ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN EKONOMI DAN KETIMPANGAN REGIONAL ANTAR KABUPATEN/KOTA DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh : Lili Masli ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran Faktor-faktor yang mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi, dan Ketimpangan Regional antar kabupaten/kota se-Propinsi Jawa Barat. Objek penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Propinsi Jawa Barat dengan menggunakan data sekunder berupa Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten/Kota di Propinsi Jawa Barat tahun 1993-2006 serta menggunakan pendekatan deskriptif untuk: Analisis Pertumbuhan Ekonomi, Tipologi Klassen, Indeks Williamson, Indeks Entropi Theil. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa: (1) Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama periode penelitian antara periode tahun 1993-2006 serta menunjukan arah yang negatif dibandingkan dengan awal periode penelitian. (2) Pada umumnya kabupaten/kota di Jawa Barat pada periode penelitian antara tahun 1993-2006 menurut analisis Tipologi Klassen termasuk klasifikasi daerah relatif tertinggal sebesar 36,6 persen serta daerah berkembang cepat sebesar 32,6 persen, daerah maju dan tumbuh cepat sebesar 16,3 persen dan daerah maju tapi tertekan sebesar 14,5 persen. (3) Dari hasil perhitungan data PDRB tahun 1993-2006, dengan menggunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil cenderung meningkat. Kata Kunci: Produk Ketimpangan Regional Domestik Regional Bruto, Pertumbuhan ekonomi, Latar Belakang Pembangunan ekonomi pada kesejahteraan masyarakat, hakekatnya dalam bertujuan rangka untuk meningkatkan meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan distribusi pendapatan yang lebih merata. Masalah pertumbuhan ekonomi di suatu daerah tergantung kepada banyak faktor seperti salah satunya adalah kebijakan pemerintah itu sendiri, ini harus dikenali dan diidentifikasi secara tepat supaya faktor tersebut dapat mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat diukur dengan melihat PDRB dan laju pertumbuhannya atas dasar harga konstan. Pertumbuhan ekonomi yang cepat akan berdampak terhadap ketimpangan dalam distribusi pendapatan. Apalagi dengan diberlakukannya UU RI No 32 dan 33 tahun 2004, peranan pemerintah daerah sangat dominan dalam menentukan kebijakan didaerahnya sehingga memungkinkan terjadi ketimpangan regional terjadi. Laju pertumbuhan ekonomi antar kabupaten/kota di Jawa Barat menunjukan tingkat yang beragam dan akan berdampak kepada ketimpangan regional. 1 Ketimpangan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat bisa saja terjadi karena perbedaan besar sumbangan sektor unggulan propinsi Jawa Barat. Penelitian ini berusaha untuk menganalisis pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat selama kurun waktu 1993-2006. Apakah bahasan tersebut saling berkaitan dan seperti apa kaitannya satu dengan yang lainnya. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan pokok yang akan dilihat dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat ? 2. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi serta klasifikasi di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat menurut Tipologi Klassen ? 3. Berapa besar tingkat ketimpangan regional antar kabupaten dan antar wilayah di kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat berdasarkan Indeks Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil ? 4. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan ketimpangan regional antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat. LANDASAN TEORI Pada umumnya para ekonom memberikan pengertian yang sama mengenai pertumbuhan ekonomi yaitu sebagai kenaikkan GDP/GNP saja tanpa memandang apakah kenaikkan itu lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk, atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak (Arsyad, 1999). Terjadinya pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari peranan sektor-sektor yang ada dalam suatu perekonomian. Untuk melihat sektor-sektor yang memberikan peran utama bagi perkembangan perekonomian daerah, Menurut Richardson (2001) dan Glasson (1997), salah satu cara atau pendekatan model ekonomi regional adalah analisis basis ekonomi (economic base), model ini dapat menjelaskan struktur ekonomi daerah atas dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Model economic base menekankan pada ekspansi ekspor sebagai sumber utama pertumbuhan ekonomi daerah. Simon Kuznets dalam Sukirno, mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai peningkatan kemampuan suatu negara untuk menyediakan barang-barang ekonomi bagi penduduknya, pertumbuhan kemampuan ini disebabkan oleh 2 kemajuan teknologi, kelembagaan serta penyesuaian ideologi yang dibutuhkan (Sukirno, 1995). Peroux dalam Arsyad, mengemukakan sebuah teori Pusat Pertumbuhan (Pole Growth) merupakan teori yang menjadi dasar dari strategi kebijakan pembangunan industri daerah yang banyak terpakai di berbagai negara dewasa ini. Pertumbuhan tidak muncul di berbagai daerah ada waktu yang bersamaan, pertumbuhan hanya terjadi di beberapa tempat yang disebut pusat pertumbuhan dengan intensitas yang berbeda. Inti dari teori ini adalah adanya industri unggulan yang merupakan penggerak dalam pembangunan ekonomi daerah. Selanjutnya timbul daerah yang relatif maju akan mempengaruhi daerah-daerah yang relatif pasif (Arsyad, 1999). Menurut Fisher dan Kindleberger dalam Djojohadikumo, bahwa pertumbuhan ekonomi biasanya disertai dengan pergeseran permintaan dari sektor primer ke sektor sekunder . Pendapat Fisher ini kemudian didukung oleh Clark dengan menggunakan data Cross Sectional dari beberapa negara. Clark menyusun struktur kesempatan kerja menurut sektor produksi dan tingkat pendapatan nasional per kapita. Hasilnya adalah semakin tinggi tingkat pendapatan per kapita nasional suatu negara, makin kecil peranan sektor primer dalam menyediakan kesempatan kerja (Djojohadikusumo, 1994). Perubahan struktur ekonomi yang terjadi pada suatu daerah memiliki keterkaitan dengan terjadinya perkembangan sektor-sektor ekonomi yang ada pada daerah tersebut. Dari perubahan struktur ekonomi yang terjadi, berdasarkan hasil studi empiris dari para ahli yang telah dikemukakan pada umumnya suatu negara atau daerah akan mengalami transformasi ekonomi menuju industrialisasi, yang ditandai dengan semakin meningkatnya peranan sektor non primer khususnya sektor industri terhadap Gross National Product (GNP) dan menurunnya peranan sektor primer, seiring dengan pertumbuhan ekonominya. Salah satu Teori Perubahan Struktur Perekonomian dikembangkan oleh Chenery dan Taylor (1975) dalam Sukirno, memperlihatkan corak perubahan struktur ekonomi menggunakan data di berbagai negara dalam kurun waktu tertentu. Dalam analisisnya yang terpenting adalah bahwa dalam proses perubahan struktur perekonomian ada hubungan antara besarnya pendapatan per kapita dengan persentase sumbangan berbagai sektor ekonomi pada produksi nasional. Dengan demikian, analisis tersebut dapat digunakan untuk membuat ramalan mengenai peranan berbagai sektor pada berbagai tingkat pembangunan ekonomi, dan selanjutnya dapat digunakan sebagai landasan dalam menentukan sumbersumber daya ke berbagai sektor ekonomi (Sukirno, 1995). 3 Keberhasilan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah sangat berkaitan dengan pengelolaan sumber daya yang dimiliki daerah. Oleh karena itu prioritas pembangunan daerah harus sesuai dengan potensi yang dimilikinya, sehingga akan terlihat peranan dari sektor-sektor potensial terhadap pertumbuhan perekonomian daerah, sebagaimana yang diperlihatkan pada perkembangan PDRB dan sektor-sektornya. Pola pertumbuhan ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Tipologi Klassen (Widodo, 2006) dapat diklasifikasikan menjadi: (a) Daerah yang Maju dan Tumbuh Cepat (Rapid Growth Region) ; (b) Daerah Maju tetapi Tertekan (Retarted Region); (c) Daerah Berkembang Cepat (Growth Region); (d) Daerah Relatif Tertinggal (Relatively Backward Region). Dengan adanya pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan Ketimpangan berpengaruh dalam terhadap pembagian masalah pendapatan ketimpangan adalah regional. ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antara daerah. Untuk menghitung ketimpangan regional digunakan Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil (Kuncoro , 2004). Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu kebijakan ekonomi daerah provinsi Jawa Barat di masa yang akan datang. Kebijakan yang harus dilakukan yaitu kebijakan yang memihak ke sektor Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM), peningkatan, perluasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi dengan mempertimbangkan keserasian pertumbuhan antar daerah, mendukung pembangunan sektor swasta di daerah-daerah relatif tertinggal. Dengan adanya kebijakan tersebut diharapkan pembangunan ekonomi daerah bermanfaat bagi masyarakat provinsi Jawa Barat. METODE PENELITIAN DAN ANALISIS Metode Penelitian 1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dan analisis data sekunder. 2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Provinsi Jawa Barat, yang terdiri atas 16 kabupaten yaitu: Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi dan 9 kota yaitu: Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi dan Depok, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar. 4 3. Jenis dan Sumber Data Untuk memahami permasalahan penelitian, dalam pembahasannya akan dicoba untuk melihat pendekatan kuantitatif. hubungan variabel-variabel penelitian dengan Data yang dipergunakan sebagai bahan analisis berupa data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai instansi seperti: Badan Pusat Statistik, Bapeda Provinsi Jawa Barat dan Instansi lainnya yang terkait. Selain itu data sekunder diperoleh juga dari beberapa hasil penelitian terdahulu yang mempunyai relevansi dengan kajian yang dilakukan. 4. Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel yang dioperasionalisasikan dalam penelitian ini adalah semua variabel yang terkait dalam rumusan hipotesis. Untuk menghindari salah persepsi dan pemahaman terhadap variabel-variabel yang akan dianalisis, maka akan diberikan batasan terhadap variabel-variabel berikut ini: 1) Pembangunan ekonomi adalah peningkatan pendapatan per kapita atau PDRB suatu masyarakat yang berlangsung secara terus menerus dalam jangka panjang. 2) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sejumlah produksi yang dihasilkan oleh setiap daerah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 9 sektor lapangan usaha. Data PDRB yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data PDRB tahun 1993-2006. 3) Struktur perekonomian dalam penelitian ini merupakan komposisi/kontribusi dari kegiatan produksi secara sektoral menurut lapangan usaha yang mengacu pada klasifikasi yang telah dibuat oleh Biro Pusat Statistik . 4) Laju pertumbuhan ekonomi daerah berarti besar kecilnya persentase peningkatan produksi barang dan jasa masyarakat menurut sektor produksi suatu daerah. 5) Ketimpangan regional yaitu ketimpangan yang didasarkan kepada perhitungan Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil. 6) Pengertian Daerah dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan kebijaksanaan, yaitu pendekatan yang lebih mendasar pada administrasi pemerintahan, sehingga suatu daerah merupakan suatu kesatuan administrasi atau politik pemerintahan. 5 Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui laju pertumbuhan ekonomi kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat (BPS, 2007) tahun 1993-2006, digunakan rumus : PDRBt – PDRB(t-1) Pertumbuhan Ekonomi = x 100 % PDRB(t-1) Keterangan: PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t PDRB(t-1) = Produk Domestik Regional Bruto pada tahun t-1 2) Analisis Pertumbuhan Ekonomi Tipologi Klassen Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran pertumbuhan ekonomi daerah (Widodo, 2006). tentang pola Dan diklasifikasikan sebagai berikut: (1) Wilayah yang Maju dan Tumbuh Cepat (Rapid Growth Region); (2) Wilayah Maju dan Tertekan (Retarted Region); (3) Wilayah yang Sedang Tumbuh (Growth Region) dan (4) Wilayah yang Relatif Tertinggal (Relatively Backward Region). Daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita rendah dibandingkan rata-rata daerah di wilayah referensi. Tabel 1. dibawah ini menunjukkan klasifikasi wilayah menurut Tipologi Klassen: Tabel 1. Klasifikasi Wilayah Menurut Tipologi Klassen yi > y yi < y Wilayah Maju dan Wilayah yang Sedang y r ri > r Tumbuh Cepat ri < r Wilayah Maju tetapi Tumbuh Wilayah Relatif Tertinggal Tertekan Keterangan : 6 ri = Laju pertumbuhan ekonomi PDRB wilayah i yi = PDRB perkapita wilayah i r = Laju pertumbuhan PDRB wilayah referensi y = PDRB perkapita wilayah referensi 2) Analisis Ketimpangan Regional Untuk melihat ketimpangan regional digunakan rumus dari : a. Indeks dari Jeffery G. Williamson (Upall dan Sri Handoko, 1986): ( Yi – Yr ) 2 . Pj/P VW = Yr Keterangan : VW = Indeks KetimpanganWilliamson Yj = PDRB per kapita kabupaten/kota j Yr = PDRB per kapita provinsi Jawa barat Pj = Jumlah penduduk kabupaten/kota j di provinsi Jawa Barat. P = Jumlah penduduk di provinsi Jawa Barat Indeks Ketimpangan Williamson (VW) yang diperoleh terletak antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Jika VW mendekati 0 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat adalah rendah atau pertumbuhan ekonomi antara daerah merata. Jika VW mendekati 1 maka ketimpangan distribusi pendapatan antar kabupaten/kota di provinsi Jawa Barat adalah tinggi atau pertumbuhan ekonomi antar derah tidak merata. b. Indeks Ketimpangan Entropi Theil (Kuncoro, 2004): I ( y ) = ∑ ( yj/Y . log [ ( yj/Y) / ( xj/X) ] 7 Keterangan : I (y) = Indeks Ketimpangan Entropi Theil yj = PDRB per kapita Kabupaten/Kota j Y = Rata-rata PDRB perkapita Jawa Barat xj = Jumlah penduduk Kabupaten/Kota j X = Jumlah penduduk provinsi Jawa Barat Bila nilai indeks Entropi Theil = 0 maka kemerataan sempurna dan bila nilai indeks semakin menjauh dari nol maka terjadi ketimpangan yang semakin besar. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data yang diperoleh bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dari tahun ke tahun dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini : Tabel 2 : Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Periode Tahun 1993-2006 Provinsi Jawa Barat Tahun Laju Pertumbuhan Ekonomi 1993 0 1994 7,7815 1995 7,478 1996 9,468 1997 3,664762 1998 -14,1268 1999 1,954091 2000 4,358571 2001 4,755909 2002 1,895909 2003 4,658182 2004 5,064167 2005 4,9604 2006 4,9216 Total 46,83427 Rata-rata 3,345305 Sumber : BPS Jawa Barat 8 Dari Tabel 2 diatas dapat diketahui perbedaan laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat dari tahun ke tahun dengan angka rata-rata laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat sebesar 3,34 persen. Untuk melihat klasifikasi dan pola pertumbuhan berdasarkan analisis Tipologi Klassen dapat dilihat dari Tabel 3 berikut ini : Tabel 3: Klasifikasi dan Pola Pertumbuhan Ekonomi Berdasarkan Analisis Tipologi Klassen Periode Daerah Daerah maju Daerah Daerah maju tapi dan tumbuh berkembang relatif tertekan cepat cepat tertinggal 1993-1994 13,5 % 13,5 % 38 % 36 % 2000-2006 15 % 21 % 30 % 34 % 1993-2006 14,5 % 16,3 % 32,6 % 36,6 % Sumber : Data diolah dari penelitian Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa Provinsi Jawa Barat masuk dalam klasifikasi daerah relatif tertinggal. Untuk mengetahui ketimpangan regional digunakan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil, serta hasilnya tertera dalam Tabel 4 berikut ini : Tabel 4: Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil untuk Tahun 1993-2006 di Provinsi Jawa Barat 9 TAHUN IW IET 1993 0,953139745 1,220095384 1994 0,660697771 0,848660042 1995 0 1,2700878 1996 0,949981177 1,159234721 1997 0,957627401 1,306580732 1998 0,954513199 1,226521295 1999 0,955884039 1,242484083 2000 0,95822545 1,390682326 2001 0,957114762 1,372173383 2002 0,345890364 1,381231934 2003 0,962167477 1,564148224 2004 0,962050558 1,628494881 2005 0,313989782 1,711294483 2006 0,962411001 1,634620126 Jumlah 10,89369273 18,95630941 Rata-rata 0,778120909 1,354022101 Sumber : data diolah dari perhitungan Dari Tabel 4 diatas menunjukan perbedaan angka ketimpangan dengan menggunakan data yang berbeda. Dari data tersebut diperoleh hasil yang sama yaitu antar berdasarkan kabupaten/kota di Jawa Barat terjadi ketimpangan Indeks Williamson dan Indeks Entropi Theil. regional Data tersebut menunjukan untuk Indeks ketimpangan Williamson berfluktuasi tetapi secara umum mengalami peningkatan. Untuk Indeks Ketimpangan dari Entropi Theil juga berfluktuasi tetapi secara umum mengalami kenaikan. 5. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa: 10 1. Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat selama periode penelitian antara periode tahun 1993-2006 mengalami fluktuasi dan menunjukan arah yang negatif apabila dibandingkan pada awal penelitian. Faktor–faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi di Jawa Barat adalah : teknologi, peningkatan sumber daya manusia, penemuan material baru, peningkatan pendapatan dan perubahan selera konsumen. 2. Pada umumnya kabupaten/kota di Jawa Barat pada periode penelitian antara tahun 1993-2006 menurut analisis Tipologi Klassen termasuk klasifikasi daerah relatif tertinggal. Penyebabnya adalah terjadinya aliran investasi dari daerah relatif miskin ke daerah relatif kaya. Gejala ini disebabkan oleh mekanisme pasar, dimana terjadi kombinasi dua faktor yaitu: (1) Tabungan yang ada di daerah miskin walaupun jumlah jumlahnya kecil, tidak dapat digunakan secara efektif karena kurangnya permintaan investasi daerah tersebut; (2) Tabungan akan diinvestasikan ke daerah yang relatif kaya, karena akan lebih terjamin dan memberikan keuntungan yang lebih besar. Sehingga dalam proses pembangunan, daerah miskin akan semakin sulit untuk berkembang menjadi daerah kaya atau semakin timpang. Untuk hal ini, harus dilakukan percepatan dalam mengejar ketertinggalan dengan dipenuhinya infrastruktur dasar masyarakat, pemberian bantuan modal serta melakukan penguatan kelembagaan masyarakat di pedesaan. 3. Dengan menggunakan PDRB, tingkat ketimpangan antar kabupaten/kota di Jawa Barat pada periode penelitian antara tahun 1993-2006 cenderung meningkat berdasarkan Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil. Penyebabnya adalah perubahan laju pertumbuhan ekonomi yang negatif, adanya baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. 11 Implikasi Implikasi ini diharapkan dapat membantu kebijakan ekonomi daerah Provinsi Jawa Barat di masa yang akan datang adalah sebagai berikut : 1. Dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik diperlukan kebijakan pemerintah daerah yang berkaitan dengan pengembangan teknologi, peningkatan sumber daya manusia, penemuan material baru, dan peningkatan pendapatan. 2. Untuk daerah relatif tertinggal berdasarkan analisis Tipologi Klassen, diperlukan kebijakan atau campur tangan pemerintah antara lain dengan mengadakan peningkatan, perluasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana ekonomi dengan mempertimbangkan dan memperhatikan daerah-daerah yang relatif tertinggal dengan sasaran menyerasikan pertumbuhan antar daerah. 3. Diperlukan adanya program yang memadai dalam menjalankan kebijakan seperti prioritas pembangunan daerah terutama dalam sarana dan prasarana ekonomi untuk kabupaten/kota yang tertinggal agar dapat mengurangi tingkat ketimpangan karena baik Indeks Ketimpangan Williamson dan Indeks Ketimpangan Entropi Theil telah menunjukan kecenderung arah peningkatan. DAFTAR PUSTAKA ---------. 2005. Pendapatan Regional Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha 1995 –2004. BPS Provinsi Jawa Barat. ---------. 2004. PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat. BPS Provinsi Jawa Barat kerjasama dengan Bapeda Provinsi Jawa Barat. ---------. 2007. PDRB Kabupaten/Kota di Jawa Barat. BPS Provinsi Jawa Barat kerjasama dengan Bapeda Provinsi Jawa Barat. Anwar, Moh. Arsyad. 1987. Teori Ekonomi dan Kebijaksanaan Pembangunan, dalam Hendra Asmara, Jakarta: PT. Gramedia. Arsyad, Lincolyn.1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. Yogyakarta: BPFE. ---------. 2004. Ekonomi Pembangunan. Edisi 4. Yogjakarta: Penerbit STIE YKPN. 12 Cahyono, Bambang Tri. (1983). Ekonomi Indonesia: Beberapa Masalah Pokok. Yogyakarta: Ananda. Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta: LP3ES. Dumairy. 1997. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Penerbit Erlangga. Friedman, J., and Alonso. 1964. Regional Economics Development and Planning. London: MT Press. Glasson, J. 1977. An Introduction to Regional Planning. Terjemahan Paul Sitohang, 1990. Pengantar Perencanaan Regional. Jakarta: LPFE-UI. Hirschman, Albert O. 1973. The strategy of Economic Development. Sixteenth Printing, Yale University Press. Kuncoro, Mudrajad. 2002. Analisis Spasial dan Regional: Studi Aglomerasi dan Kluster Industri Indonesia. Yogyakarta. UPP AMP YKPN. --------- a. 2004. Ekonomi Pembangunan : Teori , Masalah dan Kebijakan. Yogjakarta: UPP AMP YKPN ---------b. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Jakarta: Penerbit Erlangga. Muta’ali, Luthti. 1997. Masalah dan Prospek Perekonomian Indonesia Menuju Persaingan Bebas. Paper seminar Nasional HIMASEPA UPN “Veteran” Yogjakarta, 11 September. Nafsiger E, Wayne. 1977. The economics of Developing Countries. Third Edition. Kansas: Prentice Hall International Inc. Prasasti, Diah. 2006. Perkembangan Produk Domestik Regional Perkapita 30 Propinsi di Indonesia Periode 1993-2003: Pendekatan Disparitas Regional dan Konvergensi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol 21, 4 : 344-360. Richardson, Harry W. 2001. Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional : Terjemahan oleh Paul Sitohang. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Penerbit CV Alfabeta. Susanti , Hera. 1995. Indikator-indikator Makroekonomi, Jakarta: LPFE UI. Suhargo. 2004. Pertumbuhan dan Kesenjangan Ekonomi Antar Kabupaten di Propinsi Jawa Tengah, Tesis Pascasarjana Unsoed tidak dipublikasikan. Purwokerto. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan : Proses, Masalah dan Dasar Kebijaksanaan, Jakarta: LPFE UI . Thee Kian Wie. 1981. Pembangunan Ekonomi dan Pemerataan : Beberapa Pendekatan Alternatif. Jakarta: LP3ES. ---------.1981. Pemerataan Kemiskinan Ketimpangan, Beberapa Pemikiran tentang Pertumbuhan Ekonomi. Jakarta: Penerbit Sinar Harapan. Undang–Undang Republik Indonesia Pemerintahan Daerah. No 32 tahun 2004 tentang 13 Undang–Undang Republik Indonesia No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat Dan Daerah Uppal, J.S. dan Sri Handoko, Budiono. (1986). Regional Income Disparities in Indonesia. Jurnal E K I, Vol XXXIV No 3. Wibisono, Yusuf. 2001. Konvergensi di Indonesia: Beberapa Temuan Awal dan Implikasinya, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan vol 51 Januari : 53 – 82. ---------. 2003. Determinan Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan 52- 83. ---------. 2005. Sumber-sumber Pertumbuhan Ekonomi Regional: Studi Empiris Antar Propinsi di Indonesia 1984-2000, Jurnal Ekonomi dan Pembangunan, KANOPI. Widodo, Tri. 2006. Perencanaan Pembangunan, Aplikasi Komputer (Era Otonomi Daerah. Yogjakarta: UPP STIM YKPN. 14