuci dan
dipotong
kecil-kecil,
kemudian
dikeringkan dalam oven dengan suhu
55oC. Pengeringan bertujuan untuk
meningkatkan daya tahan simplisia
sehingga dapat disimpan dalam jangka
waktu yang lama, dan didukung dengan
kadar air simplisia yang kurang dari
10%,
maka
pertumbuhan
mikroorganisme dan reaksi enzimatis
pada tanaman akan terhambat. Setelah
simplisia kering, kemudian dihaluskan
hingga berbentuk serbuk. Pembutan
simplisa
menjadi bentuk serbuk
bertujuan
untuk
memudahkan
pelaksanaan tahap ekstraksi.
Karakterisasi
simplisia
yang
dilakukan
meliputi
pemeriksaan
makroskopis
(organoleptis)
dan
mikroskopis (struktur epidermis dan
sklerenkim), penetapan kadar air,
penetapan kadar abu yang meliputi
kadar abu total, kadar abu larut air dan
kadar abu tak larut asam, kemudian
penetapan kadar sari yang meliputi
kadar sari larut air dan kadar sari larut
etanol.
Pemeriksaan mikroskopik terhadap
simplisia batang singkong menunjukkan
beberapa ciri spesifik seperti adanya
fragmen sklerenkim, fragmen epidermis,
fragmen berkas pengangkut dan sel
gabus.
Kadar air yang dipersyaratkan agar
simplisia dapat dijadikan sebagai
tanaman obat ialah kurang dari 10%, hal
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
270
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan
Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
ini bertujuan agar simplisia tidak mudah
ditumbuhi
mikroorganisme
seperti
jamur dan kapang karena air merupakan
media yang baik untuk pertumbuhan
mikroorganisme.
Data
penelitian
menunjukkan bahwa pada simplisia
batang singkong ini memiliki kadar air
sebesar 4,4 ± 0,56% v/b yang telah
memenuhi persyaratan, sehingga faktor
terjadinya cemaran mikroba dapat
diminimalisir.
Dari hasil penentuan kadar sari,
simplisa tanaman singkong mengandung
zat yang terlarut dalam air lebih banyak
dibandingkan dengan zat yang terlarut
dalam etanol. Dimana kadar sari larut air
simplisia batang singkong adalah 17,09
±0,46 % b/b dibandingkan dengan kadar
sari larut etanol simplisia batang
singkong adalah 7,63 ± 0,11 % b/b.
Penetapan kadar abu yang terdiri dari
penetapan kadar abu total, kadar abu
larut air ,dan kadar abu tak larut asam
bertujuan untuk mengetahui adanya
cemaran mineral atau logam pada
simplisia batang singkong. Penentuan
kadar abu total dilakukan untuk
menunjukkan adanya abu fisiologis yang
berasal dari tanaman itu sendiri dan abu
non fisiologis yang merupakan cemaran
dari luar tanaman seperti air, tanah, dan
udara. Penentuan kadar abu larut air
dilakukan untuk menunjukkan adanya
kandungan logam alkali dan alkali tanah
yang merupakan garam larut air.
Penentuan kadar abu tak larut asam
dilakukan untuk menunjukkan adanya
kandungan logam silika dalam simplisia.
Data penelitian menunjukkan bahwa
pada simplisia batang singkong ini
memiliki kadar abu total yaitu 11,32 ±
0,39% b/b, sedangkan kadar abu larut air
11,32 ± 0,39% b/b dan kadar abu tak
larut asam 1,21 ± 0,26% b/b.
Tabel 1. Hasil Penapisan fitokimia simplisia, ektrak metanol, ekstrak air, ekstrak etil
asetat, dan ekstrak n-heksan simplisia batang singkong (Manihot esculenta Crantz.)
Hasil
Golongan
Senyawa
Sim
plisia
Ekstrak
Metanol
Alkaloid
Flavonoid
+
Tanin
+
+
Polifenol
+
+
Saponin
+
+
Kuinon
+
+
Steroid
+
+
Monoterpenoi
d dan
+
+
Seskuiterpenoid
Senyawa metabolit sekunder yang
terdapat dalam simplisia batang
singkong dapat diketahui dengan
dilakukan penpisan fitokimia. Penapisan
golongan alkaloid dinyatakan negatif
karena tidak terlihat adanya endapan
jingga coklat dengan penambahan
Dragendorff dan tidak terlihat adanya
endapan putih dengan penambahan
peraksi Mayer. Uji golongan flavonoid
dinyatakan
negatif
karena
tidak
terbentuknya warna kuning pada lapisan
Ekstr
ak Air
+
+
+
+
+
-
Ekstra
k Etil
Asetat
+
+
+
+
-
Ekstrak n-heksan
+
+
+
+
amil alkohol. Uji golongan polifenolat
dinyatakan postif karena terbentuk
warna
biru
kehitaman
setelah
penambahan
2-3
tetes
peraksi
besi(III)klorida. Uji golongan tanin
dinyatakan positif karena terbentuk
endapan ketika ditambahkan serbuk
kinin dan serbuk Mg, seperti yang
diketahui bahwa senyawa tanin dapat
mengendapkan alkaloid dan logam
berat. Uji golongan saponin simplisia
batang singkong dinyatakan postif
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
271
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
dimana setelah dikocok kurang lebih 30
detik terbentuk busa setinggi kurang
lebih 1 cm, dan busa tidak hilang setelah
penambahan 1 tetes HCl. Uji golongan
Monoterpenoid dan seskuiterpenoid
dinyatakan positif karena setelah
penambahan 2-3 tetes pereaksi Vanilin
sulfat, langsung terbentuk warna ungu
pekat. Uji golongan steroid dan
triterpenoid dinyatakan positif karena
terbentuk
warna
hijau
setelah
penambahan pereaksi LiebermannBurchard yang menandakan simplisia
batang singkong positif steroid. Uji
golongan kuinon dinyatakan postif
karena setelah ditambahkan 2-3 tetes
larutan KOH terbentuknya warna
kuning. Uji golongan monoterpenoidseskuiterpenoid dan golongan steroid ini
positif pula pada ekstrak metanol dan
ekstrak n-heksan.
Metode ekstraksi pada penelitian ini
adalah maserasi dengan menggunakan
pelarut metanol. Metode maserasi
digunakan karena merupakan ekstraksi
dingin sehingga diharapkan senyawa
tidak rusak dengan adanya pemanasan.
Pelarut metanol digunakan sebagai
pelarut
dalam
proses
maserasi.
Dilakukan fraksinasi dengan metode
ekstraksi cair-cair dimana bertujuan
untuk memisahkan senyawa berdasarkan
tingkat kepolaran sehingga didapatkan
fraksi air (polar), etil asetat (semi polar),
dan n-heksan (non-polar).
Dilakukan pemantauan KLT fraksi
air, fraksi etil asetat, dan fraksi nheksan. Pada pemeriksaan KLT fraksi nheksan dilakukan dengan fase diam
silika gel 60 F254 dan fase gerak nheksan : etil asetat (9:1) memberikan
pola kromatogram berflouresensi biru
pada panjang gelombang 365 nm
dengan Rf 0,4. Pada fraksi air yang
penentuan
pola
kromatogramnya
dilakukan dengan kromatografi kertas
tidak ditemukan pola kromatogram yang
baik. Fraksi etil asetat didapatkan pola
kromatogram berfloresensi biru terang
pada panjang gelombang 365 nm
dengan Rf 0,4 dengan menggunakan
fasa diam silika gel 60 F254 dengan fasa
gerak n-heksan : etil asetat (6:4). Fraksi
n-heksan
memberikan
pola
kromatogram yang lebih baik jika
dibandingkan dengan kromatogram
yang didapatkan dari fraksi air dan
fraksi etil asetat, sehingga fraksi nheksan yang dilanjutkan dalam proses
pemisahan dengan kromatografi kolom
dimana proses pemisahan dilakukan
dengan sistem pelarut bergradien
kombinasi n-heksan dan etil asetat.
Kromatografi kolom menghasilkan 3
subfraksi (subfraksi A, subfraksi B,
subfraksi C) yang akan dikembangkan
pada tahapan selanjutnya. Subfraksi A
menunjukkan flouresensi biru terang
dibawah sinar Uv 365 nm dengan Rf
0,56 . Selanjutnya subfraksi A yang
dilanjutkan ke tahapan selanjutnya
dikarenakan memiliki flouresensi lebih
terang dan nodanya lebih bulat jika
dibandingkan dengan fraksi B dan fraksi
C.
KLT preparatif digunakan untuk
perbanyakan senyawa yang diisolasi dan
diidentifikasi berdasarkan pemisahan
dan penjerapan senyawa pada silika gel
yang berukuran 20x20 cm dengan
penotolan sepanjang plat sehingga hasil
elusi berupa pita. Hasil KLT-P
menunjukka satu pita yang terbentuk
pada Rf 0,41 yang menghasilkan
floresensi biru dibawah sinar Uv 365
nm. Selanjutnya kerokan hasil KLT-P
ini dilakukan pengujian KLT kembali
dan hasilnya didapatkan hasil kerokan
KLT-P dengan Rf 0,46 yang sedikit
berbeda dengan profil KLT sebelum
dipreparatif yaitu Rf 0,56 namun tidak
terlalu jauh.
Hasil kerokan KLT-P kemudian diuji
menggunakan KLT 2 dimensi yang
bertujuan untuk melihat kemurnian dari
hasil kerokan KLT-P menggunakan 2
pengembang
yang
berbeda
kepolarannya. Pengembang I yaitu nheksan : etil asetat (9:1) dan
pengembang II etil asetat 100%. Hasil
KLT 2 dimensi menunjukkan hasil
kerokan telah murni yang ditunjukkan
dengan noda pada Rf 0,52 dan Rf 0,9.
Isolat telah dilakukan uji penampak
bercak
menggunakan
peraksi
Liebermann Burchard. Hasil nya ialah
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
272
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan
Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
bercak hijau yang muncul terlihat secara
visual setelah disemprot penampak
bercak dan dipanaskan selama 1 menit
dalam oven 100oC, dan bercak hijau
tersebut tepat pada noda hasil kerokan
KLT-P. Hal ini menunjukan bahwa
isolat tersebut diduga golongan steroid,
karena bercak Liebermann Burchard ini
spesifik untuk golongan steroid.
Identifikasi
terakhir
ialah
menggunakan
spektrofotometri
inframerah,
analisis
menggunakan
instrumen ini digunakan untuk melihat
gugus fungsi yang terdapat dalam isolat
pada rentang 4000-2000 cm-1. Daerah
ini
menunjukkan
absorbsi
yang
disebabkan oleh vibrasi regangan.
Sedangkan daerah antara 2000 – 400
cm-1 seringkali sangat rumit, karena
vibrasi regangan maupun bengkokan
mengakibatkan absorbsi pada daerah
tersebut. Dalam daerah 2000–400 cm-1
tiap senyawa organik mempunyai
absorbsi yang unik, sehingga daerah
tersebut sering juga disebut sebagai
daerah sidik jari (fingerprint region).
Meskipun pada daerah 4000 – 2000 cm-1
menunjukkan absorbsi yang sama, pada
daerah 2000 – 400 cm-1 juga harus
menunjukkan pola yang sama sehingga
dapat disimpulkan bahwa dua senyawa
adalah sama. Spektrum yang muncul
merupakan transisi tingkat energi
getaran (vibrasi) yang berlainan saat
energi yang dipancarkan yaitu sinar
inframerah diserap oleh sampel. Hasil
yang muncul merupakan grafik antara
bilangan gelombang dan persen
transmittan (%T).
Pemerikasaan dari spektrofotometer
inframerah isolat menunjukkan adanya
gugus C=C pada bilangan gelombang
775,38 (cm-1), gugus Alkena C=CH2
atau CH=CH2, regang C-O pada
bilangan gelombang 1049,28 (cm-1),
gugus C=C alifatik dan aromatik pada
bilangan gelombang 1589,34 (cm-1),
Regang C-H pada bilangan gelombang
2850,79 (cm-1) dan 2920,23 (cm-1), serta
ikatan O-H pada bilangan gelombang
3267,41 (cm-1) diduga merupakan gugus
utama
penyusun
siklopentanaperhidrofenantren. Dimana
siklopentana
perhidrofenantren
merupakan struktur utama dari steroid.
Gambar 1. Hasil spektrofotometri
inframerah isolat
Hasil skrining ekstrak n-heksan
positif
mengandung
monoterpenseskuiterpen dan steroid. Hasil analisis
menggunakan
penampak
bercak
Liebermann Burchard pada isolat
menunjukkan positif warna hijau secara
visual. Diduga isolat ini merupakan
golongan steroid. Dan didukung dengan
hasil
spektrofotometer
inframerah
terdapat kemiripan profil spektrum isolat
dengan spektrum IR β-sitosterol.
Dimana
β-sitosterol
merupakan
golongan steroid yang memiliki struktur
utama
steroid
yaitu
siklopentanaperhidrofenantren.
KESIMPULAN
1. Simplisia
batang
singkong
memiliki kandungan senyawa tanin,
polifenol, saponin, kuinon, steroid,
monoterpenoid,dan
seskuiterpenoid.
2. Diduga isolat yang didapat dari
fraksi
n-heksan
merupakan
golongan steroid, dimana terdapat
bercak noda berwarna hijau yang
terlihat secara visual dengan
penampak bercak LiebermannBurchard. Selain itu diperkuat
dengan hasil inframerah, dimana
terdapat gugus fungsi penyusun
struktur utama senyawa steroid
yaitu
siklopentanaperhidrofenantren.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
273
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
DAFTAR PUSTAKA
Syariful Anam1, Muhammad Yusran1,
Alfred Trisakti1, Nurlina Ibrahim1,
Ahmad Khumaidi1, Ramadanil,
Muhammad Sulaiman Zubair., 2013
: Standarisasi ekstrak etil asetat kayu
sanrego (Lunasia amara Blanco, Online
Jurnal of Natural Science, Vol.2(3):
1-8
Yuli Haryani, Siti Muthmainah1 dan
Saryono Sikumbang., 2013 : Uji
Parameter Non Spesifik dan
Aktivitas
Antibakteri
Ekstrak
Metanol dari Umbi Tanaman Dahlia
(Dahlia
variabilis),
Jurnal
Penelitian Farmasi Indonesia 1(2) :
43-46
Hutapea, J.R. 2000. Inventaris
Tanaman Obat Indonesia,
Volume 1, Jilid I, Departemen
Kesehatan RI dan badan
Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan.
Jakarta.
Bakti
Husada. Halaman 149-150.
Yi B et al., 2011, Antioksidant
Phenolic
Coumpunds
of
Cassava (Manihot exculenta),
Hainan, Molecules. 16 (12):
10157 – 10167
Harborne,
J.B.,1987,
Metode
Fitokimia,
Penerbit
ITB,
Bandung. 47-49, 70-71, 102105, 109-110, 123, 127-128,
147-148, 151, 234-236, 13-15,
19-23, 24-26
Astawan, M., 2008, Sehat Dengan
Tempe : Panduan Lengkap
Menjaga Kesehatan dengan
Tempe, Dian Rakyat, Bogor.
Cuppett, S., M. Schrepf and C.
1954. Natural Antioxidant –
Are They Reality. Dalam
Foreidoon Shahidi: Natural
Antioxidants, Chemistry,Health
Effect and Applications, AOCS
Press, Champaign, Illinois: 1224
Dharmananda,
Subhuti.,
2004,
Morus
Fruit
(Mulberry)AsMedicine.
Institute
for
Traditional
Medicine, Portland, Oregon.
Anief, M., 1997, Formulasi Obat
Topikal
Dengan
Dasar
Penyakit Kulit, Gajah Mada
University Press, Yogyakarta.
Hal. 1-4,30.
Tschesche, R. Dan Wulff, G., 1973,
Chemic und Biologic der
Saponine, Fortschr. Chemic
Org. Naturst., 30, 461-606
Robinson, T., 1995, Kandungan
Organik Tumbuhan Tinggi.
Edisi -Terjemahan Kosasih
Padmawinata,
ITB
Press,
Bandung.
Ditjen POM., 1995, Farmakope
Indonesia
Edisi
keempat,
Departemen Kesehatan RI,
Jakarta.
Derektorat Jendral Pengawasan
Obat
dan
Makanan,
Departemen
Kesehatan
Republik Indonesia, 2000,
Parameter Standar Umum
Ekstrak
Tumbuhan
Obat,
Cetakan Pertama, Jakarta.
Goeswin, A., 2007, Teknologi
Bahan Alam, Penerbit ITB,
Bandung.
Sudjadi, Drs.,
Pemisahan,
Yogyakarta.
1986,
UGM
Metode
Press,
Roth, Hermann J; Blaschke,
Gotfried.,
1998,
Analisis
Farmasi,
Gajah
Mada
University Press, Yogyakarta.
Hostettmann K et al. 1995. Cara
Kromatografi Preparatif, ITB
Press. Bandung.
Gritter R.J., B. James dan S.
Arthur., 1991,
Pengantar
kromatografi II, ITB, Bandung.
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
274
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan
Kosmetik Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
ISBN : 978-602-73060-1-1
Sastrohamidjojo,
h.,
2002,
Kromatografi, Penerbit Liberty,
Yogykarta.
Ibnu Gholib Gandjar., Abdul
Rahman.,
2008,
Kimia
Farmasi Analisis, Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia., 2000, Parameter
Standar
Umum
Ekstrak
Tumbuhan
Obat.
Jakarta;
Direktorat Jenderal Pengawasan
Obat dan Makanan, Direktorat
Pengawasan Obat Tradisional
Seminar Nasional Farmasi (SNIFA) UNJANI
275
Peran Apoteker dalam Menjamin Mutu, Efektifitas, Keamanan pada Obat, Makanan dan Kosmetik
Sebagai Upaya Meningkatkan Derajat Kesehatan Masyarakat Indonesia
Download