analisis pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan

advertisement
ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI,
DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP
VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI LQ45
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Naimatul Fauziah
NIM : 109081000106
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H/2013
i
2
3
4
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1.
Nama
: Naimatul Fauziah
2.
Tempat tanggal lahir
: Jakarta, 16 November 1991
3.
Alamat
: Jl. Duren Tiga Barat V Rt.006 Rw.02
No.45 Jakarta Selatan 12760
II.
4.
Telepon
: 083893316120
5.
E-mail
: [email protected]
PENDIDIKAN
III.
1.
TK Baitur Rahman
Tahun 1996-1997
2.
MI Sa’adatuddarain
Tahun 1997-2003
3.
MTsN-1 Jakarta
Tahun 2003-2006
4.
MAN 4 Jakarta
Tahun 2006-2009
5.
S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tahun 2009
LATAR BELAKANG KELUARGA
1.
Ayah
: Firdaus
2.
Ibu
: Manjillah
3.
Alamat
: Jl. Duren Tiga Barat V RT.006 RW.02 Jakarta
Selatan 12760
IV.
PENGALAMAN ORGANISASI

Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas Ekonomi
dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff divisi kesehatan.
vi
V.
PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI
1.
23 Desember 2009 : Diskusi Publik “Kemana Arah Isu Kasus Century:
Polemik dan Perang Persepsi”
2.
20 Mei 2010
: Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era
Globalisasi”.
3.
8 Juni 2012
: A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal”
Basic Training of Fundamental & Technical
Analysis.
4.
15 September 2012 : Seminar “Islamic Economy Revivalism, between
Theory and Practice”.
vii
THE ANALYSIS OF THE TREADDING VOLUME, INFLATION,
DIVIDEND YIELD AND DIVIDEND PAYOUT RATIO ON PRICE
VOLATILITAS
ABSTRACT
In a capital market transaction, investors often observed stock price
volatility. High and low of the stock price volatility depends on the information
about stock prices that comes from inside and from outside the company. This
study aims to determine how large the trading volume, inflation, dividend yield,
deviden payout ratio to stock price volatility. The samples in this study are listed in
the Index LQ45 of Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2008-2011,
amounting to 17 companies. This research were analyzed by using multi linier
regression and hypothesis test used partial t-test, simultan F-test at level of
significance 5% and adjusted R2.
From the result of the analysis show that two variables, trading volume
and inflation have positive significant influence to stock price volatility, and one
variable dividend payout ratio has negative significant influence to stock price
volatility. While the variables of dividend yield that does not have the significant
effect on the stock price volatility. Stimulatingly the trading volume, inflation,
dividend yield and dividend payout ratio have significances influence to stock price
volatility, it proved by sig-F value 0,000 lower than 5% significances. Predictable of
the four variables toward stock price volatility is 61,1% as indicated by adjusted R2
that is 61,1% while the rest 38,9% is affected by other factors is not include into the
research model.
Keyword : Stock Price Volatility, Trading Volume, Inflation, Dividend Yield,
Dividend Payout Ratio.
viii
ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI,
DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP
VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR
DI LQ45
ABSTRAK
Dalam transaksi di pasar modal, para investor sering mengamati volatilitas
dari harga saham untuk melihat fluktuasi harga selama periode tertentu. Tinggi
rendahnya volatilitas harga saham tergantung pada informasi yang diperoleh investor
mengenai harga saham baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar
perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor
volume perdagangan, inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio terhadap
volatilitas harga saham. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar
pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011 yang
berjumlah 17 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi
berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t secara parsial, uji F secara simultan
dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi.
Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial ada 2 variabel yaitu
volume perdagangan dan inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap volatilitas
harga saham dan 1 variabel yaitu dividend payout ratio berpengaruh signifikan
negatif terhadap volatilitas harga saham. Sedangkan, variabel dividend yield tidak
berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Secara simultan variabel volume
perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F 0,000 yang
lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut
terhadap volatilitas harga saham adalah sebesar 61,1% sebagaimana ditunjukkan oleh
besarnya adjusted R2 sebesar 61,1%, sedangkan sisanya 38,9% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian.
Kata kunci : Volatilitas Harga Saham, Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield,
Dividend Payout Ratio
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang
mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang
ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat
guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa
dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:
1.
Kedua orang tua, ayahanda Firdaus dan ibunda Manjillah yang telah
memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada hentihentinya kepada penulis.
2.
Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian
skripsi ini.
3.
Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4.
Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta, selaku
dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu
dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi
ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun
skripsi.
5.
Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6.
Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang
telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan
atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini.
7.
Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah
memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
8.
Seluruh teman-teman Manajemen C/2009 yang selalu baik dan kompak di
dalam kelas maupun luar kelas.
9.
Terima kasih untuk Adit Tia Nugraha yang selalu memberi semangat dalam
menyelesaikan skripsi ini.
10. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen
keuangan.
Jakarta, September 2013
Penulis
(Naimatul Fauziah)
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi
ABSTRACT . ................................................................................................. viii
ABSTRAK ..................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi
DAFTAR GAMBAR........................................................................................xvii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6
BAB II
1.
Tujuan Penelitian .............................................................. 6
2.
Manfaat Penelitian ............................................................ 6
LANDASAN TEORI .................................................................... 8
A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil .............. 8
1. Pengertian Pasar Modal ...................................................... 8
2. Indeks LQ45 ....................................................................... 10
3. Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility) ................. 11
4. Volume Perdagangan (Trading Volume) ............................ 13
5. Inflasi ................................................................................. 14
6. Deviden............................................................................... 18
7. Dividend Yield..................................................................... 21
8. Dividend Payout Ratio ........................................................ 22
xii
B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 23
C. Keterkaitan Antara Variabel Independen denga Variabel
Dependen ................................................................................. 26
D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 29
E. Hipotesis Penelitian ................................................................. 31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 33
A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 33
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 33
1.
Populasi ............................................................................ 33
2.
Sampel .............................................................................. 33
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 35
D. Metode Analisis Data ................................................................ 35
1. Pengujian Asumsi Klasik .................................................... 36
a. Uji Normalitas ............................................................... 36
b. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 37
c. Uji Autokorelasi ............................................................. 37
d. Uji Multikolonieritas ...................................................... 38
2. Analisis Regresi Berganda................................................... 39
3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan
( Uji F ) ................................................................................ 40
4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t ) ........... 41
5. Koefisien Determinasi (R²).................................................... 43
E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 43
1. Variabel Penelitian ............................................................. 43
2.
Definisi Operasional ........................................................... 44
a. Variabel Dependen ........................................................ 44
b. Variabel Independen .................................................... 44
1. Volume Perdagangan ................................................ 45
2. Inflasi ........................................................................ 45
3. Dividend Yield........................................................... 45
4. Dividend Payout Ratio .............................................. 46
xiii
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 47
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 47
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia .............................................. 47
2. Sejarah Objek Penelitian....................................................... 49
a. Sejarah Singkat LQ 45 ...................................................... 49
b. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan yang Menjadi
Objek Penelitian ............................................................... 50
B. Deskripsi Variabel Penelitian .................................................... 67
a. Volatilitas Harga Saham ........................................................ 67
b. Volume Perdagangan ............................................................ 68
c. Inflasi ................................................................................... 69
d. Dividend Yield...................................................................... 70
e. Dividend Payout Ratio......................................................... 72
C. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 74
1. Pengujian Asumsi Klasik .................................................... 74
a. Uji Normalitas ................................................................ 74
b. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 75
c. Uji Multikolinieritas ....................................................... 76
d. Uji Autokorelasi ............................................................. 77
2. Hasil dan Pembahasan ........................................................... 78
a. Uji F ................................................................................ 78
b. Uji t ................................................................................. 79
c. Koefisien Determinasi (R2).............................................. 82
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 84
A. Kesimpulan .............................................................................. 84
B. Saran ........................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
2.1
PenelitianTerdahulu ................................................................ 23
3.1
Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel ................................. 34
4.1
Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 ............................... 67
4.2
Volume Perdagangan Perusahaan LQ45.................................... 68
4.3
Rata-rata Inflasi ........................................................................ 70
4.4
Dividend Yield Perusahaan LQ45 .............................................. 71
4.5
Deviden Payout Ratio Perusahaan LQ45 ................................... 72
4.6
Uji Normalitas .......................................................................... 74
4.7
Uji Heteroskedastisitas................................................................ 75
4.8
Uji Multikolinearitas ................................................................ 76
4.9
Uji Autokerelasi....................................................................... 77
4.10
Uji F ..................................................................................... 78
4.11
Uji t
4.12
Koefisien Determinasi .............................................................. 83
...................................................................................... 79
xv
DAFTAR GAMBAR
No.
2.1
Keterangan
Halaman
Kerangka Pemikiran ................................................................ 30
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Sampel Penelitian............................. ..................................... 89
2.
Output Hasil Pengujian Data.......................................................... 91
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pada era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar
terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan
ketahanan ekonomi suatu negara. Di tambah lagi semenjak terjadi krisis
ekonomi tahun 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan
diantaranya mengalami kerugian dan krisis yang menimpa Amerika pada tahun
2008.
Krisis tersebut juga berimbas ke perekonomian Indonesia sebagaimana
tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar uang. Ini karena, pasar modal
sangat sensitif terhadap peristiwa yang sedang terjadi. Peristiwa seperti krisis
global tersebut dapat memotivasi investor untuk bereaksi apakah menjual atau
membeli saham, sehingga memicu terjadinya volatilitas harga saham.
Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode
tertentu (Firmansyah, 2006).
Tinggi rendahnya volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh
faktor
makro
dan
mikro.
Faktor
makro
adalah
faktor-faktor
yang
mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan, antara lain tingkat bunga
yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik, dan lain-lain yang
memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan. Faktor mikro
adalah faktor-faktor yang berdampak langsung pada perusahaan itu sendiri,
seperti perubahan manajemen, harga, dan ketersediaan bahan baku,
1
produktivitas tenaga kerja dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja
keuntungan perusahaan individual (Schwert, 1989).
Sunariyah (Hugida,2011) menjelaskan bahwasannya terdapat beberapa
pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham.
Pendekatan yang banyak digunakan diantaranya adalah pendekatan tradisional
dan pendekatan portofolio modern. Untuk menganalisis surat berharga saham
dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu analisis teknikal
dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis
yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha
mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar
secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang
dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan saham, indeks harga
saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis.
Pendekatan analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap
saham memiliki nilai intrinsik yang diestimasikan oleh investor (Ang, 1997).
Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan
pendanaan perusahaan. Semakin besar laba ditahan maka akan semakin sedikit
jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Investor juga
memperhatikan dividend payout ratio (DPR) perusahaan. Rasio pembayaran
dividen (dividend payout ratio) menetukan jumlah laba yang dapat ditahan
dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen
(dividend payout ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dan
2
dibagikan
dengan
laba
yang
tersedia
untuk
pemegang
saham
(Jugiyanto,2000:252).
Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi
maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan
membuat investor menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga
permintaan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan
naik juga.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya volatilitas harga
saham yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout
ratio, namun dari beberapa faktor tersebut, sulit sekali menyimpulkan faktor
mana yang berpengaruh paling dominan terhadap volatilitas harga saham.
Studi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga
saham di Indonesia antara lain, Dritsaki (2003) dalam penelitiannya
menggunakan produksi industri, inflasi, dan suku bunga untuk diuji
pengaruhnya terhadap volatilitas harga saham. Hasilnya menunjukkan secara
bersama-sama ketiga variabel tersebut menunjukkan pengaruh positif terhadap
volatilitas harga saham. Diantara ketiga variabel tersebut inflasi merupakan
variabel makroekonomi yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga
saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat inflasi
dan tingkat pertumbuhan uang.
Fajrihan (2010) menunjukkan bahwa variabel dalam dampak kebijakan
dividen yang berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah
3
dividen yield dan dividen payout ratio sedangkan volatilitas earning, firm size,
DAR dan growth in asset tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas
harga saham. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan
laba yang juga di iringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal
ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan
banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan
saham tersebut meningkat.
Hugida
(2011)
Berdasarkan
hasil
analisis
faktor-faktor
yang
mempengaruhi volatilitas harga saham yang berpengaruh secara signifikan
terhadap volatilitas harga saham adalah volume perdagangan, inflasi dan nilai
tukar sedangkan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap
volatilitas harga saham.
Hubungan antara volume perdagangan dan volatilitas harga saham ini
terutama dipengaruhi oleh informasi, dimana informasi tersebut menyebabkan
terjadinya
hubungan
positif
antara
volume
dan
volatilitas.
Volume
perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang
diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang
disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara
perdagangan saham di pasar modal. Volume perdagangan saham merupakan
hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume
perdagangan saham menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan di
pasar modal yang mampu berdampak pada harga saham. Dengan demikian
4
secara logis volume perdagangan saham akan berdampak positif terhadap
harga saham.
Berdasarkan terdapatnya persamaan dan perbedaan antara penelitianpenelitian terdahulu tentang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
volatilitas harga saham. Maka saya akan mencoba mengkaji dan meneliti
kembali tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volatilitas harga
saham. Lebih lanjut, penelitian ini akan menggunakan saham-saham yang aktif
sebagai sampel penelitian yaitu mengambil sampel dari perusahaan yang
terdaftar dalam Indeks LQ45 periode tahun 2008-2011. Alasan digunakannya
saham aktif yang masuk dalam perhitungan LQ45 adalah guna menghindari
pengambilan sampel yang berpotensi mengikutsertakan saham tidak aktif
dalam analisis serta karena saham perusahaan yang masuk perhitungan indeks
LQ45 merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar yang mencakup 75%
kapitalisasi pasar sehingga dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa
Efek Indonesia. Oleh kerana itu, skripsi ini akan saya beri judul “Analisis
Pengaruh Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend
Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan yang
Terdaftar di LQ-45”.
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
1. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio
berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara simultan.
2. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio
berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara parsial.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Menganalisis pengaruh volume perdagangan terhadap volatilitas harga
saham.
2. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap volatilitas harga saham.
3. Menganalisis pengaruh dividend yield terhadap volatilitas harga saham.
4. Menganalisis pengaruh dividend payout ratio terhadap volatilitas harga
saham.
b. Manfaat Penelitian
1. Bagi Investor
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi
yang berguna untuk investor sebagai bahan pertimbangan dan referensi
dalam pengambilan keputusan investasi.
6
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu
pengetahuan mengenai volume perdagangan, inflasi, dividend yield,
dividend payout ratio dan volatilitas harga saham.
3. Bagi akademisi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
referensi bagi penelitian berikutnya yang tertarik untuk melakukan kajian
di bidang yang sama.
4. Bagi umum
Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya
manajemen konsentrasi keuangan dan bagi mahasiswa yang mempunyai
minat yang sama dengan penulis.
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil
1. Pengertian Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2001:13) Pasar modal adalah pertemuan
antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang
membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, jadi pasar
modal merupakan sarana untuk mengalokasikan secara efisien arus dana
dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan (investor) kepada
unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan (emiten). Sehingga pasar
modal merupakan sumber utama bagi perusahaan-perusahaan yang
membutuhkan dana jumlah besar dan akan terikat dalam jangka waktu
yang panjang.
Menurut Yuswandi (2012: 42) Pasar modal merupakan alternatif
penghimpunan dana selain melalui sistem perbankan, dimana berbagai
instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang dapat diperjual belikan, baik
dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang
diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta.
Patriawan (Khadijah, 2013) menjelaskan bahwasannya pasar
modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar
tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar
harga.
8
Sedangkan di dalam undang-undang, pasar modal didefinisikan
sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan
perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Bab
1, pasal 1, angka 13, UURI No. 8, 1995 tentang pasar modal).
Menurut Samsul (2006:46) jenis pasar modal dapat dikategorikan
menjadi 4 pasar, yaitu sebagai berikut:
1. Pasar pertama (perdana)
Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang
untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat
umum.
2. Pasar kedua (sekunder)
Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli antar
investor dan harga dibentuk oleh investor melalui prantara efek.
3. Pasar ketiga
Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market
maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker.
4. Pasar keempat
Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual
dan investor beli tanpa melalui prantara efek.
9
2. Indeks LQ45
Indeks LQ45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan
kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus
memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut:
a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler
(rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12
bulan terakhir).
c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan.
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan.
e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
Bila ada satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut
akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan digantikan dengan saham
yang memenuhi kriteria. Saham-saham yang masuk dalam kriteria ranking
1-35 dikalkulasikan dengan cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan
saham yang masuk pada ranking 36-45 tidak perlu dimasukkan dalam
perhitungan indeks. Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEI
mempunyai sebuah komite penasehat yang terdiri dari para ahli di bidang
pasar modal yaitu para praktisi, akademisi, profesional independen di
bidang pasar modal. Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG
dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi
analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal
10
lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif
diperdagangkan (Buku Paduan Indeks 2010: 11).
3. Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility)
Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama
periode tertentu (Firmansyah, 2006). Ukuran tersebut menunjukkan
penurunan dan peningkatan harga.
Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam
pasar atau bursa. Akibatnya para pelaku pasar melakukan penilaian kembali
terhadap asset yang mereka perdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat
harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang
terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut (Anton, 2006).
Menurut Schwert dan Smith (Hugida, 2011) terdapat lima jenis
volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility,
forecast volatility, implied volatility, dan seasonal volatility.
a. Future Volatility
Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain
dalam pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah yang
mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang
untuk suatu underlying contract. Secara teori angka tersebut merupakan
yang kita maksud ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam
model teori pricing. Trader jarang membicarakan future volatility karena
masa depan tidak mungkin diketahui.
11
b. Historical Volatility
Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa
lalu. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori
pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas
pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam
menghitung historical volatility, namun sebagian besar
metode
bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana
volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga.
Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima
tahun, atau lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan,
bulanan, atau lainnya. Future volatility dan historical volatility terkadang
disebut sebagai realized volatility.
c. Forecast Volatility
Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan
arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang
berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan
bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang
identik dengan sisa masa option dari underlying contract.
d. Implied Volatility
Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan
dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang
harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan
nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar.
12
e. Seasonal Volatility
Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan
gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul
dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktorfaktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada
masa-masa tersebut.
4. Volume Perdagangan (Trading Volume)
Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya.
Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa
saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan
saham
adalah
banyaknya
lembaran
saham
suatu
emiten
yang
diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang
disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini
seringkali dijadikan tolok ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi
dan dampak dari berbagai kejadian.
Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian
suatu informasi oleh investor individual dalam arti informasi tersebut
membuat suatu keputusan perdagangan atau tidak. Hal ini berkaitan
dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli
saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Volume
perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit atau kurang
tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume
13
yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk
melakukan transaksi jual dan beli saham.
5. Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara
terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut
inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan
sebagian besar dari harga barang-barang lainnya (Boediono, 1999: 155).
Secara luas inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus
menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi
menurun, hal ini disebabkan karena jumlah uang yang ada di tangan
masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi.
Dari pengertian tersebut jelas terungkap bahwa dengan kenaikan
harga-harga (inflasi) dapat mengakibatkan nilai uang yang ada menjadi
turun (devaluasi), sehingga berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat.
Selain itu, Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomi. Selain itu, Inflasi dalam buku makroekonomi di
terangkan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga (Sukirno, 2002;15).
Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak
disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan
kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000).
Tingkat inflasi (prosentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari
suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke
14
negara lainnya (Sukirno, 2003:15). Kenaikan harga ini dapat diukur
dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering
digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup atau
Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), indeks harga
perdagangan besar (Wholesale Price Index), GNP deflator.
Sedangkan dalam buku Case dan
Fair (2007:212) menjelaskan
inflasi sebagai suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus
menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan, namun pada dasarnya
inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan
meningkatkan biaya produksi.
Pengertian-pengertian tersebut sangatlah sejalan dengan pengertian
inflasi yang disebutkan pula oleh Bank Indonesia, BI mendefinisikan
inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum
dan terus menerus.
Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terdapat kesamaan
persepsi mengenai Inflasi, bahwa yang disebut dengan inflasi adalah suatu
kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum, artinya terjadi pada
semua jenis barang dan juga terjadi secara meluas, yang berarti bahwa
kenaikan harga-harga tersebut tidak hanya terjadi di suatu daerah saja,
tetapi berdampak pada seluruh daerah yang ada di wilayah negara.
15
1. Jenis-Jenis Inflasi.
a. Ditinjau Dari Parah Tidaknya suatu Inflasi.
Apabila dilihat dari skala parah atau tidaknya Inflasi tersebut,
maka dapat dilihat sebagai berikut :
1. Inflasi ringan dengan skala Inflasi sebesar < 10 persen / tahun.
2. Inflasi sedang dengan skala Inflasi sebesar 10 – 30 persen / tahun.
3. Inflasi berat dengan skala Inflasi sebesar 30 – 100 persen / tahun.
4. Hiperinflasi dengan skala Inflasi sebesar > 100 persen / tahun.
b. Ditinjau dari Asal Inflasi.
Dilihat dari asal inflasi maka dapat diketahui bahwa inflasi
tersebut berasal dari dalam negeri dan juga berasal dari luar negeri
atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imported Inflation. Inflasi
yang berasal dari dalam negeri atau disebut Domestic Inflation
adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan harga akibat adanya
kondisi shock dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat
maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
Sedangkan, untuk Inflasi yang berasal dari luar negeri atau yang
disebut dengan Imported Inflation merupakan suatu kenaikan harga
yang diakibatkan karena kenaikan harga-harga dari barang-barang
yang diimpor, sehingga akan mengakibatkan tekanan terhadap harga
dalam negeri.
16
Sedangkan berdasarkan Bank Indonesia dalam kerangka kebijakan
moneter yang baru disebutkan bahwa inflasi terjadi dikarenakan adanya
tekanan dari sisi supply (cost push Inflation), dari sisi demand (demand
pull Inflation), dan juga dari ekspektasi inflasi. (Bank Indonesia dalam
Inflation Targeting Framework).
Cost push Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi penawaran
dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri
terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi
yang diatur pemerintah (administered prices), dan terjadi negative supply
shocks akibat bencana alam dan terganggunya jalur distribusi.
Untuk inflasi yang terjadi dari sisi penawaran ini, biasanya tidak bisa
langsung tersentuh oleh kebijakan moneter Bank Indonesia. Hal ini
disebabkan karena sisi penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang
tidak bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia.
Demand pull Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi permintaan
adalah
tingginya
permintaan
barang
dan
jasa
relatif
terhadap
ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan
oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total
(agregat demand) lebih besar daripada kapasitas perekonomian.
Inflasi yang berasal dari sisi permintaan ini bisa dikendalikan oleh
kebijakan Bank Indonesia, dengan cara mengendalikan tingkat permintaan
atas suatu barang dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, dan
diantaranya adalah dengan jalur suku bunga atau BI Rate. Yang terakhir
17
faktor penyebab inflasi menurut Bank indonesia adalah karena adanya
ekspektasi Inflasi, Ekspektasi inflasi adalah inflasi yang timbul karena
perilaku masyarakat dan perilaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat
adaptif atau forward looking.
Ekspektasi inflasi ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di
tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari
besar keagamaan (lebaran, natal dan tahun baru) dan penentuan Upah
Minimum Regional (UMR).
6. Dividen
Dividen menurut Weston dan Copeland (Rodoni) adalah keuntungan
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para
pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat
pemegang saham yang dinyatakan dalam suatu jumlah persentase (%)
tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya.
Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam
keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan perusahaan membagikan
dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting.
Kebijakan pembagian dividen (dividend policy) tidak saja membagikan
keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para investor tetapi harus
selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali
(reinvesment). Apabila dividen dibayarkan secara tunai makin meningkat,
maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini
18
menyebabkan tingkat pertumbuhan dimasa mendatang menjadi rendah,
sehingga akan menekan harga saham.
Ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen (Bodie,et.al
2008) antara lain:
a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a low
invesment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk
kategori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal
periode, tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya lebih
rendah.
b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh (a high
reinvesment rate plan). Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh
akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini
dikarenakan adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang
diperoleh untuk membiayai aktivitas ekspansi (reinvesment). Tetapi
perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan yang
sedang tumbuh akan mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan
dividen yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Walaupun
sebagian besar perusahaan kelompok ini mempertahankan rasio
pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang tetap. Namun
pertumbuhan laba yang lebih besar akhirnya memberikan dividen lebih
besar.
Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen
pada perusahaan, Weston dan Brigham (Rodoni):
19
1. Peraturan hukum,
2. Posisi likuiditas,
3. Perlunya membayar kembali pinjaman,
4. Keterbatasan karena kontrak hutang,
5. Tingkat perluasan perusahaan,
6. Tingkat keuntungan(tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang
diharapkan),
7. Stabilitas perusahaan,
8. Kemampuan memasuki pasar modal,
9. Kontrol,
10. Kedudukan pajak para pemegang saham,
11. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar,
12. Tingkat inflasi.
Kebijakan dividen penting karena ada dua alasan yaitu pertama,
pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian
akan berpengaruh juga dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan
yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan
modal sendiri (equity capital) yang terbesar dan terpenting untuk
pertumbuhan perusahaan (Fajrihan,2010).
Menurut Brigham dan Gapenski (Rodoni) tiap perubahan dalam
kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang
berlawanan yaitu apabila akan dibayarkan semua, maka keputusan
20
cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua
kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga
kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan
yang optimal. Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang
menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan
dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimumkan laba dan
mempengaruhi nilai perusahaan.
Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan
berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu
memaksimalkan nilai ( harga ) saham umum perusahaan.
9. Dividend Yield
Jones (Fajrihan,2010) Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan
dibagi dengan harga sekarang. Deviden Yield dinyatakan dalam bentuk
persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return.
Apabila perusahaan dapat memperoleh laba yang besar, maka secara
teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar.
Dengan meningkatnya kemampuan perusahaaan menghasilkan laba yang
juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan
menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak
investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki
kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan
saham tersebut meningkat.
21
Jika
investor
bermaksud
menyimpan
saham
selamanya,
ia
mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud untuk menjual
saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan
akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari
perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan
saham itu dinilai tunggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan
dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut
naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividend
Yield (DY) dihitung dengan formula sebagai berikut:
DY= Dividen yang Dibayarkan
Harga Saham Sekarang
10. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividend
per share dan earning per share. Dividend Payout Ratio ( DPR ) digunakan
untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan kepada pemegang
saham dari keuntungan yang yang diperoleh perusahaan setelah dikurang
pajak. Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebuah parameter untuk
mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham.
Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan
jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber
pendanaan. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah
persentase deviden yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia
untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252).
22
DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net Income
yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada
umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.
Rumus:
DPR = Total Dividen
Net Income
B. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena
mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian
terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan
dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang
berbeda. Diharapkan dengan adanya perbedaan yang terdapat pada penelitianpenelitian sebelumnya dapat dijadikan acuan penelitian ini dan dapat
menambah referensi daripada penelitian yang akan dilakukan ini.
Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya :
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti
1
Judul
Variabel
Indpenden
Variabel
Dependen
Hasil
faktor-faktor yang
Analisi Faktor –
Volume
faktor yang
mempengaruhi
Volatilitas
Perdagangan,
Lydianita Mempengaruhi
volatilitas harga
Harga
Inflasi, Nilai
Hugida Volatilitas Harga
Saham Tukar dan Tingkat
saham yang
(2011)
Saham (Studi
Suku Bunga.
berpengaruh secara
pada Perusahaan
23
yang Terdaftar
dalam Indeks
LQ45 Periode
2006 – 2009)
signifikan terhadap
volatilitas harga
saham adalah volume
perdagangan, inflasi
dan nilai tukar
sedangkan suku
bunga SBI tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
volatilitas harga
saham.
2
3
variabel dalam
dampak kebijakan
deviden yang
berpengaruh
signifikan terhadap
Dampak
Deviden Yield,
Volatilitas Harga
Kebijakan
Deviden Payout
Saham adalah
Volatilitas Ratio,Volatilitas
Deviden
Deviden Yield dan
Harga
Julfi
Terhadap
Earning, size,
Saham
Deviden Payout Ratio
fajrihan
Volatilitas Harga
Hutang Jangka
(2010)
sedangkan Volatilitas
Saham
Panjang dan
Earning, Firm Size,
Perusahaan
Pertumbuhan
DAR dan Growth In
LQ45 di BEI
Aset.
Asset tidak
berpengaruh
signifikan terhadap
Volatilitas Harga
Saham.
nilai tukar dollar
Analisis
terhadap rupiah, suku
Pengaruh Nilai indeks harga
bunga, inflasi dan
Achmad
Tukar, Suku
nilai tukar, suku pertumbuhan GDP
saham
Ath
Bunga, Laju
sektor
bunga, inflasi dan secara bersamasama
Thobarry
properti pertumbuhan GDP
berpengaruh
Inflasi dan
(2009)
terhadap
indeks
Pertumbuhan
harga saham sektor
GDP terhadap
properti, sedangkan
24
Indeks Harga
Saham Sektor
Properti (Kajian
Empiris Pada
Bursa Efek
Indonesia
Periode
Pengamatan
Tahun 20002008)
4
5
Mamoon
(2007)
Macro
Economic
Uncertainty of
1990s and
Volatility at
Karachi Stock
Exchange
secara parsial nilai
tukar dollar terhadap
rupiah berpengaruh
positif signifikan
terhadap indeks
harga saham sektor
properti sedangkan
inflasi berpengaruh
negatif signifikan
terhadap indeks saham
sektor properti.
indeks harga
Semua variabel
perdagangan
makroekonomi
besar, indeks mempunyai pengaruh
produksi sector positif yang signifkan
industry, dan
terhadap volatilitas
jumlah uang
harga saham, volume
beredar, volume
perdagangan
perdagangan
berpengaruh negatif.
Volatilitas
harga
saham
Microeconomic
Determinants of
Semua variabel
Stock Price
independen
Volatilitaas Inflasi, tingkat
Dritsaki Movement :An
berpengaruh positif
Harga
suku bunga dan
(2003)
Empirical
dan signifikan
Saham
produksi industri
Investigation of
terhadap volatilitas
the Greek Stock
harga saham.
Market
The
Inflasi berpengaruh
Macroeconomic
negatif terhadap
Determinants of
Stock Price
Inflasi, Harga
volatilitas harga
Volatilitas
Volatility:
Minyak, Nilai
saham, sedangkan
6 Zan (2003)
Harga
Evidence From
Tukar dan Suplai
Saham
variabel independen
Taiwan, South
Uang
lainnya berpengaruh
Korea,
Singapore and
positif.
Hong Kong
25
Berdasarkan penelitian-penelitian di atas ada beberapa hal yang berbeda
dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal-hal yang membedakan penelitian ini
dengan penelitian sebelumnya adalah:
1. Studi kasus dalam penelitian
Studi kasus dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam
Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011 .
2. Variabel yang digunakan
Pada penelitian ini akan menggunakan variabel volume perdagangan,
inflasi, dividend yield dan dividend Payout Ratio dimana variabel-variabel
masih terjadi kontradiksi dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
3. Tahun yang digunakan
Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang
terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011.
C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen
1. Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Volatilitas Harga Saham
Pada berbagai teori model hubungan antara volume dengan volatilitas
yaitu
volume
berpengaruh
terhadap
volatilitas
karena
volume
mencerminkan informasi yang diterima oleh pelaku pasar (Chan dan Fong,
2000).
Hugida (2011) Volume perdagangan mempunyai hubungan positif
dengan volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan karena apabila tidak ada
informasi mengenai saham, maka investor lebih cenderung untuk tetap
26
memegang saham mereka, sehingga volume perdagangan menurun karena
tidak banyak saham yang dijual, maka hal tersebut akan mengakibatkan
volatilitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menerima
informasi yang banyak mengenai suatu saham, maka investor akan banyak
menjual saham mereka, hal ini akan berakibat meningkatnya volume
perdagangan. Akibat dari peningkatan volume perdagangan tersebut, maka
volatilitasnya juga akan naik.
2. Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham
Fama (Dritsaki, 2003) Inflasi menunjukkan hubungan positif dengan
volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga
saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat
inflasi dan tingkat pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang
akan memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham
menjadi lebih rendah. Peningkatan tingkat inflasi akan menyebabkan
kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif
terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini
tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki,
sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham.
27
3. Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham
Dividend Yield adalah rasio antara dividen per saham (dalam satu
tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham), dinyatakan dalam
persentase.
Penelitian Fajrihan (2010) menunjukkan dividend yield mempunyai
hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Apabila dividend
yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar
kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau
menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan
saham tersebut naik dan pada akhirnya menyebabkan harga saham akan
naik juga.
4. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham
Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan
sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih
perusahaan (net income), pada tahun buku tersebut.
Fajrihan (2010) menunjukkan dividend payout ratio mempunyai
hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Dividend payout ratio
digunakan dalam menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam
perusahaan sebagai sumber pendanaan. jadi, semakin mapan perusahaan pada
umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi sehingga permintaan
akan saham tersebut meningkat dan menyebabkan harga saham perusahaan
tersebut akan naik juga.
28
D. Kerangka Pemikiran
Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan
bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah
diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan
menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu
variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel
independen adalah inflasi, volume perdagangan, dividend yield dan dividend
payout ratio. Sedangkan, variabel dependen adalah volatilitas harga saham.
Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
29
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
BEI
Perusahaan LQ45
Variabel Independen:
1.
2.
3.
4.
Variabel Depeden :
Volume Perdagangan
Inflasi
Dividend Yield
Dividend Payout Ratio
Volatilitas Harga
Saham
Analisis Regresi Linier Berganda
Uji Asumsi Klasik
Uji F
Uji t
Interpretasi
Kesimpulan
30
Koefisien Determinasi
D. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai
apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya.
Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah
taksiran atau refrensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang
dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang
diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya.
Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya harus diuji secara empiris. Maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan
H0 : b1.....b4 = 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan
Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan
terhadap Volatilitas Harga Saham secara simultan.
H1 : b1.....b4 ≠ 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan
Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap
Volatilitas Harga Saham secara simultan.
2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial
H0 : bi= 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan
Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap
Volatilitas Harga Saham secara parsial.
31
H1 : bi ≠ 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan
Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap
Volatilitas Harga Saham secara parsial.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk
meneliti pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend
payout ratio terhadap voaltilitas harga saham. Periode penelitian ini dimulai
dari bulan januari 2008 sampai bulan oktober 2011, periode ini dipilih karena
pada tahun 2008 terjadi krisis Global yang berpengaruh terhadap harga saham
di negara lain termasuk di Indonesia.
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
Menurut Sudjana (1997) populasi adalah kesatuan persoalan secara
menyeluruh yang sudah ditentukan batas-batasnya secara jelas sebagian
keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah
semua perusahaan yang termasuk dalam LQ45 dari tahun 2008-2011 di Bursa
Efek Indonesia (BEI). Alasan pemilihan saham-saham yang termasuk dalam
LQ45 adalah saham-saham tersebut aktif diperdagangkan dan likuid.
Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak
diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1995).
Sampel penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di dalam Indeks LQ45
BEI pada periode tahun 2008 – 2011. Tahun tersebut dipilih karena selama
periode tahun 2008 - 2011 indeks LQ45 mengalami gejolak harga yang sangat
33
tinggi. Teknik pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling yaitu
pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan yang
ditetapkan. Kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penetapan
sampel yaitu:
1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang sahamnya
masuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2008 – 2011.
2. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan paling aktif yang
secara konsisten masuk sebagai anggota Indeks LQ45 periode 2008 –
2011. Dari populasi sebanyak 45 perusahaan, diperoleh sebanyak 17
perusahaan yang memenuhi kriteria sampel tersebut.
Untuk lebih jelasnya nama-nama perusahaan yang menjadi sampel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 3.1
Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel
Kode
No
Nama Perusahaan
Saham
1 PT Astra Agro Lestari Tbk
AALI
2 PT Aneka Tambang Tbk
ANTM
3 PT Astra Internasional Tbk
ASII
4 PT Bank Central Asia Tbk
BBCA
5 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk
BBRI
6 PT Bank Negara Indonesia Tbk
BBNI
7 PT Bank Danamon Indonesia Tbk
BDMN
8 PT Bank Mandiri Tbk
BMRI
9 PT Bumi Resources Tbk
BUMI
10 PT Gudang Garam Tbk
GGRM
11 PT Indofood Sukses Makmur Tbk
INDF
12 PT Jasa Marga (Persero) Tbk
JSMR
13 PT Kalbe Farma Tbk
KLBF
14 PT Perusahaan Gas Negara Tbk
PGAS
34
15
16
17
PT Telkomunikasi Indonesia Tbk
PT United Tractors Tbk
PT Unilever Indonesai Tbk
TLKM
UNTR
UNVR
C. Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari
berbagai macam sumber. Pengambilan data harga saham dilakukan di pojok
BEI, yahoo finance untuk data volume perdagangan, laporan keuangan
perusahaan untuk data dividend yield dan dividend payout ratio, serta situs
resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) untuk data inflasi. Selain itu
pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari
internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang
mendukung proses penelitian ini.
D. Metode Analisis Data
Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai
ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih
variabel bebas (independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan
memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent)
berdasarkan nilai variabel bebas (independent) yang diketahui. Pusat perhatian
adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu
variabel dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati,2006:35). Model
regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk
menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear
Unbiased Estimator).
35
Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien regresi
simultan (Uji F), koefisien determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial
(Uji t). Untuk semua pengujian dilakukan dengan bantuan perangkat lunak
SPSS 16. Penelitian ini harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji
normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi.
1. Pengujian Asumsi Klasik
Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah
suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk
melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE
(Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau
terhindar
dari
masalah-masalah
multikolinieritas,
heteroskedastisitas,
autokorelasi maupun uji linearitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini
dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah terjadi penyimpanganpenyimpangan atau tidak, agar model penelitian ini layak untuk digunakan.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk
mengetahui apakah model regresi, variabel dependen, variable
independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah memnpunyai distribusi data normal
atau mendekati normal. Uji normalitas data menggunakan kolmogorovsmirnov Test, dengan membandingkan Asympotic Significance dengan
36
α = 0,05. dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan
berdistribusi normal apabila nilai Asympotic Significance-nya > 0,05
(Singgih Santoso, 2010:210).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam
sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari
residual satu pengamatan ke pangamatan yang lain. Jika variance
residual dari sebuah pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.
Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan
melakukan uji glejser, jika variabel independen signifikan secara
statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadinya
heteroskedastisitas.
Hasil
tampilan
output
SPSS
dengan
jelas
menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang
signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini
terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%.
Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya
heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006;125).
c. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
37
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi
maka dikatakan ada autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan
dengan uji Durbin Watson, dimana kriteria pengujian menggunakan
Durbin
Watson
dengan
angka
antara
-2<d<2
(Singgih
Santoso,2010:213), dengan rincian antara lain :

Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif.

Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi.

Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
d. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolineritas terjadi jika terdapat korelasi antara variable
independen yang dilibatkan dalam model. Model regresi yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Jika variabel
bebasnya
saling
berkorelasi,
maka
variabel-variabel
ini
tidak
orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai
korelasi antara sesama variabel sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam
sebuah model regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain
dengan melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor
(VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang
38
nilai VIF nya berkisar antara angka 1 sampai 8 dan mempunyai angka
tolerance mendekati 1 (Singgih Santoso,2010 :203).
2. Analisis Regresi Berganda
Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda
adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan,
dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran
asumsi
klasik.
Tujuannya
adalah
agar
hasil
penelitian
dapat
diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah
sebagai berikut :
Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e
Keterangan :
Y = volatilitas harga saham
a = konstanta
b1….b4 = koefisien garis regresi
X1 = Volume perdagangan
X2 = Inflasi
X3 = Dividend Yield
X4 = Dividend Payout Ratio
e = komponen kesalahan random (random eror)
39
Karena penelitian ini bersifat fundamental maka nilai koefisien regresi
sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien b akan bernilai positif (+)
jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan
variabel
dependen,
Artinya
kenaikan
variabel
independen
akan
mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika
variabel independent mengalami penurunan. Sedangkan nilai b akan negatif
jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel
independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian
pula sebaliknya.
3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F )
Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat.
(Ghozali, 2011: 98). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah
semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:
H0 : b1 = b2 = … = bk = 0
Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan
penjelas
yang
signifikan
terhadap
variabel
dependen.
Hipotesis
alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol,
atau:
Ha : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0
40
Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan
penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji
hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut :
1) Quick Look: bila nilai F signifikansi F lebih kecil dari tingkat
signifikansi maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%.
Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan
bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan
mempengaruhi variabel dependen.
2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut
tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0
ditolak dan menerima Ha.
Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut
(Suharyadi, 2009 :226) :
F=
R2 (k-1)
(1- R2) x (n-3)
4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t )
Menurut Ghozali (2011: 98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara
individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol
(H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan
nol, atau;
41
H0 : bi = 0
Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas
yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha)
parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau:
Ha : bi ≠ 0
Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan
terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut:
1) Quick Look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 96 dengan
derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat
ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata
lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu
variabel
independen
secara
individual
mempengaruhi
variabel
dependen.
2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis hasil perhitungan
dengan nilai t menurut tabel. Bila nilai t hitung lebih besar daripada
nilai t tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha.
Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut
(Suharyadi, 2009 :229) :
t-hitung = b- B
Sb
42
5. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi
variasi variabel dependen, Dimana jika variabel bebas lebih dari satu maka
disarankan untuk menggunakan nilai adjusted R² dikarenakan nilai R2
akan selalu meningkat jika variabel bertambah sedangkan nilai adjusted R²
dapat naik dan turun, sehingga lebih akurat dalam menjelaskan besarnya
pengaruh variabel bebas terhaap variabel terikat (Ghozali, 2011: 97).
E. Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,2004).
Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel
terikat (dependen variabel) atau variabel yang tergantung pada variabel
lainnya, serta variabel bebas (independen variabel) atau variabel yang tidak
tergantung pada variabel yang lainnya. Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Volatilitas Harga Saham atau Stock Price Volatility
43
(PV) sebagai variabel terikat (variabel dependen) dan variabel bebas yaitu
volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio.
2. Definisi Operasional
a. Variabel Dependen
Variabel Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel lain (variabel independen). Variabel dependen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah volatilitas harga saham, yaitu
ukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah,
2006). Secara matematis, volatilitas harga untuk setiap saham ditunjukkan
dengan metode nilai ekstrim Parkinson ( Fajrihan,2010) :
=
(
0,5 [
ℎ) −
(
(
(
ℎ) +
PV
= Price Volatility
AP(High)
= Harga Tertinggi
AP(Low)
= Harga Terendah
)
)]
b. Variabel Independen
Variabel bebas (independen) adalah tipe variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : volume perdagangan, inflasi,
dividend yield dan dividend payout ratio dijelaskan di bawah ini :
44
1. Volume perdagangan
Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham
yang diperdagangkan secara harian. Adapun volume perdagangan
adalah jumlah lembar saham suatu perusahaan yang diperdagangkan
dalam waktu tertentu. Volume perdagangan saham adalah keseluruhan
nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor
dalam mata uang. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolak
ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi dan dampak dari
berbagai kejadian.
2. Inflasi
Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang
terjadi terus menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat
inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK).
3. Dividend Yield
Dividend Yield adalah deviden yang dibayarkan dibagi dengan
harga saham( Jones,1999). Dividend Yield dinyatakan dalam bentuk
persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return.
Dividend Yield (DY) dihitung dengan formula sebagai berikut:
=
Deviden yang dibayrkan
Harga Saham Sekarang
45
4. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara
deviden per share dan earning per share. Deviden Payout Ratio
(DPR) digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan
kepada pemegang saham dari keuntungan yang yang diperoleh
perusahaan setelah dikurang pajak.
DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net
Income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan
pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi.
=
46
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial
Belanda. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan
sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta didirikan
di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912
dengan nama Vereneging Voor de Effectenhandel dengan tujuan untuk
menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orangorang Belanda di Indonesia. Pada tahun 1914-1918 bursa efek di Batavia
ditutup selama perang dunia I. Kemudian, perkembangan pasar modal di
Indonesia cukup menggembirakan sehingga pemerintah kolonial Belanda
terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada
tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925.
Namun karena gejolak politik yang terjadi di negara-negara Eropa yang
mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia, bursa efek di Surabaya dan
Semarang ditutup, dan perdagangan efek dipusatkan di Jakarta. Karena
Perang Dunia II pada akhirnya Bursa Efek Jakarta ditutup pada tanggal 10
Mei 1940. Pada tahun 1952 bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan
47
UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman
(Lukman
Wiradinata)
Djojohadikusumo).
dan
Menteri
Keuangan
(Prof.DR.
Sumitro
Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut maka
kegiatan perdagangan efek di Indonesia terhenti dari tahun 1956-1977 dan
baru diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus
1977 oleh Presiden
Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan
Pelaksana Pasar Modal) . Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT
Pasar Modal.
Sejak diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977,
pemerintah melakukan serangkaian kebijakan dan deregulasi yang
mendorong perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di
Indonesia semakin pesat sejak diterapkannya Paket Desember 1987 (Pakdes
'87) dan Paket Oktober 1988 (Pakto '88), yang tercermin dengan
peningkatan gairah pelaku bisnis di pasar modal Indonesia. Secara umum isi
Pakdes '87 dan Pakto '88 adalah : 1) dikenakannya pajak sebesar 15% atas
bunga deposito dan 2) diijinkannya pemodal asing untuk membeli sahamsahammyang terdaftar di Bursa Efek Jakarta.
Pada tanggal 22 Mei 1995 sistem otomatis perdagangan di BEJ
dilaksanakan dengan sistem komputer JATS ( Jakarta Automated Trading
Systems). Kemudian, pada tanggal 10 November 1995 pemerintah
mengeluarkan Undang-Undang NO.8 Tahun 1995 tentang pasar modal.
Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.
Beberapa
tahun kemudian tepatnya tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warakat
48
(scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Sekitar
tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh
(remote trading).
Pada tanggal 1 Desember 2007 Bursa Efek Surabaya (BES)
digabungkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa
Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia
memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income),
maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa
tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di
Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi.
2. Sejarah Objek Penelitian
a. Sejarah Singkat LQ 45
Indeks LQ 45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan
kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus
memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut:
a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar
reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir).
b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar
selama 12 bulan terakhir)
c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan
d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan.
e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler.
49
b. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan yang Menjadi Objek
Penelitian
1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) didirikan dengan nama PT
Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian
berubah menjadi PT Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989.
Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Kantor
pusat AALI dan entitas anak (Grup) berlokasi di jalan pulo ayang
raya blok OR no. 1, kawasan industri pulogadung, Jakarta.
Perkebunan kelapa sawit AALI saat ini berlokasi di Kalimantan
Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara.
Perkebunan dan pabrik pengolahan entitas anak berlokasi di pulau
Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Pada tanggal 30 Juni 1997, AALI melakukan penggabungan
usaha dengan PT Suryaraya Bahtera. Penggabungan usaha ini dicatat
dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Setelah
penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT Astra
Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp250 miliar
menjadi Rp2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai
nominal Rp500 (Rupiah penuh).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan
AALI
adalah
perkebunan,
perdagangan
umum,
perindustrian, pengangkutan, konsultan dan jasa. Namun kegiatan
50
utama Perusahaan bergerak dalam bidang usaha kelapa sawit. Pada
tanggal 9 Desember 1997, AALI melakukan penawaran umum
perdana
saham
AALI
(IPO)
kepada
masyarakat
sebanyak
125.800.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan
harga penawaran sebesar Rp1.550,- per saham.
2. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM)
PT Aneka Tambang (Persero)Tbk (ANTM) didirikan dengan
nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang tanggal 05 Juli 1968
dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968.
Kantor pusat ANTM berlokasi di gedung aneka tambang, Jl. Letjen
T.B. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta,
Indonesia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan ANTM adalah di bidang pertambangan berbagai jenis
bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri,
perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan
galian tersebut.
Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran
umum perdana saham ANTM (IPO) kepada masyarakat sebanyak
430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham
dan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Saham-
51
saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 27 Nopember 1997.
3. PT Astra International Tbk (ASII)
PT Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20
Februari 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated.
Kantor pusat ASII berdomosili di Jl. Gaya motor raya No. 8, sunter
II, Jakarta.
Pemegang saham terbesar ASII adalah Jardine Cycle & Carriage
Ltd, perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle &
Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson
Holdings Ltd, perusahaan yang didirikan di Bermuda.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di
bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan,
pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang
lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan
penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan
dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait,
pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan
teknologi informasi.
52
4. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) didirikan di Indonesia
tanggal 10 Agustus 1955 dengan nama N.V. Perseroan Dagang Dan
Industri Semarang Knitting Factory dan mulai beroperasi di bidang
perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Saat ini BBCA memiliki
1 kantor pusat di Jakarta, 918 kantor cabang di seluruh Indonesia dan
2 kantor perwakilan luar negeri.
Berdasarkan Anggaran Dasar Bank, Bank beroperasi sebagai
bank umum. BBCA bergerak di bidang perbankan dan jasa keuangan
lainnya. Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum
saham perdana (IPO) BBCA sebanyak 662.400.000 saham dengan
jumlah nilai nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,per saham, yang merupakan 22% dari modal saham yang
ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan
saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan pada
Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei
2000.
5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI)
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) didirikan 05
Juli 1946 di Indonesia sebagai Bank Sentral. Pada tahun 1968, BNI
53
ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946 dan statusnya
menjadi Bank Umum Milik Negara. Kantor pusat BNI berlokasi di
Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta. Pada saat ini BNI memiliki 168
kantor cabang, 912 cabang pembantu domestik serta 429 outlet
lainnya. Selain itu, jaringan BNI juga meliputi 4 kantor cabang luar
negeri yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo dan London serta 1
kantor perwakilan di New York.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan BBNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan
(termasuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah).
Pada tanggal 28 Oktober 1996, BBNI memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum
perdana saham BBNI (IPO) Seri B kepada masyarakat sebanyak
1.085.032.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan
harga penawaran Rp850,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 25
November 1996.
6. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI)
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) didirikan 16
Desember 1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl.
Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI
memiliki 18 kantor wilayah, 16 kantor inspeksi, 442 kantor cabang
54
domestik, 1 kantor cabang khusus, 3 kantor perwakilan di luar
negeri, 545 kantor cabang pembantu, 914 kantor kas, 5.000 BRI unit,
dan 1.778 teras.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan
dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di
bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai
dengan prinsip syariah.
Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan
efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum
perdana
saham
BBRI
(IPO)
kepada
masyarakat
sebanyak
3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan
harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan
lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih
sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga
Rp875,- setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing
pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO
BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih
dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik
Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10
November 2003.
55
7. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN)
PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) didirikan 16 Juli
1956. Kantor pusat BDMN berlokasi di gedung Menara Bank
Danamon, Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E4 No.6 Mega Kuningan,
Jakarta. Pada saat ini, BDMN memiliki 79 kantor cabang domestik,
1.562 kantor cabang pembantu domestik dan danamon simpan
pinjam, 160 kantor cabang dan kantor cabang pembantu syariah.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan BDMN adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang
perbankan dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan
prinsip Syariah. BDMN mulai melakukan kegiatan berdasarkan
prinsip Syariah tersebut sejak tahun 2002 dan pada tahun 2004 mulai
melakukan kegiatan usaha mikro dengan nama Danamon Simpan
Pinjam.
Pada tanggal 24 Oktober 1989, BDMN memperoleh pernyataan
efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan penawaran umum
perdana saham (IPO) BDMN kepada masyarakat sebanyak
12.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp12.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 Desember 1989.
56
8. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) didirikan 02 Oktober
1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Kantor
pusat BMRI berkedudukan di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 36 – 38
Jakarta Selatan. Saat ini BMRI mempunyai 12 kantor wilayah
domestik, 68 kantor area dan 949 kantor cabang pembantu, 502
kantor mandiri mitra usaha, 291 kantor kas dan 5 cabang luar negeri
yang berlokasi di Cayman Islands, Singapura, Hong Kong, Timor
Leste dan Shanghai (Republik Rakyat Cina).
BMRI didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi
Daya (Persero) (BBD), PT Bank Dagang Negara (Persero) (BDN),
PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (Bank Exim) dan PT
Bank Pembangunan Indonesia (Persero) (Bapindo).
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan BMRI adalah melakukan usaha di bidang perbankan. Pada
tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh pernyataan efektif dari
BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham
BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 dengan
nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp675,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 2003.
57
9. PT Bumi Resources Tbk (BUMI)
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) didirikan 26 Juni 1973 dan
mulai beroperasi secara komersial pada 17 Desember 1979. Kantor
pusat BUMI beralamat di Lantai 12, Gedung Bakrie Tower, Rasuna
Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan BUMI meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi
kandungan batubara (termasuk pertambangan dan penjualan
batubara) dan eksplorasi minyak.
Pada tanggal 18 Juli 1990, BUMI memperoleh pernyataan
efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum
perdana saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak
10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga
penawaran Rp4.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan
pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1990.
10. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
PT Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap)
(GGRM) didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha
komersialnya pada tahun 1958. Kantor pusat GGRM beralamat di di
Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang
berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan
Sumenep. GGRM juga memiliki Kantor-kantor Perwakilan yaitu
58
Kantor Perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan
Kantor Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya, Jawa
Timur.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait
dengan industri rokok. Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM
memperoleh izin Menteri Keuangan untuk melakukan penawaran
umum perdana saham (IPO). Perusahaan kepada masyarakat
sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham
dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham
tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27
Agustus 1990.
11. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14
Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai
kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF
berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend.
Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan
INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa,
Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan
59
industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan,
kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil
pembuatan karung terigu.
Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham
INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994.
12. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR)
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) didirikan tanggal 01
Maret 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun
1978. Kantor pusat JSMR beralamat di Plaza Tol Taman Mini
Indonesia Indah, Jakarta 13550.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan JSMR adalah turut serta melaksanakan dan menunjang
kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan
pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunan
dibidang pengusahaan jalan tol dengan sarana penunjangnya dengan
menerapkan prinsip-prinsip perusahaan terbatas. Saat ini, JSMR
mengoperasikan 16 ruas jalan tol yang dikelola oleh 9 Kantor
Cabang.
60
Pada
tanggal 01
Nopember
2007,
JSMR
memperoleh
pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran
umum perdana saham (IPO) JSMR kepada masyarakat sebanyak
2.040.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan
harga penawaran Rp1.700,- per saham. Saham-saham tersebut
dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12
Nopember 2007.
13. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September
1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966.
Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend.
Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas
pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H.
Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi,
perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak
dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan
farmasi termasuk obat dan produk konsumsi kesehatan.
Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham
(IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai
61
nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.800,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991.
14. PT Perusahaan Gas Negara (PGAS)
PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) didirikan
tahun 1859 dengan nama Firma L.J.N. Eindhoven & Co.
Gravenhage. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih
oleh pemerintah Belanda, PGAS diberi nama NV. Netherland
Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM). Pada tahun 1958, saat
diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia, nama PGAS
diganti menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan
Listrik dan Gas (BP3LG) yang kemudian beralih status menjadi
BPU-PLN pada tahun 1961.
Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah,
PGAS
ditetapkan
sebagai
perusahaan
negara
dan
dikenal
sebagai Perusahaan Negara Gas (PN. Gas). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah tahun 1984, PN. Gas diubah menjadi perusahaan umum
(Perum) dengan nama Perusahaan Umum Gas Negara. Perubahan
terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah no.37 tahun 1994, PGAS
diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang
dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah menjadi PT
62
Perusahaan Gas Negara (Persero). Kantor pusat PGAS berlokasi di
di Jl. K.H. Zainul Arifin No. 20, Jakarta.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan PGAS adalah melaksanakan perencanaan, pembangunan,
pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan
pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga, perencanaan,
pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan, penyaluran dan
distribusi gas buatan; atau usaha lain yang menunjang usaha. Saat
ini, usaha utama PGAS adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke
pelanggan industri, komersial dan rumah tangga. Pada tanggal 05
Desember 2003, PGAS memperoleh pernyataan efektif dari
Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham
PGAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan
nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.500,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003
15. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia
Tbk atau TELKOM (TLKM) pada mulanya merupakan bagian dari
Post en Telegraafdienst, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun
1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status
Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara
63
(Persero). Kantor pusat TLKM berlokasi di Jalan Japati No. 1,
Bandung, Jawa Barat.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan TLKM adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa
telekomunikasi,
informatika,
serta optimalisasi sumber daya
perusahaan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, TLKM
menjalankan kegiatan yang meliputi:
a. Usaha Utama:
Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan,
mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan, dan
memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika
b. Usaha Penunjang:
1.Menyediakan jasa transaksi pembayaran dan pengiriman uang
melalui jaringan telekomunikasi dan informatika.
2.Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi
sumber daya yang dimiliki perusahaan, antara lain meliputi
pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva bergerak, fasilitas sistem
informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan fasilitas
pemeliharaan dan perbaikan.
Jumlah saham TLKM sesaat sebelum penawaran umum perdana
(Initial Public Offering atau IPO) adalah 8.400.000.000, yang terdiri
dari 8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwarna
64
yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia
(Pemerintah). Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual
saham TLKM yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B dan
233.334.000 saham Seri B milik pemerintah kepada masyarakat
melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), dan penawaran dan pencatatan di
Bursa Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek London (LSE) atas
700.000.000 saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American
Depositary Shares (ADS). Terdapat 35.000.000 ADS dan masingmasing ADS mewakili 20 saham Seri B pada saat itu.
16. PT United Tractors Tbk (UNTR)
PT United Tractors Tbk (UNTR) didirikan di Indonesia pada
tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works
dan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973. UNTR
berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 17 kantor lokasi
dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor
pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta.
Perusahaan melalui pemegang saham utama, PT Astra International
Tbk (Astra), adalah bagian dari Jardine Matheson Holdings Ltd.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
usaha UNTR dan entitas anak (bersama-sama disebut Grup) meliputi
penjualan dan penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual,
65
pertambangan dan kontraktor pertambangan. Termasuk didalam
kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor pertambangan
terpadu.
Pada tahun 1989, UNTR melalui penawaran umum perdana
saham menawarkan 2.700.000 lembar sahamnya kepada masyarakat
dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran
sebesar Rp7.250,- per saham.
17. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5
Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai
beroperasi secara komersial tahun 1933. Kantor Perusahaan
berlokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta. Pabrik
Perusahaan berlokasi di Jalan Jababeka 9 Blok D, Jalan Jababeka
Raya Blok O, Jalan Jababeka V Blok V No. 14-16, Kawasan Industri
Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dan Jalan Rungkut Industri
IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup
kegiatan usaha perusahaan meliputi bidang produksi, pemasaran dan
distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen,
margarin, makanan berinti susu, es krim, produk–produk kosmetik,
minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah.
66
B. Deskripsi Variabel Penelitian
a. Volatilitas Harga Saham
Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama
periode tertentu (Firmansyah, 2006).
Tabel 4.1
Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011
Perusahaan
AALI
ANTM
ASII
BBCA
BBRI
BBNI
BDMN
BMRI
BUMI
GGRM
INDF
JSMR
KLBF
PGAS
TLKM
UNTR
UNVR
2008
0,393
0,338
0,326
0,236
0,309
0,307
0,315
0,297
0,429
0,225
0,285
0,244
0,207
0,307
0,210
0,377
0,133
2009
0,190
0,238
0,218
0,185
0,197
0,200
0,225
0,212
0,416
0,306
0,237
0,145
0,212
0,157
0,146
0,221
0,133
2010
0,152
0,164
0,151
0,131
0,149
0,176
0,168
0,152
0,246
0,178
0,155
0,151
0,200
0,120
0,108
0,153
0,154
2011
0,135
0,141
0,146
0,135
0,158
0,166
0,151
0,174
0,204
0,157
0,151
0,119
0,157
0,155
0,100
0,182
0,116
Sumber : Data diolah
Dengan melihat table 4.1 diatas, maka dapat disimpulkan
perusahaan yang mempunyai tingkat harga saham yang stabil selama
empat tahun adalah PT Kalbe Farma Tbk. Ini menandakan saham KLBF
bagus karena harga saham tidak berfluktuatif.
67
b. Volume Perdagangan
Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham
suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan
tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham.
Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolak ukur (benchmark)
untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian.
Tabel 4.2
Volume Perdagangan Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011
Perusahaan
2008
2009
AALI
2.864.583
1.618.300
ANTM
71.299.233 60.647.575
ASII
63.806.642 46.729.408
BBCA
23.196.300 15.678.700
BBRI
37.293.775 34.620.533
BBNI
36.882.108 35.108.950
BDMN
4.904.033
13.437.342
BMRI
37.247.558 32.216.492
BUMI
159.706.692 401.031.108
GGRM
558.733,3
862.891,7
INDF
22.607.175 39.641.992
JSMR
9.769.958
13.125.225
KLBF
65.380.875 86.890.892
PGAS
54.776.175 39.132.383
TLKM
26.856.400 18.259.533
UNTR
8.497.125
5.691.417
UNVR
1.638.025
1.857.083
2010
2011
1.534.450
1.083.492
31.718.808
15.430.092
39.881.083
44.655.308
12.202.700
13.727.717
31.339.300
40.259.450
25.486.192
28.152.308
6.686.750
7.917.175
23.593.817
42.033.000
174.223.558
104.744.658
1.067.042
1.163.867
21.985.108
14.489.675
10.851.475
8.271.333
190.426.708,3 61.663.133,33
35.424.000
40.789.617
24.455.408
18.755.275
4.335.300
5.169.042
1.883.950
2.082.108
Sumber : Data diolah
Dengan melihat table 4.2 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
volume perdagangan setiap perusahaan pada LQ45 dari tahun 2008
sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 jumlah
lembar saham yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Bumi
68
Resources Tbk sebesar 159.706.692. Pada tahun 2009 jumlah lembar
saham yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Bumi Resources Tbk
sebesar 401.031.108. Kemudian, pada tahun 2010 jumlah lembar saham
yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar
190.426.708,3 dan pada tahun 2011 jumlah lembar saham yang
diperdagangan tertinggi di peroleh PT Bumi Resources Tbk sebesar
104.744.658.
Jadi, selama empat tahun berturut saham-saham tersebutlah yang
banyak melakukan transaksi jual-beli saham dibandingkan dengan saham
lainnya. Ini menunjukkan banyak investor yang tertarik pada sahamsaham tersebut.
c. Inflasi
Inflasi adalah suatu keadaan peristiwa moneter yang menunjukan
kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum dan
terjadi secara terus menerus.
Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks
harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur
inflasi antara lain: indeks biaya hidup/Indeks Harga Konsumen
(Consumer Price Index), indeks harga perdagangan besar (Wholesale
Price Index), GNP deflator.
69
Tabel 4.3
Rata-rata Inflasi
Tahun
2008
2009
2010
2011
Inflasi
0,103
0,048
0,051
0,054
Sumber : Data diolah
Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan inflasi tertinggi terjadi
pada tahun 2008 yaitu mencapai 0,103. Sedangkan, Inflasi pada tahun
2010 mencapai 0,051 atau mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya (2009) yang sebesar 0.048. Pada tahun 2011, tingkat inflasi
mengalami kenaikan yaitu berada pada posisi 0,054 dibandingkan tahun
sebelumnya (2010) yang sebesar 0,051.
Jadi, pada saat inflasi tertinggi terjadi yaitu pada tahun 2008
investor lebih memilih menginvestasikan dananya ke Bank karena lebih
aman dibandingkan dengan menginvestasikan dananya di pasar modal.
d. Dividend Yield
Dividend Yeild adalah rasio antara deviden per saham (dalam satu
tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham), dinyatakan dalam
persentase.
70
Tabel 4.4
Dividend Yield Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011
Perusahaan
AALI
ANTM
ASII
BBCA
BBRI
BBNI
BDMN
BMRI
BUMI
GGRM
INDF
JSMR
KLBF
PGAS
TLKM
UNTR
UNVR
2008
0,0515
0,0527
0,0825
0,0308
0,0369
0,0118
0,0293
0,0437
0,0556
0,0824
0,0505
0,0571
0,0313
0,0224
0,043
0,0727
0,0404
2009
0,0398
0,0115
0,0239
0,0227
0,0173
0,0287
0,02
0,0041
0,0114
0,0302
0,0262
0,0486
0,0192
0,0395
0,0305
0,0213
0,0361
2010
0,0371
0,0289
0,0086
0,0176
0,011
0,017
0,021
0,0261
0,0138
0,022
0,0273
0,0309
0,0215
0,0349
0,0406
0,0248
0,0269
2011
0,0459
0,0526
0,0268
0,0196
0,0181
0,0164
0,0255
0,0156
0,0066
0,0616
0,038
0,0188
0,0279
0,0424
0,0526
0,0311
0,029
Sumber : Data diolah
Berdasarkan hasil perhitungan Dividend Yield masing-masing
perusahaan pada tabel 4.4 pada tahun 2008 Dividend Yield tertinggi dimiliki
oleh PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 0,0825 dan terendah
dipegang oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar
0,0118. Pada tahun 2009 Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT Jasa
Marga (Persero) Tbk (JSMR) sebesar 0,0486 dan terendah dipegang oleh PT
Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
sebesar 0,0041. Pada tahun 2010
Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk
(TLKM) sebesar 0,0406 dan terendah dipegang oleh PT Astra International
Tbk (ASII) sebesar 0,0086. pada tahun 2011 Dividend Yield tertinggi
71
dimiliki oleh PT Gudang Garam Tbk (GGRM)sebesar 0,0616 dan terendah
dipegang oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 0,0066.
Jadi, bagi perusahaan yang membagikan dividend yield nya tinggi itu
berarti laba yang dihasilkan perusahaan lebih banyak digunakan untuk
pembagian dividennya. Sedangkan, perusahaan yang membagikan dividend
yield nya rendah itu berarti perusahaan lebih banyak menggunakan laba
yang dihasilkan untuk ekspansi perusahaan.
e. Dividend Payout Ratio
Dividend Payout Ratio adalah rasio antara deviden yang dibayarkan
sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan
bersih perusahaan (net income), pada tahun buku tersebut.
Tabel 4.5
Dividend Payout Ratio Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011
Perusahaan
AALI
ANTM
ASII
BBCA
BBRI
BBNI
BDMN
BMRI
BUMI
GGRM
INDF
JSMR
KLBF
PGAS
TLKM
UNTR
UNVR
2008
0,3032
0,4007
0,3832
0,4268
0,3492
0,1
0,2995
0.3483
0,1389
0,3581
0,399
0,4996
0,1796
0,15124
0,5637
0,4001
0,9984
2009
0,8582
0,4006
0,3347
0,3984
0,2228
0,35
0,498
0,0565
0,299
0,3619
0,3934
0,6022
0,2733
0,6001
0,5125
0,2876
0,10001
Sumber : Data diolah
72
2010
0,6481
0,4007
0,1324
0,3271
0,1247
0,3
0,3499
0,3194
0,3107
0,4084
0,3955
0,6022
0,5527
0,6
0,5637
0,5968
0,10002
2011
0,6271
0,4509
0,3775
0,3594
0,1927
0,1945
0,2902
0,1963
0,1524
0,3881
0,3062
0,4059
0,6266
0,5295
0,4832
0,5217
0,10004
Berdasarkan hasil perhitungan Dividend Payout Ratio masingmasing perusahaan pada tabel 4.5 pada tahun 2008 Dividen Payout Ratio
tertinggi dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) sebesar 0,15124
dan terendah dipegang oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk
(BBNI) sebesar 0,1. Pada tahun 2009 Dividend Payout Ratio tertinggi
dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 0,10001 dan
terendah dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar
0,2228. Pada tahun 2010 Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT
PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 0,10002 dan terendah dipegang
oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 0,1247. pada tahun
2011 Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT Unilever Indonesia
Tbk (UNVR) sebesar 0,10004 dan terendah dipegang oleh PT Bumi
Resources Tbk (BUMI) sebesar 0,1524.
Jadi, bagi perusahaan yang membagikan dividend payout ratio nya
tinggi itu berarti laba yang dihasilkan perusahaan lebih banyak digunakan
untuk pembagian dividennya. Sedangkan, perusahaan yang membagikan
dividend payout ratio nya rendah itu berarti perusahaan lebih banyak
menggunakan laba yang dihasilkan untuk ekspansi perusahaan.
73
C. Analisis dan Pembahasan
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi baik variabel dependen, variabel independen atau keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak.
Pedoman
Suatu
regresi
berdistribusi
normal
atau
tidak,
menggunakan hipotesis sebagai berikut :
H0 = Data berdistribusi normal
Ha = Data berdistribusi tidak normal
H0 diterima apabila nilai sig lebih besar daripada 0,05 dan H0 ditolak (Ha
diterima) apabila nilai sig lebih kecil daripada 0,05. Berikut ini adalah uji
normalitas menggunakan uji klomorgov-Smirnov.
Tabel 4.6
Uji Normalitas Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
68
a
Normal Parameters
Mean
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.0000000
.04673861
Absolute
.090
Positive
.090
Negative
-.064
Kolmogorov-Smirnov Z
.743
Asymp. Sig. (2-tailed)
.640
Sumber : data diolah
74
Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa nilai sig adalah 0,640 yang berarti
nilai sig > 0,05 yang artinya seluruh data pada model persamaan regresi
dengan variabel dependen volatilitas harga saham berdistribusi secara
normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dapat terjadi jika terdapat nilai varians residual
yang sama untuk semua pengaturan, atau terdapat pengaruh perubahan
variabel bebas (X) dengan nilai mutlak residual, sehinga penaksiran
koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil penafsiran akan menjadi
kurang akurat.
Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan
dengan uji glejser dan dapat dilihat olahan data sebagai berikut
Tabel 4.7
Uji Glejser Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
.023
.014
-3.802E-11
.000
Inflasi
.161
DY
DPR
Volume
Coefficients
Beta
T
Sig.
1.626
.109
-.075
-.590
.558
.197
.124
.816
.417
.101
.289
.057
.349
.729
.002
.022
.014
.102
.919
a. Dependent Variable: RES2
Sumber : data diolah
75
Dapat dilihat di tabel 4.7 dapat dilihat dari probabilitas
signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Oleh karena itu, dapat
dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada data dengan variabel
dependen volatilitas harga saham.
c. Uji Multikolinieritas
Tujuan menguji multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel
independen. Jika tedapat korelasi, maka dapat dikatakan terjdi masalah
miltikolineritas.
Pedoman bahwa suatu persamaan regresi tidak terjadi masalah
multikolinieritas adalah sebagai berikut:
• Mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10
• Mempunyai nilai TOLERANCE > 0,1
Tabel 4.8
Uji Multikolinieritas Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
Volume
.937
1.068
Inflasi
.667
1.500
DY
.568
1.760
DPR
.810
1.234
Sumber : data diolah
76
Dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa nilai VIF semuanya kurang dari
10, dan nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 hal ini menandakan bahwa
pada persamaan regresi liner berganda dengan variabel dependen
volatilitas harga saham tidak terdapat masalah multikolinieritas.
d. Uji Autokorelasi
Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya).
Kriteria pengujian menggunakan Durbin Watson dengan angka
antara -2<d<2, dengan rincian antara lain :
• Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif
• Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi
• Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif
Tabel 4.9
Uji Autokorelasi Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
b
Model Summary
Model
1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.796
.634
.611
.048200
Durbin-Watson
1.503
Sumber : data diolah
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai uji Durbin Watson pada
penelitian ini berkisar antara –2 sampai dengan +2 yaitu berada pada nilai
77
1,503. Jadi dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi bebas dari
gangguan autokorelasi
2. Hasil dan Pembahasan
a. Uji F
Uji statistik F bertujuan mengetahui apakah variabel bebas yang
digunakan dalam persamaan regresi yaitu volume perdagangan, inflasi,
dividend yield dan dividend payout ratio secara bersama-sama mampu
menjelaskan variabel terikatnya yaitu volatilitas harga saham. Berikut
hasil Uji F yang diolah menggunakan SPSS yang disajikan dalam Tabel
4.10
Tabel 4.10
Uji F Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
df
Mean Square
Regression
.253
4
.063
Residual
.146
63
.002
Total
.400
67
F
27.261
Sig.
a
.000
Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi
adalah sebesar 0,000 dan nilai F hitung sebesar 27,261. Dasar
pengambilan keputusan adalah tingkat signifikansinya sebesar 5% atau
0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka menunjukkan
adanya pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan
dividend payout ratio tehadap volatilitas harga saham.
78
b. Uji t
Uji statistik t bertujuan mengetahui apakah variabel bebas yang
digunakan dalam persamaan regresi yaitu volume perdagangan, inflasi,
dividend yield dan dividend payout ratio secara individual (parsial)
mampu menjelaskan variabel terikatnya yaitu volatilitas harga saham.
Tabel 4.11
Uji t Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Volume
Std. Error
.072
.023
5.940E-10
.000
1.956
Inflasi
DY
DPR
Coefficients
Beta
T
Sig.
3.187
.002
.452
5.735
.000
.317
.577
6.179
.000
.451
.464
.098
.973
.335
-.081
.036
-.191
-2.254
.028
a. Dependent Variable: volatilitas
Sumber : data diolah
1. Volume perdagangan mempunyai nilai level signifikansi sebesar
0,000 dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima,
dengan demikian volume perdagangan berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian yang dilakukan oleh Hugida (2011) yang
menemukan
adanya
pengaruh
signifikan
perdagangan terhadap volatilitas harga saham.
79
variabel
volume
2. Inflasi mempunyai nilai level signifikansi sebesar 0,000 dengan
tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai tersebut lebih
kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, dengan
demikian inflasi berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga
saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Hugida (2011) yang menemukan adanya pengaruh
signifikan variabel inflasi terhadap volatilitas harga saham.
Peningkatan tingkat inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi
yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga
saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini tentunya
akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki,
sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham.
3. Dividend Yield mempunyai nilai level signifikansi sebesar 0,335
dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak,
dengan demikian dividend yield tidak berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil
penelitian Wagiri(2013) yang menyatakan bahwasannya investor
lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dibanding yang
tinggi. Hal ini didasari pajak capital gain yang lebih rendah
dibanding dividen sehingga investor lebih menyukai perusahaan
untuk menahan laba untuk mengembangkan perusahaan.
80
4. Dividend Payout Ratio mempunyai nilai level signifikansi sebesar
0,028 dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai
tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima,
dengan demikian dividend payout ratio berpengaruh signifikan
terhadap volatilitas harga. dengan dengan tingkat signifikansi < 0,05
maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Fajrihan(2010)
yang
menemukan adanya pengaruh signifikan negatif variabel dividend
payout ratio terhadap volatilitas harga saham. Ini berarti jika
dividend payout ratio nya rendah maka volatilitas akan naik atau
sebaliknya. Ini terjadi karena investor lebih memilih pembagian
dividend payout ratio yang rendah karena mereka beranggapan lebih
baik laba yang dihasilkan perusahaan digunakan untuk ekspansi
perusahaan.
Dari tabel 4.11 dapat diketahui koefisien dari masing-masing variabel,
sehingga dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut :
Y = 0,072 + 5,940 E-10Volume + 1,956 Inflasi + 0,451DY – 0,081DPR + e
Dari persamaan regresi diatas dapa diketahui :
1. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar 0,072 menyatakan bahwa
jika nilai volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend
payout ratio adalah konstan atau sama dengan nol, maka dapat dikatakan
81
bahwa dalam periode 2008-2011 jumlah volatilitas harga saham adalah
sebesar 0,072 %.
2. Volume
perdagangan
(X1)
menunjukan
nilai
sebesar
5,940E-10
menyatakan bahwa jika volume perdagangan naik 1 lembar saham maka
volatilitas harga saham akan naik sebesar 5,940E-10 %.
3. Inflasi (X2) menunjukan nilai sebesar 1,956 menyatakan bahwa jika
inflasi naik 1% maka volatilitas harga saham akan naik sebesar 1,956%.
4. Dividend Yield (X3) nilai sebesar 0,451 menyatakan bahwa jika Dividend
Yield naik 1% maka volatilitas harga saham akan naik sebesar 0,451%.
5. Dividend Payout Ratio (X3) nilai sebesar -0,081 menyatakan bahwa jika
Dividend Payout Ratio naik 1% maka volatilitas harga saham akan turun
sebesar 0,081%.
c. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien
Determinasi
(R2)
mengukur
seberapa
jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil
berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel
dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel
independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan
untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Dalam perhitungan statistik ini nilai R2 yang digunakan adalah
adjusted R square. Adjusted R square adalah suatu indikator yang
82
digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel
independen ke dalam suatu persamaan regresi. Berikut adalah koefisien
determinasi dari penelitian ini yang disajikan dalam tabel 4.12
Tabel 4.12
Koefisien Determinasi Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham
b
Model Summary
Model
1
R
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
R Square
a
.796
.634
.611
Durbin-Watson
.048200
1.503
Sumber : data diolah
Dari tabel di atas bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar
0,611 menunjukkan bahwa variasi variabel independen mampu
menjelaskan 61,1% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu
sebesar 38,9% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen.
Jadi, dapat disimpulkan faktor yang paling mempengaruhi
volatilitas harga saham adalah inflasi. Ini karena, inflasi mempunyai
hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hubungan positif
antara inflasi dengan volatilitas harga saham tersebut disebabkan karena
adanya hubungan antara inflasi dengan tingkat pertumbuhan uang.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dritsaki
(2003)
dimana
inflasi
adalah
faktor
mempengaruhi volatilitas harga saham.
83
yang
paling
dominan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh volume perdagangan,
inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio terhadap volatilitas harga
saham, yang dimana dalam penelitian ini yang dipergunakan adalah volatilitas
harga saham perusahaan di LQ45. Maka berdasarkan hasil analisis statistik
mengenai pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend
payout ratio terhadap volatilitas harga saham pada beberapa perusahaan yang
terdaftar di LQ45 tahun 2008 sampai tahun 2011, maka dapat ditarik hasil
penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut:
1. Secara simultan , H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang berarti variabel
independen yaitu Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend
Payout Ratio bepengaruh terhadap Volatilitas Harga Saham.
2. Secara parsial, H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang berarti
variabel
independen yaitu Volume Perdagangan, Inflasi dan Dividend Payout Ratio
berpangaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. Sedangkan,
variabel Dividend Yield tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas
Harga Saham.
3. Dari variabel-variabel yang mempengaruhi volatilitas harga saham di temukan
variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap volatilitas harga
saham yaitu inflasi. Ini karena,inflasi mempunyai hubungan positif dengan
84
volatilitas harga saham. Jadi, semakin tinggi inflasi maka volatilitas harga
saham juga semakin tinggi.
B. Saran
Melihat keterbatasan penelitian ini, maka untuk penelitian selanjutnya
disarankan untuk :
1. Bagi akademisi dan peneliti, dengan pembahasan yang sejenis disarankan
untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel bebas
lainnya, seperti nilai tukar, SBI dan faktor makroekonomi lainnya.
2. Bagi investor, dalam melakukan aktivitas investasi terhadap saham yang
diperjualbelikan di bursa efek, sebaiknya investor memperhatikan tingkat
inflasi karena semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi tingkat
volatilitas harga saham. Oleh karena itu, jika inflasi terlalu tinggi maka
pemerintah melakukan kebijakan ekonomi yaitu dengan meningkatkan BI
Rate. Maka sebaiknya dana yang dimiliki oleh investor dialihkan ke bank
karena lebih aman dibanding dana yang dimiliki investor tersebut di alihkan
di pasar modal.
3. Bagi Emiten atau Perusahaan, besar kecilnya deviden yang akan diberikan
kepada investor dan laba yang akan ditahan akan mempengaruhi harga suatu
saham. Karena investor pada umumnya menginginkan keuntungan yang pasti.
Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan
bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan
investasi.
85
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robert, 1997, “ Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia “, First Edition
Mediasoft Indonesia.
Anonim. “Buku Panduan Indeks Saham Bursa Efek Indonesia”, BAPEPAM,
Jakarta, 2010.
Bodie, et. all. “ Manajemen Investasi “, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Boediono, “Ekonomi Moneter”, Edisi ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2000.
Case and Fair. “ Prinsip-Prinsip Ekonomi”, Edisi Delapan, PT.Erlangga, Jakarta,
2007.
Chan, K. And Fong, W. 2000. Trade size, Order imbalance, and The Volatility
Volume Relation. Journal of Financial Economics 57, 247 – 273.
Dritsaki, Melina, Chaido Dritsaki. 2003. Macroeconomic Determinants of Stock
Price Movement:An Empirical Investigation of the Greek Stock Market.
University of Macedonia.
Fajrihan, Julfi. “Dampak Kebijakan Deviden terhadap Volatilitas Harga Saham
Perusahaan LQ45 di BEI”, UIN Syahid Jakarta, 2010.
Firmansyah. 2006. Analisis Volatilitas Harga Kopi Internasional. Jakarta :
Usahawan.
Ghozali, Imam. “Aplikasi analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”,
Edisi pertama, Universitas Diponogoro, Semarang, 2011.
Gujarati, Damodaran. “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Jilid Dua Edisi Ketiga,
Erlangga, Jakarta, 2006.
Halim, Abdul. “Analisis Kelayakan Investasi Bisnis, Edisi Pertama, Graha Ilmu,
Yogyakarta, 2009.
Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu
Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007
Hugida, Lydianita. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volatilitas
Harga Saham (Studi pada Perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45
Periode 2006-2009), Jurnal UNDIP, 2011.
86
Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE
Jones,C.P., “Investment: Analysis and management”, John Wiley & Son, New
York,1999.
Khadijah,Siti. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Harga
Emas, Harga Minyak Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Dan Indeks Saham LQ 45 Periode 2005 – 2012”, UIN Syahid Jakarta, 2013.
Mamoon, Dawood. 2007. Macro Economic Uncertainty of 1990s and Volatility at
Karachi Stock Exchange. Munich Personal RePEc Archive Paper.
Murhadi, Werner R. “Analisis Saham Pendekatan Fundamental”, Permata Puri
Media, Jakarta. 2009.
Nachrowi Djalal, Hardius Usman. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta
: PT. Raja Grafindo Persada.
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Jakarta : Mitra
Wacana Media.
Samsul, Mohamad. “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga, Jakarta,
2008.
Santoso, Singgih. “ Statistik Parametrik”, PT.Elex Media Koputindo, Jakarta,
2010.
Schwert, G. William. 1989. Why Does Stock Market Volatility Change Over
Time?. The Journal Of Finance. Vol. XLIV, No. 5
Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 2001.
Sudjaja, et. all. “Manajemen Keuangan 2”, Edisi Enam, Penerbit Literata Lintas
Media, Bandung. 2010.
Suharyadi dan Purwanto. “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”,
Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009.
Sukirno, Sadono. “Teori Pengarntar Makroekonomi” Edisi ketiga, PT.Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2003.
Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Menggunakan SPSS (contoh kasus dan
pemecahannya)”. Andi Yogyakarta. 2004.
87
Tandelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” BPFE,
Yogyakarta, 2001.
Thobarry, Achmad. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan
Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian
Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009.
Wagiri,W.Agung.“Pengaruh Deviden Yield, B/M (Book to Market) & Earning
Yield terhadap Harga Saham Perusahaan pada Sektor Aneka Industri
Periode 2007-2011”, Universitas Surabaya, 2013.
Yuswandi, Yowedy. “Analisa Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas
Dunia, Nilai Tukar Rp Terhadap USD dan Indeks IHSG Terhadap Return
Saham (Studi Kasus Saham-Saham Sinaemas Group)”, Vol 1, No 1, Jurnal
Pasar Modal dan Perbankan ISSN 2301- 4733, Mei 2012.
Zan, Song, Chiou Wei. 2003. The Macroeconomic Determinants of Stock Price
Volatility:Evidence From Taiwan, South Korea, Singapore, and Hong
Kong. Department of Managerial Economics and Institute of Economics
Nan-Hua University.
www.idx.com
www.bi.go.id
www.finance.yahoo.com
www.wikipedia.org
88
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Sampel Penelitian
1. Variabel Dependen dan Independen
Perusahaan
AALI
ANTM
ASII
BBCA
BBRI
BBNI
BDMN
BMRI
BUMI
Tahun
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
Volatilitas
0,393
0,190
0,152
0,135
0,338
0,238
0,164
0,141
0,326
0,218
0,151
0,146
0,236
0,185
0,131
0,135
0,309
0,197
0,149
0,158
0,307
0,200
0,176
0,166
0,315
0,225
0,168
0,151
0,297
0,212
0,152
0,174
0,429
0,416
0,246
0,204
Volume
2.864.583
1.618.300
1.534.450
1.083.492
71.299.233
60.647.575
31.718.808
15.430.092
63.806.642
46.729.408
39.881.083
44.655.308
23.196.300
15.678.700
12.202.700
13.727.717
37.293.775
34.620.533
31.339.300
40.259.450
36.882.108
35.108.950
25.486.192
28.152.308
4.904.033
13.437.342
6.686.750
7.917.175
37.247.558
32.216.492
23.593.817
42.033.000
159.706.692
401.031.108
174.223.558
104.744.658
89
Inflasi
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
DY
0,0515
0,0398
0,0371
0,0459
0,0527
0,0115
0,0289
0,0526
0,0825
0,0239
0,0086
0,0268
0,0308
0,0227
0,0176
0,0196
0,0369
0,0173
0,011
0,0181
0,0118
0,0287
0,017
0,0164
0,0293
0,02
0,021
0,0255
0,0437
0,0041
0,0261
0,0156
0,0556
0,0114
0,0138
0,0066
DPR
0,3032
0,8582
0,6481
0,6271
0,4007
0,4006
0,4007
0,4509
0,3832
0,3347
0,1324
0,3775
0,4268
0,3984
0,3271
0,3594
0,3492
0,2228
0,1247
0,1927
0,1
0,35
0,3
0,1945
0,2995
0,498
0,3499
0,2902
0,3483
0,0565
0,3194
0,1963
0,1389
0,299
0,3107
0,1524
GGRM
INDF
JSMR
KLBF
PGAS
TLKM
UNTR
UNVR
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
2008
2009
2010
2011
0,225
558.733.3
0,306
862.891.7
0,178
1.067.042
0,157
1.163.867
0,285
22.607.175
0,237
39.641.992
0,155
21.985.108
0,151
14.489.675
0,244
9.769.958
0,145
13.125.225
0,151
10.851.475
0,119
8.271.333
0,207
65,380,875
0,212
86,890,892
0,200 190,426,708,3
0,157 61,663,133,33
0,307
54,776,175
0,157
39,132,383
0,120
35,424,000
0,155
40,789,617
0,210
26,856,400
0,146
18,259,533
0,108
24,455,408
0,100
18,755,275
0,377
8,497,125
0,221
5,691,417
0,153
4,335,300
0,182
5,169,042
0,133
1,638,025
0,133
1,857,083
0,154
1,883,950
0,116
2,082,108
90
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,103
0,048
0,051
0,054
0,0824
0,0302
0,022
0,0616
0,0505
0,0262
0,0273
0,038
0,0571
0,0486
0,0309
0,0188
0,0313
0,0192
0,0215
0,0279
0,0224
0,0395
0,0349
0,0424
0,043
0,0305
0,0406
0,0526
0,0727
0,0213
0,0248
0,0311
0,0404
0,0361
0,0269
0,029
0,3581
0,3619
0,4084
0,3881
0,399
0,3934
0,3955
0,3062
0,4996
0,6022
0,6022
0,4059
0,1796
0,2733
0,5527
0,6266
0,15124
0,6001
0,6
0,5295
0,5637
0,5125
0,5637
0,4832
0,4001
0,2876
0,5968
0,5217
0,9984
0,10001
0,10002
0,10004
Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data
b
Variables Entered/Removed
Model
1
Variables
Variables
Entered
Removed
DPR, inflasi,
Method
. Enter
a
volume, DY
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: volatilitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
68
a
Normal Parameters
Mean
.0000000
Std. Deviation
Most Extreme Differences
.04673861
Absolute
.090
Positive
.090
Negative
-.064
Kolmogorov-Smirnov Z
.743
Asymp. Sig. (2-tailed)
.640
a. Test distribution is Normal.
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
Std. Error
.023
.014
-3.802E-11
.000
Inflasi
.161
DY
DPR
Volume
Coefficients
Beta
T
Sig.
1.626
.109
-.075
-.590
.558
.197
.124
.816
.417
.101
.289
.057
.349
.729
.002
.022
.014
.102
.919
a. Dependent Variable: RES2
91
a
Coefficients
Collinearity Statistics
Model
1
Tolerance
VIF
(Constant)
Volume
.937
1.068
Inflasi
.667
1.500
DY
.568
1.760
DPR
.810
1.234
a. Dependent Variable: volatilitas
b
Model Summary
Model
R
R Square
a
1
.796
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.634
.611
Durbin-Watson
.048200
1.503
a. Predictors: (Constant), DPR, inflasi, volume, DY
b. Dependent Variable: volatilitas
b
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
.253
4
.063
Residual
.146
63
.002
Total
.400
67
a. Predictors: (Constant), DPR, inflasi, volume, DY
b. Dependent Variable: volatilitas
92
F
27.261
Sig.
a
.000
a
Coefficients
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1
B
(Constant)
volume
inflasi
DY
DPR
Std. Error
.072
.023
5.940E-10
.000
1.956
Coefficients
Beta
t
Sig.
3.187
.002
.452
5.735
.000
.317
.577
6.179
.000
.451
.464
.098
.973
.335
-.081
.036
-.191
-2.254
.028
a. Dependent Variable: volatilitas
93
94
Download