PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN HARUS

advertisement
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN HARUS PRIORITASKAN MBR
PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN HARUS PRIORITASKAN MBR
Pembangunan infrastruktur perumahan dan permukiman, terutama di daerah perkotaan, perlu
memperhatikan dan memberikan prioritas kepada masyarakat berpenghasilan rendah (MBR).
Penyediaan perumahan dan permukiman yang layak bagi MBR akan mengurangi adanya
permukiman kumuh, dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat pada umumnya.
Demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto dalam sambutannya pada
pembukaan acara Musyawarah Nasional (Munas) II Masyarakat Peduli Perumahan dan
Permukiman Indonesia (MP3I) di Bandung, Jumat (6/5). Hadir pula mendampingi, jajaran pejabat
Kementerian PU, antara lain Sekretaris Jenderal Agoes Widjanarko, Direktur Jenderal (Dirjen)
Cipta Karya Budi Yuwono, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Investasi Setia Budhy Algamar,
Direktur Pengembangan Permukiman Amwazi Idrus, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan (
Pusdiklat)Yadi Siswadi, dan Kepala Pusat Komunikasi Publik (Puskom) Waskito Pandu.
Djoko menjelaskan, pertambahan penduduk Indonesia, terutama yang tinggal di perkotaan
mengalami peningkatan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Pada tahun 2010, jumlah
penduduk yang tinggal di perkotaan kurang lebih 54 persen dan pada tahun 2025 nanti
diperkirakan akan mencapai 68 persen. Meningkatnya penduduk perkotaan tersebut berimbas
pada dibukanya lahan-lahan baru untuk permukiman, yang tidak jarang mengurangi ruang terbuka
hijau (RTH). “Pertambahan penduduk perkotaan seringkali tidak diimbangi dengan penyediaan
prasarana perkotaan yang baik, sehingga menyebabkan penurunan kualitas hidup,” katanya.
Hal tersebut berakibat pada munculnya permukiman kumuh yang tidak hanya menimbulkan
kerentanan bahaya bagi masyarakat yang tinggal di dalamnya tetapi juga berpotensi menyebabkan
degradasi lingkungan. Oleh karena itu, kita perlu menyadari bahwa perumahan dan permukiman
ini erat kaitannya dengan faktor kemanusiaan, dan pemerintah tidak dapat menanganinya sendiri
secara optimal tanpa bantuan pihak-pihak yang berpengalaman dan dekat dengan masyarakat.
Di bidang permukiman perkotaan, Kementerian PU sendiri telah menyiapkan strategi
pembangunan yang sifatnya tidak hanya reaktif, tetapi juga berkelanjutan. Juga, telah dilakukan
pembangunan infrastruktur perkotaan yang ramah lingkungan. “Pembangunan infrastruktur
dewasa ini menghadapi berbagai tantangan, mengingat semakin besarnya kesadaran terhadap
perubahan iklim dan semakin kompleksnya permasalahan lingkungan,” kata Djoko.
page 1 / 2
Perhatian terhadap aspek lingkungan tersebut sesuai dengan tema Hari habitat Dunia tahun 2010
mengambil tema “Better City, Better Life”. Salah satu hal yang ditekankan adalah pembangunan
rumah dengan biaya rendah dan mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam
menyelesaikan masalah perumahan, terutama peningkatan kapasitas MBR dalam mengakses
perumahan layak huni. “Pengembangan perkotaan hendaknya menganut konsep better urban
development, menciptakan kesempatan sama yang
untuk berkontribusi dan mengakses
perumahan yang sehat,” kata Menteri PU.
Dirinya juga menyoroti masalah penyediaan green construction building. Menurut Djoko, manfaat
dari penerapan green construction building ini adalah tidak hanya aspek perlindungan terhadap
sumber daya alam, tetapi juga efisiensi penggunaan energi dan meminimalisir kerusakan
lingkungan sekaligus meningkatkan kehidupan masyarakat .
Menteri PU menambahkan, Indonesia juga telah berkomitmen untuk mencapai target Millennium
Development Goals (MDG’s) untuk mengurangi jumlah penduduk yang tinggal di permukiman
kumuh serta meningkatkan akses air bersih dan sanitasi kepada masyarakat miskin. Untuk
mencapai target ini, hal yang terpenting adalah penguatan stakeholder. Dan menurutnya, MP3I ini
adalah bentuk dari upaya masyarakat untuk berpartisipasi dalam menyelesaikan masalah
perumahan dan permukiman di Indonesia.
“Saya mengharapkan penyelenggaraan acara (munas) ini dapat mendorong pembangunan
permukiman yang berkelanjutan sekaligus memberikan solusi terbaik dalam meningkatkan
infrastruktur perkotaan dan permukiman,” ujarnya.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat (Jabar) yang diwakili Sekretaris Daerah (Sekda) Lex
Laksamana mengatakan, pihaknya masih menghadapi berbagai permasalahan di bidang
perumahan dan permukiman, mulai dari backlog penyediaan hingga masih banyaknya
permukiman kumuh. Untuk itu, pemerintah Jabar telah berkomitmen meningkatkan kerja sama
dengan para stakeholder, terutama pihak swasta.
Di sisi lain, Ketua MP3I Aca Sugandhy mengatakan, saat ini memang masih banyak persoalan di
bidang permukiman yang harus menjadi perhatian bersama, antara lain akses MBR terhadap
perumahan murah, serta koordinasi teknis dan sosiologis di antara pemangku kepentingan yang
dirasa masih jauh dari maksimal. “Pembangunan perumahan dan permukiman jangan sampai bisa
perkotaan, karena hanya akan mengundang urbanisasi yang akhirnya berdampak pada munculnya
permukiman kumuh,” katanya. (ifn)
Pusat Komunikasi Publik
070511
page 2 / 2
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download