Amatillah Raifah-fkik - UIN Repository

advertisement
SKRINING SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHYSM rs855791 (C>T)
PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UNTUK MENGETAHUI KEMUNGKINAN MENDERITA
IRON REFRACTORY DEFICIENCY ANEMIA DENGAN MENGGUNAKAN
TEKNIK REAL TIME POLYMERASE CHAIN REACTIONHIGH RESOLUTION MELT
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
Amatillah Raifah
NIM: 1112103000024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di
Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ciputat, 16 Oktober 2015
Amatillah Raifah
ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRINING SINGLE NUCLEOTIDE POLYMORPHYSM rs855791 (C>T) PADA
MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNTUK
MENGETAHUI KEMUNGKINAN MENDERITA IRON REFRACTORY
DEFICIENCY ANEMIA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK REAL TIME
POLYMERASE CHAIN REACTION-HIGH RESOLUTION MELT
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Oleh
Amatillah Raifah
NIM: 1112103000024
Pembimbing I
Pembimbing II
Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD
dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, PhD, FACS
NIP: 19721103 200604 1 001
NIP: 19690511 200312 1 001
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul SKRINING SINGLE NUCLEOTIDE
POLYMORPHYSM rs855791 (C>T) PADA MAHASISWA PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA UNTUK MENGETAHUI
KEMUNGKINAN MENDERITA IRON REFRACTORY DEFICIENCY
ANEMIA DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK REAL TIME
POLYMERASE CHAIN REACTION-HIGH RESOLUTION MELT yang
diajukan oleh Amatillah Raifah (NIM 1112103000024), telah diujikan dalam
sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 16 Oktober 2015.
Laporan penelitian ini telah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran penguji,
serta telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Pendidikan Dokter.
Ciputat, 16 Oktober 2015
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, PhD, FACS
NIP: 19721103 200604 1 001
Pembimbing I
Pembimbing II
Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD
NIP: 19690511 200312 1 001
dr. Nouval Shahab, Sp.U, FICS, PhD, FACS
NIP: 19721103 200604 1 001
Penguji I
Penguji II
dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS
NIP. 19540406 198111 1 001
Nurlaely Mida R., S.Si, M. Biomed, DMS
NIP. 19671119 200501 2 001
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK UIN
Kaprodi PSPD
Dr. Arif Sumantri, S.K.M., M.Kes
NIP.19650808 198803 1 002
dr. Achmad Zaki, M.Epd, Sp.OT
NIP. 19780507 200501 1 005
iv
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa peneliti sampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, penelitian ini telah selesai, dan akan sulit
terselesaikan jika tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes
selaku
Dekan
Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2.
dr. Achmad Zaki, M.Epd, Sp.OT selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Chris Adhiyanto, S.Si, M.Biomed, PhD dan dr. Nouval Shahab,
SpU, Ph.D, FICS, FACS selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing, mengarahkan, dan memberikan dukungan kepada
peneliti mulai dari awal hingga akhir penelitian.
4.
dr. Mukhtar Ikhsan, Sp.P(K), MARS dan Nurlaely Mida R., S.Si,
M. Biomed, DMS selaku penguji sidang laporan penelitian ini.
5.
dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna
Sari, Ph.D. selaku penanggung jawab riset Program Studi
Pendidikan Dokter angkatan 2012 yang telah memberikan motivasi
untuk dapat menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya.
6.
dr. Fika Ekayanti, M.Med Ed selaku pembimbing akademik yang
telah sabar menasehati dan memberikan dukungan dalam proses
pembelajaran di Program Studi Pendidikan Dokter.
7.
Kedua orang tua saya yang tercinta, terhebat, ayahanda alm. H.
Asy’ari, S.Ag dan ibunda DR. Hj. Lailial Muhtifah, M.Pd yang
selalu memberikan dukungan kepada peneliti baik moral maupun
v
materil.
8.
Keempat saudara kandung saya, Hadiatus Sa’adah, S.Pdi, Ummi
Fauziah, S.Pd, Nur Rahmiani, S.KM, Niya Latul Muna, S.Kom serta
seluruh keluarga besar saya yang senantiasa membuat saya
semangat dan kuat dalam mengikuti proses pembelajaran di
Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
9.
Rafiqy Sa’adiy Faizun yang selalu menasehati, mendukung, dan
memotivasi peneliti.
10.
Untuk teman seperjuangan kelompok penelitian saya, Nurul
Hasanah, Hipni Solehudin, Rizky Ananda Prawira, dan Adamilzary
Fikry yang berjuang bersama.
11.
Untuk Mba Ai dan Mba Sur selaku Laboran yang ikut membantu
saya dalam melakukan penelitian ini.
12.
Untuk Sahabat terdekat saya Ranita, Harlia, Amel, Melia, Binayu,
Silvi, dan Barbie Anis, Muthi, Putri, Fitri yang selalu memberikan
dukungan.
13.
Untuk Official CIMSA UIN 2014-2015 Adit, Fiizhda, Octa, Firda,
Reni, Dewi, Shaby, Raka, Linda, Eel, Galang, Ijul, Nadya, Hylman,
dan SCOMEDIAN CIMSA UIN yang senantiasa memberikan
dukungan kepada peneliti.
14.
Untuk seluruh mahasiswa PSPD 2012 hingga 2014 yang bersedia
menjadi responden dalam penelitian ini.
15.
Untuk semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu.
Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terdapat
ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan
saran yang membangun bagi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi masyarakat dan para pembaca.
Ciputat, 16 Oktober 2015
Peneliti
vi
ABSTRAK
Amatillah Raifah. Program Studi Pendidikan Dokter. Skrining Single
Nucleotide Polymorphysm rs855791 (C>T) pada Mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk Mengetahui Kemungkinan Menderita Iron Refractory Deficiency
Anemia dengan Menggunakan Teknik Real Time Polymerase Chain ReactionHigh Resolution Melt.
SNP rs855791 (TMPRSS6) diketahui menyebabkan produksi berlebihan dari
hepsidin yang dapat menyebabkan penurunan penyerapan zat besi pada Iron
Refractory Deficiency Anemia. Untuk mengetahui frekuensi SNP rs855791 dan
hubungannya dengan tingkat Hb, sebuah studi asosiasi genom dilakukan di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Sampel diperoleh dari mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter angkatan 2012-2014 (N=102). Metode yang digunakan adalah
High Resolution Melt (HRM) dengan menggunakan Light Cycler 480® Roche
untuk skrining Iron Refractory Deficiency Anemia dan pemeriksaan kadar
hemoglobin menggunakan Easy Touch® GCHb meter. Hasilnya, frekuensi
genotip SNP rs855791 (C> T) adalah wildtype (3,9%), heterozigot (72,5%), dan
mutan (23,5%). Hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
genotip dengan kadar hemoglobin (p=0,818) dan anemia (p =0,466). Fragmen
DNA sampel menunjukkan 1 delesi dan double-hetero di urutan basa lainnya yang
menyebabkan perbedaan dalam penelitian ini.
Kata Kunci : HRM-PCR, IRIDA, rs855791, TMPRSS6
vii
ABSTRACT
Amatillah Raifah. Medical Education Study Program. Screening Single
Nucleotide Polymorphysm rs855791 (C>T) on Student of Medical Education
Study Program of State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta
Grade 2012-2014 to Know Iron Refractory Deficiency Anemia Possibility
Using Real Time Polymerase Chain Reaction-High Resolution Melt
Technique.
SNPs rs855791 (TMPRSS6) is known to cause excessive production
of hepcidin that may lead to decreased iron absorption in Iron Refractory
Deficiency Anemia. To know the frequency of SNP rs855791 and its relationship
with the levels of Hb, a genome-wide association studies was conducted
in UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Samples was obtained from student of
Medical Education Study Program grade 2012-2014 (N=102). The method was
used High Resolution Melt (HRM) by using Light Cycler 480® Roche for
screening Iron Refratory Deficiency Anemia and hemoglobin level examination
using Easy Touch® GCHb meters. The result, frequency of genotyping SNPs
rs855791 (C>T) is wildtype (3,9%), heterozygote (72,5%), and mutant (23,5%).
The result did not show any significant difference between genotyping with
hemoglobin levels (p=0,818) and anemia (p = 0,466). The sequence of DNA
sample shows 1 deletion and double-hetero in other base sequence causes the
difference in this study.
Key Words : HRM-PCR, IRIDA, rs855791, TMPRSS6
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL ..................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................................. vii
ABSTRACT ............................................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 2
1.3 Hipotesis ............................................................................................................. 3
1.4 Tujuan ................................................................................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................................. 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
2.1 Landasan Teori ................................................................................................... 4
2.1.1 Genomik ..................................................................................................... 4
2.1.1.1 Kajian Islam Tentang Larangan Menikah Sedarah ..................... 5
2.1.2 Anemia ....................................................................................................... 6
2.1.2.1 Kajian Islam Tentang Makanan yang Halal Lagi Baik ............... 7
2.1.3 Siklus Hidup Eritrosit ................................................................................ 8
2.1.4 Metabolisme Zat Besi ................................................................................ 9
2.1.5 Iron Refractory Deficiency Anemia (IRIDA) .......................................... 11
2.1.6 Regulasi Ekspresi Hepsidin ..................................................................... 14
2.1.7 Isolasi Genom .......................................................................................... 16
2.1.7.1 Persiapan untuk Human Genomic DNA .................................... 16
2.1.8 Polymerase Chain Reaction (PCR) ......................................................... 20
2.1.9 Metode High Resolution Melt (HRM) ..................................................... 21
2.1.9.1 Analisis HRM .............................................................................. 22
2.2 Kerangka Teori ................................................................................................. 27
2.3 Kerangka Konsep .............................................................................................. 28
2.4 Definisi Operasional ......................................................................................... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 30
3.1 Desain Penelitian .............................................................................................. 30
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................................ 30
3.3 Populasi dan Sampel ......................................................................................... 30
3.3.1 Populasi Terjangkau ................................................................................ 30
ix
3.3.2 Kriteria Pemilihan .................................................................................... 30
3.3.3 Perkiraan Besar Sampel ........................................................................... 31
3.3.4 Teknik Pemilihan Sampel ........................................................................ 31
3.4 Alat dan Bahan Uji ........................................................................................... 31
3.5 Cara Kerja Penelitian ........................................................................................ 33
3.5.1 Pengumpulan Data ................................................................................... 33
3.5.2 Desain GBlock dan Primer ...................................................................... 33
3.5.3 Isolasi DNA ............................................................................................. 36
3.5.4 Real Time PCR-HRM ............................................................................. 38
3.5.5 Analisis Data ............................................................................................ 40
3.5.6 Etika Penelitian ........................................................................................ 41
3.5.7 Alur Penelitian ......................................................................................... 42
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 43
4.1 Hasil .................................................................................................................. 43
4.1.1 Hasil Isolasi Genom DNA dari Whole Blood .......................................... 43
4.1.2 Data Karakteristik Responden ................................................................. 43
4.1.3 Hasil Pengukuran Kadar Hemoglobin ..................................................... 45
4.1.4 Hasil Analisis Kurva HRM ...................................................................... 45
4.1.4.1 Analisis Kurva Genotyping (Wildtype, Heterozygote, dan
Mutant) ....................................................................................... 45
4.1.5 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Hemoglobin .................. 46
4.1.6 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Kategori Kadar Hemoglobin ... 47
4.1.7 Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Genotyping (Wildtype,
Heterozygote, dan Mutant) ....................................................................... 47
4.1.8 Hasil Hubungan Genotyping (Wildtype, Heterozygote, dan Mutant)
dengan Kadar Hemoglobin ...................................................................... 48
4.1.9 Hasil Hubungan Genotyping (Wildtype, Heterozygote, dan Mutant)
dengan Kategori Kadar Hemoglobin ....................................................... 49
4.2 Pembahasan ...................................................................................................... 50
4.3 Kelebihan Penelitian ......................................................................................... 52
4.4 Keterbatasan Penelitian .................................................................................... 52
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 54
5.1 Simpulan ........................................................................................................... 54
5.2 Saran ................................................................................................................. 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 55
LAMPIRAN ........................................................................................................... 58
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Eritropoesis ........................................................................................... 9
Gambar 2.2 Sintesis Hemoglobin pada Pembentukan Sel Darah Merah ................ 12
Gambar 2.3 Letak Gen TMPRSS6 .......................................................................... 13
Gambar 2.4 Siklus Zat Besi – Mekanisme Adaptasi Tubuh pada Defisiensi Besi . 15
Gambar 2.5 Ekspresi gen HAMP ............................................................................ 15
Gambar 2.6 Analisis data HRM dari SNP tipe 4 (A/T) .......................................... 25
Gambar 2.7 Kerangka Teori .................................................................................... 27
Gambar 2.8 Kerangka Konsep ................................................................................ 28
Gambar 3.1 Alur Penelitian ..................................................................................... 42
Gambar 4.1 Rerata Kadar Hemoglobin Menurut Jenis Kelamin ............................. 46
Gambar 4.2 Rerata Kadar Hemoglobin Menurut Genotyping (Wildtype,
Heterozygote, dan Mutant) ...................................................................................... 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kadar hemoglobin berdasarkan usia menurut WHO, Hb dalam (g/L) ..... 8
Tabel 2.2 Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi ........................... 8
Tabel 2.3 Proporsi relatif besi didalam tubuh pada dewasa muda sehat ................. 10
Tabel 2.4 Konsentrasi DNA yang Dianjurkan untuk Berbagai Template ............... 26
Tabel 2.5 Definisi Operasional ............................................................................... 28
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 31
Tabel 3.2 Tahapan Isolasi Genom DNA ................................................................. 37
Tabel 3.3 Parameter PCR yang direkomendasikan untuk Light Cycler 480®
System PCR Run ...................................................................................................... 39
Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden ................................................. 44
Tabel 4.2 Karakteristik Usia Responden ................................................................. 44
Tabel 4.3 Indeks Massa Tubuh Responden ............................................................ 44
Tabel 4.4 Kategori Kadar Hemoglobin Responden ................................................ 45
Tabel 4.5 Genotyping SNP rs855791 dari genom DNA responden ....................... 46
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kategori Kadar Hemoglobin Berdasarkan Jenis
Kelamin .................................................................................................................... 47
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Kategori Genotyping menurut Jenis Kelamin ........ 48
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Genotyping Menurut Kategori Kadar Hemoglobin 49
xii
DAFTAR SINGKATAN
BFU-E
BMP
CFU-E
EPO
Hb
HJV
HRM
IRIDA
MT2
PCR
SNP
TfR1
TfR2
TMPRSS6
WHO
ᵹ-ALAD
Burst Forming Unit-Erythroid
Bone Morphogenetic Protein
Colony Forming Unit-Erythroid
Erythropoetin
Hemoglobin
Hemojuvelin
High Resolution Melt
Iron Refractory Deficiency Anemia
Matriptase-2
Polymerase Chain Reaction
Single Nucleotide Polymorphysm
Transferin Receptor 1
Transferin Receptor 2
Transmembran Protease, Serin 6
World Health Organization
Delta Aminolevulenat Dehidratase
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Responden ............................................................. 58
Lampiran 2. Lembar Tanda Terima Komisi Etik Penelitian ...................................... 59
Lampiran 3. Fragmen gBlock dan Primer ................................................................... 60
Lampiran 4. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 61
Lampiran 5. Gel Documentation hasil Elektroforesis Agarose dari Isolasi
Genom DNA Sampel .................................................................................................. 63
Lampiran 6. Hasil Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel .................................. 64
Lampiran 7. Hasil Kurva HRM dan Sekuensing ........................................................ 67
Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik ........................................................................... 73
Lampiran 9. Curriculum Vitae Peneliti ....................................................................... 87
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Anemia sangat banyak terjadi di berbagai negara belahan dunia. Menurut
WHO dari tahun 1993 hingga 2005, secara global anemia mengenai 1,62 juta
orang.1 Prevalensi tertinggi terjadi pada anak usia pra sekolah sebesar 47,4 % dan
paling rendah pada laki-laki 12,7 %. Namun untuk jumlah populasi yang paling
banyak terkena adalah perempuan tidak hamil yakni sekitar 468 juta di dunia. Di
Indonesia, anemia gizi besi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat
dengan prevalensi pada anak balita sebesar 28,1 %, anak 5-12 tahun 29 %, ibu
hamil 37,1 %, remaja perempuan 13-18 tahun dan perempuan usia subur 15-49
tahun masing-masing sebesar 22,7%.2
Masalah anemia defisiensi besi sebagian besar di saluran gastrointestinal.
Penurunan absorbsi besi dapat terjadi pada penyakit inflammatory bowel disease,
gastritis atrofi, infeksi Helicobacter pylori, dan setelah dilakukan tindakan
pembedahan seperti gastrectomi, duodenal bypass, bariatric surgery. Kehilangan
darah kronik seperti pada esofagitis, gastritis erosif, ulkus peptikum, divertikulitis,
tumor jinak, kanker intestinal, hemorrhoids, infestasi cacing, menstruasi yang
banyak, menorrhagia, hemolisis intravaskular, schistomiasis kronik, dan sindrom
munchausen juga dapat menjadi penyebab. Konsumsi obat-obatan seperti
glukokortikoid, salisilat, NSAIDs, dan PPI sama dapat menyebabkan anemia.
Pada keadaan bayi baru lahir, remaja, perempuan yang sedang menstruasi,
kehamilan, konsumsi besi yang kurang, malnutrisi, dan diet pada vegetarian dapat
menyebabkan anemia. Asupan zat besi yang kurang dan perdarahan akibat infeksi
cacing merupakan salah satu penyebab yang banyak di negara berkembang.3
Pada anemia hemolitik herediter, anemia dapat terjadi pada difisiensi
enzim glucose-6-phosphate dehydrogenase (G6PD). Anemia dapat terjadi pada
gangguan sintesis pembentukan rantai globin, yakni pada penyakit talasemia.
Timbal dapat mengganggu fungsi enzim delta aminolevulenat dehidratase (ᵹALAD) yang dapat menyebabkan anemia. Salah satu penyebab genetik lainnya
yang baru-baru ini ditemukan adalah Iron Refractory Iron Deficiency Anemia
1
2
(IRIDA) merupakan anemia herediter resesif yang disebabkan oleh defek pada
gen TMPRSS6 yang mengkode matriptase-2 (MT2). MT2 merupakan regulator
negatif transkripsi hepsidin. Kadar hepsidin yang tinggi dapat mencegah
penyerapan zat besi di usus halus. Pada tahun 1981, tiga orang bersaudara
diketahui tidak menunjukkan respon terhadap pemberian zat besi secara
parenteral. Kemudian ditemukan pula dua saudara perempuan mengalami hal
yang sama dengan orang tua tidak mengalami hal serupa. Pada kasus lainnya, hal
yang sama juga ditemukan dengan hasil pemeriksaan tambahan yang telah
menyingkirkan anemia akibat gangguan gastrointestinal maupun perdarahan. Saat
itu diduga bahwa pasien menderita anemia akibat gangguan dalam metabolism zat
besi yang diturunkan secara genetik. Pada tahun 1997, seorang anak dari ras
Afrika berusia 18 bulan dengan iron resistant iron deficiency anemia dan
mikrositosis berat dilaporkan.4 Prevalensi dari IRIDA sendiri masih belum banyak
diketahui, terlebih di Indonesia.
1.2.
Rumusan Masalah
Uraian dalam latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi
peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a.
Berapa frekuensi genotyping Single Nucleotide Polymorphysm (SNP)
rs855791 (TMPRSS6) (C>T) asam amino prolin menjadi serin pada
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) Universitas
Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 – 2014
menggunakan teknik Real Time Polymerase Chain Reaction-High
Resolution Melt (PCR-HRM)?
b.
Apakah terdapat hubungan antara genotyping SNP rs855791
(TMPRSS6) (C>T) dengan kadar hemoglobin pada mahasiswa PSPD
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012 – 2014 menggunakan
teknik Real Time PCR-HRM?
3
1.3.
Hipotesis
Terdapat hubungan antara genotyping SNP rs855791 (TMPRSS6)
(C>T) dengan kadar hemoglobin mahasiswa PSPD UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta menggunakan teknik Real Time PCR-HRM.
1.4.
Tujuan
a.
Mengetahui frekuensi genotyping SNP rs855791 (TMPRSS6) (C>T)
pada mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2012 – 2014 menggunakan teknik Real Time PCR-HRM.
b.
Mengetahui hubungan antara genotyping SNP rs855791 (TMPRSS6)
(C>T) dengan nilai Hb pada mahasiswa PSPD UIN Syarif
Hidayatullah angkatan 2012 – 2014 menggunakan teknik Real Time
PCR-HRM.
1.5.
Manfaat Penelitian
a. Bagi peneliti, menambah khazanah ilmu pengetahun dan ketrampilan
khususnya bidang biologi molekuler serta meningkatkan kemampuan
penulis dalam penelitian.
b. Bagi penelitian selanjutnya, sebagai sumber informasi dan bahan
referensi.
c. Bagi masyarakat, sebagai sumber informasi dalam mengatur pola
makan yang sehat dan bergizi cukup.
d. Bagi mahasiswa, mengetahui faktor resiko mengenai penyakit anemia
sehingga secara dini dapat dilakukan tindakan pencegahan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Landasan Teori
2.1.1. Genomik
Menurut
National
Human
Genome
Research
Institute,
genomik
merupakan istilah yang banyak digunakan untuk menggambarkan studi tentang
seluruh gen manusia (genom), termasuk interaksi antar gen dan dengan
lingkungannya. Genomik mempelajari studi ilmiah mengenai berbagai macam
penyakit yang kompleks, seperti penyakit jantung, asma, diabetes, dan kanker.5
Menurut WHO, genomik didefinisikan sebagai studi tentang gen dan fungsi
mereka, dan teknik terkait.6
Satu gen dapat divisualisasikan sebagai satu segmen molekul DNA yang
mengandung kode dari urutan asam amino dari rantai polipeptida dan mengatur
ekspresinya secara sederhana. Pada genom manusia terdapat banyak gen yang
mengkode berbagai macam protein dan juga area non-koding. Area non-koding
tersebut disebut dengan intron. Intron awalnya ditranskripsi menjadi RNA di
dalam inti tetapi tidak hadir dalam mRNA matang di sitoplasma. Dengan
demikian, informasi dari urutan intron tidak terwakili dalam produk protein akhir.
Intron terletak bergantian dengan ekson. Ekson merupakan area koding yang
mengkode produk akhir protein.7 Mutasi pada area ekson maupun intron dapat
mempengaruhi hasil akhir dari mutasi tersebut.
Polimorfisme nukleotida tunggal atau Single Nucleotide Polymorphysm,
sering disebut SNP (diucapkan "snips") adalah jenis yang paling umum dari
variasi genetik pada seorang individu. Setiap SNP merupakan perbedaan dalam
sebuah blok bangunan DNA tunggal, yang disebut nukleotida. Misalnya, SNP
dapat menggantikan sitosin nukleotida (C) dengan timin nukleotida (T) di
hamparan tertentu DNA. SNP terjadi secara normal di seluruh DNA seseorang.
SNP terjadi sekali dalam setiap 300 nukleotida rata-rata, yang berarti ada sekitar
10 juta SNP dalam genom manusia. Paling umum, variasi ini ditemukan dalam
DNA antara gen. Mereka dapat bertindak sebagai penanda biologis, membantu
4
5
para ilmuwan menemukan gen yang berhubungan dengan penyakit. Ketika SNP
terjadi dalam gen atau di intra gen, mereka dapat memainkan peran lebih langsung
dalam penyakit dengan mempengaruhi fungsi gen. Kebanyakan SNP tidak
berpengaruh pada kesehatan atau perkembangan. Beberapa perbedaan genetik ini,
bagaimanapun, telah terbukti sangat penting dalam studi kesehatan manusia. Para
peneliti telah menemukan SNP yang dapat membantu memprediksi respon
seseorang terhadap obat tertentu, kerentanan terhadap faktor lingkungan seperti
racun, dan risiko perkembangan penyakit tertentu. SNP juga dapat digunakan
untuk melacak warisan gen penyakit dalam keluarga. Penelitian selanjutnya yang
ada dapat mengidentifikasi SNP yang berkaitan dengan penyakit kompleks seperti
penyakit jantung, diabetes, dan kanker, termasuk IRIDA.8
2.1.1.1
Kajian Islam Tentang Larangan Pernikahan Sedarah
Agama Islam merupakan agama yang mengatur kehidupan manusia
secara baik dan terbukti secara ilmiah. Termasuk mengenai larangan untuk
melakukan pernikahan sedarah. Sebagaimana kita ketahui bahwa setiap individu
manusia memiliki kode genetik yang berbeda dengan individu lainnya. Hal ini
akan diturunkan kepada anak yang mendapatkan kode genetik dari kedua orang
tuanya. Allah SWT berfirman dalam QS. An-Nisa ayat 23 sebagai berikut.
6
Artinya : “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang
perempuan; saudara-saudaramu yang perempuan, saudara-saudara bapakmu
yang perempuan; saudara-saudara ibumu yang perempuan; anak-anak
perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki; anak-anak perempuan dari
saudara-saudaramu yang perempuan; ibu-ibumu yang menyusui kamu; saudara
perempuan sepersusuan; ibu-ibu isterimu (mertua); anak-anak isterimu yang
dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan isterimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak
berdosa kamu mengawininya; (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu); dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau; sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisa: 23)
Dari ayat tersebut sudah jelas, bahwa Allah SWT mengharamkan
adanya pernikahan sedarah. Secara genetik, pernikahan sedarah lebih beresiko
mendatangkan suatu penyakit dibandingkan tidak.9 Sebagai contoh, seorang
perempuan yang memiliki sifat pembawa gen talasemia. Kemungkinan yang sama
dapat terjadi pada saudaranya, karena adanya hubungan sedarah. Maka, apabila
adanya pernikahan sedarah kemungkinan untuk melahirkan anak dengan
talasemia dapat terjadi.
2.1.2
Anemia
Anemia didefinisikan sebagai penurunan konsentrasi hemoglobin,
hematokrit atau hitung eritrosit. Hemoglobin merupakan “major oxygen-carryng
pigment” dalam darah, gram hemoglobin per 100 mL darah (g/dL). Hemoglobin
adalah metaloprotein (protein yang mengandung zat besi) di dalam sel darah
merah yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru ke seluruh tubuh.
Menurut WHO, level hemoglobin untuk menentukan diagnosis anemia adalah
seperti dalam tabel 2.1. Nilai rujukan pemeriksaan laboratorium dari alat yang
7
digunakan dalam penelitian ini untuk hemoglobin pada laki-laki 13,5-16,5 g/dL
dan perempuan 12,1-15,1 g/dL. Anemia dapat terjadi oleh berbagai macam
penyebab. Tabel 2.2 menjelaskan beberapa penyebab anemia.
Secara genetik, anemia dapat terjadi pada penyakit talasemia. Pada
talasemia terjadi mutasi pada gen yang membentuk rantai globin.10 Gangguan
pada pembentukan enzim delta aminolevulenat dehidratase (ᵹ-ALAD) oleh timbal
juga dapat menyebabkan anemia.
2.1.2.1
Kajian Islam Tentang Makanan yang Halal Lagi Baik
Penyakit anemia merupakan kondisi yang dapat disebabkan oleh
berbagai hal. Salah satu penyebab yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah
karena defisiensi zat besi. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya kesadaran
masyarakat akan kebutuhan zat besi setiap hari. Bila kita lihat, masyarakat
Indonesia sering mengonsumsi teh setelah makan. Hal ini dapat mengganggu
penyerapan zat besi dari makanan yang telah dimakan. Allah SWT berfirman
dalam QS. Al-Baqarah ayat 168 sebagai berikut.
Artinya : “Wahai manusia! Makanlah dari (makanan) yang halal dan baik yang
terdapat di bumi.” (QS. Al-Baqarah: 168)
Agama Islam mengajarkan untuk tidak hanya mengonsumsi makanan yang halal,
namun juga mengonsumsi makanan yang baik.11 Walaupun teh halal, namun bila
dikonsumsi secara berlebihan juga tidak baik. Bangun, dkk (2012) melakukan
penelitian mengenai perilaku minum teh dan kadar Hb pada siswa sekolah. Hasil
penelitian tersebut, dari 59 siswa yang mengonsumsi teh tingkat sedang 83,05%
nya memiliki kategori kadar hemoglobin yang tidak normal.12
8
Tabel 2.1. Kadar hemoglobin berdasarkan usia menurut WHO, Hb dalam (g/L)
110 atau lebih
Anemia
Ringan
Sedang
100-109
70-99
Berat
<70
115 atau lebih
120 atau lebih
120 atau lebih
110-114
110-119
110-119
80-109
80-109
80-109
<80
<80
<80
110 atau lebih
100-109
70-99
<70
130 atau lebih
110-129
80-109
<80
Populasi
Bayi dan balita umur 6-59
Bulan
Anak 5-11 tahun
Anak 12-14 tahun
Perempuan yang sedang
tidak hamil (usia 15 tahun
keatas)
Perempuan yang sedang
hamil
Laki-laki usia 15 tahun
keatas
Non-Anemia
Sumber : WHO
Tabel 2.2. Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi
I. Anemia hipokromik mikrositer
a. Anemia defisiensi besi
b. Talasemia major
c. Anemia akibat penyakit kronik
d. Anemia sideroblastik
II. Anemia normokromik normositer
a. Anemia pasca berdarahan akut
b. Anemia aplastik
c. Anemia hemolitik didapat
d. Anemia akibat penyakit kronik
e. Anemia pada gagal ginjal kronik
f. Anemia pada sindrom
mielodisplastik
g. Anemia pada keganasan
hematologi
III. Anemia makrositer
Bentuk megaloblastik
a. Anemia defisiensi asam folat
b. Anemia defisiensi B12
Bentuk non megaloblastik
a. Anemia pada penyakit hati
kronik
b. Anemia pada hipotiroidisme
Anemia pada sindrom
mielodiplastik
Sumber : Sudoyo dkk, 2006
2.1.3. Siklus Hidup Eritrosit
Eritrosit dewasa atau matang berada dalam sirkulasi selama 110 – 120
hari. Kemudian ditangkap oleh makrofag. Eritropoesis dipengaruhi oleh sitokin,
erythroid specific growth factor, dan erythropoietin (EPO). EPO dihasilkan oleh
ginjal sebagai respon apabila terjadi hipoksia untuk mempertahankan jumlah
eritrosit yang relatif stabil setiap hari. Peningkatan EPO menyebabkan maturasi
9
dari sel burst forming unit-erythroid (BFU-E) menjadi sel colony forming uniterythroid (CFU-E). Kemudian menjadi pro-eritrosit, eritroblas, lalu menjadi
retikulosit. Retikulosit bertahan di dalam sirkulasi selama satu hari, kemudian
menjadi eritrosit matur, sekitar 1% dari jumlah eritrosit. Retikulosit dapat
meningkat apabila terjadi perdarahan akut, sebagai kompensasi sum-sum tulang
yang adekuat. Sehingga retikulosit dapat menilai respon sum-sum tulang adekuat
atau tidak. Retikulosit normal sekitar 0,5-1,5 %.10 Evaluasi morfologi dari eritrosit
bergantung pada kriteria ukuran, bentuk, distribusi dan konsentrasi Hb,
kemampuan menyerap zat warna, hapusan darah tepi, dan inklusi.
Gambar 2.1. Eritropoesis
Sumber : Hoffbrand & Moss, 2013
2.1.4. Metabolisme Zat Besi
Besi merupakan mikronutrien esensial bagi tubuh. Tubuh manusia dewasa
mempunyai dua penyimpanan besar untuk besi, pertama besi yang terdapat pada
hemoglobin, mioglobin, enzim dan kedua penyimpanan besi pada ferritin,
hemosiderin, dan transferrin (protein transport di dalam darah). Laki-laki dewasa
sehat mempunyai kurang lebih 3,6 gram besi dari seluruh total tubuh, pada
perempuan sekitar 2,4 gram. Tabel berikut menunjukkan proporsi besi di dalam
tubuh manusia dewasa sehat.16
Besi sangat dibutuhkan oleh tubuh. Sekitar 90% dikembalikan dan
digunakan oleh tubuh setiap hari. Zat besi yang masuk melalui makanan harus
seimbang dengan kebutuhan besi di dalam tubuh. Bila asupan nutrisi dari sumber
makanan tidak memenuhi kebutuhan di dalam tubuh, maka defisiensi besi dapat
terjadi. Menurut Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National
Academies (2000), laki-laki pada kelompok umur 9-13 tahun dan 19 hingga >70
10
tahun membutuhkan zat besi sebanyak 8 mg/hari. Perempuan pada kelompok
umur 9-13 tahun membutuhkan zat besi sebanyak 8 mg/hari, kemudian kebutuhan
meningkat seiring berjalannya umur yakni pada kelompok umur 14-18 tahun
membutuhkan sekitar 15 mg zat besi/hari dan 18 mg/hari untuk usia 19-50 tahun.
Kebutuhan zat besi pada perempuan kembali menurun pada usia 51 hingga lebih
dari 70 tahun.16
Tabel 2.3. Proporsi relatif besi didalam tubuh pada dewasa muda sehat
Laki-Laki
Tipe Besi
Perempuan
(mg)
(%)
(mg)
(%)
Hemoglobin
2300
64
1700
73
Myoglobin
320
9
180
8
Enzim heme
80
2
60
3
100
3
80
3+
Ferritin
540
15
200
9
Hemosiderin
230
6
100
4
5
<1
4
<1
3575
100
2314
100
Fungsional
Enzin non heme
Penyimpanan
Transferin
Total
Sumber : Mahan & Escott-Stumpt, 2004
Berdasarkan ketersediaannya, terdapat dua jenis zat besi yaitu zat besi non
heme dan zat besi heme. Zat besi heme banyak ditemukan dalam makanan
hewani, yang ditemukan dalam hemoglobin, mioglobin, dan beberapa enzim dan
zat besi non heme banyak ditemukan dalam sayuran dan kacang-kacangan. Zat
besi dari hewani sudah dalam bentuk ferro (Fe2+), sedangkan zat besi dari tanaman
berbentuk ferri (Fe3+). Zat besi ferro diabsorbsi di brush border (mukosa) melalui
pembentukan vesikel disekitar zat besi heme di enterosit intestinal. Setelah zat
besi ferro masuk ke sitosol, besi ferro secara enzimatis dipisahkan dari kompleks
ferroporphyrin. Besi non heme masuk melalui proses difusi akibat perbedaan
gradien konsentrasi. Ion besi yang bebas bergabung secara cepat dengan apoferitin
11
untuk membentuk feritin dan pada saat yang bersamaan ion besi non heme yang
bebas berikatan dengan apoferitin. Feritin merupakan penyimpanan besi
intraseluler dan satu feritin membawa zat besi dengan cara berikatan dengannya
dari brush border ke membran basolateral sel. Tahap akhir dari absorpsi ini adalah
ion besi berpindah ke sirkulasi dari membran basolateral dengan mekanisme
transport aktif. Pada tahap ini dilakukan baik pada besi heme maupun non heme.16
Makanan dan sekresi dari gastrointestinal kecil mempengaruhi penyerapan
besi. Pada individu yang mengonsumsi berbagai jenis makanan, sekitar 5-10%
kandungan zat besi heme berasal dari makanan dan absorpsinya mencapai 25%,
sedangkan zat besi non heme hanya diabsorpsi sebesar 5%. Pada seseorang
vegetarian yang hanya mengkonsumsi makanan yang berasal dari tumbuhan,
dibutuhkan konsumsi sumber makanan nabati dalam jumlah yang banyak untuk
memenuhi kebutuhan zat besi di dalam tubuh. Oleh karena itu, pada pasien
dengan anemia lebih disarankan untuk mengonsumsi sumber makanan zat besi
dari hewani dibandingkan dari nabati.16
Besi non heme diabsorpsi di duodenum dan jejunum dalam bentuk
terionisasi. Sekresi asam lambung meningkatkan kelarutan besi dan merubahnya
menjadi bentuk ion baik ferri (Fe+3) dan ferro (Fe+2). Asam askorbat atau vitamin
C dapat mengoksidasi zat besi ferri menjadi ferro, sehingga dapat meningkatkan
penyerapannya di usus. Molekul makanan lain seperti gula dan sulfur yang
mengandung asam amino juga dapat meningkatkan absorpsi besi.16
Besi dibutuhkan untuk sintesis protein hemoglobin. Hemoglobin sangat
berperan penting dalam transport O2 di dalam darah. Sintesis hemoglobin terjadi
di dalam mitokondria melalui reaksi biokimia. Reaksi dimulai dengan kondensasi
antara glisin dan suksinil koenzim A membentuk enzim δ-aminolaevulinic acid
(ALA). Vitamin B6 bertindak sebagai koenzim dalam proses ini. Protoforpirin
bertindak sebagai perantara dalam pembentukan heme dengan cara berikatan
dengan ferro. Setiap molekul heme berikatan dengan protein globin hingga
terbentuk satu paket lengkap hemoglobin.17
12
Gambar 2.2. Sintesis hemoglobin pada pembentukan sel darah merah
Sumber : Hoffbrand & Moss, 2006
2.1.5. Iron Refractory Deficiency Anemia (IRIDA)
IRIDA merupakan penyakit autosomal resesif yang jarang terjadi. IRIDA
ditandai oleh anemia mikrositik hipokrom yang parah, rendahnya serum besi dan
saturasi transferin, sedangkan level feritin normal hingga tinggi diikuti dengan
tingginya level hormon hepsidin secara berlebihan. Penyakit ini disebabkan oleh
hilangnya fungsi akibat mutasi pada gen TMPRSS6 yang mengkode matriptase-2
(MT2) sebagai suatu regulator negatif transkipsi hepsidin. Pada individu dengan
level hepsidin yang tinggi, hepsidin mencegah absorbsi zat besi pada duodenum
dan besi yang diproses ulang oleh makrofag. Lebih jauh lagi, variasi genetik
TMPRSS6 dapat memodulasi fenotip hematologis dan status besi.4
Secara normal, gen TMPRSS6 memberikan instruksi untuk membuat
protein yang disebut MT2. Protein ini merupakan bagian dari jalur sinyal yang
13
mengontrol kadar protein lain yang disebut hepsidin, yang merupakan tombol
pengatur keseimbangan zat besi dalam tubuh. Ketika kadar besi darah rendah,
jalur sinyal ini akan mengurangi produksi hepsidin, yang memungkinkan lebih
banyak zat besi dari makanan yang akan diserap melalui usus dan diangkut dari
situs penyimpanan (terutama di hati dan limpa) ke dalam aliran darah. Besi
merupakan komponen penting dari hemoglobin, yang merupakan molekul dalam
sel darah merah yang membawa oksigen. Nama resmi dari gen ini
"Transmembran Protease, Serin 6". TMPRSS6 adalah simbol resmi gen. Gen
TMPRSS6 adalah bagian dari PRSS (peptidase serin). Gen TMPRSS6 terletak di
22q12.3 lokasi sitogenetik pada kromosom 22. Gen TMPRSS6 terletak di lengan
panjang (q) kromosom 22 pada posisi 12,3.18
Gambar 2.3. Letak gen TMPRSS6
Sumber : http://ghr.nlm.nih.gov/gene/TMPRSS6
rs855791 merupakan SNP pada gen TMPRSS6. SNP ini memiliki genotip
normal atau wildtype (C;C), dan heterozygot pada (C;T) dengan nilai hemoglobin
rata-rata lebih rendah 0,1 g/dL, serta mutant (T;T) dengan nilai hemoglobin ratarata lebih rendah 0,2 g/dL.19 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Benyamin, dkk
(2009), memperlihatkan hubungan yang kuat antara SNP rs855791 dengan kadar
Hb dan MCV pada remaja Australia. Alel T pada rs855791 memperlihatkan
penurunan rata-rata kadar Hb dan MCV. Hubungan antara TMPRSS6 dengan
kadar Hb memiliki hasil yang bermakna pada setiap kelompok sampel (remaja,
dewasa, dan campuran).20 Sehingga kadar Hb dapat digunakan sebagai alat ukur.
Penelitian yang dilakukan oleh Chambers, dkk (2009), memperlihatkan
hubungan antara mutasi pada TMPRSS6 dengan level hemoglobin di dalam
14
darah. SNP diidentifikasi dari ras Eropa dan India Asia, hasilnya memperlihatkan
hubungan yang sangat kuat pada rs855791 (G>A). Alel A pada RS855791 lebih
banyak berhubungan dengan level hemoglobin yang rendah pada ras India Asia
dibanding dengan ras Eropa. Sebesar 19% individu dengan ras Eropa dan 27%
individu dengan ras India Asia yang memiliki genotip AA pada rs855791
memiliki konsentrasi hemoglobin rata-rata 0,2% lebih rendah dibandingkan
dengan individu yang memiliki genotip GG. Hasil analisis penelitian tersebut,
menunjukkan bahwa alel A memiliki persamaan dengan alel T. Setiap alel A
mengindikasikan asosiasi 0,11 g/dL konsentrasi Hb yang lebih rendah.21
2.1.6. Regulasi Ekspresi Hepsidin
Jumlah besi dalam plasma menentukan availabilitas besi pada eritropoiesis
dan fungsi selular. Besi berikatan dengan transferin [Fe(III)-Tf] dan dapat segera
diambil oleh seluruh jenis sel melalui ekspresi reseptor transferin 1 (TfR1).
Homeostasis besi dijaga oleh liver-expressed peptide hormone hepcidin yang
menjadi pusat dari regulasi besi dalam plasma. Hepsidin meregulasi absorbsi besi
di usus yang masuk ke dalam plasma, dalam hal ini makrofag mendaur ulang
eritrosit yang sudah rusak, dan mobilisasi besi dari penyimpanan hepar. Hepsidin
yang berikatan dengan iron exporter ferroportin yang berada pada permukaan
iron-releasing cells akan menurunkan regulasinya, hal tersebut menyebabkan
degradasi dan menurunkan level besi dalam plasma. Availabilitas besi secara
sistemik, kebutuhan besi untuk eritropoesis, hipoksia, dan inflamasi meregulasi
level hepsidin dalam plasma. Penelitian mengenai mekanisme yang mendasari
frequent iron related disorders, seperti hemokromatosis herediter, talasemia, atau
anemia akibat penyakit kronik menyediakan pengetahuan terhadap regulasi
hepsidin.3
MT2 mendegradasi Hemojuvelin (HJV), HJV bertindak sebagai coreseptor Bone Morphogenetic Protein (BMP). HFE dan TfR2 bersama HJV akan
mengaktivasi BMP sehingga terjadi ekspresi dari gen HAMP. HFE dipindahkan
dari TfR1 oleh Transferrin-iron complex [Tf-Fe(III)] dengan konsentrasi tinggi.
BMP akan berikatan dengan reseptor BMP tipe 1 dan 2 yang akan mengaktivasi
15
fosfolirasi protein reseptor activated SMAD, dan pada akhirnya protein hepsidin
dibentuk. Proses ini terjadi di dalam sel hepar.3
Gambar 2.4. Siklus zat besi–mekanisme adaptasi tubuh pada defisiensi besi
Sumber : Camaschella, 2015.
Gambar 2.5. Ekspresi gen HAMP
Sumber : Falco dkk, 2013
16
2.1.7. Isolasi Genom
2.1.7.1.
Persiapan untuk Human Genomic DNA
Secara umum, sekitar 90% DNA terdapat di dalam nukleus
(kromosom). Pada studi genetika, isolasi DNA lebih banyak berasal dari sel darah
tepi. Namun karena prosedurnya yang invasif, sulit untuk memperoleh sampel
dari teknik tersebut. Sumber DNA lain dapat berasal dari sel mukosa pipi yang
diperoleh dengan pencucian mulut menggunakan salin (teknik yang non invasif
dan tidak menyebabkan perdarahan). Isolasi DNA dari sel bucal lebih murah dan
membutuhkan jumlah yang sedikit, dan dapat disimpan dalam waktu yang lama.
Teknik lain menggunakan folikel rambut dan biasa digunakan sebagai teknik
investigasi pada kasus kriminal. Sampel yang berasal dari urin bermanfaat dalam
mendeteksi kasus doping dan drug screening test. Tujuan dari isolasi DNA adalah
mengisolasi dan mempurifikasi berat DNA dalam jumlah yang banyak.22 Berikut
beberapa tahapan dalam purifikasi DNA.
a. Cell breakage (pemecahana sel)
Pemecahan sel merupakan langkah awal dalam purifikasi DNA. Teknik
ini dapat membuka sel dan memperoleh DNA yang intak menggunakan bahan
kimia berupa detergent dan/atau prosedur enzimatis. Detergen dapat melarutkan
asam lemak membran sel dan mengakibatkan sel lisis. Detergen juga memiliki
efek inhibitor terhadap seluruh DNAse enzim selular dan dapat mendenaturasi
protein, dengan demikian membantu dalam pembersihan protein dari larutan
tersebut.23
b. Removal of protein (Membuang protein)
Langkah kedua dalam purifikasi adalah membuang kontaminan berupa
protein dari sel lisis. Prosedur ini disebut dengan deproteinisasi. Prinsip kerja
prosedur ini bergantung pada perbedaan antara bentuk fisik antara asam nukleat
dan protein. Perbedaan ini terletak pada kelarutan, volume spesifik parsial,
sensitifitas terhadap enzim pencernaan.23
Deproteinisasi menggunakan pelarut organik merupakan cara yang
umum digunakan. Asam nukleat merupakan molekul hidrofilik dan sangat mudah
17
larut di dalam air. Sedangkan protein, mengandung banyak residu hidrofobik yang
menyebabkan protein secara parsial larut di dalam pelarut organik. Pelarut organik
biasanya mengandung fenol dan kloroform. Metode yang menggunakan fenol
sebagai agen deproteinisasi dikenalkan oleh Kirby (1957), sehingga dikenal
sebagai Metode Kirby. Penggunaan campuran kloroform isoamil alkohol
dikenalkan oleh Marmur, sehingga dikenal Metode Marmur. Metode ini
mendasari banyak modifikasi dan pengembangan dari waktu ke waktu.23
Penggunaan fenol pada metode Kirby memiliki beberapa prinsip. Fenol
pada suhu ruang akan membentuk kristal, dengan adanya kandungan air 20% akan
membentuk suspensi yang mengandung butiran-butiran fenol tersebar di dalam
molekul air. Molekul protein secara umum mengandung banyak residu
hidrofobik, yang mana terkonsentrasi dibagian tengah molekul. Ketika protein
bercampur dengan fenol dalam volume yang sama, beberapa molekul fenol akan
terlarut dalam fase cair (kurang lebih 20% air dan 80% fenol). Sehingga fenol
dapat menembus masuk ke dalam protein, menyebabkan protein membengkak dan
rusak. Protein yang telah terdenaturasi akan larut di dalam fenol. Sehingga tersisa
asam nukleat. Asam nukleat tidak memiliki molekul yang bersifat hidrofobik
sehingga tidak larut di dalam fenol.23
Kekurangan metode Kirby adalah produk oksidasi dari fenol dapat
bereaksi secara kimia dengan molekul DNA (dan RNA). Fenol juga sangat toksik
dan membutuhkan prosedur pembuangan. Untuk mengurangi efek tersebut,
beberapa modifikasi yang dapat dilakukan sebagai berikut.23

Menggunakan detergen ionik.

Menggunakan reaksi enzimatis untuk membuang protein sebelum
ekstraksi fenol. Hal tersebut menurunkan kebutuhan fenol yang akan
digunakan. Sehingga kemungkinan hilangnya molekul DNA dapat
diturunkan.

Menambahkan 8-hydroxyquinoline (8HQ) kedalam fenol. 8HQ
meningkatkan kelarutan fenol di dalam air. Dengan adanya senyawa
ini, fenol dapat diencerkan pada suhu ruang dengan 5% air. 8HQ
juga mudah teroksidasi sehingga memegang peranan penting dalam
anti-oksidan, menjaga fenol mengalami oksidasi. Bentuk dari 8HQ
18
berwarna kuning dan saat teroksidasi menjadi tidak berwarna, hal ini
merupakan indikator yang baik yang dapat terlihat.
Penggunaan dari metode Marmur berdasarkan pada karakteristik dari
pelarut organik. Kloroform tidak larut dalam air dan meskipun banyak ektraksi
tidak mengakibatkan hilangnya DNA ke dalam fase organik.23
c. Removal of RNA (Membuang RNA)
Prinsip pembersihan RNA dari DNA menggunakan reaksi enzimatik.
Konsekuensi dari prosedur ini tidak dapat membuang semua RNA secara bersih.
Prosedur ini menggunakan dua ribonuklease, yaitu ribonuklease A dan
ribonuklease T1.
Ribonuklease A (RNase A) merupakan endoribonuklease yang dapat
memotong RNA setelah residu C dan U. Reaksi tersebut menghasilkan
oligonukleotida yang diakhiri dengan 3’–phosphorylated pyrimidine nucleotide.
Ribonuklease T1 (RNase T1) memotong dsRNA dan ssRNA setelah residu G,
menghasilkan oligonukleotida yang diakhiri dengan 3’–phosphorilated guanosine
nucleotide. Karena kedua enzim tersebut spesifik terhadap RNA, penggunaan
kedua enzim tersebut dalam RNA removal pada sampel DNA sangat
direkomendasikan. Penggunaan hanya salah satu enzim akan menghasilkan DNA
yang terkontaminasi dengan oligonukleotida dalam jumlah yang banyak.
Sehingga dapat mengganggu pembacaan spektofotometri.23
d. Concentrating the DNA (pemekatan DNA)
DNA didapatkan dengan cara pengendapan menggunakan alkohol.
Dalam prosedur ini digunakan dua macam alkohol yakni ethanol dan isopropanol.
Pengendapan menggunakan alkohol berdasarkan pada fenomena penurunan
kelarutan asam nukleat di dalam air. Kutub positif air berinteraksi secara kuat
dengan kutub negatif kelompok fosfodiester DNA. Interaksi ini menyebabkan
DNA larut dalam air. Sedangkan ethanol tidak dapat berinteraksi dengan kutub
negatif DNA seperti air. Sehingga asam nukleat tidak larut di dalam ethanol.23
Penggantian 95% molekul air di dalam DNA dapat menyebabkan DNA
mengendap. Untuk mengendapkan DNA dengan konsntrasi ethanol yang rendah,
aktivitas dari molekul air harus diturunkan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara
menambahkan garam di dalam larutan DNA.23
19
e. Determination of the purity and quantity of DNA (Pengukuran kemurnian dan
jumlah konsenrasi DNA)
Untuk mengukur kemurnian DNA hasil isolasi, dapat dilakukan
pembacaan dengan alat spektofotometer menggunakan cahaya ultraviolet (UV).
Keberadaan kontaminan berupa protein dapat diketahui dari rasio nilai optical
density (OD) hasil isolasi pada panjang gelombang 260 nm dan 280 nm. Hasil
isolasi dinyatakan murni bila nilai rasio A260 : A280 adalah 2,0. Jika rasio kurang
dari 2,0, maka konsentrasi DNA dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.23
N (μg ml-1) = 70 A260 – 40 A280
A260 dan A280 merupakan daya serap DNA pada panjang gelombang 260 nm dan
280 nm. Indikator yang lebih baik dari kemurnian sampel DNA adalah rasio A260 :
A234. DNA memiliki daya serap minimum pada 234 nm dan daya serap protein
tinggi pada 205 nm. Rasio A260 : A234 merupakan indikator yang sangat sensitif
untuk menentukan kontaminasi protein. Rasio antara 1,8-2,0 menunjukkan asam
nukleat yang murni. A260 dan A234 merupakan daya serap sampel DNA pada
panjang gelombang 260 nm dan 234 nm. Dengan menggunakan kedua panjang
gelombang tesebut, konsentrasi DNA dapat dihitung dengan menggunakan rumus
berikut.23
N(μg ml-1) = 52,6 A260 – 5,24 A234
Identifikasi kontaminasi memiliki makna tertentu. Jika rasio 260/280
rendah, maka terdapat kontaminan yang diserap pada gelombang 280 nm. Hal
tersebut bisa disebabkan oleh fenol atau reagen lain pada protokol dan konsentrasi
asam nukleat yang sangat rendah (>10 ng/uL). Meskipun kualitas DNA
merupakan hal yang penting, namun bergantung kembali pada teknik apa yang
digunakan.24
20
2.1.8
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Prinsip dasar PCR dapat dikatakan sederhana. Seperti namanya yakni
reaksi berantai: satu molekul DNA digunakan untuk menghasilkan dua salinan,
lalu empat, delapan dan seterusnya. Penggandaan terus menerus ini dilakukan
oleh protein tertentu yang dikenal sebagai polimerase, enzim yang mampu
membuat satu untaian DNA individu untuk membentuk untaian molekul yang
panjang. Oleh karena itu diperlukan fragmen DNA yang terdiri dari empat asam
nukleat, yakni adenin (A), timin (T), sitosin (C) dan guanin (G). Mereka juga
membutuhkan fragmen kecil DNA, yang dikenal sebagai primer. Jika bahan telah
tersedia, enzim akan membentuk fragmen baru sama seperti pada template. PCR
adalah metode digunakan untuk memperbanyak salinan dari setiap untai tertentu
asam nukleat. Hal ini berarti PCR selektif memperkuat sebuah segmen tertentu
DNA.25
Secara umum PCR membutuhkan target DNA sepanjang 100-1000 base
pairs (bp). Secara teknik sulit untuk mengamplifikasi DNA dengan panjang >500
bp. Primer yang biasa digunakan memiliki panjang 20-20 nukleotida. Dalam
proses PCR, dibutuhkan beberapa bahan seperti thermal cycler dan PCR
amplification mix, yang terdiri dari sampel dsDNA, thermostable DNA
polymerase, dua primer oligonukleotida, deoxynucleotide triphosphat (dNTPs),
dan penyangga reaksi yang mengandung ion magnesium dan komponen lainnya
(22). Berikut prosedur dalam PCR yang umum digunakan :
a. DNA didenaturasi oleh panas dengan suhu 90-95oC selama 20 detik.
Dua untai terpisah karena rusaknya hidrogen yang mengikat mereka.
b. Campuran reaksi mengandung mengandung 4 deoxynucleotide
triphosphates (dATP, dCTP, dGTP, dTTP) dan thermostable DNA
polymerase. DNA polimerase tidak mengalami denaturasi pada suhu
yang tinggi. Campuran tersebut kemudian mengalami pendinginan,
suhu diturunkan menjadi (50-65oC).
21
c. Setiap helai molekul DNA mengalami proses annealing dengan primer
oligonukleotida
melengkapi
kedua
ujung
urutan
target
yang
membutuhkan waktu 20 detik.
d. Suhu dinaikkan ke 60-75oC dan primer diperluas oleh aksi polimerase
DNA selama 30 detik. Polimerase yang mensintesis urutan
komplementer 5 'ke 3' arah dari masing-masing primer. Jika template
mengandung nukleotida A, enzim menambahkan pada nukleotida T
untuk primer. Jika template berisi G, ia menambahkan C untuk rantai
baru. Pada titik ini ada akan persis dua salinan dari urutan DNA target.
e. Campuran dipanaskan lagi di 90-95oC untuk denaturasi molekul dan
memisahkan helai dan siklus diulang. Setiap helai baru kemudian
bertindak sebagai template untuk siklus sintesis berikutnya. Jadi
amplifikasihasil pada eksponensial (logaritmik) tingkat, yaitu jumlah
DNA yang dihasilkan ganda pada setiap siklus. Produk diperkuat pada
akhir PCR yang disebut amplikon.
2.1.9. Metode High Resolution Melt (HRM)
Metode High Resolution Melt (HRM) merupakan metode cepat yang
dikembangkan untuk menganalisis mutasi genetik atau variasi sekuensi dari asam
nukleat setelah dilakukan analisis PCR. HRM memudahkan peneliti secara cepat
mendeteksi dan mengkategorikan mutasi genetik (contoh : Single Nucleotida
22
Polymorphisms (SNPs)), identifikasi varian gen baru tanpa sekuensing (gene
scanning) atau mendeterminasi variasi genetik pada populasi.26
Langkah awal dari protokol HRM adalah amplifikasi area yang akan
dianalisis dengan menggunakan teknik PCR standar sehingga terdapat double
stranded-DNA (dsDNA) yang dapat mengikat zat warna. Pewarna tersebut
memiliki daya floresensi yang tinggi saat berikatan dengan dsDNA dan sangat
lemah pada daerah yang tidak berikatan.Perubahan ini memungkinkan pengguna
untuk memantau amplifikasi DNA selama PCR (sebagai PCR kuantitatif).26
Setelah langkah PCR selesai, target diperkuat secara bertahap dengan cara
didenaturasi secara bertahap dengan meningkatkan suhu sedikit demi sedikit,
untuk menghasilkan profil karakteristik leleh; ini yang disebut sebagai Melting
Analysis. Target yang sudah diamplifikasi didenaturasi secara bertahap,
melepaskan
pewarna,
yang
menghasilkan
penurunan
fluoresensi.Ketika
pengaturan sudah tepat, HRM cukup sensitif untuk memungkinkan deteksi
perubahan basa tunggal antara urutan nukleotida yang dinyatakan identik. HRM
menggunakan pewarna yang termasuk murah dan sedikit optimasi dibandingkan
dengan sistem yang sama seperti Taqman dan Fluorescence Resonance Energy
Transfer (FRET) probes. Dibandingkan dengan metode tersebut, HRM lebih
sederhana dan lebih cost-effective untuk sampel yang banyak.26
2.1.9.1
Analisis Hasil HRM
Dengan software Light Cycler 480 Roche yang benar, analisis data dapat
dilakukan terhadap beberapa sampel secara simultan. Hal ini penting untuk
mengetahui apa yang harus dicari ketika menganalisis hasil; kesalahan tak terduga
yang dilakukan selama pemasangan dapat diidentifikasi pada saat ini. Perubahan
melt plots yang rendah sering terlihat sebagai derivative plot (-dF / dT terhadap
T); Namun, data melting curve harus dianalisis secara berbeda. Bagian ini
menjelaskan analisis hasil HRM dengan contoh produk 124 bp meliputi jenis IV
SNP(rs641805). Masalah yang paling umumdihadapi dan solusi dari masalah
tersebut akan dibahas.26
23
a. Plot amplifikasi
Reproduksibilitas amplifikasi lebih penting pada analisis HRM daripada
efisiensi amplifikasi (dibandingkan dengan PCR kuantitatif). Misalnya, analisis
HRM masih bisa dilakukan jika produk amplifikasi lebih lambat daripada
perkiraan (yaitu karena keterbatasan dalam desain primer), asalkan semua sampel
konsisten.26
b. Data mentah kurva leleh
Data yang dikumpulkan selama HRM yang dianalisis memiliki rentang
awal (pre-melt) pembacaan fluoresensi. Variasi ini membuat sulit untuk
menganalisis hasil dengan benar, meskipun kelompok genotip yang berbeda dapat
terlihat. Gambar 2.6 A menunjukkan bagaimana pemilihan daerah pre- dan postmelt digunakan untuk menyelaraskan data. Pre- dan daerah post-melt harus dipilih
untuk setiap set primer, dengan posisi paralel ganda-bar seperti yang ditunjukkan.
Hal ini penting untuk menyesuaikan bar ini sehingga wilayah lelehan tidak dipilih.
Jika pre- atau post- daerah leleh tidak jelas, mungkin untuk mengulang HRM
menjalankan saja (tanpa mengulangi langkah amplifikasi), dan menyesuaikan
kisaran suhu yang diperlukan.26
c. Data Normalisasi
Jika data yang dinormalisasi benar, akan muncul seperti yang
ditunjukkan pada gambar 2.6 B yang disebut 'data normalisasi'. Pada gambar 2.6
B, variasi fluoresensi yang dapat dilihat pada gambar 2.6 A telah dihilangkan, dan
hanya kisaran suhu antara bar luar daerah sebelum dan sesudah mencair
ditampilkan. Genotip sekarang lebih berbeda, tetapi dua sampel homozigot (merah
dan biru) yang masih sulit untuk dibedakan.26
d. Perbedaan grafik
Beberapa aplikasi perangkat lunak HRM memungkinkan perhitungan
perbedaan alur. Hal ini didapatkan dengan mengurangi data fluoresensi
dinormalisasi dari genotip yang ditetapkan pengguna dari yang masing-masing
sampel lainnya dalam analisis HRM. Pada gambar 2.6 C, genotip A / A telah
dipilih sebagai dasar (genotip apapun dapat dipilih, tetapi biasanya homozigot
yang digunakan). Posisi masing-masing sampel relatif terhadap baseline memiliki
24
plot terhadap temperatur. Bentuk analisis HRM ini merupakan bantuan untuk
memvisualisasikan normalisasi data.26
HRM memiliki sifat yang sangat sensitif sehingga desain uji nya sangat
penting untuk dilakukan dengan baik. Perhatian khusus harus diberikan untuk
desain primer, reagen PCR yang digunakan dan kondisi siklus. Perbedaan
pengaturan awal dapat sangat mempengaruhi hasil akhir. Faktor-faktor seperti
kualitas genom DNA, desain primer, dan konsentrasi MgCl2 semua akan
mempengaruhi hasil. Bagian berikut membahas masing-masing faktor-faktor yang
harus diperhatikan.26
A/T
T/T
A/A
25
T/T
A/A
A/T
Gambar 2.6. Analisis data HRM dari SNP tipe 4 (A/T).A. Data mentah
memperlihatkan pre-melt, melt dan post-melt. Memperlihatkan variasi fluoresensi
dan posisi pre dan post melting. B. Data normalisasi C. Grafik lain dari data
normalisasi
Sumber
:
https://www.kapabiosystems.com/assets/Introduction_to_High_Resolution_Melt_
Analysis_Guide.pdf
Kualitas dan kuantitas DNA merupakan salah satu faktor utama yang
dapat mengurangi kualitas hasil. Hal tersebut dapat terjadi karena akumulasi dari
penyangga dari template DNA sampel atau pada saat proses persiapan. Pemurnian
DNA yang tidak sesuai teknik dapat mempengaruhi hasil. Garam bisa
mempengaruhi proses melting produk PCR, dan dapat mengakibatkan sensitivitas
rendah, reproduktifitas sedikit dan keluaran hasil genotip yang salah. Bufer yang
terakumulasi dari template DNA tidak hanya akan memodifikasi Tm, proses,
melting selama HRM, namun juga dapat mendorong amplifikasi yang spesifik
selama PCR26. Untuk hasil yang optimal berikut dianjurkan beberapa hal dibawah
ini:
•
Idealnya, semua sampel DNA yang akan dianalisis (termasuk genotype
kontrol) harus diekstrak menggunakan ekstraksi DNA dengan metode
atau kit yang sama.
•
Beberapa kit menggunakan konsentrasi tinggi garam untuk elusi DNA
dari kolom. Jadi, semua sampel template harus dielusi dengan
kandungan rendah garam, idealnya 10 mM Tris-HCl, pH 8,5.
•
Sampel DNA harus terkonsentrasi setelah pemurnian. Template
kemudian dapat diencerkan dengan 10 mM Tris-HCl, pH 8,5 sebelum
26
digunakan. Hal ini membantu untuk mengurangi variasi larutan
penyangga antara sampel.
•
Penambahan volume yang sedikit pada template DNA akan
mengurangi akumulasi garam dalam reaksi; idealnya volume terendah
template yang dapat secara akurat ditambahkan harus digunakan (1-2
ml).
•
Semua sampel harus memiliki konsentrasi akhir DNA yang sama
disetiap uji. Tabel 2.4 menjelaskan rincian konsentrasi DNA yang
dianjurkan untuk berbagai template. Pada template dengan konsentrasi
rendah, ada kesempatan yang lebih besar menggabungkan mutasi di
awal PCR yang akan mempengaruhi perilaku melting; konsentrasi
tinggi DNA akan menghasilkan latar belakang fluoresensi yang tinggi
karena meningkatnya interkalasi pewarna ke dalam dsDNA.
•
Kontrol positif untuk semua genotip harus dimasukkan dan sebaiknya
pada konsentrasi yang sama seperti sampel uji. DNA kontrol juga
harus dielusi dan/atau diencerkan dalam bufer yang sama sebagai
sampel.
Tabel 2.4. Konsentrasi DNA yang dianjurkan untuk berbagai template
Jenis DNA
Rekomendasi Konsentrasi
DNA untuk analisis HRM
Genomic DNA (gDNA)
10 ng – 100 pg
Plasmid DNA (1-10kb)
1 ng – 10 fg
Amplicon DNA
10 pg – 1 fg
Sumber : https://www.kapabiosystems.com/assets/Introduction_to_High_Resolution
_Melt_Analysis_Guide.pdf
27
2.2.
Kerangka Teori
Gambar 2.7. Kerangka teori
28
2.3.
Kerangka Konsep
Gambar 2.8. Kerangka konsep
2.4.
Definisi Operasional
Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
istilah-istilah
yang
didefinisikan sebagai berikut.
Tabel 2.5. Definisi operasional
No. Variabel
Definisi
Alat Ukur
Skala
1.
SNP
Variasi
Light
Nominal 1. Wildtype
rs855791
sekuensing
Cycler
2. Heterozygote
(CT)
DNA pada gen
480®Roche
3. Mutant
TMPRSS6.7
04 909 631
001
Skor
29
2.
Kadar
Kadar
Hemoglobin metaloprotein
Strip dan
Ordinal
Laki-laki
Alat cek
1. Rendah:
(protein yang
kadar Hb
<13,5
mengandung
(Easy
zat besi) di
Touch®
dalam sel
GCHb
Perempuan
darah merah
meter)
1. Rendah:
yang berfungsi
sebagai
pengangkut
oksigen dari
paru ke seluruh
tubuh.
Dinyatakan
dalam satuan
g/dL.17
2. Normal:
13,5-16,5
<12,1
2. Normal:
12,1-15,1
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1.
Desain Penelitian
Metode
yang
digunakan
pada
penelitian
ini
adalah
penelitian
eksperimental. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat Light Cycler
480®Roche 04 909 631 001 dengan menggunakan primer spesifik rs855791 (C>T)
untuk melakukan skrining Iron Refractory Deficiency Anemia dan pemeriksaan
kadar hemoglobin dengan menggunakan Easy Touch®GCHb meter.
3.2.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dengan mengambil data primer yakni genom
mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2012 hingga 2014.
Penelitian dilakukan dari bulan Mei hingga Oktober 2015.
3.3.
Populasi dan Sampel
3.3.1
Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter angkatan 2012 hingga 2014.
3.3.2
Kriteria Pemilihan
Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi
dan ekslusi. Kriteria inklusi mahasiswa Pendidikan Dokter angkatan 2012 hingga
2014 yang telah mengisi lembar informed consent (lampiran 1). Pada penelitian
ini kriteria eksklusi tidak ditentukan karena peneliti ingin melihat hasil skrining
seluruh sampel dan melihat hubungan antara hasil skrining dan nilai kadar Hb.
30
31
3.3.3
Perkiraan Besar Sampel
Dalam penentuan jumlah sampel, peneliti menggunakan perhitungan
Slovin dengan alasan total jumlah mahasiswa PSPD dari 2012-2014 kurang dari
500 orang. Rumus perhitungan adalah:
n = N/(1+Ne2)
Keterangan:
n = Besarnya sampel
N = Jumlah sampel
e = Batas toleransi kesalahan 10 % (0.1)
Maka ditemukan:
n = 300/(1+300x0.12)
= 300/4 = 75 orang
Jadi besar sampel minimal yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah 75
orang sampel.
3.3.4
Teknik Pemilihan Sampel
Sampel yang dipilih berdasarkan Simple Random Sampling dimana sampel
diambil secara acak berdasarkan tabel.
3.4
Alat dan Bahan Uji
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 3.1. Alat dan bahan penelitian
Alat
Pengambilan sampel (darah)
Spuit 3 cc
Torniquet
Tabung berisi EDTA
Handscoon
Alcohol swab
Bahan
Keterangan
-
-
32
(Lanjutan)
Alat
Pengukuran kadar hemoglobin
Easy Touch®GCHb meter
Alcohol swab
Bahan
Keterangan
Blood Hemoglobin
Test Strips
Nilairujukan :
Normal Laki-laki
13,5-16,5 g/dL
Normal perempuan
12,1-15,1 g/dL
Isolasi Genom DNA dari darah
Tabung mikrosentrifugasi 1,5 ml
Whole Blood
300 μL
steril
RBC Lysis Buffer
900 μLdan 100 μL
Water bath AS ONE TRW-42TP, GB Buffer
200 μL
60oC (untuk rehidrasi DNA
Ethanol Absolut
200 μL
yang cepat)
W1 Buffer
400 μL
GD column
Wash Buffer
600 μL
2 mL collection tube
Elution Buffer
50 μL
Microcentrifuge Eppendorf 5417
R
Vortex DAAD
Pipetmikro Nichipet EX Nichiryo
ukuran 2-20 μL dan 20-200 μL
Pipetmikro BIORAD ukuran 1001000 μL
Tipmikro Biologix ukuran 10 μL,
200 μL, dan 1000 μL
Biomedical Freezer SANYO
Aluminium foil
Pengukuran kemurnian dan konsentrasi hasil isolasi DNA
Maestro Nano Drops
Genom DNA
1 μL
Aquadest
Micropipet
Tip
Elektroforesis genom DNA
Elektroforesis ATTO My Power II
300 AE-8135
Microwave SHARP low wattage
Timbangan analitik AdventureTM
Gel doc system
Printgraph ATTO AE-6905 CF
CCD camera controller
Penggaris sumur
Gelas kimia
Gelas ukur sibata
Agarose
Ethidium bromide
Loading dye
Plastic Wrap
Buffer Tris Asetat
EDTA (TAE) 1x
33
(Lanjutan)
Real Time PCR HRM
Light Cycler 480®II Roche 04 909
631 001
Multiwall Plate Light
Cycler®Roche
3.5.
HRM Kit
MgCl2
Primer Forward dan
Reverse
dH2O
sampel DNA
7,5 μL
1,2 μL
0,75 μL
1,8 μL
3,75 μL
Cara Kerja Penelitian
3.5.1. Pengumpulan Data
Cara pengambilan data dalam penelitian ini yaitu data primer. Data
responden diperoleh dengan cara tes kadar Hb mahasiswa dengan menggunakan
alat EasyTouch GCHb® mater, dan punksi vena untuk skrining SNP rs855791
(C>T).
Responden sebanyak 102 orang yang telah mengisi lembar informed
consent (lampiran 1) dilakukan pengambilan darah sebanyak 3 cc satu kali dan
pemeriksaan kadar Hb. Sampel darah diberi nomor dan disimpan dalam cold room
untuk dilakukan isolasi genom DNA, kemudian dilakukan teknik Real Time PCRHRM dan selanjutnya dianalisis.
3.5.2. Desain gblock dan Primer
Proses perancangan gblock dan primer membutuhkan TMPRSS6 Gene
Sequence untuk melihat secara keseluruhan urutan basa nukleotida dan melihat
area mutasinya. Langkah kerja desain primer yang spesifik untuk mendeteksi
IRIDA pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Website http://simgene.com/Primer3 dibuka.
34
b.
Data sekuensing, primer forward dan reverse TMPRSS6 disalin dan
dipindahkan kedalam kolom data primer3.
Primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah5’ TCT GCA GAA
AGT GGA TGT GC 3’ (forward) dan 5’ CTC ACC TGA CAG GCA TCC TT 3’
(reverse).
c.
Tombol “Pick Primers” ditekan. Kemudian Primer3 OUTPUT berikut ini
akan muncul.
35
Langkah kerja desain gBlock yang spesifik untuk mendeteksi IRIDA pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a.
Website
https://www.idtdna.com/pages/products/genes/gblocks-gene-
fragments dibuka.
b.
Tombol “Product & Services” ditekan. Kolom “gBlocks GeneFragments”
ditekan. Tombol “Order” ditekan.
36
c. Data sekuensing DNA TMRSS6 dimasukkan kedalam kolom data
sekuensing. Tombol “Test Complexity” ditekan.
3.5.3. Isolasi DNA
Setelah sampel darah diambil, dilakukan isolasi DNA untuk mendapatkan
genom DNA dengan menggunakan Genomic DNA Mini Kit (Blood/Cultured Cell)
Geneaid GB100 dengan langkah kerja seperti dalam tabel 3.2.Genom DNA yang
telah diisolasi dinilai apakah sudah terisolasi atau tidak dengan cara elektroforesis
dan dibaca menggunakan Gel documentation.
Hasil isolasi DNA dinilai jumlah konsentrasi DNA-nya dengan
menggunakan alat Maestro Nano Drops. Sampel diambil sebanyak 1 μL, lalu
diletakkan di lensa nano, ditutup dan di-analized. Hasil kemurnian dan
konsentrasi akan langsung terbaca dilayar dan tersimpan.
37
Tabel 3.2. Tahapan isolasi genom DNA
Persiapan
Fresh Blood
Sampel
1. Darah sebanyak 300 μl kedalam 1,5 ml tabung mikrosentrifugasi
dimasukkan
2. 900 μl RBC Lysis Buffer kemudian ditambahkan dan dikocok.
3. Tabung diinkubasi 10 menit dalam suhu ruangan
4. Tabung disentrifugasi selama 5 menit pada kecepatan 3000 rpm
selama 5 menit, supernatan dibuang.
5. 100 μl RBC Lysis Buffer ditambahkan untuk meresuspensi
endapan leukosit, kocok, kemudian diproses dengan cell lysis
Langkah
6. 200 μl GB Buffer ditambahkan kedalam tabung tadi
1
7. Tabung diinkubasi pada suhu 60o C selama 10 menit untuk
Cell Lysis
memastikan sampel terlisiskan.
8. Pada saat yang sama tabung lain berisi 50 μl Elution Buffer untuk
tiap satu sampel disiapkan, kemudian diinkubasi pada suhu 60o C.
9. Setelah tabung sampel tadi diinkubasi, tabung didinginkan di
suhu ruangan.
Langkah
2
10. 200 μl ethanol absolute ditambahkan kedalam tabung tadi,
kemudian secara cepat dikocok selama 10 detik.
DNA
11. GD Column pada 2 mL Collection Tube disiapkan.
binding
12. Campuran ethanol tadi dipindahkan kedalam GD Column
13. Tabung disentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 5 menit
14. Cairanpada 2 ml Collection Tube dibuang
15. GD Column ditempatkan kembali pada 2 ml Collection Tube
Langkah
3
Wash
16. 400 μl W1 Buffer ditambahkan kedalam GD Column kemudian
disentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit
17. Cairan pada 2 ml Collection Tube dibuang
18. GD Column ditempatkan kembali pada 2 ml Collection Tube
19. 600 μl Wash Buffer ditambahkan kedalam GD Column
20. Tabung disentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit
21. Cairan pada 2 ml Collection Tube dibuang
22. GD Column ditempatkan kembali pada 2 ml Collection Tube
38
(Lanjutan)
23. Tabung
disentrifugasi
kembali
selama
1
menit
untuk
mengeringkan matriks kolum
Langkah
Standar volume elution buffer untuk 1 sampel adalah 100 μl. Jika
4
sampel yang digunakan dalam volume yang sedikit, volume elusi
DNA
sekitar 30 – 50 μl dapat meningkatkan konsentrasi DNA.
Elution
24. GD Column yang sudah kering dipindahkan ke dalam tabung
mikrosentrifugasi yang steril
25. 50 μl Elution Buffer yang sudah diinkubasi ditambahkan ke dalam
matriks kolom, dibiarkan selama 3 menit
26. Tabung disentrifugasi pada 14.000 – 16.000 x g selama 1 menit
untuk mendapatkan hasil
3.5.3. Real Time PCR-HRM
Setelah dilakukan isolasi genom DNA, pemeriksaan skrining dilakukan
ketahap selanjutnya yakni Real Time PCR HRM dengan menggunakan alat Light
Cycler 480® 04 909 631 001. Kondisi reaksi untuk amplifikasi dari sistem
protokol untuk program High Resolution Melting adalah sebagai berikut.

Pre-inkubasi untuk aktivasi Fast Start Taq DNA Polimerase dan
denaturasi template

Amplifikasi dari DNA target

Melting dari amplikonuntuk peroleh data dengan resolusi tinggi

Pendinginan (cooling) dari kipas dan thermal chamber
Tabel 3.3 menunjukkan rekomendasi parameter yang digunakan dalam
Real Time PCR HRM sebagai gene scanning assay.
Langkah memulai genotyping analisa:
1. Pengenceran primer

Sebanyak 5 μL primer forward dari tabung induk diambil dan
dipindahkan kedalam tabung mikro 1, kemudian ditambahkan 5 μL
dH2O. Hasil pengenceran didapatkan konsentrasi sebesar 50 μM.
39
Tabel 3.3. Parameter PCR yang direkomendasikan untuk Light Cycler 480®
System PCR Run untuk membuat gene scanning assay dengan menggunakan
Light Cycler 480® High Resolution Melting Master
Sumber : http://sydney.edu.au/medicine/bosch/facilities/molecular-biology/nucleicacid/Lightcycler
480GeneScanningSoftwareV1.5. pdf
40

Sebanyak 5 μL primer reverse dari tabung induk diambil dan
dipindahkan kedalam tabung mikro 2, kemudian ditambahkan 5 μL
dH2O. Hasil pengenceran didapatkan konsentrasi sebesar 50 μM.

Sebanyak 1 μL primer forward dan 1 μL primer reverse dari
pengenceran diatas (50 μM) dipindahkan kedalam tabung mikro 3,
kemudian ditambahkan 8 μL dH2O. Hasil pengenceran didapatkan
konsentrasi 5 μM, hasil ini yang digunakan dalam mix untuk
menjalankan RT PCR HRM.
2. Pengenceran template DNA (genom sampel)

DNA sampel induk yang telah diukur konsentrasinya, kemudian
diambil 1 sebanyak 1 μL dan ditambahkan 9 μL dH2O. Hasil ini
yang digunakan sebagai template dalam menjalankan RT PCR
HRM.
Setelah dilakukan langkah diatas, kemudian dipersiapkan mix untuk HRM
di dalam tabung yang berisi HRM kit 7,5 μL, MgCl2 1,2 μL, primer campuran
hasil pengenceran 0,75 μL, dan dH2O 1,8 μL. DNA sampel dari hasil pengenceran
yang digunakan adalah sebanyak 3,75 μL. Kemudian DNA sampel dimasukkan
terlebih dahulu kedalam sumur template PCR baru ditambahkan mix tadi
sebanyak 11,25 μL. Sumur ditutup dengan penutup plastiknya, kemudian
dimasukkan kedalam alat Light Cycler dan dijalankan.
3.5.4. Analisis Data
Pengolahan data primer dilakukan dengan menggunakan program SPSS
versi 22. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, pengolahan
data dilakukan dengan tahapan editing, coding, processing, dan cleaning. Editing
merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan kelengkapan data rekam medis.
Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data
berbentuk angka atau bilangan. Setelah semua data diperiksa dan telah dilakukan
coding, selanjutnya dilakukan Processing yakni memasukkan data kedalam SPSS.
Tahap akhir dilakukan cleaning atau pembersihan data untuk mengecek kembali
apakah terdapat kesalahan data yang sudah dimasukkan.
41
3.5.4. Etika Penelitian
Penelitian ini dimintakan ethical cleareance (lampiran 2) dari panitia Etik
Penelitian PSPD (Program Studi Pendidikan Dokter) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Semua data yang didapat dari hasil penelitian yang dipergunakan akan
dijaga kerahasiaannya.
42
3.5.5. Alur Penelitian
Gambar 3.1. Alur penelitian
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
4.1.1. Hasil Isolasi Genom DNA dari Whole Blood
Sampel yang digunakan pada penelitian ini berupa sampel DNA yang
diisolasi dari sel darah (whole blood). Sampel DNA yang digunakan terdiri dari
102 sampel DNA mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Isolasi dan purifikasi DNA dari sampel darah (whole blood)
dilakukan berdasarkan protokol Genomic DNA Mini Kit (Blood/Cultured Cell)
Geneaid GB100. Kemudian untuk memeriksa apakah DNA telah terisolasi dan
terpurifikasi dengan baik dilakukan dengan gel elektroforesis yang dapat dilihat
pada gambar (lampiran 5).
Setelah itu dilakukan pemeriksaan kemurnian dan konsentrasi dari 102
sampel DNA genom yang dapat dilihat pada tabel (lampiran 6). Dari 102 sampel,
44,1 % memiliki kategori kemurnian rasio A260/A280 (1,8-2,0) baik, 8,8% tinggi,
dan 47,1% rendah. Rasio A260/A280 digunakan untuk identifikasi kontaminasi di
dalam DNA sampel. Rasio A260/A280 yang rendah dapat disebabkan oleh
kontaminasi fenol atau reagen pada saat isolasi, namun dapat pula disebabkan
oleh konsentrasi yang sangat rendah (>10 ng/uL) dari asam nukleat.24 Sampel
yang memiliki konsentrasi rendah sebanyak 8,8%. Meskipun rasio kemurnian
menentukan kualitas dari sampel, indikator kualitas DNA bergantung dari aplikasi
yang digunakan.24
4.1.2
Data Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah 102 mahasiswa Program Studi
Pendidikan Dokter angkatan 2012 hingga 2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Responden terdiri dari 37 laki – laki dan 61 perempuan dengan rentang usia 17 23 tahun.
43
44
Tabel 4.1. Karakteristik jenis kelamin responden
Frekuensi
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
Total
Persentase (%)
37
65
102
36,3
63,7
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa persentase laki – laki adalah 36,3% dan
perempuan 63,7%.
Tabel 4.2. Karakteristik usia responden
Usia Responden (tahun)
17
18
19
20
21
23
Total
Frekuensi
3
18
26
28
24
3
102
Persentase (%)
2,9
17,6
25,5
27,5
23,5
2,9
100,0
Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa presentase usia terbanyak dari 102
responden adalah 20 tahun. Rerata usia responden adalah 20 (17-23).
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diketahui bahwa rerata Indeks Massa
Tubuh dari seluruh responden adalah 20,41 (15,22-33,61). Kemudian data indeks
massa tubuh dikelompokkan berdasarkan kriteria IMT Asia Pasifik untuk
mengetahui status gizi responden.
Tabel 4.3. Karakteristik Indeks Massa Tubuh responden
Kategori IMT Asia Pasifik
Frekuensi
Persentase (%)
BB kurang
Normal
BB lebih
Obes 1
Obes 2
Total
18
60
9
12
3
102
17,6
58,8
8,8
11,8
2,9
100,0
45
Berdasarkan tabel 4.3 diketahui bahwa kategori IMT terbanyak yakni normal
dengan presentase 58,8%.
4.1.3. Hasil Pengukuran Kadar Hemoglobin
Berdasarkan hasil statistik deskriptif diketahui bahwa rerata kadar
hemoglobin dari seluruh responden adalah 11,35 g/dL (8,00-18,50). Kemudian
data kadar hemoglobin dikelompokkan berdasarkan nilai rujukan untuk
mengatahui status anemia responden. Nilai rujukan yang digunakan yakni pada
laki-laki kadar normal hemoglobin (g/dL) adalah antara 13,5 hingga 16,5 dan pada
perempuan 12,1 hingga 15,1. Bila kadar hemoglobin kurang dari rentang tersebut,
responden dikelompokkan kedalam kategori anemia. Hasil dari pengelompokkan
tersebut didapatkan data sebagai berikut.
Tabel 4.4. Kategori kadar hemoglobin responden
Kategori Kadar Hemoglobin
Non Anemia
Anemia
Total
Frekuensi
22
80
102
Presentase (%)
21,6
78,4
100,0
Berdasarkan tabel 4.4 diketahui bahwa persentase anemia adalah 78,4%.
4.1.4. Hasil Analisis Kurva HRM
4.1.4.1. Analisis Kurva Genotyping (Wildtype, Heterozygote, dan Mutant)
Sampel yang telah dilakukan pemeriksaan mutasi gen dengan Real Time
PCR HRM akan memberikan hasil berupa kurva yang berbeda berdasarkan
temperatur leleh (lampiran 7). Berdasarkan analisis kurva HRM dari genom DNA
sampel, didapatkan data genotyping dari 102 sampel seperti dalam tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.6 diketahui bahwa dari 102 sampel persentase wildtype 3,9%,
heterozygote 72,5%, dan mutant 23,5%.
46
Tabel 4.5.Genotyping SNP rs855791 dari genom DNA responden
Genotyping
Wildtype
Heterozygote
Mutant
Total
Frekuensi
4
74
24
102
Persentase (%)
3,9
72,5
23,5
100,0
4.1.5. Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Kadar Hemoglobin
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden didapatkan nilai rerata kadar
hemoglobin untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 12,96 g/dL (SD 1,98) dan untuk
jenis kelamin perempuan 10,71 g/dL (SD 1,54).
Gambar 4.1. Rerata kadar hemoglobin menurut jenis kelamin
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden pada penelitian ini diuji
normalitasnya dengan menggunakan Kolmogorov Smirnov test. Hasilnya adalah
data dari 102 responden terdistribusi normal dengan p value ≥ 0,05 (lampiran 8).
Sehingga dapat dilanjutkan dengan uji statistik menggunakan independent t-test.
Dari hasil uji independent t-test, didapatkan nilai p value ≤ 0,05 (lampiran 8) yang
47
berarti menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan
kadar hemoglobin (g/dL).
4.1.6. Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Kategori Kadar Hemoglobin
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden didapatkan presentase
penderita anemia pada perempuan sebesar 86,15 % yang lebih tinggi daripada
laki-laki yakni 64,86 %. Sedangkan kategori non anemia sebanyak 13,85 % pada
perempuan dan 35,14 % pada laki-laki.
Tabel 4.6. Distribusi frekuensi kategori kadar hemoglobin berdasarkan jenis
kelamin
Kategori Kadar Hb
Jenis
Anemia
Non Anemia
Total
Kelamin
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
24
64,86
13
35,14
37
100
Perempuan
56
86,15
9
13,85
65
100
Kemudian dicari hubungan antara kategori jenis kelamin dan kategori
kadar hemoglobin (anemia dan non anemia). Dari hasil crosstabulation
didapatkan nilai observed 13, 24, 9, dan 56. Nilai expected yang didapatkan 8, 29,
14 dan 51. Sehingga tabel tersebut (lampiran 8) layak untuk diuji Chi-Square
karena tidak ada nilai expected yang kurang dari 5. Setelah dilakukan uji ChiSquare, didapatkan nilai signifikansi dari Pearson Chi-Square sebesar 0,012.
Sehingga dapat disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis
kelamin dan kategori kadar hemoglobin (anemia dan non anemia).
4.1.7. Hasil Hubungan Jenis Kelamin dengan Genotyping (Wildtype,
Heterozygote, dan Mutant)
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden didapatkan presentase lakilaki yang memiliki genotyping wildtype sebesar 5,41 %, heterozygote 67,57 %,
48
dan mutant 27,02 %. Presentase perempuan yang memiliki genotyping wildtype
sebesar 3,10 %, heterozygote 75,38 %, dan mutant 21,52 %.
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden kemudian dicari hubungan
antara kategori jenis kelamin dan genotyping (wildtype, heterozygote, dan
mutant). Dari hasil crosstabulation didapatkan nilai observed 2, 25, 10, 2, 49, dan
14. Nilai expected yang didapatkan 1,5, 26,8, 8,7, 2,5, 47,2, dan 15,3. Tabel 2x3
(lampiran 8) tidak layak untuk diuji dengan Chi Square karena sel yang nilai
expexted-nya kurang dari 5 sebesar 33%. Oleh karena itu, digunakan uji
alternatifnya yakni uji Mann-Whitney dengan p value=0,707. Sehingga dapat
disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan
genotyping (wildtype, heterozygote, dan mutant).
Tabel 4.7. Distribusi frekuensi kategori genotyping menurut jenis kelamin
Kategori Genotyping
Jenis
Kelamin
Wildtype
Heterozygote
Mutant
Total
N
%
N
%
N
%
N
%
Laki-laki
2
5,41
25
67,57
10
27,02
37
100
Perempuan
2
3,10
49
75,38
14
21,52
65
100
4.1.8. Hasil Hubungan Genotyping (Wildtype, Heterozygote, dan Mutant)
dengan Kadar Hemoglobin (g/dL)
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden didapatkan nilai rerata kadar
hemoglobin untuk wildtype sebesar 12,1 g/dL (SD 2,16), heterozygote 11,56 g/dL
(SD 2,13) dan mutant 11,33 g/dL (SD 1,70).
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden kemudian dicari hubungan
antara kadar hemoglobin (g/dL) dengan genotyping (wildtype, heterozygote, dan
mutant). Dari hasil uji variasi dan uji normalitas syarat one way ANOVA tidak
terpenuhi (lampiran 8). Sehingga digunakan alternatif uji nya yakni uji KruskalWillis. Setelah dilakukan uji Kruskal-Willis, didapatkan nilai signifikansi sebesar
49
0,818. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan
antara kadar hemoglobin dengan genotyping (wildtype, heterozygote,dan mutant).
Gambar 4.2. Rerata kadar hemoglobin
heterozygote, dan mutant)
menurut
genotyping
(wildtype,
4.1.9. Hasil Hubungan Genotyping (Wildtype, Heterozygote, dan Mutant)
dengan Kategori Kadar Hemoglobin (Anemia dan Non Anemia)
Tabel 4.8. Distribusi frekuensi genotyping menurut kategori kadar hemoglobin
Genotyping
Kategori
Kadar
Hemoglobin
Total
Wildtype
Heterozygote
Mutant
N
%
N
%
N
%
N
%
Anemia
3
3,75
56
70
21
26,25
80
100
Non
Anemia
1
4,54
18
81,81
3
13,65
22
100
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden didapatkan presentase
penderita anemia yang memiliki genotyping wildtype 3,75 %, heterozygote 70 %,
50
dan mutant 26,25 %. Presentase responden non anemia yang memiliki genotyping
wildtype 4,54 %, heterozygote 81,81 %, dan mutant 13,65 %.
Hasil data yang diperoleh dari 102 responden kemudian dicari hubungan
antara kategori kadar hemoglobin dengan genotyping (wildtype, heterozygote, dan
mutant). Dari hasil crosstabulation didapatkan nilai observed 1, 18, 3, 3, 56, dan
21. Nilai expected yang didapatkan 0,9, 16, 5,2, 3,1, 58, dan 18,8. Tabel 2x3
(lampiran 8) layak untuk diuji dengan Chi Square karena sel yang nilai
expextednya kurang dari 5 sebesar 33,3% (masih dibawah 50%). Setelah
dilakukan uji Chi Square, didapatkan nilai signifikansi dari Pearson Chi-Square
sebesar 0,466. Sehingga dapat disimpulkan tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara kategori kadar hemoglobin (anemia dan non anemia) dengan
genotyping (wildtype, heterozygote, dan mutant).
4.2. Pembahasan
Hasil uji bivariat antara jenis kelamin dengan kadar hemoglobin
menggunakan uji independent t-test, didapatkan nilai p value ≤ 0,05 yang berarti
menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan kadar
hemoglobin (g/dL). Hasil analisis ini diperkuat oleh penelitian Permaesih dan
Herman bahwa ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dan kadar
hemoglobin dengan p value=0,000* dengan OR 0,6 dan 1.27 Secara teori, kadar
hemoglobin pada perempuan memang lebih rendah dibandingkan laki-laki.
Menurut parameter dari komponen sel darah merah juga menunjukkan perbedaan
yang bermakna.28 Kemudian setelah dilakukan uji Chi-Square, untuk melihat
hubungan antara kategori kadar hemoglobin (anemia dan non anemia) didapatkan
nilai signifikansi dari Pearson Chi-Square sebesar 0,012. Sehingga dapat
disimpulkan terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin dan kategori
kadar hemoglobin (anemia dan non anemia). Secara teori, perempuan memiliki
faktor resiko lebih dalam kejadian anemia dibandingkan laki-laki, terutama pada
perempuanusia reproduktif yang mengalami menstruasi. Hal ini telah diteliti oleh
Sung-Nan Pei dkk (2014) dari sampel 67 perempuan dengan Iron Deficiency
Anemia (IDA) dan 107 kelompok perempuan tanpa IDA dilakukan pemeriksaan
Pictorial Blood Loss Assessment Chart (PBAC).29 Hasil dari penelitian tersebut
51
didapatkan perbedaan yang bermakna antara kelompok perempuan dengan IDA
dan kelompok perempuan sehat dengan p value <0,001 (p<0,05). Hal ini sejalan
dengan angka kebutuhan zat besi perhari antara laki-laki dan perempuan yang
berbeda. Menurut Food and Nutrition Board, Institute of Medicine, National
Academies (2000), laki-laki pada kelompok umur 19 hingga >70 tahun
membutuhkan zat besi sebanyak 8 mg/hari. Berbeda pada perempuan yang
membutuhkan 18 mg/hari zat besi untuk usia 19-50 tahun.16
Pada hasil penelitian ini secara statistik tidak ditemukan adanya perbedaan
yang signifikan antara jenis kelamin dengan genotyping (wildtype, heterozygote,
dan mutant) (p=0,662), antara genotyping dengan kadar hemoglobin (p=0,818)
dan antara genotyping dengan kategori kadar hemoglobin (p=0,466). Secara teori,
IRIDA terjadi karena hilangnya fungsi matriptase-2 sebagai regulator negatif
transkripsi hepsidin akibat mutasi pada gen TMPRSS6. Akibat proses tersebut
terjadi overproduksi dari hepsidin yang menyebabkan terhambatnya absorpsi zat
besi di usus. Hal ini akan berpengaruh terhadap kadar hemoglobin di dalam darah.
Berdasarkan gambar 4.2 didapatkan rerata kadar hemoglobin wildtype 12,10 g/dL
(SD 2,16) lebih tinggi dibandingkan rerata kadar hemoglobin heterozygote 11,56
g/dL (SD 2,13) dan mutant 11,33 g/dL (SD 1,70). Berdasarkan tabel 4.8 diketahui
presentase kelompok anemia dengan heterozygote 70% dan pada kelompok
mutant didapatkan kejadian anemia 26,25 % dan non anemia 13,65 %. Perbedaan
dari hasil penelitian ini bisa dikarenakan adanya IRIDA merupakan penyakit
autosomal resesif sehingga fenotip baru akan muncul untuk dalam dua alel baik
dalam bentuk heterozigot maupun homozigot. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Goncalves dkk (2013) tidak terdapat perbedaan bermakna
antara frekuensi alel C dan T dengan kelompok normal dan kelompok IDA
(p=0,08) dibandingkan dengan frekuensi genotip CT dan TT pada kedua
kelompok (p=0,037).31 Namun demikian, kejadian dari kadar hemoglobin yang
rendah berdasarkan genotip (C>T) telah diobservasi dalam penelitian ini.
Pada hasil analisis kurva HRM, didapatkan beberapa sampel memiliki
bentuk kurva yang berbeda (lampiran 7). Kurva analisis HRM-PCR adalah kurva
alel hetero maupun mutan yang hanya berdasarkan pada posisi perubahan basa
dalam untai produk PCR. Perubahan ini dapat saja terjadi diposisi basa nukleotida
52
yang kita amati atau diluar area posisi basa nukleotida. Akibatnya adalah pola
yang terbaca dan dianalisa oleh program HRM tetap menunjukan grafik posisi alel
hetero atau mutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sekuensing untai DNA sampel
untuk memvalidasi kejadian tersebut. Dari hasil sekuensing didapatkan sampel
benar memiliki mutasi lain pada fragmennya, sehingga dapat menjadi salah satu
faktor dalam perbedaan ini. Hal ini dibuktikan dari hasil pengamatan, contoh pada
sampel nomor 2 yang menunjukkan kurva HRM-PCR di area alel hetero, namun
setelah diamati dengan lebih seksama, ternyata bukan hanya terdapat bentuk
hetero namun ada delesi dengan ganda hetero di posisi basa nukleotida lain
(lampiran 7). Kemudian pada sampel nomor 70-72, 85, dan 86 menunjukkan
bentuk ganda heterozygote (lampiran 7). Sehingga dapat disimpulkan,
penggunaan teknik HRM-PCR ini kurang spesifik namun sensitif untuk
membedakan individu yang memiliki bentuk wildtype, heterozygote, dan mutant.
Pada individu yang memiliki bentuk heterozygote dan mutant dianjurkan untuk
melakukan sekuensing DNA dan pengamatan lain terkait penyakit tersebut.
4.3. Kelebihan Penelitian
Penelitian skrining SNP rs855791 (C>T) untuk mengetahui kemungkinan
responden menderita IRIDA ini dapat dikatakan penelitian yang baru di Indonesia
karena IRIDA sendiri merupakan penyebab anemia yang baru diketahui. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, cara kerja penelitian yang dilakukan memiliki tingkat
kesulitan yang tinggi karena membutuhkan waktu dan tenaga yang banyak. Dalam
mendeteksi mutasi dari SNP tersebut, teknik Real Time PCR-HRM yang
digunakan merupakan salah satu teknik yang murah dan sensitif. Dalam penelitian
ini pula responden mengetahui hasil dari pemeriksaan kadar Hb sehingga dapat
menjadi informasi bagi responden untuk memperbaiki gaya hidup terutama dari
segi asupan nutrisi yang berkaitan dengan zat besi.
4.4. Keterbatasan Penelitian
Selama penelitian berlangsung terdapat beberapa hambatan yang dialami
oleh peneliti, diantaranya:
53
1. Tidak diukurnya kriteria diagnosis lain untuk menentukan anemia dan
non anemia seperti pemeriksaan hapusan darah tepi.
2. Tidak mencari data mengenai asupan zat besi responden per hari untuk
mengetahui kemungkinan pasien yang mengalami Iron Deficiecy
Anemia.
3. Tidak mencari data mengenai status menstruasi pada responden
perempuan untuk mengetahui kemungkinan penyebab lain terjadinya
anemia.
4. Besar sampel diduga mempengaruhi hasil statistik analitik.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN
5.1. Simpulan
1. Frekuensi genotyping SNP rs855791 (C>T) asam amino prolin menjadi
serin pada mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan
2012 – 2014 menggunakan teknik Real Time PCR-HRM sebagian besar
merupakan genotyping heterozygote sebesar 72,5% .
2. Tidak terdapat hubungan antara genotyping SNP rs855791 (TMPRSS6)
(C>T) dengan nilai Hb pada mahasiswa PSPD UIN Syarif Hidayatullah
angkatan 2012 – 2014 menggunakan teknik Real Time PCR-HRM.
5.2. Saran
1. Diperlukan besar sampel yang lebih banyak untuk melihat hubungan
antara SNP rs855791 dengan kadar hemoglobin.
2. Diperlukan sekuensing DNA untuk mengetahui jumlah basa yang
mengalami mutasi dan untuk memvalidasi hasil pemeriksaan.
3. Diperlukan pemeriksaan lebih lanjut untuk diagnosis anemia seperti
hapusan darah tepi, dan pemeriksaan lainnya.
4. Diperlukan kuesioner untuk mengetahui faktor lain yang mempengaruhi
kondisi anemia defisiensi besi seperti asupan zat besi dan kejadian
menorhargia pada perempuan.
5. Bagi mahasiswa, diharapkan dapat memperbaiki pola makan untuk
mengatasi kondisi anemia.
54
DAFTAR PUSTAKA
1. Benoist B, McLean E, Egli I, Cogswell M, editor. Worldwide prevalence of
anaemia 1993 – 2005 [Internet]. Switzerland: WHO Press: 2008 [diakses pada
7 Jul 2015]. Tersedia pada WHO:
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/43894/1/9789241596657_eng.pdf?ua
=1
2. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset kesehatan dasar 2013 [Internet] [diakses pada 7 Jul 2015]. Tersedia pada
Depkes:
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20
2013.pdf
3. Camaschella C. Iron deficiency anaemia. N Engl J Med 2015; 372(19): 18351843
4. Falco LD, Sanchez M, Silvestri L, Kannenglesser C, Muckenthaler MU,
Lolascon A, et all. Iron refractory iron deficiency anaemia. Haematol 2013;
98(6): 848-853
5. What are genetics and genomics [Internet]. 14 Feb 2014 [diakses pada 10 Jul
2015]. Tersedia pada National Human Genome Research Institute:
http://www.genome.gov/19016904
6. WHO. Who definitions of genetics and genomics [Internet]. [diakses pada 10
Jul 2015]. Tersedia pada WHO :
http://www.who.int/genomics/geneticsVSgenomics/en/
7. The human genome: structure and function of genes and chromosomes.
Thompson and Thompson genetics in medicine [Internet]. [diakses pada 12
Sep 2015]. Tersedia pada :
http://www.fi.muni.cz/~lexa/lsb2014/chapter03sample.pdf
8. What are single nucleotide polymorphisms [Internet]. Sep 2015 [diakses pada
5 Sep 2015]. Tersedia pada genetic home reference:
http://ghr.nlm.nih.gov/handbook/genomicresearch/snp
9. Mukhlisin BK. Hikmah Larangan Menikah Sedarah [Internet]. Jan 2015
[diakses pada 5 Sep 2015]. Tersedia pada: http://bersamadakwah.net/hikmahlarangan-kawin-sedarah-5-000-orang-ini-menderita-alzheimer/
10. Hoffbrand AV, Moss PAH; alih bahasa, Brahm UP, Liana S, Anggraini I.
Kapita selekta hematologi, edisi 6. Jakarta: EGC; 2013. h.84-86
11. Suryana. Makanan yang halal dan haram. Jakarta: Mitra Aksara Panaitan;
2009. h. 2-6
55
56
12. Bangun EB, Lubis Z, Siagian A. Perilaku minum teh dan kadar hemoglobin
(hb) pada siswa-siswi sekolah menengah kejuruan negeri 1 jorlang hataran
desa dolok marlawan kecamatan jorlang kabupaten simalungun tahun 2012
[Internet].
[diakses
pada
20
Jul
2015].
Tersedia
pada:
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=51409&val=4108
13. WHO. Haemoglobin concentrations for the diagnosis of anaemia and
assessment of severity [Internet]. [diakses pada 20 Jul 2015]. Tersedia pada
WHO: http://www.who.int/vmnis/indicators/haemoglobin.pdf
14. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Jilid II edisi IV. Jakarta: Interna Publishing; 2006. h.633-636
15. Loffler H, Rastetter J, Haferlach T. Atlas of clinical hematology, 6th ed. New
York: Springer Berlin; 2005, h.31-34
16. Mahan K, Escott-Stumpt S. Krause’s food, nutrition, and diet therapy, 11th ed.
USA: Elsevier; 2004, h.135-137
17. Hoffbrand AV, Moss PAH, Pettit JE, editors. Essential haematology, 5th ed.
Australia: Blackwell Publishing; 2006, h.16-19
18. TMPRSS6 [Internet]. Jul 2014 [diakses pada 5 Sep 2015]. Tersedia pada
genetic home reference: http://ghr.nlm.nih.gov/gene/TMPRSS6
19. RS855791 [Internet]. Jun 2015 [diakses pada 10 Jul 2015]. Tersedia pada
snpedia : http://www.snpedia.com/index.php/Rs855791
20. Benyamin B, Ferreira MA, Willemsem G, Gordon S, Middleberg RPS,
McEvoy BP, et al. Common variants in TMPRSS6 are associated with iron
status and erythrocyte volume. Nat Genet 2009; 41(11): 1173-1175
21. Chambers JC, Zhang W, Li Y, Sehmi J, Wass MN, Zabaneh D, dkk. Genome
wide association study identifies variants in TMPRSS6 associated with
hemoglobin levels. Nat Genet 2009; 41(11): 1170-1172
22. Ghatak S, Muthukumaran RB, Nachimutu SK. A simple method of genomic
DNA extraction from human samples for PCR-RFLP Analysis. J Biomol Tech
2013; 24: 224-231
23. Surzycki S. Laboratory manual: human molecular biology. Berlin: Blackwell
Publishing; 2003. h.3-10
24. Assessment of nucleic acid purity [Internet]. [diakses pada 14 Sep 2015].
Tersedia pada Thermo-Scientific : http://www.nanodrop.com/Library/T042NanoDrop-Spectrophotometers-Nucleic-Acid-Purity-Ratios.pdf
57
25. Joshi M, Desphande JD. Polymerase chain reaction: method, principles, and
application.Int J Biomed Res 2010; 1(5): 81-97.
26. Introduction to high resolution melt analysis. Kapa Biosystem [Internet].
[diakses pada 14 Sep 2015]. Tersedia pada:
https://www.kapabiosystems.com/assets/Introduction_to_High_Resolution_M
elt_Analysis_Guide.pdf
27. Permaesih D, Herman D. Faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada
remaja. Bal Penel Kesehatan 2005; 33(4):162-171
28. Beutler E, Lichtman MA, Coller BS, editor. William’s haematology, 6th ed.
New York: Mc Graw Hill; 2001
29. Pei SN, Ma MC, You HL, Fu HC, Kuo CY, Rau KM, dkk. TMPRSS6
rs855791 polymorphism influences the susceptibility to iron deficiency
anemia in women at reproductive age. Int J Med Sci 2014; 11(6): 614-619.
30. Light cycler gene scanning software. Roche [Internet]. Okt 2008 [diakses pada
14 Sep 2015] Tersedia pada : http://sydney.edu.au/medicine/bosch/facilities/
molecular-biology/nucleicacid/LightCycler480_GeneScanningSoftware_V1.5.
pdf
31. Goncalves L, Nobre Jesus G, Afonso C, Vieira A, Maia R, Miranda A, dkk.
The role of TMPRSS6 gene variants in different types of iron deficiency
anemia – from the rare severe hereditary IRIDA to the common mild acquired
IDA [Internet]. [diakses pada 14 Sep 2015]. Tersedia pada:
http://repositorio.insa.pt/bitstream/10400.18/2511/1/poster%20SPGH%20201
4%20IRIDA.pdf
Lampiran 1. Lembar persetujuan responden
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
SKRINING GEN RS855791 YANG BERHUBUNGAN DENGAN IRIDA
PADA MAHASISWA PSPD UIN JAKARTA ANGKATAN 2012-2014
Saat ini saya Amatillah Raifah mahasiswa PSPD UIN Jakarta angkatan 2012
sedang melakukan penelitian dengan judul Skrining Single Nucleotide
Polymorphysm rs855791 (C>T) pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan
Dokter Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Untuk
Mengetahui Kemungkinan Menderita Iron Refractory Deficiency Anemia
dengan Menggunakan Teknik Real Time Polymerase Chain Reaction-High
Resolution Melt. Pada penelitian ini saya akan melakukan dua kali pemeriksaan.
Pemeriksaan
pertama
akan
dilakukan
pemeriksaan
Hb
darah
dengan
menggunakan alat EasyTouch GCHb. Pemeriksaan kedua akan dilakukan
pengambilan darah partisipan sebanyak satu kali yaitu 3 cc. Darah tersebut akan
dibawa ke laboratorium untuk dilakukan skrining. Pengambilan darah dilakukan
oleh analis yang sudah berpengalaman. Untuk itu, dengan hormat saya memohon
kesediaan Anda untuk ikut serta dalam penelitian ini.
Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama:
Umur:
tahun
Alamat:
Dengan sukarela diikutsertakan dalam penelitian ini. Segala hal yang menyangkut
kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti.
Jakarta,
Mei 2015
Mengetahui,
(________________)
(Amatillah Raifah)
Mahasiswa
Peneliti
58
59
Lampiran 2. Lembar tanda terima
60
Lampiran 3. Fragmen gblock dan primer
Fragmen gBlock wildtype asam amino prolin
GGA GAA TAG AGA ACA GGG GCT CCA GGC TCC TGA GAT CTC ACT
TCT GCC CTT GAC CAC GGA CAG GCC CCA TCA GCA ACG CTC TGC
AGA AAG TGG ATG TGC AGT TGA TCC CAC AGG ACC TGT GCA GCG
AGG CCT ATC GCT ACC AGG TGA CGC CAC GCA TGC TGT GTG CCG
GCT ACC GCA AGG GCA AGA AGG ATG CCT GTC AGG TGA GTC CCC
(produk PCR) 126 bp
Fragmen gBlock mutan asam amino serin
GGA GAA TAG AGA ACA GGG GCT CCA GGC TCC TGA GAT CTC ACT
TCT GCC CTT GAC CAC GGA CAG GCC CCA TCA GCA ACG CTC TGC
AGA AAG TGG ATG TGC AGT TGA TCC CAC AGG ACC TGT GCA GCG
AGG TCT ATC GCT ACC AGG TGA CGC CAC GCA TGC TGT GTG CCG
GCT ACC GCA AGG GCA AGA AGG ATG CCT GTC AGG TGA GTC CCC
Fragmen primer forward
5’- GGA TCT CAG GGT GGG TGG CAA TGC T – 3’
Fragmen primer reverse
5’- GAA AAG CAA GCT ACC AGA AGC CCC AA – 3’
61
Lampiran 4. Alat dan bahan penelitian
Gambar 7.3.1. Elektroforesis
Gambar 7.3.3. Alat Inkubator
Gambar 7.3.2. Centrifuge Eppendorf
Gambar 7.3.4. Micropipet & Tip
Gambar 7.3.5. Cold Room dan Freezer
Gambar 7.3.6. gBlock wildtype dan mutant (tutup putih) serta primer (tutup biru)
62
Gambar 7.3.7. Reagen LC 480 HRM Master (H2O, MgCl, dan Master mix)
Gambar 7.3.8. Multiwall Plate dan alat Real Time PCR Light Cycler®Roche
Gambar 7.3.9. DNA sampel
63
Lampiran 5
Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari isolasi genom DNA sampel
Gambar 7.4.1. Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari isolasi genom
DNA sampel
Marker
120 bp
Gambar 7.4.1. Gel documentation hasil elektroforesis agarose dari produk PCR
genom DNA sampel
64
Lampiran 6. Hasil kemurnian dan konsentrasi DNA sampel
Tabel 7.5.1. Kemurnian dan Konsentrasi DNA Sampel
No,
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
A230
0,262
1,209
0,177
0,899
0,242
0,588
-0,062
-0,042
0,129
-0,076
-0,196
0,457
-0,017
-0,007
-0,203
-0,151
-0,301
0,054
-0,225
-0,219
-0,001
-0,012
0,22
0,247
-0,22
-0,163
-0,25
0,425
0,097
0,143
2,57
0,867
0,092
1,256
0,111
1,202
0,842
A260
0,515
2,18
0,348
2,267
0,337
1,105
0,57
0,426
0,413
0,125
0,18
0,923
0,279
0,107
0,288
0,306
0,12
0,496
0,235
0,2
0,723
0,828
0,951
1,097
0,237
0,441
0,195
0,982
1,009
0,801
2,265
1,46
0,836
3,73
1,081
2,128
1,627
A280
0,251
1,108
0,166
1,129
0,234
0,587
0,307
0,232
0,213
0,063
0,086
0,499
0,128
0,061
0,141
0,178
0,063
0,352
0,119
0,105
0,392
0,421
0,504
0,621
0,141
0,197
0,107
0,739
0,485
0,532
1,623
1,039
0,463
2,151
0,53
1,364
1,113
A260/A230
1,963
1,802
1,97
2,523
1,395
1,881
-9,226
-10,04
3,208
-1,66
-0,921
2,019
-16,772
-14,587
-1,423
-2,028
-0,4
9,182
-1,043
-0,914
-847,665
-71,179
4,325
4,438
-1,081
-2,704
-0,782
2,31
10,382
5,609
0,881
1,684
9,122
2,971
9,734
1,771
1,933
A260/A280
2,053
1,968
2,094
2,007
1,438
1,881
1,858
1,835
1,935
1,986
2,089
1,849
2,175
1,775
2,042
1,72
1,912
1,409
1,973
1,898
1,845
1,964
1,887
1,768
1,684
2,235
1,827
1,329
2,081
1,505
1,395
1,406
1,805
1,734
2,04
1,56
1,462
Konsentrasi
25,77
108,99
17,4
113,35
16,86
55,25
28,51
21,32
20,64
6,27
9,02
46,13
13,95
5,37
14,42
15,32
6,01
24,79
11,75
10
36,13
41,38
47,55
54,87
11,87
22,06
9,75
49,08
50,46
40,05
113,23
73,01
41,78
186,52
54,05
106,42
81,35
65
(Lanjutan)
No,
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
A230
0,211
0,097
0,186
0,868
-0,17
0,143
1,015
-0,147
-0,118
-0,099
0,722
0,969
0,277
-0,144
0,461
0,272
0,636
0,575
-0,29
-0,283
-0,333
-0,309
1,302
-0,288
0,468
0,149
0,32
0,306
0,194
0,271
0,603
0,217
-0,132
0,082
-0,004
0,236
-0,02
-0,122
A260
0,715
1,013
1,19
1,481
0,347
1,101
2,162
0,356
0,414
0,648
1,304
1,121
1,253
0,302
1,444
0,965
1,285
1,94
0,047
0,016
0,011
0,118
1,541
0,22
1,783
0,945
1,008
1,261
1,021
1,214
1,356
1,095
0,407
0,852
0,757
0,992
0,683
0,473
A280
0,558
0,511
0,601
1,056
0,195
0,544
1,376
0,212
0,252
0,309
0,867
0,838
0,648
0,153
0,796
0,559
0,878
0,944
0,022
0,009
0,009
0,05
1,398
0,105
1,01
0,548
0,614
0,686
0,593
0,662
0,942
0,586
0,229
0,51
0,42
0,581
0,378
0,246
A260/A230
3,387
10,468
6,385
1,707
-2,042
7,681
2,129
-2,418
-3,51
-6,562
1,804
1,157
4,532
-2,105
3,131
3,554
2,019
3,371
-0,162
-0,055
-0,034
-0,381
1,183
-0,765
3,81
6,324
3,145
4,118
5,251
4,474
2,248
5,05
-3,076
10,417
-186,279
4,2
-33,861
-3,872
A260/A280
1,281
1,98
1,98
1,403
1,78
2,022
1,571
1,679
1,641
2,1
1,503
1,339
1,934
1,972
1,815
1,725
1,464
2,054
2,11
1,654
1,247
2,331
1,102
2,102
1,766
1,724
1,642
1,838
1,72
1,835
1,439
1,869
1,775
1,671
1,804
1,709
1,806
1,92
Konsentrasi
35,73
50,63
59,49
74,07
17,36
55,04
108,1
17,81
20,7
32,42
65,18
56,06
62,66
15,1
72,22
48,24
64,24
96,98
2,35
0,78
0,57
5,88
77,03
11
89,14
47,27
50,4
63,03
51,05
60,72
67,78
54,73
20,35
42,62
37,87
49,61
34,16
23,64
66
(Lanjutan)
No,
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
A230
0,08
0,114
0,017
0,178
0,211
0,416
0,587
2,678
1,137
0,625
0,038
0,072
0,279
2,394
1,004
0,199
0,669
0,547
1,508
0,195
0,764
0,437
0,501
0,019
1,247
0,247
-0,191
A260
0,816
0,86
0,685
0,988
0,937
1,207
2,023
5,249
1,644
1,182
0,911
0,874
0,992
3,807
1,619
1,149
1,39
1,19
1,979
0,943
2,306
1,697
0,842
0,707
2,727
1,117
0,251
A280
0,487
0,548
0,47
0,715
0,541
0,697
0,96
3,034
0,909
0,821
0,427
0,418
0,507
3,01
1,134
0,608
0,842
0,626
1,113
0,459
1,11
0,788
0,519
0,347
1,524
0,59
0,129
A260/A230
10,173
7,513
39,492
5,564
4,446
2,899
3,448
1,96
1,446
1,892
23,765
12,113
3,557
1,591
1,613
5,783
2,078
2,177
1,313
4,829
3,02
3,885
1,681
37,568
2,186
4,521
-1,311
A260/A280
1,676
1,571
1,459
1,382
1,732
1,733
2,108
1,73
1,808
1,44
2,136
2,092
1,958
1,265
1,428
1,891
1,652
1,901
1,778
2,055
2,077
2,152
1,622
2,038
1,79
1,893
1,944
Konsentrasi
40,8
43,01
34,27
49,4
46,86
60,37
101,16
262,43
82,2
59,1
45,56
43,72
49,6
190,37
80,95
57,47
69,51
59,5
98,96
47,14
115,31
84,84
42,08
35,36
136,37
55,83
12,53
67
Lampiran 7. Hasil kurva HRM dan sekuensing
Gambar 7.6.1. Melting Curve gBlock Wildtype, Heterozygote, dan Mutant
Gambar 7.6.2. Melting Curve DNA Sampel
Delesi 1 basa C
Ganda basa C/T
Gambar 7.6.3. Hasil Secuencing Sampel Nomor 2, terdapat dua mutasi, yakni 1
delesi dan 1 ganda basa
68
(Lanjutan)
Ada basa T
Tidak ada ganda basa
Gambar 7.6.4. Hasil Secuencing Sampel Nomor 86, terjadi substitusi C menjadi T
dan tidak ada ganda basa
A
B
C
Gambar 7.6.5. Melting Curve. (A) Grafik wildtype, (B) Grafik mutant, sampel
nomor 86, C berubah menjadi T,dan (C) Grafik heterozygote C/T dan delesi C
Heterozygote
Mutant
Ganda Heterozygote
Gambar 7.6.6. Melting Curve. Sampel nomor 70, 71, 72, 85 dan 86
69
(Lanjutan)
Gambar 7.6.7. Hasil sekuensing ganda heterozygote
70
(Lanjutan)
Tabel 7.6.1. Hasil Analisis Penggolongan SNP rs855791 berdasarkan Melting
Curve
No Sampel
1
2
3
4
5
6
8
9
10
11
12
13
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Hb
14
11,7
9,3
10,1
8,1
11,7
15,2
10,5
13,1
11,2
14,9
11
15,3
13,1
13,2
13,1
8,6
11,6
8,4
9,7
8,8
18,5
10
11,1
8,3
10,9
14,1
13,3
12,3
9,5
10,4
9,5
12,9
12
11,4
11,8
15
14,6
Jenis Kelamin
P
P
P
P
P
L
L
P
P
P
L
L
L
L
L
P
P
P
P
P
P
L
L
P
P
P
L
L
L
P
P
P
P
L
P
P
L
L
Wildtype Heterozygot Mutant
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
71
(Lanjutan)
No Sampel
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
Hb
8,4
12,7
13,1
12
12,9
10,7
9
14,8
9,8
10,2
9,7
11,6
9,8
8,7
11,2
11,9
11
10,1
10,2
12,1
11,2
8,2
13,8
9,3
11,6
11
11,9
10
8,8
11,1
8,7
11,7
13,8
11,4
12,3
16,4
11,3
10,9
12
11,4
Jenis Kelamin
L
L
P
L
L
P
P
L
P
P
P
P
P
P
L
L
L
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
L
L
L
P
P
P
P
Wildtype Heterozygot Mutant
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
72
(Lanjutan)
No Sampel
85
86
114
115
116
117
118
119
120
121
122
123
124
125
126
127
128
129
130
131
132
133
134
135
Hb
9,8
11,8
11,8
11,6
13,1
12,6
11,2
11,1
15,1
11,1
9,9
10,5
8
12
12,1
10
11,1
13,1
10,4
10,4
13,2
14,7
10,5
15,7
Jenis Kelamin
P
P
L
P
P
P
P
P
L
P
P
P
P
L
L
P
P
L
L
P
L
L
L
P
Wildtype Heterozygot Mutant
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
73
Lampiran 8. Hasil analisis statistik
Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Valid
Laki-laki
Perempuan
Frequency
37
Total
Percent Valid Percent
36,3
36,3
65
63,7
63,7
102
100,0
100,0
Cumulative
Percent
36,3
100,0
Usia Responden
Usia Responden
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
102 100,0%
0
0,0%
Total
N
Percent
102 100,0%
Descriptives
Statistic
Mean
90% Confidence
Interval for Mean
Umur
Responden
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Lower
Bound
Upper
Bound
19,63
19,42
Std.
Error
,125
19,84
19,61
20,00
1,602
1,266
17
23
6
2
,200
-,034
,239
,474
74
(Lanjutan)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
Df
Sig.
Statistic
df
Sig.
Usia Responden
,155
102
,000
,924
102
,000
a. Lilliefors Significance Correction
Usia Responden
Frequency
Valid
17
18
19
20
21
23
Total
3
18
26
28
24
3
102
Percent Valid Percent
2,9
2,9
17,6
17,6
25,5
25,5
27,5
27,5
23,5
23,5
2,9
2,9
100,0
100,0
Cumulative
Percent
2,9
20,6
46,1
73,5
97,1
100,0
Indeks Massa Tubuh
Index Massa
Tubuh
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
102 100,0%
0
0,0%
Total
N
Percent
102 100,0%
Descriptives
Index Massa
Tubuh
Mean
90% Confidence
Interval for Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Lower
Bound
Upper
Bound
Statistic Std. Error
21,4235
,34903
20,8441
22,0029
21,1728
20,4147
12,426
3,52499
15,22
33,61
75
(Lanjutan)
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
18,39
3,57
1,268
1,720
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Statistic
,139
Df
102
Index Massa
Tubuh
a. Lilliefors Significance Correction
,239
,474
Shapiro-Wilk
Sig.
Statistic
,000
,903
Df
102
Sig.
,000
Kategori Index Massa Tubuh
Valid
BB kurang
Normal
BB lebih
Obes 1
Obes 2
Total
Frequency
18
60
9
12
3
102
Kadar Hemoglobin (g/dL)
Statistics
Kadar Hemoglobin (g/dL)
N
Valid
Missing
Mean
Std. Error of Mean
Median
Mode
Std. Deviation
Variance
Skewness
Std. Error of Skewness
Kurtosis
102
0
11,5265
,20022
11,3500
13,10
2,02215
4,089
,627
,239
,563
Percent Valid Percent
17,6
17,6
58,8
58,8
8,8
8,8
11,8
11,8
2,9
2,9
100,0
100,0
Cumulative
Percent
17,6
76,5
85,3
97,1
100,0
76
(Lanjutan)
Std. Error of Kurtosis
Range
Minimum
Maximum
,474
10,50
8,00
18,50
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig.
Statistic
df
Sig.
,094
102
,026
,970
102
,019
Kadar
Hemoglobin
(g/dL)
a. Lilliefors Significance Correction
Statistics
Kategori Kadar Hemoglobin
N
Valid
102
Missing
0
Kategori Kadar Hemoglobin
Valid
Non Anemia
Anemia
Total
Genotyping (C>T)
Statistics
Genotip C>T
N
Valid
Missing
Frequency
22
80
102
Percent Valid Percent
21,6
21,6
78,4
78,4
100,0
100,0
Cumulative
Percent
21,6
100,0
102
0
Genotip C>T
Valid
C
CT
T
Total
Frequency
4
74
24
102
Percent Valid Percent
3,9
3,9
72,5
72,5
23,5
23,5
100,0
100,0
Cumulative
Percent
3,9
76,5
100,0
77
(Lanjutan)
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
Total
Jenis Kelamin
N
Percent
N
Percent
N Percent
Kadar
Laki-laki
37 100,0%
0
0,0% 37 100,0%
Hemoglobin Perempuan
65 100,0%
0
0,0% 65 100,0%
(g/dL)
Descriptives
Jenis Kelamin
Kadar
Laki-laki
Mean
Hemoglo90%
Lower
bin (g/dL)
Confidence Bound
Interval for Upper
Mean
Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Perempuan Mean
90%
Lower
Confidence Bound
Interval for Upper
Mean
Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Statistic
Std. Error
12,9649
,32591
12,4146
13,5151
12,9237
12,9000
3,930
1,98245
8,40
18,50
10,10
2,90
,345
,688
10,7077
10,3893
11,0261
10,6590
10,9000
2,365
1,53799
8,00
15,70
7,70
1,90
,388
,759
,19076
78
(Lanjutan)
Skewness
Kurtosis
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Perempuan
,480
,623
,297
,586
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova
Shapiro-Wilk
Statistic
df
Sig. Statistic
df
Sig.
*
,091
37 ,200
,981
37 ,754
Kadar
Hemoglobin
,070
65 ,200*
(g/dL)
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
,972
65
,144
Kadar Hemoglobin (g/dL)
T-Test
Group Statistics
Jenis
Kelamin
Kadar
Laki-laki
Hemoglobin Perempuan
(g/dL)
N
Mean Std. Deviation
37 12,9649
1,98245
65 10,7077
1,53799
Std. Error Mean
,32591
,19076
(Lanjutan)
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
F
Kadar
Hemoglobin
(g/dL)
Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
2,449
Sig.
,121
t-test for Equality of Means
T
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
90% Confidence Interval
of the Difference
Lower
Upper
6,404
100
,000
2,25717
,35244
1,67205
2,84230
5,977
60,874
,000
2,25717
,37764
1,62641
2,88793
80
(Lanjutan)
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
Jenis Kelamin *
Kategori Kadar
Hemoglobin
102
100,0%
0
0,0%
N
102
Total
Percent
100,0%
Jenis Kelamin * Kategori Kadar Hemoglobin Crosstabulation
Kategori Kadar
Hemoglobin
Non
Anemia
Anemia
Total
Jenis
Laki-laki
Count
13
24
37
Kelamin
Expected
8,0
29,0
37,0
Count
Perempuan Count
9
56
65
Expected
14,0
51,0
65,0
Count
Total
Count
22
80
102
Expected
22,0
80,0
102,0
Count
Chi-Square Tests
Asymp.
Exact
Sig. (2Sig. (2- Exact Sig.
Value df
sided)
sided)
(1-sided)
a
6,317
1
,012
5,121
1
,024
6,111
1
,013
,023
,013
Pearson Chi-Square
Continuity Correctionb
Likelihood Ratio
Fisher's Exact Test
Linear-by-Linear
6,255
1
,012
Association
N of Valid Cases
102
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 7,98.
b. Computed only for a 2x2 table
81
(Lanjutan)
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N Percent N
Percent N
Jenis
Kelamin *
Genotip
C>T
Jenis
Kelamin
Total
102
100,0%
0
0,0%
Total
Percent
10
2
Jenis Kelamin * Genotip C>T Crosstabulation
Genotip C>T
C
CT
T
Laki-laki
Count
2
25
10
Expected
1,5
26,8
8,7
Count
Perempuan Count
2
49
14
Expected
2,5
47,2
15,3
Count
Count
4
74
24
Expected
4,0
74,0
24,0
Count
Chi-Square Tests
Value
,826a
,810
df
Asymp. Sig. (2sided)
2
,662
2
,667
Pearson Chi-Square
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
,099
1
,753
Association
N of Valid Cases
102
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 1,45.
100,0%
Total
37
37,0
65
65,0
102
102,0
82
(Lanjutan)
Genotip C>T
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
Total
Genotip
Percen
C>T
N
Percent
N
t
N
Percent
Kadar
C
4 100,0%
0 0,0%
4
100,0%
Hemoglobin CT
74 100,0%
0 0,0% 74
100,0%
(g/dL)
T
24 100,0%
0 0,0% 24
100,0%
Tests of Normality
KolmogorovSmirnova
Shapiro-Wilk
Genotip
C>T
Statistic df Sig. Statistic df
Sig.
Kadar
C
,268
4
,
,949 4
,712
Hemoglobin CT
,122
74 ,008
,952 74
,007
(g/dL)
T
,151
24 ,163
,938 24
,145
a. Lilliefors Significance Correction
Genotip C>T
Kadar
Hemoglobin
(g/dL)
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
Genotip
C>T
N Percent N Percent
C
4 100,0%
0
0,0%
CT
74 100,0%
0
0,0%
T
24 100,0%
0
0,0%
Total
N
Percent
4
100,0%
74
100,0%
24
100,0%
Tests of Normality
KolmogorovSmirnova
Shapiro-Wilk
Genotip
C>T
Statistic df Sig. Statistic df
Sig.
Kadar
C
,268 4
,
,949
4
,712
Hemoglobin CT
,122 74
,008
,952 74
,007
(g/dL)
T
,151 24
,163
,938 24
,145
a. Lilliefors Significance Correction
83
(Lanjutan)
Genotip C>T
Kadar
C
Mean
Hemoglobin
90% Confidence Lower Bound
(g/dL)
Interval for Mean Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
CT Mean
90% Confidence Lower Bound
Interval for Mean Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
T
Mean
90% Confidence Lower Bound
Interval for Mean Upper Bound
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Statistic Std. Error
12,1000
1,07858
9,5617
14,6383
12,0667
11,8000
4,653
2,15716
9,80
15,00
5,20
4,00
,803
1,014
1,705
2,619
11,5595
,24752
11,1471
11,9718
11,4611
11,2000
4,534
2,12924
8,20
18,50
10,30
2,88
,789
,279
,576
,552
11,3292
,34513
10,7377
11,9207
11,3806
11,8000
2,859
1,69076
8,00
13,80
5,80
2,72
-,572
,472
-,615
,918
84
(Lanjutan)
Kadar
Hemoglobin
(g/dL)
Genotip C>T
C
Mean
90%
Lower Bound
Confidence Upper Bound
Interval for
Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
CT Mean
90%
Lower Bound
Confidence
Upper Bound
Interval for
Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
T
Mean
90%
Lower Bound
Confidence Upper Bound
Interval for
Mean
5% Trimmed Mean
Median
Variance
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Range
Interquartile Range
Skewness
Kurtosis
Statistic
12,1000
9,5617
Std. Error
1,07858
14,6383
12,0667
11,8000
4,653
2,15716
9,80
15,00
5,20
4,00
,803
1,705
11,5595
11,1471
1,014
2,619
,24752
11,9718
11,4611
11,2000
4,534
2,12924
8,20
18,50
10,30
2,88
,789
,576
11,3292
10,7377
,279
,552
,34513
11,9207
11,3806
11,8000
2,859
1,69076
8,00
13,80
5,80
2,72
-,572
-,615
,472
,918
85
(Lanjutan)
Kadar Hemoglobin (g/dL)
Kruskal-Wallis Test
Ranks
Genotip C>T
Kadar Hemoglobin (g/dL) C
CT
T
Total
N
Mean Rank
4
60,25
74
50,81
24
52,17
102
Kadar Hemoglobin (g/dL)
,402
2
,818
Chi-Square
df
Asymp. Sig.
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Genotip C>T
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid
Missing
N
Percent
N
Percent
Kategori Kadar
Hemoglobin *
Genotip C>T
102
100,0%
0
0,0%
N
102
Total
Percent
100,0%
Kategori Kadar Hemoglobin * Genotip C>T Crosstabulation
Genotip C>T
C
CT
T
Total
Kategori
Non
Count
1
18
3
22
Kadar
Anemia
Expected Count
,9
16,0
5,2
22,0
Hemoglobin Anemia
Count
3
56
21
80
Expected Count
3,1
58,0 18,8
80,0
Total
Count
4
74
24
102
Expected Count
4,0
74,0 24,0
102,0
86
(Lanjutan)
Chi-Square Tests
Value
1,527a
1,672
df
Asymp. Sig. (2-sided)
,466
,433
Pearson Chi-Square
2
Likelihood Ratio
2
Linear-by-Linear
1,301
1
,254
Association
N of Valid Cases
102
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count
is ,86.
Statistics
kategori A260/A280
N
Valid
Missing
Valid baik
tinggi
rendah
Total
102
0
kategori A260/A280
Valid
Cumulative
Frequency Percent
Percent
Percent
45
44,1
44,1
44,1
9
8,8
8,8
52,9
48
47,1
47,1
100,0
102
100,0
100,0
Statistics
kategori konsentrasi
N
Valid
Missing
102
0
kategori konsentrasi
Valid
Cumulative
Frequency Percent
Percent
Percent
Valid baik
93
91,2
91,2
91,2
<10ng/uL
9
8,8
8,8
100,0
Total
102
100,0
100,0
87
Lampiran 9. Curriculum vitae peneliti
CURICULUM VITAE
Nama
Panggilan
Jenis Kelamin
Tempat, Tanggal Lahir
Usia
Golongan Darah
Mobile
Agama
E-mail
Alamat
Pendidikan
a. Kindergarten
b. Elementary School
c. Yunior High School
d. Senior High School
e. University
: Amatillah Raifah
: Ifah
: Perempuan
: Pontianak, 4 April 1994
: 21 Tahun
:O
: 082213243645
: Islam
: [email protected]
: Jl. Danau Sentarum Gg. H. Nawawi No. 66,
Pontianak, Kalimantan Barat
: TK Al-Mukaddimah
: SD Muhammadiyah I Pontianak
: MTs Negeri 2 Pontianak
: SMA Negeri 1 Pontianak
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengalaman Organisasi :
Local Officer on Medical Education CIMSA UIN 2014-2015
Supervising Council CIMSA UIN 2015-2016
Penghargaan:
Best Commander LKBB tingkat Sekolah Menengah Pertama se Kota Pontianak
2008
5 Terbaik LKTI Fakultas Biologi UNTAN Pontianak 2011
Mahasiswa Putri terbaik OPAK PSPD 2012 UIN Jakarta
Best Member CIMSA Local UIN 2013-2014
Best Local Officer CIMSA Local UIN 2014-2015
Most Innovative Project of SCOME CIMSA UIN on Project Day CIMSA 2014
Best Local SCOME CIMSA on May Meeting CIMSA 2015
10 Finalis LKTI Muhammadiyah Jakarta Scientifc Competition (Majesty) Tingkat
Nasional 2014
Karya Tulis :
Potensi Z-din dalam Arachis hypogaea L sebagai Inhibitor Reseptor P2X7 untuk
Alternatif Penatalaksanaan Hepatitis C
Download