Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 DAFTAR ISI Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Mohammad Eddy Rosyadi ........................................................ 1 Analisis Perhitungan Dan Perbandingan Pbb Pada Apartemen Dan Kondominium Di Dki Jakarta Ivan Kanel ........................................................................ 11 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham Perusahaan Di Bursa Efek Indonesia Kartina Natalylova .................................................................. 27 Pengaruh Service Encounter, Trust, Reliability, Dan Satisfaction Terhadap Loyalty Klemens Wedanaji P .............................................................. 41 Determinan Audit Report Lag Pada Perusahaan Publik Di Indonesia Lie Yung Yung ................................................................... 51 Pengaruh Size, Profitability, Growth Opportunity, Compensations Program For Executive Manager, Business Risk Dan Payment Of Dividends Terhadap Leverage Pada Consumer Goods Industry Mahmudin Muslim.............................................................. 63 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia M. Arief Effendi .................................................................... 79 Pengaruh Firm Size, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Saham Publik, Dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Maris Agung T ...................................................................... 91 Pengaruh Kebijakan Alokasi Aset, PemilihanSaham, Tingkat Risiko, Asset, Dan Asset Turnover Terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Yang Terdaftar Di Badan Pengawas Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan Mursidi Prihantono ................................................................ 103 Variabel–Variabel Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Lilly Nilawati ....................................................................... 113 Pengaruh Informativeness, Entertainment, Source Credibility, Dan Irritation Terhadap Consumer Attitude Iklan Wibisono Soediono ................................................................ 125 Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 KEBIJAKAN EDITORIAL DAN PEDOMAN PENULISAN ARTIKEL Kebijakan Editorial JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI, JBA diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) TRISAKTI secara berkala setiap tahun dua kali (Juni dan Desember). Tujuan penerbitan JBA adalah untuk menyebarluaskan informasi hasil karya tulis ilmiah kepada akademisi dan praktisi yang menaruh minat pada bidang bisnis dan akuntansi. JBA menerima kiriman artikel yang ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Artikel yang dikirim ke JBA tidak dikirimkan atau telah dipublikasikan dalam jurnal lain. Penentuan artikel yang dimuat dalam JBA dilakukan melalui proses blind review oleh mitra bestari dengan mempertimbangkan aspek-aspek antara lain terpenuhinya persyaratan baku untuk publikasi jurnal ilmiah dan kontribusi artikel terhadap pengembangan profesi dan pendidikan bisnis dan akuntansi. Editor bertanggungjawab untuk memberikan telaah konstruktif terhadap artikel yang akan dimuat dan (jika dipandang perlu) menyampaikan hasil evaluasi artikel kepada penulis. Artikel yang diusulkan untuk dimuat pada JBA disarankan untuk mengikuti pedoman penulisan artikel yang dibuat oleh Editor. Artikel dapat dikirim dalam bentuk : Compact Disk (CD) dan cetakan (hardcopy) dua eksemplar ke alamat Editor JBA : Gedung Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 20 Grogol, Jakarta 11440 Telp. (021)5666717 Fax : (021)5635480 E-mail : [email protected] Pedoman Penulisan Artikel Berikut ini ketentuan-ketentuan mengenai bentuk tulisan, sistimatika penulisan, abstrak, format, tabel, gambar, kutipan dan referensi yang digunakan sebagai pedoman minimal untuk penulisan artikel yang akan dimuat pada JBA. A. BENTUK TULISAN Semua tulisan dalam bentuk esai atau uraian disertai judul sub bab (heading) masing-masing bagian, kecuali bagian pendahuluan yang disajikan tanpa judul sub bab. Peringkat judul sub bab dicetak tebal (bold) dan penulisan tidak disertai urutan angka. Penulisan judul sub bab sebagai berikut: PERINGKAT 1 (huruf besar semua dan rata tengah) Peringkat 2 (huruf besar-kecil dan rata tepi kiri) Peringkat 3 (huruf besar-kecil dicetak miring dan rata tepi kiri) B. SISTIMATIKA PENULISAN Sistimatika penulisan artikel yang merupakan hasil penelitian terdiri empiris dari 1) Judul, nama penulis, institusi penulis, alamat institusi dan email penulis, 2) Abstrak, 3) Pendahuluan yang menguraikan isu penelitian, motivasi penelitian, rumusan masalah dan tujuan, rerangka Teoritis dan pengembangan hipotesis (jika ada) yang memaparkan rerangka teoritis sebagai landasan logis untuk mengembangkan hipotesis atau model penelitian, 4) Metoda Penelitian yang memuat metoda pemilihan sampel dan pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, 5) Hasil penelitian yang menguraikan analisis data dan pembahasan temuan penelitian, 6) Penutup yang berisi simpulan, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran untuk peneltian selanjutnya, serta 7) Referensi. C. ABSTRAK Setiap artikel harus menyajikan satu paragraf Abstrak pada awal tulisan yang terdiri ±200 kata (disajikan dalam bahasa Inggris dan Indonesia). Abstraksi memuat ringkasan pendahuluan (apa permasalahannya?), metoda atau bahan (bagaimana melakukannya?), hasil (apa temuannya?) dan diskusi (apa maknanya?) yang tujuannya memberi penjelasan ringkas kepada pembaca sebelum membaca materi artikel secara lengkap. Abstrak sebaiknya diikuti dengan minimal empat keywords untuk memudahkan penyusunan indeks artikel. D. FORMAT 1. Judul artikel terdiri dari ±15 kata. 2. Artikel sebaiknya diketik dengan spasi dobel pada kertas A4 (8,27” x 11,69”), kecuali untuk kutipan langsung yang panjang (lebih dari tiga setengah ketikan) diketik spasi tunggal dengan bentuk berinden (indented style). 3. Artikel sebaiknya terdiri tidak lebih dari 7.000 kata (dengan jenis huruf time new roman ukuran 12) atau maksimal 20 halaman A4 termasuk tabel dan gambar. 4. Marjin atas 4cm, bawah 3cm, kiri 4cm dan kanan 3cm dari badan teks. 5. Halaman muka (cover) setidaknya menyebutkan judul artikel dan identitas penulis. 6. Semua halaman termasuk tabel, gambar dan referensi diberikan nomor urut halaman. 7. Apabila artikel yang dikirimkan merupakan hasil penelitian dengan menggunakan data primer, harap disertakan angket atau instrumen atau kuisioner. 8. Angka, lafalkan angka dari satu sampai dengan sepuluh, kecuali jika digunakan dalam tabel dan ketika digunakan dalam unit atau kuantitas matematis, statistik, keilmuan atau teknis seperti jarak, bobot dan ukuran. Misalnya: 4 hari, 5 kilometer, 25 tahun. Semua angka lainnya disajikan secara numerik. Umumnya kalau dalam perkiraan, angka dilafalkan; misalnya: kira-kira sepuluh tahun. 9. Persentase dan pecahan desimal, untuk penggunaan yang bukan teknis gunakan kata persen dalam teks; untuk penggunaan teknis gunakan simbol %. 10. Persamaan, persamaan harus diberi nomer dalam kurung dengan penulisan rata marjin kanan. E. TABEL DAN GAMBAR 1. Tabel ditulis kembali (rewrite) bukan merupakan hasil copy paste dari hasil statistik dan diisi data yang sesuai dengan pembahasan artikel. 2. Sumber tabel dicantumkan di bagian akhir tabel dengan inden sesuai batas kiri tabel. 3. Judul tabel diletakkan di atas tabel sedangkan judul gambar diletakkan di bawah gambar. 4. Tabel dan gambar diletakkan pada halaman tersendiri umumnya diletakkan di akhir setelah referensi. Penulis cukup menyebutkan pada bagian di badan teks untuk mencantumkan tabel dan gambar. 5. Pembuatan tabel menghilangkan garis vertikal, sedangkan garis horizontal hanya pada judul kolom dan akhir tabel. 6. Setiap tabel dan gambar diberikan nomor urut, judul yang sesuai dengan isi tabel, gambar dan sumber kutipan. F. KUTIPAN DAN REFERENSI 1. Kutipan dalam teks sebaiknya ditulis di antara kurung buka dan kurung tutup yang menye-butkan nama akhir penulis, tahun tanpa koma dan nomor halaman jika dipandang perlu. Contoh: a. Satu sumber kutipan dengan satu penulis (Jones 1987), jika disertakan nomor halaman (Jones 1987: 115) b. Satu sumber kutipan dengan dua penulis (Jones dan Freeman 1973) c. Satu sumber kutipan dengan lebih dari dua penulis (Jones dkk. 1985) d. Dua sumber kutipan dengan penulis yang berbeda (Jones 1987, Freman 1986) e. Dua sumber kutipan dengan penulis yang sama (Jones 1985, 1987), jika tahun publikasi sama (Jones 1985a, 1985b) f. Sumber kutipan yang berasal dari pekerjaan suatu institusi sebaiknya menyebutkan akronim institusi yang bersangkutan (IAI 1994). 2. Setiap artikel harus memuat referensi (hanya yang menjadi sumber kutipan), dengan ketentuan penulisan sebagai berikut: a. Referensi disusun alfabetik dengan nama penulis atau nama institusi b. Susunan setiap referensi: 1) Artikel dalam jurnal: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama jurnal atau penerbit, volume, nomor (bulan publikasi), halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 2) Buku: nama penulis. tahun terbit. judul buku teks. tempat terbit: nama penerbit. 3) Artikel dalam prosiding: nama penulis. tahun terbit. judul artikel. nama pertemuan ilmiah, tempat pertemuan, tanggal pertemuan, halaman, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 4) Skripsi, tesis dan disertasi: nama penulis, tahun terbit, judul, skripsi/tesis/disertasi, tempat institusi: nama institusi, (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). 5) Surat kabar: nama penulis, tanggal bulan tahun terbit, judul, nama surat kabar atau penerbit, halaman (kolom), (alamat web dan tanggal diaksesnya web jika referensi dari internet). Contoh: Abdolmohammadi, M.J. dan J. Shanteau. 1992. Personal Attributes of Experts Auditors. Organizational Behavior and Human Decision Process, Vol.53 (November). Griffith, A.I. 1995. Coordinating Family and School: Mothering for Schooling. Education Policy Analysis Archives, Vol.3, No.1, (http://olam.ed.asu.edu/epaa/, 12 Februari 1997). Hadiyati, Rofiqoh. 19 Juni 2008. Membaca "Menu Kebutuhan" di antara Daftar Belanja. Detikcom, (http://suarapembaca.detik.com/index.php/detik.read/, 24 Juni 2008). Hilton, Ronald W. 1997. Managerial Accounting, 4th Edition. New York: Irwin, Mc Graw Hill Companies. Indriantoro, N. 1993. The Effect of Participative Budgeting on Job Performance and Job Satisfaction with Locus of Control and Curtural Dimensions as Moderating Variables. Ph.D. Dissertation. Lexington: University of Kentucky. Porcano, T.M. 1984a. Distrutive justice and tax policy. The Accounting Review, Vol.59 (Oktober), hlm.619-636. . 1984b. The perceived effects of tax policy on corporate investment intentions, The Journal of the American Taxation Association, vol.6 (Fall), hlm.7-19. Susanto, Y.K. 2007. Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Ketidakpastian Tugas terhadap Hubungan antara Penggunaan Informasi Akuntansi untuk Evaluasi Kinerja dan Perilaku Managerial. Proceedings the 1st Accounting Conference, Faculty of Economics Universitas Indonesia, Depok, 7–9 November, hlm.1-17. JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 1-10 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN DIVIDEN MOHAMMAD EDDY ROSYADI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this study is to obtain empirical evidence about the factors which influence dividend policy. Independent variables used in this research are managerial ownership, institutional ownership, debt policy, profitability, life cycle stage, and firm size. Population in this research are non financing companies listed in Indonesia Stock Exchange during 2006-2010. Samples are obtained through purposive sampling method. Data are analyzed using multiple regression analysis.The results show that institutional ownership, profitability, and life cycle stage have influence toward dividend policy. Managerial ownership, debt policy, and firm size have no influence toward dividend policy. Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Debt Policy, Profitability, Life Cycle Stage, Firm Size, Dividend Policy. dikeluarkan perusahaan. Hubungan manajer dengan pemegang saham di dalam agency theory digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Schroeder et al. 2001) dalam Tarigan dan Christiawan (2007). Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) pada Suharli (2007) telah membahas banyak aspek dari masalah keagenan, antara lain diuraikan bagaimana masalah keagenan timbul jika seorang manajer memiliki saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan total saham perus- PENDAHULUAN Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan penempatan laba, yaitu menetukan berapa besarnya laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan, tetapi dividen merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham. Kebijakan dividen menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang 1 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 ahaan. Kepemilikan sebagian ini dapat menyebabkan para manajer bekerja kurang semangat dan memerlukan lebih banyak imbalan lain (kantor dan perlengkapan yang mewah, kendaraan dinas). Dalam rangka mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebut diperlukan tambahan pengeluaran pemantauan (biaya keagenan). Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, tahap daur hidup dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen. Penelitian ini disusun dengan urutan penulisan sebagai berikut pertama, pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang masalah, permasalahan penelitian, dan organisasi penulisan. Kedua, menguraikan teori dan hasil penelitian sebelumnya sebagai dasar pengembangan hipotesis. Ketiga, metoda penelitian terdiri atas pemilihan metoda analisis data. Keempat, hasil penelitian yang berisi statistik deskriptif serta hasil dari interpretasi pengujian hipotesis. Terakhir, penutup yang berisi simpulan, keterbatasan penelitian, dan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Kebijakan Dividen Kebijakan dividen merupakan suatu keputusan untuk menginvestasikan kembali laba yang diperoleh dari hasil operasi perusahaan atau untuk membagikannya kepada pemegang saham (investor). Umumnya perus2 November 2012 ahaan enggan memotong dividen karena pengurangan dividen akan dianggab sebagai sinyal jelek oleh investor (Hartono 2010). Menurut Brigham dan Enhard (2005) dalam Fauz dan Rosidi (2007), kebijakan dividen (dividend policy) menentukan berapa banyak dari keuntungan yang harus dibayarkan kepada pemegang saham dan berapa banyak yang harus ditanam kembali dalam perusahaan. Teori kebijakan dividen menjelaskan bagaimana sifat dari dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Teori dari kebijakan dividen ini akan mempengaruhi harga saham. Menurut Sundjaja dan Barlian (2003;383-387), ada tiga teori yang membahas tentang kebijakan dividen dan berpengaruh terhadap harga saham. Ketiga teori tersebut adalah: teori residu dividen, teori irrelevansi dividen, dan teori relevansi dividen. Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) dalam Suharli (2007) telah membahas banyak aspek dari masalah keagenan, antara lain diuraikan bagaimana masalah keagenan timbul jika seorang manajer memiliki saham yang lebih sedikit dibandingkan dengan total saham perusahaan. Dalam rangka mengatasi masalah perbedaan kepentingan tersebut diperlukan tambahan pengeluaran pemantauan (biaya keagenan). Beberapa cara untuk mengurangi biaya keagenan antara lain: meningkatkan kepemilikan manajerial, dengan menggunakan kebijakan hutang dan dengan mengaktifkan pengawasan melalui investor-investor institusional. ISSN: 1410 -9875 Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Deviden Menurut Nuringsih (2005) pada tahun 1995 Moh´d Rimbey dan Perry menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini juga didukung oleh Putri dan Nasir (2006) dalam Dewi (2008) dan Dewi (2008) yang menyatakan bahwa makin banyak saham yang dimiliki oleh manajer maka makin menurunkan kos keagenan yang menyebabkan pengurangan dividen. Nuringsih (2005), Putri dan Mohammad (2006) dalam Kahar (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian Kahar (2008) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memiliki pengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Menurut penelitian Sanjaya (2009) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha1 Kepemilikan managerial berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan Institusional Terhadap Kebijakan Dividen Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) pada tahun 1999 Crutchley et al. dalam Dewi (2008), Putri dan Nasir (2006) dikutip dalam Dewi (2008) dan penelitian Dewi (2008) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen, karena makin tinggi kepemilikan institusional maka makin kuat kontrol eksternal terhadap perusahaan sehingga mengurangi kos keagenan Mohammad Eddy Rosyadi dan perusahaan akan cenderung memberikan dividen yang rendah. Di sisi lain, penelitian Tandelilin dan Wilberforce (2002) dalam Dewi (2008) menyebutkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen karena kepemilikan institusional lebih mementingkan stabilitas pendapatan (return) melalui pembagian dividen. Penelitian yang dilakukan oleh Wiagustini (2009) dan Fauzan (2002) dalam Sanjaya (2009) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ha2 Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen Menurut Ismiyanti dan Hanafi (2003) pada tahun 1992 Jensen et al. dalam Dewi (2008) menyebutkan bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Penelitian Jensen et al. (1992) didukung oleh Megginson (1997) serta Chen dan Stainer (1999) dalam Dewi (2008), Ismiyanti dan Hanafi (2003) dalam Dewi (2008), Nuringsih (2005) dan Dewi (2008) menyebutkan kebijakan hutang memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Deitiana (2009) dan Sanjaya (2009) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha3 Kebijakan hutang berpengaruh terhadap kebijakan dividen. 3 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Menurut Nuringsih (2005) dan Dewi (2008) menyebutkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan dividen karena laba yang diperoleh akan dialokasikan pada laba ditahan untuk biaya investasi sehingga menurunkan pembayaran dividen. Tetapi menurut penelitian Marpaung dan Hadianto (2009) dan Suharli (2007) yang menyebutkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Sementara menurut penelitian Deitiana (2009) tidak terdapat pengaruh antara return on asset dengan kebijakan pembayaran dividen. Ha4 Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Tahap Daur Hidup Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Tahap daur hidup perusahaan secara parsial berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hal ini diartikan bahwa perusahaan yang diteliti dalam keadaan perkembangan tinggi dan tidak memerlukan dana untuk membiayai investasinya, oleh karena itu perusahaan akan lebih sedikit untuk menahan laba dan lebih banyak membagikan laba dalam bentuk dividen (Djumahir 2009). Menurut penelitian Sanjaya (2009), pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sementara menurut Hatta (2002) dan Taswan (2003) dalam Sanjaya (2009) 4 November 2012 menemukan bahwa tingkat pertumbuhan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha5 Tahap daur hidup perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Menurut Hatta (2002) dalam Dewi (2008:51) pada tahun 1994 Vogt mengidentifikasi bahwa ukuran atau besarnya perusahaan memainkan peranan dalam menjelaskan rasio pembayaran dividen dalam perusahaan. Perusahaan yang besar cenderung untuk lebih mature dan mempunyai akses yang lebih mudah dalam pasar modal. Penelitian Vogt (1994) juga didukung oleh Chrutchley dan Hansen(1989) serta Chang dan Ree (1990) dalam Dewi (2008) , Hatta (2002) dalam Dewi (2008), Nuringsih (2005) dan Dewi (2008) yang menyebutkan bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Penelitian Sanjaya (2009) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Ha6 Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan dividen. METODE PENELITIAN Teknik pemilihan sampel dengan menggunakan metode Purpose Sampling. Di bawah ini merupakan hasil dari proses pemilihan sampel: ISSN: 1410 -9875 No. 1 c2 3 4 5 Mohammad Eddy Rosyadi Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria sampel 2006 2007 2008 2009 Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut selama periode 2006 sampai dengan 2010 Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan dalam satuan mata uang Rupiah. Perusahaan yang tidak memiliki earning after tax positif Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional. Perusahaan yang tidak membagikan dividen selama periode penelitian Jumlah data digunakan yang 2010 291 291 291 291 291 11 10 14 6 0 43 83 55 53 54 13 14 16 13 11 165 143 149 159 167 59 41 57 60 59 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Kepemilikan managerial Kepemilikan manajerial (MNJR) adalah situasi dimana manajer mendapat kesempatan untuk memiliki saham perusahaan. Variabel kepemilikan manajerial menggunakan variabel dummy untuk menunjukkan ada tidaknya kepemilikan manajerial. Variabel dummy yang digunakan dengan ketentuan D=1 untuk perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial dan D=0 untuk perusahaan yang Total 276 tidak memiliki kepemilikan manajerial (Dewi 2008). Kepemilikan Institusional Kepemilikan Institusional (INST) adalah proporsi saham yang dimiliki oleh pihak institusi pada akhir tahun yang diukur dalam prosentase (Listyani 2003) dalam Dewi (2008). INST = jumlah saham yang dimiliki oleh institusi �100% total saham yang beredar Kebijakan Hutang Kebijakan Hutang (HUTANG) diperoleh dengan pembagian antara 5 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 total hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik current liability maupun long term liability dengan total aset yang dimiliki oleh perusahaan (Nuringsih 2005). HUTANG = total hutang �100% total aset perusahaan Profitabilitas Profitabilitas (PROFIT) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Profitabilitas diukur dengan menggunakan Return On Asset (ROA). �������� ����� ��� �100% PROFIT = total aset perusahaan Tahap daur hidup perusahaan Daur hidup perusahaan (TDHP) merupakan tahapan perusahaan mulai dari tahap pertumbuhan dan matang. Makin besar RETE makin kecil dividen yang dibagi. Pengukuran tahap daur hidup perusahaan dilakukan dengan proksi proporsi laba ditahan terhadap total ekuitas (Werner 2007) dalam Djumahir (2009) dengan rumus: ������ = ( ���� : ���� ) x 100 % Keterangan: ������ = proporsi laba ditahan terhadap total ekuitas perusahaan i pada periode t ���� = laba ditahan perusahaan i pada periode t ���� = total ekuitas perusahaan i pada periode t Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan (SIZE) diukur dari natural logaritma nilai 6 November 2012 pasar ekuitas perusahaan akhir tahun yaitu jumlah yang beredar pada akhir dikali dengan harga pasar akhir tahun (Siregar dan 2005) dalam Dewi (2008). pada saham tahun saham Utama Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menentukan penempatan laba, yaitu menetukan berapa besarnya laba yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali dalam perusahaan. Kebijakan dividen diukur dengan menggunakan Dividend Payout Ratio (DPR). ����� = �������� ��� �ℎ��� �100% �������� ��� �ℎ��� Keterangan: ����� = Dividend Payout Ratio perusahaan i pada akhir tahun t Metode Analisis Data Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi berganda (multiple regression). Pengujian ini bertujuan untuk menguji variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen. Model penelitian dengan persamaan regresi dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: Y = �� + �� �� + �� �� + �� �� +�� �� + �� �� + �� �� + e Dalam persamaan di atas Y adalah kebijakan dividen, �� adalah kepemilikan manajerial, �� adalah kepemilikan institusional, �� adalah kebijakan hutang, �� adalah profitabilitas, ISSN: 1410 -9875 Mohammad Eddy Rosyadi �� adalah tahap daur hidup perusahaan, �� adalah ukuran perusahaan dan e adalah error term yang merupakan variabel lain di luar model penelitian. HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik sampel yang digunakan, dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif N Minimum Maksimum Mean Std. Deviation DIVIDEN 276 0,001 9,3697 0,351103 0,6707965 MNJR 276 0 1 0,35 0,478 INST 276 0,0540 0,9900 0,683528 0,1997880 HUTANG 276 0,0200 0,9100 0,450543 0,1943887 PROFIT 276 0,0041 0,5079 0,101257 0,0851090 TDHP 276 0,0009 0,9586 0,558660 0,2576822 SIZE 276 23,0865 36,2955 28,179188 2,0295362 Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel 1 (Constant) MNJR INST HUTANG PROFIT TDHP SIZE B t Sig 0,191 0,292 0,771 -0,090 -1,040 0,299 0,469 2,251 0,025 -0,076 -0,345 0,730 -1,224 -2,028 0,044 0,489 2,823 0,005 -0,009 -0,387 0,699 Tabel 3 menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikansi 0,299. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan dari variabel kepemilikan manajerial terhadap kebijakan dividen sehingga Ha1 tidak diterima. Hal ini membuktikan bahwa pemegang saham yang sekaligus sebagai pengelola perusahaan cenderung memilih kompensasi berupa gaji atau bonus dibandingkan dengan dividen. Variabel kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi 0,025. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari variabel kepemilikan institusional terhadap 7 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 kebijakan dividen sehingga Ha2 diterima. Makin tinggi tingkat kepemilikan institusional akan menimbulkan pengawasan yang lebih besar oleh pihak institusional sehingga dapat mengurangi masalah keagenan. Dengan adanya pengurangan terhadap masalah keagenan maka peusahaan akan dapat membagikan dividen yang lebih besar. Variabel kebijakan hutang memiliki nilai signifikansi 0,730. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan dari variabel kebijakan hutang terhadap kebijakan dividen sehingga Ha3 tidak diterima. Kebijakan hutang berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen karena perusahaan dalam membayarkan dividen kepada pemegang saham tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang. Variabel profitabilitas memiliki nilai signifikansi 0,044. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh signifikan dari variabel profitabilitas terhadap kebijakan dividen sehingga Ha4 diterima. Ketika perusahaan mengalami laba, maka perusahaan diharapkan membayar dividen yang tinggi kepada pemegang saham. Variabel tahap daur hidup perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,005. Nilai signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari variabel tahap daur hidup perusahaan terhadap kebijakan dividen sehingga Ha5 diterima. Perusahaan dalam perkembangan tinggi dan tidak memerlukan biaya untuk membiayai investasinya, akan lebih sedikit menahan laba dan lebih banyak untuk membagikan laba 8 November 2012 kepada pemegang saham dalam bentuk dividen. Variabel ukuran perusahaan memiliki nilai signifikansi 0,699. Nilai signifikansi yang lebih besar dari 0,05 menunjukkan adanya pengaruh yang tidak signifikan dari variabel ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen sehingga Ha6 tidak diterima. Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih mudah ke pasar modal dibandingkan perusahaan kecil, tapi belum tentu memperoleh dana dengan mudah dan rasio pembayaran dividen yang tinggi, karena para investor yang akan menanamkan modalnya di suatu perusahaan tidak hanya mempertimbangkan besar kecilnya perusahaan, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti prospek dan kinerja perusahaan serta manajemen perusahaan. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemilikan institusional, profitabilitas, dan tahap daur hidup perusahaan berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen. Kepemilikan manajerial, kebijakan hutang dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap kebijakan dividen. Beberapa keterbatasan dalam penelitian adalah penelitian ini hanya mengambil periode penelitian selama lima tahun yaitu tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, perusahaan yang diteliti hanya perusahaan non keuangan, dan hanya meneliti enam faktor yang meliputi kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kebijakan hutang, profitabilitas, tahap daur ISSN: 1410 -9875 hidup perusahaan dan ukuran perusahaan. Untuk mengatasi keterbatasan dalam penelitian ini, peneliti memberikan rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan menggunakan topik yang sama. Rekomendasi tersebut, yaitu penelitian selanjutnya dapat mengambil jangka waktu penelitian Mohammad Eddy Rosyadi yang lebih panjang, atau memperluas perusahaan yang diteliti seperti lembaga keuangan lainnya, sehingga diharapkan dapat menggambarkan kondisi perusahaanperusahaan yang go public di Indonesia dengan lebih baik . Menambah variabel yang diduga memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen namun belum diuji dalam penelitian ini. DAFTAR REFERENSI Deitiana, Tita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Pembayaran Dividen Kas. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 11, No. 1, April 2009, hlm: 57-64. Jakarta: STIE Trisakti. Dewi, Sisca C. 2008 Pengaruh Kepemilikan Managerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Hutang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 10, No.1, April, hlm: 47-58. Jakarta: Trisakti School of Management. Djumahir. 2009. Pengaruh Biaya Agensi, Tahap Daur Hidup Perusahaan, dan Regulasi terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 11, Nomor 2, September 2009, hlm: 144-153. Malang: Universitas Brawijaya. Fauz, Achmad dan Rosidi. 2007. Pengaruh Aliran Kas Bebas, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Utang dan Collateral Asset terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Volume 8, Nomor 2, Juni 2007, hlm: 259-267. Malang: Universitas Brawijaya. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hartono, Jogiyanto. 2010. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Ketujuh. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Kahar. 2008. Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Pendanaan dan Dividen. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 12, No. 3, September 2008, hlm: 399-410. Ternate: Universitas Khairun Ternate. Marpaung, E.I dan Hadianto. 2009. Pengaruh Profitabilitas dan Kesempatan Investasi terhadap Kebijakan Dividen: Studi Empirik pada Emiten Pembentuk Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Volume 1, Nomor 1, Mei 2009, hlm: 70-84. Bandung: Universitas Kristen Maranatha. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen: Studi 9 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 1995-1996. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol.2, No. 2, Juli-Desember 2005, pp: 103-123. Jakarta: Universitas Tarumanegara. Priatama, Shella F. 2010. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Hutang, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Jawa Timur: UPN Veteran. http://eprints.upnjatim.ac.id/213/1/File_1.pdf. Sanjaya, I Putu Budi. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Kajian Akuntansi , Vol. 4, No. 1, Juni 2009, hlm: 15-24. Yogyakarta: UPN Veteran Yogyakarta. Sekaran, Uma dan Roger Bougie. 2010.Research Methode For Business A Skill Building Approach, Fifth Edition. United Kingdom : Wiley & Sons. Shabibi, Bandar.K.A dan Ramesh, G. 2011. An Empirical Study on the Determinants of Dividend Policy in the UK. International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887, Issue 80, 2011, Sultanate of Oman: Faculty, Accounting & Finance, Department of Business Studies Ibra College of Technology. http://www.internationalresearchjournaloffinanceandeconomics.com Suharli, Michell. 2007. Pengaruh Profitability dan Investment Opportunity Set Terhadap Kebijakan Dividen Tunai dengan Likuiditas Sebagai Variabel Penguat (Studi pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta Periode 2002 – 2003). Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No.1, Mei 2007, hlm: 9-17. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya. Sundjaja, R.S. dan Barlian, I.2003. Manajemen Keuangan 2, Edisi keempat. Jakarta: Literata Lintas Media. Susanto, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistis Parametrik. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Tarigan, dan Christiawan. 2007. Kepemilikan Managerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 9, No. 1, Mei 2007, hlm:1-8. Surabaya: Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra, Surabaya. Wahyudi, Eko dan Baidori. 2008. Pengaruh Insider Ownership, Collateralizable Assets, Growth In Net Assets, dan Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2002-2006. Jurnal Aplikasi Manajemen, Volume 6, Nomor 3, Desember 2008. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Wiagustini, Ni Luh P. 2009. Investment Opportunity, Institutional Ownership, Cash Flow, Company Life Cycle Terhadap Kebijakan Dividen dan Return Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol. 13, No. 3, September 2009, hal: 373-385. Denpasar: Universitas Udayana. 10 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 11-26 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA ANALISIS PERHITUNGAN DAN PERBANDINGAN PBB PADA APARTEMEN DAN KONDOMINIUM DI DKI JAKARTA IVAN KANEL STIE Trisakti [email protected] Abstract: The calculation of land and bulding tax with strata title system is a bit different than using the general calculation. The purpose of this research for compare the differentiation of the calculation of land and building tax between apartment and condominium and also to know the revenue contribution of land and building tax on the apartement and the condominium to the overall revenue of land and building tax from rural and urban sector. The object of this research are The Official Service Tax, The Apartment X, and The Condominium Y. Data for this research comprises of notification of tax due of several types of apartment and condominium units, realization of land and building tax on apartment and condominium and realization of land and building tax from rural and urban sector in 2008-2011. This research is using descriptive analysis method. Overall, the research conclusion can be summarized as follows. First, the differentiation of the calculation of land and building tax on apartment and condominium located in Non-Taxable Sales Value of Tax Object that is Rp. 12.000.000 and Rp. 15.000.000 and also the calculalation rate that is single rate 0,5% and progressive rate with the maximum rate 0,3%. Second, during 2008-2011, the revenue contribution of land and building tax on apartment and condominium contribute about 6% until 11% to the overall revenue of land and building tax from rural and urban in DKI Jakarta. Keywords: Land and Building Tax of Apartment and Condominium, Strata Title, Proportional Comparison Value. PENDAHULUAN pendapatan negara yang terbesar yang mana dengan hasil kontribusi tersebut dapat membantu kegiatan perekonomian dan pembangunan di suatu negara. Selain itu, pajak juga sangat berkaitan erat dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan Pajak dapat dikatakan sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan bila dikaitkan dengan penerimaan suatu negara. Hal tersebut tercermin dengan pajak sebagai salah satu sumber 11 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 oleh masyarakat dari suatu negara termasuk, Indonesia. PBB Perdesaan dan Perkotaan pada awalnya adalah merupakan pajak pusat atau pajak yang dipungut oleh pihak pemerintah pusat. Namun, PBB Pedesaan dan Perkotaan (P2) akhirnya ditetapkan menjadi pajak daerah berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Pengalihan kewenangan atas pemungutan PBB Pedesaan dan Perkotaan dari pusat menjadi daerah ini sebenarnya berkaitan dengan peningkatan peran otonomi daerah yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah yang mana otonomi daerah tersebut telah diatur di dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah. PBB adalah pajak dengan kontribusi terbesar untuk sumber pendapatan Negara. Hal tersebut tercermin secara jelas dengan banyaknya jumlah bangunan yang ada di Indonesia seperti bangunan kantor, ruko, mall, perumahan, apartemen dan bahkan rumah susun. Apartemen merupakan salah satu alternatif yang banyak dipilih oleh para masyarakat sebagai tempat tinggal khususnya bagi para masyarakat yang tinggal di Jakarta sehingga menyebabkan jumlah bangunan apartemen di Jakarta meningkat dengan sangat pesat seiring dengan meningkatnya kebutuhan para masyarakat akan tempat tinggal yang praktis. Apartemen dan rumah susun sendiri sebenarnya hampir sama hanya perbedaannya adalah bahwa apartemen memiliki fasilitas yang jauh lebih lengkap dan lebih ditujukan untuk kalangan 12 November 2012 menengah ke atas dan kalangan atas. Sedangkan, untuk rumah susun yang merupakan program pemerintah lebih ditujukan kepada kalangan menengah dan kalangan menengah ke bawah. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui (1) perbedaan perhitungan antara PBB apartemen dan PBB rumah susun tahun 2008-2011; (2) tata cara perhitungan dan pemungutan PBB di apartemen X tahun 20082011; (3) tata cara perhitungan dan pemungutan PBB di rumah susun Y tahun 2008-2011; (4) kontribusi PBB apartemen dan PBB rumah susun terhadap seluruh penerimaan PBBP2 di DKI Jakarta periode tahun 2008-2011; (5) kendala dan upaya yang dihadapi dan dilakukan dalam rangka optimalisasi PBB apartemen dan PBB rumah susun di DKI Jakarta KERANGKA TEORITIS PBB Atas Apartemen dan PBB Atas Rumah Susun Bangunan seperti rumah susun, apartemen, pusat perbelanjaan, dan lain-lain biasanya menerapkan strata title. Dalam bangunan tersebut, ada bagian yang menjadi hak milik masing-masing individu dan adapula yang menjadi hak milik bersama. Ada 3 hal penting yang berkaitan dengan rumah susun/apartemen yang terdapat di dalam UU RI No. 20 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun yaitu: 1. Bagian Bersama, yaitu bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuansatuan rumah susun. ISSN: 1410 -9875 2. Benda Bersama, yaitu benda yang bukan merupakan bagian rumah susun, tetapi dimiliki bersama secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama. 3. Tanah Bersama, yaitu sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara tidak terpisah yang di atasnya berdiri rumah susun dengan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin bangunan. Perhitungan NJOP Untuk Bangunan Strata Title Pemilikan bangunan yang menerapkan konsep strata title didasarkan pada pemilikan atas tanah bersama, benda bersama dan bagian bersama. Atas dasar adanya objek yang dimanfaatkan secara bersama-sama itulah yang membuat luas tanah dan bangunan yang dimanfaatkan bersama harus dibagi secara proporsional kepada masing-masing penghuni selaku Wajib Pajak. Perhitungan PBB Terutang untuk apartemen/bangunan strata title lainnya adalah sebagai berikut: 1. Hitung Nilai Perbandingan Proposional (NPP) Unit Apartemen dengan rumus sebagai berikut: NPP = (LSn x 100%) ÷ T LSn Keterangan: LSn : Luas Satuan Unit Apartemen T LSn : Total Luas Seluruh Unit Apartemen 2. Hitung Luas Bumi (Tanah) Proporsional dengan rumus sebagai berikut: NPP x Luas Bumi (Tanah) Bersama Ivan Kanel 3. Hitung Luas Bangunan Proporsional dengan rumus sebagai berikut: NPP x Total Luas Bangunan Bersama Luas Bangunan Bersama = Total Luas bangunan – Total Luas bangunan Seluruh Unit Apartemen 4. Hitung NJOP a. NJOP Bumi Bersama= Luas Bumi Proporsional x NJOP Tanah b. NJOP Bangunan Bersama = Luas Bangunan Proporsional x NJOP Bangunan c. NJOP Bangunan = Luas Unit Apartemen x NJOP Bangunan 5. Ketiga NJOP tersebut kemudian dijumlahkan untuk memperoleh NJOP Total sebagai Dasar Pengenaan Pajak. 2.2.2 Tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan a. Tarif 0,01% (nol koma nol satu persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan kurang dari Rp.200.000.000,(dua ratus juta rupiah); b. Tarif 0,1% (nol koma satu persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp.200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sampai dengan kurang dari Rp.2.000.000.000. (dua miliar rupiah); c. Tarif 0,2% (nol koma dua persen) untuk Nilai Jual Objek Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp.2.000.000.000.- (dua miliar rupiah) sampai dengan kurang dari Rp.10.000.000.000.(sepuluh miliar rupiah); d. Tarif 0,3% (nol koma tiga persen) untuk Nilai Jual Objek 13 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Pajak Tanah dan/atau Bangunan Rp.10.000.000.000,(sepuluh miliar rupiah) atau lebih. Perhitungan PBB Besarnya pokok Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan dasar pengenaan pajak setelah dikurangi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Berdasarkan PERGUB No. 201 Tahun 2012 Pasal 2 ditetapkan bahwa NJOPTKP adalah sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah) untuk setiap wajib pajak. PBB Terutang = Tarif x (NJOP – NJOPTKP) METODA PENELITIAN Objek penelitian dalam penelitian ini adalah Apartemen X yang terletak di daerah Mangga Dua, Rumah Susun Y yang terletak di daerah Kemayoran, Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta yang beralamat di Jalan Abdul Muis No. 66, Jakarta. Metode Analisis Data: 1. Melihat SPOP dan SPPT dari masing-masing apartemen dan rumah susun. Setelah itu, kita akan mengetahui berapa luas bumi/tanah, luas bangunan total, luas bangunan seluruh unit. 2. Setelah data-data yang ada diatas diperoleh maka dilakukan perhitungan NPP (Nilai Perbandingan Proporsional) yang mana merupakan dasar dalam menentukan NJOP per unit untuk masing-masing tipe apartemen atau rumah susun. 14 November 2012 3. Setelah tahapan kedua selesai maka dapat dilakukan perhitungan PBB terutang untuk masing-masing tipe dari apartemen dan rumah susun yang menjadi objek penelitan. 4. Melakukan perhitungan kontribusi atas data-data yang diperoleh dari Dinas Pelayanan Pajak (DPP) selama periode tahun 2008-2011 terkait dengan penerimaan PBB atas apartemen dan rumah susun terhadap PBBP2 di DKI Jakarta. HASIL PENELITIAN Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta Dinas Pelayanan Pajak (DPP) yang dulunya adalah Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) merupakan suatu badan atau organisasi yang didirikan oleh pemerintah sebagai suatu alat bantu bagi pihak pemerintah dalam rangka menjalankan tugas, hak, dan kewajiban di bidang perpajakan. Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta sendiri berlokasi di Jalan Abdul Muis No. 66, Jakarta Pusat. Apartemen X Apartemen X merupakan salah satu bagian dari objek penelitian yandipilih oleh penulis sebagai bagian dari penelitian ini yang mana apartemen X ini sendiri berlokasi di daerah Mangga Dua, Jakarta Pusat. Rumah Susun Y Rumah Susun Y merupakan objek penelitian terakhir yang dipilih oleh penulis setelah sebelumnya penulis telah memilih ISSN: 1410 -9875 Ivan Kanel Dinas Pelayanan Pajak (DPP) DKI Jakarta dan Apartemen X. Perbedaan Perhitungan antara PBB Apartemen dan PBB Rumah Susun Periode 2008-2011 Perhitungan PBB yang terutang bagi masing-masing unit apartemen dan rumah susun samasama menggunakan sistem Strata Title namun, ada sedikit perbedaan yang membedakan antara perhitungan PBB untuk Apartemen dan Rumah Susun yaitu dari sisi Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP). Untuk perhitungan PBB atas Apartemen NJOPTKP nilainya nol atau tidak mendapat pengurangan dari NJOPTKP. Sedangkan, untuk perhitungan PBB atas Rumah Susun, NJOP sebagai dasar pengenaan PBB mendapat pengurangan dari NJOPTKP. Terjadinya perbedaan pengurangan NJOPTKP tersebut adalah berdasarkan faktor kepemilikan lebih dari satu objek pajak yang dimiliki oleh masingmasing pemilik unit baik apartemen maupun rumah susun. Seperti yang tertera pada Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 201 Tahun 2012 mengenai pemberian pengurangan NJOPTKP yang hanya diberikan kepada satu objek pajak saja. Selain itu, pada tahun 2011 terjadi peralihan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari pusat ke daerah yang menyebakan adanya sedikit perubahan mengenai peraturan yang mengatur mengenai Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Bila sebelumnya, PBB-P2 diatur di dalam UU PBB No. 12 Tahun 1994 yang mana sekarang diatur dalam Peraturan Daerah (PERDA) Provinsi DKI Jakarta No. 16 Tahun 2011. Peralihan tersebut menyebabkan terjadinya pemecahan sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) antara yang dikuasai dan dikelola oleh pusat dan yang dikuasai serta dikelola oleh daerah. Sektor Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang dikuasai oleh pusat menjadi hanya tiga sektor yang mana dulunya ada lima sektor yaitu terdiri dari sektor perhutanan, sektor perkebunan dan juga sektor pertambangan. Sedangkan, sektor perdesaan dan sektor perkotaan secara penuh menjadi milik daerah. Tabel 1 Perbedaan UU PBB No. 12 Tahun 1994 dan PERDA No. 16 Tahun 2011 Dari Segi Perhitungan dan Tarif Pajak Materi UU PBB No. 12 Tahun 1994 PERDA No. 16 Tahun 2011 Tarif Tunggal: 0,5% Tarif: a. 0,01% untuk NJOP Tanah dan/atau Bangunan kurang dari Rp. 200.000.000. b. 0,1% untuk NJOP Tanah dan/atau Bangunan Rp. 200.000.000 sampai dengan kurang dari Rp. 2.000.000.000. 1. Tarif 15 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Materi UU PBB No. 12 Tahun 1994 November 2012 PERDA No. 16 Tahun 2011 c. 0,2% untuk NJOP Tanah dan/atau Bangunan Rp. 2.000.000.000 sampai dengan kurang dari Rp. 10.000.000.000. d. 0,3% untuk NJOP Tanah dan/atau Bangunan Rp. 10.000.000.000 atau lebih. 2. NJKP a. NJOP-nya < Rp. 1.000.000.000 adalah 20% b. NJOP‐nya ≥ Rp. 1.000.000.000 adalah 40% 3. NJOPTKP Rp. 12.000.000 4. PBB Terutang Tidak Ada Rp. 15.000.000 Tarif x NJKP Tarif x (NJOP – NJOPTKP) Tata Cara Perhitungan dan Pemungutan PBB di Apartemen X Tahun 20082010 Luas Bumi : 9.003 m2 Luas Bangunan Total : 31.635 m2 Luas Bangunan Seluruh Unit : 23.388 m2 Luas Bangunan Bersama : 8.247 m2 (31.635 m2 – 23.388 m2) Tabel 2 Nilai Perbandingan Proporsional untuk Tipe 140m2 dan 240m2 Tipe Apartemen Nilai Perbandingan Proporsional (NPP) 2 140m = 140 m2/23.388 m2 x 100% = 0,59859% 2 240m = 240 m2/23.388 m2 x 100% = 1,02616% Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis Tabel 3 Luas Bumi Bersama dan Bangunan Bersama untuk Tipe 140m2 dan 240m2 Tipe Apartemen NPP (%) (1) Luas Bumi/ Tanah (M2) (2) 140m2 0,59859 9.003 240m2 1,02616 9.003 Luas Bumi Bersama (M2) (1) x (2) 53,89 (Dibulatkan menjadi 54) 92,38 (Dibulatkan menjadi 92) Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis 16 Total Luas Bangunan Bersama (M2) (3) 8.247 8.247 Luas Bangunan Bersama (M2) (1) x (3) 49,36 (Dibulatkan menjadi 49) 84,62 (Dibulatkan menjadi 85) ISSN: 1410 -9875 Ivan Kanel Tabel 4 Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan di Apartemen X Periode 2008-2011 Tahun 2008 2009 2010 – 2011 Kelas B39 039 037 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Bumi Bangunan NJOP (Rp) Kelas NJOP (Rp) 9.645.000 B15 3.625.000 9.645.000 015 3.625.000 11.305.000 015 3.625.000 Sumber: SPPT Pribadi milik Pemilik Unit Apartemen X Perhitungan PBB atas Apartemen X Tahun 2010-2011 Tabel 5 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010-2011 atas Apartemen X dengan tipe 140m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 140 54 49 Kelas (3) B15 B39 B15 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 3.625.000 9.645.000 3.625.000 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 507.500.000 520.830.000 177.625.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 140m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 1.205.955.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 0 NJOP untuk penghitungan PBB = 1.205.955.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 1.205.955.000 = 482.382.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 482.382.000 = 2.411.910 Tabel 6 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010-2011 atas Apartemen 240m2 NJOP Per M2 Objek Pajak Luas (M2) Kelas (Rp) (1) (2) (3) (4) Bumi 0 0 Bangunan 240 B15 3.625.000 Bumi Bersama 92 B39 9.645.000 Bangunan Bersama 85 B15 3.625.000 X dengan tipe Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 870.000.000 887.340.000 308.125.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 240m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 2.065.465.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 0 NJOP untuk penghitungan PBB = 2.065.465.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 2.065.465.000 = 826.186.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 826.186.000 = 4.130.930 17 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Perhitungan PBB atas Apartemen X Tahun 2011 Tabel 7 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2012 atas Apartemen X dengan tipe 140m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 140 54 49 Kelas (3) 015 037 015 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 3.625.000 11.305.000 3.625.000 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 507.500.000 610.470.000 177.625.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 140m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 1.295.595.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) =0 NJOP untuk penghitungan PBB = 1.295.595.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 1.295.595.000 = 518.238.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 518.238.000 = 2.591.190 Tabel 8 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2012 atas Apartemen X dengan tipe 240m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 240 92 85 Kelas (3) 015 037 015 NJOP Per M2 Total NJOP (Rp) (Rp) (4) (2) x (4) 0 0 3.625.000 870.000.000 11.305.000 1.040.060.000 3.625.000 308.125.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 240m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 2.218.185.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 0 NJOP untuk penghitungan PBB = 2.218.185.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 40% x 2.218.185.000 = 887.274.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 887.274.000 = 4.436.370 Perhitungan PBB atas Apartemen X Tahun 2011 Tabel 9 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Apartemen X dengan tipe 140m2 NJOP Per M2 Total NJOP Objek Pajak Luas (M2) Kelas (Rp) (Rp) (1) (2) (3) (4) (2) x (4) Bumi 0 0 0 Bangunan 140 015 3.625.000 507.500.000 Bumi Bersama 54 037 11.305.000 610.470.000 Bangunan Bersama 49 015 3.625.000 177.625.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 140m2 18 ISSN: 1410 -9875 Ivan Kanel NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2 = 1.295.595.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 0 NJOP untuk penghitungan PBB-P2 = 1.295.595.000 PBB-P2 yang Terhutang 0,1% x 1.295.595.000 = 1.295.595 Tabel 10 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Apartemen X dengan tipe 240m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 240 92 85 Kelas (3) 015 037 015 NJOP Per M2 Total NJOP (Rp) (Rp) (4) (2) x (4) 0 0 3.625.000 870.000.000 11.305.000 1.040.060.000 3.625.000 308.125.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Apartemen Tipe 240m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2 = 2.218.185.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 0 NJOP untuk penghitungan PBB-P2 = 2.218.185.000 PBB-P2 yang Terhutang 0,2% x 2.218.185.000 = 4.436.370 Tata Cara Pemungutan PBB di Apartemen X Tahun 2008-2011 Untuk tahun 2009-2011, pihak yang melakukan pemungutan pajak di Apartemen X adalah pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Jakarta Sawah Besar Satu. Sedangkan, untuk tahun 2011, pihak yang melakukan pemungutan pajak di Apartemen X adalah Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) Sawah Besar. Untuk SPPT PBB-P2 dengan objek pajaknya berupa Apartemen maka, pendistribusian SPPT PBB-P2 nya tidak secara langsung diberikan kepada masingmasing wajib pajaknya tapi melalui melalui Kecamatan terlebih dahulu yaitu Kecamatan Sawah Besar baru setelah itu diberikan kepada Kelurahan yaitu Kelurahan Mangga Dua Selatan. Setelah itu, pihak Kelurahan Mangga Dua Selatan akan menyerahkan SPPT tersebut kepada pengelola dari apartemen X tersebut dan akhirnya, pihak pengelola mendistribusikan SPPT yang diperoleh dari kelurahan tersebut ke masing-masing pemilik dari unit apartemen X yang bersangkutan. Tata Cara Perhitungan dan Pemungutan PBB di Rumah Susun Y Tahun 2008-2011 Luas Bumi : 13.670 m2 Luas Bangunan Total : 13.758 m2 Luas Bangunan Seluruh Unit : 11.982 m2 Luas Bangunan Bersama : 1.776 m2 (13.670 m2 – 11.982 m2) 19 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Tabel 11 Nilai Perbandingan Proporsional untuk Tipe 36m2 dan 42m2 Tipe Rumah Susun 36m2 42m2 Nilai Perbandingan Proporsional (NPP) = 36 m2/11.982 m2 x 100% = 0,30045% = 42 m2/11.982 m2 x 100% = 0,35052% Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis Tabel 12 Luas Bumi Bersama dan Bangunan Bersama untuk Tipe Rumah Susun 36m2 dan 42m2 Tipe Rumah Susun NPP (%) (1) Luas Bumi/ Tanah (M2) (2) 36m2 0,30045 13.670 42m2 0,35052 13.670 Luas Bumi Bersama (M2) (1) x (2) Total Luas Bangunan Bersama (M2) (3) 41,07 (Dibulatkan menjadi 41) 47,91 (Dibulatkan menjadi 48) 1.776 1.776 Luas Bangunan Bersama (M2) (1) x (3) 5,33 (Dibulatkan menjadi 5) 6,22 (Dibulatkan menjadi 6) Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis Tabel 13 Klasifikasi NJOP Bumi dan Bangunan di Rumah Susun Y Periode 2008-2011 Objek Pajak Bumi dan Bangunan Tahun Bumi Bangunan Kelas NJOP (Rp) Kelas NJOP (Rp) 2008 B50 3.375.000 A04 700.000 2009 - 2011 049 3.745.000 024 700.000 Sumber: SPPT Pribadi milik Pemilik Unit Rumah Susun Y Perhitungan PBB atas Rumah Susun Y Tahun 2010 Tabel 14 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010 atas Rumah Susun Y dengan tipe 36m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 36 41 5 Kelas (3) A04 B50 A04 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 700.000 3.375.000 700.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 36m2 20 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 25.200.000 138.375.000 3.500.000 ISSN: 1410 -9875 Ivan Kanel NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 167.075.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB = 155.075.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 155.075.000 = 31.015.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 31.015.000 = 155.075 Tabel 15 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010 atas Rumah Susun Y dengan tipe 42m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 42 48 6 Kelas (3) A04 B50 A04 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 700.000 3.375.000 700.000 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 29.400.000 162.000.000 4.200.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 42m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 195.600.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB = 183.600.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 183.600.000 = 36.720.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 36.720.000 = 183.600 Perhitungan PBB atas Rumah Susun Y Tahun 2011-2012 Tabel 16 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011-2012 atas Rumah Susun Y dengan tipe 36m2 NJOP Per M2 Total NJOP Objek Pajak Luas (M2) Kelas (Rp) (Rp) (1) (2) (3) (4) (2) x (4) Bumi 0 0 0 Bangunan 36 024 700.000 25.200.000 Bumi Bersama 41 049 3.745.000 153.545.000 Bangunan Bersama 5 024 700.000 3.500.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 36m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 182.245.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB = 170.245.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 170.245.000 = 34.049.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 34.049.000 = 170.245 21 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Tabel 17 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2010-2011 atas Rumah Susun Y dengan tipe 42m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 42 48 6 Kelas (3) 024 049 024 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 700.000 3.745.000 700.000 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 29.400.000 179.760.000 4.200.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 42m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB = 213.360.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 12.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB = 201.360.000 NJKP (Nilai Jual Kena Pajak) 20% x 201.360.000 = 40.272.000 PBB yang Terhutang 0,5% x 40.272.000 = 201.360 Perhitungan PBB atas Rumah Susun Y Tahun 2011 Tabel 18 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Rumah Susun Y dengan tipe 36m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 36 41 5 Kelas (3) 024 049 024 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 700.000 3.745.000 700.000 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 25.200.000 153.545.000 3.500.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 36m2 NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) NJOP untuk penghitungan PBB-P2 PBB-P2 yang Terhutang 0,01% x 167.245.000 = 182.245.000 = 15.000.000 = 167.245.000 = 16.725 Tabel 19 Perhitungan PBB Terhutang Tahun 2011 atas Rumah Susun Y dengan tipe 42m2 Objek Pajak (1) Bumi Bangunan Bumi Bersama Bangunan Bersama Luas (M2) (2) 0 42 48 6 Kelas (3) 024 049 024 NJOP Per M2 (Rp) (4) 0 700.000 3.745.000 700.000 Sumber: SPPT Pribadi Pemilik Unit Rumah Susun Tipe 42m2 22 Total NJOP (Rp) (2) x (4) 0 29.400.000 179.760.000 4.200.000 ISSN: 1410 -9875 Ivan Kanel NJOP Sebagai dasar pengenaan PBB-P2 = 213.360.000 NJOPTKP (NJOP Tidak Kena Pajak) = 15.000.000 NJOP untuk penghitungan PBB-P2 = 198.360.000 PBB-P2 yang Terhutang 0,01% x 198.360.000 = Tata Cara Pemungutan PBB di Rumah Susun Y Tahun 2008-2011 Untuk tahun 2010-2012, pihak yang melakukan pemungutan pajak di Rumah Susun Y adalah pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Jakarta Kemayoran. Sedangkan, untuk tahun 2011, pihak yang melakukan pemungutan pajak di Rumah Susun Y adalah Unit Pelayanan Pajak Daerah (UPPD) Kemayoran. Untuk SPPT PBB-P2 dengan objek pajaknya berupa Rumah Susun maka, pendistribusian SPPT PBB-P2 nya tidak secara langsung atau tidak langsung diberikan kepada masing-masing 19.836 wajib pajaknya tapi melalui Kecamatan terlebih dahulu yaitu melalui Kecamatan Kemayoran baru setelah itu diberikan kepada pihak Kelurahan yaitu Kelurahan Kebon Kosong. Setelah itu, pihak Kelurahan Kebon Kosong akan memberikan SPPT tersebut kepada masing-masing RW di wilayah tersebut. Kemudian, setelah SPPT tersebut ada di tangan pihak RW, barulah pihak RW memberikan SPPT tersebut kepada pihak RT untuk nantinya dibagikan kepada masingmasing wajib pajak yang menjadi bagian dari RT tersebut. Kontribusi PBB Apartemen dan PBB Rumah Susun Terhadap Seluruh Penerimaan PBB-P2 di DKI Jakarta Tahun 2008-2011 Tabel 20 Kontribusi PBB Apartemen dan PBB Rumah Susun Terhadap PBB-P2 di DKI Jakarta Tahun 2008-2011 Tahun Kontribusi (%) 2008 = 165.482.204.223/2.40 3.980.096.440 = 6,88 2009 = 229.471.479.044/2.63 7.969.068.142 = 8,69 2010 = 251.356.312.017/2.74 7.149.072.295 = 9,14 2011 = 403.828.762.905/3.42 4.830.124.461 = 11,79 Sumber: Data dikelola sendiri oleh penulis Kendala yang dihadapi dalam rangka optimalisasi PBB atas Apartemen dan Rumah Susun di DKI Jakarta 1. Wajib Pajak yang susah untuk ditemui 2. Tanah atau Bangunan merupakan hasil sengketa 23 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 3. Wajib Pajak tidak mau membayar pajak 4. PBB terlalu tinggi 5. Sumber Daya Manusia yang minim (SDM) Upaya yang dilakukan dalam rangka optimalisasi PBB atas Apartemen dan Rumah Susun di DKI Jakarta 1. Melaksanakan “Pekan Panutan PBB” 2. Melaksanakan acara “Jemput Bola” PENUTUP Adanya perbedaan perhitungan PBB atas Apartemen dan Rumah Susun di tahun 20082011 dikarenakan adanya perubahan peraturan yang digunakan yang mana di tahun 2008-2010 menggunakan UU No. 12 Tahun 1994 sedangkan, di tahun 2011 menggunakan PERDA No. 16 Tahun 2011. Perubahan peraturan tersebut terjadi dikarenakan terjadinya peralihan PBB sektor perdesaan dan perkotaan yang sebelumnya dipegang oleh pusat dan sekarang dipegang oleh daerah. Tarif PBB pada saat UU No. 12 Tahun 1994 adalah tarif tunggal sebesar 0,5% sedangkan, pada saat PERDA No. 16 tahun 2012 adalah tarif progresif dengan empat lapisan utama dengan tarif paling tinggi adalah sebesar 0,3%. NJOPTKP pada tahun 2008-2010 adalah sebesar Rp. 12.000.000 dan Rp. 15.000.000 untuk tahun 2011. Selain itu, untuk pengurangan NJOPTKP hanya dapat diberikan kepada satu objek pajak saja. Jadi, apabila seorang WP memiliki lebih dari satu objek pajak maka, hanya 24 November 2012 satu objek pajaknya saja yang mendapat pengurangan NJOPTKP. Penerapan tarif yang baru bagi pemilik unit dari Apartemen X sangatlah menguntungkan dikarenakan pemilik unit dari tipe 140, 150, 180, dan 185 yang biasanya berada di lapisan 0,2% (40% x 0,5%) dengan tarif yang lama menjadi berada di lapisan 0,1% karena NJOP Bumi dan/atau Bangunannya adalah Rp. 200.000.000 sampai dengan kurang dari Rp. 2.000.000.000. Tidak semua pihak dari pemilik unit atas apartemen X memperoleh keuntungan atas penerapan tariff yang baru tersebut yaitu pemilik dari tipe 240, 290, dan 608 dikarenakan berada pada lapisan yang sama yaitu sebesar 0,2% baik dengan menggunakan lapisan tarif yang lama maupun yang baru. Selain itu, dalam menghitung PBB yang terhutang tidaklah mendapat pengurangan NJOPTKP dikarenakan masing-masing dari pemilik unit atas apartemen X memiliki lebih dari satu objek pajak. Sistem pemungutan PBB tahun 2008-2011 di Apartemen X juga masih menggunakan Official Assessment System. Proses Pendistribusian SPPT di Apartemen X adalah dari KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Satu (2008-2010)/ UPPD Sawah Besar, Kecamatan Sawah Besar, Kelurahan Mangga Dua Selatan, Pihak Pengelola Apartemen X dan baru setelah itu diterima oleh masing-masing pemilik unit dari Apartemen X tersebut. Penerapan tarif yang baru bagi pemilik unit dari rumah Susun Y sangatlah menguntungkan dikarenakan hanya perlu membayar kurang lebih sekitar Rp. 20.000 untuk masing-masing pemilik unit ISSN: 1410 -9875 bila dibandingkan dengan menggunakan tarif yang lama dengan pembayaran kurang lebih sekitar Rp. 200.000 untuk masingmasing pemilik unit. Selain itu, adanya pengurangan NJOPTKP dalam menghitung PBB terhutang bagi masing-masing pemilik unit dikarenakan hanya memiliki satu objek pajak saja. Sistem pemungutan PBB tahun 2008-2011 di Rumah Susun Y juga masih menggunakan Official Assessment System. Proses Pendistribusian SPPT di Rumah Susun Y adalah dari KPP Pratama Jakarta Kemayoran / UPPD Kemayoran (2011), Kecamatan Kemayoran, Kelurahan Kebon Kosong, Ketua RW dari Rumah Susun Y, Ketua RT dari Rumah Susun Y dan baru setelah itu diterima oleh masing-masing pemilik unit dari Rumah Susun Y tersebut. Pada tahun 2008, PBB atas Apartemen dan Rumah Susun Ivan Kanel berkontribusi sebanyak 6,88% dari keseluruhan penerimaan PBB atas Sektor Perdesaan dan Perkotaan di DKI Jakarta. Untuk tahun 2011, PBB atas Apartemen dan Rumah Susun berkontribusi sebanyak 8,69% dari keseluruhan penerimaan PBB atas Sektor Perdesaan dan Perkotaan di DKI Jakarta. Sedangkan, pada tahun 2010 dan 2011, PBB atas Apartemen dan Rumah Susun berkontribusi masing-masing sebanyak 9,14% dan 11,79% terhadap keseluruhan penerimaan PBB-P2 di DKI Jakarta. Kurangnya kesadaran Wajib Pajak menjadi salah satu faktor utama penghambat optimalisasi penerimaan PBB-P2 di DKI Jakarta dan pihak fiskus mengadakan banyak acara yang berinteraksi langsung dengan para Wajib Pajak dalam rangka meningkatkan kesadaran para Wajib Pajak tersebut. REFERENSI: Ali, Majdi. 2011. Mekanisme pendataan dan Penilaian Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2). Jakarta: Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. Hartoyo, Harry dan Untung Supardi. 2010. Membedah Pengelolaan Administrasi PBB dan BPHTB Pengalaman di Pemerintah Pusat, Referensi Untuk Implementasi Pajak Daerah . Jakarta: Mitra Wacana Media. Masfita, Vitriana., Agus Suryono dan Ratih Nurpratiwi. 2012. “Perencanaan Pemerintah Kabupaten Kudus Dalam Mempersiapkan Pengalihan Pajak Bumi Dan Bangunan Sektor Perdesaan Dan Perkotaan Sebagai Pajak Daerah”. Jurnal. Volume 15. No. 3. Malang: Universitas Brawijaya. Prawoto. Agus. 2011. Penilaian PBB Perdesaan dan Perkotaan, Yogyakarta: BPFE. Resmi, Siti. 2012. Perpajakan: Teori dan Kasus Edisi 6-Buku 2. Jakarta: Salemba Empat. Sari, Anggara Yulia. 2010. “Analisis Efektivitas dan Kontribusi Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan Terhadap Pendapatan Daerah di Kota Bandung”. Jurnal. Volume 13. No. 2. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 25 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Siahaan, Marihot. P. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Wahono, Sugeng. 2012. Teori dan Aplikasi Mengurus Pajak Itu Mudah. Jakarta: PT Elex Media Komputindo KOMPAS GRAMEDIA. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Undang-Undang Pajak Lengkap. Jakarta, Mitra Wacana Media, 2012 Peraturan Daerah Kota Bekasi Nomor 02 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan. 26 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 27-40 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA SAHAM PERUSAHAAN DI BURSA EFEK INDONESIA KARTINA NATALYLOVA STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to find out the influence of internal fundamental factors on the stock prices either partially or simultaneously. Internal fundamental factors in this research are current ratio, debt to equity ratio, earning per share, return on asset, dividend payout ratio, sales growth, return on equity, book value per share and price earning ratio. This research used data were taken from non financial companies listed in Indonesia Stock Exchange over the four years from 2007 until 2010. Number of samples in this research consist of 52 companies that meet certain criteria. The sample selected based on purposive sampling method. These sample are tested with multiple regression model. The result of this research shows that return on asset, dividend payout ratio and return on equity have influence to stock prices. Otherwise current ratio, debt to equity ratio, earning per share, sales growth, book value per share and price earning ratio have no influence to stock prices. Keywords: Harga Saham, Current Ratio, Debt to Equity Ratio, Dividend Payout Ratio, Profitability, and Price Earning Ratio. PENDAHULUAN berubah karena beberapa faktor diantaranya, faktor fundamental dan kondisi makro ekonomi suatu Negara. Investor selalu menginginkan return yang tinggi bagi dirinya, sehingga menuntun emiten untuk memberikan kondisi fundamental yang baik pula. Yusi (2011) berpendapat bahwa setiap perusahaan yang menerbitkan saham di pasar modal menginginkan agar harga sahamnya tinggi, karena tingginya harga saham berarti akan semakin tinggi Dewasa kini saham merupakan salah satu alternatif investasi yang sedang gandrungi para investor. Saham memberikan keuntungan yang cukup menarik bagi sebagian besar investor, dimana terdapat dua jenis keuntungan utamanya yaitu dividen dan capital gain. Harga saham sangat dipengaruhi oleh persepsi investor terhadap emiten saham tersebut. Persepsi tersebut dapat 27 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 pula nilai pasar perusahaan. Jika nilai perusahaan tinggi maka akan menunjukkan prospek dan kinerja yang baik di masa depan, hal ini akan menarik minat investor untuk berinvestasi pada saham perusahaan tersebut. Sehingga perusahaan akan mudah untuk berekspansi, tanpa kesulitan menambah modal melalui penerbitan saham baru. Banyak penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham dengan hasil yang tidak konsisten. Hal ini memotivasi peneliti untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga saham. Penelitian ini diharapkan dapat mendukung teori yang ada sebagai generalisasi, serta untuk membantu investor dalam membeli ataupun menjual saham dengan tepat. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Toly (2009). Pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah (1) Penelitian sebelumnya menggunakan empat variabel independen yaitu nilai buku per saham, rasio pembayaran dividen, laba per saham, dan return on asset. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah sembilan variabel yaitu rasio lancar, rasio utang terhadap ekuitas, laba per saham, return on asset, rasio pembayaran dividen, pertumbuhan penjualan, return on equity, nilai buku per saham, dan price earning ratio; (2) sampel yang digunakan pada penelitian sebelumnya adalah perusahaan-perusahaan kategori saham LQ45 periode 2002-2006, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 28 November 2012 perusahaan non keuangan periode 2007-2010. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai: (1) Pengaruh dari rasio lancar terhadap harga saham; (2) Pengaruh dari rasio utang terhadap ekuitas terhadap harga saham; (3) Pengaruh dari laba per saham terhadap harga saham; (4) Pengaruh dari return on asset terhadap harga saham; (5) Pengaruh dari rasio pembayaran dividen terhadap harga saham; (6) Pengaruh dari pertumbuhan penjualan terhadap harga saham; (7) Pengaruh dari return on equity terhadap harga saham; (8) Pengaruh dari nilai buku per saham terhadap harga saham; (9) Pengaruh dari price earning ratio terhadap harga saham. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Keagenan Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) melibatkan orang lain (agen), untuk melakukan beberapa layanan atas nama mereka yang melibatkan pendelegasian sebagian kewenangan pembuatan keputusan kepada agen. Manajer perusahaan adalah agen sedangkan pemegang saham adalah prinsipal. Menurut Jensen dan Meckling (1976), biaya keagenan terdiri dari tiga macam, yaitu biaya monitoring, biaya bonding, dan residual lost. Teori Sinyal Jensen dan Meckling (1976) menyatakan teori sinyal ISSN: 1410 -9875 menunjukkan kecenderungan adanya asimetri informasi antara pemilik perusahaan dan investor. Asimetri informasi dapat terjadi apabila ada salah satu pihak yang mempunyai informasi yang lebih baik. Memberikan sinyal kepada investor merupakan salah satu cara untuk mengurangi asimetri informasi. Susilowati dan Turyanto (2011) mengungkapkan bahwa salah satu sinyal yang dapat diberikan adalah berupa informasi mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik ataupun pihak yang berkepentingan, berupa laporan keuangan. Saham Menurut Weston dan Copeland (1999) mengatakan bahwa saham merupakan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan, selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemiliknya (berapapun porsinya atau jumlahnya) dari suatu perusahaan yang menerbitkan kertas (saham) tersebut. Jenis Saham Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2012) saham secara umum dapat dibedakan menjadi dua yaitu: saham biasa (common stock) yaitu Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior terhadap pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa); dan saham preferen (preferred stock) yaitu saham yang memiliki karakteristik Kartina Natalylova gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena memperoleh pendapatan tetap seperti bunga obligasi tetapi juga bisa tidak mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Harga Saham Selembar saham mempunyai nilai atau harga. Menurut Rinati dan Budiman (2009) harga saham dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: (1) Harga nominal yaitu harga yang tercantum dalam sertifikat saham yang ditetapkan oleh emiten untuk menilai setiap lembar saham yang diterbitkan; (2) Harga perdana yaitu merupakan harga pada waktu harga saham tersebut dicatat di bursa efek; (3) Harga pasar yaitu harga jual dari investor yang satu dengan investor yang lain. Analisis Fundamental dan Teknikal Stella (2009) berpendapat bahwa analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa depan dengan cara (1) mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa depan; dan (2) menerapkan hubungan variabelvariabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Analisa fundamental beranggapan bahwa manusia adalah mahluk rasional. Stella (2009) mengatakan bahwa pemikiran yang mendasari analisa teknikal adalah (1) harga saham mencerminkan informasi yang relevan; (2) informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga diwaktu lalu; dan (3) perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu dan berulang. Dalam analisa teknikal, manusia atau 29 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 investor dianggap sebagai mahluk yang irrasional. Rasio Lancar Rasio lancar merupakan salah satu jenis rasio likuiditas. Menurut Gitman (2011) likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi atau melunasi kewajiban keuangan jangka pendek dengan tepat waktu atau kemampuan perusahaan untuk menyediakan kas atau setara kas. Gitman (2011) mengatakan bahwa perusahaan yang memiliki likuiditas yang baik maka memungkinkan pembayaran dividen dengan lebih baik pula. Ha1 : Rasio lancar mempunyai pengaruh terhadap harga saham Rasio Utang terhadap Ekuitas Stella (2009) mengatakan bahwa semakin tinggi rasio utang terhadap ekuitas maka semakin tinggi ketergantungan permodalan perusahaan terhadap pihak luar sehingga beban perusahaan juga semakin berat. Dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan melalui penggunaan utang terdapat keuntungan dan kerugian yang merupakan risiko penggunaan utang. Dengan kata lain, rasio ini berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Ha2 : Rasio utang terhadap ekuitas mempunyai pengaruh terhadap harga saham Laba per Saham Rusliati dan Prasetyo (2011) mengemukakan EPS meningkat menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor dan mendorongnya untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan. 30 November 2012 Dengan kata lain semakin tinggi laba per saham maka semakin tinggi pula laba yang diperoleh perusahaan. Laba perusahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan nilai perusahaan yang pada akhirnya meningkatnya minat investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Ha3 : Laba per saham mempunyai pengaruh terhadap harga saham Return on Asset Stella (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin efektif dalam memanfaatkan aktiva untuk menghasilkan laba bersih setelah pajak. Hal ini selanjutnya akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor. Peningkatan ini menjadikan perusahaan tersebut makin diminati investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Ha4 : Return on asset mempunyai pengaruh terhadap harga saham Rasio Pembayaran Dividen Rasio pembayaran dividen dapat mempengaruhi nilai dividend per share (DPS). DPS dapat dijadikan sebagai indikator didalam menilai kinerja perusahaan. Rusliati dan Prasetyo (2011) berpendapat dividen yang baik terdapat pada kinerja perusahaan yang baik pula. Posisi ini akan meningkatkan nilai perusahaan yang nantinya dapat terlihat melalui harga saham yang tinggi. Ha5 : Rasio pembayaran dividen mempunyai pengaruh terhadap harga saham ISSN: 1410 -9875 Pertumbuhan Penjualan Deitiana (2011) berpendapat bahwa pertumbuhan penjualan juga mencerminkan naiknya laba suatu perusahaan yang cenderung akan meningkatkan pembayaran dividen. Deitiana (2011) menyimpulkan bahwa pertumbuhan perusahaan merupakan komponen dalam menilai prospek perusahaan pada masa yang akan datang dan dalam manajemen keuangan diukur berdasarkan perubahan total penjualan perusahaan. Ha6 : Pertumbuhan penjualan mempunyai pengaruh terhadap harga saham Return on Equity Yusi (2010) menyatakan bahwa return on equity (ROE) adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan. Pranggana dan Winarno (2012) menyatakan bahwa ROE yang tinggi menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba atau keuntungan bersih yang maksimal, sehingga akan menarik investor untuk berinvestasi lalu permintaan saham akan naik sehingga harga saham akan naik. Ha7 : Return on equity mempunyai pengaruh terhadap harga saham Nilai Buku per Saham Yusi (2011) menyatakan nilai buku per saham merupakan nilai klaim pemilik modal atas aset bersih terhadap suatu perusahaan. Pranggana dan Winarno (2012) berpendapat bahwa nilai buku per saham yang tinggi akan meningkatkan kualitas kinerja dan kualitas suatu perusahaan sehingga Kartina Natalylova investor akan tertarik dan meningkatkan permintaan saham. Dengan meningkatnya permintaan akan saham maka harga saham akan naik. Ha8 : Nilai buku per saham mempunyai pengaruh terhadap harga saham Price Earning Ratio Menurut Gitman (2011) price earning ratio (PER) merupakan salah satu rasio pasar yang dapat digunakan untuk mengukur sejumlah uang yang harus dibayarkan oleh investor untuk setiap satu dollar laba perusahaan. Rasio ini juga digunakan untuk memprediksi kapan atau berapa kali laba yang dihasilkan perusahaan dibandingkan dengan harga sahamnya. Semakin kecil PER suatu saham maka akan semakin baik (Mulia dan Nurdhiana, 2012). : Price earning ratio Ha9 mempunyai pengaruh terhadap harga saham METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, populasi yang digunakan adalah seluruh perusahaan non keuangan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (go public) pada tahun 2009 sampai tahun 2012. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok (company level). Dalam pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode purposive sampling merupakan metode pemilihan sampel dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah 31 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 sebagai berikut: (1) Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2012; (2) Perusahaan yang terdaftar (listed) di BEI dari tahun 2009 sampai tahun 2012; (3) Perusahaan yang secara konsisten membayarkan dividen kas dari tahun 2009 sampai tahun 2012; (4) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya per 31 Desember 2009 sampai 31 Desember 2012; (5) Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah; (6) Perusahaan melaporkan laba setelah pajak selama periode tahun 2009 sampai tahun 2012; (7) Perusahaan yang tidak melakukan stock split pada tahun 2009 hingga tahun 2012. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Harga Saham Pengukuran harga saham dalam penelitian ini dengan menggunakan return saham. Meythi dan Mathilda (2012) menyatakan bahwa return saham merupakan selisih antara harga saham perioda sekarang dengan harga saham perioda sebelumnya dibagi harga saham pada perioda sebelumnya. Skala yang digunakan pada variabel ini adalah skala rasio. Return saham dapat dinyatakan dalam bentuk rumus sebagai berikut: Pt – Pt-1 Rt = Pt-1 Notasi: Rt = Retun total saham pada perioda t Pt = Harga saham perioda t = Harga saham perioda t-1 Pt-1 November 2012 Rasio Lancar Rasio lancar merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan menyediakan kas yang cukup dari aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan. Skala variabel ini adalah skala rasio. Rasio ini dapat dinyatakan dengan rumus: Rasio Lancar= Total Aktiva Lancar Total Liabilitas Lancar Rasio Utang terhadap Ekuitas Stella (2009) menyatakan bahwa rasio utang terhadap ekuitas merupakan perbandingan antara total utang suatu perusahaan baik utang jangka pendek maupun jangka panjang terhadap total shareholder’s equity. Skala variabel ini adalah skala rasio. Rasio ini secara rumus dapat dinyatakan sebagai berikut: Rasio Utang Terhadap Ekuitas= Laba per Saham Menurut Vice dan Lauw (2011), laba per saham merupakan laba bersih setelah pajak dikurang dengan preferen dividen dibagi dengan jumlah saham biasa yang beredar. Skala variabel ini adalah skala rasio. Rumus laba per saham yaitu: Laba per Saham= Laba Bersih Setelah Pajak - Preferen Dividen Total Saham Biasa yang Beredar Return on Asset Stella (2009) mengatakan bahwa return on asset merupakan perbandingan antara laba setelah pajak terhadap total aset. Skala variabel ini adalah skala rasio. Rumus rasio ini adalah: Return on Asset= 32 Total Utang Total Shareholder’s Equity Laba Setelah Pajak Total Aset ISSN: 1410 -9875 Kartina Natalylova Rasio Pembayaran Dividen Menurut Deitiana (2009), rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR) merupakan persentase laba yang dibayarkan secara tunai kepada para pemegang saham. Skala variabel ini adalah skala rasio. Rumus rasio ini adalah: Dividen Kas DPR= Laba Bersih Pertumbuhan Penjualan Menurut Kesuma (2009), pertumbuhan penjualan adalah kenaikan jumlah penjualan dari tahun ke tahun atau dari waktu ke waktu. Skala variabel ini adalah skala rasio. Secara rumus dapat digambarkan sebagai berikut: Pertumbuhan Penjualan= St – St-1 St-1 x 100% Keterangan: = penjualan pada tahun t St St-1 = penjualan pada tahun sebelumnya (t-1) Return on Equity Menurut Rinati dan Budiman (2009) return on equity diukur dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Skala variabel ini adalah skala rasio. Secara rumus dapat dijelaskan sebagai berikut: Laba setelah pajak ROE = Total Modal Nilai Buku per Saham Yusi (2009) menyatakan bahwa nilai buku per saham dapat dihitung dengan membagi total ekuitas saham biasa dengan jumlah lembar saham biasa yang beredar. Skala variabel ini adalah skala rasio. Secara rumus variabel ini dapat digambarkan sebagai berikut: Nilai Buku per Saham = Common Stockholders Equity Number of Shares Outstanding Price Earning Ratio Vice dan Lauw (2011) menyatakan bahwa price earning ratio dapat dihitung dengan cara membagi harga pasar per lembar saham dengan laba per saham. Skala variabel ini adalah skala rasio. Secara rumus variabel ini dapat dijelaskan sebagai berikut: PER � Market Price per share of common stock Earning per share HASIL PENELITIAN Deskripsi Obyek Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 52 perusahaan untuk setiap tahunnya. Prosedur pemilihan sampel dapat dilihat pada tabel 4.1. Statistik Deskriptif Hasil uji statistik deskriptif untuk mengetahui karakteristik dari sampel, dapat dilihat pada tabel 4.2. Pengujian Hipotesis Hasil analisis korelasi pada tabel 4.8 menunjukkan bahwa nilai koefisien korelasi (R) yaitu sebesar 0,319 lebih kecil dari 0,5. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan yang lemah antara variabel independen (rasio lancar, rasio utang terhadap ekuitas, laba per saham, return on asset, rasio pembayaran dividen, pertumbuhan penjualan, return on equity, nilai buku per saham dan price earning 33 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 ratio) dengan variabel dependen (harga saham). Hasil analisis adjusted Rsquare atau koefisien determinasi pada tabel 4.9 menunjukkan nilai 2 adjusted R 0,052. Hal ini berarti menunjukkan bahwa besarnya variasi variabel dependen (harga saham) yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (rasio lancar, rasio utang terhadap ekuitas, laba per saham, return on asset, rasio pembayaran dividen, pertumbuhan penjualan, return on equity, nilai buku per saham dan price earning ratio) dalam penelitian ini adalah sebesar 5,2%, sedangkan variasi sebesar 94,8% sisanya dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak terdapat dalam model penelitian ini. Hasil uji F pada tabel 4.10 menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,036. Nilai ini lebih kecil dari 0,05 yang berarti bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini adalah model fit. Hasil uji t dalam tabel 4.11 diketahui bahwa nilai signifikan variabel rasio lancar 0,282; rasio utang terhadap ekuitas 0,086; laba per saham 0,904; return on asset 0,011; rasio pembayaran dividen 0,023; pertumbuhan penjualan 0,956; return on equity 0,001; nilai buku per saham 0,882; price earning ratio 0,060. Hasilnya ialah Ha4, Ha5 dan Ha7 diterima, sedangkan Ha1, Ha2, Ha3, Ha6, Ha8 dan Ha9 tidak dapat diterima. PENUTUP Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh rasio lancar, 34 November 2012 rasio utang terhadap ekuitas, laba per saham, return on asset, rasio pembayaran dividen, pertumbuhan penjualan, return on equity, nilai buku per saham dan price earning ratio terhadap harga saham pada perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rasio lancar tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Deitiana (2011), Vice dan Lauw (2011) dan Nasir (2009). Rasio utang terhadap ekuitas tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Sussanto dan Nurliana (2009), Subiyantoro dan Andreani (2003) serta Uli dan Sularto (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009), Yusi (2011). Laba per saham tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Pranggana dan Winarno (2012) dan Permana (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Toly (2009), Rusliati dan Prasetyo (2011), Pasaribu (2008), Subiyantoro dan Andreani (2003) serta Vice dan Lauw (2011). Return on asset berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Yusi (2011), Toly (2009), serta Rinati dan Budiman (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Stella (2009), Sussanto dan Nurliana (2009), serta Uli dan Sularto (2009). Rasio pembayaran dividen berpengaruh terhadap harga ISSN: 1410 -9875 saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Toly (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Uli dan Sularto (2009), Sussanto dan Nurliana (2009) dan Yusi (2011). Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kesuma (2009), Deitiana (2011). Return on equity berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Subiyantoro dan Andreani (2003). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Rinati dan Budiman (2009), Permana (2009), Nasir (2009) dan Yusi (2011). Nilai buku per saham tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Nirohito (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Toly (2009), Subiyantoro dan Andreani (2003), Yusi (2011), Uli dan Sularto (2009) serta Sussanto dan Nurliana (2009). Price earning ratio tidak berpengaruh terhadap harga saham. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Kartina Natalylova Anwar (2009). Namun tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Vice dan Lauw (2011), Mulia dan Nurdhiana (2012), serta Pranggana dan Winarno (2012). Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan sebagai berikut: (1) Periode penelitian ini hanya selama empat tahun yaitu dari tahun 2009 sampai tahun 2012, sehingga tidak mencerminkan keadaan perusahaan dalam jangka panjang; (2) Data tidak berdistribusi normal dan terdapat multikolinieritas pada variabel laba per saham, return on asset, return on equity dan nilai buku per saham; heteroskedastisitas pada variabel rasio pembayaran dividen dan return on equity. Berdasarkan keterbatasanketerbatasan yang ditemui selama penelitian ini maka penulis dapat memberikan beberapa rekomendasi kepada peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian dengan topik yang serupa, yaitu: (1) Menambah periode penelitian yaitu lima tahun atau lebih, sehingga dapat lebih mencerminkan keadaan perusahaan dalam jangka panjang; (2) Menambah data penelitian dengan cara menambah periode tahun penelitian atau dengan mengurangi kriteria pemilihan sampel. REFERENSI Anwar, Solichin. 2009. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham Perusahaan Sektor Pembiayaan di BEI Tahun 2007-2008. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009). Darmadji, Tjiptono dan Hendy M. Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia Pendekatan Tanya Jawab. Edisi 3. Penerbit Salemba Empat. 35 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Deitiana, Tita. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan, Pertumbuhan Penjualan dan Dividen terhadap Harga Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April 2011, hlm 57-66. Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2011. Principles of Managerial Finance. Pearson Education. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Hair Jr, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph E. Anderson and Ronald L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. Pearson, Prentice Hall. Hidayat, Widi. 2009. Confirmation Factor Analysis Internal dan Eksternal Keuangan, Free Cash Flow dan Return Saham Perusahaan Manufaktur Go Public di Indonesia. Ekuitas, Vol. 13, No. 2, Juni 2009, hlm 139-156. Husnan, Suad. 2001. Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. Edisi 3. Yogyakarta: UPP UPM YKPM. Iturriaga, Félix J. L., and Juan Antonio Rodriguez-Sanz. 2001. Ownership Structure, Corporate Value and Firm Investment: A Simultaneous Equations Analysis of Spanish Companies. Journal of Management and Governance 5: 179–204. Jensen, Michael C. 1986. Agency Costs of Free Cash Flow, Corporate Finance, and Takeovers. American Economic Review, May 1986, Vol. 76, No. 2, pp. 323-329. Jensen, Michael C. and William H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure.Journal of Financial Economics, October, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360. Kesuma, Ali. 2009. Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal serta Pengaruhnya terhadap Harga Saham Perusahaan Real Estate yang Go Public di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 11, No. 1, Maret 2009, hlm 38-45. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygandt and Warfield. 2011. Intermediate Accounting. IFRS Edition. Volume 2. USA: John Wiley & Sons, Inc. Lestari, Maharani Ika dan Toto Sugiharto. 2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Memengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra Arsitek & Sipil). Vol. 2, 21-22 Agustus 2007. Marlina, Lisa dan Clara Danica. 2009. Analisis Pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, dan Return on Assets terhadap Dividend Payout Ratio. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1, Januari 2009: 1 – 6. Mathilda, Mariana dan Meythi. 2012. Pengaruh Price Earning Ratio dan Price to Book Value terhadap Return Saham Indeks LQ45 (Perioda 2007-2009). Jurnal Akuntansi, Vol. 4, No. 1, Mei 2012, hlm 1-21. Miller, Merton H. and Myron S. Scholes. 1982. Dividends and Taxes: Some Empirical Evidence. The Journal of Political Economy, Vol. 90, No. 6. (Dec., 1982). Mulia, Fredy Hermawan dan Nurdhiana. 2012. Pengaruh Book Value (BV), Price to Book Value (PBV), Earning Per Share (EPS), dan Price Earning Ratio (PER) Terhadap Harga Saham Perusahaan Food and Beverage yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2007–2010. Jurnal Kajian Akuntansi dan Bisnis. 36 ISSN: 1410 -9875 Kartina Natalylova Nasir, M. 2009. Pengukuran Pengaruh Kinerja Perusahaan pada Perubahan Harga Saham. Benefit Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol 13, No. 2, Desember 2009, hlm 77-87. Nirohito, Vernande. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi, Fakultas Ekonomi – Universitas Gunadarma (2009). Nurmalasari, Indah. Analisis Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Emiten LQ45 yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 20052008. Jurnal Akuntansi Universitas Gunadarma. Pasaribu, Rowland Bismark F. 2008. Pengaruh Variabel Fundamental terhadap Harga Saham Perusahaan Go Public di BEI. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol 2, No. 2, Juli 2008, hlm 101-113. Permana, Yogi. 2009. Pengaruh Fundamental Keuangan, Tingkat Bunga dan Tingkat Inflasi Terhadap Pergerakan Harga Saham (Studi Kasus Perusahaan Semen yang Terdaftar di BEI). Jurnal Akuntansi-Universitas Gunadarma, September 2009. Pranggana, Amanda dan Winarno. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Industri Properti dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Manajemen Bisnis Indonesia, Vol. 1, Edisi II. Putri, Imanda F. dan Mohammad Nasir. 2006. Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Dividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 23-26 Agustus 2006. Rinati, Ina dan Budiman. 2009. Effect of Net Profit Margin (NPM), Return on Assets (ROA) and Return on Equity (ROE) to Price in Stock Included in Index LQ45. Gunadarma University. Rusliati, Ellen dan Galih Prasetyo. 2011. Pengaruh Financial Leverage, Earnings per Share, dan Dividend per Share terhadap Harga Saham. Trikonomika, Vol. 10, No. 1, Juni 2011, hlm 31-39. Stella. 2009. Pengaruh Price to Earnings Ratio, Debt to Equity Ratio, Return on Asset dan Price to Book Value terhadap Harga Pasar Saham. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11, No. 2, Agustus 2009, hlm 97-106. Subiyantoro, Edi dan Fransisca Andreani. 2003. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham (Kasus Perusahaan Jasa Perhotelan yang Terdaftar di Pasar ModalIndonesia). Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 5, No. 2, September 2003, hlm 171 – 180. Susilowati, Yeye dan Tri Turyanto. 2011. Reaksi Signal Rasio Profitabilitas dan Rasio Solvabilitas terhadap Return Saham Perusahaan. Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No. 1. Mei 2011, Hal: 17 – 37. Sussanto, Herry dan Dika Nurliana. 2009. Analisis Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik terhadap Harga Saham pada Perusahaan Perdagangan di BEI. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1, April 2009. Tiningrum, Erna. 2012. Pengaruh Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Perusahaan Manufaktur di BEI. PROBANK. 37 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Toly, Agus Arianto. 2009. Analyzing Accounting Ratios as Determinants of The LQ45 Stock Prices Movement in Indonesia Stock Exchange During The Period of 2002-2006. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 11, No. 2, November 2009, hlm 76-87. Uli, Annissa Yunita dan Lana Sularto. 2009. Fundamental dan Risiko Sistematik serta Harga Saham pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi. Jurnal Ekonomi Bisnis, Vol. 14, No. 1, April 2009. Vice, Law Ren Sia dan Lauw Tjun Tjun. 2011. Pengaruh Current Ratio, Earning per Share dan Price Earnings Ratio terhadap Harga Saham. Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 2, November 2011, hlm 136-158. Wardani, Rima A. K. dan Baldric Siregar. 2009. Pengaruh Aliran Kas Bebas terhadap Nilai Pemegang Saham dengan Set Kesempatan Investasi dan Dividen Sebagai Variabel Moderator. Jurnal Akuntansi & Manajemen. Vo. 20, No. 3, Desember 2009. Hal.157-174. Weston, J. Fred dan Thomas E. Copeland. 1999. Manajemen Keuangan. Edisi kedelapan. Jilid 1. Yusi, M. Syahirman. 2011. Faktor Fundamental dan Risiko Sistematik Implikasinya terhadap Harga Saham. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.15, No.1, Januari 2011, hlm 40-48. 38 ISSN: 1410 -9875 Kartina Natalylova Tabel 1 Prosedur Pemilihan Sampel Kriteria Sampel 1 Perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai tahun 2010. 2 Perusahaan yang tidak konsisten terdaftar (listed) di BEI dari tahun 2007 sampai tahun 2010. 3 Perusahaan yang tidak konsisten membayarkan dividen kas. 4 Perusahaan yang tidak konsisten mempublikasikan laporan keuangannya per 31 Desember. 5 Perusahaan yang tidak konsisten mempublikasikan laporan keuangannya dalam mata uang rupiah. 6 Perusahaan yang tidak konsisten melaporkan laba setelah pajak. 7 Perusahaan yang melakukan stock split pada tahun 2007 hingga tahun 2010. Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria sampel Data outlier Total Data yang dijadikan sampel Jumlah Perusahaan 372 Jumlah Data 1488 (85) (340) (210) (840) (3) (12) (11) (44) (2) (8) (9) (36) 52 208 (34) 174 Sumber: data yang dikumpulkan Tabel 2 Hasil Pengolahan Statistik Deskriptif Variabel Minimum Maximum 0,5271 Std. Deviation 0,6629 -0,3927 3,0000 2,4774 1,7368 0,5985 7,9633 0,9588 0,8286 0,1292 5,1724 479,1049 861,3585 4,9300 5303,00 0,1082 0,0650 0,0174 0,3378 0,3393 0,2484 0,0232 1,7183 0,1425 0,2167 -0,2901 0,9496 0,1853 0,0885 0,0220 0,6287 N Mean 17 4 Rasio Lancar 17 4 Rasio Utang 17 terhadap Ekuitas 4 Laba per Saham 17 4 Return on Asset 17 4 Rasio 17 Pembayaran 4 Dividen Pertumbuhan 17 Penjualan 4 Return on Equity 17 Harga Saham 39 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Nilai Buku per Saham Price Earning Ratio 4 17 4 17 4 November 2012 2251,8533 3716,1460 112,2292 25507,6126 11,2607 6,6922 0,1049 39,9290 Sumber: output data SPSS 11.5 Tabel 3 Hasil Uji t Variabel (Constant) Rasio lancar Rasio utang terhadap ekuitas Laba per saham Return on asset Rasio pembayaran dividen Pertumbuhan penjualan Return on equity Nilai buku per saham Price earning ratio Dependent Variable: harga saham Sumber: output data spss 11.5 40 B 0,351 0,040 -0,197 Sig. 0,131 0,282 0,086 2,535 -8,054 -0,528 -0,013 6,167 -6,546 0,016 0,904 0,011 0,023 0,956 0,001 0,882 0,060 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 41-50 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH SERVICE ENCOUNTER, TRUST, RELIABILITY, DAN SATISFACTION TERHADAP LOYALTY KLEMENS WEDANAJI P STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is to analyze the influence of service encounter, trust, reliability, and satisfaction toward loyalty Garuda Indonesia Airlines In Jakarta. This study was also to compare result of the previous research within the research. Data for the study was obtained from the central statistical agency and the ministry of transportation. In this study, the data collection method used was a questionnaire. By respondents are people who use Garuda Indonesia Airlines commute at least 2 times for domestic travel for holiday purposes in the last 1 year and a decision to use the airline Garuda Indonesia as a choice for a vacation. This study uses SPSS 21 as data processing equipment. The research finding can be summarized as follows. First, there are significant service encounter toward Garuda Indonesia airline loyalty. Second, there are significant trust toward Garuda Indonesia loyalty. Third, there are significant reliability toward Garuda Indonesia loyalty. Fourth, there are significant satisfaction toward Garuda Indonesia. And fifth, there are significant service encounter, trust, reliability, and satisfaction toward Garuda Indonesia loyalty. Keywords: Service Encounter, Trust, Reliability, Satisfaction, Loyalty PENDAHULUAN baik maskapai penerbangan milik pemerintah maupun maskapai penerbangan milik swasta. Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan yang dimiliki pemerintah secara penuh yang melayani penerbangan dengan tujuan kota-kota besar di dalam wilayah Indonesia dan juga Kondisi perekonomian Indonesia yang semakin maju dan meningkat pada era saat ini membuat kemajuan yang pesat juga terhadap dunia penerbangan di tanah air. Saat ini cukup banyak maskapai penerbangan yang ada di Indonesia, 41 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 melayani penerbangan dengan tujuan ke luar negeri. Garuda Indonesia memiliki 40 tujuan domestik dan 36 tujuan internasional. Pemilihan Garuda Indonesia sebagai objek dalam penelitian dikarenakan menurut saya Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan Indonesia yang sudah memenuhi standar Internasional dan kualitasnya diakui oleh negaranegara di dunia. Sedangkan untuk harga tiket, maskapai penerbangan Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan yang harganya lebih mahal dibandingkan harga tiket maskapai penerbangan lain dengan tujuan yang sama. Penelitian sebelumnya adalah dari segi objeknya konsumen bank syariah dan berjudul Factors Affecting Customer Loyalty in Islamic Banking : Evidence from Malaysian Banks. Sedangkan variabel yang membedakan adalah pada penelitian sebelumnya terdapat 9 variabel independen (x) dan 1 variabel dependen (y), dimana variabel independen (x) adalah service encounter, social value, service experience, trust, reliability, service dependability, satisfaction, expectation, dan convenience value. Sedangkan variabel dependen (y) adalah loyalty. Penyebaran kuesioner penelitian saya ini dilakukan pada bulan Maret. Secara garis besar, penelitian ini mempunyai tujuan untuk 1). Mengetahui pengaruh service encounter terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 2). Mengetahui pengaruh trust terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 3). Mengetahui pengaruh 42 November 2012 reliability terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 4).Mengetahui pengaruh satisfaction terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 5). Mengetahui pengaruh service encounter, trust, reliability, dan satisfaction secara bersama-sama terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESISI Marketing atau yang biasa kita kenal di dalam bahasa Indonesia sebagai pemasaran, diartikan menurut Kotler and Keller (2012, 27), “Marketing is about identifying and meeting human and social needs”. Jadi dengan marketing atau pemasaran ini, si produsen barang atau jasa dapat memasarkan produknya kepada konsumen. Biasanya di dalam memasarkan produknya, si produsen mempromosikan produknya agar si konsumen mengetahui produk yang dimiliki oleh si produsen, memberikan konsumen pengetahuan mengenai produknya, serta kelebihan produknya dibandingkan produk pesaing. Marketing mempunyai bauran marketing atau yang biasa disebut dengan marketing mix, menurut Lovelock and Wirtz (2011, 44), terdiri dari : 1. Product Elements 2. Place and Time 3. Price and Other Outlays 4. Promotion and Education 5. Process 6. Physical Environment 7. People ISSN: 1410 -9875 Menurut Kotler and Keller (2012, 349), karakteristik dari produk adalah : 1. Daya Tahan dan Wujud (Durability and Tangibility) Berdasarkan daya tahan dan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa. Ditinjau dari aspek daya tahannya, terdapat dua macam barang, yaitu: a. Barang Tidak Tahan Lama (Nondurable Goods) b. Barang Tahan Lama (Durable Goods) 2. Barang konsumen (costumer's goods) Barang konsumen adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan konsumen akhir sendiri (individu dan rumah tangga), bukan untuk tujuan bisnis. Umumnya barang konsumen dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu: a. Convenience Goods b. Shopping Goods c. Specially Goods d. Unsought Goods 3. Barang Industri (Industrial's Goods) Barang industri adalah barang yang dikonsumsi untuk kepentingan bisnis. Umumnya barang industri dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: a. Bahan dan Bagian (Material and Parts) Bahan dan Bagian adalah barang yang dibutuhkan oleh perusahaan manufaktur, yang terbagi di dalam 2 bagian, yaitu : 1. Bahan Mentah 2. Bahan Manufaktur b. Barang Modal (Capital Items) Klemens Wedanaji P Barang modal adalah bahan yang tahan lama yang memfasilitasi pengembangan atau pengelolaan produk jadi. Barang modal terdiri dari 2 grup, yaitu : 1. Instalasi (Installations) 2. Peralatan (Equipment) c. Perlengkapan dan Bisnis Jasa (Supplies and business service) Perlengkapan dan jasa bisnis adalah barang jangka pendek dan layanan yang memfasilitasi pembangunan atau pengelolaan produk jadi. 1. Perlengkapan terdiri dari 2 macam, yaitu perawatan dan perbaikan (cat dan sapu) dan perlengkapan operasional (minyak, batubara, kertas, dan pensil). 2. Bisnis Jasa terdiri dari perawatan dan jasa perbaikan (pembersihan kaca dan perbaikan mesin fotokopi) dan jasa konsultasi bisnis (hukum, konsultan manajemen, dan percetakan). Sedangkan karakteristik dari produk menurut Kotler and Keller (2012, 380), adalah : 1. Tidak berwujud (Intangibility) 2. Tidak dapat dipisahkan (Inseparability) 3. Keragaman (Variability) 4. Tidak tahan lama (Perishability) Jasa sendiri dapat dibedakan menjadi 5 kategori, yaitu : 1. Pure tangible good 2. Tangible good with accompanying service 3. Hybrid 4. Major service with accompanying minor goods and service 5. Pure service 43 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Service Encounter Menurut Lovelock and Wirtz (2011, 67), “Service encounter is a period of time during which a customer interacts directly with a service provider”. Jadi menurut Lovelock and Wirtz, service encounter itu merupakan periode waktu dimana konsumen berinteraksi langsung dengan penyedia jasa, contohnya di dalam maskapai penerbangan Garuda Indonesia adalah konsumen bertemu dengan karyawan maskapai penerbangan Garuda Indonesia pada saat check-in sebelum melakukan penerbangan. Trust Menurut Kotler and Keller (2012, 225), “Trust is the willingness of a firm to rely on a business partner. It depends on a number of interpersonal and interorganizational factor, such as the firm’s perceived competence, integrity, honesty, and benevolence”. Menurut Hosmer (1995), “Trust is not only been recognized as a very important human behavior but also been broadly discussed both in the fields of phychology, sociology, and economics and in the topics of management and marketing practices”. Menurut AS. Hornby (2010, 1449), “Trust is the belief that somebody or something is good, sincere, honest, etc”. Disimpulkan bahwa trust adalah kepercayaan seseorang terhadap suatu merk atau perusahaan dengan harapan dapat memelihara hubungan antara customer dengan perusahaan dalam jangka panjang. 44 November 2012 Reliability Menurut Kotler and Keller, (2012, 352), “Reliability is measure of the probability that a product will not malfunction or fail within a specified time period”. Jadi suatu barang atau jasa dikatakan reliability jika probabilitas ketidakgunaan atau kegagalan barang atau jasa tersebut di dalam berkinerja atau berfungsi itu sangat kecil kemungkinananya. Menurut Aaker and Joachimsthaler dalam Broyles et el (2009), “Reliability is consistency of a brand’s performance over time and from purchase to purchase”. Jadi suatu merek barang atau jasa dianggap reliable bila merek barang atau jasa tersebut berkinerja baik atau memuaskan dari waktu ke waktu dan dari pembelian pertama ke pembelian berikutnya. Produk barang atau jasa tersebut harus dilakukan secara konsisten oleh si penyedia jasa agar konsumen merasa puas dan tidak kecewa dengan si penyedia jasa. Menurut Lovelock and Wirtz (2011, 409), “Reliability is ability to perform the promised service dependably and accurately”. Dengan berkinerja sesuai dengan yang sudah dijanjikan, konsumen akan merasa puas dan tidak kecewa terhadap si penyedia jasa, karena si penyedia jasa dianggap konsisten dengan apa yang telah dijanjikan sebelumnya, dan si konsumen pun akan merasa puas terhadap si penyedia jasa. Satisfaction Menurut Kotler dan Keller (2012, 150), customer satisfaction adalah , ” a person’s feelings of pleasure or disappoinment that result from comparing a product’s ISSN: 1410 -9875 perceived performance (or outcome) to expectations. If the performance falls short of expectation, the customer is dissatisfied. If it matches expectations, the customer is satisfied. If it exceeds expectation, the customer is highly satisfied or delighted.” Jadi nilai utamanya adalah setiap produsen harus dapat memberikan pelayanan dan kualitas yang terbaik untuk barang dan jasa yang diberikan kepada pelanggan. Loyalty Loyalitas Pelanggan memberikan manfaat yang besar bagi suatu perusahaan. Selain melakukan pembelian berulang, mereka akan berupaya membela suatu produk atau perusahaan tertentu dan secara sukarela akan selalu berusaha merekomendasikan kepada orang lain walaupun terdapat pengaruh dari perusahaan pesaing. Komitmen dari pelanggan tersebut sejalan dengan pendapat Kotler dan Keller (2009, 163) mengenai customer loyalty yaitu “a deeply held commitment from the customer to rebuy or repatronize a preffered product or service in the future despite situational influences and marketing effort having the potential to cause switching behaviour.” Menurut Michael R. Salomon (2007, 329) mendefinisikan customer loyalty “ a form of repeat purchasing behaviour reflecting a conscious decision to continue buying the same brand.” Menurut Lovelock dan Wirtz (2011, 338), customer loyalty adalah ” to describe a customer’s willingness to continue patronizing a firm over the long term, preferably on an exclusive basis, Klemens Wedanaji P and recommending the firm’s products to friends and associates.” Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis penelitian ini dapat dirrumuskan sebagai berikut : Ha1 : Terdapat pengaruh service encounter terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta Ha2 : Terdapat pengaruh trust terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta pengaruh Ha3 : Terdapat reliability terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta pengaruh Ha4 : Terdapat satisfaction terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta Ha5 : Terdapat pengaruh service encounter, trust, reliability, dan satisfaction secara bersama-sama terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta METODA PENELITIAN Metode penelitian adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan, mengolah, dan menganalisa data, dilakukan dengan cara ilmiah yang bertujuan untuk memecahkan masalah penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan kausalitas. 45 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Definisi Operasional Variabel Service Encounter Jadi dapat disimpulkan bahwa service encounter itu merupakan periode waktu dimana konsumen berinteraksi langsung dengan penyedia jasa, misalkan konsumen membeli tiket si penyedia jasa di tempat pembelian tiket resmi si penyedia jasa. Trust Disimpulkan bahwa trust adalah kepercayaan seseorang terhadap suatu merk atau perusahaan dengan harapan dapat memelihara hubungan antara customer dengan perusahaan dalam jangka panjang. Reliability Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan reliability adalah konsistensi Variabel Service Encounter 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 46 November 2012 kinerja suatu merek dari waktu ke waktu atau dari satu pembelian ke pembelian lainnya dalam hal kemampuan merek tersebut berfungsi dengan baik sesuai dengan apa yang dijanjikan secara akurat dan dapat diandalkan. Satisfaction Jadi, customer satisfaction dapat didefinisikan sebagai kepuasan yang dirasakan oleh konsumen setelah membeli atau menggunakan produk atau jasa yang dibeli dari si penjual atau produsen. Loyalty Jadi, customer loyalty dapat disimpulkan sebagai komitmen yang mendalam dari individu yang melakukan pembelian berulang mengenai produk dan jasa serta tidak berpindah ke perusahaan lainnya walaupun terdapat pengaruh dari perusahaan lain. Tabel 1 Variabel dan pengukurannya Skala Pengukuran Indikator GIA berkinerja memberikan jasa Likert dengan tepat waktu GIA memberitahukan kepada saya, kapan layanan (jam keberangkatan dan check in) akan dilakukan Staf GIA melayani konsumen dengan cepat Staf GIA selalu bersikap sopan kepada konsumen Staf GIA selalu siap menanggapi permintaan konsumen dengan cepat Saya dapat mempercayai pelayanan staf GIA Saya merasa aman (dari kejahatan) ketika bertransaksi dengan GIA Staf GIA melayani konsumen dengan sopan Staf GIA melayani pelanggan dengan ISSN: 1410 -9875 Klemens Wedanaji P Variabel Trust 1. 2. 3. 4. Reliability 1. 2. 3. 4. Satisfaction 1. 2. Loyalty 3. 1. 2. 3. 4. 5. Indikator dukungan peralatan yang memadai untuk melakukan pekerjaan mereka dengan baik Saya percaya dengan GIA Saya merasa bahwa saya dapat mengandalkan layanan GIA saat ini untuk melayani saya dengan baik Saya mempercayai sistem pembayaran yang baik yang digunakan oleh GIA Saya percaya bahwa GIA tidak akan mencoba untuk menipu saya Saat ini GIA dapat saya andalkan dalam hal melayani kepentingan pelanggan Menggunakan GIA meningkatkan kepercayaan diri saya GIA memberikan saya bantuan yang saya butuhkan untuk menyelesaikan tugas saya dengan efektif GIA memiliki keseluruhan kemampuan yang saya butuhkan Pilihan saya menggunakan GIA adalah keputusan yang bijaksana Menggunakan GIA telah memberikan saya pengalaman yang baik Saya merasa puas dengan GIA Saya mempertimbangkan GIA sebagai pilihan pertama saya Saya akan menggunakan GIA untuk beberapa tahun kedepan Saya akan mengatakan hal-hal yang positif kepada rekan saya mengenai GIA Saya telah merekomendasikan GIA untuk rekan-rekan yang meminta saran saya Saya telah mendorong orang lain untuk menggunakan GIA Skala Pengukuran Likert Likert Likert Likert Source : Factors Affecting Customer Loyalty in Islamic Banking : Evidence from Malaysian Banks and Perceived Value, Service Quality, Corporate Image and Customer Loyalty : Empirical Assesment From Pakistan 47 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Tabel 2 Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 1 Model 1 (Constant) Service Encounter(X1) Unstandardized Coefficient B 0,116 0,515 t Sig 10,024 0,000 a. Predictors: (constant), Service Encounter b. Dependent Variabel: Loyalty (Y) Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014) Tabel 3 Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 2 Model 1 (Constant) Trust(X2) Unstandardized Coefficient B 7,273 0,936 t Sig 11,139 0,000 a. Predictors: (constant), Trust b. Dependent Variabel: Loyalty (Y) Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014) Tabel 4 Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 3 Model 1 (Constant) Reliability(X3) Unstandardized Coefficient B 8,415 0,854 t Sig 10,02 9 0,000 a. Predictor: (Constant), Reliability b. Dependent Variabel: Loyalty (Y) Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014) Tabel 5 Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 4 1 Model (Constant) Satisfaction(X4) Unstandardized Coefficient B 12,356 0,858 a. Predictor: (Constant), Satisfaction b. Dependent Variabel: Loyalty (Y) Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014) 48 t Sig 10,05 5 0,000 ISSN: 1410 -9875 Klemens Wedanaji P Tabel 6 Hasil Uji Regresi Berganda Unstandardized Coefficient 1,067 0,118 0,282 0,355 0,400 Model 1 (Constant) Service Encounter(X1) Trust (X2) Reliability(X3) Satisfaction (X4) a. Predictor: (Constant), service encounter, trust, reliability, dan satisfaction b. Dependent Variabel : Loyalty (Y) Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014) Tabel 7 Hasil Uji Hipotesis 5 Model 1 Regression F 64,870 Sig 0,000 a. Predictor: (Constant), service encounter , trust, reliability, dan satisfaction b. Dependent Variabel : Loyalty (Y) Sumber: Kuesioner yang diolah dengan program SPSS 21 (2014) PENUTUP Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan sebuah model untuk menganalisa pengaruh service encounter, trust, reliability, dan satisfaction terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. Pada bab ini dijelaskan mengenai hasil-hasil yang didapatkan peneliti, dilanjutkan dengan pembahasan kesimpulan mengenai diterima atau tidaknya hipotesis. Pada bagian terakhir disajikan keterbatasan penelitian ini dan saran untuk penelitian selanjutnya. Setelah dilakukan penelitian yang menguji kelima hipotesis yang diajukan pada pembahasan sebelumnya, maka kesimpulan atas kelima hipotesis tersebut adalah sebagai berikut : 1). Hasil pengujian hipotesis ke-1 menunjukan bahwa terdapat pengaruh service encounter terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 2). Hasil pengujian hipotesis ke-2 menunjukan bahwa terdapat pengaruh trust terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 3).Hasil pengujian hipotesis ke-3 menunjukan bahwa terdapat pengaruh reliability terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 4).Hasil pengujian hipotesis ke-4 menunjukan bahwa terdapat pengaruh satisfaction terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta. 5).Hasil pengujian hipotesis ke-5 menunjukkan bahwa terdapat 49 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 pengaruh service encounter, trust, reliability, dan satisfaction terhadap loyalty maskapai penerbangan Garuda Indonesia di Jakarta Total responden pada penelitian ini adalah sebanyak 100 responden dan semua responden adalah pengguna jasa maskapai penerbangan Garuda Indonesia. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, dimana objek penelitian sebelumnya bukan pada pengguna jasa maskapai penerbangan. Oleh karena itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya. Saran yang dapat diusulkan untuk memperbaiki keterbatasan dalam penelitian ini yang dapat digunakan oleh penelitian selanjutnya yaitu: 1). Bagi peneliti berikutnya yang akan melakukan penelitian dengan topik sejenis disarankan hendaknya untuk menggunakan atau menambahkan jumlah sampel dan daerah penyebaran kuesioner. 2). Bagi perusahaan, hendaknya penelitian ini bisa menjadi bahan pertimbangan dalam memprediksi loyalty pelanggan dengan melihat service encounter, trust, reliability, dan satisfaction. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan khususnya tentang pengaruh service encounter, trust, reliability, dan satisfaction terhadap loyalty. 50 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 51-62 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA DETERMINAN AUDIT REPORT LAG PADA PERUSAHAAN PUBLIK DI INDONESIA LIE YUNG YUNG STIE Trisakti [email protected] Abstrak: The development of go public company in Indonesia had significant and rapid progress that resulted in an audit of financial statement will demand an ever increasing. Any company that went public are required to submit financial statement prepared in accordance with accounting standards and audited by a registered public accountant. The objectives of this research is to test and analyze whether firm size, debt to asset ratio, profit/loss, audit opinion, public accountant firms, change of auditors,and going concern opinion. The research is focused on manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and the samples are obtained by purposive sampling method and data were analyzed using multiple regression analysis. There are 84 firms sample selected for the period 2007 until 2010. The conclusion of this research shows that public accountant firms and going concern opinion have influence to audit report lag. While firm size, debt to asset ratio, profit/loss, audit opinion and change of auditors have no influence to audit report lag. Keywords: Audit Report lag, firm size, debt to asset ratio, profit/loss, audit opinion, public accountant firms, change of auditors,and going concern opinion PENDAHULUAN keuangan dan telah diaudit oleh akuntan publik yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Subekti dan Widiyanti 2004). Setelah itu, laporan keuangan yang sudah diaudit akan digunakan oleh pihak-pihak yang yang berkepentingan seperti pemegang saham, kreditur, pemerintah maupun masyarakat untuk mengetahui kinerja perusahaan Perkembangan perusahaanperusahaan gopublikdi Indonesia mengalami kemajuan yang berarti dan pesat sehingga mengakibakan permintaan akan audit laporan keuangan yang semakin meningkat. Setiap perusahaan yang gopublik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar akuntansi 51 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 yang berguna dalam pengambilan keputusan ekonomi. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan paragraf 43 dalam Standar Akuntansi Keuangan per 1 Juli 2009 menyatakan jika terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Ditegaskan juga dalam PSAK No.1 paragraf 38 bahwa manfaat laporan keuangan akan berkurang jika laporan tersebut tidak tersedia tepat pada waktunya. Pemenuhan standar audit yang telah ditetapkan tersebut dapat berdampak pada lamanya penyelesaiann laporan audit, tetapi juga berdampak pada peningkatan kualitas laporan auditnya. Pelaksanaan audit yang semakin sesuai dengan standar memutuhkan waktu yang semakin lama. Sebaliknya, semakin tidak sesuai dengan standar pekerjaan audit semakin pendek waktu yang diperlukan sehingga kedua kondisi ini dapat menimbulkan suatu dilema bagi auditor (Subekti dan Widiyanti 2004). Keterlambatan publikasi laporan keuangan bisa mengindikasikan adanya masalah dalam laporan keuangan emiten sehingga memerlukan waktu yang lebih lama dalam penyelesaian audit.Oleh karena itu, keterlambatan publikasi laporan keuangan sangat merugikan investor karena dapat meningkatkan asimetri informasi di pasar, insider trading dan memunculkan rumor yang mebuat pasar menjadi tidak pasti. Dalam kenyataannya, banyak faktor yang bisa menyebabkan terjadinya audit report lag, seperti ukuran perusahaan, debt to asset 52 November 2012 ratio, laba/rugi, opini audit, ukuran Kantor Akuntan Publik, lamanya perusahaan menjadi klien sebuah Kantor Akuntan Publik, going concern opinion, reputasi auditor, dan segmen geografis perusahaan, profitabilitas, solvabilitas, reputasi auditor. Tapi pada penelitian ini, peneliti hanya menggunakan tujuh faktor. Motivasi penelitian ini adalah untuk mengkonfirmasi penelitian Iskandar dan Trisnawati (2010). Penelitian Iskandar dan Trisnawati meneliti apakah audit report lag dipengaruhi oleh faktor ukuran perusahaan, debt to asset ratio, laba/rugi, opini audit, ukuran Kantor Akuntan Publik dan klasifikasi industry. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Iskandar dan Trisnawati yang dilaksanakan pada tahun 2010 sedangkan penelitian ini dilakukan peneliti pada tahun 2011. Adapun perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah : 1. Penelitian terdahulu menggunakan 6 variabel, pada penelitian kali ini peneliti menggunakan 5 variabel independen yaitu ukuran perusahaan, debt to asset ratio, laba/rugi, opini audit, ukuran Kantor Akuntan Publik dan menambah 2 variabel independen baru yaitu lamanya perusahaan menjadi klien sebuah Kantor Akuntan Publik (Utami et al. 2006) dan going concern opinion (Ahmad et al. 2005). Peneliti menggunakan kedua variabel ini karena sampai saat ini masih terdapat perbedaan kesimpulan dari berbagai penelitian yang ada. ISSN: 1410 -9875 Lie Yung Yung 2. Penelitian terdahulu menguji hubungan antara berbagai faktor dengan auditreportlag sedangkan penelitian saat ini menguji pengaruh antara berbagai faktor dengan audit report lag. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, hal yang menjadi perhatian utama penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh antara ukuran suatu perusahaan, debt total asset ratio, pengumuman laba/rugi, opini audit, ukuran Kantor Akuntan Publik, lamanya perusahaan menjadi klien sebuah Kantor Akuntan Publik dan going concern opinion terhadap audit report lag? KERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN Teori Keagenan Teori keagenan, menjelaskan hubungan antara agent (manajemen suatu usaha) dan principal (pemilik usaha). Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Saleh (2004) di dalam hubungan keagenan (agency relationship) terhadap suatu kontrak dimana satu orang atau lebih (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Teori Kepatuhan Menurut Saleh (2004) teori kepatuhan telah diteliti pada ilmuilmu sosial khususunya di bidang psikologis dan sosiologi yang lebih menekankan pada pentingnya proses sosialisasi dalam mempengaruhi perilaku kepatuhan seorang individu. Menurut Tyler (1998) dalam Saleh (2004) terdapat dua persepektif dasar dalam literatur sosialogi mengenai kepatuhan pada hukum yaitu : 1. Persepektif instrumental mengasumsikan individu secara utuh didorong oleh kepentingan pribadi dan tanggapan terhadap perubahan-perubahan dalam tangible, insetif, dan penalti yang berhubungan dengan perilaku. 2. Persepektif normatif berhubungan dengan apa yang orang anggap sebagai moral dan berlawanan dengan kepentingan pribadi mereka. Teori Audit Report Lag Didalam penerbitan laporan keuangan yang telah diaudit oleh seorang auditor, ketepatan waktu merupakan hal yang penting. Hanya saja bagi seorang auditor, memerlukan waktu untuk dapat mengumpulkan bukti yang kompeten agar didalam membuat opininya bisa mendukungnya. Menurut Lawrence dan bryan (1998) dalam Prabandari dan Rustiana (2007) audit report lag adalah lamanya waktu penyelesaian audit yang diukur dari tanggal penutupan tahun buku hingga tanggal diterbitkannya laporan keuangan. Menurut Halim (2000) audit report lag adalah rentang waktu penyelesaian pelaksanaan audit laporan keuangan tahunan yaitu sejak tanggal tutup buku perusahaan sampai dengan tanggal yang tertera pada laporan auditor independen. 53 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Standar Audit Standar auditing merupakan pedoman bagi auditor dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya. Didalam penelitian Rachmawati (2008) menyatakan bahwa standar auditing yang telah ditetapkan dan disajikan oleh Ikatan Akuntan Indonesia adalah sebagai berikut: a. Standar umum yaitu: b. Standar pekerjaan lapangan c. Standar pelaporan Laporan Keuangan Karakteristik kualitas laporan keuangan sebagaimana yang dinyatakan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK:2002) nomor satu adalah (Utami 2006): 1. Dapat dipahami 2. Relevan 3. Keandalan 4. Dapat dibandingkan Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi audit report lag. Perusahaan-perusahaan besar biasanya memiliki berbagai keunggulan. Diantaranya, perusahaan mempunyai tenaga kerja yang kompeten, perusahaan memiliki pengendalian internal yang lebih baik, yang membantu auditor dalam melakukan proses audit sehingga auditor memerlukan waktu yang lebih sedikit dalam proses audit. Debt to Total Asset Ratio Proporsi hutang terhadap total harta mengindikasikan kesehatan finansial perusahaanproporsi yang tinggi akan meningkatkan kegagalan 54 November 2012 perusahaan sehingga auditor akan meningkatkan perhatian bahwa ada kemungkinan laporan keuangan kurang dapat dipercaya. Sebagai contoh, kesehatan perusahaan yang rendah akan meningkatkan terjadinya kecurangan manajemen atau ketidaksengajaan untuk mengurangi karyawan Laba/Rugi Perusahaan Laba menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan sehingga dapat dikatakan laba adalah suatu berita baik dan tentunya perusahaan tidak akan menunda penyampaian yang akan direspon baik pula oleh pasar. Perusahaan yang rugi pada periode tertentu diduga mempunyai waktu yang lebih lama dalam menerbitkan laporan keuangan Opini Audit Seorang auditor mengaudit laporan keuangan suatu perusahaan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan suatu perusahaan yang telah diauditnya. Opini atau pendapat yang diberikan oleh seorang auditor ada bermacam-macam tergantung hasil audit yang dilaksanakan. Ukuran Kantor Akuntan Publik Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang berusaha di bidang pemberian jasa profesional dalam praktek akuntan publik.Kantor Akuntan Publik besar lebih menginginkan untuk mengambil sikap yang tepat dalam mengeluarkan pendapat sesuai dan memiliki kemampuan teknis untuk ISSN: 1410 -9875 mendeteksi going concern perusahaan sehingga dapat lebih menarik klien yang lebih banyak. Lamanya Perusahaan Menjadi Klien Sebuah Kantor Akuntan Publik Semakin lama menjadi klien suatu Kantor Akuntan Publik, semakin pendek audit report lag. Hal ini dikarenakan Kantor Akuntan Publik tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan dan sistem pengendalian internal perusahaan. Hasil ini berbeda dengan yang diteliti Halim (2000) yaitu semakin lama menjadi klien Kantor Akuntan Publik maka semakin lama audit report lag. Lie Yung Yung Going Concern Opinion Going concern opinion merupakan suatu asumsi perusahaan secara operasional memiliki kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Bamber dan Stratton (1997) dalam Ahmad et al. (2005) berargumen bahwa laporan audit merupakan alat yang efektif dalam membantu para pengguna laporan keuangan, walaupun masih diperdebatkan model dari paragraf penjelasan dalam laporan audit saat klien telah memenuhi pengungkapan dari laporan keuangan yang diminta. METODA PENELITIAN Pemilihan dalam penelitian ini dilakukan secara purposive sampling. Hasil pemilihan sampel dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1 Proses Pemilihan Sampel Jumlah Keterangan 1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar secara 119 konsisten di BEI pada tahun 2007 sampai dengan 2010 2. Perusahaan manufaktur yang memiliki laporan (2) keuangan yang tidak berakhir per 31 Desember 3. Perusahaan yang dalam penyusunan laporan (9) keuangannya menggunakan mata uang selain rupiah 4. Perusahaan yang tidak memiliki laporan auditor (13) independen tahun sebelumnya 5. Perusahaan yang total asset kurang dari 100 miliar (11) rupiah 6. Perusahaan yang memenuhi kriteria sampel 84 7. Jumlah sampel 336 Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya Audit Report Lag mempunyai sifat kuantitatif dimana hasil akhirnya ditunjukkan dalam ukuran jumlah hari yang dihitung sejak tanggal penutupan tahun buku (31 Desember) sampai dengan ditandatanganinya laporan audit (Halim 2000). Skala pengukuran variabel yang digunakan adalah skala rasio. 55 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Ukuran Perusahaan adalah besar atau kecilnya suatu perusahaan yang diukur berdasarkan total penjualan, total nilai buku aset, nilai bersih kekayaan, dan jumlah tenaga kerja (Soetedjo 2006). Ukuran perusahaan diukur dengan menggunakan proksi total revenue (Prabandari dan Rustiana 2007) Karena lebih mncerminkan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktifitas operasional perusahaan.Satuan total revenue yang yang digunakan adalah mata uang rupiah. Debt to Total Asset Ratio adalah proporsi hutang terhadap total harta mengindikasikan kesehatan finansial perusahaandapat dilihat dengan menggunakan skala rasio..Debt to total asset ratio yang tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan.Debt to Total Asset Ratiosering digunakan sebagai alat ukur kinerja manajemen perusahaan dalam menghasilkan laba dari kegiatan operasinya (Petronila 2007). Profitabilitas dirumuskan sebagai berikut (Prabandari dan Rustiana 2007): DAR � Total Hutang Total Aset Rugi/Laba Perusahaan menggunakan skala nominal dengan dummy variable yang terbagi atas dua kelompok, yaitu 0 untuk perusahaan yang mengumumkan kerugian dan 1 untuk perusahaan yang mengumumkan laba. Rugi/laba suatu perusahaan menunjukan suatu keberhasilan/kegagalan suatu perusahaan dalam periode tertentu. Penelitian yang telah 56 November 2012 dilakukan oleh Carslaw dan Kaplan et al. (1991) mengutarakan apabila perusahaan mengalami kerugian maka perusahaan akan meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditan lebih lambat dari biasanya sehingga menunda untuk mengumumkan “bad news” kepada publik. Opini Audit menggunakan dummy variabel yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 0 untuk opini audit selain unqualified opinion, sedangkan 1 untuk opini audit unqualified opinion. Skala pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan skala nominal (Utami 2006). Tujuan audit oleh auditor adalah untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan (Soetedjo 2006). Karakteristik Kantor Akuntan Publik menggunakan dummy variabel yang terbagi atas dua kelompok, yaitu 0 untuk Kantor Akuntan Publik non the big four dan 1 untuk Kantor Akuntan Publik the big four. Kantor Akuntan Publik adalah suatu bentuk organisasi akuntan publik yang memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan pada bidang jasa profesional dalam praktik akuntan publik (Rachmawati 2008). Pengukuran skala variabel ini dengan menggunakan skala nominal (Utami 2006). Lamanya Emiten Menggunakan Jasa Kantor Akuntan Publik yang Sama menggunakan dummy variabel yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 0 untuk untuk emiten yang menggunakan Kantor Akuntan Publik yang sama kurang dari dua tahun, sedangkan 1 untuk ISSN: 1410 -9875 emiten yang menggunakan Kantor Akuntan Publik yang sama selama dua tahun atau lebih. Skala pengukuran yang digunakan yaitu menggunakan skala nominal. Biasanya semakin lama menjadi klien suatu Kantor Akuntan Publik, semakin pendek audit report lag. Hal ini dikarenakan Kantor Akuntan Publik tidak perlu lagi memahami karakteristik perusahaan dan sistem pengendalian internal perusahaan. Going Concern Opinion menggunakan variable dummy yang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu 0 untuk perusahaan yang tidak memperoleh pendapat going concern ataupun pendapat tambahan lainnya, sedangkan 1 untuk perusahaan yang memperoleh pendapat going concern. Going concern opinion merupakan suatu asumsi perusahaan secara operasional memiliki kemampuan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya.Geiger et al. (2000) menyatakan bahwa pelaporan dan syarat-syarat audit menurut SAS 59, yang menunjukkan kemampuan suatu entitas dan kebutuhan secara Lie Yung Yung eksplisit terhadap segala kemungkinan kelangsungan hidup perusahaan dalam setiap audit. Metoda Analisis Data Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk menguji apakah perubahan dari variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Pengujian hipotesis ini menggunakan analisa regresi berganda, karena jumlah variabel dependen yang digunakan hanya 1 (satu) sedangkan jumlah variabel independennya adalah 7 (tujuh).Persamaan regresi berganda dapat dirumuskan sebagai berikut: ARL = α + β1TOREV + β2DAR + β3PL+ β4AUOP + β5BFOUR+ β6LEKAP+βε7GCUOP + ε Dalam hal ini ARL audit report lag, TOREV ukuran perusahaan, DAR debt to asset ratio, PL profit/loss, AUOP opini audit, BFOUR kantor akuntan publik, LEKAP lamanya emiten menggunakan jasa kantor akuntan publik yang sama, GCUOP going concern opinion. 57 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 HASIL PENELITIAN Statistik deskriptif dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 2 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N 336 ARL TOREV 336 DAR PL AUOP BFOUR LEKAP GCUOP Valid N (listwise) 336 336 336 336 336 336 Mean 73.8 4,771.576 1 0.5861 .85 .82 .56 .90 .15 Std.Deviatio n Minimum 14.63 29 Maximum 148 12,558.0089 48,4543 115.9276 0.4329 .35 .38 .49 .30 .35 .0413 0 0 0 0 0 2.9837 1 1 1 1 1 Hasil uji t pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3 Hasil Pengujian Hipotesis Coefficients(a) Model 1 (Constant) TOREV DAR PL AUOP BFOUR LEKAP GCUOP Unstandardized Coefficients Std. B Error 73.261 6,391 2,399E-14 0,000 2,894 2,307 2,031 2,352 0,883 4,851 -6,354 1,642 -1,606 2,516 8,850 4,695 Standardized Coefficients t Sig. 11,463 0,380 1,254 0,864 0,182 -3,869 -0,638 1,885 ,000 ,704 ,211 ,388 ,856 ,000 ,524 ,040 Beta 0,021 0,086 0,049 0,023 -0,216 -0,034 0,217 a Dependent Variable: ARL Variabel ukuran perusahaan (TOREV) memiliki nilai sig 0,704 > 0,05 yang berarti Ha tidak diterima. Dengan demikian ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Ukuran perusahaan dengan menggunakan proksi total revenue yang hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan tidak memiliki hubungan yang 58 signifikan dengan audit report lag. Hasil ini juga mengindikasikan bahwa audit report lag lebih lama untuk perusahaan-perusahaan besar yang tidak publik sedangkan audit report lag perusahaan-perusahaan publik lebih cepat. Variabel debt to total asset ratio (DAR) memiliki nilai sig 0,211 > 0,05 yang berarti Ha tidak ISSN: 1410 -9875 diterima. Dengan demikian Debt to total asset ratio tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini berarti audit report lagtidak dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya debt to total asset ratio. Proporsi hutang terhadap total harta mengindikasikan kesehatan finansial perusahaan.Proporsi hutang terhadap total harta yang tinggi memberikan sinyal bahwa perusahaan sedang dalam kesulitan keuangan. Biasanya perusahaan akan mengurangi resiko dengan memundurkan publikasi laporan keuangannya dan mengulur waktu dalam pekerjaan auditnya sehingga ini memberikan sinyal ke pasar bahwa perusahaan dalam tingkat resiko yang tinggi pula. Variabel laba/rugi (PL) memiliki nilai sig 0,388 > 0,05 yang berarti Ha tidak diterima. Dengan demikian laba/rugi (PL) tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hasil ini menunjukkan bahwa perusahaan yang rugi sekalipun tidak berusaha menutupi bad news kepada para pemegang sahamnya. Dan sama halnya untuk perusahaan yang memperoleh keuntungan di periode akuntansi berjalannya, belum tentu melaporkan laporan keuangannya ke publik dengan tepat waktu. Variabel opini audit (AUOP) memiliki nilai sig 0,856 > 0,05 yang berarti Ha tidak diterima. Dengan demikian opini audit tidak berpengaruh terhadap audit report lag.Hal ini disebabkan proses pemberian pendapat terhadap kewajaran suatu laporan keuangan merupakan tahap akhir dalam proses audit, sehingga jenis opini apapun yang diberikan tidak akan mempengaruhi lamanya audit Lie Yung Yung report lag yang terjadi. Dan akhirnya perusahaan publik yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) belum tentu melaporkan laporan keuanganya lebih cepat dari perusahaan publik yang mendapatkan opini selain wajar tanpa pengecualian. Variabel Kantor Akuntan Publik (BFOUR) memiliki nilai sig 0,000 < 0,05 yang berarti Ha diterima. Dengan demikian Kantor Akuntan Publik berpengaruh terhadap audit report lag, sehingga semakin besar ukuran Kantor Akuntan Publik yang mempunyai reputasi yang baik, dalam hal ini adalah Kantor Akuntan Publik big four akan memberikan kualitas pemeriksaan akuntansi yang efektif dan efisien sehingga audit dapat diselesaikan secara tepat waktu. Kantor Akuntan Publik big four memperoleh insentif lebih tinggi untuk menyelesaikan pemeriksaan akuntansi dibanding dengan Kantor Akuntan Publik lainnya. Waktu audit yang lebih cepat juga merupakan salah satu cara Kantor Akuntan Publik big four mempertahankan reputasinya, tentunya dengan dukungan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang lebih baik pula. Variabel lamanya emiten menggunakan jasa audit KAP yang sama (LEKAP) memiliki nilai sig 0,524 > 0,05 yang berarti Ha tidak diterima. Dengan demikian lamanya emiten menggunakan jasa audit KAP yang sama tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini menunjukkan bahwa ketepatan waktu audit tidak dipengaruhi oleh lama atau sedikit waktunya suatu perusahaan menjadi klien sebuah Kantor Akuntan Publik. 59 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Variabel going concern opinion (GCUOP) memilki nilai sig 0,040 < 0,05 yang berarti Ha diterima. Dengan demikian pergantian auditor berpengaruh terhadap audit report lag. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan publik yang mendapat opini mengenai kemampuan memenuhi kebutuhan secara eksplisit terhadap segala kemungkinan kelangsungan hidup perusahaan memiliki waktu penyelesaian pemeriksaan akuntansi yang lebih cepat dibandingkan dengan perusahaan yang tidak mendapat opini ini. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan bahwa ukuran perusahaan dengan proksi total revenue (TOREV) berpengaruh terhadap audit report lag. Debt to asset ratio (DAR) tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Laba/ Rugi Perusahaan tidak berpengaruh terhadap audit report lag. Opini audit (AUOP) tidak berpengaruh terhadap audit report lag.Kantor Akuntan Publik (BFOUR) berpengaruh terhadap audit report lag. Lamanya emiten menggunakan jasa audit Kantor Akuntan Publik yang sama (LEKAP) tidak November 2012 berpengaruh terhadap audit report lag. Going concern opinion (GCUOP) berpengaruh terhadap audit report lag. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat adanya beberapa keterbatasan dalam penelitian ini antara lain adalah hasil penelitian masih mengandung autokorelasi dan heteroskedastisitas.Periode pengamatan terbatas yaitu hanya 4 tahun penelitian dari tahun 2007 sampai dengan 2010, sehingga kurang dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.Sampel perusahaan yang digunakan terbatas hanya pada perusahaan manufaktur sehingga hasil penelitian kurang dapat digeneralisasi. Adapun rekomendasinya untuk penelitian selanjutnya adalah sebaiknya pada penelitian selanjutnya tidak terdapat autokorelasi dan heteroskedastisitas. Memperpanjang periode pengamatan, sehingga lebih dapat melihat kecenderungan yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang.Penelitian selanjutnya sebaiknya memperluas populasi penelitian dan tidak hanya terbatas pada perusahaan manufaktur saja seperti perusahaan jasa dan perdagangan. REFERENSI: Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Edisi Ketiga. Ahmad, Hamzah, M. Nisarul Alim, dan Imam Subekti. 2005. Pengujian Empiris Audit Report LagMenggunakan Client Cycle Time and Firm Cycle Time. Simposium Nasional Akuntansi VIII. Solo, hlm. 941-954. 60 ISSN: 1410 -9875 Lie Yung Yung Cooper, Donald R dan C. William Emory. 1997. Metode Penelitian Bisnis. Edisi kelima. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis MultivariateDengan Program SPSS. Edisi Keempat. Semarang: Universitas Diponegoro. Hair F, Joseph, William, Barry, dan Rolph. 2010. Multivariate Data Analysis. Edisi ketujuh. Halim, Varianada. 2000. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag: Studi Empiris Pada Perusahaan-Perusahaan di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2, No. 1, April, hlm. 63-75. Imelda, Elsa dan Heri. 2007. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag: Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Akuntansi XI, No. 2, hlm. 134-143. Jogiyanto. 2010. Metodologi Penelitian Bisnis. Edisi pertama. Jusuf, Amir Abadi. 1996. Auditing. Edisi Indonesia: Universitas Indonesia. Lianto, Novice dan Budi Hartono Kusuma. Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit Report Lag. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, hlm. 97-106. Petronila, Thio Anastasia. 2007. Analisis Skala Perusahaan, Opini Audit, dan Umur Perusahaan atas Audit Report Lag. Akuntabilitas, Vol. 6, No. 2, hlm. 129-141. Prabandari, Jean Deart Meity dan Rustiana. Beberapa Faktor Yang Berdampak Pada Perbedaan Audit Report Lag (Studi Empiris Pada PerusahaanPerusahaan Keuangan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Kinerja, Vol. 11, No. 1, hlm. 27-39. Rachmawati, Sistya. 2008. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan Terhadap Audit Report Lag dan Timeliness. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1, Mei, hlm. 1-10. Ratnawaty dan Toto Sugiharto. 2005. Audit Report Lag Pada Industri Real Estate dan Properti Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Faktor Yang Mempengaruhi. Proceeding, Seminar Nasional PESAT. ISSN 18582559, hlm. 288-300. Saleh, Rachmaf. 2004. Studi Empiris Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. SNA VII Denpasar Bali, hlm. 897-913. Santoso, Singgih. 2000. SPSS Statistik Parametrik. Jakarta: Gramedia. Soetedjo, Soegeng. 2006. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag. Ventura, Vol. 9, No. 2, hlm. 77-92. Subekti, Imam dan Novi Wulandari W. 2004. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Report Lag di Indonesia. Simposium Nasional Akuntansi VII, Denpasar-Bali, hlm. 991-1001. Utami, Wiwik. 2006. Analisis Determinan Audit Report Lag Kajian Empiris di Bursa Efek Indonesia. Bulletin Penelitian, No. 9, hlm. 19-31. 61 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 62 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 63-78 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH SIZE, PROFITABILITY, GROWTH OPPORTUNITY, COMPENSATIONS PROGRAM FOR EXECUTIVE MANAGER, BUSINESS RISK DAN PAYMENT OF DIVIDENDS TERHADAP LEVERAGE PADA CONSUMER GOODS INDUSTRY MAHMUDIN MUSLIM [email protected] Abstract: The objective of this research is to test and analyze the effect of company size, profitability, growth opportunity, compensations program for executive manager, business risk and payment of dividends to leverage. Object of this research is consumer goods industry listed in Indonesian Stock Exchange from period 2008 until 2012. There are 13 companies suitable with the criterias and took as samples. The samples of this research collected using purposive sampling. The resource data are taken from factbook which is took from Indonesian Stock Exchange website. The statistical method used in this research is multiple regression. Results of this research indicated that only size and growth opportunity that have influence to leverage, whereas the other factors such as profitabilty, compensations program for executive manager, business risk and payment of dividends have no influence on leverage. Keywords: Size, Profitability, Growth Opportunity, Compensations Program for Executive Manager, Business Risk, Payment of Dividends, and Leverage PENDAHULUAN maupun jasa. Menurut Lang, Ofek, dan Stulz (1996) dalam Hovakimian dan Titman (2006) dengan melihat hutang perusahaan, perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi cenderung sulit untuk mengakses sumber pendanaan eksternal dan sebaliknya perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang rendah cenderung lebih mudah untuk mengakses sumber pendanaan eksternal. Sekarang ini persaingan antara perusahaan – perusahaan domestik maupun asing semakin berkembang ke arah untuk memperoleh pangsa pasar. Semakin besar sebuah perusahaan, maka semakin tinggi pula hutang perusahaan. Hampir semua perusahaan memiliki hutang dalam menjalankan usahanya, baik perusahaan di bidang manufaktur 63 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 64 November 2012 Menurut Khalid Alkhatib (2012, 79), leverage mengacu pada sejauh mana perusahaan memanfaatkan pinjaman uang mereka (pembiayaan hutang) untuk meningkatkan profitabilitas. Perusahaan yang meminjam sejumlah besar uang selama resesi bisnis lebih cenderung kepada kegagalan untuk membayar hutang pada saat jatuh tempo, mereka akan berakhir dengan leverage yang tinggi dan lebih mungkin berakhir dengan potensi risiko kebangkrutan. Sebaliknya, semakin rendah pinjaman perusahaan, maka risiko kebangkrutan akhirnya akan lebih rendah yang berarti bisnis yang akan terus beroperasi. KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Perumusan Masalah Penelitian: 1. Apakah terdapat pengaruh size terhadap leverage ? 2. Apakah terdapat pengaruh profitability terhadap leverage ? 3. Apakah terdapat pengaruh growth opportunity terhadap leverage ? 4. Apakah terdapat pengaruh compensation program for executive managers terhadap leverage ? 5. Apakah terdapat pengaruh business risk terhadap leverage ? 6. Apakah terdapat pengaruh payment of dividends terhadap leverage ? 7. Apakah terdapat pengaruh size, profitability, growth opportunity, compensations program for executive manager, business risk dan payment of dividends terhadap leverage ? Pecking Order Theory Teori pecking order dikenalkan pertama kali oleh Donaldson (1961) dan dilakukan penyesuaian oleh Myers dan Majluf (1984). Menurut Myres (1984) dalam Copeland et al. (2005, 602) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas (liquid assets), laba ditahan (retained earning), dan depresiasi dari pada penggunaan dana eksternal. Urutan pengunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri). Agency Theory Teori keagenan yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dalam Godfrey et al. (2010, 362) menyebutkan bahwa manajemen merupakan agen dari pemegang saham sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak untuk kepentingan pemegang saham sehingga mereka mendelegasikan wewenang kepada agen. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, manajemen harus diberikan insentif dan pengawasan yang memadai. Leverage Menurut Sjahrial (2009, 147) leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan ISSN: 1410 -9875 keuntungan saham. potensial Mahmudin Muslim pemegang mempertahankan bakat terbaik yang tersedia (Mondy 2008, 242). Size Ukuran perusahaan (size) merupakan indikator yang ditunjukkan seberapa besar suatu perusahaan memiliki kekayaan (assets) yang dimanfaatkan untuk menjalankan usaha, tetapi juga bisa ditunjukkan oleh kemampuan perusahaan dalam menghasilkan pendapatan penjualan, maupun indikator - indikator lainnya (Syafi’i 2011, 9). Business Risk Menurut Gitman (2009, 504) resiko bisnis merupakan resiko mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi biaya operasionalnya berbeda dengan resiko keuangan dimana resiko mengenai kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangannya seperti bunga, sewa, dan dividen. Profitability Pengukuran tingkat profitabilitas dapat dilakukan dengan membandingkan tingkat return on investment yang diharapkan dengan tingkat return yang diminta para investor dalam pasar modal (Tampubolon 2013, 43). Payment of Dividends Saham tentunya memiliki imbalan bagi para pemegang saham, yang dibagikan setiap tahun oleh perusahaan yang disebut dividen. “Dividend is periodic distribution of earning to the stockholder firm” (Gitman 2006, 6). METODE PENELITIAN Growth Opportunity Menurut Syafi’i (2011, 7), growth opportunity mengindikasikan adanya kemampuan perusahaan untuk berkembang dimasa depan dengan memanfaatkan peluang investasi sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Suatu perusahaan yang berada dalam pertumbuhan yang tinggi harus menyediakan modal yang cukup untuk mendanai kegiatan operasionalnya. Compensation Program for Executive Managers Keterampilan eksekutif sangat menentukan suatu perusahaan akan makmur, bertahan, atau gagal. Program perusahaan untuk kompensasi eksekutif merupakan faktor penting dalam menarik dan Bentuk penelitian ini adalah kausalitas, dimana desain kausal berguna untuk menganalisis hubungan-hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel memengaruhi variabel lainnya (Umar 2011, 35). Objek penelitian ini adalah perusahaan–perusahaan pada consumer goods industry yang telah terdaftar Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2012, maka peneliti menggunakan teknik sampling untuk mempermudah penelitian. Pemilihan sampel dilakukan berdasarkan metode purposive sampling, adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2007, 122). 65 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Kriteria pemilihan sampel yang akan diteliti adalah: Perusahaan industri pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012, yang telah menerbitkan laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut, yaitu tahun 2008 sampai dengan 2012, laporan keuangan harus dalam satuan Rupiah (Rp), yang selalu memiliki laba yang posiif, serta memiliki data yang lengkap selama periode penelitian untuk faktor-faktor yang diteliti, yaitu leverage, size, profitability, growth opportunity, payment of dividends, compensations program for executive manager,business risk dan payment of dividends, yaitu pada tahun 2008-2012. Variabel Dependen Leverage. Perbedaan antara leverage operasi dan leverage keuangan adalah, leverage operasi menggambarkan struktur biaya pemisahan yang dikaitkan dengan keputusan manajemen dalam menentukan kombinasi aset perusahaan sedangkan leverage keuangan menggambarkan tingkat sumber dana utang dalam struktur modal perusahaan (Viandgo, 2013, 2). Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Juca et al. (2012, 16) rumus yang digunakan adalah : �������� � 1 � ����� ������ ����� ����� Variabel Independen Ukuran perusahaan dalam penelitian ini dinyatakan dengan total aktiva, maka semakin besar semakin besar total aktiva 66 November 2012 perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan itu. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam. Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Juca et al. (2012, 16) rumus yang digunakan adalah : ���� � �� ������ ������ Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu. (Handayani dan Seftianne 2011, 49). Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Ashraf dan Rasool (2013, 76) rumus yang digunakan adalah : ���� ������������� � ����� ����� Growth Opportunity. Perusahaan yang dengan peluang bertumbuh yang besar cenderung lebih banyak menggunakan hutang untuk membiayai kegiatan operasionalnya dibandingkan perusahaan yang bertumbuh secara lambat. Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Seftianne dan Handayani et al. (2011, 50) rumus yang digunakan adalah : ������ ����������� � ������ ����� ���� ����� Kompensasi eksekutif merupakan fasilitas yang diberikan bagi eksekutif dan jajaran pengambil keputusan sebagai insentif dan kompensasi yang seimbang atas kesempatan yang diberikan eksekutif kepada perusahaan. Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Juca et al. (2012, 16) rumus yang digunakan adalah : COMP = Ln (COMP) Dimana: COMP : Compensation of executive managers = kompensasi ISSN: 1410 -9875 dewan direksi + kompensasi dewan komisaris Business Risk. Menurut Gitman (2009, 229) resiko bisnis merupakan resiko dari perusahaan saat tidak mampu menutupi biaya operasionalnya dan dipengaruhi oleh stabilitas pendapatan dan biaya. Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Viandgo (2013, 3) rumus yang digunakan adalah : ���� �������� ���� � � ����� Payment of Dividends. Dividen merupakan pembagian hasil perusahaan kepada pemegang saham dimana dividen diberikan setelah mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Skala yang digunakan adalah skala rasio dan menurut Juca et al. (2012, 16) rumus yang digunakan adalah : ������� �� �������� �������� ��� ����� � ����� ����� HASIL PENELITIAN Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan regresi linier berganda dengan menggunakan program eviews7. Persamaan regresi berganda yang digunakan adalah: Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6+ ε dimana: Y Leverage, X1 Size, X2 Profitability, X3 Growth Opportunity, X4 Compensation program for executive managers, X5 Business Risk, X6 Payment of Mahmudin Muslim Dividends, ε Prediksi Kesalahan (Error). Koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa kuat atau lemah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Analisis koefisien korelasi dilakukan untuk melihat hubungan tersebut. Nilai +1 menunjukkan hubungan positif yang sempurna, nilai 0 menunjukkan tidak adanya hubungan antar dua variabel tersebut dan nilai -1 menunjukkan hubungan negatif yang sempurna atau hubungan yang berbanding terbalik (Hair et al. 2010). Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur proporsi varians dari variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen, sedangkan analisis adjusted R2 dilakukan untuk melihat perbandingan antara persamaan atas variabel-variabel bebas yang berbeda angka, ukuran sampel yang dibedakan ataupun keduanya (Hair et al. 2010). Pada uji t dilakukan untuk melihat apakah variabel independen berpengaruh signifikan secara individu terhadap variabel dependen dengan koefisien regresi secara parsial. Pada uji F dilakukan untuk melihat keakuratan dari variabel-variabel yang terdapat dalam persamaan regresi, serta untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat (Hair et al. 2010). Jumlah keseluruhan perusahaan consumer goods industry yang terdaftar di BEI selama periode 2008-2012 adalah 30 perusahaan. Terdapat 29 perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan serta menggunakan mata uang rupiah, sedangkan 1 perusahaan tidak memiliki laporan keuangan 67 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 selama periode 2008-2012. Ada 4 perusahaan yang tidak memiliki income positif pada periode tertentu dalam 5 tahun, dan 10 perusahaan yang tidak membagikan dividen selama periode penelitian, serta terdapat 2 perusahaan yang tidak memiliki data yang jelas tentang pembagian kompensasi dewan komisaris dan dewan direksi November 2012 sehingga dikeluarkan dari sampel. Total perusahaan yang memenuhi syarat untuk dijadikan sampel dalam penelitian yaitu 13 perusahaan. Periode yang digunakan dalam penelitian adalah 2008-2012 (5 tahun), sehingga total data dalam penelitian ini adalah 65 data. Hasil penelitian statistik deskriptif terlihat pada tabel berikut : Tabel 1 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel Leverage Size Profitability Growth_Opp COMP Business Risk Dividends N 65 65 65 65 65 65 65 Mean 0.320831 28.81466 0.232547 5.113379 23.68880 0.019465 0.120307 Maksimum 0.668888 31.71404 0.563494 40.08842 27.53905 0.171420 0.406730 Minimum 0.094303 26.40931 0.070715 0.215667 21.50387 0.001910 0.009579 Deviasi Standar 0.164850 1.611106 0.150123 8.487203 1.176470 0.025026 0.131965 Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan hasil uji statistik deskriptif yang disajikan pada tabel diatas dapat dijelaskan bahwa leverage memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.320831 dan deviasi standar sebesar 0.164850. Nilai maksimum dan nilai minimum dari variabel leverage sebesar 0.668888 dan 0.094303, size memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 28.81466 dan deviasi standar sebesar 1.611106. Nilai maksimum dan nilai minimum dari variabel size sebesar 31.71404 dan 26.40931, profitability memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.232547 dan deviasi standar sebesar 0.150123. Nilai maksimum dan nilai minimum dari variabel profitability sebesar 0.563494 dan 0.070715, growth opportunity memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 5.113379 dan deviasi standar sebesar 8.487203. Nilai maksimum dan nilai minimum dari 68 variabel growth opportunity sebesar 40.08842 dan 0.215667, compensations program for executive manager memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 23.68880 dan deviasi standar sebesar 1.176470. Nilai maksimum dan nilai minimum dari variabel compensations program of executive manager sebesar 27.53905 dan 21.50387, business risk memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.019465 dan deviasi standar sebesar 0.025026. Nilai maksimum dan nilai minimum dari variabel business risk sebesar 0.171420 dan 0.001910, payment of dividends memiliki nilai rata-rata (mean) sebesar 0.120307 dan deviasi standar sebesar 0.131965. Nilai maksimum dan nilai minimum dari variabel payment of dividends sebesar 0.406730 dan 0.009579 pada periode 2008-2012. ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim Pengujian Asumsi Klasik Pemilihan Model Data Panel Tabel 2 Hasil Uji Hausman Random Effect Test Chi-Sq. Prob. Test Chi-Sq. Statistic d.f. Summary Cross-section 9.230457 6 0.1610 random Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7 Ho : Model Random Effect Ha : Model Fixed Effect Berdasarkan hasil Uji Hausman pada tabel diatas Berdasarkan tabel 4.4 dapat diperoleh nilai signifikasi Random Effect adalah 9.230457, sedangkan nilai kritis pada tabel chi-square sebesar 12.592 dengan � 0.05 dan degree of freedom (df) sebesar 6. Sehingga dapat disimpulkan nilai F hitung < nilai F tabel, dengan demikian hipotesis nol tidak dapat ditolak. Nilai pvalue 0.1610 lebih besar dari α 5%, maka kesimpulannya adalah Ho tidak dapat ditolak, artinya model random effect yang digunakan dalam penelitian. Uji Normalitas Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Skewness 0.409246 1.949497 Kurtosis 4.803187 Jarque-Bera 0.090573 Probability Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat nilai skewness sebesar 0.409246, dan nilai kurtosis sebesar 1.949497 mendekati karakteristik distribusi normal yaitu skewness sebesar 0 dan kurtosis sebesar 3. Nilai Jarque-Bera sebesar 4.803187 lebih kecil dari nilai chi-square dengan alpha sebesar 0.05 dan df (2) sebesar 5,99. Cara lain yaitu dengan melihat nilai p-value: Ho : data berdistribusi normal Ha : data tidak berdistribusi normal Nilai p-value yang ditampilkan pada tabel diatas adalah 0.090573 lebih besar dari alpha 0.05, maka dapat disimpulkan bahwa Ho tidak dapat ditolak, dan data berdistribusi normal. Uji Multikolinearitas Multikolinearitas dapat menjadi masalah dalam model regresi apabila nilai koefisien korelasi antara dua variabel independen diatas 0.85 (Widarjono 2013, 104). Dapat disimpulkan bahwa data yang baik digunakan adalah data yang tidak mengandung multikolinearitas, yaitu apabila korelasi antara dua variabel independen yang kurang dari 0.85. Berikut merupakan hasil uji multikolineritas: 69 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Tabel 4 Hasil Uji Korelasi Variabel Independen SIZE PROFIT GROWTH COMP B_RISK DIVIDEN SIZE 1.00000 0 0.07862 1 0.33692 4 0.70169 0 0.311971 0.06456 6 PROFIT 0.07862 1 1.00000 0 0.67765 1 0.18149 5 0.18830 7 0.94740 4 GROWTH 0.336924 0.677651 1.000000 0.235397 -0.212967 0.702081 COMP 0.70169 0 0.18149 5 0.23539 7 1.00000 0 0.205517 0.09182 5 B_RISK 0.311971 0.18830 7 0.212967 0.205517 1.00000 0 0.14430 6 DIVIDEN 0.06456 6 0.94740 4 0.70208 1 0.09182 5 0.14430 6 1.00000 0 Sumber : Hasil Pengolahan Eviews 7. Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa terdapat korelasi yang tinggi antara profitabilitas terhadap pembagian dividen yaitu sebesar 0.947404 atau lebih besar daripada 0.85 sehingga dalam model terjadi masalah multikolinearitas. Uji Heteroskedastisitas Untuk mendeteksi apakah terjadi heteroskedastisitas atau tidak, dilakukan uji Glejser. Kriteria yang digunakan adalah apabila probability < 0.05, maka terjadi heteroskedastisitas dan sebaliknya. Berikut adalah tabel hasil uji Glejser : Tabel 5 Hasil Uji Glejser Variable Coefficien t Std. Error tStatistic C -0.431717 0.212908 2.027718 1.742232 0.711399 1.371105 0.495923 0.020486 1.041063 SIZE PROFIT GROWTH 0.014346 0.008234 0.125164 0.175941 -0.002129 0.001553 COMP B_RISK 0.004130 0.008328 -0.006111 0.298318 DIVIDEND -0.199979 0.192091 Prob. 0.0472 0.0868 0.4797 0.1756 0.6218 0.9837 0.3022 Sumber : Hasil Pengolahan Data Eviews 7 Berdasarkan tabel diatas dilihat hasil daripada 70 dapat nilai probability masing-masing variabel, variabel size memiliki nilai p-value ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim sebesar 0.0868, variabel profitability memiliki nilai p-value sebesar 0.4797, variabel growth opportunity memiliki nilai p-value sebesar 0.1756, variabel compensations program for executive manager memiliki nilai pvalue sebesar 0.6218, variabel business risk memiliki nilai p-value sebesar 0.9837, variabel payment of dividends memiliki p-value sebesar 0.3022. Nilai p-value masing-masing variabel independen adalah lebih besar dari 0.05 (α 5%), sehingga model regresi terbebas dari heteroskedastisitas. Uji Autokorelasi Uji Durbin-Watson digunakan untuk mengetahui apakah terdapat autokorelasi atau tidak dalam model regresi dengan melihat nilai Durbin-Watson pada tabel berikut: Tabel 6 Hasil Uji Durbin-Watson 1.072702 Durbin-Watson stat Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Berdasarkan tabel diatas dapat diperoleh nilai Durbin-Watson adalah sebesar 1.072702. Dengan jumlah observasi data sebanyak 65 data dan variabel independen Autokorelasi Positif Indecision 0 1.4043 DW = 1.072702 TidakTerdapat Autokorelasi 1.8046 sebanyak 6 variabel, maka dapat diperoleh nilai dL 1.4043 dan dU 1.8046. Kesimpulan dari uji DurbinWatson dapat dilihat pada gambar berikut: TidakTerdapat Autokorelasi 2 Indecision 2.1954 Autokorelasi Negatif 2.5957 4 Gambar 1 Uji Durbin-Watson Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa nilai Durbin-Watson terletak pada wilayah dengan autokorelasi positif. Hal ini dapat disimpulkan bahwa terjadi autokorelasi dalam model penelitian. Regresi Linier Berganda LEV = - 0.786557 + 0.055527 SIZE + 0.092631 PROFIT + 0.005871 GROWTH - 0.020427 COMP + 0.364546 B_RISK 0.559870 DIVIDEND + e Arti dari persamaan diatas adalah: 1. β0 = ‐ 0.786557 artinya jika nilai variabel size, profitability, growth opportunity, compensation of executive managers, business risk, dan payment dividends adalah 0, maka variabel leverage akan bernilai - 0.786557. 2. β1 = 0.055527 artinya jika nilai variabel size naik sebesar satu satuan, maka variabel leverage akan mengalami 71 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 3. 4. 5. 6. 72 peningkatan sebesar 0.055527, dengan syarat variabel lainnya seperti profitability, growth opportunity, compensation of executive managers, business risk dan payment of dividends konstan. β2 = 0.092631 artinya jika nilai variabel profitability naik sebesar satu satuan, maka variabel leverage akan mengalami peningkatan sebesar 0.092631, dengan syarat variabel lainnya seperti size, growth opportunity, compensation of executive managers, business risk dan payment of dividends konstan. β3 = 0.005871 artinya jika nilai variabel growth opportunity naik sebesar satu satuan, maka variabel leverage akan mengalami peningkatan sebesar 0.005871, dengan syarat variabel lainnya seperti size, profitability, compensation of executive managers, business risk dan payment of dividends konstan. β4 = ‐0.020427 artinya jika nilai variabel compensation of executive managers naik sebesar satu satuan, maka variabel leverage akan mengalami penurunan sebesar 0.020427, dengan syarat variabel lainnya seperti size, profitability, growth opportunity, business risk dan payment of dividends konstan. β5 = 0.364546 artinya jika nilai variabel business risk naik sebesar satu satuan, maka variabel leverage akan mengalami peningkatan sebesar 0.364546, dengan syarat variabel lainnya seperti size, profitability, growth November 2012 opportunity, compensation of executive managers dan payment of dividends konstan. 7. β6 = ‐0.559870 artinya jika nilai variabel payment of dividends naik sebesar satu satuan, maka variabel leverage akan mengalami penurunan sebesar 0.559870, dengan syarat variabel lainnya seperti size, profitability, growth opportunity, compensation of executive managers dan business risk konstan. Pengujian Hipotesis Uji t Hipotesis 1 Nilai probabilitas sebesar 0.0008, dimana lebih kecil daripada nilai alpha 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh size terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hipotesis 2 Nilai probabilitas sebesar 0.4719, dimana lebih besar daripada nilai alpha 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh profitability terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hipotesis 3 Nilai probabilitas sebesar 0.0038, dimana lebih kecil daripada nilai alpha 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa terdapat pengaruh growth opportunity terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20082012. ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim Hipotesis 4 Nilai probabilitas sebesar 0.1732, dimana lebih besar daripada nilai alpha 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh compensation program for executive managers terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hipotesis 5 Nilai probabilitas sebesar 0.6300, dimana lebih besar daripada nilai alpha 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh business risk terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hipotesis 6 Nilai probabilitas sebesar 0.2536, dimana lebih besar daripada nilai alpha 0.05 sehingga didapat kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh payment of dividends terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20082012. Uji F Hasil uji secara simultan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pada penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Analisa Uji F Variable C Coefficien t Std. Error fStatistic -0.786557 0.547061 1.437787 2.813766 0.439419 3.007195 2.461415 1.251206 2.664827 SIZE PROFIT GROWTH COMP 0.055527 0.092631 0.005871 -0.020427 B_RISK DIVIDEND 0.364546 0.291356 -0.559870 0.210096 Hasil ini didukung oleh probabilitas F statistik sebesar 0.000153, dimana lebih kecil dari alpha 0.05 sehingga dapat kesimpulan bahwa size, profitability, growth opportunity, compensation program for executive managers, 0.019734 0.210804 0.001952 0.008299 Prob. 0.1559 0.0067 0.6620 0.0039 0.0168 0.2159 0.0100 business risk, dan payment of dividends berpengaruh secara simultan terhadap leverage pada consumer goods industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. 73 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Tabel 8 Hasil Uji Koefisien Determinasi H7 R 0.601199 R-squared 0.361440 Adj. R-squared 0.295383 2. Sumber: Hasil Pengolahan Eviews 7 Pada tabel 4.22 menunjukkan nilai koefisien korelasi (R) sebesar 0.601199 artinya hubungan antara leverage sebagai variabel dependen dengan variabel independen yaitu size, profitability, growth opportunity, compensation program for executive managers, business risk, dan payment of dividends adalah kuat dan positif karena nilai R berada diantara 0,50 – 0,75. Besarnya nilai koefisien determinasi (R2) yang nilainya diambil dari adjusted R-squared adalah sebesar 0.295383 atau sebesar 29.54% variasi variabel dependen yaitu leverage dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen yaitu size, profitability, growth opportunity, compensation program for executive managers, business risk, dan payment of dividends dan sisanya 70.46% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak termasuk dalam penelitian ini. 3. 4. 5. PENUTUP Hasil analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan seperti dibawah ini: 1. Size berpengaruh terhadap leverage. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan Juca et al. (2012), Ashraf dan Rasool 74 6. November 2012 (2013), Erkaningrum (2008), Aprilia (2012). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Hossain dan Ali (2012). Profitability tidak berpengaruh terhadap leverage. Hasil penelitian ini konsisten terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashraf dan Rasool (2013), Al-ajmi et al. (2009). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan Juca et al. (2012), Erkaningrum (2008), Aprilia (2012), Hossain & Ali (2012). Growth opportuniy berpengaruh terhadap leverage. Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Juca et al. (2012), Ashraf dan Rasool (2013), Aprilia (2012), Hossain & Ali (2012). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Al-ajmi et al. (2009). Compensation program for executive managers tidak berpengaruh terhadap leverage. Hasil ini tidak konsisten dengan penelitian Juca et al. (2012). Business risk tidak berpengaruh terhadap leverage. Hasil penelitian ini konsisten terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh Ashraf dan Rasool (2013), Al-ajmi et al. (2009). Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Juca et al. (2012). Payment of dividend tidak berpengaruh terhadap leverage. Hasil penelitian ini konsisten dengan Juca et al. (2012) dan Hossain & Ali (2012). Hasil ISSN: 1410 -9875 penelitian ini tidak konsisten terhadap hasil penelitian Erkaningrum (2008), serta Alajmi et al. (2009). 7. Size, profitability, growth opportunity, compensations program for executive manager, business risk, dan payment of dividends berpengaruh secara bersama – sama terhadap leverage. Hal yang menjadi keterbatasan bagi peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan subsektor manufaktur yakni consumer goods industry sebagai obyek penelitiannya, sehingga obyek penelitian dirasa belum mencakup keseluruhan jenis perusahaan yang ada. 2. Dalam penelitian ini hanya menggunakan 6 variabel sementara masih banyak variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi leverage suatu perusahaan. 3. Penelitian ini hanya mengambil sampel selama lima tahun yaitu Mahmudin Muslim dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 yang mungkin kurang mencerminkan keadaan jangka panjang. Rekomendasi peneliti untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1. Menggunakan objek penelitan lain yang lebih luas untuk menghasilkan sampel yang lebih banyak. 2. Melakukan penambahan variabel lainnya yang mungkin turut mempengaruhi leverage seperti firm value, karena suatu nilai perusahaan dapat dilihat dari seberapa banyak perusahaan menggunakan hutang dan ekuitas. 3. Memperpanjang periode penelitian agar sampel yang didapat mungkin lebih banyak walaupun objek yang didapat sedikit, daripada sampel dengan objek yang banyak tetapi periode penelitian terbatas. REFERENSI Al-ajmi, Jasim, Hameeda Abo Hussain, and Nadhem Al-Saleh. 2009. Decisions on capital structure in a Zakat environment with prohibition of riba: The case of Saudi Arabia. Journal of Risk Finance, Vol. 10 Iss: 5, Hlm.460 – 476. Alichia, Yashinta P. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya terhadap Opini Audit Going Concern (Studi Empiris Perusahaan Manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia). Jurnal Akuntansi, Vol.1, No.1 (2013): Seri G-Articles. Alkhatib, Khalid. 2012. The Determinants of Leverage of Listed Companies. International Journal of Business and Social Science. Vol. 3 No. 24 Special Issue – December 2012. 75 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Aprilia, Rini. 2012. The Joint Determination of Leverage and Maturity: Empirical Evidence from Malaysia. Jurnal Ilmiah STIE MD, Vol. 2 No.1, September 2012, Hlm. 1-16. Ashraf, Tanveer, and Safdar Rasool. 2013. Determinants of Leverage of Automobile Sector Firms Listed in Karachi Stock Exchange by Testing Packing Order Theory. Journal of Business Studies Quarterly, Vol. 4, No. 3. Copeland, Thomas E., J. Fred Weston, and Kuldeep Shastri. 2005. Financial Theory and Corporate Policy. Fourth Edition. USA: Pearson Education Inc. Diaz, Marcela, dan Vitriyan Espa. 2008. Bentuk dan Komponen Penentu Kompensasi Eksekutif. TEMA, Vol. 9, No. 1, Maret 2008. Erkaningrum F, Indri. 2008. Factor – Faktor Penentu Financial Leverage dalam Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Analisis, Vol. 01, No.02, Mei 2008, Hlm. 164. Furi, Vina Ratna, dan Saifudin. 2012. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-2010). Juraksi, Vol.1 No.2, Februari 2012. Gitman, Lawrence J. 2006. Principles of Managerial Finance. Eleventh Edition. USA: Lawrence J. Gitman. Gitman, Lawrence J. 2009. Principles of Managerial Finance. Twelfth Edition. USA: Lawrence J. Gitman. Gitman, Lawrence J., and Chad J Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Global Edition. USA: Pearson Education Limited. Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, and Scott Holmes. 2010. Accounting Theory. Seventh Edition. Australian: John Wiley & Sons Australia, Ltd. Hair, Joseph F. Jr., William C. Black, Barry J. Babin, and Rolph E. Anderson. 2010. Multivariate Data Analysis. Seventh Edition. USA: Pearson Education. Handayani, R., dan Seftianne. 2011. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 13, No. 1, April 2011, Hlm. 39-56. Hossain, Faruk, and Ayub Ali. 2012. Impact of Firm Specific Factors on Capital Structure Decision: An Empirical Study of Bangladeshi Companies. International Journal of Business Research and Management (IJBRM),Vol. 3, No. 4. Hovakimian, Gayane, and Sheridan Titman. 2006. Corporate Investment with Financial Constraints: Sensitivity of Investment to Funds from Voluntary Asset Sales. Journal of Money, Credit, and Banking, Vol. 38, No. 2 (March 2006). IDX Fact Book 2005-2012. Jakarta: Indonesia Stock Exchange. Joni dan Lina. 2010. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 12, No. 2, Agustus 2010, Hlm. 81-96. Juca, Michele Nascimento, Almir Ferreira de Sousa, and Albert Fishlow. 2012. Capital Structure Determinant’s of North American Banks and the Compensation Executive Program-An Empiric Study on the Actual 76 ISSN: 1410 -9875 Mahmudin Muslim Systemic Crisis. International Journal of Business and Management, Vol. 7, No. 17, September 2012. Junaidi. (2010). Tabel – Tabel Statistik Lengkap. (Online). Tersedia: http://iespfeunja.wordpress.com/2010/06/10/download-tabel-tabelstatistik-lengkap/. (8 Juni 2014). Koh, Annie, Ser Keng Ang, Eugene F. Brigham, and Michael C, Ehrhardt. 2014. Financial Management: Theory and Practice. An Asia Edition. Singapore: Cengage Learning Asia Pte Ltd. Martinis, Yamin. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Gaung Persada. (http://pustakahidayah.co.id/buku-pendidikan/bukuparadigma-baru-pembelajaran-martinis-yamin) Mondy, R. Wayne. 2008. Human Resource Management. USA: Pearson Education International. Prabansari, Yuke & Hadri kusuma. 2005. Faktor - Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur Go Public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Sinergi, Edisi Khusus On Finace: hlm. 1-15. Pribadi, Anggit Satria, dan R. Joko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Cash Position, Firm Size, Growth Opportunity, Ownership, dan Return On Asset Terhadap Dividend Payout Ratio. Diponegoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1, 2012, Hlm. 212-211. Ross, Stephen A., Randolph W. Westerfield, Jeffrey Jaffe, and Bradford D. Jordan. 2009. Modern Financial Management. International Edition. USA: The McGraw-Hill Companies, Inc. Sarwono, Jonathan. 2011. PASW Statistics 18 - Belajar Statistik Menjadi Mudah dan Cepat. Jakarta: ANDI. (http://setabasri01.blogspot.com/2011/04/uji-korelasi-pearson.html) Sekaran, Uma. 2003. Research Methods for Business A Skill Building Approach. Fourth Edition. USA: John Wiley & Sons, Inc. Siagian, Sondang P., 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Pertama. Jakarta: Bumi Aksara. Siamat, Dahlan. 2001. Manajemen Lembaga Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Sjahrial, Dermawan. 2009. Manajemen Keuangan. Edisi Ketiga. Jakarta: Mitra Wacana Media. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Sultera, Fatimah Karunia, Suhadak, dan Darminto. 2013. Pengaruh Aspek Fundamental dan Resiko Bisnis terhadap Financial Leverage (Studi pada Perusahaan Manufaktur Sektor Aneka Industri di BEI Periode Tahun 2007-2011). Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya. Sundjaja, Ridwan S., Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Keempat. Jakarta: Literata Lintas Media. Supranto, J. 2009. Statistik: Teori dan Aplikasi. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga. Syafi’i, Imam. 2011. Managerial Ownership, Free Cash Flow, dan Growth Opportunity Terhadap Kebijakan Hutang. Media Mahardhika, Vol.10 no 1 September 2011. 77 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Tampubolon, Manahan P. 2005. Manajemen Keuangan (Finance Management). Bogor: Ghalia Indonesia. Tampubolon, Manahan P. 2013. Manajemen Keuangan (Finance Management). Edisi Pertama. Jakarta: Mitra Wacana Media. Umar, Husein. 2011. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers. Viandgo, Yuvita. 2013. Analisis Pengujian Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Risiko Bisnis, dan Tingkat Pertumbuhan Terhadap Leverage Perusahaan. November 2013, Hlm. 1-6. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews. Edisi Keempat. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. 78 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 79-90 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA M. ARIEF EFFENDI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the influence of managerial ownership, intellectual capital, firm size, leverage, asset growth, dividend policy, profitability, and liquidity on firm value on non-financial companies that listed in Indonesia Stock Exchange. The sample in this research consits of 30 non-financial companies in Indonesia Stock Exchange from period 2007 until 2010. Samples selected based on purposive sampling method. This research uses multiple linear regression as the statistical analysis method. The results of this research indicate that managerial ownership, leverage, asset growth, dividend policy and liquidity do not have any influence on firm value. On the other hand, intellectual capital, firm size and profitability have influence on firm value. Keywords: Firm Value, Managerial Ownership, Intellectual Capital, Firm Size, Leverage, Asset Growth, Dividen Policy, Profitability and Liquidity. PENDAHULUAN dari dana yang diinvestasikannya di perusahaan. Nilai perusahaan dapat dipengaruhi oleh harga pasar saham, keputusan keuangan seperti keputusan investasi dan kebijakan dividen yang diambil oleh manager bertujuan untuk memaksimalisasi nilai perusahaan yang selaras dengan memaksimalisasi kesejahteraan para pemegang saham. Kekayaan pemegang saham menunjukkan kinerja perusahaan yang efektif. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik Pada era globalisasi ini, nilai perusahaan menjadi salah satu indikator penting dalam menentukan keberhasilan suatu perusahaan, sebab dengan tingginya nilai perusahaan biasanya akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham. Para investor biasanya melihat nilai perusahaan terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menanamkan modalnya di perusahaan, dimana tujuan dari investor itu untuk memperoleh laba 79 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 untuk melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan, penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Chiung (2011). Variabel independen yang terdapat dalam penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, modal intelektual, ukuran perusahaan, leverage, tingkat pertumbuhan aset, kebijakan dividen dan likuiditas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu manager untuk menentukan bagaimana cara untuk mengoptimalkan nilai perusahaan, serta membantu para investor untuk mengetahui nilai perusahaan yang akan menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan investasi di sebuah perusahaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut mengenai nilai perusahaan. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Agency Theory Agency theory dapat dilihat dari dua pihak, yaitu pihak prinsipal dan agen. Pihak prinsipal adalah para pemegang saham, sedangkan yang disebut pihak agen adalah manajemen atau profesional yang bertugas mengelola perusahaan. Pemegang saham mempercayakan manajer untuk mengelola perusahaan agar dapat mengoptimalkan nilai perusahaan. Namun pada kenyataannya, terdapat masalah keagenan (agency problem). Tujuan dari pemilik tidak sama dengan tujuan dari para manajer. Disaat para manajer 80 November 2012 tertarik untuk mengoptimalkan fasilitas yang tersedia seperti gaji, pangkat dan tunjangan, sedangkan para pemilik lebih tertarik dalam tingkat pengembalian (return) yang tinggi dari modal yang ditanamkan dalam perusahaan (Gosh 2012). Adanya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajemen menimbulkan agency costs. Agency costs meliputi monitoring costs, bonding costs dan residual losses. Monitoring cost adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh para pemegang saham untuk memonitori perilaku manajemen, bonding cost adalah biaya yang ditanggung oleh manajemen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa manajemen bertindak untuk kepentingan para pemegang saham, sedangkan residual loss timbul dari kenyataan bahwa manajemen kadangkala berbeda dari tindakan yang memaksimumkan kepentingan pemegang saham (Ahmad 2008). Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan salah satu indikator yang memegang peranan yang sangat penting dalam penentuan efektivitas dan efisiensi perusahaan dalam mengelola kegiatan operasional perusahaan. Semakin tinggi nilai perusahaan maka semakin tinggi juga kemakmuran para pemegang saham. Menurut Fakhrudin dan Sopian (2001) dalam Wardani (2011), bahwa nilai perusahaan sering dikaitkan dengan harga saham. Semakin tinggi harga saham maka semakin tinggi pula nilai perusahaan. Indikator yang digunakan untuk mengukur nilai perusahaan ISSN: 1410 -9875 yang telah banyak digunakan dalam penelitian keuangan adalah Tobin’s Q. Sudiyatno (2010) menyatakan bahwa Tobin’s Q adalah indikator untuk mengukur kinerja perusahaan, yang menunjukkan suatu proforma manajemen dalam mengelola aktivitas perusahaan. Nilai Tobin’s Q menggambarkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki oleh perusahaan atau potensi pertumbuhan suatu perusahaan. Investor membutuhkan informasi mengenai Tobin’s Q untuk mengetahui apakah perusahaan berada dalam kondisi tumbuh, tidak tumbuh atau bahkan menurun. Kepemilikan Manajerial dan Nilai Perusahaan Menurut agency theory, kepemilikan manajerial merupakan salah satu hal yang dapat mengurangi konflik keagenan (agency problem), karena manajer sekaligus menjadi pemegang saham perusahaan sehingga manajer akan menyelaraskan kepentingannya dengan kepentingan para pemegang saham. Selain itu, manajer juga akan termotivasi meningkatkan kinerja agar nilai perusahaan dapat meningkat. Peningkatan nilai perusahaan akan meningkatkan nilai pasar saham perusahaan yang akan memberikan keuntungan dalam bentuk dividen baik kepada pihak prinsipal maupun para manajer yang sekaligus merupakan pemegang saham. Dalam laporan keuangan, kepemilikan manajerial dapat dilihat dari besarnya persentasi kepemilikan saham perusahaan oleh anggota direksi, dewan komisaris dan para manajer. manajerial Ha1: Kepemilikan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. M. Arief Effendi Modal Intelektual dan Nilai Perusahaan Perusahaan harus dapat mengelola sumber daya dengan baik agar dapat menciptakan value added bagi perusahaan demi kepentingan para pemegang saham. Tseng dan Goo (2005) dalam Chiung (2011) meneliti bagaimana mengaplikasikan konsep modal intelektual untuk menciptakan nilai perusahaan. Konsep tersebutterdiri atas: (1) human capital yang mengacu kepada kemampuan pribadi, pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh semua karyawan yang ada di perusahaan; (2) organizational capital (CE) adalah suatu lingkungan yang diciptakan oleh perusahaan untuk mengelola dan menghasilkan pengetahuan secara efektif, meliputi sistem informasi, proses bisnis dan budaya organisasi; (3) innovation capital (RD) didefinisikan sebagai kemampuan untuk menciptakan pengetahuan yang baru dari pengetahuan yang sudah ada sebelumnya, meliputi kemampuan perusahaan untuk menciptakan produk baru serta ideide yang kreatif, dan (4) relationship capital (ME) mengacu pada pemahaman yang dimiliki dalam bidang pemasaran, hubungan yang dimiliki oleh perusahaan dengan pihak luar serta kepuasaan pelanggan dan cara untuk membuat pelanggan loyal terhadap perusahaan. intelektual yang Ha2: Modal diproksikan oleh capital expenditure berpengaruh terhadap nilai perusahaan. intelektual yang Ha3: Modal diproksikan oleh marketing 81 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 expenditure berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Ukuran Perusahaan dan Nilai Perusahaan Perusahaan yang berukuran besar cenderung mengenakan tingkat biaya yang berhubungan dengan hutang yang lebih kecil dibandingkan perusahaan kecil. Pada umumnya, perusahaan yang memiliki ukuran besar menunjukkan daya saing perusahaan yang lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Perusahaan yang berukuran besar memiliki risiko yang lebih rendah apabila dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil, karena perusahaan besar memiliki pengalaman untuk menghadapi persaingan ekonomi. Selain itu, ukuran perusahaan juga turut meningkatkan kepercayaan investor, karena semakin besar ukuran perusahaan, berarti semakin dikenal oleh masyarakat sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ha4: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Leverage dan Nilai Perusahaan Leverage merupakan suatu alat penting dalam pengukuran efektivitas penggunaaan utang perusahaan. Pengambilan keputusan mengenai leverage harus mempertimbangkan besarnya biaya tetap yang muncul dari hutang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham biasa (Hermuningsih 2009). Perusahaan dengan tingkat 82 November 2012 leverage yang tinggi kemungkinan akan menghadapi strategi yang lebih agresif dari pesaing dengan tingkat leverage yang lebih rendah karena timbulnya keraguan dari pelanggan, pekerja maupun pemasok perusahaan terhadap kemampuan perusahaan untuk bertahan di dunia bisnis (Yuyetta 2009). berpengaruh Ha5: Leverage terhadap nilai perusahaan. Tingkat Pertumbuhan Aset dan Nilai Perusahaan Pertumbuhan aset adalah perubahan baik peningkatan ataupun penurunan total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Pengeluaran investasi yang dilakukan oleh perusahaan memberikan sinyal positif tentang prospek perusahaan di masa yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham sebagai indikator nilai perusahaan (Noerirawan 2012). Hasnawati (2005) menyatakan jenis pengeluaran modal untuk investasi memiliki pengaruh besar terhadap nilai perusahaan karena informasi tersebut menyediakan informasi tentang pertumbuhan pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang. Para manajer pada umumnya mengambil keputusan untuk membeli aset baru dengan tujuan untuk dapat meningkatkan kegiatan produksi perusahaan, yang diharapkan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Ha6: Tingkat pertumbuhan aset berpengaruh terhadap nilai perusahaan. ISSN: 1410 -9875 Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan Kebijakan dividen merupakan keputusan yang sangat penting yang harus diambil oleh perusahaan. Dividen dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk penawaran distribusi pendapatan, karena pembayaran dividen kepada para pemegang saham menunjukkan bahwa pengelola perusahaan sudah memenuhi ekspektasi para pemegang saham sehingga dapat mengurangi konflik keagenan (Ahmad 2008). Manajemen mempunyai dua alternatif untuk laba setelah pajak yang dihasilkan oleh perusahaan, yaitu laba tersebut akan dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen baik dividen kas maupun dividen saham atau laba tersebut akan diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (Noerirawan 2012). Perusahaan harus dapat menetapkan kebijakan dividen yang nantinya dapat meningkatkan kemakmuran para pemegang saham. dividen Ha7: Kebijakan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Brigham dan Houston (2009) menyatakan bahwa profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan. Profitabilitas yang meningkat akan meningkatkan jumlah laba yang ditahan sehingga perusahaan tidak perlu melakukan peminjaman dana dari pihak luar dalam bentuk hutang. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan profitabilitas perusahaan mencerminkan prospek M. Arief Effendi perusahaan yang dinilai semakin baik di masa mendatang, artinya nilai perusahaan akan dinilai semakin baik oleh para investor. Peningkatan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba akan mengakibatkan peningkatan harga saham. Hal ini akan mempertinggi kepercayaan investor terhadap perusahaan. berpengaruh Ha8: Profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Likuiditas dan Nilai Perusahaan Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan cepat merupakan perusahaan yang diminati oleh banyak investor karena rasio likuiditas menggambarkan analisa posisi keuangan jangka pendek dan juga membantu manajemen untuk melakukan pengecekan terhadap modal kerja yang dipakai oleh perusahaan. Aset lancar seperti kas di bank tidak menghasilkan tingkat pengembalian yang tinggi. Oleh karena itu perusahaan harus menyeimbangkan kebutuhan akan keamanan yang diberikan likuiditas terhadap tingkat pengembalian yang rendah yang dihasilkan bagi investor yang timbul akibat aset yang likuid (Gitman 2012). berpengaruh Ha9: Likuiditas terhadap nilai perusahaan. METODE PENELITIAN Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive 83 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 sampling, dengan kriteria sebagai berikut: 1) perusahaan non keuangan yang konsisten terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, 2) perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dalam mata uang Rupiah, 3) perusahaan yang melaporkan laporan keuangan tahunan yang berakhir pada 31 Desember, 4) perusahaan yang membagikan dividen tunai, dan 5) perusahaan yang memiliki modal intelektual secara berturut-turut. marketing expenditure (ME) yang dirumuskan sebagai berikut: ������� ����������� CE = Definisi Operasional Variabel Nilai Perusahaan Nilai perusahaan diukur menggunakan Tobin’s Q yang dirumuskan sebagai berikut: ��� �� Tobin’s Q = �� Dimana: Tobins Q Nilai perusahaan MVE Nilai Ekuitas Pasar (closing price x outstanding share) D Nilai buku dari total liabilities TA Total aset Leverage Leverage adalah pengukur berapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar hutang-hutang yang dimilikinya dengan modal atau ekuitas yang ada. Leverage diukur menggunakan debt to equity ratio yang dirumuskan sebagai berikut: ����� ����������� DER = Kepemilikan Manajerial Variabel kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan skala nominal, variabel dummy dimana nilai 1 menunjukkan suatu perusahaan memiliki kepemilikan manajerial dan nilai 0 menunjukkan suatu perusahaan tidak memiliki kepemilikan manajerial. Modal Intelektual Dalam penelitian ini konsep yang akan dipakai adalah organizational capital yang diproksikan oleh capital expenditure (CE) dan relationship capital yang diproksikan oleh 84 November 2012 ��� ����� ME = ��������� ����������� ��� ������� Ukuran Perusahaan Ukuran aktiva suatu perusahaan dapat menjadi tolak ukur untuk menentukan besar kecilnya suatu perusahaan. Dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: SIZE = ln of total assets ����� ������ Tingkat Pertumbuhan Aset Pertumbuhan aset merupakan besarnya pertumbuhan investasi yang dilakukan oleh perusahaan pada aktiva tetap. Pertumbuhan aset ditandai dengan adanya kenaikan aset dari tahun ke tahun. AG = ����� ����� ��������� ����� ����� ����� ����� ����� Kebijakan Dividen Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan apakah laba yang dihasilkan oleh perusahaan akan dibagikan untuk para pemegang saham atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan. ������� ��� ����� DPR = �������� ��� ����� Profitabilitas Profitabilitas memperlihatkan sejauhmana perusahaan mengelola ISSN: 1410 -9875 M. Arief Effendi modal yang dimiliki secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan oleh perusahaan melalui penjualan. ���� ������ ������� ����� ROE = ����� ������� Likuiditas Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya, yang artinya kewajiban tersebut harus segera dipenuhi. ��� � ������ ��� LIQ = ������ ������ HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif Variabel Tabel 4.1 Hasil Distribusi Frekuensi untuk Variabel Dummy Cumulative Frequency Percent Percent Valid 0 50 41.7 41.7 1 70 58.3 100.0 Total 120 100.0 Hasil diatas berarti terdapat 50 data perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan manajerial dan terdapat 70 data perusahaan yang memiliki kepemilikan manajerial. Tabel 4.2 Hasil Uji Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean Standard Deviation TOBIN’S Q CE 120 120 .2068 .0005 15.0033 .3246 1.817221 .081296 2.4169996 .0543601 ME 120 .0003 .2281 .033468 .0544028 SIZE 120 25.6606 31.7140 28.705158 1.3611387 DER ASSETGR DPR ROE CR 120 120 120 120 120 .1364 -.3235 .0442 .0002 .0092 7.5278 1.2863 4.2328 1.2194 4.6489 1.069474 .163070 .455645 .216220 .704925 1.0808745 .1788013 .4261361 .1655400 .8037498 Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Uji Normalitas Residual Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov untuk melihat normalitas data yang akan diuji. Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 85 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 sebesar 0.161, nilai tersebut lebih besar dari tingkat kesalahannya November 2012 yaitu 0.05. Hal tersebut berarti data berdistribusi normal. Uji Asumsi Klasik Uji Multikolinieritas Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Variabel Tolerance VIF INSIDER .888 1.126 CE .675 1.481 ME .750 1.334 SIZE .735 1.360 DER .692 1.446 ASSETGR .683 1.464 DPR .856 1.168 ROE .879 1.137 CR .677 1.478 Kesimpulan Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Tidak terjadi multikolinieritas Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Uji Heteroskedastisitas Variabel INSIDER CE ME SIZE DER ASSETGR DPR 86 Tabel 4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas T Sig. Kesimpulan Tidak terjadi -.860 .392 heteroskedastisitas Tidak terjadi .311 .757 heteroskedastisitas Tidak terjadi .014 .989 heteroskedastisitas Tidak terjadi .767 .445 heteroskedastisitas Tidak terjadi -.256 .798 heteroskedastisitas Tidak terjadi -1.319 .190 heteroskedastisitas Tidak terjadi 1.083 .281 heteroskedastisitas ISSN: 1410 -9875 M. Arief Effendi ROE 3.422 .001 CR 1.093 .277 Terjadi heteroskedastisitas Tidak terjadi heteroskedastisitas Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Uji Autokorelasi Tabel 4.5 Hasil Uji Autokorelasi Variabel res_2 T Sig. Kesimpulan -.662 .509 Tidak terjadi autokorelasi Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS Dependent Variable: Unstardadized Residual Pengujian Hipotesis Analisa Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi Hasil uji korelasi menunjukkan nilai korelasi antara variabel dependen dengan variabel independen dalam model regresi sebesar 0.887 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang kuat antar variabel independen dan variabel dependen. Nilai Adjusted R2 adalah sebesar 0.769 atau sebesar 76.9%, hal tersebut berarti bahwa sebesar 76.9% variasi variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen, sisanya sebesar 23.1% dijelaskan oleh variasi variabel lain yang tidak terdapat di dalam model regresi. Uji F Hasil uji statistik F menunjukkan nilai F sebesar 44.963 dan nilai Sig. sebesar 0.000 lebih kecil dari 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa model fit atau layak untuk digunakan dalam model regresi. Uji t Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai Sig. sebesar 0.269, lebih besar dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha1 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel modal intelektual dengan proksi capital expenditure memiliki nilai Sig. sebesar 0.084, lebih besar dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha2 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal intelektual yang diproksikan oleh capital expenditure tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa modal intelektual dengan proksi marketing expenditure memiliki beta 5.876 dan nilai Sig. sebesar 0.011, lebih kecil dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha3 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel modal intelektual yang diproksikan oleh marketing expenditure berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan memiliki beta 0.261 dan nilai Sig. sebesar 0.005, lebih kecil dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha4 87 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel leverage memiliki nilai Sig. sebesar 0.407, lebih besar dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha5 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan aset memiliki nilai Sig. sebesar 0.533, lebih besar dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha6 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel pertumbuhan aset tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen memiliki nilai Sig. sebesar 0.095, lebih besar dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha7 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel kebijakan dividen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel profitabilitas memiliki beta 12.630 dan nilai Sig. sebesar 0.000, lebih kecil dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha8 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil uji t menunjukkan bahwa variabel likuiditas memiliki nilai Sig. sebesar 0.337, lebih besar dari nilai alpha (α = 0.05) artinya Ha9 gagal diterima. Hal ini menunjukkan bahwa variabel likuiditas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 88 November 2012 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa modal intelektual yang diproksikan oleh marketing expenditure, ukuran perusahaan dan profitabilitas memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan. Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu: 1) periode penelitian terlalu singkat hanya 5 tahun yaitu tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, 2) variabel independen yang digunakan hanya kepemilikan manajerial, modal intelektual, ukuran perusahaan, leverage, pertumbuhan aset, kebijakan dividen, profitabilitas dan likuiditas, dan 3) data yang digunakan memiliki keterbatasan seperti terjadi masalah heteroskedastisitas pada variabel profitabilitas. Rekomendasi Atas dasar keterbatasan tersebut maka rekomendasi untuk penelitian selanjutnya, yaitu: 1) memperpanjang periode penelitian, 2) menambahkan beberapa variabel yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan misalnya institutional ownership, perataan laba dan lainlain, serta 3) menambah jumlah data sampel untuk menghindari heteroskedastisitas yang terjadi dalam penelitian ini. ISSN: 1410 -9875 M. Arief Effendi DAFTAR REFERENSI Anderson, David R., Dennis J.S., Thomas A.W. 2011. Statistics for Business and Economics. 7thedition. South Western: Cengage Learning. Afzal, Arie dan Abdul Rohman. 2012. Pengaruh Keputusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan.Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 2, Hlm. 1-9. Ahmad, A.W. dan Yossi Septriani. 2008. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya.Jurnal Akuntansi dan Manajemen, Vol. 3, No. 2, Hlm. 47-55. Chen, M.C., Cheng Su-Ju dan Hwang Yuh-Chang. 2005. An Empirical Investigation of The Relationship Between Intellectual Capital and Firm’s Market Value and Financial Performance. Journal of Intellectual Capital, Vol. 6, No. 2, Hlm. 159-176. Chiung, Ju-Liang, Huang Tzu-tsang dan Lin Wen-Cheng. 2011. Does Ownership Structure Affect Firm Value? Intellectual Capital Across Industries Perspective.Journal of Intellectual Capital, Vol. 12, No.4, Hlm. 552570. Entika, M.L. dan M.D. Ariyanto. 2012. Pengaruh Elemen Pembentuk Intellectual Capital terhadap Nilai Pasar dan Kinerja Keuangan pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.Diponegoro Journal of Accounting,Vol. 1, No. 2, Hlm. 1-11. Fitz-Enz, Jac. 1990. Human Value Management. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Edisi ke-5. Semarang: BP Universitas Diponegoro. Gitman, Lawrence J., dan Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Edisi ke-13.Boston: Pearson Education Limited. Gosh, B.N. 2012. Business Ethnic and Corporate Governance. New Delhi: McGraw Hill. Hasnawati, Sri. 2005. Dampak Set Peluang Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Publik di Bursa Efek Jakarta. JAAI, Vol. 9, No. 2, Hlm. 117-126. Herawaty, Vinola. 2008. Peran Praktek Corporate Governance sebagai Moderating Variable dari Pengaruh Earnings Management terhadap Nilai Perusahaan.Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No.2, Hlm. 97108. Hermuningsih, Sri dan Dewi Kusuma Wardani. 2009.Faktor-Faktor yang `Mempengaruhi Nilai Perusahaan pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Malaysia dan Bursa Efek Indonesia.Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 13, No. 2, Hlm. 173-183. Jensen, Ming Chin dan W.H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol.3, No. 4, Hlm. 305-360 Mahendra, A., L.G.S. Artini dan A.A.G. Suarjaya. 2012. Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan, Vol. 6,No. 2, Hlm. 130-138. 89 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Mardiyati, U., G.N. Ahmad dan Ria Putri. 2012. Pengaruh Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 20052010.Jurnal Riset Manajemen Sains Indonesia, Vol. 3, No. 1, Hlm. 1-17. Nasehah, Durrotun dan Endang Tri Widyarti. 2012. Analisis Pengaruh ROE, DER, DPR, Growth, Firm Size Terhadap Price To Book Value (Studi Kasus pada Perusahaan Manufaktur yang Listed di BEI Periode Tahun 20072010). Diponegoro Journal of Management, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-9. Noerirawan, M.R. dan Abdul Muid. 2012. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan.Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No.2, Hlm. 1-12. Retno, R.D. dan Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan.Jurnal Nominal, Vol. 1, No. 1, Hlm. 1-20. Santoso, Singgih. 2012. Aplikasi SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: Elex Media Komputindo. Sofyaningsih, Sri dan Pancawati Hardiningsih. 2011. Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan.Dinamika Keuangan dan Perbankan, Vol. 3, No.1, Hlm. 68-87. Sudiyatno, Bambang dan Elen Puspitasari. 2010. Tobin’s Q dan Altman Z-Score sebagai Indikator Pengukur Kinerja Perusahaan. Kajian Akuntansi. Vol.2, No. 19, Hlm. 9-21. Sutrisno, H. 2010. Pengaruh Arus Kas, Faktor Fundamental dan Tingkat Bunga terhadap Nilai Perusahaan pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Solusi, Vol. 5, No. 2, Hlm. 93-106. Tseng, Chun Yao dan Goo Yong Jia James. 2005. Intellectual Capital and Corporate Value in An Emerging Economy: Empirical Study of Taiwanese Manufacturers. R & D Management, Vol. 35, No. 2, Hlm. 187-201. Wardani, D.W. dan Sri Hermuningsih. 2011. Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan dan Kebijakan Hutang sebagai Variabel Intervening.Jurnal Siasat Bisnis, Vol. 15, No.1, Hlm. 27-36. Yuyetta, E.N.A. 2009. Pengaruh Leverage terhadap Nilai Perusahaan pada Masa Krisis: Pengujian Empiris di Indonesia.Jurnal Akuntansi dan Auditing, Vol. 5, No. 2, Hlm. 148-163. 90 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 91-102 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH FIRM SIZE, PROFITABILITAS, LEVERAGE, KEPEMILIKAN SAHAM PUBLIK, DAN MEDIA EXPOSURE TERHADAP PENGUNGKAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR SEKTOR BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA MARIS AGUNG T [email protected] Abstract: The purpose of this research are to test and analyze empirically the influence of firm size, profitability, leverage, public ownership, and media exposure. This study was also to compare the result of previous research with this research. Sample used in this research is corporate social responsibility disclosure on consumer goods sector manufacturing companies listed in Indonesian Stock Exchange for period 2010-2013. The purposive sampling is used as sampling technique to obtain 17 companies met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regression with random effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that firm size influence to corporate social responsibility disclosure, while profitability, leverage, public ownership, and media exposure do not influence to corporate social responsibility disclosure. In addition, overall the independent variables influence to corporate social responsibility disclosure simultaneously. Keywords: Firm Size, Profitability, Leverage, Public Ownership, Media Exposure, and Corporate Social Responsibility Disclosure. PENDAHULUAN aspek sosial dan lingkungan. Prioritas utama dalam sebuah bisnis adalah keberlanjutan usaha. Keberlanjutan usaha tersebut didukung oleh kepedulian perusahaan terhadap aspek lingkungan dan sosial. Pada umumnya kegiatan bisnis terutama Dalam konteks pembangunan saat ini, keberhasilan sebuah perusahaan bukan lagi diukur dari keuntungan bisnis semata, akan tetapi dilihat juga dari sejauh mana kepedulian perusahaan terhadap 91 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam akan memberikan dampak kepada lingkungan sekitar perusahaan, seperti masalah polusi, limbah, keamanan produk, dan tenaga kerja. Dengan adanya dampak lingkungan sekitar tersebut akan mempengaruhi kesadaran perusahaan dan masyarakat akan pentingnya melaksanakan tanggung jawab sosial atau lebih dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). CSR pada umumnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah faktor-faktor pendorong yang memotivasi perusahaan untuk menerapkan CSR dengan berbagai ekspektasi yang diharapkan bagi kepentingan perusahaan yang menjalankannya. Dari sisi internal, keterkaitan program dengan kepentingan perusahaan, serta kepentingan dari segi kelancaran operasi perusahaan memberi pengaruh yang melatarbelakangi perusahaan untuk menerapkan CSR. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor dari luar perusahaan yang mendorong dan memberikan intervensi bagi perusahaan untuk menerapkan CSR. Contohnya, adanya regulasi undang-undang, permintaan dari investor perusahaan, terjadinya bencana alam, dan intervensi pemerintah serta masyarakat merupakan faktor eksternal yang memberikan pengaruh bagi kebijakan penerapan CSR perusahaan. Ketentuan mengenai praktik tanggung jawab sosial perusahaan diatur dalam 92 November 2012 Undang-Undang R.I. No. 40 tahun 2007 pasal 74 tentang “Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan” menyebutkan bahwa “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan.” Sebuah lembaga internasional yaitu The World Business Council for Sustainability Development (WBCSD) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility (CSR) adalah komitmen berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berperilaku secara etis dan memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi sekaligus meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya, demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas (Hadi 2011, 47). Selain itu, tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan salah satu elemen pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan adalah melalui laporan tahunan (annual report) perusahaan. Objek penelitian yang digunakan adalah perusahaanperusahaan manufaktur pada sektor barang konsumsi yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Menurut Kementerian Perindustrian, pertumbuhan industri manufaktur ditopang oleh tingginya investasi di sektor industri barang konsumsi di dalam negeri. ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T Tabel 1 Peran Tiap Cabang Industri Terhadap PDB (dalam %) Sumber: Kementerian Perindustrian (www.kemenperin.go.id) Berdasarkan data diatas, industri makanan, minuman, dan tembakau yang termasuk dalam sektor barang konsumsi memiliki kontribusi tertinggi terhadap PDB nasional. Dan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data IDX Fact Book yang terdapat dalam Bursa Efek Indonesia, terdapat penurunan jumlah perusahaan pada tahun 2009. Ini dikarenakan adanya krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008-2009, perusahaan manufaktur di Indonesia merupakan perusahaan yang mengalami keterpurukan dalam hal ekonomi dan keuangan dibandingkan dengan sektor lainnya. Hal tersebut terjadi dikarenakan krisis keuangan global yang mengakibatkan kenaikan harga komoditi primer yang menjadi bahan baku sektor ini telah menyebabkan biaya produksi meningkat. Masalah tersebut berimbas pada minat investor dalam menanamkan modalnya di sektor manufaktur mulai menurun. Namun perusahaan manufaktur tidak sepenuhnya mengalami kemunduran karena perkonomian Indonesia bisa terhindar dari dampak buruk krisis finansial salah satunya karena pengeluaran konsumsi masyarakat yang tetap tinggi. Hal inilah yang membantu menyelamatkan sektor industri manufaktur (sumber: Indonesian Commercial Newsletter datacon.co.id). Dengan kondisi Indonesia yang berhasil keluar dari krisis finansial global, pada tahun 2010 perusahaan manufaktur mampu menarik investor lebih banyak baik itu investor domestik maupun asing. Dengan investor asing yang terus membanjiri pasar modal Indonesia membuat Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami penguatan di antara bursa regional yang lainnya (sumber: www.financeindonesia.org). Dengan melihat kondisi tersebut, investor yakin bahwa kinerja keuangan perusahaan akan baik dan mampu menghasilkan return yang besar. Selain itu, alasan peneliti menggunakan periode penelitian dari tahun 2010-2013 karena berdasarkan sub sektor tahun 2010, jumlah perusahaan tiga terbesar adalah sub sektor industri makanan dan minuman mencapai 23,30 persen dari total jumlah perusahaan sebesar 23.345 93 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 perusahaan, dimana sub sektor industri makanan dan minuman termasuk kedalam sektor barang konsumsi. Sub sektor industri pakaian jadi juga meningkat sebesar 11,07 persen, dan terakhir sub sektor industri furnitur dan industri manufaktur lainnya sebesar 9,38 persen (sumber: Badan Pusat Statistik: Indikator Industri Besar dan Sedang Indonesia 2010). Secara garis besar, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh firm size, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik, dan media exposure baik secara parsial ataupun secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. RERANGKA TEORITIS PENGEMBANGAN HIPOTESIS DAN Teori Signaling (Signaling Theory) Teori signal membahas mengenai dorongan perusahaan untuk memberikan informasi kepada pihak eksternal. Dorongan tersebut disebabkan karena terjadinya asimetri informasi antara pihak manajemen dan pihak eksternal. Menurut Modigliani dan Miller dalam Brigham et al. (2014, 578) menyatakan bahwa, “Managers in fact often have better information than outside investors.” Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa asimetris informasi terjadi ketika suatu pihak (pihak manajemen) memiliki lebih banyak informasi mengenai kinerja perusahaan daripada pihak lain (pihak eksternal). Untuk mengurangi asimetri informasi maka perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dimiliki, baik 94 November 2012 informasi keuangan maupun non keuangan. Dengan demikian, signaling theory menekankan bahwa perusahaan akan cenderung menyajikan informasi yang lebih lengkap untuk memperoleh reputasi yang lebih baik. Corporate Social Responsibility Disclosure (CSRD) Pengungkapan adalah pengeluaran informasi yang ditujukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) adalah suatu konsep bahwa suatu organisasi khususnya perusahaan, memiliki suatu tanggung jawab terhadap konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas, dan lingkungan dalam aspek operasional perusahaan. Pengungkapan CSR diukur dengan menggunakan standar Global Reporting Initiative (GRI). Dalam Standar GRI Indikator kinerja di bagi menjadi 3 komponen utama, yaitu ekonomi, lingkungan hidup, dan sosial yang mencakup hak asasi manusia, praktek ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, tanggung jawab produk, dan masyarakat. Ukuran Perusahaan (Firm Size) Ukuran perusahaan (firm size) merupakan skala yang digunakan dalam menentukan besar kecilnya suatu perusahaan yang diukur dengan menggunakan logaritma natural dari jumlah seluruh aset yang dimiliki perusahaan. Profitabilitas Menurut Gitman dan Zutter (2012, 79) menyatakan bahwa, “Profitability measures enable ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T analysts to evaluate the firm’s profits with respect to a given level of sales, a certain level of assets, or the owners’ investment.” Untuk menghitung rasio profitabilitas ini digunakan Return On Assets (ROA). Return On Assets (ROA) menunjukkan perbandingan antara laba bersih dengan total asset yang dimiliki perusahaan. Leverage Menurut Harahap (2009, 306), leverage mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas. Leverage ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar resiko keuangan perusahaan. Untuk menghitung leverage suatu perusahaan dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) adalah mengukur presentase total ekuitas perusahaan yang dibiayai dengan menggunakan hutang. Kepemilikan Saham Publik Kepemilikan saham publik adalah proporsi jumlah saham perusahaan yang beredar di masyarakat umum (publik). Media Exposure Media exposure merupakan variabel dummy, yaitu kategori 1 untuk perusahaan yang melakukan pengungkapan CSR melalui media internet dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan pengungkapan CSR melalui media internet. Model Penelitian Model penelitian ini dapat dilihat dalam gambar di bawah ini: Gambar 1 Model Penelitian Berdasarkan kerangka teoritis didapatkan rumusan hipotesis sebagai berikut : Hipotesis ke-1: Ha1 Terdapat pengaruh firm size terhadap pengungkapan CSR Hipotesis ke-2: pengaruh Ha2 Terdapat profitabilitas terhadap pengungkapan CSR Hipotesis ke-3: Ha3 Terdapat pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR Hipotesis ke-4: pengaruh Ha4 Terdapat kepemilikan saham publik terhadap pengungkapan CSR Hipotesis ke-5: Ha5 Terdapat pengaruh media exposure terhadap pengungkapan CSR Hipotesis ke-6: Ha6 Terdapat pengaruh secara simultan firm size, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik, dan media exposure terhadap pengungkapan CSR 95 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian Bentuk penelitian ini bersifat hubungan kausalitas yaitu hubungan yang bersifat sebab akibat, sehingga terdapat variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel November 2012 dependen (variabel yang dipengaruhi). Pemilihan sampel menggunakan Purposive Sampling pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdaftar di BEI periode 2010-2013, sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 17 perusahaan (68 pengamatan). Variabel Penelitian Tabel 1 Variabel Penelitian Variabel Definisi Rumus Dependen Operasional Pengungkapa Pengungkapan CSR n CSR menggunakan Index GRI dengan check ���� list apabila ������ ���� ��� ���� ����������� perusahaan � melakukan 79 ���� ��������� ��� ����� ��� kegiatan CSR yang termasuk di dalam Index GRI. Firm Size Firm Size mengukur kinerja ���� ���� � ln������ ������� perusahaan dari logaritma natural total asset. Profitabilitas Return On Assets ��� ������ (ROA) membandingkan ��� � antara net income ����� ����� dengan total asset. Leverage Debt to Equity (DER) Ratio mengukur proporsi dari total ����� ����������� ekuitas (equity) ��� � ����� ������ yang dibiayai oleh kreditur perusahaan. Kepemilikan Kepemilikan saham Saham publik adalah ��� Publik jumlah saham ������ ������ ����� ������ perusahaan yang � ����� ������ ����� ���������� beredar di � 100% masyarakat umum (publik). 96 ISSN: 1410 -9875 Variabel Dependen Media Exposure Maris Agung T Definisi Rumus Operasional Media exposure adalah variabel dummy, yaitu 1 = mengungkapkan kegiatan CSR pengungkapan CSR 0 = tidak mengungkapkan kegiatan CSR melalui media website perusahaan. HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian dan Pembahasan Variabel R R-squared Hubungan Tabel 2 Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen terhadap Variabel Dependen CSR DER SHM MEDIA SIZE ROA -0,447584 -0,008544 0,012288 0,104709 0,051894 0,200331 0,000073 0,000151 0,010964 0,002693 Sangat Sangat Sangat rendah – Sedang – rendah – rendah – Sangat rendah - Positif Negatif Negatif Positif Positif Berdasarkan Tabel diatas dapat diketahui bahwa hubungan antara variabel SIZE terhadap CSR adalah sedang negatif, dimana variasi variabel CSR dapat dijelaskan oleh variasi variabel SIZE sebesar 20,033%, sisanya sebesar 79,967% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Sementara itu, hubungan antara variabel profitabilitas terhadap CSR adalah sangat rendah negatif, dimana variasi variabel CSR dapat dijelaskan oleh variasi variabel profitabilitas sebesar 0,01%, sisanya sebesar 99,99% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Disamping itu, hubungan antara variabel leverage terhadap CSR adalah sangat rendah positif, dimana variasi variabel CSR dapat dijelaskan oleh variasi variabel leverage sebesar 0,015%, sisanya sebesar 99,985% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi, sedangkan hubungan antara variabel SHM terhadap CSR adalah sangat rendah positif, dimana variasi variabel CSR dapat dijelaskan oleh variasi variabel SHM sebesar 1,096%, sisanya sebesar 98,904% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Terakhir, hubungan antara variabel MEDIA terhadap CSR adalah sangat rendah positif, dimana variasi variabel CSR dapat dijelaskan oleh variasi variabel MEDIA sebesar 0,2693%, sisanya sebesar 99,7307% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. 97 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Variable Tabel 3 Hasil Analisis Koefisien Regresi H1 Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.220891 0.367142 SIZE -0.158245 0.100534 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Berdasarkan Tabel nilai statistik t dari firm size berada di daerah penolakan hipotesis H0 dimana t � ���� (-2,662809 � 1,99656) dan p-value sebesar Variable November 2012 12.32447 -2.662809 C 0.168804 0.014156 11.92498 ROA -0.008357 0.121015 -0.069056 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Variable C DER Prob. 0.0000 0.9452 sebesar 0,9452 lebih besar dari alpha 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tabel 5 Hasil Analisis Koefisien Regresi H3 t-Statistic Coefficient Std. Error 0.167050 0.001597 0.0000 0.0000 0,0000 lebih kecil dari alpha 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan firm size berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tabel 4 Hasil Analisis Koefisien Regresi H2 t-Statistic Coefficient Std. Error Berdasarkan Tabel 4 nilai statistik t dari profitabilitas berada di daerah hipotesis H0 tidak dapat ditolak dimana t � ���� atau t � ���� (‐0,069056 ≥ ‐1,99656 atau ‐ 0,069056 � 1,99656) dan p-value Prob. 0.014260 0.016070 11.71474 0.099361 Prob. 0.0000 0.9212 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 5 nilai statistik t dari leverage berada di daerah hipotesis H0 tidak dapat ditolak dimana t � ���� atau t � ���� (0,099361 ≥ ‐1,99656 atau 0,099361 � 1,99656) dan p-value 98 sebesar 0,9212 lebih besar dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak dan leverage tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. ISSN: 1410 -9875 Variable Maris Agung T Tabel 6 Hasil Analisis Koefisien Regresi H4 Coefficient Std. Error t-Statistic C 0.156818 0.015484 SHM 0.056535 0.064274 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 6 nilai statistik t dari kepemilikan saham publik berada di daerah hipotesis H0 tidak dapat ditolak dimana t � ���� atau t � ���� (0,879604 � 1,99656 atau 0,879604 � 1,99656) Variable C MEDIA 10.12757 0.879604 0.0000 0.3823 dan p-value sebesar 0,3823 lebih besar dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak dan kepemilikan saham publik tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tabel 7 Hasil Analisis Koefisien Regresi H5 t-Statistic Coefficient Std. Error 0.164446 0.004680 Prob. 0.012962 0.011150 12.68718 0.419753 Prob. 0.0000 0.6760 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 7 nilai statistik t dari media exposure berada di daerah hipotesis H0 tidak dapat ditolak dimana t � ���� atau t � ���� (0,419753 � -1,99656 atau 0,419753 � 1,99656) dan p-value sebesar 0,6760 lebih besar dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak dan media exposure tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Tabel 8 Hasil Analisis Koefisien Determinasi H6 R 0.795219 Adjusted R0.464544 squared Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Tabel 8 menunjukan bahwa nilai R adalah sebesar 0,795219, maka dapat disimpulkan antara variabel firm size, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik, dan media exposure dengan variabel pengungkapan CSR memiliki hubungan yang kuat dan positif. Tabel diatas juga menunjukkan nilai Adjusted RSquare sebesar 0,464544 artinya, besarnya variasi variabel pengungkapan CSR yang dapat dijelaskan oleh variasi variabel firm size, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik, dan media exposure adalah sebesar 46,45% dan sisanya sebesar 53,55% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model penelitian. 99 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Tabel 9 Hasil Analisis Uji F F-statistic 3.767949 Prob(F-statistic) 0.000086 Sumber: Hasil pengolahan Data dengan Eviews 7 Berdasarkan Tabel 9 nilai statistik F sebesar 3,767949. Nilai statistik F berada di daerah penolakan hipotesis H0 dimana F � � (3,767949 � 2,36) dan p-value 0,000086 lebih kecil dari alpha 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan firm size, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik, dan media exposure secara bersamasama berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. PENUTUP Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa firm size (SIZE) berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Sementara profitabilitas (ROA), leverage (DER), kepemilikan saham publik (SHM), dan media exposure (MEDIA) tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Hasil pengujian November 2012 secara simultan firm size, profitabilitas, leverage, kepemilikan saham publik, dan media exposure berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility. Keterbatasan dalam penelitian ini adalah: Terbatasnya perusahaan yang digunakan sebagai sampel. Terbatasnya variabel independen pada penelitian, yaitu hanya 5 variabel. Terbatasnya tahun yang digunakan pada penelitian, dimana penelitian ini hanya mengambil rentang periode dari 2010-2013. Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran bagi penelitian selanjutnya adalah sebagai berikut: 1). Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan periode pengamatan yang lebih panjang. 2). Penelitian selanjutnya diharapkan memperluas populasi dan sampel yang digunakan di berbagai sektor, bukan hanya industri manufaktur pada sektor barang konsumsi saja. 3).Memasukkan variabel-variabel lain yang mungkin berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social responsibility seperti umur perusahaan, kepemilikan manajerial, dewan komisaris, kepemilikan asing, dan sebagainya. REFERENSI Amelia, Rinny, dan I Made Sukartha. 2013. Pengaruh Ukuran Perusahaan, Kinerja Keuangan dan Eksposur Media Pada Pengungkapan Informasi Lingkungan. Vol. 4, No.1, pp. 477-493. Anderson, Sweeney, and Williams. 2011. Statistics for Business and Economics: 11th Edition. South-Western, Cengage Learning. Brigham, Eugene F. et al. 2014. Financial Management: Theory and Practice. Cengage Learning Asia Pte Ltd. Copeland, Thomas E., J. Fred Weston, Kuldeep Shastri. 2005. Financial Theory and Corporate Policy. Pearson Education, Inc. 100 ISSN: 1410 -9875 Maris Agung T Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. 2012. Principles of Managerial Finance. Harlow: Pearson Education. Gujarati, Damodar N., and Dawn C. Porter. 2010. Essentials of Econometrics: 4th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Gujarati, Damodar N., dan Dawn C. Porter. 2012. Dasar-dasar Ekonometrika: Buku 2 Edisi 5. Salemba Empat. Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hakri, Teguh Dheki. 2013. Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Leverage, Profitabilitas, Ukuran, dan Umur Perusahaan Terhadap Pengungkapan Informasi Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pada Perusahaan Food And Beverage yang Terdaftar di BEI. Harahap, Sofyan Syafri, 2009. Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Edisi Pertama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Kristi, Agatha Aprinda. 2013. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengungkapan Corporate Social Responsibility Pada Perusahaan Publik di Indonesia. Laksmono, Bambang Shergi dan Edi Suhardi. 2011. Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility). Yogyakarta: Samudra Biru. Politon, Sontry Oktaviana, dan Sri Rustiyaningsih. 2013. Karakteristik Perusahaan Dan Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Go Publik. Jurnal Riset Manajemen dan Akuntansi. Vol. 1, No. 1, pp. 1-9. Putra, Eka Nanda, dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2011. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR). Putra, Wirmie Eka, Yuliusman, dan Dedy Setiawan. 2011. Pengaruh Size, Profitabilitas, Leverage, Kepemilikan Dalam Negeri dan Kepemilikan Asing Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Survey Pada Perusahaan Industri yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Bisnis dan Akuntansi, ISSN 0852-8349. Vol. 13, No. 2, 37-48. Retno, Reny Dyah, dan Denies Priantinah. 2012. Pengaruh Good Corporate Governance dan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Terhadap Nilai Perusahaan (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2010). Jurnal Nominal. Vol. 1, No. 1, pp. 84-103. Rizky, Tri Yaserly. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial (Studi Empiris Pada Perusahaan Transportasi Dan Telekomunikasi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2010). Ross, Stephen A. et al. 2003. Modern Financial Management: 8th Edition. New York: McGraw-Hill. Sari, Rizkia Anggita. 2012. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Nominal. Vol. 1, No.1, 124-140. 101 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Urip, Sri. 2010. CSR Strategies for A Competitive Edge In Emerging Markets. Singapore: John Wiley & Sons. Wan Abd Rahman, Nor Hawani, Mohamed Zain, Mustaffa, dan Norashfah Hanim Yaakop Yahaya Al-Haj. 2011. CSR Disclosures and Its Determinants: Evidence From Malaysian Government Link Companies. Emerald Group Publishing Limited, ISSN 1747-1117. Vol. 7, No. 2, pp. 181-201. White, Gerald I. et al. 2003. The Analysis and Use of Financial Statements. United States: John Willey and Sons. Widarjono, Agus. 2013. Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews Edisi 4. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews. Yogyakarta: UPP STIM YKPN. http://www.globalreporting.org/indexgri http://www.idx.co.id/laporankeuangantahunan 102 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 103-112 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH KEBIJAKAN ALOKASI ASET, PEMILIHAN SAHAM, TINGKAT RISIKO, ASSET, DAN ASSET TURNOVER TERHADAP KINERJA REKSA DANA SAHAM YANG TERDAFTAR DI BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN MURSIDI PRIHANTONO [email protected] Abstract: The purpose of this research are to test and analyze empirically the influence of asset allocation policy, stock sellection, risk level, asset, and asset turnover. This study was also to compare the result of previous research with this research. Sample used in this research is equity mutual funds listed in Capital Market and Financial Institutions for period 2008-2012. The purposive sampling is used as sampling technique to obtain 18 equity mutual funds met the criteria and were analyzed using descriptive statistics and panel data regression with random effect model to test the hypotheses. The result of this research shows that risk level influence equity mutual funds performance, while asset allocation policy, stock sellection, asset, and asset turnover do not influence equity mutual funds performance. In addition, overall the independent variables influence equity mutual funds performance simultaneously. Keywords: Asset Allocation Policy, Stock Sellection, Risk Level, Asset, Asset Turnover, and Equity Mutual Funds Performance. PENDAHULUAN diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan jangka panjang seperti utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, dan instrumen lainnya (Darmadji dan Fakhruddin 2012,). Sedangkan sebagai sumber pembiayaan bagi perusahaan di Indonesia karena instrumeninstrumen tersebut dapat dipergunakan perusahaan dengan Pasar modal merupakan salah satu pilar perekonomian Indonesia yang berperan sebagai wadah investasi dan sumber pembiayaan bagi perusahaan di Indonesia. Dikatakan sebagai wadah berinvestasi karena pasar modal merupakan tempat 103 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 menerbitkan efek atau surat berharga seperti saham, obligasi, tanda bukti utang dan lain-lain. Salah satu instrumen investasi yang saat ini mulai banyak diminati oleh pemilik modal adalah investasi pada reksa dana saham. Reksa dana muncul karena umumnya investor awam merasa kesulitan untuk melakukan investasi sendiri secara langsung pada suratsurat berharga dan karena belum mampu membayar tenaga professional untuk mengelola investasinya dengan baik (Iman 2008, 31-32). Reksa dana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal serta keinginan melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, reksa dana juga diharapkan dapat meningkatkan peran investor lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Reksa dana mulai diperdagangkan di Indoensia sejak tahun 1995 dengan diterbitkan Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang pasar modal, reksa dana diartikan sebagai wadah yang digunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh manajer investasi yang telah mendapat ijin dari Bapepam-LK. Ada tiga hal yang terkait dari definisi tersebut, yaitu: adanya dana dari masyarakat investor, dana tersebut diinvestasikan dalam portofolio efek, dan dana tersebut dikelola oleh manajer investasi (Darmadji dan Fakhruddin 2012, 166). Jenis reksadana berdasarkan portofolio investasinya ada empat jenis, antara lain reksa dana saham 104 November 2012 (stock funds), reksa dana pendapatan tetap (bond funds), reksa dana pasar uang (money market funds), dan reksa dana campuran (balanced funds) (Darmadji dan Fakhruddin 2012, 169). Banyak pendapat yang mengatakan bahwa kurangnya informasi masyarakat mengenai bagaimana berinvestasi menjadi penyebab utama kurangnya minat masyarakat terhadap investasi di pasar modal. Hal ini diperkuat dengan pendapat Hendrayana (2013, 115) bahwa salah satu kesulitan investor ketika ingin berinvestasi ke reksa dana saham adalah minimnya informasi tentang produk dan kinerja dari pengelola reksa dana yang dikenal sebagai Manajer Investasi. Selain itu untuk instrumen tertentu misalnya reksa dana masyarakat mengalami kesulitan dalam menilai dan memilih reksadana yang mampu memberikan kinerja dan keuntungan yang optimal mempengaruhi lambatnya pertumbuhan reksa dana. Penilaian terhadap kinerja reksa dana saham sangat penting untuk dilakukan, karena reksa dana saham memiliki potensi kinerja luar biasa. Return dari reksa dana dikenal dengan Nilai Aktiva Bersih dimana nilainya akan diperbaharui setiap hari berdasarkan hasil transaksi reksadana pada hari tersebut. Terdapat beberapa metode penilaian kinerja reksa dana yang mendasarkan perhitungannya menggunakan NAB dari reksadana, diantaranya metode Sharpe Ratio yang dikemukan oleh William Sharpe pada tahun 1995. Selain menilai kinerja reksa dana saham, ISSN: 1410 -9875 terdapat indikator yang mempengaruhi kinerja dari reksadana Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan alokasi asset, pemilihan saham, tingkat risiko, asset, dan asset turnover baik secara parsial ataupun secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. RERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Portofolio Teori portofolio ini diperkenalkan oleh Harry Markowitz pada tahun 1952. Dalam teorinya dikatakan bahwa resiko dapat dikurangi (diversifikasi) dengan cara mengkombinasikan beberapa jenis aktiva berisiko dari pada hanya memegang salah satu jenis aktiva saja. Atau yang dalam pepatah mengatakan “don’t put your eggs into one basket” dimana intinya adalah karena semua investasi mengandung risiko, kita diperingatkan untuk jangan sekalikali menempatkan seluruh dana investasi dalam satu pihak. Portofolio adalah koleksi atau sekumpulan aset. Return Portofolio Menurut Gitman (2012, 311) return adalah jumlah keuntungan dan kerugian investasi selama jangka waktu tertentu yang umumnya diukur sebagai perubahan nilai tambah dengan uang yang didistribusikan selama periode tertentu dan dinyatakan dalam persentase dari nilai investasi awal. Menurut Hartono (2013, 205) return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi, yang dapat berupa Mursidi Prihantono return realisasian yang sudah terjadi atau return ekpektasian yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi dimasa mendatang. Risiko Portofolio Konsep dari risiko portofolio pertama kali diperkenalkan oleh Harry M. Markowitz di tahun 1950an. Menunjukkan bahwa secara umum risiko mungkin dapat dikurangi dengan menggabungkan beberapa sekuritas tunggal ke dalam bentuk portofolio. Menurut Gitman (2012, 310), risiko merupakan ukuran ketidakpastian dari pengembalian, bahwa investasi akan memperoleh variabilitas pengembalian yang terkait dengan aset yang diberikan. Menurut Hartono (2013, 256), risiko portofolio adalah varian return sekuritassekuritas yang membentuk portofolio tersebut. Terdapat dua alat ukur yang digunakan sebagai risiko, yaitu: 1) Deviasi Standar (Variance) Risiko yang diukur dengan besarnya deviasi standar atau varian dari nilai-nilai return sekuritas-sekuritas tunggal yang ada di dalamnya. 2) Beta Pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Hartono 2013, 376). Beta menggambarkan sensitivitas perubahan kinerja portofolio dibandingkan dengan kinerja pasar dengan metode Capital asset pricing model (Pratomo dan Nugraha, 2009). Capital Asset Pricing Model (CAPM) Hal yang sangat penting dan perlu diperhatikan oleh investor 105 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 saat berinvestasi adalah kemampuan untuk mengestimasi return suatu individual sekuritas dengan baik. Seorang investor akan memilih investasi secara efisien, yang menilai besarnya risiko dan tingkat pengembalian dari seluruh alternatif investasi yang ada. Oleh karena itu diperlukan suatu model yang menggambarkan hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian. Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang dapat dikembangkab adalah Hipotesis ke-1 Alokasi Aset Ha1 Kebijakan berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. Hipotesis ke-2 Saham Ha2 Pemilihan berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Hipotesis ke-3 Ha3 Tingkat Risiko berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Hipotesis ke-4 Ha4 Asset berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Hipotesis ke-5 Ho5 Ha5 November 2012 Asset Turnover tidak berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Asset Turnover berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham Hipotesis ke-6 Alokasi Aset, Ha6 Kebijakan Pemilihan Saham, Tingkat Risiko, Asset, dan Asset Turnover berpengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham METODA PENELITIAN Bentuk Penelitian dan Metode Pemilihan Sampel Bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian kausalitas, yaitu penelitian yang bertujuan untuk meneliti pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling pada reksa dana saham yang terdaftar di Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dan diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Sehingga diperoleh jumlah sampel sebanyak 18 perusahaan (90 pengamatan). Tabel 1 Variabel Penelitian Variabel Dependen Kinerja Reksa Dana Saham Kebijakan Alokasi Aset 106 Definisi Operasional Rasio yang digunakan untuk menghitung return atas investasi yang dilakukan dalam portofolio reksa dana saham. Rasio yang diukur dengan menggunakan 3 variabel, yaitu : x1=bi1F1t= alokasi asset untuk Rumus Sp = ����� �� Rit= [bi1F1t + bi2F2t + bi3F3t] +℮it ISSN: 1410 -9875 Variabel Dependen Pemilihan Saham Tingkat Risiko Asset (Fund size) Asset Turnover (AT) Mursidi Prihantono Definisi Operasional saham, x2=bi2F2t= alokasi asset untuk obligasi, dan x3=bi3F3t= alokasi asset untuk deposito. Rasio yang diukur dengan menghitung berdasarkan besaran α dengan model Treynor dan Mazuy. Risiko merupakan rasio yang menunjukan pengukuran dari risiko sistematis yang dilakukan dengan Metode Indeks Tunggak. Asset (Fund Size) dihitung dengan menggunakan logaritma natural dari total aset (TA). Turnover merupakan biaya yang muncul sebagai akibat dari perputaran (jual atau beli) portofolio yang dikelola. Rumus Rp-Rf=α+β(Rm-Rf)+Y(RmRf)2+℮p Rp,t= α+ βpRm,t+℮ ���� � �� �� �� � ��������� ���� ��������� ���� � ���� ���� HASIL PENELITIAN Hasil Penelitian dan Pembahasan Tabel 2 Hasil Analisis Korelasi Variabel Independen terhadap Variabel Dependen Kinerja Reksa Dana Saham RISK SIZE AT Variabel AAP SS R 0,0768 0,0048 0,3602 0,0163 0,0414 R-squared -0,005392 -0,009331 0,119830 -0,011905 -0,009632 Lemah– LemahLemah- LemahLemahHubungan Negatif Negatif Positif Negatif Negatif Berdasarkan tabel 2 di atas bahwa hubungan antara variabel AAP terhadap kinerja reksa dana saham adalah lemah negatif, dimana variasi variabel kinerja reksa dana saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel AAP sebesar 0,5392%, sisanya sebesar 99,4608% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Sementara itu, hubungan antara variabel SS terhadap kinerja reksa dana saham adalah lemah negatif, dimana variasi variabel kinerja reksa dana saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel SS sebesar -0,9331%, sisanya sebesar 99,0669% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. Disamping itu, hubungan antara variabel RISK terhadap kinerja reksa dana saham adalah lemah positif, dimana variasi variabel kinerja reksa dana saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel RISK sebesar 11,9830%, sisanya sebesar 88,017% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi, 107 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 sedangkan hubungan antara variabel SIZE terhadap kinerja reksa dana saham adalah lemah negatif, dimana variasi variabel kinerja reksa dana saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel SIZE sebesar 1,1095%, sisanya sebesar 98,8905% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi. November 2012 Terakhir, hubungan antara variabel AT terhadap kinerja reksa dana saham adalah lemah negatif, dimana variasi variabel kinerja reksa dana saham dapat dijelaskan oleh variasi variabel AT sebesar 0,9632%, sisanya sebesar 99,0368% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam model regresi, Tabel 3 Uji t-Statistik Hipotesis ke-1 t-Statistik Prob. Variabel Coefficient C 181,3237 14,16739 0,0000 AAP –0,165304 –0,722955 0,4716 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0 Berdasarkan Tabel 3, nilai tdemikian, dapat disimpulkan bahwa statistik variabel AAP sebesar – H0 tidak dapat ditolak dan AAP 0,722955 < –tα/2 = –1,96 berada di tidak mempunyai pengaruh daerah penerimaan H0 dan p value terhadap kinerja reksa dana saham. sebesar 0,4716 > α 0,05. Dengan Tabel 4 Uji t-Statistik Hipotesis ke-2 t-Statistik Prob. Variabel Coefficient C 176,1211 18,67118 0,0000 SS –0,000347 –0,418888 0,6763 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0 Berdasarkan pada Tabel 4 nilai tsehinngga dapat disimpulkan bahwa statistik variabel SS sebesar – H0 tidak dapat ditolak dan SS tidak 0,418888 < –tα/2 = –1,96 berada di berpengaruh terhadap kinerja reksa daerah penerimaan H0. Di samping dana saham. itu, p-value 0,6763 > α 0,05, Tabel 5 Uji t-Statistik Hipotesis ke-3 t-Statistik Prob. Variabel Coefficient C 157,1449 22,61986 0,0000 RISK 0,013027 3,723254 0,0003 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0 Berdasarkan pada Tabel 5 nilai tsehinngga dapat disimpulkan bahwa statistik variabel RISK sebesar H0 ditolak dan RISK mempunyai 3,723254 > –tα/2 = –1,96 berada di pengaruh poistif terhadap kinerja daerah penolakan H0. Di samping reksa dana saham. itu, p-value 0,0003 < α 0,05, 108 ISSN: 1410 -9875 Mursidi Prihantono Tabel 6 Uji t-Statistik Hipotesis ke-4 t-Statistik Prob. Variabel Coefficient C 191,3956 1,662077 0,1001 SIZE –0,667221 –0,152224 0,8794 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0 Berdasarkan pada Tabel 6 nilai tstatistik variabel SIZE sebesar 0,152224 < –tα/2 = –1,96 berada di daerah penerimaan H0. Di samping itu, p-value 0,8794 > α 0,05, sehinngga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak dan SIZE tidak berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Tabel 7 Uji t-Statistik Hipotesis ke-5 t-Statistik Prob. Variabel Coefficient C 177,1174 15,53532 0,0000 AT –2,690570 –0,388122 0,6989 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0 Berdasarkan pada Tabel 7 nilai t-statistik variabel SIZE sebesar -0,388122 < –tα/2 = –1,96 berada di daerah penerimaan H0. Di samping itu, p-value 0,6989 > α 0,05, sehinngga dapat disimpulkan bahwa H0 tidak dapat ditolak dan AT tidak berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Tabel 8 Hasil Analisis Korelasi Hipotesis ke-6 0,36561 R R-squared 0,133669 Adjusted Rsquared 0,082102 Sumber: Hasil Pengolahan Data dengan Eviews 7.0 Pada Tabel 8 menunjukkan mempunyai arti bahwa 8,2102% koefisien korelasi (R) sebesar variasi variabel Kinerja Reksa Dana 0,36561, yang artinya hubungan Saham dapat dijelaskan oleh variasi antara AAP, SS, RISK, SIZE, dan AT variabel AAP, SS, RISK, SIZE, dan terhadap Kinerja Reksa Dana Saham AT, sisanya sebesar 91,7898% adalah positif dan lemah. dijelaskan oleh variasi variabel lain Sementara itu, nilai adjusted Ryang tidak termasuk dalam model squares sebesar 0,082102 regresi. Tabel 9 Hasil Uji F-Statistik Hipotesis ke-6 Effects Specifications F-statistic 2,592132 Prob. (F-Statistic) 0,031341 Sumber: hasil pengolahan data dengan Eviews 7.0 109 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai F-statistik sebesar 2,592132 > = 2,48 berada di daerah Fα penolakan H0 dengan p-value 0,031341 <α 0,05. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga AAP, SS, RISK, SIZE, dan AT secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap Kinerja Reksa Dana Saham. November 2012 PENUTUP Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko (RISK) mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja reksa dana saham. Sementara kebijakan alokasi aset (AAP), pemilihan saham (SS), asset (SIZE), asset turnover (AT) tidak berpengaruh terhadap kinerja reksa dana saham. Hasil pengujian secara simultan AAP, SS, RISK, SIZE, dan AT mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja reksa dana saham. REFERENSI Abbasi, Majid; Elham Kalantari; dan Hamideh Abbasi. 2012. Effect of Fund Size on the Performnace Mutual Funds Evidence from Iran. Journal of Basic and Applied Scientific Research, ISSN 2090-4304. Anderson, Sweeneey, and Williams. 2011. Statistic for Business and Economics: 11th South Western: Cengage Learning. Banko, John. Scott Beyer, dan Richard Dowen. 2010. Economies os Scope and Scale in the Mutual-fund Industry 1997-2006. Journal Managerial Finance, Vol. 36, No. 4, pp. 322-336. Darmadji, Tjiptono, dan Hendy M.Fakhruddin. 2012. Pasar Modal di Indonesia. Jakarta: Salembat Empat. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar N. and Dawn C. Porter. 2010. Essentials of Econometrics: 4th Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. Gujarati, Damodar N. dan Dawn C. Porter. 2009. Basic Economics, 5th Edition. New York: McGraw-Hill. Gitman, Lawrence J. and Chad J. Zutter. (2012). Principles of Managerial Finance. Thirteen Edition. England: Pearson Education Limited. Hartanto, Jogiyanto. 2013. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, edisi ketujuh. Yogyakarta: BPFE-YOGYAKARTA. Hair Joseph F. Dan William C. Black. 2010. Multivariate Data Analysis: A Global Prespective, 7th Edition. New Jersey: Pearson Education. Hendrayana, Wawan. 2013. 33 Strategi Reksadana: Kumpulan Artikel Strategi Reksadana Harian Bisnis dan Investasi Kontan. Jakarta: Kontan publishing. Iman, Nofie. 2008. Panduan Singkat dan Praktis: Memulai Investasi Reksadana. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Indriantoro, Nur; dan Bambang Supomo. 2011. Metodologi Penelitian Bisnis: Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: BPFE YOGYAKARTA. 110 ISSN: 1410 -9875 Mursidi Prihantono Liu, Lixian. 2012. The Determinants of Chinese Open-end (Mutual) Funds Performance. Discipline of Accounting, Banking and Finance Faculty of Business, Government & Law, University of Canberra. Megginson, William.L. 2012. Corporate Finance theory. Addison-Wesley: Educational Publishers Inc. Nathaphan, Sarayut. dan Pornchai Chunhachinda. 2011. Determinants of Growth for Thai Mutual Fund Industry. Nazir, Mian Sajid; dan Muhammad Musarat Nawaz. 2010. The Determinants of Mutual Fund Growth in Pakistan. International Research Journal of Finance and Economics, ISSN 1450-2887 Issue 54. Nurcahya, Ginting Prasetya Enka, dan Bandi. 2010. Reksa Dana di Indonesia: Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Pemilihan Saham, dan Tingkat Risiko periode 2006-2008. Simposium Nasional Akuntansi XIII, Akuntasi Keuangan dan Pasar Modal, Univesitas Jenderal Soedirman. Pratomo, Eko Priyo; dan Ubaidillah Nugraha. 2009. Reksa dana: Solusi Perencanaan Investasi di Era Modern. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Reilly, Frank K. and Keith C. Brown. 2006. Ivestment Analysis and Portoflio Management, 8th Edition. USA: Thomson South-Western. Sari, Anindita Putri Nurmalita, dan Agus Purwanto. 2012. Analisis Kebijakan Alokasi Aset, Kinerja Manajer Investasi, dan Tingkat Risiko terhadap Kinerja Reksa Dana Saham di Indonesia periode 2007-2011. Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 1, No. 1, pp. 2-14. Sarwono, Jonathan. 2011. Buku Pintar IBM SPSS Statistics 19. Jakarta: Elex Media Komputindo. See, Yong Pui; dan Ruzita Jusoh. 2012. Fund Characteristic and fund Performance: Evidence of Malaysian Mutual funds, International Journal of Economics and Management Sciences, Vol. 1, No. 9, pp. 3143. Winarno, Wing Wahyu. 2011. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Yogyakarta: Unit Penerbit dan Percetakan STIM YKPN. Undang-Undang No 8 Tahun 1995 tentang pasar modal Website: www.Bapepam.go.id www.bi.go.id 111 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 112 November 2012 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 113-120 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA VARIABEL–VARIABEL YANG MEMPENGARUHI RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA LILLY NILAWATI STIE Trisakti [email protected] Abstract: The purpose of this research is to analyze the effect of variables which influence stock return. Independent variables are price earnings ratio, dividend yield, market to book, earnings, cash flow from operating, economic value added, and operating leverage. The dependent variable is stock return. Samples in this research are all manufacturing companies, which are listed within 2006 until 2010 in Indonesian Stock Exchange. There are 35 companies meet the criteria and taken as samples. This study uses multiple regression method to see contribution of each variable influence stockholders’ return. The samples of this research collected using purposive sampling. The data were analyzed by using Statistic Program for Social Science (SPSS) version 11.5. The research used descriptive statistic, normality test by one sample kolmogorov-smirnov, tests on classical assumptions, and multiple regression. The empirical result of this research show that market to book value have influence toward stock return but price earnings ratio, dividend yield, earnings, cash flow from operating, operating leverage and debt to equity ratio have no influence toward stock return in 2006-2010. Keywords: Stock Return, Price Earnings Ratio, Dividend Yield, Market To Book Ratio, Earnings, Cash Flow From Operation, Operating Leverage, And Debt to Equity Ratio. Namun, faktanya terdapat ketidakpastian akan nilai perusahaan di masa yang akan datang serta keterkaitan return dengan resiko yang dihadapi investor. Karenanya investor akan bersedia menyalurkan dananya apabila perusahaan menciptakan rasa aman atas investasi yang diberikan oleh investor. Rasa aman ini didapat apabila investor memperoleh informasi yang jelas, PENDAHULUAN Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang mempertemukan calon investor dan emiten. Ditinjau dari sudut pandang investor, pasar modal menjadi alternatif investasi yang menarik karena memberikan pengembalian atau keuntungan yang signifikan. 113 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 wajar, dan tepat waktu sebagai dasar pengambilan keputusan atas investasinya sehingga investor dapat memantau serta dapat melakukan pengamatan untuk dapat mengetahui kinerja dan kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan sumber dayanya secara efisien dan efektif. Motivasi dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan penelitian terdahulu dan menguji apakah variabel – variabel ini mampu menggambarkan dan menjadi tolak ukur untuk memprediksi tingkat pengembalian dari suatu perusahaan yang berguna bagi investor dan pihak lain yang membutuhkan. Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh price earnings ratio, dividend yield, book to market ratio, earnings per share, arus kas operasi, operating leverage, dan debt to equiy ratio terhadap return saham. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai pengaruh price earnings ratio, dividend yield, book to market ratio, earnings per share, arus kas operasi, operating leverage, dan debt to equiy ratio terhadap return saham. RERANGKA TEORITIS DAN PEGEMBANGAN HIPOTESIS Return Saham Return adalah keseluruhan keuntungan atau kerugian yang diperoleh dari hasil investasi selama periode tertentu yang dihitung dengan membagi distribusi aset secara tunai selama satu periode ditambah dengan perubahan nilainya, dengan nilai investasi awal 114 November 2012 (Gitman, 2012). Keuntungan atau kerugian itu sangat dipengaruhi oleh kemampuan investor dalam menganalisis informasi keuangan yang diberikan perusahaan (Arista, 2012). Menurut Reily dan Brown (2002) investor pemegang instrumen investasi ini bisa mendapatkan dua bentuk keuntungan finansial yang terdiri atas income dalam bentuk dividen tunai (bagi investor yang lebih menginginkan mendapatkan hak kepemilikan atas perusahaan) dan perubahan harga atas nilai saham, capital gain (loss), bagi investor yang lebih menginginkan keuntungan cepat. Price Earning Ratio PER merupakan rasio antara harga pasar per lembar saham dibandingkan dengan pendapatan per lembar saham yang diterima perusahaan (Margaretha dan Damayanti, 2008). PER juga merupakan fungsi dari pendapatan yang diharapkan di masa yang akan datang, semakin tinggi tingkat pertumbuhan dari pendapatan yang diharapkan, maka semakin tinggi pula PER. Hal ini dikarenakan PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Resmi, 2002). Penelitian Margaretha dan Damayanti (2008) menyatakan bahwa PER berpengaruh terhadap return saham. Sebaliknya Wijaya (2008) dan Hermi (2008) dalam penelitiannya membuktikan price earnings ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Ha1 : Terdapat pengaruh Price Earnings Ratio terhadap Return Saham. Dividend Yield Dividen yield adalah cara untuk mengukur seberapa besar ISSN: 1410 -9875 arus kas yang didapatkan untuk setiap rupiah yang diinvestasikan dalam suatu ekuitas (Investopedia). Jika investor bermaksud menyimpan saham dalam jangka waktu panjang, maka investor mengharapkan dividen. Jika Investor bermaksud menjual saham dikemudian hari, ia mengharapkan dividen saham serta keuntungan akibat kenaikan harga saham. Ini berarti bahwa apabila dividend yield dari perusahaan yang efisien semakin tinggi, maka semakin besar kemungkinan saham dinilai tinggi. Margaretha dan Damayanti (2008) menyatakan bahwa dividend yield berpengaruh signifikan terhadap return saham. Akan tetapi Martusa (2007) membuktikan bahwa dividend yield memiliki pengaruh negatif dan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham. Ha2 : Terdapat pengaruh Dividend Yield terhadap Return Saham. Market to Book Ratio Menurut Gitman (2012) market to book ratio merupakan rasio perbandingan antara harga pasar per lembar saham dibandingkan nilai buku perusahaan. Dengan tingginya nilai rasio ini menjelaskan bahwa semakin besar pasar menilai perusahaan. Tingginya nilai perusahaan di mata investor, maka harga saham akan semakin meningkat dan akhirnya return saham juga lebih besar (Astohar, 2010). Suharli (2004) mengungkapkan market to book ratio memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Penelitian yang dilakukan oleh Astohar (2010) menyatakan bahwa market to book ratio tidak berpengaruh terhadap return saham. Lilly Nilawati Ha3 : Terdapat pengaruh Market to Book Ratio terhadap Return Saham. Earnings Per Share Menurut Gitman (2012, 80) earning per share didefinisikan sebagai rasio yang mewakili jumlah dana yang diakui oleh investor selama periode berjalan dari setiap lembar saham yang beredar. Arista (2012) mengatakan bahwa kenaikan earning per share menggambarkan perusahaan sedang berada dalam tahap pertumbuhan atau kondisi keuangannya sedang mengalami peningkatan dalam penjualan atau dengan kata lain semakin besar earning per share menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setiap lembar saham. Pradhono (2004) dan Astohar (2010) dari hasil penelitiannya mengungkapkan variabel earnings memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Trisnawati (2009) dalam penelitiannya membuktikan earnings tidak berpengaruh secara signifikan terhadap return saham. Ha4 : Terdapat pengaruh Earnings Per Share terhadap Return Saham. Arus Kas Operasi PSAK No.2 (IAI, 2011), arus kas bertujuan untuk memberikan informasi yang berguna bagi pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk mengunakan arus kas tersebut. Arus kas yang berasal dari operasi menunjukan indikasi apakah perusahaan dan kegiatan operasinya dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk melunasi kewajibannya, memelihara ke115 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 mampuan operasi perusahaan, membayar dividen, dan melakukan investasi tanpa bantuan dana dari luar. Oleh sebab itu, arus kas operasi dapat menjadi sinyal bagi investor mengenai kondisi perusahaan. Thiono (2005) dalam penelitiannya mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif antara return saham dan arus kas operasi. Penelitian Trisnawati (2009) yang menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara arus kas operasi dan return saham. Ha5 : Terdapat pengaruh Arus Kas Operasi terhadap Return Saham. Operating Leverage Operating leverage merupakan seberapa besar biaya tetap yang digunakan dalam operasi suatu perusahaan (Brigham dan Houston, 2006). Irawati dalam Putra (2012) menjelaskan leverage operasi adalah penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan yang cukup utnuk menutup biaya tetap dan variabel serta dapat meningkatkan profitabilitas. Dengan melihat operating leverage, investor dapat mengukur resiko perusahaan khususnya resiko bisnis. Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang berlebihan akan menanggung biaya tetap yang lebih tinggi. Meredeiros et al. dalam penelitian Trisnawati (2004) melakukan penelitian mengenai pengaruh operating leverage terhadap return saham. Putra (2012) mengemukakan hasil penelitiannya dimana terdapat pengaruh negatif operating leverage terhadap return saham. Ha6 : Terdapat pengaruh Operating Leverage terhadap Return Saham. 116 November 2012 Debt to Equity Ratio DER menggambarkan komposisi struktur modal perusahaan yang digunakan untuk sumber pendanaan usaha. Dengan melihat komposisi total hutang dan total ekuitasnya, investor dapat menilai tingkat resiko hutang yang tak terbayarkan dari suatu perusahaan (Ang, 1997). Semakin kecil nilai debt to equity ratio (DER) semakin baik bagi perusahaan atau semakin aman hutang yang harus diantisipasi dengan modal sendiri (Fakhruddin dan Hardianto, 2001). Penelitian yang dilakukan Takarini (2007) menunjukan bahwa debt to equity ratio pengaruh secara nyata terhadap pendapatan saham (return saham). Sedangkan penelitian Nainggolan (2009), Resmi (2002) dan Andrianto (2008) berpendapat debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham Ha7 : Terdapat pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Return Saham. METODA PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian ini yaitu perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, dengan metode pengambilan sampel dengan purposive sampling, dengan criteria sebagai berikut: 1. Perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam periode waktu tahun 2006-2010. 2. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah. 3. Perusahaan yang memiliki periode akuntansi berakhir tanggal 31 Desember. ISSN: 1410 -9875 Lilly Nilawati 4. Perusahaan yang melaporkan laba yang konsisten dalam laporan keuangannya pada periode 2006-2010. 5. Perusahaan yang membagikan dividen secara terus menerus dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010. Definisi Operasional dan Pengukurannya Tabel 1 Pengukuran Variabel Variabel Pengukuran Return Saham Skala Pit – Pit-1 + Dit Pit-1 Rasio Price Earnings Ratio Rasio Dividend Yields Rasio Market to Book Ratio Rasio Earnings per share Rasio Arus Kas Operasi Rasio Operating Leverage Rasio Debt to Equity Ratio Rasio HASIL PENELITIAN nilai minimum, maksimum, ratarata dan simpangan baku dari variabel yang diteliti. Hasil pengujiannya dapat dilihat dari tabel berikut: Statsitik Deskriptif Variabel Statistik deskriptif merupakan salah satu teknik statistik yang memberikan penjelasan mengenai Tabel 2 Statistik Deskriptif Variabel N Minimum Maximum Mean RS PER DY MTB EPS 155 155 155 155 -,84161 1,56623 ,00417 ,21568 3,03509 79,81936 ,31439 12,07909 ,45526 13,02056 ,04931 2,16178 155 4,92899 12120,20523 807,87566 CFOR 155 - 10575,36519 895,62177 Std. Deviation ,75282 11,02171 ,04675 1,82246 1707,1032 1 1973,3348 117 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Variabel DOL DER Valid N (listwise) N Minimum November 2012 Maximum 2821,00192 155 -730,46173 155 ,07653 Mean 67,29452 17,65673 -2,16790 1,03524 Std. Deviation 7 59,24342 1,60711 155 Sumber : Pengolahan data SPSS Model (Constant) PER DY MTB EPS CFOR DOL DER Tabel 3 Hasil Uji T Unstandardized Co- Standardized efficients Coefficients Std. ErB ror Beta ,321 ,144 -,001 -1,941 ,102 2,102E-05 5,032E-05 ,001 -,031 ,006 1,446 ,036 ,000 ,000 ,001 ,039 -,021 -,121 ,247 ,048 ,132 ,089 -,065 t Sig. 2,226 ,028 -,222 -1,342 2,812 ,479 1,306 1,146 -,786 ,825 ,182 ,006 ,632 ,194 ,254 ,433 Sumber : Hasil pengolahan data SPSS 11.5 Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2006). Apabila tingkat signifikansi > 5%, maka Ha tidak dapat diterima, berarti tidak terdapat pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Namun apabila tingkat signifikansi < 5%, maka Ha tidak dapat ditolak, berarti terdapat pengaruh variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. PENUTUP Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan manufaktur yang 118 terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2010, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Price earnings ratio tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Martusa (2007), Wijaya (2008) dan Hermi (2011), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Yadnya (2003), Resmi (2002), serta Margaretha dan Damayanti (2008). 2. Dividend yield memiliki tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Hermi (2011) dan Martusa (2007), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Mwala ISSN: 1410 -9875 3. 4. 5. 6. et al,. (2008) serta Margaretha dan Damayanti (2008). Market to book ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Suharli (2004), Arista (2012) dan Margaretha dan Damayanti (2008), akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Wijaya (2008) dan Astohar (2010). Earnings tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2008), Arista (2012) serta Astuti (2010). Akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Resmi (2002), Pradhono (2004), Solechan (2008) dan Ashtohar (2010). Arus kas operasi tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2008) akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Pradhono (2004), Astuti (2010) dan Thiono (2005). Operating leverage tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Trisnawati (2008) dan Putra (2012), Lilly Nilawati akan tetapi tidak konsisten dengan penelitian Pradhono (2004). 7. Debt to equity ratio tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Nainggolan (2009), Andrianto (2008) dan Resmi (2002), akan tetapi penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Yunanto dan Medyawati (2009), Takarini (2007) serta Arista (2012). Dalam penelitian ini terdapat beberpa keterbatasan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil penelitian. Penelitian ini terbatas pada tujuh variabel yang hanya dapat menjelaskan 8,5 % faktor yang dapat mempengaruhi return saham. Adapun rekomendasi yang diberikan penulis untuk penelitian selanjutnya adalah penelitian selanjutnya dapat memperluas objek penelitian. Tidak hanya terbatas kepada perusahaan-perusahaan manufaktur saja. Peneltian selanjutnya hendaknya memperluas variabel-variabel penelitian yang diperkirakan berpengaruh terhadap return saham seperti return on assets dan ukuran perusahaan. REFERENSI Andrianto, Wahyu. 2008. Stock Return In Pre- and Post- 1997 Financial Crisis Year, Intergrity-Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.2 No.1, Hlm. 275292. Ang, A. dan Greet Bekaert. 2007. Stock Return Predictability:Is It There?. The Review of Financial Studies, Vol. 20, No. 3, Hlm. 651-707 Arista, Desy. 2012. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham, Jurnal Ilmu Manajemen dan Akuntansi Terapan, Vol.3 No.1, Hl,. 1-15. Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi kesepuluh, Buku Satu. Jakarta. 119 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Fakhruddin, Shopian dan Hardianto. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Buku 1, PT Alex Media Komputindo. Jakarta. Ghozali, Imam. 2006. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi ke empat. Yogyakarta. Universitas Diponegoro. Gitman, J. Lawrence. 2012. Principles Of Managerial Finance, Addison Wesley, Twelfth Editon. Ikatan Akuntansi Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta. INVESTOPEDIA. Abnormal Return Definition. Home page on-line. Available from http://www.investopedia.com/terms/a/abnormalreturn.asp: Internet; accessed 1 Mei 2011. Margaretha, F., dan Irma Damayanti. 2008. Pengaruh Price Earnings Ratio, Dividend Yield, dan Market to Book Ratio terhadap Stock Return Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 6, No. 3, Hlm. 149160. Martusa, Riki. 2007. Pengaruh Dividend Yield Dan Price Earnings Ratio Terhadap Return Saham dengan Investment Opportunity Set Sebagai Variabel Moderating. Jurnal Bisnis Dan Akuntansi, Vol. 9, No. 3, Hlm. 253273. Pradhono, dan Yulius, JC. 2004. Pengaruh Economic Value Added, Residual Income, Earnings, dan Arus Kas Operasi, Terhadap Return yang Diterima oleh Pemegang Saham, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol.6, Hlm. 140-163. Putra, Indo Ratmana. 2012. Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial Leverage terhadap Earning Per Share (EPS) Di Perusahaan Properti yang Terdaftar Di BEI (2007-2011). Jurnal Manajemen, Vol.1 No.1, Hlm. 318-328. Reilly, Frank K. dan Keith C. Brown. 2002. Investment Analysis and Portfolio Management, Seventh Edition. South-Western College Publishing, Ohio. Resmi, Siti. 2002. Keterkaitan Kinerja Keuangan Perusahaan dengan Return Saham. KOMPAK No.6, Hlm. 275-300. Santoso, Singgih. 2000. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Elex Media. Suharli, Michell. 2005. Studi Empiris Terhadap Dua Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham Pada Industry Food And Beverages di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 7, No.2, Hlm. 99-116. Takarini, Nurjanti. 2007. Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Saham Perusahaan Manufaktur yang Go Public Di Bursa Efek Jakarta, Jurnal Ekonomi dan Manajemen, Vol.8 No.2, Hlm. 310-318. Trisnawati, I. 2009. Pengaruh Economic Value Added, Arus Kas Operasi, Residual Income, Earnings, Operating Leverage, dan Market Value Added Terhadap Return Saham, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol.11 No.1, Hlm. 65-78. 120 JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI Vol. 14, No. 2a, Is. 4, November 2012, Hlm. 120-130 ISSN: 1410 – 9875 http: //www.tsm.ac.id/JBA PENGARUH INFORMATIVENESS, ENTERTAINMENT, SOURCE CREDIBILITY, DAN IRRITATION TERHADAP CONSUMER ATTITUDE IKLAN WIBISONO SOEDIONO STIE TRISAKTI [email protected] Abstract: The purpose of this study is to know how the influence of informativeness, entertainment, source credibility, irritation for consumer attitude Blackberry Z10 advertising in advertising program at Jakarta. This research design uses descriptive research and causality research. The sampling in this research was purposive sampling and uses 100 respondent. Data is used the primary data, and the methods for the analysis is regression (Y = a + bX + e) and multiple regression (Y = a = b1X1 + b2X2 + b3X3 + ….+ e), with SPSS 21 analysis programs. The result of this research is informativeness, entertainment, source credibility, irritation have positive influence to consumer attitude with individually and simultaneously. Keywords: Imformativeness, Entertainment, Source Credibility, Irritation, and Consumer Attitude. PENDAHULUAN satu industri dalam dunia usaha adalah industri telekomunikasi seperti industri penjualan handphone. Menurut data BPS (Badan Pusat Statistik) pada tahun 2012 bulan januari sampai desember tercatat impor handphone Indonesia sebesar US$ 2,5 miliar atau 25,2 triliun rupiah, sedangkan impor handphone tahun 2013 bulan januari tercatat sebesar US$ 219 atau 2,1 triliun rupiah. Hasil ini menunjukan bahwa, Indonesia mempunyai pasar yang bagus dalam industri telekomunikasi. Kondisi perekonomian Indonesia saat ini telah mengalami berbagai kemajuan dan perkembangan. Menurut data BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal) pada tahun 2012, investasi di Indonesia sebesar 280 triliun rupiah, pada tahun 2013 meningkat menjadi 390 triliun rupiah. Hasil dari Badan Koordinasi Penanaman Modal itu menunjukan bahwa dunia usaha di Indonesia telah mengalami perkembangan sehingga meningkatkan daya beli masyarakat terhadap produk atau jasa. Salah 121 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 Di Indonesia, Research In Motion masuk pada pertengahan bulan desember tahun 2004 sementara Android pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2009. Namun, dapat kita lihat bahwa, yang terjadi pada konsumsi pasar selama 2 tahun belakangan ini adalah, pengguna smartphone BlackBerry perlahan mulai beralih ke Samsung dengan Operating System Android. Padahal Research In Motion yang merupakan Perusahaan Induk dari BlackBerry terlebih dahulu menguasai pasar industri telekomunikasi di dunia. Menurut sumber dari Gartner pada grafik di atas, tercatat pertengahan tahun 2011 bahwa BlackBerry hanya menguasai 12% dari seluruh Mobile Operating System di dunia sementara Android menguasai pasar di dunia dengan perolehan 43%. Menurut BBC Indonesia, pada tanggal 29 Maret 2013 penjualan BlackBerry Z10 di Kanada dan Inggris mencapai 1 juta unit tetapi, penjualan 1 juta unit itu belum termasuk di Amerika Serikat sehingga BlackBerry Z10 belum dapat dinilai berhasil untuk mengalahkan pesaing nya. Menurut PULSA ONLINE, sampai tanggal 1 May 2013 di Indonesia BlackBerry Z10 berhasil terjual 7 ribu unit pada peluncuran perdananya. Hasil itu sangat menggembirakan bagi BlackBerry, CEO BlackBerry Thorsten Heins menyatakan bahwa saham perusahaan nya meningkat sebesar 6,1% berkat bantuan BlackBerry sehingga fokus pasar BlackBerry lebih difokuskan ke negara yang memang pangsa pasar nya masih cukup tinggi, mengingat Z10 merupakan salah satu produk terakhir dari BlackBerry Platform 10. 122 November 2012 RERANGKA TEORITIS Informativeness Menurut Aaker, Batra, and Myers (1992, 553) “ Information that serves to enchance rational decision making is good information “. Menurut Saadeghvaziri and Hosseini (2011) yang dikutip dari Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran SOHAIL (2012,648) “Informativeness is an important factor in determining the effectiveness of advertisements “. Clow and Baack (2012, 212) “Informative is present information to the audience in a straight forward manner” Entertainment Menurut Tsang et al (2004), Bauer et al (2005) yang dikutip dari Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran SOHAIL (2012,649) “ Entertainment is the most important feature that affects counsumer’s attitude towards mobile advertising “. Menurut Katterbach (2002) yang dikutip dari Abdul Azeem and Zia ul Hag (2012) “Entertainment is also a crucial factor for internet marketing. It is essential that the message is concise and funny, and thus immediately captures consumers’ attention “. Menurut Aaker, Batra, and Myers (192, 556) “Campaign using an advertisements with high entertainment value have demonstrated their ability to survive heavy repetition. Source Credibility Menurut Adler dalam Kwek Chon Ling (2010) “ Credibility adalah kepercayaan tentang ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono petunjuk dan persepsi dalam pikiran pendengar “. Menurut Palka et al (2009) yang dikutip dari Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran SOHAIL (2012,650) “ The credibility and trustworthiness of viral message source is also closely linked with the perceived risk. If the viral marketing message comes from a trusted source, the perceived risk associated with the message is low. The message recipients express no security and privacy concern, when they received viral message from their social network. “ Menurut Ohanian (1990) “ Source Credibility terdiri dari tiga dimensi, yaitu: expertise, trustworthiness, dan physical attractiveness. “ Irritation Menurut Aaker, Batra, and Myers (1992,555) “ Although a portion of these advertisements irritated respondents because they were considered deceptive, the majority were so categorized for reasons related to questios of taste “. Menurut Palka et al (2009); Haghirian et al (2005) yang dikutip dari Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran SOHAIL (2012,649)“ Marketing message recipient feel irritated when the advertiser make use of the technic annoy offend, or insult message recipient. Moreover, if the message contents become excessively manipulative, it also irritates message recipient and result into a negative consumers’ attitude. Menurut Haghirian et al (2005) yang dikutip dari Kiani Irshad ZERNIGAH and Kamran SOHAIL (2012,649)“ Irritation can be reduced by delivering appropriate message to the relevant target group that delivers value to them“. Consumer Attitude Menurut Kotler dan Keller (2012,190) ” Attitude, a person’s enduring favorable or unfavorable evaluation, emotional feelings and action tendencies toward some object or idea. ” Menurut Claw and Baack (2004,65) “ Attitude is a mental position taken toward a topic, person, or even that influence the holders feeling, perception, learning process, and subsequent behaviors. “ Definisi sikap menurut Schiffman & Kanuk (2010,246) adalah “ Attitude is a learned predisposition to be have is consistently favorable or unfavorable way with respect to a given object ”. Informativeness Entertainment Consumer Attitude Source Credibility Irritation Gambar 1. Model Penelitian 123 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Objek penelitian ini adalah responden yang pernah menyaksikan Iklan Blackberry Z10. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 100 responden sehingga menggunakan November 2012 metode Hair. Menurut Hair et al (2010,102) “ Regarding the sampel size question, the researcher generally would not factor analyze a sample of fewer than 50 observations, and preferably the sample size should be 100 or larger. “ HASIL PENELITIAN Uji Validitas Tabel 1 Hasil Uji Validitas Informativeness (X1) r tabel Kesimpulan Variabel r hitung Informativeness 0,829 0,1966 Valid 1 Informativeness 0,853 0,1966 Valid 2 Informativeness 0,777 0,1966 Valid 3 Tabel 2 Hasil Uji Validitas Entertainment (X2) r tabel Kesimpulan Variabel r hitung Entertainment 1 0,813 0,1966 Valid Entertainment 2 0,838 0,1966 Valid Entertainment 3 0,799 0,1966 Valid Tabel 3 Hasil Uji Validitas Source Credibility (X3) r tabel Kesimpulan Variabel r hitung Source Credibility 0,811 0,1966 Valid 1 Source Credibility 0,794 0,1966 Valid 2 Source Crediblity 3 0,796 0,1966 Valid Variabel Irritation 1 Irritation 2 Irritation 3 124 Tabel 4 Hasil Uji Validitas Irritation (X4) r tabel r hitung 0,798 0,1966 0,840 0,1966 0,755 0,1966 Kesimpulan Valid Valid Valid ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono Tabel 5 Hasil Uji Validitas Consumer Attitude (Y) r tabel Kesimpulan Variabel r hitung Consumer Attitude 0,884 01966 Valid 1 Consumer Attitude 0,879 0,1966 Valid 2 Uji Reliablilitas Hasil dari uji reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach Alpha di mana hasilnya akan reliabel bila lebih besar dari 0,6. Berikut ini adalah tabel hasil dari Uji Reliabilitas : Variabel Informativeness (X1) Entertainment (X2) Source Credibility (X3) Irritation (X4) Consumer Attitude (Y) Tabel 6 Hasil Uji Reliabilitas Total Pertanyaan Cronbach Alpha 3 0,75 3 0,75 3 0,71 3 0,70 2 0,71 Kesimpulan Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Tabel 7 Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square) R Square Model R 1 0,464 0,215 Model 1 Tabel 8 Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 1 Unstandardized Coefficient B t Sig (Constant) 4,269 0,000 Informativeness (X1) 0,348 5,186 0,000 Analisis : 1. Jika Informativeness (X1) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar 4,269. 2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Informativeness (X1) akan meningkatkan Consumer Attitude sebesar 0,348. 125 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 November 2012 Tabel 9 Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square) R Square Model R 1 0,399 0,159 Model 1 Tabel 10 Hasil Uji Regresi Sederhana dan Hasil Uji Hipotesis 2 Unstandardized Coefficient B t (Constant) 4,762 Entertainment (X2) 0,302 4,307 Sig 0,000 Analisis : 1. Jika Entertainment (X2) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar 4,762. 2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Entertainment (X2) akan meningkatkan Consumer Attitude sebesar 0,302. Tabel 11 Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square) R Square Model R 1 0,390 0,152 Model 1 Tabel 12 Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 3 Unstandardized Coefficient B t (Constant) 4,769 Source Credibility (X3) 0,302 4,196 Sig 0,000 Analisis : 1. Jika Source Credibility (X3) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar 4,769. 2. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Source Credibility (X3) akan meningkatkan Consumer Attitude sebesar 0,302. Tabel 13 Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (R Square) R Square Model R 1 0,263 0,069 126 ISSN: 1410 -9875 Model 1 Wibisono Soediono Tabel 14 Hasil Uji Regresi Sederhana dan hasil Uji Hipotesis 3 Unstandardized Coefficient B t Sig (Constant) 9,756 Irritation (X4) -0,179 -2,699 0,008 Analisis : 3. Jika Irritation (X4) = 0, maka nilai Consumer Attitude sebesar 9,756. 4. Setiap kenaikan 1 satuan nilai dari Irritation (X4) akan menurunkan Consumer Attitude sebesar 0,179. Tabel 15 Hasil Uji Korelasi (R) dan Koefisien Determinasi (Adjusted R Aquare) Model Model 1 R Adjusted R Square Tabel 16 Hasil Uji Regresi Berganda Unstandardized Coefficient B (Constant) 5,992 Informativeness (X1) 0,590 Entertainment (X2) -0.225 Source Credibility (X3) -0.57 Irritation (X4) -0.138 Analisis : 1. Nilai konstanta 5,992 menyatakan bahwa jika Informativeness (X1), Entertainment (X2), Source Credibility (X3), dan Irritation (X4) adalah 0, maka nilai Consumer Attitude yang dihasilkan sebesar 5,992. 2. Koefisien regresi 0,590 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan Informativeness (X1) akan meningkatkan Consumer Attitude sebesar 0,590 dengan asumsi nilai variabel Entertainment (X2), Source Credibility (X3), dan Irritation (X4) dianggap konstan. 3. Koefisien regresi -0,225 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan Entertainment (X2) akan menurunkan Consumer Attitude sebesar -0,225 dengan asumsi nilai variabel Informativeness (X1), Source Credibility (X3), dan Irritation (X4) dianggap konstan. 4. Koefisien regresi -0,57 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan Source Credibility (X3) akan menurunkan Consumer Attitude 127 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 sebesar -0,57 dengan asumsi nilai variabel Informativeness (X1), Entertainment (X2), dan Irritation (X4) dianggap konstan. 5. Koefisien regresi -0,138 menyatakan bahwa setiap kenaikan 1 satuan Irritation (X4) akan menurunkan Consumer November 2012 Attitude sebesar -0,138 dengan asumsi nilai variabel Informativeness (X1), Entertainment (X2), dan Source Credibility (X3) dianggap konstan. Pengujian Hipotesis 5 Model 1 Tabel 17 Hasil Uji Hipotesis 4 Sig F Regression 8,795 0,000 Gambar 4.12 Kurva Penolakan H05 PENUTUP Penelitian dilakukan dengan mengembangkan sebuah model untuk menganalisa pengaruh Informativeness, Entertainment, Source Credibility, dan Irritation terhadap Consumer Attitude Iklan Blackberry Z10 pada Program Periklanan di Jakarta. Bab ini dijelaskan mengenai hasil-hasil yang di dapatkan peneliti, dilanjutkan dengan pembahasan kesimpulan mengenai diterima atau tidaknya hipotesis, dan juga terdapat keterbatasan penelitian ini, serta saran untuk penelitian selanjutnya. 2. 3. 4. 5. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan yang telah dikemukakan, ada beberapa kesimpulan yang diperoleh antara lain: 1. Terdapat pengaruh antara Informativeness (X1) terhadap 128 Consumer Attitude Iklan Blackberry Z10 pada Program Periklanan di Jakarta. Terdapat pengaruh antara Entertainment (X2) terhadap Consumer Attitude Iklan Blackberry Z10 pada Program Periklanan di Jakarta. Terdapat pengaruh antara Source Credibility (X3) terhadap Consumer Attitude Iklan Blackberry Z10 pada Program Periklanan di Jakarta. Terdapat pengaruh antara Irritation (X4) terhadap Consumer Attitude Iklan Blackberry Z10 pada Program Periklanan di Jakarta Terdapat pengaruh antara Informativeness, Entertainment, Source Credibility, dan Irritation terhadap Consumer Attitude Iklan Blackberry Z10 pada Program Periklanan di Jakarta. ISSN: 1410 -9875 Wibisono Soediono REFERENSI Aaker, David A., Rajew Batra and John G. Myres. 1992. Advertising Management, Fourth Edition. New Jersey: Prentice Hall. Anderson, David R., Dennis J. Sweeney, and Thomas A.William. 2011.Statistics for Business and Economics, 11thEdition.South Western: Cengage Learning Belch, George E and Michael A Belch. 2001. Advertising and Promotion, Fifth Edition. New York: Mc Graw Hill. Clow, Kenneth E. And Baack. 2012. Integrated Advertising, Promotion & Marketing Communication, 5th Edition. New Jersey: Upper Saddle River, Pearson Prentice Hall. Dickson, Peter R. 1997. Marketing Management, Second Edition, The Dryden Press Hancourt Brace College Publishers. Ducoffe, Robert H. 1996. Advertising Value and Advertising On The Web, Journal of Advertising Research. Ducoffe, Robert H.1996. How Consumers Assess The Value Advertising, Journal of Current Issues and Research in Advertising pp. 1-18. Hair, Joseph F., William C. Black, Barry J. Babin, Rolph F. Anderson and Rondal L. Tatham. 2006. Multivariate Data Analysis. New Jersey: Pearson Education, Inc. http://finance.detik.com/read/2013/05/07/085255/2239738/4/ri-imporponsel-hingga-rp-61-triliun-di-3-bulan-pertama-2013 http://forum.detik.com/sejarah-android-pertama-kali-t338267.html http://www.gartner.com/it/page.jsp?id=1764714 http://www.tabloidpulsa.co.id/news/6892-ceo-blackberry-penjualanblackberry-z10-di-atas-perkiraan http://www.the-marketeers.com/archives/41-juta-masyarakat-indonesiamiliki-smartphone-95nya-digunakan-di-rumah.html#.UxWJq2Y-aP8 Kurtz, David L. 2008. Principles of Contemporary Marketing 14th Edition. New York: Cengage Learning. Kwek Choon Ling, Tan Hoi Piew. 2010. The Determinants of Consumer’s Attitude Towards Advertising. Canadian Social Science, vol. 6, no. 4. Malholtra, Naresh K. 2009. Riset Pemasaran. Edisi 4. Jakarta. Indeks Mendy Lea Wahyuni Gasperz. 2008. Pengaruh Unsur Entertainment, Informativeness, dan Irritation terhadap Advertising Value dan Consumer Attitude atas Advertising via Mobile Devices (SMS). Ohanian, Roobina.1990. Construction and Validation of a Scale to Measure Celebrity Endorser’s Perceived Expertise, Trustworthiness, and Attractiveness “ Journal of Advertising, Vol. 19, No. 3, pp. 39-52. Philip Kotler and Kevin Lane Keller. 2012. Marketing Management: Global Edition. England: Pearson Education Limited. Schiffman, Leon and Leslie Lazar Kanuk. 2010. Consumer Behaviour, 10th Edition. Prentice Hall. Sekaran, Uma, and Bougie Roger. 2010. Research Method for Business, 5th edition. John Wiley and Sons Inc. Wells, Burnett and Morianty. 2000. Advertising : Principles and Practice, Fifth Edition, Prentice Hall International Inc. 129 Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 14, No. 2a, Is. 4 130 November 2012