ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA KERANG DI PANTAI SARI RINGGUNG DAN SEKITARNYA DENGAN METODE ICP-OES (Skripsi) Oleh: Carina Pertiwi SS Rh FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 ABSTRAK ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA KERANG DI PANTAI SARI RINGGUNG DAN SEKITARNYA DENGAN METODE ICP-OES Oleh Carina Pertiwi SS Rh Kerang merupakan bioindikator pencemaran yang efisien untuk menduga pencemaran logam berat karena merupakan filter feeder dan mempunyai toleransi yang besar terhadap tekanan ekologis yang tinggi, sehingga biota ini sering digunakan sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme laut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan kadar logam berat dan Untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat seperti Pb, Cd, Cu, Cr, Mn, Zn, Ag, Ni, Co, dan Fe pada kerang di pantai Sari Ringgung dan sekitarnya dengan menggunakan metode ICP-OES (Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry). Rancangan penelitian yang digunakan adalah observasi langsung dilapangan dan data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif. Hasil dari penelitian ini ditemukan kandungan logam berat yang telah melewati baku mutu yaitu Cr, Cu dan Ni yang terakumulasi didalam kerang kerek (Gafrarium tumidum) dan kerang bulu (Anadara antiqulata) di Pantai Sari Ringgung dengan kandungan tertinggi pada Tembaga (Cu) di Kerang Kerek yaitu 5,173 mg/Kg. Kandungan logam berat pada Kerang kampak (Atrina pectinata) yang ditemukan di Pulau Tegal dengan titik 1 dan 2 yaitu Zn, Ni dan Cr yang telah melewati baku mutu yang sudah ditetapkan. Logam berat dengan kandungan tertinggi pada titik 1 yaitu Zink (Zn) dengan nilai 47,456 mg/Kg. Kata kunci: Kerang, Logam Berat, ICP-OES, Pantai Sari Ringgung, Pulau Tegal ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA KERANG DI PANTAI SARI RINGGUNG DAN SEKITARNYA DENGAN METODE ICP-OES Oleh CARINA PERTIWI SS Rh Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar SARJANA SAINS Pada Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2017 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 15 Juni 1995. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara oleh pasangan Bapak Kompol Ruhyat dan Ibu Mardiana Usni,S.E. Penulis mulai menempuh pendidikan pertamanya di Taman Kanak-Kanak Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2000. Pada tahun 2001, penulis melanjutkan pendidikannya di Sekolah Dasar Al-Kautsar Bandar Lampung. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 04 Bandar Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 09 Bandar Lampung. Pada tahun 2013, penulis tercatat sebagai salah satu mahasiswa Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam di Universitas Lampung melalui Jalur Paralel. Selama menjadi mahasiswa di Jurusan Biologi FMIPA Unila, Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Umum Jurusan Perternakan dan Fisiologi Hewan. Penulis juga aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) FMIPA Unila sebagai anggota Bidang Dana dan Usaha (DANUS) pada tahun 2014-2015. Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Padang Cermin, Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran pada Januari-Maret 2016 dan melaksanakan Kerja Praktik di PT. Central Proteina Prima Lampung pada JuliAgustus 2016 dengan judul “Pengamatan Parasit Mikroskopik Benur Udang Putih (Litopenaeus vannamei) Di Hatchery 9 Siklus 4 Tahun 2014 PT. Central Proteina Prima-BLK”. PERSEMBAHAN ِﷲِ اﻟﺮﱠﺣْ ﻤَﻦِ اﻟﺮﱠﺣِﯿﻢ ﺑِﺴْﻢِ ﱠ Dengan mencgucapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Ridho, dan Karunia-Nya yang tak henti-hentinya Dia berikan, Kupersembahkan karya kecilku ini untuk : Mamah dan Papahku tercinta yang senantiasa mengucap namaku dalam do’a, mencurahkan kasih dan sayangnya untukku, serta selalu mendukung dan memotivasi dalamsetiap langkahku, Kakakku Indah Putri Perdana Rh,S.Si serta adikku Amanda Khairunnisa Rh tersayang yang juga selalu mendo’akan dan memberikan semangat, Bapak dan Ibu Dosen yang selalu memberikanku ilmuyangbermanfaat, yang membuat diriku memahami akan kebesaran ALLAH SWT dan membantuku dalam menggapai kesuksesan, Teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik yang selalu memberikanku pengalaman berharga, motivasi, dan semangat, serta Almamaterku tercinta. MOTTO “ Sesungguhnya bersama kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). Dan berharaplah kepada Tuhanmu”. (Q.S Al Insyirah: 6-8) “Bahwasanya Allah akan selalu memperhatikan umatnya dan selalu mengingatnya apabila ia selalu bersyukur. Allah berfirman: “Karenanya, ingatlah kamu sekalian kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah mengingkari nikmat-Ku””. (Q.S Al-Baqarah: 152) “Live as if your were to die tomorrow. Learn as if you were to live forever” (Gandhi) SANWACANA Alhamdulillahirobbil’alamin, Puji dan syukur Penulis haturkan kepada ALLAH SWT , Dzat yang Maha Besar, Maha Memiliki Ilmu,serta lantunan sholawat beriring salam menjadi persembahan penuh kerinduan pada suri tauladan kita, Rasulullah Muhammad SAW. Penulis telah menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS KANDUNGAN LOGAM BERAT PADA KERANG DI PANTAI SARI RINGGUNG DAN SEKITARNYA DENGAN METODE ICP-OES” yang merupakan bagian dari penelitian institusi- didanai oleh Puslitbang Pesisir dan Kelautan – LPPM Universitas Lampung. Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesarbesarnya penulis tunjukan kepada semua yang telah membantu sejak memulai kegiatan sampai terselesaikannya skripsi ini, ucapan tulus penulis sampaikan kepada : 1. Ibu Endang Linirin Widiastuti, Ph.D. selaku Pembimbing 1 atas semua ilmu, bantuan, bimbingan,nasihat, saran, dan pengarahan,baik selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi. 2. Bpk R. Supriyanto, M.S. selaku Pembimbing 2 atas semua ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik selama perkuliahan maupun penyusunan skripsi. 3. Bpk M. Kanedi, M.Si. selaku Pembahas atas semua ilmu, bantuan, bimbingan, nasihat, saran, dan pengarahan, baik selama perkuliahan maupun penyusunan skripsi. 4. Kedua orang tuaku tercinta, ayahanda Kompol Ruhyat dan ibunda Mardiana Usni, S.E atas segala kasih sayang yang telah diberikan, do’a yang terus dipanjatkan, serta memberikan nasihat dan semangat. 5. Bpk Dr. G. Nugroho Susanto, M.Sc selaku Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi selama perkuliahan maupun dalam penyusunan skripsi. 6. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P. selaku Rektor Universitas Lampung. 7. Bpk Warsono, Ph.D selaku Ketua Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Lampung 8. Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. 9. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung. 10. Ibu Dr. Emantis Rosa, M.Biomed. selaku Kepala Laboratorium Biologi Molekuler dan Mbak Nunung Cahyawati, A.Md. selaku Laboran yang telah mengizinkan dan membantu penulis melaksanakan penelitian di Lab. tersebut. 11. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung, terima kasih telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama perkuliahan. 12. Rekan seperjuangan selama penelitian Eva Octarianita dan Benny terimakasih atas bantuan, kebersamaan dan kerjasamanya selama penelitian berlangsung. 13. Sahabat-sahabatku Eva Octarianita, Fatmawati Putri dan Tetania Tiara Putri terimakasih telah menjadi partner terbaik, serta terimakasih atas do’a, dukungan, dan semangat yang telah diberikan. 14. Teman-teman terdekatku Iffa Afiqa Khairani, Silvia Andriani, I Nyoman Hitakarana, Nur Rohman dan Nasyiatul Himmah, Venny Yulia, Ezanda Vozza, Nuraini Prija, Oktarina Husaini, Mba Sayu Kadek, Mba Amalia, Mba Dwi dan Mba Choirunisa yang selama diperkuliahan selalu ada untuk membantu, memberi saran, kritik, motivasi, dan semangat. 15. Teman-teman Biologi Angkatan 2013 atas keakraban, canda tawa, dukungan, dan kebersamaannya selama ini yang telah kalian berikan. 16. Seluruh kakak dan adik tingkat Jurusan Biologi FMIPA Unila yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas kebersamaannya di FMIPA, Universitas Lampung. 17. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang telah memberikan penulis dukungan, berbagai kritik dan saran. 18. Serta almamater Universitas Lampung yang tercinta. Semoga segala kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan kebaikan pula dari Allah SWT. Aamiin. Demikianlah, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru kepada setiap orang yang membacanya. Bandar Lampung, 07 Juli 2017 Carina Pertiwi SS Rh DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN .......................................................................... Halaman i ABSTRAK ...................................................................................... ii HALAMAN JUDUL DALAM ...................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ...................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN ........................................................ v RIWAYAT HIDUP ........................................................................ vi MOTTO .......................................................................................... viii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................... xi SANWACANA ............................................................................... x DAFTAR ISI ................................................................................... xiii DAFTAR TABEL .......................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ...................................................................... xvi I. PENDAHULUAN A. B. C. D. Latar Belakang.................................................................................................... 1 Rumusan Masalah............................................................................................... 5 Tujuan Penelitian................................................................................................ 5 Manfaat Penelitian.............................................................................................. 6 E. Kerangka Pikir.................................................................................................... 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pesisir Teluk Lampung ........................................................................................ 8 B. Pantai Sari Ringgung ........................................................................................... 9 C. Pencemaran Laut ................................................................................................. 9 D. Logam Berat ...................................................................................................... 11 a. Logam Timbal (Pb)....................................................................................... 13 b. Logam Kromium (Cr) ................................................................................... 15 c. Logam Tembaga (Cu) ................................................................................... 16 d. Logam Kadmium (Cd) ................................................................................. 18 e. Logam Nikel (Ni) ......................................................................................... 19 f. Logam Kobalt (Co) ...................................................................................... 20 g. Logam Zink (Zn) .......................................................................................... 21 h. Logam Mangan (Mn) ................................................................................... 22 i. Logam Besi (Fe) .......................................................................................... 24 j. Logam Perak (Ag) ........................................................................................ 25 E. Kerang ............................................................................................................... 27 1. Kerang Bulu (Anadara antiqulata)............................................................... 27 2. Kerang Kerek (Gafrarium tumidum) ............................................................ 28 3. Kerang Kampak (Atrina pectinata) ............................................................. 29 F. Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICP-OES) .......30 1. Pengertian .................................................................................................... 30 2. Prinsip Kerja ................................................................................................. 31 3. Instrumentasi................................................................................................. 33 a. Nebulizer .................................................................................................. 33 b. Pompa....................................................................................................... 34 c. Spray Chamber......................................................................................... 35 d. Torch ........................................................................................................ 37 4. Analisis Kuanlitatif dan Kuantitatif dengan ICP-OES ................................ 39 5. Kelebihan dan Kekurangan........................................................................... 40 III. METODE KERJA A. Waktu danTempat.............................................................................................. 42 B. Bahan dan Alat .................................................................................................. 43 C. Rancangan Penelitian ........................................................................................ 43 D. Pelaksanaan Penelitian....................................................................................... 43 1. Pengambilan Sampel .................................................................................. 43 2. Persiapan Bahan Uji ................................................................................... 44 3. Analisis Logam Berat ................................................................................. 44 E. Parameter Penelitian .......................................................................................... 44 F. Analisis Data...................................................................................................... 44 G. Diagram Alir Penelitian..................................................................................... 45 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Rerata Kandungan Logam Berat pada Kerang Di Pantai Sari Ringgung dan Pulau Tegal ........................................................................................................ 46 1. Rerata Kandungan Logam Berat Pada Kerang Kerek ( Gafrarium tumidum) dan Kerang Bulu (Anadara antiqulata) di Pantai Sari Ringgung. .................. 48 2. Rerata Kandungan Logam Berat pada Kerang Kampak (Atrina pectinata) di Pulau Tegal..................................................................................................... 50 B. Keberadaan Logam Berat di Laut......................................................................51 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ..................................................................................................... 55 B. Saran................................................................................................................ 55 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................56 LAMPIRAN ........................................................................................................61 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Klasifikasi Unsur Logam Berdasarkan Toksitas dan Avabilitas .................. 13 Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Teknik-teknik Analisis Unsur .......................... 41 Tabel 3. Rerata Kandungan Logam Berat Pada Kerang ............................................ 47 Tabel 4. Kurva Regresi Larutan Standar Besi (Fe) .................................................... 62 Tabel 5. Kurva Regresi Larutan Standar Perak (Ag) ................................................. 63 Tabel 6. Kurva Regresi Larutan Standar Kadmium (Cd) .......................................... 64 Tabel 7. Kurva Regresi Larutan Standar Kobalt (Co) ............................................... 65 Tabel 8. Kurva Regresi Larutan Standar Kromium (Cr) ........................................... 66 Tabel 9. Kurva Regresi Larutan Standar Tembaga (Cu) ........................................... 67 Tabel 10. Kurva Regresi Larutan Standar Mangan (Mn) .......................................... 68 Tabel 11. Kurva Regresi Larutan Standar Nikel (Ni) ................................................ 69 Tabel 12. Kurva Regresi Larutan Standar Timbal (Pb) ............................................. 70 Tabel 13. Kurva Regresi Larutan Standar Zink (Zn) ................................................. 71 Tabel 14. Kurva Regresi Larutan Standar Besi (Fe) T.2 ........................................... 72 Tabel 15. Kurva Regresi Larutan Standar Perak (Ag) T.2 ........................................ 73 Tabel 16. Kurva Regresi Larutan Standar Kadmium (Cd) T.2 .................................. 74 Tabel 17. Kurva Regresi Larutan Standar Kobalt (Co) T.2 ....................................... 75 Tabel 18. Kurva Regresi Larutan Standar Kromium (Cr) T.2 ................................... 76 Tabel 19. Kurva Regresi Larutan Standar Tembaga (Cu) T.2 ................................... 77 Tabel 20. Kurva Regresi Larutan Standar Mangan (Mn) T.2 .................................... 78 Tabel 21. Kurva Regresi Larutan Standar Nikel (Ni) T.2 ......................................... 79 Tabel 22. Kurva Regresi Larutan Standar Timbal (Pb) T.2 ...................................... 80 Tabel 23. Kurva Regresi Larutan Standar Zink (Zn) T.2 .......................................... 81 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Proses yang Terjadi Apabila Logam Berat Masuk Kelingkungan Laut.... 10 Gambar 2. Komponen Utama dan Susunan Instrumen ICP-OES............................... 33 Gambar 3. Contoh Nebulizer yang digunakan untuk ICP-OES.................................. 34 Gambar 4. Pompa Peristaltik yang digunakan untuk ICP-OES.................................. 35 Gambar 5. Spray Chamber yang digunakan untuk ICP-OES ..................................... 36 Gambar 6. Skema Generator Hidrida.......................................................................... 37 Gambar 7. Torch yang digunakan untuk ICP-OES..................................................... 38 Gambar 8. Pantai Sari Ringgung dan Pulau Tegal...................................................... 42 Gambar 9. Diagram Alir Penelitian ............................................................................45 Gambar 10. Pola Arus Air Pasang Surut di Teluk Lampung ...................................... 53 Gambar 11. Pengambilan Sampel Kerang ................................................................. 82 Gambar 12. Pengukuran Sample Kerang Bulu dan Kerek......................................... 82 Gambar 13. Pengukuran Kerang Kampak ................................................................. 83 Gambar 14. Persiapan Sample Kerang …................................................................. 83 Gambar 15. Asam Nitrat (HNO3) 100% .................................................................. 84 Gambar 16. Pengencerang dan Centrifuge ............................................................... 84 Gambar 17. Larutan Hasil Dari Centrifuge .............................................................. 85 Gambar 18. Alat ICP-OES ....................................................................................... 85 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20’-5º31’ LS dan 105º10’-105º22’ BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah pesisir. Pesisir menyediakan berbagai sumberdaya seperti pantai dan area vegetasi untuk fasilitas rekreasi dan pariwisata, akses ke laut melalui pantai, akses industri dan komersil ke laut melalui pelabuhan, perikanan laut, ekosistem pesisir bagi flora dan fauna, tepi pantai dan mineral serta sebagai persediaan air pendingin untuk instalasi industri (Yeung, 2001). Wilayah Peisisr Teluk Lampung merupakan daerah yang rentan terhadap pencemaran yang berasal dari limbah domestik maupun limbah industri yang mengalir sungai-sungai yang bermuara ke wilayah perairan pesisir. Hasil identifikasi yang telah dilakukan oleh Wiryawan et al., (2002). Aktivitas-aktivitas yang terjadi di perairan Teluk Lampung termasuk salah satunya di pesisir pantai kota Bandar Lampung, berdampak pada pencemaran perairan Teluk Lampung. Pencemaran adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya ke dalam perairan. Pencemaran tersebut ditandai dengan menurunnya kualitas dan 2 produktivitas perairan karena pembuangan limbah dari limbah domestik rumah tangga, aktivitas industri, maupun aktivitas perkapalan (Wijayanti, 2007). Pencemaran perairan di wilayah pesisir telah menjadi isu utama yang dihadapi oleh pemerintah dan masyarakat di Kota Bandar Lampung. Sumber pencemaran yang utama berasal dari limbah industri dan domestik yang mengalir melalui sungai-sungai yang bermuara ke laut di sepanjang pantai Kota Bandar Lampung. Selain itu, sampah-sampah domestik diperkirakan juga berasal dari wilayah lain yang dibawa oleh arus laut dan terdampar di sepanjang pantai. Secara hidrologi wilayah pesisir Kota Bandar Lampung dipengaruhi oleh 11 sungai yang mengalir ke Teluk Lampung (Renstra Pesisir Kota Bandar Lampung, 2010). Masalah pencemaran laut akibat limbah industri perlu mendapat perhatian khusus. Hal ini terkait dengan jenis limbah yang dihasilkan oleh industri tersebut. Beberapa limbah yang dihasilkan oleh industri adakalanya berupa limbah bahan berbahaya dan beracun (B3), seperti jenis-jenis logam berat yang apabila masuk ke ekosistem pesisir dapat menimbulkan dampak yang fatal, baik bagi biota perairan maupun manusia yang ada di wilayah tersebut. Salah satu limbah B3 adalah logam berat. Logam berat merupakan bahan buangan yang sudah sering menimbulkan pencemaran laut atau pantai di negara-negara yang sedang berkembang. Masuknya limbah ini ke perairan laut telah menimbulkan pencemaran terhadap perairan. Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya yaitu logam berat tidak dapat dihancurkan (nondegradable) oleh organisme hidup di lingkungan 3 dan terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar perairan membentuk senyawa komplek bersama bahan organik dan anorganik secara adsorbsi dan kombinasi (Djuangsih, 1982). Logam berat yang ada di perairan suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar perairan, membentuk sedimentasi bersama lumpur, hal ini akan menyebabkan organisme yang mencari makanan di dasar perairan (kerang, udang, dan rajungan) akan memiliki peluang yang besar terpapar logam berat yang telah terikat di dasar perairan dan membentuk sedimen (Rahman, 2006). Menurut Palar (1994), polutan logam berat dalam badan perairan pada konsentrasi tertentu menjadi sumber racun bagi kehidupan perairan. Efek toksik yang ditimbulkan oleh satu jenis logam berat terhadap semua biota tidak sama, namun kehancuran dari satu kelompok dapat menyebabkan terputusnya mata rantai kehidupan. Pada tingkat selanjutnya, keadaan tersebut dapat menghancurkan tatanan ekosistem perairan. Akumulasi logam berat tersebut dalam tubuh organisme termasuk manusia dapat menimbulkan keracunan, gangguan kesehatan sampai kematian. Salah satu bioindikator pencemaran di lingkungan perairan yaitu dengan analisis kandungan logam berat yang terakumulasi di dalam biota air di perairan tersebut diantaranya yakni kerang. Jenis kerang-kerangan merupakan bioindikator pencemaran yang efisien untuk menduga pencemaran logam berat karena merupakan filter feeder dan mempunyai toleransi yang besar terhadap tekanan ekologis yang tinggi, sehingga biota ini sering digunakan 4 sebagai hewan uji dalam pemantauan tingkat akumulasi logam berat pada organisme laut (Yennie dan Jovita, 2005). Kerang telah dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan, baik secara ekologi, ekonomi, maupun kepentingan lainnya. Secara ekologi, kerang memiliki peranan yang penting dalam suatu ekosistem dan menjadi salah satu elemen yang tidak terpisahkan dari rantai makanan yang ada di perairan. Selain itu, kerang juga dapat digunakan sebagai indikator dari suatu kondisi lingkungan. Secara ekonomi, kerang telah dikenal sebagai sumber makanan yang lezat dan bergizi. Selain itu, cangkangnya juga dapat digunakan untuk hiasan atau pernak-pernik (Mikkelsen dan Henne 2011). Kerang rejep/ kerek merupakan salah satu jenis makanan hasil laut yang digemari masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga memiliki kandungan gizi tinggi. Di kawasan pesisir teluk Lampung, kerang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai salah satu sumber makanan alternatif selain ikan. Kerang diambil pada saat air laut surut. Memperhatikan keperluan perlindungan kesehatan masyarakat di pesisir teluk Lampung maka diperlukan suatu penelitian mengenai akumulasi logam berat Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Besi (Fe), Zink (Zn), Perak (Ag), Nikel (Ni), Mangan (Mn), Cobalt (Co) dan Kadmium (Cd) pada kerang di Teluk Lampung, sehingga dapat digunakan dalam monitoring pencemaran lingkungan dan keamanan pangan, serta pemaparan logam berat pada manusia melalui konsumsi. 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Apakah kerang yang di dapat dari pantai Sari Ringgung dan sekitarnya mengandung logam berat Timbal (Pb),Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zink (Zn), Perak (Ag), Nikel (Ni), dan Mangan (Mn)? 2. Berapakah rata-rata kandungan logam berat Timbal (Pb),Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zink (Zn), Perak (Ag), Nikel (Ni), dan Mangan (Mn) pada kerang ysng di dapat dari pantai Sari Ringgung dan sekitarnya? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menentukan kadar logam berat Timbal (Pb),Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zink (Zn), Perak (Ag), Nikel (Ni), dan Mangan (Mn) pada kerang di pantai Sari Ringgung dan sekitarnya dengan menggunakan metode ICP-OES 2. Untuk mengetahui tingkat pencemaran logam berat Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zink (Zn), Perak (Ag), Nikel (Ni), dan Mangan (Mn) pada kerang di pantai Sari Ringgung dan sekitarnya. 6 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sumber informasi mengenai tingkat pencemaran logam berat Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Kromium (Cr), Kadmium (Cd), Besi (Fe), Kobalt (Co), Zink (Zn), Perak (Ag), Nikel (Ni), dan Mangan (Mn) pada kerang di pantai Sari Ringgung dan sekitarnya sehingga dapat di jadikan masukan bagi pemerintah daerah, pihak industri dan masyarakat dalam mengelola kegiatan industri yang berwawasan lingkungan E. Kerangka Pikir Pencemaran logam berat di pesisir teluk Lampung disebabkan oleh hasil limbah aktivitas manusia didarat seperti industri/ pabrik, pertanian, pertambangan, pelabuhan, dan pemukiman yang langsung dibuang ke perairan teluk Lampung. Logam berat yang ada di perairan suatu saat akan turun dan mengendap pada dasar perairan, membentuk sedimentasi bersama lumpur. Biota dengan cara hidup di perairan dasar dengan mobilitas rendah atau bahkan menetap di dasar, di pandang dapat menjadi mediator bahaya keracunan dari suatu perairan tercemar karena kemampuannya sebagai bioakumulator. Kerang biasanya hidup di lumpur yang mengandung berbagai bahan pencemar, di antaranya logam berat sehingga dalam pemanfaatannya harus tetap memperhatikan segi sanitasi. Apabila daging kerang tersebut di konsumsi manusia maka dalam batas konsentrasi tertentu logam berat akan terakumulasi dalam organ tubuh 7 manusia. Kerang adalah salah satu bioindikator pencemaran di lingkungan perairan. Kerang merupakan salah satu jenis biota laut yang memiliki nilai ekonomi penting. Dagingnya berpotensi menjadi alternatif sumber pangan pengganti ikan maupun jenis biota laut lainnya. Di kawasan pesisir teluk Lampung, kerang di manfaatkan oleh penduduk sekitar sebagai salah satu sumber makanan alternatif. Perlu dilakukan penelitian tentang analisis kandungan logam berat pada kerang di pesisir teluk lampung dengan menggunakan metode ICP-OES. Sebagai upaya, untuk mencegah konsumsi kerang apabila terkandung logam berat. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pesisir Teluk Lampung Provinsi Lampung yang memiliki wilayah pantai yang cukup luas. Di sepanjang pantai Teluk Lampung terdapat tiga kecamatan yaitu, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan Teluk Betung Barat, dan Kecamatan Panjang yang terdiri dari 12 desa (Wiryawan et al., 1999). Teluk Lampung terletak di bagian selatan pulau Sumatera yang secara geografis terletak dengan posisi antara 5025' – 5059' LS dan 104056 – 105045' BT. Luas total wilayah daratan 127.902 ha, dan perairan 161.178 ha (Helfinalis, 2000). Pesisir Pantai kota Bandar Lampung merupakan salah satu lokasi yang telah banyak mengkonversi lahan pantai, menjadi kawasan industri antara lain industri batubara, pembangkit tenaga listrik, pariwisata, pelabuhan niaga dan pemukiman (Wiryawan et al., 1999). Aktivitas-aktivitas yang terjadi di perairan Teluk Lampung termasuk salah satunya di pesisir pantai kota Bandar Lampung, berdampak pada pencemaran perairan Teluk Lampung. Pencemaran adalah peristiwa masuknya zat, energi, unsur, atau komponen lainnya ke dalam perairan. Pencemaran tersebut ditandai dengan menurunnya kualitas dan produktivitas perairan karena pembuangan limbah dari limbah domestik 9 rumah tangga, aktivitas industri, maupun aktivitas perkapalan (Wijayanti, 2007). B. Pantai Sari Ringgung Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi 05°33” LS dan 105°15” BT. Pantai Sari Ringgung termasuk dalam wilayah administrasi Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran yang berada di sebelah timur dan berbatasan langsung dengan Teluk Lampung. Kawasan hutan mangrove di Pantai Sari Ringgung berada dalam wilayah wisata pantai unggulan di Kecamatan Padang Cermin. Secara administrasi, PSR yang berada dalam wilayah Desa Sidoadi memiliki luas ±1.400 ha dengan batas wilayah sebagai berikut: 1) Bagian utara berbatasan dengan Desa Hanura. 2) Bagian selatan berbatasan dengan Desa Gebang. 3) Bagian timur berbatasan dengan Teluk Lampung. 4) Bagian barat berbatasan dengan Taman Hutan Raya Wan Abdurahman Register 19 Gunung Betung. C. Pencemaran Laut Pencemaran laut didefinisikan sebagai dampak negatif (pengaruh yang membahayakan) bagi kehidupan biota, sumber daya, kenyamanan ekosistem laut, serta kesehatan manusia, dan nilai guna ekosistem laut, baik disebabkan secara langsung maupun tidak langsung oleh pembuangan 10 bahan-bahan atau limbah ke dalam laut yang berasal dari kegiatan manusia. Sebagian bahan pencemar yang ditemukan dilaut berasal dari kegiatan manusia didaratan. Pada umumnya bahan pencemar tersebut berasal dari kegiatan industri, pertanian, dan rumah tangga. Sumber pencemaran dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelas, yaitu : (1) industri, (2) limbah cair permukaan (sewage), (3) limbah cair perkotaan (stormwater), (4) pertambangan, (5) pelayaran (shipping), (6) pertanian, dan perikanan budidaya. Sedangkan bahan pencemar utama terdiri dari sedimen, unsur hara, logam beracun (toxoc metals), pestisida, organisme eksotik, organisme patogen, dan oxygen depleting substance (bahan-bahan yang menyebabkan oksigen terlarut dalam air berkurang) (Dahuri, 2003). Bila bahan pencemar masuk ke dalam lingkungan laut, maka bahan pencemar ini akan mengalami tiga macam proses akumulasi (Hutagalung, 1991), yaitu proses fisik, kimia dan biologis (Gambar 1). 11 Gambar.1. Proses yang terjadi bila logam berat masuk ke lingkungan laut (Hutagalung, 1991). D. Logam Berat Logam berat adalah istilah yang digunakan secara umum untuk kelompok logam berat dan metaloid yang densitasnya lebih besar dari 5 g/cm 3 , terutama pada unsur seperti Cd, Cr, Cu, Hg, Ni, Pb dan Zn (Hutagalung et al., 1997). Logam berat merupakan komponen alami tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air minum, atau udara. Logam berat seperti tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja metabolisme tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi racun jika konsentrasi yang terakumulasi dalam tubuh melebihi ambang batas. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu peningkatan konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup. Disebut logam berat berbahaya karena umumnya memiliki rapat massa tinggi (5 g/cm3) dan sejumlah konsentrasi kecil dapat bersifat racun dan berbahaya. Di antara semua unsur logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn dan Cu. Agen Lingkungan Amerika Serikat (EPA) melaporkan, terdapat 13 elemen logam berat yang diketahui berbahaya bagi lingkungan. Di antaranya arsenik (As), timbal (Pb), merkuri (Hg), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu). Logam berat sendiri sebenarnya merupakan unsur esensial yang sangat 12 dibutuhkan setiap makhluk hidup, namun beberapa di antaranya (dalam kadar tertentu) bersifat racun. Di alam, unsur ini biasanya terdapat dalam bentuk terlarut atau tersuspensi (terikat dengan zat padat) serta terdapat sebagai bentuk ionik (Mursyidin, 2006). Secara ilmiah logam berat telah ada dalam air laut yang dihasilkan dari erosi batuan dan aktivitas gunung. Dalam perairan, logam biasanyaberikatan dengan senyawa kimia atau dalam bentuk ion, bergantung pada kompartemen tempat logam berada. Selain itu, tingkat kandungan logam pada setiap kompartemen sangat bervariasi bergantung pada lokasi dan tingkat pencemarannya. Logam berat yang terdapat dalam perairan biasanya dalam bentuk ion seperti Hg2+, Pb2+, Cd2+ jarang sekali yang berbentuk molekul. Logam berat tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi. Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan diantaranya: 1. Berhubungan dengan estetika ( perubahan bau, warna dan rasa air), 2. Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang 3. Berbahaya bagi kesehatan manusia 4. Menyebabkan kerusakan pada ekosistem (Darmono, 1995). Logam berat umumnya memiliki racun yang mematikan terhadap organisme yang berbeda-beda. Mekanisme tersebut diawali dengan akumulasi logam berat dalam tubuh biota, lalu selanjutnya diikuti oleh akumulasi pada organ sasaran yang melebihi daya toleransi biota. 13 Tabel 1. Klasifikasi unsur logam berdasarkan toksitas dan keberadaannya Nonkritikal Toksik dan relatif tidak Sangat Toksik dan relatif larut dalam air banyak keberadaannya Na Si Ti Os Ta Be Co As Au Fe Li Zr Ir La Se Hg Ni Te Al Ca Nb Ba Rh TI Cu Pb Pd K Mg Re Hf Ru Zn Ag Sb Sn Rb Sr Ga W Cd Bi Pt (Sumber : Kennish, 2000) Daya toksisitas logam berat dalam perairan terhadap makhluk hidup di dalamnya, di pengaruhi oleh kemampuan organisme beraklimatisasi terhadap bahan toksik logam (Lu, 1995). Selain itu, daya toksisitas logam berat terhadap makhluk hidup sangat bergantung pada spesies, lokasi, umur (fase siklus hidup), daya tahan (detoksikasi) dan kemampuan individu untuk menghindarkan diri dari pengaruh polusi (Palar, 2004). Berikut merupakan penjelasan beberapa logam berat yang akan dianalisis: 1. Logam Timbal (Pb) Timbal adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Pb dan nomor atom 82. Lambangnya diambil dari bahasa Latin Plumbum. Logam ini termasuk kelompok logam-logam golongan IVA pada tabel periodik unsur kimia. Mempunyai bobot (BA) 207,2. Timbal 14 atau Plumbum adalah metal kehitaman, dahulu di gunakan sebagai konstituen dalam cat, baterai, dan saat ini banyak digunakan dalam bensin. Tetra Ethyl Lead atau TEL sengaja ditambahkan kedalam bensin untuk meningkatkan nilai oktan. Sifat-sifat dan kegunaan logam timbal adalah: a) Mempunyai titik lebur yang rendah sehingga mudah digunakan dan murah biaya operasinya, b) Mudah dibentuk karena logam ini lunak, c) Mempunyai sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah perkaratan, d) Bila dicampur dengan logam lain membentuk logam campuran yang lebih bagus dari pada logam murninya, e) Kepadatannya melebihi logam lain (Darmono, 1995). Timbal adalah logam berat yang terdapat secara alami di dalam kerak bumi dan tersebar ke alam dalam jumlah kecil melalui proses alami. Timbal terakumulasi di lingkungan, tidak dapat terurai secara biologis dan toksisitasnya tidak berubah sepanjang waktu. Timbal bersifat toksik jika terhirup atau tertelan oleh manusia dan di dalam tubuh akan beredar mengikuti aliran darah, diserap kembali di dalam ginjal dan otak, dan disimpan di dalam tulang dan gigi. Timbal termasuk racun sistemik, keracunan akan menimbulkan gejala seperti rasa logam di mulut, garis hitam pada gusi, muntah-muntah, kolik, perubahan kepribadian, kelumpuhan dan kebutaan (Juli Soemirat Slamet, 1994). 15 Proses masuknya senyawa timbal ke dalam tubuh dapat melalui beberapa cara antara lain: 1) Sekitar 80% timbal masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernapasan, kemudian masuk ke pembuluh darah paru. Timbal yang terhirup akan berikatan dengan darah dan diedarkan ke seluruh jaringan dan organ tubuh. Lebih dari 90% timbal yang terserap oleh darah berikatan dengan sel-sel darah merah (Palar, H. 2004). 2) Melalui makanan dan minuman (14%) yang akan ikut di metabolisme oleh tubuh 3) Penetrasi pada selaput atau lapisan kulit (1%), hal ini di sebabkan senyawa timbal dapat larut dalam lemak. Senyawa timbal tersebut dapat melakukan penetrasi apabila partikel timbal menempel pada permukaan kulit (Hariono, Bambang, 2005). 2. Logam Kromium (Cr) Logam kromium bernomor atom 24, berat atom 51,996, titik cair 18750C, titik didih 26650C, dan massa jenis 7,19 g/ml (Reilly, 1991). Kromium merupakan logam yang keras, tahan panas, elektropositif, dan merupakan penghantar panas yang baik. Di alam unsur ini tidak ada dalam bentuk logam murni. Sumber alami kromium sangat sedikit, yaitu batuan chromite (FeCr2O4) dan chromic oxide (Cr2O3) (Novotny dan Olem, 1994). Di perairan alami kromium jarang ditemukan dan biasanya dalam bentuk kromium trivalent (Cr3+) dan kromium hexavalent (Cr6+). Sumber 16 Cr6+ berasal dari industri pelapisan logam dan produksi pigmen. Cr3+ banyak terdapat dalam limbah industri pencelupan tekstil, keramik gelas, dan dari kegiatan penyamakan kulit. Organisme akuatik dapat terpapar oleh Cr melalui media itu sendiri, sedimen maupun makanan (Effendi, 2003). Toksisitas unsur Cr terhadap organisme perairan tergantung pada bentuk kromium, bilangan oksidasinya, dan pH (Hutagalung, 1991). Penurunan pH dan kenaikan suhu dapat meningkatkan toksisistas Cr6+ terhadap organisme air. Toksisitas Cr6+ lebih besar daripada toksisitas Cr3+. Cr6+ yang larut di dalam air sebagian besar diserap oleh ikan melalui insang sehingga akumulasinya paling banyak didapatkan pada insang daripada organ lainnya. Kadar kromium pada perairan tawar biasanya kurang dari 0,001 mg/l dan pada perairan laut sekitar 0,00005 mg/l. Kromium trivalen biasanya tidak ditemukan pada perairan tawar; sedangkan pada perairan laut sekitar 50% kromium merupakan kromium trivalen (Effendi, 2003). Kadar kromium yang diperkirakan aman bagi kehidupan akuatik adalah sekitar 0,05 mg/l (Effendi, 2003). Kadar kromium 0,1 mg/l dianggap berbahaya bagi kehidupan organisme laut (Effendi, 2003). Kadar maksimum kromium untuk keperluan air baku air minum dan kegiatan perikanan menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 adalah sebesar 0,05 mg/l. 3. Tembaga (Cu) Tembaga sering disebut salah satu jenis logam “mata uang” karena menurut sejarahnya logam tersebut merupakan salah satu bahan utama 17 membuat mata uang karena banyak langsung sebagai logamnya, dapat ditempa, tidak reaktif secara kimia, dan sangat berharga. Kelimpahan tembaga dalam kerak bumi adalah 68 ppm (Kristian et al., 2010). Tembaga adalah logam merah muda, yang lunak, dapat ditempa, dan liat. Melebur pada 1.0380C. Karena potensial elektroda standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu2+), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer, meskipun dengan adanya oksigen ia bisa larut sedikit. Tembaga mudah larut dalam asam nitrat 6 M (Vogel, 1990). Konfigurasi electron 29Cu adalah [Ar] 3d10 4s1, jari-jari metaliknya 128 pm, jari-jari ioniknya 73 pm untuk Cu2+ dan 77 pm untuk Cu+, energi ionisasi pertama Cu adalah 745,3 kJ.mol-1, dengan densitas pada suhu 20oC sebesar 8,95 g.cm-3, dan nilai kelektronegativitasnya 1,9 (Kristian et al., 2010). Tembaga (Cu) di perairan alami terdapat dalam bentuk partikulat, koloid dan terlarut. Fase terlarut merupakan Cu2+ bebas dan ikatan kompleks, baik dengan ligan inorganik, terutama (CuOH+ , Cu2(OH)22+) maupun organik. Ikatan Cu kompleks dengan ligan organik, terutama adalah oleh material humus. Ikatan kompleks Cu yang terjadi dalam sedimen laut adalah yang paling stabil, sementara yang terbentuk dalam kolom air laut stabilitasnya paling rendah (Sanusi, 2006). Tembaga (Cu) adalah logam yang paling beracun terhadap organisme laut selain merkuri dan perak (Clark, 1992). Di alam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar, 1994). Dalam badan perairan laut, tembaga dapat ditemukan 18 dalam bentuk persenyawaan sepertu CuCO3¯ dan CuOH¯ dan lain sebagainya. Adapun logam berat dari aktivitas manusia berupa buangan sisa dari industri ataupun buangan rumah tangga. Sebagai contoh adalah Cu, logam ini secara alamiah dapat masuk ke badan perairan melalui pengompleksan partikel logam di udara karena hujan dan peristiwa erosi yang terjadi pada batuan mineral yang ada di sekitar perairan (Palar, 1994). Logam Cu dapat terakumulasi dalam jaringan tubuh, maka apabilah konsentrasinya cukup besar logam berat akan meracuni manusia tersebut. Pengaruh racun yang ditimbulkan dapat berupa muntah-muntah, rasa terbakar di daerah esopagus dan lambung, kolik, diare, yang kemudian disusul dengan hipotensi, nekrosi hati dan koma (Supriharyono, 2000). 4. Kadmium (Cd) Kadmium (Cd) merupakan unsur golongan II B yang mempunyai bilangan oksidasi +2 (Petrucci, 1987). Cd mempunyai nomor atom 48, massa atom 112,4 g/mol, kerapatan 8,64 g/cm3, titik cair 320,90C, dan titik didih 7670C (Stoeppler, 1992). Diperairan Cd tidak bereaksi, melainkan hanya terhidrasi sebagai ion kompleks yang berikatan dengan CO3 2-, Cl-, dan SO4 2- (Marganof, 2003). Keberadaannya di alam dalam berbagai jenis batuan, tanah, dalam batubara, dan minyak. Kadmium dapat terikat pada protein dan molekul organik lainnya dan membentuk garam dengan asam-asam organik. 19 Dalam bentuk mineral, Cd berada dalam batuan greenochite (CdS) yang berasosiasi dengan batuan ZnS (Fergusson, 1991). Keberadaan kadmium di alam berhubungan erat dengan hadirnya logam Pb dan Zn. Dalam industri pertambangan Pb dan Zn, proses pemurniannya akan selalu memperoleh hasil samping kadmium yang terbuang dalam lingkungan (Palar, 2004). Kadmium digunakan sebagai pigmen dalam pembuatan keramik, penyepuhan listrik, pembuatan aloi dan baterai alkali (Lu, 1995). Dibandingkan dengan jenis logam berat lainnya, kadmium merupakan salah satu jenis logam berat yang memiliki toksisitas yang tinggi, penyebaran yang luas serta memiliki waktu paruh (biological life) yang panjang dalam tubuhorganisme hidup yaitu sekitar 10-30 tahun karena tidak dapat di degradasi (Lu, 1995). Salah satu dampak keracunan Cd yaitu penyakit tulang yang dikenal dengan “Itai-itai Kyo”. Keracunan logam Cd dalam waktu lama dapat membahayakan kesehatan paru-paru, tulang, hati, ginjal, kelenjar reproduksi, berefek pada otak, dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Logam Cd juga bersifat neurotoksin yang menimbulkan dampak kerusakan indera penciuman (Petrucci, 1987). 5. Nikel (Ni) Nikel adalah logam berwarna putih perak dengan berat atom 58.71 g/mol dan berat jenis 8,5. Nikel sebagai bahan paduan logam banyak digunakan 20 di berbagai industri logam, berbagai macam baja, serta electroplating (pelapisan permukaan). Pencemaran Ni di udara berasal dari pembakaran batubara, pembakaran BBM, industri pemurnian logam Ni, serta limbah dari incinerator. Pembuangan limbah yang mengandung Ni mengakibatkan pencemaran Ni pada tanah, air, dan tanaman. Total Ni dalam tanah bisa mencapai 5-500 ppm, sedangkan kadar Ni pada air tanah mencapai 0,005-0,05 ppm dan kadar Ni pada tumbuhan tidak lebih dari 1 ppm. Logam nikel dan senyawa nikel merupakan bahan karsinogenik. Ni sulfida (NiS) dapat mengakibatkan kanker paru-paru, kanker rongga hidung, dan kanker pita suara, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Nikel merupakan bahan karsinogenik, terutama bagi pekerja di industri pemurnian nikel. The Environmental Protection Agency (EPA) menetapkan debu nikel murni dan nikel subsulfida sebagai bahan karsinogen. 6. Cobalt (Co) iKobalt merupakan logam berwarna abu- abu perak dan memiliki berat molekul 58.93 g/mol. Kobalt dan senyawanya terdapat di dalam melalui sumber alam dan aktivitas manusia. Kobalt secara alami terdapat di bebatuan, tanah, air, tanaman, dan hewan. Sumber alami Co di lingkungan adalah tanah, debu, air laut, lava gunung berapi, dan kebakaran hutan. Co bisa berasal dari limbah pembakaran minyak, pembakaran batubara, sisa pembakaran kenderaan bermotor, pesawat, serta limbah dari indusri logam keras. 21 Pada manusia, kadar Co normal dalam urin adalah sebesar 98 μg/L, sedangkan kadar Co normal dalam darah 0,18 μg/L. Logam Co bisa mengakibatkan iritasi serta dermatitis bagi pekerja di lingkungan industri logam keras, industri karet, industri kaca, dan industri plastik. Debu Co bisa menyebabkan penyakit mirip asma dengan gejala batuk, nafas pendek, sulit bernafas, penurunan fungsi paru-paru yang bahkan bisa mengakibatkan kematian. Co dapat mengakibatkan gangguan jantung akibat paparan kronis yang biasanya dialami oleh para pekerja dalam industri yang menggunakan bahan baku Co. Para pekerja yang menghirup udara dengan kadar Co 0,038 mg/m3 (100.000 kali lipat lebih besar daripada batas kadar aman Co di udara) dapat menyebabkan gangguan fungsi paru-paru. 7. Zink (Zn) Logam zink adalah yang putih kebiru-biruan; Logam ini cukup mudah ditempa dan liat pada 110-1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C. Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali; adanya zat-zat pencemar atau kontak dengan platinum atau tembaga, yang dihasilkan oleh penambahan beberapa tetes larutan garam dari logam-logam ini, mempercepat reaksi (Vogel, 1985). Unsur yang berwarna putih-kebiruan mengkilap, rapuh pada suhu biasa tetapi liat pada suhu 100-1500C, konduktor listrik, pada suhu tinggi terbakar disertai asap putih oksidanya. Sifat lainnya adalah 22 unsur elektropositif, mudah bereaksi dengan O2 tetapi oksida yang terbentuk bersifat melapisi dan menghambat oksidasi selanjutnya; bereaksi dengan belerang dan unsur logam lainnya (Mulyono, 2006). Rata-rata tubuh orang dewasa mengandung 1,4 -2,5 g Zn yang tersebar hampir disemua sel. Sebahagian besar seng berada di dalam hati, prankeas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut dan kuku. Kelebihan seng disimpan di dalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pankreas dan jaringan tubuh lain. Bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya 2-5 hari . Logam seng berperan pula dalam sintesis dan degradasi kalogen, pembentukan kulit, metabolisme jaringan ikat dan penyembuhan luka. Unsur ini juga berfungsi dalam pengembangan reproduksi laki-laki dan pembentukan sperma, selain itu sebagai pengangkut sintesis vitamin A, pembentukan antibodi sel, metabolisme tulang, transpor oksigen, pembentukan struktur dan fungsi membran serta proses penggumpalan darah (Almatsier, 2001). 8. Mangan (Mn) Logam Mangan adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memilki lambang Mn dan nomor atom 25, berwarna silver metalik, keras dan sangat rapuh. Logam mangan memiliki energi ionisasi 7,21 g/cm3. Logam mangan memiliki jari-jari atom 1,350A, logam ini bersifat 23 paramagnetik. Pengambilan mangan oleh manusia terutama terjadi melalui makanan, seperti bayam, teh dan rempah-rempah. Bahan makanan yang mengandung konsentrasi tertinggi adalah biji-bijian, beras, kacang kedelai, telur, kacang-kacangan, minyak zaitun, kacang hijau dan tiram. Setelah penyerapan dalam tubuh manusia mangan akan diangkut melalui darah ke hati, ginjal, pankreas dan kelenjar endokrin. Kekurangan mangan pada manusia dapat menyebabkan penurunan berat badan, iritasi kulit, mual dan muntah, perubahan warna rambut serta pertumbuhan rambut yang lambat. Mangan (Mn) mampu menimbulkan keracunan kronis pada manusia hingga berdampak menimbulkan lemah pada kaki dan otot muka kusam. Dampak lanjutan bagi manusia yang keracunan Mn, bicaranya lambat dan hyperrefleks. Efek mangan terjadi terutama di saluran pernapasan dan di otak. Gejala keracunan mangan adalah halusinasi, pelupa dan kerusakan saraf. Ketika orang-orang yang terkena mangan untuk jangka waktu lama mereka menjadi impoten. Suatu sindrom yang disebabkan oleh mangan memiliki gejala seperti, skizofrenia kebodohan, lemah otot, sakit kepala dan insomnia. Namun demikian, mangan (Mn) merupakan elemen penting bagi kesehatan manusia kekurangan mangan juga dapat menyebabkan efek kesehatan. Ini adalah efek berikut: 1) Kegemukan, 2) Gula, 3) Pembekuan Darah, 4) Masalah kulit, 24 5) Menurunkan kadar kolesterol, 6) Gangguan Skeleton , 7) Kelahiran cacat, 8) Perubahan warna rambut dan 9) Gejala Neurological. 9. Besi (Fe) Besi memiliki simbol (Fe) dan merupakan logam berwarna putih keperakan, liat dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85 g/mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7,86 g/cm-3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3 (selain 1, 4, 6). Besi (Fe) adalah logam yang dihasilkan dari bijih besi, dan jarang dijumpai dalam keadaan bebas, untuk mendapatkan unsur besi, campuran lain harus dipisahkan melalui penguraian kimia. Besi digunakan dalam proses produksi besi baja, yang bukan hanya unsur besi saja tetapi dalam bentuk alloy (campuran beberapa logam dan bukan logam, terutama karbon) (Parulian, 2009). Besi adalah logam yang memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia di bumi. Tidak dapat dibayangkan apabila manusia modern sekarang ini belum/tidak bisa memanfaatkannya, mungkin umat manusia masih berada di jaman batu. Pemanfaatan logam besi sangatlah luas bila dibandingkan dengan pemanfaatan dari logam-logam yang lain. Kita dapat dengan mudah melihat disekeliling kita banyak perabotan, alat 25 pertukangan, alat transportasi dan bahkan pada rumah/gedung pun menggunakan besi baja sebagai tiang penahannya. Logam besi disamping karena kelimpahannya yang cukup banyak dialam, adalah merupakan salah satu logam yang paling reaktif dan paling vital bagi mahluk hidup. Dalam system peredaran darah, dengan kadar tertentu besi berada dalam sel darah merah (Erythrocyte) dan bertugas untuk mengikat Oksigen (O2) yang sangat penting bagi proses pembakaran yang terjadi dalam sel-sel tubuh. Fungsi zat besi: Mengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh dan menghilangkan racun dari tubuh. Efek jika kekurangan: Bagian bawah kelopak mata berwarna pucat dan mudah lelah. Efek jika kelebihan: Dapat menyebabkan pembengkakan pada hati. Zat besi dapat mencegah penyerapan obat. Sebaiknya tidak dikonsumsi berlebihan jika sedang mengkonsumsi suatu obat agar khasiat obat tidak terbuang percuma. Zat besi yang berlebih dapat menyebabkan pembengkakan pada hati dan mengurangi kemampuan tubuh untuk menyerap zat tembaga. 10. Perak (Ag) Perak murni memiliki warna putih yang terang. Unsur ini sedikit lebih keras dibanding emas dan sangat lunak dan mudah dibentuk. Unsur ini terkalahkan hanya dengan emas dan palladium. Perak murni memiliki 26 konduktivitas kalor dan listrik yang sangat tinggi diantara semua logam dan memiliki resistansi kontak yang sangat kecil. Dalam hampir semua senyawaan perak sederhana (non kompleks), logam ini mempunyai tingkat oksidasi +1 dan ion Ag+ adalah satu-satunya ion perak yang stabil dalam larutan air. Senyawa yang penting yaitu perak nitrat, satu-satunya garam perak yang sangat mudah larut dalam air dan tak berwarna (Sugiarto, 2003). Perak digunakan untuk perhiasan, perabotan perak, dan lainnya. Campuran logam ini biasanya mengandung 92.5% perak, dengan sisanya tembaga atau logam lainnya. Perak juga merupakan unsur penting dalam fotografi, dimana sekitar 30% konsumsi industri perak digunakan untuk bidang ini. Pada fotografi konvensional digunakan film. Film ini mengandung senyawa perak, biasanya berupa butiran-butiran atau kristal-kristal AgBr yang ukurannya sangat kecil, yang disuspensikan dalam gelatin. Perak juga digunakan sebagai campuran logam pengganti gigi, solder, kotak listrik, dan baterai perak-timah dan perak-cadmium. Cat perak digunakan untuk membuat sirkuit cetak. Perak juga digunakan untuk produksi kaca dan dapat didepositkan sebagai lapisan pada gelas atau logam lainnya dengan metoda chemical deposition, electrode position atau dengan cara penguapan. Ketika perak baru saja didepositkan, lapisan ini merupakan reflektor cahaya paling baik. Tapi lapisan ini juga cepat rusak dan ternoda dan kehilangan reflektivitasnya. Walau unsur perak itu sendiri tidak beracun, banyak senyawa garamnya sangat berbahaya. Exposisi pada perak (baik logam maupun senyawa- 27 senyawanya yang dapat larut) di udara jangan sampai melebihi 0.01 g/m3 (berdasarkan 8 jam berat rata-rata, selama 40 jam per minggu). Senyawasenyawa perak dapat diserap dalam sistim sirkulasi tubuh dan hasil reduksi perak dapat terdepositkan pada banyak jaringan tubuh. Sebuah kondisi (argyria) dapat menimbulkan pigmen-pigmen abu-abu pada kulit tubuh dan selaput-selaput mucous. Perak memiliki sifat-psifat yang dapat membunuh bakteri tanpa membahayakan binatang-binatang besar. E. Kerang Kerang adalah salah satu hewan lunak (Mollusca) kelas Bivalvia atau Pelecypoda. Secara umum bagian tubuh kerang dibagi menjadi lima, yaitu kaki (foot byssus), kepala (head), bagian alat pencernaan dan reproduksi (visceral mass), selaput (mantle), dan cangkang (shell). Pada bagian kepala terdapat organ-organ syaraf sensorik dan mulut. Hudaya (2010) mengemukakan bahwa kerang merupakan sumber bahan makanan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat karena mengandung protein dan lemak. a. Kerang Bulu (Anadara antiquata) Kerang bulu pada umumnya hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi (Suwignyo, 2005). Memiliki cangkang dengan belahan yang sama melekat satu sama lain. Klasifikasi kerang bulu adalah sebagai berikut (Yusefi, 2011). Kingdom : Animalia 28 Phylum : Mollusca Class : Bivalvia Ordo : Taxodanta Family : Arcidae Genus : Anadara Spesies : Anadara antiquata Kerang darah (Anadara granosa) dan kerang Bulu (Anadara antiquata) adalah family arcidae dan genus Anadara. Secara umum kedua kerang ini memiliki ciri morfologi yang hampir sama. Cangkang memiliki belahan yang sama melekat satu sama lain pada batas cangkang. Perbedaan dari kedua kerang ini adalah morfologi cangkangnya. Kerang bulu (Anadara antiquata) memiliki cangkang yang ditutupi oleh rambut-rambut serta cangkang tersebut lebih tipis daripada kerang darah (Anadara granosa). Kerang darah memiliki cangkang yang lebih tebal, lebih kasar, lebih bulat, dan bergerigi dibagian puncaknya serta tidak ditumbuhi oleh rambut-rambut. Kerang bulu pada umumnya hidup di perairan berlumpur dengan tingkat kekeruhan tinggi. b. Kerang Kerek (Gafrarium tumidum) Kerang kerek (G. Tumidum) termasuk ke dalam famili Veneridae, kelas Bivalvia. Secara lengkap klasifikasi Gafrarium tumidum menurut Lamprell dan Whitehead (1992) dan Poutiers (1998) adalah sebagai berikut: 29 Fillum : Mollusca Kelas : Bivalvia Subkelas : Heterodonta Ordo : Veneroida Famili : Veneridae Genus : Gafrarium Spesies : Gafrarium tumidum Roding, 1798 Kerang kerek memiliki bentuk cangkang yang tebal dan garis pertumbuhan yang menonjol untuk melindungi tubuhnya dari tekanan lingkungan dan gangguan predator (Kira 1981, Kurihara 2003). Kerang ini memiliki umbo yang tebal, rendah dan berbentuk bulat serta pallial sinus sangat dangkal gigi kardinal pada setiap cangkang. Selain itu, gigi lateral anterior berkembang dengan baik, satu di cangkang bagian kiri dan dua di cangkang bagian kanan, dipisahkan oleh lekukan yang dalam. Ukuran cangkang maksimum mencapai 4 cm, namun ukuran rata-rata adalah 3 cm. Habitatnya di pantai berpasir dan berlumpur, di daerah intertidal dan sublitoral hingga kedalaman sekitar 30 meter (Poutiers 1998). c. Kerang Kampak (Atrina pectinata) Menurut Hayward et al. (1990) klasifikasi Atrina pectinata adalah sebagai berikut: Filum :Mollusca Kelas :Bivalvia 30 Subkelas :Pteromorphia Ordo :Mytilidae Famili :Pinnidae Genus :Atrina Spesies :Atrina pectinata Atrina pectinata atau kerang kampak termasuk anggota familia pinnidae yang memiliki ciri khusus cangkang berbentuk trigonal, agak memanjang, memiliki ukuran sampai 37 cm x 20 cm, berwarna kuning namun bagian pangkal berwarna kecoklatan, dan sangat tipis pada bagian periostracum. Bagian posterior cangkang kerang bertekstur kasar atau berambut, terdiri atas relief konsentris yang kurang jelas, kaki mengalami reduksi atau tidak ada (Dura, 1997). Kerang kampak umumnya hidup subur pada pantai berpasir atau berbatu dengan perantaraan byssal thread, atau diantara rumput laut dengan cahaya dan pergerakan air yang cukup, kadar garam yang tidak terlalu tinggi, dan biasanya menempel pada batu-batu karang dengan hidup bergerombol (Setyobudiandi, 1977). F. Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry (ICPOES) 1. Pengertian ICP-OES merupakan perangkat canggih untuk penentuan logam dalam berbagai matriks sampel yang berbeda. ICP dikembangkan untuk spektrometri emisi optik oleh Fassel et al. Di Iowa State University, 31 Amerika Serikat dan oleh Greenfield et al. Di Albright & Wilson, Ltd, Inggris pada pertengahan 1960-an. Instrumen ICP-OES yang tersedia secara komersial pertama kali diperkenalkan pada tahun 1974 (Hou dan Jones, 2000). 2. Prinsip Kerja Teknik kerja didasarkan pada emisi spontan foton dari aton dan ion yang telah tereksitasi dalam radio frequency (RF) discharge. Sampel cair dan gas dapat diinjeksi langsung ke instrumen, sedangkan sampel padat memerlukan ekstraksi atau digesti asam sehingga analit akan didapatkan dalam bentuk larutan. Larutan sampel diubah menjadi aerosol dan diarahkan ke saluran pusat plasma. Pada bagian inti Inductively Coupled Plasma (ICP) suhunya sekitar 10.000 K, sehingga aerosol cepat diuapkan. Unsur analit dibebaskan sebagai atom- atom bebas dalam bentuk gas. Eksitasi tumbukan lebih lanjut dalam plasma menghasilkan energi tambahan untuk atom sehingga mempromosikannya ke keadaan tereksitasi. Energi yang cukup mengubah atom menjadi ion dan selanjutnya mempromosikan ion ke keadaan tereksitasi. Kedua jenis keadaan tereksitasi dari atom dan ion kemudian dapat kembali ke keadaan dasar melalui emisi foton. Foton ini memiliki energi khas yang ditentukan oleh struktur tingkat energi terkuantisasi untuk atom atau ion. Dengan demikian panjang gelombang dari foton dapat digunakan untuk mengidentifikasi unsur- 32 unsur asalnya. Total jumlah foton berbanding lurus dengan konsentrasi unsur dalam sampel ( Hou dan Jones, 2000). Pada ICP-OES, gas argon diarahkan melalui torch yang terdiri atas tiga tabung konsentrasi yang terbuat dari kuarsa atau beberapa bahan lain yang sesuai. Sebuah kumparan tembaga, yang disebut load coil, mengelilingi ujung atas torch dan terhubung ke generator frekuensi radio (radio frequency, RF). Bila daya RF diterapkan pada load coil, arus bolak –balik bergerak di dalam kumparan, atau berosilasi, pada tingkat yang sesuai dengan frekuensi generator. Osilasi Rf dari arus dalam kumparan ini menyebabkan terbentukknya medan listrik dan medan magnet RF dibagian atas torch. Dengan gas argon yang berputar melalui torch, bunga api yang diterapkan pada gas menyebabkan beberapa elektron akan terlepas dari atom argonnya. Elektron ini kemudian tertangkap dan diakselerasi dalam medan magnet. Menambahkan energi pada elektron dengan menggunakan kumparan dengan cara ini dikenal sebagai inductive coupling. Elektron berenergi tinggi ini selanjutnya bertumbukan dengan atom argon lainnya, menyebabkan lepasnya lebih banyak elektron. Ionisasi tumbukan gas argon ini berlanjut dalam reaksi berantai, mengubah gas menjadi plasma yang terdiri atas atom argon, elektron, dan ion argon, membentuk apa yang dikenal sebagai inductively coupled plasma (ICP) discharge. ICP discharge tersebut kemudian dipertahankan dalam torch dan load coil selama energi RF masih terus ditransfer melalui proses inductive coupling (Boss dan Fredeen, 1997). 33 3. Instrumentasi Gambar 2. Komponen Utama dan Susunan Instrumen ICP-OES Sumber: (Boss dan Fredeen, 2000). i. Nebulizer Nebulizer adalah alat yang emngubah cairan menjadi aerosol yang dapat dibawa ke plasma. Banyak gaya yang daoat digunakan untuk memecah cairan menjadi aerosol namun, hanya dua yang berhasil digunakan dengan ICP, gaya pneumatik dan gaya mekanik ultrasonik. Kebanyakan nebulizer ICP komersial adalah dari jenis pneumatik. Nebuluzer ini menggunakan aliran gas berkecepatan tinggi untuk membuat aerosol (Boss dan Fredeen, 1997). 34 Gambar 3. Contoh Nebulizer yang digunakan untuk ICP-OES Sumber: (Boss dan Fredeen, 1997). ii. Pompa Pompa memanfaatkan serangkaian rol yang mendorong larutan sampel melalui selang dengan menggunakan proses yang dikenal sebagai gerakan peristaltik. Pompa tersebut tidak kontak dengan larutan, hanya dengan selang yang membawa larutan bejana sampel ke nebulizer (Boss dan Fredeen, 2000). 35 Gambar 4. Pompa Peristaltik yang digunakan untuk ICP-OES Sumber (Boss dan Fredeen, 2000). iii. Spray Chamber Spray Chamber ditempatkan diantara nebulizer dan torch. Fungsi utama nya adalah menghilangkan tetesan besar dari aerosol. Fungsi kedua dari spray chamber adalah untuk melancarkan pulse yang terjadi selama nebulisasi yang sering disebabkan oleh pemompaan larutan. Secara umum, spray chamber ICP dirancang untuk memungkinkan tetesan diameter sekitar 10 mm atau lebih kecil lolos ke plasma (Boss dan Fredeen, 1997). 36 Gambar 5. Spray Chamber yang digunakan untuk ICP-OES Beberapa alternatif untuk nebulizer dan spray chambers telah digunakan sebagai sistem penghantar sample untuk ICP-OES. Teknik alternatif yang paling banyak digunakan adalah hydride generation (generasi hidrida). Dengan teknik ini, sample, dalam asam encer, dicampur dengan zat preduksi, biasanya larutan natrium borohidra dalam natrium hidroksida encer. Reaksi natrium borohidrida dengan asam menghasilkan atom hidrogen. Atom hidrogen kemudian bereaksi dengan Hg, Sb, As, Bi, Ge, Pb, Se, Te, dan Sn dalam larutan untuk membentuk hidrida stabil dari unsurunsur tersebut. Senyawa gas ini kemudian dipisahkan dari sisa campuran reaksi dan dibawa ke plasma (Boss dan Fredeen, 1997). 37 Gambar 6. Skema Generator Hidrida Perbaikan dalam batas deteksi dengan faktor hingga 1000 untuk unsur-unsur yang tercantum di atas telah dicapai dengan menggunakan generasi hidrida. Alasan kemajuan besar dalam sensitivitas untuk unsur ini adalah tingkat penghantar sample untuk generator hidrida seringkali sebanyak sepuluh kali tingkat dibandingkan nebulizer pneumatik, dan efisien dengan hibrida yang mudah menguap yang dihantantarkan ke plasma mendekati 100% dibandingkan dengan efisien 1 – 5% bila menggunakan nebulizer pneumatik dan spray chamber (Boss dan Fredeen, 1997). iv). Torch Torch terdiri atas tiga tabung konsentri untuk aliran argon dan injeksi aerosol. Jarak antara dua tabung luar dipertahankan sempit sehingga gas yang dihantarkan diantaranya mengalir dengan 38 kecepatan tinggi. Salah satu fungsi dari gas ini adalah untuk menjaga dinding kuarsa torch dingin. Untuk ICP argon, aliran gas luar biasanya sekitar 7-15 L/menit. Ruang antar aliran luar dan aliran dalam menghantarkan gas langsung di bawah toroid plasma. Dalam operasi normal torch, aliran ini, sebelumnya disebut aliran tambahan tapi sekarang disebut aliran gas menengah, sekitar 1,0 L/menit. Aliran menengah biasanya digunakan untuk mengurangi pembentukan karbon pada ujung tabung injektor ketika sample organik sedang di analisis. Namun, hal tersebut juga dapat meningkatnya kinerja dengan sample air. Aliran gas yang membawa aerosol sample diinjeksikan ke plasma melalui tabung atau injektor pusat. Karena diameter diujung injektor kecil, kecepatan gas argon 1 L/menit yang digunakan untuk nebulisasi dapat membentuk lubang melalui plasma (Boss dan Fredeen, 1997). Gambar 7. Torch yang digunakan untuk ICP-OES 39 4. Analisis Kuanlitatif dan Kuantitatif dengan ICP-OES Untuk mendapatkan informasi kualitatif, yaitu unsur apa yang terdapat dalam sample, melibatkan identifikasi adanya emisi pada panjang gelombang khas dari unsur yang dituju. Secara umum, setidaknya tiga garis spektrum dari unsur yang diperiksa untuk memastikan bahwa emisi yang diamati memang benar merupakan milik unsur yang dituju. Terkadang gangguan garis spektral dari unsur lain mungkin membuat suatu ketidakpastian tentang adanya unsur dalam plasma. Untungnya, dari sejumlah besar garis emisi yang tersedia untuk sebagian besar unsur memperbolehkan salah satu garis emisi yang dapat mengatasi gangguan tersebut dengan cara memilih diantara beberapa garis emisi yang berbeda untuk unsur yang dituju (Boss dan Fredeen, 1997). Untuk mendapatkan informasi kuantitatif, yaitu, seberapa banyak suatu unsut terdapat dalam sampel, dapat dicapai dengan menggunakan plot intensitas emisi terhadap konsentrasi yang disebut kurva kalibrasi. Larutan dengan konsentrasi analit yang diketahui, disebut larutan standar, dimasukkan kedalam ICP dan intensitas emisi khas untuk semua unsur, atau analit, diukur. Intensitas ini kemudian dapat di plot terhadap konsentrasi standar untuk membentuk kurva kalibrasi bagi semua unsur. Ketika intensitas emisi dari analit diukur, intensitas diperiksa terhadap kurva kalibrasi unsur tersebut untuk menentukan konsentrasi sesuai dengan intensitasnya (Boss dan Fredeen, 1997). 40 5. Kelebihan dan Kekurangan Dibandingkan dengan tektik lain, ICP-OES memiliki suhu atomisasi yang lebih tinggi, lingkungan yang lebih inert, dan kemampuan alami untuk penentuan hingga 70 element secara bersamaan. Hal ini membuat ICP lebih tahan terhadap gangguan matriks, dan lebih mampu mengoreksinya ketika terjadi gangguan matriks. ICP-OES menyediakan batas deteksi serendah, atau lebih rendah dari pesaing terbaiknya, GFAAS. Selain itu, ICP tidak menggunkan elektroda, sehingga tidak kontaminasi dari pengotor yang berasal dari bahan elektroda. ICP juga relatif lebih mudah dalam perakitannya dan murah, di bandingkan dengan beberapa sumber lain, seperti LIP ( Laser-Inducted Plasma ). Berikut ini adalah beberapa sifat yang paling menguntungkan dari ICP (Hou dan Bradley, 2000) : a) Suhu tinggi (7000-80000C). b) Kerapatan elektron tinggi (1014-1016 cm3 ). c) Derajad ionisasi yang cukup besar untuk banyak unsur d) Kemampuan analisa multiunsur secara bersamaan (lebih dari 70 unsur termasuk P dan S). e) Emisi background (latar belakang) rendah, dan gangguan kimia yang relatif rendah. f) Stabilitas tinggi menyebabkan akurasi dan presisi yang sangat baik. g) Batas deteksi yang sangat baik untuk sebagian unsur (0,1-100 ng/m L). 41 h) Linear dynamic range (LDR) yang lebar (4-6 kali lipat). i) Dapat diterapkan untuk unsur-unsur refraktori. j) Analisis dengan biaya efektif. Table 2. kelebihan dan kekurangan teknik-teknik Analisis unsur Tenik AAS (Atomic Absorption Kelebihan Kekurangan Batas deteksi rendah Beberapa unsur, Spectrometry) membutuhkan waktu lama, efek matriks NAA (Neutron Activation Batas deteksi rendah Analysis) SSMS (Spark Source Mass Spectrometry) WDXRF (Wavelength Dispersive X-ray Beberapa unsur, membutuhkan reaktor Batas deteksi rendah, banyak unsur Banyak unsur, sample padat dan cair Kuantifikasi sulit, sensitifpermukaan Batas deteksi terlalu tinggi Fluorescence) ICP-MS (Inductively Batas deteksi rendah, Coupled Plasma Mass banyak unsur, analisis spectrometry) isotop ICP-OES (Inductively Batas deteksi rendah, Coupled Plasma-Optical banyak unsur, Emission Spectrometry) interferensi spektral terbatas, stabilitas baik, efek matriks rendah [Sumber : NRC, 2004] Efek matriks Hanya sample cair 42 III. METODE KERJA A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016 hingga Januari 2017. Pengambilan sampel kerang di lakukan di pesisir teluk lampung tepatnya di pantai Sari Ringgung dan Pulau Tegal (Gambar. 8) Gambar 8. Pantai Sari Ringgung dan Pulau Tegal Preparasi alat dan destruksi basah pada kerang di lakukan di Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia. Analisis kandungan logam berat pada kerang 43 dilakukan di Laboratorium Biomassa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. B. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini anatara lain hewan uji berupa kerang, aquabides, Asam Nitrat (HNO3) pekat (100%) dan kertas saring. Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat-alat gelas laboratorium, plastik ziplok, dry ice, ice box, GPS, kulkas, neraca analitik dengan ketelitian ±0,0001 gram, oven, centrifuge, dan seperangkat alat ICP-OES (Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry) (Varian 715-ES). C. Rancangan Penelitian Metode yang di gunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Teknik pengambilan data dilakukan dengan observasi langsung dengan pengamatan langsung dilapangan (Nazir, 1999). D. Pelaksanaan Penelitian 1. Pengambilan Sampel Pengambilan sampel kerang yang di peroleh dari perairan pesisir teluk Lampung di pantai Sari Ringgung yang disimpan dalam ice box yang sudah berisi dry ice. Gunakan GPS untuk menentukan lokasi di temukannya kerang-kerangan. Sampel kerang kerek yang sudah didapat kemudia disimpan di dalam kulkas. 44 2. Persiapan Bahan Uji Kerang di bersihkan terlebih dahulu dari air garam laut dengan menggunakan air distilasi (Milli-Q water) sebanyak 3 kali, untuk menghindari kontaminasi trace element dari alamnya (Demina et al., 2009; Rentería-Cano et al., 2011). Selanjutnya di biarkan beku untuk di lakukan analisis trace element logam beratnya di laboratorium. Selanjutnya larutkan kerang dengan pelarut Asam Nitrat pekat (100%), apabila kerang tidak larut maka dilanjutkan dengan distruksi basah di dalam oven dengan suhu 1000C . 3. Analisis logam berat Sampel yang telah dilarutkan dilakukan analisis kandungan logam beratnya dengan menggunakan alat ICP-OES (Inductively Coupled Plasma-Optical Emission Spectrometry) (Varian 715-ES). E. Parameter Penelitian Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu kadar logam berat (Pb, Cd, Fe, Cu, Cr, Co, Ni, Ag, Zn dan Mn ) pada sampel kerang di Pantai Sari Ringgung dan Pulau Tegal Teluk Lampung. F. Analisis Data Data yang diperoleh diamati kadar logam berat (Pb, Cd, Fe, Cu, Cr, Co, Ni, Ag, Zn dan Mn ) secara deskriptif karena dalam penelitian ini bertujuan untuk 45 mengetahui keadaan dari objek penelitian serta mendapatkan makna dari implikasi berdasarkan gambaran obyek penelitian (Nazir, 1999). G. Diagram Alir Diambilan Sampel Kerang di Pantai Sari Ringgung dan Sekitar Sampel kerang di bersihkan dengan air distilasi (Milli-Q water) Kerang di timbang dengan berat masing-masing 2gr dan di letakkan pada tabung reaksi Di tambahkan pelarut Asam Nitrat (NHO3) 100% Di encerkan dengan menambahkan aquabides hingga 25 ml Di lakukan centrifuge untuk memisahkan endapan dengan fitratnya Di analisis kandungan logam beratnya dengan menggunakan alat ICP-OES Analisis data Gambar 9. Diagram Alir Penelitian V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kerang yang ditemukan pada Pantai Sari Ringgung adalah kerang kerek (Gafrarium tumidum) dan kerang bulu (Anadara antiqulata) yang memiliki kandungan logam berat yang melewati baku mutu yaitu Cr, Cu dan Ni. 2. Kerang yang ditemukan pada Pulau Tegal dititik 1 dan 2 yaitu kerang Kampak (Atrina pectinata) dengan kandungan logam berat yang telah melewati baku mutu yaitu Cr, Ni dan Pb. B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini maka perlu dilakukan pengelolaan lingkungan perairan di Teluk Lampung yang menunjang kelestarian alam terutama dalam rangka konservasi sumberdaya hayati laut. Perlu dilakukan monitoring logam berat secara terpadu dan berkala sehingga dapat ditentukan upaya yang tepat dalam pengelolaan sumberdaya perairan. 56 DAFTAR PUSTAKA Allan, J. 1962. Australia shells: with related animals living in the sea, in fresh water and on the land. Georgian House, Melbourne. Arisandi, P. 2001. Mangrove Jenis Api-Api (Avicenna marina) Alternatif Pengendalian Pencemaran Logam Berat Pesisir. Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah. Gresi Badan Pengelolaan dan Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bandar Lampung, 2010b. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra SKPD) Periode 2010-2015. Bandar Lampung. Barnes. R. D. 1991, Invertebrate Zoology 6th edition. Blackwell Scientific Publication, Oxford. 1089 pp. Baron, J. dan J. Clavier. 1992. Estimation of soft bottom intertidal bivalve stocks on the southwest southwest coast of New Caledonia. Aquat. Living Resour. Vol. 5: 99-105. Björkman, Lars. 2007. Mercury in human brain, blood, muscle and toenails in relation to exposure: an autopsy study. Environmental health. Budiono, A. 2003. Pengaruh Pencemaran Merkuri Terhadap Biota Air. Institut Pertanian Bogor. Clark, R. B. 1992. Marine Pollution. 3rd ed. Calendron Press, Oxford. Dahuri, R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut : Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Darmono, 1995. Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup, Universitas Indonesia Press. Jakarta Djuangsih, N., A.K. Benito, H. Salim. 1982. Aspek Toksikologi Lingkungan. Laporan Analisis Dampak Lingkungan. Lembaga Ekologi Universitas Padjadjaran. Bandung Dura. 1997. Studi Komunitas Bivalvia di Daerah Interdal Pantai Krakal Gunung Kidul. Skripsi Fakultas Biologi. Universitas Atma Jaya. Yogyakarta. 8 hal. 57 Effendy, I. J. 2000. Study on Early Devolpmental Stages of Donkey Ear Abalon (H. Asinina). Linneaus. 1758. Thesis. Institute of Aquaculture. Collage of Fisheries University of Philippines in the Visayas Miag-ao. Iloilo Philippines 146pp. Effendi, H. 2003. Telaah kualitas air : Bagi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perairan. Penerbit kanisius. Yogyakarta. Fergusson, J. E. 1991. The Heavy Elements Chemistry Environmental Impact and Health Effects. Pergamon Press Handajani, H. dan W. Widodo. 2010. Nutrisi Ikan. UMM Press. Malang. 271 p. Hariono, Bambang. 2005. Efek pemberian plumbum (timah hitam) anorganik pada tikus putih ( rattus norvegicus). Bagian patologi klinik FKH UGM Hayward, P. J., G. D. Wigham and N. Yonow. 1990. Mollusca I: Polyplacophora, Scaphopoda, and Gastropoda. In: The Marine Fauna of the British Isles and North-West Europe. Clarendon Press. Oxford. 628-730 Helfinalis. 2000. Aspek Oseonografi Bagi Peruntukan Lahan di Wilayah Pantai Teluk Lampung. PPLO-LIPI. Jakarta. Heryando, P. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta. Hal 133-137. Hudaya, R. 2010. Pengaruh Pemberian Belimbing Wuluh (Averrhoa blimbi) terhadap Kadar Kadmium (Cd) pada Kerang (Bivalvia) yang Berasal dari Laut Belawan. Skripsi. USU press. Medan. Hutagalung HP. 1984. Logam berat dalam lingkungan laut. Pewarta Oceana IX No.1. Hlm : 45-59. Hutagalung HP. 1991. Pencemaran Laut oleh Logam Berat. Dalam Status Pencemaran Laut di Indonesia dan Teknik Pemantauannya. P30-LIPI. Jakarta. Ibnu Dwi Buwono. (2005). Upaya Penurunan Kandungan Logam Hg (Merkuri) dan Pb (Timbal) pada Kerang Hijau (Mytilus viridis Linn) dengan Konsentrasi dan Waktu Perendaman Na2CaEDTA yang Berbeda. Jurnal Bionatura. Vol.7. No.3. November 2005. p192-195. Jagadis, I. 2011. Spawning, larval development and spat settlement in the Venus clam Gafrarium tumidum (Roding, 1798) from south-east coast of India. Indian J. Fish. 58(2): 1-5. Juli, S. S. 1994. Kesehatan Lingkungan, UGM, Bandung. halaman. 118 58 Kennish, M. J. 2000. Ecology of Estuaries : Anthropogenic Effect. CRC Press. Florida Khayat, J. dan M. Muhandai. 2006. Ecology and biology of the benthic bivalve Amiantis umbonella (Lamarck) in Khor Al-Adaid, Qatar. Egyption J. Aquat. Res. Vol 32 (1): 419 - 430. Kilburn, R. 1999. Family Veneridae in South-East Asia. Proceeding 10th Congress and Workshop. Tropical Marine Molluscs Programme (TMMP). Ministry of Fisheries, Vietnam. Kristian H.S. 2010, Kimia Anorganik Logam. Graha Ilmu,Yogyakarta Kurihara, T. 2003. Adaptions of subtropic venus clam to predation and desiccation: endurance of Gafrarium tumidum and aviodance of Ruditapes variegatus. Mar. Biol. Vol. 143 (43): 1117 - 1125. Lu, F. C. 1995. Toksikologi Dasar : Azas, Organ Sasaran, dan Penilaian Nilai. Edisi 2. Terj. Dari Basic toxicology : Fundamentals, Target Organ and Risk Assesment oleh Edi Nugroho. UI Press. Jakarta Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyerap Logam Berat (Timbal,Kadmium, dan Tembaga) di Perairan. ITB Press. Bandung Mariani S., F. Piccari dan E. de Matthaeis. 2002. Shell morphology in Cerastoderma spp. (Bivalvia: Cardiidae) and its significance for adaptation to tidal and non-tidal coastal habitats. J Mar Biol Ass UK.82: 483-490. Mikkelsen PM, Henne R. 2011. The Teacher-friendly Guide to Evolution using Bivalves as a Model Organism. The Paleontological Research Institution 1259 Trumansburg Road Ithaca, New York Morriconi, E., B. J. Lomovasky, J. Calvo & T. Brey. 2002. _e reproductive cycle of Eurhomalea exalbida (Chemnitz, 1795) (Bivalvia: Veneridae) in Ushuaia Bay, Beagle Channel (Argentina). Invert. Rep. Dev. Vol. 20 (10): 1 – 8. Mursyidin, D. H. 2006. Menanggulangi Pencemaran Logam Berat. Yayasan Cakrawala Hijau Indonesia. Dosen Biologi FMIPA Unlam Banjarbaru Nazir, M. 1999. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Jakarta Palar, H. 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. PT Rineka Cipta IKAPI Jakarta. 152 hal. Nursusty, F. 2013. Transpor Sedimen Di Perairan Teluk Lampung. Jurnal Oseanografi. Volume 2, Nomor 3,361-368 hlm 59 Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Penerbit rineka cipta. 152 hlm Pagoray, H. 2001. Kandungan Merkuri dan Kadmium Sepanjang Kali Donan Kawasan Industri Cilacap. Jurnal Frontir, No. 33. Parulian, A. 2009. Monitoring dan Analisis Kadar Aluminium (Al) dan Besi (Fe) Pada Pengolahan Air Minum PDAM Tirtanadi Sunggal. Medan. Pascasarjana – Universitas Sumatera Utara (USU). Petrucci, R. H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Jilid 1. Erlangga. Jakarta. Poutiers J. M. 1998. Bivalves (Acephala, Lamellibranchia, Pelecypoda), pp 123362. Dalam: Carpenter, K.E & V.H. Niem. 1998. FAO Species identification guide for fishery purposes. _e living marine resources of the Western Central Pacific 1. Seaweeds, Corals, Bivalves and Gastropods. Rome. 686 p. Rahman, A. 2006. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) Pada Beberapa Jenis Krustasea Di Pantai Batakan dan Takisung Kabupaten Tanah Laut Kalimantan Selatan. Bioscientiae. Volume 3, Nomor 2 Reilly, C. 1991. Metal contamination food. Second edition. Elsevier science Publisher LTD. London and New York Sanusi, H.S. 2006. Kimia Laut, Proses Fisik Kimia dan Interaksinya dengan Lingkungan. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 188h. Setyobudiandi. 1977. Sumberdaya Hayati Moluska Kerang Mytilidae. Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perikanan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institusi Pertanian Bogor. Bogor. 88 hal. Sudarmaji, J. Mukono, I. P. Corie. 2006. Toksikologi Logam Berat B3 Dan Dampaknya Terhadap Kesehatan. Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga. Sugiarto, K. H. 2003. Kimia Anorganic II Common Textbook (Edisi Revisi). Jurusan Kimia FPMIPA UNY. Yogyakarta. Supriharyono. 2000. Pelestarian dan pengelolaan sumber daya alam di wilayah pesisir tropis. Gramedia pustaka utama. Jakarta Suwignyo, S., B. Widigdo., Y. Wardianto dan M. Krisanti. 2005. Avertebrata Air Jilid 1. Swadaya. Jakarta. 60 US Department of Health and Human Services. 2005. Toxicological Profile for Nickel. Public Health Services. Agency for Toxic Substance and Disease Registry. Vakily, J.M. 1989. The Biology and Culture of Genus Perna, ICLARM. Studies and Reviews. Oventsche Gesselschaff for Technische Zusammeurnabelit (GTZ), GMBH. Eschborn Federal Republic. Germany. Vogel. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro. PT. Kalman Media Pusaka, Jakarta. Wijayanti, H. 2007. Kualitas Perairan di Pantai Kota Bandar Lampung Berdasarkan Komunitas Hewan Makrobenthos. Tesis. Program Pascasarjana, Universitas Diponegoro. Semarang Wiryawan B, Marsden B, Susanto HA, Mahi AK, Ahmad M, Poespitasari H. 1999. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Lampung. Kerjasama Pemda Wiryawan, B., B. Marsden, H.A., Susanto, A.K. Mahi., M. Ahmad., H. Poespitasari. 2002. Rencana Strategis Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung. PKSPL IPB. Bandar Lampung Yeung. 2001. Compendium of Breast Milk Substitutes. Fraser Health Authority (604) : 1-14 Yennie, Y., dan Jovita. 2005. Kandungan Logam Berat Air Laut, Sedimen, dan Daging Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Menthok dan Tanjung Jabung Timur. Jurnal Ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 12(1): 27. Yulianto, B. 2006. Penelitian Tingkat Pencemaran Logam Berat di Pantai Utara Jawa Tengah. Laporan Penelitian, Badan Penelitian dan Pengembangan. Provinsi Jawa Tengah.