PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri 121114003 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Oleh: Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri 121114003 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI iii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN MOTTO “Segala puji, hormat dan kemuliaan hanya bagi nama YESUS KRISTUS TUHAN” “Tuhan akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun, apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari ini kaulakukan dengan setia,” (Ulangan 28:13) “Talents and charisma can take you to the top, but only CHARACTER can keep you there” (Sidney Mohede) “Tidak semua hal di dunia ini bisa dimengerti tetapi semua hal bisa disyukuri.” (Jonathan Setiawan Ministry) Laziness pays off now but hard work pays off in the future (Anonymous) iv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan bagi: Tuhan Yesus Kristus yang menjadi penolong, my invisible partner, Bapa, sahabat, guru dan Juruselamat saya malaikat-malaikat tak bersayapku, Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni yang selalu memberi dukungan, doa, semangat dan kepercayaan keluarga besar Program Studi Bimbingan dan Konseling USD yang senantiasa mengajarkan nilai-nilai kehidupan dan fasilitas dalam saya menuntut ilmu orang-orang terkasih yang telah memberikan perhatian, pengalaman, dan motivasi hingga kini Teman dekat, sahabat dan teman-teman yang tetap mendukung saya sampai sekarang Semua teman-teman BK angkatan 2012 yang selalu mendukung Seluruh penderita kanker yang sedang berjuang melawan kankernya ataupun yang telah berhasil sembuh dari kanker, kalian adalah pahlawan dan pejuang yang sesungguhnya. v PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah. Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Penulis Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri vi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Nomor Mahasiswa : 121114003 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS) Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 10 Agustus 2016 Yang menyatakan Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri vii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRAK RESILIENSI WANITA PENDERITA KANKER PAYUDARA (STUDI KASUS) Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Universitas Sanata Dhartma 2016 Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui resiliensi wanita penderita kanker payudara yang diungkap melalui aspek-aspek resiliensi yang meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri, dan pencapaian pada wanita penderita kanker payudara serta sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. Subjek penelitian ini adalah wanita penderita kanker payudara yang masih atau telah menjalani pemeriksaan, dan seorang pejuang kanker. Jumlah subjek adalah 3 orang. Jenis penelitian ini menurut sifat dan tujuannya adalah penelitian kualitatif. Menurut sifat masalahnya, penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan wawancara pada subjek serta wawancara pada subjek lain yang signifikan, dan juga observasi. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang beragam diantara ketiga subjek dalam penelitian ini. Subjek 1 mempunyai seluruh aspek resiliensi dalam dirinya, meliputi aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Subjek 2 mempunyai hampir memiliki semua aspek resiliensi, meliputi regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, namun subjek tidak memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. Sedangkan, subjek 3 hanya memiliki sedikit aspek resiliensi dalam dirinya, antara lain pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian. Kata kunci : wanita, penderita kanker payudara, resiliensi viii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI ABSTRACT RESILENCE WOMEN’S BREAST CANCER SUFFERERS (CASE STUDY) Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri Sanata Dharma University 2016 This study aimed to find out the regulation of emotions, impulse control, optimism, the ability to analyze problems, empathy, self-efficacy, achievement in women’s breast cancer sufferers and donation resilience aspects on women survivors of breast cancer. The subject of this research is a female breast cancer survivors who are still check up, resilien, and a survivor of cancer. The number of subjects is 3 people. This type of research is qualitative research, according to the nature, purpose and the types of studies. And according to the nature of the problem, the research was a research case studies. The collection of data in this study is to conduct interviews on the subject as well as interviews on the subject of a significant others, and also the observation. The results showed that the subject 1 and subject 2 had a high resilience because of the many aspects of resilience donations in her. While the subject of 3 has a low resilience because the resilience aspects of the donation within her a bit Key word : women, breast cancer survivor, resilience ix PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI KATA PENGANTAR Puji dan syukur bagi Tuhan Yesus Kristus atas pertolongan, hikmat dan penyertaanNya, sehingga penulisan tugas akhir dengan judul “Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara (Studi Kasus)” dapat terselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma. Selama penulisan tugas akhir ini, banyak pihak yang terlibat dalam memberikan bimbingan, dukungan, movitasi dan pendampingan pada setiap proses yang terjadi. Oleh karenanya, disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Dr. Gendon Barus, M.Si., selaku kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling. 3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak pembelajaran berharga, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan berbagai ilmu pengetahuan dan nilai-nilai kehidupan yang berguna. 5. Orangtua tercinta Daniel Totok Efrata dan Elisabet Dyah Mawarni serta seluruh keluarga besar atas doa, dukungan, perhatian, kasih sayang, dan x PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dukungan materiil yang diberikan selama menempuh studi di Universitas Sanata Dharma. 6. Seluruh kakak angkatan, teman-teman angkatan 2012, atas seluruh doa, semangat, dan kebersamaan yang diberikan selama menulis skripsi. 7. Sahabat-sahabat serta teman-teman satu pelayanan di GBI Keluarga Allah Jogja, satu komsel (The Grace dan Jeslyn Pistis), dan satu kos di Griya Kanna (Mala, Putri, Caci, David, Yosef, Cindya, Mbak Celly, Nanda, Macho, Gery) atas doa, semangat, perhatian, dan dukungan yang diberikan selama ini. 8. Para surviver kanker yang telah mengajarkan banyak hal tentang kehidupan dan membantu dalam proses penulisan skripsi ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Diharapkan banyak pihak yang memberikan kritik dan saran yang membangun guna pembenahan, penajaman, dan perkembangan penelitian yang lebih baik. Akhir kata, diharapkan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Yogyakarta, 10 Agustus 2016 Penulis Anatasya Rahmawati Dyah Efrata Putri xi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL................................................................................................ i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................. vii ABSTRAK .......................................................................................................... viiii ABSTRACT ........................................................................................................... ix KATA PENGANTAR .............................................................................................x DAFTAR ISI ......................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR BAGAN ....................................................................................... ...... xvi DAFTAR GRAFIK ............................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xviii BAB I. PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah................................................................... ...................1 B. Identifikasi Masalah ............................................................................................6 C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian ........................................................8 D. Pertanyaan Penelitian .........................................................................................8 E. Tujuan Penelitian ................................................................................................8 F. Manfaat Penelitian ...............................................................................................9 BAB II. KAJIAN PUSTAKA ................................................................................12 A. Kajian Teori.......................................................................................................12 1. Resiliensi ...........................................................................................................12 2. Wanita Penderita Kanker ..................................................................................31 3. Wanita Penderita Kanker Payudara ...................................................................33 B. Kajian Penelitian yang Relevan .......................................................................39 C. Kerangka Pikir ..................................................................................................42 BAB III. METODE PENELITIAN........................................................................44 A. Jenis Penelitian .................................................................................................44 B. Tempat dan Waktu Penelitian ...........................................................................44 C. Subjek Penelitian ..............................................................................................45 D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data .......................................................45 1. Wawancara ........................................................................................................46 2. Observasi ...........................................................................................................49 E. Keabsahan Data ................................................................................................50 F. Teknik Analisis Data..........................................................................................51 BAB IV. HASIL PENELITIAN ...........................................................................53 A. Deskripsi Data ..................................................................................................53 1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek .................................................53 2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi ............................................................57 B. Pembahasan ......................................................................................................64 1. Bu Sri .................................................................................................................65 xii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Bu Tutik ............................................................................................................83 3. Bu Asih ...........................................................................................................100 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN ..................................................................117 A. Simpulan ........................................................................................................117 B. Implikasi .........................................................................................................121 C. Keterbatasan Penelitian ..................................................................................123 D. Saran ...............................................................................................................123 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................126 LAMPIRAN ........................................................................................................129 xiii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR TABEL Data Diri Subjek Penelitian ...................................................................................45 Panduan Wawancara Mendalam ...........................................................................46 Panduan Wawancara dengan Significant Others ..................................................47 Catatan Observasi ..................................................................................................49 Panduan Observasi ................................................................................................50 Agenda Wawancara dengan Subjek ......................................................................53 Agenda Wawancara dengan Significant Others ....................................................54 Agenda Observasi Subjek ......................................................................................54 Deskripsi Umum Subjek Penelitian ......................................................................55 Deskripsi Umum Significant Others ......................................................................57 xiv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR BAGAN Kerangka Pikir Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara ............................42 xv PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR GRAFIK Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen Kesehatan 2007 .......................................................................2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008 .................................................................................................3 xvi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lembar Persetujuan menjadi Informan ................................................126 Lampiran 2. Verbatim Hasil Wawancara dengan Subjek ..........................................129 Lampiran 3. Verbatim Hasil Wawancara dengan Significant Others ........................173 Lampiran 4. Lembar Hasil Observasi ........................................................................181 Lampiran 5. Daftar Koding ........................................................................................183 xvii PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB I PENDAHULUAN Bab ini mepaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah dan fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Saat mengalami vonis dari dokter bahwa seseorang mengidap suatu penyakit, individu merespon secara beragam. Ada individu yang langsung merasa sedih, putus asa, stres, tidak mau melakukan interaksi dengan lingkungannya, takut, khawatir bahkan ada yang mencoba untuk melakukan percobaan bunuh diri. Individu yang mengalami penyakit-penyakit kronis, seperti kanker, stroke, tumor dan sebagainya, pasti memiliki respon yang unik mengenai penyakit mereka. Seperti kebanyakan penyakit kronis lainnya, kanker melibatkan serangkaian ancaman dan bahkan sering memburuk dari waktu ke waktu. Disatu sisi kanker memberikan stres yang unik pada penderita kanker maupun keluarganya. Mereka harus membuat keputusan pengobatan yang bermanfaat untuk kesembuhan penderita kanker. Selain mempertimbangkan manfaat pengobatan juga harus melihat efek samping pengobatan yang dipilih, seperti reaksi beracun atau akibat lain yang tidak mereka harapkan (Stanton, 1998 dalam Sarafino, 2008). Penyakit kanker merupakan kondisi dimana sel dalam tubuh seseorang telah kehilangan pengendalian sel yang membuat pertumbuhan sel menjadi tidak normal dan berlangsung sangat cepat. Ada banyak jenis kanker yang menyerang 1 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 manusia. Kanker pada rentang usia tertentu dan pada jenis kelamin tertentu dapat memberikan dampak yang berbeda antara satu penderita dengan penderita lainnya. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008). Beresikonya pengobatan kanker menyebabkan penderita penyakit kanker hanya memiliki angka harapan kesembuhan yang terbilang cukup rendah. Para penderita kanker mengenali penyakit kanker sebagai “pembunuh yang sebenarnya” dan dapat menyebabkan sakit, kecacatan dan disfungsi pada organ tertentu. Grafik 1 Angka Harapan Kesembuhan Penderita Kanker Payudara Menurut Departemen Kesehatan 2007 100 80 60 40 20 0 93 88 81 74 67 41 49 Jumlah dalam Persen (%) 15 Beberapa negara seperti Amerika, negara-negara di Eropa, dan Kanada, kanker merupakan penyakit yang merupakan pembunuh nomor satu. WHO menunjukkan bahwa 78% kanker payudara terjadi pada usia 50 tahun ke atas, sedangkan 6%nya terjadi pada wanita dibawah 40 tahun tahun. Semakin banyak penderita kanker payudara yang berusia 30-an. Badan Pelayanan Pencegahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Kanker di United State menemukan pada tahun 2012, wanita penderita kanker payudara jumlahnya terus bertambah, diperkirakan mencapai 29% setiap tahunnya dan berkemungkinan jumlahnya akan terus bertambah dari tahun ke tahun (http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/). Di Indonesia, kanker yang paling banyak di derita setelah kanker serviks adalah kanker payudara. Tim Kerja Kanker Payudara RS Kanker Dharmais (RSKD), kurva angka kejadian meningkat pada usia di atas 30 tahun, dan yang paling tinggi pada kelompok usia 45-66 tahun. Grafik 2 Kasus Kanker Payudara di Indonesia Menurut Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008 9000 8000 7.850 7000 8.328 8.277 6000 5000 4000 5.207 Jumlah Penderita Kanker Payudara 3000 2000 1000 0 2004 2005 2006 2007 Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I.Yogyakarta menunjukkan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus. Direktur Utama RS Sardjito Yogyakarta, Mochammad Syafak Hanung mengatakan sampai bulan Mei 2015, kanker payudara adalah penyakit yang paling banyak ditangani di RS Sardjito sejak tahun 1982, tepatnya mencapai 11.695 kasus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4 Payudara merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia. Bagi wanita payudara berfungsi untuk memberikan nutrisi kepada bayinya melalui proses menyusui, selain itu payudara juga membuat wanita merasa lebih percaya diri, terlepas dari ukuran payudara itu sendiri. Ada beberapa orang yang mengatakan, “bukan wanita jika tidak memiliki payudara”. Pernyataan ini semakin menguatkan, bahwa payudara memiliki peran penting dalam kehidupan wanita. Yuswanto (2010) mengatakan bahwa sedikit berbeda dengan fungsi payudara pada wanita, fungsi payudara pada laki-laki adalah untuk melindungi jantung dan paru-paru dari cedera. Laki-laki juga berpotensi mengalami kanker payudara namun, jumlah penderitanya tidak sebanyak pada wanita. Penyakit kanker payudara berdampak negatif bagi penderitanya. Penyakit kanker ini mampu membuat seseorang menjadi kehilangan kepercayaan diri, kehilangan semangat hidup, mengalami stres, ketakutan, dan kesedihan yang tak kunjung reda. Kondisi emosi yang terburuk yang selalu ditemui pada pasien penyakit kanker payudara adalah perasaan takut. Tingkat ketakutan berbeda-beda pada setiap diri penderita. Penderita yang divonis mengidap kanker payudara dihadapkan bukan hanya atas kemungkinan kesembuhan yang kecil, namun juga penderitaan fisik dan psikis yang berkepanjangan. Kanker mengubah kemampuan fisik penderita untuk fungsi seksualnya. Di sisi lain, penyakit kanker payudara mempunyai dampak positif untuk penderita yang mampu untuk bangkit dari hal buruk yang dia alami, yaitu ketika penderita menemukan hikmah dan juga semangat pantang menyerah melawan penyakit kanker payudara ini. Tidak jarang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 ada individu justru semakin tegar dan mengambil kejadian buruk tersebut sebagai sesuatu yang positif, inilah yang disebut resiliensi. Resiliensi menjadi hal yang sangat dibutuhkan oleh setiap individu disetiap situasi buruk, termasuk semangat untuk membangun motivasi kembali setelah individu mengalami kondisi terpuruk dan mengalami kejadian yang membuat individu stres. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi mampu mengelola emosinya secara sehat, meskipun dalam hal ini penderita dapat merasa sedih, marah, tidak percaya diri dan takut. Namun, penderita kanker payudara ini tidak membiarkan perasaan negatif yang dirasakannya menetap terlalu lama dalam dirinya. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat (Greeff, 2005). Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara Penderita kanker payudara sesungguhnya membutuhkan orang lain yang mampu mendengarkan dan juga membantu dirinya untuk kembali bangkit dari penderitaan psikologis yang mereka derita. Lulusan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling tentu dibekali dengan keterampilan konseling (Konseling Individual, Konseling Kelompok, dan sebagainya) dan ilmu terapan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6 konseling (Konseling Pastoral, Konseling Orang Dewasa dan Lanjut Usia, dan sebagainya), telah dipersiapkan untuk bekerja diberbagai bidang, seperti bidang kesehatan yang berguna untuk menguatkan serta membantu penderita kanker payudara memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang mereka alami. Berdasarkan latar belakang, data-data, tingkat urgensi dan kesesuaian dengan ilmu Bimbingan dan Konseling, maka peneliti ingin meneliti mengenai resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya terkait dengan resiliensi dan wanita dengan kanker payudara, diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut: 1. Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 di Provinsi D.I Yogyakarta menyatakan bahwa penderita kanker payudara sekitar 2,4% atau 4.325 kasus. 2. Yuswanto (2010) mengatakan fungsi payudara baik pada laki-laki maupun wanita sangatlah penting, karena payudara berfungsi melindungi jantung dan untuk menyusui pada wanita. Penderita yang mengalami pengangkatan payudara (masektomi) akan berpotensi cedera jantung dan tidak dapat menyusui. 3. Kanker yang menyerang fungsi reproduksi memberikan tekanan tersendiri pada penderita, baik secara fisik maupun psikologis. Pada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7 pria, kanker yang menyerang adalah kanker prostat, kanker kandung kemih (Brydoy et al.,2005 dalam Sarafino, 2008); sedangkan pada wanita adalah kanker payudara, kanker serviks, dan kanker uterus (Andersen, Woods, & Copeland, 1997; Glanz & Lerman, 1992; Spencer et al., 1999 dalam Sarafino, 2008).. 4. Angka harapan kesembuhan penderita kanker payudara menurut Departemen Kesehatan 2007 menunjukkan angka harapan kesembuhan yang selalu menurun pada setiap stadium (5%-34%), yang disebabkan oleh kondisi psikologis yang fluktuatif (terkadang optimis, terkadang pesimis) dan kurangnya dukungan dari keluarga. 5. Penderita kanker payudara dengan resiliensi tinggi akan mudah untuk memotivasi dirinya sehingga tumbuh perasaan untuk bangkit dan menjadi orang yang lebih kuat, meskipun sedang mengalami situasi yang buruk. Berbeda halnya dengan penderita kanker payudara yang memiliki resiliensi rendah akan cenderung terus meratapi hal buruk yang menimpanya sehingga individu tersebut tidak mampu bangkit menjadi orang yang lebih kuat. 6. Ada berbagai aspek resiliensi dalam diri setiap wanita penderita kanker payudara yang menentukan tinggi rendahnya resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8 C. Pembatasan Masalah dan Fokus Penelitian Fokus penelitian ini diarahkan untuk menjawab masalah mengenai aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara. D. Pertanyaan Penelitian Penelitian tentang resiliensi pada wanita penderita kanker payudara akan meneliti tentang aspek-aspek resiliensi, maka permasalahan yang dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Aspek-aspek resiliensi a. Bagaimana regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara? b. Bagaimana pengendalian impuls pada wanita penderita kanker payudara? c. Bagaimana optimisme pada wanita penderita kanker payudara? d. Bagaimana kemampuan menganalisis masalah pada wanita penderita kanker payudara? e. Bagaimana empati pada wanita penderita kanker payudara? f. Bagaimana efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara? g. Bagaimana pencapaian pada wanita penderita kanker payudara? 2. Bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi terhadap resiliensi wanita penderita kanker payudara? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap resiliensi wanita penderita kanker payudara ditinjau dari aspek-aspek resiliensi, maka tujuan penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9 1. Aspek-aspek resiliensi a. Mengetahui regulasi emosi pada wanita penderita kanker payudara. b. Mengetahui pengendalian impuls pada wanita penderita kanker payudara. c. Mengetahui optimisme pada wanita penderita kanker payudara. d. Mengetahui kemampuan menganalisis masalah pada wanita penderita kanker payudara. e. Mengetahui empati pada wanita penderita kanker payudara. f. Mengetahui efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara. g. Mengetahui pencapaian pada wanita penderita kanker payudara. 2. Mengetahui aspek-aspek resiliensi mana sajakah yang menyumbang resiliensi pada wanita kanker payudara, sehingga dapat terlihat aspek yang tinggi/rendah dalam diri ketiga subyek penelitian. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memberikan gambaran tentang resiliensi wanita kanker payudara bagi pengembangan Bimbingan dan Konseling dalam membantu konseli khususnya wanita penderita kanker payudara. Misalnya, mahasiswa lulusan Bimbingan dan Konseling dapat memberikan pendampingan secara personal kepada wanita penderita kanker payudara dengan pendekatan konseling pastoral. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10 2. Manfaat praktis a. Wanita secara umum maupun wanita penderita kanker Hasil penelitian ini dapat memberikan motivasi serta inspirasi kepada wanita yang menderita kanker tentang cara seorang wanita memberi dukungan pada dirinya untuk tetap bangkit dan menjadi wanita yang “lebih kuat” walaupun menderita kanker payudara. Selain itu, juga dapat memberikan gambaran kepada wanita secara umum mengenai kanker payudara itu sendiri dan pengalamanpengalaman yang dialami oleh penderita kanker payudara. Hal ini bertujuan agar semakin banyak wanita yang memberikan semangat serta dukungan baik secara moril maupun materiil kepada wanita penderita kanker payudara. b. Peneliti 1) Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti untuk memperkaya dan mengasah keterampilan dalam menggali sebuah informasi, serta menambah pengalaman mengenai kondisi psikologis wanita penderita kanker payudara dengan memasukkan aspek-aspek mengenai resiliensi pada subjek. 2) Penelitian ini sangat bermanfaat bagi bekal peneliti di masa mendatang saat bekerja di bidang kesehatan terutama mendampingi wanita dengan kanker payudara supaya mereka dapat menjadi penderita yang mampu bangkit dari keadaan sulit. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11 c. Peneliti lain Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran membantu proses pendampingan pada pasien kanker payudara dan nantinya bisa lebih membantu pasien kanker payudara untuk bisa hidup secara baik dan memiliki kondisi kehidupannya. Peneliti-peneliti psikologis yang positif dalam selanjutnya diharapkan dapat menggembangkan dengan menggunakan metode berbeda, seperti metode studi dokumentasi dan subjek penelitian yang lebih menarik seperti misalnya resiliensi wanita yang berada di dalam penjara sehingga hasil yang didapatkan akan bervariasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini memaparkan kajian pustaka yang melandasi kerangka konseptual penelitian ini. Kerangka konseptual penelitian ini antara lain: kajian teori resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kajian penelitian yang relevan dengan resiliensi wanita penderitan kanker payudara, kerangka pikir resiliensi wanita penderitan kanker payudara. A. Kajian Teori 1. Resiliensi a. Pengertian Resiliensi Dalam APA Dictionary of Psychology (2006) diartikan bahwa “resilience is the process and outcome of success fully adapting to difficult or challenging life experinces, especially through mental, emotional, and behavioral flexibility and adjustment to external and internal demands. A number of factors contribute to how well people adapt to adversities, pre dominant among them”. Istilah resiliensi diformulasikan pertama kali oleh Block (dalam Klohnen, 2000) dengan nama ego-resilience, yang diartikan sebagai kemampuan umum yang melibatkan kemampuan penyesuaian diri yang tinggi dan luwes saat dihadapkan pada tekanan internal maupun eksternal. Menurut Reivich & Shatte, seorang ahli psikologi dan Norman (dalam Helton & Smith 2004:7), resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit. 12 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13 Individu yang memiliki resiliensi mampu untuk secara cepat kembali pada kondisi sebelum trauma, terlihat kebal dari berbagai peristiwa-peristiwa kehidupan yang negatif, serta mampu beradaptasi terhadap stres yang ekstrim dan kesengsaraan (Holaday, 1997:348). Berdasarkan uraian pada paragraf sebelumnya dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan tekanan internal maupun eksternal. b. Ciri-ciri Individu yang Memiliki Resiliensi Menurut Sarafino (1994) individu yang memiliki resiliensi adalah (a) memiliki temperamen yang lebih tenang, sehingga dapat menciptakan hubungan yang lebih baik dengan keluarga dan lingkungannya; (b) individu yang memiliki resiliensi juga memiliki kemampuan untuk bangkit dari tekanan, stres, dan depresi. Sementara itu Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi (a) mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati; (b) memiliki kemampuan untuk dapat bangkit dari permasalahan dan berusaha untuk mengatasinya; (c) mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14 Reivich (2002), menambahkan bahwa individu yang memiliki resiliensi adalah mereka yang (a) mampu mengatasi stres; (b) bersikap realistik serta optimistik dalam mengatasi masalah; (c) mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Dalam www.APAHelpCenter.org/resilience menuliskan beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan; (b) individu memiliki keyakinan diri bahwa mereka memiliki kemampuan untuk mengatur secara efektif atau menyelesikan tugas secara mandiri; (c) individu juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma; (d) individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut. Individu yang memiliki resiliensi biasanya disebut individu yang resilien. Dalam penelitian yang dilakukan Bonanno (2002) mendefinisikan resilien sebagai: “the ability adults in otherwise normal circumstance who are exposed to an isolated and potentially highly disruptive event such as the death of close relation or violent or life threatening situation to maintain relatively stable, healthy level of psychological and phisical functioning....as well as the capacity for generative experiences and positive emotion”. Individu yang resilien mampu menghilangkan simtom psikopatologi seperti stres, trauma, depresi, dan tetap sehat secara emosional. Jadi, apabila individu memiliki resiliensi yang tinggi, maka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15 akan mempunyai skor depresi yang rendah, begitu juga sebaliknya (Hiew, 2000). Sama halnya dengan perempuan yang mengalami kanker payudara akan mengalami gangguan emosional seperti depresi, trauma emosional dan rasa putus asa. Untuk mengatasi masalah tersebut, perempuan penderita kanker payudara perlu meningkatkan sikap resilien (Zamralita, 1999). c. Komponen-komponen Resiliensi 1) I have (Dukungan eksternal) Grotberg (1995) mengatakan bahwa dukungan eksternal dibutuhkan untuk mengembangkan perasaan aman yang menjadikan fondasi, yang merupakan pusat atau inti, untuk mengembangkan resiliensi. Faktor pendukung eksternal ini terdiri dari: a) Trusting relationship meliputi orang tua, anggota keluarga lain, guru, dan teman-teman yang mencintai dan menerima individu tanpa syarat b) Structure and rules meliputi seseorang yang bisa memberi batasan dan membantu individu untuk mengerti kesalahan yang telah dibuat individu. Ketika individu mengikuti aturan, individu tersebut dipuji. c) Role models meliputi orang-orang yang memberi contoh bagaimana melakukan sesuatu, memberi semangat individu, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16 model moralitas, dan memperkenalkan individu pada keperayaannya. d) Encouragement to be autonomous meliputi orang-orang yang memuji dan mendukung individu yang berani melakukan sesuatu sendiri atas inisiatif individu itu sendiri. 2) I am (Kekuatan personal dan internal) Menurut Grotberg (1995), faktor I am merupakan internal dan personal. Hal ini meliputi perasaan, sikap, dan kepercayaan dalam individu. Faktor-faktor ini terdiri dari: a) Loveable and my temperament is appealing meliputi individu yang sadar bahwa orang lain menyukai dan mencintai dirinya. Individu juga peka terhadap mood orang lain dan bisa memberikan respon yang tepat pada orang lain. b) Loving, empathic, and altruistic meliputi rasa cinta individu pada orang lain dan mampu mengekspresikan rasa cinta tersebut dengan berbagai cara, baik itu tindakan maupun katakata. Individu ingin melakukan sesuatu untuk meringankan penderitaan orang lain. c) Proud of myself meliputi perasaan bangga akan diri sendiri dan tahu bahwa dirinya merupakan orang yang penting serta mampu mendapatkan apa yang diinginkan. d) Autonomous and responsible meliputi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu secara mandiri dan menerima PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17 konsekuensi dari tindakannya. Individu mengerti batal kontrol dirinya dan mengetahui tanggung jawab dirinya. e) Filled with hope, faith, and trust meliputi rasa percaya yang dimiliki individu pada Tuhan, bahwa selalu ada harapan untuk dirinya dan orang-orang yang bisa dipercaya. 3) I can (Kemampuan interpersonal dan sosial) Menurut Grotberg (1995), individu bisa mempelajari kemampuan ini dengan berinteraksi dengan orang lain dan dari orang-orang yang mengajarinya. Faktor-faktor ini terdiri dari: a) Communicate. Individu dapat mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran dan perasaan pada orang lain. Individu dapat menyesuaikan diri pada perbedaan-perbedaan yang ada dan mampu mengerti dan bertindak dengan baik. b) Problem solve. Individu dapat mengetahui cakupan suatu masalah, apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut, dan bantuan orang lain yang dibutuhkan seperti apa. Individu gigih untuk bertahan sampai masalah tersebut selesai. c) Manage my feelings and impulses. Individu mampu mengenali perasaan dirinya dan mengekspresikannya dalam kata-kata dan perilaku yang tidak mengganggu perasaan orang lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18 d) Gauge the temperament of myself and others. Individu mempelajari siapa yang kesempatan, mencoba akan hal-hal mempertimbangkan sesuatu bertindak, baru, mengambil berhati-hati dan dari berbagai sisi. Individu mengenal dirinya, termasuk temperamen. e) Seek trusting relationship. Individu memiliki orang-orang yang dapat dipercaya, dimana individu dapat mencari mereka pada saat membutuhkan pertolongan, tidak bahagia, atau butuh orang untuk diajak bicara. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi adalah kemampuan seseorang untuk bangkit kembali pada kondisi semula ketika menghadapi tantangan atau kondisi yang terburuk, dimana resiliensi merupakan proses dinamis individu dalam mengembangkan kemampuan diri untuk menghadapi, mengatasi, memperkuat dan mentransformasikan pengalaman-pengalam yang dialami pada situasi sulit menuju pencapaian adaptasi yang positif. Resiliensi juga dibentuk oleh komponen-komponen yang menguatkan resiliensi seseorang, baik itu internal, eksternal maupun kemampuan interpersonal sehingga individu dapat bangkit kembali. d. Aspek-aspek Resiliensi Reivich & Shatte (2002:36-46) memaparkan tujuh aspek dari resiliensi, aspek-aspek tersebut adalah regulasi emosi, pengendalian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19 impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, efikasi diri dan pencapaian. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut: 1) Regulasi emosi Regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan. Individu yang memiliki regulasi emosi yang baik memiliki ciri (a) individu tersebut tetap tenang meskipun di bawah tekanan; (b) individu tersebut mampu mengekspresikan emosi secara tepat (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri tersebut juga dipaparakan Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur emosi mengalami kesulitan dalam membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain. Kesulitan dalam menjalin hubungan dengan orang lain bisa disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya alasan yang sederhana adalah tidak ada orang yang mau menghabiskan waktu bersama orang yang marah, merengut, cemas, khawatir serta gelisah setiap saat. Emosi yang dirasakan oleh seseorang cenderung berpengaruh pada orang lain. Semakin kita terasosiasi dengan kemarahan maka kita akan semakin menjadi orang yang pemarah (Reivich dan Shatte, 2002). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20 Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Tidak semua emosi yang dirasakan oleh individu harus dikontrol. Tidak semua emosi marah, sedih, gelisah dan rasa bersalah harus diminimalisir. Emosi yang dirasakan oleh individu tidak harus dikontrol dan diminimalisir dikarenakan mengekspresikan emosi yang kita rasakan baik emosi positif maupun negatif merupakan hal konstruktif dan sehat, bahkan kemampuan untuk mengekspresikan emosi secara tepat merupakan bagian dari resiliensi (Reivichi dan Shatte, 2002). Orang yang mampu mengatur dan mengekspresikan emosinya secara terarah dan baik akan cenderung memiliki resiliensi yang tinggi dan memiliki kondisi psikis yang sehat. Berbeda halnya dengan orang yang kurang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya, cenderung memiliki kondisi psikis yang kurang sehat, sehingga itu dapat membuat membuat resiliensi dalam diri orang tersebut rendah. 2) Pengendalian impuls Pengendalian impuls adalah kemampuan individu untuk mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya. Individu yang mampu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21 mengontrol dorongan dalam dirinya memiliki ciri (a) akan membawa kepada kemampuan berpikir yang jernih dan akurat; (b) mampu mengendalikan dorongan dalam diri (Reivich dan Shatte, 2002). Hal yang sama juga diungkapkan Grotberg (1995), mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati. Individu dapat mengendalikan impulsivitas dengan mencegah terjadinya kesalahan pemikiran, sehingga dapat memberikan respon yang tepat pada permasalahan yang ada. Pencegahan salah pemikiran, dapat dilakukan dengan menguji keyakinan individu dan mengevalusi kebermanfaatan terhadap pemecahan masalah. Individu dapat melakukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasional yang ditujukan kepada dirinya sendiri, seperti “apakah penyimpulan terhadap masalah yang saya hadapi berdasarkan fakta atau hanya menebak?”, dan sebagainya (Reivich dan Shatte, 2002). Seseorang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya akan memiliki pemikiran yang positif dalam memberikan respon pada permasalahan yang ada. Jadi, dapat disimpulkan orang yang mampu mengendalikan dorongandorongan dalam dirinya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi. Individu yang memiliki kemampuan pengendalian impuls yang rendah, cepat mengalami perubahan emosi yang pada akhirnya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22 mengendalikan pikiran dan perilaku mereka. Mereka menampilkan perilaku mudah marah, kehilangan kesabaran, impulsif. Perilaku ini akan membuat orang di sekitarnya merasa kurang nyaman sehingga berakibat pada buruknya hubungan sosial individu dengan orang lain (Reivich dan Shatte, 2002) 3) Optimisme Optimisme adalah ketika kita melihat bahwa masa depan kita cemerlang, individu yang resilien adalah individu yang optimis (Reivich dan Shatte, 2002). Siebert (2005) mengungkapkan bahwa terdapat hubungan antara tindakan dan ekspektasi kita dengan kondisi kehidupan yang dialami individu. Sementara itu, Peterson dan Chang (dalam Siebert, 2005) mengungkapkan bahwa optimisme sangat terkait dengan karakteristik yang diinginkan oleh individu, kebahagiaan, ketekunan, prestasi dan kesehatan. Ciri individu yang optimis adalah (a) memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan lebih baik; (b) mempunyai harapan dan kontrol atas arah hidupnya; (c) memiliki kesehatan mental yang baik; (d) memiliki produktivitas kerja yang tinggi; (e) dan mempunya kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan beberapa poin ciri individu yang memiliki resiliensi (a) memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan; (b) individu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23 juga percaya bahwa mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan, terutama pasca kejadian trauma. Seseorang yang miliki pandangan positif akan diri, lingkungan sekitar, dan juga masa depannya cenderung memiliki resiliensi yang tinggi dalam dirinya. Hal ini dikarenakan individu tersebut memiliki kemampuan untuk bangkit dari situasi sulit yang dipengaruhi pemikirannya yang positif tentang masa depan. 4) Kemampuan menganalisis masalah Kemampuan menganalisis masalah pada diri individu dapat dilihat dari bagaimana individu dapat mengidentifikasi secara akurat sebab-sebab dari permasalahan yang menimpanya. Individu yang tidak mampu mengidentifikasi penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi secara tepat, akan terus menerus berbuat kesalahan yang sama. Ciri-ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah (a) mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya; (b) orientasinya berfokus pada solusi (Reivich dan Shatte, 2000). Hal ini diperkuat oleh apa yang dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut. Individu yang resilien adalah individu yang memiliki fleksibilitas kognitif. Mereka mampu mengidentifikasi semua PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24 penyebab yang menyebabkan kemalangan yang menimpa mereka. Individu yang resilien tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan yang mereka perbuat demi menjaga kepercayaan diri mereka atau membebaskan mereka dari rasa bersalah. Mereka tidak terlalu terfokus pada faktor-faktor yang berada di luar kendali mereka, sebaliknya mereka memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah, perlahan mereka mulai mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup mereka, bangkit dan meraih kesuksesan. 5) Empati Menurut Greef (2005) empati didefinisikan sebagai kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain. Empati merupakan kemampuan individu untuk bisa memahami dan merasakan bagaimana perasaan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). Ciri-ciri individu yang memiliki empati memiliki ciri (a) memiliki hubungan sosial yang baik; (b) mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). Hal yang serupa juga dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25 Ketidakmampuan berempati berpotensi menimbulkan kesulitan dalam berhubungan sosial. Individu-individu yang tidak membangun kemampuan untuk peka terhadap tanda-tanda non verbal, tidak mampu untuk menempatkan dirinya pada posisi orang lain, merasakan apa yang dirasakan orang lain dan memperkirakan maksud dari orang lain. Ketidakmampuan individu untuk membaca tanda-tanda non verbal orang lain sangat merugikan, baik dalam konteks hubungan kerja maupun hubungan personal, dikatakan merugikan karenakan kebutuhan dasar manusia untuk dipahami dan dihargai. Individu dengan empati yang rendah cenderung mengulang pola yang dilakukan oleh individu yang tidak resilien, yaitu menyamaratakan semua keinginan dan emosi orang lain (Reivich dan Shatte, 2002). 6) Efikasi Diri Efikasi diri adalah hasil dari pemecahan masalah yang berhasil. Efikasi diri merepresentasikan sebuah keyakinan bahwa kita mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Efikasi diri adalah perasaaan bahwa kita efektif dalam dunia. Dalam pekerjaan, orang yang memiliki keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, muncul sebagai pemimpin, sementara yang tidak percaya terhadap kemampuan diri mereka, menemukan diri mereka “hilang dalam orang banyak”. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26 Individu yang resilien akan mampu memimpin dirinya sendiri untuk menyelesaikan dan bangkit dari masalah yang ada (Reivich dan Shatte, 2002). 7) Pencapaian Pencapaian adalah kemampuan individu meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan menimpa. Ciri individu yang mampu melakukan reaching out atau pencapaian, (a) mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupannya; (b) memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya (Reivich dan Shatte, 2002). Banyak individu yang tidak mampu melakukan pencapaian, dikarenakan mereka telah diajarkan sejak kecil untuk sedapat mungkin menghindari kegagalan dan di situasi yang memalukan. Mereka adalah individu-individu yang lebih memilih memiliki kehidupan standar dibandingkan harus meraih kesuksesan namun harus berhadapan dengan resiko kegagalan hidup dan hinaan masyarakat. Pilihan untuk hidup standar menunjukkan kecenderungan individu untuk berlebih-lebihan (overestimate) dalam memandang kemungkinan hal-hal buruk yang dapat terjadi di masa mendatang. Individu-individu ini memiliki rasa ketakutan untuk mengoptimalkan kemampuan mereka hingga batas akhir. Gaya berpikir ini memberikan batasan bagi diri mereka sendiri, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27 atau dikenal dengan istilah Self-Handicaping (Reivich dan Shatte, 2002). Pencapaian juga menggambarkan resiliensi dan kemampuan individu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya. e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Resiliensi Everall, et al., (2006:462-463) memaparkan tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi, yaitu: 1) Faktor individual Faktor individual meliputi kemampuan kognitif individu, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu. Menurut Holaday (1997:350) keterampilan kognitif berpengaruh penting pada resiliensi individu. Inteligensi minimal rata-rata dibutuhkan bagi pertumbuhan resiliensi pada diri individu karena resiliensi sangat terkait erat dengan kemampuan untuk memahami dan menyampaikan sesuatu lewat bahasa yang tepat, kemampuan membaca dan komunikasi non verbal. Resiliensi juga dihubungkan dengan kemampuan untuk melepaskan pikiran dari trauma dengan menggunakan fantasi dan harapan-harapan yang ditumbuhkan pada diri individu yang bersangkutan. Menurut Herman (dalam Shaumi, 2012) faktor individu termasuk ciri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28 kepribadian individu, penguasaan diri, penghargaan diri dan kemampuan kognitif. 2) Faktor keluarga Faktor keluarga meliputi dukungan yang bersumber dari orang tua, yaitu bagaimana cara orang tua untuk memperlakukan dan melayani anak. Selain dukungan dari orang tua, struktur keluarga juga berperan penting bagi individu. Individu yang memiliki dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang tinggi. Individu yang kurang mendapat dukungan dari keluarga biasanya memiliki resiliensi yang rendah. 3) Faktor komunitas Faktor komunitas meliputi kemiskinan dan keterbatasan kesempatan kerja. Individu yang tergolong kurang mampu dalam hal ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang tinggi, karena mereka ingin bangkit dari keterpurukan dan ingin mengubah nasib. Individu yang tergolong mampu secara ekonomi, cenderung memiliki resiliensi yang rendah karena ketersediaan fasilitas, dan berbagai sarana prasana lainnya. Herman (2011) (dalam Shaumi, 2012) juga menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara resiliensi dan dukungan sosial dari lingkungan individu. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan resiliensi dipengaruhi oleh faktor-faktor dari dalam diri individu (internal) dan faktor-faktor dari luar individu (eksternal). Faktor internal meliputi, kemampuan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29 kognitif, konsep diri, harga diri, dan kompetensi sosial yang dimiliki individu.. Faktor eksternal mencakup faktor dari keluarga dan komunitas. f. Fungsi-fungsi Resiliensi Menurut Reivich & Shatte (2002), resiliensi memiliki empat fungsi fundamental dalam kehidupan manusia, yaitu: 1) Mengatasi hambatan-hambatan pada masa kecil Melewati masa kecil yang sulit memerlukan usaha keras, membutuhkan kemampuan untuk tetap fokus dan mampu membedakan mana yang dapat dikontrol dan mana yang tidak. 2) Melewati tantangan-tantangan dalam kehidupan sehari-hari Setiap orang membutuhkan resiliensi karena dalam kehidupan ini kita diperhadapkan oleh masalah, tekanan, dan kesibukankesibukan. Orang yang resilien dapat melewati tantangantantangan tersebut dengan baik. Penelitian menunjukkan hal esensi yang paling penting untuk menghadapi tantangan adalah efikasi diri, yakni suatu kepercayaan bahwa kita dapat menghadapi lingkungan dan menyelesaikan masalah. 3) Bangkit kembali setelah mengalami kejadian traumatik atau kesulitan besar Beberapa kesulitan tertentu dapat membuat trauma dan membutuhkan resiliensi yang lebih tinggi dibanding tantangan kehidupan sehari-hari. Kejatuhan yang kita alami sangat ekstrem, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30 yang membuat kita secara emosional hancur, keadaan yang seperti ini membutuhkan pantulan resiliensi untuk pulih. 4) Mencapai prestasi terbaik Beberapa orang memiliki kehidupan yang sempit, mempunyai kegiatan yang rutin setiap harinya. Merasa nyaman dan bahagia ketika segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Sebaliknya, ada juga orang yang senang ketika bisa menjangkau orang lain dan mencari pengalaman baru. Sebagaimana resiliensi dibutuhkan untuk mengatasi pengalaman negatif, mengatasi stres, pulih dari trauma, resiliensi juga dibutuhkan untuk memperkaya arti kehidupan, hubungan yang dalam, terus belajar dan mencari pengalaman baru. Menurut Rutter (dalam Coulson, 2006) memaparkan adanya empat fungsi resiliensi, yaitu: (a) untuk mengurangi resiko mengalami konsekuensi-konsekuensi kejadian-kejadian hidup yang negatif menekan, setelah (b) adanya mengurangi kemungkinan munculnya rantai reaksi yang negatif setelah peristiwa hidup yang menekan, (c) membantu menjaga harga diri dan rasa mampu diri, dan (d) meningkatkan kesempatan untuk berkembang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31 2. Wanita Penderita Kanker a. Pengertian wanita Menurut Shaqr (2006) wanita adalah salah satu dari dua jenis manusia yang diciptakan. Sebagai manusia, wanita juga diharapkan mampu menjalankan semua hak-hak dan kewajiban yang telah terlimpah kepadanya. Murad (dalam Ibrahim, 2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki dorongan keibuan yang merupakan dorongan instingtif yang berhubungan erat dengan sejumlah kebutuhan organik dan fisiologis. Ibu sangat melindungi dan menyayangi anak-anaknya terutama yang masih kecil. Menurut Junaidi (2003) bahwa wanita adalah seorang ibu rumah tangga yang mengatur rumah tangga serta kehormatan yang wajib dijaga. Ibrahim (2005) mengatakan bahwa wanita adalah seorang manusia yang memiliki tendensi feminim yang mengundang daya tarik kecantikan. Berdasarkan uraian yang dipaparkan dapat disimpulkan bahwa wanita adalah seorang yang memiliki sifat feminis, keibuan yang juga menjalankan hak-hak serta kewajiban yang terlimpah kepadanya. b. Pengertian kanker Definisi kanker menurut WHO (2009) adalah istilah umum untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh. Istilah lain yang digunakan adalah tumor ganas dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32 neoplasma. Salah satu situs mendefinisikan kanker adalah pertumbuhan sel-sel baru secara abnormal yang tumbuh melampaui batas normal, dan yang kemudian dapat menyerang bagian sebelah tubuh dan menyebar ke organ lain. Proses ini disebut metastasis. Metastasis merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Menurut Kuswibawati (dalam Yuswanto, 2010:1) tumor ada dua macam, yaitu tumor jinak dan ganas (kanker). Setiap tumor belum tentu kanker, namun setiap kanker pasti adalah tumor. Kanker merupakan nama umum untuk sekumpulan penyakit yang perjalanannya bervariasi, dengan ditandai oleh pertumbuhan sel yang tidak terkontrol, terus-menerus, tidak terbatas, merusak jaringan setempat dan sekitar, serta bisa menyebar luas (distant metastases). Disebut kanker oleh karena tumbuh bercabang-cabang menginvasi jaringan sehat di sekitarnya, menyerupai kepiting (cancer). Kanker dapat menyerang berbagai sel pada seluruh organ di dalam tubuh, dari kepala sampai ujung kaki, dalam keadaan normal sel hanya akan membelah diri bila tubuh membutuhkan, misalnya ada selsel yang perlu diganti karena mati atau rusak. Sedangkan sel kanker akan membelah meskipun tidak diperlukan, sehingga terjadi sel-sel baru yang berlebihan. Sel-sel baru mempunyai sifat seperti induknya yang sakit yaitu sel-sel yang tidak mempunyai daya atur. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33 c. Pengertian Payudara Payudara adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit dan di atas otot dada, merupakan perubahan dari kelenjar keringat. Dalam keadaan normal hanya terdapat sepasang kelenjar payudara, sedangkan pada beberapa jenis hewan, kelenjar susu dapat membentang dari sekitar lipatan paha sampai dada. Payudara wanita dewasa beratnya kira-kira 200 gram, yang kiri umumnya lebih besar dari yang kanan. Pada waktu hamil payudara membesar, mencapai 600 gram dan pada ibu menyusui mencapai 800 gram. (Risanto Siswosudarmo dan Ova Emilia, 2008). 3. Wanita Penderita Kanker Payudara a. Pengertian kanker payudara Kanker payudara adalah tumor (kanker) ganas yang bermula dari sel-sel payudara. Berdasarkan penelitian di Amerika, yang menunjukkan bahwa hampir sepertiga kanker yang didiagnosis pada perempuan adalah kanker payudara. Pada tahun 2000, diperkirakan lebih dari 180.000 perempuan di Amerika didiagnosis mengidap kanker jenis ini (Pamungkas, 2011:51). b. Penyebab kanker payudara Menurut Yuliani (dalam Yuswanto, 2010:16-17) ada sejumlah teori yang dikemukakan, mereka yakin bahwa kombinasi antara gaya hidup, lingkungan dan faktor genetik yang meningkatkan resiko kanker payudara pada: PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34 1) Lingkungan Radiasi dalam bentuk terapi radiasi yang intensif pada penderita tuberculosis atau kanker lain diketahui meningkat resiko terkena kanker payudara. Radiasi yang disebabkan sinar-X pada payudara atau mammogram tidak dapat diperbandingkan dengan terapi radiasi tuberculosis atau kanker lain tidak menyebabkan kanker dan tidak perlu di khawatirkan. Pestisida seperti DDT (zat pembersih serangga) juga perlu diperhatikan. 2) Diet Penelitian yang dilakukan Yuliani (dalam Yuswanto, 2010) memperlihatkan bahwa diet tinggi lemak dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara tetapi penelitian lain tidak memperlihatkan hasil tersebut. Jadi karena mengkonsumsi makanan berlemak tinggi dihubungkan dengan resiko terkena kanker dan penyakit hati, maka akan lebih baik apabila kita membatasi mengkomsumsi makanan berlemak. 3) Alkohol Minum minuman beralkohol dapat meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Seperti pada bagian diet, penelitian ini juga menimbulkan kebingungan dan sejumlah penelitian lain diperlukan untuk memperkuat pernyataan tersebut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35 4) Gen Lebih dari 10% kanker payudara dipercaya sebagai penyakit keturunan. Di tahun 1994, para peneliti menemukan sebuah gen dengan nama BRCA-1 (Breast Cancer 1). Gen tersebut dapat dideteksi pada 1 dari 400 wanita, setengah dari kasus kanker payudara yang disebabkan oleh keturunan kemungkinan disebabkan oleh mutasi pada gen ini. Wanita terkena kanker payudara, seringkali sebelum usia 50 tahun. Para peneliti juga menemukan gen kanker payudara yang kedua (BRCA-2), mutasi ini dipercaya menyebabkan 5% dari kanker payudara yang disebabkan karena keturunan. Para peneliti ini mengharapkan akan ditemukan lagi gen gen lain yang dapat menyebabkan kanker payudara. 5) Hormon Menstruasi yang mulai pada usia yang terlalu muda, menopose yang datangnya terlambat (lebih dari 51), mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun atau sama sekali tidak mempunyai anak akan meningkatkan resiko terkena kanker payudara. Semua faktor di atas berhubungan dengan hormon ekstrogen. Kanker payudara juga berhubungan dengan penggunaan hormon estrogen yang digunakan sebagai terapi setelah menopause. Banyak dokter percaya bahwa terapi ini tidak menyebabkan kanker payudara, walaupun demikian mereka PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36 meyakini bahwa hal tersebut mungkin mempercepat pertumbuhan kanker. c. Cara kerja sel kanker payudara Pertumbuhan dan perkembangan sel kanker membentuk suatu massa dari jaringan ganas yang menyusup ke jaringan di dekatnya (invasive) dan dapat menyebar (metastasis) ke seluruh tubuh. Sel kanker dibentuk dari sel normal dalam suatu proses rumit yang dibentuk yaitu transformasi, terbagi menjadi tahap inisiasi dan promosi (Diananda, 2009:4). Saat sel menjadi ganas, sel tersebut menjadi berlipat ganda karena dirusak oleh sistem kekebalan tubuh yang berakibat menjadi kanker. Sistem kekebalan tubuh yang sering tidak berfungsi normal, maka tubuh cenderung rentan terhadap resiko kanker (Diananda, 2009:5). d. Proses perkembangan sel kanker payudara Kanker payudara mempunyai tahapan atau stadium yang akan menandai parah tidaknya kanker payudara tersebut (Diananda, 2009:139). Stadium kanker payudara yaitu sebagai berikut: 1) Stadium 0 Tidak ditemukan adanya tumor primer pada kelenjar getah bening. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37 2) Stadium I Besarnya tumor tidak lebih dari 2-2,25 cm, dan tidak terdapat penyebaran (metastase) pada kelenjar getah bening ketiak. Kemungkinan penyembuhan secara sempurna adalah 70%. 3) Stadium II Tumor sudah lebih besar dari 2,25 cm dan sudah menjadi metastase pada kelenjar getah bening di ketiak. Kemungkinan penyembuhan pada stadium ini hanya 30-40% tergantung dari luasnya penyebaran sel kanker. Pada stadium I dan II biasanya dilakukan operasi untuk mengangkat sel-sel kanker yang ada pada seluruh bagian penyebaran dan setelah operasi dilakukan penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel kanker. 4) Stadium III Tumor sudah cukup besar dan sel kanker telah menyebar ke seluruh tubuh, kemungkinan untuk sembuh hanya tinggal 10-20%. Pengobatan hanya dilakukan penyinaran dan kemoterapi. e. Ciri-ciri wanita penderita kanker payudara (Yuswanto:2010) 1) Terdapat benjolan pada payudara serta akan mengalami perubahan bentuk. 2) Perubahan selanjutnya yaitu kulit payudara mengalami perubahan warna menjadi merah muda dan warna coklat dan juga seperti kulit jeruk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38 3) Puting susu akan masuk ke dalam payudara atau disebut sebagai retraksi. 4) Kemungkinan bisa saja puting susu hilang atau bahkan putus. 5) Rasa sakit akan menghilang dan timbul kembali pada saat tumor payudara tersebut semakin membesar. 6) Akan muncul luka atau borok seperti terbakar. 7) Payudara akan mengeluarkan cairan apakah itu cairan darah atau cairan lainnya. f. Karakteristik penderita kanker payudara 1) Fisik Penderita kanker payudara awalnya tidak pernah ada yang tahu bahwa seorang itu memiliki kanker payudara di dalam dirinya, fisiknya terlihat sehat, bahkan seperti tidak memiliki penyakit kanker payudara. Tetapi ketika sudah terdeteksi menderita kanker payudara dan melakukan kemoterapi, barulah terlihat bahwa fisik tidak dapat dikatakan sempurna karena satu dari dua payudara harus di operasi (Lubis, 2009:14). 2) Psikologis Berdasarkan realita, bahwa ketika individu didiagnosis menderita penyakit yang mengancam hidupnya, individu sering memikirkan kembali makna dan tujuan hidup mereka dan memperlajari kembali prioritas mereka. Penderita kanker payudara memiliki penderitaan mental seperti kecemasan akan kematian, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39 kekhawatiran, takut, was-was, bahkan membuat penderita tidak dapat beristirahat. Kanker payudara ini juga membuat timbulnya pemikiran apakah akan sembuh, apakah bisa hidup kembali seperti biasa. Hal yang tidak bisa dikatakan gampang untuk berkata tetapi mampu membuat orang menjadi putus asa karena tidak memiliki semangat hidup (Lubis, 2009:15). B. Kajian Penelitian yang Relevan Jurnal penelitian yang dibuat oleh Aan Choirun Nisa tahun 2012 mengenai “Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi” dilakukan pada satu orang wanita yang menderita kanker payudara dan telah melakukan mastektomi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam untuk pengambilan data. Hasil dari penelitian ini, ada beberapa hal yang mempengaruhi resiliensi dari informan, yaitu: konsep diri, religiusitas dan dukungan sosial. Penelitian yang dilakukan oleh Feny Dwi Maya Listianty tahun 2011 mengenai “Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara” dilakukan pada ketiga subjek yang menderita kanker payudara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan resiliensi yang dimiliki oleh ketiga subjek sangat beragam. Subjek satu memiliki ketujuh domain resiliensi dalam dirinya. Pada subjek kedua domain regulasi emosi, impuls kontrol, efikasi diri, optimisme, kausal analisis, dan pencapaian cukup berkembang. Pada responden ketiga domain regulasi emosi, kausal analisis, impuls kontrol, optimisme, efikasi diri kurang berkembang, sementara domain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40 empati dan pencapaian cukup berkembang. Hasil tersebut dipengaruhi oleh faktor protektif yang dimiliki oleh subjek. Penelitian serupa juga diteliti oleh Fransisca IR Dewi (2004) dalam jurnalnya yang berjudul “Hubungan Antara Resiliensi Dengan Depresi Pada Perempuan Pasca Pengangkatan Payudara (Mastektomi)”, hasil penulisan menunjukkan bahwa hipotesis penulisan yang mengasumsikan bahwa ada hubungan negatif antara resiliensi dengan depresi. Pada analisis data utama menunjukkan hubungan yang signifikan antara depresi dan resiliensi disebabkan ketiga faktor pelindung “I have”, “I am” dan “I can”. Subjek dalam penelitian ini dibagi berdasarkan 4 kategori (berdasarkan usia, stadium, tingkat pendidikan dan pekerjaan) dari total 30 orang subjek. Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipaparkan pada paragraf sebelumnya, terdapat persamaan dengan penelitian-penelitian di atas yaitu samasama membahas mengenai resiliensi. Ada beberapa perbedaan antara penelitianpenelitian di atas dengan penelitian ini, adapun perbedaan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Metode penelitian yang digunakan Penelitian yang dilakukan oleh Fransisca (2004) metode yang digunakan adalah studi korelasi; sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Aan (2012), penelitian Feny (2011) dan juga penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. 2. Subjek penelitian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41 Penelitian yang dilakukan oleh Aan (2012) subjek yang diambil adalah seorang wanita yang menderita kanker dan telah melakukan mastektomi; Feny (2011) subjek yang diambil tiga orang wanita penderita kanker payudara; pada penelitian Fransisca (2004) subjek yang diambil adalah wanita yang telah melakukan mastektomi; sedangkan pada penelitian ini subjek yang diambil adalah wanita penderita kanker payudara (baik itu telah mengalami mastektomi ataupun belum). PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42 C. Kerangka Pikir Bagan 1 Kerangka Pikir Resiliensi Wanita Penderita Kanker Payudara RESILIENSI Wanita penderita kanker payudara Aspek-aspek Regulasi emosi Kontrol terhadap impuls Empati Efikasi diri Tinggi 1. Memiliki regulasi emosi yang baik 2. Memiliki kontrol terhadap impuls Optimisme Mampu menganalisis masalah Pencapaian Rendah 1. Tidak memiliki regulasi emosi yang baik 3. Memiliki optimisme 2. Tidak memiliki kontrol terhadap impuls 4. Memiliki kemampuan menganalisi masalah 3. Tidak memiliki optimisme 5. Memiliki empati 4. Tidak memiliki kemampuan menganalisi masalah 6. Memiliki efikasi diri 7. Memiliki pencapaian 5. Tidak memiliki empati 6. Tidak memiliki efikasi diri 7. Tidak memiliki pencapaian PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 Bagan mengenai kerangka pikir resiliensi wanita penderita kanker payudara menjelaskan bagaimana resiliensi pada diri wanita penderita kanker payudara. Resiliensi sendiri adalah kemampuan penyesuaian diri seseorang untuk bertahan, bangkit, dan menyesuaikan dengan kondisi yang sulit sehingga mampu menyesuaikan diri dengan stres yang ekstrim dan tekanan internal maupun eksternal. Dalam resiliensi, ada tujuh aspek yang turut memberikan sumbangan pada diri individu. Setiap individu memiliki beberapa aspek yang berbeda satu dengan lainnya. Inilah yang menyebabkan kemampuan resiliensi setiap orang berbeda, jadi aspek-aspek itu menentukan tinggi/rendahnya resiliensi seseorang. Individu yang memiliki resiliensi tinggi cenderung akan memiliki banyak aspek resiliensi dalam dirinya. Individu yang memiliki resiliensi rendah cenderung tidak memiliki banyak aspek resiliensi dalam dirinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian. Hal yang berkaitan antara lain: jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek penelitian, teknik dan instrumen pengumpulan data, keabsahan data, teknik analisis data. A. Jenis Penelitian Berdasarkan sifat, tujuan dan jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang masih bersifat sementara, akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2010:283). Dilihat berdasarkan sifat masalahnya penelitian ini berjenis penelitian studi kasus. Studi kasus adalah suatu penyelidikan intensif tentang individu secara mendalam, relatif lama, terus menerus, dan menggunakan subjek tunggal yang artinya kasus dialami satu orang (Furchan, 1982). Kejadian yang ditemukan adalah banyaknya orang yang menderita kanker payudara. Peneliti mencoba menganalisisnya resiliensi wanita penderita kanker payudara. Teori dalam penelitian kualitatif harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk referensi untuk menyusun instrumen penelitian. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan didua tempat berbeda. Pertama, penelitian di Slogohimo, Wonogiri, Jawa Tengah, dimana subjek pertama tinggal/berdomisili. Kedua, 44 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 penelitian akan dilakukan di Sleman, Yogyakarta dimana subjek kedua dan subjek ketiga tinggal/berdomisili. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari-Mei 2016. C. Subjek Penelitian Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah tiga wanita penderita kanker payudara yang masih menjalani check up, individu yang resilien dan seorang survivor kanker. Tabel 1 Data Diri Subjek Penelitian No. Nama Lama menjadi Status penderita kanker perkawinan Stadium 1. Sri 2B 11 tahun Berkeluarga 2. Tutik 3B 7 tahun Janda 3. Asih 2A 1,5 tahun Janda D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara berdasarkan pedoman wawancara mendalam (in depth interview), dan observasi. Tujuan dari wawancara secara mendalam adalah untuk menemukan permasalahan resiliensi wanita penderita kanker payudara secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat. Peneliti sudah menyiapkan topik dan daftar pertanyaan sebelum wawancara dilaksanakan. Observasi dilakukan selama wawancara dengan subjek, peneliti melakukan pengamatan bebas, mencatatan hal-hal penting, melakukan analisis dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 kesimpulan. Pengamatan ini berupa kondisi rumah subjek, kondisi keluarga dan suasana yang terbangun, selain itu juga mengamati ekspresi wajah, nada bicara, gerakan tubuh subjek. Masing-masing teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. 1. Wawancara Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010:317). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in depth interview). Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara ini adalah pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan adalah pertanyaan yang mampu mengungkap aspek-aspek resiliensi dalam diri subyek. Pedoman wawancara telah disusun untuk mempermudah dalam menggali informasi pada diri subjek, pedoman wawancara juga didasarkan pada aspek serta indikator sehingga dapat sungguh-sungguh mengungkap resiliensi subjek. Berikut ini adalah panduan wawancaa mendalam yang akan di aplikasikan pada subjek, antara lain: Tabel 2 Panduan Wawancara Mendalam NO 1. ASPEK Regulasi emosi PERTANYAAN a. Menurut Anda, masalah apa yang menyebabkan Anda tertekan/menyita pikiran, waktu dan tenaga Anda? b. Ketika menghadapi masalah, bagaimana cara Anda untuk tetap tenang walaupun di bawah tekanan? c. Apakah Anda berhasil bersikap tenang selama berjuang melawan kanker payudara? Pada saat apa, Anda berhasil bersikap tenang? d. Siapa pihak yang paling berpengaruh dan membuat Anda lebih semangat dalam berjuang melawan kanker PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47 2 Pengendalian impuls 3. Optimisme payudara? Dapatkah diceritakan? e. Dimana Anda merasa lebih tenang? f. Apa yang menjadi alasan terbesar Anda untuk sembuh dari kanker payudara? g. Bagaimana cara Anda untuk mengungkapkan emosi positif dan juga negatif yang Anda rasakan? h. Pernahkah emosi positif atau negatif yang Anda rasakan tersebut tidak dapat Anda ekspresikan? Mengapa hal itu bisa terjadi? i. Kapan Anda mengekspresikan/meluapkan emosi tersebut? Langsung (pasca kejadian) atau direnungkan terlebih dahulu? a. Saat Anda memiliki dorongan dari dalam diri (misalnya makanan yang dilarang dokter), bagaimana cara Anda mengontrolnya? b. Apa dorongan/keinginan yang paling sulit untuk Anda kendalikan? Mengapa demikian? c. Bagaimana perasaan Anda ketika dorongan/keinginan Anda tidak terwujud? d. Bagaimana sikap Anda saat kenyataan hidup Anda tidak sesuai dengan yang diharapkan? e. Usaha apa yang Anda lakukan sehingga membuat Anda tetap berpikir jernih selama Anda menderita kanker payudara? a. Hal apa yang terlintas dalam pikiran dan benak Anda mendengar kata “masa depan”? b. Pada saat melawan kanker payudara, seberapa yakinkah Anda bahwa kanker Anda dapat disembuhkan? c. Apa yang menjadi harapan terbesar Anda saat ini? d. Apa usaha yang Anda lakukan supaya harapan tersebut terwujud? e. Bagaimana Anda mengontrol kehidupan Anda (keluarga, pekerjaan, sosial, ekonomi, dan sebagainya)? f. Bagimana cara Anda mengatasi depresi/putus asa saat bergulat dengan penyakit kanker yang sedang dialami saat itu? g. Ketika Anda menderita kanker, masihkah Anda aktif dalam melakukan kegiatan sehari-hari? h. Bagaimana Anda berbaur di komunitas selayaknya orang sehat? i. Saat Anda berada di komunitas atau beraktivitas di tengah banyak orang, apakah Anda merasa minder? j. Bagaimana jika seandainya, keadaan Anda kedepannya semakin buruk? Kira-kira apa yang akan Anda PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 4. Kemampuan menganalisis masalah 5 Empati 6 Efikasi diri 7 Pencapaian lakukan? k. Rencana apa yang akan Anda lakukan jika harapanharapan dalam hidup Anda tidak terjadi? a. Hal apa yang Anda sesali hingga kini? b. Hikmah apa yang dapat Anda ambil setelah mengalami semua ini? c. Dapatkah Anda menceritakan apa yang menyebabkan Anda menderita sakit semacam ini? d. Usaha apa yang akan/sedang Anda lakukan agar kehidupan dan kesehatan Anda semakin membaik? a. Bagaimana cara Anda tetap menjalin hubungan baik dengan orang-orang disekitar Anda pasca Anda divonis menderita kanker payudara? b. Aktifkah Anda dalam komunitas agama atau perkumpulan dimana Anda tinggal? Komunitas apa sajakah itu? c. Bagaimana sikap/respon Anda saat bertemu orang lain yang memiliki kondisi yang sama dengan Anda saat ini (menderita kanker payudara)? d. Bagaimana perasaan Anda saat bertemu orang lain yang memiliki kondisi yang sama dengan Anda saat ini (menderita kanker payudara)? a. Seberapa yakinkah Anda mampu memecahkan masalah terkait dengna penyakit yang Anda derita? Mengapa demikian? b. Apa ukuran sukses menurut Anda? Apakah menurut Anda, sekarang Anda sudah dikatakan sukses? a. Hal baik apa sajakah yang perlu Anda tingkatkan? b. Bagaimana cara Anda meningkatkan apa yang kurang baik dalam diri Anda? c. Apa ketakutan terbesar Anda? d. Bagaimana Anda mengatasi ketakutan tersebut? e. Apa yang menghambat niatan Anda untuk mengatasi ketakutan itu? Tabel 3 Panduan Wawancara dengan Significant Others No 1. 2. 3. 4. Pertanyaan Apa hubungan Anda dengan subjek? Sejak kapan Anda mengenal subjek? Selama Anda mengenal subjek, menurut Anda bagaimana pengaturan emosi dalam diri subjek? Apakah selama subjek sakit kanker payudara, subjek mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinya? PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Apakah selama menderita kanker payudara, subjek masih beraktivitas seperti biasa? Apakah menurut Anda subjek adalah orang yang optimis? Menurut sepengetahuan Anda, bagaimana relasi subjek dengan orang lain selama menderita kanker payudara? Apakah subjek terlihat cukup ikhlas ketika menderita kanker payudara? Menurut Anda, apakah subjek memiliki empati kepada orang lain? Menurut Anda, apakah subjek memiliki efikasi diri? Selama Anda mengenal subjek, hal baik apa yang seharusnya subjek tingkatkan? Menurut Anda, berdasarkan pengenalan akan subjek, hal/sifat buruk apa yang ada dalam diri subjek? 2. Observasi Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengamati perilaku subjek secara langsung. Melalui observasi dipelajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono, 2010:310). Hasil observasi berguna untuk memperkuat dan mendukung hasil wawancara. Observasi dilakukan saat pertama datang ke tempat tinggal/tempat kerja subjek dan selama proses penggalian data yang dilakukan bersama subjek di tempat tinggalnya. Dalam penelitian ini, peneliti memilih jenis observasi partisipasi pasif. Jadi dalam hal ini peneliti datang di tempat tinggal/tempat kerja subjek, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan/aktivitas di dalam tempat tinggal itu. Melalui observasi partisipan, data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Tabel 4 Catatan Observasi Inisial subjek :................ Tempat :................................. Hari/tanggal Waktu : pukul..........s.d......... :................ Observasi ke- :................ Kegiatan :.............................. .................................................................................................... .................................................................................................... .................................................................................................... PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 Tabel 5 Panduan Observasi No. Aspek yang diamati 1. Pengaturan emosi 2. Pengendalian impuls 3. Optimisme Kemampuan menganalisis masalah 4. 5. Empati 6. Efikasi diri 7. Pencapaian E. Hal yang diamati Ekspresi wajah, nada bicara, interaksi dengan orang lain Ekspresi wajah, gerakan tubuh, aktivitas sehari-hari Ekspresi wajah, nada bicara Ekspresi wajah, nada bicara, aktivitas seharihari Aktivitas sehari-hari, interaksi dengan orang lain Ekspresi wajah, aktivitas sehari-hari Ekspresi wajah, nada bicara, aktivitas seharihari Keabsahan Data Penelitian ini menggunakan teknik triagulasi untuk melihat validitas penelitian. Sugiyono (2010:330) menyatakan bahwa dua jenis triangulasi yaitu, triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan wawancara dan observasi dari sumber data yang sama. Peneliti membandingkan setiap data yang diperoleh, dan diuji menggunakan teknik triangulasi. Contoh data dari hasil wawancara subjek, dibandingkan dengan wawancara bersama significant others dan observasi yang dilakukan pada aktivitas subjek. Significant others dalam penelitian ini dipilih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 berdasarkan kedekatan hubungan dengan subjek, seperti sahabat subjek, saudara kandung subjek, dan rekan kerja subjek. Proses triangulasi dalam penelitian ini akan membandingkan kecocokan antara hasil wawancara dengan subjek, penuturan significant others tentang subjek dan hasil observasi, sehingga diperoleh data yang akurat. F. Teknik Analisis Data Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Nasution (dalam Sugiyono, 2010:336) menyatakan bahwa “analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan dan berlangsung terus menerus sampai penulisan hasil penelitian”. Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010:337) mengemukakan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya jenuh”. Aktivitas dalam analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Kesimpulan/verifikasi merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran obyek dalam bentuk hubungan kausal, hipotesis, atau teori. Hasil wawancara digunakan sebagai dasar informasi mengenai resiliensi yang dimiliki oleh subjek. Selanjutnya, membuat verbatim dari hasil wawancara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 disertai dengan pemberian coding pada setiap hasil wawancara, lalu segala informasi direduksi dengan cara memilih data yang penting. Ditentukan coding untuk masing-masing jawaban berdasarkan aspek dari daftar pertanyaan yang berupa kode. Pemberian kode yang dilakukan oleh peneliti dan hanya dimengerti oleh peneliti saja. Kemudian hasil wawancara dianalisis serta dirangkum semua informasi dalam suatu format studi kasus. Hasil observasi juga dianalisis, pada saat wawancara dilakukan selama bertemu dengan subjek di kediaman subjek. Alat perekam digunakan untuk merekam semua percakapan atau informasi yang diperoleh selama melakukan wawancara. Alat perekam digunakan supaya memudahkan dalam mengumpulkan informasi yang diperoleh selama proses penelitian. Alat tulis juga digunakan untuk mencatat hal-hal penting selama proses penelitian berlangsung supaya tidak ada hal penting yang terlewatkan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini dipaparkan hasil penelitian, deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian didasarkan pada rumusan masalah yaitu (1) Bagaimana pengaturan emosi pada wanita penderita kanker payudara? (2) Bagaimana kontrol terhadap impuls pada wanita penderita kanker payudara? (3) Bagaimana optimisme pada wanita penderita kanker payudara? (4) bagaimana kemampuan menganalisis masalah pada wanita penderita kanker payudara? (5) Bagaimana empati pada wanita penderita kanker payudara? (6) Bagaimana efikasi diri pada wanita penderita kanker payudara? (7) Bagaimana pencapaian pada wanita penderita kanker payudara? (8) bagaimana sumbangan aspek-aspek resiliensi pada wanita penderita kanker payudara? Deskripsi data disertai dengan pembahasan. A. Deskripsi Data 1. Tempat dan Jadwal Pertemuan dengan Subjek Pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada tiga orang subyek yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Selama menggali data, dilakukan observasi, pendekatan dan wawancara di tempat kerja subyek serta di tempat tinggal subyek. Ketiga subyek memiliki latar belakang yang berbeda satu dengan yang lain, namun memiliki kesamaan yaitu pernah/sedang menderita kanker payudara. Penelitian dilakukan dengan ketiga subjek, dimulai sejak bulan Desember 2015 hingga Mei 2016. Pertemuan dengan subjek untuk melakukan pendekatan, 53 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54 observasi, memohon ijin pada subjek, dan wawancara. Berikut agenda pertemuan dengan subjek beserta significant others: Tabel 6 Agenda Wawancara dengan Subjek NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. TANGGAL PERTEMUAN Selasa, 12 Januari 2016 Sabtu, 16 Januari 2016 Jumat, 22 Januari 2016 Rabu, 27 Januari 2016 Kamis, 28 Januari 2016 Sabtu, 30 Januari 2016 Kamis, 11 Februari 2016 Sabtu, 13 Februari 2016 Kamis, 30 Maret 2016 Kamis, 7 April 2016 Jumat, 8 April 2016 Minggu, 17 April 2016 Selasa, 19 April 2016 Kamis, 21 April 2016 KETERANGAN Melakukan pendekatan, menggali informasi mengenai latar belakang bu Sri dan wawancara mengenai aspek pertama Melakukan pendekatan, menggali informasi mengenai latar belakang bu Asih dan wawancara mengenai aspek pertama Melakukan wawancara mengenai aspek kedua Melakukan pendekatan, menggali informasi mengenai latar belakang bu Tutik dan wawancara mengenai aspek pertama Melakukan wawancara mengenai aspek ketiga pada bu Sri Melakukan wawancara mengenai aspek kedua pada bu Asih Melakukan wawancara mengenai aspek kedua pada bu Tutik Melakukan wawancara mengenai aspek ketiga pada bu Asih Melakukan wawancara mengenai aspek keempat pada bu Asih Melakukan wawancara mengenai aspek ketiga pada bu Tutik Melakukan wawancara mengenai aspek keempat pada bu Sri Melakukan wawancara mengenai aspek kelima pada bu Asih Melakukan wawancara mengenai aspek kelima & keenam pada bu Sri Melakukan wawancara mengenai aspek keempat & kelima pada bu TEMPAT Kantor A Rumah bu Asih Warung makan B Kantor Z Kantor A Rumah bu Asih Kantor Z Rumah bu Asih Rumah bu Asih Kantor Z Kantor A Rumah bu Asih Kantor A Kantor Z PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55 15. 16. Tutik Melakukan wawancara mengenai aspek keenam dan ketujuh pada bu Tutik Melakukan wawancara mengenai aspek ketujuh pada bu Sri Senin, 26 April 2016 Jumat, 29 April 2016 Kantor Z Kantor A Tabel 7 Agenda Wawancara dengan Significant Others NO 1. 2. 3. TANGGAL PERTEMUAN Sabtu, 23 April 2016 Senin, 26 April 2016 Senin, 2 Mei 2016 KETERANGAN Melakukan wawancara dengan significant others dari bu Asih Melakukan wawancara dengan significant others dari bu Sri Melakukan wawancara dengan significant others dari bu Tutik TEMPAT Warung makan WK Kantor ABC Kantor Z Tabel 8 Agenda Observasi Subjek NO 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. TANGGAL PERTEMUAN Sabtu, 5 Desember 2015 Kamis, 7 Januari 2016 Jumat, 8 Januari 2016 Kamis, 28 Januari 2016 Sabtu, 30 Januari 2016 Kamis, 11 Februari 2016 Kamis, 7 April 2016 KETERANGAN Bertemu dengan bu Asih untuk observasi sekaligus menjelaskan penelitian peneliti Bertemu dengan bu Sri untuk observasi sekaligus menjelaskan penelitian peneliti Bertemu dengan bu Tutik untuk observasi sekaligus menjelaskan penelitian peneliti Melakukan observasi pada bu Sri Melakukan observasi pada bu Asih Melakukan observasi pada bu Tutik Melakukan observasi pada bu Tutik TEMPAT Rumah bu Asih Kantor A Kantor Z Kantor A Rumah bu Asih Kantor Z Kantor Z PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56 Di bawah ini akan dipaparkan secara singkat mengenai deskripsi umum subjek-subjek penelitian yang dipilih. Diperoleh data ini berdasarkan pendekatan dan wawancara yang dilakukan bersama subjek mengenai latar belakang subjek sendiri. Diharapkan melalui deskripsi umum mengenai latar belakang ataupun data diri subjek dapat memperjelas data dalam penelitian ini. Berikut ini merupakan deskripsi umum subjek-subjek yang dipilih dalam penelitian ini: Tabel 9 Deskripsi Umum Subjek Penelitian Subjek Deskripsi Nama (initial) Usia Agama Alamat Subjek I Bu Sri 56 tahun Katholik Jombor, Sleman, Yogyakarta Subjek II Bu Tutik 67 tahun Katholik Condong Catur, Sleman, Yogyakarta Subjek III Bu Asih 43 tahun Kristen Protestan Slogohimo, Wonogiri, Jawa Tengah Status perkawinan Pegawai Universitas Bahagia Berkeluarga Jumlah anak 1 orang putri 2 orang putra Stadium (pada saat terkena) 2B 3B Status kanker payudara (update Mei 2016) Dinyatakan sembuh oleh dokter (2015) Dinyatakan sembuh oleh Menjalani dokter (November kemoterapi 2015) Pekerjaan Dosen Universitas Ibu rumah tangga Bahagia Janda Janda 1 orang putri 1 orang putra 2A PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57 Tabel 10 Deskripsi Umum Significant others Subjek Nama Usia Pekerjaan Bu Sri Bu Tutik Bu Asih Bu Santa Pak Joseph Bu Wahyu 50 tahun 55 tahun 38 tahun Pegawai Swasta Dosen Guru TK Hubungan dengan sujbek Sahabat Rekan kerja Adik kandung 2. Deskripsi Data Aspek-aspek Resiliensi Dipaparkan data-data yang sudah didapat selama penelitian bersama dengan masing-masing subjek mengenai aspek-aspek dalam resiliensi. Deskripsi data berupa jawaban subjek yang dituliskan dalam pernyataan tidak langsung, yang merupakan percakapan dalam verbatim serta telah direduksi. Peneliti juga akan memaparkan hasil observasi yang telah peneliti dapatkan saat melakukan observasi mengenai masing-masing subjek terkait aspek-aspek resiliensi. Berikut adalah deskripsi data pada aspek-aspek resiliensi pada masing-masing subjek: a. Bu Sri 1) Aspek Regulasi Emosi Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa, bu Sri sanggup mengolah emosi-emosi dalam dirinya dengan melakukan meditasi dan mengikuti doa ignasian. Hal ini diperkuat oleh significant other dari bu Sri mengatakan bahwa, bu Sri memiliki pengaturan emosi yang baik dengan melihat segala sesuatu dari sudut positif. 2) Aspek Pengendalian Impuls Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa, bu Sri mengikuti apa yang dokter katakan, karena menurutnya dokter lebih tahu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58 mana yang terbaik untuk kesehatannya. Significant other dari bu Sri mengatakan hal yang serupa bahwa bu Sri cenderung taat pada saran dokter dan sungguh menjaga pola makan. Kemudian data observasi memaparkan bahwa bu Sri selalu meminum jus 1 jam sebelum makan dan tidak memakai penyedap rasa saat makan, karena bu Sri ingin menjaga pola makan dan belajar hidup sehat. 3) Aspek Optimisme Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa dirinya memiliki keyakinan Tuhan pasti menyembuhkannya apalagi ditambah dengan melakukan pengobatan dengan benar. Significant other dari bu Sri mengatakan hal yang serupa bahwa bu Sri sangat optimis, berjuang untuk kesembuhan penyakitnya. Data observasi juga memaparkan bahwa bu Sri tetap berobat meskipun beliau harus mengantri lama dan harus bangun pagi-pagi bahkan bolak-balik tempat kerja-rumah sakit hanya untuk berobat. 4) Aspek Kemampuan Menganalisis Masalah Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengungkapkan bahwa dirinya terkena kanker payudara pada usia 45 tahun dan saat itu sedang berada di puncak karir karena obat untuk menghentikan ASI disertai pola hidup yang kurang sehat. Hal serupa juga diungkapkan oleh significant other dari bu Sri bahwa bu Sri menderita kanker pada saat subjek berada di puncak karir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 5) Aspek Empati Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengungkapkan bahwa dirinya berusaha memberikan motivasi kepada orang yang menderita penyakit sama dengannya. Kemudian data dari significant other dari bu Sri juga mengungkapkan hal yang sama bahwa, bu Sri menginspirasi banyak orang dan menemukan Tuhan dalam proses hidup subjek. 6) Aspek Efikasi Diri Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri menunjukkan bahwa dia yakin Tuhan akan menolongnya dalam segala masalah yang dihadapi baik dari segi ekonomi, sosial dan juga psikologis. Data dari significant other dari bu Sri juga mengatakan bahwa bu Sri adalah orang yang pantang menyerah dan memiliki keyakinan yang tinggi kepada Tuhan. 7) Aspek Pencapaian Berdasarkan hasil wawancara, bu Sri mengatakan bahwa hal yang perlu ditingkatkan adalah menjaga kesehatan dan terus berpikir negatif supaya mempercepat proses penyembuhan dan menyehatkan psikologis ataupun fisik. Hal ini diperkuatkan oleh pernyataan significant other dari bu Sri yang mengatakan bahwa bu Sri sangat menjaga kesehatannya sehingga melakukan diet ketat terhadap apa yang bu Sri konsumsi. b. Bu Tutik 1) Aspek Regulasi Emosi Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengatakan bahwa menyalurkan emosi itu bisa melalui kegiatan mengajar, karena dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60 bertemu dengan orang lain menjadi semakin mampu mengelola emosi. Pernyataan yang serupa diungkap oleh significant other dari bu Tutik yang mengatakan bahwa, bu Tutik menyalurkan emosinya melalui mengajar, meskipun terkadang terjadi “bias” pada mahasiswa dan membuat materi tidak fokus. 2) Aspek Pengendalian Impuls Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengatakan bahwa, bu Tutik berusaha mengatur dan mengimbangi dengan sesuatu yang sehat, supaya segalanya tetap seimbang. Kemudian significant other dari bu Tutik memperkuat bahwa bu Tutik meskipun sakit tetap sibuk di kegiatan prodi meskipun sedang mengonsumsi obat. Data observasi memaparkan bahwa bu Tutik tetap taat mengonsumsi obat dari rumah sakit dan tetap beraktivitas seperti biasa, tanpa mengurangi jadwalnya. 3) Aspek Optimisme Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengungkapkan bahwa dirinya menikmati dan menerima penyakit ini karena itu yang membuat dia kuat hingga sekarang. Hal ini diperkuat oleh pendapat significant other dari bu Tutik yang mengatakan bahwa dalam kegiatan sehari-hari bu Tutik terlihat optimis dan menunjukkan adanya semangat dalam dirinya. Data yang serupa juga didapati dalam observasi yang memaparkan bahwa saat mengajar, bu Tutik terlihat semangat bahkan selalu datang lebih awal dari mahasiswanya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 4) Aspek Kemampuan Menganalisis Masalah Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik mengungkapkan bahwa dirinya terkena kanker payudara dikarenakan ketidakseimbangan hormonal. Significant other dari bu Tutik juga mengatakan bahwa bu Tutik mengetahui dengan jelas penyebab terkena kanker payudara dan memiliki kemampuan untuk menganalisis setiap masalah dalam dirnya. 5) Aspek Empati Berdasarkan hasil wawancara, bu Tutik juga mengungkapkan hal yang hampir sama bahwa dirinya merasa senang jika bertemu dengan orang yang memiliki penyakit sama dengannya karena dapat sharing berbagi pengalaman serta dapat menguatkan orang tersebut. Hal ini diperkuat oleh data significant other dari bu Tutik yang mengatakan bahwa bu Tutik adalah orang yang terbuka dan suka membantu orang lain. 6) Aspek Efikasi Diri Senada dengan pernyataan di atas, hasil wawancara bu Tutik juga menunjukkan hal yang sama, bahwa dia yakin percaya kepada Tuhan dan berusaha terbuka kepada orang lain. Pernyataan ini diperkuat oleh significant other dari bu Tutik bahwa bu Tutik memang orang yang terbuka, dan memiliki keyakinan yang tinggi pada Tuhan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62 7) Aspek Pencapaian Berdasarkan hasil wawancara bu Tutik, yang mengatakan bahwa keterbukaan orangnyalah yang mendukung pencapaian seseorang. Hal ini juga dipaparkan significant other dari bu Tutik yang mengatakan bahwa subjek memiliki semangat yang kuat sehingga menginspirasi orang lain, dan bu Tutik dikenal sebagai orang yag terbuka kepada orang lain. c. Bu Asih 1) Aspek Regulasi Emosi Berdasarkan hasil wawancara bu Asih mengatakan bahwa, merenung adalah penyaluran emosi yang sering subjek lakukan bersama dengan anak-anaknya. Senada dengan itu, significant others dari bu Asih mengatakan bahwa bu Asih adalah orang yang pendiam, tertutup dan apaapa dipikirkan sendiri. 2) Aspek Pengendalian Impuls Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih mengungkapkan bahwa selalu mengikuti apa kata dokter, takut dengan akibatnya juga jika dilanggar. Sama dengan hal itu, significant others dari bu Asih juga mengatakan bahwa bu Asih adalah orang yang penurut dan menyadari kondisi kesehatannya. Data observasi memaparkan bahwa bu Asih meminum obat dengan taat, dan selalu mencatat jadwal kontrol agar tidak lupa. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63 3) Aspek Optimisme Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih mengungkapkan bahwa ada sedikit keraguan dalam dirinya karena keadaan yang seakan tidak mungkin untuk sembuh. Hal ini juga diungkap oleh significant others dari bu Asih bahwa bu Asih tidak yakin sepenuhnya, karena kondisi kesehatannya yang fluktuatif. Sama halnya dengan data observasi yang memaparkan bahwa bu Asih sering terlihat putus asa ketika kembali merasakan sakit di bagian payudaranya. d) Aspek Kemampuan Menganalisis Masalah Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih menuturkan bahwa dirinya tidak tahu apa yang menjadi penyebab dirinya terkena kanker payudara. Lalu data penelitian significant others dari bu Asih mengungkapkan bahwa bu Asih terkena kanker payudara mungkin dikarenakan karena ketidakseimbangan hormon, dan sudah menjanda cukup lama. e) Aspek Empati berdasarkan hasil wawancara, bu Asih justru mengungkap bahwa ketika dia bertemu dengan orang yang menderita penyakit yang sama dengannya justru dia meminta dukungan atau saran-saran dari orang tersebut, dan terkadang menjadi “parno” sendiri. Hal ini juga diungkapan oleh significant others dari bu Asih bahwa bu Asih senang ketika bertemu dengan orang lain yang memiliki penyakit sama dengannya namun disatu sisi setelah itu subjek menjadi takut akan apa yang akan terjadi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64 f) Aspek Efikasi Diri Berdasarkan hasil wawancara, bu Asih juga menunjukkan hal yang sama, bahwa dia merasa yakin Tuhan sanggup menyelesaikan setiap permasalahan dalam hidupnya dan menyembuhkannya. Tetapi, data dari significant others bu Asih menunjukkan bahwa bu Asih kurang memiliki keyakinan pada keadaan yang terjadi biasa berubah menjadi lebih baik. g) Aspek Pencapaian berdasarkan hasil wawancara dengan significant others dari bu Asih, pencapaian bu Asih adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang dialaminya. B. Pembahasan Pembahasan ini akan dijelaskan bagaimana resiliensi wanita penderita kanker payudara terutama sumbangan setiap aspek resiliensi dalam diri setiap subjek. Karena ini merupakan pengalaman pribadi subjek, maka akan dipaparkan menurut masing-masing subjek, dari ketiga subjek akan diuraikan mengenai masing-masing aspek resiliensi yang diharapkan dapat menggambarkan tinggi-rendahnya resiliensi subjek. Berikut adalah uraian pengalaman ketiga subjek berdasarkan hasil wawancara dan observasi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65 1. Bu Sri a. Aspek regulasi emosi Bu Sri memaparkan bahwa banyak hal yang membuatnya tertekan pasca didiagnosis menderita kanker payudara pada tahun 2005. Bu Sri merasa syok dan merasa khawatir akan berbagai hal. Waktu saya tahu saya kena kanker, saya syok sekali, siapa to yang mau kena kanker begini. Saya jadi khawatir akan pandangan orang-orang tentang saya, saya jadi merasa seperti orang cacat, belum lagi biaya kanker yang mahal, ditambah lagi hubungan saya dengan suami saya, saya takut dia punya wanita idaman lain, karena saya tidak lagi “melayani” dia seperti dulu. WA1S1A Bu Sri sadar ketika beliau harus menjalani perawatan kanker payudara, hormon wanita (estrogron) akan “dimatikan” dan itu berarti beliau sudah tidak memiliki hasrat seksual dalam dirinya, dan beliau takut ini akan mempengaruhi hubungannya dengan suami. Selain itu, pada saat terkena kanker, beliau berada di puncak karir, beliau sempat terlibat sebagai EO rektor di Universitas Bahagia dan sempat menjadi panitia dalam acara 50 tahun Universitas Bahagia. Dalam perannya dan jabatannya di berbagai acara, tentulah bu Sri mempunyai banyak kenalan, rekan dan kolega. Di puncak karir inilah beliau menderita kanker payudara, bu Sri merasa dirinya seperti orang yang cacat karena kelak payudaranya akan diangkat, dan rambut di kepalanya akan habis, beliau malu jika bertemu rekan-rekannya. Di sisi lain beliau juga khawatir tidak mampu membayar biaya perawatan kanker, yang tentunya akan memakan biaya yang banyak. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66 Namun, bu Sri tidak berlama-lama dalam masa kelamnya, beliau berusaha bangkit dari kesedihannya. Kira-kira hanya 1 minggu beliau larut dalam kesedihan dan khawatir akan berbagai hal. Hal itu disebabkan oleh dukungan dari suami, dan orang-orang terdekat bu Sri. Saya bersyukur sekali mendapat dukungan dari banyak orang. Suami saya justru mendorong saya untuk bersedia melakukan operasi pengangkatan payudara untuk kesehatan dan kelangsungan hidup saya. Biaya perawatan kanker setengahnya ditanggung oleh tempat dimana saya bekerja. Anak saya yang nggak pernah berhenti memberi semangat pada saya, sehingga saya punya semangat hidup. Sahabat-sahabat saya yang memotivasi saya untuk mengikuti seminar-seminar kanker, serta memberi banyak buku tentang kanker dan buku rohani. WA1S1AD Bu Sri merasa banyak pihak yang mendukung kesembuhannya dan perjuangannya melawan kanker. Dukungan dari pihak keluargalah yang menurutnya paling berpengaruh pada kesembuhannya. Bu Sri merasa semangat yang setiap hari disampaikan anaknya, sangat memotivasi dirinya terus berjuang untuk tetap melihat anaknya wisuda, bekerja, bahkan berkeluarga. Bu Sri juga mendapat dukungan dari seorang Romo yang sering menjenguknya untuk mendoakan serta memberikan minyak suci pada bu Sri. Proses yang dilalui oleh bu Sri juga tidaklah selalu mulus, selama beliau di rawat, beliau juga mengalami jatuh bangun, drop, serta alergi obat. Tidak hanya itu, beliau juga dibuat sedih karena ada beberapa orang yang tidak mendukung kesembuhannya karena menginginkan jabatannya di kantor. Berdasarkan data diatas, dalam proses beliau melawan kanker bu Sri lewati banyak sekali kejadian yang tentunya membuat beliau jatuh bangun. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67 Beliau adalah pejuang kanker yang kuat, beliau tidak menghiraukan hambatan-hambatan yang ada, beliau juga fokus pada kesembuhannya. Untuk mencapai kesembuhannya ini, beliau berusaha tenang dan tetap beriman pengharapan kepada Tuhan. Beliau mengaku bahwa proses ini tidak mudah tetapi beliau selalu berusaha untuk tetap tenang, kerena jika beliau mengikuti gejolak hatinya (marah, rasa ingin menyerah), maka itu akan memicu sel kanker terus berkembang. Data diatas telah memenuhi indikator pertama pada aspek regulasi pertama bahwa regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan Shatte, 2002). Bu Sri juga tergolong individu yang mampu mengatur bahkan mengungkapkan emosi di dalam dirinya dengan cara yang tepat. Saat menjalani perawatan kanker, bu Sri tidak mengurung dirinya di rumah, tetapi tetap beraktivitas seperti biasa, sehingga banyak hal juga yang membuat emosinya fluktuatif. Saya biasanya kalau mengalami kejadian yang buruk/yang bertentangan dengan hati saya, dan membuat saya memiliki emosi yang negatif, saya biasanya nggak langsung diungkapkan tetapi direnungkan dulu sendiri dengan meditasi dan ikut doa ignasian baru diselesaikan bersama dengan orang yang bersangkutan. Ketika saya menyampaikan apa yang mengganjal di hati kepada orang yang bersangkutan, saya berusaha untuk membicarakannya empat mata dan menghadirkan suasana santai. Saya juga berusaha menghadirkan Tuhan dalam hidup saya, sehingga itu membuat saya selalu berpikir positif. WA1S1C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68 Bu Sri adalah seseorang yang tenang dan pandai mengolah emosi dalam dirinya sehingga dapat tersalurkan dengan baik. Bu Sri juga menunjukkan bahwa dirinya memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, karena bu Sri selalu melibatkan Tuhan dalam hidupnya untuk membuatnya selalu berpikir dan bertindak positif. Kemampuan bu Sri untuk mengolah emosinya, membuat beliau tetap memiliki relasi yang baik dengan orang lain sekalipun mereka yang berkonflik dengan bu Sri. Hal ini juga sesuai dengan teori Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Hal itu juga sesuai dengan yang dipaparkan Greeff (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki indikator kedua pada aspek regulasi emosi yaitu mampu mengekspresikan emosi secara tepat. b. Aspek pengendalian impuls Bu Sri adalah seseorang yang sangat mematuhi himbauan dari dokter, karena bu Sri memandang dokter lebih mengerti mengenai mana yang baik untuk kesembuhannya dan apa yang menghambat kesembuhannya dari kanker. Saya sih ngikutin apa kata dokter aja, jadi ya teratur minum obat, kalau dilarang makan sesuatu ya nurut aja. Soalnya dulu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69 waktu sehat juga udah pernah makan, jadi sekarang pas sakit, harus dikurangi. WA2S1AC Bu Sri merasa larangan dokter tidak memakan makanan tertentu, adalah yang paling sulit dikendalikan, seperti memakan masakan yang mengandung vetsin dan makanan yang dibakar. Dalam kehidupan seharihari bu Sri berusaha untuk menjaga apa yang beliau makan, dan tak sungkan untuk meminta kepada yang memasak untuk tidak memakai vetsin. Namun, terkadang bila bu Sri menghadiri kondangan bu Sri mengaku agak susah menahan tetapi biasanya bu Sri hanya mencicipi saja kemudian membeli makanan seusai menghadiri kondangan. Berdasarkan pemaparan tersebut, bu Sri memiliki pengendalian impuls yang baik. Bu Sri dapat mengendalikan dorongan yang menurutnya paling sulit sekalipun. Di sisi lain, bu Sri mengetahui mana yang terbaik untuk kesehatannya, sehingga beliau berjuang dan mengusahakan akan segera sembuh. Hal ini juga sesuai dengan teori, bahwa individu yang memiliki pengendalian impuls dapat mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya (Reivich dan Shatte, 2002). Grotbreg (1995) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator pada aspek pengendalian impuls bahwa individu mampu mengendalikan dorongan dalam diri. Dapat dikatakan bu Sri adalah individu yang positive thinking baik kepada orang lain maupun kepada keadaan. Bu Sri selalu mencari hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70 positif dari suatu hal atau kejadian. Bu Sri membiasakan diri untuk tetap berpikiran positif dalam segala hal. Saya berusaha untuk terus berpikir positif sekalipun kenyataan hidup tidak sesuai dengan apa yang saya harapkan. Karena dalam setiap kejadian pasti ada hal positif yang tersirat. Saya juga selalu melibatkan Tuhan, karena semua terjadi karena kehendak-Nya. Ketika saya mempunyai mindset seperti itu, saya jadi nggak mudah memiliki akar kepahitan kepada orang lain. WA2S1AD Dalam menjalani perawatan kanker, tentunya bu Sri memiliki harapanharapan mengenai banyak hal, baik itu harapan akan kesembuhannya, harapan tentang keluarganya, harapan tentang pekerjaannya, dan sebagainya. Namun, tidak jarang harapan itu tidak terwujud atau tidak terjadi. Dalam kondisi seperti itu, bu Sri berusaha untuk terus berpikiran positif dan percaya bahwa itu semua terjadi karena kehendak Tuhan. Dan ketika bu Sri berpikir seperti itu, bu Sri tidak merasa kesal atau kepahitan namun bu Sri mampu melihat sesuatu dengan jernih. Sesuai dengan data di atas, bu Sri adalah seorang yang mampu untuk berpikir jernih meskipun dalam situasi sulit. Dan menurut saya hal itu tidaklah mudah dilakukan setiap orang, hanya orang-orang yang mampu mengendalikan dorongan-dorongan dalam dirinyalah yang mampu untuk bersikap demikian. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki pengendalian impuls adalah individu yang memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator dalam aspek pengendalian impuls yaitu memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71 c. Aspek Optimisme Selama menjadi survivor kanker, bu Sri berusaha menyemangati dirinya sendiri untuk melawan kanker yang ada dalam tubuhnya. Bu Sri percaya bahwa ketika dirinya memiliki semangat dan kepercayaan akan masa depan, maka hal itulah yang akan Tuhan berikan untuknya. Bu Sri mencoba mengimani apa yang dia harapkan untuk terjadi, termasuk kesembuhannya. Bu Sri berkeyakinan bahwa segala sesuatu akan terus lebih baik. Saya berusaha untuk sehat dengan cara terus semangat, dan optimis. Saat itu saya mempunyai keyakinan cukup besar untuk sembuh, 50% kira-kira. Saya lakukan yang setengahnya, setengahnya saya serahkan pada Tuham. Saya yakin, Tuhan mengatur semuanya indah. WA3S1AB Bu Sri mencoba untuk menumbuhkan sikap semangat dan optimis dengan cara menyanyi lagu-lagu rohani bersama dengan keluarga di rumah. Ketika akan mengawali hari bu Sri dan suami biasanya berdoa bersama selama satu jam sebelum memulai aktivitas. Meskipun, dalam kondisi menderita penyakit kanker bu Sri juga berusaha untuk bergabung dengan komunitas-komunitas yang positif seperti komunitas penderita kanker. Selain mendapat semangat, di komunitas itu bu Sri juga dapat memberikan penguatan kepada orang lain, dengan begitu dirinya menjadi lebih kuat dan semangat. Berdasarkan data di atas, bu Sri mempunyai pikiran yang positif mengenai gambaran masa depannya. Selain itu, bu Sri juga memiliki keyakinan cukup tinggi untuk dapat disembuhkan. Saya yakin, untuk PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72 memiliki keyakinan yang tinggi seperti itu tidaklah mudah, karena kenyataan yang terjadi tidak seperti yang diharapkan, namun bu Sri terus optimis dan beriman kepada Tuhan. Bu Sri percaya bahwa Tuhan pasti memberikan suatu hal yang baik untuk hidupnya. Data di atas telah memenuhi indikator pertama pada aspek optimisme, bahwa ciri individu yang optimis adalah memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan lebih baik (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu yang memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan. Dalam perjuangannya melawan kanker payudara yang sedang dalam masa penyembuhan, selain berharap yang terbaik atas kesembuhannya, bu Sri juga melakukan usaha agar harapan tersebut terwujud dan mengontrol kehidupannya. Harapan terbesar saya saat itu, kanker saya nggak kambuh lagi jadi benar-benar tuntas, dan saya bisa menikmati masa tua dengan bahagia. Cara untuk mewujudkannya, saya menjalani hidup sehat, dengan menjaga lingkungan saya, menjaga pola makan saya, dan tentunya olahraga. Untuk menjaganya, saya selalu menyediakan waktu untuk keluarga dan melakukan kegiatan sosial. WA3S1CDE Bu Sri ingin sekali penyakit kankernya sembuh total, sehingga beliau harus menjalani pengangkatan payudara sebelah kiri, kemoterapi sebanyak 6x dan 30x penyinaran untuk memastikan tidak ada lagi sel-sel kanker yang ada dalam tubuhnya. Selain melalui pengobatan, bu Sri juga melakukan aksi sosial kepada orang lain, seperti kunjungan ke panti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73 asuhan. Hal ini bertujuan agar beliau senantiasa dapat bersyukur, dengan bersyukur beliau merasa itu menyehatkan bagi jiwanya. Bu Sri juga menjaga pola makannya, agar makanan yang dikonsumsi tidak memicu sel kankernya. Bu Sri juga melakukan olahraga untuk menjaga kondisi tubuhnya tetap terjaga selama menjalani rangkaian perawatan kanker. Berdasarkan data-data di atas, bu Sri memiliki semangat yang luar biasa untuk sembuh. Semangat itu dibuktikan dalam tindakan nyata, tidak hanya sekedar wacana tetapi sungguh-sungguh dilakukan. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah individu yang memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. Pendapat serupa juga dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu yang memiliki optimisme adalah individu yang juga percaya mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan pasca kejadian trauma. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator kedua pada aspek optimisme yaitu memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. Selanjutnya, dalam proses menjalani perawatan kanker, bu Sri juga mengalami depresi dan putus asa. Bu Sri merasa penyakit kanker juga menimbulkan trauma tersendiri ketika bu Sri dinyatakan sembuh oleh dokter. Kadang saya merasa depresi kalau badannya mulai terasa sakitsakit semua. Dan ketika sekarang saya sudah dinyatakan sembuh, justru menimbulkan trauma dan ketakutan tersendiri. Dan ketika trauma itu muncul, itu membuat saya merasa sedih. WA3S1F PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74 Bu Sri merasa dirinya pernah mengalami depresi ketika menjalani perawatan kanker, yaitu ketika salah satu rangkaian kemoterapi dilakukan, dan badan beliau terasa sakit. Namun, ketika beliau dinyatakan sembuh, beliau justru mengalami peristiwa traumatik dan ketakutan. Ketika bu Sri merasa nyeri di sekitar payudaranya beliau teringat akan gejala awal kanker payudaranya, dan itu membuat beliau takut kankernya akan kambuh kembali. Beliau menuturkan belum siap untuk menengok orang yang terkena kanker sama seperti beliau, karena beliau menjadi teringat akan peristiwa atau proses yang pernah beliau alami sebelumnya. Berdasarkan data tersebut, bu Sri kurang memiliki kesehatan mental yang baik, karena beliau masih menyimpan pengalaman-pengalaman pahit selama proses perawatan kanker. Beliau juga masih berpikiran negatif tentang pernyakitnya, bahkan beliau masih merasa takut kankernya akan kambuh kembali. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki optimisme memiliki kesehatan mental yang baik. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri tidak memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki kesehatan mental yang baik. Selama menderita kanker payudara selama 11 tahun, bu Sri tetap beraktivitas seperti biasanya. Bu Sri tetap bekerja meskipun tidak sesibuk biasanya. Tempat dimana bu Sri bekerja juga memindah tugaskan bu Sri ke pekerjaan yang lebih ringan dan bu Sri menjadi tidak banyak pikiran. Saya berusaha untuk tetap aktif dalam menjalani kegiatan sehari-hari supaya saya tidak stres. Meski awalnya minder tetapi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75 saya berusaha untuk tidak menunjukkan bahwa saya sakit kanker. WA3S1HI Bu Sri tergolong sangat aktif dalam berbagai kegiatan. Dalam kegiatan sosial, bu Sri bersama dengan PIII (Persatuan Istri Insinyur Indonesia) rutin mengunjungi panti asuhan. Dalam kegiatan keluarga, bu Sri aktif dalam arisan keluarga besar. Dalam kegiatan rohani, bu Sri juga aktif dalam kegiatan wisata rohani dan mengikuti doa bersama dengan sahabat beliau. Ketika beliau terlibat dalam komunitas, beliau juga sedang menjalani kemoterapi, dan itu membuat beliau harus kehilangan rambutnya. Agar tidak minder ketika berbaur di komunitas, bu Sri menggunakan wig. Berdasarkan data tersebut, bu Sri adalah seseorang yang memiliki rasa percaya diri yang cukup tinggi. Selain itu bu Sri juga memiliki jiwa sosial yang tinggi, terbukti dengan aktifnya beliau dalam membantu anak-anak di panti asuhan. Beliau juga tergolong individu yang tegar, tidak haus perhatian seperti kebanyakan orang yang sakit. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah memiliki produktivitas yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki produktivitas yang tinggi. Bu Sri juga mempunyai rencana cadangan jika seandainya harapannya tidak terwujud di masa depan. Beliau memandang hal ini penting karena ketika dirinya memiliki rencana cadangan, bu Sri merasa aman dan tidak terlalu khawatir. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76 Yang terpenting adalah mengembalikan, mengandalkan dan menyertakan Tuhan dalam segala hal. Kita dianugrahi untuk bisa membaca situasi, maka dari itu, penting untuk membuat plan B dalam hidup ini. Saya menyiapkan hati dan pikiran akan apa yang akan terjadi kedepannya. WA3S1JK Berdasarkan data di atas, bu Sri selalu mengandalkan Tuhan dalam aktivitasnya bahkan saat mengambil keputusan. Bu Sri juga tergolong orang yang siap terhadap situasi yang buruk sekalipun. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. Dapat disimpulkan bu Sri memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. d. Aspek kemampuan menganalisis masalah Bu Sri tergolong individu yang cerdas dalam menganalisis suatu masalah. Bu Sri akan mencari tahu hal apa yang menyebabkan mengapa suatu kejadian itu dapat terjadi. Bu Sri dapat menceritakan dan menyebutkan apa yang membuatnya terkena penyakit kanker payudara. Meskipun begitu, bu Sri tidak menyesali apa yang sudah terjadi. Awalnya, ketika saya sedang menyusui anak kedua, disaat yang bersamaan, saya terkena serangan jantung. Dokter memberikan obat untuk mengobati serangan jantungnya dan ternyata itu membuat ASInya justru terhenti dan “ngrangkaki”, jadilah sel kanker. Ditambah lagi pola makan saya yang tidak sehat. Dulu saya suka makan makanan cepat saji dalam jangka waktu yang cukup lama. Dan waktu itu saya juga mengalami stres baik di rumah, di kantor juga. Namun, dari semua proses yang terjadi, ndak ada hal yang saya sesali, semua merupakan kehendak Tuhan.WA4S1AC PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77 Saat terserang kanker payudara, bu Sri sedang berada di puncak karir, sehingga membuat beliau menangani banyak hal. Kesibukan beliau ini membuat bu Sri menjadi kurang menjaga kesehatan fisik maupun psikologis beliau. Ditambah lagi dengan serangan jantung yang beliau alami ketika melahirkan anak ke 2, membuat bu Sri harus mengkonsumsi obat yang ternyata menghentikan ASI. Ketika bu Sri menyadari bahwa beliau menderita kanker payudara, ternyata sudah stadium 2B. Berdasarkan data tersebut, bu Sri adalah individu yang cerdas dan jeli dalam mengidentifikasi penyebab kanker payudara yang beliau derita. Tidak semua orang mampu menganalisis penyebab dari apa yang dialaminya. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Hal ini diperkuat oleh apa yang dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator dalam aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Selain mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya, bu Sri juga lebih berfokus kepada solusi pemecahan masalah daripada fokus pada masalah yang sedang bu Sri hadapi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78 Usaha yang saya lakukan agar kesehatan saya semakin membaik adalah dengan menjaga pola makan, saya juga melakukan diet. Selain itu, keseimbangan pikiran positif juga harus terus dikembangkan. Doa, meditasi dan memotivasi diri sendiri harus terus dilakukan. Karena iman tanpa perbuatan hakekatnya adalah mati. Jadi selain berharap, kita juga harus mempunyai solusi atas permasalahan kita dan bergerak melakukannya. WA4S1B Berdasarkan data tersebut, bu Sri memiliki keberanian untuk maju, sehingga berusaha untuk mencari solusi atas keinginannya untuk sembuh dari kanker payudara. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) yang menuliskan salah satu ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah orientasinya berfokus pada solusi. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator pada aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu orientasinya berfokus pada solusi. e. Aspek empati Aktifnya bu Sri dalam berbagai kegiatan dan komunitas sosial, membuat bu Sri menjadi memiliki hubungan sosial yang baik. Dari berbagai kegiatan yang telah bu Sri ikuti dan juga dari aktivitas seharihari, bu Sri banyak menjumpai orang yang memiliki kanker payudara seperti bu Sri. Bu Sri menguatkan mereka melalui pengalaman hidup yang bu Sri telah alami. Ketika saya bertemu dengan orang yang memiliki kanker payudara sama seperti saya, saya menjadi semakin kuat ketika saya mampu menguatkan mereka. Saya biasanya memberikan motivasi dan sharing pengalaman saya selama saya menderita kanker payudara. Kadang saya juga berdoa bersama dengan mereka. WA5S1C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79 Berdasarkan data di atas, bu Sri memiliki empati yang baik kepada orang lain yang memiliki pengalaman yang sama dengannya. Dengan berbagi pengalaman bu Sri menjadi lebih kuat dan semangat dalam menjalani hari-harinya. Dengan berbagi, bu Sri menghadirkan kedamaian bagi orang lain dan menjadi solusi pula, bagi mereka yang benar-benar awam akan kanker payudara. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki empati adalah memiliki hubungan sosial yang baik serta mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain. Hal yang serupa juga dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki empati kepada orang lain, sama seperti indikator dalam aspek empati. f. Aspek efikasi diri Setelah perjuangan 11 tahun melawan kanker, bu Sri masih tetap memiliki keyakinan akan masa depannya. Meski sekarang beliau sudah bisa dikata sukses, namun beliau merasa bahwa sukses yang sesungguhnya itu masih panjang. Keyakinan yang terus bu Sri pelihara membuahkan hasil yang manis. Untuk jangka pendek memang saya sudah sukses melawan kanker, meski harus melalui proses yang nggak mudah selama 11 tahun. Tetapi untuk jangka panjang saya merasa belum sukses, karena sukses jangka panjang berbicara ketika saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80 sudah benar-benar menyelesaikan tugas saya di dunia, baru kita bisa tahu, sebenarnya kita suskes atau enggak. WA6S1B Berdasarkan data di atas, bu Sri mempunyai hati yang tegar dan kuat. Karena memiliki keyakinan yang kuat sehingga mampu memecahkan masalah yang ada, hingga akhirnya bu Sri dinyatakan sembuh. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki efikasi diri adalah individu yang mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bu Sri memiliki efikasi diri. g. Aspek pencapaian Setelah dinyatakan sembuh, bu Sri tidak lantas menjadi individu yang “seenaknya”, tetapi bu Sri tetap mengembangkan sikap-sikap positif yang terbentuk selama bu Sri menderita kanker. Bu Sri tetap menjaga pola makan, dan kesehatannya dengan sedemikian rupa. Yang paling saya jaga adalah pola makan saya. Saya juga melakukan diet ketat supaya kesehatan saya tetap terjaga. Biasanya saya minum 2 gelas jus sebelum makan supaya dapat menyerap hal buruk dari apa yang saya makan.WA7S1A Dulunya bu Sri sering sekali mengkonsumsi makanan cepat saji, kurang olahraga, kurang mengkonsumsi buah dan sayur. Setelah terkena kanker payudara, pola makan bu Sri harus dirubah. Bahkan bisa dibilang, makanan yang dikonsumsi oleh bu Sri cenderung hambar. Jus yang dikonsumsi bu Sri pun, jus yang tanpa susu, gula dan es, sehingga benarbenar jus asli. Beliau menuturkan bahwa hidup sehat itu kadang terlihat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81 tidak menyenangkan tetapi itulah harga yang harus dibayar untuk sebuah kesehatan. Berdasarkan data di atas, setelah bu Sri sembuh beliau tidak menurunkan standar hidupnya. Melainkan justru meningkatkannya. Tidak semua orang mempunyai kesadaran seperti bu Sri. Hal ini sesuai dengan teori Reivivh dan Shatte (2002) yang menuliskan ciri individu yang memiliki pencapaian adalah mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator dalam aspek pencapaian yaitu mampu meningkatkan aspekaspek positif dalam kehidupannya. Setelah bu Sri dinyatakan sembuh dari kanker payudara, bu Sri masih memiliki ketakutan-ketakutan dalam dirinya, seperti takut jika kankernya akan kambuh. Namun, bu Sri berusaha untuk tetap melawan ketakutannya dan berusaha melangkah. Saya sebenarnya takut jika kanker payudaranya kambuh lagi. Tapi setiap kekuatiran itu datang, saya berusaha untuk terus positif thinking, dan untuk memastikannya saya rutin check up ke dokter yang biasa menangani saya. Sekarang tangan kanan saya sedang sakit, awalnya saya menduga bahwa kanker payudaranya merambat ke kanan. Setelah di cek dokter, ketakutan saya itu membangkitkan sel kanker yang ada. Tetapi masih bisa ditangani dengan melakukan terapi. WA7S1CD Saat penelitian ini dilakukan, bu Sri memang mengalami sakit di bagian tangan kanannya sehingga sulit digerakan, kesemutan dan terasa sakit. Bu Sri semakin takut jika sel kankernya menyerang payudara sebelah kanan. Ternyata setelah di cek ke dokter, sel kankernya hampir saja hidup. Hidupnya sel kanker tersebut dipicu oleh pikiran bu Sri sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82 Bu Sri masih beruntung, bahwa itu masih bisa diobati dengan melakukan terapi. Berdasarkan data di atas, sebenarnya bu Sri memiliki ketakutan yang cukup tinggi, sehingga itu mempengaruhi sel kanker dalam tubuhnya. Hal ini kurang sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki pencapaian adalah memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri tidak memenuhi indikator dalam aspek pencapaian yaitu memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya. Berdasarkan pemaparan data-data wawancara dan observasi dengan bu Sri, ditambah data dari significant others bu Sri, baik dari aspek pertama hingga aspek terakhir dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki resiliensi yang sangat tinggi. Bu Sri memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu Sri mampu mengolah emosi-emosi dalam dirinya dengan melakukan meditasi dan mengikuti doa ignasian. Bu Sri juga memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter katakan dan sungguh-sungguh menjaga pola makan. Selain itu, bu Sri juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan tingginya keyakinan bahwa Tuhan pasti menyembuhkan beliau dan disertai dengan melakukan pengobatan yang benar. Kemudian, bu Sri juga mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara. Selain itu, bu Sri juga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83 memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan memberikan motivasi kepada orang lain yang menderita kanker payudara. Menurut significant others, bu Sri mampu menginspirasi banyak orang dan menemukan Tuhan dalam proses hidup beliau. Bu Sri juga memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Sri pantang menyerah dan memiliki keyakinan tinggi kepada Tuhan. Bu Sri juga kurang memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu Sri masih memiliki ketakutan-ketakutan dalam dirinya sehingga itu berpengaruh kepada proses penyebaran kanker dalam dirinya. 2. Bu Tutik a. Aspek regulasi emosi Ketika diagnosis menderita kanker payudara, bu Tutik memiliki beberapa ketakutan dalam dirinya, meskipun ini bukan pertama kalinya bu Tutik menderita kanker, karena sebelumnya bu Tutik sudah pernah terkena kanker ovarium. Namun, beberapa kekhawatiran itu masih tetap ada. Di tengah kekhawatirannya, bu Tutik tetap berusaha tenang. Meskipun ini sudah kedua kalinya menderita kanker, tetapi jujur masih khawatir masalah biaya. Karena kanker itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Tapi saya berusaha tenang dan percaya pada Tuhan, ditambah lagi saya bisa meminta tolong kepada teman maupun kolega. Yang terpenting adalah kita terbuka kepada orang lain, dengan begitu kita merasa tenang. WA1S2BC Menurut bu Tutik ketika beliau terbuka kepada orang lain, tentang apa yang beliau alami, itu dapat memicu hormon endomorfin dalam tubuhnya sehingga beliau merasa senang. Ketika bu Tutik merasa senang, beliau dapat melupakan apa yang membuatnya tertekan dan tentunya itu akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84 membuat bu Tutik merasa tenang. Ketika bu Tutik menderita kanker payudara, sang suami juga harus pensiun dini karena mengalami komplikasi penyakit sehingga dalam kondisi sakitpun bu Tutik tetap merawat suami yang juga sakit. Tak berselang lama, usaha anaknya yang pertama juga mengalami guncangan. Di kondisi sulit seperti ini, bu Tutik mencoba untuk tetap kuat menjalani kehidupannya. Beliau berusaha untuk tetap kuat untuk menolong suami dan anaknya. Berdasarkan data di atas, bu Tutik tergolong individu yang sangat terbuka kepada orang lain. Beliau juga merupakan individu yang supel dan mudah bergaul. Hal inilah yang menyebabkan beliau menjadi individu yang tenang, karena dapat berbagi keluh kesah kepada orang lain. Berdasarkan data di atas, telah memenuhi indikator pertama pada aspek regulasi pertama bahwa regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan Shatte, 2002). Saat mengalami masa-masa sulit ketika menjalani perawatan kanker, bu Tutik mendapat dukungan dari berbagai pihak, baik itu dari rekan, mahasiswa-mahasiswa yang beliau ampu, dan tentunya dari keluarga. Buat saya, yang sangat mendukung kesembuhan saya adalah rekan-rekan sekerja saya. Karena mereka membantu saya dalam berbagai hal, baik itu moril maupun materiil, dan itu begitu berarti buat saya. Selanjutnya, adalah para mahasiswa dimana tempat saya mengajar. Gimana ndak seneng, saya operasi aja, mereka gantian menjaga saya, karena mereka tahu keadaan saya itu gimana. Barulah pihak keluarga, ya mau bagaimana, mau marah akan keadaan seperti ini tapi mau gimana lagi selain dihadapi. Anak-anak saya juga sedang merintis karir, waktu itu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85 suami juga sedang sakit. Ya memang harus dihadapi. Ojo ming ribut karo awak e dewe. WA1S2DG Sebenarnya bu Tutik mengalami hal yang seharusnya mampu membuat beliau menyerah dan marah pada keadaan atau kepada Tuhan, tetapi beliau memilih untuk mengikuti apa yang Tuhan mau. Beliau bersyukur, masih banyak orang yang peduli pada dirinya, yang sedang berada dalam situasi sulit. Beliau memilih untuk “dibawa happy” daripada pusing-pusing. Ketika kita berkonflik dengan diri kita sendiri maka, kita tidak akan bisa bertahan, oleh karena itu harus diungkapkan, supaya lebih ringan. Bu Tutik berpikir bahwa sesuatu yang tidak diungkapkan itu justru akan menghambat banyak hal dan membuat yang merasakannya menjadi tidak nyaman. Disatu sisi, bu Tutik kadang mempikirkan bagaimana perasaan orang lain, namun terkadang kita juga harus mengungkapkan apa yang mengganjal dalam hati kita agar kedua belah pihak dapat berbagi dan instropeksi diri. Berdasarkan data diatas, bu Tutik memiliki pengelolaan emosi yang baik. Bu Tutik juga tidak mau memikirkan hal-hal yang akan membuatnya tidak bahagia. Beliau memilih untuk menikmati proses ini, karena bu Tutik percaya semuanya akan berjalan sesuai dengan rencana Tuhan. Hal ini juga sesuai dengan teori Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Hal itu juga sesuai dengan yang dipaparkan Greeff (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86 dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memiliki indikator kedua pada aspek regulasi emosi yaitu mampu mengekspresikan emosi secara tepat. b. Aspek pengendalian impuls Bu Tutik terbilang adalah individu yang sedikit “ngeyel” pada himbauan dokter atau apa yang seharusnya bu Tutik jalani. Bu Tutik tetap semangat menjalani harinya meskipun kehidupannya sedikit kacau. Saya sih mengatur sendiri aja, lebih diimbangi (subtitusi). Berobat iya, bekerja juga iya. Kalau saya nggak bekerja, saya juga nggak bisa berobat. Jadi ya diimbangi saja. Kalau saya, saya yang mengatur obat saya. Jadi, setelah menghabiskan dosis obat dari dokter, 3 bulan saya berhenti untuk melakukan penyesuaian, baru mulai minum obat lagi. Yang paling sulit untuk saya lakukan adalah istirahat. Dokter menganjurkan untuk istirahat tetapi saya ndak mau. WA2S2AB Dokter menganjurkan bu Tutik untuk beristirahat selama kurang lebih 10 tahun, karena sel kanker dalam tubuh beliau sudah mulai menjalar. Namun bu Tutik tetap tidak mau untuk beristirahat justru malah bu Tutik semakin sibuk. Karena menurut bu Tutik ketika dirinya sibuk, itu berarti beliau terus berpikir, dan itu membuat dirinya senang. Beliau mengaku, bahwa dirinya bukanlah pasien yang taat kepada dokter, karena kadang dokter memberi obat kepada pasien hanya untuk kepentingan bisnis saja. Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah pribadi yang cukup keras kepala, tetapi masih dalam taraf yang baik. Bu Tutik memiliki keyakinan yang kuat, dan ketika beliau memiliki keyakinan itu, beliau akan berusaha PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87 menunjukkan kepada orang lain bahwa keyakinannya itu benar. Tidak selamanya keras kepala itu adalah suatu hal yang buruk, tetapi terkadang keras kepala juga diperlukan untuk menghadapi dunia ini. Selain itu, bu Tutik juga tergolong individu yang kreatif, beliau menentukan sendiri kapan beliau harus minum obat, kapan harus berhenti, sehingga itu membuat beliau tidak ketergantungan pada obat. Hal ini juga sesuai dengan teori, bahwa individu yang memiliki pengendalian impuls dapat mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya (Reivich dan Shatte, 2002). Grotbreg (1995) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator pada aspek pengendalian impuls bahwa individu mampu mengendalikan dorongan dalam diri. Bu Tutik mengaku bahwa ketika harapannya tidak terwujud, beliau sudah siap dan harus menyesuaikan diri dengan keadaan. Karena segala sesuatunya pasti berubah dan kitalah yang harus menyesuaikan. Bu Tutik mengakui, ketika keadaan berubah kita tetap harus berusaha untuk berpikir jernih. Ketika kita mampu berpikir jernih, kita dapat menentukan arah hidup kita. Kita harus pintar untuk beradaptasi dengan keadaan. Terutama jika apa yang kita mau nggak terwujud. Dengan menderita kanker, saya menyesuaikan diri dengan biaya yang harus keluar, dengan cara menggunakan tabungan yang sudah saya siapkan untuk hari tua menjadi untuk biaya perawatan kanker. WA2S2C PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88 Bu Tutik adalah individu yang memiliki kesiapan hati dan kemampuan untuk beradaptasi. Dalam kondisi yang sulit sekalipun bu Tutik tetap berusaha untuk tetap berpikir jernih sehingga beliau tetap bisa mengambil keputusan yang akurat untuk hidupnya. Bu Tutik juga memiliki pemikiran yang dewasa, beliau tidak hanya memikirkan masa sekarang tetapi juga masa depannya. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki pengendalian impuls adalah individu yang memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator dalam aspek pengendalian impuls yaitu memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. c. Aspek optimisme Selama bu Tutik berjuang melawan kanker payudara 7 tahun lamanya, bu Tutik banyak mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya. Meskipun usianya sudah menginjak kepala 6 tetapi semangat bu Tutik tetap besar. Harapan yang ada dalam diri bu Tutik tidak hanya dipercayainya namun bu Tutik juga aktif untuk membuatnya menjadi kenyataan. Bu Tutik berusaha untuk optimis dan memperjuangkan hidup untuk bisa sembuh dari kanker payudara yang sedang diderita. Ketika mendengar kata masa depan, yang terlintas adalah kehidupan setelah di dunia ini. Karena saya juga wes tuo. Tapi bukan berarti saya nggak semangat menjalani hari, saya tentunya ingin mengakhirinya dengan baik dan berguna bagi orang lain. Dan tentunya sebelum semuanya selesai, saya ingin mewujudkan harapan-harapan saya.. WA3S2A Saya yakin bahwa kanker saya dapat disembuhkan, keyakinan saya kira-kira 75% soalnya saya sudah juga sudah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89 mengusahakan yang terbaik. Campur tangan Tuhan itu begitu nyata. Sekarang gini, kena kanker langsung 3B dan itu kan angka kesembuhannya sudah sangat rendah, tapi Tuhan masih ijinkan saya sembuh, mujizat. Bahkan, harusnya kalau makin tinggi stadiumnya kan makin lama ngerawatnya, puji Tuhan ini cuma 7 tahun. WA3S2B Bisa dikatakan bahwa bu Tutik mengalami mujizat, karena seharusnya kanker dengan stadium 3B, angka kesembuhannya sudah sangat rendah, dan bu Tutik sembuh sampai sekarang. Waktu penyembuhan kanker biasanya lebih lama daripada 7 tahun tetapi bu Tutik berhasil melawan kanker hanya dengan waktu 7 tahun. Angka ini tergolong cepat. Bu Tutik rela merogoh kantong lebih dalam agar beliau dapat ditangani oleh profesor yang memang ahli dalam penyembuhan kanker. Konsekuensinya, bu Tutik harus dirawat di ruang VVIP di sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Sebuah “harga” yang harus dibayar oleh bu Tutik. Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah individu yang gigih, tabah dan mempunyai semangat yang luar biasa. Pengalamannya menderita kanker sebanyak 2 kali tidak membuatnya patah semangat namun justru semakin semangat dalam menjalani hidup. Data di atas telah memenuhi indikator pertama pada aspek optimisme, bahwa ciri individu yang optimis adalah memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan lebih baik (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini diperkuat dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu yang memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90 Diusianya yang sekarang, harapan bu Tutik berkutat seputar keluarga, dan kesehatannya. Itulah aspek yang sedang banyak dipikirkan oleh bu Tutik, sebagai ibu, mertua, dan saudara bagi saudara-saudaranya. Bu Tutik juga ingin kesehatannya terus membaik di usianya sekarang ini. Saya ingin melihat kedua anak saya mapan, dan rukun. Sehingga saya sudah tidak perlu ikut turun tangan lagi. Saya juga ingin saudara-saudara saya semakin mandiri secara ekonomi. Karena bagaimanapun juga keluarga mereka tetap harus diurusi. Oleh sebab itu, saya sebisa mungkin tidak begitu menggubris anak saya, supaya dia mandiri dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Saya juga berharap untuk terus sehat sehingga tetap bisa berkarya. Saya menjaganya dengan tetap berpikir positif WA3S2C Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keinginan yang mulia, yaitu ingin melihat keluarga dan sanak saudaranya rukun. Dengan tetap memiliki harapan seperti itu, itu berarti bu Tutik masih memiliki kontrol atas kehidupannya. Bu Tutik juga memperjuangkan kesehatannya, dengan cara tetap berpikir positif. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah individu yang memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. Pendapat serupa juga dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu yang memiliki optimisme adalah individu yang juga percaya mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan pasca kejadian trauma. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator kedua pada aspek optimisme yaitu memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. Meskipun bu Tutik memiliki persoalan hidup yang rumit, tetapi bu Tutri tidak pernah merasakan depresi atau dirinya di titik terendah. Bu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91 Tutik tidak ingin mensugeti dirinya dengan hal yang negatif melainkan ingin mensugeti dengan semangat yang positif, dengan demikian bu Tutik menjadi semangat dalam berkarya. Saya nggak pernah merasa depresi dengan keadaan saya, saya berusaha untuk menyibukkan diri dengan kegiatan yang positif, seperti mengurus konsumsi bahkan memasak ketika ada acara di di tempat saya bekerja, tetap aktif di kantor, tetap membantu dalam event-event yang ada di kantor. WA3S2F Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah pribadi yang tidak mau menganggur atau membuat orang mengasihani dirinya karena dirinya menderita kanker. Beliau justru ingin membuat orang lain terinspirasi akan pengalaman hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki optimisme memiliki kesehatan mental yang baik. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki kesehatan mental yang baik. Bu Tutik sendiri tetap aktif bekerja dan terlibat dalam berbagai kegiatan meskipun dirinya sedang menderita kanker payudara. Saya tidak pernah merasa minder dengan apa yang saya alami, sekalipun saya pernah mengalami pengangkatan payudara. Saya berusaha tetap aktif dalam kegiatan di tempat saya bekerja, karena dengan begitu saya dapat tetap berkarya dan bertemu dengan banyak orang. Itu menghibur saya. Dan saya nggak pernah minder dengan penyakit saya, malah orang-orang ngiranya saya itu sehat, karena saya masih beraktivitas seperti biasa. WA3S2H PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92 Bu Tutik memiliki hobi memasak, sehingga beliau menuangkan hobinya untuk memasak, jika ada acara di tempat dimana beliau bekerja. Ketika beliau memasak, beliau dibantu oleh mahasiswa-mahasiswinya, sehingga semakin membuat bu Tutik menjadi bersemangat untuk memberikan yang terbaik. Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keuletan dalam bekerja, bu Tutik juga totalitas ketika mengerjakan sesuatu sehingga hasil yang dihasilkanpun juga memuaskan. Bu Tutik juga memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki produktivitas kerja yang tinggi. Hampir sama dengan jawaban bu Tutik mengenai langkah yang akan diambil ketika kenyataan di masa depan tidak sesuai dengan harapannya. Bu Tutik akan melakukan adaptasi. Kita harus pintar untuk beradaptasi dengan keadaan. Terutama jika apa yang kita mau nggak terwujud. Dengan menderita kanker, saya menyesuaikan diri dengan biaya yang harus keluar, dengan cara menggunakan tabungan yang sudah saya siapkan untuk hari tua menjadi untuk biaya perawatan kanker. WA2S2CD Berdasarkan data di atas, bu Tutik mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93 optimisme mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. Dapat disimpulkan bu Tutik memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. d. Aspek kemampuan menganalis masalah Bu Tutik menyampaikan penyebab dirinya terkena kanker payudara. Bu Tutik mengaku penyebab dirinya menderita kanker payudara karena ketidakseimbangan hormonal. Jadi begini mbak, kan saya awalnya kena kanker ovarium. Kata dokter memang kalau kankernya itu menyerang organ kewanitaan maka itu kemungkinan atau ada peluang akan merambat ke organ kewanitaan lain, meskipun kanker sebelumnya sudah sembuh. Trus selama dinyatakan sembuh dari kanker ovarium, ternyata hormon saya tidak seimbang sehingga memicu perkembangan kanker. Ternyata kankernya menyerang payudara kiri saya. Tapi emang obat kanker itu keras mbak. Saya terkena kanker itu tahun 2008 dan langsung stadium 3B. Hal itu dikarenakan ketidakseimbangan hormon. Dan selama 7 tahun menderita kanker payudara saya sudah 4x menjalani kemoterapi.WA4S2A Bu Tutik pada saat menderita kanker payudara sudah mengalami 4x kemoterapi dan 25x penyinaran. Karena melakukan penyinaran inilah bu Tutik harus menderita teroid (gondok). Akibatnya bu Tutik harus menjalani 2x operasi yaitu operasi pengangkatan payudara sebelah kiri dan operasi teroid (gondok). Bu Tutik juga menuturkan bahwa yang membuat hormonnya tidak seimbang adalah pikiran beliau tentang banyak hal. Terlalu banyak hal yang harus dipikirkan oleh bu Tutik seperti kesehatan suaminya, kondisi anak-anaknya yang belum dapat mandiri, saudara-saudaranya yang masih sering merepotkan bu Tutik dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94 pekerjaannya sebagai dosen. Tetapi dari semuanya itu, bu Tutik merasa stressor-stressor ini bermanfaat, karena membuat bu Tutik menjadi wanita yang kuat. Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah wanita yang luar biasa, karena beliau dapat menganalisis penyebab permasalahan yang menimpanya dan tentunya beliau kuat untuk menghadapinya. Beliau juga tidak mengeluh dalam menghadapi berbagai cobaan yang bertubi-tubi seperti ini. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Hal ini diperkuat oleh apa yang dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator dalam aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Selain mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya, bu Tutik juga mampu menyelesaikan masalah-masalah yang ada. Hal itu dikarenakan bu Tutik selalu fokus pada solusi yang ada, tentang bagaimana penyelesaian suatu masalah. Yang membuat saya terus bertahan karena tidak ada pilihan yang lebih baik dari itu. Selain itu saya harus tetap melanjutkan hidup yang telah Tuhan percayakan kepada saya. Dan saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95 berusaha juga untuk tetap sehat, dengan cara hidup sehat, berpikir yang positif dan dapat membantu orang lain. WA4S2D Bu Tutik mencoba untuk terus berjuang dalam hidup, bukan lagi memperjuangkan duniawi tetapi lebih kepada ketenangan jiwa. Karena diusia yang sekarang ini, sudah seharusnya bu Tutik menikmati masa tuanya dan menikmati hasil yang telah beliau lakukan selagi muda. Namun, yang terjadi justru sampai diusia yang ke-67 tahun beliau masih harus memikirkan dan menangani banyak hal. Berdasarkan data tersebut, bu Tutik memiliki daya juang yang terbilang tinggi, karena beliau selalu berupaya untuk menyelesaikan segala masalah yang menimpanya. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) yang menuliskan salah satu ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah orientasinya berfokus pada solusi. Dapat disimpulkan bahwa bu Sri memenuhi indikator pada aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu orientasinya berfokus pada solusi. e. Aspek empati Posisinya sebagai dosen membuat bu Tutik memiliki banyak memiliki kenalan, rekan, kolega dan juga sahabat-sahabat dari berbagai kalangan. Meskipun menderita kanker namun bu Tutik justru tidak minder. Bu Tutik juga tidak menunjukkan bahwa dirinya seorang penderita kanker. Yang mengetahui hal itu hanya orang-orang terdekatnya saja. Ketika saya berada di komunitas saya tidak minder, saya bersikap seperti orang yang sehat dan tidak menunjukkan penyakit saya. Dan saya tetap aktif di berbagai kegiatan agar saya tetap eksis dalam komunitas. Kanker bukanlah yang menghentikan saya tetapi justru memicu saya untuk lebih baik PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96 lagi Jadi ya ketika bersama dengan banyak orang, saya justru tidak menghindar tapi justru dari pengalaman saya banyak orang yang jadi “melek kanker”. WA5S2A Berdasarkan data di atas, bu Tutik adalah individu yang supel dan ramah kepada orang lain. Bu Tutik juga mampu merangkul semua kalangan, baik itu mahasiswa, rekan-rekannya, para tokoh rohani, bahkan orang yang jabatannya lebih tinggi. Bu Tutik memiliki kemampuan sosial yang baik. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki empati adalah memiliki hubungan sosial yang baik. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator dalam aspek empati yaitu memiliki hubungan sosial yang baik. Bu Tutik juga memiliki empati yang baik kepada orang yang memiliki penyakit atau penderitaan yang sama dengan dirinya. Ditambah lagi, bu Tutik mengetahui teknik-teknik konseling. Keahlian tersebut dimanfaatkan bu Tutik untuk membantu orang lain yang memiliki kondisi yang sama dengan beliau. Ketika bertemu dengan orang yang menderita kanker payudara, saya berusaha untuk membantu mereka dengan sharing pengalaman saya. Saya juga membantu memecahkan masalah mereka dengan teknik-teknik konseling. Dengan begitu saya merasa lebih kuat dan semangat dalam menjalani hidup. Kan orang kalau ketemu dengan mereka yang berhasil melawan kanker jadinya malah semangat. WA5S2CD Berdasarkan data tersebut, bu Tutik memiliki empati yang baik kepada orang lain yang memiliki kanker payudara. Bu Tutik juga memiliki keterampilan konseling yang memudahkannya untuk mengenali kondisi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97 emosional dan psikologis orang lain. Hal ini sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki empati adalah mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain. Hal yang serupa juga dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memiliki empati kepada orang lain, sama seperti indikator dalam aspek empati. f. Aspek efikasi diri Bu Tutik memiliki keyakinan dalam dirinya untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam dirinya, karena bu Tutik merasa didukung banyak orang. Dan dirinya juga beriman kepada Tuhan, percaya bahwa Tuhan pasti memberikan jalan keluar. Saya merasa yakin mampu menjalani hidup ini karena didukung oleh banyak orang yang sungguh-sungguh ingin membantu saya. Dukungan itu tidak hanya melalui materi namun juga secara materiil. Jika dikatakan sukses, belum. Ada beberapa hal yang sedang saya pergumulkan, dan itu belum terjadi. WA6S2A Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keyakinan yang tinggi menyelesaikan masalahnya. Saya juga memandang beliau sebagai seorang pejuang kanker yang luar biasa. Beliau mampu melewati masa-masa sulit dan muncul sebagai pemenangnya. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki efikasi diri adalah individu yang mampu memecahkan masalah yang kita PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98 alami dan mencapai kesuksesan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bu Sri memiliki efikasi diri. f. Pencapaian Bulan November tahun 2015, bu Tutik dinyatakan sembuh dari kanker payudaranya. Namun, beliau tidak terlena begitu saja. Bu Tutik tetap menjaga kebiasaan baik yang sudah terbentuk selama bu Tutik menderita kanker payudara. Kebiasaan-kebiasaan tersebut berusaha beliau tingkatkan supaya semakin sehat. Kebiasaan baik yang sudah terbentuk adalah menjaga pola makan, meskipun terkadang masih suka telat makan. Untuk itulah saya mencoba untuk meningkatkannya. Selain itu yang harus terus ditingkatkan adalah berpikir tenang dan menikmati segala proses yang ada, dengan begitu saya menjadi tidak mudah stres. WA7S2AB Berdasarakan data di atas, keinginan yang timbul dari dalam diri bu Tutik sudah baik. Beliau tahu mana hal yang harus ditingkatkan, dan mengetahui apakah itu baik untuk kesehatan atau tidak. Hal ini sesuai dengan teori Reivivh dan Shatte (2002) yang menuliskan ciri individu yang memiliki pencapaian adalah mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator dalam aspek pencapaian yaitu mampu meningkatkan aspek-aspek positif dalam kehidupannya. Bu Tutik mengaku tidak ada ketakutan mendalam dalam dirinya, karena bu Tutik yakin bahwa Tuhan telah memberikan kekuatan sehingga memampukannya untuk menghadapi masalah-masalah yang ada. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99 Nggak ada mbak. Saya yakin bahwa Tuhan membantu saya dalam mengatasi masalah-masalah hidup saya. Tuhan memberikan saya kekuatan sehingga memampukan saya untuk menghadapinya. Saya berani, karena pengalaman hidup saya yang membuat saya menjadi kuat. Bisa dibilang, cobaan yang saya alami sekarang, 2xnya cobaan yang dihadapi orang-orang pada umumnya. WA7S2DE Berdasarkan data di atas, bu Tutik memiliki keberanian, dan keuletan dalam menyelesaikan masalah-masalah dalam hidupnya. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki pencapaian adalah memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya. Dapat disimpulkan bahwa bu Tutik memenuhi indikator dalam aspek pencapaian yaitu memiliki keberanian untuk mengatasi segala ketakutan yang mengancam kehidupannya. Berdasarkan pemaparan data-data wawancara dan observasi dengan bu Tutik, ditambah data dari significant others bu Tutik baik dari aspek pertama hingga aspek terakhir dapat disimpulkan bahwa bu Sri memiliki resiliensi yang sangat tinggi. Bu Tutik memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu Tutik mampu menyalurkan emosinya melalui kegiatan mengajar, karena dengan bertemu dengan orang lain menjadi semakin mampu mengelola emosi. Bu Tutik juga memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini didasarkan pada bu Tutik berusaha mengatur dan mengimbangi pola hidup supaya fisik dan psikologisnya semakin sehat. Selain itu, bu Tutik juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan bu Tutik yang menuturkan bahwa dirinya menikmati dan menerima penyakit ini karena itulah yang membuatnya kuat hingga PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100 sekarang. Kemudian, bu Tutik juga mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara. Selain itu, bu Tutik juga memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan perasaan bu Tutik menjadi senang jika bertemu dengan orang yang memiliki penyakit sama dengannya karena dapat sharing berbagi pengalaman dan menguatkan orang tersebut. Bu Tutik juga memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Tutik yakin pada Tuhan dan berusaha terbuka kepada orang lain. Bu Tutik juga memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu Tutik percaya bahwa keterbukaan orang lainlah yang mendukung pencapaian seseorang. 3. Bu Asih a. Aspek regulasi emosi Ketika bu Asih didiagnosis menderita kanker payudara, banyak hal yang membuat bu Asih menjadi tertekan. Bu Asih merasa takut dengan pikirannya sendiri. Bu Asih merasakan ketakutan akan masa depannya, dan itu berlangsung cukup lama sekitar 3 bulan. Awal saya dinyatakan terkena kanker, saya merasakan takut yang amat mendalam. Saya takut kedepannya akan semakin buruk. Soalnya kanker itu kan nggak seperti penyakit yang buat tidur langsung sembuh. Saya itu takut di kemo, soalnya kata orang-orang yang sudah pernah, rasanya itu nggak enak. Ketakutan-ketakutan inilah yang membuat saya jadi nggak tenang. WA1S3A Bu Asih memang dikenal sebagai seseorang yang pemikir, sedikitsedikit dipikir secara mendalam. Pada awal terkena kanker, bu Asih PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101 mengaku tidak bisa tidur hampir setiap malam. Perasaannya tidak tenang, dan merasa dihantui maut. Bu Asih juga tergolong seseorang yang pendiam, sehingga bu Asih hanya mau berbagi kepada orang yang bu Asih pandang sebagai seseorang yang dekat dengannya. Berdasarkan data di atas, bu Asih tergolong introvet, sehingga beliau kurang terbuka kepada orang lain mengenai apa yang dialami. Menurut saya, bu Asih terlalu berpikiran yang negatif sehingga beliau mengalami ketakutan yang luarbiasa hingga menyebabkan sulit tidur. Sikap bu Asih yang pendiam, tidak mau terbuka dan terlalu berpikiran negatif membuat bu Asih menjadi tidak tenang dalam menjalani aktivitasnya. Berdasarkan data-data tersebut, bu Asih tidak memenuhi indikator pertama pada aspek regulasi pertama bahwa regulasi emosi diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengatur emosi sehingga tetap tenang meskipun berada dalam situasi di bawah tekanan (Reivich dan Shatte, 2002). Timbulnya berbagai masalah pasca divonis kanker payudara, membuat kondisi emosi bu Asih tidak stabil. Kadang bu Asih merasa kuat, tetapi di lain sisi bu Asih merasa ingin menyerah pada hidup. Kalau sejauh ini sih lebih banyak jatuhnya mbak. Saya merasa penyakit ini beban, jadi bikin saya serasa siap mati dan pengen nyerah. WA1S3C Emosi-emosi yang timbul dalam diri bu Asih membuat bu Asih belajar untuk mengolahnya. Karena saya orangnya pendiam, jadi apa-apa saya pendam dulu. Saya merenungkan dulu semuanya, barulah kalau saya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102 sudah siap saya akan mengutarakannya. Biasanya saya juga sharing kepada anak saya, karena hanya dia yang saya miliki. Saya sih lebih cenderung pasrah aja sama keadaan, orang juga udah jadi kayak gini. WA1S3GH Bu Asih memiliki 2 orang anak, yang perempuan sudah lulus SMA, dan yang laki-laki masih duduk di bangku SMP. Biasanya, bu Asih berbagi cerita kepada anak perempuannya. Selain itu, bu Asih adalah seorang janda. Saudara-saudaranya pun juga sibuk mengurus rumah tangganya sendiri. Sedangkan bu Asih tidak bekerja, dan segala biaya anak-anaknya dan dirinya ditanggung oleh orang tua bu Asih. Berdasarkan data tersebut, sesungguhnya banyak emosi-emosi yang bu Asih rasakan tetapi beliau tidak mau mengungkapkannya. Beliau merasa lebih nyaman untuk menyimpannya sendiri. Mungkin benar bu Asih sharing kepada anaknya, tetapi tidak semua yang beliau rasakan di sharingkan kepada anaknya. Jadi, masih banyak emosi-emosi yang mengendap, belum diolah dengan baik sehingga juga tidak dapat diungkapkan. Hal ini juga tidak sesuai dengan teori Reivich (2002) mengenai ciri-ciri orang yang memiliki resiliensi, salah satunya adalah mampu mengekpresikan pikiran dan perasaan mereka dengan nyaman. Hal itu juga tidak sesuai dengan yang dipaparkan Greef (dalam Reivich dan Shatte, 2002) menyatakan bahwa individu yang memiliki kemampuan untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain akan memiliki kepercayaan diri dan hubungan yang lebih baik dengan orang lain. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103 kedua pada aspek regulasi emosi yaitu mampu mengekspresikan emosi secara tepat. b. Aspek pengendalian impuls Bu Asih sempat berobat secara alternatif maupun secara medis. Disemua pengobatan yang pernah bu Asih jalani, bu Asih mencoba untuk mengikuti himbauan dari praktisi kesehatan ataupun dokter yang menanganinya. Apapun yang dokter katakan, saya berusaha nurut. Kalau nggak nurut, saya malah jadi takut kalau keadaan semakin memburuk dan tidak terkendali. Kalau lagi kepengen makan apa gitu, saya biasanya langsung ingat kata dokter, akhirnya nggak jadi pengen. Yang paling susah saya turuti kalau yang dokter larang itu adalah makanan kesukaan saya. WA2S3A Berdasarkan data tersebut bu Asih memiliki pengendalian impuls yang baik. Bu Asih mampu melawan dorongan-dorongan dalam dirinya, meskipun itu sulit. Bu Asih menuruti apa kata dokter karena beliau ingin segera pulih dan pengobatan yang beliau lakukan selama ini tidak sia-sia. Hal ini juga sesuai dengan teori, bahwa individu yang memiliki pengendalian impuls dapat mengendalikan dorongan-dorongan (kesukaan, keinginan, serta tekanan) yang muncul dalam dirinya (Reivich dan Shatte, 2002). Grotbreg (1995) juga mengatakan bahwa individu yang memiliki resiliensi, mempunyai kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan dorongan dalam hati. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih memenuhi indikator pada aspek pengendalian impuls bahwa individu mampu mengendalikan dorongan dalam diri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104 Dalam mengambil keputusan, bu Asih masih belum bisa dikatakan mandiri, karena beliau masih harus meminta pertimbangan dari keluarga dan orangtuanya. Saat mengambil keputusanpun, bu Asih masih sering terbawa emosi atau terbawa perasaan, sehingga bu Asih tidak berpikir jernih. Kadang harapan-harapan saya tidak terwujud, ya saya cuma bisa pasrah. Soalnya yang mengurusi perawatan saya kan saudara-saudara dan orangtua saya, jadi ya saya serahkan semua pada mereka. Meskipun kadang tidak sesuai dengan apa yang saya mau, tapi ya saya diam saja. Paling ya saya semangatin diri sendiri untuk tetap positif thinking. WA2S3D Berdasarkan data di atas, bu Asih kurang memiliki sikap dalam menentukan nasibnya sendiri. Bu Asih masih cenderung bergantung kepada orang lain, yang membuat bu asih tidak mampu berpikir jernih dan akurat. Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki pengendalian impuls adalah individu yang memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator dalam aspek pengendalian impuls yaitu memiliki kemampuan berpikir yang jernih dan akurat. c. Aspek Optimisme Di dalam menjalani perawatan kanker, bu Asih memiliki kepercayaan akan masa depanya. Dirinya meyakini bahwa masa depannya telah dijamin oleh Tuhan dan Tuhan pasti menyediakan yang terbaik baik untuk dirinya maupun orang-orang yang dikasihinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105 Awalnya saya nggak terima kalau saya kena kanker payudara, kenapa harus saya, kenapa nggak orang lain aja. Tapi, lamalama saya mengerti bahwa Tuhan pasti punya rencana buat saya. Tuhan sudah jamin masa depan saya, dan pasti yang terbaik buat saya. Entah yang terbaik itu sembuh atau saya mati, yang pasti apapun hasilnya itulah yang terbaik menurut Tuhan, saya ngikuti maunya Tuhan aja. Kalau ditanya yakin sembuh atau nggak, saya yakin saja, karena saya juga sudah berusaha dan berdoa, sisanya terserah Tuhan. WA3S3C Berdasarkan data di atas, bu Asih memiliki keyakinan yang cukup tinggi kepada Tuhan, dan percaya bahwa Tuhan akan menyediakan yang terbaik untuk bu Asih, sekalipun mungkin yang terbaik adalah kematian, tetapi bu Asih menerimanya kalau itu memang kehendak Tuhan atas hidupnya. Data di atas telah memenuhi indikator pertama pada aspek optimisme, bahwa ciri individu yang optimis adalah memiliki kepercayaan bahwa segala sesuatu akan lebih baik (Reivich dan Shatte, 2002). Hal ini sesuai dengan www.APAHelpCenter.org/resilience yang menuliskan ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu yang memiliki sikap optimis yaitu terdapat harapan akan masa depan. Bu Asih juga memiliki banyak harapan akan masa depannya, salah satunya adalah kesembuhannya dari kanker payudara yang sudah 1,5 tahun ini dia derita. Bu Asih juga berusaha menjalani berbagai macam pengobatan yang disarankan oleh banyak pihak, agar kesembuhannya terwujud. Namun, dalam hal mengontrol kehidupannya, bu Asih belum bisa sepenuhnya karena masih harus dibantu oleh orang tuanya ataupun sanak saudaranya Harapan terbesar saya saat ini adalah bisa sembuh, karena dengan saya sembuh saya bisa kembali beraktivitas, nggak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106 merepotkan banyak pihak dan bisa melihat anak-anak tumbuh dewasa. Dan untuk mewujudkan ini, saya berusaha untuk berobat. Orang bilang apa saya turuti, dilarang makan ini-itu saya turuti, suruh berobat kesana saya ikuti, pokok e pie carane ben iso sembuh gitu. Meskipun hal ini juga butuh banyak biaya, makannya saya selalu berdoa supaya Tuhan cukupkan segalanya. Tetapi kalau dalam hal mengurusi keluarga, ekonomi kayak gitu saya masih dibantu orang tua dan juga saudarasaudara saya. WA3S3CD Berdasarkan data di atas, bu Asih memiliki harapan-harapan terkait kesembuhannya, dan juga mengusahakan hal-hal yang mendukung kesembuhannya, akan tetapi bu Asih kurang memiliki kontrol dalam kehidupannya. Hal itu terbukti bahwa bu Asih masih bergantung kepada orang tua dan saudara-saudaranya dalam mengurus keluarga (anakanaknya) dan juga ekonominya, hal ini disebabkan karena bu Asih sudah tidak bekerja lagi. Segala kebutuhan serta biaya perawatan kanker payudara yang diderita oleh bu Asih di biayai oleh orang tua dan juga saudara-saudaranya. Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah individu yang memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. Pendapat serupa juga dituliskan dalam www.APAHelpCenter.org/resilience bahwa individu yang memiliki optimisme adalah individu yang juga percaya mereka tetap memiliki kendali yang baik terhadap lingkungan pasca kejadian trauma. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator kedua pada aspek optimisme yaitu memiliki harapan dan kontrol atas arah hidupnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107 Dalam pergulatan melawan kanker, bu Asih mengalami depresi yang cukup hebat. Hal ini, bu Asih alami saat awal didiagnosis menderita kanker payudara, tepatnya bulan kedua dan ketiga. Bu Asih mengaku bahwa dirinya sempat berpikir untuk melakukan percobaan bunuh diri. Sampai suatu ketika, saat bu Asih merasakan sakit yang teramat sakit, bu Asih hampir bunuh diri. Waktu awal-awal kena kanker itu, saya merasa bener-bener depresi. Bahkan saya sempat mau bunuh diri dengan minum racun tikus, meminum pembersih poselen dan juga meminum cairan pembunuh serangga. Jadi totalnya sudah 3 kali, saya mencoba untuk bunuh diri, saking sakitnya di badan dan juga karena ndak punya uang buat berobat. Nggak kuat rasanya, pengen disudahi aja. Jadi banyak yang saya pikirkan waktu itu. Tapi setelah saya udah hampir minum, saya ingat sama Tuhan Yesus, akhirnya saya nggak jadi bunuh diri. Tapi ya itu, harus menahan sakit yang begitu luar biasa. WA3S3F Berdasarkan data tersebut, bu Asih tidak memiliki kesehatan mental yang baik, karena beliau tidak mampu mengatasi atau bangkit dari depresi yang dialaminya. Parahnya, bu Asih sampai pernah melakukan percobaan bunuh diri. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki optimisme memiliki kesehatan mental yang baik. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki kesehatan mental yang baik. Selama menderta kanker pada akhir tahun 2014, bu Asih memutuskan untuk tidak bekerja lagi menjadi pramuniaga di Jakarta, dan memilih untuk kembali ke rumahnya sebagai ibu rumah tangga. Selama di rumah bu Asih, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108 kurang berbaur dengan tetangga-tetangga yang ada di sekitar rumahnya. Bu Asih hanya berbaur dengan orang-orang di gereja dan juga saudarasaudaranya ketika ada acara keluarga. Ketika berbaur bersama dengan orang lain, bu Asih mengaku minder. Ya kalau pas kumpul gitu paling ya cuma sama orang gereja dan keluarga aja, itupun kalau pas arisan keluarga. Kalau sama ibuibu sekitar sini, enggak. Soalnya mereka tu masih banyak yang beranggapan kalau kanker payudara itu penyakitnya “cewek nakal”, ditambah lagi dengan posisi saya yang sekarang janda. Janne nek kumpul sama orang gereja gitu minder, soalnya saya kena penyakit kayak gini, kalau buat perempuan itu malu lho, apalagi diantara orang banyak dan mayoritas laki-laki. WA3S3HI Berdasarkan data di atas, bu Asih lebih cenderung pasif dengan memilih tidak bekerja, karena dengan tidak melakukan aktivitas akan membuat individu semakin jenuh dan berpikiran negatif akan banyak hal. Selain itu, bu Asih juga memilih untuk menggantungkan hidupnya kepada orang tuanya, padahal anaknya yang paling kecil masih duduk di bangku SMP yang tentunya masih membutuhkan banyak biaya. Padahal, banyak pekerjaan yang bisa dikerjakan di rumah dan tentunya menghasilkan uang. Bu Asih juga tidak memiliki banyak rekan atau komunitas yang membangun dirinya dan tempat untuk berbagi, bu Asih hanya bergaul dengan komunitas gereja dan juga keluarga. Sempitnya komunitas dan perasaan minder yang dialami oleh bu Asih membuat dirinya semakin tidak berkembang dalam sosial dan kognitif. Karena semakin banyak komunitas yang dimiliki oleh seorang penderita kanker, maka akan semakin banyak orang yang dapat dijadikan tempat untuk berbagi pengalaman, dan kita juga dapat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109 dikuatkan/didukung dalam komunitas tersebut, sehingga kita tidak mudah berpikir negatif. Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme adalah memiliki produktivitas yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu memiliki produktivitas yang tinggi. Ketika membahas masa depan, bu Asih mengaku belum memiliki gambaran. Beliau tergolong orang yang hidup di masa ini, sehingga beliau fokus dengan apa yang ada sekarang, dan apa yang akan terjadi mendatang tidak terlalu dipusingkan. Bu Asih juga menuturkan bahwa masa depan sudah ada yang mengatur, kita hanya menjalaninya saja. Meskipun masa depan itu baik atau pun kurang baik. Saya nggak tau harus seperti apa kalau ternyata keadaan saya makin buruk atau harapan-harapan saya tidak terwujud. Saya menyerahkan semuanya kepada Tuhan. Pasrah saja. Saya memilih fokus sama yang sekarang dulu aja, masa depan udah ada yang ngatur. WA3S3J Berdasarkan data-data tersebut, bu Asih memiliki orientasi pada masa sekarang, sehingga beliau kurang mempersiapkan masa depannya. Bu Asih juga cenderung pasrah akan masa depan dan juga kehidupannya mendatang, dan cenderung tanpa rencana. Hal ini tidak sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki optimisme mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator pada aspek optimisme yaitu mempunyai kemampuan untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110 d. Aspek kemampuan menganalisis masalah Bu Asih menuturkan bahwa dirinya kurang mengetahui apa yang menyebabkan dirinya menderita kanker payudara. Ketika memeriksakan diri di Rumah Sakit, kanker payudaranya sudah ada di stadium 2B. Saya kurang tahu penyebab kok saya bisa kena kanker payudara, tiba-tiba kena. Awalnya sih nyeri sekali di bagian tangan dan sekitar payudara. Trus, saya bawa ke RSU, langsung di rujuk ke rumah sakit di Solo, ternyata kena kanker payudara. Trus, saya disarankan teman untuk berobat di Sinsae, pake obat herbal. Ternyata obat tersebut nggak cocok, dan akhirnya saya berhenti berobat disitu selama 1 bulan, ternyata malah dua-duanya kena kanker payudara. Ketika pake obat dokterpun juga nggak ada yang cocok. WA4S3C Berdasarkan data-data tersebut, bu Asih kurang mampu menganalisis penyebab dirinya bisa terkena kanker payudara. Bu Asih juga tidak berusaha untuk melakukan intropeksi diri, apa yang sesungguhnya menyebabkan dirinya terkena kanker payudara. Hal ini tidak sesuai dengan yang disampaikan Reivich dan Shatte (2002) bahwa ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Hal ini juga kurang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam situs APA, www.APAHelpCenter.org/resilience yang menyatakan bahwa individu memiliki pemahaman yang baik bahwa setiap pengalaman hidup memiliki alasan tertentu, dan mereka masih memiliki sumber personal dan sosial untuk memenuhi tuntutan hidup tersebut. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator dalam aspek kemampuan menganalisis PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111 masalah yaitu mampu mengidentifikasi sebab dari permasalahan yang menimpanya. Meskipun begitu, bu Asih selalu berusaha menjaga pola makannya dan dengan rutin meminum obat yang telah diberikan oleh dokter. Selama menderita kanker payudara, bu Asih telah mencoba berbagai alternatif pengobatan, baik itu secara medis maupun herbal. Saya itu udah nyobain macem-macem, mulai dari obat dokter sampek obat herbal. Waktu awal itu berobat di sinsai tapi malah berhenti sebulan karena keterbatasan biaya. Trus pindah pakai obat dokter tetapi nggak semuanya cocok, ada yang nggak cocok. Kayak sekarang gini saya harus seminggu sekali ke Malang untuk berobat ke klinik dokter kanker untuk suntik. Dan biayanya paling nggak ya 1 jutaan, itu udah termasuk transport, nginep sama berobatnya. Jadi setiap minggu, uang 1 juta itu paling nggak harus ada, kalau nggak ada ya nggak bisa berangkat berobat. WA4S3D Keluarga bu Asih memang tergolong menengah ke bawah. Biaya perawatan kanker selama ini ditanggung oleh orang tuanya yang sudah tidak muda lagi. Ibunya adalah pensiunan guru dan sekarang membuka warung di terminal, ayah bu Asih menganggur di rumah. Jadi, sumber utamanya adalah dari ibu bu Asih. Penghasilan dari warung itu untuk mencukupi biaya perawatan kanker bu Asih dan menghidupi kedua anak bu Asih, suaminya dan juga dirinya sendiri. Terkadang keluarga bu Asih juga memberi bantuan dana, walaupun tidak banyak tetapi itu cukup meringankan bu Asih sekeluarga. Berdasarkan data-data di atas, bu Asih sudah cukup baik dalam berusaha untuk memperbaiki kondisi kesehatannya dengan menjaga pola makan dan rutin berobat. Bu Asih tergolong individu yang orientasinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112 berfokus pada solusi. Hal ini sesuai dengan teori Reivich dan Shatte (2002) yang menuliskan salah satu ciri individu yang memiliki kemampuan menganalisis masalah adalah orientasinya berfokus pada solusi. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih memenuhi indikator pada aspek kemampuan menganalisis masalah yaitu orientasinya berfokus pada solusi. e. Aspek empati Ketika awal menderita kanker payudara, bu Asih sedikit menutup diri kepada orang lain. Bu Asih kurang terbuka kepada orang lain. Sampai pada bulan yang ke-3, bu Asih mulai sedikit demi sedikit kembali bersosialisasi dengan orang-orang di sekitarnya dan juga komunitasnya. Awalnya saya benar-benar syok dan menutup diri dari orang lain, paling saya mau cerita kepada orang rumah aja. Tetapi setelah 3 bulan pasca vonis, saya mulai terbuka kepada orang lain. Saya mulai terbuka kepada orang-orang gereja, dan juga saudara-saudara saya. Cuma kalau untuk sama orang-orang di sekitar rumah agak enggan untuk bersosialisasi, paling-paling kalau ketemu di jalan cuma nyapa aja, tapi nggak yang sampek cerita-cerita gitu. Trus sekarang juga udah nggak bisa ke gereja lagi, karena kalau Sabtu sampai Senin saya berobat di Malang. WA4S3AB Berdasarkan data di atas, bu Asih kurang memiliki hubungan sosial yang baik dengan orang lain. Hubungannya dengan warga sekitar, dimana bu Asih tinggal juga kurang terjalin dengan baik. Meskipun bu Asih mengaku sudah sering menyapa warga lain di lingkungannya namun itu seperti hanya formalitas. Hubungannya dengan orang-orang di gereja pun mulai renggang, karena bu Asih jarang beribadah dikarenakan harus berobat. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113 empati adalah memiliki hubungan sosial yang baik. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memenuhi indikator dalam aspek empati yaitu memiliki hubungan sosial yang baik. Ketika berjumpa dengan orang lain yang memiliki penyakit yang sama dengan bu Asih, bu Asih justru semakin takut, jikalau pengobatannya gagal. Bu Asih juga takut untuk melakukan kemoterapi. Sebenernya saya seneng bisa saling sharing dengan orang yang menderita kanker payudara kayak saya gini, tapi jujur malah banyak takutnya. Kalau saya menguatkan dia balik juga nggak bisa, soalnya saya baru sebagai penderita kanker, jadi saya yang dikuatkan. Tetapi, mendengar cerita-cerita gagal dari orangorang yang menderita kanker membuat saya malah jadi makin takut kalau gagal, apalagi dibilangi kalau kemoterapi itu menyakitkan, saya makin nggak berani kemoterapi. Pokoknya setelah ketemu itu saya malah jadi makin parno, dan takut kalau kanker saya makin parah, apalagi kedua payudara saya sudah kena. Jadi, saya sekarang lebih baik menghindari orang-orang yang juga menderita kanker payudara supaya saya tidak semakin takut. WA5S3CD Berdasarkan data tersebut, bu Asih kurang mampu dalam berempati kepada orang lain yang juga menderita kanker payudara. Bu Asih justru menjadi parno sendiri dengan apa yang dibagikan oleh orang lain. Bu Asih juga lebih memilih untuk menghindari berinteraksi dengan penderita kanker payudara lainnya. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang dipaparkan oleh Reivich dan Shatte (2002) yang menyatakan bahwa ciri individu yang memiliki empati adalah mampu membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain. Hal ini juga tidak sesuai dengan yang dipaparkan Grotberg (1995) ciri individu yang memiliki resiliensi adalah individu mandiri dan dapat mengambil keputusan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114 berdasarkan pemikiran serta inisiatif sendiri dan memiliki empati dan sikap kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Dapat disimpulkan bahwa bu Asih tidak memiliki empati kepada orang lain, sama seperti indikator dalam aspek empati. f. Aspek efikasi diri Perjalanan bu Asih melawan kanker yang dideritanya membuatnya semakin kuat dalam menjalani hidup. Meskipun banyak hal yang membuatnya merasa semangat dan disaat yang sama juga merasa lemah. Bu Asih mengaku bahwa ada hikmah yang diambil sebagai pelajaran hidup yang begitu berharga. Bu Asih belajar untuk yakin bahwa penyakitnya dapat disembuhkan dan keadaannya semakin membaik. Namun, masalah yang silih berganti terkadang membuat keyakin bu Asih melemah. Kalau menurut saya sukses itu ya berhasil, berhasil mencapai/mendapatkan apa yang dia mau. Banyak sekali hal yang membuat saya jadi ndak yakin bisa sembuh, mulai dari omongan-omongan orang, keadaan saya yang semakin memburuk, biaya yang semakin mahal padahal penghasilan ibu makin sedikit, dan juga support dari keluarga yang mulai berkurang. Tapi saya berusaha untuk kuat dan yakin bahwa semua ini bisa diselesaikan. Saya nyerahkan semua sama Tuhan. Saya percaya Tuhan sudah sediakan yang terbaik untuk masa depan saya. Jadi kalau dibilang sukses ya jelas belum, orang saya juga masih berjuang melawan kanker kok. WA6S3AB Berdasarkan data di atas, bu Asih memiliki keyakinan yang cukup baik. Bu Asih tetap yakin bahwa dirinya bisa sembuh, dan semua masalahmasalah yang ada dihidupnya dapat diselesaikan dengan baik. Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan Reivich dan Shatte (2002) bahwa PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115 ciri individu yang memiliki efikasi diri adalah individu yang mampu memecahkan masalah yang kita alami dan mencapai kesuksesan. Dapat ditarik kesimpulan bahwa bu Asih memiliki efikasi diri. g. Aspek Pencapaian Menurut significant others bu Asih, hal baik yang dimiliki bu Asih adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang dideritanya. Berdasarkan pemaparan data-data wawancara dan observasi dengan bu Asih, ditambah data dari significant others bu Asih, baik dari aspek pertama hingga aspek terakhir dapat disimpulkan bahwa bu Asih memiliki resiliesni yang sangat rendah. Bu Asih memiliki regulasi emosi yang kurang baik, terbukti bu Asih belum mampu tenang dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam hidup, dan justru memendam segala masalah tersebut. Bu Asih cukup memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter anjurkan. Selain itu, bu Asih juga kurang memiliki aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya yakinan bu Asih akan masa depannya, dan bu Asih kurang memiliki kesehatan mental yang baik. Produktivitas kerja bu Asih juga tergolong rendah, serta bu Asih tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasi kemungkinan kesulitan yang terjadi di masa depan. Kemudian, bu Asih juga kurang mampu menganalisis masalah yang ada, beliau belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara. Selain itu, bu Asih juga memenuhi tidak aspek PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116 empati, hal ini terbukti dengan hubungan sosial bu Asih yang kurang baik, dan bu Asih kurang mampu memberikan motivasi kepada orang lain yang menderita kanker payudara. Bu Asih juga memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Asih tetap yakin dalam menjalani serangkaian pengobatan kanker dan memiliki keyakinan tinggi kepada Tuhan. Menurut significant others bu Asih, hal baik yang dimiliki bu Asih adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang dideritanya. Hal ini membuktikan bahwa bu Asih cukup memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan 1. Aspek-aspek resiliensi a. Regulasi emosi 1) Bu Sri memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu Sri mampu mengolah emosi-emosi dalam dirinya dengan melakukan meditasi dan mengikuti doa ignasian 2) Bu Tutik memiliki regulasi emosi yang baik, terbukti bu Tutik mampu menyalurkan emosinya melalui kegiatan mengajar, karena dengan bertemu dengan orang lain menjadi semakin mampu mengelola emosi 3) Bu Asih memiliki regulasi emosi yang kurang baik, terbukti bu Asih belum mampu tenang dalam menghadapi tekanan-tekanan dalam hidup, dan justru memendam segala masalah tersebut b. Pengendalian impuls 1) Bu Sri juga memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter katakan dan sungguh-sungguh menjaga pola makan 117 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118 2) Bu Tutik juga memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini didasarkan pada bu Tutik berusaha mengatur dan mengimbangi pola hidup supaya fisik dan psikologisnya semakin sehat 3) Bu Asih cukup memiliki pengendalian impuls yang baik, hal ini didasarkan pada kepatuhan beliau mengikuti apa yang dokter anjurkan c. Optimisme 1) Selain itu, bu Sri juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan tingginya keyakinan bahwa Tuhan pasti menyembuhkan beliau dan disertai dengan melakukan pengobatan yang benar 2) Selain itu, bu Tutik juga memenuhi aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan bu Tutik yang menuturkan bahwa dirinya menikmati dan menerima penyakit ini karena itulah yang membuatnya kuat hingga sekarang 3) Bu Asih juga kurang memiliki aspek optimisme. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya yakinan bu Asih akan masa depannya, dan bu Asih kurang memiliki kesehatan mental yang baik. Produktivitas kerja bu Asih juga tergolong rendah, serta bu Asih tidak mempunyai kemampuan untuk mengatasi kemungkinan kesulitan yang terjadi di masa depan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119 d. Kemampuan menganalisis masalah 1) Bu Sri mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara 2) Bu Tutik mampu menganalisis masalah yang ada, beliau mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara 3) Bu Asih kurang mampu menganalisis masalah yang ada, beliau belum mengetahui pasti apa yang menyebabkan dirinya terkena kanker payudara e. Empati 1) Bu Sri memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan memberikan motivasi kepada orang lain yang menderita kanker payudara. Menurut significant others, bu Sri mampu menginspirasi banyak orang dan menemukan Tuhan dalam proses hidup beliau 2) Bu Tutik memenuhi aspek empati, hal ini terbukti dengan perasaan bu Tutik menjadi senang jika bertemu dengan orang yang memiliki penyakit sama dengannya karena dapat sharing berbagi pengalaman dan menguatkan orang tersebut 3) Bu Asih memenuhi tidak aspek empati, hal ini terbukti dengan hubungan sosial bu Asih yang kurang baik, dan bu Asih kurang mampu memberikan motivasi kepada orang lain yang menderita kanker payudara PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120 f. Efikasi diri 1) Bu Sri memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Sri pantang menyerah dan memiliki keyakinan tinggi kepada Tuhan 2) Bu Tutik memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Tutik yakin pada Tuhan dan berusaha terbuka kepada orang lain 3) Bu Asih memenuhi ciri dalam aspek efikasi diri, terbukti bahwa bu Asih tetap yakin dalam menjalani serangkaian pengobatan kanker dan memiliki keyakinan tinggi kepada Tuhan g. Pencapaian 1) Bu Sri kurang memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu Sri masih memiliki ketakutan-ketakutan dalam dirinya sehingga itu berpengaruh kepada proses penyebaran kanker dalam dirinya 2) Bu Tutik memiliki ciri dalam aspek pencapaian, dikarenakan bu Tutik percaya bahwa keterbukaan orang lainlah yang mendukung pencapaian seseorang 3) Menurut significant others bu Asih, hal baik yang dimiliki bu Asih adalah bisa tabah dalam berjuang melawan kanker payudara yang dideritanya. Hal ini membuktikan bahwa bu Asih cukup memenuhi aspek pencapaian dalam dirinya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121 2. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri wanita penderita kanker payudara a. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri bu Sri adalah aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri. Bu Sri memiliki resiliensi yang sangat tinggi, karena memiliki enam aspek resiliensi dalam dirinya. b. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri bu Tutik adalah aspek regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, kemampuan menganalisis masalah, empati, dan efikasi diri, dan pencapaian. Bu Tutik memiliki resiliensi yang sangat tinggi, karena memiliki tujuh aspek resiliensi dalam dirinya. c. Aspek-aspek yang menyumbang resiliensi dalam diri bu Asih adalah aspek pengendalian impuls, efikasi diri dan pencapaian. Bu Asih memiliki resiliensi yang sangat rendah, karena hanya memiliki tiga aspek resiliensi dalam dirinya. B. Implikasi 1. Implikasi Teoritis Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat diketahui bahwa sumbangan aspek-aspek dalam diri setiap subjek penderita kanker payudara berbedabeda. Semakin banyak sumbangan aspek dalam diri subjek maka resiliensinya akan semakin tinggi. Berbeda jika semakin sedikit PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122 sumbangan aspek dalam diri subjek maka resiliensinya akan semakin rendah. Dengan demikian secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam memberikan gambaran kepada mahasiswa Bimbingan dan Konseling khususnya mendampangi wanita penderita kanker payudara untuk mampu bangkit lagi. 2. Implikasi Praktis Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan yaitu melihat pengaruh aspek-aspek resiliensi dalam diri setiap subjek, dimana aspek-aspek tersebut akan menentukkan tinggi-rendahnya resiliensi wanita penderita kanker payudara. Hal ini dapat dijadikan sebagai gambaran tentang penyakit kanker payudara itu sendiri. Semakin banyak wanita yang mengetahui tentang kanker payudara, diharapkan semakin banyak wanita yang menjaga kesehatannya dan memberi semangat kepada para wanita yang menderita kanker payudara. Begitu juga, dapat memberikan motivasi serta insipirasi kepada wanita penderita kanker payudara, tentang cara seorang penderita kanker berjuang untuk bangkit dan menjadi wanita yang lebih kuat. Akan tetapi memberikan dukungan berupa motivasi atau bantuan materiil kepada penderita kanker payudara tidaklah mudah, perlunya skill dalam mendengarkan dan menguatkan penderita kanker payudara. Oleh karenanya, perlunya pemahaman tentang kanker payudara serta seperti apa resiliensi yang sebenarnya. Sehingga penderita kankerpun dapat memiliki kemampuan untuk bangkit dari penderitaan psikologis yang meraka alami. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123 C. Keterbatasan Penelitian Pelaksanaan penelitian mengenai resiliensi wanita penderita kanker payudara telah dirancang secara konseptual, sistematik dan sesuai dengan prosedur untuk mencapai hasil yang optimal. Namun, dalam penelitian ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang dapat diperbaiki dan ditingkatkan untuk peneliti selanjutnya. Yang menjadi evaluasi bagi peneliti meliputi: 1. Pengumpulan data Pengumpulan data pada penelitian ini tidak tuntas pada wawancara subjek ketiga (bu Asih) tepatnya ketika akan wawancara mengenai aspek terakhir, yaitu aspek pencapaian. Hal ini dikarenakan subjek ketiga (bu Asih) harus menjalani kemoterapi, dan pihak keluarga menginginkan beliau untuk fokus pada kemoterapi yang sedang dijalani. 2. Data rekam medis subjek Data subjek pada penelitian ini mengenai rekam medis, tidak bisa didapatkan dari kedua subjek, yakni bu Sri dan bu Tutik, dikarenakan subjek tidak ingat dimana menyimpan dokumen tersebut. Rekam medis hanya didapatkan dari bu Asih. D. Saran Dari hasil penelitian ini, peneliti dapat memberikan saran-saran sebagai berikut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 1. Survivor kanker payudara. Berdasarkan penelitian yang teleh peneliti lakukan, peneliti menyarankan untuk melakukan pengobatan dengan rutin dan pada tempat yang terpercaya sehingga dapaat mempercepat penyembuhan. Peneliti juga menyarankan agar para survivor kanker bergaul dengan komunitas yang tepat sehingga dapat senantiasa termotivasi dan mendapat dukungan baik secara moril maupun materiil. Dan yang terpenting, para survivor kanker perlu selalu mengandalkan Tuhan dalam segala hal, karena saat jiwa dan roh kita kering maka akan sulit untuk bangkit dan melawan kanker. 2. Pemerintah dan instansi kesehatan terkait. Peneliti mengharapkan agar pemerintah lebih lagi mengadakan edukasi mengenai penyakit kanker payudara kepada berbagai kalangan, sehingga ketika seseorang didiagnosis menderita kanker payudara, dia tahu apa yang harus dia lakukan. Saat masyarakat mengerti tentang penyakit kanker payudara, mereka tidak akan menilai itu adalah penyakit “kotor” melainkan dapat memberikan dukungan kepada penderita. Pemerintah dan instansi kesehatan dapat bekerja sama untuk memberikan pelayanan kepada pasien kanker dengan lebih cepat, akurat dan terjangkau, karena banyak sekali penderita kanker payudara yang harus mengantri berbulan-bulan untuk mendapatkan perawatan, dan ada pula penderita kanker yang harus meninggal dunia karena tidak sanggup membayar biaya perawatan kanker yang mahal. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 3. Penelitian selanjutnya. Pada penelitian ini peneliti hanya menggunakan 2 teknik pengumpulan data yaitu wawancara dan observasi, untuk penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan teknik pengumpulan data yang lebih bervariasi sehingga data yang didapat juga akan maksimal. Dalam penelitian ini, ada 2 subjek yang pada saat penelitian ini dilakukan, telah dinyatakan sembuh. Untuk penelitian selanjutnya sebaiknya ketika penelitian dilakukan, mencari subjek yang belum dinyatakan sembuh sehingga peneliti dapat mengetahui langsung bagimana proses terbentuknya resiliensi dalam diri subjek tersebut. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat menggunakan lebih banyak teori yang relevan sehingga dapat memperkuat skripsi itu sendiri. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124 DAFTAR PUSTAKA Bonanno, G.A., Wortman C.B., et al.(2002). Resilience to Loss and Chronic Grief: A Prospective Study from Preloss to 18-months Postloss. Journal of Personality and Sosial Psychology Vol.83, no.5, 1150-116 Choirun, Aan Nisa. (2012). Resiliensi Penderita Kanker Payudara Pasca Mastektomi. Skripsi, tidak diterbitkan. Institut Agama Islam Negeri Surabaya Coulson, S. (2006). Constructing Meaning. Metaphor & Symbol 21:245-266. Dewi, Fransisca., Vonny Djoeniana & Melisa. (2004). Hubungan Antara Resiliensi dengan Depresi pada Perempuan Pasca Pengangkatan Payudara (Mastektomi). Jurnal Psikologi Vol.2 No.2 Desember . Diananda, Rama. (2009). Panduan Lengkap Mengenal Kanker. Yogyakarta: Mirza Media. Dwi, Feny Maya Listianty. (2011). Resiliensi pada Penderita Kanker Payudara. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Sumatera Utara Everall, et al., (2006). Creating a Future: A Study of Resilience in Suicidal Female Adolescent. 84. h.461-470 Furchan, Arief. (1982). Pengantar Penelitian Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional Greeff, AP & Ritman, IN (2005). Individual Characteristics Associated with Resilience in Single Parent Families. Psychological Reports. Grotberg, E (1995). A Guide to Promoting Resilience in Children: Strengthening The Human Spirit. Benard Van Leer Foundation Helton, L.R & Smith, M.K. (2004). Mental Health Practice with Children and Youth. New York: The Hawort Social Work Practice Press. Hiew, C.C (2000). Development of state resilience scale. Japanese Journal of Health Psychology, 2 (2), 1-11. Holaday, Morgot. (1997). Resilience and Severe Burns. Journal of Counseling and Development.75. 346-357. http://www.APAHelpCenter.org/resilience . Diunduh tanggal 13 Januari 2016, Jam 23.34 http://www.dharmais.co.id/index.php/operation.html . Diunduh tanggal 23 Januari 2016, Jam 13.23 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125 http://www.who.int/mediacentre/releases/2003/pr27/en/. Oktober 2015, Jam 20.19 Diunduh tanggal 17 http://www.who.int/cancer/country-profiles/chn_en.pdf. Oktober 2015, Jam 11.23 Diunduh tanggal 28 Ibrahim. (2005). Psikologi Wanita. Bandung: Pustaka Hidayah. Junaidi. (2003). Tata Kehidupan Wanita dalam Syariat Islam. Jakarta: Wahyu Press. Klohnen, E.C. Mon, T., Shimizu, Masuharu & Tominaga, Mihoko. (2000). Measurement of Resilience Delevopment Preliminary Result with State Trait Resilience Inventory. Journal of Learning & Faculty Education, Vol I. Hiroshima University. Lubis, Namora Lumongga. (2009). Makna Hidup pada Penderita Kanker Leher Rahim. Majalah Kedokteran Nusantara, Vol. 42 No.1. Sumatra: Fakultas Psikologi, Universitas Sumatra Utara. Novianty, Anita. (2011). Penyesuaian Dusun Jangka Panjang Ditinjau dari Resiliensi Komunitas Pasca Gempa. Jurnal Psikologi Vol. 38 No.1 Juni. Pamungkas, Zaviera. (2011). Deteksi Dini Kanker Payudara. Yogyakarta: Buku Biru. Reivich, K. & Shatte, A. (2002). The Resilience Factor: 7 Essential Skill for Overcoming Life’s Inevitable Obstacles. New York: Broadway Books. Sarafino, E.P.(1994). Health Psychology: Biopychology Interaction (2nd ed). John Willey & Sons: New York. ___________.(2008). Health Psychology: Biospychology Interaction (6th ed). John Willey & Sons: United State of America Shaumi, Haonisa. (2012). Kajian Terhadap Aspek Budaya Jawa Dalam Kemampuan Resiliensi Pada Penyintas Erupsi Merapi yang Berusia 31-40 Tahun. Skripsi, tidak diterbitkan. UI: Depok Siebert, Al (2005). The Advantage Resilincy. http://www.practicalpsychologypress.com/aboutus.html. Diunduh tanggal 23 Desember 2015 Jam 14.47 Siswosudarmo, Risanto & Emilia, Ova. (2008). Obstetri Fisiologi. Yogyakarta: Pustaka Cendekia. Shaqr. (2006). Wanita-wanita Pilihan. Jakarta: Qisthi Press. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kulitatif dan R&D. Cetakan ke10. Bandung: Alfabeta. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126 Vanden, Gary R. (2006). APA Dictionary of Psychology (1st ed). United of State of America Yuswanto & Sinardi. (2010). Kanker. Yogyakarta: Penerbitan Universitas Sanata Dharma. Zamralita. (1999). Self Esteem dan Strategi Penanggulangan Stres pada Perempuam Pasca Mastektomi. Phronesis, 1(1), 6-14. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128