BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trend atau gaya fashion mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bagi banyak orang, penampilan atau cara berpakaian adalah sesuatu yang sangat penting, bahkan terkadang mengakibatkan harusnya menggunakan barang – barang bermerek dan eksklusif. Begitu juga dengan perkembangan model running shoes saat ini yang terus berkembang pesat. Olahraga yang pada mulanya hanya berfungsi sebagai kegiatan untuk menjaga kesehatan tubuh, perlahan bertransformasi menjadi sebuah gaya hidup modern (Timothy,2015). Dengan terjadi revolusi tersebut banyak konsumen lebih mementingkan manfaat psikologis daripada fungsional untuk jenis-jenis barang tertentu. Dalam beberapa ka sus pergantian preferensi merek dan produk bukan karena manfaat fungsionalnya tidak berlaku lagi melainkan karena factor gaya hidup (life style). Fenomena tersebut membuat para pemasar semakin gencar dalam mengembangkan strategi yang tepat untuk pemenuhan kebutuhan sesuai perkembangan mode. Perusahaan perlu memperhatikan konsumen dengan jeli sehingga perusahaan dapat menentukan selling point yang tepat bagi konsumen yang ingin disasar. Ketika yang ditawarkan sama, maka yang menjadi penentu pertimbangan bagi konsumen adalah faktor harga, namun jika konsumen percaya ada diferensiasi dan selling point yang berbeda dan relevan, maka konsumen akan bersedia untuk membayar lebih mahal untuk suatu produk atau merek. 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 2 Tentu hampir semua kalangan mengenal merek Adidas. Dunia perlengkapan olahraga khususnya apparel dan running shoes sepertinya tak bisa terlepas dari brand besar yang sudah lama mendunia khusunya untuk produk sepatu, hampir semua produknya tersebut mengusai pasar baik domestic maupun internasional. Berikut ditampilkan gambar 1.1 footwear segment revenue Nike, Adidas dan Puma 2011-2014 berdasarkan website statista, Revenue (in billion U.S.dollars) 20 18,32 18 16,21 16 14 12 13,51 13,43 11,52 10 8 14,64 8,08 7,14 9,14 9,07 8,1 6 4 2 1,89 1,99 2,11 1,88 1,56 0 2010 2011 Nike* 2012 2013 Adidas** Puma** 2014 2015 Gambar 1.1 Revenue Footwear Segment 2011 – 2014 Sumber : http://www.statista.com Berdasarkan pada sumber diatas, diketahui bahwa Nike merupakan market leader pada segmen footwear yang dikutip dari statista.com, kemudian disusul oleh Adidas di peringkat kedua, dan peringkat ketiga adalah Puma. Adidas memperoleh kenaikan revenue pada tahun 2012 yaitu sebesar 19,4 billion U.S dollar lebih tinggi dibanding dua tahun sebel umnya, namun pada tahun 2013 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 3 Adidas kembali mengalami penurunan revenue menjadi 9,07 billion U.S dollar dan pada tahun 2014 sebesar 8,1 billion U.S dollar. Kemudian menurut hasil survey TBI (Top Brand Index) yang dilakukan oleh majalah marketing yang bekerjasama dengan Frontier Consulting Group pada tahun 2015. Top Brand Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada merek merek yang dianggap sebagai "Top" dan juga merupakan cerminan keberhasilan suatu produk dipasaran. Top Brand Index (TBI) dihitung berdasarkan pengukuran tiga parameter yang didapat dari hasil survey langsung kepada pelanggan suatu produk atau jasa dari berbagai merek dalam kategori tertentu. Parameter tersebut terdiri dari pertama, Mind Share yang mengindikasikan kekuatan merek di dalam benak konsumen dari masing-masing kategori produk. Kedua, Market Share, merek yang responden gunakan saat ini atau terakhir kali (last usage). Ketiga, Future Intention,yang merupakan indikator loyalitas responden terhadap merek produk/jasa yang ingin digunakan atau dikonsumsi dimasa mendatang (Commitment share). Kriteria hasil survey tergambar sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 4 Tabel 1.1 Top Brand Index (TBI) Kategori Sepatu 2012 – 2015 MEREK 2012 2013 ADIDAS 31.9 % (Top) 10.9 % (Top) 4.9 % 5.4 % NIKE 13.9 % (Top) 13.8 % (Top) 17.9 % (Top) 18.1 % (Top) CONVERSE 3.7 % 9.4 % 17.3 % (Top) 17.0 % (Top) BATA 21.7 % (Top) 25.3 % (Top) 27.1 % (Top) 6.1 % 2014 2015 Sumber : http://www.topbrand-award.com , 2015 Berdasarkan tabel 1.1 diatas terlihat bahwa pada tahun 2012 dan 2013 Adidas memiliki predikat sebagai Top Brand karena memperoleh index diatas 10%, namun pada tahun 2014 dan 2015 Adidas mengalami penurunan yang cukup drastis. Sedangkan pesaing terdekatnya yaitu Nike mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan dari sumber yang didapat, bahwa saat ini Adidas mengalami penurunan pasar yang sangat pesat, selain itu Adidas juga kehilangan selera pasar, kurangnya inovasi produk, serta strategi yang kurang mumpuni, dari hal tersebut dapat diindikasikan bahwa adanya masalah pada minat beli konsumen terhadap sepatu Adidas. Jika Adidas ingin kembali menjadi Top Brand Index pada kategori perlengkapan pribadi di Indonesia, dan meningkatkan revenue perusahaannya maka perlu melakukan inovasi serta strategi yang dapat menarik minat beli konsumen, serta strategi komunikasi yang tepat agar sampai dengan baik pada konsumen sasaran. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 5 Merek merupakan salah satu bagian terpenting dari suatu produk. Merek dapat menjadi nilai tambah bagi produk baik itu produk yang berupa barang ataupun jasa. Maka dari itu perusahaan perlu untuk terus memperkenalkan dan mengingatkan merek yang dimilikinya dari waktu ke waktu kepada konsumen agar merek tersebut dapat menjadi top of mind pada benak konsumen. Untuk dapat menjadi top of mind tersebut banyak strategi yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan agar mampu mencapai target marketnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan market, produsen dituntut untuk mengenal kepribadian konsumen potensialnya demi mengetahui perilaku mereka dan pada akhirnya mendapatkan keuntungan dan memenangkan kompetisi pasar. Kepribadian seringkali dikaitkan dengan dengan konsep diri yang dianut oleh konsumen itu sendiri. Lee, (2006) menyatakan kepribadian dapat bermanfaat dalam menganalisis respon konsumen individu terhadap produk atau merek tertentu. Shank.(1994) menyatakan banyak penelitian yang menyatakan bahwa kepribadian konsumen memiliki hubungan atau pengaruh terhadap keputusan pembelian suatu produk atau merek. Vitz dan Johnson,(1965) menemukan hubungan antara persepsi perokok citra cigarette dan maskulinitas atau feminitas dari para perokok. Kotler dan Keller,(2009) mengemukakan bahwa merek juga mempunyai kepribadian, dan konsumen mendefinisikan kepribadian merek sebagai bauran spesifik atas ciri-ciri bawaan manusia yang bisa dikatakan dimiliki oleh merek tertentu. Merek mengandung ikatan emosional dengan konsumennya. Untuk dapat membangun merek yang baik, para pemasar hendaknya mengerti dan memahami http://digilib.mercubuana.ac.id/ 6 keunikan pada merek tersebut. Salah satu hal unik yang dimiliki oleh merek adalah kepribadian merek. Kepribadian menjadi semacam pembeda yang membuat diri kita unik dan mudah diingat orang lain. Untuk membedakan produk yang dihasilkan produk pesaing, perusahaan melakukan penambahan nilai - nilai personality pada merek. Jadi fungsi merek bukan sekedar gambaran tentang produk, merek merupakan wakil pribadi penggunanya, dan nilai suatu merek berubah dari instrumental menjadi simbolik, yaitu yang dapat mengekspresikan pemakainya Rangkuti, (2008). Sama halnya dengan manusia, merek telah dianggap sebagai sesuatu yang memiliki kepribadian. Kepribadian merek ini merupakan sekumpulan karakteristik manusiawi yang diasosiasikan terhadap sebuah merek. Penelitian tentang penggunaan simbol merek menunjukan bahwa konsumen lebih menyukai merek-merek yang cocok dengan kepribadian mereka sendiri Lee, (2009). Bagi pemasar, kepribadian merek memiliki keberadaan yang penting sekali untuk mendiferensiasi merek tersebut dari merek lainnya pada suatu kategori produk, untuk menciptakan preferensi konsumen, dan untuk menampilkan keunikan mereka secara lintas kultural. Selain itu, iklan merupakan salah satu alat promosi yang digunakan sebagai alat untuk pengantar pesan yang bertujuan untuk membentuk dan merubah perilaku konsumen. Media atau saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan dalam bentuk iklan ini diantaranya adalah televisi, radio, majalah dan surat kabar. Pemasangan iklan di media televisi hingga saat ini masih dianggap cara yang paling efektif dalam mempromosikan produk terutama di Indonesia yang masyarakatnya masih brand minded. Brand minded maksudnya http://digilib.mercubuana.ac.id/ 7 merek yang pernah muncul di iklan televisi lebih digemari oleh masyarakat daripada yang tidak diiklankan di televisi. Perusahaan harus memiliki cara kreatif dalam beriklan agar dapat menarik perhatian konsumen dan menciptakan prefensi terhadap merek. Salah satu cara kreatif dalam beriklan adalah dengan menggunakan celebrity endorser. Celebrity endorser juga dapat digunakan sebagai sarana komunikasi untuk menarik minat beli konsumen memiliki efek yang kuat pada merek yang mereka dukung. Pernyataan tersebut juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Liu, Huang, dan Minghua, (2007) mereka menemukan bahwa athlete endorser yang terdiri dari dimensi, attractiveness dan match-up berpengaruh pada minat beli konsumen. Pembentukan asosiasi merek yang terus – menerus akan menciptakan presepsi tersendiri kepada konsumen. Dimana persepsi tentang merek tersebut digambarkan oleh brand associations yang tersimpan dalam ingatan. Hal ini menjelaskan bahwa brand image adalah persepsi yang membentuk kepercayaan dibenak konsumen. Jadi brand image adalah proses akumulasi keseluruhan asosiasi merek sehingga muncul persepsi dibenak konsumen. Setelah pesan diterjemahkan dalam bentuk asosiasi merek kemudian membentuk persepsi yang pada tahap selanjutnya akan menuntun konsumen untuk memilih sikap terhadap merek. Brand image atau citra merek akan terbentuk dalam jangka waktu tertentu, berdasarkan masukan-masukan dari berbagai sumber sepanjang waktu. Mengutip pernyataan Zeithaml (1998) dalam Lin & Lin, (2007) yaitu menyatakan bahwa citra merek adalah faktor paling penting yang menjadi pertimbangan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 8 konsumen sebelum melakukan pemilihan produk atau layanan jasa. Sehingga citra merek yang positif menjadi salah satu pertimbangan apakah konsumen akan memilih merek tersebut atau tidak. Dapat dikatakan bahwa citra merek merupakan presepsi konsumen dan preferensi terhadap merek, sebagaimana yang direfleksikan oleh berbagai macam asosiasi (presepsi) merek yang ada dalam ingatan konsumen. Berdasarkan fenomena diatas maka penulis tertarik untuk untuk menganalisa factor – factor yang mempengaruhi minat beli (purchase intention) pada produk running shoes Adidas melalui pembentukan, brand personality dan celebrity endorser serta brand image studi kasus pada Mahasiswa Universitas Mercubuana Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi S1 Manajemen. Penulis mengadakan penelitian dengan judul, “PENGARUH BRAND PERSONALITY & CELEBRITY ENDORSER TERHADAP MINAT BELI KONSUMEN SEPATU ADIDAS MELALUI BRAND IMAGE (STUDI KASUS PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCUBUANA, MERUYA JAKARTA” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah penulis jabarkan, maka rumusan msalahnya adalah sebagai berikut : 1. Apakah brand personality berpengaruh positif terhadap pembentukan brand image sepatu Adidas ? http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 2. Apakah celebrity endorser berpengaruh positif terhadap pembentukan brand image sepatu Adidas ? 3. Apakah brand personality berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen sepatu Adidas ? 4. Apakah celebrity endorser berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen Adidas ? 5. Apakah brand image berpengaruh positif terhadap minat beli konsumen Adidas ? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand personality terhadap pembentukan brand image pada sepatu Adidas b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh celebrity endorser terhadap pembentukan brand image pada sepatu Adidas. c. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand personality terhadap minat beli konsumen sepatu Adidas. d. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh celebrity endorser terhadap minat beli konsumen sepatu Adidas. e. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh brand image terhadap minat beli konsumen sepatu Adidas. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 2. Kontribusi Penelitian a. Secara Akademik Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pemasaran, terutama sebagai acuan bagi studi ilmiah tentang bagaimana menganalisa minat beli konsumen melalui pembentukan brand image, brand personality dan celebrity endorser. Selain itu juga untuk memberikan sumbangan informasi bahan referensi, dan bacaan yang dapat menambah pengetahuan bagi pembacanya. b. Secara Praktik Untuk kepentingan praktis, kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada perusahaan Adidas agar dapat menggunakan strategi yang tepat untuk membangun minat beli konsumen melalui brand image, brand personality dan celebrity endorser. http://digilib.mercubuana.ac.id/