Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 1 PENGARUH STRATEGI PROMOSI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG WISATAWAN MANCANEGARA Riezky Bhrammana Andreansyah [email protected] Triyuniati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the impact on the promotion strategy which consists of advertising, personal selling, and public relations, to the decisions of foreign tourists in visiting the House of Sampoerna. The population is 100 foreign tourists who visit the House of Sampoerna Museum Surabaya. Meanwhile, the analysis technique uses multiple linear regressions. The test result shows simultaneously the advertising, public relations and personal selling have significant impact on the decision to visit the House of Sampoerna Museum Surabaya. This condition supported by the acquisition of multiple regression coefficients obtained is 60.3% which shows the close relationship between the independent variables to the decision to visit the House of Sampoerna Museum Surabaya. The result of partial test on the concrete level is 5% shows that the variable as the research model partially has significant impact on the decision to visit the House of Sampoerna Museum Surabaya. Advertising variable has dominant impact on the decision to visit the House of Sampoerna Museum Surabaya. Keywords: Advertising, Personal Selling, Public Relations, Decision to Visit. ABSTRAK Tujuan dalam penelitian ini mengetahui pengaruh strategi promosi yang terdiri dari advertising, personal selling, dan public relation, terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna. Populasi penelitian ini adalah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya yang berjumlah 100 orang. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan regresi linier berganda.Hasil pengujian menunjukkan pengaruh advertising, public relation dan personal selling secara bersama-sama terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya adalah signifikan. Kondisi ini juga didukung dengan perolehan koefisien regresi berganda yang dihasilkan sebesar 60,3 % yang menunjukkan hubungan antara variabel bebas tersebut terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya memiliki hubungan yang erat.Hasil pengujian secara parsial pada tingkat nyata 5% menunjukkan bahwa variabel yang digunakan dalam model penelitian tersebut masing-masing mempunyai pengaruh yang nyata terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Variabel advertising merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Kata Kunci : Advertising, Personal Selling, Public Relation, Keputusan Berkunjung PENDAHULUAN Pariwisata merupakan suatu kebutuhan yang tidak akan mungkin ditolak oleh manusia pada umumnya. Pariwisata melibatkan banyak aspek dalam pelaksanaannya seperti ekonomi, kebudayaan, sosial, keagamaan, dan masih banyak aspek lainnya. Dan salah satu aspek yang paling berpengaruh dalam pembangunan nasional khususnya di sektor pariwisata adalah aspek ekonomi. Selain itu, kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau yang 6.000 di antaranya tidak dihuni serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Pantai-pantai di Bali, tempat menyelam di Bunaken, Gunung Rinjani di Lombok, dan berbagai taman nasional di Sumatera merupakan contoh tujuan wisata alam di Indonesia. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 2 Tempat-tempat wisata itu didukung dengan warisan budaya yang kaya yang mencerminkan sejarah dan keberagaman etnis Indonesia yang dinamis dengan 719 bahasa daerah yang dituturkan di seluruh kepulauan tersebut. Candi Prambanan dan Borobudur, Toraja, Yogyakarta, Minangkabau, dan Bali merupakan contoh tujuan wisata budaya di Indonesia. Hingga 2010, terdapat 7 lokasi di Indonesia yang telah ditetapkan oleh UNESCO yang masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. Sementara itu, empat wakil lain juga ditetapkan UNESCO dalam Daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia yaitu wayang, keris, batik dan angklung. Maka dari itu, pariwisata adalah salah satu pendapatan yang dapat diandalkan pemerintah dalam hal penerimaan devisa setelah komoditi migas serta minyak kelapa sawit. Pariwisata berperan sebagai sumber perolehan devisa dan juga memberikan banyak bantuan atau sumbangan terhadap bidang-bidang lainnya dalam pembangunan nasional di Indonesia. Yang mana diantaranya adalah meningkatkan pendapatan banyak pihak seperti pemerintahan dan masyarakat yang ada, mendorong pelestarian lingkungan hidup dan menjaga kebudayaan bangsa, menciptakan dan menambah lapangan pekerjaan bagi banyak orang dan lain sebagainya. Berdasarkan data tahun 2012, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebesar 7 juta lebih atau tumbuh sebesar 10,74% dibandingkan tahun sebelumnya, dan menyumbangkan devisa bagi Negara sebesar 7.603,45 juta dolar Amerika Serikat. Mengingat begitu pentingnya peran pariwisata dalam pembangunan ekonomi dunia sehingga pariwisata sering dijuluki sebagai passport to development, maka tidak berlebihan bila hampir semua negara saat ini saling berkompetisi menjual keindahan alamnya, keunikan budayanya, dan keramah-tamahan penduduknya keberbagai negara yang menjadi pasar potensialnya. Indonesia mempunyai potensi besar untuk menjadi kawasan tujuan wisata dunia, karena mempunyai tiga unsur pokok yang membedakan Indonesia bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Ketiga unsur tersebut adalah masyarakat (people). Masyarakat Indonesia terkenal dengan keramahannya dan bisa bersahabat dengan bangsa manapun. Potensi kedua adalah alam (nature heritage). Indonesia mempunyai alam yang indah, yang tidak dipunyai negara-negara lain, misalnya pegunungan yang ada di setiap pulau, pantai yang indah, goa, serta hamparan sawah yang luas. Potensi yang ketiga adalah budaya (cultural haritage). Indonesia merupakan negara yang mempunyai kekayaan budaya yang beragam. Setiap suku, kota, dan pulau mempunyai ciri khas, baik dari segi logat, baju, bangunan rumah, musik, maupun upacara-upacara adat. Semuanya menjadi ciri khas bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya budaya. Hal itu merupakan daya tarik wisatawan untuk mengunjungi Indonesia karena rasa keingintahuannya. Ketiga unsur tersebut yang akan mendukung pesatnya kemajuan kepariwisataan Indonesia di masa yang akan datang. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabayasebetulnya memiliki potensi sebagai salah satu tempat tujuan wisata. Akan tetapi kondisi saat ini menunjukkan bahwa Surabaya masih kurang maksimal dalam mengembangkan sektor pariwisatanya. Hal ini dapat dilihat dari komentar beberapa orang Surabaya di dalam media massa yang menilai negatif untuk beberapa obyek wisata Surabaya. Bisa juga dilihat dari transportasi, makanan, dan sebagainya. Dengan adanya museum House of Sampoerna, beberapa tempat wisata di Surabaya yang sebenarnya telah banyak dikenal seperti, Kya-Kya, Jembatan Merah, Museum Tugu Pahlawan dan sebagainya dapat diperkenalkan kepada wisatawan nusantara dan mancanegara melalui program City Tour Heritage. Walaupun ada jadwal atraksi kebudayaan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 3 atau kesenian tradisional di tempat-tempat tersebut, Namun Perbaikan infrastruktur di tempat-tempat wisata yang lain pun perlu dilakukan. Selain itu, perlu dilakukan promosi pariwisata yang intensif oleh pemerintah setempat untuk memperkenalkan atau memudahkan calon wisatawan mendapatkan informasi yang mereka inginkan sebelum melakukan kunjungan wisata, khususnya ke Kota Surabaya. Kota Surabaya dianggap kurang memiliki “greget” seperti Batu dan Bali yang kini berlomba-lomba mempromosikan daerah mereka sebagai tujuan wisata. Berdasarkan permasalahan diatas, maka rumusan masalah yang dapat diajukan antara lain 1) Apakah advertising mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna? 2) Apakah personal selling mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna? 3) Apakah public relation, mempunyai pengaruh positif terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna? 4) Apakah advertising, merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna?. Sedangkan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini antara lain; 1) Untuk mengetahui pengaruh variabel advertising terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna. 2) Untuk mengetahui pengaruh variabel personal selling terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna. 3) Untuk mengetahui pengaruh variabel public relation, terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna. 4) Untuk mengetahui apakah advertising, merupakan variabel yang berpengaruh dominanterhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke House of Sampoerna. TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS Konsep Pemasaran Jasa Menurut Kotler dan Armstrong (2009:6) pada dasarnya pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial di mana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan yang lain. Pemasaran merupakan suatu jembatan antara produsen dan konsumen. Kegiatannya dimulai semenjak suatu barang dan jasa diproduksi, mendistribusikannya sampai ke tangan konsumen akhir. Menurut Kotler dan Amstrong (2009:42) Pemasaran (marketing) adalah proses sosial dan manajerial yang mengakibatkan individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain. Sedangkan Rangkuti (2008:36) menyatakan bahwa jasa adalah merupakan pemberian suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari suatu pihak kepada pihak lain. Kotler dan Amstrong (2009:75), menyatakan bahwa jasa memiliki 4 karakteristik utama,; 1) Tidak Berwujud (Intangibility), jasa mempunyai sifat tidak berwujud, karena tidak bisa dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa itu dibeli. Untuk mengurangi ketidakpastian, pembeli akan mencari tanda atau bukti dari kualitas jasa tersebut. 2) Tidak terpisah (Inseparability), jasa dihasilkan dan dikonsumsi secara bersamaan. Tidak seperti barang fisik yang diproduksi, disimpan dalam persediaan, didistribusikan melewati berbagai penjual baru dikonsumsi. Jika seseorang memberikan pelayanan, maka penyediaannya merupakan bagian dari jasa itu. Karena klien juga hadir saat jasa itu dilakukan, interaksi penyedia klien merupakan ciri khusus pemasaran jasa. 3) Berubah-ubah (Variability), jasa tergantung pada siapa yang menyediakan serta kapan dan dimana jasa itu diberikan. Pembeli jasa menyadari keragaman yang tinggi dan sering membicarakan dengan orang lain sebelum memilih seorang penyedia jasa. 4) Ketidaktahanlamaan (Perishability), jasa tidak dapat disimpan karena tidak tahan lama. Sehingga dapat dikatakan bahwa jasa Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 4 dihasilkan pada saat ada permintaan akan jasa tersebut dan permintaan ini tidak dapat ditunda. Konsep Pemasaran Pariwisata Pemasaran merupakan suatu jembatan antara produsen dan konsumen. Kegiatannya dimulai semenjak suatu barang dan jasa diproduksi, mendistribusikannya sampai ke tangan konsumen akhir. Menurut Kotler dan Amstrong (2009:42) Pemasaran (marketing) adalah proses sosial dan manajerial yang mengakibatkan individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan lewat penciptaan dan pertukaran produk dan nilai dengan pihak lain. Menurut Ginting (2005:78), Pemasaran pariwisata adalah suatu proses sosial dan manajerial dimana wisatawan dan penyedia jasa wisata mendapatkan kebutuhan dan keinginannya melalui pertukaran. Penyedia jasa menciptakan, menawarkan jasa wisata dan bertukar jasa wisata yang berkualitas dengan uang wisatawan dan wisatawan dapat menikmati jasa wisata yang berkualitas yang ditawarkan sehingga kedua belah pihak memperoleh kepuasan. Jadi pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan suatu organisasi pariwisata nasional untuk menarik wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara lebih banyak datang berkunjung, lebih lama tinggal dan lebih banyak membelanjakan uangnya pada daerah tujuan wisata yang dikunjunginya. Pemasaran produk industri pariwisata jauh lebih kompleks sifatnya dibandingkan dengan memasarkan produk perusahaan manufaktur yang umumnya berbentuk atau berwujud. Oleh karena itu sebelum memasarkan produk industri pariwisata, seorang penjual haruslah memahami dan mengerti benar sifat dan karakter yang akan ditawarkan kepada pembeli (wisatawan). Di dalam pemasaran pariwisata diperlukan adanya pemahaman yang mendalam terhadap produk yang dimiliki dan dijual. Demikian pula persepsi dan preferensi wisatawan atau calon wisatawan. Persepsi dan preferensi wisatawan ini akan menimbulkan perilaku yang mendorong proses pembelian. Dikenal ada beberapa konsep pemasaran, yang dapat dipergunakan untuk menjual produk pariwisata: 1) Konsep produksi, konsep ini menempatkan pertimbangan bahwa konsumen hanya mau membeli barang yang bisa dibeli dengan harga murah dan mudah didapat. Untuk pariwisata yang memenuhi dua criteria ini adalah produk pariwisata buatan atau kemasan baru dan untuk mass production.Taman rekreasi, resort wisata buatan, souvenir buatan pabrik dan event olahraga dan convention dapat menggunaan pendekatan produksi ini. 2) Konsep produk, konsep produk ini menggunakan asumsi bahwa konsumen hanya akan membeli barang yang memiliki keunikan, inovatif dan superioritas. Produk pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah pariwisata minat khusus yang bertemakan budaya (heritage dan living culture), alam (ekowisata, wisata pendidikan dan penelitian) dan souvenir kerajinan tangan. 3), Konsep penjualan, pemasaran yang bertujuan untuk menjual produk untuk mendapatkan laba dari penjualan yang banyak volumenya dan dengan promosi yang agresif. Produk pariwisata yang dapat dijual dengan pendekatan ini adalah bentuk pariwisata profane misalnya taman rekreasi, souvenir produksi masal buatan pabrik, event olah raga, exhibition dan convention. 4) Konsep pemasaran, suatu konsep yang diterapkan dengan mempertimbangkan bahwa keuntungan akan dicapai melalui upaya memberikan kepuasan pada konsumen yang terlebih dahulu melakukan pengidentifikasian kebutuhan dan keinginan wisatawan. Seluruh produk wisata seharusnya menggunakan pendekatan ini. 5) Konsep pelanggan, konsep ini merupakan pengembangan dari konsep pemasaran, dimana kepuasan konsumen harus diusahakan tercapainya kepuasan setiap pelanggan secara individual. Seluruh produk wisata hendaknya menggunakan konsep ini dalam Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 5 pemasaran pariwisata. 6) Konsep ekologikal dan humanistic, konsep yang mempertimbangkan adanya profit dicapai melalui kepuasan konsumen dengan cara pengidentifikasian kebutuhan wisatawan dengan pengintegrasian kegiatan pemasaran dengan mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat dalam jangka panjang. Pemasaran yang demikian ini diperankan oleh pemerintah untuk produk produk pariwisata kawasan yang dimiliki dan dikelola oleh pemerintah seperti halnya kawasan taman nasional dan taman hutan raya. (Marpaung dan Bahar, 2008:87) Di dalam pemasaran pariwisata peran dari sistem informasi pariwisata (Marketing Information System atau disingkat MIS) ini sangat penting. Sebab perilaku calon wisatawan sagat dinamis perkembangannya dari waktu ke waktu. Keputusan harus dapat cepat diambil untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Konsep Strategi Promosi Suatu produk yang memiliki kualitas tinggi dan harga yang murah, namun tidak dikenal oleh pasar maka segala kelebihan atribut yang dimiliki produk tersebut menjadi siasia. Usaha untuk mengenalkan produk kepada pasar yaitu dilakukan strategi promosi. Konsep yang dipakai untuk mengenalkan produk yaitu promotion mix. Swastha dan Irawan (2009:82)menyatakan bahwa promotion mix adalah kegiatan-kegiatan yang mengkombinasikan keunggulan produk dan menunjuk konsumen untuk membeli. Promotion mix merupakan suatu kegiatan yang sangat penting untuk dilaksanakan dalam pemasar produk. Melalui kegiatan promotion mix ini, perusahaan berusaha untuk memberitahukan kepada konsumen mengenai suatu produk dan mendorong untuk membeli produk tersebut. Banyak cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk Kotler dan mempromosikan produknya, pertama, Advertising,menurut Keller(2009:46)merupakan setiap bentuk penyajian gagasan, barang atau jasa yang dibayar, yang sifatnya bukan pribadi oleh sponsor yang dapat dikenali media penyajiannya meliputi majalah, surat kabar, radio, TV, tanda dan selebaran. Manfaat advertising; 1) Memungkinkan penjual untuk berkomunikasi dengan banyak orang sekaligus. 2) Memungkinkan penjual untuk menyebarkan informasi tentang produk dan perusahaannya. 3) Memungkinkan penjual untuk mendramatisir perusahaan dan produknya, melalui penggunaan cetakan, suara, dan warna yang menarik perhatian. Kedua,Sales Promotion, merupakansemua kegiatan promosi yang bukan iklan, publisitas dan penjualan perseorangan yang dapat merangsang minat usaha mencoba atau pembelian oleh pelanggan akhir atau pihal lain dalam saluran promosi penjualan. Ketiga, Personal Selling, menurut Swastha dan Irawan (2009:51)personal selling atau penjualan pribadi yaitu terjadi interaksi langsung, saling bertemu muka antara pembeli dan penjual. Komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak bersifat individual, dalam hal ini penjual dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan dalam mempengaruhi atau memotivasi pembeli dengan cara mengemukakan manfaat yang akan diperoleh pembeli sehingga terjadi persesuaian keuntungan. Manfaat personal selling; 1) Adanya hubungan langsung dengan calon pembeli sehingga dapat mengamati secara dekat karakteristik dan kebutuhan calon pembeli. 2) Membina berbagai macam hubungan dengan pembeli, mulai dengan hubungan perdagangan sampai hubungan persahabatan yang erat. 3) Mendapatkan tanggapan dari calon pembeli. Keempat, Public Relation, merupakan kiat pemasaran penting lainnya, dimana perusahaan tidak harus berhubungan dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi ia juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar. Public Relation sangat peduli terhadap beberapa tugas pemasaran, yaitu antara lain; 1) Membangun image (citra), 2) Mendukung aktifitas komunikasi lainnya. 3) Mengatasi persoalan dan isu Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 6 yang ada. 4) Memperkuat positioning perusahaan. 5) Mempengaruhi publik yang spesifik. 6) Mengadakan launching untuk produk/jasa baru. Kelima, Direct Marketing, merupakan elemen terakhir dalam bauran komunikasi/promosi. Terdapat 6area dari direct marketing, 1) Direct mail, 2) Mail order, 3) Direct response, 4) Direct selling, 5) Telemarketing, 6) Digital marketing Industri Pariwisata Dalam dunia pariwisata produk yang dihasilkan adalah layanan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan jasa, dimana jasa tersebut sangat diperlukan oleh wisatawan selama dalam perjalanannya. Menurut Yoeti dan Oka (2007:56) Industri pariwisata ialah semua jasa-jasa (services) yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali ke rumah dimana ia tinggal. Jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan tersebut tidak hanya dihasilkan oleh satu perusahaan saja, tetapi oleh banyak dan macam-macam perusahaan. Menurut Marpaung dan Bahar (2008:89) yang termasuk dalam industri pariwisata adalah industri yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani wisatawan sejak keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat tujuan, seperti: biro perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko cinderamata dan lain-lain. Industri pariwisata bukanlah suatu industri yang berdiri sendiri, tetapi merupakan industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan/organisasi yang menghasilkan jasa atau produk yang berbeda satu dengan lainnya. Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan, tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi tempat kedudukan, letak geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode atau cara pemasarannya. Sehingga dapat dikatakan bahwa industri pariwisata bersifat sangat kompleks. Wahab (2007:91) menyatakan bahwa kegiatan pariwisata akan mensitimulus kegiatan ekonomi lain seperti industri penginapan (hotel, motel, home stay dan sarana akomodasi lainnya), industri katering (restoran, kedai kopi dan lain-lain), usaha perjalanan (agen perjalanan, tour operator dan sejenisnya), industri transportasi (maskapai penerbangan, angkutan laut, darat, penyewaan mobil dan lain-lain), pramuwisata, cinderamata, kerajinan tangan dan sektor hiburan. Melihat kepada batasan-batasan maka produk industri pariwisata adalah semua bentuk pelayanan yang diminati wisatawan, semenjak ia meninggalkan tempat dimana ia berdiam, selama berada di daerah tujuan wisata yang dikunjungi, sampai ia kembali pulang ketempat asalnya semula. Sebagai kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki peranan penting dalam pariwisata RI, khususnya menyambut Visit Indonesia. Upaya promosi di dalam dan luar negeri maupun perhelatan even dan atraksi pariwisata secara regular mulai gencar diadakan, terutama sejak terbentuknya Surabaya Tourism Promotion Board (STPB) akhir 2005. Namun, beberapa obyek wisata masih tampak kotor, tidak terawat dan melakukan promosi asal-asalan. Memang setiap akhir pekan ataupun liburan, tempat-tempat wisata seperti Kenjeran, Kebun Binatang Surabaya, THR ataupun Monkasel dipenuhi banyak pengunjung. Namun kebanyakan dari mereka adalah wisatawan domestik (wisdom). Jarang dijumpai wisatawan mancanegara (wisman) ada di tempat-tempat tersebut. Warga Surabaya sendiri jarang menjumpai wisatawan asing berjalan-jalan di jalan protokol di kota Surabaya, seperti halnya yang terjadi di Bali atau Yogya. Sejauh ini, di Surabaya sudah ada banyak pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata. Namun kebanyakan bergerak di bidang biro perjalanan wisata (BPW), travel agent, hotel dan restauran. Eksistensi mereka hanya berfokus untuk melayani keperluan wisatawan yang datang, wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik, dan tidak menciptakan atraksi baru. Dampaknya, keberadaan wisatawan di Surabaya hanya dinikmati Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 7 oleh sekelompok golongan tertentu. Masyarakat Surabaya secara umum tidak bisa merasakan dampak ekonomi secara langsung. Penyebabnya antara lain, pertama, kurangnya variasi produk. Dengan kondisi potensi wisata alam dan budaya yang selama ini dimiliki Surabaya, tidak banyak pelaku pariwisata yang mampu membuat paket-paket tour yang menjual aset wisata Kota Surabaya. Paket city tour yang seringkali dijual oleh BPW hanyalah mengunjungi tempat-tempat wisata di Surabaya tanpa memberi makna lebih di balik perjalanan itu, misalnya dengan memakai tema-tema dalam paketnya. Sebagai perbandingan Kota Melbourne, Australia, misalnya. Kota yang luasnya lebih kecil dari Surabaya itu, di dalamnya ada banyak paket wisata yang menjual kota dengan menggunakan tema yang beragam, seperti shopping tour, ghost tour (wisata hantu-hantu di malam hari), heritage tour (mengunjungi bangunan-bangunan tua), culinary tour (berkunjung ke tempat-tempat makan favorit), night life tour (melihat kota di malam hari) seperti berkunjung di Kebun Binatang atau Museum di malam hari, river tour (wisata sungai), museum tour, suburban tour (wisata ke kawasan-kawasan hunian yang unik), dan masih banyak paket tour lainnya. Uniknya satu tema tour bisa dilayani lebih dari 1 tour operator, sehingga kualitas layanan bisa bersaing dan mutunya terjamin. Di Surabaya, ada banyak hal yang bisa digali untuk membuat paket city tour. Surabaya utara dengan kekhasan bangunan tua, Pecinan, kampung Bubutan dan kampung Arab, bisa dijual dengan paket wisata budaya. Surabaya utara juga memiliki potensi khas dengan adanya pelabuhan tradisional Kalimas. Pengemasan Sungai Kalimas sebagai aset wisata Kota Surabaya juga menjadi agenda yang mendesak. Sementara itu, keberadaan pusat-pusat perbelanjaan modern, menjadi pendukung paket wisata belanja. Berdasarkan pengamatan, selama ini kebanyakan paket yang dijual BPW adalah golf dan MICE (meeting, incentive, convention, exhibition). Memang tidak ada salahnya dengan wisata golf dan MICE. Namun dampak secara langsung bagi masyarakat umum sangatlah kecil, bahkan mungkin tidak ada. Kedua, lemahnya manajemen di kawasan wisata di Surabaya, khususnya masalah kebersihan dan keamanan. Sebagian besar tempat wisata di Surabaya dikelolah oleh Pemkot melalui UPTD. Kesadaran akan kualitas tempat wisata, baik dari segi tampilan, penataan ruang, kebersihan toilet maupun keamanan, kerap diabaikan. Sementara, 3 hal sangat dibutuhkan oleh wisatawan, yaitu kebersihan, keamanan dan keakuratan informasi. Dari segi nilai historis, atraksi dan makna budaya, keberadaan Tugu Pahlawan, Monkasel, Kebun Binatang, Patung Joko Dolog, Grahadi, Pantai Kenjeran dan pelabuhan tradisional Kalimas memiliki potensi untuk menarik wisatawan. Sayangnya, lemahnya manajemen di tempat-tempat tersebut membuat banyak wisatawan, asing khususnya, enggan berkunjung ke sana, Ketiga, kurang adanya fasilitas pendukung wisatawan di dalam kota. Fasilitas pendukung bertujuan untuk mempermudah wisatawan, asing khususnya, bergerak dari satu tempat ke tempat lain secara mandiri tanpa bantuan dari travel agent. Untuk itu, yang dibutuhkan adalah informasi akurat tentang tempat-tempat yang menarik di Surabaya yang bisa diakses dengan mudah. Semacam Tourist Information Center. Akan tetapi beberapa masalah tersebut telah diatasi dengan adanya wisata heritage yang disediakan oleh Museum House of Sampoerna Surabaya. Museum House of Sampoerna dapat menarik minat baik dari wisatawan nusantara juga wisatawan mancanegara dengan program-program yang diadakannya seperti adanya pameran museum, pameran kesenian yang selalu berubah, adanya wisata heritage tour yang telah disebutkan diatas, adanya cafe, serta pelayanan yang baik dari para pegawainya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 8 Proses Keputusan Berkunjung Wisatawan Keputusan berkunjung wisatawan dalam penelitian ini adalah sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Kotler dan Armstrong (2009:158) mendefinisikan perilaku konsumen mengacu pada perilaku pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi. Lebih lanjut menurut Kotler dan Armstrong (2009:177) mengemukakan bahwa perilaku pembelian kompleks yaitu perilaku pembelian dalam situasi yang ditentukan oleh keterlibatan yang tinggi dalam pembelian dan perbedaan yang diangap signifikan antar merek. Menurut Solomon (dalam Correia dan Crouch, 2008:122), perilaku wisatawan adalah proses yang melibatkan kegiatan pemilihan, pembelian, penggunaan,atau penentuan barang, jasa, gagasan atau pengalaman seseorang atau kelompok untuk memenuhi kebutuhan perjalanan mereka. Swarbrooke dan Horner (2007:6) mengemukakan bahwa perilaku wisatawan adalah kunci penopang semua aktivitas marketing yang dilaksanakan untuk pengembangan, promosi dan menjual produk wisata dan proses mempelajari mengapa orang membeli produk yang mereka beli dan bagaimana membuat keputusan tersebut.Solomon (dalam Swarbrooke dan Horner, 2007:6) mengemukakan bahwa perilaku wisatawan adalah proses yang meliputi ketika individu atau kelompok memilih, membeli dan menggunakan, mengatur produk atau jasa, perencanaan atau pengalaman, untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Morrison (2008:75) mendefinisikan bahwa, perilaku wisatawan adalah cara memilih bagi wisatawan, ketika mereka menggunakan dan bertindak setelah membeli barang dan jasa wisata dan jasa perjalanan. Berdasarkan berbagai definisi tersebut, dapat dipahami bahwa perilaku wisatawan merupakan bagian dari perilaku pembelian konsumen (wisatawan) atas produk wisata yang ditawarkan. Dalam proses tersebut, wisatawan akan melakukan pemilihan atas berbagai jenis dan obyek wisata, serta sarana atau fasilitas penunjang perjalanan wisata yang akan mereka lakukan. Setiadi (2008:413) menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan berkunjung yang rumit sering melibatkan beberapa keputusan. Keputusan ini melibatkan pilihan antara dua atau lebih alternatif. Keputusan selalu mensyaratkan pilihan diantara beberapa perilaku yang berbeda. Dalam penelitian ini keputusan berkunjung diadaptasi dari keputusan pembelian karena tahap-tahap yang dilewati oleh wisatawan dalam menentukan pilihan destinasi wisata sama dengan tahap keputusan pembelian pada umumnya. Kotler dan Keller (2009:208) menyatakan bahwa, keputusan pembelian adalah tahap saat konsumen juga mungkin membentuk niat untuk melakukan pembelian dari produk yang paling disukai, dimana keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindar sangat dipengaruhi oleh resiko yang dirasakan. Menurut Kotler dan Amstrong (2009:146) Keputusan pembelian adalah tahap proses keputusan dimana konsumen secara aktual melakukan pembelian produk. Menurut Gilbert (2011:81) ada dua level faktor yang mempengaruhi seseorang dalam proses pengambilan keputusan berkunjung. Level pertama pengaruh tersebut meliputi pengaruh psikologi seperti persepsi dan pembelajaran. Level kedua pengaruh tersebut meliputi semua hal yang telah berkembang selama proses sosialisasi termasuk referensi kelompok dan pengaruh keluarga. Sedangkan keputusan pembelian menurut Brierley (2006:1) bahwa The make-or-buy decision has been identified as an important strategicdecision and one of the critical factors for mainting competitiveness. Dengan demikian, keputusan berkunjung telah diidentifikasikan sebagai keputusan strategis dan merupakan salah satu faktor untuk menjaga daya saing. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 9 Wisatawan merupakan seseorang atau kelompok orang yang melakukan perjalanan wisata dari suatu daerah menuju daerah lain untuk berbagai macam tujuan antara lain bekerja, bersenang-senang, urusan pribadi, dan tujuan lainnya. Wisatawan berperan penting bagi perusahaan yang bergerak di bidang pariwisata. Tugas seorang pemasar adalah salah satunya untuk meneliti faktor-faktor yang mendasari wisatawan dalam memilih salah satu atau beberapa diantaranya produk atau jasa wisata yang ditawarkan oleh perusahaan. Kawasan wisata merupakan salah satu bagian dari industri pariwisata, dalam hal ini suatu kawasan wisata sangat menginginkan wisatawan yang berkunjung semakin meningkat. Keputusan berkunjung dibentuk oleh beberapa komponen yaitu pemilihan produk, pemilihanmerek/brand, pemilihan perantara, pemilihan waktu berkunjung, dan metode pembayaran (Kotler & Keller, 2009:248). Proses pengambilan keputusan berkunjung wisatawan menjadi salah satu proses yang menentukan bagi wisatawan dalam memutuskan dan menentukan kegiatan liburannya. Proses ini menentukan bagaimana wisatawan memilih tempat liburannya, alat transpotasi menuju daya tarik wisata, penginapan, restoran, memilih daya tarik wisata, serta menggunakan paket wisata. Menurut Mathienson dan Wall dalam Pitana (2010:71), proses pengambilan keputusan seorang wisatawan melalui lima fase yang sangat penting, 1) Kebutuhan atau keinginan untuk melakukan perjalanan. Tujuan dari perjalanan dirasakan oleh calon wisatawan, yang selanjutnya ditimbang-timbang apakah perjalanan tersebut memang harus dilakukan atau tidak. 2) Pencarian dan penilaian informasi. Hal ini ini misalnya dilakukan dengan menghubungi agen perjalanan, mempelajari bahan-bahan promosi (brosur, leaflet, media masa), atau mendiskusikan dengan mereka yang telah berpengalaman terlebih dahulu. Info ini dievaluasi dari segi keterbatasan dana dan waktu alternatif dari berbagai destinasi yang memungkinkan dikunjungi, dan pertimbangan pertimbangan lainnya. 3)Keputusan melakukan perjalanan wisata, keputusan ini meliputi antara lain daerah tujuan wisata yang akan dikunjungi, jenis akomodasi, cara bepergian, dan aktivitas yang akan dilakukan di daerah tujuan wisata. 4) Persiapan perjalanan dan pengalaman wisata.Wisatawan melakukan booking, dengan segala persiapan pribadi, dan akhirnya perjalanan wisata dilakukan. 5) Evaluasi kepuasan perjalanan wisata. Selama perjalanan, tinggal di daerah tujuan wisata, dan setelah kembali ke negara asal, wisatawan secara sadar maupun tidak sadar, selalu melakukan evaluasi terhadap perjalanan wisatanya, yang akan mempengaruhi keputusan perjalanan wisatawannya di masa yang akan datang. Proses pengambilan keputusan wisatawan pada saat ini banyak mengambil tiga tahapan utama yang berurutan, tersusun dan objektif, dimana dalam proses ini wisatawan terlihat lebih optimal dalam menentukan pilihan dan memutuskan kegiatan berwisata. Menurut Correia dan Crouch (2008:122), proses keputusan berkunjung wisatawan terdiri dari tiga tahapan proses yaitu, (i)pre-decision; (ii)process ofdecision; (iii) post-purchase evaluation. Hipotesis H1:Advertising berpengaruh positif terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. H2:Personal sellingberpengaruh positif terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. H3:Public relation berpengaruh positif terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. H4:Advertising, merupakan variabel yang mempunyai pengaruh dominan terhadap keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 10 METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Menurut Sugiyono(2009:27)Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Berkenaan dengan itu, maka populasi dalam penelitian ini adalah seluruh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya dengan ketentuan yang telah ditetapkan, Seperti umur responden > 17 tahun dan minimal telah 1 kali kunjungan ke museum. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan purposive sampling, dimana kuisioner dibagikan kepada responden (wisatawan mancanegara) yang sedang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya sebanyak 100 responden. Variabel Menurut Sugiyono (2009:63)Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari vaiabel bebas berkaitan dengan advertising (AD), Publuc Ralation (PR) dan Personal Selling (PS) sedangkan variabel terikat adalah keputusan berkunjung (KB). Definisi Opersional Variabel dan Pengukuran 1. Advertising (AD), merupakan faktor yang memberikan informasi kepada wisatawan tentang keutamaan–keutamaan tempat wisata yang menjadi pilihan untuk dikunjungu baik secara langsung atau melalui media. Adapun indikator yang digunakan variabel advertising antara lain; 1) Iklan yang dapat memberikan informasi yang dibutuhkan, 2) Iklan yang mudah dipahami wisatawan, 3) Iklan yang dapat dipercayai, 4) Iklan melalui media, 5) Penempatan iklan yang tepat 2. Public relation (PR), merupakan kegiatan pemasaran yang biasa digunakan juga suatu badan organisasi untuk memberikan informasi tentang suatu produk guna membentuk pengaruh secara tidak langsung kepada konsumen agar mereka menjadi tahu dan menyenangi produk yang dipasarkannya.Adapun indikator yang digunakan variabel public relation antara lain; 1) Membangun image (citra), 2) Mendukung aktifitas komunikasi lainnya, 3) Mengatasi persoalan dan isu yang ada, 4) Memperkuat positioning perusahaan 3. Personal Selling (PS), merupakan kegiatan suatu perusahaan atau organisasi untuk melakukan kontak langsung dengan para calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu.Adapun indikator yang digunakan variabel public relation antara lain; 1) Petugas atau karyawan memiliki ketrampilan dan kecakapan dalam penguasaan bahasa asing. 2) Petugas atau karyawan memiliki pengetahuan yang luas tentang tempat pariwisata. 3) Petugas atau karyawan dapat meyakinkan wisatawan untuk melakukan kunjungan. 4. Keputusan berkunjung (KB), merupakan keputusan berkunjung wisatawan mancanegara ke suatu tempat tujuan wisata di Kota Surabaya. Adapun indikator yang digunakan variabel keputusan berkunjung antara lain; 1) Memberi kemudahan kepada wisatawan untuk datang berkunjung. 2) Fasiitas kebutuhan wisatawan selama tinggal untuk sementara waktu. 3) Daya tarik daerah tujuan wisata. Variabel dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan Skala Likert. Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur tanggapan dari responden mengenai obyek penelitian dengan bobot nilai satu sampai dengan lima, dengan ketentuan sebagai berikut : Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 11 skor 1 untuk nilai sangat tidak setuju, skor 2 untuk nilai tidak setuju, skor 3 untuk nilai raguragu, skor 4 untuk nilai setuju, skor 5 untuk nilai sangat setuju. Teknik Analisis Data Uji Validitas dan Reliabilitas Validitas dalam penelitian di artikan sebagai suatu derajat ketepatan alat ukur peneliti tentang isi atau arti sebenarnya yang diukur. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada kemampuan atau tidak alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki. Jadi validitas merupakan kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang seharusnya di ukur oleh sebab itu alat ukur yang valid akan memiliki varians kesalahan yang rendah sehingga diharapkan alat tersebut akan di percaya, bahwa angka yang dihasilkan merupakan angka yang sebenarnya.Menurut Ghozali (2011:135) bahwa untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu kuisioner dinyatakan valid jika pernyataan pada kuisioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuisioner tersebut. Suatu instrumen dikatakan valid jika koefisien korelasinya lebih besar dari pada nilai kritis. Sedangkan reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan alat pengukuran konstruk atau variabel. Menurut Ghozali (2011:137)suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang, terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.Hasil penelitian dikatakan reliabel jika terdapat kesamaan data dalam jangka waktu yang berbeda, sehingga dari itu instrument yang reliabel adalah instrument yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama. Pengujian reliabilitas dpat menggunakan metode Cronbach Alfa, Jika nilai nilai Cronbach's Alpha > 0.6, maka instrumen penelitian reliabel. Jika nilai Cronbach's Alpha < 0.6, maka instrumen penelitian tidak reliabel. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Autokorelasi. Dalam uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2011:105). 2. Uji Multikorelas, bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Tidak ada multikolinearitas diantara variabel bebas, artinya tidak terjadi hubungan antara variabel bebas. Multikorelinearitas dapat dilihat dengan melihat angka VIF (Variance Inflation Factor) masing-masing variabel bebas. Terjadinya multikolinearitas bila nilai VIF ≥ 10 atau nilai toleransi ≤ 0.1. Menurut Ghozali (2011:91) model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Dimana uji ini dihitung dengan menggunakan alat bantu komputer dengan program SPSS. 3. Uji Normalitas, uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Uji ini diidentifikasiakan dengan analisis grafik, pada grafik normal plot tersebut titik-titiknya harus menyebar dengan garis diagonal. Jadi dapat disimpulkan bahwa model regresi layak dipakai karena memenuhi asumsi normalitas. Menurut Ghozali (2011:74) model regresi yang baik adalah memiliki ditribusi data normal. Dimana uji ini dihitung dengan menggunakan alat bantu ukur program SPSS. 4. Uji Heterokedastisitas, bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 12 varian dan residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Model Penelitian Ghozali(2011:96) mengemukakan bahwa model yang digunakan dalam penelitian kai ini adalah analisis regresi, selain mengukur kekuatan hubungan antara dua variable atau lebih, juga menunjukan arah hubungan antara variable dependen dengan variable independen. Dalam upaya menjawab permasalhan dalam penelitian ini maka digunakan analisis regresi linier berganda (Multiple Regression). Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menganalisis pengaruh antara variabel independen (advertising, direct marketin, sales promotion, public relation) tethadap variabel dependen yaitu meningkatkan kunjungan wisatawan. Rumus matematis dari regresi linier berganda yang digunakan dalam penelitian ini adalah : KB = a + b1AD + b2PR + b3PS +e Keterangan: KB = Keputusan berkunjung AD = Advertising PR = Public Relation PS = Personal Selling b1, b2, b3 = Koefisien Regresi a = Konstanta e = Standar Error HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Karakteristik Responden Subyek yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya sebanyak 100 orang. Gambaran umum subyek penelitian dilakukan dengan menguraikan karakteristik meliputi jenis kelamin, usia, dan asal negara responden. Gambaran karakteristik responden penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan asal negara dapat diuraikan sebagai berikut. Karakteristik Responden Berkaitan dengan Jenis Kelamin Kuisioner yang disebar kepada wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya ada 100 kuisioner. Dari 100 responden, terbanyak adalah yang berjenis kelamin pria sebanyak 56 orang dengan prosentase sebesar 56% dan sisanya yang berjenis kelamin wanita sebanyak 44 responden atau 44,0% Karakteristik Responden Berkaitan dengan Usia Berdasarkan data dari kuisioner, terlihat wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya, apabila diurutkan terdapat 14 orang dengan presentase 14% terdiri dari yang berusia diatas 50 tahun. Lalu yang berusia antara 40-50 sebanyak 43 orang dengan prosentase sebesar 43% menjadi yang terbanyak. Kemudian yang berusia antara 30-40 sebanyak37 orang dengan prosentase 37%. Sedangkan terendah adalah mereka yang berumur antara 20-30 tahun sebanyak 6 orang dengan prosentase sebesar 6% Karakteristik Responden Berkaitan dengan Asal Negara Berdasarkan data dari kuisioner, terlihat responden yang berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya, terbanyak adalah mereka yang berasal dari Australia sebanyak 38 orang dengan prosentase sebesar 38%.Yang kedua adalah mereka yang berasal dari Belanda Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 13 sebanyak 26 orang dengan prosentase 26%. Ketiga adalah mereka yang berasal dari Jepangsebanyak 11 orang dengan prosentase 11%. Keempat adalah mereka yang berasal dari Inggris sebanyak 9 orang dengan prosentase 9%. Kelima adalah mereka yang berasal dari Amerika Serikat sebanyak 6 orang dengan prosentase 6%. Keenam adalah mereka yang berasal dari Kanada sebanyak 4 orang dengan presentase 4%. Dan yang terkecil berasal dari Korea Selatan, Italia dan Spanyol masing-masing sebesar 2% Tanggapan Responden Tanggapan responden berkaitan dengan advertising, public relation, personal selling serta keputusan mereka untuk berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabayatampak tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 Tanggapan Responden Sumber Data: Hasil pengolahan SPSS. Dari tabel 4 diatas terlihat sebagian besar rata-rata tanggapan responden menyatakan setuju berkaitan dengan dalam memberikan tanggapan mereka berkaitan dengan advertising, public relation, personal selling serta keputusan mereka untuk berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Hasil ini diindikasikan dengan nilai rata-rata tanggapan responden Dalam interval kelas termasuk dalam kategori 3,40 < x 4,20, yang menunjukkan responden memberi nilai setuju atas atribut produk, motif hedonic dan keputusan melakukan pembelian. Uji Reliabilitas dan Validitas Hasil pengujian reliabilitas didapat nilai cronbach’s alpha sebesar 0,758 lebih besar 0,60 yang berarti butir-butir pertanyaan dari seluruh variabel seluruhnya reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian. Tabel 2 Reliability Statistic Sumber Data: Output Reliabilty diolah Hasil pengujian validitas diketahui bahwa seluruh 15 item pertanyaan mempunyai nilai r hasil > dari r tabel, dan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, maka hal ini berarti bahwa seluruh item pertanyaan yang berjumlah 15 item tersebut seluruhnya valid dan dapat digunakan dalam penelitian. Uji Asumsi Klasik a. Multikolinieritas, hasil uji multikolinieritas dapat diketahui bahwa besarnya nilai Variance Influence Factor (VIF) pada seluruh variabel tersebut lebih kecil dari 10, dan Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 14 sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka hal ini berarti dalam persamaan regresi tidak ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas atau bisa disebut juga dengan bebas dari Multikolinieritas, sehingga variabel tersebut dapat digunakan dalam penelitian. Tabel. 3 Hasil Uji Multikolinieritas Sumber Data: Hasil pengolahan SPSS. b. Heteroskedaktisitas, hasil uji heteroskedaktisitas terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk sebuah pola tertentu yang jelas, serta tersebar di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan heteroskedastisitas pada model regresi. Hal ini menunjukkan bahwa hasil estimasi regresi linier berganda layak digunakan untuk interprestasi dan analisa lebih lanjut. c. Menurut Ghozali (2011:61) Uji Autokorelasi bertujuan untuk menentukan apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t – 1. Dalam penelitian inidata yang digunakan bukan data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu, sehingga untuk Uji Autokorelasi tidak dilakukan. (Gujarati, 2009:201). d. Uji Normalitas, dari grafik uji normalitas dapat diketahui bahwa distribusi data telah mengikuti garis diagonal antara 0 (nol) dengan pertemuan sumbu Y (Expected Cum. Prob.) dengan sumbu X (Observed Cum Prob.) Hal ini menunjukkan bahwa data dalam penelitian ini telah berdistribusi normal. Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor yang digunakan dalam model penelitian yaitu advertising, public relation dan personal selling terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya secara linier. Tabel 4 Hasil Uji Regression Variabel Bebas Koefisien Regresi Advertising 0,186 Public Relation 0,182 Personal Selling 0,238 Konstanta 3,098 Sig. F 0,000 R 0,603 R2 0,364 Sumber Data: Hasil pengolahan SPSS. Sig. r 0,003 0,028 0,020 0,298 0,222 0,235 Dari data tabel di atas persamaan regresi yang didapat adalah: KB = 3,098 + 0,186Ad + 0,182PR + 0,238PS Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 15 Dari persamaan regresi di atas dapat diuraikan sebagai berikut; 1)nilai konstanta yang didapat sebesar 3,098 menunjukkan bahwa jika variabel bebas yang terdiri dari advertising, public relation dan personal selling = 0, maka keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya akan sebesar 3,098, 2) variabel advertising, public relation dan personal selling menunjukkan hubungan positif dengan keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya, hal ini menunjukkan semakin baik advertising, public relation dan personal selling dilakukan akan semakin menarik minat wasatawan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Pembahasan Dari hasil analisis di atas diketahui pengaruh advertising, public relation dan personal selling secara bersama-sama terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya adalah signifikan. Dengan demikian model yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya. Kondisi ini mengindikasikan bahwa naik turunnya keputusan wisatawan mancanegara berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya ditentukan oleh seberapa baik advertising, public relation dan personal selling yang dilakukan kepada wisatawan mancanegara. Besarnya pengaruh variabel tersebut dapat dilihat dari tingkat koefisien regresi berganda (R) sebesar 60,3% yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya memiliki hubungan yang erat. Iklan merupakan alat utama bagi pengusaha untuk mempengaruhi konsumennya. Iklan dapat menjangkau begitu banyak pembeli yang tersebar diberbagai tempat dengan biaya tayang yang rendah. Dengan membaca atau melihat iklan yang telah dibuat diharapkan para konsumen atau calon konsumen akan terpengaruh lalu tertarik untuk membeli produk yang diiklankan tersebut. Oleh karena itu maka iklan tersebut haruslah dibuat sedemikian rupa sehingga menarik perhatian pembacanya. Pengujian secara parsial menunjukkan pengaruh advertising terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya adalah signifikan dan positif. Kondisi ini menunjukkan semakin baik advertising dilakuan oleh sebuah instansi atau perusahaan seperti; pembuatan iklan yang dapat memberikan informasi yang dapat dipercayai sehingga mudah dipahami wisatawan disamping itu penempatan iklan yang tepat akan menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Public relation merupakan kiat pemasaran penting lainnya, dimanaperusahaan tidak harus berhubungan dengan pelanggan, pemasok dan penyalur,tetapi ia juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebihbesar. Hasil pengujian menunjukkan public relation erpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Kondisi ini mencerminkan bahwa semakin baik public relation tersebut dilaksanakan dapat mendukung aktifitas komunikasi yang terjalin berkaitan dengan daerah wisata lainnya. Petugas yang berkemampuan dalam memberikan informasi kepada mereka dapat membangun image wisatawan mancanegara tentang Kota Surabaya khususnya pada Museum House of Sampoerna Surabaya. Hasil ini sejalan dengan pendapat Kotler dan Keller (2009) yang mengungkapkan bahwa kegiatan public relation meliputi berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan melindungi citra perusahaan atau produk individualnya. Jelas bahwa komunikasi dengan masyarakat luas melalui hubungan masyarakat ini dapat mempengaruhi kesan terhadap sebuah perusahaan atau organisasi maupun produk atau jasa yang ditawarkan. Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 16 Personal selling merupakan kegiatan perusahaan untuk melakukan kontak langsung dengan para calon konsumennya. Dengan kontak langsung ini diharapkan akan terjadi hubungan atau interaksi yang positif antara pengusaha dengan calon konsumennya itu. Kontak langsung itu akan dapat mempengaruhi secara lebih intensif para konsumennya karena dalam hal ini pengusaha dapat mengetahui keinginan dan selera konsumennya serta gaya hidupnya dan dengan demikian maka pengusaha dapat menyesuaikan cara pendekatan atau komunikasinya dengan konsumen itu secara lebih tepat yang sesuai dengankonsumen yang bersangkutan. Hasil pengujian menunjukkan personal selling berpengaruh signifikan dan positif terhadap keputusan wisatawan untuk berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Kondisi ini mencerminkan bahwa semakin baik terjadi hubungan atau interaksi yang dilakukan antara pengusahadengan calon konsumennya akan menimbulkan nilai positif bagi calon konsumen. Komunikasi yang dilakukan oleh kedua belah pihak haruslah bersifat individual, dalam hal ini petugas atau karyawan dituntut memiliki kecakapan dan keterampilan seperti ; memiliki ketrampilan dan kecakapan dalam penguasaan bahasa asing, memiliki pengetahuan yang luas tentang tempat pariwisata sehingga dapat meyakinkan wisatawan untuk melakukan kunjungan ke tempat tujuan wisata kota Surabaya khususnya ke Museum House of Sampoerna Surabaya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, yang telah penulis lakukan maka simpulan yang dapat diambil adalah; 1) Hasil pengujian menunjukkan advertising, public relation dan personal selling secara bersama-sama terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya adalah signifikan yang menunjukkan model yang digunakan dalam penelitian layak dan dapat dipergunakan analisis berikutnya, 2) Tingkat koefisien regresi berganda yang dihasilkan sebesar 60,3 % yang menunjukkan bahwa korelasi atau hubungan antara variabel bebas tersebut secara bersama-sama terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya memiliki hubungan yang erat. 3) Hasil pengujian parsial menunjukkan variabel bebas yang terdiri dari advertising, public relation dan personal selling, masing-masing menunjukkan pengaruh signifikan dan positif terhadap terhadap keputusan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya. Hasil ini diindikasikan dengan tingkat signifikan masing-masing variabel tersebut lebih rendah dari α = 5%. 4) Dari uji statistik yang dilakukan juga dapat diambil kesimpulan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh yang dominan terhadap keputusan wisatawan berkunjung ke Museum House of Sampoerna Surabaya adalah advertising karena mempunyai koefisien determinasi partialnya paling besar. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan analisa, yang telah penulis lakukan dan setelah diambil simpulan, maka saran-saran yang dapat penulis berikan; 1)Hendaknya instansi atau perusahaan melaksanakan perbaikan dalam periklanan dengan memilih media yang tepat agar isi iklan tepat pada sasaran, misalnya menggunakan media cetak seperti koran dan majalah-majalah yang beroplah besar dan mempunyai jangkauan yang luas atau melalui internet mengingat variabel ini memiliki pengaruh dominan terhadap keputusan wisatawan, 2) Sebaiknya instansi perusahaan menjaga dan meningkatkan motivasi dan kemampuan petugas personal selling, misalnya dengan meningkatkan ketrampilan dan kecakapan dalam penguasaan bahasa asing, pengetahuan yang luas tentang tempat pariwisata. Hal ini dilakkukan agar informasi yang diberika dapat ditangkap dengan jelas oleh para Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 3 No. 6 (2014) 17 wisawatawan mancanegara, 3) Pemerintah Daerah dan Dinas Pariwisata Kota Surabaya lebih memperhatikansumber-sumber bauran pemasaran jasa yang meliputi produk, harga, promosi,tempat, bukti fisik, proses dan personel, sehingga mampu meningkatkankunggulan bersaing dan akhirnya mampu menarik wisatawan megujugi objekwisata ke Kota Surabaya DAFTAR PUSTAKA Brierley, J. A. 2006. Applications of Costs In Make-Or-Buy Decisions An Analysis. Journal Management. Correia, A. dan G. I. Crouch. 2008. A Study of Decision Processes. Andi. Yogyakarta. Ghozali, I. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS19.Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. Gilbert, D. 2011. Retail Marketing Management. Edisi Kedua. Prentice Hall. New Jersey. Ginting, P. 2005.Pemasaran Pariwisata: Studi Empiris Tentang Kepuasan dan Kunjungan Berkelanjutan Pariwisata Sumatera Utara. USU Press Gujarati, D. 2009. Dasar-Dasar Ekonometrika.Erlangga.Jakarta. Kotler, P dan K.Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.Jilid dua. Erlangga.Jakarta. , P dan G. Armstrong. 2009. Prinsip-prinsip Pemasaran. Jilid Satu. Erlangga. Jakarta. Marpaung, H. dan H. Bahar. 2008. Pengantar Pariwisata. Alfabeta. Bandung. Morrison, A. 2008. Hospitality and Travel Marketing. Edisi Kelima. Ahli Bahasa Sulistiyani. Salemba Empat. Jakarta. Pitana, I G. 2010. Sosiologi Pariwisata. Andi Offset. Yogyakarta. Rangkuti, F. 2008. The Power of Brand’s. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Setiadi, N. J. 2008. Perilaku Konsumen:Konsep dan Implikasi Untuk Strategi dan Penilitian Pemasaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis. CV Alfabeta. Bandung. .2009. Metode Penelitian Kualitatif Kuantitatif dan R&D. Penerbit Alfabeta.Bandung. Swarbrooke, J. dan S. Horner. 2007. Customer Behaviour in Tourism. Edisi Kedua. Elsevier, Ltd. Swastha, B. dan Irawan. 2009. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty. Yogyakarta. Yoeti, A. dan A. Oka. 2007. Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata. Pradnya Paramitha. Jakarta. Wahab, S. 2007. Manajemen Kepariwisataan. Pradnya Paramitha. Jakarta.