MENATA KOTA YANG RAWAN TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN MENATA KOTA YANG RAWAN TERHADAP PERUBAHAN LINGKUNGAN Perubahan iklim sudah bukan lagi suatu wacana. Dampak dari perubahan iklim sudaj dapat dirasakan seperti banjir, gelombang pasang, dan kekeringan. Di Indonesia terdapat 60 kota yang rawan banjir dan 30 kota yang rawan tsunami. Kota-kota pesisir merupakan kawasan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim ini. Berangkat dari fakta tersebut, penting untuk disiapkan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap dampak Perubahan Iklim. Demikian diungkapkan oleh Direktur Perkotaan Ditjen Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum Joessair Lubis dalam Talkshow “Peduli Lingkungan, Peduli Tata Ruang” di Radio RRI Pro3 FM Jakarta (27/7). Turut menjadi narasumber dalam dialog tersebut, pakar lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Alinda Zain. Lebih lanjut Lubis mengatakan, upaya menata kota perlu upaya responsif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca sebagai penyebab perubahan iklim. Serta, upaya adaptif pada setiap kota untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim tersebut. Pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan dalam rangka mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Antara lain meratifikasi berbagai kesepakatan internasional terkait perubahan iklim, perumusan RAN-MAPI (Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim), serta berbagai upaya lainnya. Pakar lingkungan dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Alinda Zain menuturkan, berbagai upaya yang dilakukan saat ini perlu melihat ke depan. Selain itu, penting pula untuk berorientasi pada konsep harmonisasi kehidupan kita dengan potensi bencana. “Setiap kita sebetulnya dapat melakukan upaya mitigasi dan adaptasi dampak perubahan iklim. Mulai dari gaya hidup kita sehari-hari, misalnya dalam bertransportasi dan alih-alih menggunakan kendaraan pribadi. Mengapa kita tidak menggunakan transportasi umum yang ramah lingkungan seperti kereta listrik, sehingga kita dapat mengurangi emisi gas rumah kaca secara langsung,” ujar Alinda. Menanggapi hal tersebut, Lubis menjelaskan bahwa perubahan iklim adalah sebuah fenomena global yang dampaknya dirasakan secara lokal. Mengutip salah satu praktisi bidang ruang terbuka hijau, Bapak Nirwono Joga, dikatakanya kita pula lakukan berbagai implementasi prinsip Kota Hijau. Yaitu green planning, green infrastructure, green transportation, green water, green waste, green open space, green building, dan green community sebagai bentuk konkret mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Sebagai salah satu bentuk upaya pemerintah dalam membangun daya adaptasi dan mitigasi kota-kota di Indonesia terhadap perubahan iklim, Kementerian PU akan meluncurkan Prakarsa page 1 / 2 Program Pengembangan Kota Hijau (P2KH). Melalui program ini diharapkan setiap kota-kota di Indonesia dapat berpartisipasi secara nyata untuk menerapkan berbagai prinsip kota hijau dalam bentuk kegiatan pembangunan kotanya. (cae/nik) Pusat Komunikasi Publik 010811 page 2 / 2 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)