strategi transfer teknologi melalui proses penilaian umpan balik

advertisement
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
STRATEGI TRANSFER TEKNOLOGI
MELALUI PROSES PENILAIAN UMPAN BALIK
DARMAWAN , EDWARD DANAKUSUMAH DAN MUCHARI
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat
RINGKASAN
Dalam kegiatan transfer teknologi hasil penelitian dan pengkajian (Litkaji) Badan LITBANG
Pertanian umumnya terjadi kelambatan dalam proses transfer teknologi, khususnya yang dilaksanakan di
BPTP Jawa Barat. Salah satu masalah ditinjau dari aspek diseminasi adalah belum memiliki alat
verifikasi performa kemampuan khalayak pengguna yang sederhana dan berlaku spesifik. Demikian juga
dengan alat untuk memahaman kondisi bio-fisik, kondisi sosial (struktur sosial), kinerja teknologi
setempat, kinerja teknologi komoditas yang akan diberikan pengguna, metoda dan media yang
disesuaikan dengan sasaran. Kemudian tentang waktu; berapa lama waktu (durasi) dibutuhkan agar
muatan teknologi tersebut diadopsi atau terjadi penyebaran (difusi) dalam satu kesatuan manajemen
diseminasi. Prinsip strategi transfer teknologi ini mengacu pendapat Claar et all (1984) dalam Nasution
(1996) bahwa dalam penyuluhan untuk membantu pemecahan masalah (problem solving) harus selalu
berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak
melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melakukan program yang non-edukatif. “Strategi
transfer teknologi melalui proses umpan balik” yang dikembangkan ini cukup sederhana untuk
dipraktekkan bagi para penyuluh BPTP. Metodologi diseminasi yang dikembangkan untuk memudahkan
fasilitator dalam memahami kondisi sasaran dan lingkungan dengan pendekatan diskripsif dan
diklasifikasikan dengan 5 level pemahaman (adopsi).” Batasan waktu 15 – 30 menit per-topik/perindividu/per-tatap muka. Sedangkan untuk beberapa khalayak pengguna (clien antara 4 – 10 orang)
batasan waktu 1 – 2 jam/ per-topik/per-group/per-tatap muka. Proses transfer teknologi mengacu pada
lampiran 1 “Tindakan Fasilitator” dan Lampiran 2 “Indikator Transfer Teknologi”. Tujuan strategi
penilaian proses umpan balik dalam transfer teknologi adalah meningkatkan kualitas dan ketrampilan
secara benar, utuh, tepat waktu dan tepat kebutuhan sasaran (penerima informasi).
Kata kunci: strategi, transfer teknologi dan indikator umpan balik.
PENDAHULUAN
Teknologi Hasil Litkaji Badan Litbang Pertanian telah banyak dihasilkan, namun disisi
diseminasi teknologi yang telah disampaikan kepada khalayak pengguna jumlahnya masih
terbatas. Jadi secara komulatif teknologi masih sebagian besar menumpuk di Puslitbangpuslitbang pertanian, diperpustakaan pusat maupun di perpustakaan BPTP. Oleh karena itu,
perlu dikembangkan alat diseminasi yang relatif sederhana untuk mentransfer teknologi
tersebut. Strategi transfer teknologi berdasarkan umpan balik ini menggunakan prinsip
komunikasi yang dikembangkan khusus terhadap sasaran (informan pangkal dan kunci) dengan
2 fokus utama, yaitu: (1) proses komunikasi (Lampiran 1); dan (2) tahapan level adopsi
(Lampiran 2.) mengunakan indikator penilaian umpan balik (feed back). Kegunaannya untuk
memperhitungkan muatan dan tingkat kesulitan transfer teknologi serta tingkat kemampuan
penerimaan sasaran.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
319
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Alat bantu transfer teknologi ini cukup efektif bagi penyuluh di BPTP untuk pelaksanaan
dieminasi, namun perlu dikaji lebih lanjut. Hasil semetara yang telah berhasil dilakukan oleh
penulis tahun 2004 adalah mentransfer teknologi Peta Agroekologi Zone (AEZ) kepada Bapeda
Kab. Cirebon pada skala 1 : 50.000 dibiaya 50 % dari daerah serta Dinas Pertanian dan Kelautan
Kota Cirebon pada skala 1 : 25.000 dibiaya 100% dari daerah.
METODOLOGI
Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah proses penyampaian informasi secara
keseluruhan termasuk didalamnya perasaan dan sikap dari orang yang menyampaikannya,
hasilnya membentuk pengertian dan persepsi yang sama pada penerima. Prinsip proses
komunikasi yang dibutuhkan dalam suatu pembicaraan antara pengirim dan penerima informasi
adalah komunikasi akan direspon penerima, kalau mempunyai: (1) nilai peluang kebutuhan
yang dapat dipenuhi; (2) nilai komersial; (3) nilai tambah; dan (4) tidak bertentangan dengan
norma yang berlaku dilingkungannya.
Transfer teknologi dipandang dari sudut tugas penyuluhan adalah tindakan merumuskan
dan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan
sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan
juga tidak melakukan program yang non-edukatif. Perlu disadari bahwa tujuan utama
penyuluhan pertanian adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam meningkatkan
efisiensi usahataninya melalui bentuk pendidikan non-formal untuk merubah perilaku. Sebelum
melangkah lebih jauh, kita fahami dahulu pengertian pengetahuan (cognitive) adalah berasal
dari kata ‘tahu’ yang artinya pemahaman seseorang tentang sesuatu yang dinilainya lebih baik
dan bermanfaat bagi dirinya. Dimana pengetahuan diperoleh dari fakta dan pengalaman hidup.
Kemampuan afektif ialah kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya,
dengan rasa manusia menjadi manusiawi atau bermoral dan rasa tidak mempunyai patokan
seperti halnya rasio. Interaksi antara pengalaman, pengetahuan dan pendidikan akan mendorong
tindakan individu petani untuk memenuhi kebutuhan sesuai tujuan yang ingin dicapai.
Dorongan kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan (didektekan rasa) disebut
“kemampuan konatif”. Konasi adalah karsa = kemauan, keinginan, hasrat (Soewardi H., 2000).
Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berfikir tentang segala sesuatu baik yang dapat
diindera disebut pengalaman (experience) maupun yang tidak dapat diindera (empirikal).
Dalam konteks kemampuan komunikasi antara mengirim dan penerima suatu informasi
ditentukan oleh: faktor internal, proses pemahaman sesuatu termasuk didalamnya sistem nilai
tujuan, kepercayaan dan tanggapannya yang telah dicapai; dan faktor eksternal,proses
pemahaman berupa lingkungan seperti bio-fisik, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan hukum
(Thoha, 2002).
Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan
suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap
situasi. Untuk menunjukkan bukti bahwa proses persepsi (sifat persepsi) terjadi dapat dirinci
menjadi 4 (empat) sub-proses dalam persepsi, yaitu: (1) sub-proses stimulus; dianggap penting
dari sesuatu situasi yang hadir baik dalam bentuk lingkungan sosiokultur maupun fisik yang
menyeluruh; (2) sub-proses registrasi; dalam masa ini suatu gejala nampak berupa mekanisme
fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang terpengaruh baik kemampuan fisik untuk
mendengar maupun melihat; (3) sub-proses interpretasi; merupakan suatu aspek kognitif dari
320
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
persepsi yang amat penting, hal ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi dan
kepribadian seseorang yang akan berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu interpretasi
terhadap suatu informasi yang sama akan berbeda antara satu orang dengan orang lain; dan (4)
sub-proses umpan balik (feed back); merupakan indikator/tolok ukur nilai hasil akhir dari
informasi yang telah dikomunikasikan dan diterima sesuai persepsi penerima.
Umpan balik digunakan untuk menguji, menyempurnakan ketepatan pelaksanaan sampai
seberapa jauh informasi yang dikomunikasikan itu dimengerti oleh penerima, sebagai implikasi
menjadi sangat jelas kalau umpan balik memberikan hasil yang positif/ negatif tergantung pada
tujuan yang ingin dicapai baik ketepatan ataupun kecepatan. Setiap tahapan proses transfer
teknologi ini mampu menggambarkan proses perkembangan persepsi seseorang dalam
menerima suatu informasi. Oleh karena itu; sebelum melakukan transfer teknologi harus
menghimpun informasi pendukung dan pemahaman terhadap lingkungan sekitar sasaran
(penerima) baik melalui pendekatan teknis, sosial, ekonomi dan kelembagan yang bersifat
interaktif, partisipatif dan multi-disiplin (Adnyana, 1997).
Metodologi diseminasi yang dikembangkan ini untuk memudahkan fasilitator dalam
memahaman kepada kondisi sasaran dan lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan diskripsif
dan diimplimentasikan pada acuan “5 level adopsi”. Dalam penerapan metoda ini ditetapkan
batasan waktu 15 – 30 menit per-topik/per-individu/per-tatap muka, sedangkan untuk beberapa
khalayak pengguna (clien antara 4 – 10 orang) batasan waktu 1 – 2 jam/ per-topik/per-forum
diskusi/per-tatap muka. Proses transfer teknologi mengacu pada lampiran 1 “tindakan
Fasilitator” dan Lampiran 2 “Indikator Transfer Teknologi”. Tujuan strategi penilaian proses
umpan balik dalam transfer teknologi adalah meningkatkan kualitas dan ketrampilan secara
benar, utuh, tepat waktu dan tepat kebutuhan sasaran (penerima informasi).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tindakan fasilitator (konsultan/konselor) dalam transfer teknologi diawali dengan
kegiatan: (1) Moderating action; melalui penggalian masalah dari sasaran (exploratory probe),
kemudian melakukan confirming probe kepada sasaran; (2) Strengthening action; melakukan
presentasi, penutupan dan pendukungan. Bila tidak ada komplain dalam transfer teknologi
dilanjutkan confirming probe kepada sasaran. Namun jika ada komplain dilanjutkan dengan
tindakan (3) Redirecting action; kegiatannya adalah menunjukkan bukti (proving), explaining
dan refocusing (Lampiran 1.).
Fasilitator dalam bertindak dan berkomunikasi harus: (1) berlaku secara wajar dalam
hubungan; (2) memberikan penghargaan secara spontan (perhatian/ caring atau kasih yang tidak
menguasai/ non possesive love) untuk melakukan perubahan konstruktif; dan (3) kesanggupan
memahami dunia batiniah client (kepekaan terhadap dunia pengalaman internal sasaran); dan
(4) konseli (client) diberi tanggung jawab besar dalam pengambilan keputusan dan fleksibilitas
serta open-ended (sifat tentatif dan toleransi terhadap perubahan).
Dalam komunikasi kepada sasaran (client) fasilitator harus mampu menggambarkan isi
komunikasi secara obyektif, sistematis dan kuantitatif, termasuk ciri-ciri dari pada isi materi,
faktor penyebab dan pengaruhnya. Ciri spesifik dari teknik analisa isi adalah menggolongkan
berita-berita ke dalam katagori-katagori format dan topik, mengukur frekuensinya,
menghubungkannya dengan pengetahuan khalayak (Lampiran 2).
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
321
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Dalam pelaksanaan setiap tahap materi kepada sasaran (client) fasilitator
mengkombinasikan “dinamika proses dan indikator proses adopsi” (Lampiran 1 dan Lampiran
2) dan fasilitator selalu mengukur kemampuan sasaran (internal condition client). Bagi clien
mampu menilai diri sendiri dalam: (1) menjajagi perasaan dan sikap secara lebih mendalam; (2)
menemukan aspek potensi tersembunyi yang sebelumnya tidak disadari; (3) mencari
kemungkinan dapat lebih besar menghargai terhadap diri sendiri; (4) lebih mampu
mendengarkan diri sendiri tentang perasaan-perasaan sebelumnya yang tidak sanggup difahami;
(5) pendekatan kewajaran dan kesungguhan (real); (6) perubahan cara mengekspresikan diri; (7)
memperoleh kemampuan yang lebih besar, jika hati senang terhadap diri sendiri; (8) sikap lebih
terbuka terhadap orang lain; (9) cara pandang tidak hitam-putih, tetapi sudah menemukan
makna didalamnya; dan (10) mendasarkan penilaian dari dalam (internal).
Untuk mengukur efektif atau tidak efektifnya komunikasi dapat digunakan beberapa
karakteristik, antara lain: (1) intensif; arahkan langsung (efektif); (2) spesifik; membekali
penerima dengan informasi yang khusus; (3) deskriptif; menghindari memberikan umpan balik
yang bersifat menilai atau mengevaluasi, tapi lebih ditekankan pada pemberian penjelasan
mengenai pelaksanaan pekerjaan; (4) kemanfaatan; umpan balik mengandung info yang dapat
digunakn untuk memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan; ((5) tepat waktu; terdapat
petimbangan-pertimbangan yang memperhitungkan faktor waktu yang tepat; (6) kesiapan;
kesiapan penerimaan umpan balik tersebut; (7) kejelasan; dapat dimengerti secara jelas oleh
penerima; dan (8) validasi; umpan balik dapat dipercaya dan sah. Tiga hal yang mempengaruhi
sifat atau hakekat informasi sebagai salah satu unsur pokok dalam komunikasi yang diraukan
amat penting dalam memahami komunikasi, al: (1) jumlah besar sedikitnya informasi yang
diterima; (2) cara penyajian dan pemahaman informasi; dan (3) umpan balik.
KESIMPULAN
Strategi transfer teknologi melalui proses penilaian umpan balik ini mengutamakan: (1)
Pendekatan penguatan pengetahuan (cognitive), perasaan (affective) dan tindakan (psichomotor)
yang diwujudkan dalam bentuk stimulus dari faktor luar (external) atau disebut juga dengan
“Reinforcement Consept”; (2) Pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada
tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan
pengaturan (regulating) dan juga tidak melakukan program yang non-edukatif; dan (3)
Penciptakan keterpaduan terhadap nilai ekologi, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai psikologi,
nilai sosial, serta nilai fisik dan ruang.
DAFTAR PUSTAKA
Adnyana, 1997. Konsep Dasar Pengkajian dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian (SUP). Pelatihan
pengkajian sistem usahatani s[pesifik lokasi dengan pendekatan teknologi terapan adaptif. Ciawi
14 Maret-12 April. Hal 1-20.
Ndraha, 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Soewardi Herman, 2000. Roda Berputar Dunia Bergulir. Kognisi baru Tentang Timbul-Tenggelamnya
Sivilisasi. Edisi Ke II. Penerbit Bakti mandiri, Bandung. Hal 1-388.
Thoha, 2002. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Fisipol-UGM. Cetakan ketigabelas
Maret. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 1-327.
322
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Lampiran 1. Alur strategi transfoer teknologi
Informasi yang
tidak disampaikan
kepada sasaran
Moderating
Menyelidiki masalah
(yang bisa diatasi
feature produk).
ƒ Mengkonfirmasikan
goal
ƒ (sasaran yang bisa
dipenuhi benefit
produk)
ƒ Presenting
ƒ Menyatakan kembali
goal sasaran.
ƒ Kaitkan denga
produk anda.
ƒ Sebutkan feature
yang cocok.
ƒ Hubungan benefit
dengan goal sasaran
ƒ
ƒ
Pemberian
Penjelasan
Penyelidikan
Manfaat
Pendukungan
ƒ Menyatakan
kembali produk
ƒ Menghubungka
n benefit
dengan goal
sasaran
Tidak ada pemberian penjelasan kepada sasaran
Keraguan
Kesalahan
Tidak ada
Pemahaman
kesepakatan
tujuan
Pembuktian
ƒ Menyatakan kembali
benefit yang
diragukan.
ƒ Memberikan sumber
bukti referensi dan
menjelaskan
ƒ Menghubungkan
benefit dengan goal
sasaran
Penjelasan
ƒ Pemahaman
secara spesifik
tentang feature
or benefit yang
disalah fahami.
ƒ Menjelaskan.
ƒ Menghubungka
n benefit
dengan goal
sasaran
Pemusatan
Kembali
ƒ Pemaham
an secara
umum
ƒ Menyataka
n penting
mengevalu
asi(menilai
) situasi
secara
keseluruha
n.
ƒ Memberika
n benefit
tandingan
Menyelidiki
untuk informasi tambahan
Menutup
• Merangkum goal sasaran
• Merangkum benefit produk
• Minta komitmen sasaran
(tunggu komitmennya)
• Terimas kasih
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
323
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
Lampiran 2. Indikator transfer teknologi melalui penilaian umpan balik (Berdasarkan tahapan
perubahan perilaku sasaran ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor)
Leve
l
I.
Tahapan Adopsi
Pertama
• Kemampuan
Internal
Score (1-5)
• Kemampuan
kerja operasional
II.
Score (1-5)
Kedua
• Kemampuan
Internal
Score (1-5)
• Kemampuan
kerja operasional
•
Kognitif
Pengetahuan
Partisipan mengetahui
maksud, tujuan, sasaran
teknologi yang
diintroduksikan dan luaran
yang akan dicapai.
KATAGORI JENIS PERILAKU
Afektif
Penerimaan
• Kesadaran partisipan
•
bahwa teknologi yang
telah diterapkan dalam
usahataninya perlu
teknologi dan
informasi yang selalu
diperbaharui.
Psikomotor
Persepsi
Partisipan mampu
menafsirkan teknologi
introduksi yang akan
berdampak kemudahan
dan peningkatan
pendapatan pada jenis
usaha yang sedang
dikelolanya.
• Partisipan dapat memilih
teknologi introduksi yang
ditawarkan dalam pengkajian.
• Partisipan dapat
memilih teknologi yang
dianggap sesuai dengan
latar belakangnya.
• Partisipan mampu
mengidentifikasikan
teknologi introduksi yang
ditawarkan dan peluang
alternatif teknologi yang
dapat langsung berguna
baginya.
Pemahaman
• Partisipan mampu
memperkirakan dampak
introduksi teknologi terhadap
usahataninya.
Partisipasi
• Partisipan ikut secara
aktif dalam perencanaan
sampai pelaksanaan dan
evaluasi hasil.
Kesiapan
• Partisipan berkonsentrasi
penuh terhadap semua proses
pelaksanaan yang dilakukan
olehnya, fasilitator dan mitra
lainnya.
• Partisipan mampu
menerangkan bahwa beberapa
alternatif teknologi introduksi
bermanfaat baginya.
• Partisipan
mempraktekkan beberapa
teknologi introduksi yang
dianggap sesuai di lokasi
dan usahanya.
• Partisipan mampu dan
faham maksud transfer
teknologi, kemudian
memprakarsai penerapan
teknologi introduksinya.
Score (1-5)
Cara penilaian mengikuti prinsip Andras Danandjaya dalam Ndraha (1997) “ Budidaya Organisasi” Hal 19 Cetakan I, sebagai
berikut:
‰ Kognitif
: dinilai bobot “Penting” berdasarkan tingkat kebutuhan sasaran
‰ Afektif
: dinilai bobot “Baik” berdasarkan moral atau norma etika setempat
‰ Psikomotor
: dinilai bobot “Benar” berdasarkan logika (rasional)
Level
III.
Tahapan Adopsi
Ketiga
• Kemampua
n Internal
Score (1-5)
• Kemampua
n kerja
operasional
Kognitif
Penerapan
• Partisipan mampu
mengidentifikasi masalah dan
memecahkan masalah yang
dihadapi dalam penerapan
teknologi introduksi sehingga
dapat diadopsi oleh petani yang
lain.
• Partisipan mampu
menyesuaikan teknologi
introduksi pada kegiatan
usahanya.
KATAGORI JENIS PERILAKU
Afektif
Penentuan Sikap
• Partisipan menyepakati
teknologi introduksi
diterapkan dalam
usahataninya.
• Partisipan berani
mengambil prakarsa untuk
mengambil beberapa
teknologi introduksi yang
diperkirakan bermanfaat
dalam usahanya.
Psikomotor
Gerakan terbimbing
• Partisipan menirukan
contoh teknologi introduksi
yang didemonstrasikan
(percontohan-super inpuls)
pada kegiatan usahanya.
• Partisipan
mempraktekkan langsung
beberapa teknologi introduksi
yang sedang dikaji pada
kegiatan usahanya.
Score (1-5)
324
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004
IV.
Keempat
• Kemampua
n Internal
Score (1-5)
• Kemampua
n kerja
operasional
Analisa
• Partisipan mampu
menganalisa kesalahan yang
dilakukan/diterapkan oleh tim
pengkaji di lapangan.
Organisasi
• Partisipan membentuk
sistem nilai terhadap
pengaruh teknologi
introduksi dengan
kenyataan usaha yang
sebelumnya sudah
diterapkan dalam
usahanya.
Gerakan Terbiasa
• Partisipan mampu
menerapkan teknologi
introduksi dengan berpegang
pada pola yang diterapkan
dalam pengkajian di
lapangan.
• Partisipan mampu
menunjukkan hubungan antara
teknologi introduksi dengan
kenyataan lapangan (bio-fisik,
sosial, ekonomi dan
kelembagaannya).
• Partisipan mampu
menyaring keunggulan
teknologi introduksi dan
memodifikasi serta
diterapkan langsung pada
kegiatan usahanya.
• Partisipan mampu
mengatur beberapa teknologi
introduksi ke dalam kegiatan
usahanya.
Score (1-5)
Cara penilaian mengikuti prinsip Andras Danandjaya dalam Ndraha (1997) “ Budidaya Organisasi” Hal 19 Cetakan I, sebagai
berikut:
‰ Kognitif
: dinilai bobot “Penting” berdasarkan tingkat kebutuhan sasaran
‰ Afektif
: dinilai bobot “Baik” berdasarkan moral atau norma etika setempat
‰ Psikomotor
: dinilai bobot “Benar” berdasarkan logika (rasional)
Level
V.
Tahapan Adopsi
Kelima
• Kemampuan
Internal
Score (1-5)
• Kemampuan
kerja operasional
Kognitif
Sintesa
• Partisipan mampu
menyusun rencana penerapan
teknologi introduksi secara
berurutan dan lengkap pada
kegiatan usahataninya yang
berorientasi agribisnis dan
agroindustri.
• Partisipan mampu
membuat pola penerapan
teknologi introduksi guna
pengembangan usaha
berorientasi agribisnis dan
agroindustri yang dikelola
secara berkelompok
berazazkan kemitraan yang
saling menguntungkan bagi
semua fihak.
KATAGORI JENIS PERILAKU
Afektif
Pembentukan Pola
• Partisipan mampu
menunjukkan simpul-simpul
utama keunggulan teknologi
introduksi serta peluang
pengembangannya yang dapat
diperapkan oleh petani di
wilayahnya.
• Partisipan mampu
membuktikan bahwa
teknologi introduksi yang
diterapkan selama pengkajian
ada beberapa teknologi yang
unggul dan ada beberapa
teknologi yang perlu dikaji
atau dikembalikan (sebagai
umpan balik).
Psikomotor
Gerakan Komplek
• Partisipan
berketrampilan lancar pada
berbagai keadaan dan
permasalahan yang
dihadapi selama
menerapkan teknologi
introduksi.
• Partisipan mampu
mendemonstrasikan
teknologi introduksi
kepada berbagai fihak yang
ingin mengetahui,
mencontoh maupun
mempertanyakan secara
terbuka dan transparan
(tidak ada yang ditutupi
atau disembunyikan)
beberapa hal prinsip yang
perlu diperbaiki.
Score (1-5)
Cara penilaian mengikuti prinsip Andras Danandjaya dalam Ndraha (1997) “ Budidaya Organisasi” Hal 19 Cetakan I, sebagai
berikut:
‰ Kognitif
: dinilai bobot “Penting” berdasarkan tingkat kebutuhan sasaran
‰ Afektif
: dinilai bobot “Baik” berdasarkan moral atau norma etika setempat
‰ Psikomotor
: dinilai bobot “Benar”
berdasarkan logika (rasional)
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan
325
Download