PENINGKATAN KOMPETENSI MENENTUKAN SIFAT SIFAT BANGUN RUANG SEDERHANA MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KUBUS DAN BALOK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA PESERTADIDIK KELAS IV SD NEGERI 02 PEGIRINGAN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Sangidah [email protected] Abstrak : rumusan masalah pada peneliltian ini adalah bagaimana proses pembelajaran, seberapa besar peningkatan kompetensi menetukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan bagaimana perubahan aktifitas peserta didik selama pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga pada peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan Kecamatan Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Pelajaran 2015/2016, penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus . Hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, kualitas proses pembelajaran hasil siklus I, Peserta didik tuntas 31 (70,45%) dan siklus II peserta didik tuntas 40 (90,90%). Kata kunci : kompetensi,sifat – sifat bangun ruang sederhana,alat peraga,dan STAD. PENDAHULUAN Satu kompetensi dasar yang harus dipelajari peserta didik kelas IV SD Negeri 02 Pegiringan tahun pelajaran 2015/2016 adalah kompetensi dasar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Kompetensi ini menuntut guru dan peserta didik lebih banyak melakukan peragaan. Tingkat pencapaian target kurikulum kelas IV SDN 02 Pegiringan pada kompetensi ini tergolong rendah. Dari 44 peserta didik yang mendapat nilai sama atau lebih besar dari KKM 60 hanya 17 peserta didik (38.64%) dengan nilai rata – rata kelas 58.64. Dari hasil pengamatan, rendahnya hasil kompetensi peserta didik dalam menentukan sifat-sifat bangunruang sederhana disebabkan antara lain kurangnya antusias atau minat peserta didik pada materi ini karena proses pembelajaran yang dilakukan guru hanya sebatas ceramah saja, sehingga menimbulkan kebosanan pada peserta didi akibatnya pembelajar berlangsung pasif. Dalam proses pembelajaran guru juga belum menggunakan alat perga yang tepat sehingga hasil belajar peserta didik rendah. Untuk memperbaiki proses pembelajaran diperlukan perubahan dalam pemilihan model pembelajaran oleh guru untuk meningkatkan kompetensi menentukan sifat – sifat bangun ruang sederhana pada peserta sisik kelas IV SDN 02 Pegiringan . Model pembelajaran yang dipilih guru adalah model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya komunikasi lebih dari satu arah antara guru dan peserta didik. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memungkinkan peserta didik aktif belajar dalam kelompoknya. Slavin (1995) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Peserta didik ditempatkan dalam kelompok belajar beranggotakan empat atau lima orang peserta didik yang merupakan campuran dari kemampuan akademik yang berbeda, variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis atau kelompok sosial lainnya. Selain penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD guru juga menggunakan alat peraga. Penggunaan alat peraga yang tepat akan membantu proses pembelajaran menuju tercapainya tujuan pembelajaran. Alat peraga yang digunakan untuk mengatasi hal ini adalah model balok dan kubus. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah 1.) bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran kompetensi menentukan sifat – sifat bangun ruang sederhana dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga pada peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan tahun pelajaran 2015/2016, 2.) Seberapa banyak peningkatan kompetensu hasil belajar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga pada peserta didik kelas IV SDN 02 pegiringan tahun pelajaran 2015/2016, 3.) Bagaimanakah perubahan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menggunakan alat peraga pada peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan tahun pelajaran 2015/2016. Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut 1) mendeskripsikan proses pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi menentukan sifat-sifar bangun ruang sederhana dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga pada peseta didik kelas IV SDN O2 Pegiringan tahun pelajaran 2015/2016, 2) mendeskripsikan peningkatan kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga pada peserta didik kelas IV SDN O2 Pegiringan tahun pelajaran 2015/2016, 3) mendeskripsikan peningkatan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga pada peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan tahun pelajaran 2015/2016. Manfaat penelitian ini adalah : 1) untuk mendapat pengalaman baru bagi guru dalam pembelajaran menentukan sifat-sifat bangun ruang yang sederhana menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan alat peraga, 2) membangkitkan motivasi dan minat belajar peserta didik serta mengembangkan kreatififtas peseta didik dalam proses belajar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga. LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN Kompetensi Tim penyusun kamus pusat bahasa (2007:19) mengartikan kompetensi sebagai kemampuan menguasai gramatika suatu bahasa secara abstrak atau batiniah sedangkan Ade dalam Emi Evandari (2016:2) mengemukakan kompetensi adalah kemampuan bersikap, berfikir, dan bertindak secara konsisten sebagai perwujudan dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dimiliki peserta didik. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan, kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam menguasai pengetahuan, sikap dan keterampilan setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Kompetensi peserta didik dapat berkembang dengan baik apabila mendapatkan proses pembelajaran yang baik pula. Sifat-Sifat Bangun Ruang Sederhana, MANA TEORI BANGUN RUANG? Pengertian Bangun Ruang Sri Subarinah (2006: 36) mengatakan bahwa bangun ruang merupakan bangun geometri dimensi 3 dengan batas-batas berbentuk bidang datar dan atau bidang lengkung. Sumanto dkk.(2008:149) mengemukakan bahwa bangun ruang memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu memiliki sisi, rusuk dan titik sudut. Sisi yaitu bagian bangun ruang yang membatasi bagian dalam dan bagian luar bangun ruang tersebut. Rusuk yaitu garis pertemuan antara dua sisi pada bangun ruang tersebut. Titik sudut yaitu pojok bangun ruang tersebut. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bangun ruang adalah bangun geometri dimensi tiga yang memiliki sifat-sifat tertentu, yaitu memiliki sisi, rusuk dan titik sudut. Sifat-sifat bangun ruang terdiri dari sisi, rusuk, dan titik sudut. Sisi adalah bidang atau permukaan yang membatasi bangun ruang. Rusuk adalah garis yang merupakan pertemuan dari dua sisi bangun ruang. Titik sudut adalah titik pertemuan dari tiga buah rusuk pada bangun ruang. Sifat-sifat kubus yaitu terdapat 6 sisi yang berbentuk persegi dan berukuran sama, 12 rusuk yang panjangnya sama dan 8 titik sudut. Sifat-sifat balok yaitu terdapat 6 sisi, 12 rusuk, dan 8 titik sudut. Untuk tabung, kerucut, dan bola berbeda dengan kubus dan balok. Ketiga bangun ruang ini terdapat sisi yang melengkung. Tabung mempunyai 3 buah sisi yaitu sisi atas, sisi bawah dan sisi lengkung. Kerucut mempunyai 2 buah sisi yaitu alas dan sisi lengkung. Kerucut mempunyai sebuah rusuk dan titik sudut yang biasa disebut titik puncak. Sedangkan bola hanya memiliki sebuah sisi lengkung yang menutupi seluruh bagian ruangnya. Pembelajaran Kooperatif Menurut Sanjaya (2008:239-240), model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan menggunakan sistem pengelompokan atau tim kecil yaitu antara empat sampai eman orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras atau suku yang berbeda (heterogen) Pembelajaran kooperatif merupakan perbaikan kelemahan pengajaran klasikal. Adapun tujuan pengajaran pada pembelajaran kooperatif adalah : 1) memberi kesempatan pada peserta didik untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah secara rasional, 2) mengembangkan sikap sosial dan semangat gotong royong, 3) lebih dinamis, 4) mengembangkan kemampuan kepemimpinan pola tiap anggota kelompok (Dimyati 2006;166) Slavin (2009;9) memberikan rumusan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dimana peserta didik belajar dan bekerja dalam kelompok kecil antara kolaboratif yang anggotanya empat sampai eman orang dengan struktur kelompok heterogen. Dengan demikian dapat disimpulkan pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil peserta didik yang berkerja sebagai suatu tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Menurut Slavin (2009:12) gagasan utama STAD adalah memotivasi peserta didik supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan guru. Meski para peserta didik bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran STAD dapat menumbuhkan tanggung jawab individual terutama bagi peserta didik yang pandai untuk memotivasi dan memberi penjelasan dengan baik kepada yang lain, karena satu-satunya cara bagi kelompok untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota kelompoknya menguasai informasi atau kemampuan yang diajarkan. Langkah – langkah pembelajaran Menurut Slavin dalam Slamet (2014:3) adalah 1) membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku, dll) 2) guru menyajikan pelajaran, 3) guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok. Anggota yang tahu menjelaskan kepada anggota lainnya sampaii semua anggota dalam kelompok itu mengerti, 4) guru memberi kuis kepada semua peserta didik. Pada saat menjawab kuis tidak boleh saling membantu, 5) guru memberi kuis kepada peserta didik, 6) pada saat menjawab kuis tidak boleh ada yang bekerja sama, 7) guru memberi evaluasi dan 8) simpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan merupakan model yang paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif Manfaat Alat Peraga Menurut Briggs dikutip Nasution (1998) mendefinisikan alat peraga sebagai wahana fisik yang mengandung materi pembelajaran sejalan dengan Gagne dalam Nasution (1998) mendefinisikan alat peraga sebagai komponen sumber belajar di lingkungan peserta didik yang merangsang peserta didik untuk belajar. Sejalan dengan pendapat diatas Sujana dalam Mukhori (2014:124), alat peraga adalah suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga dengan tujuan membantu guru agar proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Dari pengertian tersebut disimpulkan, alat peraga adalah suatu alat yang dipergunakan untuk menyampaikan informasi kepada peserta didik pada proses pembelajaran berlangsung, sehingga peserta didik lebih mudah menerima materi pelajaran serta memotivasi peserta didik untuk belajar. Penggunaan alat peraga sangat diperlukan dalam pembelajaran untuk mengingkatkan motivasi belajar peserta didik. Kualitas pembelajaran yang baik dapat membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik dan mengingkatkan sikap belajar pada peserta didik meningkat. Manfaat alat peraga bagi pembelajaran yaitu : 1) proses pembelajaran lebih menarik, 2) interaktif, 3) jumlah waktu mengajar dapar dikurangi, 4) kualitas proses belajar dapat ditingkatkan, 5) proses pembelajaran dapat dilakukan kapan dan di mana saja, 6) sikap belajar pembelajaran dapat ditingkatkan (Kustandi dan Sutjipto 2013;69) Alat peraga yang penulis pilih untuk menyampaikan kompetensi menentukan sifatsifat bangun ruang sederhana adalah model kubus dan balok. Model kubus dan balok terbuat dari karton sehingga mudah didapat dan mudah membuatnya. Kekurangan dari alat peraga ini adalah mudah rusak. Kerangka Berfikir Kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik dalam menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana masih tergolong rendah, belum sesuai dengan kebutuhan minimal yang diharapkan. Selain itu, peserta didik selama proses pembelajaran juga masih rendah. Rendahnya kemampuan peserta didik dalam menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana karena proses pembelajaran belum berpusat pada peserta didik dan guru belum menerapkan pembelajaran inovatif yang mendorong motivasi peserta didik untuk belajar. Alternatif untuk membantu memecahkan masalah tersebut adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD divariasi dengan pengguna alat peraga. Model pembelajaran ini mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran, hasil belajar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dan dapat meningkatkan aktifitas peserta didik dalam pembelajaran. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis pada penelitian ini adalah meningkatnya kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan semester 2 tahun pelajaran 2015/2016 dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan alat peraga. METODE PENELITIAN Penelitian kelas ini dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai dengan Februari 2016. Jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Subyantoro (2014;12) penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan samapai penilaian terhadap tinddakan nyata di dalam kelas, yang berupa kegiatan belajar mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus, siklus 1 dilaksanakan pada bulan Januari 2016 dan siklus 2 pada bulan Februari 2016. Subjek penelitian ini adalah menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan semester 2 tahun pelajaran 2015/2016. Jumlah peserta didik kelas IV SDN 02 Pegiringan adalah 44 terdiri dari 19 laki-laki dan 25 perempuan Instrumen pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi yang bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan untuk menjawab masalah tertentu. Dalam penelitian formal, observasi bertujuan untuk mengumpulkan data yang sahih dan handal. (Wardani 2008;26) Metode observasi dalam penelitian ini berisi catatan lapangan yang menggambarkan bagaimana aktifitas peserta didik dalam menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga. Tes digunakan untuk mengukur kemampuan dasar dan hasil belajar. Tes ini diberikan peserta didik secara individual dan dilaksanakan pada akhir pembelajaran siklus I dan siklus II. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik kuantitatif atau kualitatif. Data kuantitatif diwujudkan dengan hasil belajar yang diperoleh melalui instrumen tes pada setiap siklus. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktifitas peserta didik berkualitas proses pembelajaran. Indikator kinerja penelitian ini adalah meningkatnya kompetensi menentukan sifatsifat bangun ruang sederhana, dengan ketuntasan minimal 60 dan rata-rata ketuntasan kelas minimal 80% dari seluruh peserta didik. Menigkatnya kualitas pembelajaran jika keseluruhan indikator-indikator yang dicapai minimal 75 %. Penelitian ini menggunakan desain penelitian per siklus dengan empat kegiatan. Menurut Ari Kunto (2006;16), secara garis besar penelitian tindakan kelas terhadap empat tahapan yaitu 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) observasi, 4) refleksi. Tahap perncanaan meliputi : 1) konsolidasi dan kolabolator, 2) menelaan materi, 3) menyusun RPP, 4) model pembelajaran kooperatif tipe STAD, 4) menyiapkan alat peraga, dan 5) menyiapkan lembar observasi. Tahap pelaksanaan merupakan implementasi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga. Langkah-langkah pembelajaranny adalah 1) menyampaikan tujuan pembelajaran, 2) menyajikan materi pelajaran dan alat peraga, 3) guru memberi tugas kepada kelompok untuk dikerjakan kelompok, anggota yang tahu untuk memberi tahu anggota yang lain sampai semua anggota kelompok itu mengerti, 4) membimbing kelompok diskusi, 5) memberi kuis / pertanyaan pada peserta didik, 6) pada saat menjawab kuis tidak ada yang bekerja sama, 7) guru memberi evaluasi, 8) simpulan. Kegiatan pada tahap observasi meliputi : 1) mengumpulkan data, 2) mengolah data, 3) menganalisa data hasil tindakan. Analisa data ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan kualitas pembelajaran, hasil belajar dan aktifitas peserta didik. Kegiatan refleksi dilakukan selama dan setelah tindakan dilakukan semua informasi gambaran observasi yang diperoleh dipahami bersama oleh peneliti dan kolabolator, kemudian melakukan diskusi untuk hal-hal yang sudah berjalan baik dan halhal yang belum supaya terjadi peningkatan dan perbaikan terhadap kegiatan pembelajaran. Hasil refleksi dimanfaatkan sebagai masukan untuk tindakan selanjutnya, hasil kegiatan refleksi setiap tindakan digunakan untuk rancangan dan simpulan terhadap hasil tindak I dan II. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Hasil uji kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada tahuun 2015/2015 Tabel 1. Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Pra Siklus No Rentang Nilai Frekuensi Presentase Keterangan 1 100 4 9,09 % 2 90-99 1 2,27% 3 80-89 5 11,36% Rata-rata kelas 4 70-79 7 15,91% 2.580 : 44 = 58,64 5 60-69 0 0 Ketuntasan peserta 6 50-59 16 36,36% didik 17 atau 38,64 7 40-49 7 15,91% % 8 30-39 4 9,09% JUMLAH 44 100 % Menurut tabel 1 menunjukkan perolehan hasil belajar, bahwa pesserta didik yang mengalami ketuntasan belajar sebesar 17 peserta didik atau 38,64% dan 27 peserta didik atau 61,36% belum tuntas belajar sedangkan rerata hasil belajar prasiklus adalah 58,64. Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah adalah 30. Tabel 2 Data Aktivitas Peserta Didik Pra Siklus No Indikator Mampu menjelaskan materi kepada 1 peserta didik lain Pencapaian F % 20 45 Kurang target 2 Dapat merumuskan jawaban 35 80 Baik 3 Dapat mengumpulkan hasil diskusi 20 45 Kurang 30 68 Cukup 35 80 Baik Dapat melaporkan hasil kerja kelompok 4 asal 5 Dapat mengerjakan tugas Rata-rata 64 Dalam diskusi kelompok ini banyak peserta didik yang masih canggung dengan teman-temannya karena belum terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga yang menurut aspek sosialisai dan komunikasi antar peserta didik. Tetapi ada juga yang sudah tidak canggung lagi menjelaskan materi kepada peserta didik lainnya dalam kelompok. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh skor rata-rata aktifitas peserta didik belajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 64% dari hasil observasi aktifitas peserta didik dengan kriteria baik. Siklus I Hasil penelitian yang akan disajikan adalah : 1) kualitas proses pembelajaran, 2) hasil belajar peserta didik, 3) aktifitas peserta didik. Uraian tiap-tiap aspek adalah sebagai berikut. Hasil pengamatan pada aspek proses pembelajaran adalah sebagai berikut. Tabel 3. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus I No Indikator R % 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 37 84,09 2 Melakukan apresiasi 30 68,8 3 Memotivasi peserta didik 27 6,36 4 Menyampaikan materi 37 84,09 30 68,18 5 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar 6 Membimbing kelompok belajar 35 79,55 7 Memberi LKS 31 70,45 8 Memanfaatkan alat peraga/ sumber belajar 35 79,55 9 Menutup pelajaran 35 79,55 Jumlah aspek 77,02 Berdasarkan tabel 3 di atas keterampilan guru dalam proses pembelajaran sudah baik dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Adapun penjelasan tiap indikatornya adalah sebagai berikut: dapat menyampaikan tujuan pembelajaran ada 37 (84,09%) kriteria baik, melakukan apersepsi ada 30 (68,18%) kriteria cukup, dapat memotivasi peserta didik ada 27 (61,36%) peserta didik kriteria cukup, menyampaikan materi ada 37 (84,09%) peserta didik kriteria baik, mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar ada 30 (68,18%) kriteria cukup, membimbing kelompok belajar ada 35 (29,55%), kriteria baik, memberi LKS ada 30 (68,18%) kriteria cukup, memanfaatkan alat peraga/ sumber belajar ada 35 (79,55%) kriteria baik, menutup pelajaran ada 35 (79,55%) kriteria baik. Hasil Belajar Peserta Didik Berdasarkan data hasil tes uji kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga diperoleh data sebagai berikut : Tabel 4. Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus 1 No Rentang Nilai Frekuensi Presentase Keterangan 1 100 1 2,27 2 90-99 14 31,82 3 80-89 2 4,55 4 70-79 14 31,82 Rata-rata kelas 3.150 : 44 = 71,59 5 60-69 4 9,09 Ketuntasan peserta didik 35 6 50-59 6 13,64 (79,54%) 7 40-49 2 4,55 8 30-39 1 2,27 Jumlah 44 100% Tabel 4 menunjukkan perolehan hasil belajar bahwa peserta didik yang mengalami ketuntasan sebesar 35 peserta didik atau 79,54% dan 9 peserta didik atau 20,46% belum tuntas belajar sedangkan rerata hasil belajar siklus 1 adalah 71,59. Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah adalah 30. Aktifitas Peserta didik Hasil pengamatan aktifitas peserta didik adalah sebagai berikut : Tabel 5. Data Aktifitas Peserta Didik Siklus 1 No 1 Indikator Mampu menjelaskan materi kepada peserta didik lain F % Pencapaian target 30 68 Kurang 2 Dapat merumuskan jawaban 36 82 Baik 3 Dapat mengumpulkan hasil diskusi 31 70 Kurang 4 Dapat melaporkan hasil kerja kelompok 35 80 Cukup asal 5 Dapat mengerjakan tugas 37 Rata-rata 84 Baik 77 Dalam diskusi kelompok ini peserta didik sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh skor rata-rata keaktifan peserta didik dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah sebesar 77%. Pada siklus 1 ini aktifitas peserta didik sudah mengalami peningkatan. Gambar 1. Proses Penjelasan Materi dan Bimbingan Guru Gambar 2. Proses Peserta Didik Belajar dan Mempresentasikan Hasil Kerja Kelompok Dari dokumentasi foto di atas terlihat aktifitas pembelajaran siklus 1. Guru sedang menjelaskan materi dan membimbing peserta didik dalam diskusi kelompok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga (gb.1). Peserta didik berdiskusi dan mempresentasikan hasil diskusinya dengan bimbingan guru (gb.2). Refleksi Siklus I Hasil yang diperoleh pada pelaksanaan pembelajaran siklus satu pada proses pembelajaran dan aktifitas peserta didik sudah mencapai indikator yang diharapkan.Tetapi pelaksanaan pembelajaran siklus II masih diperlukan untuk meyakinkan bahwa kualitas proses pembelajaran dan aktifitas peserta didik mengalami peningkatan dengan cara memperbaiki kekurangan pada siklus I Diketahui ketuntasan hasil belajar siklus I baru 35 ( 29,54% ) peserta didik yang tuntas, sehingga belum mencapai indikator yang diharapkan yaitu ketuntasan peserta didik lebih dari 80% dari seluruh peserta didik. Oleh karena itu dilaksanakan siklus II agar hasilnya lebih maksimal. Siklus II Hasil penelitian pada siklus ini meliputi : 1) kualitas proses pembelajaran, 2) hasil belajar peserta didik, dan 3) aktifitas peserta didik. Uraian tiap-tiap aspek adalah sebagai berikut Hasil pembelajaran pada aspek proses pembelajaran adalah sebagai berikut Tabel 6. Kualitas Proses Pembelajaran Siklus II. No Indikator R % 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran 40 90,90 2 Melakukan apersepsi 35 79,55 3 Memotivasi peserta didik 30 68,18 4 Menyajikan materi 38 86,36 5 Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar 36 81,82 6 Membimbing kelompok belajar 38 83,36 7 Memberikan LKS 40 90,90 8 Memanfaatkan alat peraga / sumber belajar 38 86,36 9 Menutup pelajaran 37 84,09 83,84 Keterangan : Sangat Baik = 87 – 100 % Baik = 71 – 86 % Cukup = 60 – 70 % Kurang = 0 – 59 % Berdasar tabel 6 diatas kualitas ketrampilan guru dalam proses pembelajaran kooperatif tipe STAD dan alat peraga sudah melampaui indikator yang diharapkan. Pencapaian tiap indikator yaitu : guru menyampaikan tujuan pembelajaran ada 40 (90,90%) peserta didik dengan kriteria sangat baik, guru melakukan apersepsi ada 35 (79,55%) peserta didik dengan kriteria baik, guru memotivasi peserta didik ada 38 (86,36 %) peserta didik dengan kriteria baik, guru mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok belajar ada 36 (81,82 %) peserta didik dengan kriteria baik, guru membimbing belajar ada 38 (86,36%) peserta didik dengan kriteria baik, guru memberikan LKS ada 48 (90,90%) peserta didik dengan kriteria sangat baik, guru memanfaatkan alat peraga / sumber belajar ada 38 (86,36%) peserta didik dengan kriteria baik, guru menutup pelajaran ada 37 (84,09%) peserta didik dengan kriteria baik. Hasil Belajar Peserta Didik Hasil tes uji kompetensi Siklus II adalah sebagai berikut : Tabel 7. Daftar Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II No Rentang Nilai Frekuensi Persentase Keterangan 1 100 23 52,27 Rata-rata Kelas 3.960 : 44 = 90 2 90-99 12 27,27 Ketuntasan Peserta Didik 42 (95,45 %) 3 80-89 2 4,55 4 70-79 2 4,55 5 60-69 3 6,82 6 50-59 2 4,55 44 100 Jumlah Menurut Tabel 7 menunjukkan perolehan hasil belajar, bahwa 23 peserta didik atau 52,27 % memperoleh nilai istimewa. Peserta didik yang mengalami kebutuhan belajar sebesar 42 (95,45%) dan 2 (4,55 %) peserta didik belum tuntas belajar. Sedangkan rata-rata hasil belajar Siklus II adalah 90. Nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50. Aktifitas Peserta Didik Hasil pengamatan aktivitas belajar peserta didik adalah sebagai berikut : Tabel 8. Data Analisis Peserta Didik Siklus II Pencapaian No Indikator F % 1 Mampu menjelaskan materi kepada peserta didik dalam 35 79,55 B Target diskusi 2 Dapat merumuskan jawaban 36 81,82 B 3 Dapat menyimpulkan hasil diskusi 34 77,27 B 4 Dapat melaporkan hasil kerja kelompok asal 36 81,82 B 5 Dapat mengerjakan tugas 38 88,64 AS Rata-rata 81,82 Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa peserta didik yang mampu menjelaskan materi pada peserta didik lain dalam diskusi ada 35 (79,55%) dengan kriteria baik, peserta didik yang dapat merumuskan jawaban ada 36 (81,82 %), peserta didik yang dapat menyimpulkan hasil diskusi ada 34 (77,27%), peserta didik dapat melaporkan hasil kerja kelompok ada 36 (81,82%) dan peserta didik yang dapat mengerjakan tugas ada 38 (88,64%) dengan kriteria sangat baik. Hasil pengamatan selama proses pembelajaran diperoleh dari rata-rata aktivitas-aktivitas peserta didik belajar dengan model pembelajaran kognitif tipe STAD Siklus II adalah sebesar 81,82 % dengan kriteria baik. GAMBAR 3. Keaktifan Peserta Didik dalam Proses Pembelajaran GAMBAR 4. Peserta Didik Mempresantasikan Hasil Kerja Kelompok Gambar 3 menunjukkan keaktifan peserta didik dalam pembelajaran kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Pada Siklus II ini peserta didik kelihatan lebih antusias dalam proses pembelajaran. Gambar 4 peserta didik mempresentasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas. Refleksi Siklus II Berdasarkan data-data diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Siklus II sudah berjalan dengan baik. Pencapaian hasil belajar sudah sesuai target yang diharapkan yaitu 42 (95,45%) peserta didik mengalami ketuntasan belajar. Kualitas proses pembelajaran sudah meningkat, bisa dilihat dari aktivitas peserta didik yang antusias dalam proses pembelajara, sehingga penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dipertimbangkan untuk pembelajar selanjutnya. Pembahasan Antar Siklus Pembahasan hasil penelitian meliputi tiga aspek yaitu kualitas proses pembelajaran, hasil belajar peserta didik dan aktivitas peserta didik. Proses Pembelajaran pada Siklus II dan Siklus II Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunaan alat peraga terbukti mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran pada kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan tiap indikator aspek, kaulitas proses pembelajaran yang terjadi pada Siklus I dan Siklus II. Dari beberapa indikator yagn digunakan sebagai tolak ukur kualitas proses pembelajaran pada Siklus I skor yang diperoleh 77,02 % dan Siklus II diperoleh skor 83,84 %. Model pembelajaran STAD memberikan kesempatan kepada peserta didik maupun pendidik untuk secara aktif melakukan aktivitas belajar dan mengajar seperti yang dikemukakan Rachmadiarti dalam Slamet (2008:8) bahwa ada 6 tahapan dalam pembelajaran menggunakan model STAD yaitu : 1) Menyampaikan tujuan pembelajaran, dan memotivasi peserta didik, 2) Menyajikan informasi, 3) Mengkoordinasi peserta didik dalam kelompok belajar, 4) Membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5) Evaluasi, dan 6) Memberi penghargaan. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana sangat diperlukan. Pada hakikatnya pembelajar itu merupakan proses dalam komunikasi yaitu komunikasi antara guru dan peserta didik, dimana guru berperan sebagai penyampai informasi sedangkan peserta didik sebagai penerima pesan. Dalam menyampaikan pesan seorang guru memerlukan alat peraga dalam pembelajar agar pesan yang disampaikan dapat diterima peserat didik dengan baik. Seperti yang dikemukakan sumber belajar di lingkungan peserta didik yang merangsang peserta didik untuk belajar. Dari deskripsi diatas dapat diyakini bahwa penggunaan model pembelajar kooperatif tipe STAD dan penggunaan alat peraga dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada peserta didik Kelas IV SD Negeri 02 Pegiringan Semester 2 Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Hasil Belajar Peserta Didik Pada Siklus I dan Siklus II Penggunaan model pembelajar STAD dan alat peraga terbukti dapat meningkatkan kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada peserta didik Kelas IV SD Negeri 02 Pegiringan Semeste 2 Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Peningkatan hasil belajar ini terlihat dari jumlah peserta didik yang mencapai tuntas KKM 60 pada Siklus I dan Siklus II. Hasil uji kompetensi Siklus I terdpat 35 (79,54%) peserta didik tuntas dan Siklus II terdapat 42 (95,45%) peserta didik mengalami ketuntasan belajar. Berdasar deskripsi diatas, maka hipotesis penggunaan model pembelajar kooperatif tipe STAD dan alat peraga terbukti meningkatkan kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana pada peserta didik kelas IV SD Negeri 02 Pegiringan Tahun Pelajaran 2015 / 2016. Aktifitas Peserta Didik pada Siklus I dan Siklus II Penggunaan model pembelajar kooperatif tipe STAD dan alat peraga dapat mengubah perilaku belajar belajar peserta didik dalam pembelajar menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, ditandai dengan peserta didik : 1) mampu menjelaskan materi pada peserta didik lain dalam kelompoknya, 2) Mampu membimbing dalam diskusi, 3) Mampu merumuskan jawaban, 4) mampu mengumpulkan hasil diskusi, 5) Mampu melaporkan hasil diskusi dan 6) Mampu mengerjakan tugas. Model pembelajar STAD menuntut peserta didik untuk aktif berkompetensi antar kelompok, keberhasilan kelompok tergantung kemampuan anggota kelompok, sehingga setiap anggota kelompok berusaha untuk saling membantu. Hal ini sejalan dengan pendapat Rusman (2011 : 203) bahwa keuntungan model pembelajar STAD adalah peserta didik memiliki dua tanggung jawab belajar yaitu belajar untuk diri sendiri dan membantu sesama anggota pembelajar. Berdasar deskripsi diatas penggunaan model pembelajar kooperatif tipe STAD dan alat peraga terbukti dapat mendorong terjadinya peningkatan aktivitas belajar menentukan alat-alat bangun ruang sederhana. Pada peserta didik kelas IV Semester 2 SD Negeri 02 Pegiringan Tahun Pelajaran 2015 / 2016. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang penggunaan model pembelajar kooperatif tipe STAD dan alat peraga terbukti : 1) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajar peserta didik kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana terbukti kualitas proses pembelajaran mencapai 83,84 %. 2) Dapat meningkatkan hasil belahar peserta didik pada kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana terbukti peserta didik yang tuntas belajar sebesar 42 (95,45 %) dan 3) Aktivitas peserta didik proses pembelajaran kompetensi menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana, meningkat, terbukti keaktifan peserta didik mencapai 81,82 %. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan : 1) dalam proses belajar dan mengajar hendaknya guru memilih model pembelajar yang inovatif, karena model pembelajar yagn inovatif akan meningkatkan keaktifan peserta didik dalam proses pembelajar. 2) Dalam pembelajar sebaiknya guru menggunakan alat peraga, karena alat peraga yang tepat dapat membantu tercapainya tujuan pembelajaran. 3) Kepala Sekolah untuk mendorong dan memfasilitasi guru untuk melakukan inovasi pembelajaran. DAFTAR PUSTAKA 1. Evandari, Emi. 2016. “Peningkatan Kompetensi Mengidentifikasi Benua Benua dengan Menggunakan Media Soundtrack Slide pada Peserta Didik kelas VI SD N 09 Mulyoharjo Semester, tahun pelajaran 2015/2016”. Jurnal Widya Cendekia Edisi 4 Volume 3.Pemalang : Dindikpora Kab.Pemalang,April 2016. 2. Kustandi, Cecep dan Bambang Sutjipto. 2013. Media Pembelajaran Manual dan digital Edisi kedua. Bogor: Ghalia Indonesia 3. Mukhori. 2014. Peningkatan Kompetensi Hitung Bilangan Bulat dengan Media Pembelajaran Manik-manik pada peserta Didik Kelas IV SDN 01 Wisnu semester 2 tahun pelajaran 2012/2013. Widya Cendekia Edisi 1 volume 1. Pemalang : Dindikpora Kab. Pemalang. 4. Nasution, Noehi, dkk. 1998. Pendidikan IPA di SD http://www.prosudenalalatperaga.com/blog. (diunduh 5 maret 2015) 5. Sanjaya, wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. 6. Slavin, R.E 2009. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Bandung; Nusa Media 7. Subyantoro. 2014. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang: Duta Publishing Indonesia. 8. Tim penyusun kamus pusat bahasa 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : CV. Balai Pustaka