BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul untuk menjabarkan nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata (mean) dan simpangan baku (standar deviasi) dari Total Asset Turn Over, Return On Asset, Return On Equity dan Accumulation Distribution Line dari perusahaan semen berdasarkan kreteria yang telah dirumuskan oleh peneliti selama masa pengamatan. Hasil perhitungannya sebagai berikut : Tabel 4.1 Statistik Deskriptif TATO ROA ROE ACDL Mean 0.731829 0.115277 0.159480 66934761 Maximum 1.164270 0.256846 0.326201 431787165 Minimum 0.292939 -0.070891 -0.247558 -45612584 Std. Dev. 0.244278 0.088159 0.130835 97782612 30 30 30 30 Observations Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) 80 81 Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada tabel 4.1, telah menunjukkan jumlah n adalah 30 data dari perusahaan semen diantaranya PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk, PT. Holcim Indonesia Tbk, dan PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dari tahun 2003 - 2012 yang terdiri dari variabel Total Asset Turn Over, Return On Asset, Return On Equity dan Accumulation Distribution Line sebagai berikut: 1. Dalam pengujian statistik deskriptif untuk Total Asset Turn Over memiliki nilai minimum 0.292939 pada PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2003, sedangkan nilai maksimum 1.164270 diperoleh pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) tahun 2006. Dengan mean sebesar 0.731829 dan standar deviasi sebesar 0.244278 dari tahun 2003 – 2012, sehingga dalam Total Asset Turn Over mengalami tingkat perubahan yang kecil antara satu Perusahaan dengan lainnya dalam model regresi. 2. Dalam pengujian statistik deskriptif untuk Return On Asset memiliki nilai minimum (-0.070891) pada PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2004, sedangkan nilai maksimum 0.256846 diperoleh pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) tahun 2009. Dengan mean sebesar 0.115277 dan standar deviasi sebesar 0.088159 dari tahun 2003 – 2012, sehingga dalam Return On Asset mengalami tingkat perubahan yang kecil antara satu Perusahaan dengan lainnya dalam model regresi. 82 3. Dalam pengujian statistik deskriptif untuk Return On Equity, memiliki nilai minimum (-0.247558) pada PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2004, sedangkan nilai maksimum 0.326201 diperoleh pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) tahun 2009. Dengan mean sebesar 0.159480 dan standar deviasi sebesar 0.130835 pada pada tahun 2003 – 2012, sehingga dalam Return On Equity, mengalami tingkat perubahan yang kecil antara satu Perusahaan dengan lainnya dalam model regresi. 4. Dalam pengujian statistik deskriptif untuk Accumulation Distribution Line, memiliki nilai minimum (-45612584) pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk (SMGR) tahun 2012, sedangkan nilai maksimum 431787165 diperoleh pada PT. Holcim Indonesia Tbk (SMCB) tahun 2006. Dengan mean sebesar 66934761 dan standar deviasi sebesar 97782612 pada tahun 2003 – 2012, sehingga dalam Accumulation Distribution Line, maka terdapat perbedaan dan range yang cukup besar antara satu Perusahaan dengan yang lainnya dalam model regresi. Penelitian ini juga mendekripsikan dengan diagram batang, agar dapat mengetahui perkembangan baik kenaikan maupun penurunan pada setiap Perusahaan semen yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dari Total Asset Turn Over, Return On Asset, Return On Equity dan Accumulation Distribution Line. Hasil perhitungannya sebagai berikut : 83 Diagram 4.1 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan Rasio TATO, ROA dan ROE Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada diagram 4.1, telah menunjukkan jumlah n adalah 10 data pada PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk yang memiliki Total Asset Turn Over dengan nilai rata-rata 0.671549 yang berarti 67.15 kali dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.409823 berarti 40.98 kali tahun 2003 serta nilai tertinggi mencapai 0.866550 berarti 86.65 kali memiliki kemampuan dapat menghasilkan volume penjualan dengan tingkat penggunaan efisiensi aktiva tahun 2008. Sedangkan dalam Return On Asset dengan nilai ratarata 0.128698 yang berarti 12.86 % dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.011874 berarti 1.87 % tahun 2004 dan nilai tertinggi mencapai 0.210146 berarti 21.01 % memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dengan seluruh 84 penggunaan aktiva yang tersedia tahun 2010. Sedangkan dalam Return On Equity dengan nilai rata-rata 0.172793 yang berarti 17.27 % dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.024920 berarti 2.49 % tahun 2004 dan nilai tertinggi mencapai 0.257159 berarti 25.71 % memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dengan seluruh penggunaan modal yang tersedia tahun 2009. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa nilai terendah yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata, maka mencerminkan kondisi yang mengalami rata-rata kenaikan dalam setiap rasio yang digunakan dalam masa pengamatan. Grafik 4.1 PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dengan Accumulation Distribution Line (Harga dan Volume) LOW LOW LOW LOW HIGH LOW HIGH HIGH HIGH HIGH Sumber : Indonesian Market Quotes (IMQ) TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 MEAN ACDL 102700880 35736081 4498060 12121717 18364123 -6172339 24711393 28948807 24072634 4085642 24906700 85 Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada grafik 4.1, telah menunjukkan jumlah n adalah 10 data pada PT. Indocement Tunggal Prakasa Tbk yang memiliki Accumulation Distribution Line dengan nilai rata-rata 24906700 lembar dalam setiap tahunnya dan nilai terendah (-6172339) tahun 2009 dan nilai tertinggi mencapai 102700880 lembar yang berarti pergerakan aktivitas volume perdagangan saham mengindikasikan pada trend bullish tahun 2004. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa nilai terendah yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai mean, maka mencerminkan kondisi yang mengalami rata-rata kenaikan dalam setiap Accumulation Distribution Line yang digunakan dalam masa pengamatan. Diagram 4.2 PT. Holcim Indonesia Tbk dengan Rasio TATO, ROA dan ROE Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id 86 Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada diagram 4.2, telah menunjukkan jumlah n adalah 10 data pada PT. Holcim Indonesia Tbk yang memiliki Total asset Turn Over dengan nilai rata-rata 0.543186 yang berarti 54.31 kali dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.292939 berarti 29.29 kali tahun 2003 serta nilai tertinggi mencapai 0.818111 berarti 81.81 kali memiliki kemampuan dapat menghasilkan volume penjualan dengan tingkat penggunaan efisiensi aktiva tahun 2009. Sedangkan dalam Return On Asset dengan nilai ratarata 0.040157 yang berarti 4.01 % dalam setiap tahunnya dan nilai terendah (-0.070891) berarti -7.08 % tahun 2004 serta nilai tertinggi mencapai 0.123290 berarti 12.32 % memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dengan seluruh penggunaan aktiva yang tersedia tahun 2009. Sedangkan dalam Return On Equity dengan nilai rata-rata 0.05920 yang berarti 5.92 % dalam setiap tahunnya dan nilai terendah (-0.247557) berarti -24.75% tahun 2004 dan nilai tertinggi mencapai 0.270220 berarti 27.02 % memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dengan seluruh penggunaan modal yang tersedia tahun 2009. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa nilai terendah yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata, maka mencerminkan kondisi yang mengalami rata- rata kenaikan dalam setiap rasio yang digunakan dalam masa pengamatan. 87 Grafik 4.2 PT. Holcim Indonesia Tbk dengan Accumulation Distribution Line (Harga dan Volume) HIGH LOW LOW LOW LOW HIGH HIGH HIGH HIGH LOW Sumber : Indonesian Market Quotes (IMQ) TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 MEAN ACDL 207449450 103018919 185811218 431787165 216873836 129728837 71582086 152048773 71898267 -1455190 156874336 Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada grafik 4.2, telah menunjukkan jumlah n adalah 10 data pada PT. Holcim Indonesia Tbk yang memiliki Accumulation Distribution Line dengan nilai rata-rata 156874336 lembar dalam setiap tahunnya dan nilai terendah (-1455190) tahun 2013 dan nilai tertinggi mencapai 431787165 lembar yang berarti pergerakan aktivitas volume perdagangan saham mengindikasikan pada trend bullish tahun 2007. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa nilai terendah yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai mean, 88 maka mencerminkan kondisi yang mengalami rata- rata kenaikan dalam setiap Accumulation Distribution Line yang digunakan dalam masa pengamatan. Diagram 4.3 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dengan Rasio TATO, ROA dan ROE Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada diagram 4.3, telah menunjukkan jumlah n adalah 10 data pada PT. Semen Gresik Tbk yang memiliki Total Asset Turn Over dengan nilai rata-rata 0.980751 yang berarti 98.07 kali dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.737356 berarti 73.73 kali tahun 2012 serta nilai tertinggi mencapai 1.164270 berarti 116.42 kali memiliki kemampuan dapat menghasilkan volume penjualan dengan tingkat penggunaan efisiensi aktiva tahun 2006. Sedangkan dalam Return On Asset dengan nilai rata-rata 0.176976 yang berarti 17.69 % dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.060001 berarti 6.00 % 89 tahun 2003 dan nilai tertinggi mencapai 0.256845 berarti 25.68 % memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dengan seluruh penggunaan aktiva yang tersedia tahun 2009. Sedangkan dalam Return On Equity dengan niali rata-rata 0.246439 yang berarti 24.64 % dalam setiap tahunnya dan nilai terendah 0.113574 berarti 11.35 % tahun 2003 dan nilai tertinggi mencapai 0.326200 berarti 32.62 % memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan dengan seluruh penggunaan modal yang tersedia tahun 2009. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa nilai terendah yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata, maka mencerminkan kondisi yang mengalami rata- rata kenaikan dalam setiap rasio yang digunakan dalam masa pengamatan. Grafik 4.3 PT. Semen Gresik (Persero) Tbk dengan Accumulation Distribution Line (Harga dan Volume) LOW LOW LOW LOW HIGH HIGH Sumber : Indonesian Market Quotes (IMQ) HIGH HIGH 90 TAHUN 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 MEAN ACDL 1083508 -473575 -417868 -1393434 -16746808 10106250 125469190 49399100 68818692 -45612584 19023247 Berdasarkan hasil perhitungan statistik deskriptif pada grafik 4.3, telah menunjukkan jumlah n adalah 10 data pada PT. Semen Gresik (Persero) Tbk yang memiliki Accumulation Distribution Line dengan nilai rata-rata 19023247 lembar dalam setiap tahunnya dan nilai terendah (-45612584) tahun 2013 dan nilai tertinggi mencapai 125469190 yang berarti pergerakan aktivitas volume perdagangan saham mengindikasikan pada trend bullish tahun 2010. Oleh karena itu dapat diketahui bahwa nilai terendah yang lebih kecil dibandingkan dengan nilai rata-rata, maka mencerminkan kondisi yang mengalami rata- rata kenaikan dalam setiap Accumulation Distribution Line yang digunakan dalam masa pengamatan. 4.2. Uji Normalitas Data Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik adalah distribusi data normal untuk memprediksi variabel independen dan dependen. Dasar dalam pengambilan keputusan adalah nilai statistik Jarque- Bera yang lebih besar dari pada 5%, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Sebaliknya jika nilai statistik Jarque- Bera yang lebih kecil dari pada 5 %, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan pengujian normalitas terhadap Total asset Turn Over (X1), Return On Asset (X2), Return On Equity (ROE) (X3) dan Accumulation Distribution Line (Y). Hasil perhitungan statistik Jarque- Bera adalah sebagai berikut: 91 Gambar 4.1 Uji Normalitas Total Asset Turn Over (TATO) 8 Series: TATO Sample 1 30 Observations 30 7 6 5 4 3 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 0.731829 0.738940 1.164270 0.292939 0.244278 0.056363 2.290240 Jarque-Bera Probability 0.645582 0.724125 2 1 0 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1.0 1.1 1.2 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id Korelogram pada gambar 4.1, menunjukkan nilai statistik Jarque- Bera memiliki nilai signifikansi 0.645582 yang jauh lebih besar dari pada 5 %. Dengan demikian model ini cukup baik dapat digunakan untuk memprediksi Total Asset Turn Over, maka peneliti tidak dapat menolak H0 bahwa data berdistribusi normal. Gambar 4.2 Uji Normalitas Return On Asset (ROA) 6 Series: ROA Sample 1 30 Observations 30 5 4 3 2 1 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 0.115277 0.105581 0.256846 -0.070891 0.088159 -0.193970 2.090434 Jarque-Bera Probability 1.222261 0.542737 0 -0.05 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id 92 Korelogram pada gambar 4.2, menunjukkan nilai statistik Jarque- Bera memiliki nilai signifikansi 1.222261 yang jauh lebih besar dari pada 5 %. Dengan demikian model ini cukup baik dapat digunakan untuk memprediksi Return On Asset, maka peneliti tidak dapat menolak H0 bahwa data berdistribusi normal. Gambar 4.3 Uji Normalitas Return On Equity (ROE) 9 Series: ROE Sample 1 30 Observations 30 8 7 6 5 4 3 2 1 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 0.159480 0.155977 0.326201 -0.247558 0.130835 -1.440994 5.366997 Jarque-Bera Probability 17.38567 0.000168 0 -0.2 -0.1 0.0 0.1 0.2 0.3 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id Korelogram pada gambar 4.3, menunjukkan nilai statistik Jarque- Bera memiliki nilai signifikansi 17.38567 yang jauh lebih besar dari pada 5 %. Dengan demikian model ini cukup baik dapat digunakan untuk memprediksi Return On Equity, maka peneliti tidak dapat menolak H0 bahwa data berdistribusi normal. 93 Gambar 4.4 Uji Normalitas Accumulation Distribution Line (ACDL) 12 Series: ACDL Sample 1 30 Observations 30 10 8 6 4 2 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 66934761 26830100 4.32e+08 -45612584 97782612 1.966170 7.532872 Jarque-Bera Probability 45.01279 0.000000 0 500.000 1.0e+08 2.0e+08 3.0e+08 4.0e+08 Sumber : Indonesian Market Quotes (IMQ) Korelogram pada gambar 4.4, menunjukkan nilai statistik Jarque- Bera memiliki nilai signifikansi 45.01279 yang jauh lebih besar dari pada 5 %. Dengan demikian model ini cukup baik dapat digunakan untuk memprediksi Accumulation Distribution Line, maka peneliti tidak dapat menolak H0 bahwa data berdistribusi normal. 4.3. Uji Model Dalam memilih model regresi data panel terbaik antara model common effect, model fixed effect, atau model random effect, yaitu dengan uji Chow untuk menentukan model apakah menggunakan common effect atau fixed effect. Dasar pengambilan keputusan dapat ditunjukan dari nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% berarti model yang paling tepat digunakan adalah fixed effect. Sebaliknya jika 94 nilai probabilitas yang lebih besar dari 5% berarti model yang paling tepat digunakan adalah common effect. Adapun jika menggunakan model fixed effects maka akan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk menentukan apakah fixed effect atau random effect. Dasar pengambilan keputusan dapat ditunjukan dari nilai probabilitas yang lebih kecil dari 5% berarti model yang paling tepat digunakan adalah fixed effect. Sebaliknya jika nilai probabilitas yang lebih besar dari 5% berarti model paling tepat digunakan adalah random effect. Hasil perhitungan Chow statistic sebagai berikut: Tabel 4.2 Uji Chow Redundant Fixed Effects Tests Pool: HIPOTESIS Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square -0.000000 0.000000 d.f. Prob. (29,867) 29 1.0000 1.0000 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) Berdasarkan pada tabel 4.2, menunjukkan nilai Chow statistic memiliki nilai signifikansi 1.0000 yang jauh lebih besar dari pada 5 %. Dengan demikian model yang paling tepat digunakan adalah common effect, maka peneliti tidak dapat menolak H0 yang berarti model ini dalam dimensi waktu maupun perilaku individu tidak berbeda berbagai kurun waktu dan dapat diasumsikan bahwa perilaku data antar perusahaan sama dalam berbagai rentang waktu. 95 4.4. Analisa Regresi Linear Berganda Analisa regresi linear berganda untuk menaksir regresi dengan metode pooled least square bersifat linear dan tak bias secara rata- rata yang menentukan model persamaan agar mengetahui hubungan fungsional antara Total Asset Turn Over (X1), Return On Asset (X2) dan Return On Equity (X3) terhadap Accumulation Distribution Line (Y) yang diformulasikan dalam fungsi regresi sebagai berikut: Gambar 4.5 Analisa Regresi Linear Berganda Estimation Command: ===================== LS LOGACCUMULATION C TATO ROA ROE Estimation Equations: ===================== LOGACCUMULATION = C(1) + C(2)*TATO + C(3)*ROA + C(4)*ROE Substituted Coefficients: ===================== LOGACCUMULATION = 1.161347 + 7.710405*TATO - 6.009515*ROA - 0.017500*ROE Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) Dari hasil output regresi pada gambar 4.5, maka dapat diperoleh hasil persamaan regresi sebagai berikut : LOG_Accumulation Distribution Line = 1.161347 + 7.710405 Total Asset Turn Over -6.009515 Return On Asset - 0.017500 Return On Equity. Dari hasil persamaan model regresi tersebut diperoleh : Konstanta sebesar 1.161347 terdapat hubungan positif terhadap Accumulation Distribution Line. Hal ini menyatakan bahwa jika Total Asset Turn Over 96 Return On Asset dan Return On Equity dianggap konstan, maka Accumulation Distribution Line sebesar 1.161347 lembar. Koefisien regresi Total Asset Turn Over terdapat hubungan positif terhadap Accumulation Distribution Line sebesar 7.710405. Hal ini menyatakan bahwa setiap perubahan Total Asset Turn Over 1 %, maka akan meningkatkan Accumulation Distribution Line sebesar 7.710405 lembar. Hubungan positif ini menunjukan bahwa kenaikan harga diikuti dengan kenaikan volume yang merupakan indikasi trend bullish karena ekses demand akan suatu saham meningkat disebabkan harga rendah maka perubahan jumlah saham yang diminta (demand) semakin banyak sehingga dapat mempengaruhi kenaikan harga saham yang menyebabkan perubahan jumlah saham yang ditawarkan (supply) juga semakin banyak. Disamping itu kenaikan volume yang searah dengan kenaikan harga disebabkan jumlah saham yang diminta (demand) dan jumlah saham yang ditawarkan (supply) secara bersamaan meningkat yang mencerminkan banyaknya investor bersedia mengambil keputusan membeli dan menjual saham pada keseimbangan harga yang terbentuk di Pasar. Koefisien regresi Return On Asset terdapat hubungan negatif terhadap Accumulation Distribution Line sebesar (-6.009515). Hal ini menyatakan bahwa setiap perubahan Return On Asset 1 %, maka akan menurunkan Accumulation Distribution Line sebesar (-6.009515) lembar. Hubungan negatif ini menunjukan bahwa kenaikan harga tidak diikuti dengan kenaikan volume yang merupakan indikasi trend bearish karena ekses demand akan suatu saham 97 meningkat disebabkan harga rendah maka perubahan jumlah saham yang diminta (demand) semakin banyak sehingga dapat mempengaruhi kenaikan harga saham. Sedangkan kenaikan volume hanya disebabkan jumlah saham yang diminta (demand) meningkat dan jumlah saham yang ditawarkan (supply) cenderung tetap atau sedikit. Investor yang satu lebih banyak bersedia mengambil keputusan membeli, tetapi investor lainnya tidak bersedia melepas sahamnya (hold) yang disebabkan indikasi trend bearish harga rendah maka perubahan jumlah saham yang ditawarkan (supply) sedikit karena investor lainnya mengharapkan harga saham akan meningkat dimasa yang akan datang. Koefisien regresi Return On Equity terdapat hubungan negatif terhadap Accumulation Distribution Line (- 0.017500). Hal ini menyatakan bahwa setiap perubahan Return On Equity 1 %, maka akan menurunkan Accumulation Distribution Line (- 0.017500) lembar. Hubungan negatif ini menunjukan bahwa kenaikan harga tidak diikuti dengan kenaikan volume yang merupakan indikasi trend bearish karena ekses demand akan suatu saham meningkat disebabkan harga rendah maka perubahan jumlah saham yang diminta (demand) semakin banyak sehingga dapat mempengaruhi kenaikan harga saham. Sedangkan kenaikan volume hanya disebabkan jumlah saham yang diminta (demand) meningkat dan jumlah saham yang ditawarkan (supply) cenderung tetap atau sedikit. Investor yang satu lebih banyak bersedia mengambil keputusan membeli, tetapi investor lainnya tidak bersedia melepas sahamnya (hold) yang disebabkan indikasi trend bearish harga rendah maka 98 perubahan jumlah saham yang ditawarkan (supply) sedikit karena investor lainnya mengharapkan harga saham akan meningkat dimasa yang akan datang. 4.5. Uji Hipotesis Dalam menguji hipotesis untuk mendapatkan probabilitas, dimana peneliti dapat mengetahui tingkat probabilitas dengan cara menggunakan pendekatan memperoleh statistik uji yang relevan diantaranya: a. Uji F (simultan) Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh signifikansi secara simultan dari variabel independen dalam model terhadap variabel dependen. Bila F hitung > F tabel berarti H0 ditolak dan Ha diterima, jika berdasarkan probabilitas (p-value) < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka variabel independen secara simultan berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen. Sebaliknya bila F hitung < F tabel berarti H0 diterima dan Ha ditolak, jika probabilitas (p-value) > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak maka tidak ada pengaruhnya. Hasil perhitungannya sebagai berikut: 99 Tabel 4.3 Pengaruh Total Asset Turn Over, Return On Asset dan Return On Equity terhadap Accumulation Distribution Line Dependent Variable: LOG_ACCUMULATION Method: Pooled Least Squares Date: 11/25/13 Time: 11:42 Sample: 2003 2012 Included observations: 10 Cross-sections included: 30 Total pool (balanced) observations: 300 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TATO ROA ROE 1.161347 7.710405 -6.009515 -0.017500 0.048704 0.796445 0.735256 0.002132 23.84525 9.681031 -8.173359 -8.207238 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.386404 0.380186 0.116887 4.044155 220.2949 62.13414 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.980751 0.148469 -1.441966 -1.392582 -1.422203 1.377274 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) Berdasarkan pada tabel 4.3, menunjukkan nilai F hitung sebesar 62.13414 dan F tabel sebesar 2.980, maka F hitung 62.13414 > F tabel 2.980 dengan nilai signifikansi 0.0000 < 0.05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa Total Asset Turn Over, Return On Asset dan Return On Equity berpengaruh signifikan terhadap Accumulation Distribution Line. b. Uji t (parsial) Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh signifikansi secara individu dari variabel independen dalam model terhadap variabel dependen. Bila t hitung 100 > t tabel berarti H0 ditolak dan Ha diterima, jika berdasarkan probabilitas (p-value) < 0,05 berarti H0 ditolak dan Ha diterima maka variabel independen secara individu berpengaruh signifikansi terhadap variabel dependen. Sebaliknya bila t hitung < t tabel berarti H0 diterima dan Ha ditolak, jika probabilitas (p-value) > 0,05 berarti H0 diterima dan Ha ditolak maka tidak ada pengaruhnya. Hasil perhitungannya sebagai berikut: Tabel 4.4 Pengaruh Total Asset Turn Over terhadap Accumulation Distribution Line Dependent Variable: LOG_ACCUMULATION Method: Pooled Least Squares Date: 11/25/13 Time: 11:43 Sample: 2003 2012 Included observations: 10 Cross-sections included: 30 Total pool (balanced) observations: 300 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C TATO 0.806490 0.984661 0.023044 0.122555 34.99802 8.034474 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.178051 0.175292 0.134830 5.417396 176.4435 64.55277 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.980751 0.148469 -1.162957 -1.138265 -1.153075 0.620607 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) Berdasarkan pada tabel 4.4, menunjukkan nilai t hitung sebesar 8.034474 dan t tabel sebesar 2.0484, maka t hitung 8.034474 > t tabel 2.0484 dengan nilai 101 signifikansi 0.0000 < 0.05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa Total Asset Turn Over berpengaruh positif signifikan terhadap Accumulation Distribution Line. Tabel 4.5 Pengaruh Return On Asset terhadap Accumulation Distribution Line Dependent Variable: LOG_ACCUMULATION Method: Pooled Least Squares Date: 11/25/13 Time: 11:44 Sample: 2003 2012 Included observations: 10 Cross-sections included: 30 Total pool (balanced) observations: 300 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C ROA 0.774591 0.836554 0.030176 0.118128 25.66926 7.081740 0.0000 0.0000 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.144050 0.141177 0.137591 5.641494 170.3635 50.15105 0.000000 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.980751 0.148469 -1.122423 -1.097731 -1.112541 0.659068 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) Berdasarkan pada tabel 4.5, menunjukkan nilai t hitung sebesar 7.081740 dan t tabel sebesar 2.0484, maka t hitung 7.081740 > t tabel 2.0484 dengan nilai signifikansi 0.0000 < 0.05. Hal ini berarti H0 ditolak dan Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa Return On Asset berpengaruh positif signifikan terhadap Accumulation Distribution Line. 102 Tabel 4.6 Pengaruh Return On Equity terhadap Accumulation Distribution Line Dependent Variable: LOG_ACCUMULATION Method: Pooled Least Squares Date: 11/25/13 Time: 11:44 Sample: 2003 2012 Included observations: 10 Cross-sections included: 30 Total pool (balanced) observations: 300 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C ROE 0.989802 -0.002468 0.012058 0.002313 82.08332 -1.066869 0.0000 0.2869 R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic) 0.003805 0.000462 0.148435 6.565834 147.6039 1.138209 0.286895 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat 0.980751 0.148469 -0.970692 -0.946001 -0.960811 0.522619 Sumber : Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Laporan keuangan www.idx.co.id dan Indonesian Market Quotes (IMQ) Berdasarkan pada tabel 4.6, menunjukkan nilai t hitung sebesar (-1.066869) dan t tabel sebesar 2.0484, maka t hitung (-1.066869) < t tabel 2.0484 dengan nilai signifikansi 0.2869 > 0.05. Hal ini berarti H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat dinyatakan bahwa Return On Equity tidak berpengaruh signifikan terhadap Accumulation Distribution Line. Return On Equity merupakan rasio yang digunakan mengukur dari penghasilan atau income yang tersedia bagi para pemilik Perusahaan (baik para pemegang saham biasa maupun preferen) atas modal yang mereka investasikan didalam Perusahaan, semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik Perusahaan sehingga kondisi keuangan akan 103 mempengaruhi pemikiran bagi pemegang saham, jika Perusahaan memperoleh laba atau keuntungan karena modalnya berasal dari sumber pendanaan internal melalui modal sendiri, laba ditahan dan cadangan dana kas yang dimiliki oleh Perusahaan. Disamping itu modal juga berasal dari sumber pendanaan eksternal melalui hutang kepada kreditor dan menjual saham serta menerbitkan obligasi. Perusahaan harus dapat menciptakan kombinasi yang paling menguntungkan antara penggunaan modal tersebut. Struktur modal adalah masalah yang sangat penting bagi Perusahaan karena merupakan cerminan dari kondisi keuangan, apakah kebijakan yang dilakukan oleh perusahaan dalam hal ini dapat memakmurkan para pemegang saham biasa atau tidak. Para manajer keuangan sering kali tidak mempertimbangkan kemakmuran pemegang saham biasa melainkan mementingkan kekayaan pribadi atau Perusahaannya. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan tujuan Perusahaan sebagaimana menjaga hubungan kepada stakeholder salah satunya yaitu pemegang saham biasa sehingga tidak akan mempengaruhi investor sebagai dasar pengambilan keputusan investasi yang berdampak pada perubahan harga saham.