tingkat variasi gender posisi manajemen puncak dan kualitas laba

advertisement
JURNAL RISET AKUNTANSI DAN KEUANGAN
Vol. 6 No.2, Agustus 2010
Hal. 87-98
TINGKAT VARIASI GENDER POSISI MANAJEMEN PUNCAK
DAN KUALITAS LABA PERUSAHAAN
Putriana Kristanti
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Duta Wacana
Jl. Dr. Wihidin Sudiro Husodo 5 - 25, Yogyakarta, 55224
ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the relation of top management gender with
earnings management. This study analyzes a sample made of Jakarta stock exchangelisted firms. Three models used in this study, first model to measure the gender
variation, i.e. content analysis; the second model to analyze the earnings managemet,
with regression analysis; and the third model to examine the relation of top
management gender variation with earnings management, with corelation analysis. The
result show that top management gender variation is not correlated with earnings
management.
Keywords: top management gender, earnings management
PENDAHULUAN
Tingkat laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan maupun laporan
tahunan perusahaan menjadi perhatian bagi beberapa pihak yang berkepentingan, antara
lain investor, calon investor, kreditur, calon kreditur, regulator dan lainnya. Laba yang
dilaporkan diharapkan dapat mencerminkan nilai ekonomi perusahaan dan dapat
bermanfaat dalam menentukan prediksi harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Penelitian sebelumnya menemukan bahwa manajemen perusahaan melakukan
manajemen laba (earnings management) dengan berbagai alasan yang mendasarinya.
Laba yang dilaporkan tidak menunjukkan keadaan yang senyatanya. Kualitas laba
menjadi rendah. Keadaan ini dapat menyebabkan terjadinya pengambilan keputusan
yang salah oleh para pemakai laporan keuangan.
Informasi besarnya laba perusahaan dalam suatu periode tertentu sangat
berguna bagi pemakai laporan keuangan perusahaan. Informasi tersebut dapat
digunakan untuk menentukan nilai perusahaan saat ini maupun masa prediksi nilai
perusahaan di masa depan. Informasi yang tidak benar akan menyesatkan dan
menimbulkan adanya kesalahan atau ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan.
88
JRAK, Agustus 2010
Para pemakai laporan keuangan membutuhkan informasi laba yang berkualitas, yaitu
laba yang dilaporkan dapat dipercaya (reliabel) dan memiliki manfaat dalam
pengambilan keputusan (relevan).
Kecenderungan yang terjadi adalah manajer melakukan manajemen laba,
sehingga kualitas laba menjadi turun (Krishnan dan Parsons 2008). Kualitas laba akan
ditentukan oleh ada tidaknya manajemen laba terhadap laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan perusahaan. Manajemen laba keberadaannya ditentukan oleh perilaku
dan sikap manajemen. Manajemen dapat melakukan manajemen laba untuk kepentingan
pribadi mereka. Manajemen berperilaku opportunistic.
Posisi manajemen dapat diduduki oleh pria maupun wanita. Penelitian
sebelumnya menyimpulkan bahwa wanita lebih jujur dibandingkan pria (Respati dan
Kristanti, 2008). Apakah hal ini berarti jumlah wanita dalam posisi manajemen,
khususnya manajemen puncak akan berhubungan dengan keberadaan dari manajemen
laba? Jumlah wanita yang lebih banyak dalam posisi manajemen puncak akan
memperbaiki pelaporan keuangan dan meningkatkan kualitas laba?
Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Apakah
tingkat variasi gender dalam posisi manajemen puncak memiliki hubungan dengan
kualitas laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan?
Penelitian ini bertujuan untuk menjajagi adanya hubungan antara jumlah
wanita (tingkat variasi gender) dalam posisi manajemen puncak dengan kualitas laba.
Penelitian ini memiliki asumsi bahwa semua perusahaan publik di Indonesia
menyajikan laporan tahunan maupun laporan keuangannya sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku. Lingkup penelitian ini dibatasi dengan perusahaan
publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai populasinya.
KAJIAN LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS
Penelitian ini merupakan lanjutan dan pengembangan dari penelitian terdahulu
tentang kejujuran dan gender (Respati dan Kristanti 2008). Penelitian terdahulu
menemukan bahwa jumlah kenaikan rata-rata kinerja yang dikarenakan adanya
penurunan rata-rata ketidakjujuran lebih besar pada saat manajernya adalah wanita.
Hasilnya juga menyatakan bahwa manajer wanita melaporkan kinerja perusahaan yang
lebih baik daripada manajer pria.
Manajemen Laba dan Kualitas Laba
Studi di bidang akuntansi menyimpulkan bahwa manajemen telah melakukan
manajemen laba dalam menyajikan laporan keuangannya. Manajer memang tidak
membuat langsung laporan keuangannya untuk memanipulasi laba, akan tetapi mereka
seringkali mempunyai semua kekuasaan yang dibutuhkan untuk dibangun ke dalam
aturan-aturan akuntansi (Worthy, 1994:651-658). Manajemen akan berusaha
mempengaruhi aliran kas melalui standar akuntansi yang dipergunakan (Watts dan
Zimmerman, 1978).
Positive Accounting Theory (PAT) mempunyai dua argumen atau asumsi yang
berbeda tentang perilaku manajemen dalam pembuatan kebijakan (Scott 2000: 264).
Pertama, PAT berargumen bahwa kebijakan akuntansi perusahaan dipilih sebagai
TINGKAT VARIASI GENDER POSISI MANAJEMEN PUNCAK….., Putriana Kristanti
89
bagian dari mengatasi masalah untuk meminimunkan biaya kontrak untuk mencapai
corporate governance yang efisien. Hal ini berarti bahwa kebijakan yang dibuat oleh
manajemen adalah untuk kepentingan perusahaan. Kedua, PAT berasumsi bahwa
manajemen berperilaku rasional dan akan memilih kebijakan akuntansi yang sesuai
dengan tujuan pribadi mereka. Manajemen mempunyai perilaku yang opportunistic.
Positive Accounting Theory (PAT) menyimpulkan bahwa manajemen dapat
berperilaku efisien untuk kepentingan perusahaan atau juga dapat berpeilaku
opportunistic untuk kepentingan dirinya sendiri, dan dilakukan melalui pemilihan
kebijakan akuntansi (Watts dan Zimmerman 1986: 208, 216, dan 235, dan 1990).
Krishnan dan Parson (2008) juga berpendapat bahwa manipulasi laba atau manajemen
laba dilakukan melalui pemilihan metode estimasi dalam akuntansi. Hasilnya adalah
laba yang dilaporkan menguntungkan bagi perusahaan atau manajer dan merugikan bagi
stakeholder. Keating dan Zimmerman (2000) juga menemukan bahwa salah satu alasan
dilakukannya perubahan dalam kebijakan depresiasi adalah untuk melakukan
manajemen laba.
Pemilihan sistem pelaporan keuangan juga mempengaruhi sejauh mana
manajemen melakukan manipulasi laporan. Pada saat seorang manajer mempunyai
beberapa informasi pribadi yang tidak terdapat dalam laporan keuangan dan
memungkinkan dilakukannya manipulasi olehnya, maka manajer tidak akan memilih
sistem pelaporan keuangan yang sebenarnya paling tepat (Stocken dan Verrecchia,
2004).
Efisien
Manajemen
Manajemen
Laba
Kualitas
Laba
opportunistic
Kebijakan
Akuntansi
Gambar 1. Manajemen, Manajemen Laba dan Kualitas Laba
Gender, Manajemen Laba, dan Kualitas Laba
Gender seringkali merupakan salah satu karakteristik personal yang
mempengaruhi atasan dalam menempatkan karyawan pada jenis pekerjaan tertentu.
Wanita seringkali memperoleh tawaran kesempatan berkarir lebih sedikit bahkan
dengan penghasilan yang lebih rendah (Dessler 2005:201, 248, 418). Peran wanita
dinilai lebih rendah di banding laki-laki (Mansour et al. 1995). Nurasih dan Respati
90
JRAK, Agustus 2010
(2004) dalam penelitiannya pada karyawan di Indonesia menemukan bahwa terdapat
faktor-faktor diskriminasi Gender yang mempengaruhi karir karyawan wanita.
Wanita dalam upayanya mencapai posisi eksekutif akan bekerja lebih keras
daripada laki-laki karena seolah-olah harus mulai dari titik negatif (Gardiner dan
Tiggermann 1999). Pada saat seorang wanita mencapai posisi eksekutif, maka wanita
tersebut akan bekerja keras untuk mempertahankan posisinya sebagai eksekutif. Wanita
akan berlaku jujur. Seorang manajer wanita akan berusaha untuk menghasilkan kinerja
perusahaan yang tinggi.
Perilaku opportunistic menyebabkan manajer berlaku tidak jujur terhadap
perusahaan. Manajer menyusun laporan keuangan yang mementingkan pencapaian
tujuan pribadinya untuk memaksimalkan kesejahteraannya. Respati dan Kristanti (2008)
dalam penelitian eksperimental yang dilakukan menemukan bahwa terjadi hubungan
yang sangat erat dan sangat nyata antara ketidakjujuran dengan kinerja dengan arah
berlawanan. Variabel ketidakjujuran berpengaruh negatif dan sangat nyata terhadap
variabel kinerja. Semakin tinggi ketidakjujuran seorang manajer maka semakin rendah
tingkat kinerja perusahaan yang dilaporkannya. Jumlah kenaikan rata-rata kinerja yang
dikarenakan adanya penurunan rata-rata ketidakjujuran lebih besar pada saat
manajernya adalah wanita. Hasilnya juga menyatakan bahwa manajer wanita
menghasilkan kinerja perusahaan yang lebih baik daripada manajer pria.
Pria
Pekerja
Kurang Keras
Manajemen
Laba - tinggi
Kualitas Laba
- rendah
Manajemen
Laba - rendah
Kualitas Laba
- tinggi
Kurang Jujur
Gender
Wanita
Pekerja Keras
Jujur
Gambar 2. Hubungan Gender, Manajemen Laba dan Kualitas Laba
Keberadaan atau deteksi manajemen laba dapat dilakukan melalui berbagai
metode. Dechow et al. (1995) melakukan evaluasi berbagai alternatif model untuk
melakukan deteksi adanya manajemen laba, menyimpulkan bahwa model yang
dikembangkan Jones pada tahun 1991 dengan versi modifikasi memiliki kekuatan yang
paling besar dalam mendeteksi adanya manajemen laba. Kang dan Sivaramakrishnan
(1995) berpendapat lain, model modifikasi Jones (1991) tidak memecahkan masalah
variabel yang dihilangkan atau masalah yang simultan. Phillips et al. (2003) melakukan
deteksi melalui beban pajak yang ditangguhkan.
Krishnan dan Parsons (2008) dalam studi eksplorasi terhadap gender dan
kualitas laba menemukan bahwa perusahaan yang memiliki manajemen puncak dengan
TINGKAT VARIASI GENDER POSISI MANAJEMEN PUNCAK….., Putriana Kristanti
91
jumlah wanita yang lebih banyak daripada prianya akan memperbaiki laporan
keuangannya dengan tidak melalui manajemen laba atau dengan kualitas laba yang
lebih rendah.
Tingkat variasi gender yang tinggi, yaitu jumlah wanita dalam posisi
manajemen puncak yang lebih banyak daripada pria akan menurunkan keberadaan
manajemen laba, meningkatkan kualitas laba. Kualitas laba menjadi lebih tinggi.
Dengan demikian dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
HA: Tingkat variasi gender dalam posisi manajemen puncak berhubungan positif dengan
kualitas laba perusahaan.
Tingkat Variasi
Gender - tinggi
Kualitas Laba
- tinggi
Persentase
jumlah wanita
dalam posisi
manajemen
puncak
Gambar 3. Hipotesis Hubungan Tingkat Variasi Gender dan Kualitas Laba
METODA PENELITIAN
Data dan Sampel
Penelitian ini menggunakan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan
melalui observasi pada database JSX Public Companies. Data dan informasi yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi susunan pimpinan dan anggota manajemen
puncak serta laporan keuangan.
Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan publik yangg terdaftar dan
menawarkan sahamnya pada Bursa Efek Indonesia. Sampel dipilih dengan
menggunakan metode purposive sampling. Perusahaan yang dipilih sebagai sampel
adalah: perusahaan- perusahaan yang memiliki informasi-informasi yang berhubungan
dengan variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini (disajikan dalam model
penelitian), berturut-turut selama lima tahun. Berdasarkan pemilihan tersebut terdapat
38 (tiga puluh delapan) perusahaan sampel.
Model Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) model penelitian yang saling berkaitan.
Model yang pertama untuk mengukur besarnya variasi gender. Model kedua untuk
menguji dan mengukur adanya manajemen laba, sedangkan model yang ketiga untuk
menguji adanya hubungan antara variasi gender dengan manajemen laba.
92
1.
JRAK, Agustus 2010
Pengujian Terhadap Variasi Gender
Besarnya variasi gender dalam penelitian ini diukur melalui: besarnya persentase
jumlah wanita yang ada dalam posisi manajemen puncak suatu perusahaan.
TW
Gender= ---- X 100%
TM
TW= total wanita yang menduduki posisi manajemen puncak perusahaan
TM= total manajemen (wanita dan pria) yang menduduki posisi manajemen
Puncak perusahaan
2.
Pengujian Terhadap Manajemen Laba
Keberadaan manajemen laba melalui pemilihan prosedur akuntansi diuji melalui
analisis perubahan dalam accounting accrual (Healy 1985, De Angelo 1986, Han
dan Wang 1998, Patten dan Trompeter 2003). Pembuktian adanya manajemen
laba didasarkan pada analisis perubahan dalam discretionary accrual (Jones
1991, Cahan 1992, Han dan Wang 1998, Patten dan Trompeter 2003). Penelitian
ini menggunakan model yang dikembangkan oleh Han dan Wang (1998) dan
Patten dan Trompeter (2003). Discretionary accruals diestimasikan sebagai
residual εit dari model:
TTACit /ASTit = α0 + α1 (ΔREVit /ASTit )+ α2 (PPEit /ASTit )+ εit
TTACit = total accruals dari perusahaan i dalam tahun t,
ASTit= total aktiva dari perusahaan i dalam tahun t,
ΔREVit = perubahan dalam penjualan dari perusahaan i dalam tahun t
(REVit – REVit-1)
PPEit= nilai bersih dari properti, tanah dan peralatan dari perusahaan i tahun t.
Total accrual masing-masing tahun dihitung dari:
Laba bersih (setelah pengeluaran atau pendapatan luar biasa dan operasi yang
dihentikan) – kas dari operasi.
Perubahan dalam penjualan dan properti bersih, tanah dan peralatan
digunakan sebagai kontrol untuk komponen nondiscretionary dalam total
accruals. Koefisien dari ΔREVit diharapkan positif sebab perubahan dalam
rekening modal kerja (misal, perubahan piutang dagang, perubahan persediaan)
merupakan bagian dari total accruals dan berhubungan positif dengan dengan
perubahan penjualan. Koefisien dari PPEit diharapkan negatif sebab aktiva tetap
yang tinggi diharapkan mengarah pada depresiasi yang tinggi.
3.
Pengujian terhadap hubungan antara gender dengan manajemen laba
Tujuan dalam penelitian ini adalah menjajaki hubungan antara tingkat variasi
gender dalam posisi manajemen puncak dengan kualitas laba yang dilaporkan
dalam laporan keuangan perusahaan. Pengujian terhadap hubungan tersebut
dilakukan melalui model:
DiscAccit= β0t + β1t Genderit + eit
TINGKAT VARIASI GENDER POSISI MANAJEMEN PUNCAK….., Putriana Kristanti
93
DiscAccit= discretionary accrual dari perusahaan i pada tahun t berdasarkan
pada parameter dalam maximum likelihood estimate dari model discretionary
accruals
Genderit= gender dari perusahaan i dalam tahun t, disajikan berdasarkan skor
dari content analysis pada susunan manajemen puncak perusahaan.
eit= error terms
i = 1, 2, 3, ........n
Hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dalam model
tersebut diharapkan adalah negatif, karena diharapkan semakin tinggi persentase wanita
yang menduduki manajemen puncak maka semakin rendah tingkat manajemen laba
yang terjadi (discretionary accrual), sesuai dengan hipotesa yang telah dibuat.
Definisi Operasional Variabel
Penelitian ini melakukan pengamatan terhadap beberapa konstruk dan variabel:
1. Tingkat variasi gender
Konstruk tingkat variasi gender diproksi dengan variabel Gender. Variabel Gender
diukur dengan persentase jumlah wanita yang ada dalam posisi manajemen puncak.
2. Kualitas laba perusahaan
Konstruk kualitas laba diproksi dengan variabel Manajemen Laba. Kualitas laba
yang tinggi dinyatakan dengan keberadaan manajemen laba yang rendah.
Keberadaan manajemen laba diuji dengan menggunakan model yang digunakan
oleh Patten dan Trompeter (2003). Keberadaan manajemen laba dibuktikan dengan
analisis model discretionary accruals yang merupakan estimasi dari residual εit dari
model yang ada.
Tingkat Variasi
Gender - tinggi
Gender - tinggi
Kualitas
Laba - tinggi
Manajemen
Laba - rendah
Gambar 4. Hubungan antar konstruk dan variabel
Analisis Data
Analisis Kandungan (Content Analysis). Analisis kandungan digunakan sebagai
teknik dalam pengumpulan dan menganalisis kandungan dari naskah laporan tahunan
perusahaan. Analisis kandungan memiliki prosedur yang obyektif dan sistematik dalam
penghitungan dan pencatatan dalam menghasilkan sebuah deskripsi kuantitatif
kandungan dari naskah yang diamati. Melalui analisis kandungan dapat dilakukan
94
JRAK, Agustus 2010
perbandingan kandungan antara banyak naskah dan menganalisisnya dengan teknik
kuantitatif. (Neuman, 2000: 292-293).
Metoda analisis kandungan dalam penelitian ini digunakan dalam
mengumpulkan dan menganalisis data: masing-masing jumlah wanita dan pria dalam
posisi manajemen puncak.
Analisis regresi dalam penelitian ini digunakan untuk mengestimasi
discretionary accruals diestimasikan sebagai residual εit dari model:
TTACit /ASTit = α0 + α1 (ΔREVit /ASTit )+ α2 (PPEit /ASTit )+ εit
Analisis korelasi digunakan dalam menjajagi hubungan antar variabel Gender
dan Manajemen Laba yang diproksikan dengan nilai residual εit dari model persamaan
regresi di atas yang kemudian diwakili dengan variabel DiscAcc. Adapun model
korelasi tersebut adalah:
DiscAccit= β0t + β1t Genderit + eit
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan 3 (tiga) model penelitian yang saling berkaitan.
Model yang pertama untuk mengukur besarnya variasi gender. Model kedua untuk
menguji dan mengukur adanya manajemen laba, sedangkan model yang ketiga untuk
menguji adanya hubungan antara variasi gender dengan manajemen laba.
Pengujian Terhadap Variasi Gender
Besarnya variasi gender dalam penelitian ini diukur melalui: besarnya persentase
jumlah wanita yang ada dalam posisi manajemen puncak suatu perusahaan.
Tabel 1
Statistik Deskriptif
Gender
Valid N
(listwise)
Std.
N
Range Minimum Maximum
Mean
Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
50 44.444
.000
44.444
8.764
1.917
1.355
50
Dari analisis deskriptif di atas menunjukkan adanya range data yang cukup
luas, yaitu 44,44 , dengan nilai rata-rata 8,76 dan standar error 1,92. Hal ini
menunjukkan bahwa data kurang bagus.
Pengujian Terhadap Manajemen Laba
Keberadaan manajemen laba melalui pemilihan prosedur akuntansi diuji melalui
analisis perubahan dalam accounting accrual (Healy 1985, De Angelo 1986, Han dan
Wang 1998, Patten dan Trompeter 2003). Pembuktian adanya manajemen laba
95
TINGKAT VARIASI GENDER POSISI MANAJEMEN PUNCAK….., Putriana Kristanti
didasarkan pada analisis perubahan dalam discretionary accrual (Jones 1991, Cahan
1992, Han dan Wang 1998, Patten dan Trompeter 2003). Penelitian ini menggunakan
model yang dikembangkan oleh Han dan Wang (1998) dan Patten dan Trompeter
(2003). Discretionary accruals diestimasikan sebagai residual εit dari model:
TTACit /ASTit = α0 + α1 (ΔREVit /ASTit )+ α2 (PPEit /ASTit )+ εit
Hasil dari persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut:
TTAC
DREV
DPPE
Model
1
R
1.000a
Tabel 2
Statistik Descriptif
Mean
Std. Deviation
-1.32989979956E1
9.402146744649E1
6.48192883300E0
4.536327314551E1
-9.31668281526E0
6.593660786913E1
N
50
50
50
Tabel 3
Model Summaryb
Adjusted R
Std. Error of the
R Square
Square
Estimate
Durbin-Watson
1.000
1.000 .240973711708
2.349
Tabel 4
ANOVAb
Model
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
433159.051
2.729
433161.781
df
2
47
49
Mean Square
216579.526
.058
F
3729735.757
Sig.
.000a
Pengujian Terhadap Hubungan Antara Gender dengan Manajemen Laba
Tujuan dalam penelitian ini adalah menjajaki hubungan antara tingkat variasi
gender dalam posisi manajemen puncak dengan kualitas laba yang dilaporkan dalam
laporan keuangan perusahaan. Pengujian terhadap hubungan tersebut dilakukan melalui
model:
DiscAccit= β0t + β1t Genderit + eit
96
JRAK, Agustus 2010
DiscAcc
Gender
Tabel 5
Statistik Deskriptif
Mean
Std. Deviation
-.081155140
.5388696022
8.763636364
1.3553874903E1
N
50
50
Tabel 6
Correlations
DiscAcc
Gender
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
DiscAcc
1.000
50.000
.163
.129
50
Gender
.163
.129
50
1.000
50.000
Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa hubungan antara gender dengan
manajemen laba tidak signifikan. Hal ini berarti bahwa model tersebut tidak
menghasilkan sesuai yang diharapkan, hipotesa yang telah dibuat tidak terbukti.
SIMPULAN DAN SARAN
Penelitian ini bertujuan untuk menjajagi hubungan antara variasi gender pada
manajemen puncak dengan adanya manajemen laba yang menyebabkan kualitas laba
menjadi rendah. Hasil pengujian dan pembahasan menunjukkan bahwa hubungan antara
variasi gender dalam posisi manajemen puncak dengan manajemen laba adalah tidak
signifikan, atau dengan kata lain tidak ada hubungan.
Saran untuk penelitian selanjutnya perlu dikembangkan metodologi penelitian
yang lebih tepat dalam rangka mengembangkan penelitian ini. Selain itu juga perlu
pemilihan sample yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dechow, P. M., Sloan, R. G. and Sweeny, A. P. 1995. “Detecting Earnings
Management”. The Accounting Review, Vol. 70 (2): 193-225.
Dessler, G. 2005. Human Resource Management. Edisi ke 10. New Jersey: Prentice
Hall.
TINGKAT VARIASI GENDER POSISI MANAJEMEN PUNCAK….., Putriana Kristanti
97
Gardiner, M. and Tiggermann, M. 1999. “Gender Differences in Leadership Style, Job
Stress and Mental Health in Male- and Female-Dominated Industries”.
Journal of Occupational and Organizational Psychology, Vol. 72: 301-315.
Jones, J. J. 1991. “Earnings Management During Import Relief Investigations”. Journal
of Accounting Research, Vol. 29 (2): 193-228.
Kang, S. and Sivaramakrishnan, K. 1995. “Issues in Testing Earnings Management and
an Instrumental Variable Approach”. Journal of Accounting Research, Vol.
33 (2): 353-367.
Keating, A. S. and Zimmerman, J. L. 2000. “Depreciation Policy Changes: Tax,
Earnings Management, and Investment Opportunity Incentives”. Journal of
Accounting and Economics, Vol. 28: 359-389.
Krishnan, G. V. and L. M. Parson. 2008. “Getting to Bottom Line: An Exploration of
Gender and Earnings Quality”. Journal of Business Ethics, Vol. 78: 65-76.
Mansour, J., Brian, B., Devine, Stratton, K., Ali, D. 1995. “Superior and Subordinate
Gender and the Acceptance of Superiors as Role Models”. Human Relations,
Vol. 48 (11): 1271.
Nurasih, Rr. dan Respati, A. D. 2004. Identifikasi Faktor-faktor Diskriminasi Gender
Yang Mempengaruhi Karir Karyawan Wanita Di Kota Yogyakarta, National
Conference on Business Management Proceeding, Doctoral Degree in
Business Management, Padjadjaran University.
Patten, D. M. and Trompeter, G. 2003. “Corporate Responses to Political Costs: An
Examination of the Relation between Environmental Disclosure and Earnings
Management”. Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 22: 83-94.
Phillips, J., Pincus, M. and Rego, S.O. 2003. “Earnings Management: New Evidence
Based on Deffered Tax Expense”. The Accounting Review, Vol. 78 (2): 491521.
Respati, A. D. dan Kristanti, P.. 2008. Pengaruh Metoda Insentif Terhadap Kinerja
Manajer Dimoderasi oleh Faktor Gender, Prosiding, seminar hasil penelitian
di Universitas Negeri Yogyakarta.
Scott, W. R. 2000. Financial Accounting Theory. Edisi ke 2. Ontario: Prentice Hall
Canada Inc.
Stocken, P. C.dan Robert, E.V. 2004. “Financial Reporting System Choice and
Disclosure Management”. The Accounting Review, Vol. 79 (4): 1181-1203.
98
JRAK, Agustus 2010
Watts, R., L. and Zimmerman, J. L. 1978. “Towards a Positive Theory of the
Determination of Accounting Standards”. The Accounting Review, Vol. 53
(1): 113-134.
Watts, R. L. and Zimmerman, J. L. 1986. Positive Accounting Theory. Englewood
Cliffs: Prentice-Hall, Inc.
Watts, R., L. and Zimmerman, J. L. 1990. “Positive Accounting Theory: A Ten Year
Perspective”. The Accounting Review, January 1990: 131-156.
Worthy, F. S. 1994. Manipulating Profits: How It’s Done? dalam Readings and Notes
on Financial Accounting: Issues and Controversies oleh Stephen A. Zeff dan
Bala G. Dharan, Edisi ke empat. Toronto: McGraw-Hill, Inc.
Download