bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Kasmir dan Jakfar (2010, p4) dalam bukunya berjudul “Studi Kelayakan
Bisnis” menggunakan teori William F.S. Investasi diartikan sebagai mengorbankan
dollar sekarang untuk dollar dimasa yang akan datang. Dari pengertian ini
terkandung 2 (dua) atribut penting di dalam investasi yaitu adanya resiko dan
tenggang waktu. Mengorbankan uang artinya menanamkan sejumlah dana dalam
suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan
pengembalian investasi dengan
disertai tingkat keuntungan yang diharapkan
di masa yang akan datang. Pengorbanan sekarang mengandung suatu kepastian
bahwa uang yang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan.Sedangkan
hasil di masa yang akan datang bersifat tidak pasti.
Menurut Subagyo ,Ahmad (2007, p6), studi kelayakan bisnis adalah studi
kelayakan yang dilakukan untuk menilai kelayakan dalam pengembangan sebuah
usaha.
Menurut buku Kasmir dan Jakfar (2010) yang berjudul “Studi Kelayakan
Bisnis” dan buku Husnan dan Muhamamad (2008) yang berjudul “Studi Kelayakan
Proyek” perbedaan Studi kelayakan bisnis dan studi kelayakan proyek:
Tabel 2.1 Perbedaan Studi KelayakanBisnis dan Studi Kelayakan Proyek
FAKTOR
DEFINISI
STUDI KELAYAKAN
STUDI KELAYAKAN
BISNIS
PROYEK
Merupakan
penelitian
Merupakan penelitian tentang
terhadap
rencana
bisnis
layak atau tidaknya suatu
yang
tidak
hanya
proyek
menganalisa
layak
atau
tidak layak bisnis dibangun,
tetapi
juga
saat
dioperasionalkan
secara
rutin
rangka
dalam
pencapaian
keuntungan
9
dibangun
jangka waktu terntentu.
untuk
10
yang maksimal untuk waktu
yang tidak ditentukan.
TUJUAN
Memilik
tujuan
panjang
yakni
jangka Memiliki tujuan yang khusus,
pencapaian produk akhir, atau hasil kerja
keuntungan maksimal.
KEGIATAN
akhir.
Kegiatan
bersifat
terutama
operasionalisasi, dalam arti umumnya dibatasi
sehingga
yang
rutin, Kegiatan bersifat sementara,
beberapa
menjadi
aspek oleh selesainya tugas. Biaya,
perhatian jadwal
kerja,
sumberdaya,
termasuk mengenai layanan criteria mutu yang diperlukan
pada
pasar
kepuasan
potensial
konsumen,
dan telah ditentukan.
dan Kegiatan bersifat rutin, tidak
persaingan bisnis menjadi hal berulang-ulang,
yang penting.
jenis
dan
intensitas kegiatan berubah
hanya
sepanjang
proyek
berlangsung.
Sumber : Buku Kasmir dan Jakfar (2010) dan Buku buku Husnan dan Muhamamad
(2008)
Menurut Subagyo Ahmad(2007, p9-10). Perbedaan studi kelayakan dengan
rencana bisnis dapat digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 2.2 PerbedaanStudi Kelayakan DenganRencanaBisnis
Faktor
Jenis data
Studi Kelayakan
Data estimasi
RencanaBisnis
Berdasarkan data empiris
Sumber data Data eksternal
Perusahaan
Data internal
Penyusun
Pihak Intern (manajemen)
Pihak eksternal
(konsultan/pakar)
11
Tujuan
Menilai kelayakan gagasan bisnis
Merencanakan kegiatan
bisnis di masa yang akan
datang.
User
Investor, bank,
Manajemen,Kreditor
Waktu
Pemerintah
Bisa Lebih dari 1 tahun
Biasanya
Pembuatan
Biaya
tahun
Biaya cukup besar, bisa diatas 1 Biaya relatif kecil
kurang
dari
1
Milyard
Sumber : Subagyo Ahmad(2007, p9-10)
2.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Berdasarkan pendapat Kamaludin (2004, p2) ada tiga manfaat yang timbul dari
adanya suatu studi kelayakan bisnis, yaitu :
1. Manfaat Finansial, artinya bisnis tersebut dirasa sangat mengguntungkan bagi
pelaku bisnis sendiri apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan resiko
yang akan ditanggung.
2. Manfaat Ekonomi Nasional, artinya bisnis tersebut akan dijalankan mampu
menunjukan manfaat makro bagi negara, hal ini ditunjukan dengan semakin
banyak tenaga kerja yang terserap, GNP meningkat dan lain-lain.
3. Manfaat Sosial, artinya masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa
memperoleh manfaat atau bisnis yang dilakukan.
2.3 Tahapan Studi Kelayakan Bisnis
Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis atau usaha, ada beberapa tahapan
studi yang dikerjakan (Kasmir Jakfar, 2012, p19), yaitu :
1. Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan data dan
informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber-sumber yang dapat
dipercaya. Pengumpulan data ini dapat dari data primer maupun data
sekunder dengan berbagai metode.
12
2. Melakukan pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut.
Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metode-metode
dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk bisnis. Pengolahan ini
dilakukan hendaknya secara teliti untuk masing-masing aspek yang ada.
Kemudian dalam hal perhitungan ini hendaknya diperiksa ulang untuk
memastikan kebenaran hitungan yang telah dibuat sebelumnya.
3. Analisis data
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dalam rangka
menentukan kriteria kelayakan dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis
ditentukan dari kriteria yang telah memenuhi syarat sesuai kritera yang
layak digunakan. Setiap jenis usaha memiliki kriteria tersendiri untuk
dikatakan layak atau tidak layak untuk dilakukan. Kriteria kelayakan diukur
dari setiap aspek untuk seluruh aspek yang telah dilakukan.
4. Mengambil keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari
pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan
terhadap hasil tersebut. Mengambil keputusan sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan apakah layak atau tidak dengan ukuran yang telah
ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Jika tidak layak
sebaiknya dibatalkan dengan menyebutkan alasannya.
5. Memberikan rekomendasi
Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak
tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan
rekomendasi diberikan juga saran-saran serta perbaikan yang perlu, jika
memang masih dibutuhkan, baik kelengkapan dokumen maupun persyaratan
lainnya.
13
2.4 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis
Ada beberapa aspek menurut Umar (2005, p24-29) yang akan diteliti dalam
studi kelayakan bisnis, yaitu:
1.
Aspek pasar, yang meneliti permintaan tentang permintaan suatu produk
atau jasa, berapa luas pasar, pertumbuhan permintaan, dan market share
dari produk yang bersangkutan.
2.
Aspek pemasaran, yang meliputi segmen, target, dan posisi produk,
kepuasan konsumen dan hal hal lainnya yang berkaitan dengan urusan
marketing.
3.
Aspek teknis dan teknologi, yang meneliti kebutuhan apa yang diperlukan
dan bagaimana secara teknis, proses produksi akan dilaksanakan.
4.
Aspek sumber daya manusia, yang meneliti peran SDM dalam
pembangunan proyek bisnis dan juga peran SDM dalam operasional rutin
bisnis setelah proyek selesai dibangun.
5.
Aspek manajemen, yang meneliti tentang manajemen pada saat
pembangunan
proyek
bisnis
dan
juga
manajemen
saat
bisnis
dioperasionalkan secara rutin.
6.
Aspek keuangan, meneliti tentang penghitungan perkiraan jumlah dana
yang diperlukan untuk keperluan modal kerja awal dan untuk pengadaan
harta tetap proyek.
7.
Aspek ekonomi, sosial, dan politik, yang menganalisis kondisi-kondisi
eksternal diluar perusahaan yang dinamis dan tidak bisa dikendalikan,
seperti politik, ekonomi negara, dan juga sosial.
8.
Aspek lingkungan industri, yang meneliti tentang persaingan dan kondisi
lainnya yang mempengaruhi perjalanan suatu bisnis.
9.
Aspek yuridis, yang meneliti tentang hal-hal yang menyangkut badan
hukum perusahaan, izin operasional, dan lainnya.
10. Aspek lingkungan hidup, dimana analisis dilakukan untuk meneliti
operasional bisnis terhadap lingkungan sekitarnya, seperti kesehatan,
polusi, pencemaran, dan lainnya.
14
2.4.1. Aspek Pasar Dan Aspek Pemasaran
2.4.1.1 Aspek Pasar
Definisi pasar menurut Umar (2005, p35) pasar, menurut ahli, merupakan
tempat pertemuan antara penjual dan pembeli, atau saling bertemunya antara
kekuatan permintaan dan penawaran untuk membentuk suatu harga.
Sementara menurut Fuad, Christin, Nurlela (2009, p120) pasar adalah tempat
pertemuan antara penjual dan pembeli, atau lebih jelasnya, daerah, tempat, wilayah,
area yang mengandung kekuatan permintaan dan penawaran yang saling bertemu dan
membentuk harga.
Berdasarkan pendapat dari para ahli, peneliti dapat menyimpulkan, bahwa
definisi pasar adalah area publik dimana terjadinya saling transaksi antara penjual
dan pembeli yang mengandung situasi permintaan dan penawaran untuk membentuk
suatu harga yang telah disepakati kedua belah pihak.
Bentuk pasar juga dapat dilihat dari sisi produsen atau penjual dan sisi
konsumen. Dari sisi produsen atau penjual, pasar dapat dibedakan atas pasar
persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, dan monopoli.Berikut ini
dijelaskan secara singkat bentuk-bentuk pasar produsen.
1.
Pasar Persaingan Sempurna adalah suatu pasar dimana terdapat sejumlah
besar penjual dan pembeli, sehingga tindakan penjual secara individu tidak
dapat mempegaruhi harga barang di pasar. Produk yang dihasilkan
produsen relative sama ( homogeny. Sehingga suatu produsen merupakan
pelengkap sempurna bagi hasil produksi produsen lain.
2.
Pasar Persaingan Monopolistik adalah suatu pasar di mana terdapat banyak
penjual atau perusahaan dan memiliki ukuran-ukuran yang relative sama
besarnya. Produk yang di hasilkan berbeda corak, sehingga secara fisik
mudah dibedahkan antara produsen suatu perusahaan dengan perusahaan
lain. Masuk ke dalam industri ini relative mudah. Perusahaan mempunyai
sedikit kekuatan dalam menentukan dan memengaruhi tingkat harga,
sehingga untuk memperoleh penjualan yang tinggi memerlukan promosi
yang sangat besar.
3.
Pasar Oligopoli adalah sebuah stuktur pasar yang hanya terdapat sedikit
penjual. Barang yang dihasilkan adalah barang standar ( sebagai contoh
semen, industry baja) dan barang berbeda corak (mobil). Hambatan untuk
masuk industry sedikit sulit hal ini disebabkan modal yang diperlukan
15
relative besar. Peran iklan sangat dominan untuk meningkatkan
penjualannya.
4.
Pasar Monopoli adalah struktur pasar dimana hanya terdapat satu penjuala
saja. Barang yang dihasilkan tidak mempunyai barang pengganti yang
mirip, sulit sekali ke dalam industry ini, karena berbagi hambatan seperti:
1. Penguasaan bahan mentah yang strategis oleh pihak-pihak tertentu.
2. Terdapat skala ekonomi.
3. Peraturan pemerintah (hak paten, hak pengusaha ekslusif)
2.4.1.2 Pengertian Pemasaran
Marketing atau pemasaran menurut Kotler & Keller (2009, p5) adalah
mengidentifikasikan dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Salah satu
identifikasi yang baik dan singkat dari pemasaran adalah “memenuhi kebutuhan
dengan cara menguntungkan”. Sementara manajemen pemasaran adalah sebagai seni
dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan
pelanggan dengan menciptakan,menghantarkan, dan mengomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul.
2.4.1.3 Bauran Pemasaran
Berdasarkan pendapat Fuad, Christine, Nurlela (2009, p128) Bauran pemasaran
adalah kegiatan pemasaran yang terpadu dan saling menunujang satu sama lain.
Keberhasilan perusahaan di bidang pemasaran didukung oleh keberhasilan dalam
memilih produk yang tepat, harga yang layak, saluran distribusi yang baik, dan
promosi yang efektif.
Lima kebijaksanaan pemasaran yang sering disebut konsep Lima P atau bauran
pemasaran (marketing mix) tersebut adalah produk (product), harga (price), saluran
distribusi (place), promosi (promotion) dan people
1.
Produk (Product) adalah barang atau jasa yang bisa ditawarkan di pasar
untuk mendapatkan perhatian, permintaan, pemakaian, atau konsumsi yang
dapat memenuhi keinginan atau kebutuhan.
2.
Harga (Price) adalah sejumlah kompensasi (uang maupun barang) yang
dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa
16
3.
Saluran distribusi (Place) adalah saluran yang digunakan oleh produsen
untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas
perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.
4.
Promosi (Promotion) adalah bagian dari bauran pemasaran yang besar
peranannya. Promosi merupakan kegiatan-kegiatan yang secara aktif
dilakukan perusahaan untuk mendorong konsumen membeli produk yang
ditawarkan.
5.
People adalah staff atau orang orang yang berkaitan dengan sebuah bisnis
dan mendukung kegiatan pemasaan sebuah peruhaan.
Tindak lanjut dari penentuan pasar adalah melakukan segmentasi pasar karena
sifat pasar yang heterogen. Menurut Djatmiko (2012, p46) pasar sasaran dapat
didefiniskan sebagai kelompok konsumen atau pelanggan yang secara khusus
menjadi sasaran usaha pemasaran bagi sebuah perusahaan.Untuk menetapkan pasar
sasaran, perlu dibuat komponen strategi pemasaran yang meliputi:
1.
Segmentasi pasar. Segmentasi pasar adalah kegiatan membagi-bagi pasar
yang beragam dari suatu produk ke dalam satuan-satuan pasar (segmen
pasar) yang sejenis.
2.
Penetapan pasar sasaran (Targeting). Pada bagian ini, perusahaan memilih,
menilai, dan menetapkan segmen pasar yang akan dimasuki, dengan
menghitung dan menilai profit (keuntungan)
3.
Penempatan produk (Positionng). Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan
adalah
merumuskan penempatan
produk
dalam persaingan
serta
menetapkan bauran pemasaran secara terperinci.
2.4.2 Aspek Operasional
Beberapa unsur dari aspek produksi atau operasi yang harus dianalisis adalah
(Jumingan dalam Sudaryono, 2015:36):
a.Lokasi operasi
Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling strategis dan efisien, baik bagi
perusahaan itu sendiri maupun bagi pelanggannya. Misalnya dekat ke pemasok, ke
konsumen, ke alat transportasi, atau di antara ketiganya. Di samping itu, lokasi bisnis
harus menarik agar konsumen tetap loyal.
b.Volume operasi
17
Volume operasi harus relevan dengan potensi pasar dan prediksi permintaan,
sehingga tidak terjadi kelebihan dan kekurangan kapasitas. Volume operasi yang
berlebihan akan menimbulkan masalah baru dalam penyimpanan/penggudangan
yang pada akhirnya memengaruhi harga pokok penjualan.
c.Mesin dan peralatan
Mesin dan peralatan harus sesuai dengan perkembangan teknologi masa kini dan
yang akan datang serta harus disesuaikan dengan kebutuhan sehingga biaya bahan
baku menjadi efisien.
d.Tenaga kerja
Berapa jumlah tenaga kerja yang diperlukan dan bagaimana kualifikasinya. Jumlah
dan kualifikasi karyawan harus disesuaikan dengan keperluan jam kerja dan
kualifikasi pekerjaan untuk menyelesaikannya.
2.4.3 Aspek Sumber Daya Manusia (SDM)
Setiap organisasi atau perusahaan memerlukan adanya sumber daya manusia
(SDM) sebagai tenaga kerja. Menurut Boone & Kurtz (2007, p420) sebagian besar
organisasi memberikan perhatian besar kepada manajemen sumber daya manusia
(manajemen
SDM),
yaitu
fungsi
dalam
menarik,
mengembangkan,
dan
mempertahankan para karyawan yang memiliki kualifikasi untuk melaksanakan
aktivitas yang dibutuhkan dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi.
Sementara menurut Dessler (2004, p2) Manajemen sumber daya manusia
adalah Kebijakan dan praktik menentukan aspek “manusia” atau sumber daya
manusia dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi
pengharaan dan penilaian.
Berdasarkan pendapat Fuad, Christine, Nurlela (2009, p110) fungsi
manajemen sumber daya manusia memiliki tujuh tahap, yaitu:
1.
Perencanaan sumber daya manusia. Yaitu peramalan secara sistemik
terhadap permintaan (demand) dan penawaran (supply) tenaga kerja
organisasi di waktu yang akan datang.
2.
Rekrutmen. Yaitu proses pencarian dan penarikan calon tenaga kerja yang
kompeten.
3.
Seleksi. Yaitu serangkaian kegiatan yang digunakan untuk memutuskan
apakah pelamar diterima atau ditolak.
18
4.
Orientasi (induksi). Memperkenalkan karyawan baru pada peranan atau
kedudukan mereka dalam organisasi dan pada karyawan lain
5.
Latihan dan pengembangan. Latihan bertujuan untuk memperbaiki
penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu,
terinci, dan rutin. Sedangkan pengembangan bertujuan untuk memperbaiki
dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan kepribadian.
6.
Pemeliharaan. Merupakan fungsi personalia yang berkaitan dengan
pemberian kompensasi, hubungan perburuhan, jenis pekerjaan, waktu
operasional kerja, pelayanan karyawan, dan program kesehatan serta
keamanan kerja.
7.
Pemberhentian. Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja bisa terjadi
karena karyawan mengundurkan diri, pensiun, tidak mampu atau
produktif, dipecat atau dikeluarkan.
2.4.4 Aspek Lingkungan Hidup
Berdasarkan pendapat Umar (2005, p303) Analisis Dampak Lingkungan
sudah dikembangkan oleh beberapa negara maju sejak tahun 1970 dengan nama
Environmental Impact Analysis atau Environmental Impact Assessment yang
keduanya disingkat EIA. AMDAL diperlukan untuk melakukan suatu studi
kelayakan dengan dua alasan pokok, yaitu:
1. Karena undang-undang dan peraturan pemerintah menghendaki demikian.
Jawaban ini cukup efektif untuk memaksa para pemilik proyek yang kurang
memperhatikan kualitas lingkungan dan hanya memikirkan keuntungan
proyeknya sebesar mungkin tanpa menghiraukan dampak samping yang timbul.
2. AMDAL harus dilakukan agar kualitas lingkungan tidak rusak dengan
beroperasinya proyek-proyek industri.
2.4.5 Aspek Persaingan
Menurut Umar (2005, p268) aspek persaingan lebih mengarah pada aspek
persaingan di mana bisnis perusahaan berada. Akibatnya, faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi persaingan, seperti ancaman pada perusahaan dan kekuatan
yang dimiliki perusahaan termasuk kondisi persaingan itu sendiri menjadi perlu
untuk dianalisis guna studi kelayakan bisnis. Michael E. Porter mengemukakan
19
konsep competitive strategy yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan 5
aspek utama yang disebut Lima kekuatan bersaing.
1.
Ancaman masuk pendatang baru. Masuknya perusahaan sebagai pendatang
baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah
ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa
pasar serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas.
2.
Persaingan sesama perusahaan dalam industri. Persaingan dalam industri
sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Dalam situasi
persaingan yang oligopoli, perusahaan mempunyai kekuatan yang cukup
besar untuk mempengaruhi pasar.
3.
Ancaman dari produk pengganti. Perusahaan-perusahaan yang berada
dalam suatu industri bersaingpula dengan produk pengganti. Walaupun
karakteristiknya berbeda, barang substitusi dapat memberikan fungsi atau
jasa yang sama.
4.
Kekuatan tawar menawar pembeli. Pembeli mampu mempengaruhi
perusahaan untuk memotong harga, meningkatkan mutu dan pelayanan
serta mengadu perusahaan dengan kompetitor melalui kekuatan yang
mereka miliki.
5.
Kekuatan tawar menawar pemasok. Pemasok dapat mempengaruhi industri
lewat kemampuan mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas
produk atau servis
2.4.6 Aspek Keuangan
Tujuan dari analisis keuangan adalah untuk menetukan dan mengembangkan
rencana investasi perusahaan dengan melakukan perhitungan biaya dan manfaat yang
akan diterima perusahaan pada saat rencana investasi tersebut dikembangkan.
Perhitungan tersebut dilakukan dengan membandingkan pengeluaran dan pendapatan
dari perusahaan.
Berdasarkan pendapat Keown, Martin, Petty, Scott (2011, p4) Manajemen
keuangan berkepentingan dengan bagaimana cara menciptakan dan menjaga nilai
ekonomis atau kekayaan. Konsekuensinya, semua pengambilan keputusan harus
difokuskan pada penciptaan kekayaan.
Aliran kas masuk bersih = Laba setelah pajak + Penyusutan + (1-Tarif pajak . Bunga)
20
1. Kebutuhan Dana dan sumbernya
Untuk merealisasikan proyek bisnis dibutuhkan dana untuk investasi. Menurut
Umar (2005, p178) dana tersebut dapat diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap
berwujud seperti tanah, bangunan, pabrik, dan mesin-mesin serta aktiva tetap tak
berwujud seperti paten, lisensi, biaya-biaya pendahuluan, biaya-biaya sebelum
operasi.
Setelah menetapkan jumlah dana yang diperlukan untuk melaksanakan rencana
investasi tersebut maka langkah selanjutnya adalah menetukan sumber dana.
Beberapa sumber dana yang penting antara lain:
a. Modal pemilik saham yang disetorkan.
b. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal.
c. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal.
d. Kredit yang diterima dari bank.
e. Sewa guna (leasing) dari lembaga non-bank.
2. Aliran Kas (Cash Flow)
Laporan perubahan kas (cash flow statement) disusun untuk menunjukkan
perubahan kas selama satu periode tertentu serta memberikan alasan mengenai
perubahan kas tersebut menunjukkan dari mana sumber-sumber kas dan penggunaanpenggunaannya. Perusahaan perlu untuk menerapkan prinsip kehati-hatian dalam
menentukan tingkat likuiditas dari aliran kas (cash flow) perusahaan karena jika
tingkat likuiditas terlalu tinggi, yang mungkin disebabkan oleh tingkat perputaran kas
yang rendah, keuntungan yang diterima oleh perusahaan akan menjadi rendah.
Demikian juga sebaliknya, jika tingkat likuiditas aliran kas tersebut terlalu rendah,
yang mungkin disebabkan oleh perputaran kas yang tinggi, perusahaan akan
mendapat keuntungan yang tinggi namun aliran kas menjadi tidak likuid terjadi
kebutuhan dana yang mendadak.
3. Biaya Modal (Cost of Capital)
Konsep cost of capital (biaya-biaya untuk menggunakan modal) dimaksudkan
untuk menentukan berapa besar biaya riil dari masing-masing sumber dana yang
dipakai dalam berinvestasi. Perusahaan perlu menentukan biaya pengunaan modal
rata-rata dari keseluruhan dana yang akan dipakai, sehingga berdasarkan hal ini
patokan tingkat keuntungan yang layak (cut off rate) dari proyek bisnis ini dapat
diketahui. Menurut Umar (2005, p181) untuk menghitungnya, karena garis besar
sumber-sumber pembelanjaan terbagi atas utang dan modal sendiri, biaya modal dari
21
masing-masing sumber harus dihitung, misalnya penilaian investasi dari biaya utang,
aliran kas yang dihitung setelah pajak, demikian pula terhadap biaya modal sendiri.
a. Biaya Utang, biaya utang dapat dibagi menjadi dua jangka waktu, yaitu biaya
utang dalam jangka panjang dan biaya utang jangka pendek dimana keduanya
dapat dihitung dengan menggunakan konsep present value.
b. Biaya Modal Sendiri, biaya modal sendiri dapat dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu biaya saham prefen, biaya saham biasa, dan biaya laba ditahan.
Untuk menghitung besar biaya saham prefen, dapat digunakan cara yang sama
dengan poenghitungan biaya modal utang.
Sedangkan biaya laba yang ditahan memiliki prinsip yang sama dengan biaya
saham biasa, namun perbedaanya adalah bahwa pada biaya ini tidak dikeluarkan
biaya untuk melaksanakan proses saham (floattation cost).
4.
Initial dan operational cash flow
Initial cash flow adalah dana yang digunakan untuk mendanai dalam
pelaksanaan proyek investasi, sedangkan operational cash flow adalah rencana
keluar-masuknya dana jika proyek sudah dioperasikan.
5. Analisiskepekaan (Sensitivity Analysis)
Ketidakpastian adalah unsur yang perlu mendapat perhatian khusus dari
perusahaan karena dengan adanya unsur tersebut hasil perhitungan di atas kertas
dapat menyimpang jauh dari kenyataan yang terjadi. Ketidakpastian ini dapat
menyebabkan berkurangnya kapabilitas suatu proyek bisnis dalam beroperasi untuk
mencapai keuntungan maksimal bagi perusahaan. Manfaat dari kepekaan analisis ini
adalah untuk
memaksa manajer mengidentifikasi variabel-variabel yang belum
diketahui dan mengungkapkan taksiran-taksiran yang tidak tepat. Kekurangan dari
analisis ini adalah bahwa nilai-nilai dari optimistis dan pesimistis bersifat sangat
relatif dan bahwa, bisa jadi variabel-variabel yang mendasarinya saling berhubungan.
6. Penilaian dan Pemilihan Investasi
Perusahaan yang memiliki beberapa usulan proyek investasi dengan dana
terbatas maka perlu menerapkan prioritas terhadap beberapa usulan tersebut.
Penilaian terhadap investasi dan melakukan analisis terhadap urutan prioritas dapat
dilakukan dengan beberapa cara :
a. Metode Penilaian Investasi.
Dalam aspek keuangan perlu dilakukan analisis terhadap aliran kas yang akan
terjadi. Terjadi empat metode yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
22
untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari investasi, yaitu : metode Payback
Period, Net Present Value, Internal Rate of Return, dan Profitability Index serta
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p308) Payback Period (PP)
merupakan suatu kriteria penganggaran modal yang digambarkan sebagai jumlah
tahun yang diperlukan untuk mengembalikan investasi kas awal. jumlah tahun
yang dibutuhkan untuk menutupi pengeluaran awal. Dengan kata lain, metode ini
merupakan rasio antara initial cash invesment dengan cash inflow nya dan hasilnya
ditetapkan dalam satuan tahun. Rumus nya :
Adapun kriteria dari penilaian dengan metode ini adalah bahwa jika Payback
Period lebih pendek daripada maksimum payback periodnya maka proyek investasi
tersebut layak untuk dijalankan.
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p314) Internal rate of
Return (IRR) didefinisikan sebagai kriteria keputusan penganggaran modal yang
mencerminkan tingkat pengembalian yang didapat dari suatu proyek. Secara
matematis merupakan tingkat diskonto yang menyamakan nilai sekarang dari
pemasukannya dengan nilai sekarang dari pengeluarannya. Rumusnya :
Di mana :
t
= Tahun ke-
n
= Jumlah tahun
I0
= Nilai Investasi awal
CF
= Arus kas bersih
IRR = Tingkat bunga yang dicari harganya
Menurut Umar (2005, p199) Nilai IRR dapat dicari misalnya dengan cobacoba (trial and error). Caranya, hitung nilai sekarang dari arus kas dari suatu
investasi dengan menggunakan suku bunga yang wajar, misalnya 10% lalu
dibandingkan dengan biaya investasi.
23
Kriteria penilaian dari metode ini adalah jika IRR yang didapat lebih besar
dari rate of return yang ditentukan maka investasi dapat diterima. Rumus IRR
untuk interpolasi adalah :
Di mana :
P1
= Tingkat bunga ke 1
P2
= Tingkat bunga ke 2
C1
= NPV ke 1
C2
= NPV ke 2
Berdasarkan pendapat Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p307) Net
Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang adalah kriteria keputusan anggaran
modal yang ditentukan dari nilai sekarang arus kas bebas setelah dikurangi pajak
dan pengeluaran. Rumusnya :
Di mana :
CF
= Aliran kas per tahun pada periode t
I0
= Investasi awal pada tahun 0
K
= Suku bunga (discount rate)
Kriteria penilaian dari metode ini adalah :
•
Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima
•
Jika NPV < 0, maka usulan proyek ditolak
Sementara itu, menurut Mulyani (2008) Kombinasi dari beberapa faktor
menjadikan keputusan investasi sebagai keputusan yang paling penting bagi
pengelolaan keuangan. Semua bagian di dalam perusahaan sangat terpengaruh pada
keputusan ini. Kenyataan bahwa akibat keputusan ini berlanjut untuk suatu jangka
waktu yang panjang membuat pengambil keputusan kehilangan fleksibilitasnya.
Perusahaan harus membuat komitmen untuk masa depan. Suatu kesalahan dalam
pengambilan keputusan dapat memiliki konsekuensi yang serius. Jika perusahaan
terlalu besar dalam aktiva, maka hal itu dapat menimbulkan beban penyudutan dan
beban lainnya yang tinggi, yang sebesarnya tidak perlu terjadi. Ada 5 (lima) metode
24
yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu investasi akan dijalankan.
Namun setelah dikaji satu per satu dari setiap metode dapat diambil kesimpulan
bahwa NPV merupakan metode yang lebih representatif, dibandingkan dengan
metode-metode yang lain. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa kasus
yang dengan metode lain tidak diterapkan, selain dengan menggunakan metode
NPV.
Menurut Keown, Scott, Martin, dan Petty (2011, p312) Profitability Index
(PI) adalah suatu kriteria keputusan penganggaran modal yang digambarkan
sebagai rasio nilai sekarang arus kas bersih masa depan terhadap pengeluaran awal.
Rumusnya :
Kriteria penilaian :
•
Jika PI > 1, maka usulan proyek dikatakan menguntungkan
•
Jika P1 < 1, maka usulan proyek tidak menguntungkan
b. Pilihan Leasing atau Beli
Perusahaan terkadang dihadapkan pada suatu dilema dimana perusahaan
harus memilih antara membeli atau menyewa, katakanlah, suatu sistem informasi.
Maka untuk mencari jalan keluarnya adalah dengan membandingkan biaya leasing
dengan harga yang ditawarkan jika perusahaan ingin mengembagnkan sistem
informasi untuk memperlancar operasionalnya. Rumus menghitung nilai leasing
adalah :
Di mana :
NAL = Net Advantage of Leasing
I0
= Harga Fasilitas (Aktiva tetap)
Lt
= Pembayaran sewa secara periodik
DEPt = Jumlah beban penyusutan dalamperiode t
Kb
= Biaya utang sebelum pajak
T
= Tarif pajak
n
= Umur penyusutan ekonomis
Kriteria penilaian metode ini :
25
•
Jika nilai NAL = 0, maka biaya membeli sama dengan biaya leasing
•
Jika nilai NAL > 0, maka biaya membeli lebh besar dari biaya leasing
•
Jika nilai NAL < 0, maka biaya membeli lebih kecil dari biaya leasing
c. Urutan Prioritas
Menurut Umar (2005, p207-209) terdapat lima skenario pengurutan prioritas:
1. Skenario Mutually Exclusive (saling meniadakan) Skenario ini dipakai jika suaut
proyek A dipilih, maka proyek lain harus ditiadakan. Tolak ukur untuk
pemilihan proyek dapat menggunakan Net Present Vaue (NPV) atau Internal
Rate Return ( IRR).
2. SkenarioContigency (saling terkait) Skenario ini dipakai jika perusahaan
memilih proyek A yang erat hubungannya dengan proyek B, maka proyek B
atau yang lainnya diikutsertakan juga. Metode-metode yang dapat digunakan
dalam skenario ini adalah Profitability Index (PI), Net Present Value (NPV),
Internal Rate Return (IRR), dan sebagainya.
3. Skenario Indepedence (saling bebas) Skenario ini, digunakan jika perusahaan
memilih proyek A dianggap yang paling layak direalisasikan, tidak ada
hubungannya dengan Proyek B (atau proyek lainnya) yang juga layak
direalisasikan. Apakah proyek B yang ditundan, dihapus, atau diikutsertakan
akibat pembangunan Proyek A akan dipelajari kemudian, karena dianggap tidak
berkaitan.
4. Skenario Capital Budget Constrain (keterbatasan keuangan) Jika, ada beberapa
proyek yang layak untuk dibangun tetapi dana tidak mencukupi untuk
membangun seluruh proyek, tentulah yang akan direalisasikan hanya satu atau
beberapa proyek yang memenuhi syarat saja.
5. Skenario Cost Effectiveness (biaya efektif), Pengurutan proyek-proyek dengan
cara ini didasarkan pada sumber daya yang mendesak untuk segera digunakan,
seperti tenaga kerja yang menganggur.
26
2.5 Kerangka Pemikiran
Berikut ini akan dipaparkan dalam Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran, sebagai
berikut:
CV Anugrah
Pratama
Analisis Studi Kelayakan
BIisnis
Aspek Internal Perusahaan
Aspek Keuangan
Aspek Pasar & Pemasaran
Aspek Teknis dan
Operasional
Aspek Eksternal Perusahaan
Aspek Lingkungan
(AMDAL)Industri
Aspek Lingkungan
Aspek Persaing
Aspek SDM
Aspek Pasar dan Pemasaran
Kesimpulan Hasil Analisis Kelayakan
Bisnis
Layak
Tidak Layak
Kelayakan
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Sumber : Pengelolah Data, 2015.
Download