BAB II Tinjauan Pustaka

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Botani dan Morfologi Cabai
Cabai merah (Capsicum annuum L.) termasuk kedalam famili Solanaceae.
Terdapat sekitar 20-30 spesies yang termasuk kedalam genus Capsicum, termasuk
diantaranya adalah lima spesies yang telah dibudidayakan, yaitu C. baccatum,
C. pubescens, C. annuum, C. chinense, dan C. frutescens (Greenleaf, 1986;
Pickersgill, 1989). C. baccatum dan C. pubescens mudah diidentifikasi dan
dibedakan satu dengan lainnya, karena terdapat perbedaan yang jelas pada kedua
spesies tersebut. Namun C. annuum, C. chinense, dan C. frutescens hampir
mempunyai banyak sifat yang sama. Untuk membedakannya dapat dengan
mengamati komposisi bunga dan buah dari masing-masing spesies.
Klasifikasi tanaman cabai adalah sebagai berikut (Lawrence, 1951) :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledone
Ordo
: Tubiflorae
Famili
: Solanaceae
Genus
: Capsicum
Spesies
: Capsicum annuum L.
C. annuum berasal dari Meksiko, termasuk komoditi penting dan banyak
dibudidayakan di Meksiko dan negara-negara lain di dunia. Sebelum abad ke-15,
spesies ini lebih banyak dikenal di Amerika Tengah dan Selatan. Kemudian
diintroduksi ke daratan Eropa tahun 1943. Setelah Columbus membawa dan
menyebarkan cabai ke Eropa, C. annuum menyebar cepat dari Eropa ke Asia dan
Afrika (Kusandriani, 1996).
Menurut Siemonsma dan Piluek (1994), Capsicum annuum L. merupakan
tanaman semusim (annual) yang berbentuk semak dengan tinggi mencapai
0.5-1.5 m serta memiliki akar tunggang yang sangat kuat dan bercabang-cabang.
Tanaman cabai mempunyai batang berkayu dengan tipe pertumbuhan tegak atau
menyebar, diameter batang mencapai 1 cm, berwarna hijau sampai hijau
4
kecoklatan dan umumnya terdapat bercak ungu di dekat node. Daun berbentuk
ovate dengan ukuran 10 cm x 5 cm hingga 16 cm x 8 cm dan berwarna hijau muda
sampai hijau tua. Mahkota bunga cabai berbentuk campanulate hingga rotate
dengan 5-7 helai dan berwarna putih. Tanaman ini memiliki 5-7 benangsari yang
berwarna biru hingga keunguan. Panjang buah cabai mencapai 30 cm, berwarna
hijau, kuning, krim atau keunguan ketika masih muda, dan berwarna merah,
oranye, kuning hingga coklat ketika sudah tua.
Bunga cabai termasuk bunga hermaprodit dan bersifat kasmogami. Bunga
hermaprodit adalah bunga yang mempunyai putik dan polen yang terdapat pada
satu bunga, sedangkan bersifat kasmogami berarti waktu penyerbukan terjadi pada
saat bunga sudah mekar. Oleh karena itu, pada cabai masih memungkinkan terjadi
penyerbukan silang (Sujiprihati et al., 2008). Penyerbukan silang pada cabai
secara alami dapat terjadi dengan bantuan lebah. Persentase penyerbukan
silangnya dapat mencapai 7.6-36.8%, dengan rata-rata 16.5% (Greenleaf, 1986).
Umumnya biji cabai berwarna putih kekuningan berbentuk ginjal dan keras
(Kusandriani dan Permadi, 1996). Komponen rasa pedas pada cabai ditimbulkan
oleh zat capsaicin (C18H27NO3) yang terkandung dalam jaringan sekat buah dan
plasentanya, tetapi tidak terdapat di dalam dinding buah atau biji (Rutabatzky dan
Yamaguchi, 1999).
Syarat Tumbuh Tanaman Cabai
Tanaman cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas. Tanaman ini
dapat diusahakan pada setiap jenis tanah, baik pada tanah ringan sampai tanah
berat. Tanaman ini dapat ditanam di dataran rendah (suhu tinggi) maupun dataran
tinggi (suhu rendah) sampai pada ketinggian 1400 m diatas permukaan laut
(m dpl), tetapi pertumbuhannya di dataran rendah lebih cepat.
Kondisi fisik tanah yang baik untuk pertanaman cabai adalah tanah yang
strukturnya remah dan kaya akan bahan organik, pH tanah antara 6.0-7.0, dan
tempatnya terbuka atau sedikit ternaungi. Pada umumnya, cabai ditanam di sawah
setelah panen padi, tetapi ada pula yang ditanam di tegalan. Apabila ditanam di
sawah, biasanya ditanam pada akhir musim hujan, sedangkan di tegalan biasanya
ditanam pada awal musim hujan. Pemilihan musim ini diharapkan agar di tanah
5
sawah kandungan airnya tidak berlebihan dan di tanah tegalan cukup air untuk
pertumbuhan cabai. Namun pada waktu tanaman berbunga dan berbuah,
keadaannya sedang tidak hujan lebat, karena dapat mengakibatkan banyak bunga
dan bakal buah yang gugur serta busuk (Suwandi, 1995).
Pemuliaan Tanaman Cabai
Pemuliaan tanaman merupakan suatu usaha untuk memperbaiki bentuk
atau sifat tanaman. Cara ini lebih cepat bila dibandingkan dengan perbaikan
secara alamiah. Pemuliaan tanaman merupakan perpaduan antara seni dan ilmu
pengetahuan, serta memerlukan kegiatan lapangan secara terus-menerus dan
berkesinambungan selama beberapa tahun. Proses pemuliaan tanaman diawali
dengan mendapatkan variabilitas genetik, kemudian melalui kegiatan seleksi pada
sumber genetik yang bervariasi tersebut dilakukan persilangan-persilangan dan
seleksi lanjutan. Proses selanjutnya adalah pemurnian, uji generasi lanjut,
percobaan varietas, kemudian pelepasan varietas.
Cabai merupakan tanaman yang kebanyakan menyerbuk sendiri (self
polinated), sehingga metode pemuliaannya sesuai dengan metode-metode yang
berlaku umum bagi tanaman menyerbuk sendiri. Metode yang paling banyak
digunakan adalah seleksi massa, seleksi galur murni, silang balik (back cross),
pedigree, dan SSD (Single Seed Descent). Tujuan pemuliaan cabai adalah untuk
memperbaiki daya dan kualitas hasil, perbaikan daya resistensi terhadap hama dan
penyakit, perbaikan sifat-sifat hortikultura, dan perbaikan terhadap kemampuan
untuk mengatasi cekaman lingkungan (Kusandriani dan Permadi, 1996).
Pelepasan Varietas
Pelepasan varietas adalah pengakuan pemerintah terhadap varietas unggul
hasil pemuliaan di dalam negeri dan/atau introduksi yang dinyatakan dalam
Keputusan Menteri Pertanian bahwa varietas tersebut dapat disebarluaskan
(Badan Benih Nasional, 2007). Menurut pedoman Direktorat Jenderal Bina
Produksi Hortikultura (2004), syarat pelepasan varietas adalah silsilah tetua dan
cara mendapatkannya harus jelas, lebih unggul dibandingkan dengan varietas
komersial yang sudah dikembangkan sebelumnya, harus terdapat deskripsi
6
varietas yang lengkap dan jelas, serta ketersediaan benih. Untuk memenuhi semua
persyaratan tersebut, perlu dilakukan uji daya hasil yang merupakan salah satu
rangkaian uji multi lokasi terhadap genotipe cabai yang akan dilepas sebagai
varietas baru. Dalam pengujian tersebut harus ada varietas pembanding dari
varietas komersial yang sudah ada. Hasil pengujian harus menunjukkan bahwa
genotipe cabai calon varietas baru harus mempunyai potensi yang lebih unggul
daripada varietas pembanding.
Varietas Cabai Pembanding
Tombak merupakan varietas introduksi dari Thailand yang dikembangkan
oleh PT. Tanindo Subur Prima. Gelora merupakan varietas cabai merah besar
yang dikembangkan oleh PT. Sinar Bumi. Tit Super merupakan varietas lokal
murni yang dikembangkan oleh PT. East West Seed Indonesia. Tinggi tanaman
varietas Tit Super adalah 60 cm, buah muda berwarna hijau, buah tua berwarna
merah, panjang buah 12 cm, ujung buah runcing, permukaan buah agak
bergelombang, umur panen 60 hari setelah tanam (HST), dan mempunyai potensi
hasil 20 ton/ha serta tahan terhadap penyakit antraknosa (Suwandi, 1995).
Trisula merupakan varietas bersari bebas asal Blitar yang dikembangkan
oleh UD. Ridwan Tani. Tinggi tanaman varietas ini mencapai 70-80 cm, umur
mulai berbunga 45 HST, umur mulai panen 75 HST, bentuk kanopi kompak,
warna batang hijau tua, warna daun hijau tua dengan ukuran daun yaitu panjang
13-14 cm dan lebar 5-6 cm, warna kelopak bunga hijau tua, warna tangkai bunga
hijau, warna mahkota bunga putih dan berjumlah 6 helai, warna kotak sari abuabu dan berjumlah 5 buah, serta warna kepala putik kuning.
Bentuk buah varietas Trisula adalah pada bagian pangkal besar dengan
ujung meruncing dan kulitnya halus, tebal kulit buah 0.1-0.2 cm, warna buah
muda hijau tua, warna buah matang merah tua, ukuran buah dengan panjang
14-17 cm dan diameter 1-1.5 cm, bobot per buah 10-15 g, rasa buah agak pedas,
serta bobot buah per tanaman 1-1.5 kg. Potensi produktivitas varietas Trisula
sebesar 17-20 ton/ha dan dapat ditanam pada daerah sampai ketinggian
1 200 m dpl, tanah yang gembur dengan pH 6-7 serta suhu antara 18-300C
(Keputusan Menteri Pertanian, 2003).
7
Lembang 1 merupakan varietas hasil seleksi tanaman di Pengalengan yang
dikembangkan oleh Balitsa Lembang. Varietas ini mempunyai umur mulai panen
yaitu 63 HST, tinggi tanaman ± 65 cm, tipe tumbuh kompak, posisi tangkai bunga
saat antesis merunduk, warna mahkota bunga putih, warna buah muda hijau, dan
warna buah tua merah. Diameter buah varietas Lembang 1 adalah 0.8 cm
(ramping), panjang buah 11.8 cm serta tebal kulit buah 0.7 cm, dengan ujung buah
runcing dan kadar capsaicin sebesar 1.2 mg/g. Berat 1000 bijinya yaitu 3 g dengan
penampang melintang buah bergelombang dan memiliki potensi
hasil
5.6-19 ton/ha. Varietas ini agak toleran terhadap hama penghisap daun (trips) dan
agak tahan terhadap penyakit antraknosa (Keputusan Menteri Pertanian, 2001).
Download