TINJAUAN PUSTAKA Kelebihan Berat Badan pada Balita Sihadi Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI ABSTRAK Persentase kelebihan berat badan (BB) pada balita secara nasional untuk Gizi Lebih sebesar 4,3%, dan Gemuk sebesar 12,2%. Dampak gizi lebih pada anak terhadap kesehatan pada umumnya lebih ringan, jika dibandingkan dengan obesitas pada orang dewasa yang biasanya telah menimbulkan gangguan kesehatan. Akan tetapi pada kasus gizi lebih pada anak dengan derajat berat, mungkin telah disertai gangguan pernapasan, hipertensi, dermatitis dan lain-lain. Karakteristik kelebihan BB pada balita lebih banyak terjadi pada usia yang lebih muda, anak laki-laki, tingkat pendidikan kepala keluarga yang lebih tinggi, pekerjaan orang tua sebagai TNI/POLRI/PNS/BUMN, tinggal di perkotaan, dan tingkat ekonomi orangtua yang makin kaya. Saran pencegahannya: pertama, pentingnya pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara berkala, kedua, perlu dikembangkan model strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kelebihan BB pada balita yang efektif guna menanggulangi kelebihan BB. Kata kunci: kelebihan berat badan, gizi lebih, obesitas, balita ABSTRACT Nationally the percentage of overweight in children under five for overnutrition was 4,3% and obesity 12,2%. The impact of overnutrition in children to health generally mild compared with obesity in adult which usually caused health disorder. However, in case of severe overnutrition in children, it could be accompanied with respiratoru disorder, hypertension, dermatitis, and so on. Overnutrition in children under five was more common in younger age, boys, higher educational level of the patriarch, parent’s occupation as TNI/POLRI/PNS/BUMN, urban society, and higher parent’s economic level. The recommendations for prevention included: first, it is important to monitor growth and development of children under five periodically, second, it is needed to develop an effective strategic model of Communication, Information and Education of overweight in children under five in order to manage overweight. Sihadi. Overweight in Children Under Five. Key words: overweight, overnutrition, obesity, children under five PENDAHULUAN Bangsa Indonesia di satu sisi masih menghadapi masalah pelik kekurangan gizi (gizi kurang dan defisiensi gizi mikro lainnya), tetapi di sisi lain juga mulai menghadapi masalah kegemukan, sehingga dikatakan mempunyai beban ganda atau double burden.1 Modernisasi dan kecenderungan pasar global yang mulai dirasakan di sebagian besar negara-negara berkembang telah menghasilkan beberapa kemajuan standar kehidupan dan pelayanan; tetapi modernisasi juga membawa beberapa konsekuensi negatif yang secara langsung dan tidak langsung mengarah ke penyimpangan pola makan dan aktivitas fisik yang berperan penting terhadap munculnya obesitas.2 Salah makan sebagian atau seluruhnya dipengaruhi oleh gaya hidup. Makan lebih banyak dari kebutuhan, makan tidak seimbang dalam arti banyak faktor risiko dan kurangnya 592 CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 592 faktor proteksi dapat menyebabkan keadaan gizi lebih, yang dapat membawa risiko kesehatan, terutama penyakit degeneratif.3 Gizi-lebih dan obesitas dianggap sinyal pertama munculnya penyakit-penyakit non infeksi yang sekarang ini banyak terjadi di negara maju maupun negara sedang berkembang2. Saat ini prevalensi kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas meningkat sangat tajam di seluruh dunia mencapai tingkat membahayakan. Perubahan gaya hidup modern sebagian penduduk perkotaan telah memengaruhi perubahan pola konsumsi ke arah makanan mengandung kadar lemak tinggi dan rendah serat. Konsumsi makanan demikian dapat menimbulkan gizi lebih yang berakibat buruk bagi kesehatan (kematian akibat penyakit jantung dan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, kanker). Di samping itu, kemajuan di bidang teknologi informasi dan globalisasi ekonomi telah memacu pengaruh budaya makan asing; pengaruh ini dapat menggeser pola makan tradisional Indonesia, yang pada umumnya lebih seimbang mutu gizinya. Dampak kesehatan gizi lebih pada anak umumnya lebih ringan dibandingkan dengan obesitas pada orang dewasa, sekurang-kurangnya untuk penyakit pernapasan dan kardiovaskular. Akan tetapi, kasus gizi lebih derajat berat pada anak mungkin telah disertai gangguan pernapasan, hipertensi, dermatitis dan lain-lain.4 Dampak gizi lebih pada anak masih ringan, biasanya terbatas pada gangguan psikososial, yaitu terbatas dalam pergaulan, keterbatasan kegiatan olahraga dan sebagainya; namun bila dibiarkan cenderung akan berlanjut menjadi kelebihan berat badan (BB) pada dewasa.4 CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012 8/6/2012 3:14:56 PM TINJAUAN PUSTAKA PENENTUAN KELEBIHAN BB PADA BALITA DENGAN ANTROPOMETRI Hal pertama yang perlu dilakukan pada tahap penapisan balita adalah memplot hasil penimbangan pada KMS (Kartu Menuju Sehat) sesuai umur anak; bila terletak di atas garis hijau, mungkin anak tersebut memiliki BB berlebih. Selanjutnya, perlu juga dilakukan pengukuran Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan (PB). Pada anak-anak pengukuran BB sebaiknya dilakukan setiap bulan, pengukuran TB juga dianjurkan dilakukan setiap 6 bulan untuk pemantauan status gizi anak.5 Dalam praktek, ukuran antropometri untuk melihat kelebihan BB pada balita yang sering digunakan adalah BB dan TB atau PB. Ukuran BB dan TB sebagai penentu status gizi baru ada artinya bila saling dikombinasikan (BB/TB). Selain itu BB sering juga dikaitkan dengan umur (BB/U).6 INDEKS BB/U Dalam keadaan normal, keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan bertambah mengikuti pertambahan umur. Dalam keadaan abnormal, pertambahan BB dapat lebih cepat atau lebih lambat dari normal. Berdasarkan hal ini, indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.7 Menurut Kepmenkes RI No: 920/Menkes/ SK/VIII/2002 kelebihan BB pada balita disebut dengan istilah Gizi-Lebih dengan ambang batas Z-Skor > + 2 SD.8 Sebelumnya standar baku yang digunakan adalah WHO-NCHS, namun sejak tahun 2006 digunakan standar baku WHO tahun 2005. INDEKS BB/TB Berat badan (BB) memiliki hubungan linear dengan tinggi badan (TB). Dalam keadaan normal pertambahan BB akan searah dengan pertambahan TB. Indeks BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menyatakan status gizi saat ini. Karena indeks BB/TB dapat pula memberikan gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, indeks ini merupakan pula indikator kekurusan atau kegemukan.7 Kelebihan BB pada balita dengan indeks BB/TB disebut dengan istilah Gemuk dengan ambang batas Z-Skor > + 2 SD.8 Baik indeks BB/U maupun BB/TB tidak menggunakan obese untuk balita. BESARNYA MASALAH Persentase kelebihan BB pada balita secara nasional untuk gizi lebih sebesar 4,3%, dan CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012 CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 593 gemuk sebesar 12,2%. Persentase kelebihan BB baik Gizi-Lebih dan Gemuk tertinggi di Provinsi Sumatera Selatan (tabel 1). Provinsi dengan presentase balita Gizi-Lebih atau Gemuk di atas nilai persentase nasional, hendaknya mulai memikirkan strategi penanggulangannya. Tabel 1 Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasarkan Provinsi9 Provinsi NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia Kelebihan BB Balita Gizi-Lebih Gemuk (BB/U) (BB/TB) % % 4,2 15,2 4,5 16,2 2,8 9,9 5,3 15,3 5,3 14,4 6,7 20,9 6,0 14,4 4,2 16,1 5,4 10,7 6,1 10,3 6,5 12,2 3,5 9,6 3,6 11,4 4,0 12,5 4,5 12,5 3,4 15,6 4,7 13,1 3,7 12,9 2,0 7,0 5,0 13,9 3,6 13,5 3,0 9,9 5,4 14,2 3,6 10,9 3,0 7,5 9,3 10,4 3,6 10,4 3,3 6,8 2,4 12,4 4,9 14,5 3,0 12,8 2,7 8,6 5,3 10,5 4,3 12,2 KARAKTERISTIK BALITA KELEBIHAN BB Penyebab gizi-lebih pada anak bermacammacam, demikian pula teori terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan tersebut; gizi-lebih umumnya terjadi jika suplai energi melebihi kebutuhan energi individu anak.4 Gizi-lebih berkaitan dengan pengaruh berbagai faktor, antara lain daya beli yang cukup atau berlebih, makanan berenergi tinggi dan rendah serat seperti beberapa jenis fast food, kurangnya aktivitas fisik, kurangnya pengetahuan tentang gizi dan lain-lain.4 Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di seluruh Indonesia mendapatkan beberapa karakteristik balita dengan kelebihan berat badan sebagai berikut: Kelompok Umur Distribusi kelebihan berat badan (BB) berdasarkan kelompok umur dapat dilihat pada tabel 2. Terlihat bahwa makin muda usia balita persentase kelebihan berat badan baik gizi lebih maupun gemuk ternyata makin tinggi. Data Susenas tahun 1995 juga menunjukkan bahwa bahwa makin muda usia, makin tinggi prevalensi obesitasnya, dan yang mencolok adalah tingginya angka obesitas di kalangan bayi umur 0-12 bulan.3 Tabel 2 Distribusi Persentase Kelebihan BB Berdasarkan Kelompok Umur9 Kelompok Umur (bulan) 0-5 6-11 12-23 24-35 36-47 48-60 Kelebihan BB Gizi Lebih Gemuk (BB/U) (BB/TB) % % 8,7 19,9 4,9 15,9 4,9 12,9 3,9 10,9 3,6 11,2 3,7 10,7 Jenis Kelamin Persentase gizi lebih dan gemuk lebih banyak pada laki-laki (tabel 3). Tabel 3 Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasarkan Jenis Kelamin9 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kelebihan BB Balita Gizi Lebih Gemuk (BB/U) (BB/TB) % % 4,6 12,6 4,0 11,8 Pendidikan Kepala Keluarga Makin tinggi pendidikan kepala keluarga (KK), persentase gizi lebih dan gemuk juga makin tinggi (tabel 4). Tingkat pendidikan KK yang tinggi tidak menjamin dapat mengatur pola makan atau status gizi anak. Tabel 4 Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasarkan Pendidikan KK9 Pendidikan KK Tidak Sekolah dan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat PT Kelebihan BB Balita Gizi Lebih Gemuk (BB/U) (BB/TB) % % 11,4 3,6 3,7 4,3 5,3 7,0 11,9 12,4 12,9 15,0 593 8/6/2012 3:14:57 PM TINJAUAN PUSTAKA Pekerjaan Kepala Keluarga Persentase tertinggi balita gizi lebih dan gemuk pada pekerjaan utama KK sebagai TN!/ POLRI/PNS/BUMN, urutan kedua adalah pegawai swasta (tabel 5). Orang tua yang berpenghasilan pasti setiap bulan, mempunyai balita dengan persentase kelebihan BB relatif lebih tinggi. Tabel 5 Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasar- di perkotaan hampir dua kali lipat dibandingkan pedesaan.3 Namun dalam Riskesdas tahun 2007 walaupun persentase kelebihan BB di perkotaan lebih tinggi, perbedaannya tidak besar (tabel 6). Hal ini menggambarkan peningkatan persentase kelebihan BB di daerah pedesaan, diperkirakan karena pengaruh arus komunikasi lewat berbagai media sehingga pola konsumsi di kota dan di desa hampir sama. kan Pekerjaan Utama KK9 Pekerjaan Utama KK Tidak Kerja/Sekolah/ Ibu RT TNI/Polri/PNS/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta/dagang/ jasa Petani/nelayan Buruh dan lainnya Kelebihan BB Balita Gizi Lebih Gemuk (BB/U) (BB/TB) % % 4,0 10,7 6,7 5,8 4,9 14,4 13,8 12,4 3,9 3,1 12,7 10,8 Tipe Daerah Balita gizi lebih dan gemuk lebih banyak terdapat di perkotaan dibandingkan di pedesaan (tabel 6). Hasil Susenas tahun 1989 dan tahun 1992 menunjukkan prevalensi obesitas Tabel 6 Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasarkan Tipe Daerah9 Tipe Daerah Perkotaan Perdesaan Kelebihan BB Balita Gizi Lebih Gemuk (BB/U) (BB/TB) % % 4,9 12,4 3,9 12,0 Tingkat Pengeluaran Tingkat pengeluaran per kapita per bulan dihitung berdasarkan kuintil, dengan asumsi makin tinggi kuintil tingkat pengeluaran, yang bersangkutan makin kaya. Dalam tabel 7, terlihat bahwa makin kaya seseorang, persentase gizi lebih dan gemuk pada balitanya juga makin tinggi. Tabel 7 Distribusi Persentase Kelebihan BB Balita Berdasarkan Tingkat Pengeluaran9 Kelebihan BB Balita Tingkat Gizi Lebih Gemuk Pengeluaran/Kapita/ (BB/U) (BB/TB) Bulan % % Kuintil 1 3,9 11,2 Kuintil 2 3,6 11,8 Kuintil 3 4,2 11,9 Kuintil 4 4,6 12,8 Kuintil 5 5,9 14,0 PENCEGAHAN Melihat besarnya masalah dan kemungkinan implikasi yang akan ditimbulkannya, kelebihan BB pada balita hendaknya perlu diwaspadai. Beberapa alternatif pencegahan yang dapat disarankan, yaitu : 1. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita secara berkala, agar balita dengan Gizi Lebih atau Gemuk dapat langsung diupayakan ke arah Gizi baik atau Normal. 2. Pengembangan model strategi Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) kelebihan BB balita yang tepat guna dan efektif, dengan sasaran khusus seperti dokter anak, ibu-ibu di Posyandu, guru sekolah Taman Kanak-kanak (TK) dan sebagainya. DAFTAR PUSTAKA 1. Hardinsyah HAM. Inovasi gizi dan pengembangan modul social bagi peningkatan kualitas hidup manusia dan pengentasan kemiskinan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Gizi, Fakultas 2. Hadi, Hamam. Beban ganda masalah gizi dan implikasinya terhadap kebijakan pembangunan kesehatan nasional. Pidato pengukuhan jabatan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas 3. Satoto, Sri Karjati, Budi Darmojo, Askandar Tjokroprawiro, BA Kodyat. Kegemukan, obesitas dan penyakit degeneratif: Epidemiologi dan strategi penangulangannya. Widyakarya Nasional Ekologi Manusia. Bogor, 23 Juni 2007. Gadjah Mada.Yogyakarta, 5 Februari 2005. Pangan dan Gizi VI. Jakarta:LIPI. 1998 4. Samsudin. Gizi lebih pada anak dan masalahnya. Risalah Widyakarya Pangan dan Gizi V. Jakarta:LIPI. 1994 5. Azwar A. Tubuh sehat ideal dari segi kesehatan. Seminar Sehari Kesehatan Obesitas. Senat FKM-UI. Depok, 15 Februari 2004. 6. Jahari, Abas Basuni. Antropometri sebagai indikator status gizi. Gizi Indon 1988;13(2):23-30 7. Jahari, Abas Basuni. Penilaian status gizi dengan antropometri (berat dan tinggi badan). Pros. Kongres Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah XII tahun 2002. hal 33-54 8. Keputusan Menteri Kesehatan RI. No: 920/Menkes/SK/VIII/2002 tentang klasifikasi status gizi anak bawah limatahun (Balita). 9. Departemen Kesehatan RI. Laporan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2008. 594 CDK-196_vol39_no8_th2012 ok.indd 594 CDK-196/ vol. 39 no. 8, th. 2012 8/6/2012 3:14:58 PM