ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI LQ45 SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Naimatul Fauziah NIM : 109081000106 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1434 H/2013 i 2 3 4 5 DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama : Naimatul Fauziah 2. Tempat tanggal lahir : Jakarta, 16 November 1991 3. Alamat : Jl. Duren Tiga Barat V Rt.006 Rw.02 No.45 Jakarta Selatan 12760 II. 4. Telepon : 083893316120 5. E-mail : [email protected] PENDIDIKAN III. 1. TK Baitur Rahman Tahun 1996-1997 2. MI Sa’adatuddarain Tahun 1997-2003 3. MTsN-1 Jakarta Tahun 2003-2006 4. MAN 4 Jakarta Tahun 2006-2009 5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2009 LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Firdaus 2. Ibu : Manjillah 3. Alamat : Jl. Duren Tiga Barat V RT.006 RW.02 Jakarta Selatan 12760 IV. PENGALAMAN ORGANISASI Kepanitiaan Program Pengenalan Studi dan Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai staff divisi kesehatan. vi V. PELATIHAN DAN SEMINAR YANG DIIKUTI 1. 23 Desember 2009 : Diskusi Publik “Kemana Arah Isu Kasus Century: Polemik dan Perang Persepsi” 2. 20 Mei 2010 : Seminar Nasional “Peran Asuransi Dalam Era Globalisasi”. 3. 8 Juni 2012 : A Training Course On: “Sekolah Pasar Modal” Basic Training of Fundamental & Technical Analysis. 4. 15 September 2012 : Seminar “Islamic Economy Revivalism, between Theory and Practice”. vii THE ANALYSIS OF THE TREADDING VOLUME, INFLATION, DIVIDEND YIELD AND DIVIDEND PAYOUT RATIO ON PRICE VOLATILITAS ABSTRACT In a capital market transaction, investors often observed stock price volatility. High and low of the stock price volatility depends on the information about stock prices that comes from inside and from outside the company. This study aims to determine how large the trading volume, inflation, dividend yield, deviden payout ratio to stock price volatility. The samples in this study are listed in the Index LQ45 of Indonesia Stock Exchange (BEI) in the period 2008-2011, amounting to 17 companies. This research were analyzed by using multi linier regression and hypothesis test used partial t-test, simultan F-test at level of significance 5% and adjusted R2. From the result of the analysis show that two variables, trading volume and inflation have positive significant influence to stock price volatility, and one variable dividend payout ratio has negative significant influence to stock price volatility. While the variables of dividend yield that does not have the significant effect on the stock price volatility. Stimulatingly the trading volume, inflation, dividend yield and dividend payout ratio have significances influence to stock price volatility, it proved by sig-F value 0,000 lower than 5% significances. Predictable of the four variables toward stock price volatility is 61,1% as indicated by adjusted R2 that is 61,1% while the rest 38,9% is affected by other factors is not include into the research model. Keyword : Stock Price Volatility, Trading Volume, Inflation, Dividend Yield, Dividend Payout Ratio. viii ANALISIS PENGARUH VOLUME PERDAGANGAN, INFLASI, DIVIDEND YIELD DAN DIVIDEND PAYOUT RATIO TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI LQ45 ABSTRAK Dalam transaksi di pasar modal, para investor sering mengamati volatilitas dari harga saham untuk melihat fluktuasi harga selama periode tertentu. Tinggi rendahnya volatilitas harga saham tergantung pada informasi yang diperoleh investor mengenai harga saham baik informasi yang berasal dari dalam maupun dari luar perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor volume perdagangan, inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio terhadap volatilitas harga saham. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode tahun 2008-2011 yang berjumlah 17 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan uji hipotesis menggunakan uji t secara parsial, uji F secara simultan dengan level of significance 5% dan uji koefisien determinasi. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa secara parsial ada 2 variabel yaitu volume perdagangan dan inflasi berpengaruh signifikan positif terhadap volatilitas harga saham dan 1 variabel yaitu dividend payout ratio berpengaruh signifikan negatif terhadap volatilitas harga saham. Sedangkan, variabel dividend yield tidak berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Secara simultan variabel volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hal ini dibuktikan dengan nilai sig-F 0,000 yang lebih kecil dari signifikansi 5%. Kemampuan prediksi dari keempat variabel tersebut terhadap volatilitas harga saham adalah sebesar 61,1% sebagaimana ditunjukkan oleh besarnya adjusted R2 sebesar 61,1%, sedangkan sisanya 38,9% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak dimasukkan kedalam model penelitian. Kata kunci : Volatilitas Harga Saham, Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield, Dividend Payout Ratio ix KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW yang mengantarkan manusia dari zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat guna mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa penulisan ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1. Kedua orang tua, ayahanda Firdaus dan ibunda Manjillah yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta doa yang tiada hentihentinya kepada penulis. 2. Segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu penyelesaian skripsi ini. 3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bapak Dr. Ahmad Dumyathi B, MA selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Serta, selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah berkenan memberikan tambahan ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. Bimbingan dan arahan untuk membimbing penulis selama menyusun skripsi. 5. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, M. Si selaku Sekretaris Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. x 6. Bapak Adhitya Ginanjar, SE, M. Si selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan atas kesulitan dalam penulisan skripsi ini. 7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan. 8. Seluruh teman-teman Manajemen C/2009 yang selalu baik dan kompak di dalam kelas maupun luar kelas. 9. Terima kasih untuk Adit Tia Nugraha yang selalu memberi semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. 10. Seluruh staf dan karyawan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen keuangan. Jakarta, September 2013 Penulis (Naimatul Fauziah) xi DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .............................. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .............................................. iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ....................... v DAFTAR RIWAYAT HIDUP ....................................................................... vi ABSTRACT . ................................................................................................. viii ABSTRAK ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................................. xii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR........................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xviii BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1 A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Perumusan Masalah .................................................................. 6 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................. 6 BAB II 1. Tujuan Penelitian .............................................................. 6 2. Manfaat Penelitian ............................................................ 6 LANDASAN TEORI .................................................................... 8 A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil .............. 8 1. Pengertian Pasar Modal ...................................................... 8 2. Indeks LQ45 ....................................................................... 10 3. Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility) ................. 11 4. Volume Perdagangan (Trading Volume) ............................ 13 5. Inflasi ................................................................................. 14 6. Deviden............................................................................... 18 7. Dividend Yield..................................................................... 21 8. Dividend Payout Ratio ........................................................ 22 xii B. Penelitian Terdahulu ................................................................ 23 C. Keterkaitan Antara Variabel Independen denga Variabel Dependen ................................................................................. 26 D. Kerangka Pemikiran ................................................................ 29 E. Hipotesis Penelitian ................................................................. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................. 33 A. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 33 B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 33 1. Populasi ............................................................................ 33 2. Sampel .............................................................................. 33 C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 35 D. Metode Analisis Data ................................................................ 35 1. Pengujian Asumsi Klasik .................................................... 36 a. Uji Normalitas ............................................................... 36 b. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 37 c. Uji Autokorelasi ............................................................. 37 d. Uji Multikolonieritas ...................................................... 38 2. Analisis Regresi Berganda................................................... 39 3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F ) ................................................................................ 40 4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t ) ........... 41 5. Koefisien Determinasi (R²).................................................... 43 E. Operasional Variabel Penelitian ................................................. 43 1. Variabel Penelitian ............................................................. 43 2. Definisi Operasional ........................................................... 44 a. Variabel Dependen ........................................................ 44 b. Variabel Independen .................................................... 44 1. Volume Perdagangan ................................................ 45 2. Inflasi ........................................................................ 45 3. Dividend Yield........................................................... 45 4. Dividend Payout Ratio .............................................. 46 xiii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 47 A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................... 47 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia .............................................. 47 2. Sejarah Objek Penelitian....................................................... 49 a. Sejarah Singkat LQ 45 ...................................................... 49 b. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian ............................................................... 50 B. Deskripsi Variabel Penelitian .................................................... 67 a. Volatilitas Harga Saham ........................................................ 67 b. Volume Perdagangan ............................................................ 68 c. Inflasi ................................................................................... 69 d. Dividend Yield...................................................................... 70 e. Dividend Payout Ratio......................................................... 72 C. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 74 1. Pengujian Asumsi Klasik .................................................... 74 a. Uji Normalitas ................................................................ 74 b. Uji Heteroskedastisitas ................................................... 75 c. Uji Multikolinieritas ....................................................... 76 d. Uji Autokorelasi ............................................................. 77 2. Hasil dan Pembahasan ........................................................... 78 a. Uji F ................................................................................ 78 b. Uji t ................................................................................. 79 c. Koefisien Determinasi (R2).............................................. 82 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 84 A. Kesimpulan .............................................................................. 84 B. Saran ........................................................................................ 85 DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 86 LAMPIRAN xiv DAFTAR TABEL No. Keterangan Halaman 2.1 PenelitianTerdahulu ................................................................ 23 3.1 Daftar Perusahaan yang Menjadi Sampel ................................. 34 4.1 Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 ............................... 67 4.2 Volume Perdagangan Perusahaan LQ45.................................... 68 4.3 Rata-rata Inflasi ........................................................................ 70 4.4 Dividend Yield Perusahaan LQ45 .............................................. 71 4.5 Deviden Payout Ratio Perusahaan LQ45 ................................... 72 4.6 Uji Normalitas .......................................................................... 74 4.7 Uji Heteroskedastisitas................................................................ 75 4.8 Uji Multikolinearitas ................................................................ 76 4.9 Uji Autokerelasi....................................................................... 77 4.10 Uji F ..................................................................................... 78 4.11 Uji t 4.12 Koefisien Determinasi .............................................................. 83 ...................................................................................... 79 xv DAFTAR GAMBAR No. 2.1 Keterangan Halaman Kerangka Pemikiran ................................................................ 30 xvi DAFTAR LAMPIRAN No. Keterangan Halaman 1. Data Sampel Penelitian............................. ..................................... 89 2. Output Hasil Pengujian Data.......................................................... 91 xvii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi, hampir semua negara menaruh perhatian besar terhadap pasar modal karena memiliki peranan strategis bagi penguatan ketahanan ekonomi suatu negara. Di tambah lagi semenjak terjadi krisis ekonomi tahun 1997, kinerja pasar modal mengalami penurunan tajam bahkan diantaranya mengalami kerugian dan krisis yang menimpa Amerika pada tahun 2008. Krisis tersebut juga berimbas ke perekonomian Indonesia sebagaimana tercermin dari gejolak di pasar modal dan pasar uang. Ini karena, pasar modal sangat sensitif terhadap peristiwa yang sedang terjadi. Peristiwa seperti krisis global tersebut dapat memotivasi investor untuk bereaksi apakah menjual atau membeli saham, sehingga memicu terjadinya volatilitas harga saham. Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Tinggi rendahnya volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh faktor makro dan mikro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan, antara lain tingkat bunga yang tinggi, inflasi, tingkat produktivitas nasional, politik, dan lain-lain yang memiliki dampak penting pada potensi keuntungan perusahaan. Faktor mikro adalah faktor-faktor yang berdampak langsung pada perusahaan itu sendiri, seperti perubahan manajemen, harga, dan ketersediaan bahan baku, 1 produktivitas tenaga kerja dan faktor lain yang dapat mempengaruhi kinerja keuntungan perusahaan individual (Schwert, 1989). Sunariyah (Hugida,2011) menjelaskan bahwasannya terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menilai harga suatu saham. Pendekatan yang banyak digunakan diantaranya adalah pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern. Untuk menganalisis surat berharga saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan mengenai pasar itu sendiri untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham tertentu maupun pasar secara keseluruhan. Pendekatan analisis ini menggunakan data pasar yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan saham, indeks harga saham gabungan dan individu, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis. Pendekatan analisis fundamental didasarkan pada suatu anggapan bahwa setiap saham memiliki nilai intrinsik yang diestimasikan oleh investor (Ang, 1997). Kebijakan deviden merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Semakin besar laba ditahan maka akan semakin sedikit jumlah laba yang dialokasikan untuk pembayaran deviden. Investor juga memperhatikan dividend payout ratio (DPR) perusahaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) menetukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) adalah persentase dividen yang dibayarkan dan 2 dibagikan dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jugiyanto,2000:252). Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya volatilitas harga saham yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio, namun dari beberapa faktor tersebut, sulit sekali menyimpulkan faktor mana yang berpengaruh paling dominan terhadap volatilitas harga saham. Studi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham di Indonesia antara lain, Dritsaki (2003) dalam penelitiannya menggunakan produksi industri, inflasi, dan suku bunga untuk diuji pengaruhnya terhadap volatilitas harga saham. Hasilnya menunjukkan secara bersama-sama ketiga variabel tersebut menunjukkan pengaruh positif terhadap volatilitas harga saham. Diantara ketiga variabel tersebut inflasi merupakan variabel makroekonomi yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan uang. Fajrihan (2010) menunjukkan bahwa variabel dalam dampak kebijakan dividen yang berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah 3 dividen yield dan dividen payout ratio sedangkan volatilitas earning, firm size, DAR dan growth in asset tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang juga di iringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat. Hugida (2011) Berdasarkan hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham yang berpengaruh secara signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah volume perdagangan, inflasi dan nilai tukar sedangkan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hubungan antara volume perdagangan dan volatilitas harga saham ini terutama dipengaruhi oleh informasi, dimana informasi tersebut menyebabkan terjadinya hubungan positif antara volume dan volatilitas. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham melalui perantara perdagangan saham di pasar modal. Volume perdagangan saham merupakan hal yang penting bagi seorang investor, karena bagi investor volume perdagangan saham menggambarkan kondisi efek yang diperjualbelikan di pasar modal yang mampu berdampak pada harga saham. Dengan demikian 4 secara logis volume perdagangan saham akan berdampak positif terhadap harga saham. Berdasarkan terdapatnya persamaan dan perbedaan antara penelitianpenelitian terdahulu tentang mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi volatilitas harga saham. Maka saya akan mencoba mengkaji dan meneliti kembali tentang faktor-faktor yang berpengaruh terhadap volatilitas harga saham. Lebih lanjut, penelitian ini akan menggunakan saham-saham yang aktif sebagai sampel penelitian yaitu mengambil sampel dari perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 periode tahun 2008-2011. Alasan digunakannya saham aktif yang masuk dalam perhitungan LQ45 adalah guna menghindari pengambilan sampel yang berpotensi mengikutsertakan saham tidak aktif dalam analisis serta karena saham perusahaan yang masuk perhitungan indeks LQ45 merupakan saham-saham dengan kapitalisasi besar yang mencakup 75% kapitalisasi pasar sehingga dapat mewakili saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Oleh kerana itu, skripsi ini akan saya beri judul “Analisis Pengaruh Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di LQ-45”. 5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara simultan. 2. Apakah volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio berpengaruh terhadap volatilitas harga saham secara parsial. C. Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Menganalisis pengaruh volume perdagangan terhadap volatilitas harga saham. 2. Menganalisis pengaruh inflasi terhadap volatilitas harga saham. 3. Menganalisis pengaruh dividend yield terhadap volatilitas harga saham. 4. Menganalisis pengaruh dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham. b. Manfaat Penelitian 1. Bagi Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi yang berguna untuk investor sebagai bahan pertimbangan dan referensi dalam pengambilan keputusan investasi. 6 2. Bagi Penulis Hasil penelitian dapat digunakan untuk memperdalam ilmu pengetahuan mengenai volume perdagangan, inflasi, dividend yield, dividend payout ratio dan volatilitas harga saham. 3. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan referensi bagi penelitian berikutnya yang tertarik untuk melakukan kajian di bidang yang sama. 4. Bagi umum Dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya manajemen konsentrasi keuangan dan bagi mahasiswa yang mempunyai minat yang sama dengan penulis. 7 BAB II LANDASAN TEORI A. Teori yang Berkenaan dengan Variable yang Diambil 1. Pengertian Pasar Modal Menurut Tandelilin (2001:13) Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas, jadi pasar modal merupakan sarana untuk mengalokasikan secara efisien arus dana dari unit ekonomi yang mempunyai surplus tabungan (investor) kepada unit ekonomi yang mempunyai defisit tabungan (emiten). Sehingga pasar modal merupakan sumber utama bagi perusahaan-perusahaan yang membutuhkan dana jumlah besar dan akan terikat dalam jangka waktu yang panjang. Menurut Yuswandi (2012: 42) Pasar modal merupakan alternatif penghimpunan dana selain melalui sistem perbankan, dimana berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang dapat diperjual belikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal sendiri (saham) yang diterbitkan pemerintah atau perusahaan swasta. Patriawan (Khadijah, 2013) menjelaskan bahwasannya pasar modal pada hakekatnya adalah pasar yang tidak berbeda jauh dengan pasar tradisional, dimana ada pedagang, pembeli, dan juga ada tawar menawar harga. 8 Sedangkan di dalam undang-undang, pasar modal didefinisikan sebagai kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Bab 1, pasal 1, angka 13, UURI No. 8, 1995 tentang pasar modal). Menurut Samsul (2006:46) jenis pasar modal dapat dikategorikan menjadi 4 pasar, yaitu sebagai berikut: 1. Pasar pertama (perdana) Pasar perdana adalah tempat atau sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi ke masyarakat umum. 2. Pasar kedua (sekunder) Pasar kedua adalah tempat atau sarana transaksi jual-beli antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui prantara efek. 3. Pasar ketiga Pasar ketiga adalah sarana transaksi jual-beli efek antara market maker serta investor dan harga dibentuk oleh market maker. 4. Pasar keempat Pasar keempat adalah sarana transaksi jual-beli antara investor jual dan investor beli tanpa melalui prantara efek. 9 2. Indeks LQ45 Indeks LQ45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut: a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). b. Ranking berdasar kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir). c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan. d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. Bila ada satu saham yang tidak memenuhi kriteria, saham tersebut akan dikeluarkan dari perhitungan indeks dan digantikan dengan saham yang memenuhi kriteria. Saham-saham yang masuk dalam kriteria ranking 1-35 dikalkulasikan dengan cepat dalam perhitungan indeks. Sedangkan saham yang masuk pada ranking 36-45 tidak perlu dimasukkan dalam perhitungan indeks. Untuk menjamin kewajaran dalam seleksi saham, BEI mempunyai sebuah komite penasehat yang terdiri dari para ahli di bidang pasar modal yaitu para praktisi, akademisi, profesional independen di bidang pasar modal. Tujuan indeks LQ45 adalah sebagai pelengkap IHSG dan khususnya untuk menyediakan sarana yang obyektif dan terpercaya bagi analisis keuangan, manajer investasi, investor dan pemerhati pasar modal 10 lainnya dalam memonitor pergerakan harga dari saham-saham yang aktif diperdagangkan (Buku Paduan Indeks 2010: 11). 3. Volatilitas Harga Saham (Stock Price Volatility) Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Ukuran tersebut menunjukkan penurunan dan peningkatan harga. Volatilitas pasar terjadi akibat masuknya informasi baru ke dalam pasar atau bursa. Akibatnya para pelaku pasar melakukan penilaian kembali terhadap asset yang mereka perdagangkan. Pada pasar yang efisien, tingkat harga akan melakukan penyesuaian dengan cepat sehingga harga yang terbentuk mencerminkan informasi baru tersebut (Anton, 2006). Menurut Schwert dan Smith (Hugida, 2011) terdapat lima jenis volatilitas dalam pasar keuangan, yaitu future volatility, historical volatility, forecast volatility, implied volatility, dan seasonal volatility. a. Future Volatility Future volatility adalah apa yang hendak diketahui oleh para pemain dalam pasar keuangan (trader). Volatilitas yang paling baik adalah yang mampu menggambarkan penyebaran harga di masa yang akan datang untuk suatu underlying contract. Secara teori angka tersebut merupakan yang kita maksud ketika kita membicarakan input volatilitas ke dalam model teori pricing. Trader jarang membicarakan future volatility karena masa depan tidak mungkin diketahui. 11 b. Historical Volatility Untuk dapat mengetahui masa depan maka perlu mempelajari masa lalu. Hal ini dilakukan dengan membuat suatu permodelan dengan teori pricing berdasarkan data masa lalu untuk dapat meramalkan volatilitas pada masa yang akan datang. Terdapat bermacam-macam pilihan dalam menghitung historical volatility, namun sebagian besar metode bergantung pada pemilihan dua paremeter, yaitu periode historis dimana volatilitas akan dihitung, dan interval waktu antara perubahan harga. Periode historis dapat berupa jadi empat belas hari, enam bulan, lima tahun, atau lainnya. Interval waktu dapat berupa harian, mingguan, bulanan, atau lainnya. Future volatility dan historical volatility terkadang disebut sebagai realized volatility. c. Forecast Volatility Seperti halnya terdapat jasa yang berusaha meramalkan pergerakan arah masa depan harga suatu kontrak demikian juga terdapat jasa yang berusaha meramalkan volatilitas masa depan suatu kontrak. Peramalan bisa jadi untuk suatu periode, tetapi biasanya mencakup periode yang identik dengan sisa masa option dari underlying contract. d. Implied Volatility Umumnya future, historical, dan forecast volatility berhubungan dengan underlying contract. Implied volatility merupakan volatilitas yang harus kita masukkan ke dalam model teoritis pricing untuk menghasilkan nilai teoritis yang identik dengan harga option di pasar. 12 e. Seasonal Volatility Komoditas pertanian tertentu seperti jagung, kacang, kedelai, dan gandum sangat sensitif terhadap faktor-faktor volatilitas yang muncul dari kondisi cuaca musim yang jelek. Oleh karena itu berdasarkan faktorfaktor tersebut seseorang harus menetapkan volatilitas yang tinggi pada masa-masa tersebut. 4. Volume Perdagangan (Trading Volume) Kinerja suatu saham dapat diukur dengan volume perdagangannya. Semakin sering saham tersebut diperdagangkan mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif dan diminati oleh para investor. Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolok ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian. Aktivitas volume perdagangan digunakan untuk melihat penilaian suatu informasi oleh investor individual dalam arti informasi tersebut membuat suatu keputusan perdagangan atau tidak. Hal ini berkaitan dengan salah satu motivasi investor dalam melakukan transaksi jual beli saham yaitu penghasilan yang berkaitan dengan capital gain. Volume perdagangan yang kecil menunjukkan investor yang sedikit atau kurang tertarik dalam melakukan investasi di pasar sekunder, sedangkan volume 13 yang besar menunjukkan banyaknya investor dan banyaknya minat untuk melakukan transaksi jual dan beli saham. 5. Inflasi Inflasi adalah kecenderungan dari harga umum untuk naik secara terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas dan mengakibatkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lainnya (Boediono, 1999: 155). Secara luas inflasi dapat dikatakan sebagai kenaikan harga yang terus menerus sehingga mengakibatkan daya beli dari masyarakat pun menjadi menurun, hal ini disebabkan karena jumlah uang yang ada di tangan masyarakat tidak sebanding dengan tingkat kenaikan harga yang terjadi. Dari pengertian tersebut jelas terungkap bahwa dengan kenaikan harga-harga (inflasi) dapat mengakibatkan nilai uang yang ada menjadi turun (devaluasi), sehingga berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat. Selain itu, Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomi. Selain itu, Inflasi dalam buku makroekonomi di terangkan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga (Sukirno, 2002;15). Akan tetapi bila kenaikan harga hanya dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas atau menyebabkan kenaikan sebagian besar dari harga barang-barang lain (Boediono, 2000). Tingkat inflasi (prosentase pertambahan kenaikan harga) berbeda dari suatu periode satu ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu negara ke 14 negara lainnya (Sukirno, 2003:15). Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup atau Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), indeks harga perdagangan besar (Wholesale Price Index), GNP deflator. Sedangkan dalam buku Case dan Fair (2007:212) menjelaskan inflasi sebagai suatu variabel ekonomi makro yang dapat sekaligus menguntungkan dan merugikan suatu perusahaan, namun pada dasarnya inflasi yang tinggi tidak disukai oleh para pelaku pasar modal karena akan meningkatkan biaya produksi. Pengertian-pengertian tersebut sangatlah sejalan dengan pengertian inflasi yang disebutkan pula oleh Bank Indonesia, BI mendefinisikan inflasi adalah kecenderungan harga-harga untuk meningkat secara umum dan terus menerus. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut, terdapat kesamaan persepsi mengenai Inflasi, bahwa yang disebut dengan inflasi adalah suatu kenaikan harga-harga yang terjadi secara umum, artinya terjadi pada semua jenis barang dan juga terjadi secara meluas, yang berarti bahwa kenaikan harga-harga tersebut tidak hanya terjadi di suatu daerah saja, tetapi berdampak pada seluruh daerah yang ada di wilayah negara. 15 1. Jenis-Jenis Inflasi. a. Ditinjau Dari Parah Tidaknya suatu Inflasi. Apabila dilihat dari skala parah atau tidaknya Inflasi tersebut, maka dapat dilihat sebagai berikut : 1. Inflasi ringan dengan skala Inflasi sebesar < 10 persen / tahun. 2. Inflasi sedang dengan skala Inflasi sebesar 10 – 30 persen / tahun. 3. Inflasi berat dengan skala Inflasi sebesar 30 – 100 persen / tahun. 4. Hiperinflasi dengan skala Inflasi sebesar > 100 persen / tahun. b. Ditinjau dari Asal Inflasi. Dilihat dari asal inflasi maka dapat diketahui bahwa inflasi tersebut berasal dari dalam negeri dan juga berasal dari luar negeri atau yang lebih dikenal dengan sebutan Imported Inflation. Inflasi yang berasal dari dalam negeri atau disebut Domestic Inflation adalah inflasi yang terjadi karena kenaikan harga akibat adanya kondisi shock dari dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga. Sedangkan, untuk Inflasi yang berasal dari luar negeri atau yang disebut dengan Imported Inflation merupakan suatu kenaikan harga yang diakibatkan karena kenaikan harga-harga dari barang-barang yang diimpor, sehingga akan mengakibatkan tekanan terhadap harga dalam negeri. 16 Sedangkan berdasarkan Bank Indonesia dalam kerangka kebijakan moneter yang baru disebutkan bahwa inflasi terjadi dikarenakan adanya tekanan dari sisi supply (cost push Inflation), dari sisi demand (demand pull Inflation), dan juga dari ekspektasi inflasi. (Bank Indonesia dalam Inflation Targeting Framework). Cost push Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi penawaran dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered prices), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya jalur distribusi. Untuk inflasi yang terjadi dari sisi penawaran ini, biasanya tidak bisa langsung tersentuh oleh kebijakan moneter Bank Indonesia. Hal ini disebabkan karena sisi penawaran dipengaruhi oleh faktor-faktor luar yang tidak bisa dikendalikan oleh Bank Indonesia. Demand pull Inflation atau inflasi yang berasal dari sisi permintaan adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregat demand) lebih besar daripada kapasitas perekonomian. Inflasi yang berasal dari sisi permintaan ini bisa dikendalikan oleh kebijakan Bank Indonesia, dengan cara mengendalikan tingkat permintaan atas suatu barang dengan menggunakan instrumen kebijakan moneter, dan diantaranya adalah dengan jalur suku bunga atau BI Rate. Yang terakhir 17 faktor penyebab inflasi menurut Bank indonesia adalah karena adanya ekspektasi Inflasi, Ekspektasi inflasi adalah inflasi yang timbul karena perilaku masyarakat dan perilaku ekonomi apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Ekspektasi inflasi ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal dan tahun baru) dan penentuan Upah Minimum Regional (UMR). 6. Dividen Dividen menurut Weston dan Copeland (Rodoni) adalah keuntungan perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas yang diberikan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen yang diberikan ditentukan dalam rapat pemegang saham yang dinyatakan dalam suatu jumlah persentase (%) tertentu atas nilai nominal saham dan bukan atas nilai pasarnya. Kebijakan dividen adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan pendanaan perusahaan. Kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pembagian dividen (dividend policy) tidak saja membagikan keuntungan yang diperoleh perusahaan kepada para investor tetapi harus selalu diikuti dengan pertimbangan adanya kesempatan investasi kembali (reinvesment). Apabila dividen dibayarkan secara tunai makin meningkat, maka semakin sedikit dana yang tersedia untuk reinvestasi. Hal ini 18 menyebabkan tingkat pertumbuhan dimasa mendatang menjadi rendah, sehingga akan menekan harga saham. Ada dua asumsi yang mendasari kebijakan dividen (Bodie,et.al 2008) antara lain: a. Kebijakan dividen pada perusahaan yang tidak sedang tumbuh (a low invesment rate plan). Pada perusahaan-perusahaan yang termasuk kategori ini mampu membayarkan dividen lebih tinggi pada awal periode, tetapi pertumbuhan dividen pada tahun-tahun berikutnya lebih rendah. b. Kebijakan dividen pada perusahaan yang sedang tumbuh (a high reinvesment rate plan). Perusahaan-perusahaan yang sedang tumbuh akan memberikan dividen relatif rendah pada awalnya. Hal ini dikarenakan adanya rencana reinvestasi dari sebagian laba yang diperoleh untuk membiayai aktivitas ekspansi (reinvesment). Tetapi perusahaan-perusahaan yang termasuk kelompok perusahaan yang sedang tumbuh akan mampu menghasilkan tingkat pertumbuhan dividen yang lebih tinggi pada tahun-tahun berikutnya. Walaupun sebagian besar perusahaan kelompok ini mempertahankan rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) yang tetap. Namun pertumbuhan laba yang lebih besar akhirnya memberikan dividen lebih besar. Beberapa faktor yang mempengaruhi penetapan kebijakan dividen pada perusahaan, Weston dan Brigham (Rodoni): 19 1. Peraturan hukum, 2. Posisi likuiditas, 3. Perlunya membayar kembali pinjaman, 4. Keterbatasan karena kontrak hutang, 5. Tingkat perluasan perusahaan, 6. Tingkat keuntungan(tingkat hasil pengembalian atas aktiva yang diharapkan), 7. Stabilitas perusahaan, 8. Kemampuan memasuki pasar modal, 9. Kontrol, 10. Kedudukan pajak para pemegang saham, 11. Pajak atas penghasilan yang diperoleh dengan tidak wajar, 12. Tingkat inflasi. Kebijakan dividen penting karena ada dua alasan yaitu pertama, pembayaran dividen akan mempengaruhi harga saham, dengan demikian akan berpengaruh juga dengan perdagangan saham. Kedua, pendapatan yang ditahan (retained earning) biasanya merupakan sumber tambahan modal sendiri (equity capital) yang terbesar dan terpenting untuk pertumbuhan perusahaan (Fajrihan,2010). Menurut Brigham dan Gapenski (Rodoni) tiap perubahan dalam kebijakan pembayaran dividen akan memiliki dua dampak yang berlawanan yaitu apabila akan dibayarkan semua, maka keputusan 20 cadangan terabaikan dan sebaliknya apabila laba akan ditahan semua kepentingan pemegang saham akan uang kas terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut, maka manajer dapat menempuh kebijakan yang optimal. Kebijakan dividen optimal merupakan kebijakan yang menciptakan keseimbangan antara dividen saat ini dan pertumbuhan dimasa yang akan datang, sehingga dapat memaksimumkan laba dan mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan demikian kebijakan dividen yang diambil perusahaan berkaitan dengan tujuan utama pembuatan keputusan keuangan yaitu memaksimalkan nilai ( harga ) saham umum perusahaan. 9. Dividend Yield Jones (Fajrihan,2010) Dividend Yield adalah dividen yang dibayarkan dibagi dengan harga sekarang. Deviden Yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return. Apabila perusahaan dapat memperoleh laba yang besar, maka secara teoritis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan meningkatnya kemampuan perusahaaan menghasilkan laba yang juga diiringi dengan semakin besarnya dividen yang dibagikan hal ini akan menyebabkan harga saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan banyak investor yang tertarik untuk membeli saham perusahaan yang memiliki kemampuan yang tinggi dalam menghasilkan laba, sehingga demand akan saham tersebut meningkat. 21 Jika investor bermaksud menyimpan saham selamanya, ia mengharapkan dividen saham. Jika investor bermaksud untuk menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham dan keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tunggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. Dividend Yield (DY) dihitung dengan formula sebagai berikut: DY= Dividen yang Dibayarkan Harga Saham Sekarang 10. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividend per share dan earning per share. Dividend Payout Ratio ( DPR ) digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak. Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) adalah sebuah parameter untuk mengukur besaran dividen yang akan dibagikan ke pemegang saham. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. Rasio pembayaran dividen (Dividend Payout Ratio) adalah persentase deviden yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham (Jogiyanto,2000:252). 22 DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi. Rumus: DPR = Total Dividen Net Income B. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu akan saya rangkum secara singkat karena mengingat penelitian ini sendiri mengacu kepada beberapa penelitian terdahulu. Meskipun ruang lingkup dari beberapa penelitian yang akan dirangkum ini hampir sama, namun semuanya memiliki objek dan waktu yang berbeda. Diharapkan dengan adanya perbedaan yang terdapat pada penelitianpenelitian sebelumnya dapat dijadikan acuan penelitian ini dan dapat menambah referensi daripada penelitian yang akan dilakukan ini. Berikut ini adalah beberapa rangkuman penelitian sebelumnya : Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Peneliti 1 Judul Variabel Indpenden Variabel Dependen Hasil faktor-faktor yang Analisi Faktor – Volume faktor yang mempengaruhi Volatilitas Perdagangan, Lydianita Mempengaruhi volatilitas harga Harga Inflasi, Nilai Hugida Volatilitas Harga Saham Tukar dan Tingkat saham yang (2011) Saham (Studi Suku Bunga. berpengaruh secara pada Perusahaan 23 yang Terdaftar dalam Indeks LQ45 Periode 2006 – 2009) signifikan terhadap volatilitas harga saham adalah volume perdagangan, inflasi dan nilai tukar sedangkan suku bunga SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. 2 3 variabel dalam dampak kebijakan deviden yang berpengaruh signifikan terhadap Dampak Deviden Yield, Volatilitas Harga Kebijakan Deviden Payout Saham adalah Volatilitas Ratio,Volatilitas Deviden Deviden Yield dan Harga Julfi Terhadap Earning, size, Saham Deviden Payout Ratio fajrihan Volatilitas Harga Hutang Jangka (2010) sedangkan Volatilitas Saham Panjang dan Earning, Firm Size, Perusahaan Pertumbuhan DAR dan Growth In LQ45 di BEI Aset. Asset tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. nilai tukar dollar Analisis terhadap rupiah, suku Pengaruh Nilai indeks harga bunga, inflasi dan Achmad Tukar, Suku nilai tukar, suku pertumbuhan GDP saham Ath Bunga, Laju sektor bunga, inflasi dan secara bersamasama Thobarry properti pertumbuhan GDP berpengaruh Inflasi dan (2009) terhadap indeks Pertumbuhan harga saham sektor GDP terhadap properti, sedangkan 24 Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008) 4 5 Mamoon (2007) Macro Economic Uncertainty of 1990s and Volatility at Karachi Stock Exchange secara parsial nilai tukar dollar terhadap rupiah berpengaruh positif signifikan terhadap indeks harga saham sektor properti sedangkan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap indeks saham sektor properti. indeks harga Semua variabel perdagangan makroekonomi besar, indeks mempunyai pengaruh produksi sector positif yang signifkan industry, dan terhadap volatilitas jumlah uang harga saham, volume beredar, volume perdagangan perdagangan berpengaruh negatif. Volatilitas harga saham Microeconomic Determinants of Semua variabel Stock Price independen Volatilitaas Inflasi, tingkat Dritsaki Movement :An berpengaruh positif Harga suku bunga dan (2003) Empirical dan signifikan Saham produksi industri Investigation of terhadap volatilitas the Greek Stock harga saham. Market The Inflasi berpengaruh Macroeconomic negatif terhadap Determinants of Stock Price Inflasi, Harga volatilitas harga Volatilitas Volatility: Minyak, Nilai saham, sedangkan 6 Zan (2003) Harga Evidence From Tukar dan Suplai Saham variabel independen Taiwan, South Uang lainnya berpengaruh Korea, Singapore and positif. Hong Kong 25 Berdasarkan penelitian-penelitian di atas ada beberapa hal yang berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan. Hal-hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Studi kasus dalam penelitian Studi kasus dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011 . 2. Variabel yang digunakan Pada penelitian ini akan menggunakan variabel volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend Payout Ratio dimana variabel-variabel masih terjadi kontradiksi dalam penelitian-penelitian sebelumnya. 3. Tahun yang digunakan Data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar dalam Indeks LQ45 pada tahun 2008 sampai dengan 2011. C. Keterkaitan Antara Variabel Independen dengan Variabel Dependen 1. Pengaruh Volume Perdagangan terhadap Volatilitas Harga Saham Pada berbagai teori model hubungan antara volume dengan volatilitas yaitu volume berpengaruh terhadap volatilitas karena volume mencerminkan informasi yang diterima oleh pelaku pasar (Chan dan Fong, 2000). Hugida (2011) Volume perdagangan mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hal ini disebabkan karena apabila tidak ada informasi mengenai saham, maka investor lebih cenderung untuk tetap 26 memegang saham mereka, sehingga volume perdagangan menurun karena tidak banyak saham yang dijual, maka hal tersebut akan mengakibatkan volatilitasnya rendah. Begitu pula sebaliknya, apabila investor menerima informasi yang banyak mengenai suatu saham, maka investor akan banyak menjual saham mereka, hal ini akan berakibat meningkatnya volume perdagangan. Akibat dari peningkatan volume perdagangan tersebut, maka volatilitasnya juga akan naik. 2. Pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham Fama (Dritsaki, 2003) Inflasi menunjukkan hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dan volatilitas harga saham tersebut disebabkan oleh adanya hubungan positif antara tingkat inflasi dan tingkat pertumbuhan uang, dimana peningkatan supply uang akan memungkinkan peningkatan discount rate dan membuat harga saham menjadi lebih rendah. Peningkatan tingkat inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki, sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham. 27 3. Pengaruh Dividend Yield terhadap Volatilitas Harga Saham Dividend Yield adalah rasio antara dividen per saham (dalam satu tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham), dinyatakan dalam persentase. Penelitian Fajrihan (2010) menunjukkan dividend yield mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi maka semakin besar kemungkinan saham itu dinilai tinggi. Hal ini akan membuat investor mau menanamkan dananya pada saham tersebut, sehingga permintaan akan saham tersebut naik dan pada akhirnya menyebabkan harga saham akan naik juga. 4. Pengaruh Dividend Payout Ratio terhadap Volatilitas Harga Saham Dividend Payout Ratio adalah rasio antara dividen yang dibayarkan sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan (net income), pada tahun buku tersebut. Fajrihan (2010) menunjukkan dividend payout ratio mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Dividend payout ratio digunakan dalam menentukan jumlah laba yang dapat ditahan dalam perusahaan sebagai sumber pendanaan. jadi, semakin mapan perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi sehingga permintaan akan saham tersebut meningkat dan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut akan naik juga. 28 D. Kerangka Pemikiran Kerangka konseptual merupakan suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel-variabel penelitian, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah inflasi, volume perdagangan, dividend yield dan dividend payout ratio. Sedangkan, variabel dependen adalah volatilitas harga saham. Adapun kerangka konseptual dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 29 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BEI Perusahaan LQ45 Variabel Independen: 1. 2. 3. 4. Variabel Depeden : Volume Perdagangan Inflasi Dividend Yield Dividend Payout Ratio Volatilitas Harga Saham Analisis Regresi Linier Berganda Uji Asumsi Klasik Uji F Uji t Interpretasi Kesimpulan 30 Koefisien Determinasi D. Hipotesis Hipotesis adalah pernyataan tentative yang merupakan dugaan mengenai apa saja yang sedang kita amati dalam usaha untuk memahaminya. Good dan Scates (1954) menyatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau refrensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah-langkah selanjutnya. Hipotesis adalah dugaan sementara terhadap suatu masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pengujian Hipotesis Secara Simultan H0 : b1.....b4 = 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara simultan. H1 : b1.....b4 ≠ 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara simultan. 2. Pengujian Hipotesis Secara Parsial H0 : bi= 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara parsial. 31 H1 : bi ≠ 0 ; Variabel Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham secara parsial. 32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah, maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio terhadap voaltilitas harga saham. Periode penelitian ini dimulai dari bulan januari 2008 sampai bulan oktober 2011, periode ini dipilih karena pada tahun 2008 terjadi krisis Global yang berpengaruh terhadap harga saham di negara lain termasuk di Indonesia. B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel Menurut Sudjana (1997) populasi adalah kesatuan persoalan secara menyeluruh yang sudah ditentukan batas-batasnya secara jelas sebagian keseluruhan dari obyek yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan yang termasuk dalam LQ45 dari tahun 2008-2011 di Bursa Efek Indonesia (BEI). Alasan pemilihan saham-saham yang termasuk dalam LQ45 adalah saham-saham tersebut aktif diperdagangkan dan likuid. Sampel merupakan bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi (Djarwanto, 1995). Sampel penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di dalam Indeks LQ45 BEI pada periode tahun 2008 – 2011. Tahun tersebut dipilih karena selama periode tahun 2008 - 2011 indeks LQ45 mengalami gejolak harga yang sangat 33 tinggi. Teknik pengambilan sampel dipilih secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbangan yang ditetapkan. Kriteria-kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penetapan sampel yaitu: 1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang sahamnya masuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2008 – 2011. 2. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan paling aktif yang secara konsisten masuk sebagai anggota Indeks LQ45 periode 2008 – 2011. Dari populasi sebanyak 45 perusahaan, diperoleh sebanyak 17 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel tersebut. Untuk lebih jelasnya nama-nama perusahaan yang menjadi sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Tabel 3.1 Daftar Perusahaan Yang Menjadi Sampel Kode No Nama Perusahaan Saham 1 PT Astra Agro Lestari Tbk AALI 2 PT Aneka Tambang Tbk ANTM 3 PT Astra Internasional Tbk ASII 4 PT Bank Central Asia Tbk BBCA 5 PT Bank Rakyat Indonesia Tbk BBRI 6 PT Bank Negara Indonesia Tbk BBNI 7 PT Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 8 PT Bank Mandiri Tbk BMRI 9 PT Bumi Resources Tbk BUMI 10 PT Gudang Garam Tbk GGRM 11 PT Indofood Sukses Makmur Tbk INDF 12 PT Jasa Marga (Persero) Tbk JSMR 13 PT Kalbe Farma Tbk KLBF 14 PT Perusahaan Gas Negara Tbk PGAS 34 15 16 17 PT Telkomunikasi Indonesia Tbk PT United Tractors Tbk PT Unilever Indonesai Tbk TLKM UNTR UNVR C. Metode Pengumpulan Data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara dokumentasi dari berbagai macam sumber. Pengambilan data harga saham dilakukan di pojok BEI, yahoo finance untuk data volume perdagangan, laporan keuangan perusahaan untuk data dividend yield dan dividend payout ratio, serta situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id) untuk data inflasi. Selain itu pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan cara mengambil dari internet, artikel, jurnal, dan mempelajari dari buku-buku pustaka yang mendukung proses penelitian ini. D. Metode Analisis Data Secara umum analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel terikat (dependent) dengan satu atau lebih variabel bebas (independent), dengan tujuan untuk mengestimasi dan memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel terikat (dependent) berdasarkan nilai variabel bebas (independent) yang diketahui. Pusat perhatian adalah pada upaya menjelaskan dan mengevaluasi hubungan antara suatu variabel dengan satu atau lebih variabel independen (Gujarati,2006:35). Model regresi linear memiliki beberapa asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk menghasilkan estimasi yang baik atau dikenal dengan BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). 35 Penelitian ini menguji hipotesis dengan pengujian koefisien regresi simultan (Uji F), koefisien determinasi, dan pengujian koefisien regresi parsial (Uji t). Untuk semua pengujian dilakukan dengan bantuan perangkat lunak SPSS 16. Penelitian ini harus memenuhi asumsi-asumsi dasar yaitu uji normalitas, heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. 1. Pengujian Asumsi Klasik Pengujian terhadap asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui apakah suatu model regresi tersebut baik atau tidak jika digunakan untuk melakukan penaksiran. Suatu model dikatakan baik apabila bersifat BLUE (Best Linear Unbiased Estimator), yaitu memenuhi asumsi klasik atau terhindar dari masalah-masalah multikolinieritas, heteroskedastisitas, autokorelasi maupun uji linearitas. Oleh karena itu, dalam penelitian ini dilakukan uji terhadap asumsi klasik, apakah terjadi penyimpanganpenyimpangan atau tidak, agar model penelitian ini layak untuk digunakan. a. Uji Normalitas Uji normalitas adalah suatu pengujian yang digunakan untuk mengetahui apakah model regresi, variabel dependen, variable independen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memnpunyai distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas data menggunakan kolmogorovsmirnov Test, dengan membandingkan Asympotic Significance dengan 36 α = 0,05. dasar penarikan kesimpulan adalah data dikatakan berdistribusi normal apabila nilai Asympotic Significance-nya > 0,05 (Singgih Santoso, 2010:210). b. Uji Heteroskedastisitas Uji heterokedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi berganda terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pangamatan yang lain. Jika variance residual dari sebuah pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Cara untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas yaitu dengan melakukan uji glejser, jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Hasil tampilan output SPSS dengan jelas menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen. Hal ini terlihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Jadi dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas (Imam Ghozali,2006;125). c. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t 37 dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dikatakan ada autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi dapat digunakan dengan uji Durbin Watson, dimana kriteria pengujian menggunakan Durbin Watson dengan angka antara -2<d<2 (Singgih Santoso,2010:213), dengan rincian antara lain : Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif. Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif. d. Uji Multikolinieritas Uji Multikolineritas terjadi jika terdapat korelasi antara variable independen yang dilibatkan dalam model. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel bebasnya. Jika variabel bebasnya saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antara sesama variabel sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam sebuah model regresi adalah sebagai berikut dapat dilakukan antara lain dengan melihat nilai tolerance dan lawannya variance inflation factor (VIF). Suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang 38 nilai VIF nya berkisar antara angka 1 sampai 8 dan mempunyai angka tolerance mendekati 1 (Singgih Santoso,2010 :203). 2. Analisis Regresi Berganda Teknik analisis data yang digunakan didalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan, dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi tersebut adalah sebagai berikut : Y =a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + e Keterangan : Y = volatilitas harga saham a = konstanta b1….b4 = koefisien garis regresi X1 = Volume perdagangan X2 = Inflasi X3 = Dividend Yield X4 = Dividend Payout Ratio e = komponen kesalahan random (random eror) 39 Karena penelitian ini bersifat fundamental maka nilai koefisien regresi sangat berarti sebagai dasar analisis. Koefisien b akan bernilai positif (+) jika menunjukkan hubungan yang searah antara variabel independen dengan variabel dependen, Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan kenaikan variabel dependen, begitu pula sebaliknya jika variabel independent mengalami penurunan. Sedangkan nilai b akan negatif jika menunjukkan hubungan yang berlawanan. Artinya kenaikan variabel independen akan mengakibatkan penurunan variabel dependen, demikian pula sebaliknya. 3. Pengujian Terhadap Koefisien Regresi Secara Simultan ( Uji F ) Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. (Ghozali, 2011: 98). Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau: H0 : b1 = b2 = … = bk = 0 Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol, atau: Ha : b1 ≠ b2 ≠ … ≠ bk ≠ 0 40 Artinya, semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : 1) Quick Look: bila nilai F signifikansi F lebih kecil dari tingkat signifikansi maka H0 dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa semua variabel independen secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen. 2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar daripada nilai F tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha. Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi, 2009 :226) : F= R2 (k-1) (1- R2) x (n-3) 4. Pengujian Dengan Koefisien Regresi Parsial (Uji t ) Menurut Ghozali (2011: 98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau; 41 H0 : bi = 0 Artinya apakah suatu variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol, atau: Ha : bi ≠ 0 Artinya, variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Cara melakukan uji t adalah sebagai berikut: 1) Quick Look: bila jumlah degree of freedom (df) adalah 96 dengan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka H0 yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 ( dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen. 2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis hasil perhitungan dengan nilai t menurut tabel. Bila nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel, maka H0 ditolak dan menerima Ha. Dimana rumus unttuk menentukan F-hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi, 2009 :229) : t-hitung = b- B Sb 42 5. Koefisien Determinasi (R²) Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi model dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, Dimana jika variabel bebas lebih dari satu maka disarankan untuk menggunakan nilai adjusted R² dikarenakan nilai R2 akan selalu meningkat jika variabel bertambah sedangkan nilai adjusted R² dapat naik dan turun, sehingga lebih akurat dalam menjelaskan besarnya pengaruh variabel bebas terhaap variabel terikat (Ghozali, 2011: 97). E. Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan (Sugiyono,2004). Variabel penelitian ini terdiri dari dua macam variabel, yaitu variabel terikat (dependen variabel) atau variabel yang tergantung pada variabel lainnya, serta variabel bebas (independen variabel) atau variabel yang tidak tergantung pada variabel yang lainnya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Volatilitas Harga Saham atau Stock Price Volatility 43 (PV) sebagai variabel terikat (variabel dependen) dan variabel bebas yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio. 2. Definisi Operasional a. Variabel Dependen Variabel Dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel lain (variabel independen). Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah volatilitas harga saham, yaitu ukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Secara matematis, volatilitas harga untuk setiap saham ditunjukkan dengan metode nilai ekstrim Parkinson ( Fajrihan,2010) : = ( 0,5 [ ℎ) − ( ( ( ℎ) + PV = Price Volatility AP(High) = Harga Tertinggi AP(Low) = Harga Terendah ) )] b. Variabel Independen Variabel bebas (independen) adalah tipe variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio dijelaskan di bawah ini : 44 1. Volume perdagangan Volume perdagangan saham merupakan jumlah lembar saham yang diperdagangkan secara harian. Adapun volume perdagangan adalah jumlah lembar saham suatu perusahaan yang diperdagangkan dalam waktu tertentu. Volume perdagangan saham adalah keseluruhan nilai transaksi pembelian maupun penjualan saham oleh investor dalam mata uang. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolak ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian. 2. Inflasi Inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang secara umum yang terjadi terus menerus. Tingkat inflasi yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen (IHK). 3. Dividend Yield Dividend Yield adalah deviden yang dibayarkan dibagi dengan harga saham( Jones,1999). Dividend Yield dinyatakan dalam bentuk persentase yang merupakan salah satu komponen dari total return. Dividend Yield (DY) dihitung dengan formula sebagai berikut: = Deviden yang dibayrkan Harga Saham Sekarang 45 4. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara deviden per share dan earning per share. Deviden Payout Ratio (DPR) digunakan untuk mengukur berapa rupiah yang akan diberikan kepada pemegang saham dari keuntungan yang yang diperoleh perusahaan setelah dikurang pajak. DPR memberikan gambaran tingkat pembagian terhadap Net Income yang diperoleh perusahaan. Semakin mapan suatu perusahaan pada umumnya memiliki tingkat DPR yang semakin tinggi. = 46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda. Bursa Efek merupakan lembaga yang menyelenggarakan kegiatan sekuritas di Indonesia. Dahulu terdapat dua bursa efek di Indonesia, yaitu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Bursa Efek Jakarta didirikan di Batavia oleh pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912 dengan nama Vereneging Voor de Effectenhandel dengan tujuan untuk menghimpun dana guna menunjang ekspansi usaha perkebunan milik orangorang Belanda di Indonesia. Pada tahun 1914-1918 bursa efek di Batavia ditutup selama perang dunia I. Kemudian, perkembangan pasar modal di Indonesia cukup menggembirakan sehingga pemerintah kolonial Belanda terdorong untuk membuka bursa efek di kota lain, yaitu di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun karena gejolak politik yang terjadi di negara-negara Eropa yang mempengaruhi perdagangan efek di Indonesia, bursa efek di Surabaya dan Semarang ditutup, dan perdagangan efek dipusatkan di Jakarta. Karena Perang Dunia II pada akhirnya Bursa Efek Jakarta ditutup pada tanggal 10 Mei 1940. Pada tahun 1952 bursa efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan 47 UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata) Djojohadikusumo). dan Menteri Keuangan (Prof.DR. Sumitro Dengan penutupan ketiga bursa efek tersebut maka kegiatan perdagangan efek di Indonesia terhenti dari tahun 1956-1977 dan baru diresmikan kembali pada tanggal 10 Agustus 1977 oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal) . Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Sejak diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977, pemerintah melakukan serangkaian kebijakan dan deregulasi yang mendorong perkembangan pasar modal. Perkembangan pasar modal di Indonesia semakin pesat sejak diterapkannya Paket Desember 1987 (Pakdes '87) dan Paket Oktober 1988 (Pakto '88), yang tercermin dengan peningkatan gairah pelaku bisnis di pasar modal Indonesia. Secara umum isi Pakdes '87 dan Pakto '88 adalah : 1) dikenakannya pajak sebesar 15% atas bunga deposito dan 2) diijinkannya pemodal asing untuk membeli sahamsahammyang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Pada tanggal 22 Mei 1995 sistem otomatis perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS ( Jakarta Automated Trading Systems). Kemudian, pada tanggal 10 November 1995 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang NO.8 Tahun 1995 tentang pasar modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996. Beberapa tahun kemudian tepatnya tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warakat 48 (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia. Sekitar tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Pada tanggal 1 Desember 2007 Bursa Efek Surabaya (BES) digabungkan ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (Indonesia Stock Exchange). Bursa Efek Indonesia memfasilitasi perdagangan saham (equity), surat utang (fixed income), maupun perdagangan derivatif (derivative instruments). Hadirnya bursa tunggal ini diharapkan akan meningkatkan efisiensi industri pasar modal di Indonesia dan menambah daya tarik untuk berinvestasi. 2. Sejarah Objek Penelitian a. Sejarah Singkat LQ 45 Indeks LQ 45 terdiri dari 45 buah saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ 45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama sebagai berikut: a. Masuk dalam ranking 60 besar dari total transaksi saham di pasar reguler (rata-rata nilai transaksi selama 12 bulan terakhir). b. Ranking berdasarkan kapitalisasi pasar (rata-rata kapitalisasi pasar selama 12 bulan terakhir) c. Telah tercatat di BEI minimum 3 bulan d. Keadaan keuangan perusahaan dan prospek pertumbuhan. e. Frekuensi dan jumlah hari perdagangan transaksi pasar reguler. 49 b. Gambaran Umum Perusahaan-Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian 1. PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra Agro Niaga tanggal 4 Agustus 1989. Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995. Kantor pusat AALI dan entitas anak (Grup) berlokasi di jalan pulo ayang raya blok OR no. 1, kawasan industri pulogadung, Jakarta. Perkebunan kelapa sawit AALI saat ini berlokasi di Kalimantan Selatan dan pabrik minyak goreng berlokasi di Sumatra Utara. Perkebunan dan pabrik pengolahan entitas anak berlokasi di pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Pada tanggal 30 Juni 1997, AALI melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera. Penggabungan usaha ini dicatat dengan metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest). Setelah penggabungan usaha ini, nama perusahaan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp250 miliar menjadi Rp2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp500 (Rupiah penuh). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan AALI adalah perkebunan, perdagangan umum, perindustrian, pengangkutan, konsultan dan jasa. Namun kegiatan 50 utama Perusahaan bergerak dalam bidang usaha kelapa sawit. Pada tanggal 9 Desember 1997, AALI melakukan penawaran umum perdana saham AALI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 125.800.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran sebesar Rp1.550,- per saham. 2. PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) PT Aneka Tambang (Persero)Tbk (ANTM) didirikan dengan nama Perusahaan Negara (PN) Aneka Tambang tanggal 05 Juli 1968 dan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 5 Juli 1968. Kantor pusat ANTM berlokasi di gedung aneka tambang, Jl. Letjen T.B. Simatupang No. 1, Lingkar Selatan, Tanjung Barat, Jakarta, Indonesia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ANTM adalah di bidang pertambangan berbagai jenis bahan galian, serta menjalankan usaha di bidang industri, perdagangan, pengangkutan dan jasa lainnya yang berkaitan dengan galian tersebut. Pada tanggal 27 Nopember 1997, ANTM memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham ANTM (IPO) kepada masyarakat sebanyak 430.769.000 saham dengan nilai nominal Rp500,- per saham dan Harga Penawaran Perdana sebesar Rp1.400,- per saham. Saham- 51 saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Nopember 1997. 3. PT Astra International Tbk (ASII) PT Astra International Tbk (ASII) didirikan pada tanggal 20 Februari 1957 dengan nama PT Astra International Incorporated. Kantor pusat ASII berdomosili di Jl. Gaya motor raya No. 8, sunter II, Jakarta. Pemegang saham terbesar ASII adalah Jardine Cycle & Carriage Ltd, perusahaan yang didirikan di Singapura. Jardine Cycle & Carriage Ltd merupakan entitas anak dari Jardine Matheson Holdings Ltd, perusahaan yang didirikan di Bermuda. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ASII bergerak di bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama entitas anak meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan, infrastruktur dan teknologi informasi. 52 4. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) didirikan di Indonesia tanggal 10 Agustus 1955 dengan nama N.V. Perseroan Dagang Dan Industri Semarang Knitting Factory dan mulai beroperasi di bidang perbankan sejak tanggal 12 Oktober 1956. Saat ini BBCA memiliki 1 kantor pusat di Jakarta, 918 kantor cabang di seluruh Indonesia dan 2 kantor perwakilan luar negeri. Berdasarkan Anggaran Dasar Bank, Bank beroperasi sebagai bank umum. BBCA bergerak di bidang perbankan dan jasa keuangan lainnya. Pada tanggal 11 Mei 2000, BBCA memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum saham perdana (IPO) BBCA sebanyak 662.400.000 saham dengan jumlah nilai nominal Rp500,- dengan harga penawaran Rp1.400,per saham, yang merupakan 22% dari modal saham yang ditempatkan dan disetor, sebagai bagian dari divestasi pemilikan saham Republik Indonesia yang diwakili oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Penawaran umum ini dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada tanggal 31 Mei 2000. 5. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) didirikan 05 Juli 1946 di Indonesia sebagai Bank Sentral. Pada tahun 1968, BNI 53 ditetapkan menjadi Bank Negara Indonesia 1946 dan statusnya menjadi Bank Umum Milik Negara. Kantor pusat BNI berlokasi di Jl. Jend. Sudirman Kav. 1, Jakarta. Pada saat ini BNI memiliki 168 kantor cabang, 912 cabang pembantu domestik serta 429 outlet lainnya. Selain itu, jaringan BNI juga meliputi 4 kantor cabang luar negeri yaitu Singapura, Hong Kong, Tokyo dan London serta 1 kantor perwakilan di New York. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BBNI adalah melakukan usaha di bidang perbankan (termasuk melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah). Pada tanggal 28 Oktober 1996, BBNI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham BBNI (IPO) Seri B kepada masyarakat sebanyak 1.085.032.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp850,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 25 November 1996. 6. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) didirikan 16 Desember 1895. Kantor pusat BBRI berlokasi di Gedung BRI I, Jl. Jenderal Sudirman Kav. 44-46, Jakarta 10210. Pada saat ini BBRI memiliki 18 kantor wilayah, 16 kantor inspeksi, 442 kantor cabang 54 domestik, 1 kantor cabang khusus, 3 kantor perwakilan di luar negeri, 545 kantor cabang pembantu, 914 kantor kas, 5.000 BRI unit, dan 1.778 teras. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BBRI adalah turut melaksanakan dan menunjang kebijakan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya dengan melakukan usaha di bidang perbankan, termasuk melakukan kegiatan operasi sesuai dengan prinsip syariah. Pada tanggal 31 Oktober 2003, BBRI memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham BBRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 3.811.765.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp875,- per saham. Selanjutnya, opsi pemesanan lebih sejumlah 381.176.000 lembar saham dan opsi penjatahan lebih sejumlah 571.764.000 lembar saham masing-masing dengan harga Rp875,- setiap lembar saham telah dilaksanakan masing-masing pada tanggal 10 November 2003 dan 3 Desember 2003. Setelah IPO BRI dan opsi pemesanan lebih dan opsi penjatahan lebih dilaksanakan oleh Penjamin Pelaksana Emisi, Negara Republik Indonesia memiliki 59,50% saham di BRI. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2003. 55 7. PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) didirikan 16 Juli 1956. Kantor pusat BDMN berlokasi di gedung Menara Bank Danamon, Jalan Prof. Dr. Satrio Kav. E4 No.6 Mega Kuningan, Jakarta. Pada saat ini, BDMN memiliki 79 kantor cabang domestik, 1.562 kantor cabang pembantu domestik dan danamon simpan pinjam, 160 kantor cabang dan kantor cabang pembantu syariah. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BDMN adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankan dan melakukan kegiatan perbankan lainnya berdasarkan prinsip Syariah. BDMN mulai melakukan kegiatan berdasarkan prinsip Syariah tersebut sejak tahun 2002 dan pada tahun 2004 mulai melakukan kegiatan usaha mikro dengan nama Danamon Simpan Pinjam. Pada tanggal 24 Oktober 1989, BDMN memperoleh pernyataan efektif dari Menteri Keuangan untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) BDMN kepada masyarakat sebanyak 12.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp12.000,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 06 Desember 1989. 56 8. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) didirikan 02 Oktober 1998 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 Agustus 1999. Kantor pusat BMRI berkedudukan di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 36 – 38 Jakarta Selatan. Saat ini BMRI mempunyai 12 kantor wilayah domestik, 68 kantor area dan 949 kantor cabang pembantu, 502 kantor mandiri mitra usaha, 291 kantor kas dan 5 cabang luar negeri yang berlokasi di Cayman Islands, Singapura, Hong Kong, Timor Leste dan Shanghai (Republik Rakyat Cina). BMRI didirikan melalui penggabungan usaha PT Bank Bumi Daya (Persero) (BBD), PT Bank Dagang Negara (Persero) (BDN), PT Bank Ekspor Impor Indonesia (Persero) (Bank Exim) dan PT Bank Pembangunan Indonesia (Persero) (Bapindo). Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BMRI adalah melakukan usaha di bidang perbankan. Pada tanggal 23 Juni 2003, BMRI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham BMRI (IPO) kepada masyarakat sebanyak 4.000.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp675,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 2003. 57 9. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) PT Bumi Resources Tbk (BUMI) didirikan 26 Juni 1973 dan mulai beroperasi secara komersial pada 17 Desember 1979. Kantor pusat BUMI beralamat di Lantai 12, Gedung Bakrie Tower, Rasuna Epicentrum, Jalan H. R. Rasuna Said, Jakarta Selatan 12940. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan BUMI meliputi kegiatan eksplorasi dan eksploitasi kandungan batubara (termasuk pertambangan dan penjualan batubara) dan eksplorasi minyak. Pada tanggal 18 Juli 1990, BUMI memperoleh pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp4.500,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1990. 10. PT Gudang Garam Tbk (GGRM) PT Gudang Garam Tbk (dahulu PT Perusahaan Rokok Tjap) (GGRM) didirikan tanggal 26 Juni 1958 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1958. Kantor pusat GGRM beralamat di di Jl. Semampir II / 1, Kediri, Jawa Timur, serta memiliki pabrik yang berlokasi di Kediri, Gempol, Solo-Kartasura, Karanganyar dan Sumenep. GGRM juga memiliki Kantor-kantor Perwakilan yaitu 58 Kantor Perwakilan Jakarta di Jl. Jenderal A. Yani 79, Jakarta dan Kantor Perwakilan Surabaya di Jl. Pengenal 7 – 15, Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan GGRM bergerak di bidang industri rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Pada tanggal 17 Juli 1990, GGRM memperoleh izin Menteri Keuangan untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO). Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 57.807.800 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp10.250,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 27 Agustus 1990. 11. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) didirikan tanggal 14 Agustus 1990 dengan nama PT Panganjaya Intikusuma dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1990. Kantor pusat INDF berlokasi di Sudirman Plaza, Indofood Tower, Lantai 27, Jl. Jend. Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta. Sedangkan pabrik dan perkebunan INDF dan anak usaha berlokasi di berbagai tempat di pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Malaysia. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan INDF antara lain terdiri dari mendirikan dan menjalankan 59 industri makanan olahan, bumbu penyedap, minuman ringan, kemasan, minyak goreng, penggilingan biji gandum dan tekstil pembuatan karung terigu. Pada tahun 1994, INDF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham INDF (IPO) kepada masyarakat sebanyak 21.000.000 dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp6.200,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 14 Juli 1994. 12. PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) didirikan tanggal 01 Maret 1978 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1978. Kantor pusat JSMR beralamat di Plaza Tol Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta 13550. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan JSMR adalah turut serta melaksanakan dan menunjang kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya, khususnya pembangunan dibidang pengusahaan jalan tol dengan sarana penunjangnya dengan menerapkan prinsip-prinsip perusahaan terbatas. Saat ini, JSMR mengoperasikan 16 ruas jalan tol yang dikelola oleh 9 Kantor Cabang. 60 Pada tanggal 01 Nopember 2007, JSMR memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) JSMR kepada masyarakat sebanyak 2.040.000.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.700,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 12 Nopember 2007. 13. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) didirikan tanggal 10 September 1966 dan memulai kegiatan usaha komersialnya pada tahun 1966. Kantor pusat KLBF berdomisili di Gedung KALBE, Jl. Let. Jend. Suprapto Kav. 4, Cempaka Putih, Jakarta 10510 sedangkan fasilitas pabriknya berlokasi di Kawasan Industri Delta Silicon, Jl. M.H. Thamrin, Blok A3-1, Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan KLBF meliputi, antara lain usaha dalam bidang farmasi, perdagangan dan perwakilan. Saat ini, KLBF terutama bergerak dalam bidang pengembangan, pembuatan dan perdagangan sediaan farmasi termasuk obat dan produk konsumsi kesehatan. Pada tahun 1991, KLBF memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham (IPO) KLBF kepada masyarakat sebanyak 10.000.000 dengan nilai 61 nominal Rp1.000,- per saham dengan harga penawaran Rp7.800,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 30 Juli 1991. 14. PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS) didirikan tahun 1859 dengan nama Firma L.J.N. Eindhoven & Co. Gravenhage. Kemudian, pada tahun 1950, pada saat diambil alih oleh pemerintah Belanda, PGAS diberi nama NV. Netherland Indische Gaz Maatschapij (NV. NIGM). Pada tahun 1958, saat diambil alih oleh pemerintah Republik Indonesia, nama PGAS diganti menjadi Badan Pengambil Alih Perusahaan-Perusahaan Listrik dan Gas (BP3LG) yang kemudian beralih status menjadi BPU-PLN pada tahun 1961. Pada tanggal 13 Mei 1965, berdasarkan Peraturan Pemerintah, PGAS ditetapkan sebagai perusahaan negara dan dikenal sebagai Perusahaan Negara Gas (PN. Gas). Berdasarkan Peraturan Pemerintah tahun 1984, PN. Gas diubah menjadi perusahaan umum (Perum) dengan nama Perusahaan Umum Gas Negara. Perubahan terakhir berdasarkan Peraturan Pemerintah no.37 tahun 1994, PGAS diubah dari Perum menjadi perusahaan perseroan terbatas yang dimiliki oleh negara (Persero) dan namanya berubah menjadi PT 62 Perusahaan Gas Negara (Persero). Kantor pusat PGAS berlokasi di di Jl. K.H. Zainul Arifin No. 20, Jakarta. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan PGAS adalah melaksanakan perencanaan, pembangunan, pengelolaan dan usaha hilir bidang gas bumi yang meliputi kegiatan pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan niaga, perencanaan, pembangunan, pengembangan produksi, penyediaan, penyaluran dan distribusi gas buatan; atau usaha lain yang menunjang usaha. Saat ini, usaha utama PGAS adalah distribusi dan transmisi gas bumi ke pelanggan industri, komersial dan rumah tangga. Pada tanggal 05 Desember 2003, PGAS memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan penawaran umum perdana saham PGAS (IPO) kepada masyarakat sebanyak 1.296.296.000 dengan nilai nominal Rp500,- per saham dengan harga penawaran Rp1.500,per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 15 Desember 2003 15. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Perusahaan Perseroan (Persero) PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau TELKOM (TLKM) pada mulanya merupakan bagian dari Post en Telegraafdienst, yang didirikan pada tahun 1884. Pada tahun 1991, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 1991, status Perusahaan diubah menjadi perseroan terbatas milik negara 63 (Persero). Kantor pusat TLKM berlokasi di Jalan Japati No. 1, Bandung, Jawa Barat. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan TLKM adalah menyelenggarakan jaringan dan jasa telekomunikasi, informatika, serta optimalisasi sumber daya perusahaan, dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk mencapai tujuan tersebut di atas, TLKM menjalankan kegiatan yang meliputi: a. Usaha Utama: Merencanakan, membangun, menyediakan, mengembangkan, mengoperasikan, memasarkan atau menjual, menyewakan, dan memelihara jaringan telekomunikasi dan informatika b. Usaha Penunjang: 1.Menyediakan jasa transaksi pembayaran dan pengiriman uang melalui jaringan telekomunikasi dan informatika. 2.Menjalankan kegiatan dan usaha lain dalam rangka optimalisasi sumber daya yang dimiliki perusahaan, antara lain meliputi pemanfaatan aktiva tetap dan aktiva bergerak, fasilitas sistem informasi, fasilitas pendidikan dan pelatihan, dan fasilitas pemeliharaan dan perbaikan. Jumlah saham TLKM sesaat sebelum penawaran umum perdana (Initial Public Offering atau IPO) adalah 8.400.000.000, yang terdiri dari 8.399.999.999 saham Seri B dan 1 saham Seri A Dwiwarna 64 yang seluruhnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia (Pemerintah). Pada tanggal 14 November 1995, Pemerintah menjual saham TLKM yang terdiri dari 933.333.000 saham baru Seri B dan 233.334.000 saham Seri B milik pemerintah kepada masyarakat melalui IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI) (dahulu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya), dan penawaran dan pencatatan di Bursa Efek New York (NYSE) dan Bursa Efek London (LSE) atas 700.000.000 saham Seri B milik Pemerintah dalam bentuk American Depositary Shares (ADS). Terdapat 35.000.000 ADS dan masingmasing ADS mewakili 20 saham Seri B pada saat itu. 16. PT United Tractors Tbk (UNTR) PT United Tractors Tbk (UNTR) didirikan di Indonesia pada tanggal 13 Oktober 1972 dengan nama PT Inter Astra Motor Works dan memulai kegiatan operasinya pada tahun 1973. UNTR berkedudukan di Jakarta dan mempunyai 18 cabang, 17 kantor lokasi dan 12 kantor perwakilan yang tersebar di seluruh Indonesia. Kantor pusat berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km. 22, Cakung, Jakarta. Perusahaan melalui pemegang saham utama, PT Astra International Tbk (Astra), adalah bagian dari Jardine Matheson Holdings Ltd. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha UNTR dan entitas anak (bersama-sama disebut Grup) meliputi penjualan dan penyewaan alat berat beserta pelayanan purna jual, 65 pertambangan dan kontraktor pertambangan. Termasuk didalam kontraktor pertambangan adalah jasa kontraktor pertambangan terpadu. Pada tahun 1989, UNTR melalui penawaran umum perdana saham menawarkan 2.700.000 lembar sahamnya kepada masyarakat dengan nilai nominal Rp1.000,- per saham, dengan harga penawaran sebesar Rp7.250,- per saham. 17. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933 dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dan mulai beroperasi secara komersial tahun 1933. Kantor Perusahaan berlokasi di Jalan Jendral Gatot Subroto Kav. 15, Jakarta. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jalan Jababeka 9 Blok D, Jalan Jababeka Raya Blok O, Jalan Jababeka V Blok V No. 14-16, Kawasan Industri Jababeka Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, dan Jalan Rungkut Industri IV No. 5-11, Kawasan Industri Rungkut, Surabaya, Jawa Timur. Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan usaha perusahaan meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk–produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari buah. 66 B. Deskripsi Variabel Penelitian a. Volatilitas Harga Saham Volatilitas adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu (Firmansyah, 2006). Tabel 4.1 Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011 Perusahaan AALI ANTM ASII BBCA BBRI BBNI BDMN BMRI BUMI GGRM INDF JSMR KLBF PGAS TLKM UNTR UNVR 2008 0,393 0,338 0,326 0,236 0,309 0,307 0,315 0,297 0,429 0,225 0,285 0,244 0,207 0,307 0,210 0,377 0,133 2009 0,190 0,238 0,218 0,185 0,197 0,200 0,225 0,212 0,416 0,306 0,237 0,145 0,212 0,157 0,146 0,221 0,133 2010 0,152 0,164 0,151 0,131 0,149 0,176 0,168 0,152 0,246 0,178 0,155 0,151 0,200 0,120 0,108 0,153 0,154 2011 0,135 0,141 0,146 0,135 0,158 0,166 0,151 0,174 0,204 0,157 0,151 0,119 0,157 0,155 0,100 0,182 0,116 Sumber : Data diolah Dengan melihat table 4.1 diatas, maka dapat disimpulkan perusahaan yang mempunyai tingkat harga saham yang stabil selama empat tahun adalah PT Kalbe Farma Tbk. Ini menandakan saham KLBF bagus karena harga saham tidak berfluktuatif. 67 b. Volume Perdagangan Volume perdagangan saham adalah banyaknya lembaran saham suatu emiten yang diperjualbelikan di pasar modal setiap hari dengan tingkat harga yang disepakati oleh pihak penjual dan pembeli saham. Volume perdagangan ini seringkali dijadikan tolak ukur (benchmark) untuk mempelajari informasi dan dampak dari berbagai kejadian. Tabel 4.2 Volume Perdagangan Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011 Perusahaan 2008 2009 AALI 2.864.583 1.618.300 ANTM 71.299.233 60.647.575 ASII 63.806.642 46.729.408 BBCA 23.196.300 15.678.700 BBRI 37.293.775 34.620.533 BBNI 36.882.108 35.108.950 BDMN 4.904.033 13.437.342 BMRI 37.247.558 32.216.492 BUMI 159.706.692 401.031.108 GGRM 558.733,3 862.891,7 INDF 22.607.175 39.641.992 JSMR 9.769.958 13.125.225 KLBF 65.380.875 86.890.892 PGAS 54.776.175 39.132.383 TLKM 26.856.400 18.259.533 UNTR 8.497.125 5.691.417 UNVR 1.638.025 1.857.083 2010 2011 1.534.450 1.083.492 31.718.808 15.430.092 39.881.083 44.655.308 12.202.700 13.727.717 31.339.300 40.259.450 25.486.192 28.152.308 6.686.750 7.917.175 23.593.817 42.033.000 174.223.558 104.744.658 1.067.042 1.163.867 21.985.108 14.489.675 10.851.475 8.271.333 190.426.708,3 61.663.133,33 35.424.000 40.789.617 24.455.408 18.755.275 4.335.300 5.169.042 1.883.950 2.082.108 Sumber : Data diolah Dengan melihat table 4.2 diatas, maka dapat disimpulkan bahwa volume perdagangan setiap perusahaan pada LQ45 dari tahun 2008 sampai dengan 2011 mengalami fluktuasi. Pada tahun 2008 jumlah lembar saham yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Bumi 68 Resources Tbk sebesar 159.706.692. Pada tahun 2009 jumlah lembar saham yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 401.031.108. Kemudian, pada tahun 2010 jumlah lembar saham yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Kalbe Farma Tbk sebesar 190.426.708,3 dan pada tahun 2011 jumlah lembar saham yang diperdagangan tertinggi di peroleh PT Bumi Resources Tbk sebesar 104.744.658. Jadi, selama empat tahun berturut saham-saham tersebutlah yang banyak melakukan transaksi jual-beli saham dibandingkan dengan saham lainnya. Ini menunjukkan banyak investor yang tertarik pada sahamsaham tersebut. c. Inflasi Inflasi adalah suatu keadaan peristiwa moneter yang menunjukan kecenderungan akan naiknya harga-harga barang secara umum dan terjadi secara terus menerus. Kenaikan harga ini dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Beberapa indeks harga yang sering digunakan untuk mengukur inflasi antara lain: indeks biaya hidup/Indeks Harga Konsumen (Consumer Price Index), indeks harga perdagangan besar (Wholesale Price Index), GNP deflator. 69 Tabel 4.3 Rata-rata Inflasi Tahun 2008 2009 2010 2011 Inflasi 0,103 0,048 0,051 0,054 Sumber : Data diolah Berdasarkan tabel 4.3 diatas menunjukkan inflasi tertinggi terjadi pada tahun 2008 yaitu mencapai 0,103. Sedangkan, Inflasi pada tahun 2010 mencapai 0,051 atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya (2009) yang sebesar 0.048. Pada tahun 2011, tingkat inflasi mengalami kenaikan yaitu berada pada posisi 0,054 dibandingkan tahun sebelumnya (2010) yang sebesar 0,051. Jadi, pada saat inflasi tertinggi terjadi yaitu pada tahun 2008 investor lebih memilih menginvestasikan dananya ke Bank karena lebih aman dibandingkan dengan menginvestasikan dananya di pasar modal. d. Dividend Yield Dividend Yeild adalah rasio antara deviden per saham (dalam satu tahun buku) dengan harga saham (dividen/harga saham), dinyatakan dalam persentase. 70 Tabel 4.4 Dividend Yield Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011 Perusahaan AALI ANTM ASII BBCA BBRI BBNI BDMN BMRI BUMI GGRM INDF JSMR KLBF PGAS TLKM UNTR UNVR 2008 0,0515 0,0527 0,0825 0,0308 0,0369 0,0118 0,0293 0,0437 0,0556 0,0824 0,0505 0,0571 0,0313 0,0224 0,043 0,0727 0,0404 2009 0,0398 0,0115 0,0239 0,0227 0,0173 0,0287 0,02 0,0041 0,0114 0,0302 0,0262 0,0486 0,0192 0,0395 0,0305 0,0213 0,0361 2010 0,0371 0,0289 0,0086 0,0176 0,011 0,017 0,021 0,0261 0,0138 0,022 0,0273 0,0309 0,0215 0,0349 0,0406 0,0248 0,0269 2011 0,0459 0,0526 0,0268 0,0196 0,0181 0,0164 0,0255 0,0156 0,0066 0,0616 0,038 0,0188 0,0279 0,0424 0,0526 0,0311 0,029 Sumber : Data diolah Berdasarkan hasil perhitungan Dividend Yield masing-masing perusahaan pada tabel 4.4 pada tahun 2008 Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 0,0825 dan terendah dipegang oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 0,0118. Pada tahun 2009 Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) sebesar 0,0486 dan terendah dipegang oleh PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) sebesar 0,0041. Pada tahun 2010 Dividend Yield tertinggi dimiliki oleh PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) sebesar 0,0406 dan terendah dipegang oleh PT Astra International Tbk (ASII) sebesar 0,0086. pada tahun 2011 Dividend Yield tertinggi 71 dimiliki oleh PT Gudang Garam Tbk (GGRM)sebesar 0,0616 dan terendah dipegang oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 0,0066. Jadi, bagi perusahaan yang membagikan dividend yield nya tinggi itu berarti laba yang dihasilkan perusahaan lebih banyak digunakan untuk pembagian dividennya. Sedangkan, perusahaan yang membagikan dividend yield nya rendah itu berarti perusahaan lebih banyak menggunakan laba yang dihasilkan untuk ekspansi perusahaan. e. Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio adalah rasio antara deviden yang dibayarkan sebuah perusahaan (dalam satu tahun buku) dibagi dengan keuntungan bersih perusahaan (net income), pada tahun buku tersebut. Tabel 4.5 Dividend Payout Ratio Perusahaan LQ 45 periode 2008-2011 Perusahaan AALI ANTM ASII BBCA BBRI BBNI BDMN BMRI BUMI GGRM INDF JSMR KLBF PGAS TLKM UNTR UNVR 2008 0,3032 0,4007 0,3832 0,4268 0,3492 0,1 0,2995 0.3483 0,1389 0,3581 0,399 0,4996 0,1796 0,15124 0,5637 0,4001 0,9984 2009 0,8582 0,4006 0,3347 0,3984 0,2228 0,35 0,498 0,0565 0,299 0,3619 0,3934 0,6022 0,2733 0,6001 0,5125 0,2876 0,10001 Sumber : Data diolah 72 2010 0,6481 0,4007 0,1324 0,3271 0,1247 0,3 0,3499 0,3194 0,3107 0,4084 0,3955 0,6022 0,5527 0,6 0,5637 0,5968 0,10002 2011 0,6271 0,4509 0,3775 0,3594 0,1927 0,1945 0,2902 0,1963 0,1524 0,3881 0,3062 0,4059 0,6266 0,5295 0,4832 0,5217 0,10004 Berdasarkan hasil perhitungan Dividend Payout Ratio masingmasing perusahaan pada tabel 4.5 pada tahun 2008 Dividen Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGAS) sebesar 0,15124 dan terendah dipegang oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) sebesar 0,1. Pada tahun 2009 Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 0,10001 dan terendah dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 0,2228. Pada tahun 2010 Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 0,10002 dan terendah dipegang oleh PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sebesar 0,1247. pada tahun 2011 Dividend Payout Ratio tertinggi dimiliki oleh PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) sebesar 0,10004 dan terendah dipegang oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) sebesar 0,1524. Jadi, bagi perusahaan yang membagikan dividend payout ratio nya tinggi itu berarti laba yang dihasilkan perusahaan lebih banyak digunakan untuk pembagian dividennya. Sedangkan, perusahaan yang membagikan dividend payout ratio nya rendah itu berarti perusahaan lebih banyak menggunakan laba yang dihasilkan untuk ekspansi perusahaan. 73 C. Analisis dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi baik variabel dependen, variabel independen atau keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Pedoman Suatu regresi berdistribusi normal atau tidak, menggunakan hipotesis sebagai berikut : H0 = Data berdistribusi normal Ha = Data berdistribusi tidak normal H0 diterima apabila nilai sig lebih besar daripada 0,05 dan H0 ditolak (Ha diterima) apabila nilai sig lebih kecil daripada 0,05. Berikut ini adalah uji normalitas menggunakan uji klomorgov-Smirnov. Tabel 4.6 Uji Normalitas Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 68 a Normal Parameters Mean Std. Deviation Most Extreme Differences .0000000 .04673861 Absolute .090 Positive .090 Negative -.064 Kolmogorov-Smirnov Z .743 Asymp. Sig. (2-tailed) .640 Sumber : data diolah 74 Dapat dilihat pada tabel 4.6 bahwa nilai sig adalah 0,640 yang berarti nilai sig > 0,05 yang artinya seluruh data pada model persamaan regresi dengan variabel dependen volatilitas harga saham berdistribusi secara normal. b. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas dapat terjadi jika terdapat nilai varians residual yang sama untuk semua pengaturan, atau terdapat pengaruh perubahan variabel bebas (X) dengan nilai mutlak residual, sehinga penaksiran koefisien regresi menjadi tidak efisien dan hasil penafsiran akan menjadi kurang akurat. Untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan uji glejser dan dapat dilihat olahan data sebagai berikut Tabel 4.7 Uji Glejser Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error .023 .014 -3.802E-11 .000 Inflasi .161 DY DPR Volume Coefficients Beta T Sig. 1.626 .109 -.075 -.590 .558 .197 .124 .816 .417 .101 .289 .057 .349 .729 .002 .022 .014 .102 .919 a. Dependent Variable: RES2 Sumber : data diolah 75 Dapat dilihat di tabel 4.7 dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya di atas tingkat kepercayaan 5%. Oleh karena itu, dapat dikatakan tidak terjadi heteroskedastisitas pada data dengan variabel dependen volatilitas harga saham. c. Uji Multikolinieritas Tujuan menguji multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen. Jika tedapat korelasi, maka dapat dikatakan terjdi masalah miltikolineritas. Pedoman bahwa suatu persamaan regresi tidak terjadi masalah multikolinieritas adalah sebagai berikut: • Mempunyai nilai VIF (Variance Inflation Factor) < 10 • Mempunyai nilai TOLERANCE > 0,1 Tabel 4.8 Uji Multikolinieritas Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham a Coefficients Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) Volume .937 1.068 Inflasi .667 1.500 DY .568 1.760 DPR .810 1.234 Sumber : data diolah 76 Dapat dilihat pada tabel 4.8 bahwa nilai VIF semuanya kurang dari 10, dan nilai dari Tolerance lebih dari 0,1 hal ini menandakan bahwa pada persamaan regresi liner berganda dengan variabel dependen volatilitas harga saham tidak terdapat masalah multikolinieritas. d. Uji Autokorelasi Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Kriteria pengujian menggunakan Durbin Watson dengan angka antara -2<d<2, dengan rincian antara lain : • Angka D-W dibawah -2 berarti terdapat autokorelasi positif • Angka D-W diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi • Angka D-W diatas +2 berarti ada autokorelasi negatif Tabel 4.9 Uji Autokorelasi Data Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham b Model Summary Model 1 R Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square a .796 .634 .611 .048200 Durbin-Watson 1.503 Sumber : data diolah Tabel 4.9 menunjukkan bahwa nilai uji Durbin Watson pada penelitian ini berkisar antara –2 sampai dengan +2 yaitu berada pada nilai 77 1,503. Jadi dapat disimpulkan bahwa koefisien regresi bebas dari gangguan autokorelasi 2. Hasil dan Pembahasan a. Uji F Uji statistik F bertujuan mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel terikatnya yaitu volatilitas harga saham. Berikut hasil Uji F yang diolah menggunakan SPSS yang disajikan dalam Tabel 4.10 Tabel 4.10 Uji F Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham b ANOVA Model 1 Sum of Squares df Mean Square Regression .253 4 .063 Residual .146 63 .002 Total .400 67 F 27.261 Sig. a .000 Dari hasil perhitungan di atas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi adalah sebesar 0,000 dan nilai F hitung sebesar 27,261. Dasar pengambilan keputusan adalah tingkat signifikansinya sebesar 5% atau 0,05. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka menunjukkan adanya pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio tehadap volatilitas harga saham. 78 b. Uji t Uji statistik t bertujuan mengetahui apakah variabel bebas yang digunakan dalam persamaan regresi yaitu volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio secara individual (parsial) mampu menjelaskan variabel terikatnya yaitu volatilitas harga saham. Tabel 4.11 Uji t Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Volume Std. Error .072 .023 5.940E-10 .000 1.956 Inflasi DY DPR Coefficients Beta T Sig. 3.187 .002 .452 5.735 .000 .317 .577 6.179 .000 .451 .464 .098 .973 .335 -.081 .036 -.191 -2.254 .028 a. Dependent Variable: volatilitas Sumber : data diolah 1. Volume perdagangan mempunyai nilai level signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, dengan demikian volume perdagangan berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hugida (2011) yang menemukan adanya pengaruh signifikan perdagangan terhadap volatilitas harga saham. 79 variabel volume 2. Inflasi mempunyai nilai level signifikansi sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga Ho ditolak dan H1 diterima, dengan demikian inflasi berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga saham. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hugida (2011) yang menemukan adanya pengaruh signifikan variabel inflasi terhadap volatilitas harga saham. Peningkatan tingkat inflasi akan menyebabkan kebijakan ekonomi yang lebih ketat dan akan membuat efek negatif terhadap harga saham. Efek negatif yang diterima oleh harga saham ini tentunya akan mendorong investor untuk menjual saham yang dimiliki, sehingga akan berakibat meningkatnya volatilitas harga saham. 3. Dividend Yield mempunyai nilai level signifikansi sebesar 0,335 dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga H0 diterima dan H1 ditolak, dengan demikian dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Wagiri(2013) yang menyatakan bahwasannya investor lebih menyukai pembagian dividen yang rendah dibanding yang tinggi. Hal ini didasari pajak capital gain yang lebih rendah dibanding dividen sehingga investor lebih menyukai perusahaan untuk menahan laba untuk mengembangkan perusahaan. 80 4. Dividend Payout Ratio mempunyai nilai level signifikansi sebesar 0,028 dengan tingkat signifikansi yang dipersyaratkan < 0,05. Nilai tersebut lebih kecil dari 0,05 sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, dengan demikian dividend payout ratio berpengaruh signifikan terhadap volatilitas harga. dengan dengan tingkat signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan H1 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Fajrihan(2010) yang menemukan adanya pengaruh signifikan negatif variabel dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham. Ini berarti jika dividend payout ratio nya rendah maka volatilitas akan naik atau sebaliknya. Ini terjadi karena investor lebih memilih pembagian dividend payout ratio yang rendah karena mereka beranggapan lebih baik laba yang dihasilkan perusahaan digunakan untuk ekspansi perusahaan. Dari tabel 4.11 dapat diketahui koefisien dari masing-masing variabel, sehingga dapat disusun persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,072 + 5,940 E-10Volume + 1,956 Inflasi + 0,451DY – 0,081DPR + e Dari persamaan regresi diatas dapa diketahui : 1. Hasil regresi menunjukkan konstanta sebesar 0,072 menyatakan bahwa jika nilai volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio adalah konstan atau sama dengan nol, maka dapat dikatakan 81 bahwa dalam periode 2008-2011 jumlah volatilitas harga saham adalah sebesar 0,072 %. 2. Volume perdagangan (X1) menunjukan nilai sebesar 5,940E-10 menyatakan bahwa jika volume perdagangan naik 1 lembar saham maka volatilitas harga saham akan naik sebesar 5,940E-10 %. 3. Inflasi (X2) menunjukan nilai sebesar 1,956 menyatakan bahwa jika inflasi naik 1% maka volatilitas harga saham akan naik sebesar 1,956%. 4. Dividend Yield (X3) nilai sebesar 0,451 menyatakan bahwa jika Dividend Yield naik 1% maka volatilitas harga saham akan naik sebesar 0,451%. 5. Dividend Payout Ratio (X3) nilai sebesar -0,081 menyatakan bahwa jika Dividend Payout Ratio naik 1% maka volatilitas harga saham akan turun sebesar 0,081%. c. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Dalam perhitungan statistik ini nilai R2 yang digunakan adalah adjusted R square. Adjusted R square adalah suatu indikator yang 82 digunakan untuk mengetahui pengaruh penambahan suatu variabel independen ke dalam suatu persamaan regresi. Berikut adalah koefisien determinasi dari penelitian ini yang disajikan dalam tabel 4.12 Tabel 4.12 Koefisien Determinasi Persamaan Regresi Volatilitas Harga Saham b Model Summary Model 1 R Adjusted R Std. Error of the Square Estimate R Square a .796 .634 .611 Durbin-Watson .048200 1.503 Sumber : data diolah Dari tabel di atas bahwa nilai adjusted R square adalah sebesar 0,611 menunjukkan bahwa variasi variabel independen mampu menjelaskan 61,1% variasi variabel dependen, sedangkan sisanya yaitu sebesar 38,9% dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel independen. Jadi, dapat disimpulkan faktor yang paling mempengaruhi volatilitas harga saham adalah inflasi. Ini karena, inflasi mempunyai hubungan positif dengan volatilitas harga saham. Hubungan positif antara inflasi dengan volatilitas harga saham tersebut disebabkan karena adanya hubungan antara inflasi dengan tingkat pertumbuhan uang. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dritsaki (2003) dimana inflasi adalah faktor mempengaruhi volatilitas harga saham. 83 yang paling dominan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk megetahui pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham, yang dimana dalam penelitian ini yang dipergunakan adalah volatilitas harga saham perusahaan di LQ45. Maka berdasarkan hasil analisis statistik mengenai pengaruh volume perdagangan, inflasi, dividend yield dan dividend payout ratio terhadap volatilitas harga saham pada beberapa perusahaan yang terdaftar di LQ45 tahun 2008 sampai tahun 2011, maka dapat ditarik hasil penelitian dengan kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara simultan , H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang berarti variabel independen yaitu Volume Perdagangan, Inflasi, Dividend Yield dan Dividend Payout Ratio bepengaruh terhadap Volatilitas Harga Saham. 2. Secara parsial, H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang berarti variabel independen yaitu Volume Perdagangan, Inflasi dan Dividend Payout Ratio berpangaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. Sedangkan, variabel Dividend Yield tidak berpengaruh signifikan terhadap Volatilitas Harga Saham. 3. Dari variabel-variabel yang mempengaruhi volatilitas harga saham di temukan variabel yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap volatilitas harga saham yaitu inflasi. Ini karena,inflasi mempunyai hubungan positif dengan 84 volatilitas harga saham. Jadi, semakin tinggi inflasi maka volatilitas harga saham juga semakin tinggi. B. Saran Melihat keterbatasan penelitian ini, maka untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk : 1. Bagi akademisi dan peneliti, dengan pembahasan yang sejenis disarankan untuk melakukan kajian lebih lanjut dengan memasukkan variabel bebas lainnya, seperti nilai tukar, SBI dan faktor makroekonomi lainnya. 2. Bagi investor, dalam melakukan aktivitas investasi terhadap saham yang diperjualbelikan di bursa efek, sebaiknya investor memperhatikan tingkat inflasi karena semakin tinggi tingkat inflasi maka semakin tinggi tingkat volatilitas harga saham. Oleh karena itu, jika inflasi terlalu tinggi maka pemerintah melakukan kebijakan ekonomi yaitu dengan meningkatkan BI Rate. Maka sebaiknya dana yang dimiliki oleh investor dialihkan ke bank karena lebih aman dibanding dana yang dimiliki investor tersebut di alihkan di pasar modal. 3. Bagi Emiten atau Perusahaan, besar kecilnya deviden yang akan diberikan kepada investor dan laba yang akan ditahan akan mempengaruhi harga suatu saham. Karena investor pada umumnya menginginkan keuntungan yang pasti. Hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi tambahan dan pertimbangan bagi perusahaan dalam melakukan kebijakan yang berhubungan dengan investasi. 85 DAFTAR PUSTAKA Ang, Robert, 1997, “ Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia “, First Edition Mediasoft Indonesia. Anonim. “Buku Panduan Indeks Saham Bursa Efek Indonesia”, BAPEPAM, Jakarta, 2010. Bodie, et. all. “ Manajemen Investasi “, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009. Boediono, “Ekonomi Moneter”, Edisi ketiga, Penerbit BPFE, Yogyakarta, 2000. Case and Fair. “ Prinsip-Prinsip Ekonomi”, Edisi Delapan, PT.Erlangga, Jakarta, 2007. Chan, K. And Fong, W. 2000. Trade size, Order imbalance, and The Volatility Volume Relation. Journal of Financial Economics 57, 247 – 273. Dritsaki, Melina, Chaido Dritsaki. 2003. Macroeconomic Determinants of Stock Price Movement:An Empirical Investigation of the Greek Stock Market. University of Macedonia. Fajrihan, Julfi. “Dampak Kebijakan Deviden terhadap Volatilitas Harga Saham Perusahaan LQ45 di BEI”, UIN Syahid Jakarta, 2010. Firmansyah. 2006. Analisis Volatilitas Harga Kopi Internasional. Jakarta : Usahawan. Ghozali, Imam. “Aplikasi analisis Multivariate Dengan Program IBM SPSS 19”, Edisi pertama, Universitas Diponogoro, Semarang, 2011. Gujarati, Damodaran. “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Jilid Dua Edisi Ketiga, Erlangga, Jakarta, 2006. Halim, Abdul. “Analisis Kelayakan Investasi Bisnis, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2009. Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007 Hugida, Lydianita. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham (Studi pada Perusahaan yang terdaftar dalam indeks LQ45 Periode 2006-2009), Jurnal UNDIP, 2011. 86 Jogiyanto. 2007. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta:BPFE Jones,C.P., “Investment: Analysis and management”, John Wiley & Son, New York,1999. Khadijah,Siti. “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar, Harga Emas, Harga Minyak Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dan Indeks Saham LQ 45 Periode 2005 – 2012”, UIN Syahid Jakarta, 2013. Mamoon, Dawood. 2007. Macro Economic Uncertainty of 1990s and Volatility at Karachi Stock Exchange. Munich Personal RePEc Archive Paper. Murhadi, Werner R. “Analisis Saham Pendekatan Fundamental”, Permata Puri Media, Jakarta. 2009. Nachrowi Djalal, Hardius Usman. 2002. Penggunaan Teknik Ekonometri. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. 2010. Manajemen Keuangan, Jakarta : Mitra Wacana Media. Samsul, Mohamad. “Pasar Modal dan Manajemen Portofolio”, Erlangga, Jakarta, 2008. Santoso, Singgih. “ Statistik Parametrik”, PT.Elex Media Koputindo, Jakarta, 2010. Schwert, G. William. 1989. Why Does Stock Market Volatility Change Over Time?. The Journal Of Finance. Vol. XLIV, No. 5 Siamat, Dahlan. “Manajemen Lembaga Keuangan”, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. 2001. Sudjaja, et. all. “Manajemen Keuangan 2”, Edisi Enam, Penerbit Literata Lintas Media, Bandung. 2010. Suharyadi dan Purwanto. “Statistik Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern”, Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2009. Sukirno, Sadono. “Teori Pengarntar Makroekonomi” Edisi ketiga, PT.Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003. Sulaiman, Wahid. “Analisis Regresi Menggunakan SPSS (contoh kasus dan pemecahannya)”. Andi Yogyakarta. 2004. 87 Tandelilin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” BPFE, Yogyakarta, 2001. Thobarry, Achmad. “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Suku Bunga, Laju Inflasi dan Pertumbuhan GDP terhadap Indeks Harga Saham Sektor Properti (Kajian Empiris Pada Bursa Efek Indonesia Periode Pengamatan Tahun 20002008”, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. Wagiri,W.Agung.“Pengaruh Deviden Yield, B/M (Book to Market) & Earning Yield terhadap Harga Saham Perusahaan pada Sektor Aneka Industri Periode 2007-2011”, Universitas Surabaya, 2013. Yuswandi, Yowedy. “Analisa Pengaruh Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rp Terhadap USD dan Indeks IHSG Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham-Saham Sinaemas Group)”, Vol 1, No 1, Jurnal Pasar Modal dan Perbankan ISSN 2301- 4733, Mei 2012. Zan, Song, Chiou Wei. 2003. The Macroeconomic Determinants of Stock Price Volatility:Evidence From Taiwan, South Korea, Singapore, and Hong Kong. Department of Managerial Economics and Institute of Economics Nan-Hua University. www.idx.com www.bi.go.id www.finance.yahoo.com www.wikipedia.org 88 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Data Sampel Penelitian 1. Variabel Dependen dan Independen Perusahaan AALI ANTM ASII BBCA BBRI BBNI BDMN BMRI BUMI Tahun 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 Volatilitas 0,393 0,190 0,152 0,135 0,338 0,238 0,164 0,141 0,326 0,218 0,151 0,146 0,236 0,185 0,131 0,135 0,309 0,197 0,149 0,158 0,307 0,200 0,176 0,166 0,315 0,225 0,168 0,151 0,297 0,212 0,152 0,174 0,429 0,416 0,246 0,204 Volume 2.864.583 1.618.300 1.534.450 1.083.492 71.299.233 60.647.575 31.718.808 15.430.092 63.806.642 46.729.408 39.881.083 44.655.308 23.196.300 15.678.700 12.202.700 13.727.717 37.293.775 34.620.533 31.339.300 40.259.450 36.882.108 35.108.950 25.486.192 28.152.308 4.904.033 13.437.342 6.686.750 7.917.175 37.247.558 32.216.492 23.593.817 42.033.000 159.706.692 401.031.108 174.223.558 104.744.658 89 Inflasi 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 DY 0,0515 0,0398 0,0371 0,0459 0,0527 0,0115 0,0289 0,0526 0,0825 0,0239 0,0086 0,0268 0,0308 0,0227 0,0176 0,0196 0,0369 0,0173 0,011 0,0181 0,0118 0,0287 0,017 0,0164 0,0293 0,02 0,021 0,0255 0,0437 0,0041 0,0261 0,0156 0,0556 0,0114 0,0138 0,0066 DPR 0,3032 0,8582 0,6481 0,6271 0,4007 0,4006 0,4007 0,4509 0,3832 0,3347 0,1324 0,3775 0,4268 0,3984 0,3271 0,3594 0,3492 0,2228 0,1247 0,1927 0,1 0,35 0,3 0,1945 0,2995 0,498 0,3499 0,2902 0,3483 0,0565 0,3194 0,1963 0,1389 0,299 0,3107 0,1524 GGRM INDF JSMR KLBF PGAS TLKM UNTR UNVR 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 2008 2009 2010 2011 0,225 558.733.3 0,306 862.891.7 0,178 1.067.042 0,157 1.163.867 0,285 22.607.175 0,237 39.641.992 0,155 21.985.108 0,151 14.489.675 0,244 9.769.958 0,145 13.125.225 0,151 10.851.475 0,119 8.271.333 0,207 65,380,875 0,212 86,890,892 0,200 190,426,708,3 0,157 61,663,133,33 0,307 54,776,175 0,157 39,132,383 0,120 35,424,000 0,155 40,789,617 0,210 26,856,400 0,146 18,259,533 0,108 24,455,408 0,100 18,755,275 0,377 8,497,125 0,221 5,691,417 0,153 4,335,300 0,182 5,169,042 0,133 1,638,025 0,133 1,857,083 0,154 1,883,950 0,116 2,082,108 90 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,103 0,048 0,051 0,054 0,0824 0,0302 0,022 0,0616 0,0505 0,0262 0,0273 0,038 0,0571 0,0486 0,0309 0,0188 0,0313 0,0192 0,0215 0,0279 0,0224 0,0395 0,0349 0,0424 0,043 0,0305 0,0406 0,0526 0,0727 0,0213 0,0248 0,0311 0,0404 0,0361 0,0269 0,029 0,3581 0,3619 0,4084 0,3881 0,399 0,3934 0,3955 0,3062 0,4996 0,6022 0,6022 0,4059 0,1796 0,2733 0,5527 0,6266 0,15124 0,6001 0,6 0,5295 0,5637 0,5125 0,5637 0,4832 0,4001 0,2876 0,5968 0,5217 0,9984 0,10001 0,10002 0,10004 Lampiran 2 : Output Hasil Pengolahan Data b Variables Entered/Removed Model 1 Variables Variables Entered Removed DPR, inflasi, Method . Enter a volume, DY a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: volatilitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 68 a Normal Parameters Mean .0000000 Std. Deviation Most Extreme Differences .04673861 Absolute .090 Positive .090 Negative -.064 Kolmogorov-Smirnov Z .743 Asymp. Sig. (2-tailed) .640 a. Test distribution is Normal. a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) Std. Error .023 .014 -3.802E-11 .000 Inflasi .161 DY DPR Volume Coefficients Beta T Sig. 1.626 .109 -.075 -.590 .558 .197 .124 .816 .417 .101 .289 .057 .349 .729 .002 .022 .014 .102 .919 a. Dependent Variable: RES2 91 a Coefficients Collinearity Statistics Model 1 Tolerance VIF (Constant) Volume .937 1.068 Inflasi .667 1.500 DY .568 1.760 DPR .810 1.234 a. Dependent Variable: volatilitas b Model Summary Model R R Square a 1 .796 Adjusted R Std. Error of the Square Estimate .634 .611 Durbin-Watson .048200 1.503 a. Predictors: (Constant), DPR, inflasi, volume, DY b. Dependent Variable: volatilitas b ANOVA Model 1 Sum of Squares Df Mean Square Regression .253 4 .063 Residual .146 63 .002 Total .400 67 a. Predictors: (Constant), DPR, inflasi, volume, DY b. Dependent Variable: volatilitas 92 F 27.261 Sig. a .000 a Coefficients Standardized Unstandardized Coefficients Model 1 B (Constant) volume inflasi DY DPR Std. Error .072 .023 5.940E-10 .000 1.956 Coefficients Beta t Sig. 3.187 .002 .452 5.735 .000 .317 .577 6.179 .000 .451 .464 .098 .973 .335 -.081 .036 -.191 -2.254 .028 a. Dependent Variable: volatilitas 93 94