Ecogreen Vol. 1 No. 1, April 2015 Halaman 37 – 42 ISSN 2407 - 9049 IDENTIFIKASI FLORA YANG BERPOTENSI SEBAGAI TANAMAN OBAT DI KAWASAN HUTAN CAGAR ALAM NAPABALANO KABUPATEN MUNA Alamsyah Flamin, Sahindomi Bana, Djiondan Taruna Program Studi Kehutanan, FHIL Universitas Halu Oleo Correspondence Author Email: [email protected] ABSTRACT This research is aim to know the kinds of medical plants, and usage in the Forest Preserve Napabalano Muna. The research was conducted at the Forest Preserve Napabalano in Napabalano , District Napabalano , Muna District , Southeast Sulawesi. There are 11 of medical plants at Napabalano Forest Nature Reserve that used by people at the surounding of the forest. And the part of the trees that used by the people are stem, root, flower, bark, resin, and leaf sap of the trees. This part has been known from generation to generation. The Knowledge of the people about the way of using depend on the kind of the trees, how to use herbs that are crushed, squeezed, drunk directly, soaked in the boiled water and boiled alone or in a mixture. Keywords : Napabalano Forest Preserve, Medical Plants. PENDAHULUAN Hutan merupakan sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia dan memberikan sumbangan hasil alam yang besar bagi sumber cadangan devisa negara. Selain itu, hutan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber inspirasi, sumber pemenuhan kebutuhan hidup manusia terutama masyarakat di sekitar hutan dan sebagai tempat rekreasi yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, sehingga perlu dikelola dan dimanfaatkan secara lestari, selaras, serasi, dan seimbang bagi kesejahteraan masyarakat Indonesia khususnya umat manusia pada umumnya, baik masa kini maupun masa yang akan datang (Indriyanto, 2005). Menurut Pramono, (2002) hutan Indonesia memiliki keanekaragaman yang cukup tinggi, dan merupakan sumber bahan makanan dan obat bagi manusia dan hewan. Luas kawasan hutan tropika Indonesia 120,35 juta hektar, mengandung sekitar 28.000 spesies tumbuhan dan lebih dari 1.000 spesies telah diketahui berkhasiat obat. Tumbuhan obat adalah seluruh spesies tumbuhan yang dipercaya dan diyakini berkhasiat sebagai obat. Dengan potensi 25.000 tumbuhan berbunga tersebut sebagian juga tumbuh di daerah Sulawesi Tenggara. Daerah Sulawesi umumnya dan Sulawesi Tenggara khususnya digolongkan dalam zona vegetasi dan tipe hutan peralihan yang ditumbuhi oleh suku Araucariaceae, Myrtaceae dan Verbenaceae (Husna dan Tuheteru, 2007) Masyarakat di Kabupaten Muna khususnya di Kelurahan Napabalano telah memiliki kearifan lokal memanfaatkan tumbuhan yang berasal dari hutan sebagai obat-obatan tradisional, karena dipercaya dapat mengobati penyakit dalam maupun penyakit yang tegolong ringan. Berangkat dari alasan ini, maka dilakukan penelitian untuk untuk mengetahui jenis-jenis dan khasiat tanaman obat yang terdapat di kawasan hutan Cagar Alam tersebut. METODE PENELITIAN Penelitian ini kawasan hutan Cagar Kelurahan Napabalano Sulawesi Tenggara pada dilaksanakan di Alam Napabalano Kabupaten Muna, bulan September- Identifikasi Flora yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat – Alamsyah Flamin et al. Oktober 2013. Alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: kamera digital, alat tulis menulis, lembaran kuisioner, komputer dan perlengkapannya. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan Napabalano sebanyak 200 orang yang bermukim disekitar kawasan hutan Cagar Alam Napabalano. Sampling dilakukan secara purposive sampling yaitu lokasi sampel ditentukan secara sengaja berdasarkan pengetahuan masyarakat. Pengambilan sampel 10% dari total populasi yaitu 20 orang responden. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (1998) dalam Nurdin (2010) bahwa jika populasi kurang dari 100, maka yang menjadi penarikan sampel adalah seluruh jumlah populasi, dan apabila populasi lebih dari 100 orang atau dalam jumlah besar maka penarikan dilakukan sebanyak 10-30 % dari populasi tersebut. Dengan kriteria mengetahui dan memanfaatkan tanaman obat, terdiri atas: (1) masyarakat yang mengetahui tentang pengobatan (tabib) (2) masyarakat umum yang sering memanfaatkan tumbuhan obat . Pengamatan di lapangan mengunakan informan kunci untuk menggali informasi keberadaan tanaman, pengumpulan contoh tanaman dan deskripsi tanaman dan didukung oleh keterangan masyarakat tentang preferensi mereka terhadap tumbuhan obat. Keterangan dari informan berupa tempat tumbuh tanaman yang akan dijadikan pertimbangan dalam karakterisasi dan deskripsi. Selanjutnya dibuktikan dengan dokumentasi tumbuhan tersebut di lapangan. Variabel diamati adalah jenis-jenis, khasiat, dan teknik pengolahan tanaman obat yang dilakukan oleh masyarakat. Kemudian dianalisis secara deskriptif kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat di Kawasan Hutan Cagar Alam Napabalano Kelurahan Napabalano Kabupaten Muna diperoleh sebanyak 11 Jenis tumbuhan yang terdiri 38 atas 2 habitus yaitu 7 jenis pohon dan 4 jenis perdu. Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat berbeda-beda tergantung dari jenis tumbuhan. Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat yaitu air pohon (nira), kayu, kulit batang, getah pohon, akar, bunga, dan daun. Untuk daun bagian yang digunakan daun mudanya saja yang diambil, dan ada pula jenis tumbuhan yang menggunakan daun untuk getahnya saja. Hasil identifikasi jenis, famili, ordo, kelas dan habitus dapat ditunjukan pada Tabel 1. Sedangkan nama Indonesia, nama lokal, nama latin, bagian tumbuhan yang digunakan, cara pemakaian serta khasiat/kegunaan dari tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat ditunjukkan pada Tabel 2. Kegiatan pemanfaatan tumbuhan atau etnobotani sebagai salah satu penunjang kehidupan masyarakat dalam suatu komunitas masih saja dipertahankan. Masyarakat di sekitar kawasan hutan Cagar Alam Napabalano Kelurahan Napabalano Kabupaten Muna sejak turun temurun telah mengenal pemanfaatan tumbuhan sebagai obat untuk kehidupan sehari-hari. Sebuah tradisi yang patut diteladani. Menurut informan (tabib dan ibu rumah tangga), tumbuhan obat tersebut diracik tersendiri dan dicampur sehingga menghasilkan ramuan yang berkhasiat. Untuk pengobatan penyakit luar cukup dengan melumatkan tumbuhan tersebut dan diletakkan pada bagian yang sakit. Sedangkan untuk pengobatan penyakit dalam harus terlebih dahulu dengan cara direbus tersendiri ataupun dicampur dengan tumbuhan obat yang lain untuk memperoleh khasiat yang lebih tinggi. Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 37 - 42 Tabel 1. Rekapitulasi Tumbuhan Obat Tentang Jenis, Famili, Ordo dan Kelas Di Kawasan Hutan Cagar Alam Napabalano Kabupaten Muna No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Jenis dan Nama Latin Aren (Arenga pinnata) Asam (Tamarindus Indica L.) Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Jati Lokal (Tectona grandis L) Pulai (Alstonia scholaris R.Br.) Putat (Barringtonia spicata BI) Simpur (Dillenia serrata) Bunga merah (Calerodendrum speciosisimum) Glepangan (Eupatorium odoratum) Ketepeng cina (Cassia alata L.) Tembelekan (Lantana camara LINN) Famili Ordo Kelas Habitus Aracacea Fabaceae Areceles Fabales Monocotyledoneae Dikotyledoneae Pohon Pohon Verbenaceae Lamiales Dikotyledoneae Pohon Oxalidaceae Apocynaceae Lecythidaceae Dilleniaceae Verbenaceae Geraniales Gantianales Myrtales Delleniales Lamiales Dikotyldoneae Pohon Dikotyledoneae Pohon Dikotyledoneae Pohon Dikotyledoneae Dikotyledoneae Pohon Perdu Asteraceae Asterales Dikotyledoneae Perdu Verbenaceae Lamiales Dikotyledoneae Perdu Leuminosae Rosales Dikotyledoneae Perdu Tabel 2. Jenis-Jenis Tumbuhan Obat dan Manfaatnya yang Berada Di Kawasan Hutan Cagar Alam Napabalano Kabupaten Muna. Nama No Indonesia Latin Lokal (Muna) 1 Aren Arenga pinnata Kowala 2 Asam Tamarindus Indica L. Sampalu Bagian yang Digunakan Air (Nira) Kulit Pohon Daun 3 Belimbing wuluh Averrhoa bilimbi L. Daru 4 Jati lokal Tectona grandis L. Kulidawa Kayu 5 Pulai Tongkoea Getah pohon 6 Putat 7 Simpur Alstonia scholaris R.Br. Barringtonia spicata BI Dillenia serrata Putah Soni a. Daun b. Kulit ari Kulit batang Cara Pemakaian Ambil air (nira) langsung dari pohon tersebut disaring kemudian langsung diminum dengan takaran 1 gelas diminum dalam 2 kali sehari. Direbus kulit pohon asam dengan takaran 3-4 gelas air lalu diminum 1 gelas airnya . a. Direbus 1 mangkuk daun kemudian diminum dalam takaran 1 gelas dalam 2-3 kali sehari. b. Direbus tiga mangkuk daun segar dirajang dalam 8 liter air selama 10 menit kemudian di saring. Gunakan air rebusan panas untuk rendam Diiris batang kayu jati yang sudah tua menggunakan parang kemudian direbus. Diambil getah pohon pulai secukupnya lalu diminum secara langsung. a.Ambil 1 helai daun putat kemudian dilumatkan daunya lalu airnya dioleskan pada luka luar b. Ambil kulit pohon putat kemudian ditumbuk sampai halus dioleskan pada luka luar Ambil kulitnya direbus lalu diminum airnya. Kegunaan a. Sariawan b. Sembelit c. Penambah stamina d. Pelancar Haid Batuk dan Asma a.Darah tinggi (Hipertensi) b. Wasir (Sembulan pada poros usus bagian bawah atau anus) a. b. Amuba Diare Penyakit kuning (Marangkuni) Luka Luar Muntah darah 39 Identifikasi Flora yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat – Alamsyah Flamin et al. Lanjutan Tabel 2 .... No Indonesia 8 Bunga merah 9 Glepangan 10 Ketepeng cina 11 Tembelekan Nama Latin Calerodendrum speciosisimum Kamena mena Eupatorium odoratum Komba komba Cassia alata L. Lantana camara LINN Bagian yang Digunakan Lokal (Muna) a. Daun b. Bunga a. Daun b. Akar Saubandara Patiwala Daun a. Daun b. Bunga Masyarakat Muna khususnya Kelurahan Napabalano tidak hanya mengobati penyakit-penyakit yang ringan saja seperti luka luar, kurap, diare, gatalgatal, tetapi juga mampu melakukan pengobatan yang cukup berat seperti darah tinggi (Hipertensi) dan muntah darah. Pengobatan terhadap penyakit seperti ini dilakukan masyarakat karena terdesak kurang tersedianya fasilitas kesehatan pada zaman dahulu, masyarakat Muna selalu tergantung pada tumbuhan untuk mengobati salah satu penyakit yang diderita. Beberapa jenis tumbuhan obat yang digunakan saat ini adalah jenis tumbuhan yang sama dan digunakan secara turun temurun oleh orang tua informan. Pengambilan tanaman sebagai obat biasanya dilakukan pada hari-hari tertentu dengan cara membaca salawat agar tanaman yang di ambil berkhasiat lebih manjur sesuai dengan kepercayaan sejak turun-temurun. Jenis tumbuhan yang ditemukan di hutan Cagar Alam Napabalano dari 11 jenis, 10 jenis sudah dimanfaatkan oleh masyarakat dari daerah lain. Hasil penelitian Hamzari, (2008) seperti halnya pohon pulai dimanfatkan sebagai obat oleh masyarakat sekitar hutan Tabo-Tabo Provinsi Sulawesi Tengah selain getah untuk mengobati sakit gigi kulit batang pohon pulai dapat dimanfaatkan untuk mengobati penyakit 40 Cara Pemakaian a. Ditumbuk sampai halus diambil sari airnya kemudian diminum b. Ditumbuk sampai halus diambil sari airnya kemudian diminum a.Dilumatkan daunya lalu airnya ditempelkan pada luka b. Daunnya direbus lalu diminum c. Akar direbus lalu diminum airnya Rajang daunnya kemudian peras sarinya dan bubuhkan sri tersebut di daerah-daerah yang tekena penyakit kulit a. Dilumatkan daunnya ditempelkan pada luka b. Bunga dan Daun direbus lalu diminum Kegunaan a. Panas dalam b. Cacar (Kefeompuha) a. Luka luar b. Muntah darah c. Maag a. Gatal-gatal b. Kurap c. Panu a. Luka Luar b.Muntah darah (Penyakit dalam) c. Panas dalam asma. Hal ini menunjukan bahwa disetiap daerah pemanfaatan tumbuhan sebagai obat berbeda-beda sesuai dengan kepercayaan dan kebiasaan hidup masyarakat setempat. Salah satu tumbuhan obat endemik dan banyak ditemukan di hutan Cagar Alam Napabalano adalah jenis bunga merah (Calerodendrum speciosissimum) dari hasilhasil penelitian pengembangan tanaman tersebut sebagai tanaman obat sangat sulit ditemukan. Akan tetapi, masyarakat sekitar hutan Cagar Alam Napabalano sudah memanfaatkan tanaman tersebut sebagai obat dengan kearifan lokal. Pemanfaatan tumbuhan obat oleh masyarakat sekitar hutan Cagar Alam Napabalano dilakukan dengan teknik budidaya di kebun yang mereka miliki dengan menanam disela-sela tanaman utama (pertanian) atau dalam perkembangan ilmu sekarang ini disebut dengan teknik agroforestry yaitu memadukan tanaman kehutanan, pertanian dan perkebunan dalan suatu unit lahan. Penggunaan tumbuhan sebagai obatobatan didukung oleh pendapat Sridana (2013) menyatakan bahwa suatu jenis tumbuhan berkhasiat obat mengandung senyawa bioaktif seperti asam kersik, damar dan logam alkali, minyak atsiri, alkaloid, glikosida, falafonoid, siperena, siperol, siperon, pinena dan seskuiterpen sehingga Ecogreen Vol. 1(1) April 2015, Hal. 37 - 42 dapat dijadikan sebagai bahan dalam pengobatan. Senyawa bioaktif ini terdapat di akar, batang/kayu, daun, dan biji pada tumbuhan yang digunakan sebagai obat. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Diidentifikasi 11 jenis tumbuhan berkhasiat obat di hutan Cagar Alam Napabalano Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna. 2. Tumbuhan berkhasiat obat tersebut digunakan oleh masyarakat untuk mengobati berbagai macam penyakit luar dan dalam, antara lain : batuk, asma, darah tinggi (hipertensi), wasir, amuba, diare, penyakit kuning (hepatitis), sariawan, sembelit, penambah stamina, pelancar haid bagi perempuan, luka luar, muntah darah (penyakit dalam), panas dalam, maag, gatal-gatal, kurap, panu, cacar (kafeompuha). Bagian tumbuhan yang digunakan adalah daun, air (nira), getah, kulit, bunga, batang dan akar. Disarankan untuk melakukan identifikasi lanjutan di laboratorium untuk mengetahui kandungan kimia bermanfaat yang terdapat pada tumbuhan berkhasiat tersebut. DAFTAR PUSTAKA Husna dan F.D. Tuheteru, 2007. Hutan Indonesia Nasibmu Kini. Debut Wahana Sinergi. Jogjakarta. Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Nurdin.I. 2010. Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Pelestarian Kawasan Hutan Lindung Papalia (Nanga-Nanga) Kelurahan Andonohu Kecamatan Poasia Kota Kendari. Skripsi Sarjana Kehutanan. Fakultas Pertanian. Universitas Haluoleo. Kendari. Sridana, N. D. 2013. Pemanfaatan Tanaman Obat di Sekitar Kita. Jurnal Bisnis (Online) (http://jurnal.obat.alam/bisnis.bisni s.html. Diakses Pada Tanggal 10 Juni 2013). 41 Identifikasi Flora yang Berpotensi Sebagai Tanaman Obat – Alamsyah Flamin et al. 42