TEKNOLOGI PENGENDALIAN EROSI LAHAN

advertisement
Techno, ISSN 1410 - 8607
Volume 15 No. 1, April 2014
Hal. 50 – 64
TEKNOLOGI PENGENDALIAN EROSI LAHAN
(Technology of Land Erosion Management)
Teguh Marhendi
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Muhammadiyah Purwokerto
Jl. Raya Dukuhwaluh PO BOX 202, Dukuhwaluh 53183
Telp. (0281) 636751 ext 130, Fax (0281) 637239
Email: [email protected]
ABSTRACT
Permasalahan erosi lahan dan sedimentasi waduk akan berdampak pada umur
fungsi waduk. Beberapa waduk umumnya mengalami problem operasional
sebagai akibat pengurangan kapasitas waduk. Waduk Sempor, Wadaslintang,
Kedung Ombo, Mrica dan beberapa waduk lain mengalami permasalahan
sedimentasi. Tulisan ini mencoba mengulas upaya mengurangi erosi dan
sedimentasi melalui beberapa upaya pengendalian erosi lahan. Pengendalian
erosi dimaksudkan sebagai upaya pencegahan kerusakan tanah dengan cara
mengupayakan resistansi tanah terhadap daya erosi dan mengurangi sifat erosif
dari aliran permukaan (surface runoff).Usaha pengendalian erosi dan/atau usaha
pengawetan tanah dapat dilaksanakan dengan teknologi atau beberapa cara
seperti cara vegetatif, cara mekanik, cara gabungan vegetatif dan mekanis serta
cara kimiawi. Pada Tulisan ini akan dijelaskan cara vegetatif dan cara teknis atau
mekanis.
Kata kunci: Erosi lahan, Pengendalian erosi, vegetatif, mekanik
ABSTRACT
The erosion and sedimentation would be influenced usefull lifetime a reservoir.
Some reservoir usually have operational problems caused reservoir capacyty
reduction. For exsample as Sempor Dam, Wadaslintang Dam, Kedung Ombo
Dam, Mrica Dam and some others dam have sdimentation problems. This paper
is aimed to review some efforts to reduction of erosion and sedimentation trought
some land erosion management . Erosion management is intended as a activity
to control land demage. The control land demage are do by land resitance from
power erosion and reduction erodibility from surface runoff. Erosion management
or land conservation efforts can do by some technology as vegetative, mecanical
and chemistry. In this paper will be plain about vegetative and mecanical kind of
technology of land erosion management.
Key words: land erosion, erosion management, vegetative, mecanical
50
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
PENDAHULUAN
Permasalahan erosi lahan dan
sedimentasi waduk berdampak pada
pengurangan umur fungsi waduk.
Waduk
Sempor,
Wadaslintang,
Kedung Ombo, Mrica dan beberapa
waduk lain mengalami permasalahan
sedimentasi. Waduk-waduk tersebut
saat ini diperhitungkan mengalami
pengurangan umur fungsi waduk
akibat sedimen.
Sumber utama sedimentasi
waduk adalah erosi di daerah
tangkapan waduk. Beberapa karakter
DAS seperti topografi, kelerengan,
persoalan
landuse/lancover
mendorong
peningkatan
aliran
sedimen di DAS. Untuk beberapa
waduk, problem pokok peningkatan
erosi disebabkan landcover yang tidak
sesuai
peruntukan
atau
terjadi
perubahan fungsi hutan di hulu DAS.
Erosi
didefinisikan
sebagai
proses penghanyutan tanah oleh
desakan-desakan atau kekuatan air
dan angin baik berlangsung secara
alamiah maupun akibat tindakan
manusia. Erosi ada yang bersifat
normal (geological erosion) dan erosi
yang dipercepat (acceleration erosion).
Erosi yang normal terjadi secara
alamiah melalui beberapa tahap
meliputi pemecahan agregat-agregat
tanah atau bongkah-bongkah tanah
kedalam partikel tanah yaitu butiran-
butiran tanah yang kecil, pemindahan
partikel tanah tersebut baik oleh air
maupun angin, dan pengendapan
partikel tanah yang terangkut tadi ke
tempat yang lebih rendah atau dasar
sungai.
Erosi
yang
dipercepat
(acceleration erosion) terjadi sebagai
akibat
tindakan atau
perbuatan
manusia yang bersifat negatif terhadap
tanah atau akibat kesalahan dalam
pengelolaan tanah pertanian. Erosi
jenis ini banyak menimbulkan kerugian
sebagai akibat kerusakan sistem
lingkungan atau DAS. Disamping itu,
peningkatan
erosi
di
Indonesia
umunnya
disebabkan
proses
pengangkutan oleh air akibat curah
hujan yang tinggi (lebih dari 1500
mm/tahun).
Sementara itu, sedimentasi
diartikan sebagai proses pengendapan
butir-butir tanah yang telah hanyut
atau terangkut air pada tempat-tempat
yang lebih rendah. Sedimentasi yang
terjadi
pada
sungai
disamping
menyebabkan pendangkalan sungai
juga sering menimbulkan penciutan
lebar sungai akibat pembentukan
tanah baru. Peningkatan sedimentasi
ini pada akhirnya akan mengurangi
kapasitas saluran atau sungai yang
dapat mempengaruhi kemampuan
sungai dalam menampung debit aliran
.
Gambar 1 Jenis-jenis erosi
51
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
PENGENDALIAN EROSI LAHAN
Pengendalian
erosi
dimaksudkan
sebagai
upaya
pencegahan kerusakan tanah dengan
cara mengupayakan resistansi tanah
terhadap daya erosi dan mengurangi
sifat erosif dari aliran permukaan
(surface runoff).
Kegiatan pengendalian erosi di
lahan (upaya konservasi) adalah
upaya
untuk
mempertahankan,
meningkatkan,
dan/atau
mengembalikan fungsi atau daya
dukung
lahan
sesuai
dengan
peruntukannya
yaitu,
sebagai
Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya
dan lain-lain yang dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut :
a) Memperbesar
resistensi
permukaan tanah sehingga
lapisan permukaan tanah tahan
terhadap pengaruh tumbukan
butir-butir air hujan,
b) Memperbesar kapasitas infiltrasi
tanah, sehingga laju aliran
permukaan
dapat
diredusir
(dikurangi);
c) Meredusir laju aliran permukaan
agar daya kikis terhadap tanah
yang dilalui dapat diperkecil;
dan
d) Memperbesar resistensi tanah
sehingga daya rusak dan daya
hanyut
aliran
permukaan
terhadap partikel-partikel tanah
dapat diperkecil atau diredusir.
Dengan memperhatikan prinsipprinsip tersebut di atas, maka usaha
pengendalian erosi dan atau usaha
pengawetan tanah dapat dilaksanakan
dengan teknologi atau beberapa cara
seperti cara vegetatif, cara mekanik,
cara gabungan vegetatif dan mekanis
serta cara kimiawi. Pada Tulisan ini
akan dijelaskan cara vegetatif dan cara
teknis atau mekanis.
BEBERAPA
TEKNOLOGI
PENGENDALIAN EROSI
a. Pengendalian erosi cara vegetatif
Pengendalian
erosi
cara
vegetatif pada prinsipnya adalah
pengendalian erosi melalui perubahan
faktor C (faktor penutup lahan pada
formula USLE) untuk menahan energi
hujan yang bersifat erosif, menjaga
infiltrasi yang besar dan mengurangi
laju aliran permukaan. Pada penelitian
yang dilakukan oleh Triyono Sudarmaji
dan Gazali Rachman (1998) berkaitan
dengan Percobaan Penggunaan Mulsa
Alang-Alang untuk Pengendalian Erosi
Tanah pada Lahan Kritis dengan
Kelerengan yang Beragam, mencoba
melakukan perubahan nilai C dengan
mulsa alang-alang pada beberapa
variasi penempatannya. Demikian juga
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Widianto, Didik Suprayogo, Herman
Noveras, Rudi Harto Widodo,Pratiknyo
Purnomosidhi
Dan
Meine
Van
Noordwijk (2004) berkaitan dengan
Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan
Pertanian: Apakah Fungsi Hidrologis
Hutan Dapat Digantikan Sistem Kopi
Monokultur ? dimaksudkan untuk
menganalisis perubahan perubahan
perilaku limpasan permukaan dan
erosi akibat alih-guna lahan hutan
menjadi sistem kopi monokultur.
Dengan kata lain penelitian ini
mempelajari perilaku erosi melalui
perubahan fungsi tutupan lahan (faktor
C).
Usaha
pengendalian
erosi
dengan cara vegetatif didasarkan pada
peran tanaman untuk mengurangi
erosi seperti menghalangi tumbukan
langsung
butir-butir
hujan
ke
permukaan
tanah,
mengurangi
kecepatan aliran di permukaan tanah
dan memperbesar kapasitas infiltrasi.
Berbagai
jenis
vegetasi
dan
penggunaan
tanah
mempunyai
efisiensi
yang
berlainan
dalam
52
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
konservasi tanah. Efisiensi relatif tinggi
jika digunakan vegetasi permanen,
seperti hutan lebat dengan semaksemak.
Cara vegetatif dapat meliputi
kegiatan-kegiatan
seperti
(a)
Penghutanan kembali (reboisasi) dan
penghijauan, (b) Penanaman tanaman
penutup tanah, (c) Penanaman
tanaman secara garis kontur, (d)
Penanaman tanaman dalam strip, (e)
Penanaman tanaman secara bergilir,
dan (f) Pemulsaan.
1) Sistem pertanaman lorong
Sistem
pertanaman
lorong
merupakan suatu sistem di mana
tanaman pangan ditanam pada lorong
di antara barisan tanaman pagar.
Metode ini sangat bermanfaat dalam
mengurangi laju limpasan permukaan
dan erosi, dan merupakan sumber
bahan organik dan hara terutama N
untuk tanaman lorong.
Sistem
pertanaman
lorong
sangat cocok untuk tanah tegalan.
Untuk lahan berlereng sebaiknya
tanaman pangan ditanam mengikuti
garis kontur agar fungsinya sebagai
penahan erosi berjalan baik. Fungsi
tanaman
pagar
dalam
sistem
pertanaman lorong adalah sebagai
berikut:
1) sumber pupuk hijau atau mulsa
bagi tanaman pngan
2) pada tanah berlereng dan
ditanam mengikuti garis kontur
dapat mengurngi erosi
3) jika diguunakan tanaman
leguminosa, hasil pangkasan
merupakan sumber nitrogen
bagi tanaman pangan dan
dapat memperbaiki struktur
tanah
4) Keuntungan
yang
dapat
diperoleh
dengan
sistem
pertanaman ini antara lain :
5) permukaan tanah akan selalu
tertutup vegetasi, sehingga
tanah terlindung dari energi air
hujan
6) pengolahan tanah dapat
diminimalkan dengan tanpa
mengurangi kondisi tanah,
bahkan akan menjadi lebih baik
kerena ketersediaan mulsa
yang cukup
7) mampu menekan populasi
hama dan penyakit serta
tumbuhan pengganggu
Gambar 2 Sistem pertanaman lorong
53
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
2) Strip rumput
Strip rumput adalah sistem
pertanaman yang hampir sama
dengan pertanaman lorong, tetapi
tanaman pagarnya adalah rumput.
Strip rumput dibuat mengikuti kontur
dengan lebar strip 0,5 m atau lebih.
Semakin lebar strip semakin efektif
mengendalikan erosi.
Gambar 3 Strip rumput
b. Jenis perdu/semak (sedang),
3) Tanaman penutup tanah
contoh : Crotalaria sp, Acasia
Tanaman
penutup
tanah
merupakan tanaman yang ditanam
vilosa, dan lain-lain
tersendiri atau bersamaan dengan
c. Jenis pohon (tinggi), contoh :
tanaman pokok. Tanaman penutup
Leucaena leucephala (lamtoro
tanah berfungsi untuk mencegah erosi,
gung), Leucaena glauca
menambah
bahan
organik
dan
(lamtoro lokal), Ablizia falcata
memperbesar
kemampuan
tanah
d. Jenis kacang-kacangan, contoh
untuk menyerap dan menahan air
: Vigna sinensis Doli chos lablab
hujan yang jatuh. Ada 4 (empat) jenis
(komak).
tanaman penutup tanah, yaitu :
a. Jenis merambat (rendah),
Penanaman tanaman penutup tanah
contoh : Colopogonium mo
ini bermanfaat untuk menutupi tanah
dari terpaan langsung curah hujan,
conoides, Centrosoma sp,
mengurangi erosi, menyediakan bahan
Ageratum conizoides, Pueraria
organik tanah, dan menjaga kesuburan
sp, dan lain - lain.
tanah.
54
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
Gambar 4 Tanaman penutup tanah
4) Penanaman dalam strip
Penanaman dalam strip adalah
suatu sistim bercocok tanam dengan
cara
menanam
beberapa
jenis
tanaman dalam strip-strip berselangseling pada sebidang tanah dan
disusun memotong lereng atau searah
kontur. Pada pengelolaan lahan dalam
strip ini tanah diolah searah garis
kontur :
1) Setiap lajur ditanami dengan
satu jenis tanaman
2) Lajur-lajur dibuat memotong
lereng atau searah kontur
3) Tanaman pangan atau tanaman
semusim ditanam secara
berselang-seling dengan
tanaman pupuk hijau atau
tanaman penutup tanah yang
ditanam secara rapat.
5) Pergiliran tanaman
Pergiliran tanaman merupakan
cara penting lainnya dalam upaya
konservasi tanah dan air yaitu dengan
mengusahakan/menanam
berbagai
jenis tanaman secara bergilir dalam
urutan waktu tertentu pada sebidang
lahan, misalnya pergiliran antara
tanaman pangan dengan tanaman
penutup tanah atau pupuk hijau.
Keuntungan lain pergiliran tanaman
selain untuk mencegah erosi adalah :
1) Pencegahan hama penyakit,
melalui pemutusan siklus
hidupnya.
2) Memberantas tumbuhan
pengganggu/gulma.
3) Mempertahankan sifat-sifat fisik
tanah dengan cara
mengembalikan sisa-sisa
tanaman kedalam tanah.
6) Penggunaan sisa-sisa tanaman
(Mulsa)
Mulsa adalah sisa-sisa tanaman
(crop residues) yang disebar atau
digunakan untuk menutup permukaan
tanah. Hal ini perlu dilakukan untuk
menambah unsur hara dalam tanah
sehingga
keseimbangan
tetap
terjamin,
untuk
mempertinggi
kemampuan tanah dalam menyerap
air dan bermanfaat untuk mengurangi
penguapan
(evaporasi)
serta
melindungi
tanah
dari
pukulan
langsung butir-butir hujan yang akan
mengurangi kepadatan tanah.
55
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
Penggunaan sisa-sisa tanaman
dapat
dibenamkan
dapat
juga
dihamparkan diatas permukaan tanah
sebagai
mulsa/serasah,
yang
fungsinya untuk mempertahankan
kelembaban tanah. Jenis tanaman
penguat teras dapat dipilih sesuai
dengan keinginan petani, baik berupa
pohon-pohonan
atau
rumputrumputan.
Persyaratan
tanaman
penguat teras adalah sebagai berikut :
1) mempunyai sistim perakaran
intensif
2) tahan pangkas sehingga tidak
menaungi tanaman utama
3) bermanfaat dalam
menyuburkan tanah maupun
penghasil makanan ternak
4) Tanaman penguat teras yang
dianjurkan adalah lamtoro gung,
gamal akasia, kaliandra, rumput
gajah, dan rumput benggala.
5) Penggunaan mulsa mempunyai
beberapa keuntungan, antara
lain:
6) memberi perlindungan terhadap
permukaan tanah dari
hantaman air hujan sehingga
mengurangu laju erosi
7) mengurangi volume dan
kecepatan aliran permukaan
8) memelihara temperatur dan
kelembaban tanah
9) meningkatkan kemantapan
struktur tanah
10) meningkatkan kandungan
bahan organik tanah
11) mengendalikan tanaman
pengganggu
Gambar 5 Mulsa
b. Pengendalian erosi cara teknis
Pengendalian erosi cara teknis
mekanis
dilakukan
secara
fisik
mekanik pada tanah dan pembuatan
bangunan untuk mengurangi aliran
permukaan dan erosi. Metoda sipil
teknis yaitu suatu metoda konservasi
dengan mengatur aliran permukaan
sehingga tidak merusak lapisan olah
tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi
pertumbuhan
tanaman.
Usaha
konservasi dengan metoda sipil teknis
ini yaitu membuat bangunan-bangunan
konservasi antara lain pengolahan
tanah menurut kontur, pembuatan
guludan, teras, dan saluran air
56
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
(Saluran Pembuangan Air, Terjunan
dan Rorak). Metode mekanik ini
dilakukan jika cara vegetatif sudah
tidak mampu lagi melindungi tanah
dari
erosi,
diantaranya
karena
kemiringan lereng yang cukup besar,
misalnya diatas 15º.
Pengendalian
erosi
cara
mekanik
mempunyai
fungsi
1)
memperlambat aliran permukaan; 2)
menampung dan menyalurkan aliran
permukaan dengan kekuatan yang
tidak merusak; 3) memperbaiki dan
atau memperbesar infiltrasi air ke
dalam tanah dan memperbaiki aerasi
tanah dan 4) penyediaan air bagi
tanaman. Beberapa cara mekanik
dalam pengendalian erosi dapat
dijelaskan sebagai berikut.
1) Pengolahan tanah menurut
kontur
Pengolahan tanah menurut
kontur
adalah
semua
kegiatan
pencangkulan/
pembajakan
dan
perataan
tanah
menurut
atau
mengikuti kontur sehingga terbentuk
jalur tumpukan tanah yang memotong
lereng.
Pengolahan
tanah
dan
penanaman menurut garis kontur
dapat mengurangi laju erosi sampai 50
% ( Suripin, 2001). Pada pengolahan
tanah menurut lereng, pembajakan
atau pencangkulan dilakukan ke arah
bawah lereng membentuk alur-alur
dan
menyebabkan
terjadinya
konsentrasi air yang mengalir dengan
cepat
ke
arah
bawah.
Pada
pengolahan tanah menurut kontur
pembajakan dilaklukan memotong
lereng atau mengikuti kontur, sehingga
terbentuk jalur-jalur tumpukan tanah
dan alur yang sejajar atau mengikuti
garis kontur. Pengolahan tanah
menurut kontur akan lebih efektif jika
diikuti dengan penanaman menurut
kontur, yaitu barisan tanaman dibuat
sejajar dengan arah garis kontur.
Efektifitas pengolahan tanah
dan penanaman menurut kontur
tergantung pada kemiringan dan
panjang lereng. Pengaruhnya menjadi
tidak berarti untuk panjang lereng lebih
dari 180 m pada kemiringan 1°,
batasan ini akan berkurang sejalan
dengan meningkatnya kemiringan
lereng, untuk kemiringan lahan 5,5°
dan 8,5° panjangnya berturut-turut 30
m dan 20 m (Morgan, 1986, dalam
Suripin, 2001). Sistem kontur ini hanya
efektif untuk hujan dengan intensitas
rendah. Untuk hujan dengan intensitas
besar
sebaiknya
dikombinasikan
dengan penanaman sistem strip.
Keuntungan utama penanaman
sistem kontur adalah terbentuknya
penghambat aliran permukaan dan
terjadinya
penampungan
air
sementara sehingga memungkinkan
penyerapan air dan dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya erosi. Untuk
daerah yang hujannya kurang, sistem
ini sekaligus efektif untuk konservasi
air (Suripin, 2001).
2) Teras (Sengkedan)
Teras adalah timbunan tanah
yang dibuat melintang atau memotong
kemiringan lahan, yang berfungsi
untuk menangkap aliran permukaan,
serta mengarahkannya ke outlet yang
mantap/stabil dengan kecepatan yang
tidak erosif. Teras dibuat dengan
maksud untuk memperkecil atau
memperpendek kemiringan lereng
atau panjang lereng pada lahan-lahan
yang kemiringannya 0 - 50 persen.
Teras berfungsi untuk mengurangi
panjang lereng dan menahan air
sehingga
mampu
mengurangi
kecepatan
dan
jumlah
aliran
permukaan,
serta
memungkinkan
menambah jumlah air yang terserap ke
dalam tanah.
Berdasarkan
fungsinya
teras
dibedakan ke dalam 3 jenis yaitu teras
pengelak (diversion terrace), teras
57
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
retensi (retention terrace) dan teras
bangku (bench terrace)
2.1 Teras pengelak (diversion terrace)
Teras pengelak mempunyai
fungsi utama utnuk menangkap aliran
permukaan
dan
mengalirkannya
memotong kontur melalui outlet yang
tepat. Teras ini cocok untuk lahan
dengan kemiringan kecil (1:250).
Beberapa teras pengelah yang sudah
dikenal antara lain teras Mangum dan
teras Nicholas. Teras Mangum dibuat
dengan cara menimbun tanah yang
diambil dari kedua sisinya (atas dan
bawah). Sedangkan teras Nicholas
tanah timbunan hanya diambil darai
sisi sebelah atasnya saja.
Gambar 6 Teras Mangum
Gambar 7 Teras Nicholas
2.2 Teras Retensi (retention terrace)
Teras retensi dibuat dimana
diperlukan penyimpanan air dengan
menampungnya di bagian bukit. Dalam
hal ini diperlukan adanya bagian tanah
datar
yang
mampu
menampung/menyimpan
aliran
permukaan dengan periode ulang 10
tahunan dengan tanpa terjadi limpasan
(overtopping). Teras ini biasanya
hanya direkomendasikan untuk tanah
permeabel dengan kemiringan kurang
dari 4,5 °.
58
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
Gambar 8 Teras reten
si
2.3 Teras Bangku (bench terrace)
30% serta mempunyai kedalaman
Teras bangku atau disebut juga
efektif yang dalam/tebal. Ada dua jenis
teras tangga adalah teras yang dibuat
teras bangku yang banyak dibuat di
dengan cara memotong lereng dan
Indonesia,
yaitu
teras
bangku
meratakan tanah di bidang olah
berlereng ke dalam dan teras bangku
sehingga terjadi deretan menyerupai
datar. Teras bangku berlereng ke
tangga yang dipisahkan oleh talud.
dalam dipergunakan untuk tanahTalud merupakan bagian yang kritis
tanah dengan permeabilitas rendah
terhadap bahaya erosi dan biasanya
dengan maksud air yang tidak
dilindungi dengan tumbuhan/rumput
terinfiltrasi
dengan
cepat
tidak
atau kadang-kadang dilapisi dengan
mengalir keluar melalui talud. Teras
pasangan batu kali atau beton untuk
bangku sangat sulit diterapkan pada
lahan yang ditanami komoditas
usaha pertanian yang menggunakan
dengan nilai ekonomi tinggi. Teras ini
mesin pertanian besar, demikian juga
dibuat terutama untuk mengurangi
sulit dilaksanakan untuk lahan dengan
panjang lereng dan disarankan dibuat
tanah tipis.
pada lahan dengan kemiringan 20% -
Gambar 9 Teras bangku berlereng ke dalam
59
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
Gambar 10 Teras bangku datar
3) Guludan
Guludan
adalah
tumpukan
tanah
yang
dibuat
memanjang
memotong lereng. Fungsi guludan
adalah untuk menghambat aliran
permukaan, menyimpan air dibagian
atasnya dan untuk memotong panjang
lereng. Tinggi tumpukan tanah berkisar
antara 25-30 cm dengan lebar dasar
25-30 cm. Jarak antara guludan
bervariasi tergantung pada kecuraman
lereng, kepekaan tanah terhadap erosi
dan erosivitas hujan. Pada tanah
dengan kepekaan erosi rendah
guludan dapat diterapkan pada lahan
kemiringan sampai 6 %.
Pada lahan yang lebih curam
atau dengan kondisi tanah peka
terhadap
erosi,
fungsi
guludan
kemungkinan kurang efektif. Untuk
kondisi ini perlu digunakan guludan
bersaluran, dengan membuat saluran
di sebelah atas guludan memanjang
mengikuti guludan.
Gambar 11 Guludan
60
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
Gambar 12 Guludan bersaluran
Gambar 13 Rorak
4) Rorak
Rorak adalah suatu bangunan
berupa got buntu yang dibuat pada
bidang olah tanah/teras dimaksudkan
untuk
menangkap
air
limpasan
permukaan dan juga tanah yang
tererosi
yang
berfungsi
untuk
menampung dan meresapkan air
aliran permukaan.
Manfaat
pembuatan
rorak
antara lain 1) memperbesar peresapan
air ke dalam tanah; 2) memperlambat
limpasan air pada saluran peresapan;
dan 3) sebagai pengumpul tanah yang
tererosi, sehingga sedimen tanah lebih
mudah dikembalikan ke bidang olah.
Ukuran
rorak
sangat
bergantung
pada
kondisi
dan
kemiringan lahan serta besarnya
limpasan permukaan. Umumnya rorak
dibuat dengan ukuran panjang 1-2 m,
lebar 0,25-0,50 m dan dalam 0,20-0,30
m, atau panjang 1-2 m, lebar 0,3-0,4 m
dan dalam 0,4-0,5 m. Jarak antar-rorak
dalam kontur adalah 2-3 m dan jarak
antara rorak bagian atas dengan rorak
di bawahnya 3-5 m.
61
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
5) Embung
Embung merupakan bangunan
penampung air yang berfungsi sebagai
pemanen limpasan air permukaan dan
air hujan. Embung bermanfaat untuk
menyediakan
air
pada
musim
kemarau.
Agar
pengisian
dan
pendistribusian air lebih cepat dan
mudah, embung hendaknya dibangun
dekat dengan saluran air dan pada
lahan dengan kemiringan 5-30%.
Tanah-tanah bertekstur liat dan atau
lempung
sangat
pembuatan embung.
cocok
untuk
6) Dam Parit
Dam Parit adalah suatu cara
mengumpulkan atau membendung
aliran air pada suatu parit dengan
tujuan untuk menampung aliran air
permukaan, sehingga dapat digunakan
untuk mengairi lahan di sekitarnya.
Dam parit dapat menurunkan aliran
permukaan, erosi dan sedimentasi.
Gambar 14 Embung
62
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
Gambar 15 Dam parit
Keunggulan dari Dam Parit
adalah 1) mampu menampung air
dalam
volume
besar
akibat
terbendungnya
aliran
air
di
saluran/parit; 2) tidak menggunakan
areal/lahan pertanian yang produktif ;
3) mengairi lahan cukup luas, karena
dibangun berseri di seluruh daerah
aliran sungai (DAS) ; 4) menurunkan
kecepatan aliran permukaan, sehingga
mengurangi erosi dan hilangnya
lapisan tanah atas yang subur serta
sedimentasi;
5)
memberikan
kesempatan agar air meresap ke
dalam tanah di seluruh wilayah DAS,
sehingga
mengurangi
risiko
kekeringan pada musim kemarau dan
6) biaya pembuatan lebih murah,
sehingga dapat dijangkau petani.
KESIMPULAN
Dari uraian tentang Tinjauan
Teknologi Pengendalian Erosi Lahan
di atas, dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut,
1. Erosi
dan
sedimentasi
merupakan kejadian alami yang
tidak mungkin dihindari sama
sekali
melainkan
perlu
diantisipasi untuk mengurangi
resiko yang ditimbulkan
2. Pengendalian erosi merupakan
upaya pencegahan kerusakan
tanah akibat daya erosi dan
mengurangi sifat erosif dari
aliran
permukaan
(surface
runoff).
3. Pengendalian erosi lahan dapat
dilakukan melalui cara vegetatif
dan cara teknis.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, S., 1989. Konservasi Tanah
dan Air. Penerbit IPB, IPB Press,
Bogor.
E John ussell, 2001, Soil Conditions
and Plant Growth, Reprint, Delhi,
Biotech, , vi, 635 p
Glenn
O.
chwab,
Delmar
D.
Fangmeier, William J. Elliot,
Richard K. Frevert, 1992, Soil and
Water Conservation Engineering,
4th Edition Hardcover 528 pages
August 1992
GR
Foster,
Soil
Erosion
and
sedimentation by Water, an
Overview
Kironoto, BA, 2001, Bahan Kuliah
Sedimentasi Waduk, Yogyakarta
Leonard David Baver, Wilford R.
Gardner Published, 1956, Soil
Physics ,Wiley, 489 pages,
Original from the University of
Michigan
Linsley, R. K., et all, 1980, Applied
Hydrology, New Delhi : Mc. GrawHill, Publication Co
Sudjarwadi,
1994,
Penelitian
Sedimentasi Waduk PLTA PB
Sudirman, Draft Final Report,
Fakultas
Teknik
UGM,
Yogyakarta
Suprayogo, D.; Widianto; Purnomosidi,
P.; Widodo, R. H.; Rusiana, F.;
Aini, Z. Z.; Khasanah, N. dan Z.
Kusuma, 2004, Degradasi sifat
fisik tanah sebagai akibat alih
guna lahan hutan menjadi sistem
kopi
monokultur:
kajian
perubahan makroporositas tanah.
Agrivita 26 (1):60-68.
Suripin, 2001, Pelestarian Sumber
Daya Tanah dan Air, Penerbit
Andi, Yogykarta
Tedjoyuwono N, 1997, Seminar
Nasional
Pemberdayaan
Lahan basah Pantai Timur
Sumatra yang Berwawasan
Lingkungan
Menyongsong
Abad 21, Fak Pertanian Univ
Jambi.
63
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Teguh Marhendi
Triyono Sudarmadji, Gazali Rachman,
1998, Percobaan Penggunaan
Mulsa Alang-Alang Untuk
Pengendalian Erosi Tanah
Pada Lahan Kritis Dengan
Kelerengan Yang Beragam,
Laboratorium
Tanah
Dan
Hidrologi, Jurusan Manajemen
Hutan, Fakultas Kehutanan,
Universitas Mulawarman
Widianto, Didik Suprayogo, Herman
Noveras,
Rudi
Harto
Widodo,Pratiknyo
Purnomosidhi Dan Meine Van
Noordwijk, 2004, Alih Guna
Lahan Hutan Menjadi Lahan
Pertanian: Apakah Fungsi
Hidrologis
Hutan
Dapat
Digantikan
Sistem
Kopi
Monokultur ? . Agrivita 26 (1):
75-88
Widianto; Noveras, H.; Suprayogo, D.;
Widodo, R.H.; Purnomosidhi,
P. dan M. van Noordwijk,
2004, Konversi Hutan Menjadi
Lahan Pertanian : Apakah
fungsi hidrologis hutan dapat
digantikan
sistem
kopi
monokultur? Agrivita 26 (1):
47-52.
64
Techno Volume 15 No 1 April 2014
Download