BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian observasional deskriptif dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini dilakukan terhadap 242 orang responden dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran mutu pelayanan kesehatan unit rawat inap di RSUD Ruteng ditinjau dari aspek penerimaan pasien, pelayanan dokter, pelayanan perawat, dan kondisi unit perawatan. Penelitian ini dilakukan diseluruh unit rawat inap RSUD Ruteng dan dilaksanakan mulai tanggal 30 Mei sampai dengan 23 Juni 2011. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan instrument bantuan berupa kuesioner. Hasil dari penelitian tersebut secara rinci dapat dilihat sebagai berikut : 1. Karakteristik Responden a. Umur Umur yang dimaksud peneliti disini adalah usia reponden yang dihitung mulai dari lahir sampai dengan ulang tahunnya yang terakhir. Pada pengelompokkan umur kali ini, peneliti memakai interval umur 10 tahun. Berikut adalah distribusi responden menurut umur : 59 60 Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Kelompok umur (Tahun) 10-19 Jumlah (n) Persentase (%) 11 4,5 20-29 94 38,8 30-39 72 29,8 40-49 45 18,6 50-59 12 5,0 ≥ 60 8 3,3 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan data pada table 3, diketahui bahwa responden paling banyak berada pada kelompok umur 20 sampai dengan 29 tahun yaitu sebanyak 94 orang (38,8 %), sedangkan jumlah responden yang paling sedikit berada pada kelompok umur 60 tahun keatas yaitu sebanyak 8 orang (3,3 %). b. Kelas perawatan Kelas perawatan yang dimaksud peneliti adalah jenis ruang perawatan yang ditempati oleh pasien selama berada di rumah sakit. Pemilihan ruang perawatan tergantung pada pilihan pasien itu sendiri. RSUD Ruteng membagi kelas perawatannya kedalam empat kelompok utama yaitu VIP, Kelas I, Kelas II, dan Kelas III. Berikut adalah distribusi responden di unit rawat inap menurut kelas perawatan : 61 Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Unit/ Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Kelas perawatan Jumlah (n) Persentase (%) VIP 27 11,2 Kelas I 14 5,8 Kelas II 16 6,6 Kelas III 185 76,4 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 4 di atas diketahui bahwa jumlah pasien yang dijadikan responden paling banyak merupakan pasien kelas tiga yaitu sebanyak 185 responden (76,4 %), sedangkan responden yang paling sedikit merupakan pasien kelas satu dengan jumlah sebanyak 14 responden (5,8 %). Hal ini sudah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya karena peneliti menggunakan teknik Proportionate Stratified Random Sampling untuk penarikan sampel. Perhitungan jumlah sampel setiap unit perawatan didasarkan atas jumlah kunjungan tiap unit pada tahun 2010. c. Jenis kelamin Jenis kelamin merupakan salah satu karakteristik yang bisa membedakan responden yang satu dengan yang lain dilihat dari perbedaan anatomi tubuhnya. Berikut ini adalah distribusi responden rawat inap yang dibagi berdasarkan jenis kelamin : 62 Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 No. Jenis kelamin Jumlah (n) Persentase (%) 1. Laki-laki 84 34,7 2. Perempuan 158 65,3 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Dari data pada tabel 5 dapat dilihat bahwa dari 242 responden, jumlah responden yang paling banyak adalah perempuan dengan jumlah 168 responden (65,3 %) dan yang paling sedikit adalah responden laki-laki dengan jumlah 84 responden (34,7 %). d. Pekerjaan responden Pekerjaan yang dimaksud peneliti disini adalah profesi yang digeluti responden yang merupakan mata pencaharian utamanya. Untuk jenis pekerjaan pada penelitian kali ini, peneliti membaginya dalam tujuh jenis. Berikut adalah rincian distribusi responden berdasarkan jenis pekerjaannya : Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Pekerjaan Unit Rawat InapRSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 No. Pekerjaan Jumlah (n) Persentase (%) 1. PNS 15 6,2 2. Petani 95 39,3 3. Wiraswasta 21 8,7 63 4. Sopir 5 2,0 5. IRT 69 28,5 6. ABRI 1 0,4 7. Lainnya 36 14,9 242 100,0 Total Sumber : Data Primer Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa responden yang dirawat di RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai paling banyak bekerja sebagai petani yaitu sebanyak 95 orang (39,3 %) dan paling sedikit adalah ABRI yaitu sebanyak 1 orang (0,4 %). e. Pendidikan responden Pendidikan yang dimaksud peneliti adalah pendidikan formal terakhir yang telah diselesaikan oleh responden. Pada penelitian ini, ada lima kategori pendidikan yang dipakai peneliti, mulai dari yang tidak sekolah sampai dengan jenjang perguruan tinggi. Berikut adalah distribusi responden rawat inap menurut jenjang pendidikan yang telah dilaluinya : Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Pendidikan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 No. 1. 2. 3. 4. 5. Pendidikan Tidak tamat SD Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Akademik/ PT Total Sumber : Data Primer Jumlah (n) 7 79 52 73 31 242 Persentase (%) 2,9 32,6 21,5 30,2 12,8 100,0 64 Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa dari 242 responden, jumlah responden yang paling banyak hanya berlatar belakang pendidikan tamat SD yaitu sebanyak 79 responden (31,6 %), sedangkan jumlah yang terendah sebanyak 7 responden (2,9 %) yang mengaku tidak pernah menginjak bangku sekolah atau tidak tamat SD. f. Hari perawatan Hari perawatan yang dimaksud peneliti disini adalah jumlah hari perawatan seorang pasien yang dihitung mulai dari pasien masuk ruang rawat inap sampai dengan hari dimana wawancara dilaksanakan. Berikut adalah distribusi responden menurut hari perawatan : Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Hari Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Hari perawatan Jumlah (n) Persentase (%) 2-3 hari 161 66,5 4-5 hari 62 25,6 > 5 hari 19 7,9 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 8 menampilkan data tentang hari perawatan responden dan menunjukkan hasil bahwa responden yang paling banyak adalah responden yang telah dirawat di rumah sakit selama 2-3 hari, sedangkan jumlah yang paling sedikit adalah responden yang dirawat selama lebih dari 5 hari. 65 2. Variabel yang Diteliti a. Prosedur penerimaam pasien Prosedur penerimaan pasien yang dimaksud peneliti adalah persepsi pasien terhadap keterampilan petugas administrasi, serta proses yang dilalui pasien saat berada di bagian administrasi/ loket pendaftaran rumah sakit, sampai pasien diantar ke ruang perawatan. Berikut adalah distribusi responden menurut penilaiannya terhadap prosedur penerimaan pasien : Tabel 9 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Prosedur Penerimaan pasien Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 No. Kategori penilaian Jumlah (n) Persentase (%) 1. Sangat sulit 2 0,8 2. Sulit 21 8,7 3. Mudah 118 48,8 4. Sangat mudah 101 41,7 242 100,0 Total Sumber : Data Primer Pada tabel 9 menunjukkan bahwa dari 242 responden di unit rawat inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai, jumlah responden yang menyatakan bahwa prosedur penerimaan pasien itu mudah adalah sebanyak 118 orang (48,8 %). Jumlah ini adalah jumlah yang paling banyak dibandingkan dengan kategori kepuasan yang lain dimana jumlah responden 66 yang menyatakan bahwa prosedur penerimaan pasien itu sangat sulit ada 2 orang (0,8 %). b. Pelayanan dokter Pelayanan dokter yang dimaksud peneliti adalah penilaian pasien terhadap reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness yang ditunjukkan oleh dokter terhadap pasien selama memberikan pelayanan. Berikut adalah distribusi responden menurut penilaian terhadap pelayanan dokter : Tabel 10 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Dokter Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Kategori penilaian Jumlah (n) Persentase (%) Sangat tidak baik 2 0,8 Tidak baik 11 4,5 Baik 120 49,6 Sangat baik 109 45,1 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 10 menunjukkan data tentang mutu pelayanan dokter di unit rawat inap RSUD Ruteng yang dilihat berdasarkan realibility, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness dari dokter. Data menunjukkan bahwa dari 242 responden, 120 orang (49,6 %) diantaranya menyatakan bahwa mutu pelayanan 67 dokter tergolong baik, sedangkan 2 orang (0,8 %) diantaranya menyatakan bahwa mutu pelayanan dokter sangat tidak baik. c. Pelayanan perawat Pelayanan perawat adalah penilaian pasien terhadap reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness yang ditunjukkan oleh perawat terhadap pasien selama memberikan pelayanan. Berikut adalah distribusi responden menurut penilaian terhadap pelayanan perawat di unit rawat inap RSUD Ruteng : Tabel 11 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Perawat Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Kategori penilaian Jumlah (n) Persentase (%) Sangat tidak baik 3 1,2 Tidak baik 20 8,3 Baik 126 52,1 Sangat baik 93 38,4 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 11 di atas menampilkan hasil penilaian responden terhadap pelayanan perawat di unit rawat inap RSUD Ruteng. Mutu pelayanan perawat dinilai dari aspek reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsibility yang dimiliki perawat. Dari 242 responden, 126 orang (52,1 %) diantaranya menyatakan bahwa pelayanan perawat secara keseluruhan tergolong baik, 68 sedangkan yang menyatakan pelayanan perawat sangat tidak baik ada 3 orang (1,2 %). d. Kondisi unit perawatan Kondisi unit perawatan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah penilaian pasien terhadap penampilan fisik dan situasi kamar perawatannya. Berikut ini adalah distribusi responden menurut penilaian terhadap kondisi unit perawatan : Tabel 12 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Kondisi Unit perawatan Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 No. Kategori penilaian Jumlah (n) Persentase (%) 1. Sangat tidak baik 4 1,7 2. Tidak baik 14 5,8 3. Baik 122 50,4 4. Sangat baik 102 42,1 Total 242 100,0 Sumber : Data Primer Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa ada 122 orang (50,4 %) responden yang menyatakan bahwa kondisi unit perawatannya tergolong baik, sedangkan yang menyatakan kondisi unit perawatannya tidak baik ada 14 orang (5,8 %). 69 Setelah melihat distribusi frekuensi responden di atas, berikut adalah hasil tabulasi silang antara karakteristik responden dan penilaiannya terhadap pelayanan di ruang rawat inap RSUD Ruteng. Berikut ini adalah distribusi responden menurut penilaian terhadap pelayanan rawat inap berdasarkan kelompok umur : Tabel 13 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Kelompok Umur Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Penilaian pelayanan Umur (Tahun) Tidak baik Total Baik N % n % n % 10-19 0 0,0 11 100,0 11 4,5 20-29 11 11,7 83 88,3 94 38,8 30-39 3 4,2 69 95,8 72 29,8 40-49 1 2,2 44 97,8 45 18,6 50-59 0 0,0 12 100,0 12 5,0 ≥ 60 0 0,0 8 100,0 8 3,3 Total 15 6,2 227 93,8 242 100,0 Sumber: Data Primer Data pada tabel 13 menunjukkan bahwa semua responden yang berumur 10-19 tahun, 50-59 tahun, dan 60 tahun keatas menilai baik terhadap pelayanan rawat inap. Dibandingkan kelompok umur yang lain, responden yang berada pada kelompok umur 20-29 tahun paling banyak menilai tidak baik terhadap pelayanan rawat inap yaitu sebanyak 11 orang (11,7 %). 70 Berikut adalah tabulasi silang antara kelas perawatan dengan penilaian terhadap pelayanan rawat inap : Tabel 14 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Penilaian pelayanan Kelas perawatan Tidak baik Total Baik n % n % n % VIP 0 0,0 27 100,0 27 11,2 Kelas I 2 14,3 12 85,7 14 5,8 Kelas II 0 0,0 16 100,0 16 6,6 Kelas III 13 7,0 172 93,0 185 76,4 Total 15 6,2 227 93,8 242 100,0 Sumber: Data Primer Data pada tabel 14 menunjukkan bahwa semua responden dari kelas VIP dan kelas dua menilai baik terhadap pelayanan di rawat inap RSUD Ruteng. Responden yang lebih banyak menilai tidak baik terhadap pelayanan rawat inap merupakan responden dari kelas satu yang berjumlah sebanyak 2 orang (14,3 %). 71 Berikut adalah tabulasi silang antara jenis kelamin dengan penilaian responden terhadap mutu pelayanan di ruang rawat inap RSUD Ruteng : Tabel 15 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Penilaian pelayanan Jenis kelamin Tidak baik Total Baik n % n % n % Laki-laki 6 7,1 78 92,2 84 34,7 Perempuan 9 5,7 149 94,3 158 65,3 Total 15 6,2 227 93,8 242 100,0 Sumber: Data Primer Dari data pada tabel 15 diketahui bahwa responden laki-laki yang menilai pelayanan rawat inap baik sebanyak 78 orang (92,2 %), sedangkan responden wanita yang menilai baik sebanyak 149 orang (94,3 %). Dari table 7 juga dapat dilihat bahwa presentase jumlah perempuan yang menilai baik terhadap pelayanan lebih tinggi daripada dibandingkan laki-laki. Ini bisa menunjukkan bahwa perempuan lebih cenderung cepat puas dibandingkan laki-laki. Ha ini sesuai dengan yang dikatakan Thi et al (Fitriyani, 2009) menyatakan bahwa jenis kelamin laki-laki cenderung memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. 72 Berikut ini adalah tabulasi silang antara jenis pekerjaan responden dengan penilaian terhadap pelayanan rawat inap : Tabel 16 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Pekerjaan Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Penilaian pelayanan Pekerjaan Tidak baik Total Baik n % n % n % PNS 0 0,0 15 100,0 15 6,2 Petani 5 5,2 90 94,8 95 39,3 Wiraswasta 4 19,1 17 80,9 21 8,7 Sopir 0 0,0 5 100,0 5 2,0 IRT 4 5,8 65 94,2 69 28,5 ABRI 0 0,0 1 100,0 1 0,4 Lainnya 2 5,5 34 94,5 36 14,9 Total 15 6,2 227 93,8 242 100,0 Sumber: Data Primer Data pada table 16 menunjukkan hasil bahwa semua responden yang bekerja sebagai PNS, sopir, dan ABRI menilai bahwa mutu pelayanan rawat inap tergolong baik. Sedangkan respoden yang cukup banyak menilai mutu pelayanan itu tidak baik, merupakan responden yang berprofesi sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 4 orang (19,1 %). 73 Berikut adalah tabulasi silang antara pendidikan dengan penilaian terhadap pelayanan di ruang rawat inap RSUD Ruteng : Tabel 17 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Pendidikan Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Penilaian pelayanan Pendidikan Tidak baik Total Baik n % n % n % Tidak tamat SD 0 0,0 7 100,0 7 2,9 Tamat SD 5 6,3 74 93,7 79 32,6 Tamat SLTP 4 7,7 48 92,3 52 21,5 Tamat SLTA 4 5,5 69 64,5 73 30,2 Akademik/ PT 2 6,4 29 93,6 31 12,8 Total 15 6,2 227 93,8 242 100,0 Sumber: Data Primer Dari data pada tabel 17 diatas diketahui bahwa semua responden (100 %) yang tidak tamat SD dan 74 orang (93,7 %) responden yang tamat SD menilai bahwa mutu pelayanan rawat inap tergolong baik. Responden yang cukup banyak menilai pelayanan tidak baik adalah responden yang tamat SLTP (7,7 %) dan perguruan tinggi (6,4 %). 74 Berikut ini adalah data tabulasi silang antara hari perawatan dengan penilaian terhadap pelayanan rawat inap : Tabel 18 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Rawat Inap Berdasarkan Hari Perawatan Di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai Tahun 2011 Penilaian pelayanan Hari Perawatan Tidak baik Total Baik n % n % n % 2-3 hari 10 6,2 151 93,8 161 66,5 4-5 hari 3 4,8 59 95,2 62 25,6 > 5 hari 2 10,5 17 89,5 19 7,9 Total 15 6,2 227 93,8 242 100,0 Sumber: Data Primer Data pada tabel 18 menunjukkan bahwa jumlah presentase tertinggi yang menilai mutu pelayanan rawat inap baik terdistribusi kedalam kelompok yang hari perawatannya memasuki hari ke 4-5 yaitu sebanyak 95,2 %, sedangkan presentasi terendah yang menilai tidak baik terdistribusi pada kelompok yang hari perawataannya lebih dari 5 hari yaitu sebesar 89,5 %. 75 Berikut ini adalah tabulasi silang antara kelas perawatan dengan penilaian terhadap prosedur penerimaan pasien : Tabel 19 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Prosedur Penerimaan pasien Menurut Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Kelas perawatan Penilaian prosedur penerimaan pasien Sulit Total Mudah n % n % n % VIP 1 3,7 26 96,3 27 11,2 Kelas I 2 14,2 12 85,8 14 5,8 Kelas II 2 12,5 14 87,5 16 6,6 Kelas III 18 9,7 167 90,3 185 76,4 Total 23 9,5 219 90,5 242 100,0 Sumber: Data Primer Tabel 19 diatas menunjukkan bahwa diantara 242 responden, presentase jumlah responden yang berada pada kelas VIP yang menilai prosedur penerimaan pasien mudah ternyata lebih tinggi (96,3 %) dibandingkan presentase jumlah responden dari kelas perawatan yang lain. Selain itu, presentase responden yang menilainya tidak baik merupakan pasien kelas satu dengan presentase 14,2 %. 76 Berikut ini adalah data penilaian responden terhadap pelayanan dokter berdasarkan aspek-aspek mutu. Peneliti membagi kategori penilaian hanya menjadi dua, dengan tujuan agar mudah dibaca hasilnya dan dapat memudahkan dalam menarik kesimpulan : Tabel 20 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Dokter Berdasarkan Aspek Mutu di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Penilaian Pelayanan Dokter Aspek mutu Tidak baik Total Baik N % n % n % Reliability 17 7,0 225 93,0 224 100,0 Assurance 18 7,4 224 92,6 224 100,0 Tangible 11 4,5 231 95,5 224 100,0 Empathy 25 10,3 217 89,7 224 100,0 Responsibility 16 6,6 226 93,4 224 100,0 Sumber: Data Primer Data pada tabel 20 di atas menunjukkan bahwa dari kelima aspek mutu di atas, aspek yang lebih tinggi presentase responden yang menilai pelayanan dokter baik adalah aspek tangible yaitu sebanyak 231 orang (95,5 %). Aspek pelayanan dokter yang cukup banyak dinilai tidak baik merupakan aspek empathy yaitu sebanyak 25 orang (10,3 %). Berikut ini adalah penilaian responden terhadap pelayanan dokter berdasarkan kelas perawatan. Kategori penilaian juga diperkecil menjadi dua 77 bagian dengan tujuan agar mudah dibaca hasilnya dan dapat memudahkan dalam menarik kesimpulan. Berikut rinciannya : Tabel 21 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Dokter Berdasarkan Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Penilaian pelayanan dokter Kelas perawatan Tidak baik Total Baik n % n % n % VIP 0 0,0 27 100,0 27 11,2 Kelas I 3 21,4 11 78,6 14 5,8 Kelas II 0 0,0 16 100,0 16 6,6 Kelas III 10 5,4 175 94,6 185 76,4 Total 13 5,3 229 94,7 242 100,0 Sumber: Data Primer Dari tabel 21 diketahui bahwa semua responden yang dirawat di kelas VIP dan kelas dua menilai bahwa pelayanan dokter tergolong baik. Sedangkan yang paling banyak manilai tidak baik merupakan responden yang dirawat di kelas satu yaitu sebanyak 3 orang (21,4 %). 78 Berikut ini adalah distribusi penilaian terhadap pelayanan perawat berdasarkan aspek-aspek mutu : Tabel 22 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Perawat Berdasarkan aspek Mutu di Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Penilaian Pelayanan Perawat Aspek mutu Tidak baik Total Baik n % n % n % Reliability 14 5,8 228 94,3 242 100,0 Assurance 27 11,2 215 88,8 242 100,0 Tangible 19 7,8 223 92,1 242 100,0 Empathy 47 19,4 195 80,5 242 100,0 Responsibility 20 8,3 222 91,7 242 100,0 Sumber: Data Primer Data pada tabel 22 di atas menunjukkan bahwa diantara kelima aspek mutu penilaian terhadap pelayanan perawat, aspek mutu yang lebih banyak dinilai baik adalah aspek reliability (kehandalan) yaitu sebanyak 228 reponden (94,3 %). Aspek pelayanan perawat yang paling banyak dinilai tidak baik oleh responden adalah aspek empathy (perhatian) yaitu sebanyak 47 responden (19,4 %). 79 Berikut adalah penilaian responden tentang pelayanan perawat menurut kelas perawatannya, dapat dilihat secara terperinci seperti berikut ini : Tabel 23 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Pelayanan Perawat Berdasarkan Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Penilaian pelayanan perawat Kelas perawatan Tidak baik Total Baik n % n % n % VIP 0 0,0 27 100,0 27 11,2 Kelas I 1 7,1 13 92,9 14 5,8 Kelas II 1 6,3 15 93,7 16 6,6 Kelas III 21 11,4 164 88,6 185 76,4 Total 23 9,5 219 90,5 242 100,0 Sumber: Data Primer Tabel 23 menunjukkan bahwa semua responden yang dirawat di kelas VIP menilai baik terhadap pelayanan perawat, sedangkan yang paling banyak menilai pelayanan perawat tidak baik berasal dari pasien kelas tiga yaitu sebanyak 21 orang (11,4 %). 80 Berikut ini adalah distribusi penilaian terhadap kondisi unit perawatan berdasarkan kelas perawatan responden Tabel 24 Distribusi Responden Menurut Penilaian Terhadap Kondisi Unit perawatanBerdasarkan Kelas Perawatan Unit Rawat Inap RSUD Ruteng Tahun 2011 Penilaian kondisi unit perawatan Kelas perawatan Tidak baik Total Baik N % n % n % VIP 0 0,0 27 100,0 27 11,2 Kelas I 1 7,1 13 92,9 14 5,8 Kelas II 1 6,2 15 93,8 16 6,6 Kelas III 16 8,6 169 91,4 185 76,4 Total 18 7,5 224 92,5 242 100,0 Sumber: Data Primer Data pada tabel 24 menunjukkan bahwa semua responden yang berasal dari kelas VIP menilai baik terhadap kondisi unit perawatan, sedangkan yang banyak menilai kondisi unit perawatan tidak baik berasal dari pasien kelas tiga yaitu sebanyak 16 orang (8,6 %). 81 B. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Menurut Utama (2005), beberapa karakteristik individu yang diduga menjadi determinan dan indikator kualitas pelayanan kesehatan dan mempengaruhi tingkat kepuasan pasien antara lain : umur, jenis kelamin, lama perawatan, biaya, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, suku bangsa, kelas perawatan, diagnosa penyakit, pendapatan, tempat tinggal, status perkawinan dan agama (Nova, 2010). Menurut Carr dan Hill (1992) derajat kepuasan seseorang dipengaruhi oleh latar belakangnya, kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pendidikan, budaya, umur, dan jenis kelamin (Fitriyani, 2009). Responden dalam penelitian kali ini terdiri dari 158 orang perempuan (65,3 %) dan 84 orang laki-laki (34,7 %). Lebih banyaknya responden perempuan dibandingkan laki-laki disebabkan karena beban kerja para wanita yang lebih besar dibandingkan laki-laki. Selain itu juga karena adanya kondisi yang hanya bisa dialami oleh perempuan yaitu pada saat mengandung dan melahirkan. Responden paling banyak terdistribusi pada kelompok umur 20 tahun sampai dengan 29 tahun, sedangkan responden dengan jumlah yang sedikit tergolong dalam kelompok umur 60 tahun keatas. Thi et al (2002) menyatakan bahwa umur mempunyai hubungan yang bermakna dengan tingkat kepuasan. Hall dan Dornan (1990) menyatakan bahwa seseoang yang berumur lebih tua 82 umumnya cenderung merasa lebih puas dibandingkan dengan yang berusia lebih muda (Fitriyani, 2009). Jenis pekerjaan responden pada penelitian ini bervariasi, tetapi paling banyak responden bekerja sebagai petani sebanyak 95 orang (39,3 %), sedangkan yang paling sedikit bekerja sebagai sopir (2,1 %) dan anggota ABRI (0,4 %). Lebih banyaknya responden yang bekerja sebagai petani disebabkan karena daerah Kabupaten Manggarai merupakan daerah agraris, dimana sebagian besar penduduknya menggantungkan hidupnya dengan bertani. Jenjang pendidikan responden juga bervariasi mulai dari yang tidak pernah menginjak bangku sekolah sampai dengan perguruan tinggi. Responden dengan tingkat pendidikan tamat SD tergolong paling banyak yaitu 79 orang (32,6 %), sedangkan yang tidak tamat SD ada sekitar 7 orang (2,9 %). Lulusan perguruan tinggipun masih tergolong sedikit yaitu sebanyak 31 orang (12,8 %). Carr dan Hill (Fitriyani, 2009) berpendidikan tinggi menyatakan bahwa masyarakat yang karena pengetahuan yang dimiliki, lebih menuntut layanan yang lebih baik. Sabarguna (2004) mengatakan bahwa hal yang mempengaruhi tingkat kepuasan seseorang antara lain pengalaman masa lampau dan tingkat pendidikan. Jika sebelumnya sesorang pernah mendapatkan pelayanan yang dirasakan memenuhi harapannya, maka dikemudian hari dia akan mengharapkan pelayanan yang sama bahkan lebih baik dari sebelumya meskipun dia mendapatkan pelayanan ditempat yang berbeda. Untuk tingkat 83 pendidikan, orang dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi cenderung memiliki harapan yang lebih tinggi terhadap suatu pelayanan. Dilihat dari hari perawatan,diantara 242 responden pada penelitian kali ini terdapat 161 orang (66,5 %) yang telah dirawat selama dua sampai tiga hari, sedangkan pasien yang telah dirawat selama lebih dari lima hari sebanyak 19 orang (7,9 %). Hari perawatan yang dimaksud disini adalah jumlah hari yang dihitung mulai dari pasien masuk ruang rawat inap rumah sakit sampai dengan hari dimana wawancara dilakukan. Para pasien yang telah diwawancara pada hari tersebut besar kemungkinan masih lama dirawat di rumah sakit. 2. Variabel Penelitian a. Prosedur penerimaan pasien Prosedur adalah tata tertib mengenai cara-cara, tahap-tahap, yang harus dipenuhi dalam melaksanakan atau melaksanakan sesuatu. Menurut Ibnu Syamsi, SW (1994), prosedur adalah suatu rangkaian metode yang telah menjadi pola tetap dalam melakukan suatu pekerjaan yang merupakan suatu kebulatan. Prosedur penerimaan pasien mencakup kegiatan yang menunjang pelayanan kesehatan mulai dari pelayanan petugas saat pendaftaran, registrasi, menyiapkan catatan medic, penjelasan tata tertib dan persyaratan lain, sampai mengantar pasien ke ruang perawatan. 84 Hasil penelitian di unit rawat inap RSUD Ruteng Kabupaten Manggarai tentang kepuasan pasien terhadap mutu prosedur penerimaan pasien dapat dilihat pada tabel 19. Pada tabel 19 dketahui bahwa dari 242 responden, 219 orang (90,5 %) menilai mudah dan 23 orang (9,5 %) menilainya sulit. Pada table 19 dapat dilihat bahwa responden yang palingbanyak menilai baik berasal dari kelas VIP (96,3 %). Hal-hal tentang prosedur penerimaan pasien yang masih dikeluhkan oleh responden antara lain karena petugas tidak langsung memberikan pelayanan saat pasien tiba di loket pendaftaran dan lamanya waktu pasien menunggu proses registrasi. Menurut Jacobalis (1989), salah satu hal yang menyebabkan munculnya ketidakpuasaan pasien terhadap pelayanan adalah lamanya waktu pasien menunggu proses masuk rawat inap. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian di RSUD Ruteng dimana masih cukup banyak responden yang mengeluhkan lamanya waktu tunggu untuk proses registrasi. Hasil penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Tay (2008) tentang Hubungan Kualitas Pelayanan Kesehatan dengan Kepuasan Pasien Rawat Inap RSUD Bajawa Kabupaten Ngada. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa dari 100 orang responden, sebanyak 52 orang (52 %) atau sebagian besar menyatakan bahwa mutu prosedur penerimaan pasien tergolong baik. Pada penelitian yang sama juga dikatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara prosedur penerimaan pasien dengan kepuasan pasien. 85 Penelitian lain yang menunjukkan kemiripan adalah penelitian yang dilakukan oleh Supardi (2008) tentang hubungan antara persepsi mutu pelayanan pengobatan dengan kepuasan pasien di balai kesehatan karyawan rokok Kudus. Pada penelitian ini diketahui bahwa diantara 100 orang responden, terdapat 69 % responden mengaku puas dengan pelayanan administrasi yang ada di balai pengobatan tersebut. Menurut Sabarguna (2004) prosedur penerimaan pasien merupakan salah satu wajah rumah sakit yang memberi kesan pertama baik bagi pasien ataupun keluarganya. Karena itu, pelayanan yang cepat, tepat, ramah, dan professional perlu secara tegas ditetapkan dan dikembangkan agar berjalan sesuai harapan dan bisa memberi rasa puas bagi pelanggan. Menurut Griffith (1987) salah satu aspek yang mempengaruhi perasaan puas pada seseorang yaitu prosedur administrasi yaitu berkaitan dengan pelayanan administrasi pasien dimulai masuk rumah sakit selama perawatan berlangsung sampai keluar dari rumah sakit. Kelancaran prosedur penerimaan pasien yang terjadi di bagian administrasi akan memberikan kesan tersendiri bagi pasien atau keluarganya serta menentukan bagaimana citra sebuah instansi kesehatan dimata masyarakat yang menjadi pasien. 86 b. Pelayanan dokter Pelayanan dokter yang dimaksud oleh peneliti disini adalah penilaian pasien terhadap reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness yang ditunjukkan oleh dokter terhadap pasien selama memberikan pelayanan. Reliability (kehandalan) dokter yang dimaksud adalah kemampuan dokter untuk melaksanakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. Assurance (jaminan/ keyakinan) dokter adalah pengetahuan, kemampuan, dan kesopanan seorang dokter yang dapat menimbulkan kepercayaan dan keyakinan bagi pasien. Tangible (bukti fisik) dokter adalah penilaian pasien terhadap penampilan fisik dokter. Empathy (perhatian) dokter adalah perhatian yang ditunjukkan dokter terhadap pasien, sedangkan responsibility (ketanggapan) dokter adalah kemampuan untuk membantu pasien dalam memberikan pelayanan yang cepat. Hasil penelitian pada tabel 21 menunjukkan bahwa dalam 242 orang responden, terdapat 229 orang (94,7 %) yang menilai pelayanan dokter baik dan 13 orang (5,3 %) yang menilainya tidak baik. Responden yang lebih banyak menilai baik merupakan responden yang dirawat di kelas VIP dan kelas dua. Hal tentang pelayanan dokter yang lebih banyak dinilai baik yaitu yaitu aspek tangible (tampilan fisik) dokter. Diantara aspek mutu yang lain, aspek empathy (perhatian) dokter yang masih dikeluhkan oleh responden. Hasil penelitian di RSUD Ruteng juga menunjukkan bahwa diantara 242 responden, yang menilai pelayanan dokter tidak baik lebih banyak berasal dari 87 ruangan kelas tiga (5,4 %). Hasil ini bertentangan dengan teori yang biasanya mengatakan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan, strata social, dan tingkat pendapatan seseorang, maka tingkat kepuasannya semakin tinggi atau lebih cepat puas. Hal yang terjadi di RSUD Ruteng justru sebaliknya, responden yang berada pada ruang kelas tiga tingkat kepuasannya tinggi, sehingga lebih banyak yang menilai pelayanan dokter tidak baik dibandingkan responden di kelas VIP. Salah satu hal yang mungkin menyebabkan munculnya ketidakpuasan dari responden kelas tiga yaitu mereka merasa seolah-olah didiskriminasikan oleh dokter karena kurangnya komunikasi dan perhatian dari dokter. Salah satu kemungkinan penyebab kurangnya perhatian dari dokter adalah adanya kendala dalam bahasa, dimana hampir semua dokter yang bekerja di RSUD Ruteng bukanlah warga asli Manggarai, tetapi berasal dari daerah lain. Para dokter yang tidak bisa berbahasa daerah dan pasien yang kurang memahami bahasa Indonesia membuat munculnya kesan diskriminasi, dimana pasien kelas tiga merasa para dokter tidak menaruh perhatian yang lebih kepada mereka seperti yang dilakukan para dokter terhadap pasien kelas VIP. Penelitian yang dilakukan oleh Pahirah (2003) tentang Kualitas pelayanan Kesehatan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sinjai juga menunjukkan hasil yang mirip dengan penelitian ini. Pahirah menemukan bahwa 90 % dari seluruh responden menilai pelayanan dokter tergolong baik dan hanya 10 % yang menilai kurang baik. Hasil ini mirip dengan penelitian 88 kali ini, dimana lebih banyak responden yang menilain pelayanan perawat di unit rawat inap RSUD Ruteng tergolong baik. Menurut Riyadi (1982), peranan tenaga medis sebagai tenaga pelaksana dituntut untuk lebih mengayomi masyarakat sehubungan dengan keprofesionalannya dan dedikasinya, sehingga dapat memenuhi keinginan masyarakat terhadap suatu pelayanan yang berkualitas (Pahirah, 2003). Salah satu indikator pelayanan kesehatan yang dapat menjadi prioritas dalam menentukan kepuasan pasien menurut Utama (2005) adalah kinerja dari tenaga dokter. Kinerja dokter adalah perilaku atau penampilan dokter rumah sakit dalam proses pelayanan kesehatan pada pasien yang meliputi layanan medis, layanan nonmedis, tingkat kunjungan, sikap, dan penyampaian informasi (Nova, 2010). c. Pelayanan perawat Menurut undang-undang kesehatan nomor 23 tahun 1992, perawat adalah mereka yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu yang dimilikinya yang diperoleh melalui pendidikan keperawatan. Menurut PP No.32 thn 1966 tentang tenaga kesehatan, perawat adalah seseorang yang telah lulus dan mendapatkan ijazah dari pendidikan kesehatan yang diakui pemerintah. Dalam rancangan undang-undang tentang keperawatan, dikatakan bahwa Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan 89 kiat keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Asuhan keperawatan adalah proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien di sarana pelayanan kesehatan dan tatanan pelayanan lainnya, dengan menggunakan pendekatan ilmiah keperawatan berdasarkan kode etik dan standar praktik keperawatan. Pelayanan perawat yang dimaksudkan peneliti pada penelitian kali ini adalah penilaian pasien terhadap reliability, assurance, tangible, empathy, dan responsiveness yang ditunjukkan oleh perawat terhadap pasien selama memberikan pelayanan. Reliability (kehandalan) perawat yang dimaksud adalah kemampuan perawat untuk melaksanakan pelayanan yang dijanjikan dengan tepat dan terpercaya. Assurance (jaminan/ keyakinan) perawat adalah pengetahuan, kemampuan, dan kesopanan seorang perawat yang dapat menimbulkan kepercayaan dan keyakinan bagi pasien. Tangible (bukti fisik) perawat adalah penilaian pasien terhadap penampilan fisik perawat. Empathy (perhatian) perawat adalah perhatian yang ditunjukkan perawat terhadap pasien, sedangkan responsibility (ketanggapan) perawat adalah kemampuan untuk membantu pasien dalam memberikan pelayanan yang cepat. Hasil penelitian di RSUD Ruteng yang ditampilkan pada tabel 23, didapatkan hasil sebagai berikut. Diantara 242 responden di unit rawat inap, terdapat 219 orang (90,5 %) yang menilai baik terhadap pelayanan perawat dan 23 orang (9,5 %) yang menilainya tidak baik. Responden yang lebih banyak 90 menilai baik berasal dari kelas VIP. Diantara aspek mutu yang lain, aspek empathy (perhatian) dan aspek assurance (jaminan) perawat yang masih dinilai tidak baik oleh responden. Dari segi assurance, yang sering dikeluhkan adalah tentang kurangnya keramahan perawat terhadap pasien dan kurangnya penjelasan dari perawat tentang kondisi pasien. Selain itu, dari segi empathy, kesabaran perawat dan perlakuan yang kasar terhadap keluarga pasienlah yang dinilai sangat tidak baik.. Suryawati,dkk (2006) melakukan penelitian tentang penyusunan indikator kepuasan pasien rawat inap rumah sakit di Jawa Tengah dengan jumlah jumlah responden sebanyak 300 orang. Salah satu indikator kepuasan yang diteliti adalah pelayanan perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 300 responden, 10 orang (3,15 %) tidak puas dengan pelayanan perawat, 30 orang (10,08 %) kurang puas, 224 orang (74,77 %) merasa puas, dan 36 orang (12,05 %) lainnya sangat puas. Penelitian ini menunjukkan bahwa lebih banyak pasien yang merasa puas terhadap pelayanan perawat dan hal ini mencerminkan bahwa pelayanan perawat tergolong baik. Hasil penelitian ini mirip dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Ruteng, dimana lebih banyak responden yang menilai bahwa pelayanan perawat tergolong baik. Penelitian lain yang dilakukan oleh Rachmadi (2008) tentang pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pasien kelas tiga di RSUD Kabupaten Karimun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan perawat mempunyai 91 hubungan secara signifikan terhadap kepuasan pasien umum rawat inap kelas tiga RSUD Karimun. Valentine (1997) menyatakan bahwa pelayanan keperawatan dan perilaku perawat merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kepuasan pasien. Karena itu, sangatlah penting menjaga mutu pelayanan yang diberikan oleh perawat karena perawatlah yang paling sering berinteraksi dengan pasien. Penelitian Bart Smet (1991) menyatakan bahwa sentuhan psikologis yang bisa disampaikan perawat dan tim medis lainnya kepada pasien akan mengurangi stress yang dialaminya pada masa sakit, dan ternyata kelelahan psikis berkontribusi terhadap penyakit yang diderita pasien semakin parah. Motivasi dari tim medis bisa menurunkan kecemasan dengan memberikan dukungan-dukungan emosional berupa kesabaran, perhatian, dan motivasi supaya pasien akan sembuh lebih cepat (Anjaryani, 2009). d. Kondisi unit perawatan Kondisi unit perawatan yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah persepsi pasien terhadap penampilan fisik dan situasi kamar perawatannya. Kondisi kamar yang bersih dan rapih tentu saja akan mendatangkan rasa nyaman bagi pasien dan tentu saja akan sangat membantu memulihkan kondisi kesehatan pasien. Kondisi ruangan yang tidak terjaga kebersihan dan kenyamanannya bisa saja memperburuk keadaan pasien bahkan bisa mendatangkan penyakit lain bagi pasien. 92 Hasil penelitian yang ditampilkan pada tabel 24 memberikan gambaran tentang kondisi unit perawatan dan didapatkan hasil sebagai berikut. Diantara 242 orang responden, terdapat 224 orang (92,5 %) yang menilai baik terhadap kondisi unit perwatan, dimanan responden yang lebih banyak berasal dari kelas VIP. Jumlah responden yang menilai kondisi unit perawatan tidak baik ada sebanyak 18 orang (7,5 %). Faktor yang masih dikeluhkan tentang kondisi unit perawatan antara lain kebersihan kamar mandi dan toilet serta kondisi lantai kamar mandi dan toilet yang licin. Hasil penelitian ini memiliki kemiripan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Daeng (2005) di RSUD Raha Kabupaten Muna. Hasil penelitian Daeng menunjukkan bahwa dari 47 responden, sebanyak 89,36 % menyatakan puas akan keadaan kamar pasien dan 10,64 % lainnya menyatakan tidak puas. Hal ini sesuai dengan penelitian di RSUD Ruteng dimana lebih banyak pasien yang menyatakan kondisi kamar perawatan tergolong baik. Penelitian serupa dilakukan juga oleh Magrib (2002) di Rumah Sakit Islam Faisal Makassar dan mendapatkan hasil yang sedikit berbeda. Sebesar 38,75 % responden yang mengatakan keadaan kamar baik, sedangkan 61,25 % lainnya mengatakan keadaan kamar pasien kurang. Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di RSUD Ruteng, dimana paling banyak yang menilai kondisi kamar pasien tergolong baik. Menjaga kondisi kebersihan kamar dan lingkungan sekitar sangatlah penting. Kondisi kamar perawatan sangat berhubungan dengan keselamatan 93 pasien yang merupakan salah satu aspek mutu pelayanan rumah sakit. Aspek mutu pelayanan yang lainnya yaitu aspek klinis (menyangkut pelayanan dokter, perawat, dan terkait dengan teknis medis), aspek efisiensi dan efektifitas (pelayanan yang murah, tepat guna, serta tanpa diagnosis dan terapi berlebihan), aspek kepuasan pasien (Sabarguna, 2004). C. KELEMAHAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN Hal-hal yang memungkinkan menjadi kelemahan dan keterbatasan pada penelitian ini dalam memperoleh hasil yang lebih tepat dan akurat, antara lain: 1. Banyaknya jumlah pertanyaan sehingga responden mungkin merasa semakin jenuh dan dapat menimbulkan bias pada jawaban yang diberikan. 2. Kehadiran perawat atau petugas kesehatan lainnya pada saat wawancara bisa saja mempengaruhi responden dalam penentuan jawaban. Pertama mereka menganggap kalau menjawab tidak baik maka mereka tidak akan mendapat pelayanan yang baik atau mereka tidak akan mendapat pelayanan yang memuaskan, sehingga responden mungkin akan menjawab sangat baik yang akan mengakibatkan jawaban responden menjadi bias dan tidak valid.