Hakekat Kebebasan

advertisement
Hakekat Kebebasan
Written by Admin
Rabu, 28 Mei 2008
Di antara nilai-nilai Islam yang terpenting adalah kebebasan. Dianggap penting karena
merupakan anugerah Ilahi untuk semua manusia sejak lahir sampai mati, agar bisa menempuh
suatu jalan untuk mencari keimanan yang benar.
Banyak manusia yang salah mentafsirkan makna kebebasan ini. Di negara-negara leberal,
kebebasan dipandang sebagai hak asasi untuk melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan
hawa nafsunya tanpa ada larangan atau hambatan dari fihak manapun. Kebebasan dijadikan
sebagai alat legitimasi untuk melakukan apa saja sesuai dengan syahwatnya. Manusia yang
demikian sebanarnya telah menjadi budak hawa nafsu. Di era reformasi ini tidak sedikit juga
orang yang salah mengejawentahkan makna kebebasan ini. Ada yang mengira bahwa
kebebasan berarti bertindak semaunya sendiri untuk menciptakan kerusuhan atau menjarah
milik orang lain. Perbuatan demikian tak lain hanyalah ciri budak nafsu dan iblis.
Agama Islam diturunkan untuk menjamin terrealisisrnya kebebasan bagi manusia dan
melindungi kebebasan tersebut dari penyalah gunaan dan pemaksaan, baik dalam kebebasan
beragama, kebebasan berpolitik dan kebebasan berfikir atau mengemukakan pendapat.
Dalam perspektif Islam, kebebasan adalah keadaan dimana seorang manusia hanya sebagai
hamba Allah saja baik dalam prilaku, perasaan, moral dan semua aspek kehidupannya. Sendi
kebebasan dalam Islam adalah kebebasan emosional . Karena kebebasan mutlak sebenarnya
cuma milik Allah SWT. Lain dari itu, bentuk kebebasan hakiki lainnya bagi setiap insan,
sebenarnya tidak ada. Setiap manusia tidak bisa bebas secara mutlak. ia akan terikat dengan
orang lain atau dibatasi oleh situasi dan kondisi.
Manusia akan mendapatkan suatu kebebasan emosional mutlak kalau bisa melepaskan diri
dari lima macam penghambaan.sbb.:
1. Membebaskan diri dari penghambaan figuritas atau pengkultusan individu.(lih. S. Ali Imran
64, Al Jinn 20-24, Ali Imran 144, Al Maidah 17) .Islam tidak pernah mengenal ajaran
pengkultusan individu atau sistem figuritas. Manusia dalam pandangan Islam adalah sama
bagai gerigi sisir. Yang membedakan hanyalah tingkat ketakwaan kepada Allah, bukan karena
turunan jabatan, kekayaan atau lainnya. Seorang Nabi sekalipun tidak boleh dikultuskan . Allah
melarang orang-orang Nasrani untuk menuhankan Isa a.s
2. Melepaskan diri dari penghambaan terhadap rasa takut akan kehidupan , rizki dan
kedudukan. Secara emosional, orang yang tidak takut terhadap kehidupan , rizki dan
kedudukan, akan merasa bebas dari berbagai tekanan batin dan kegelisahan. Mengapa harus
diperhamba oleh kehidupan ini, kalau Allah sudah menjamin rizki hambaNya dan mengurusi
makhlukNya? (lih. S. Quraisy 3-4, Al An’am 15, Ar Ra’d 26, Al Ankabut 60 ) Rasa takut dari
kemiskinan merupakanbisikan syetan untuk melemahkan jiwa dan menjauhkan diri dari
keyakinan kepada Allah dan kebaikan. ( lih. Al Baqarah 268)
3. Menjauhi penghambaan terhadap nilai-nilai sosial, nilai harta, jabatan dan ikatan nasab.(
Thoha 131, Saba’ 35-37, At Taubah 55.) Bila perasaan manusia dip[erhamba oleh nilai-nilai
tersebut ia tidak akan memiliki kebebasan ketika berhadapan dengannya. Nilai-nilai sosial
harus diposisikan secara proporsional sehingga tidak mengikat kebebasan emosionalnya.
1/3
Hakekat Kebebasan
Written by Admin
Rabu, 28 Mei 2008
Kekayaan atau banyaknya anak tidak menjadikan seseorang lebih dekat kepada Allah atau
lebih tinggi kedudukannya kecuali bagi orang yang beriman dan beramal sholih. (lih Saba’
35-37)
4. Membebaskan diri dari penghambaan hawa nafsu dan syahwat yang datang dari luar atau
datang dari dalam dirinya. Penghambaan demikian diungkapkan Allah antara lain dalam surat
Attaubah ayat 24 Ayat ini mengumpulkan berbagai kesenangan, ambisi dan keikmatan yang
sering menggoda manusia sehingga bisa mengalihkan dirinya dari cinta kepada Allah, Rasul
dan jihad fisabilillah. Manusia yang bisa melepaskan dari berbagai godaan syahwat di atas
akan memiliki kebebasan emosional dalam menghadapi semua hal.
Dalam Islam, kita mengenal beberapa macam kebebasan yang dilindungi Islam .Yaitu :
Kebebasan beragama, kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, Kebebasan politik dan
kebebasan sipil.
Kebebasan beragama tercermin dalam beberapa hal :
1. tidak boleh memaksa seseorang untuk meninggalkan agamanya atau memaksa untuk
menganut agama tertentu.
2. memberikan kebebasan kepada non muslim untuk melaksanakan ibadah dan semua
aktivitas ritualnya.
3. Membiarkan mereka utnuk memakan atau meminum apa-apa yang dibolehkan oleh
agamanya.
4. Memberi kebebasan non muslim untuk melaksanakan semua aturan tentang masalah
nikah, talak , rujuk, pemberian nafkah dsb.
Berkaitan dengan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat, Islam telah menganjurkan
kita untuk menggunakan akal dan fikiran dan mengangkat kedudukan ilmu pengetahuan. (lih. Al
A’raaf 185, Al Baqarah 219, 220) Luas sekali Islam memberi kebebasan berfikir ini,
sampai-sampai menolak iman yang lahir karena ikut-ikutan atau dipaksa . Kalau Islam
membebaskan berfikir secara luas maka secara aksiomatis dibarengi dengan kebebasan
mengemukakan pendapat baik dengan lisan atapun pena. Hal ini dikaitkan erat dengan
kewajiban menyampaikan dakwah kepada umat manusia.
Rasulullah saw menganjurkan kita untuk menyampaikan yang hak dalam kondisi apapun
walaupun mungkin akan membuat penguasa marah besar. Beliau berkata : “Orang yang diam
tidak menyampaikan yang hak bagaikan syetan bisu”. Konsekwensi dari ajaran kebebasan ini
umat Islam terdahulu tidak pernah merasa takut untuk mengoreksi setiap kesalahan yang
terjadi walaupun datangnya dari para penguasa. Umar bin Khattab pernah diluruskan oleh
seorang wanita ketika berpendapat tentang keharusan memperingan maskawin dalam
pernikahan. Beliau terpaksa menarik pendapatnya ketika pendapat wanita tsb benar dan
berdasar surat AN Nisa’ 20.
Satu-satunya kebebasan berfikir dan berpendapat yang dilarang oleh Islam adalah ajakan
untuk melemahkan agama dan merusak moral atau mempropagandakan dosa dan kesyirikan.
Berkenaan dengan kebebasan Sipil yang diajarkan Islam a.l.: Kebebasan untuk
berinteraksidengan orang lain, kebabasan melakukan transasi, kebebasan untuk memiliki dan
2/3
Hakekat Kebebasan
Written by Admin
Rabu, 28 Mei 2008
kebebasan untuk memilih spesialisasi keilmuan yang akan digelutinya.
Sedangkan kebebasan berpolitik dalam Islam dilukiskan dalam bentuk kebebasan untuk ikut
serta dalam pemerintahan dan memilih penguasa di samping kebebasan untuk mengawasi
semua kegiatannya , mengoreksinya dan mengajukan saran yang baik terhadapnya.
Keikutsertaan dalam pemerintahan dan pemilihan penguasa merupakan konsekwensi logis dari
kaedah syura yang dijadikan asas hubungan antara rakyat dengan penguasa. Sedangkan
kebebasan untuk mengawasi dan mengoreksi semua aktivitas penguasa merupakan kelanjutan
dari kebebasan untuk menyampaikan pendapat. Para penguasa muslim terdahulu telah
menegaskan nilai-nilai kebebasan ini dalam pemerintahannya sebagaimana tercermin dalam
pidato Abu Bakar Shiddiq ketika dibaiat, atau beberapa pidato Umar bin Khattab dan prilaku
para penguasa muslim lainnya yang memegang teguh prinsip-prinsip ajaran Islam.
Di era reformasi sekarang ini kita perlu mengukuhkan kembali nilai-nilai kebebasan yang
dianjurkan Islam dalam rangka mewujudkan keadilan dan menegakkan kebenaran dalam
masyarakat. Wallahu a’lam. (Achmad Satori Ismail)
3/3
Download