plagiat merupakan tindakan tidak terpuji

advertisement
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
(STUDI KASUS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
121114003
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
(STUDI KASUS)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Oleh:
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
121114003
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN MOTTO
“Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama YESUS
KRISTUS TUHAN”
“Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor,
engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah
TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,”
(Ulangan 28:13)
“Talents and charisma can take you to the top, but only CHARACTER can keep
you there”
(Sidney Mohede)
“Tidak semua hal di dunia ini bisa dimengerti tetapi semua hal bisa disyukuri.”
(Jonathan Setiawan Ministry)
Laziness pays off now but hard work pays off in the future
(Anonymous)
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan bagi:
Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penolong, my invisible partner, Bapa, sahabat,
guru dan Juruselamat saya
malaikat-malaikat tak bersayapku,
Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni
yang selalu memberi dukungan, doa, semangat dan kepercayaan
keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang senantiasa
mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan fasilitas dalam saya menuntut ilmu
orang-orang terkasih yang telah memberikan perhatian, pengalaman, dan motivasi
hingga kini
Teman dekat, sahabat dan teman-teman yang tetap mendukung saya sampai
sekarang
Semua teman-teman BK angkatan 2012 yang selalu mendukung
Seluruh penderita kanker yang sedang berjuang melawan kankernya ataupun yang
telah berhasil sembuh dari kanker, kalian adalah pahlawan dan pejuang yang
sesungguhnya.
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016
Penulis
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama
: Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
Nomor Mahasiswa
: 121114003
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI
KASUS)
Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 10 Agustus 2016
Yang menyatakan
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA
(STUDI KASUS)
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
Universitas Sanata Dhartma
2016
Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita
penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi
yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan
menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita
penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada
wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita
penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan,
dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang.
Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian
kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi
kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan
wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan,
dan juga observasi.
Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga
subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi
dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls,
optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan
pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi,
meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan
menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak
memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya
memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian
impuls, efikasi diri dan pencapaian.
Kata kunci : wanita, penderita kanker payudara, resiliensi
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS
(CASE STUDY)
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
Sanata Dharma University
2016
This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse
control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy,
achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience
aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is
a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a
survivor of cancer. The number of subjects is 3 people.
This type of research is qualitative research, according to the
nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the
problem, the research was a research case studies. The collection of data in
this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the
subject of a significant others, and also the observation.
The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high
resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While
the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the
donation within her a bit
Key word : women, breast cancer survivor, resilience
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat dan
penyertaanNya, sehingga penulisan tugas akhir dengan judul “Resiliensi Wanita
Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus)” dapat terselesaikan dengan baik dan
lancar. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan
Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
Selama penulisan tugas akhir ini, banyak pihak yang terlibat dalam
memberikan bimbingan, dukungan, movitasi dan pendampingan pada setiap
proses yang terjadi. Oleh karenanya, disampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku kepala Program Studi Bimbingan dan
Konseling.
3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan
sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak
pembelajaran berharga, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan
berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna.
5. Orangtua tercinta Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni serta
seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dukungan materiil yang diberikan selama menempuh studi di Universitas
Sanata Dharma.
6. Seluruh kakak angkatan, teman-teman angkatan 2012, atas seluruh doa,
semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama menulis skripsi.
7. Sahabat-sahabat serta teman-teman satu pelayanan di GBI Keluarga Allah
Jogja, satu komsel (The Grace dan Jeslyn Pistis), dan satu kos di Griya
Kanna (Mala, Putri, Caci, David, Yosef, Cindya, Mbak Celly, Nanda,
Macho, Gery) atas doa, semangat, perhatian, dan dukungan yang diberikan
selama ini.
8. Para surviver kanker yang telah mengajarkan banyak hal tentang
kehidupan dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah
membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
Diharapkan banyak pihak yang memberikan kritik dan saran yang
membangun guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang
lebih baik. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 10 Agustus 2016
Penulis
Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viiii
ABSTRACT ........................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .............................................................................................x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... ...... xvi
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xvii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii
BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................... ...................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................................6
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ........................................................8
D. Pertanyaan Penelitian .........................................................................................8
E. Tujuan Penelitian ................................................................................................8
F. Manfaat Penelitian ...............................................................................................9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................12
A. Kajian Teori.......................................................................................................12
1. Resiliensi ...........................................................................................................12
2. Wanita Penderita Kanker ..................................................................................31
3. Wanita Penderita Kanker Payudara ...................................................................33
B. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................................39
C. Kerangka Pikir ..................................................................................................42
BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................44
A. Jenis Penelitian .................................................................................................44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................44
C. Subjek Penelitian ..............................................................................................45
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .......................................................45
1. Wawancara ........................................................................................................46
2. Observasi ...........................................................................................................49
E. Keabsahan Data ................................................................................................50
F. Teknik Analisis Data..........................................................................................51
BAB IV. HASIL PENELITIAN ...........................................................................53
A. Deskripsi Data ..................................................................................................53
1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek .................................................53
2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi ............................................................57
B. Pembahasan ......................................................................................................64
1. Bu Sri .................................................................................................................65
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Bu Tutik ............................................................................................................83
3. Bu Asih ...........................................................................................................100
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................117
A. Simpulan ........................................................................................................117
B. Implikasi .........................................................................................................121
C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................123
D. Saran ...............................................................................................................123
DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................126
LAMPIRAN ........................................................................................................129
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR TABEL
Data Diri Subjek Penelitian ...................................................................................45
Panduan Wawancara Mendalam ...........................................................................46
Panduan Wawancara dengan Significant Others ..................................................47
Catatan Observasi ..................................................................................................49
Panduan Observasi ................................................................................................50
Agenda Wawancara dengan Subjek ......................................................................53
Agenda Wawancara dengan Significant Others ....................................................54
Agenda Observasi Subjek ......................................................................................54
Deskripsi Umum Subjek Penelitian ......................................................................55
Deskripsi Umum Significant Others ......................................................................57
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR BAGAN
Kerangka Pikir Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara ............................42
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR GRAFIK
Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut
Departemen Kesehatan 2007 .......................................................................2
Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia
Tahun 2008 .................................................................................................3
xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan menjadi Informan ................................................126
Lampiran 2. Verbatim Hasil Wawancara dengan Subjek ..........................................129
Lampiran 3. Verbatim Hasil Wawancara dengan Significant Others ........................173
Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi ........................................................................181
Lampiran 5. Daftar Koding ........................................................................................183
xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan
masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan
manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Saat mengalami vonis dari dokter bahwa seseorang mengidap suatu
penyakit, individu merespon secara beragam. Ada individu yang langsung merasa
sedih, putus asa, stres, tidak mau melakukan interaksi dengan lingkungannya,
takut, khawatir bahkan ada yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri.
Individu yang mengalami penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, stroke, tumor
dan sebagainya, pasti memiliki respon yang unik mengenai penyakit mereka.
Seperti kebanyakan penyakit kronis lainnya, kanker melibatkan serangkaian
ancaman dan bahkan sering memburuk dari waktu ke waktu. Disatu sisi kanker
memberikan stres yang unik pada penderita kanker maupun keluarganya. Mereka
harus membuat keputusan pengobatan yang bermanfaat untuk kesembuhan
penderita kanker. Selain mempertimbangkan manfaat pengobatan juga harus
melihat efek samping pengobatan yang dipilih, seperti reaksi beracun atau akibat
lain yang tidak mereka harapkan (Stanton, 1998 dalam Sarafino, 2008).
Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel dalam tubuh seseorang
telah kehilangan pengendalian sel yang membuat pertumbuhan sel menjadi tidak
normal dan berlangsung sangat cepat. Ada banyak jenis kanker yang menyerang
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
manusia. Kanker pada rentang usia tertentu dan pada jenis kelamin tertentu dapat
memberikan dampak yang berbeda antara satu penderita dengan penderita
lainnya. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan
tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada pria, kanker
yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et
al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara,
kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz &
Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008). Beresikonya
pengobatan kanker menyebabkan penderita penyakit kanker hanya memiliki
angka harapan kesembuhan yang terbilang cukup rendah. Para penderita kanker
mengenali penyakit kanker sebagai “pembunuh yang sebenarnya” dan dapat
menyebabkan sakit, kecacatan dan disfungsi pada organ tertentu.
Grafik 1
Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen
Kesehatan 2007
100
80
60
40
20
0
93
88
81
74
67
41
49
Jumlah dalam Persen (%)
15
Beberapa negara seperti Amerika, negara-negara di Eropa, dan Kanada,
kanker merupakan penyakit yang merupakan pembunuh nomor satu. WHO
menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada usia 50 tahun ke atas,
sedangkan 6%nya terjadi pada wanita dibawah 40 tahun tahun. Semakin banyak
penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Badan Pelayanan Pencegahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Kanker di United State menemukan pada tahun 2012, wanita penderita kanker
payudara jumlahnya terus bertambah, diperkirakan mencapai 29% setiap tahunnya
dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah dari tahun ke tahun
(http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/).
Di Indonesia, kanker yang paling banyak di derita setelah kanker serviks
adalah kanker payudara. Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais
(RSKD), kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang
paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun.
Grafik 2
Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun
2008
9000
8000
7.850
7000
8.328
8.277
6000
5000
4000
5.207
Jumlah Penderita
Kanker Payudara
3000
2000
1000
0
2004
2005
2006
2007
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I.Yogyakarta
menunjukkan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus.
Direktur Utama RS Sardjito Yogyakarta, Mochammad Syafak Hanung
mengatakan sampai bulan Mei 2015, kanker payudara adalah penyakit yang
paling banyak ditangani di RS Sardjito sejak tahun 1982, tepatnya mencapai
11.695 kasus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Payudara merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Bagi
wanita payudara berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada bayinya melalui
proses menyusui, selain itu payudara juga membuat wanita merasa lebih percaya
diri, terlepas dari ukuran payudara itu sendiri. Ada beberapa orang yang
mengatakan, “bukan wanita jika tidak memiliki payudara”. Pernyataan ini
semakin menguatkan, bahwa payudara memiliki peran penting dalam kehidupan
wanita. Yuswanto (2010) mengatakan bahwa sedikit berbeda dengan fungsi
payudara pada wanita, fungsi payudara pada laki-laki adalah untuk melindungi
jantung dan paru-paru dari cedera. Laki-laki juga berpotensi mengalami kanker
payudara namun, jumlah penderitanya tidak sebanyak pada wanita.
Penyakit kanker payudara berdampak negatif bagi penderitanya. Penyakit
kanker ini mampu membuat seseorang menjadi kehilangan kepercayaan diri,
kehilangan semangat hidup, mengalami stres, ketakutan, dan kesedihan yang tak
kunjung reda. Kondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien
penyakit kanker payudara adalah perasaan takut. Tingkat ketakutan berbeda-beda
pada setiap diri penderita. Penderita yang divonis mengidap kanker payudara
dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan kesembuhan yang kecil, namun juga
penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Kanker mengubah kemampuan
fisik penderita untuk fungsi seksualnya. Di sisi lain, penyakit kanker payudara
mempunyai dampak positif untuk penderita yang mampu untuk bangkit dari hal
buruk yang dia alami, yaitu ketika penderita menemukan hikmah dan juga
semangat pantang menyerah melawan penyakit kanker payudara ini. Tidak jarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
ada individu justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai
sesuatu yang positif, inilah yang disebut resiliensi.
Resiliensi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu
disetiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali
setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang
membuat individu stres. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi
mampu mengelola emosinya secara sehat, meskipun dalam hal ini penderita dapat
merasa sedih, marah, tidak percaya diri dan takut. Namun, penderita kanker
payudara ini tidak membiarkan perasaan negatif yang dirasakannya menetap
terlalu lama dalam dirinya. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi
akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit
dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang
buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi
rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga
individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat (Greeff,
2005). Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker
payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita
kanker payudara
Penderita kanker payudara sesungguhnya membutuhkan orang lain yang
mampu mendengarkan dan juga membantu dirinya untuk kembali bangkit dari
penderitaan psikologis yang mereka derita. Lulusan dari Program Studi
Bimbingan dan Konseling
tentu
dibekali dengan keterampilan konseling
(Konseling Individual, Konseling Kelompok, dan sebagainya) dan ilmu terapan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
konseling (Konseling Pastoral, Konseling Orang Dewasa dan Lanjut Usia, dan
sebagainya), telah dipersiapkan untuk bekerja diberbagai bidang, seperti bidang
kesehatan yang berguna untuk menguatkan serta membantu penderita kanker
payudara memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang
mereka alami.
Berdasarkan latar belakang, data-data, tingkat urgensi dan kesesuaian
dengan ilmu Bimbingan dan Konseling, maka peneliti ingin meneliti mengenai
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya
terkait dengan resiliensi dan wanita dengan kanker payudara, diidentifikasikan
berbagai masalah sebagai berikut:
1. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I Yogyakarta
menyatakan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325
kasus.
2. Yuswanto (2010) mengatakan fungsi payudara baik pada laki-laki
maupun wanita sangatlah penting, karena payudara berfungsi
melindungi jantung dan untuk menyusui pada wanita. Penderita yang
mengalami pengangkatan payudara (masektomi) akan berpotensi cedera
jantung dan tidak dapat menyusui.
3. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan
tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung
kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada
wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus
(Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer
et al., 1999 dalam Sarafino, 2008)..
4. Angka harapan kesembuhan penderita kanker payudara menurut
Departemen Kesehatan 2007 menunjukkan angka harapan kesembuhan
yang selalu menurun pada setiap stadium (5%-34%), yang disebabkan
oleh kondisi psikologis yang fluktuatif (terkadang optimis, terkadang
pesimis) dan kurangnya dukungan dari keluarga.
5. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk
memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan
menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi
yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang
memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk
yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit
menjadi orang yang lebih kuat.
6. Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker
payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian
Fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawab masalah mengenai aspek
resiliensi pada wanita penderita kanker payudara.
D. Pertanyaan Penelitian
Penelitian tentang resiliensi pada wanita penderita kanker payudara akan
meneliti tentang aspek-aspek resiliensi, maka permasalahan yang dirumuskan
pada penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Aspek-aspek resiliensi
a. Bagaimana regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara?
b. Bagaimana pengendalian impuls pada wanita penderita kanker
payudara?
c. Bagaimana optimisme pada wanita penderita kanker payudara?
d. Bagaimana kemampuan menganalisis masalah pada wanita
penderita kanker payudara?
e. Bagaimana empati pada wanita penderita kanker payudara?
f. Bagaimana efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara?
g. Bagaimana pencapaian pada wanita penderita kanker payudara?
2. Bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi terhadap resiliensi
wanita penderita kanker payudara?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap resiliensi wanita penderita
kanker payudara ditinjau dari aspek-aspek resiliensi, maka tujuan penelitian yang
dirumuskan adalah sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
1. Aspek-aspek resiliensi
a. Mengetahui regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara.
b. Mengetahui pengendalian impuls pada wanita penderita kanker
payudara.
c. Mengetahui optimisme pada wanita penderita kanker payudara.
d. Mengetahui kemampuan menganalisis masalah pada wanita
penderita kanker payudara.
e. Mengetahui empati pada wanita penderita kanker payudara.
f. Mengetahui efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara.
g. Mengetahui pencapaian pada wanita penderita kanker payudara.
2. Mengetahui aspek-aspek resiliensi mana sajakah yang menyumbang
resiliensi pada wanita kanker payudara, sehingga dapat terlihat aspek
yang tinggi/rendah dalam diri ketiga subyek penelitian.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Memberikan gambaran tentang resiliensi wanita kanker payudara bagi
pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli
khususnya wanita penderita kanker payudara. Misalnya, mahasiswa
lulusan Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pendampingan
secara personal kepada wanita penderita kanker payudara dengan
pendekatan konseling pastoral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
2. Manfaat praktis
a.
Wanita secara umum maupun wanita penderita kanker
Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi serta inspirasi
kepada wanita yang menderita kanker tentang cara seorang wanita
memberi dukungan pada dirinya untuk tetap bangkit dan menjadi
wanita yang “lebih kuat” walaupun menderita kanker payudara.
Selain itu, juga dapat memberikan gambaran kepada wanita secara
umum mengenai kanker payudara itu sendiri dan pengalamanpengalaman yang dialami oleh penderita kanker payudara. Hal ini
bertujuan agar semakin banyak wanita yang memberikan semangat
serta dukungan baik secara moril maupun materiil kepada wanita
penderita kanker payudara.
b.
Peneliti
1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memperkaya dan
mengasah keterampilan dalam menggali sebuah informasi, serta
menambah pengalaman mengenai kondisi psikologis wanita
penderita kanker payudara dengan memasukkan aspek-aspek
mengenai resiliensi pada subjek.
2) Penelitian ini sangat bermanfaat bagi bekal peneliti di masa
mendatang saat bekerja di bidang
kesehatan terutama
mendampingi wanita dengan kanker payudara supaya mereka
dapat menjadi penderita yang mampu bangkit dari keadaan sulit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
c. Peneliti lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran membantu
proses pendampingan pada pasien kanker payudara dan nantinya
bisa lebih membantu pasien kanker payudara untuk bisa hidup secara
baik
dan memiliki kondisi
kehidupannya.
Peneliti-peneliti
psikologis
yang positif dalam
selanjutnya
diharapkan
dapat
menggembangkan dengan menggunakan metode berbeda, seperti
metode studi dokumentasi dan subjek penelitian yang lebih menarik
seperti misalnya resiliensi wanita yang berada di dalam penjara
sehingga hasil yang didapatkan akan bervariasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Bab ini memaparkan kajian pustaka yang melandasi kerangka konseptual
penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: kajian teori
resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kajian penelitian yang relevan
dengan resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kerangka pikir resiliensi
wanita penderitan kanker payudara.
A. Kajian Teori
1. Resiliensi
a. Pengertian Resiliensi
Dalam APA Dictionary of Psychology (2006) diartikan bahwa
“resilience is the process and outcome of success fully adapting to
difficult or challenging life experinces, especially through mental,
emotional, and behavioral flexibility and adjustment to external
and internal demands. A number of factors contribute to how well
people adapt to adversities, pre dominant among them”.
Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam
Klohnen, 2000) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai
kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri
yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun
eksternal. Menurut Reivich & Shatte, seorang ahli psikologi dan
Norman (dalam Helton & Smith 2004:7), resiliensi merupakan
kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan
dengan kondisi yang sulit.
12
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat
kembali pada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai
peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi
terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997:348).
Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa resiliensi adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk
bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan
tekanan internal maupun eksternal.
b. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi
Menurut Sarafino (1994) individu yang memiliki resiliensi adalah
(a) memiliki temperamen yang lebih tenang, sehingga dapat
menciptakan hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan
lingkungannya; (b) individu yang memiliki resiliensi juga memiliki
kemampuan untuk bangkit dari tekanan, stres, dan depresi. Sementara
itu Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki
resiliensi (a) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan
dan dorongan dalam hati; (b) memiliki kemampuan untuk dapat
bangkit dari permasalahan dan berusaha untuk mengatasinya; (c)
mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta
inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi
terhadap sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Reivich (2002), menambahkan bahwa individu yang memiliki
resiliensi adalah mereka yang (a) mampu mengatasi stres; (b) bersikap
realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah; (c) mampu
mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience menuliskan beberapa poin ciri
individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu
terdapat harapan akan masa depan; (b) individu memiliki keyakinan
diri bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatur secara
efektif atau menyelesikan tugas secara mandiri; (c) individu juga
percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap
lingkungan, terutama pasca kejadian trauma; (d) individu memiliki
pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki
alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial
untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.
Individu yang memiliki resiliensi biasanya disebut individu yang
resilien.
Dalam
penelitian
yang
dilakukan
Bonanno
(2002)
mendefinisikan resilien sebagai:
“the ability adults in otherwise normal circumstance who are
exposed to an isolated and potentially highly disruptive event such
as the death of close relation or violent or life threatening situation
to maintain relatively stable, healthy level of psychological and
phisical functioning....as well as the capacity for generative
experiences and positive emotion”.
Individu
yang
resilien
mampu
menghilangkan
simtom
psikopatologi seperti stres, trauma, depresi, dan tetap sehat secara
emosional. Jadi, apabila individu memiliki resiliensi yang tinggi, maka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
akan mempunyai skor depresi yang rendah, begitu juga sebaliknya
(Hiew, 2000). Sama halnya dengan perempuan yang mengalami
kanker payudara akan mengalami gangguan emosional seperti depresi,
trauma emosional dan rasa putus asa. Untuk mengatasi masalah
tersebut, perempuan penderita kanker payudara perlu meningkatkan
sikap resilien (Zamralita, 1999).
c. Komponen-komponen Resiliensi
1) I have (Dukungan eksternal)
Grotberg (1995) mengatakan bahwa dukungan eksternal
dibutuhkan
untuk
mengembangkan
perasaan
aman
yang
menjadikan fondasi, yang merupakan pusat atau inti, untuk
mengembangkan resiliensi. Faktor pendukung eksternal ini terdiri
dari:
a) Trusting relationship meliputi orang tua, anggota keluarga lain,
guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima individu
tanpa syarat
b) Structure and rules meliputi seseorang yang bisa memberi
batasan dan membantu individu untuk mengerti kesalahan yang
telah dibuat individu. Ketika individu mengikuti aturan,
individu tersebut dipuji.
c) Role models meliputi orang-orang yang memberi contoh
bagaimana melakukan sesuatu, memberi semangat individu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
model
moralitas,
dan
memperkenalkan
individu
pada
keperayaannya.
d) Encouragement to be autonomous meliputi orang-orang yang
memuji dan mendukung individu yang berani melakukan
sesuatu sendiri atas inisiatif individu itu sendiri.
2) I am (Kekuatan personal dan internal)
Menurut Grotberg (1995), faktor I am merupakan internal dan
personal. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan kepercayaan dalam
individu. Faktor-faktor ini terdiri dari:
a) Loveable and my temperament is appealing meliputi individu
yang sadar bahwa orang lain menyukai dan mencintai dirinya.
Individu juga peka terhadap mood orang lain dan bisa
memberikan respon yang tepat pada orang lain.
b) Loving, empathic, and altruistic meliputi rasa cinta individu
pada orang lain dan mampu mengekspresikan rasa cinta
tersebut dengan berbagai cara, baik itu tindakan maupun katakata. Individu ingin melakukan sesuatu untuk meringankan
penderitaan orang lain.
c) Proud of myself meliputi perasaan bangga akan diri sendiri dan
tahu bahwa dirinya merupakan orang yang penting serta
mampu mendapatkan apa yang diinginkan.
d) Autonomous and responsible meliputi kemampuan individu
untuk melakukan sesuatu secara mandiri dan menerima
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
konsekuensi dari tindakannya. Individu mengerti batal kontrol
dirinya dan mengetahui tanggung jawab dirinya.
e) Filled with hope, faith, and trust meliputi rasa percaya yang
dimiliki individu pada Tuhan, bahwa selalu ada harapan untuk
dirinya dan orang-orang yang bisa dipercaya.
3) I can (Kemampuan interpersonal dan sosial)
Menurut
Grotberg
(1995),
individu
bisa
mempelajari
kemampuan ini dengan berinteraksi dengan orang lain dan dari
orang-orang yang mengajarinya. Faktor-faktor ini terdiri dari:
a) Communicate. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada
dalam pikiran dan perasaan pada orang lain. Individu dapat
menyesuaikan diri pada perbedaan-perbedaan yang ada dan
mampu mengerti dan bertindak dengan baik.
b) Problem solve. Individu dapat mengetahui cakupan suatu
masalah, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah
tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang
dibutuhkan seperti apa. Individu gigih untuk bertahan sampai
masalah tersebut selesai.
c) Manage my feelings and impulses. Individu mampu mengenali
perasaan dirinya dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan
perilaku yang tidak mengganggu perasaan orang lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
d) Gauge the temperament of myself and others. Individu
mempelajari
siapa
yang
kesempatan,
mencoba
akan
hal-hal
mempertimbangkan sesuatu
bertindak,
baru,
mengambil
berhati-hati
dan
dari berbagai sisi. Individu
mengenal dirinya, termasuk temperamen.
e) Seek trusting relationship. Individu memiliki orang-orang yang
dapat dipercaya, dimana individu dapat mencari mereka pada
saat membutuhkan pertolongan, tidak bahagia, atau butuh
orang untuk diajak bicara.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi
adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi
semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk,
dimana
resiliensi
merupakan
proses
dinamis
individu
dalam
mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi,
memperkuat dan mentransformasikan pengalaman-pengalam yang
dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif.
Resiliensi juga dibentuk oleh komponen-komponen yang menguatkan
resiliensi seseorang, baik itu internal, eksternal maupun kemampuan
interpersonal sehingga individu dapat bangkit kembali.
d. Aspek-aspek Resiliensi
Reivich & Shatte (2002:36-46) memaparkan tujuh aspek dari
resiliensi, aspek-aspek tersebut adalah regulasi emosi, pengendalian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi
diri dan pencapaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
1) Regulasi emosi
Regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk
mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam
situasi di bawah tekanan. Individu yang memiliki regulasi emosi
yang baik memiliki ciri (a) individu tersebut tetap tenang meskipun
di bawah tekanan; (b) individu tersebut mampu mengekspresikan
emosi secara tepat (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri tersebut juga
dipaparakan Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang
memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan
pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang
memiliki kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan
dalam membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain.
Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain bisa
disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya alasan yang
sederhana adalah tidak ada orang yang mau menghabiskan waktu
bersama orang yang marah, merengut, cemas, khawatir serta
gelisah setiap saat. Emosi yang dirasakan oleh seseorang
cenderung berpengaruh pada orang lain. Semakin kita terasosiasi
dengan kemarahan maka kita akan semakin menjadi orang yang
pemarah (Reivich dan Shatte, 2002).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa
individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya
dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki
kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain.
Tidak semua emosi yang dirasakan oleh individu harus dikontrol.
Tidak semua emosi marah, sedih, gelisah dan rasa bersalah harus
diminimalisir. Emosi yang dirasakan oleh individu tidak harus
dikontrol dan diminimalisir dikarenakan mengekspresikan emosi
yang kita rasakan baik emosi positif maupun negatif merupakan
hal
konstruktif
dan
sehat,
bahkan
kemampuan
untuk
mengekspresikan emosi secara tepat merupakan bagian dari
resiliensi (Reivichi dan Shatte, 2002).
Orang yang mampu mengatur dan mengekspresikan emosinya
secara terarah dan baik akan cenderung memiliki resiliensi yang
tinggi dan memiliki kondisi psikis yang sehat. Berbeda halnya
dengan orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur
emosinya, cenderung memiliki kondisi psikis yang kurang sehat,
sehingga itu dapat membuat membuat resiliensi dalam diri orang
tersebut rendah.
2) Pengendalian impuls
Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk
mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta
tekanan) yang muncul dalam dirinya. Individu yang mampu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
mengontrol dorongan dalam dirinya memiliki ciri (a) akan
membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat; (b)
mampu mengendalikan dorongan dalam diri (Reivich dan Shatte,
2002). Hal yang sama juga diungkapkan Grotberg (1995),
mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam
hati.
Individu dapat mengendalikan impulsivitas dengan mencegah
terjadinya kesalahan pemikiran, sehingga dapat memberikan
respon yang tepat pada permasalahan yang ada. Pencegahan salah
pemikiran, dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu
dan mengevalusi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah.
Individu dapat melakukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat
rasional yang ditujukan kepada dirinya sendiri, seperti “apakah
penyimpulan terhadap masalah yang saya hadapi berdasarkan fakta
atau hanya menebak?”, dan sebagainya (Reivich dan Shatte, 2002).
Seseorang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan
dalam dirinya akan memiliki pemikiran yang positif dalam
memberikan respon pada permasalahan yang ada. Jadi, dapat
disimpulkan orang yang mampu mengendalikan dorongandorongan dalam dirinya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi.
Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang
rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan
perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif. Perilaku
ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman
sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu
dengan orang lain (Reivich dan Shatte, 2002)
3) Optimisme
Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita
cemerlang, individu yang resilien adalah individu yang optimis
(Reivich dan Shatte, 2002). Siebert (2005) mengungkapkan bahwa
terdapat hubungan antara tindakan dan ekspektasi kita dengan
kondisi kehidupan yang dialami individu. Sementara itu, Peterson
dan Chang (dalam Siebert, 2005) mengungkapkan bahwa
optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh
individu, kebahagiaan, ketekunan, prestasi dan kesehatan.
Ciri individu yang optimis adalah (a) memiliki kepercayaan
bahwa segala sesuatu akan lebih baik; (b) mempunyai harapan dan
kontrol atas arah hidupnya; (c) memiliki kesehatan mental yang
baik; (d) memiliki produktivitas kerja yang tinggi; (e) dan
mempunya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin
terjadi di masa depan (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat
dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan
beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki
sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan; (b) individu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik
terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma.
Seseorang yang miliki pandangan positif akan diri, lingkungan
sekitar, dan juga masa depannya cenderung memiliki resiliensi
yang tinggi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan individu tersebut
memiliki kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit yang
dipengaruhi pemikirannya yang positif tentang masa depan.
4) Kemampuan menganalisis masalah
Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat
dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasi secara
akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu
yang tidak mampu mengidentifikasi penyebab dari permasalahan
yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat
kesalahan yang sama. Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan
menganalisis masalah (a) mampu mengidentifikasi sebab dari
permasalahan yang menimpanya; (b) orientasinya berfokus pada
solusi (Reivich dan Shatte, 2000). Hal ini diperkuat oleh apa yang
dituliskan
dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience
bahwa
individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman
hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber
personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut.
Individu yang resilien adalah individu yang memiliki
fleksibilitas kognitif. Mereka mampu mengidentifikasi semua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka.
Individu yang resilien tidak akan menyalahkan orang lain atas
kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga kepercayaan diri
mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak
terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali
mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali
penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi
permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan
meraih kesuksesan.
5) Empati
Menurut
Greef
(2005)
empati
didefinisikan
sebagai
kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap
orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa
memahami dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang
lain (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri-ciri individu yang memiliki
empati memiliki ciri (a) memiliki hubungan sosial yang baik; (b)
mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis
orang lain (Reivich dan Shatte, 2002).
Hal yang serupa juga
dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi
adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan
berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati
dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan
dalam
berhubungan
sosial.
Individu-individu
yang
tidak
membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda non
verbal, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang
lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan
maksud dari orang lain.
Ketidakmampuan individu untuk membaca tanda-tanda non
verbal orang lain sangat merugikan, baik dalam konteks hubungan
kerja maupun hubungan personal, dikatakan merugikan karenakan
kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai. Individu
dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang
dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan
semua keinginan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002).
6) Efikasi Diri
Efikasi diri adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil.
Efikasi diri merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita
mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai
kesuksesan.
Efikasi diri adalah perasaaan bahwa kita efektif dalam dunia.
Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap
kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai
pemimpin, sementara yang tidak percaya terhadap kemampuan diri
mereka, menemukan diri mereka “hilang dalam orang banyak”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Individu yang resilien akan mampu memimpin dirinya sendiri
untuk menyelesaikan dan bangkit dari masalah yang ada (Reivich
dan Shatte, 2002).
7) Pencapaian
Pencapaian adalah kemampuan individu meraih aspek positif
atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan
menimpa. Ciri individu yang mampu melakukan reaching out atau
pencapaian, (a) mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam
kehidupannya; (b) memiliki keberanian untuk mengatasi segala
ketakutan yang mengancam kehidupannya (Reivich dan Shatte,
2002). Banyak individu yang tidak mampu melakukan pencapaian,
dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat
mungkin menghindari kegagalan dan di situasi yang memalukan.
Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih memiliki
kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun
harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan
masyarakat.
Pilihan
untuk
hidup
standar
menunjukkan
kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate)
dalam memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi
di masa mendatang. Individu-individu ini memiliki rasa ketakutan
untuk mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir.
Gaya berpikir ini memberikan batasan bagi diri mereka sendiri,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
atau dikenal dengan istilah Self-Handicaping (Reivich dan Shatte,
2002).
Pencapaian juga menggambarkan resiliensi dan kemampuan
individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam
kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk
mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam
kehidupannya.
e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi
Everall, et al., (2006:462-463) memaparkan tiga faktor yang
mempengaruhi resiliensi, yaitu:
1) Faktor individual
Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu,
konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki
individu. Menurut Holaday (1997:350) keterampilan kognitif
berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal
rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu
karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk
memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat,
kemampuan membaca dan komunikasi non verbal. Resiliensi juga
dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari
trauma dengan menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang
ditumbuhkan pada diri individu yang bersangkutan. Menurut
Herman (dalam Shaumi, 2012) faktor individu termasuk ciri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
kepribadian individu, penguasaan diri, penghargaan diri dan
kemampuan kognitif.
2) Faktor keluarga
Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari
orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan
dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua, struktur
keluarga juga berperan penting bagi individu. Individu yang
memiliki dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang
tinggi. Individu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga
biasanya memiliki resiliensi yang rendah.
3) Faktor komunitas
Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan
kesempatan kerja. Individu yang tergolong kurang mampu dalam
hal ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang tinggi, karena
mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan ingin mengubah nasib.
Individu yang tergolong mampu secara ekonomi, cenderung
memiliki resiliensi yang rendah karena ketersediaan fasilitas, dan
berbagai sarana prasana lainnya. Herman (2011) (dalam Shaumi,
2012) juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara
resiliensi dan dukungan sosial dari lingkungan individu.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan resiliensi dipengaruhi oleh
faktor-faktor dari dalam diri individu (internal) dan faktor-faktor dari
luar individu (eksternal). Faktor internal meliputi, kemampuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
kognitif, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki
individu.. Faktor eksternal mencakup faktor dari keluarga dan
komunitas.
f. Fungsi-fungsi Resiliensi
Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi memiliki empat fungsi
fundamental dalam kehidupan manusia, yaitu:
1) Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil
Melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras,
membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan mampu
membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak.
2) Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari
Setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan
ini kita diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan kesibukankesibukan. Orang yang resilien dapat melewati tantangantantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal esensi
yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah efikasi
diri, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat menghadapi
lingkungan dan menyelesaikan masalah.
3) Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau
kesulitan besar
Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan
membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi dibanding tantangan
kehidupan sehari-hari. Kejatuhan yang kita alami sangat ekstrem,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti
ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih.
4) Mencapai prestasi terbaik
Beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai
kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia
ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, ada
juga orang yang senang ketika bisa menjangkau orang lain dan
mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan
untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stres, pulih dari
trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti
kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari
pengalaman baru.
Menurut Rutter (dalam Coulson, 2006) memaparkan adanya
empat fungsi resiliensi, yaitu: (a) untuk mengurangi resiko
mengalami
konsekuensi-konsekuensi
kejadian-kejadian
hidup
yang
negatif
menekan,
setelah
(b)
adanya
mengurangi
kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setelah
peristiwa hidup yang menekan, (c) membantu menjaga harga diri
dan rasa mampu diri, dan (d) meningkatkan kesempatan untuk
berkembang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
2. Wanita Penderita Kanker
a. Pengertian wanita
Menurut Shaqr (2006) wanita adalah salah satu dari dua jenis
manusia yang diciptakan. Sebagai manusia, wanita juga diharapkan
mampu menjalankan semua hak-hak dan kewajiban yang telah
terlimpah kepadanya.
Murad (dalam Ibrahim, 2005) mengatakan bahwa wanita
adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang
merupakan dorongan instingtif yang berhubungan erat dengan
sejumlah kebutuhan organik dan fisiologis. Ibu sangat melindungi dan
menyayangi anak-anaknya terutama yang masih kecil.
Menurut Junaidi (2003) bahwa wanita adalah seorang ibu
rumah tangga yang mengatur rumah tangga serta kehormatan yang
wajib dijaga. Ibrahim (2005) mengatakan bahwa wanita adalah
seorang manusia yang memiliki tendensi feminim yang mengundang
daya tarik kecantikan.
Berdasarkan uraian yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
wanita adalah seorang yang memiliki sifat feminis, keibuan yang juga
menjalankan hak-hak serta kewajiban yang terlimpah kepadanya.
b. Pengertian kanker
Definisi kanker menurut WHO (2009) adalah istilah umum
untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap
bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
neoplasma.
Salah
satu
situs
mendefinisikan
kanker
adalah
pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui
batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah
tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis.
Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.
Menurut Kuswibawati (dalam Yuswanto, 2010:1) tumor ada
dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas (kanker). Setiap tumor belum
tentu kanker, namun setiap kanker pasti adalah tumor. Kanker
merupakan
nama
umum
untuk
sekumpulan
penyakit
yang
perjalanannya bervariasi, dengan ditandai oleh pertumbuhan sel yang
tidak terkontrol, terus-menerus, tidak terbatas, merusak jaringan
setempat dan sekitar, serta bisa menyebar luas (distant metastases).
Disebut kanker oleh karena tumbuh bercabang-cabang menginvasi
jaringan sehat di sekitarnya, menyerupai kepiting (cancer).
Kanker dapat menyerang berbagai sel pada seluruh organ di
dalam tubuh, dari kepala sampai ujung kaki, dalam keadaan normal sel
hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkan, misalnya ada selsel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel kanker
akan membelah meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel
baru yang berlebihan. Sel-sel baru mempunyai sifat seperti induknya
yang sakit yaitu sel-sel yang tidak mempunyai daya atur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
c. Pengertian Payudara
Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di
atas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam
keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedangkan
pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari
sekitar lipatan paha sampai dada. Payudara wanita dewasa beratnya
kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan.
Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada
ibu menyusui mencapai 800 gram. (Risanto Siswosudarmo dan Ova
Emilia, 2008).
3.
Wanita Penderita Kanker Payudara
a. Pengertian kanker payudara
Kanker payudara adalah tumor (kanker) ganas yang bermula dari
sel-sel
payudara.
Berdasarkan
penelitian
di
Amerika,
yang
menunjukkan bahwa hampir sepertiga kanker yang didiagnosis pada
perempuan adalah kanker payudara. Pada tahun 2000, diperkirakan
lebih dari 180.000 perempuan di Amerika didiagnosis mengidap
kanker jenis ini (Pamungkas, 2011:51).
b. Penyebab kanker payudara
Menurut Yuliani (dalam Yuswanto, 2010:16-17) ada sejumlah teori
yang dikemukakan, mereka yakin bahwa kombinasi antara gaya hidup,
lingkungan dan faktor genetik yang meningkatkan resiko kanker
payudara pada:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
1) Lingkungan
Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada
penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkat resiko
terkena kanker payudara. Radiasi yang disebabkan sinar-X pada
payudara atau mammogram tidak dapat diperbandingkan dengan
terapi radiasi tuberculosis atau kanker lain tidak menyebabkan
kanker dan tidak perlu di khawatirkan. Pestisida seperti DDT (zat
pembersih serangga) juga perlu diperhatikan.
2) Diet
Penelitian yang dilakukan Yuliani (dalam Yuswanto, 2010)
memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan
resiko terkena kanker payudara tetapi penelitian lain tidak
memperlihatkan hasil tersebut. Jadi karena mengkonsumsi
makanan berlemak tinggi dihubungkan dengan resiko terkena
kanker dan penyakit hati, maka akan lebih baik apabila kita
membatasi mengkomsumsi makanan berlemak.
3) Alkohol
Minum minuman beralkohol dapat meningkatkan resiko
terkena kanker payudara. Seperti pada bagian diet, penelitian ini
juga menimbulkan kebingungan dan sejumlah penelitian lain
diperlukan untuk memperkuat pernyataan tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
4) Gen
Lebih dari 10% kanker payudara dipercaya sebagai
penyakit keturunan. Di tahun 1994, para peneliti menemukan
sebuah gen dengan nama BRCA-1 (Breast Cancer 1). Gen tersebut
dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita, setengah dari kasus kanker
payudara
yang
disebabkan
oleh
keturunan
kemungkinan
disebabkan oleh mutasi pada gen ini. Wanita terkena kanker
payudara, seringkali sebelum usia 50 tahun. Para peneliti juga
menemukan gen kanker payudara yang kedua (BRCA-2), mutasi ini
dipercaya menyebabkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan
karena keturunan. Para peneliti ini mengharapkan akan ditemukan
lagi gen gen lain yang dapat menyebabkan kanker payudara.
5) Hormon
Menstruasi yang mulai pada usia yang terlalu muda,
menopose yang datangnya terlambat (lebih dari 51), mempunyai
anak pertama diatas usia 30 tahun atau sama sekali tidak
mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker
payudara. Semua faktor di atas berhubungan dengan hormon
ekstrogen. Kanker payudara juga berhubungan dengan penggunaan
hormon
estrogen
yang
digunakan
sebagai
terapi
setelah
menopause. Banyak dokter percaya bahwa terapi ini tidak
menyebabkan kanker payudara, walaupun demikian mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
meyakini bahwa hal tersebut mungkin mempercepat pertumbuhan
kanker.
c. Cara kerja sel kanker payudara
Pertumbuhan dan perkembangan sel kanker membentuk suatu
massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya
(invasive) dan dapat menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel
kanker dibentuk dari sel normal dalam suatu proses rumit yang
dibentuk yaitu transformasi, terbagi menjadi tahap inisiasi dan promosi
(Diananda, 2009:4).
Saat sel menjadi ganas, sel tersebut menjadi berlipat ganda karena
dirusak oleh sistem kekebalan tubuh yang berakibat menjadi kanker.
Sistem kekebalan tubuh yang sering tidak berfungsi normal, maka
tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker (Diananda, 2009:5).
d. Proses perkembangan sel kanker payudara
Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan
menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut (Diananda,
2009:139). Stadium kanker payudara yaitu sebagai berikut:
1) Stadium 0
Tidak ditemukan adanya tumor primer pada kelenjar getah
bening.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
2) Stadium I
Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak
terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak.
Kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%.
3) Stadium II
Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah menjadi
metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan
penyembuhan pada stadium ini hanya 30-40% tergantung dari
luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya
dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada
seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan
penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel kanker.
4) Stadium III
Tumor sudah cukup besar dan sel kanker telah menyebar ke
seluruh tubuh, kemungkinan untuk sembuh hanya tinggal 10-20%.
Pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi.
e. Ciri-ciri wanita penderita kanker payudara (Yuswanto:2010)
1) Terdapat benjolan pada payudara serta akan mengalami perubahan
bentuk.
2) Perubahan selanjutnya yaitu kulit payudara mengalami perubahan
warna menjadi merah muda dan warna coklat dan juga seperti kulit
jeruk.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
3) Puting susu akan masuk ke dalam payudara atau disebut sebagai
retraksi.
4) Kemungkinan bisa saja puting susu hilang atau bahkan putus.
5) Rasa sakit akan menghilang dan timbul kembali pada saat tumor
payudara tersebut semakin membesar.
6) Akan muncul luka atau borok seperti terbakar.
7) Payudara akan mengeluarkan cairan apakah itu cairan darah atau
cairan lainnya.
f. Karakteristik penderita kanker payudara
1) Fisik
Penderita kanker payudara awalnya tidak pernah ada yang
tahu bahwa seorang itu memiliki kanker payudara di dalam dirinya,
fisiknya terlihat sehat, bahkan seperti tidak memiliki penyakit
kanker payudara. Tetapi ketika sudah terdeteksi menderita kanker
payudara dan melakukan kemoterapi, barulah terlihat bahwa fisik
tidak dapat dikatakan sempurna karena satu dari dua payudara
harus di operasi (Lubis, 2009:14).
2) Psikologis
Berdasarkan realita, bahwa ketika individu didiagnosis
menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering
memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan
memperlajari kembali prioritas mereka. Penderita kanker payudara
memiliki penderitaan mental seperti kecemasan akan kematian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kekhawatiran, takut, was-was, bahkan membuat penderita tidak
dapat beristirahat. Kanker payudara ini juga membuat timbulnya
pemikiran apakah akan sembuh, apakah bisa hidup kembali seperti
biasa. Hal yang tidak bisa dikatakan gampang untuk berkata tetapi
mampu membuat orang menjadi putus asa karena tidak memiliki
semangat hidup (Lubis, 2009:15).
B. Kajian Penelitian yang Relevan
Jurnal penelitian yang dibuat oleh Aan Choirun Nisa tahun 2012 mengenai
“Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi” dilakukan pada satu
orang wanita yang menderita kanker payudara dan telah melakukan mastektomi.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara
mendalam untuk pengambilan data. Hasil dari penelitian ini, ada beberapa hal
yang mempengaruhi resiliensi dari informan, yaitu: konsep diri, religiusitas dan
dukungan sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Feny Dwi Maya Listianty tahun 2011
mengenai “Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara” dilakukan pada ketiga
subjek yang menderita kanker payudara. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek sangat beragam. Subjek satu memiliki
ketujuh domain resiliensi dalam dirinya. Pada subjek kedua domain regulasi
emosi, impuls kontrol, efikasi diri, optimisme, kausal analisis, dan pencapaian
cukup berkembang. Pada responden ketiga domain regulasi emosi, kausal analisis,
impuls kontrol, optimisme, efikasi diri kurang berkembang, sementara domain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
empati dan pencapaian cukup berkembang. Hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor
protektif yang dimiliki oleh subjek.
Penelitian serupa juga diteliti oleh Fransisca IR Dewi (2004) dalam jurnalnya
yang berjudul “Hubungan Antara Resiliensi Dengan Depresi Pada Perempuan
Pasca Pengangkatan Payudara (Mastektomi)”, hasil penulisan menunjukkan
bahwa hipotesis penulisan yang mengasumsikan bahwa ada hubungan negatif
antara resiliensi dengan depresi. Pada analisis data utama menunjukkan hubungan
yang signifikan antara depresi dan resiliensi disebabkan ketiga faktor pelindung “I
have”, “I am” dan “I can”. Subjek dalam penelitian ini dibagi berdasarkan 4
kategori (berdasarkan usia, stadium, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dari total
30 orang subjek.
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipaparkan pada paragraf
sebelumnya, terdapat persamaan dengan penelitian-penelitian di atas yaitu samasama membahas mengenai resiliensi. Ada beberapa perbedaan antara penelitianpenelitian di atas dengan penelitian ini, adapun perbedaan tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Metode penelitian yang digunakan
Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2004) metode yang digunakan
adalah studi korelasi; sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aan
(2012), penelitian Feny (2011) dan juga penelitian ini menggunakan
penelitian kualitatif.
2. Subjek penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Penelitian yang dilakukan oleh Aan (2012) subjek yang diambil adalah
seorang wanita yang menderita kanker dan telah melakukan mastektomi;
Feny (2011) subjek yang diambil tiga orang wanita penderita kanker
payudara; pada penelitian Fransisca (2004) subjek yang diambil adalah
wanita yang telah melakukan mastektomi; sedangkan pada penelitian ini
subjek yang diambil adalah wanita penderita kanker payudara (baik itu
telah mengalami mastektomi ataupun belum).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
C. Kerangka Pikir
Bagan 1
Kerangka Pikir Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara
RESILIENSI
Wanita penderita
kanker payudara
Aspek-aspek
Regulasi emosi
Kontrol terhadap impuls
Empati
Efikasi diri
Tinggi
1. Memiliki regulasi emosi yang baik
2. Memiliki kontrol terhadap impuls
Optimisme
Mampu menganalisis masalah
Pencapaian
Rendah
1. Tidak memiliki regulasi emosi yang
baik
3. Memiliki optimisme
2. Tidak memiliki kontrol terhadap
impuls
4. Memiliki kemampuan menganalisi
masalah
3. Tidak memiliki optimisme
5. Memiliki empati
4. Tidak memiliki kemampuan
menganalisi masalah
6. Memiliki efikasi diri
7. Memiliki pencapaian
5. Tidak memiliki empati
6. Tidak memiliki efikasi diri
7. Tidak memiliki pencapaian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Bagan mengenai kerangka pikir resiliensi wanita penderita kanker
payudara menjelaskan bagaimana resiliensi pada diri wanita penderita kanker
payudara. Resiliensi sendiri adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang
untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan tekanan
internal maupun eksternal. Dalam resiliensi, ada tujuh aspek yang turut
memberikan sumbangan pada diri individu. Setiap individu memiliki beberapa
aspek yang berbeda satu dengan lainnya. Inilah yang menyebabkan
kemampuan resiliensi setiap orang berbeda, jadi aspek-aspek itu menentukan
tinggi/rendahnya resiliensi seseorang. Individu yang memiliki resiliensi tinggi
cenderung akan memiliki banyak aspek resiliensi dalam dirinya. Individu yang
memiliki resiliensi rendah cenderung tidak memiliki banyak aspek resiliensi
dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian.
Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian,
subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, teknik
analisis data.
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan sifat, tujuan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang masih bersifat sementara, akan
berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2010:283). Dilihat
berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Studi
kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang individu secara mendalam, relatif
lama, terus menerus, dan menggunakan subjek tunggal yang artinya kasus dialami
satu orang (Furchan, 1982).
Kejadian yang ditemukan adalah banyaknya orang yang menderita kanker
payudara. Peneliti mencoba menganalisisnya resiliensi wanita penderita kanker
payudara. Teori dalam penelitian kualitatif harus sudah jelas, karena teori disini
akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk
referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan didua tempat berbeda. Pertama, penelitian di Slogohimo,
Wonogiri, Jawa Tengah, dimana subjek pertama tinggal/berdomisili. Kedua,
44
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
penelitian akan dilakukan di Sleman, Yogyakarta dimana subjek kedua dan subjek
ketiga tinggal/berdomisili. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2016.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tiga wanita penderita kanker
payudara yang masih menjalani check up, individu yang resilien dan seorang
survivor kanker.
Tabel 1
Data Diri Subjek Penelitian
No.
Nama
Lama menjadi
Status
penderita kanker
perkawinan
Stadium
1.
Sri
2B
11 tahun
Berkeluarga
2.
Tutik
3B
7 tahun
Janda
3.
Asih
2A
1,5 tahun
Janda
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
wawancara berdasarkan pedoman wawancara mendalam (in depth interview), dan
observasi. Tujuan dari wawancara secara mendalam adalah untuk menemukan
permasalahan resiliensi wanita penderita kanker payudara secara lebih terbuka,
dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat. Peneliti sudah
menyiapkan topik dan daftar pertanyaan sebelum wawancara dilaksanakan.
Observasi dilakukan selama wawancara dengan subjek, peneliti melakukan
pengamatan bebas, mencatatan hal-hal penting, melakukan analisis dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
kesimpulan. Pengamatan ini berupa kondisi rumah subjek, kondisi keluarga dan
suasana yang terbangun, selain itu juga mengamati ekspresi wajah, nada bicara,
gerakan tubuh subjek. Masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
1. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik
tertentu (Sugiyono, 2010:317). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wawancara mendalam (in depth interview). Pertanyaan yang digunakan
dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan yang
disiapkan adalah pertanyaan yang mampu mengungkap aspek-aspek resiliensi
dalam diri subyek. Pedoman wawancara telah disusun untuk mempermudah
dalam menggali informasi pada diri subjek, pedoman wawancara juga didasarkan
pada aspek serta indikator sehingga dapat sungguh-sungguh mengungkap
resiliensi subjek. Berikut ini adalah panduan wawancaa mendalam yang akan di
aplikasikan pada subjek, antara lain:
Tabel 2
Panduan Wawancara Mendalam
NO
1.
ASPEK
Regulasi
emosi
PERTANYAAN
a. Menurut Anda, masalah apa yang menyebabkan Anda
tertekan/menyita pikiran, waktu dan tenaga Anda?
b. Ketika menghadapi masalah, bagaimana cara Anda
untuk tetap tenang walaupun di bawah tekanan?
c. Apakah Anda berhasil bersikap tenang selama
berjuang melawan kanker payudara? Pada saat apa,
Anda berhasil bersikap tenang?
d. Siapa pihak yang paling berpengaruh dan membuat
Anda lebih semangat dalam berjuang melawan kanker
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
2
Pengendalian
impuls
3.
Optimisme
payudara? Dapatkah diceritakan?
e. Dimana Anda merasa lebih tenang?
f. Apa yang menjadi alasan terbesar Anda untuk sembuh
dari kanker payudara?
g. Bagaimana cara Anda untuk mengungkapkan emosi
positif dan juga negatif yang Anda rasakan?
h. Pernahkah emosi positif atau negatif yang Anda
rasakan tersebut tidak dapat Anda ekspresikan?
Mengapa hal itu bisa terjadi?
i. Kapan Anda mengekspresikan/meluapkan emosi
tersebut? Langsung (pasca kejadian) atau direnungkan
terlebih dahulu?
a. Saat Anda memiliki dorongan dari dalam diri (misalnya
makanan yang dilarang dokter), bagaimana cara Anda
mengontrolnya?
b. Apa dorongan/keinginan yang paling sulit untuk Anda
kendalikan? Mengapa demikian?
c. Bagaimana perasaan Anda ketika dorongan/keinginan
Anda tidak terwujud?
d. Bagaimana sikap Anda saat kenyataan hidup Anda
tidak sesuai dengan yang diharapkan?
e. Usaha apa yang Anda lakukan sehingga membuat
Anda tetap berpikir jernih selama Anda menderita
kanker payudara?
a. Hal apa yang terlintas dalam pikiran dan benak Anda
mendengar kata “masa depan”?
b. Pada saat melawan kanker payudara, seberapa
yakinkah Anda bahwa kanker Anda dapat
disembuhkan?
c. Apa yang menjadi harapan terbesar Anda saat ini?
d. Apa usaha yang Anda lakukan supaya harapan tersebut
terwujud?
e. Bagaimana Anda mengontrol kehidupan Anda
(keluarga, pekerjaan, sosial, ekonomi, dan
sebagainya)?
f. Bagimana cara Anda mengatasi depresi/putus asa saat
bergulat dengan penyakit kanker yang sedang dialami
saat itu?
g. Ketika Anda menderita kanker, masihkah Anda aktif
dalam melakukan kegiatan sehari-hari?
h. Bagaimana Anda berbaur di komunitas selayaknya
orang sehat?
i. Saat Anda berada di komunitas atau beraktivitas di
tengah banyak orang, apakah Anda merasa minder?
j. Bagaimana jika seandainya, keadaan Anda kedepannya
semakin buruk? Kira-kira apa yang akan Anda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
4.
Kemampuan
menganalisis
masalah
5
Empati
6
Efikasi diri
7
Pencapaian
lakukan?
k. Rencana apa yang akan Anda lakukan jika harapanharapan dalam hidup Anda tidak terjadi?
a. Hal apa yang Anda sesali hingga kini?
b. Hikmah apa yang dapat Anda ambil setelah mengalami
semua ini?
c. Dapatkah Anda menceritakan apa yang menyebabkan
Anda menderita sakit semacam ini?
d. Usaha apa yang akan/sedang Anda lakukan agar
kehidupan dan kesehatan Anda semakin membaik?
a. Bagaimana cara Anda tetap menjalin hubungan baik
dengan orang-orang disekitar Anda pasca Anda divonis
menderita kanker payudara?
b. Aktifkah Anda dalam komunitas agama atau
perkumpulan dimana Anda tinggal? Komunitas apa
sajakah itu?
c. Bagaimana sikap/respon Anda saat bertemu orang lain
yang memiliki kondisi yang sama dengan Anda saat ini
(menderita kanker payudara)?
d. Bagaimana perasaan Anda saat bertemu orang lain
yang memiliki kondisi yang sama dengan Anda saat
ini (menderita kanker payudara)?
a. Seberapa yakinkah Anda mampu memecahkan masalah
terkait dengna penyakit yang Anda derita? Mengapa
demikian?
b. Apa ukuran sukses menurut Anda? Apakah menurut
Anda, sekarang Anda sudah dikatakan sukses?
a. Hal baik apa sajakah yang perlu Anda tingkatkan?
b. Bagaimana cara Anda meningkatkan apa yang kurang
baik dalam diri Anda?
c. Apa ketakutan terbesar Anda?
d. Bagaimana Anda mengatasi ketakutan tersebut?
e. Apa yang menghambat niatan Anda untuk mengatasi
ketakutan itu?
Tabel 3
Panduan Wawancara dengan Significant Others
No
1.
2.
3.
4.
Pertanyaan
Apa hubungan Anda dengan subjek?
Sejak kapan Anda mengenal subjek?
Selama Anda mengenal subjek, menurut Anda bagaimana pengaturan
emosi dalam diri subjek?
Apakah selama subjek sakit kanker payudara, subjek mampu
mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
Apakah selama menderita kanker payudara, subjek masih beraktivitas
seperti biasa?
Apakah menurut Anda subjek adalah orang yang optimis?
Menurut sepengetahuan Anda, bagaimana relasi subjek dengan orang
lain selama menderita kanker payudara?
Apakah subjek terlihat cukup ikhlas ketika menderita kanker payudara?
Menurut Anda, apakah subjek memiliki empati kepada orang lain?
Menurut Anda, apakah subjek memiliki efikasi diri?
Selama Anda mengenal subjek, hal baik apa yang seharusnya subjek
tingkatkan?
Menurut Anda, berdasarkan pengenalan akan subjek, hal/sifat buruk apa
yang ada dalam diri subjek?
2. Observasi
Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati
perilaku subjek secara langsung. Melalui observasi dipelajar tentang perilaku, dan
makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2010:310). Hasil observasi berguna
untuk memperkuat dan mendukung hasil wawancara. Observasi dilakukan saat
pertama datang ke tempat tinggal/tempat kerja subjek dan selama proses
penggalian data yang dilakukan bersama subjek di tempat tinggalnya. Dalam
penelitian ini, peneliti memilih jenis observasi partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini
peneliti datang di tempat tinggal/tempat kerja subjek, tetapi tidak ikut terlibat
dalam kegiatan/aktivitas di dalam tempat tinggal itu. Melalui observasi partisipan,
data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada
tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.
Tabel 4
Catatan Observasi
Inisial subjek :................
Tempat :.................................
Hari/tanggal
Waktu : pukul..........s.d.........
:................
Observasi ke- :................
Kegiatan :..............................
....................................................................................................
....................................................................................................
....................................................................................................
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Tabel 5
Panduan Observasi
No.
Aspek yang diamati
1.
Pengaturan emosi
2.
Pengendalian impuls
3.
Optimisme
Kemampuan
menganalisis masalah
4.
5.
Empati
6.
Efikasi diri
7.
Pencapaian
E.
Hal yang diamati
Ekspresi wajah, nada bicara, interaksi dengan
orang lain
Ekspresi wajah, gerakan tubuh, aktivitas
sehari-hari
Ekspresi wajah, nada bicara
Ekspresi wajah, nada bicara, aktivitas seharihari
Aktivitas sehari-hari, interaksi dengan orang
lain
Ekspresi wajah, aktivitas sehari-hari
Ekspresi wajah, nada bicara, aktivitas seharihari
Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan teknik triagulasi untuk melihat validitas
penelitian. Sugiyono (2010:330) menyatakan bahwa dua jenis triangulasi yaitu,
triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data
dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari
sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi dengan sumber
berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif.
Penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi dari sumber data
yang sama. Peneliti membandingkan setiap data yang diperoleh, dan diuji
menggunakan teknik triangulasi. Contoh data dari hasil wawancara subjek,
dibandingkan dengan wawancara bersama significant others dan observasi yang
dilakukan pada aktivitas subjek. Significant others dalam penelitian ini dipilih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
berdasarkan kedekatan hubungan dengan subjek, seperti sahabat subjek, saudara
kandung subjek, dan rekan kerja subjek. Proses triangulasi dalam penelitian ini
akan membandingkan kecocokan antara hasil wawancara dengan subjek,
penuturan significant others tentang subjek dan hasil observasi, sehingga
diperoleh data yang akurat.
F.
Teknik Analisis Data
Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Nasution (dalam Sugiyono,
2010:336) menyatakan bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan
menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus menerus
sampai penulisan hasil penelitian”. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono,
2010:337) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas,
sehingga datanya jenuh”.
Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data,
penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi.
Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data
adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya
penarikan
kesimpulan
dan
pengambilan
tindakan.
Kesimpulan/verifikasi
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat
berupa deskripsi atau gambaran obyek dalam bentuk hubungan kausal, hipotesis,
atau teori.
Hasil wawancara digunakan sebagai dasar informasi mengenai resiliensi
yang dimiliki oleh subjek. Selanjutnya, membuat verbatim dari hasil wawancara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
disertai dengan pemberian coding pada setiap hasil wawancara, lalu segala
informasi direduksi dengan cara memilih data yang penting. Ditentukan coding
untuk masing-masing jawaban berdasarkan aspek dari daftar pertanyaan yang
berupa kode. Pemberian kode yang dilakukan oleh peneliti dan hanya dimengerti
oleh peneliti saja.
Kemudian hasil wawancara dianalisis serta dirangkum semua informasi
dalam suatu format studi kasus. Hasil observasi juga dianalisis, pada saat
wawancara dilakukan selama bertemu dengan subjek di kediaman subjek. Alat
perekam digunakan untuk merekam semua percakapan atau informasi yang
diperoleh selama melakukan wawancara. Alat perekam digunakan supaya
memudahkan dalam mengumpulkan informasi yang diperoleh selama proses
penelitian. Alat tulis juga digunakan untuk mencatat hal-hal penting selama proses
penelitian berlangsung supaya tidak ada hal penting yang terlewatkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini dipaparkan hasil penelitian, deskripsi data dan pembahasan hasil
penelitian didasarkan pada rumusan masalah yaitu (1) Bagaimana pengaturan
emosi pada wanita penderita kanker payudara? (2) Bagaimana kontrol terhadap
impuls pada wanita penderita kanker payudara? (3) Bagaimana optimisme pada
wanita penderita kanker payudara? (4) bagaimana kemampuan menganalisis
masalah pada wanita penderita kanker payudara? (5) Bagaimana empati pada
wanita penderita kanker payudara? (6) Bagaimana efikasi diri pada wanita
penderita kanker payudara? (7) Bagaimana pencapaian pada wanita penderita
kanker payudara? (8) bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita
penderita kanker payudara? Deskripsi data disertai dengan pembahasan.
A. Deskripsi Data
1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tiga orang subyek yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Selama menggali data,
dilakukan observasi, pendekatan dan wawancara di tempat kerja subyek serta di
tempat tinggal subyek. Ketiga subyek memiliki latar belakang yang berbeda satu
dengan yang lain, namun memiliki kesamaan yaitu pernah/sedang menderita
kanker payudara.
Penelitian dilakukan dengan ketiga subjek, dimulai sejak bulan Desember
2015 hingga Mei 2016. Pertemuan dengan subjek untuk melakukan pendekatan,
53
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
observasi, memohon ijin pada subjek, dan wawancara. Berikut agenda pertemuan
dengan subjek beserta significant others:
Tabel 6
Agenda Wawancara dengan Subjek
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
TANGGAL
PERTEMUAN
Selasa, 12 Januari
2016
Sabtu, 16 Januari
2016
Jumat, 22 Januari
2016
Rabu, 27 Januari
2016
Kamis, 28 Januari
2016
Sabtu, 30 Januari
2016
Kamis, 11
Februari 2016
Sabtu, 13
Februari 2016
Kamis, 30 Maret
2016
Kamis, 7 April
2016
Jumat, 8 April
2016
Minggu, 17 April
2016
Selasa, 19 April
2016
Kamis, 21 April
2016
KETERANGAN
Melakukan pendekatan, menggali
informasi mengenai latar belakang
bu Sri dan wawancara mengenai
aspek pertama
Melakukan pendekatan, menggali
informasi mengenai latar belakang
bu Asih dan wawancara mengenai
aspek pertama
Melakukan wawancara mengenai
aspek kedua
Melakukan pendekatan, menggali
informasi mengenai latar belakang
bu Tutik dan wawancara
mengenai aspek pertama
Melakukan wawancara mengenai
aspek ketiga pada bu Sri
Melakukan wawancara mengenai
aspek kedua pada bu Asih
Melakukan wawancara mengenai
aspek kedua pada bu Tutik
Melakukan wawancara mengenai
aspek ketiga pada bu Asih
Melakukan wawancara mengenai
aspek keempat pada bu Asih
Melakukan wawancara mengenai
aspek ketiga pada bu Tutik
Melakukan wawancara mengenai
aspek keempat pada bu Sri
Melakukan wawancara mengenai
aspek kelima pada bu Asih
Melakukan wawancara mengenai
aspek kelima & keenam pada bu
Sri
Melakukan wawancara mengenai
aspek keempat & kelima pada bu
TEMPAT
Kantor A
Rumah bu Asih
Warung makan
B
Kantor Z
Kantor A
Rumah bu Asih
Kantor Z
Rumah bu Asih
Rumah bu Asih
Kantor Z
Kantor A
Rumah bu Asih
Kantor A
Kantor Z
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
15.
16.
Tutik
Melakukan wawancara mengenai
aspek keenam dan ketujuh pada
bu Tutik
Melakukan wawancara mengenai
aspek ketujuh pada bu Sri
Senin, 26 April
2016
Jumat, 29 April
2016
Kantor Z
Kantor A
Tabel 7
Agenda Wawancara dengan Significant Others
NO
1.
2.
3.
TANGGAL
PERTEMUAN
Sabtu, 23 April
2016
Senin, 26 April
2016
Senin, 2 Mei
2016
KETERANGAN
Melakukan wawancara dengan
significant others dari bu Asih
Melakukan wawancara dengan
significant others dari bu Sri
Melakukan wawancara dengan
significant others dari bu Tutik
TEMPAT
Warung makan
WK
Kantor ABC
Kantor Z
Tabel 8
Agenda Observasi Subjek
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
TANGGAL
PERTEMUAN
Sabtu, 5 Desember
2015
Kamis, 7 Januari 2016
Jumat, 8 Januari 2016
Kamis, 28 Januari
2016
Sabtu, 30 Januari
2016
Kamis, 11 Februari
2016
Kamis, 7 April 2016
KETERANGAN
Bertemu dengan bu Asih untuk
observasi sekaligus menjelaskan
penelitian peneliti
Bertemu dengan bu Sri untuk
observasi sekaligus menjelaskan
penelitian peneliti
Bertemu dengan bu Tutik untuk
observasi sekaligus menjelaskan
penelitian peneliti
Melakukan observasi pada bu
Sri
Melakukan observasi pada bu
Asih
Melakukan observasi pada bu
Tutik
Melakukan observasi pada bu
Tutik
TEMPAT
Rumah bu
Asih
Kantor A
Kantor Z
Kantor A
Rumah bu
Asih
Kantor Z
Kantor Z
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat mengenai deskripsi umum
subjek-subjek penelitian yang dipilih. Diperoleh data ini berdasarkan pendekatan
dan wawancara yang dilakukan bersama subjek mengenai latar belakang subjek
sendiri. Diharapkan melalui deskripsi umum mengenai latar belakang ataupun
data diri subjek dapat memperjelas data dalam penelitian ini.
Berikut ini merupakan deskripsi umum subjek-subjek yang dipilih dalam
penelitian ini:
Tabel 9
Deskripsi Umum Subjek Penelitian
Subjek
Deskripsi
Nama (initial)
Usia
Agama
Alamat
Subjek I
Bu Sri
56 tahun
Katholik
Jombor, Sleman,
Yogyakarta
Subjek II
Bu Tutik
67 tahun
Katholik
Condong Catur,
Sleman,
Yogyakarta
Subjek III
Bu Asih
43 tahun
Kristen Protestan
Slogohimo,
Wonogiri, Jawa
Tengah
Status perkawinan
Pegawai
Universitas
Bahagia
Berkeluarga
Jumlah anak
1 orang putri
2 orang putra
Stadium (pada saat
terkena)
2B
3B
Status kanker
payudara (update
Mei 2016)
Dinyatakan
sembuh oleh
dokter (2015)
Dinyatakan
sembuh oleh
Menjalani
dokter (November kemoterapi
2015)
Pekerjaan
Dosen Universitas
Ibu rumah tangga
Bahagia
Janda
Janda
1 orang putri
1 orang putra
2A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
Tabel 10
Deskripsi Umum Significant others
Subjek
Nama
Usia
Pekerjaan
Bu Sri
Bu Tutik
Bu Asih
Bu Santa
Pak Joseph
Bu Wahyu
50 tahun
55 tahun
38 tahun
Pegawai Swasta
Dosen
Guru TK
Hubungan
dengan sujbek
Sahabat
Rekan kerja
Adik kandung
2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi
Dipaparkan data-data yang sudah didapat selama penelitian bersama
dengan masing-masing subjek mengenai aspek-aspek dalam resiliensi. Deskripsi
data berupa jawaban subjek yang dituliskan dalam pernyataan tidak langsung,
yang merupakan percakapan dalam verbatim serta telah direduksi. Peneliti juga
akan memaparkan hasil observasi yang telah peneliti dapatkan saat melakukan
observasi mengenai masing-masing subjek terkait aspek-aspek resiliensi. Berikut
adalah deskripsi data pada aspek-aspek resiliensi pada masing-masing subjek:
a. Bu Sri
1) Aspek Regulasi Emosi
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa, bu Sri
sanggup mengolah emosi-emosi dalam dirinya dengan melakukan meditasi
dan mengikuti doa ignasian. Hal ini diperkuat oleh significant other dari
bu Sri mengatakan bahwa, bu Sri memiliki pengaturan emosi yang baik
dengan melihat segala sesuatu dari sudut positif.
2) Aspek Pengendalian Impuls
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa, bu Sri
mengikuti apa yang dokter katakan, karena menurutnya dokter lebih tahu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
mana yang terbaik untuk kesehatannya. Significant other
dari bu Sri
mengatakan hal yang serupa bahwa bu Sri cenderung taat pada saran
dokter dan sungguh menjaga pola makan. Kemudian data observasi
memaparkan bahwa bu Sri selalu meminum jus 1 jam sebelum makan dan
tidak memakai penyedap rasa saat makan, karena bu Sri ingin menjaga
pola makan dan belajar hidup sehat.
3) Aspek Optimisme
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa dirinya
memiliki keyakinan Tuhan pasti menyembuhkannya apalagi ditambah
dengan melakukan pengobatan dengan benar. Significant other dari bu Sri
mengatakan hal yang serupa bahwa bu Sri sangat optimis, berjuang untuk
kesembuhan penyakitnya. Data observasi juga memaparkan bahwa bu Sri
tetap berobat meskipun beliau harus mengantri lama dan harus bangun
pagi-pagi bahkan bolak-balik tempat kerja-rumah sakit hanya untuk
berobat.
4) Aspek Kemampuan Menganalisis Masalah
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengungkapkan bahwa
dirinya terkena kanker payudara pada usia 45 tahun dan saat itu sedang
berada di puncak karir karena obat untuk menghentikan ASI disertai pola
hidup yang kurang sehat. Hal serupa juga diungkapkan oleh significant
other dari bu Sri bahwa bu Sri menderita kanker pada saat subjek berada
di puncak karir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
5) Aspek Empati
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengungkapkan bahwa
dirinya berusaha memberikan motivasi kepada orang yang menderita
penyakit sama dengannya. Kemudian data dari significant other dari bu
Sri juga mengungkapkan hal yang sama bahwa, bu Sri menginspirasi
banyak orang dan menemukan Tuhan dalam proses hidup subjek.
6) Aspek Efikasi Diri
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri menunjukkan bahwa dia
yakin Tuhan akan menolongnya dalam segala masalah yang dihadapi
baik dari segi ekonomi, sosial dan juga psikologis. Data dari significant
other dari bu Sri juga mengatakan bahwa bu Sri adalah orang yang
pantang menyerah dan memiliki keyakinan yang tinggi kepada Tuhan.
7) Aspek Pencapaian
Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa hal yang
perlu ditingkatkan adalah menjaga kesehatan dan terus berpikir negatif
supaya mempercepat proses penyembuhan dan menyehatkan psikologis
ataupun fisik. Hal ini diperkuatkan oleh pernyataan significant other dari
bu Sri yang mengatakan bahwa bu Sri sangat menjaga kesehatannya
sehingga melakukan diet ketat terhadap apa yang bu Sri konsumsi.
b. Bu Tutik
1) Aspek Regulasi Emosi
Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengatakan bahwa
menyalurkan emosi itu bisa melalui kegiatan mengajar, karena dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
bertemu dengan orang lain menjadi semakin mampu mengelola emosi.
Pernyataan yang serupa diungkap oleh significant other dari bu Tutik
yang mengatakan bahwa, bu Tutik menyalurkan emosinya melalui
mengajar, meskipun terkadang terjadi “bias” pada mahasiswa dan
membuat materi tidak fokus.
2) Aspek Pengendalian Impuls
Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengatakan bahwa, bu
Tutik berusaha mengatur dan mengimbangi dengan sesuatu yang sehat,
supaya segalanya tetap seimbang. Kemudian significant other dari bu
Tutik memperkuat bahwa bu Tutik meskipun sakit tetap sibuk di kegiatan
prodi meskipun sedang mengonsumsi obat. Data observasi memaparkan
bahwa bu Tutik tetap taat mengonsumsi obat dari rumah sakit dan tetap
beraktivitas seperti biasa, tanpa mengurangi jadwalnya.
3) Aspek Optimisme
Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengungkapkan bahwa
dirinya menikmati dan menerima penyakit ini karena itu yang membuat
dia kuat hingga sekarang. Hal ini diperkuat oleh pendapat significant other
dari bu Tutik yang mengatakan bahwa dalam kegiatan sehari-hari bu Tutik
terlihat optimis dan menunjukkan adanya semangat dalam dirinya. Data
yang serupa juga didapati dalam observasi yang memaparkan bahwa saat
mengajar, bu Tutik terlihat semangat bahkan selalu datang lebih awal dari
mahasiswanya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
4) Aspek Kemampuan Menganalisis Masalah
Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengungkapkan bahwa
dirinya
terkena
kanker
payudara
dikarenakan
ketidakseimbangan
hormonal. Significant other dari bu Tutik juga mengatakan bahwa bu
Tutik mengetahui dengan jelas penyebab terkena kanker payudara dan
memiliki kemampuan untuk menganalisis setiap masalah dalam dirnya.
5) Aspek Empati
Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik juga mengungkapkan hal
yang hampir sama bahwa dirinya merasa senang jika bertemu dengan
orang yang memiliki penyakit sama dengannya karena dapat sharing
berbagi pengalaman serta dapat menguatkan orang tersebut. Hal ini
diperkuat oleh data significant other
dari bu Tutik yang mengatakan
bahwa bu Tutik adalah orang yang terbuka dan suka membantu orang lain.
6) Aspek Efikasi Diri
Senada dengan pernyataan di atas, hasil wawancara bu Tutik juga
menunjukkan hal yang sama, bahwa dia yakin percaya kepada Tuhan dan
berusaha terbuka kepada orang lain. Pernyataan ini diperkuat oleh
significant other
dari bu Tutik bahwa bu Tutik memang orang yang
terbuka, dan memiliki keyakinan yang tinggi pada Tuhan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
7) Aspek Pencapaian
Berdasarkan hasil wawancara bu Tutik, yang mengatakan bahwa
keterbukaan orangnyalah yang mendukung pencapaian seseorang. Hal ini
juga dipaparkan significant other dari bu Tutik yang mengatakan bahwa
subjek memiliki semangat yang kuat sehingga menginspirasi orang lain,
dan bu Tutik dikenal sebagai orang yag terbuka kepada orang lain.
c. Bu Asih
1) Aspek Regulasi Emosi
Berdasarkan hasil wawancara bu Asih mengatakan bahwa,
merenung adalah penyaluran emosi yang sering subjek lakukan bersama
dengan anak-anaknya. Senada dengan itu, significant others dari bu Asih
mengatakan bahwa bu Asih adalah orang yang pendiam, tertutup dan apaapa dipikirkan sendiri.
2) Aspek Pengendalian Impuls
Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih mengungkapkan bahwa
selalu mengikuti apa kata dokter, takut dengan akibatnya juga jika
dilanggar. Sama dengan hal itu, significant others
dari bu Asih juga
mengatakan bahwa bu Asih adalah orang yang penurut dan menyadari
kondisi kesehatannya. Data observasi memaparkan bahwa bu Asih
meminum obat dengan taat, dan selalu mencatat jadwal kontrol agar tidak
lupa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
3) Aspek Optimisme
Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih mengungkapkan bahwa ada
sedikit keraguan dalam dirinya karena keadaan yang seakan tidak mungkin
untuk sembuh. Hal ini juga diungkap oleh significant others dari bu Asih
bahwa bu Asih tidak yakin sepenuhnya, karena kondisi kesehatannya yang
fluktuatif. Sama halnya dengan data observasi yang memaparkan bahwa
bu Asih sering terlihat putus asa ketika kembali merasakan sakit di bagian
payudaranya.
d) Aspek Kemampuan Menganalisis Masalah
Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih menuturkan bahwa dirinya
tidak tahu apa yang menjadi penyebab dirinya terkena kanker payudara.
Lalu data penelitian significant others
dari bu Asih mengungkapkan
bahwa bu Asih terkena kanker payudara mungkin dikarenakan karena
ketidakseimbangan hormon, dan sudah menjanda cukup lama.
e) Aspek Empati
berdasarkan hasil wawancara, bu Asih justru mengungkap bahwa
ketika dia bertemu dengan orang yang menderita penyakit yang sama
dengannya justru dia meminta dukungan atau saran-saran dari orang
tersebut, dan terkadang menjadi “parno” sendiri. Hal ini juga diungkapan
oleh significant others dari bu Asih bahwa bu Asih senang ketika bertemu
dengan orang lain yang memiliki penyakit sama dengannya namun disatu
sisi setelah itu subjek menjadi takut akan apa yang akan terjadi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
f) Aspek Efikasi Diri
Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih juga menunjukkan hal yang
sama, bahwa dia merasa yakin Tuhan sanggup menyelesaikan setiap
permasalahan dalam hidupnya dan menyembuhkannya. Tetapi, data dari
significant others bu Asih menunjukkan bahwa bu Asih kurang memiliki
keyakinan pada keadaan yang terjadi biasa berubah menjadi lebih baik.
g) Aspek Pencapaian
berdasarkan hasil wawancara dengan significant others dari bu
Asih, pencapaian bu Asih adalah bisa tabah dalam berjuang melawan
kanker payudara yang dialaminya.
B. Pembahasan
Pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana resiliensi wanita penderita
kanker payudara terutama sumbangan setiap aspek resiliensi dalam diri setiap
subjek. Karena ini merupakan pengalaman pribadi subjek, maka akan
dipaparkan menurut masing-masing subjek, dari ketiga subjek akan diuraikan
mengenai
masing-masing
aspek
resiliensi
yang
diharapkan
dapat
menggambarkan tinggi-rendahnya resiliensi subjek. Berikut adalah uraian
pengalaman ketiga subjek berdasarkan hasil wawancara dan observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
1. Bu Sri
a. Aspek regulasi emosi
Bu Sri memaparkan bahwa banyak hal yang membuatnya tertekan pasca
didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2005. Bu Sri merasa
syok dan merasa khawatir akan berbagai hal.
Waktu saya tahu saya kena kanker, saya syok sekali, siapa to yang
mau kena kanker begini. Saya jadi khawatir akan pandangan
orang-orang tentang saya, saya jadi merasa seperti orang cacat,
belum lagi biaya kanker yang mahal, ditambah lagi hubungan
saya dengan suami saya, saya takut dia punya wanita idaman lain,
karena saya tidak lagi “melayani” dia seperti dulu. WA1S1A
Bu Sri sadar ketika beliau harus menjalani perawatan kanker payudara,
hormon wanita (estrogron) akan “dimatikan” dan itu berarti beliau sudah
tidak memiliki hasrat seksual dalam dirinya, dan beliau takut ini akan
mempengaruhi hubungannya dengan suami. Selain itu, pada saat terkena
kanker, beliau berada di puncak karir, beliau sempat terlibat sebagai EO
rektor di Universitas Bahagia dan sempat menjadi panitia dalam acara 50
tahun Universitas Bahagia. Dalam perannya dan jabatannya di berbagai
acara, tentulah bu Sri mempunyai banyak kenalan, rekan dan kolega. Di
puncak karir inilah beliau menderita kanker payudara, bu Sri merasa dirinya
seperti orang yang cacat karena kelak payudaranya akan diangkat, dan
rambut di kepalanya akan habis, beliau malu jika bertemu rekan-rekannya.
Di sisi lain beliau juga khawatir tidak mampu membayar biaya perawatan
kanker, yang tentunya akan memakan biaya yang banyak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Namun, bu Sri tidak berlama-lama dalam masa kelamnya, beliau
berusaha bangkit dari kesedihannya. Kira-kira hanya 1 minggu beliau larut
dalam kesedihan dan khawatir akan berbagai hal. Hal itu disebabkan oleh
dukungan dari suami, dan orang-orang terdekat bu Sri.
Saya bersyukur sekali mendapat dukungan dari banyak orang.
Suami saya justru mendorong saya untuk bersedia melakukan
operasi pengangkatan payudara untuk kesehatan dan
kelangsungan hidup saya. Biaya perawatan kanker setengahnya
ditanggung oleh tempat dimana saya bekerja. Anak saya yang
nggak pernah berhenti memberi semangat pada saya, sehingga
saya punya semangat hidup. Sahabat-sahabat saya yang
memotivasi saya untuk mengikuti seminar-seminar kanker, serta
memberi banyak buku tentang kanker dan buku rohani. WA1S1AD
Bu Sri merasa banyak pihak yang mendukung kesembuhannya dan
perjuangannya melawan kanker. Dukungan dari pihak keluargalah yang
menurutnya paling berpengaruh pada kesembuhannya. Bu Sri merasa
semangat yang setiap hari disampaikan anaknya, sangat memotivasi dirinya
terus berjuang untuk tetap melihat anaknya wisuda, bekerja, bahkan
berkeluarga. Bu Sri juga mendapat dukungan dari seorang Romo yang
sering menjenguknya untuk mendoakan serta memberikan minyak suci pada
bu Sri. Proses yang dilalui oleh bu Sri juga tidaklah selalu mulus, selama
beliau di rawat, beliau juga mengalami jatuh bangun, drop, serta alergi obat.
Tidak hanya itu, beliau juga dibuat sedih karena ada beberapa orang yang
tidak mendukung kesembuhannya karena menginginkan jabatannya di
kantor.
Berdasarkan data diatas, dalam proses beliau melawan kanker bu Sri
lewati banyak sekali kejadian yang tentunya membuat beliau jatuh bangun.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
Beliau adalah pejuang kanker yang kuat, beliau tidak menghiraukan
hambatan-hambatan yang ada, beliau juga fokus pada kesembuhannya.
Untuk mencapai kesembuhannya ini, beliau berusaha tenang dan tetap
beriman pengharapan kepada Tuhan. Beliau mengaku bahwa proses ini
tidak mudah tetapi beliau selalu berusaha untuk tetap tenang, kerena jika
beliau mengikuti gejolak hatinya (marah, rasa ingin menyerah), maka itu
akan memicu sel kanker terus berkembang. Data diatas telah memenuhi
indikator pertama pada aspek regulasi pertama bahwa regulasi emosi
diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap
tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan
Shatte, 2002).
Bu Sri juga tergolong individu yang mampu mengatur bahkan
mengungkapkan emosi di dalam dirinya dengan cara yang tepat. Saat
menjalani perawatan kanker, bu Sri tidak mengurung dirinya di rumah,
tetapi tetap beraktivitas seperti biasa, sehingga banyak hal juga yang
membuat emosinya fluktuatif.
Saya biasanya kalau mengalami kejadian yang buruk/yang
bertentangan dengan hati saya, dan membuat saya memiliki emosi
yang negatif, saya biasanya nggak langsung diungkapkan tetapi
direnungkan dulu sendiri dengan meditasi dan ikut doa ignasian
baru diselesaikan bersama dengan orang yang bersangkutan.
Ketika saya menyampaikan apa yang mengganjal di hati kepada
orang yang bersangkutan, saya berusaha untuk membicarakannya
empat mata dan menghadirkan suasana santai. Saya juga
berusaha menghadirkan Tuhan dalam hidup saya, sehingga itu
membuat saya selalu berpikir positif. WA1S1C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Bu Sri adalah seseorang yang tenang dan pandai mengolah emosi dalam
dirinya sehingga dapat tersalurkan dengan baik. Bu Sri juga menunjukkan
bahwa dirinya memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, karena bu Sri
selalu melibatkan Tuhan dalam hidupnya untuk membuatnya selalu berpikir
dan bertindak positif. Kemampuan bu Sri untuk mengolah emosinya,
membuat beliau tetap memiliki relasi yang baik dengan orang lain sekalipun
mereka yang berkonflik dengan bu Sri. Hal ini juga sesuai dengan teori
Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah
satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka
dengan nyaman. Hal itu juga sesuai dengan yang dipaparkan Greeff (dalam
Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki
kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi
orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik
dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki indikator
kedua pada aspek regulasi emosi yaitu mampu mengekspresikan emosi
secara tepat.
b. Aspek pengendalian impuls
Bu Sri adalah seseorang yang sangat mematuhi himbauan dari dokter,
karena bu Sri memandang dokter lebih mengerti mengenai mana yang
baik untuk kesembuhannya dan apa yang menghambat kesembuhannya
dari kanker.
Saya sih ngikutin apa kata dokter aja, jadi ya teratur minum
obat, kalau dilarang makan sesuatu ya nurut aja. Soalnya dulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
waktu sehat juga udah pernah makan, jadi sekarang pas sakit,
harus dikurangi. WA2S1AC
Bu Sri merasa larangan dokter tidak memakan makanan tertentu,
adalah yang paling sulit dikendalikan, seperti memakan masakan yang
mengandung vetsin dan makanan yang dibakar. Dalam kehidupan seharihari bu Sri berusaha untuk menjaga apa yang beliau makan, dan tak
sungkan untuk meminta kepada yang memasak untuk tidak memakai
vetsin. Namun, terkadang bila bu Sri menghadiri kondangan bu Sri
mengaku agak susah menahan tetapi biasanya bu Sri hanya mencicipi saja
kemudian membeli makanan seusai menghadiri kondangan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, bu Sri memiliki pengendalian impuls
yang baik. Bu Sri dapat mengendalikan dorongan yang menurutnya paling
sulit sekalipun. Di sisi lain, bu Sri mengetahui mana yang terbaik untuk
kesehatannya, sehingga beliau berjuang dan mengusahakan akan segera
sembuh. Hal ini juga sesuai dengan teori, bahwa individu yang memiliki
pengendalian impuls dapat mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan,
keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya (Reivich dan Shatte,
2002). Grotbreg (1995) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki
resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan
dorongan dalam hati. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi
indikator pada aspek pengendalian impuls bahwa individu mampu
mengendalikan dorongan dalam diri.
Dapat dikatakan bu Sri adalah individu yang positive thinking baik
kepada orang lain maupun kepada keadaan. Bu Sri selalu mencari hal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
positif dari suatu hal atau kejadian. Bu Sri membiasakan diri untuk tetap
berpikiran positif dalam segala hal.
Saya berusaha untuk terus berpikir positif sekalipun kenyataan
hidup tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Karena
dalam setiap kejadian pasti ada hal positif yang tersirat. Saya
juga selalu melibatkan Tuhan, karena semua terjadi karena
kehendak-Nya. Ketika saya mempunyai mindset seperti itu, saya
jadi nggak mudah memiliki akar kepahitan kepada orang lain.
WA2S1AD
Dalam menjalani perawatan kanker, tentunya bu Sri memiliki harapanharapan mengenai banyak hal, baik itu harapan akan kesembuhannya,
harapan tentang keluarganya, harapan tentang pekerjaannya, dan
sebagainya. Namun, tidak jarang harapan itu tidak terwujud atau tidak
terjadi. Dalam kondisi seperti itu, bu Sri berusaha untuk terus berpikiran
positif dan percaya bahwa itu semua terjadi karena kehendak Tuhan. Dan
ketika bu Sri berpikir seperti itu, bu Sri tidak merasa kesal atau kepahitan
namun bu Sri mampu melihat sesuatu dengan jernih.
Sesuai dengan data di atas, bu Sri adalah seorang yang mampu untuk
berpikir jernih meskipun dalam situasi sulit. Dan menurut saya hal itu
tidaklah mudah dilakukan setiap orang, hanya orang-orang yang mampu
mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinyalah yang mampu untuk
bersikap demikian. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002)
bahwa ciri individu yang memiliki pengendalian impuls adalah individu
yang memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Dapat
disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator dalam aspek pengendalian
impuls yaitu memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
c. Aspek Optimisme
Selama menjadi survivor kanker, bu Sri berusaha menyemangati
dirinya sendiri untuk melawan kanker yang ada dalam tubuhnya. Bu Sri
percaya bahwa ketika dirinya memiliki semangat dan kepercayaan akan
masa depan, maka hal itulah yang akan Tuhan berikan untuknya. Bu Sri
mencoba mengimani apa yang dia harapkan untuk terjadi, termasuk
kesembuhannya. Bu Sri berkeyakinan bahwa segala sesuatu akan terus
lebih baik.
Saya berusaha untuk sehat dengan cara terus semangat, dan
optimis. Saat itu saya mempunyai keyakinan cukup besar untuk
sembuh, 50% kira-kira. Saya lakukan yang setengahnya,
setengahnya saya serahkan pada Tuham. Saya yakin, Tuhan
mengatur semuanya indah. WA3S1AB
Bu Sri mencoba untuk menumbuhkan sikap semangat dan optimis
dengan cara menyanyi lagu-lagu rohani bersama dengan keluarga di
rumah. Ketika akan mengawali hari bu Sri dan suami biasanya berdoa
bersama selama satu jam sebelum memulai aktivitas. Meskipun, dalam
kondisi menderita penyakit kanker bu Sri juga berusaha untuk bergabung
dengan komunitas-komunitas yang positif seperti komunitas penderita
kanker. Selain mendapat semangat, di komunitas itu bu Sri juga dapat
memberikan penguatan kepada orang lain, dengan begitu dirinya menjadi
lebih kuat dan semangat.
Berdasarkan data di atas, bu Sri mempunyai pikiran yang positif
mengenai gambaran masa depannya. Selain itu, bu Sri juga memiliki
keyakinan cukup tinggi untuk dapat disembuhkan. Saya yakin, untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
memiliki keyakinan yang tinggi seperti itu tidaklah mudah, karena
kenyataan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan, namun bu Sri terus
optimis dan beriman kepada Tuhan. Bu Sri percaya bahwa Tuhan pasti
memberikan suatu hal yang baik untuk hidupnya. Data di atas telah
memenuhi indikator pertama pada aspek optimisme, bahwa ciri individu
yang optimis adalah memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan
lebih baik (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat dengan
www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan ciri individu yang
memiliki resiliensi adalah individu yang memiliki sikap optimis yaitu
terdapat harapan akan masa depan.
Dalam perjuangannya melawan kanker payudara yang sedang dalam
masa penyembuhan, selain berharap yang terbaik atas kesembuhannya, bu
Sri juga melakukan usaha agar harapan tersebut terwujud dan mengontrol
kehidupannya.
Harapan terbesar saya saat itu, kanker saya nggak kambuh lagi
jadi benar-benar tuntas, dan saya bisa menikmati masa tua
dengan bahagia. Cara untuk mewujudkannya, saya menjalani
hidup sehat, dengan menjaga lingkungan saya, menjaga pola
makan saya, dan tentunya olahraga. Untuk menjaganya, saya
selalu menyediakan waktu untuk keluarga dan melakukan
kegiatan sosial. WA3S1CDE
Bu Sri ingin sekali penyakit kankernya sembuh total, sehingga beliau
harus menjalani pengangkatan payudara sebelah kiri, kemoterapi sebanyak
6x dan 30x penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker
yang ada dalam tubuhnya. Selain melalui pengobatan, bu Sri juga
melakukan aksi sosial kepada orang lain, seperti kunjungan ke panti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
asuhan. Hal ini bertujuan agar beliau senantiasa dapat bersyukur, dengan
bersyukur beliau merasa itu menyehatkan bagi jiwanya. Bu Sri juga
menjaga pola makannya, agar makanan yang dikonsumsi tidak memicu sel
kankernya. Bu Sri juga melakukan olahraga
untuk menjaga kondisi
tubuhnya tetap terjaga selama menjalani rangkaian perawatan kanker.
Berdasarkan data-data di atas, bu Sri memiliki semangat yang luar
biasa untuk sembuh. Semangat itu dibuktikan dalam tindakan nyata, tidak
hanya sekedar wacana tetapi sungguh-sungguh dilakukan. Hal ini sesuai
dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki
optimisme adalah individu yang memiliki harapan dan kontrol atas arah
hidupnya.
Pendapat
serupa
juga
dituliskan
dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu yang memiliki
optimisme adalah individu yang juga percaya mereka tetap memiliki
kendali yang baik terhadap lingkungan pasca kejadian trauma. Dapat
disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator kedua pada aspek
optimisme yaitu memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya.
Selanjutnya, dalam proses menjalani perawatan kanker, bu Sri juga
mengalami depresi dan putus asa. Bu Sri merasa penyakit kanker juga
menimbulkan trauma tersendiri ketika bu Sri dinyatakan sembuh oleh
dokter.
Kadang saya merasa depresi kalau badannya mulai terasa sakitsakit semua. Dan ketika sekarang saya sudah dinyatakan
sembuh, justru menimbulkan trauma dan ketakutan tersendiri.
Dan ketika trauma itu muncul, itu membuat saya merasa sedih.
WA3S1F
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Bu Sri merasa dirinya pernah mengalami depresi ketika menjalani
perawatan kanker, yaitu ketika salah satu rangkaian kemoterapi dilakukan,
dan badan beliau terasa sakit. Namun, ketika beliau dinyatakan sembuh,
beliau justru mengalami peristiwa traumatik dan ketakutan. Ketika bu Sri
merasa nyeri di sekitar payudaranya beliau teringat akan gejala awal
kanker payudaranya, dan itu membuat beliau takut kankernya akan
kambuh kembali. Beliau menuturkan belum siap untuk menengok orang
yang terkena kanker sama seperti beliau, karena beliau menjadi teringat
akan peristiwa atau proses yang pernah beliau alami sebelumnya.
Berdasarkan data tersebut, bu Sri kurang memiliki kesehatan mental
yang baik, karena beliau masih menyimpan pengalaman-pengalaman pahit
selama proses perawatan kanker. Beliau juga masih berpikiran negatif
tentang pernyakitnya, bahkan beliau masih merasa takut kankernya akan
kambuh kembali. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa individu yang
memiliki optimisme memiliki kesehatan mental yang baik. Dapat
disimpulkan bahwa bu Sri tidak memenuhi indikator pada aspek
optimisme yaitu memiliki kesehatan mental yang baik.
Selama menderita kanker payudara selama 11 tahun, bu Sri tetap
beraktivitas seperti biasanya. Bu Sri tetap bekerja meskipun tidak sesibuk
biasanya. Tempat dimana bu Sri bekerja juga memindah tugaskan bu Sri
ke pekerjaan yang lebih ringan dan bu Sri menjadi tidak banyak pikiran.
Saya berusaha untuk tetap aktif dalam menjalani kegiatan
sehari-hari supaya saya tidak stres. Meski awalnya minder tetapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
saya berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa saya sakit
kanker. WA3S1HI
Bu Sri tergolong sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Dalam kegiatan
sosial, bu Sri bersama dengan PIII (Persatuan Istri Insinyur Indonesia)
rutin mengunjungi panti asuhan. Dalam kegiatan keluarga, bu Sri aktif
dalam arisan keluarga besar. Dalam kegiatan rohani, bu Sri juga aktif
dalam kegiatan wisata rohani dan mengikuti doa bersama dengan sahabat
beliau. Ketika beliau terlibat dalam komunitas, beliau juga sedang
menjalani kemoterapi, dan itu membuat beliau harus kehilangan
rambutnya. Agar tidak minder ketika berbaur di komunitas, bu Sri
menggunakan wig.
Berdasarkan data tersebut, bu Sri adalah seseorang yang memiliki rasa
percaya diri yang cukup tinggi. Selain itu bu Sri juga memiliki jiwa sosial
yang tinggi, terbukti dengan aktifnya beliau dalam membantu anak-anak
di panti asuhan. Beliau juga tergolong individu yang tegar, tidak haus
perhatian seperti kebanyakan orang yang sakit. Hal ini sesuai dengan teori
Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme
adalah memiliki produktivitas yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa bu
Sri memenuhi
indikator pada
aspek optimisme
yaitu memiliki
produktivitas yang tinggi.
Bu Sri juga mempunyai rencana cadangan jika seandainya harapannya
tidak terwujud di masa depan. Beliau memandang hal ini penting karena
ketika dirinya memiliki rencana cadangan, bu Sri merasa aman dan tidak
terlalu khawatir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Yang terpenting adalah mengembalikan, mengandalkan dan
menyertakan Tuhan dalam segala hal. Kita dianugrahi untuk
bisa membaca situasi, maka dari itu, penting untuk membuat
plan B dalam hidup ini. Saya menyiapkan hati dan pikiran akan
apa yang akan terjadi kedepannya. WA3S1JK
Berdasarkan data di atas, bu Sri selalu mengandalkan Tuhan dalam
aktivitasnya bahkan saat mengambil keputusan. Bu Sri juga tergolong
orang yang siap terhadap situasi yang buruk sekalipun. Hal ini sesuai
dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki
optimisme mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang
mungkin terjadi di masa depan. Dapat disimpulkan bu Sri memenuhi
indikator pada aspek optimisme yaitu mempunyai kemampuan untuk
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan.
d. Aspek kemampuan menganalisis masalah
Bu Sri tergolong individu yang cerdas dalam menganalisis suatu
masalah. Bu Sri akan mencari tahu hal apa yang menyebabkan mengapa
suatu kejadian itu dapat terjadi. Bu Sri dapat menceritakan dan
menyebutkan apa yang membuatnya terkena penyakit kanker payudara.
Meskipun begitu, bu Sri tidak menyesali apa yang sudah terjadi.
Awalnya, ketika saya sedang menyusui anak kedua, disaat yang
bersamaan, saya terkena serangan jantung. Dokter memberikan
obat untuk mengobati serangan jantungnya dan ternyata itu
membuat ASInya justru terhenti dan “ngrangkaki”, jadilah sel
kanker. Ditambah lagi pola makan saya yang tidak sehat. Dulu
saya suka makan makanan cepat saji dalam jangka waktu yang
cukup lama. Dan waktu itu saya juga mengalami stres baik di
rumah, di kantor juga. Namun, dari semua proses yang terjadi,
ndak ada hal yang saya sesali, semua merupakan kehendak
Tuhan.WA4S1AC
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Saat terserang kanker payudara, bu Sri sedang berada di puncak karir,
sehingga membuat beliau menangani banyak hal. Kesibukan beliau ini
membuat bu Sri menjadi kurang menjaga kesehatan fisik maupun
psikologis beliau. Ditambah lagi dengan serangan jantung yang beliau
alami ketika melahirkan anak ke 2, membuat bu Sri harus mengkonsumsi
obat yang ternyata menghentikan ASI. Ketika bu Sri menyadari bahwa
beliau menderita kanker payudara, ternyata sudah stadium 2B.
Berdasarkan data tersebut, bu Sri adalah individu yang cerdas dan jeli
dalam mengidentifikasi penyebab kanker payudara yang beliau derita.
Tidak semua orang mampu menganalisis penyebab dari apa yang
dialaminya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Reivich dan Shatte
(2002) bahwa ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis
masalah adalah mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang
menimpanya. Hal ini diperkuat oleh apa yang dituliskan dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience
bahwa
individu
memiliki
pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan
tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk
memenuhi tuntutan hidup tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri
memenuhi indikator dalam aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu
mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya.
Selain mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang
menimpanya, bu Sri juga lebih berfokus kepada solusi pemecahan masalah
daripada fokus pada masalah yang sedang bu Sri hadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Usaha yang saya lakukan agar kesehatan saya semakin membaik
adalah dengan menjaga pola makan, saya juga melakukan diet.
Selain itu, keseimbangan pikiran positif juga harus terus
dikembangkan. Doa, meditasi dan memotivasi diri sendiri harus
terus dilakukan. Karena iman tanpa perbuatan hakekatnya
adalah mati. Jadi selain berharap, kita juga harus mempunyai
solusi atas permasalahan kita dan bergerak melakukannya.
WA4S1B
Berdasarkan data tersebut, bu Sri memiliki keberanian untuk maju,
sehingga berusaha untuk mencari solusi atas keinginannya untuk sembuh
dari kanker payudara. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte
(2002) yang menuliskan salah satu ciri individu yang memiliki
kemampuan menganalisis masalah adalah orientasinya berfokus pada
solusi. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator pada aspek
kemampuan menganalisis masalah yaitu orientasinya berfokus pada solusi.
e. Aspek empati
Aktifnya bu Sri dalam berbagai kegiatan dan komunitas sosial,
membuat bu Sri menjadi memiliki hubungan sosial yang baik. Dari
berbagai kegiatan yang telah bu Sri ikuti dan juga dari aktivitas seharihari, bu Sri banyak menjumpai orang yang memiliki kanker payudara
seperti bu Sri. Bu Sri menguatkan mereka melalui pengalaman hidup yang
bu Sri telah alami.
Ketika saya bertemu dengan orang yang memiliki kanker
payudara sama seperti saya, saya menjadi semakin kuat ketika
saya mampu menguatkan mereka. Saya biasanya memberikan
motivasi dan sharing pengalaman saya selama saya menderita
kanker payudara. Kadang saya juga berdoa bersama dengan
mereka. WA5S1C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Berdasarkan data di atas, bu Sri memiliki empati yang baik kepada
orang lain yang memiliki pengalaman yang sama dengannya. Dengan
berbagi pengalaman bu Sri menjadi lebih kuat dan semangat dalam
menjalani hari-harinya. Dengan berbagi, bu Sri menghadirkan kedamaian
bagi orang lain dan menjadi solusi pula, bagi mereka yang benar-benar
awam akan kanker payudara. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan
oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu
yang memiliki empati adalah memiliki hubungan sosial yang baik serta
mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang
lain. Hal yang serupa juga dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang
memiliki resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil
keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki
empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Dapat
disimpulkan bahwa bu Sri memiliki empati kepada orang lain, sama
seperti indikator dalam aspek empati.
f. Aspek efikasi diri
Setelah perjuangan 11 tahun melawan kanker, bu Sri masih tetap
memiliki keyakinan akan masa depannya. Meski sekarang beliau sudah
bisa dikata sukses, namun beliau merasa bahwa sukses yang sesungguhnya
itu masih panjang. Keyakinan yang terus bu Sri pelihara membuahkan
hasil yang manis.
Untuk jangka pendek memang saya sudah sukses melawan
kanker, meski harus melalui proses yang nggak mudah selama
11 tahun. Tetapi untuk jangka panjang saya merasa belum
sukses, karena sukses jangka panjang berbicara ketika saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
sudah benar-benar menyelesaikan tugas saya di dunia, baru kita
bisa tahu, sebenarnya kita suskes atau enggak. WA6S1B
Berdasarkan data di atas, bu Sri mempunyai hati yang tegar dan kuat.
Karena memiliki keyakinan yang kuat sehingga mampu memecahkan
masalah yang ada, hingga akhirnya bu Sri dinyatakan sembuh. Hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan Reivich dan Shatte (2002) bahwa
ciri individu yang memiliki efikasi diri adalah individu yang mampu
memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa bu Sri memiliki efikasi diri.
g. Aspek pencapaian
Setelah dinyatakan sembuh, bu Sri tidak lantas menjadi individu yang
“seenaknya”, tetapi bu Sri tetap mengembangkan sikap-sikap positif yang
terbentuk selama bu Sri menderita kanker. Bu Sri tetap menjaga pola
makan, dan kesehatannya dengan sedemikian rupa.
Yang paling saya jaga adalah pola makan saya. Saya juga
melakukan diet ketat supaya kesehatan saya tetap terjaga.
Biasanya saya minum 2 gelas jus sebelum makan supaya dapat
menyerap hal buruk dari apa yang saya makan.WA7S1A
Dulunya bu Sri sering sekali mengkonsumsi makanan cepat saji,
kurang olahraga, kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Setelah terkena
kanker payudara, pola makan bu Sri harus dirubah. Bahkan bisa dibilang,
makanan yang dikonsumsi oleh bu Sri cenderung hambar. Jus yang
dikonsumsi bu Sri pun, jus yang tanpa susu, gula dan es, sehingga benarbenar jus asli. Beliau menuturkan bahwa hidup sehat itu kadang terlihat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
tidak menyenangkan tetapi itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah
kesehatan.
Berdasarkan data di atas, setelah bu Sri sembuh beliau tidak
menurunkan standar hidupnya. Melainkan justru meningkatkannya. Tidak
semua orang mempunyai kesadaran seperti bu Sri. Hal ini sesuai dengan
teori Reivivh dan Shatte (2002) yang menuliskan ciri individu yang
memiliki pencapaian adalah mampu meningkatkan aspek-aspek positif
dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi
indikator dalam aspek pencapaian yaitu mampu meningkatkan aspekaspek positif dalam kehidupannya.
Setelah bu Sri dinyatakan sembuh dari kanker payudara, bu Sri masih
memiliki ketakutan-ketakutan dalam dirinya, seperti takut jika kankernya
akan kambuh. Namun, bu Sri berusaha untuk tetap melawan ketakutannya
dan berusaha melangkah.
Saya sebenarnya takut jika kanker payudaranya kambuh lagi.
Tapi setiap kekuatiran itu datang, saya berusaha untuk terus
positif thinking, dan untuk memastikannya saya rutin check up ke
dokter yang biasa menangani saya. Sekarang tangan kanan saya
sedang sakit, awalnya saya menduga bahwa kanker
payudaranya merambat ke kanan. Setelah di cek dokter,
ketakutan saya itu membangkitkan sel kanker yang ada. Tetapi
masih bisa ditangani dengan melakukan terapi. WA7S1CD
Saat penelitian ini dilakukan, bu Sri memang mengalami sakit di
bagian tangan kanannya sehingga sulit digerakan, kesemutan dan terasa
sakit. Bu Sri semakin takut jika sel kankernya menyerang payudara
sebelah kanan. Ternyata setelah di cek ke dokter, sel kankernya hampir
saja hidup. Hidupnya sel kanker tersebut dipicu oleh pikiran bu Sri sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Bu Sri masih beruntung, bahwa itu masih bisa diobati dengan melakukan
terapi.
Berdasarkan data di atas, sebenarnya bu Sri memiliki ketakutan yang
cukup tinggi, sehingga itu mempengaruhi sel kanker dalam tubuhnya. Hal
ini kurang sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri
individu yang memiliki pencapaian adalah memiliki keberanian untuk
mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya. Dapat
disimpulkan bahwa bu Sri tidak memenuhi indikator dalam aspek
pencapaian yaitu memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan
yang mengancam kehidupannya.
Berdasarkan pemaparan data-data wawancara dan observasi dengan bu
Sri, ditambah data dari significant others bu Sri, baik dari aspek pertama
hingga aspek terakhir dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki resiliensi
yang sangat tinggi. Bu Sri memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu
Sri mampu mengolah emosi-emosi dalam dirinya dengan melakukan
meditasi dan mengikuti doa ignasian. Bu Sri juga memiliki pengendalian
impuls yang baik, hal ini didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa
yang dokter katakan dan sungguh-sungguh menjaga pola makan. Selain
itu, bu Sri juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan
tingginya keyakinan bahwa Tuhan pasti menyembuhkan beliau dan
disertai dengan melakukan pengobatan yang benar. Kemudian, bu Sri juga
mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui pasti apa yang
menyebabkan dirinya terkena kanker payudara. Selain itu, bu Sri juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan memberikan motivasi
kepada orang lain yang menderita kanker payudara. Menurut significant
others, bu Sri mampu menginspirasi banyak orang dan menemukan Tuhan
dalam proses hidup beliau. Bu Sri juga memenuhi ciri dalam aspek efikasi
diri, terbukti bahwa bu Sri pantang menyerah dan memiliki keyakinan
tinggi kepada Tuhan. Bu Sri juga kurang memiliki ciri dalam aspek
pencapaian, dikarenakan bu Sri masih memiliki ketakutan-ketakutan
dalam dirinya sehingga itu berpengaruh kepada proses penyebaran kanker
dalam dirinya.
2. Bu Tutik
a. Aspek regulasi emosi
Ketika diagnosis menderita kanker payudara, bu Tutik memiliki
beberapa ketakutan dalam dirinya, meskipun ini bukan pertama kalinya bu
Tutik menderita kanker, karena sebelumnya bu Tutik sudah pernah terkena
kanker ovarium. Namun, beberapa kekhawatiran itu masih tetap ada. Di
tengah kekhawatirannya, bu Tutik tetap berusaha tenang.
Meskipun ini sudah kedua kalinya menderita kanker, tetapi jujur
masih khawatir masalah biaya. Karena kanker itu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit. Tapi saya berusaha tenang dan percaya
pada Tuhan, ditambah lagi saya bisa meminta tolong kepada
teman maupun kolega. Yang terpenting adalah kita terbuka
kepada orang lain, dengan begitu kita merasa tenang. WA1S2BC
Menurut bu Tutik ketika beliau terbuka kepada orang lain, tentang apa
yang beliau alami, itu dapat memicu hormon endomorfin dalam tubuhnya
sehingga beliau merasa senang. Ketika bu Tutik merasa senang, beliau
dapat melupakan apa yang membuatnya tertekan dan tentunya itu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
membuat bu Tutik merasa tenang. Ketika bu Tutik menderita kanker
payudara, sang suami juga harus pensiun dini karena mengalami
komplikasi penyakit sehingga dalam kondisi sakitpun bu Tutik tetap
merawat suami yang juga sakit. Tak berselang lama, usaha anaknya yang
pertama juga mengalami guncangan. Di kondisi sulit seperti ini, bu Tutik
mencoba untuk tetap kuat menjalani kehidupannya. Beliau berusaha untuk
tetap kuat untuk menolong suami dan anaknya.
Berdasarkan data di atas, bu Tutik tergolong individu yang sangat
terbuka kepada orang lain. Beliau juga merupakan individu yang supel dan
mudah bergaul. Hal inilah yang menyebabkan beliau menjadi individu
yang tenang, karena dapat berbagi keluh kesah kepada orang lain.
Berdasarkan data di atas, telah memenuhi indikator pertama pada aspek
regulasi pertama bahwa regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan
individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada
dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan Shatte, 2002).
Saat mengalami masa-masa sulit ketika menjalani perawatan kanker,
bu Tutik mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik itu dari rekan,
mahasiswa-mahasiswa yang beliau ampu, dan tentunya dari keluarga.
Buat saya, yang sangat mendukung kesembuhan saya adalah
rekan-rekan sekerja saya. Karena mereka membantu saya dalam
berbagai hal, baik itu moril maupun materiil, dan itu begitu
berarti buat saya. Selanjutnya, adalah para mahasiswa dimana
tempat saya mengajar. Gimana ndak seneng, saya operasi aja,
mereka gantian menjaga saya, karena mereka tahu keadaan saya
itu gimana. Barulah pihak keluarga, ya mau bagaimana, mau
marah akan keadaan seperti ini tapi mau gimana lagi selain
dihadapi. Anak-anak saya juga sedang merintis karir, waktu itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
suami juga sedang sakit. Ya memang harus dihadapi. Ojo ming
ribut karo awak e dewe. WA1S2DG
Sebenarnya bu Tutik mengalami hal yang seharusnya mampu membuat
beliau menyerah dan marah pada keadaan atau kepada Tuhan, tetapi beliau
memilih untuk mengikuti apa yang Tuhan mau. Beliau bersyukur, masih
banyak orang yang peduli pada dirinya, yang sedang berada dalam situasi
sulit. Beliau memilih untuk “dibawa happy” daripada pusing-pusing. Ketika
kita berkonflik dengan diri kita sendiri maka, kita tidak akan bisa bertahan,
oleh karena itu harus diungkapkan, supaya lebih ringan. Bu Tutik berpikir
bahwa sesuatu yang tidak diungkapkan itu justru akan menghambat banyak
hal dan membuat yang merasakannya menjadi tidak nyaman. Disatu sisi, bu
Tutik kadang mempikirkan bagaimana perasaan orang lain, namun
terkadang kita juga harus mengungkapkan apa yang mengganjal dalam hati
kita agar kedua belah pihak dapat berbagi dan instropeksi diri.
Berdasarkan data diatas, bu Tutik memiliki pengelolaan emosi yang
baik. Bu Tutik juga tidak mau memikirkan hal-hal yang akan membuatnya
tidak bahagia. Beliau memilih untuk menikmati proses ini, karena bu Tutik
percaya semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana Tuhan. Hal ini juga
sesuai dengan teori Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki
resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan
perasaan mereka dengan nyaman. Hal itu juga sesuai dengan yang
dipaparkan Greeff (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa
individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan
hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa bu
Tutik memiliki indikator kedua pada aspek regulasi emosi yaitu mampu
mengekspresikan emosi secara tepat.
b. Aspek pengendalian impuls
Bu Tutik terbilang adalah individu yang sedikit “ngeyel” pada
himbauan dokter atau apa yang seharusnya bu Tutik jalani. Bu Tutik tetap
semangat menjalani harinya meskipun kehidupannya sedikit kacau.
Saya sih mengatur sendiri aja, lebih diimbangi (subtitusi).
Berobat iya, bekerja juga iya. Kalau saya nggak bekerja, saya
juga nggak bisa berobat. Jadi ya diimbangi saja. Kalau saya,
saya yang mengatur obat saya. Jadi, setelah menghabiskan dosis
obat dari dokter, 3 bulan saya berhenti untuk melakukan
penyesuaian, baru mulai minum obat lagi. Yang paling sulit
untuk saya lakukan adalah istirahat. Dokter menganjurkan untuk
istirahat tetapi saya ndak mau. WA2S2AB
Dokter menganjurkan bu Tutik untuk beristirahat selama kurang lebih
10 tahun, karena sel kanker dalam tubuh beliau sudah mulai menjalar.
Namun bu Tutik tetap tidak mau untuk beristirahat justru malah bu Tutik
semakin sibuk. Karena menurut bu Tutik ketika dirinya sibuk, itu berarti
beliau terus berpikir, dan itu membuat dirinya senang. Beliau mengaku,
bahwa dirinya bukanlah pasien yang taat kepada dokter, karena kadang
dokter memberi obat kepada pasien hanya untuk kepentingan bisnis saja.
Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah pribadi yang cukup keras
kepala, tetapi masih dalam taraf yang baik. Bu Tutik memiliki keyakinan
yang kuat, dan ketika beliau memiliki keyakinan itu, beliau akan berusaha
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
menunjukkan kepada orang lain bahwa keyakinannya itu benar. Tidak
selamanya keras kepala itu adalah suatu hal yang buruk, tetapi terkadang
keras kepala juga diperlukan untuk menghadapi dunia ini. Selain itu, bu
Tutik juga tergolong individu yang kreatif, beliau menentukan sendiri
kapan beliau harus minum obat, kapan harus berhenti, sehingga itu
membuat beliau tidak ketergantungan pada obat. Hal ini juga sesuai
dengan teori, bahwa individu yang memiliki pengendalian impuls dapat
mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta tekanan)
yang muncul dalam dirinya (Reivich dan Shatte, 2002). Grotbreg (1995)
juga mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai
kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati.
Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator pada aspek
pengendalian impuls bahwa individu mampu mengendalikan dorongan
dalam diri.
Bu Tutik mengaku bahwa ketika harapannya tidak terwujud, beliau
sudah siap dan harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Karena segala
sesuatunya pasti berubah dan kitalah yang harus menyesuaikan. Bu Tutik
mengakui, ketika keadaan berubah kita tetap harus berusaha untuk berpikir
jernih. Ketika kita mampu berpikir jernih, kita dapat menentukan arah
hidup kita.
Kita harus pintar untuk beradaptasi dengan keadaan. Terutama
jika apa yang kita mau nggak terwujud. Dengan menderita
kanker, saya menyesuaikan diri dengan biaya yang harus keluar,
dengan cara menggunakan tabungan yang sudah saya siapkan
untuk hari tua menjadi untuk biaya perawatan kanker. WA2S2C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
Bu Tutik adalah individu yang memiliki kesiapan hati dan kemampuan
untuk beradaptasi. Dalam kondisi yang sulit sekalipun bu Tutik tetap
berusaha untuk tetap berpikir jernih sehingga beliau tetap bisa mengambil
keputusan yang akurat untuk hidupnya. Bu Tutik juga memiliki pemikiran
yang dewasa, beliau tidak hanya memikirkan masa sekarang tetapi juga
masa depannya. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002)
bahwa ciri individu yang memiliki pengendalian impuls adalah individu
yang memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Dapat
disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator dalam aspek
pengendalian impuls yaitu memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan
akurat.
c. Aspek optimisme
Selama bu Tutik berjuang melawan kanker payudara 7 tahun lamanya,
bu Tutik banyak mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya. Meskipun
usianya sudah menginjak kepala 6 tetapi semangat bu Tutik tetap besar.
Harapan yang ada dalam diri bu Tutik tidak hanya dipercayainya namun
bu Tutik juga aktif untuk membuatnya menjadi kenyataan. Bu Tutik
berusaha untuk optimis dan memperjuangkan hidup untuk bisa sembuh
dari kanker payudara yang sedang diderita.
Ketika mendengar kata masa depan, yang terlintas adalah
kehidupan setelah di dunia ini. Karena saya juga wes tuo. Tapi
bukan berarti saya nggak semangat menjalani hari, saya
tentunya ingin mengakhirinya dengan baik dan berguna bagi
orang lain. Dan tentunya sebelum semuanya selesai, saya ingin
mewujudkan harapan-harapan saya.. WA3S2A
Saya yakin bahwa kanker saya dapat disembuhkan, keyakinan
saya kira-kira 75% soalnya saya sudah juga sudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
mengusahakan yang terbaik. Campur tangan Tuhan itu begitu
nyata. Sekarang gini, kena kanker langsung 3B dan itu kan
angka kesembuhannya sudah sangat rendah, tapi Tuhan masih
ijinkan saya sembuh, mujizat. Bahkan, harusnya kalau makin
tinggi stadiumnya kan makin lama ngerawatnya, puji Tuhan ini
cuma 7 tahun. WA3S2B
Bisa dikatakan bahwa bu Tutik mengalami mujizat, karena seharusnya
kanker dengan stadium 3B, angka kesembuhannya sudah sangat rendah,
dan bu Tutik sembuh sampai sekarang. Waktu penyembuhan kanker
biasanya lebih lama daripada 7 tahun tetapi bu Tutik berhasil melawan
kanker hanya dengan waktu 7 tahun. Angka ini tergolong cepat. Bu Tutik
rela merogoh kantong lebih dalam agar beliau dapat ditangani oleh
profesor yang memang ahli dalam penyembuhan kanker. Konsekuensinya,
bu Tutik harus dirawat di ruang VVIP di sebuah rumah sakit di
Yogyakarta. Sebuah “harga” yang harus dibayar oleh bu Tutik.
Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah individu yang gigih, tabah
dan mempunyai semangat yang luar biasa. Pengalamannya menderita
kanker sebanyak 2 kali tidak membuatnya patah semangat namun justru
semakin semangat dalam menjalani hidup. Data di atas telah memenuhi
indikator pertama pada aspek optimisme, bahwa ciri individu yang optimis
adalah memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan lebih baik
(Reivich
dan
Shatte,
2002).
Hal
ini
diperkuat
dengan
www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan ciri individu yang
memiliki resiliensi adalah individu yang memiliki sikap optimis yaitu
terdapat harapan akan masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Diusianya yang sekarang, harapan bu Tutik berkutat seputar keluarga,
dan kesehatannya. Itulah aspek yang sedang banyak dipikirkan oleh bu
Tutik, sebagai ibu, mertua, dan saudara bagi saudara-saudaranya. Bu Tutik
juga ingin kesehatannya terus membaik di usianya sekarang ini.
Saya ingin melihat kedua anak saya mapan, dan rukun. Sehingga
saya sudah tidak perlu ikut turun tangan lagi. Saya juga ingin
saudara-saudara saya semakin mandiri secara ekonomi. Karena
bagaimanapun juga keluarga mereka tetap harus diurusi. Oleh
sebab itu, saya sebisa mungkin tidak begitu menggubris anak
saya, supaya dia mandiri dan dapat menentukan nasibnya
sendiri. Saya juga berharap untuk terus sehat sehingga tetap
bisa berkarya. Saya menjaganya dengan tetap berpikir positif
WA3S2C
Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keinginan yang mulia,
yaitu ingin melihat keluarga dan sanak saudaranya rukun. Dengan tetap
memiliki harapan seperti itu, itu berarti bu Tutik masih memiliki kontrol
atas kehidupannya. Bu Tutik juga memperjuangkan kesehatannya, dengan
cara tetap berpikir positif. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte
(2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah individu yang
memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. Pendapat serupa juga
dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu
yang memiliki optimisme adalah individu yang juga percaya mereka tetap
memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan pasca kejadian trauma.
Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator kedua pada aspek
optimisme yaitu memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya.
Meskipun bu Tutik memiliki persoalan hidup yang rumit, tetapi bu
Tutri tidak pernah merasakan depresi atau dirinya di titik terendah. Bu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Tutik tidak ingin mensugeti dirinya dengan hal yang negatif melainkan
ingin mensugeti dengan semangat yang positif, dengan demikian bu Tutik
menjadi semangat dalam berkarya.
Saya nggak pernah merasa depresi dengan keadaan saya, saya
berusaha untuk menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif,
seperti mengurus konsumsi bahkan memasak ketika ada acara di
di tempat saya bekerja, tetap aktif di kantor, tetap membantu
dalam event-event yang ada di kantor. WA3S2F
Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah pribadi yang tidak mau
menganggur atau membuat orang mengasihani dirinya karena dirinya
menderita kanker. Beliau justru ingin membuat orang lain terinspirasi akan
pengalaman hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh
Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa individu yang
memiliki optimisme memiliki kesehatan mental yang baik. Dapat
disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator pada aspek optimisme
yaitu memiliki kesehatan mental yang baik.
Bu Tutik sendiri tetap aktif bekerja dan terlibat dalam berbagai
kegiatan meskipun dirinya sedang menderita kanker payudara. Saya tidak
pernah merasa minder dengan apa yang saya alami, sekalipun saya pernah
mengalami pengangkatan payudara.
Saya berusaha tetap aktif dalam kegiatan di tempat saya bekerja,
karena dengan begitu saya dapat tetap berkarya dan bertemu
dengan banyak orang. Itu menghibur saya. Dan saya nggak
pernah minder dengan penyakit saya, malah orang-orang
ngiranya saya itu sehat, karena saya masih beraktivitas seperti
biasa. WA3S2H
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
Bu Tutik memiliki hobi memasak, sehingga beliau menuangkan
hobinya untuk memasak, jika ada acara di tempat dimana beliau bekerja.
Ketika beliau memasak, beliau dibantu oleh mahasiswa-mahasiswinya,
sehingga semakin membuat bu Tutik menjadi bersemangat untuk
memberikan yang terbaik.
Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keuletan dalam bekerja,
bu Tutik juga totalitas ketika mengerjakan sesuatu sehingga hasil yang
dihasilkanpun juga memuaskan. Bu Tutik juga memiliki produktivitas
kerja yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002)
bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah memiliki
produktivitas kerja yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik
memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki produktivitas
kerja yang tinggi.
Hampir sama dengan jawaban bu Tutik mengenai langkah yang akan
diambil ketika kenyataan di masa depan tidak sesuai dengan harapannya.
Bu Tutik akan melakukan adaptasi.
Kita harus pintar untuk beradaptasi dengan keadaan. Terutama
jika apa yang kita mau nggak terwujud. Dengan menderita
kanker, saya menyesuaikan diri dengan biaya yang harus keluar,
dengan cara menggunakan tabungan yang sudah saya siapkan
untuk hari tua menjadi untuk biaya perawatan kanker.
WA2S2CD
Berdasarkan data di atas, bu Tutik mempunyai kemampuan untuk
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini sesuai
dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
optimisme mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang
mungkin terjadi di masa depan. Dapat disimpulkan bu Tutik memenuhi
indikator pada aspek optimisme yaitu mempunyai kemampuan untuk
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan.
d. Aspek kemampuan menganalis masalah
Bu Tutik menyampaikan penyebab dirinya terkena kanker payudara.
Bu Tutik mengaku penyebab dirinya menderita kanker payudara karena
ketidakseimbangan hormonal.
Jadi begini mbak, kan saya awalnya kena kanker ovarium. Kata
dokter memang kalau kankernya itu menyerang organ
kewanitaan maka itu kemungkinan atau ada peluang akan
merambat ke organ kewanitaan lain, meskipun kanker
sebelumnya sudah sembuh. Trus selama dinyatakan sembuh dari
kanker ovarium, ternyata hormon saya tidak seimbang sehingga
memicu perkembangan kanker. Ternyata kankernya menyerang
payudara kiri saya. Tapi emang obat kanker itu keras mbak.
Saya terkena kanker itu tahun 2008 dan langsung stadium 3B.
Hal itu dikarenakan ketidakseimbangan hormon. Dan selama 7
tahun menderita kanker payudara saya sudah 4x menjalani
kemoterapi.WA4S2A
Bu Tutik pada saat menderita kanker payudara sudah mengalami 4x
kemoterapi dan 25x penyinaran. Karena melakukan penyinaran inilah bu
Tutik harus menderita teroid (gondok). Akibatnya bu Tutik harus
menjalani 2x operasi yaitu operasi pengangkatan payudara sebelah kiri
dan operasi teroid (gondok). Bu Tutik juga menuturkan bahwa yang
membuat hormonnya tidak seimbang adalah pikiran beliau tentang banyak
hal. Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan oleh bu Tutik seperti
kesehatan suaminya, kondisi anak-anaknya yang belum dapat mandiri,
saudara-saudaranya yang masih sering merepotkan bu Tutik dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
pekerjaannya sebagai dosen. Tetapi dari semuanya itu, bu Tutik merasa
stressor-stressor ini bermanfaat, karena membuat bu Tutik menjadi wanita
yang kuat.
Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah wanita yang luar biasa,
karena
beliau
dapat
menganalisis
penyebab
permasalahan
yang
menimpanya dan tentunya beliau kuat untuk menghadapinya. Beliau juga
tidak mengeluh dalam menghadapi berbagai cobaan yang bertubi-tubi
seperti ini. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Reivich dan Shatte
(2002) bahwa ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis
masalah adalah mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang
menimpanya. Hal ini diperkuat oleh apa yang dituliskan dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience
bahwa
individu
memiliki
pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan
tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk
memenuhi tuntutan hidup tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik
memenuhi indikator dalam aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu
mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya.
Selain mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang
menimpanya, bu Tutik juga mampu menyelesaikan masalah-masalah yang
ada. Hal itu dikarenakan bu Tutik selalu fokus pada solusi yang ada,
tentang bagaimana penyelesaian suatu masalah.
Yang membuat saya terus bertahan karena tidak ada pilihan
yang lebih baik dari itu. Selain itu saya harus tetap melanjutkan
hidup yang telah Tuhan percayakan kepada saya. Dan saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
berusaha juga untuk tetap sehat, dengan cara hidup sehat,
berpikir yang positif dan dapat membantu orang lain. WA4S2D
Bu Tutik mencoba untuk terus berjuang dalam hidup, bukan lagi
memperjuangkan duniawi tetapi lebih kepada ketenangan jiwa. Karena
diusia yang sekarang ini, sudah seharusnya bu Tutik menikmati masa
tuanya dan menikmati hasil yang telah beliau lakukan selagi muda.
Namun, yang terjadi justru sampai diusia yang ke-67 tahun beliau masih
harus memikirkan dan menangani banyak hal.
Berdasarkan data tersebut, bu Tutik memiliki daya juang yang
terbilang tinggi, karena beliau selalu berupaya untuk menyelesaikan segala
masalah yang menimpanya. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte
(2002) yang menuliskan salah satu ciri individu yang memiliki
kemampuan menganalisis masalah adalah orientasinya berfokus pada
solusi. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator pada aspek
kemampuan menganalisis masalah yaitu orientasinya berfokus pada solusi.
e. Aspek empati
Posisinya sebagai dosen membuat bu Tutik memiliki banyak memiliki
kenalan, rekan, kolega dan juga sahabat-sahabat dari berbagai kalangan.
Meskipun menderita kanker namun bu Tutik justru tidak minder. Bu Tutik
juga tidak menunjukkan bahwa dirinya seorang penderita kanker. Yang
mengetahui hal itu hanya orang-orang terdekatnya saja.
Ketika saya berada di komunitas saya tidak minder, saya
bersikap seperti orang yang sehat dan tidak menunjukkan
penyakit saya. Dan saya tetap aktif di berbagai kegiatan agar
saya tetap eksis dalam komunitas. Kanker bukanlah yang
menghentikan saya tetapi justru memicu saya untuk lebih baik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
lagi Jadi ya ketika bersama dengan banyak orang, saya justru
tidak menghindar tapi justru dari pengalaman saya banyak
orang yang jadi “melek kanker”. WA5S2A
Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah individu yang supel dan
ramah kepada orang lain. Bu Tutik juga mampu merangkul semua
kalangan, baik itu mahasiswa, rekan-rekannya, para tokoh rohani, bahkan
orang yang jabatannya lebih tinggi. Bu Tutik memiliki kemampuan sosial
yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich dan
Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki empati
adalah memiliki hubungan sosial yang baik. Dapat disimpulkan bahwa bu
Tutik memenuhi indikator dalam aspek empati yaitu memiliki hubungan
sosial yang baik.
Bu Tutik juga memiliki empati yang baik kepada orang yang memiliki
penyakit atau penderitaan yang sama dengan dirinya. Ditambah lagi, bu
Tutik
mengetahui
teknik-teknik
konseling.
Keahlian
tersebut
dimanfaatkan bu Tutik untuk membantu orang lain yang memiliki kondisi
yang sama dengan beliau.
Ketika bertemu dengan orang yang menderita kanker payudara,
saya berusaha untuk membantu mereka dengan sharing
pengalaman saya. Saya juga membantu memecahkan masalah
mereka dengan teknik-teknik konseling. Dengan begitu saya
merasa lebih kuat dan semangat dalam menjalani hidup. Kan
orang kalau ketemu dengan mereka yang berhasil melawan
kanker jadinya malah semangat. WA5S2CD
Berdasarkan data tersebut, bu Tutik memiliki empati yang baik kepada
orang lain yang memiliki kanker payudara. Bu Tutik juga memiliki
keterampilan konseling yang memudahkannya untuk mengenali kondisi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
emosional dan psikologis orang lain. Hal ini sesuai dengan teori yang
dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri
individu yang memiliki empati adalah mampu membaca tanda-tanda
kondisi emosional dan psikologis orang lain. Hal yang serupa juga
dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi adalah
individu mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran
serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang
tinggi terhadap sesama. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memiliki
empati kepada orang lain, sama seperti indikator dalam aspek empati.
f. Aspek efikasi diri
Bu Tutik memiliki keyakinan dalam dirinya untuk menyelesaikan
masalah yang ada dalam dirinya, karena bu Tutik merasa didukung banyak
orang. Dan dirinya juga beriman kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan
pasti memberikan jalan keluar.
Saya merasa yakin mampu menjalani hidup ini karena didukung
oleh banyak orang yang sungguh-sungguh ingin membantu saya.
Dukungan itu tidak hanya melalui materi namun juga secara
materiil. Jika dikatakan sukses, belum. Ada beberapa hal yang
sedang saya pergumulkan, dan itu belum terjadi. WA6S2A
Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keyakinan yang tinggi
menyelesaikan masalahnya. Saya juga memandang beliau sebagai seorang
pejuang kanker yang luar biasa. Beliau mampu melewati masa-masa sulit
dan muncul sebagai pemenangnya. Hal ini sesuai dengan teori yang
diungkapkan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki
efikasi diri adalah individu yang mampu memecahkan masalah yang kita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
alami dan mencapai kesuksesan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bu Sri
memiliki efikasi diri.
f. Pencapaian
Bulan November tahun 2015, bu Tutik dinyatakan sembuh dari kanker
payudaranya. Namun, beliau tidak terlena begitu saja. Bu Tutik tetap
menjaga kebiasaan baik yang sudah terbentuk selama bu Tutik menderita
kanker payudara. Kebiasaan-kebiasaan tersebut berusaha beliau tingkatkan
supaya semakin sehat.
Kebiasaan baik yang sudah terbentuk adalah menjaga pola
makan, meskipun terkadang masih suka telat makan. Untuk
itulah saya mencoba untuk meningkatkannya. Selain itu yang
harus terus ditingkatkan adalah berpikir tenang dan menikmati
segala proses yang ada, dengan begitu saya menjadi tidak
mudah stres. WA7S2AB
Berdasarakan data di atas, keinginan yang timbul dari dalam diri bu
Tutik sudah baik. Beliau tahu mana hal yang harus ditingkatkan, dan
mengetahui apakah itu baik untuk kesehatan atau tidak. Hal ini sesuai
dengan teori Reivivh dan Shatte (2002) yang menuliskan ciri individu
yang memiliki pencapaian adalah mampu meningkatkan aspek-aspek
positif dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik
memenuhi indikator dalam aspek pencapaian yaitu mampu meningkatkan
aspek-aspek positif dalam kehidupannya.
Bu Tutik mengaku tidak ada ketakutan mendalam dalam dirinya,
karena bu Tutik yakin bahwa Tuhan telah memberikan kekuatan sehingga
memampukannya untuk menghadapi masalah-masalah yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Nggak ada mbak. Saya yakin bahwa Tuhan membantu saya
dalam mengatasi masalah-masalah hidup saya. Tuhan
memberikan saya kekuatan sehingga memampukan saya untuk
menghadapinya. Saya berani, karena pengalaman hidup saya
yang membuat saya menjadi kuat. Bisa dibilang, cobaan yang
saya alami sekarang, 2xnya cobaan yang dihadapi orang-orang
pada umumnya. WA7S2DE
Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keberanian, dan keuletan
dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki
pencapaian adalah memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan
yang mengancam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik
memenuhi indikator dalam aspek pencapaian yaitu memiliki keberanian
untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya.
Berdasarkan pemaparan data-data wawancara dan observasi dengan bu
Tutik, ditambah data dari significant others bu Tutik baik dari aspek
pertama hingga aspek terakhir dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki
resiliensi yang sangat tinggi. Bu Tutik memiliki regulasi emosi yang baik,
terbukti bu Tutik mampu menyalurkan emosinya melalui kegiatan
mengajar, karena dengan bertemu dengan orang lain menjadi semakin
mampu mengelola emosi. Bu Tutik juga memiliki pengendalian impuls
yang baik, hal ini didasarkan pada bu Tutik berusaha mengatur dan
mengimbangi pola hidup supaya fisik dan psikologisnya semakin sehat.
Selain itu, bu Tutik juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan
dengan bu Tutik yang menuturkan bahwa dirinya menikmati dan
menerima penyakit ini karena itulah yang membuatnya kuat hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
sekarang. Kemudian, bu Tutik juga mampu menganalisis masalah yang
ada, beliau mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena
kanker payudara. Selain itu, bu Tutik juga memenuhi aspek empati, hal ini
terbukti dengan perasaan bu Tutik menjadi senang jika bertemu dengan
orang yang memiliki penyakit sama dengannya karena dapat sharing
berbagi pengalaman dan menguatkan orang tersebut. Bu Tutik juga
memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Tutik yakin
pada Tuhan dan berusaha terbuka kepada orang lain. Bu Tutik juga
memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu Tutik percaya
bahwa keterbukaan orang lainlah yang mendukung pencapaian seseorang.
3. Bu Asih
a. Aspek regulasi emosi
Ketika bu Asih didiagnosis menderita kanker payudara, banyak hal
yang membuat bu Asih menjadi tertekan. Bu Asih merasa takut dengan
pikirannya sendiri. Bu Asih merasakan ketakutan akan masa depannya,
dan itu berlangsung cukup lama sekitar 3 bulan.
Awal saya dinyatakan terkena kanker, saya merasakan takut
yang amat mendalam. Saya takut kedepannya akan semakin
buruk. Soalnya kanker itu kan nggak seperti penyakit yang buat
tidur langsung sembuh. Saya itu takut di kemo, soalnya kata
orang-orang yang sudah pernah, rasanya itu nggak enak.
Ketakutan-ketakutan inilah yang membuat saya jadi nggak
tenang. WA1S3A
Bu Asih memang dikenal sebagai seseorang yang pemikir, sedikitsedikit dipikir secara mendalam. Pada awal terkena kanker, bu Asih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mengaku tidak bisa tidur hampir setiap malam. Perasaannya tidak tenang,
dan merasa dihantui maut. Bu Asih juga tergolong seseorang yang
pendiam, sehingga bu Asih hanya mau berbagi kepada orang yang bu Asih
pandang sebagai seseorang yang dekat dengannya.
Berdasarkan data di atas, bu Asih tergolong introvet, sehingga beliau
kurang terbuka kepada orang lain mengenai apa yang dialami. Menurut
saya, bu Asih terlalu berpikiran yang negatif sehingga beliau mengalami
ketakutan yang luarbiasa hingga menyebabkan sulit tidur. Sikap bu Asih
yang pendiam, tidak mau terbuka dan terlalu berpikiran negatif membuat
bu Asih menjadi tidak tenang dalam menjalani aktivitasnya. Berdasarkan
data-data tersebut, bu Asih tidak memenuhi indikator pertama pada aspek
regulasi pertama bahwa regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan
individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada
dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan Shatte, 2002).
Timbulnya berbagai masalah pasca divonis kanker payudara, membuat
kondisi emosi bu Asih tidak stabil. Kadang bu Asih merasa kuat, tetapi di
lain sisi bu Asih merasa ingin menyerah pada hidup.
Kalau sejauh ini sih lebih banyak jatuhnya mbak. Saya merasa
penyakit ini beban, jadi bikin saya serasa siap mati dan pengen
nyerah. WA1S3C
Emosi-emosi yang timbul dalam diri bu Asih membuat bu Asih
belajar untuk mengolahnya.
Karena saya orangnya pendiam, jadi apa-apa saya pendam
dulu. Saya merenungkan dulu semuanya, barulah kalau saya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
sudah siap saya akan mengutarakannya. Biasanya saya juga
sharing kepada anak saya, karena hanya dia yang saya miliki.
Saya sih lebih cenderung pasrah aja sama keadaan, orang juga
udah jadi kayak gini. WA1S3GH
Bu Asih memiliki 2 orang anak, yang perempuan sudah lulus SMA,
dan yang laki-laki masih duduk di bangku SMP. Biasanya, bu Asih
berbagi cerita kepada anak perempuannya. Selain itu, bu Asih adalah
seorang janda. Saudara-saudaranya pun juga sibuk mengurus rumah
tangganya sendiri. Sedangkan bu Asih tidak bekerja, dan segala biaya
anak-anaknya dan dirinya ditanggung oleh orang tua bu Asih.
Berdasarkan data tersebut, sesungguhnya banyak emosi-emosi yang bu
Asih rasakan tetapi beliau tidak mau mengungkapkannya. Beliau merasa
lebih nyaman untuk menyimpannya sendiri. Mungkin benar bu Asih
sharing kepada anaknya, tetapi tidak semua yang beliau rasakan di
sharingkan kepada anaknya. Jadi, masih banyak emosi-emosi yang
mengendap, belum diolah dengan baik sehingga juga tidak dapat
diungkapkan. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori Reivich (2002)
mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah satunya adalah
mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman.
Hal itu juga tidak sesuai dengan yang dipaparkan Greef (dalam Reivich
dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan
untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain
akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan
orang lain. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
kedua pada aspek regulasi emosi yaitu mampu mengekspresikan emosi
secara tepat.
b. Aspek pengendalian impuls
Bu Asih sempat berobat secara alternatif maupun secara medis.
Disemua pengobatan yang pernah bu Asih jalani, bu Asih mencoba untuk
mengikuti himbauan dari praktisi kesehatan ataupun dokter yang
menanganinya.
Apapun yang dokter katakan, saya berusaha nurut. Kalau nggak
nurut, saya malah jadi takut kalau keadaan semakin memburuk
dan tidak terkendali. Kalau lagi kepengen makan apa gitu, saya
biasanya langsung ingat kata dokter, akhirnya nggak jadi
pengen. Yang paling susah saya turuti kalau yang dokter larang
itu adalah makanan kesukaan saya. WA2S3A
Berdasarkan data tersebut bu Asih memiliki pengendalian impuls yang
baik. Bu Asih mampu melawan dorongan-dorongan dalam dirinya,
meskipun itu sulit. Bu Asih menuruti apa kata dokter karena beliau ingin
segera pulih dan pengobatan yang beliau lakukan selama ini tidak sia-sia.
Hal ini juga sesuai dengan teori, bahwa individu yang memiliki
pengendalian impuls dapat mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan,
keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya (Reivich dan Shatte,
2002). Grotbreg (1995) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki
resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan
dorongan dalam hati. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih memenuhi
indikator pada aspek pengendalian impuls bahwa individu mampu
mengendalikan dorongan dalam diri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Dalam mengambil keputusan, bu Asih masih belum bisa dikatakan
mandiri, karena beliau masih harus meminta pertimbangan dari keluarga
dan orangtuanya. Saat mengambil keputusanpun, bu Asih masih sering
terbawa emosi atau terbawa perasaan, sehingga bu Asih tidak berpikir
jernih.
Kadang harapan-harapan saya tidak terwujud, ya saya cuma
bisa pasrah. Soalnya yang mengurusi perawatan saya kan
saudara-saudara dan orangtua saya, jadi ya saya serahkan
semua pada mereka. Meskipun kadang tidak sesuai dengan apa
yang saya mau, tapi ya saya diam saja. Paling ya saya
semangatin diri sendiri untuk tetap positif thinking. WA2S3D
Berdasarkan data di atas, bu Asih kurang memiliki sikap dalam
menentukan nasibnya sendiri. Bu Asih masih cenderung bergantung kepada
orang lain, yang membuat bu asih tidak mampu berpikir jernih dan akurat.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri
individu yang memiliki pengendalian impuls adalah individu yang memiliki
kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Dapat disimpulkan bahwa bu
Asih tidak memenuhi indikator dalam aspek pengendalian impuls yaitu
memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat.
c. Aspek Optimisme
Di dalam menjalani perawatan kanker, bu Asih memiliki kepercayaan
akan masa depanya. Dirinya meyakini bahwa masa depannya telah dijamin
oleh Tuhan dan Tuhan pasti menyediakan yang terbaik baik untuk dirinya
maupun orang-orang yang dikasihinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
Awalnya saya nggak terima kalau saya kena kanker payudara,
kenapa harus saya, kenapa nggak orang lain aja. Tapi, lamalama saya mengerti bahwa Tuhan pasti punya rencana buat
saya. Tuhan sudah jamin masa depan saya, dan pasti yang
terbaik buat saya. Entah yang terbaik itu sembuh atau saya mati,
yang pasti apapun hasilnya itulah yang terbaik menurut Tuhan,
saya ngikuti maunya Tuhan aja. Kalau ditanya yakin sembuh
atau nggak, saya yakin saja, karena saya juga sudah berusaha
dan berdoa, sisanya terserah Tuhan. WA3S3C
Berdasarkan data di atas, bu Asih memiliki keyakinan yang cukup
tinggi kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan akan menyediakan yang
terbaik untuk bu Asih, sekalipun mungkin yang terbaik adalah kematian,
tetapi bu Asih menerimanya kalau itu memang kehendak Tuhan atas
hidupnya. Data di atas telah memenuhi indikator pertama pada aspek
optimisme, bahwa ciri individu yang optimis adalah memiliki kepercayaan
bahwa segala sesuatu akan lebih baik (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini
sesuai dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan ciri
individu yang memiliki resiliensi adalah individu yang memiliki sikap
optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan.
Bu Asih juga memiliki banyak harapan akan masa depannya, salah
satunya adalah kesembuhannya dari kanker payudara yang sudah 1,5
tahun ini dia derita. Bu Asih juga berusaha menjalani berbagai macam
pengobatan yang disarankan oleh banyak pihak, agar kesembuhannya
terwujud. Namun, dalam hal mengontrol kehidupannya, bu Asih belum
bisa sepenuhnya karena masih harus dibantu oleh orang tuanya ataupun
sanak saudaranya
Harapan terbesar saya saat ini adalah bisa sembuh, karena
dengan saya sembuh saya bisa kembali beraktivitas, nggak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
merepotkan banyak pihak dan bisa melihat anak-anak tumbuh
dewasa. Dan untuk mewujudkan ini, saya berusaha untuk
berobat. Orang bilang apa saya turuti, dilarang makan ini-itu
saya turuti, suruh berobat kesana saya ikuti, pokok e pie carane
ben iso sembuh gitu. Meskipun hal ini juga butuh banyak biaya,
makannya saya selalu berdoa supaya Tuhan cukupkan
segalanya. Tetapi kalau dalam hal mengurusi keluarga, ekonomi
kayak gitu saya masih dibantu orang tua dan juga saudarasaudara saya. WA3S3CD
Berdasarkan data di atas, bu Asih memiliki harapan-harapan terkait
kesembuhannya, dan juga mengusahakan hal-hal yang mendukung
kesembuhannya, akan tetapi bu Asih kurang memiliki kontrol dalam
kehidupannya. Hal itu terbukti bahwa bu Asih masih bergantung kepada
orang tua dan saudara-saudaranya dalam mengurus keluarga (anakanaknya) dan juga ekonominya, hal ini disebabkan karena bu Asih sudah
tidak bekerja lagi. Segala kebutuhan serta biaya perawatan kanker
payudara yang diderita oleh bu Asih di biayai oleh orang tua dan juga
saudara-saudaranya.
Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri
individu yang memiliki optimisme adalah individu yang memiliki harapan
dan kontrol atas arah hidupnya. Pendapat serupa juga dituliskan dalam
www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu yang memiliki
optimisme adalah individu yang juga percaya mereka tetap memiliki
kendali yang baik terhadap lingkungan pasca kejadian trauma. Dapat
disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator kedua pada aspek
optimisme yaitu memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Dalam pergulatan melawan kanker, bu Asih mengalami depresi yang
cukup hebat. Hal ini, bu Asih alami saat awal didiagnosis menderita kanker
payudara, tepatnya bulan kedua dan ketiga. Bu Asih mengaku bahwa dirinya
sempat berpikir untuk melakukan percobaan bunuh diri. Sampai suatu
ketika, saat bu Asih merasakan sakit yang teramat sakit, bu Asih hampir
bunuh diri.
Waktu awal-awal kena kanker itu, saya merasa bener-bener
depresi. Bahkan saya sempat mau bunuh diri dengan minum
racun tikus, meminum pembersih poselen dan juga meminum
cairan pembunuh serangga. Jadi totalnya sudah 3 kali, saya
mencoba untuk bunuh diri, saking sakitnya di badan dan juga
karena ndak punya uang buat berobat. Nggak kuat rasanya,
pengen disudahi aja. Jadi banyak yang saya pikirkan waktu itu.
Tapi setelah saya udah hampir minum, saya ingat sama Tuhan
Yesus, akhirnya saya nggak jadi bunuh diri. Tapi ya itu, harus
menahan sakit yang begitu luar biasa. WA3S3F
Berdasarkan data tersebut, bu Asih tidak memiliki kesehatan mental
yang baik, karena beliau tidak mampu mengatasi atau bangkit dari depresi
yang dialaminya. Parahnya, bu Asih sampai pernah melakukan percobaan
bunuh diri. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Reivich
dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki
optimisme memiliki kesehatan mental yang baik. Dapat disimpulkan bahwa
bu Asih tidak memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki
kesehatan mental yang baik.
Selama menderta kanker pada akhir tahun 2014, bu Asih memutuskan
untuk tidak bekerja lagi menjadi pramuniaga di Jakarta, dan memilih untuk
kembali ke rumahnya sebagai ibu rumah tangga. Selama di rumah bu Asih,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
kurang berbaur dengan tetangga-tetangga yang ada di sekitar rumahnya. Bu
Asih hanya berbaur dengan orang-orang di gereja dan juga saudarasaudaranya ketika ada acara keluarga. Ketika berbaur bersama dengan orang
lain, bu Asih mengaku minder.
Ya kalau pas kumpul gitu paling ya cuma sama orang gereja dan
keluarga aja, itupun kalau pas arisan keluarga. Kalau sama ibuibu sekitar sini, enggak. Soalnya mereka tu masih banyak yang
beranggapan kalau kanker payudara itu penyakitnya “cewek
nakal”, ditambah lagi dengan posisi saya yang sekarang janda.
Janne nek kumpul sama orang gereja gitu minder, soalnya saya
kena penyakit kayak gini, kalau buat perempuan itu malu lho,
apalagi diantara orang banyak dan mayoritas laki-laki.
WA3S3HI
Berdasarkan data di atas, bu Asih lebih cenderung pasif dengan
memilih tidak bekerja, karena dengan tidak melakukan aktivitas akan
membuat individu semakin jenuh dan berpikiran negatif akan banyak hal.
Selain itu, bu Asih juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada
orang tuanya, padahal anaknya yang paling kecil masih duduk di bangku
SMP yang tentunya masih membutuhkan banyak biaya. Padahal, banyak
pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah dan tentunya menghasilkan uang.
Bu Asih juga tidak memiliki banyak rekan atau komunitas yang membangun
dirinya dan tempat untuk berbagi, bu Asih hanya bergaul dengan komunitas
gereja dan juga keluarga. Sempitnya komunitas dan perasaan minder yang
dialami oleh bu Asih membuat dirinya semakin tidak berkembang dalam
sosial dan kognitif. Karena semakin banyak komunitas yang dimiliki oleh
seorang penderita kanker, maka akan semakin banyak orang yang dapat
dijadikan tempat untuk berbagi pengalaman, dan kita juga dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
dikuatkan/didukung dalam komunitas tersebut, sehingga kita tidak mudah
berpikir negatif. Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002)
bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah memiliki produktivitas
yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator
pada aspek optimisme yaitu memiliki produktivitas yang tinggi.
Ketika membahas masa depan, bu Asih mengaku belum memiliki
gambaran. Beliau tergolong orang yang hidup di masa ini, sehingga beliau
fokus dengan apa yang ada sekarang, dan apa yang akan terjadi mendatang
tidak terlalu dipusingkan. Bu Asih juga menuturkan bahwa masa depan
sudah ada yang mengatur, kita hanya menjalaninya saja. Meskipun masa
depan itu baik atau pun kurang baik.
Saya nggak tau harus seperti apa kalau ternyata keadaan saya
makin buruk atau harapan-harapan saya tidak terwujud. Saya
menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Pasrah saja. Saya
memilih fokus sama yang sekarang dulu aja, masa depan udah
ada yang ngatur. WA3S3J
Berdasarkan data-data tersebut, bu Asih memiliki orientasi pada masa
sekarang, sehingga beliau kurang mempersiapkan masa depannya. Bu
Asih juga cenderung pasrah akan masa depan dan juga kehidupannya
mendatang, dan cenderung tanpa rencana. Hal ini tidak sesuai dengan teori
Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme
mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi
di masa depan. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi
indikator pada aspek optimisme yaitu mempunyai kemampuan untuk
mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
d. Aspek kemampuan menganalisis masalah
Bu Asih menuturkan bahwa dirinya kurang mengetahui apa yang
menyebabkan dirinya menderita kanker payudara. Ketika memeriksakan
diri di Rumah Sakit, kanker payudaranya sudah ada di stadium 2B.
Saya kurang tahu penyebab kok saya bisa kena kanker payudara,
tiba-tiba kena. Awalnya sih nyeri sekali di bagian tangan dan
sekitar payudara. Trus, saya bawa ke RSU, langsung di rujuk ke
rumah sakit di Solo, ternyata kena kanker payudara. Trus, saya
disarankan teman untuk berobat di Sinsae, pake obat herbal.
Ternyata obat tersebut nggak cocok, dan akhirnya saya berhenti
berobat disitu selama 1 bulan, ternyata malah dua-duanya kena
kanker payudara. Ketika pake obat dokterpun juga nggak ada
yang cocok. WA4S3C
Berdasarkan data-data tersebut, bu Asih kurang mampu menganalisis
penyebab dirinya bisa terkena kanker payudara. Bu Asih juga tidak
berusaha untuk melakukan intropeksi diri, apa yang sesungguhnya
menyebabkan dirinya terkena kanker payudara. Hal ini tidak sesuai
dengan yang disampaikan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu
yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah mampu
mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Hal ini juga
kurang sesuai
dengan
apa
yang dijelaskan
dalam
situs APA,
www.APAHelpCenter.org/resilience yang menyatakan bahwa individu
memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki
alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial
untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bu
Asih tidak memenuhi indikator dalam aspek kemampuan menganalisis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
masalah yaitu mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang
menimpanya.
Meskipun begitu, bu Asih selalu berusaha menjaga pola makannya dan
dengan rutin meminum obat yang telah diberikan oleh dokter. Selama
menderita kanker payudara, bu Asih telah mencoba berbagai alternatif
pengobatan, baik itu secara medis maupun herbal.
Saya itu udah nyobain macem-macem, mulai dari obat dokter
sampek obat herbal. Waktu awal itu berobat di sinsai tapi malah
berhenti sebulan karena keterbatasan biaya. Trus pindah pakai
obat dokter tetapi nggak semuanya cocok, ada yang nggak
cocok. Kayak sekarang gini saya harus seminggu sekali ke
Malang untuk berobat ke klinik dokter kanker untuk suntik. Dan
biayanya paling nggak ya 1 jutaan, itu udah termasuk transport,
nginep sama berobatnya. Jadi setiap minggu, uang 1 juta itu
paling nggak harus ada, kalau nggak ada ya nggak bisa
berangkat berobat. WA4S3D
Keluarga bu Asih memang tergolong menengah ke bawah. Biaya
perawatan kanker selama ini ditanggung oleh orang tuanya yang sudah
tidak muda lagi. Ibunya adalah pensiunan guru dan sekarang membuka
warung di terminal, ayah bu Asih menganggur di rumah. Jadi, sumber
utamanya adalah dari ibu bu Asih. Penghasilan dari warung itu untuk
mencukupi biaya perawatan kanker bu Asih dan menghidupi kedua anak
bu Asih, suaminya dan juga dirinya sendiri. Terkadang keluarga bu Asih
juga memberi bantuan dana, walaupun tidak banyak tetapi itu cukup
meringankan bu Asih sekeluarga.
Berdasarkan data-data di atas, bu Asih sudah cukup baik dalam
berusaha untuk memperbaiki kondisi kesehatannya dengan menjaga pola
makan dan rutin berobat. Bu Asih tergolong individu yang orientasinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
berfokus pada solusi. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte
(2002) yang menuliskan salah satu ciri individu yang memiliki
kemampuan menganalisis masalah adalah orientasinya berfokus pada
solusi. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih memenuhi indikator pada aspek
kemampuan menganalisis masalah yaitu orientasinya berfokus pada solusi.
e. Aspek empati
Ketika awal menderita kanker payudara, bu Asih sedikit menutup diri
kepada orang lain. Bu Asih kurang terbuka kepada orang lain. Sampai
pada bulan yang ke-3, bu Asih mulai sedikit demi sedikit kembali
bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya dan juga komunitasnya.
Awalnya saya benar-benar syok dan menutup diri dari orang
lain, paling saya mau cerita kepada orang rumah aja. Tetapi
setelah 3 bulan pasca vonis, saya mulai terbuka kepada orang
lain. Saya mulai terbuka kepada orang-orang gereja, dan juga
saudara-saudara saya. Cuma kalau untuk sama orang-orang di
sekitar rumah agak enggan untuk bersosialisasi, paling-paling
kalau ketemu di jalan cuma nyapa aja, tapi nggak yang sampek
cerita-cerita gitu. Trus sekarang juga udah nggak bisa ke gereja
lagi, karena kalau Sabtu sampai Senin saya berobat di Malang.
WA4S3AB
Berdasarkan data di atas, bu Asih kurang memiliki hubungan sosial
yang baik dengan orang lain. Hubungannya dengan warga sekitar, dimana
bu Asih tinggal juga kurang terjalin dengan baik. Meskipun bu Asih
mengaku sudah sering menyapa warga lain di lingkungannya namun itu
seperti hanya formalitas. Hubungannya dengan orang-orang di gereja pun
mulai renggang, karena bu Asih jarang beribadah dikarenakan harus
berobat. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich
dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
empati adalah memiliki hubungan sosial yang baik. Dapat disimpulkan
bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator dalam aspek empati yaitu
memiliki hubungan sosial yang baik.
Ketika berjumpa dengan orang lain yang memiliki penyakit yang sama
dengan bu Asih, bu Asih justru semakin takut, jikalau pengobatannya
gagal. Bu Asih juga takut untuk melakukan kemoterapi.
Sebenernya saya seneng bisa saling sharing dengan orang yang
menderita kanker payudara kayak saya gini, tapi jujur malah
banyak takutnya. Kalau saya menguatkan dia balik juga nggak
bisa, soalnya saya baru sebagai penderita kanker, jadi saya yang
dikuatkan. Tetapi, mendengar cerita-cerita gagal dari orangorang yang menderita kanker membuat saya malah jadi makin
takut kalau gagal, apalagi dibilangi kalau kemoterapi itu
menyakitkan, saya makin nggak berani kemoterapi. Pokoknya
setelah ketemu itu saya malah jadi makin parno, dan takut kalau
kanker saya makin parah, apalagi kedua payudara saya sudah
kena. Jadi, saya sekarang lebih baik menghindari orang-orang
yang juga menderita kanker payudara supaya saya tidak
semakin takut. WA5S3CD
Berdasarkan data tersebut, bu Asih kurang mampu dalam berempati
kepada orang lain yang juga menderita kanker payudara. Bu Asih justru
menjadi parno sendiri dengan apa yang dibagikan oleh orang lain. Bu Asih
juga lebih memilih untuk menghindari berinteraksi dengan penderita
kanker payudara lainnya. Hal ini
tidak sesuai dengan teori yang
dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri
individu yang memiliki empati adalah mampu membaca tanda-tanda
kondisi emosional dan psikologis orang lain. Hal ini juga tidak sesuai
dengan yang dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki
resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan
sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Dapat disimpulkan bahwa
bu Asih tidak memiliki empati kepada orang lain, sama seperti indikator
dalam aspek empati.
f. Aspek efikasi diri
Perjalanan bu Asih melawan kanker yang dideritanya membuatnya
semakin kuat dalam menjalani hidup. Meskipun banyak hal yang
membuatnya merasa semangat dan disaat yang sama juga merasa lemah.
Bu Asih mengaku bahwa ada hikmah yang diambil sebagai pelajaran
hidup yang begitu berharga. Bu Asih belajar untuk yakin bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan dan keadaannya semakin membaik.
Namun, masalah yang silih berganti terkadang membuat keyakin bu Asih
melemah.
Kalau menurut saya sukses itu ya berhasil, berhasil
mencapai/mendapatkan apa yang dia mau. Banyak sekali hal
yang membuat saya jadi ndak yakin bisa sembuh, mulai dari
omongan-omongan orang, keadaan saya yang semakin
memburuk, biaya yang semakin mahal padahal penghasilan ibu
makin sedikit, dan juga support dari keluarga yang mulai
berkurang. Tapi saya berusaha untuk kuat dan yakin bahwa
semua ini bisa diselesaikan. Saya nyerahkan semua sama Tuhan.
Saya percaya Tuhan sudah sediakan yang terbaik untuk masa
depan saya. Jadi kalau dibilang sukses ya jelas belum, orang
saya juga masih berjuang melawan kanker kok. WA6S3AB
Berdasarkan data di atas, bu Asih memiliki keyakinan yang cukup
baik. Bu Asih tetap yakin bahwa dirinya bisa sembuh, dan semua masalahmasalah yang ada dihidupnya dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini
sesuai dengan teori yang diungkapkan Reivich dan Shatte (2002) bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
ciri individu yang memiliki efikasi diri adalah individu yang mampu
memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Dapat
ditarik kesimpulan bahwa bu Asih memiliki efikasi diri.
g. Aspek Pencapaian
Menurut significant others bu Asih, hal baik yang dimiliki bu Asih
adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang
dideritanya.
Berdasarkan pemaparan data-data wawancara dan observasi dengan bu
Asih, ditambah data dari significant others bu Asih, baik dari aspek
pertama hingga aspek terakhir dapat disimpulkan bahwa bu Asih memiliki
resiliesni yang sangat rendah. Bu Asih memiliki regulasi emosi yang
kurang baik, terbukti bu Asih belum mampu tenang dalam menghadapi
tekanan-tekanan dalam hidup, dan justru memendam segala masalah
tersebut. Bu Asih cukup memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini
didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter anjurkan.
Selain itu, bu Asih juga kurang memiliki aspek optimisme. Hal ini
dibuktikan dengan rendahnya yakinan bu Asih akan masa depannya, dan
bu Asih kurang memiliki kesehatan mental yang baik. Produktivitas kerja
bu Asih juga tergolong rendah, serta bu Asih tidak mempunyai
kemampuan untuk mengatasi kemungkinan kesulitan yang terjadi di masa
depan. Kemudian, bu Asih juga kurang mampu menganalisis masalah
yang ada, beliau belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya
terkena kanker payudara. Selain itu, bu Asih juga memenuhi tidak aspek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
empati, hal ini terbukti dengan hubungan sosial bu Asih yang kurang baik,
dan bu Asih kurang mampu memberikan motivasi kepada orang lain yang
menderita kanker payudara. Bu Asih juga memenuhi ciri dalam aspek
efikasi diri, terbukti bahwa bu Asih tetap yakin dalam menjalani
serangkaian pengobatan kanker dan memiliki keyakinan tinggi kepada
Tuhan. Menurut significant others bu Asih, hal baik yang dimiliki bu Asih
adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang
dideritanya. Hal ini membuktikan bahwa bu Asih cukup memenuhi aspek
pencapaian dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Aspek-aspek resiliensi
a. Regulasi emosi
1) Bu Sri memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu Sri mampu
mengolah emosi-emosi dalam dirinya dengan melakukan meditasi dan
mengikuti doa ignasian
2) Bu Tutik memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu Tutik mampu
menyalurkan emosinya melalui kegiatan mengajar, karena dengan
bertemu dengan orang lain menjadi semakin mampu mengelola emosi
3) Bu Asih memiliki regulasi emosi yang kurang baik, terbukti bu Asih
belum mampu tenang dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam
hidup, dan justru memendam segala masalah tersebut
b. Pengendalian impuls
1) Bu Sri juga memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini
didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter
katakan dan sungguh-sungguh menjaga pola makan
117
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
2) Bu Tutik juga memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini
didasarkan pada bu Tutik berusaha mengatur dan mengimbangi pola
hidup supaya fisik dan psikologisnya semakin sehat
3) Bu Asih cukup memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini
didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter
anjurkan
c. Optimisme
1) Selain itu, bu Sri juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan
dengan tingginya keyakinan bahwa Tuhan pasti menyembuhkan
beliau dan disertai dengan melakukan pengobatan yang benar
2) Selain itu, bu Tutik juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini
dibuktikan dengan bu Tutik yang menuturkan bahwa dirinya
menikmati dan menerima penyakit ini karena itulah yang membuatnya
kuat hingga sekarang
3) Bu Asih juga kurang memiliki aspek optimisme. Hal ini dibuktikan
dengan rendahnya yakinan bu Asih akan masa depannya, dan bu Asih
kurang memiliki kesehatan mental yang baik. Produktivitas kerja bu
Asih juga tergolong rendah, serta bu Asih tidak mempunyai
kemampuan untuk mengatasi kemungkinan kesulitan yang terjadi di
masa depan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
d. Kemampuan menganalisis masalah
1) Bu Sri mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui
pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara
2) Bu Tutik mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui
pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara
3) Bu Asih kurang mampu menganalisis masalah yang ada, beliau belum
mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker
payudara
e. Empati
1) Bu Sri memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan memberikan
motivasi kepada orang lain yang menderita kanker payudara. Menurut
significant others, bu Sri mampu menginspirasi banyak orang dan
menemukan Tuhan dalam proses hidup beliau
2) Bu Tutik memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan perasaan bu
Tutik menjadi senang jika bertemu dengan orang yang memiliki
penyakit sama dengannya karena dapat sharing berbagi pengalaman
dan menguatkan orang tersebut
3) Bu Asih memenuhi tidak aspek empati, hal ini terbukti dengan
hubungan sosial bu Asih yang kurang baik, dan bu Asih kurang
mampu memberikan motivasi kepada orang lain yang menderita
kanker payudara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
f. Efikasi diri
1) Bu Sri memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Sri
pantang menyerah dan memiliki keyakinan tinggi kepada Tuhan
2) Bu Tutik memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu
Tutik yakin pada Tuhan dan berusaha terbuka kepada orang lain
3) Bu Asih memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu
Asih tetap yakin dalam menjalani serangkaian pengobatan kanker dan
memiliki keyakinan tinggi kepada Tuhan
g. Pencapaian
1) Bu Sri kurang memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu
Sri masih memiliki ketakutan-ketakutan dalam dirinya sehingga itu
berpengaruh kepada proses penyebaran kanker dalam dirinya
2) Bu Tutik memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu Tutik
percaya
bahwa
keterbukaan
orang lainlah
yang mendukung
pencapaian seseorang
3) Menurut significant others bu Asih, hal baik yang dimiliki bu Asih
adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang
dideritanya. Hal ini membuktikan bahwa bu Asih cukup memenuhi
aspek pencapaian dalam dirinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
2. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri wanita penderita
kanker payudara
a. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri bu Sri adalah aspek
regulasi
emosi,
pengendalian
impuls,
optimisme,
kemampuan
menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri. Bu Sri memiliki resiliensi
yang sangat tinggi, karena memiliki enam aspek resiliensi dalam dirinya.
b. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri bu Tutik adalah
aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan
menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, dan pencapaian. Bu Tutik
memiliki resiliensi yang sangat tinggi, karena memiliki tujuh aspek
resiliensi dalam dirinya.
c. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri bu Asih adalah
aspek pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian. Bu Asih
memiliki resiliensi yang sangat rendah, karena hanya memiliki tiga aspek
resiliensi dalam dirinya.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diketahui bahwa sumbangan
aspek-aspek dalam diri setiap subjek penderita kanker payudara berbedabeda. Semakin banyak sumbangan aspek dalam diri subjek maka
resiliensinya akan semakin tinggi. Berbeda jika semakin sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
sumbangan aspek dalam diri subjek maka resiliensinya akan semakin
rendah. Dengan demikian secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan
sebagai salah satu acuan dalam memberikan gambaran kepada mahasiswa
Bimbingan dan Konseling khususnya mendampangi wanita penderita
kanker payudara untuk mampu bangkit lagi.
2. Implikasi Praktis
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu melihat pengaruh
aspek-aspek resiliensi dalam diri setiap subjek, dimana aspek-aspek
tersebut akan menentukkan tinggi-rendahnya resiliensi wanita penderita
kanker payudara. Hal ini dapat dijadikan sebagai gambaran tentang
penyakit kanker payudara itu sendiri. Semakin banyak wanita yang
mengetahui tentang kanker payudara, diharapkan semakin banyak wanita
yang menjaga kesehatannya dan memberi semangat kepada para wanita
yang menderita kanker payudara. Begitu juga, dapat memberikan motivasi
serta insipirasi kepada wanita penderita kanker payudara, tentang cara
seorang penderita kanker berjuang untuk bangkit dan menjadi wanita yang
lebih kuat. Akan tetapi memberikan dukungan berupa motivasi atau
bantuan materiil kepada penderita kanker payudara tidaklah mudah,
perlunya skill dalam mendengarkan dan menguatkan penderita kanker
payudara. Oleh karenanya, perlunya pemahaman tentang kanker payudara
serta seperti apa resiliensi yang sebenarnya. Sehingga penderita kankerpun
dapat memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis
yang meraka alami.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
C. Keterbatasan Penelitian
Pelaksanaan penelitian mengenai resiliensi wanita penderita kanker
payudara telah dirancang secara konseptual, sistematik dan sesuai dengan
prosedur untuk mencapai hasil yang optimal. Namun, dalam penelitian ini
masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dapat diperbaiki dan
ditingkatkan untuk peneliti selanjutnya. Yang menjadi evaluasi bagi
peneliti meliputi:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini tidak tuntas pada wawancara
subjek ketiga (bu Asih) tepatnya ketika akan wawancara mengenai aspek
terakhir, yaitu aspek pencapaian. Hal ini dikarenakan subjek ketiga (bu
Asih) harus menjalani kemoterapi, dan pihak keluarga menginginkan
beliau untuk fokus pada kemoterapi yang sedang dijalani.
2. Data rekam medis subjek
Data subjek pada penelitian ini mengenai rekam medis, tidak bisa
didapatkan dari kedua subjek, yakni bu Sri dan bu Tutik, dikarenakan
subjek tidak ingat dimana menyimpan dokumen tersebut. Rekam medis
hanya didapatkan dari bu Asih.
D. Saran
Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
1. Survivor kanker payudara. Berdasarkan penelitian yang teleh peneliti
lakukan, peneliti menyarankan untuk melakukan pengobatan dengan
rutin dan pada tempat yang terpercaya sehingga dapaat mempercepat
penyembuhan. Peneliti juga menyarankan agar para survivor kanker
bergaul dengan komunitas yang tepat sehingga dapat senantiasa
termotivasi dan mendapat dukungan baik secara moril maupun
materiil. Dan yang terpenting, para survivor kanker perlu selalu
mengandalkan Tuhan dalam segala hal, karena saat jiwa dan roh kita
kering maka akan sulit untuk bangkit dan melawan kanker.
2. Pemerintah dan instansi kesehatan terkait. Peneliti mengharapkan agar
pemerintah lebih lagi mengadakan edukasi mengenai penyakit kanker
payudara kepada berbagai kalangan, sehingga ketika seseorang
didiagnosis menderita kanker payudara, dia tahu apa yang harus dia
lakukan. Saat masyarakat mengerti tentang penyakit kanker payudara,
mereka tidak akan menilai itu adalah penyakit “kotor” melainkan dapat
memberikan dukungan kepada penderita. Pemerintah dan instansi
kesehatan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kepada
pasien kanker dengan lebih cepat, akurat dan terjangkau, karena
banyak sekali penderita kanker payudara yang harus mengantri
berbulan-bulan untuk mendapatkan perawatan, dan ada pula penderita
kanker yang harus meninggal dunia karena tidak sanggup membayar
biaya perawatan kanker yang mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
3. Penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan
2 teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi, untuk
penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik pengumpulan
data yang lebih bervariasi sehingga data yang didapat juga akan
maksimal. Dalam penelitian ini, ada 2 subjek yang pada saat penelitian
ini dilakukan, telah dinyatakan sembuh. Untuk penelitian selanjutnya
sebaiknya ketika penelitian dilakukan, mencari subjek yang belum
dinyatakan sembuh sehingga peneliti dapat mengetahui langsung
bagimana proses terbentuknya resiliensi dalam diri subjek tersebut.
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak teori
yang relevan sehingga dapat memperkuat skripsi itu sendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
DAFTAR PUSTAKA
Bonanno, G.A., Wortman C.B., et al.(2002). Resilience to Loss and Chronic
Grief: A Prospective Study from Preloss to 18-months Postloss. Journal of
Personality and Sosial Psychology Vol.83, no.5, 1150-116
Choirun, Aan Nisa. (2012). Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca
Mastektomi. Skripsi, tidak diterbitkan. Institut Agama Islam Negeri
Surabaya
Coulson, S. (2006). Constructing Meaning. Metaphor & Symbol 21:245-266.
Dewi, Fransisca., Vonny Djoeniana & Melisa. (2004). Hubungan Antara
Resiliensi dengan Depresi pada Perempuan Pasca Pengangkatan Payudara
(Mastektomi). Jurnal Psikologi Vol.2 No.2 Desember .
Diananda, Rama. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta:
Mirza Media.
Dwi, Feny Maya Listianty. (2011). Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara.
Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara
Everall, et al., (2006). Creating a Future: A Study of Resilience in Suicidal
Female Adolescent. 84. h.461-470
Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional
Greeff, AP & Ritman, IN (2005). Individual Characteristics Associated with
Resilience in Single Parent Families. Psychological Reports.
Grotberg, E (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening
The Human Spirit. Benard Van Leer Foundation
Helton, L.R & Smith, M.K. (2004). Mental Health Practice with Children and
Youth. New York: The Hawort Social Work Practice Press.
Hiew, C.C (2000). Development of state resilience scale. Japanese Journal of
Health Psychology, 2 (2), 1-11.
Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burns. Journal of Counseling and
Development.75. 346-357.
http://www.APAHelpCenter.org/resilience . Diunduh tanggal 13 Januari 2016,
Jam 23.34
http://www.dharmais.co.id/index.php/operation.html . Diunduh tanggal 23 Januari
2016, Jam 13.23
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/.
Oktober 2015, Jam 20.19
Diunduh
tanggal
17
http://www.who.int/cancer/country-profiles/chn_en.pdf.
Oktober 2015, Jam 11.23
Diunduh
tanggal
28
Ibrahim. (2005). Psikologi Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah.
Junaidi. (2003). Tata Kehidupan Wanita dalam Syariat Islam. Jakarta: Wahyu
Press.
Klohnen, E.C. Mon, T., Shimizu, Masuharu & Tominaga, Mihoko. (2000).
Measurement of Resilience Delevopment Preliminary Result with State Trait
Resilience Inventory. Journal of Learning & Faculty Education, Vol I.
Hiroshima University.
Lubis, Namora Lumongga. (2009). Makna Hidup pada Penderita Kanker Leher
Rahim. Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. 42 No.1. Sumatra: Fakultas
Psikologi, Universitas Sumatra Utara.
Novianty, Anita. (2011). Penyesuaian Dusun Jangka Panjang Ditinjau dari
Resiliensi Komunitas Pasca Gempa. Jurnal Psikologi Vol. 38 No.1 Juni.
Pamungkas, Zaviera. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta: Buku
Biru.
Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skill for
Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books.
Sarafino, E.P.(1994). Health Psychology: Biopychology Interaction (2nd ed). John
Willey & Sons: New York.
___________.(2008). Health Psychology: Biospychology Interaction (6th ed).
John Willey & Sons: United State of America
Shaumi, Haonisa. (2012). Kajian Terhadap Aspek Budaya Jawa Dalam
Kemampuan Resiliensi Pada Penyintas Erupsi Merapi yang Berusia 31-40
Tahun. Skripsi, tidak diterbitkan. UI: Depok
Siebert,
Al
(2005).
The
Advantage
Resilincy.
http://www.practicalpsychologypress.com/aboutus.html. Diunduh tanggal
23 Desember 2015 Jam 14.47
Siswosudarmo, Risanto & Emilia, Ova. (2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta:
Pustaka Cendekia.
Shaqr. (2006). Wanita-wanita Pilihan. Jakarta: Qisthi Press.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Cetakan ke10. Bandung: Alfabeta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Vanden, Gary R. (2006). APA Dictionary of Psychology (1st ed). United of State
of America
Yuswanto & Sinardi. (2010). Kanker. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata
Dharma.
Zamralita. (1999). Self Esteem dan Strategi Penanggulangan Stres pada
Perempuam Pasca Mastektomi. Phronesis, 1(1), 6-14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Download