bab ii landasan teori

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1
Data and Information
Menurut Fisher, Lauria, Chengalur-Smith, dan Wang (2011,p3), data milik
satu orang adalah informasi untuk orang lain. Data dapat didefinisikan sebagai
fakta tanpa makna. Informasi dapat didefinisikan sebagai data yang sudah diolah
dan memiliki arti oleh karena hubungan yang nyata dengan data lain.
Contoh dalam industri manufaktur, jumlah material dalam ruangan
penyimpanan stok adalah data kritikal dan haruslah akurat. Data tersebut akan
dibutuhkan oleh executive untuk dikombinasikan dengan banyak indikator lain
sehingga membentuk informasi untuk menentukan sejauh mana pabrik bekerja
sesuai dengan tujuan (goals) executive tersebut.
2.2
Master Data
2.2.1 Definisi dan Contoh Master Data
Menurut Wolter & Haselden (2006) menjelaskan bahwa kebanyakan
sistem perangkat lunak memiliki daftar data yang dibagi dan digunakan oleh
beberapa aplikasi yang membentuk sistem. Sebagai contoh, sebuah tipikal sistem
Enterprise Resource Planning (ERP) akan memiliki Customer Master, Item
4
5
Master, dan Account Master. Master data ini sering menjadi salah satu aset utama
perusahaan.
Contoh umum dari master data meliputi (Loshin, 2009, p6):
•
Customers
•
Employees
•
Vendors
•
Suppliers
•
Parts
•
Products
•
Locations
•
Contact mechanisms
•
Profiles
•
Accounting items
•
Contracts
Gambar 1. Relationship Between Master Data and Business (Stibo Systems,
2010)
6
2.2.2 Pentingnya Master Data
Wolter & Haselden (2006), Master Data perlu dimanage karena Master
Data itu digunakan oleh banyak jenis aplikasi, sebuah error dalam Master Data
dapat menyebabkan error dalam semua aplikasi yang terlibat dalam
penggunaannya. Contohnya, alamat yang salah dalam Customer Master akan
menyebabkan order, bill, dan literatur marketing menjadi salah juga. Contoh lain,
kesalahan price dalam Item / Material Master dapat menyebabkan bencana
terhadap marketing, dan kesalahan pada nomor akun dalam Account Master dapat
menyebabkan denda dalam jumlah besar atau bahkan hukuman penjara buat Chief
Executive Officer (CEO).
2.2.3 Master Data Management (MDM)
Menurut Berson & Dubov (2007, p11), Master Data Management (MDM)
adalah kerangka proses dan teknologi yang bertujuan untuk menciptakan dan
memelihara lingkungan data yang dapat diandalkan, berkelanjutan, aman, dan
akurat yang mewakili sebuah “single version of truth”, sebuah sistem tempat
penyimpanan yang diterima dan digunakan secara intra dan antar-perusahaan
dalam satu set aplikasi beragam, bagian bisnis, dan komunitas user.
7
2.3
Transaction Data
2.3.1 Definisi Transaction Data
Menurut
Indika
(2011),
Transaction
Data
adalah
data
yang
menggambarkan peristiwa yang terjadi dalam bisnis. Dalam sistem ERP,
transaction data adalah data yang terkait dengan penjualan, pengiriman, klaim dan
event lainnya yang mungkin atau tidak mungkin melibatkan transaksi uang. Data
transaksi biasanya dapat digambarkan dengan kata kerja.
2.3.2 Tipe Transaction Data
Menurut Indika (2011), transaksi dalam bisnis dibagi atas tiga kategori.
Kategori tersebut antara lain keuangan (Financial Transaction Data), pekerjaan
(Work Transaction Data) dan logistik (Logistic Transaction Data). Data transaksi
keuangan melibatkan pesanan, faktur, pembayaran, dll. dan data transaksi
pekerjaan melibatkan rencana kerja dan catatan kerja. Data transaksi logistik
meliputi pengiriman, catatan perjalanan, dll. Record management adalah proses
menyimpan catatan transaksi. Biasanya, data transaksi disimpan di tempat yang
aman yang dapat dipastikan tidak dapat hilang untuk jangka waktu tertentu yang
disebut periode retensi. Setelah masa retensi, data transaksi akan baik dihapus atau
diarsipkan.
8
2.3.3 Peranan Transaction Data pada Sektor Bisnis
Menurut Indika (2011), Transaction Data memiliki peranan pada sektor
bisnis di tiap organisasi. Sektor bisnis yang dimaksud antara lain pembelian,
penjualan, pengiriman barang, dan produksi barang jadi. Peranan masing-masing
Transaction Data dapat dijabarkan sebagai berikut:
•
Purchase Order
Purchase Order (PO) adalah dokumen berharga yang diterbitkan oleh
pembeli kepada penjual, menunjukkan jenis, jumlah, dan harga yang
disepakati untuk produk atau jasa yang diberikan penjual kepada pembeli.
Mengirim Purchase Order kepada supplier merupakan sesuatu yang legal
untuk membeli produk atau jasa. Penerimaan Purchase Order oleh penjual
biasanya membentuk one-off contract antara pembeli dan penjual,
sehingga tidak ada kontrak sampai Purchase Order diterima. Hal ini
digunakan untuk mengontrol pembelian produk dan layanan dari supplier
eksternal.
•
Sales Order
Sales Order adalah order yang dikeluarkan oleh sebuah bisnis untuk
pelanggan. Sebuah Sales Order dimungkinkan untuk produk atau jasa
dalam jumlah tertentu. Mengingat berbagai bisnis yang luas, ini berarti
bahwa order dapat dipenuhi dalam beberapa cara.
9
•
Production Order
Sebuah Production Order adalah order untuk menghasilkan bahan dalam
jumlah tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan. Ini berisi semua
informasi yang relevan yang diperlukan untuk pelaksanaan proses,
termasuk berapa banyak harus diproduksi, dan kapan, serta informasi
tentang tempat kerja dan semua langkah yang terlibat. Informasi dalam
Production Order dihasilkan dalam ERP dan dapat dikonsumsi dalam
berbagai cara. Dalam skenario Manufacturing Work Instructions,
misalnya, Production Order dikonsumsi oleh bentuk-bentuk interaktif.
•
Delivery Order
Delivery Order adalah dokumen dari pengirim, atau pemilik barang yang
memerintahkan pelepasan pengangkutan kargo kepada pihak lain. Perintah
tertulis mengijinkan pengiriman barang langsung ke orang gudang, carrier
atau lainnya yang dalam proses penerimaan mereka menerbitkan
warehouse receipts atau bills of lading.
2.4
Firm Environment
Menurut Pearce & Robinson (2008, p26), Firm Environment adalah
keseluruhan dari faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perusahaan baik
organisasi maupun kegiatannya.
10
Gambar 2. Firm Environment (Pearce & Robinson, 2008)
Pada dasarnya Firm Environment dibedakan menjadi:
1. Lingkungan Eksternal
Lingkungan eksternal meliputi variabel-variabel di luar organisasi yang
dapat berupa tekanan umum dan tren di dalam lingkungan masyarakat ataupun
faktor-faktor spesifik yang beroperasi di dalam lingkungan kerja (industri)
organisasi. Variabel-variabel eksternal ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
ancaman dan peluang, yang mana memerlukan pengendalian jangka panjang dari
manajemen puncak organisasi.
Ada dua lingkungan yang berpengaruh disini, yaitu lingkungan eksternal
makro dan lingkungan eksternal mikro.
11
a) Lingkungan eksternal makro, adalah lingkungan eksternal yang
berpengaruh tidak langsung terhadap kegiatan usaha. Lingkungan
eksternal makro meliputi tekanan-tekanan umum yang mempengaruhi
secara luas, misalnya tekanan di bidang ekonomi, teknologi, politik,
hukum, dan sosial budaya. Tekanan ini terutama sering berpengaruh
pada keputusan jangka panjang organisasi. Sementara itu, lingkungan
eksternal mikro memasukkan semua elemen yang relevan dan
mempengaruhi organisasi secara langsung.
Elemen-elemen tersebut dapat berupa:
o Keadaan alam: SDA, lingkungan.
o Politik dan hankam: kehidupan operasional perusahaan sangat
terpengaruh oleh politik dan hankam negara dimana perusahaan
berada menciptakan.
o Hukum,
o Perekonomian,
o Pendidikan dan kebudayaan,
o Sosial dan budaya,
o Kependudukan,
o Hubungan internasional.
b) Lingkungan eksternal mikro, adalah lingkungan eksternal yang
pengaruh langsung terhadap kegiatan usaha.
12
Contoh :
o Pemasok/supplier yang menunjang kelangsungan operasi perusahaan.
o Perantara, misalnya distributor, pengecer yang berperan dalam
pendistribusian hasil-hasil produksi ke konsumen.
o Teknologi yang berkaitan dengan perkembangan proses kerja,
peralatan metode, dll.
o Pasar, sebagai sasaran dari produk yang dihasilkan perusahaan.
2. Lingkungan Internal
Lingkungan internal dalah faktor-faktor yang berada dalam kegiatan
produksi dan langsung mempengaruhi hasil produksi.
Contoh :
o Tenaga kerja
o Peralatan dan mesin
o Permodalan (pemilik, investor, pengelolaan dana)
o Bahan mentah, bahan setengah jadi, pergudangan
o Sistem informasi dan administrasi sebagai acuan pengambilan
keputusan.
13
2.5
Sistem Informasi
2.5.1 Definisi Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p5), sistem informasi adalah kombinasi atau
gabungan yang terorganisasi dari orang, perangkat keras, piranti lunak, jaringan
komunikasi dan sumber-sumber data yang mengumpulkan, mentransformasikan
dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi.
Menurut Jogiyanto (1999,p11), sistem informasi adalah suatu sistem
dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi
harian mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu
organisasi dan menyediakan pihak kuat tertentu dengan laporan yang diperlukan.
2.5.2 Tujuan Sistem Informasi
Berdasarkan Hall (2007, p21) menyatakan tujuan-tujuan sistem informasi
sebagai berikut:
1. Mendukung fungsi penyediaan pihak manajemen.
Administrasi mengacu pada tanggung jawab pihak manajemen untuk
mengelola dengan baik sumber daya perusahaan. Sistem informasi menyediakan
informasi mengenai penggunaan sumber daya kepada para pengguna
melalui laporan keuangan tradisional serta dari berbagai
laporan
eksternal
lain
yang
14
diwajibkan. Secara internal, pihak manajemen menerima
informasi
pelayanan
dari berbagai laporan pertanggungjawaban.
2. Mendukung pengambilan keputusan pihak manajemen.
Sistem informasi memberikan informasi kepada pihak manajemen
informasi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tanggung jawab pengambilan
keputusan tersebut.
3. Mendukung operasional harian perusahaan.
Sistem informasi menyediakan informasi bagi para personel operasional
untuk membantu mereka melaksanakan pekerjaan hariannya dengan cara yang
efisien dan efektif.
2.5.3 Aset Informasi
Menurut Caralli, Stevens, Young, & Wilson (2007, p34), sebuah aset
informasi dapat digambarkan sebagai informasi atau data yang merupakan nilai
organisasi, termasuk informasi seperti catatan pasien, kekayaan intelektual, atau
informasi customer. Aset ini bisa terdapat dalam bentuk fisik (di atas kertas, CD,
atau media lainnya) atau elektronik (yang tersimpan pada database, dalam file,
pada PC).
15
2.5.4 Komponen Sistem Informasi
Menurut O’Brien (2005, p34-39), sumber daya sistem informasi terdiri
dari lima komponen antara lain:
1. Sumber Daya Manusia
Manusia dibutuhkan untuk pengoperasian mesin semua sistem informasi.
Sumber daya manusia ini meliputi pemakai akhir dan pakar SI:
a. Pemakai akhir (juga disebut sebagai pemakai atau klien) adalah orangorang yang menggunakan sistem informasi atau informasi yang dihasilkan
sistem tersebut. Mereka dapat berupa pelanggan, tenaga penjualan, teknisi,
staf administrasi, akuntan, atau para manajer.
b.Pakar SI adalah orang-orang yang mengembangkan dan mengoperasikan
sistem informasi. Mereka meliputi analis sistem, pembuatan software,
operator sistem, dan personel tingkat manajerial, teknis dan staf
administrasi SI lainnya.
2. Sumber Daya Hardware
Konsep sumber daya hardware meliputi semua peralatan dan bahan fisik
yang digunakan dalam pemrosesan informasi. Secara khusus sumber daya ini
meliputi tidak hanya mesin, seperti komputer dan perlengkapan lainnya, tetapi
16
juga semua media data, yaitu objek berwujud tempat data dicatat, dari lembaran
kertas hingga disk megnetis atau optikal.
3. Sumber Daya Software.
Konsep sumber daya software meliputi semua rangkaian perintah
pemrosesan informasi. Konsep umum software ini meliputi tidak hanya rangkaian
perintah operasi yang disebut program, dengan hardware komputer pengendalian
dan langsung, tetapi juga rangkaian perintah pemrosesan informasi yang disebut
prosedur yang dibutuhkan orang-orang. Berikut ini contoh-contoh sumber daya
software:
a. Software sistem, seperti program sistem operasi, yang mengendalikan
serta mendukung operasi sistem computer.
b. Software aplikasi, yang memprogram pemrosesan langsung bagi
penggunaan tertentu komputer oleh pemakai akhir.
c. Prosedur, yang mengoperasikan perintah bagi orang-orang yang akan
menggunakan sistem informasi. Contohnya adalah perintah untuk mengisi
formulir kertas atau menggunakan software.
4. Sumber Daya Data.
Konsep sumber daya data telah diperluas oleh para manajer dan pakar
sistem informasi. Mereka menyadari bahwa data membentuk sumber daya
organisasi. Jadi, data sebagai sumber daya data yang harus dikelolah secara efektif
17
agar dapat memberi manfaat para pemakai akhir dalam sebuah organisasi. Sumber
daya informasi umumnya diatur, disimpan, dan diakses oleh berbagai teknologi
pengelolaan sumber daya data kedalam:
a. Database yang menyimpan data yang telah diproses dan diatur.
b. Dasar pengetahuan yang menyimpan pengetahuan dalam berbagai
bentuknya, seperti fakta, peraturan, dan contoh kasus mengenai praktik
bisnis yang berhasil baik.
5. Sumber Daya Jaringan
Konsep sumber daya jaringan menekankan bahwa teknologi komunikasi
dan jaringan adalah komponen sumber daya dasar dari semua sistem informasi.
Sumber daya jaringan meliputi:
a. Media komunikasi. Contohnya meliputi kabel twisted-pair, kabel
tembaga, dan kabel optikal fiber; serta teknologi gelombang mikra, selular,
dan satelit yang nirkabel.
b. Dukungan jaringan. Katagori umum ini menekankan bahwa banyak
hardware, software, dan teknologi data dibutuhkan untuk mendukung
operasi dan penggunaan jaringan komunikasi. Contohnya meliputi
pemrosesan komunikasi seperti modem dan prosedur antarjaringan, serta
software pengendali, seperti software sistem operasi jaringan dan
penjelajah internet.
18
2.5.5 IS Framework
Teknologi informasi, termasuk sistem informasi berbasis internet,
memainkan peranan penting dalam bisnis. Teknologi informasi dapat membantu
segala jenis bisnis, meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses bisnis mereka,
pengambilan keputusan manajerial, dan kerjasama kelompok kerja, hingga dapat
memperkuat posisi kompetitif mereka dalam pasar yang cepat sekali berubah. Hal
ini berlaku ketika teknologi informasi digunakan untuk mendukung tim
pengembangan produk, proses dukungan untuk pelanggan, transaksi e-commerce,
atau dalam aktivitas bisnis lainnya.
Gambar berikut memperlihatkan kerangka kerja konseptual yang berguna
untuk mengatur pengetahuan yang disajikan dan memberi garis besar tentang hal
yang perlu diketahui mengenai sistem informasi.
19
Gambar 3.Kerangka Kerja Sistem Informasi (O’Brien, 2007)
Menurut O’Brien (2007, p18), Sistem informasi bisnis dapat dijelaskan
berdasarkan kerangka kerja sebagai berikut:
1. Konsep konsep dasar
Konsep dasar keprilakuan, teknis, bisnis, dan manajerial termasuk
mengenai berbagai komponen dan peran sistem informasi. Contohnya
meliputi konsep sistem informasi dasar yang berasal dari teori sistem
umum, atau konsep keunggulan kompetitif yang digunakan untuk
mengembangkan aplikasi bisnis teknologi informasi dalam keunggulan
kompetitif.
20
2. Teknologi informasi
Konsep - konsep utama, pengembangan, dan berbagai isu manajemen
teknologi informasi yaitu meliputi hardware, software, jaringan,
manajemen data, dan banyak teknologi berbasis internet.
3. Aplikasi bisnis
Penggunaan sistem informasi untuk kepentingan operasional, pengambilan
keputusan manajemen, serta menciptakan keunggulan kompetitif dari
sebuah bisnis.
4. Proses pengembangan
Bagaimana para praktisi bisnis dan pakar informasi merencanakan,
menganalisis,
mengembangkan,
serta
mengimplementasikan
sistem
informasi di dalam organisasi sehingga tujuan organisasi tercapai.
5. Tantangan manajemen
Tantangan untuk secara efektif dan etis mengelola teknologi informasi
pada tingkat pemakai akhir, perusahaan, dan global dalam bisnis.
21
2.5.6 Peran Sistem Informasi dalam Bisnis
Menurut O’Brien (2007, p10), Sistem informasi, baik mulai pada tahap
operasional (pemrosesan transaksi) hingga penggunaan internet (e-commerce/ebusiness) mempunyai tiga peran utama:
Gambar 4. Peran Sistem Informasi dalam Bisnis (O’Brien, 2007)
1. Mendukung proses bisnis dan operasional
Sebagai seorang pelanggan, anda harus berhubungan secara teratur dengan
sistem informasi yang mendukung proses dan operasi bisnis dibanyak toko
ritel tempat anda belanja, contohnya, kebanyakan toko ritel kini
menggunakan sistem informasi berbasis komputer untuk membantu
mereka mencatat pembelian pelanggan, menelusuri persediaan, membayar
pegawai, membeli barang dagangan baru, serta untuk mengevaluasi tren
22
penjualan. Operasi toko akan berhenti jika tidak ada dukungan dari sistem
informasi semacam ini.
2. Mendukung pengambilan keputusan oleh karyawan dan manajemen
Sistem informasi juga membantu para manager dan praktisi bisnis lainnya
untuk membantu keputusan yang lebih baik. Contohnya, keputusan
mengenai lini barang dagangan apa yang mereka butuhkan, biasanya
dibuat setelah sebuah analisi diberikan oleh sistem informasi berbasis
komputer. Hal ini tidak hanya mendukung pengambilan keputusan para
manager toko, pembeli dan lainnya, tetapi juga membantu mereka melihat
berbagai cara untuk mendapatkan kelebihan dari para peritel lainnya dalam
persaingan untuk mendapatkan pelanggan.
3. Mendukung strategi untuk memperoleh keunggulan kompetitif
Mendapatkan kelebihan strategis atas para pesaing membutuhkan
penggunaan
yang
inovatif
atas
teknologi
informasi.
Contohnya,
manajemen toko mungkin membuat keputusan untuk memasang kios
dengan layar sentuh dalam semua toko mereka, yang terhubung dengan
situs Web e-commerce mereka untuk belanja online. Hal ini mungkin
dapat menarik pelanggan baru dan membangun loyalitas pelanggan karena
kemudahan belanja dan pembelian barang dagangan yang disediakan oleh
sistem informasi semacam ini. Jadi, sistem informasi strategis dapat
membantu menyediakan produk dan layanan yang memberikan sebuah
perusahaan keunggulan kompetitif atas para pesaingnya.
23
2.5.7 Tipe Sistem Informasi
Di era modern ini, banyak organisasi memiliki beberapa tipe sistem
informasi. Gambar di bawah memberikan ilustrasi tipe-tipe sistem informasi
dalam organisasi.
Gambar 5. Tipe-tipe Sistem Informasi dalam Organisasi (Rainer & Cegielski,
2011)
2.5.7.1 Computer-based Information Systems
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p38), Computer-based
Information System (CBIS) adalah sistem informasi yang menggunakan
teknologi komputer untuk melakukan beberapa atau semua tugas sesuai
dengan tujuannya.
24
2.5.7.2 Breadth of Support of Information System
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p42), Sistem Informasi yang
mendukung area fungsional dan operasi tertentu meliputi:
•
Functional
Area
Information
System
atau
Departmental
Information Systems adalah sistem yang mendukung kegiatan
dalam bidang fungsional tertentu.
•
Transaction
Processing
System
(TPS)
mendukung
proses
pemantauan, pengumpulan, penyimpanan, dan pengolahan data
dari transaksi bisnis dalam organisasi, yang masing-masing
menghasilkan data.
•
Enterprise Resource Planning (ERP) System dirancang untuk
memperbaiki kurangnya komunikasi antara area fungsional IS.
Hampir semua Sistem ERP adalah Transaction Processing System,
tetapi Transaction Processing System tidak merupakan sistem
ERP.
•
Interorganizational Information System adalah sistem informasi
yang
menghubungkan
Interorganizational
dua
atau
Information
System
lebih
organisasi.
mendukung
banyak
operasi interorganisasional, supply chain management adalah yang
25
paling dikenal. Supply chain dalam organisasi menggambarkan
aliran raw material, informasi, uang, dan jasa dari pemasok raw
material melalui pabrik dan gudang ke konsumen akhir.
•
Electronic
Commerce
Systems
adalah
salah
satu
tipe
Interorganizational Information System. Sistem ini memungkinkan
organisasi untuk melakukan transaksi, yang disebut business-tobusiness (B2B) electronic commerce, dan pelanggan untuk
melakukan transaksi dengan bisnis, yang disebut business-toconsumer (B2C) electronic commerce. E-Commerce Systems
umumnya berbasis internet.
26
2.5.7.3 Support of Organizational Employees
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p43), ada beberapa sistem
informasi yang mendukung karyawan tertentu dalam organisasi, mulai dari
level clerical sampai dengan eksekutif.
•
Clerical workers, yang mendukung manajer di semua tingkat
organisasi, termasuk book-keepers, sekretaris, juru tulis file
elektronik, dan klaim asuransi processors.
•
Lower-level managers menangani operasi sehari-hari organisasi,
pengambilan keputusan rutin seperti menetapkan tugas kepada
karyawan dan menempatkan pesanan pembelian.
•
Middle managers membuat keputusan taktis, yang berhubungan
dengan
kegiatan
seperti
perencanaan
jangka
pendek,
pengorganisasian, dan kontrol.
•
Knowledge workers adalah karyawan profesional seperti analis
keuangan dan pemasaran, engineers, pengacara dan akuntan.
Mereka menciptakan informasi dan pengetahuan tentang suatu
subyek tertentu dan mengintegrasikannya ke dalam sebuah
organisasi. Bertindak sebagai penasehat bagi manajer menengah
dan eksekutif.
27
•
Office Automation System (OAS)
Fungsi: Mendukung kegiatan pekerjaan sehari-hari baik individu
dan kelompok.
Contoh: Microsoft Office.
Supports: Clerical staff, lower dan middle managers dan
knowledge workers.
•
Management Information System (MIS)
Fungsi: Menghasilkan laporan yang dirangkum dari data transaksi,
biasanya dalam satu daerah fungsional.
Contoh: Laporan total penjualan setiap pelanggan.
Supports: Utamanya untuk middle managers, kadang-kadang untuk
level lower managers juga.
•
Decision Support System (DSS)
Fungsi: Menyediakan akses ke data dan alat analisis.
Contoh: “What if” analysis dalam anggaran.
Supports: Utamanya bagi Middle managers dan knowledge
workers.
•
Expert System (ES)
Fungsi: Mimic human expert di daerah tertentu dan membuat
keputusan.
28
Contoh: Analisis persetujuan kartu kredit.
Supports: Knowledge workers.
•
Executive Information System (EIS)
Fungsi: Hadir terstruktur, ringkasan informasi tentang aspek bisnis
penting untuk eksekutif.
Contoh: Status produksi per produk.
Supports: Top manajemen dalam organisasi
•
Business Intelligence (BI) Systems memberikan dukungan berbasis
komputer untuk kompleksitas, keputusan tidak rutin, terutama
untuk middle managers dan knowledge workers. Mereka juga
mendukung lower-level managers, tetapi pada tingkat lebih rendah.
Sistem ini biasanya digunakan dengan sebuah data warehouse dan
memungkinkan user untuk melakukan analisis data mereka sendiri.
•
Dashboard (juga disebut digital dashboards) mendukung semua
level manajer dalam organisasi. Mereka menyediakan akses cepat
ke informasi yang tepat waktu dan akses langsung ke informasi
yang
terstruktur
dalam
bentuk
laporan.
Dashboard
disesuaikan dengan kebutuhan informasi eksekutif
dashboard eksekutif.
yang
disebut
29
2.5.7.4 Information Technology Infrastructure
Menurut Rainer & Cegielski (2011, p44), Information Technology
Infrastructure terdiri dari fasilitas fisik, IT components, IT Services dan IT
management yang mendukung seluruh organisasi. IT components adalah
perangkat keras komputer, perangkat lunak, dan teknologi komunikasi yang
menyediakan dasar untuk semua sistem informasi organisasi. Itu berarti IT
Personnel menggunakan IT components untuk menghasilkan IT Services
(sepert terlihat pada Gambar 5), yang meliputi pengelolaan data,
pengembangan sistem, dan keamanan.
30
2.6
Value Chain
Menurut Porter (1985, p36), Rantai nilai menggambarkan nilai total dan
terdiri atas aktivitas nilai dan marjin. Aktivitas nilai adalah kegiatan fisik dan
teknologis
yang
diselenggarakan
perusahaan.
Ini
merupakan
batu-batu
pembangun (building block) yang digunakan perusahaan untuk menciptakan
produk yang bernilai bagi para pembelinya. Marjin adalah selisih antara nilai total
dengan biaya kolektif untuk menyelenggarakan aktivitas nilai. Setiap aktivitas
nilai menggunakan masukan dan dibeli, sumber daya manusia (tenaga kerja dan
manajemen), dan bentuk teknologi tertentu untuk menyelenggarakan fungsinya.
Gambar 6. Value Chain (Porter, 1985)
Aktivitas nilai dapat dibagi dalam dua golongan besar, aktivitas primer
dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer merupakan aktivitas yang dilakukan
dalam membuat produk secara fisik serta menjual dan menyampaikannya kepada
pembeli selain juga aktivitas dalam bentuk layanan purna jual. Aktivitas
31
pendukung menunjang aktivitas primer dan aktivitas pendukung lainnnya dengan
menyediakan masukan yang akan dibeli, teknologi, sumber daya manusia, serta
sejumlah fungsi dalam perusahaan lainnya. Garis putus-putus menunjukkan fakta
bahwa pembelian, pengembangan teknologi, dan manajemen sumber daya
manusia dapat dikaitkan dengan aktivitas primer tertentu selain juga menunjang
keseluruhan rantai. Infrastruktur perusahan tidak terkait dengan aktivitas primer
tertentu tetapi menunjang keseluruhan rantai.
Primary Activities
Ini adalah lima kategori generik dari kegiatan utama yang terlibat dalam
bersaing di industri apapun, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Setiap
kategori dapat dibagi menjadi beberapa kegiatan yang berbeda yang tergantung
pada industri tertentu dan strategi perusahaan:
•
Inbound
logistik.
Kegiatan
yang
terkait
dengan
penerimaan,
penyimpanan, dan penyebarluasan masukan ke produk, seperti material
handling, pergudangan, pengendalian persediaan, penjadwalan kendaraan,
dan kembali ke pemasok.
• Operasi. Kegiatan yang terkait dengan mengubah input menjadi bentuk
produk akhir, seperti permesinan, pengemasan, perakitan, perawatan
peralatan, pengujian, pencetakan, dan operasi fasilitas.
32
• Outbound logistik. Kegiatan yang terkait dengan mengumpulkan,
menyimpan, dan mendistribusikan secara fisik produk kepada pembeli,
seperti pergudangan barang jadi, material handling, operasi kendaraan
pengiriman, pemrosesan order, dan penjadwalan.
• Pemasaran dan penjualan. Kegiatan yang berkaitan dengan pemberian
sarana yang pembeli dapat beli seperti produk dan mendorong mereka
untuk melakukannya, seperti iklan, promosi, kekuatan penjualan,
mengutip, pilihan saluran, hubungan saluran, dan harga.
• Layanan. Kegiatan yang berkaitan dengan pemberian pelayanan untuk
meningkatkan atau mempertahankan nilai produk, seperti instalasi,
perbaikan, pelatihan, suku cadang, dan penyesuaian produk.
Support Activities
• Pengadaan. Pengadaan mengacu pada fungsi pembelian input yang
digunakan dalam value chain perusahaan, bukan untuk input yang dibeli
sendiri. Input yang dibeli meliputi bahan baku, perlengkapan dan
consumbale lainnya serta aset seperti mesin, peralatan laboratorium,
peralatan kantor, dan bangunan. Meskipun input dibeli commonyl terkait
dengan kegiatan utama, input dibeli hadir dalam setiap kegiatan nilai
termasuk kegiatan penunjang.
33
• Pengembangan Teknologi. Setiap aktivitas nilai mewujudkan teknologi,
prosedur, atau teknologi yang terkandung dalam peralatan proses. Array
teknologi yang digunakan dalam sebagian besar perusahaan sangat luas,
berlari ging dari teknologi tersebut digunakan dalam mempersiapkan
dokumen dan mengangkut barang ke teknologi tersebut diwujudkan dalam
produk itu sendiri.
• Manajemen Sumber Daya Manusia. Manajemen sumber daya manusia
terdiri dari kegiatan yang terlibat dalam merekrut, menyewa, pelatihan,
pengembangan, dan kompensasi dari semua jenis personil. Manajemen
sumber daya manusia mendukung kedua primer individu dan kegiatan
dukungan dan seluruh value chain. Kegiatan manajemen sumber daya
manusia terjadi di berbagai perusahaan, seperti halnya kegiatan pendukung
lainnya, dan penyebaran kegiatan ini dapat menyebabkan kebijakan tidak
konsisten.
• Infrastruktur Perusahaan. Infrastruktur perusahaan terdiri dari sejumlah
kegiatan termasuk manajemen umum, perencanaan, keuangan, akuntansi,
hukum, urusan pemerintahan, dan manajemen kualitas. Infrastruktur, tidak
seperti kegiatan pendukung lainnya, biasanya mendukung seluruh rantai
dan bukan kegiatan individu. Tergantung pada apakah perusahaan adalah
diversifikasi atau tidak, infrastruktur perusahaan mungkin mandiri atau
dibagi antara unit bisnis dan perusahaan induk. Dalam perusahaan yang
terdiversifikasi, kegiatan infrastruktur biasanya dibagi antara unit bisnis
34
dan tingkat perusahaan. Namun kegiatan infrastruktur banyak terjadi pada
kedua unit bisnis dan tingkat perusahaan.
2.7
Technology dan Value Chain
Menurut Porter (1985, p166), perubahan teknologi adalah salah satu
pendorong utama dari suatu kompetisi. Hal ini memainkan peran utama dalam
perubahan struktural industri, serta dalam menciptakan industri baru. Banyak
perusahaan besar saat ini tumbuh dari perubahan teknologi yang mampu mereka
eksploitasi. Perubahan teknologi termasuk yang paling menonjol dari semua hal
yang bisa mengubah persaingan,.
Setiap perusahaan melibatkan sejumlah teknologi dalam skala besar. Tidak
semua perusahaan melibatkan teknologi dari beberapa macam, meskipun fakta
bahwa satu atau lebih teknologi mungkin tampak mendominasi produk atau
proses produksi. Teknologi merupakan komponen penting untuk berkompetisi
jika secara signifikan mempengaruhi keunggulan kompetitif suatu perusahaan
atau struktur industri.
Tool dasar untuk memahami peran teknologi dalam keunggulan kompetitif
adalah value chain. Sebuah perusahaan, sebagai kumpulan kegiatan, adalah
kumpulan teknologi. Teknologi diwujudkan dalam setiap aktivitas nilai
perusahaan, dan perubahan teknologi dapat mempengaruhi persaingan melalui
dampaknya terhadap hampir aktivitas manapun.
35
Setiap
aktivitas
nilai
menggunakan
beberapa
teknologi
untuk
menggabungkan input yang dibeli dan sumber daya manusia untuk menghasilkan
beberapa output. Teknologi ini mungkin biasanya berupa seperangkat prosedur
untuk personil, dan biasanya melibatkan beberapa disiplin ilmu atau
subtechnologies. Penanganan bahan teknologi yang digunakan dalam bidang
logistik, misalnya, mungkin melibatkan disiplin ilmu seperti teknik industri,
elektronik, dan teknologi bahan.
Teknologi diwujudkan tidak hanya dalam primary activities tetapi dalam
support activities juga. Desain dibantu komputer adalah contoh dari sebuah
teknologi yang baru saja mulai digunakan dalam pengembangan produk yang
menggantikan cara tradisional dalam mengembangkan produk baru. Berbagai
jenis teknologi juga mendasari kinerja support activities lainnya, termasuk yang
tidak biasanya dilihat sebagai teknologi berbasis. Procurement mencakup
prosedur serta teknologi untuk menempatkan pesanan dan berinteraksi dengan
supplier.
36
Gambar 7. Technology and Value Chain (Porter, 1985)
Teknologi sistem informasi merupakan sesuatu yang sangat luas dalam
value chain, karena setiap aktivitas nilai menciptakan dan menggunakan
informasi. Ini terlihat dari Gambar 7, yang menunjukkan teknologi sistem
informasi dalam setiap kategori generik aktivitas nilai dalam rantai. Sistem
informasi digunakan dalam penjadwalan, pengendalian, mengoptimalkan,
mengukur dan menyelesaikan kegiatan. Sebuah sistem informasi juga dapat
terlibat dalam pemrosesan order, mengelola supplier, dan penjadwalan layanan.
Teknologi lain yang termasuk dalam value chain adalah teknologi kantor
atau administrasi, karena fungsi administrasi kantor dan lainnya harus dilakukan
sebagai bagian dari banyak aktivitas nilai. Salah satu jenis dari tren teknologi yang
paling penting dan umumnya sering terjadi pada zaman sekarang ini untuk banyak
37
perusahaan adalah perubahan cara fungsi kantor, meskipun kadang diperlukan
sumber daya yang besar untuk itu.
2.8
Transaction Processing Systems dan ERP Systems
Menurut Martin, Brown, Dehayes, Hoffer, Perkins (2012, p219), saat ini
hampir semua bisnis besar dan menengah dan meningkatnya jumlah usaha kecil
tergantung pada sistem IT perusahaan. Sistem ini mendukung hampir setiap
fungsi bisnis, dari pengadaan bahan baku untuk merencanakan jadwal produksi
untuk mendistribusikan produk, dari merekam dan meringkas angka penjualan
untuk melacak persediaan, dari membayar karyawan dan pemasok untuk
menangani piutang, dari mempertahankan organisasi keuangan catatan untuk
memungkinkan karyawan untuk berkomunikasi dengan lebih efektif. Organisasi
modern hanya memerlukan sistem IT perusahaan untuk melakukan bisnis.
Transaction Processing System (TPS) penting bagi operasi pada hampir
setiap bisnis. TPS, yang merupakan aplikasi IT pertama diinstal pada kebanyakan
bisnis, memproses ribuan transaksi yang terjadi setiap hari, termasuk penjualan,
pembayaran, persediaan, dan penggajian. TPS menangani volume transaksi yang
dihasilkan perusahaan dalam melakukan bisnis, dan mereka juga menghasilkan
summary reports pada transaksi ini.
Dalam beberapa tahun terakhir, banyak perusahaan besar dan menengah
telah berpaling ke Enterprise Resource Planning (ERP) sebagai cara untuk
38
mengintegrasikan berbagai set aplikasi pemrosesan transaksi. Sistem ERP
biasanya terdiri dari sejumlah modul untuk menangani penjualan dan distribusi,
manufaktur, pelaporan keuangan, dan sumber daya manusia daerah, dan
organisasi dapat membeli bagian dari modul ini untuk memenuhi kebutuhannya.
2.8.1 Transaction Processing Systems
Menurut Martin, Brown, Dehayes, Hoffer, Perkins (2012, p196), selain
menghasilkan dokumen dan memperbarui catatan yang dihasilkan dari proses
transaksi (seperti faktur, cek, dan pesanan), TPS dapat menghasilkan berbagai
summary reports yang bermanfaat untuk manajemen tingkat atas. TPS adalah
hidup-mati sistem untuk ‘paperwork organization’, seperti bank dan perusahaan
asuransi, dan sistem penting untuk mayoritas organisasi menengah dan besar.
Sistem ini adalah sistem komputerisasi pertama, dan mereka masih
menggunakan sebagian besar mesin waktu komputasi di kebanyakan organisasi.
Untuk sebagian besar, TPS dapat dipastikan kebenarannya dengan analisis biayamanfaat tradisional. Sistem ini dapat memproses transaksi lebih cepat dan
ekonomis (dan tentunya lebih akurat) dari sistem manual (manusia). TPS mungkin
berbasis mainframe atau menengah berbasis, atau mereka mungkin two-tier atau
three-tier client / server system, atau mereka mungkin melibatkan penggunaan
service-oriented architectures (SOA). Sebagian besar sistem terbaru yang
dilaksanakan adalah client / server system atau menggunakan SOA, tetapi ada
39
mainframe atau banyak sistem transaksi midrange berbasis pengolahan masih
digunakan.
o Order Entry System
Order Entry System tentu bisa menggunakan klien / server teknologi.
Ide dasar di balik agar Order Entry System ini terbilang sederhana. Ketika
pesanan diterima (baik secara pribadi, melalui surat, atau melalui telepon),
sales representative memasukkan informasi ke dalam sistem. Masuknya
data mungkin melalui komputer mikro pada meja sales representative atau
mungkin melalui titik-penjualan-transaksi sistem perekaman (kasir
canggih yang berfungsi sebagai terminal). Komputer kemudian melakukan
update sesuai file dan cetak faktur, baik di sale terminal, meja sales
representative, atau di pusat komputer. Gambar 5.5 memberikan lebih
lengkap
deskripsi
dan
menunjukkan
bagaimana
setiap
transaksi
(penjualan) berinteraksi dengan sebanyak enam file pada sistem komputer.
Selain itu untuk faktur, lebih dari selusin jenis output dapat dihasilkan.
Misalnya, komputer bias memeriksa status kredit pelanggan dan menolak
penjualan jika batas kredit pelanggan akan terlampaui. Jika item
memerintahkan adalah di saham, dokumen pengiriman multipart adalah
dicetak, jika item tidak di saham, pesan yang dikirim (melalui PC) kepada
pelanggan untuk menanyakan apakah ia ingin kembali memesan item.
Secara periodik atau pada permintaan, order entry sistem akan mencetak
laporan penjualan yang diselenggarakan oleh item atau oleh pelanggan,
laporan pelanggan, laporan persediaan, kembali status order laporan, dan
40
laporan piutang. Sistem juga akan menghasilkan laporan ketika
pengecualian kondisi terjadi, seperti ketika item sudah habis atau ketika
seorang pelanggan mencoba untuk melebihi kredit yang telah ditetapkan
membatasi. Dalam kasus ini, tindakan manajemen mungkin diperlukan.
Sistem order entry secara otomatis dapat mencetak keluar pesanan
pembelian ketika item sudah habis, tetapi dapat juga mencetak
pemberitahuan penagihan masa lalu-karena bagi pelanggan. Sebuah
keuntungan utama dari suatu sistem online adalah bahwa pertanyaan bisa
dijawab dalam beberapa detik.
2.8.2 Enterprise Resource Planning (ERP) Systems
Menurut Martin, Brown, Dehayes, Hoffer, Perkins (2012, p198),
Enterprise Resource Planning (ERP) System juga merupakan transaction
processing system, tetapi mereka akan melampaui fungsi TPS tradisional dan
dengan demikian layak mendapatkan perlakuan sebagai area aplikasi terpisah.
Sistem ERP adalah suatu set aplikasi bisnis terintegrasi, atau modul, yang
melakukan fungsi bisnis yang umum seperti akuntansi buku besar, hutang,
piutang, bahan persyaratan perencanaan, ketertiban manajemen, kontrol
persediaan, dan sumber daya manusia manajemen. Biasanya modul ini dibeli dari
vendor perangkat lunak. Dalam beberapa kasus, sebuah perusahaan mungkin
membeli hanya subset dari modul-modul dari vendor tertentu, pencampuran
mereka dengan modul dari vendor lain dan dengan aplikasi perusahaan yang ada.
41
Sistem
ERP
berbeda
dengan
pendekatan
sebelumnya
untuk
mengembangkan atau membeli aplikasi bisnis setidaknya dua cara. Pertama,
modul ERP yang terintegrasi, terutama melalui seperangkat definisi dan umum
database. Sebagai transaksi diproses dalam satu bidang, seperti sebagai
penerimaan pesanan, dampak dari transaksi ini adalah segera tercermin dalam
semua bidang terkait lainnya, seperti akuntansi, penjadwalan produksi, dan
pembelian. Kedua, modul ERP telah dirancang untuk mencerminkan khusus cara
melakukan bisnis-set tertentu proses bisnis. Tidak seperti pendekatan fungsional
IS, ERP ini didasarkan pada pandangan value chain bisnis dalam departemen
fungsional yang mengkoordinasikan pekerjaan mereka. Untuk menerapkan sistem
ERP, maka perusahaan sedang melakukan untuk mengubah proses bisnisnya. Jika
sebuah perusahaan membeli sistem ERP, perusahaan mungkin perlu mengubah
proses untuk menyesuaikan diri dengan yang tertanam dalam software package.
Perusahaan menyesuaikan dengan ERP software package, bukan sebaliknya.
Mengapa ERP menjadi suatu topik hangat di akhir 1990-an dan awal
2000-an, dengan sebagian besar dan menengah perusahaan baik menginstal sistem
ERP atau serius memikirkan tentang hal itu? Manfaat dari ERP akan khusus untuk
diberikan perusahaan, tetapi beberapa manfaat umum telah muncul. Di banyak
kasus, perusahaan tidak puas dengan cara lama melakukan bisnis dengan
departemen fungsional dan mereka tidak memiliki integrasi aplikasi (dan karena
itu data) untuk mendukung mereka pengambilan keputusan dan merencanakan
kebutuhan. Aplikasi saat ini sering tidak "Berbicara" satu sama lain, sehingga
memakan waktu dan pekerjaan yang sulit untuk mengumpulkan data, menyajikan
42
gambaran yang koheren apa yang terjadi di perusahaan, dan membuat informasi
keputusan dan rencana. Situasi ini tidak baru, namun, sampai baru-baru ini, solusi
kemasan tidak tersedia untuk perusahaan. Biaya untuk mengembangkan satu set
aplikasi yang terintegrasi internal terlalu tinggi, bahkan jika perusahaan memiliki
IS sumber daya untuk melakukan tugas tersebut, dibutuhkan waktu bertahuntahun.
Dari upaya rekayasa ulang sebelumnya, banyak perusahaan tahu bahwa
proses internal bisnis mereka perlu diubah, dan mereka percaya bahwa cara
terbaik dan termudah untuk memperbaikinya adalah dengan mengadopsi proses
dibangun ke dalam sistem ERP yang dapat dibeli. Dengan demikian, menerapkan
sistem ERP adalah cara untuk memaksa rekayasa ulang proses bisnis. Pada akhir
1990-an, Tahun 2000 (Y2K) masalah juga menambah permintaan untuk sistem
ERP. Pada waktu itu menjadi jelas bagi banyak perusahaan yang mereka tombol
aplikasi program akan berhenti berfungsi dengan benar saat tanggal masa lalu 31
Desember 1999, digunakan. Ketika program ini diberi kode menggunakan
COBOL-programer diperbolehkan hanya dua digit untuk mewakili tahun. Mereka
tidak membayangkan bahwa program mereka, yang ditulis pada tahun 1970an dan
1980-an, tetap akan digunakan ketika milenium tiba. Untuk perusahaan dengan
masalah ini, upaya dan biaya untuk mengubah referensi setiap dari tahun dua digit
untuk empat digit sebuah tahun dalam program mereka akan sangat besar.
Mengadopsi sebuah sistem ERP yang benar disediakan untuk tanggal luar tahun
2000 adalah baik, meskipun mahal, solusi untuk masalah. Jarang adalah masalah
tahun 2000 satu-satunya alasan untuk menerapkan sistem ERP, tetapi jika
43
perusahaan tidak senang dengan yang ada, non-integrated set aplikasi, maka
masalah tahun 2000 juga mungkin memiliki tip keseimbangan. Harus ditekankan
bahwa implementasi dari Sistem ERP sangat sulit karena perusahaan harus
mengubah cara perusahaan ini beroperasi. Selanjutnya, ERP sistem sangat mahal.
Sebuah skala besar khas ERP pelaksanaan biaya puluhan juta dolar dan memakan
tahun atau lebih. Biaya pelaksanaan tidak hanya mencakup lisensi perangkat lunak
tetapi juga hardware dan jaringan investasi dan biaya sering konsultasi.
Selanjutnya, memilih perangkat lunak ERP yang tepat adalah tugas sulit.
Dua raksasa di pasar ERP yaitu SAP dan Oracle. SAP (yang berbasis di Jerman)
telah menjadi vendor ERP terkemuka sejak awal, dan Oracle tumbuh dengan
mengakuisisi PeopleSoft ERP vendor yang bermusuhan pengambilalihan pada
tahun 2005 (PeopleSoft yang, pada gilirannya, diperoleh ERP vendor yang J. D.
Edwards pada tahun 2003). Lain vendor ERP termasuk Kelompok Sage (Inggris),
Infor global Solusi, dan Microsoft dengan aplikasi Dynamics.
Untuk pembelian ERP, ada argumen yang kuat untuk memilih satu vendor,
seperti integrasi ketat aplikasi yang mungkin dan standarisasi proses umum. Di
sisi lain, memilih satu Vendor juga dapat mengurangi fleksibilitas untuk
mengadopsi perusahaan. Sebuah "terbaik berkembang biak" atau campuran-danpertandingan pendekatan dengan beberapa vendor mungkin memungkinkan
perusahaan untuk memenuhi lebih dari kebutuhan unik dan mengurangi
ketergantungan pada satu penjual, sebaliknya, pendekatan seperti itu biasanya
membuat implementasi lebih memakan waktu dan mempersulit sistem
44
pemeliharaan. Dengan pendekatan baik, biasanya penting untuk menggunakan
vendor atau lain perusahaan konsultan, atau keduanya, untuk membantu dalam
proses implementasi. Untuk besar, perusahaan multidivisional, menerapkan sistem
ERP adalah suatu tugas yang sangat kompleks dan menantang yang membutuhkan
pikiran terbaik dan perhatian internal IS, spesialis internal, manajer bisnis, dan
konsultan eksternal. Potensi hasil dari sistem ERP adalah dalam hal informasi
yang lebih baik untuk keputusan dan perencanaan strategis dan operasional
keputusan, dan efisiensi yang lebih besar, profitabilitas, dan pertumbuhan,
membuat upaya dan biaya menjadi lebih berharga.
2.9
Standard Operating Procedure (SOP)
Menurut Sutton (2010, p452), Standard Operating Procedure sering
digunakan untuk menjelaskan segala tipe operating procedure. SOP sebenarnya
adalah standard atau template yang yang dapat dibangun dan digunakan sebagai
perlengkapan dan operating procedures yang spesifik pada suatu unit.
Menurut Gee (2009, p109), penggunaan SOP menjamin bahwa semua
proses manufaktur lebih terkontrol, dengan demikian dapat meningkatkan
kemungkinan suatu produk Finished Goods akan diterima untuk tujuan tertentu.
Suatu SOP sebaiknya didokumentasikan dan setiap SOP memiliki impact kepada
kualitas suatu produk, keamanan operator, dan keamanan fasilitas dan lingkungan.
45
2.10 Audit
2.10.1 Pengertian Audit
Untuk mengetahui pengertian audit secara jelas berikut adalah beberapa
pendapat dari para ahli mengenai pengertian audit.
Kell, Johnson dan Boyton (2003, p5), menyatakan bahwa auditing adalah
suatu proses untuk memperoleh serta mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai asersi-asersi kegiatan dan peristiwa ekonomi, dengan tujuan
menetapkan derajat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang
telah ditetapkan sebelumnya serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pihak-pihak
yang berkepentingan.
Arens dan Loebbecke (2003, p1), menyatakan bahwa auditing adalah
proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang
dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang
kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian
informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
46
2.10.2 Jenis Audit
Jenis-jenis audit menurut Arens, Elder, dan Beasly (2006, p15):
1. Audit operasional mengevaluasi efektifitas dan efisiensi dari setiap
bagian prosedur dan metode operasional perusahaan. Dalam setiap pelaksanaan
audit operasional, manajemen biasanya mengharapkan rekomendasi untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Dalam audit operasional reviews tidak dibatasi
dalam lingkup akuntansi. Dapat termasuk didalamnya evaluasi dari struktur
organisasi, operasi komputer, metode produksi, marketing, dan wilayah lain
dimana auditor memenuhi syarat untuk melakukan audit.
2. Audit Ketaatan dibuat untuk mememukan apakah pihak yang akan
diaudit mengikuti beberapa prosedur, aturan, atau relgulasi yang telah ditetapkan
oleh otoritas yang lebih tinggi kedudukannya. Compliance audit untuk bisnis
privat mencakup:
a. Menemukan apakah personel akuntansi mengikuti aturan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
b. Mengecek tingkat penghasilan sesuai dengan upah minimum yang
ditetapkan undang-undang.
c. Memeriksa kontrak perusahaan dengan bank atau kreditur lainnya untuk
memastikan perusahaan tersebut memenuhi persyaratan hukum yang berlaku.
47
3. Audit Laporan Keuangan dilakukan untuk menemukan apakah seluruh
laporan keuangan dilaporkan sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan
sebelumnya. Biasanya kriteria yang dipakai adalah GAAP. Meskipun dalam
mengaudit laporan keuangan biasanya menggunakan basis kas atau basis lain
yang merupakan aplikasi accounting dalam suatu organisasi.
2.11 Audit Operasional
2.11.1 Pengertian dan Tujuan Audit Operasional
Menurut Guy, Alderman, Winters (2003, p419) audit operasional
merupakan penelaahan atas prosedur dan metode operasi entitas untuk
menentukan tingkat efisiensi dan efektifitasnya. Pada kesimpulan tentang audit
operasional, rekomendasi yang umumnya diberikan adalah memperbaiki prosedur.
Audit operasional kadang-kadang disebut audit kinerja, audit manajemen, atau
audit komprehensif.
Menurut Tunggal (2001, p10) audit operasional merupakan suatu penilaian
dari organisasi manajerial dan efisiensi dari suatu perusahaan, departemen, atau
setiap entitas dan sub-entitas yang dapat di audit.
48
Menurut Guy, Alderman, Winters (2003, p421) audit operasional biasanya
dirancang untuk memenuhi satu atau lebih tujuan berikut:
1. Menilai kinerja.
Setiap audit operasional meliputi penilaian kinerja organisasi yang
ditelaah. Penilaian kinerja dilakukan dengan membandingkan kegiatan
organisasi dengan tujuan, seperti kebijakan, standar, dan sasaran
organisasi yang ditetapkan manajemen atau pihak yang menugaskan,
serta dengan kriteria penilaian lain yang sesuai.
2. Mengidentifikasi peluang perbaikan.
Peningkatan efektifitas, efisiensi, dan ekonomi merupakan kategori
yang luas dari pengklasifikasian sebagian besar perbaikan. Auditor
dapat
mengidentifikasi
peluang
perbaikan
tertentu
dengan
mewawancari individu (apakah dari dalam atau dari luar organisasi),
mengobservasi operasi, menelaah laporan masa lalu atau masa
berjalan, mempelajari transaksi, membandingkan dengan standar
industri,
menggunakan
pertimbangan
profesional
berdasarkan
pengalaman, atau menggunakan sarana dan cara lain yang sesuai.
3. Mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih
lanjut. Sifat dan luas rekomendasi akan berkembang secara beragam
selama pelaksanaan audit operasional.
49
Sedangkan Mulyadi (2002, p32) menyatakan bahwa tujuan audit
operasional adalah untuk :
1. Mengevaluasi Kinerja
2. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
3. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
Secara ringkas dapat disimpulkan bahwa audit operasional dilakukan
untuk mengevaluasi tingkat efisiensi dan efektifitas pelaksanaan aktivitas suatu
organisasi. Audit operasional mengidentifikasi timbulnya penyelewengan dan
penyimpangan yang terjadi dan kemudian membuat laporan yang berisi
rekomendasi tindakan perbaikan selanjutnya. Audit operasional merupakan salah
satu alat pengendalian yang membantu dalam mengelola perusahaan dengan
penggunaan sumber daya yang ada dalam pencapaian tujuan perusahaan dengan
efektif dan efisien.
2.11.2 Prosedur Audit Operasional
Menurut Romney dan Steinbart (2005, p390), Langkah-langkah untuk
melakukan kegiatan audit terdiri dari:
1. Merencanakan Audit
Tujuan perencanaan audit adalah untuk menetapkan mengapa, bagaimana,
kapan, dan oleh siapa audit akan dilaksanakan. Langkah - langkah dalam
perencanaan audit adalah sebagai berikut:
50
a. Tetapkan lingkup dan tujuan.
b. Organisir tim audit.
c. Kembangkan pengetahuan mengenai operasional bisnis.
d. Identifikasi faktor-faktor resiko.
e. Siapkan program audit.
2. Mengumpulkan Bukti Audit
Metode-metode yang digunakan untuk mengumpulkan bukti audit:
a. Pengamatan atas kegiatan-kegiatan operasional.
b. Melakukan tinjauan atas dokumentasi.
c. Berdiskusi dengan para pegawai mengenai pekerjaan mereka dan
bagaimana mereka melaksanakan prosedur tertentu.
d. Kuisioner untuk mengumpulkan data mengenai sistem terkait.
e. Pemeriksaan fisik terhadap jumlah dan fisik aset.
f. Pembuktian dengan dokumen sumber.
3. Mengevaluasi Bukti Audit
Auditor mengevaluasi bukti yang dikumpulkan dengan dasar tujuan audit
tertentu dan memutuskan apakah bukti tersebut mendukung kesimpulan atau
tidak. Menetapkan materialitas, yaitu mengenai apa yang penting dan tidak
penting berdasarkan suatu situasi, sebagian besar merupakan masalah penilaian.
Auditor mencari keyakinan yang wajar bahwa tidak ada kesalahan yang material
dalam informasi atau proses yang di-audit.
51
4. Mengkomunikasikan Hasil Audit
Auditor mempersiapkan laporan tertulis yang meringkas temuan-temuan
dan berbagai rekomendasi audit, dengan referensi bukti pendukung dalam lembar
kerja, dan disajikan kepada pihak manajemen dan pihak-pihak lain yang terkait.
2.12 Audit Sistem Informasi
2.12.1 Pengertian Audit Sistem Informasi
Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p19), dimana Audit Sistem
Informasi merupakan proses pengumpulan dan penilaian bukti untuk menentukan
apakah sistem komputer perusahaan mampu mengamankan harta, memelihara
kebenaran data, mampu mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan
menggunakan aktiva perusahaan secara tepat.
Sedangkan menurut Romney dan Steinbart (2005, p390), Audit Sistem
Informasi adalah melakukan tinjauan atas pengendalian sistem informasi
akuntansi untuk menilai kesesuaiannya dengan kebijakan dan prosedur
pengendalian serta efektifitas dalam menjaga aset perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa audit
sistem informasi adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti
audit untuk mengetahui apakah sistem informasi yang berbasis komputer dapat
melindungi aset perusahaan, menjaga integritas data, dan mendukung tercapainya
tujuan perusahaan secara efektif dan efisien.
52
2.12.2 Tujuan Audit Sistem Informasi
Menurut Weber (1999, p11) tujuan dari audit sistem informasi lebih
ditekankan pada beberapa aspek penting, yaitu pemeriksaan dilakukan untuk
dapat menilai keempat tujuan dibawah ini, yaitu:
1. Pengamanan Aset
Aset sistem informasi suatu organisasi termasuk hardware, software,
fasilitas, sumber daya manusia (skill), informasi, dokumentasi dan persediaan.
Semua aset tersebut harus dilindungi dengan sistem pengendalian internal.
2. Menjaga integritas Data
Integritas data dalah konsep fundamental di dalam audit sistem informasi.
Ini mengemukakan bahwa data mempunyai atribut-atribut tertentu : kelengkapan,
keaslian, kejujuran. Jika integritas data tidak dapat dipertahankan maka sebuah
organisasi tidak mempunyai gambaran atas keadaan perusahaan yang sebenarnya.
3. Efektifitas Sistem
Sistem informasi yang efektif mebantu mencapai tujuan perusahaan.
Mengevaluasi efektifitas atas kebutuhan user atau untuk mengevaluasi apakah
laporan yang diberikan dapat mempermudah dalam proses pengambilan
keputusan oleh orang yang menggunakannya. Auditor sistem informasi harus
menemukan cara untuk memudahkan user sistem tersebut dalam mengambil
53
keputusan. Auditor harus mengetahui karakteristik user dan lingkungan
pengambilan keputusan tersebut.
4. Efisiensi Sistem
Sistem informasi yang effsien menggunakan sumber daya yang terbatas
untuk mencapai tujuannya. Sistem informasi mempergunakan beberapa sumber
daya yaitu: mesin, waktu, perlengkapan, software, dan user. Sumber daya tersebut
penting, dan aplikasi berbeda biasanya melengkapi untuk kebutuhan user.
2.12.3 Teknik dan Praktek Audit Sistem Informasi
Menurut Gondodiyoto dan Hendarti (2006, p447) terdapat berbagai teknik
pemeriksaan yang bisa diterapkan dalam melaksanakan audit. Teknik- teknik
pemeriksaan tersebut sering disebut dengan istilah instrumen audit. Berikut ini
adalah contoh-contoh instrumen audit yang dapat digunakan pada saat
pelaksanaan audit:
1. Observasi (Observation)
Observasi adalah cara memeriksa dengan menggunakan panca indera
terutama mata, yang dilakukan secara berkelanjutan selama kurun waktu
tertentu untuk membuktikan suatu keadaan atau masalah.
54
2. Wawancara (Interview)
Wawancara merupakan teknik pemeriksaan berupa tanya-jawab secara
lisan antara auditor dengan auditee untuk memperoleh bahan bukti audit.
Tanya-jawab dapat dilakukan secara lisan (wawancara) atau tertulis.
3. Kuesioner (Questionaire)
Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan yang mudah dan praktis karena
tertulis. Dengan metode ini, responden ditentukan, kemudian dikirim surat
pengantar beserta daftar pertanyaan (Questionaire) tentang hal-hal yang
ditanyakan dengan pedoman pengisian dan tanggal jawab yang ditentukan.
4. Inspeksi fisik (physical inspection)
Inspeksi merupakan cara memeriksa dengan memakai panca indera
terutama mata, untuk memperoleh bukti atas suatu keadaan atau suatu
masalah pada saat tertentu. Inspeksi merupakan usaha pemeriksa untuk
memperoleh bukti-bukti secara langsung di tempat dimana keadaan atau
masalah ingin dibuktikan.
5. Prosedur analisis
Analisis artinya memecah atau menguraikan suatu keadaan atau masalah
ke dalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut
untuk digabungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang
lain. Dengan analisis pemeriksa dapat melihat hubungan penting antara
satu unsur dengan unsur lainnya.
55
6. Penelaahan dokumen
Pada teknik ini dilakukan penelaahan pada dokumen yang tersedia pada
suatu organisasi, seperti bagan arus, bagan organisasi, manual program,
manual operasi, manual referensi, notulen rapat, surat perjanjian, dan
catatan-catatan historis lainnya. Jika mungkin, dokumen-dokumen penting
harus ditelaah sebelum wawancara.
2.13 Efektifitas dan Efisiensi
Audit operasional dikenal sebagai audit yang berkonsentrasi pada
efektifitas dan efisiensi organisasi. Efektifitas mengukur seberapa berhasil suatu
organisasi mencapai tujuan dan sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik
suatu entitas menggunakan sumberdayanya dalam mencapai tujuannya. Sebagai
contoh, seorang auditor dapat memeriksa badan federal untuk menentukan apakah
badan tersebut telah mencapai tujuannya seperti yang ditetapkan oleh kongres
(efektifitas) dan menggunakan sumberdaya keuangannya secara benar (efisiensi).
2.13.1 Efektifitas
Efektifitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh
suatu pusat tanggang jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang
dikonstribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut.
Efektifitas cenderung dinyatakan dalam istilah-istilah yang subjektif dan nonalitis,
56
seperti kinerja kampus A adalah yang terbaik, tetapi kampus B telah agak
menurun dalam tahun-tahun terakhir (Anthony, 2005, p174).
2.13.2 Efisiensi
Efisiensi
berhubungan
dengan
bagaimana
perusahaan
melakukan
operasinya, sehingga dicapai optimalisasi penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Efisiensi berhubungan dengan metode kerja (operasi). Dalam hubungannya
dengan konsep input-proses-output, efisiensi adalah rasio antar output dan input.
Seberapa besar output yang dihasilkan dengan menggunakan sejumlah tertentu
input yang dimiliki perusahaan. Metode kerja yang baik akan dapat memandu
proses operasi berjalan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang
dimiliki
perusahaan.
Jadi,
efisiensi
merupakan
ukuran
proses
yang
menghubungkan antara input dan output dalam operasional perusahaan. (Anthony,
2005, p174).
Efisiensi dan efektifitas berkaitan satu sama lain, setiap pusat tanggung
jawab harus efektif dan efisien dimana organisasi harus mencapai tujuannya
dengan cara yang optimal. Suatu pusat tanggung jawab yang menjalankan
tugasnya dengan konsumsi terendah atas sumber daya, mungkin akan efisien,
tetapi jika output yang dihasilkannya gagal dalam memberikan kontribusi yang
memadai dalam pencapaian cita-cita organisasi, maka pusat tanggung jawab
tersebut tidaklah efektif (Anthony 2005, p174-175).
57
2.14 Risk Assessment
Whitman & Mattord (2011, p11) menjelaskan pengertian risk adalah
kemungkinan adanya sesuatu yang tidak diinginkan akan terjadi. Organisasi harus
meminimalisir resiko untuk mencocokkan target resiko mereka.
Kouns & Minoli (2010, p8) menggambarkan proses dari risk management
secara umum adalah sebagai berikut:
Gambar 8. Risk Management Process (Kouns & Minoli, 2010)
Adapun perbedaan risk assessment dengan risk management sebagai
berikut:
Risk management adalah proses penilaian pada alternatif kebijakan yang
dikonsultasikan kepada pihak yang terlibat, yang berhubungan dengan risk
58
assessment dan faktor lainnya, dan memilih pencegahan dan kontrol yang tepat
(Technical Department of ENISA Section Risk management, 2006).
Sedangkan risk assessment adalah langkah awal risk management.
Menganalisis nilai aset terhadap bisnis, mengidentifikasi ancaman atas aset
tersebut, dan melakukan evaluasi seberapa besar impact masing-masing ancaman
terhadap setiap aset. Penilaian risiko dapat berupa kuantitatif (berdasarkan
numerik) atau kualitatif (Blokdijk, Engle & Brewster, 2008, p28).
2.15 Risk Analysis / Assessment Methods
Menurut ISACA (2009, p32), dalam menganalisa suatu risiko ada dua hal
penting yang harus diperhatikan dari setiap skenario risiko, yaitu:
1.
Frekuensi - jumlah terjadinya suatu peristiwa yang mungkin terjadi
dalam suatu periode tertentu (biasanya dalam setahun)
2.
Dampak - konsekuensi skenario bisnis
Menurut ISACA (2009, p33), ada tiga metode analisis resiko secara
umum, yaitu:
1. Metode Analisis Kualitatif
Pendekatan penilaian risiko kualitatif menggunakan pendapat ahli untuk
memperkirakan frekuensi dan dampak bisnis. Frekuensi dan besarnya dampak
diperkirakan dengan menggunakan label kualitatif. Label ini dapat bervariasi
tergantung pada keadaan dan lingkungan yang berbeda. Metode ini adalah metode
59
paling sederhana dan paling sering digunakan, biasanya didasarkan pada checklist
dan ranking risiko subyektif seperti high, medium, atau low.
2.
Metode Analisis Semi Kuantitatif
Dalam analisis semi kuantitatif, peringkat deskriptif terhubung dengan
skala numerik. Metode tersebut sering digunakan ketika tidak memungkinkan
untuk menggunakan metode kuantitatif atau untuk mengurangi subjektivitas
dalam metode kualitatif.
3. Metode Analisis Kuantitatif
Metode
analisis
kuantitatif
menggunakan
nilai
numerik
untuk
menggambarkan kemungkinan dan dampak pada risiko, dengan menggunakan
data dari beberapa jenis sumber seperti catatan sejarah, pengalaman masa lalu,
catatan dan praktek industri, teori statistik, pengujian dan eksperimen. Esensi dari
metode analisis kuantitatif adalah untuk menurunkan frekuensi dan konsekuensi
dari skenario risiko, berdasarkan metode statistik dan data.
2.16 Risk Assessment Framework
Menurut Caralli, Stevens, Young, & Wilson (2007, p1), OCTAVE adalah
metodologi yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko
keamanan informasi. OCTAVE digunakan untuk membantu organisasi dalam hal:
60
•
Mengembangkan kriteria evaluasi resiko kualitatif yang menggambarkan
toleransi resiko operasional organisasi.
•
Mengidentifikasi aset yang penting bagi misi organisasi.
•
Mengidentifikasi kerentanan dan ancaman terhadap aset tersebut.
•
Menentukan
dan
mengevaluasi
kemungkinan
konsekuensi
untuk
organisasi jika ancaman terjadi.
Ada tiga jenis metodologi OCTAVE yang dapat digunakan secara umum,
yaitu: OCTAVE Method, OCTAVE-S, dan OCTAVE Allegro.
2.16.1 The OCTAVE Method
OCTAVE method adalah metodologi OCTAVE yang pertama kali
dikembangkan. Pendekatan ini didefinisikan oleh pedoman implementasi metode
(prosedur, bimbingan, worksheets, katalog informasi) dan pelatihan. Metode ini
dilakukan dalam serangkaian workshop yang dilakukan dan difasilitasi oleh tim
analisis interdisipliner diambil dari unit bisnis seluruh organisasi (misalnya
manajemen senior, manajer area operasional, dan staf) dan anggota departemen
IT. OCTAVE method ditujukan untuk perusahaan besar dengan 300 atau lebih
karyawan.
Lebih khusus, OCTAVE method dirancang untuk organisasi yang:
•
Memiliki multi level hirarki.
•
Memelihara infrastruktur mereka sendiri.
61
•
Memiliki kemampuan untuk melakukan vulnerability evaluation tools.
•
Memiliki kemampuan untuk menginterpretasikan hasil dari vulnerability
evaluation tools.
Gambar 9. Octave Method Phases. (Caralli, Stevens, Young, & Wilson,
2007)
OCTAVE method dilakukan dalam tiga tahap. Pada tahap 1, tim analisis
melakukan identifikasi terhadap aset yang berhubungan dengan informasi dan
strategi perlindungan yang ada untuk aset-aset tersebut. Tim analisis lalu
menentukan aset mana yang paling kritikal dalam keberhasilan perusahaan,
dokumen persyaratan keamanan mereka, dan mengidentifikasi ancaman yang
dapat mengganggu keamanan aset tersebut. Pada tahap 2, tim analisis melakukan
evaluasi dari infrastruktur informasi untuk melengkapi analisis ancaman yang
dilakukan pada fase 1 dan untuk menginformasikan keputusan mitigasi dalam fase
3. Akhirnya, dalam fase 3, tim analisis melakukan kegiatan identifikasi risiko dan
mengembangkan rencana mitigasi risiko untuk aset kritikal.
62
2.16.2 OCTAVE-S
Pengembangan OCTAVE-S didukung oleh program Technology Insertion,
Demonstration, and Evaluation (TIDE) pada Software Engineering Institute
(SEI), yang bertujuan untuk membawa pendekatan OCTAVE pada perusahaan
kecil. Versi terbaru dari pendekatan OCTAVE-S, versi 1.0, secara khusus
dirancang untuk organisasi yang terdiri dari sekitar 100 karyawan atau kurang.
Konsisten dengan kriteria OCTAVE, pendekatan OCTAVE-S terdiri dari tiga fase
yang sama.
Namun, OCTAVE-S dilakukan oleh tim analisis yang memiliki
pengetahuan luas tentang organisasi. Jadi, OCTAVE-S tidak bergantung pada
workshop untuk mengumpulkan informasi karena diasumsikan bahwa tim analisis
(biasanya terdiri dari 3-5 orang) memiliki pengetahuan mengenai aset yang
berkaitan dengan informasi penting, persyaratan keamanan, ancaman, dan praktik
keamanan organisasi.
Perbedaan lain yang signifikan dalam OCTAVE-S adalah bahwa
OCTAVE-S lebih terstruktur daripada metode OCTAVE. Konsep keamanan
tertanam dalam worksheet dan guidance OCTAVE-S, sehingga mengalami
kurangnya pengalaman risiko dan praktisi keamanan untuk mengatasi berbagai
risiko yang tidak dikenal. Sebuah fitur yang membedakan dari OCTAVE-S adalah
bahwa OCTAVE-S memerlukan pemeriksaan yang kurang luas dalam
infrastruktur informasi organisasi. Karena organisasi kecil mungkin tidak
63
memiliki sumber daya untuk mendapatkan dan mengeksekusi vulnerability tools,
OCTAVE-S ini dirancang untuk pemeriksaan resiko infrastruktur secara terbatas
sehingga menghilangkan penghalang potensial untuk adopsi.
2.16.3 OCTAVE Allegro
Pendekatan OCTAVE Allegro diperkenalkan dalam laporan teknis yang
dirancang untuk memungkinkan penilaian yang luas dari lingkungan risiko
operasional organisasi dengan tujuan menghasilkan hasil yang lebih kuat tanpa
kebutuhan akan pengetahuan penilaian risiko yang luas. Pendekatan ini berbeda
dari pendekatan OCTAVE sebelumnya dengan fokus utama pada aset informasi
dalam konteks tentang bagaimana mereka digunakan, di mana mereka disimpan,
diangkut, dan diproses, dan bagaimana mereka terkena ancaman, kerentanan, dan
gangguan sebagai hasilnya. Seperti metode sebelumnya, OCTAVE Allegro dapat
dilakukan dalam pengaturan workshop, kolaboratif dan didukung dengan
bimbingan, worksheet, dan kuesioner.
64
Gambar 10. Octave Allegro Roadmap. (Caralli, Stevens, Young, & Wilson, 2007)
Pendekatan OCTAVE Allegro terdiri dari delapan langkah yang diatur
dalam empat fase, seperti yang diilustrasikan pada Gambar 3. Pada tahap 1,
organisasi mengembangkan risk measurement criteria yang konsisten dengan
organizational drivers. Selama tahap kedua, informasi aset yang menjadi kritikal
dan asset container diidentifikasi dan digambarkan. Pada fase 3, ancaman
terhadap aset informasi diidentifikasi dalam konteks lokasi dimana aset tersebut
disimpan, diangkut, atau diproses. Pada tahap akhir, risiko aset informasi
diidentifikasi dan dianalisis dan pengembangan pendekatan mitigasi dimulai.
65
2.17 Cost-Benefit Analysis
Menurut Mishan & Quah (2007, p18), Cost–Benefit Analysis (CBA),
adalah proses yang sistematis untuk menghitung dan membandingkan manfaat
dan biaya dari kebijakan proyek, keputusan atau pemerintah.
CBA memiliki dua tujuan, yaitu:
1.Untuk
menentukan
apakah
itu
merupakan
investasi/keputusan
(justifikasi/kelayakan).
2.Untuk memberikan dasar untuk membandingkan proyek. Ini melibatkan
perbandingan total biaya yang diharapkan untuk setiap opsi dengan total manfaat
yang diharapkan untuk melihat apakah manfaat lebih besar daripada biaya, dan
seberapa banyak.
CBA berbeda tapi berkaitan dengan cost-effectiveness analysis. Dalam
CBA, manfaat dan biaya disajikan dalam bentuk uang, sehingga semua aliran arus
manfaat dan biaya proyek dari waktu ke waktu disajikan pada dasar umum atau
dikenal dengan istilah "net present value".
Download