PENDAHULUAN Latar Belakang Pakan dalam usaha peternakan mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap produktivitas ternak. Biaya pakan ternak ruminansia berkisar 60% dari total biaya yang dibutuhkan dalam usaha peternakan sehingga manajemen pakan yang baik akan sangat berpengaruh terhadap peternakan secara keseluruhan. Kandungan nutrien dalam pakan harus sesuai dan memenuhi kebutuhan nutrien ternak sehingga produktivitas ternak maksimal. Kekurangan nutrien pakan akan membuat ternak tidak maksimal produktivitasnya, begitu pula sebaliknya bila nutrien pakan berlebihan akan meningkatkan biaya produksi. Kandungan nutrien yang penting bagi produktivitas ternak adalah protein. Protein adalah senyawa yang tersusun dari asam-asam amino yang diikatkan dengan ikatan peptida. Protein akan dipecah menjadi asamasam amino yang akan diserap oleh ternak. Peranan penting protein sebagai salah satu nutrien yang dibutuhkan ternak membuat kandungan protein dalam pakan sangat diperhitungkan. Pakan diusahakan mengandung protein yang dibutuhkan oleh ternak sehingga ternak dapat mencapai produktivitas yang maksimal. Protein mempunyai fungsi dalam pertumbuhan, perbaikan kerusakan jaringan, memproduksi enzim dan merupakan bagian penting dalam produksi hormon (Anonim, 2013). Ternak ruminansia mempunyai mikrobia yang terdapat di rumen. Mikrobia rumen tersebut akan mengurangi jumlah protein pakan yang dapat 1 diserap oleh ternak. Sebanyak 60% protein dalam pakan akan didegradasi dengan mudah oleh mikrobia rumen menjadi amonia (Min et al., 2000). Suhartati (2005) menyatakan bahwa amonia yang tidak dimanfaatkan oleh mikrobia akan dijadikan urea di dalam hati yang selanjutnya masuk kembali ke dalam rumen dan sebagian besar dibuang bersama urin. Proses pembentukan amonia membutuhkan energi yang membuat efisiensi pakan menjadi rendah. Besarnya nilai degradasi protein dalam rumen tidak menguntungkan bagi ternak karena jumlah asam amino yang dapat diserap di usus halus akan berkurang. Berdasarkan hal tersebut maka harus ada teknologi yang dapat menurunkan degradasi protein oleh mikrobia rumen sehingga protein dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh ternak. Teknologi proteksi protein adalah salah satu metode untuk mengurangi hilangnya protein dalam rumen karena didegradasi oleh mikrobia rumen. Proteksi protein akan membuat protein tidak dirombak di rumen tetapi baru akan dicerna dan diserap pada saluran pencernaan pasca rumen (Suhartati, 2005). Teknologi proteksi protein dapat dilakukan dengan penambahan senyawa yang berfungsi melindungi protein. Proteksi protein dapat dilakukan dengan pemanasan atau penambahan formaldehida yang dapat meningkatkan fraksi protein tidak terdegradasi sebesar 50 sampai 80% tetapi tidak menurunkan kecernaannya di intestinum (Widyobroto et al., 2007). Proteksi protein juga dapat dilakukan dengan penambahan tanin. Cahyani et al. (2012) menyatakan bahwa tanin merupakan senyawa yang dapat digunakan untuk melindungi protein dari 2 degradasi mikrobia rumen, karena tanin mampu mengikat protein dengan membentuk senyawa kompleks yang resisten terhadap protease, sehingga degradasi protein di dalam rumen turun. Ikatan tanin-protein dalam ikatan hidrogen stabil pada pH 4 sampai 7, sedangkan pada kondisi pH dibawah 4 dan diatas 7 akan terjadi disosiasi ikatan kompleks tanin-protein yang akan terurai menjadi protein dan tanin secara terpisah sehingga protein dapat dicerna oleh ternak di dalam abomasum dan intestinum (Zamsari, 2012). Abomasum mempunyai nilai pH sebesar 2 sampai 3 sehingga ikatan tanin-protein akan terlepas di dalam abomasum. Protein kemudian akan masuk ke dalam intestinum yang mempunyai pH 8 sampai 9 sehingga protein dapat diabsorbsi oleh ternak (Frutos et. al, 2004). Salah satu sumber tanin yang melimpah di alam adalah serasah daun jati (Tectona grandis L). Serasah daun jati mempunyai kandungan tanin sebesar 16,25% (Windyasmara et al., 2011). Penambahan serasah daun jati dalam pakan digunakan sebagai agensia proteksi protein pakan. Protein yang diproteksi dengan tanin dari daun jati diharapkan tidak terdegradasi dalam rumen, akan tetapi penambahan tanin secara berlebihan memungkinkan terjadinya anti nutrisi pada pakan. Oleh karena itu perlu pengkajian tentang level maksimal penambahan tanin pada pakan agar sifat anti nutrisi dapat dihindari. Berdasarkan uraian tersebut maka penelitian tentang penambahan daun jati dalam pakan ternak sebagai sumber tanin yang digunakan sebagai agensia proteksi nutrien dalam pakan dan pengaruhnya terhadap 3 fermentasi rumput gajah (Penisetum purpureum) dan bahan pakan konsentrat di dalam rumen perlu dilakukan. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serasah daun jati terhadap kecernaan pakan secara in vitro. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan dalam menajemen pakan ternak ruminansia agar pemanfaatan pakan lebih efisien pada proses fermentasi di dalam rumen. 4