Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 STRATEGI TRANSFER TEKNOLOGI MELALUI PROSES PENILAIAN UMPAN BALIK DARMAWAN , EDWARD DANAKUSUMAH DAN MUCHARI Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Barat RINGKASAN Dalam kegiatan transfer teknologi hasil penelitian dan pengkajian (Litkaji) Badan LITBANG Pertanian umumnya terjadi kelambatan dalam proses transfer teknologi, khususnya yang dilaksanakan di BPTP Jawa Barat. Salah satu masalah ditinjau dari aspek diseminasi adalah belum memiliki alat verifikasi performa kemampuan khalayak pengguna yang sederhana dan berlaku spesifik. Demikian juga dengan alat untuk memahaman kondisi bio-fisik, kondisi sosial (struktur sosial), kinerja teknologi setempat, kinerja teknologi komoditas yang akan diberikan pengguna, metoda dan media yang disesuaikan dengan sasaran. Kemudian tentang waktu; berapa lama waktu (durasi) dibutuhkan agar muatan teknologi tersebut diadopsi atau terjadi penyebaran (difusi) dalam satu kesatuan manajemen diseminasi. Prinsip strategi transfer teknologi ini mengacu pendapat Claar et all (1984) dalam Nasution (1996) bahwa dalam penyuluhan untuk membantu pemecahan masalah (problem solving) harus selalu berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melakukan program yang non-edukatif. “Strategi transfer teknologi melalui proses umpan balik” yang dikembangkan ini cukup sederhana untuk dipraktekkan bagi para penyuluh BPTP. Metodologi diseminasi yang dikembangkan untuk memudahkan fasilitator dalam memahami kondisi sasaran dan lingkungan dengan pendekatan diskripsif dan diklasifikasikan dengan 5 level pemahaman (adopsi).” Batasan waktu 15 – 30 menit per-topik/perindividu/per-tatap muka. Sedangkan untuk beberapa khalayak pengguna (clien antara 4 – 10 orang) batasan waktu 1 – 2 jam/ per-topik/per-group/per-tatap muka. Proses transfer teknologi mengacu pada lampiran 1 “Tindakan Fasilitator” dan Lampiran 2 “Indikator Transfer Teknologi”. Tujuan strategi penilaian proses umpan balik dalam transfer teknologi adalah meningkatkan kualitas dan ketrampilan secara benar, utuh, tepat waktu dan tepat kebutuhan sasaran (penerima informasi). Kata kunci: strategi, transfer teknologi dan indikator umpan balik. PENDAHULUAN Teknologi Hasil Litkaji Badan Litbang Pertanian telah banyak dihasilkan, namun disisi diseminasi teknologi yang telah disampaikan kepada khalayak pengguna jumlahnya masih terbatas. Jadi secara komulatif teknologi masih sebagian besar menumpuk di Puslitbangpuslitbang pertanian, diperpustakaan pusat maupun di perpustakaan BPTP. Oleh karena itu, perlu dikembangkan alat diseminasi yang relatif sederhana untuk mentransfer teknologi tersebut. Strategi transfer teknologi berdasarkan umpan balik ini menggunakan prinsip komunikasi yang dikembangkan khusus terhadap sasaran (informan pangkal dan kunci) dengan 2 fokus utama, yaitu: (1) proses komunikasi (Lampiran 1); dan (2) tahapan level adopsi (Lampiran 2.) mengunakan indikator penilaian umpan balik (feed back). Kegunaannya untuk memperhitungkan muatan dan tingkat kesulitan transfer teknologi serta tingkat kemampuan penerimaan sasaran. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 319 Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 Alat bantu transfer teknologi ini cukup efektif bagi penyuluh di BPTP untuk pelaksanaan dieminasi, namun perlu dikaji lebih lanjut. Hasil semetara yang telah berhasil dilakukan oleh penulis tahun 2004 adalah mentransfer teknologi Peta Agroekologi Zone (AEZ) kepada Bapeda Kab. Cirebon pada skala 1 : 50.000 dibiaya 50 % dari daerah serta Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon pada skala 1 : 25.000 dibiaya 100% dari daerah. METODOLOGI Komunikasi yang dimaksudkan disini adalah proses penyampaian informasi secara keseluruhan termasuk didalamnya perasaan dan sikap dari orang yang menyampaikannya, hasilnya membentuk pengertian dan persepsi yang sama pada penerima. Prinsip proses komunikasi yang dibutuhkan dalam suatu pembicaraan antara pengirim dan penerima informasi adalah komunikasi akan direspon penerima, kalau mempunyai: (1) nilai peluang kebutuhan yang dapat dipenuhi; (2) nilai komersial; (3) nilai tambah; dan (4) tidak bertentangan dengan norma yang berlaku dilingkungannya. Transfer teknologi dipandang dari sudut tugas penyuluhan adalah tindakan merumuskan dan pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melakukan program yang non-edukatif. Perlu disadari bahwa tujuan utama penyuluhan pertanian adalah untuk menambah kesanggupan petani dalam meningkatkan efisiensi usahataninya melalui bentuk pendidikan non-formal untuk merubah perilaku. Sebelum melangkah lebih jauh, kita fahami dahulu pengertian pengetahuan (cognitive) adalah berasal dari kata ‘tahu’ yang artinya pemahaman seseorang tentang sesuatu yang dinilainya lebih baik dan bermanfaat bagi dirinya. Dimana pengetahuan diperoleh dari fakta dan pengalaman hidup. Kemampuan afektif ialah kemampuan untuk merasakan tentang yang diketahuinya, dengan rasa manusia menjadi manusiawi atau bermoral dan rasa tidak mempunyai patokan seperti halnya rasio. Interaksi antara pengalaman, pengetahuan dan pendidikan akan mendorong tindakan individu petani untuk memenuhi kebutuhan sesuai tujuan yang ingin dicapai. Dorongan kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan (didektekan rasa) disebut “kemampuan konatif”. Konasi adalah karsa = kemauan, keinginan, hasrat (Soewardi H., 2000). Kesadaran adalah landasan untuk nalar atau berfikir tentang segala sesuatu baik yang dapat diindera disebut pengalaman (experience) maupun yang tidak dapat diindera (empirikal). Dalam konteks kemampuan komunikasi antara mengirim dan penerima suatu informasi ditentukan oleh: faktor internal, proses pemahaman sesuatu termasuk didalamnya sistem nilai tujuan, kepercayaan dan tanggapannya yang telah dicapai; dan faktor eksternal,proses pemahaman berupa lingkungan seperti bio-fisik, sosial, ekonomi, budaya, politik, dan hukum (Thoha, 2002). Kunci untuk memahami persepsi terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi dan bukannya suatu pencatatan yang benar terhadap situasi. Untuk menunjukkan bukti bahwa proses persepsi (sifat persepsi) terjadi dapat dirinci menjadi 4 (empat) sub-proses dalam persepsi, yaitu: (1) sub-proses stimulus; dianggap penting dari sesuatu situasi yang hadir baik dalam bentuk lingkungan sosiokultur maupun fisik yang menyeluruh; (2) sub-proses registrasi; dalam masa ini suatu gejala nampak berupa mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan syaraf seseorang terpengaruh baik kemampuan fisik untuk mendengar maupun melihat; (3) sub-proses interpretasi; merupakan suatu aspek kognitif dari 320 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 persepsi yang amat penting, hal ini tergantung pada cara pendalaman (learning), motivasi dan kepribadian seseorang yang akan berbeda dengan orang lain. Oleh karena itu interpretasi terhadap suatu informasi yang sama akan berbeda antara satu orang dengan orang lain; dan (4) sub-proses umpan balik (feed back); merupakan indikator/tolok ukur nilai hasil akhir dari informasi yang telah dikomunikasikan dan diterima sesuai persepsi penerima. Umpan balik digunakan untuk menguji, menyempurnakan ketepatan pelaksanaan sampai seberapa jauh informasi yang dikomunikasikan itu dimengerti oleh penerima, sebagai implikasi menjadi sangat jelas kalau umpan balik memberikan hasil yang positif/ negatif tergantung pada tujuan yang ingin dicapai baik ketepatan ataupun kecepatan. Setiap tahapan proses transfer teknologi ini mampu menggambarkan proses perkembangan persepsi seseorang dalam menerima suatu informasi. Oleh karena itu; sebelum melakukan transfer teknologi harus menghimpun informasi pendukung dan pemahaman terhadap lingkungan sekitar sasaran (penerima) baik melalui pendekatan teknis, sosial, ekonomi dan kelembagan yang bersifat interaktif, partisipatif dan multi-disiplin (Adnyana, 1997). Metodologi diseminasi yang dikembangkan ini untuk memudahkan fasilitator dalam memahaman kepada kondisi sasaran dan lingkungan dilaksanakan dengan pendekatan diskripsif dan diimplimentasikan pada acuan “5 level adopsi”. Dalam penerapan metoda ini ditetapkan batasan waktu 15 – 30 menit per-topik/per-individu/per-tatap muka, sedangkan untuk beberapa khalayak pengguna (clien antara 4 – 10 orang) batasan waktu 1 – 2 jam/ per-topik/per-forum diskusi/per-tatap muka. Proses transfer teknologi mengacu pada lampiran 1 “tindakan Fasilitator” dan Lampiran 2 “Indikator Transfer Teknologi”. Tujuan strategi penilaian proses umpan balik dalam transfer teknologi adalah meningkatkan kualitas dan ketrampilan secara benar, utuh, tepat waktu dan tepat kebutuhan sasaran (penerima informasi). HASIL DAN PEMBAHASAN Tindakan fasilitator (konsultan/konselor) dalam transfer teknologi diawali dengan kegiatan: (1) Moderating action; melalui penggalian masalah dari sasaran (exploratory probe), kemudian melakukan confirming probe kepada sasaran; (2) Strengthening action; melakukan presentasi, penutupan dan pendukungan. Bila tidak ada komplain dalam transfer teknologi dilanjutkan confirming probe kepada sasaran. Namun jika ada komplain dilanjutkan dengan tindakan (3) Redirecting action; kegiatannya adalah menunjukkan bukti (proving), explaining dan refocusing (Lampiran 1.). Fasilitator dalam bertindak dan berkomunikasi harus: (1) berlaku secara wajar dalam hubungan; (2) memberikan penghargaan secara spontan (perhatian/ caring atau kasih yang tidak menguasai/ non possesive love) untuk melakukan perubahan konstruktif; dan (3) kesanggupan memahami dunia batiniah client (kepekaan terhadap dunia pengalaman internal sasaran); dan (4) konseli (client) diberi tanggung jawab besar dalam pengambilan keputusan dan fleksibilitas serta open-ended (sifat tentatif dan toleransi terhadap perubahan). Dalam komunikasi kepada sasaran (client) fasilitator harus mampu menggambarkan isi komunikasi secara obyektif, sistematis dan kuantitatif, termasuk ciri-ciri dari pada isi materi, faktor penyebab dan pengaruhnya. Ciri spesifik dari teknik analisa isi adalah menggolongkan berita-berita ke dalam katagori-katagori format dan topik, mengukur frekuensinya, menghubungkannya dengan pengetahuan khalayak (Lampiran 2). Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 321 Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 Dalam pelaksanaan setiap tahap materi kepada sasaran (client) fasilitator mengkombinasikan “dinamika proses dan indikator proses adopsi” (Lampiran 1 dan Lampiran 2) dan fasilitator selalu mengukur kemampuan sasaran (internal condition client). Bagi clien mampu menilai diri sendiri dalam: (1) menjajagi perasaan dan sikap secara lebih mendalam; (2) menemukan aspek potensi tersembunyi yang sebelumnya tidak disadari; (3) mencari kemungkinan dapat lebih besar menghargai terhadap diri sendiri; (4) lebih mampu mendengarkan diri sendiri tentang perasaan-perasaan sebelumnya yang tidak sanggup difahami; (5) pendekatan kewajaran dan kesungguhan (real); (6) perubahan cara mengekspresikan diri; (7) memperoleh kemampuan yang lebih besar, jika hati senang terhadap diri sendiri; (8) sikap lebih terbuka terhadap orang lain; (9) cara pandang tidak hitam-putih, tetapi sudah menemukan makna didalamnya; dan (10) mendasarkan penilaian dari dalam (internal). Untuk mengukur efektif atau tidak efektifnya komunikasi dapat digunakan beberapa karakteristik, antara lain: (1) intensif; arahkan langsung (efektif); (2) spesifik; membekali penerima dengan informasi yang khusus; (3) deskriptif; menghindari memberikan umpan balik yang bersifat menilai atau mengevaluasi, tapi lebih ditekankan pada pemberian penjelasan mengenai pelaksanaan pekerjaan; (4) kemanfaatan; umpan balik mengandung info yang dapat digunakn untuk memperbaiki dan menyempurnakan pekerjaan; ((5) tepat waktu; terdapat petimbangan-pertimbangan yang memperhitungkan faktor waktu yang tepat; (6) kesiapan; kesiapan penerimaan umpan balik tersebut; (7) kejelasan; dapat dimengerti secara jelas oleh penerima; dan (8) validasi; umpan balik dapat dipercaya dan sah. Tiga hal yang mempengaruhi sifat atau hakekat informasi sebagai salah satu unsur pokok dalam komunikasi yang diraukan amat penting dalam memahami komunikasi, al: (1) jumlah besar sedikitnya informasi yang diterima; (2) cara penyajian dan pemahaman informasi; dan (3) umpan balik. KESIMPULAN Strategi transfer teknologi melalui proses penilaian umpan balik ini mengutamakan: (1) Pendekatan penguatan pengetahuan (cognitive), perasaan (affective) dan tindakan (psichomotor) yang diwujudkan dalam bentuk stimulus dari faktor luar (external) atau disebut juga dengan “Reinforcement Consept”; (2) Pemecahan masalah (problem solving) yang berorientasi pada tindakan yang mengajarkan sesuatu, mendemonstrasikan, memotivasi, tapi tidak melakukan pengaturan (regulating) dan juga tidak melakukan program yang non-edukatif; dan (3) Penciptakan keterpaduan terhadap nilai ekologi, nilai budaya, nilai ekonomi, nilai psikologi, nilai sosial, serta nilai fisik dan ruang. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, 1997. Konsep Dasar Pengkajian dan Pengembangan Sistem Usaha Pertanian (SUP). Pelatihan pengkajian sistem usahatani s[pesifik lokasi dengan pendekatan teknologi terapan adaptif. Ciawi 14 Maret-12 April. Hal 1-20. Ndraha, 1997. Budaya Organisasi. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Soewardi Herman, 2000. Roda Berputar Dunia Bergulir. Kognisi baru Tentang Timbul-Tenggelamnya Sivilisasi. Edisi Ke II. Penerbit Bakti mandiri, Bandung. Hal 1-388. Thoha, 2002. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Fisipol-UGM. Cetakan ketigabelas Maret. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Hal 1-327. 322 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 Lampiran 1. Alur strategi transfoer teknologi Informasi yang tidak disampaikan kepada sasaran Moderating Menyelidiki masalah (yang bisa diatasi feature produk). Mengkonfirmasikan goal (sasaran yang bisa dipenuhi benefit produk) Presenting Menyatakan kembali goal sasaran. Kaitkan denga produk anda. Sebutkan feature yang cocok. Hubungan benefit dengan goal sasaran Pemberian Penjelasan Penyelidikan Manfaat Pendukungan Menyatakan kembali produk Menghubungka n benefit dengan goal sasaran Tidak ada pemberian penjelasan kepada sasaran Keraguan Kesalahan Tidak ada Pemahaman kesepakatan tujuan Pembuktian Menyatakan kembali benefit yang diragukan. Memberikan sumber bukti referensi dan menjelaskan Menghubungkan benefit dengan goal sasaran Penjelasan Pemahaman secara spesifik tentang feature or benefit yang disalah fahami. Menjelaskan. Menghubungka n benefit dengan goal sasaran Pemusatan Kembali Pemaham an secara umum Menyataka n penting mengevalu asi(menilai ) situasi secara keseluruha n. Memberika n benefit tandingan Menyelidiki untuk informasi tambahan Menutup • Merangkum goal sasaran • Merangkum benefit produk • Minta komitmen sasaran (tunggu komitmennya) • Terimas kasih Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 323 Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 Lampiran 2. Indikator transfer teknologi melalui penilaian umpan balik (Berdasarkan tahapan perubahan perilaku sasaran ditinjau dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor) Leve l I. Tahapan Adopsi Pertama • Kemampuan Internal Score (1-5) • Kemampuan kerja operasional II. Score (1-5) Kedua • Kemampuan Internal Score (1-5) • Kemampuan kerja operasional • Kognitif Pengetahuan Partisipan mengetahui maksud, tujuan, sasaran teknologi yang diintroduksikan dan luaran yang akan dicapai. KATAGORI JENIS PERILAKU Afektif Penerimaan • Kesadaran partisipan • bahwa teknologi yang telah diterapkan dalam usahataninya perlu teknologi dan informasi yang selalu diperbaharui. Psikomotor Persepsi Partisipan mampu menafsirkan teknologi introduksi yang akan berdampak kemudahan dan peningkatan pendapatan pada jenis usaha yang sedang dikelolanya. • Partisipan dapat memilih teknologi introduksi yang ditawarkan dalam pengkajian. • Partisipan dapat memilih teknologi yang dianggap sesuai dengan latar belakangnya. • Partisipan mampu mengidentifikasikan teknologi introduksi yang ditawarkan dan peluang alternatif teknologi yang dapat langsung berguna baginya. Pemahaman • Partisipan mampu memperkirakan dampak introduksi teknologi terhadap usahataninya. Partisipasi • Partisipan ikut secara aktif dalam perencanaan sampai pelaksanaan dan evaluasi hasil. Kesiapan • Partisipan berkonsentrasi penuh terhadap semua proses pelaksanaan yang dilakukan olehnya, fasilitator dan mitra lainnya. • Partisipan mampu menerangkan bahwa beberapa alternatif teknologi introduksi bermanfaat baginya. • Partisipan mempraktekkan beberapa teknologi introduksi yang dianggap sesuai di lokasi dan usahanya. • Partisipan mampu dan faham maksud transfer teknologi, kemudian memprakarsai penerapan teknologi introduksinya. Score (1-5) Cara penilaian mengikuti prinsip Andras Danandjaya dalam Ndraha (1997) “ Budidaya Organisasi” Hal 19 Cetakan I, sebagai berikut: Kognitif : dinilai bobot “Penting” berdasarkan tingkat kebutuhan sasaran Afektif : dinilai bobot “Baik” berdasarkan moral atau norma etika setempat Psikomotor : dinilai bobot “Benar” berdasarkan logika (rasional) Level III. Tahapan Adopsi Ketiga • Kemampua n Internal Score (1-5) • Kemampua n kerja operasional Kognitif Penerapan • Partisipan mampu mengidentifikasi masalah dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam penerapan teknologi introduksi sehingga dapat diadopsi oleh petani yang lain. • Partisipan mampu menyesuaikan teknologi introduksi pada kegiatan usahanya. KATAGORI JENIS PERILAKU Afektif Penentuan Sikap • Partisipan menyepakati teknologi introduksi diterapkan dalam usahataninya. • Partisipan berani mengambil prakarsa untuk mengambil beberapa teknologi introduksi yang diperkirakan bermanfaat dalam usahanya. Psikomotor Gerakan terbimbing • Partisipan menirukan contoh teknologi introduksi yang didemonstrasikan (percontohan-super inpuls) pada kegiatan usahanya. • Partisipan mempraktekkan langsung beberapa teknologi introduksi yang sedang dikaji pada kegiatan usahanya. Score (1-5) 324 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian Tahun 2004 IV. Keempat • Kemampua n Internal Score (1-5) • Kemampua n kerja operasional Analisa • Partisipan mampu menganalisa kesalahan yang dilakukan/diterapkan oleh tim pengkaji di lapangan. Organisasi • Partisipan membentuk sistem nilai terhadap pengaruh teknologi introduksi dengan kenyataan usaha yang sebelumnya sudah diterapkan dalam usahanya. Gerakan Terbiasa • Partisipan mampu menerapkan teknologi introduksi dengan berpegang pada pola yang diterapkan dalam pengkajian di lapangan. • Partisipan mampu menunjukkan hubungan antara teknologi introduksi dengan kenyataan lapangan (bio-fisik, sosial, ekonomi dan kelembagaannya). • Partisipan mampu menyaring keunggulan teknologi introduksi dan memodifikasi serta diterapkan langsung pada kegiatan usahanya. • Partisipan mampu mengatur beberapa teknologi introduksi ke dalam kegiatan usahanya. Score (1-5) Cara penilaian mengikuti prinsip Andras Danandjaya dalam Ndraha (1997) “ Budidaya Organisasi” Hal 19 Cetakan I, sebagai berikut: Kognitif : dinilai bobot “Penting” berdasarkan tingkat kebutuhan sasaran Afektif : dinilai bobot “Baik” berdasarkan moral atau norma etika setempat Psikomotor : dinilai bobot “Benar” berdasarkan logika (rasional) Level V. Tahapan Adopsi Kelima • Kemampuan Internal Score (1-5) • Kemampuan kerja operasional Kognitif Sintesa • Partisipan mampu menyusun rencana penerapan teknologi introduksi secara berurutan dan lengkap pada kegiatan usahataninya yang berorientasi agribisnis dan agroindustri. • Partisipan mampu membuat pola penerapan teknologi introduksi guna pengembangan usaha berorientasi agribisnis dan agroindustri yang dikelola secara berkelompok berazazkan kemitraan yang saling menguntungkan bagi semua fihak. KATAGORI JENIS PERILAKU Afektif Pembentukan Pola • Partisipan mampu menunjukkan simpul-simpul utama keunggulan teknologi introduksi serta peluang pengembangannya yang dapat diperapkan oleh petani di wilayahnya. • Partisipan mampu membuktikan bahwa teknologi introduksi yang diterapkan selama pengkajian ada beberapa teknologi yang unggul dan ada beberapa teknologi yang perlu dikaji atau dikembalikan (sebagai umpan balik). Psikomotor Gerakan Komplek • Partisipan berketrampilan lancar pada berbagai keadaan dan permasalahan yang dihadapi selama menerapkan teknologi introduksi. • Partisipan mampu mendemonstrasikan teknologi introduksi kepada berbagai fihak yang ingin mengetahui, mencontoh maupun mempertanyakan secara terbuka dan transparan (tidak ada yang ditutupi atau disembunyikan) beberapa hal prinsip yang perlu diperbaiki. Score (1-5) Cara penilaian mengikuti prinsip Andras Danandjaya dalam Ndraha (1997) “ Budidaya Organisasi” Hal 19 Cetakan I, sebagai berikut: Kognitif : dinilai bobot “Penting” berdasarkan tingkat kebutuhan sasaran Afektif : dinilai bobot “Baik” berdasarkan moral atau norma etika setempat Psikomotor : dinilai bobot “Benar” berdasarkan logika (rasional) Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 325