BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Plasmodium falcinarum merupakan salah satu jenis parasit yang sering menginfeksi dan paling berbahaya. Parasit-parasit ini akan berkembang biak di dalam organ hati manusia dan menginfeksi sel-sel darah merah. Penyakit malaria memiliki gejala yang cukup khas yaitu demam (panas dan dingin), menggigil, nyeri persendian, sakit kepala, muntah-muntah dan kerusakan retina. Gejala paling khas dari penyakit malaria adalah badan terasa dingin yang kemudian diikuti dengan demam panas yang berlangsung sekitar empat sampai enam jam. Pada banyak kasus, gejala penyakit malaria bisa sangat menyerupai beberapa gejala yang ditimbulkan oleh penyakit lain seperti tifus dan demam berdarah, sehingga memerlukan tes darah di laboratorium untuk mengetahui adanya parasit Plasmodium dalam darah. Ada pula gejala penyakit malaria yang sangat khas yang merupakan ciri-ciri klinis yang dapat membedakan demam malaria dengan demam yang ditimbulkan penyakit lain yaitu gejala pemutihan pada retina. PfATP6 adalah protein ATPase yang berasal dari parasit malaria plasmodium falcinarum (Kimura et al., 1993). Ligan cyclopiazonic acid (CPA) adalah inhibitor yang terdapat dalam struktur kristal PfATP6. Ligan CPA diisolasi dari jamur seperti Penicillium cyclopium, Penicillium griseofulvum, Penicillium camemberti, Aspergillus flavus, dan Aspergillus versicolor (Holzapfel, 1968). Ligan CPA bersifat toksik jika dikonsumsi dalam konsentrasi tinggi. Ligan CPA yang telah lama dipakai, menimbulkan masalah resistensi protein PfATP6 terhadap ligan CPA, sehingga diperlukan inhibitor pengganti yang mampu mengatasi masalah resistensi Plasmodium falciparum pada PfATP6 tanpa menyebabkan keracunan jika dikonsumsi dalam jumlah yang tinggi. Resistensi adalah kemampuan parasit untuk terus hidup dalam tubuh manusia, berkembang biak dan menimbulkan gejala penyakit meskipun telah diberikan pengobatan secara teratur 1 2 dengan dosis normal maupun dengan dosis lebih tinggi (Talisuna et al., 2004). Resistensi parasit Plasmodium falciparum terhadap obat-obatan merupakan satusatunya masalah di daerah endemik. Penyebab resistensi terutama karena adanya mutasi protein Plasmodium falciparum (Wellem et al., 2001). Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya resistensi, yaitu faktor operasional misalnya dosis subterapik, faktor farmakologi dan faktor transmisi malaria termasuk intensitas, drug pressure dan respon imun inang (White, 1999). Ligan eurikumalida A merupakan turunan eurikumanon yang terdapat dalam ekstrak akar pasak bumi. Aktivitas antimalaria ligan eurikumalida A mirip dengan ligan CPA. Ligan eurikumalida A telah digunakan sebagai obat tradisional untuk mengobati penyakit malaria, sehingga dapat diteliti interaksinya dengan PfATP6. Interaksi yang terjadi diharapkan mampu untuk mengatasi masalah resistensi plasmodium falciparum pada protein PFATP6. Pengembangan obat modern saat ini berorientasi pada target yang spesifik. Umumnya, target target tersebut adalah makromolekul. Dalam pengembangan suatu obat, untuk memprediksi struktur kompleks ligan dengan protein, yang disebut docking molekuler protein-ligan (Purnomo, 2011). Docking molekuler merupakan suatu metode komputasi yang digunakan untuk menggambarkan interaksi antara suatu molekul sebagai ligan dengan suatu reseptor atau protein. Docking molekuler sebagai salah satu metodologi dalam structure-based virtual screening, dimulai pada awal tahun 1980-an. Secara umum, tujuan dari studi docking molekuler adalah menemukan konformasi energi ligan rendah di situs pengikatan protein yang sesuai dengan fungsi scoring minimum. Pada proses docking molekuler, molekul-molekul yang terlibat dapat dianggap sebagai atomatom, permukaan atau binding site yang mewakili molekul tersebut. Pendekatan docking molekuler protein-ligan biasanya menggunakan nilai real encoding dan mutasi berdasarkan distribusi basis set Gaussian dan Cauchy. Hasil penelitian Tavares (2008) menyebutkan bahwa basis set Gaussian memiliki cakupan lebih kuat daripada basis set Cauchy. Namun, teknik docking molekuler ini belum banyak dilakukan oleh peneliti di Indonesia dalam pengembangan obat, karena belum banyak dikenalnya metode ini (Purnomo, 2011). Makam (2014) meneliti 3 turunan tiazol-2-hidrasinil dengan PfENR (P. falciparum) menggunakan metode docking molekuler untuk identifikasi. Docking molekuler tidak bisa memodelkan dalam keadaan kompleks di dalam tubuh (tanpa ion, dan air) (Masone et al., 2014), maka digunakanlah simulasi dinamika molekuler yang dapat memodelkan suatu senyawa dalam keadaan aslinya. Masone et al. (2014) meneliti prediksi struktur kompleks protein-protein dengan docking molekuler dan diperbaiki dengan simulasi dinamika molekuler. Koordinat yang dihasilkan dari simulasi dinamika molekuler dapat menggambarkan ikatan hidrogen dalam kompleks protein-protein. Detail atom yang terdapat pada simulasi dinamika molekuler dengan sistem pelarut, akan digunakan untuk menjelaskan struktur, dinamika dan termodinamika namun dapat juga menggambarkan mekanisme ikatan protein-ligan (Sinha et al., 2014). Simulasi dinamika molekuler akan digunakan untuk menghitung energi bebas ikatan antara protein dengan ligan dengan menggunakan metode energi bebas pertubasi (Cui et al., 2008). Protein yang digunakan sebagai target ligan eurikumalida A adalah PfATP6. I.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memprediksi RMSD interaksi antara ligan CPA dengan protein PfATP6 melalui metode docking molekuler. 2. Memprediksi energi minimum interaksi antara ligan eurikumalida A dengan protein PfATP6 melalui metode docking molekuler. 3. Memprediksi kelarutan terbaik ligan dan kompleks protein ligan antara CPA dan eurikumalida A di dalam air. 4. Menganalisis dan mengevaluasi ligan eurikumalida A dengan interaksi terbaik yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antimalaria menggunakan metode simulasi dinamika molekular. 4 I.3 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai interaksi ligan dengan protein di dalam suatu binding site dan ligan dengan pelarut air berdasarkan sifat interaksinya terhadap suatu protein.