TESIS EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA ADELINE IVANA DEWI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA ADELINE IVANA DEWI NIM 1490761006 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Ilmu Biomedik, Program Pascasarjana Universitas Udayana ADELINE IVANA DEWI NIM 1490761006 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU BIOMEDIK PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 LEMBAR PENGESAHAN TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL …………………. PEMBIMBING I PEMBIMBING II Prof. dr. IGM. Aman, SpFK Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes. M.Sc NIP 194606191976021001 NIP 196105051990022001 Mengetahui Ketua Program Studi Ilmu Biomedik Direktur Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana, Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, Msc, Sp.GK Prof. Dr. dr. A. A. Raka Sudewi, SpS (K) NIP. 195805211985031002 NIP. 195902151985102001 Tesis Ini Telah Diuji dan Dinilai oleh Panitia Penguji pada Program Pascasarjana Universitas Udayana pada Tanggal……………….. Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana No:…………………………………………. Tanggal ………………… Panitia Penguji Tesis adalah: Ketua : Prof. dr. IGM. Aman, SpFK Sekretaris : Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes. M.Sc Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp.And, FAACS 2. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And 3. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, Msc, Sp.GK SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nama : dr. Adeline Ivana Dewi NIM : 1490761006 Program Studi : Magister Ilmu Biomedik (Anti – Aging Medicine) Judul EKSTRAK : TEH MEMPERBAIKI (Camellia PROFIL LIPID sinensis) LEBIH HIJAU BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 tahun 2010 dan Peraturan Perundang – undangan yang berlaku. Denpasar,............................ Yang membuat pernyataan, (dr. Adeline Ivana Dewi) UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama, penulis hendak mengucapkan Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat yang diberikan oleh-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA dengan sebaik-baiknya. Tesis ini dibuat sebagai prasyarat menyelesaikan jenjang pendidikan untuk memperoleh gelar Magister pada Program Magister Program Studi Ilmu Biomedik, kekhususan Anti-Aging Medicine, Program Pascasarjana Universitas Udayana. Selama proses penelitian ini, penulis mendapatkan banyak sekali pelajaran dan pengalaman berharga, baik dalam segi ilmiah maupun sosial, yang dapat berguna bagi hidup penulis. Semuanya itu tidak terlepas dari peran serta orangorang di sekitar penulis yang senantiasa mendukung dan membantu penulis pada saat-saat yang sulit. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat terselesaikan dengan baik oleh karena bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu, penulis hendak mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. 2. Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. A. A. Raka Sudewi, Sp.S(K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk mengenyam pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. 3. Dr. dr. Gde Ngurah Indraguna Pinatih, M.Sc, Sp.GK yang banyak memberikan penulis masukan yang kritis dan bermanfaat dalam penyususan tesis ini. 4. Prof. dr. IGM. Aman, SpFK yang dengan sabar dan perhatian selalu membantu penulis ketika menghadapi kesulitan dalam menyusun tesis ini, serta atas segala masukan beliau dalam penyusunan dan perbaikan tesis ini. 5. Dr. dr. Ida Sri Iswari, Sp.MK., M.Kes. M.Sc atas segala perhatian, kesabaran, dan kesediaannya untuk dihubungi setiap saat ketika penulis mengalami kesulitan, meluangkan waktu untuk membimbing penulis, serta atas masukan-masukan yang berguna dalam penyusunan dan perbaikan tesis ini. 6. Prof. Dr. dr. Wimpie I. Pangkahila, Sp. And, FAACS yang dengan sabar memberikan banyak masukan, pengetahuan, serta bimbingan dalam perbaikan tesis ini. 7. Prof. Dr. dr. J. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And yang telah memberikan dorongan, semangat, koreksi dan masukan yang sangat berguna bagi perbaikan tesis ini. 8. Pak I Gede Wiranatha yang telah banyak membantu penulis dalam melakukan penelitian di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, serta memberikan banyak pengajaran dan bimbingan kepada penulis dengan sabar. 9. Ferbian, S.KH yang telah banyak membantu penulis dalam membaca data dan mengolah statistik penelitian, serta memberikan masukan dan saran ilmiah terutama dalam hal statistik yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan tesis ini. 10. Seluruh dosen Pascasarjana Biomedik Universitas Udayana yang telah membimbing penulis dan memberikan banyak pengajaran dari awal hingga selesainya tesis ini. 11. Seluruh staf Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Anti-Aging Medicine Universitas Udayana yang selalu siap membantu dan menyemangati ketika penulis mengalami kesulitan dan hambatan dalam menyelesaikan tesis. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Pak Edy, Geg Wah, Geg Eni, Mbok Amie, Mbok Yethi, dan seluruh staff lainnya atas kebaikan dan keramahan yang diberikan kepada penulis. 12. Kedua orang tua, kakak, tunangan, serta seluruh keluarga dan sahabat penulis atas semua dukungan, semangat, doa, pengertian, kesabaran, dan kasih yang tiada habisnya kepada penulis selama masa pendidikan hingga penyelesaian tesis ini. 13. dr. Astrid Tanumihardja, dr. Cheria Valentina, dr. Sissy Yunita, dr. Monica Pranoto, dr. Magdalena Mercyana, dr. Astrid Karina, dr. Ivonne Kurniawan, dr. Ellen Destrisa, sebagai sejawat sekaligus sahabat yang berjuang bersama sejak awal kuliah hingga selesainya tesis ini dan senantiasa selalu memberikan semangat kepada penulis. 14. Teman sejawat mahasiswa Program Magister Ilmu Biomedik Kekhususan Anti-Aging Medicine angkatan IX atas kekompakan, perhatian, semangat, dan dukungan yang tiada hentinya untuk satu sama lain. 15. Semua pihak lain yang namanya tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah turut membantu dalam pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini. Akhir kata, penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, sehingga saran dan masukan yang membangun dari berbagai pihak sangatlah penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran terutama di bidang Anti-Aging Medicine (AAM) dan bagi masyarakat luas. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan berkat dan rahmat Nya kepada kita semua. Denpasar, 10 Juli 2016 Penulis ABSTRAK EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) HIJAU MEMPERBAIKI PROFIL LIPID LEBIH BAIK DARIPADA EKSTRAK TEH (Camellia sinensis) PUTIH PADA TIKUS (Rattus norvegicus) JANTAN GALUR WISTAR DENGAN DISLIPIDEMIA Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi tidak sehat, sehingga menyebabkan terjadinya dislipidemia yang ditandai dengan penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh. Upaya pencegahan dan penanganan sangat penting untuk menurunkan risiko terjadinya penyakit. Salah satu bahan alami yang dapat membantu memperbaiki kondisi dislipidemia berasal dari tanaman teh. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan efek teh hijau dan teh putih dalam memperbaiki profil lipid pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode Pretest-Posttest Control Group Design. Data dikumpulkan dari 20 ekor tikus jantan galur wistar dislipidemia. Semua tikus diambil darahnya pada awal dan akhir penelitian untuk diperiksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan Trigliserida. 20 ekor tikus dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 dan 2, masing-masing terdiri dari 10 ekor tikus. Kelompok perlakuan 1 diberikan esktrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari dan kelompok perlakuan 2 diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari. Perlakuan tersebut diberikan selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan perbaikan profil lipid yang lebih baik pada pemberian ekstrak teh hijau, yaitu kadar kolesterol total dari 222,7 mg/dl menjadi 98,64 mg/dl; kadar trigliserida sebelum perlakuan 159,43 mg/dl menjadi 77,25mg/dl; kadar HDL sebelum perlakuan 22,82 mg/dl meningkat menjadi 67,93 mg/dl; dan kadar LDL sebelum perlakuan 92,08 mg/dl menjadi 26,52 mg/dl. Pada pemberian ekstrak teh putih, kadar kolesterol total dari 218 mg/dl menjadi 111,52 mg/dl; kadar trigliserida sebelum perlakuan 160,51 mg/dl menjadi 86,31 mg/dl; kadar HDL sebelum perlakuan 23,17 mg/dl meningkat menjadi 59,92 mg/dl; dan kadar LDL sebelum perlakuan 94 mg/dl menjadi 35,26 mg/dl. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau lebih baik dalam memperbaiki profil lipid pada tikus jantan galur wistar yang dislipidemia dibandingkan dengan pemberian ekstrak teh putih. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar dari penelitian klinis pada manusia, yang dapat digunakan sebagai terapi dalam mengatasi kondisi dislipidemia. Kata kunci: Dislipidemia, teh hijau, teh putih, tikus wistar ABSTRACT GREEN TEA EXTRACT IMPROVE LIPID PROFILE BETTER THAN WHITE TEA EXTRACT IN DYSLIPIDEMIC MALE WISTAR RAT (Rattus norvegicus) The development of science and technology have been change our life style and diet becoming unhealthy, these condition causes dyslipidemia which are marked by excess fat inside our body. The prevention of this condition is very important to decrease the risk of diseases. One of natural ingredients which be able to help fixing dyslipidemia condition is from the tea family. The purpose of this research is to compare green tea and white tea effect in order to fix lipid profile on male wistar rat with dyslipidemia. This research was experimental research with Pretest-Posttest Control Group Design method. The data has collected from 20 dyslipidemic male wistar rats. The rat’s bloods taken before and after the research to examine the total cholesterol content, LDL, HDL, and Triglycerides. These rats divided into two groups, treatment group 1 and treatment group 2, with 10 rats for each groups. Group 1 has given 7,2 mg/200 gr rat green tea extract three times daily and group 2 has given 7,2 mg/200 gr rat white tea extract three times daily as well. This treatment goes on 14 days. The result showed better lipid profile improvement on green tea extract, which was the total cholesterol content from 222,7 mg/dL to 98,64 mg/dL; triglycerides content before treatment was 159,43 mg/dL become 77,25 mg/dL; HDL content before treatment 22,82 mg/dL risen to 67,93 mg/dL; and LDL content dropped from 92,08 mg/dL to 26,52 mg/dL. On white tea extract, total cholesterol content dropped from 218 mg/dL to 111,52 mg/dL; triglycerides content dropped from 160,51 mg/dL to 86,31 mg/dL; HDL content risen from 23,17 mg/dL to 59,92 mg/dL; and LDL content dropped from 94 mg/dL to 35,26 mg/dL. From this research, it can be concluded that green tea extract was better in order to fixing lipid profile in dyslipidemic male wistar rat, compare to white tea extract. This result was expected to become the base of medical research for human, to help fixing their dyslipidemia condition. Key Words: Dyslipidemia, green tea, white tea, wistar rat DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ........................................................................................ i LEMBAR PERSYARATAN GELAR MAGISTER ..................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI ............................................ iv SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT................................................. v LEMBAR UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................ vi ABSTRAK .................................................................................................. ix ABSTRACT .................................................................................................. x DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xv DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. BAB I xix PENDAHULUAN .......................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 7 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................. 7 1.3.1 Tujuan Umum ............................................................... 7 1.3.2 Tujuan Khusus .............................................................. 8 Manfaat Penelitian ................................................................ 8 1.4.1 Manfaat Ilmiah .............................................................. 8 1.4.2 Manfaat Aplikasi ........................................................... 9 1.4 BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................... 10 2.1 Proses Penuaan ...................................................................... 10 2.2 Diet Tinggi Lemak ................................................................ 11 2.3 Hubungan Dislipidemia dengan Penuaan ............................. 14 2.3.1 Definisi Dislipidemia ................................................ 14 2.3.2 Penyebab Dislipidemia ............................................... 17 2.3.3 Diagnosis Dislipidemia .............................................. 18 2.3.4 Penatalaksanaan Dislipidemia .................................... 19 2.3.5 Komplikasi Dislipidemia ............................................ 21 Lipid ..................................................................................... 21 2.4.1 Trigliserida ................................................................ 22 2.4.1.1 Hidrolisis Trigliserida .................................... 23 2.4.2 Kolesterol .................................................................. 23 2.4.2.1 Biosintesis Kolesterol ..................................... 24 2.4.3 Lipoprotein ................................................................ 25 2.4.3.1 Kilomikron ..................................................... 26 2.4.3.2 Very Low Density Lipoprotein ....................... 27 2.4.3.3 Intermediate Density Lipoprotein .................. 27 2.4.3.4 Low Density Lipoprotein ................................ 28 2.4.3.5 High Density Lipoprotein ............................... 28 2.5. Metabolisme Lemak .............................................................. 29 2.6 Transportasi Lemak ............................................................... 31 2.6.1 Jalur Endogen ................................................................ 31 Teh (Camellia Sinensis) ........................................................ 33 2.7.1 Klasifikasi Teh .......................................................... 33 2.4 2.7 2.7.2 Jenis-Jenis Teh .......................................................... 33 2.7.3 Kandungan Kimia dalam Teh .................................... 36 2.8 Teh Hijau ............................................................................... 41 2.9 Teh Hijau dan Dislipidemia .................................................. 43 2.10 Teh Putih ............................................................................... 46 2.10.1 Manfaat Teh Putih ..................................................... 49 2.10.2 Komposisi Kimia Teh Putih ...................................... 50 2.11 Teh Putih terhadap Dislipidemia ........................................... 50 2.12 Hewan Percobaan .................................................................. 53 2.12.1 Tikus Putih Jantan Galur Wistar sebagai Hewan Coba 53 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ......................................................................................................... 58 3.1 Kerangka Berpikir ................................................................. 58 3.2 Konsep Penelitian................................................................... 60 3.3 Hipotesis Penelitian ............................................................... 61 BAB IV METODE PENELITIAN ............................................................... 62 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................ 62 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................... 63 4.2.1 Tempat Penelitian ...................................................... 63 4.2.2 Waktu Penelitian ....................................................... 64 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................ 64 4.3.1 Kriteria Sampel ......................................................... 64 4.3.1.1 Kriteria Inklusi ............................................... 64 4.3.1.2 Kriteria Dropout ............................................. 64 4.3.2 Besar Sampel ............................................................. 65 4.3 4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ..................................... 66 Variabel Penelitian ................................................................ 66 4.4.1 Identifikasi Variabel .................................................. 66 4.4.2 Klasifikasi Variabel ................................................... 66 4.4.3 Definisi Operasional Variabel ................................... 67 4.4.4 Hubungan Antar Variabel ......................................... 68 Alat dan Bahan Penelitian ..................................................... 69 4.5.1 Alat Penelitian ............................................................... 69 4.5.2 Bahan Penelitian............................................................ 69 4.6 Prosedur Penelitian ................................................................ 70 4.7 Alur Penelitian ...................................................................... 74 4.8 Analisis Data ......................................................................... 75 HASIL PENELITIAN .................................................................... 76 5.1 Analisis Deskriptif ................................................................ 76 5.2 Uji Normalitas Data .............................................................. 77 5.3 Uji Komparabilitas Data ....................................................... 78 4.4 4.5 BAB V 5.3.1 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) ................................................................................ 78 5.3.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan (posttest) ................................................................................ 80 5.4 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Teh Putih dan Teh Hijau ...................................................................................... 81 5.5 Analisis Rerata Perbedaan (difference) Profil Lipid Sebelum dan Setelah Perlakuan .................................................................. 83 BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ....................................... 6.1 Subyek Penelitian .................................................................. 86 86 6.2 Normalitas Data Hasil Penelitian .......................................... 87 6.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau dan Ekstrak Teh Putih Terhadap Perbaikan Profil Lipid pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Dislipidemia ................................................................. 87 6.4 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau dan Ekstrak Teh Putih dalam Memperbaiki Profil Lipid berdasarkan Berat Badan dan Sisa Pakan ..................................................................................... 90 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 92 7.1 Simpulan ............................................................................... 92 7.2 Saran .................................................................................... 93 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 94 LAMPIRAN .................................................................................... 104 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular ............................................ 16 Tabel 2.2 Penyebab Dislipidemia ................................................................. 17 Tabel 2.3 Hasil Analisis Flavonoid, Total Fenol, Tanin, Saponin, Kapasitas Antioksidan, dan IC50% .............................................................. 42 Tabel 2.4 Perbedaan Teh Varietas Sinensis dan Varietas Assamica ............ 47 Tabel 2.5 Efek Protektif Potensial dari Teh Putih ........................................ 49 Tabel 2.6 Data Biologis Tikus Wistar .......................................................... 55 Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif .............................................................. 77 Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data ............................................................ 78 Tabel 5.3 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan .......... 79 Tabel 5.4 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan ......... 80 Tabel 5.5 Rerata Nilai Variabel Masing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan ........................................................................ 82 Tabel 5.6 Komparasi Selisih Profil Lipid Pretest-Posttest Antar Kelompok 84 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1 Adiposapathy ......................................................................... 13 Gambar 2.2 Adiposit dan Jaringan Adiposa pada Keadaan Adiposapathy 14 Gambar 2.3 Interpretasi Kadar Lipid Plasma ............................................ 19 Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol ........................................................... 25 Gambar 2.5 Partikel Lipoprotein .............................................................. 26 Gambar 2.6 Sumber Kolesterol Hati dan Jalur Kolesterol Keluar dari Hati 30 Gambar 2.7 Metabolisme Lipid ................................................................ 31 Gambar 2.8 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen ......... 32 Gambar 2.9 Daun Tanaman Teh ............................................................... 33 Gambar 2.10 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah, Teh Hitam ...................... 35 Gambar 2.11 Skema Representasi Proses Pembuatan Teh ......................... 36 Gambar 2.12 Skema Proses Pengolahan Teh Hijau .................................... 41 Gambar 2.13 Teh Hijau ............................................................................... 43 Gambar 2.14 Seduhan Teh Hijau ................................................................ 43 Gambar 2.15 Teh Putih ............................................................................... 47 Gambar 2.16 Seduhan Teh Putih ................................................................ 48 Gambar 2.17 CETP .................................................................................... 51 Gambar 2.18 EGCG dan Profil Lipid ......................................................... 52 Gambar 2.19 Tikus Wistar (Rattus Norvegicus) ......................................... 54 Gambar 4.1 Bagan Hubungan Antar Variabel .......................................... 68 Gambar 4.2 Alur Penelitian ...................................................................... Gambar 5.1 Grafik Perubahan Profil Lipid Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok .................................................................... 83 Gambar 5.2 Grafik Perbedaan Rerata (difference) Profil Lipid Antar Kelompok .............................................................................. DAFTAR SINGKATAN SINGKATAN AAM : Anti-Aging Medicine ACAT2 : Acyl-CoA: Cholesterol O-Acyltransferase 2 ASCVD : Arteriosclerotic Cardiovascular Disease C : Catechin CAD : Coronary Artery Disease CETP : Cholesteryl Ester Transfer Protein CVD : Cerebro - Vascular Disease CYP7A1 : Cholesterol 7-alpha-hydroxylase EC : Epicatechin ECG : Epicatechin 3-gallate EGC : Epigallocatechin EGCG : Epigallocatechin 3-gallate FFA : Free Fatty Acid GC : Gallocatechin 74 85 HDL : High Density Lipoprotein HL : Hepatic Lipase HMG-CoA : Hidroxy Methyl Glutaryl-Coenzyme A HMGCR : 3-Hydroxy-3-Methylglutaryl CoA Reductase IDL : Intermediate Density Lipoprotein IPB : Institut Pertanian Bogor IPP : Isopentenyl Pyrophospat LCAT : Lecithin Cholesterol Acyltransferase LDL : Low Desinty Lipoprotein LPL : Lipoprotein lipase MUFA : Monounsaturated Fatty Acids NO : Nitric Oxide PKV : Penyakit Kardiovaskular PUFA : Polyunsaturated Fatty Acids SAFA : Saturated Fatty Acid TG : Trigliseride TNF-α : Tumor Necrosis Factor-α VLDL : Very Low Density Lipoprotein DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical Clearance ......................................................................... 104 Lampiran 2. Hasil Analisis Fitokimia Teh Hijau dan Teh Putih....................... 105 Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Profil Lipid .................................................... 106 Lampiran 4. Tabel Sisa Pakan dan Berat Badan .............................................. 107 Lampiran 5. Analisis Statistik .......................................................................... 108 Lampiran 6. Analisis Statistik Berat Badan dan Sisa Pakan ............................ 117 Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian ............................................................... 120 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dunia ini, terdapat suatu siklus kehidupan yang harus dijalani oleh setiap manusia. Siklus tersebut dimulai dari proses pembuahan, pembentukan janin, kelahiran, pertumbuhan dan perkembangan anak hingga mencapai usia dewasa, menjadi tua, dan akhirnya meninggal. Seperti yang diketahui, proses penuaan ini merupakan suatu hal yang alamiah terjadi pada setiap individu. Dalam proses penuaan, terjadi penurunan berbagai fungsi tubuh, baik selsel, jaringan-jaringan, maupun organ-organ tubuh, yang menyebabkan terjadinya berbagai perubahan fisik maupun mental pada individu. Perubahan-perubahan inilah yang menyebabkan kualitas hidup seseorang menurun. Proses penuaan memang suatu hal yang alamiah, tetapi bukan berarti prosesnya tidak dapat diperlambat dan kerusakan-kerusakan serta penyakitpenyakit yang dihasilkan dari proses penuaan tersebut tidak dapat dicegah dan diobati. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, dilakukanlah berbagai upaya untuk memperlambat proses penuaan tersebut, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang yang sudah memasuki usia lanjut. Upaya-upaya inilah yang kemudian menjadi dasar berkembangnya ilmu AntiAging Medicine (AAM) dengan konsep konsep proses penuaan diperlakukan sebagai suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati, sehingga dapat kembali ke keadaan semula. Dengan demikian, manusia tidak lagi harus membiarkan dirinya menjadi tua dengan segala keluhan dan mendapat pengobatan yang belum tentu benar (Pangkahila, 2007). Dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologipun semakin berkembang pesat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi tidak sehat. Pola makan tinggi lemak seperti itulah yang menyebabkan penumpukan lemak berlebih di dalam tubuh, dimana akan menimbulkan kelainan metabolisme lemak yang dikenal dengan istilah dislipidemia (Halim, 2006). Kelainan metabolisme lemak ini dapat terjadi karena adanya asupan lemak yang berlebihan yang menyebabkan suatu keadaan adiposapathy, dimana terjadi peningkatan TNF-α yang mengakibatkan terjadinya peningkatan dan atau penurunan profil lipid di dalam darah. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, atau kombinasi ketiganya dan biasanya disertai dengan penurunan kadar kolesterol HDL. Keadaan ini dapat mempercepat terjadinya proses penuaan dan dapat menimbulkan masalah pada kondisi kesehatan tubuh seseorang. Semakin lama kondisi dislipidemia ini dibiarkan pada seseorang, akan semakin banyak penyakit yang ditimbulkan di kemudian hari, antara lain arteriosklerosis dan penyakit jantung koroner (Brown dan Goldstein, 2009). Kondisi ini akan semakin buruk dan semakin banyak risiko yang ditimbulkan dengan adanya sindrom metabolik yang sering mengikuti keadaan dislipidemia, bahkan dapat mengakibatkan terjadinya kematian. Upaya pencegahan dan penanganan terhadap dislipidemia sangatlah penting, karena penurunan kadar kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) sebesar 1 mg/dl saja dapat menurunkan risiko kardiovaskular sebesar 1% dan peningkatan kadar kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) dapat menurunkan risiko kardiovaskular sebesar 2-3% (Adam, 2011). Penatalaksanaan non farmakologis pasien dislipidemia dapat dilakukan dengan melakukan diet ketat rendah kalori, rendah kolesterol, rendah lemak, mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, mengkonsumsi makanan yang kaya omega 3 dan lemak tak jenuh, olahraga secara teratur, dan mengatur pola hidup. Jika semua penatalaksanaan non farmakologis tersebut tidak berhasil, maka dapat diberikan obat anti hiperlipidemia (ACC/AHA, 2013). Para ilmuwan sedang melakukan banyak penelitian untuk mencari alternatif pengobatan lain yang berasal dari bahan-bahan alami atau tumbuhtumbuhan. Salah satu bahan alternatif untuk dislipidemia yaitu berasal dari tanaman teh. Teh termasuk dalam spesies Camellia Sinensis. Selain nikmat, harum, dan sangat disukai oleh masyarakat di seluruh dunia, teh juga mengandung berbagai zat atau senyawa yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Komponen utama dalam teh ialah katekin dari golongan fenol yang berfungsi sebagai antioksidan, sekaligus menentukan rasa, warna, dan aroma pada teh. Senyawa katekin terdiri atas catechin (C), epicatechin (EC), epicatechin 3-gallate (ECG), epigallocatechin (EGC), epigallocatechin 3-gallate (EGCG), dan gallocatechin (GC). Katekin dan senyawa-senyawa pitonutrien yang terkandung di dalam teh tersebutlah yang menjadikan teh dapat berfungsi sebagai antioksidan (Almajano et al., 2008; Xiao et al., 2008; Yang dan Wang, 2011; Forester dan Lambert, 2011), anti inflamasi, anti virus, anti kanker (Butt dan Sultan, 2009), anti kolesterol, peluruh lemak, anti obesitas, dan anti diabetes (Auvichayapat et al., 2008; Rain et al., 2011). Di dunia ini, kita mengenal ada empat jenis teh, yaitu Teh Hitam, Teh Merah (Teh Oolong), Teh Hijau, dan Teh putih (Seeram et al., 2008). Dari keempat jenis teh tersebut, teh hijau dan teh putih mempunyai kandungan antioksidan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan kedua jenis teh lainnya. Teh hijau berasal dari pucuk daun teh yang masih muda dan mengalami sedikit pemrosesan. Teh hijau ini sangat bermanfaat bagi kesehatan tubuh, khususnya dalam memperbaiki profil lipid. Hal ini ditunjukkan dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina bekerja sama dengan Departemen Gizi Masyarakat FEMA Institut Pertanian Bogor (IPB) tentang penurunan profil lipid, menemukan bahwa pemberian teh hijau dapat menurunkan kadar kolesterol LDL. Beberapa sumber lain juga menyatakan, bahwa teh hijau juga bagus dalam menurunkan kadar kolesterol total dan trigliserida, serta meningkatkan kadar kolesterol HDL. Selain tinggi akan flavonoid, teh hijau juga mengandung total fenol, tannin, saponin, dan kapasitas antioksidan yang tinggi pula (Rusak et al., 2008; Unachukwu et al., 2010; Pereira et al., 2014). Flavonoid telah terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan Abdel-Aal, 2010), karena dapat menginhibisi CETP sehingga menyebabkan penurunan kadar kolesterol LDL dan peningkatan kadar kolesterol HDL (Qin et al., 2009), serta dapat menginhibisi TNF-α yang dapat menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al., 2007). Tannin pada teh hijau terbukti meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus GLUT4 (Hayashi et al., 2002) dan menurunkan proliferasi adiposit. Saponin di dalam teh hijau memiliki efek antihiperlipidemia dengan cara menghambat HMGCR dan ACAT2 (Shi et al., 2014), serta meningkatkan ekspresi CYP7A1 sehingga dapat mengurangi kadar kolesterol total dalam serum dan hati (Del-Bas et al., 2005). Berbeda dengan teh hijau, teh putih berasal dari pucuk tanaman teh (Camellia Sinensis) yang masih menggulung dan pada saat proses pemetikan harus terlindung dari sinar matahari (Alcazar et al., 2007). Teh putih juga berkhasiat untuk kesehatan tubuh, sama seperti teh hijau. Khasiat teh putih yang sedang banyak diteliti antara lain, efek antioksidan yang tinggi (Thring et al., 2009; Almajano et al., 2011; Lopez et al., 2011; Perez-Jimenez et al., 2011; Perez-Jimenez et al., 2012; Thring et al., 2011) dan efek antitumorigenik (Wang et al., 2008; Kumar et al., 2012). Kandungan terbanyak dalam teh putih adalah polifenol, dimana polifenol utama pada teh putih ialah katekin dan derivatnya. Interaksi sinergis dari EGCG dan kafein diduga dapat meningkatkan termogenesis dan mengurangi penyerapan lemak di dalam tubuh, sehingga dapat mencegah terjadinya dislipidemia. EGCG juga menurunkan TNF-α sehingga menyebabkan terjadinya inhibisi sintesis asam lemak dan meningkatkan regulasi reseptor enzim yang berperan terhadap beta oksidasi asam lemak di hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan pula aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) dan menurunkan Free Fatty Acid (FFA), menghambat aktivitas Cholesteryl Ester Transfer Protein (CETP) (Kersshaw dan Flier, 2004), dan meningkatkan ekskresi lemak di feses (Teixeira et al., 2012). Beberapa penelitian sebelumnya pada binatang ditemukan bahwa secangkir teh putih mempunyai kadar antioksidan yang sangat tinggi bila dibandingkan dengan jenis teh lainnya, karena konsentrasi katekin terbesar ada di dalam tunas segar, utuh, dan daun teh termuda, dengan tanpa adanya pemrosesan. Pada penelitian sebelumnya telah dibuktikan bahwa teh putih dapat menurunkan stres oksidatif dan kadar trigliserida pada tikus obes (Teixeira et al., 2012). Mengingat hasil yang tidak konsisten antara teh hijau dan teh putih tersebut, dimana keduanya mempunyai kandungan antioksidan yang tinggi dan sama-sama dapat memperbaiki profil lipid, maka dilakukan penelitian yang membandingkan efek dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih terhadap perbaikan profil lipid pada tikus wistar jantan dengan dislipidemia. Teh hijau yang digunakan adalah teh hijau Gambung dan teh putih yang digunakan adalah teh putih Gambung. 1.2 Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas, dapat dibuat rumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih? 2. Apakah pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol LDL pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih? 3. Apakah pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar trigliserida pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih? 4. Apakah pemberian ekstrak teh hijau meningkatkan kadar kolesterol HDL pada tikus jantan galur Wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui efek ekstrak teh putih dan ekstrak teh hijau terhadap profil lipid secara umum pada tikus (Rattus Norvergicus) jantan galur wistar dengan dislipidemia. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih. 2. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol LDL pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih. 3. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar trigliserida pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih. 4. Untuk membuktikan pemberian ekstrak teh hijau meningkatkan kadar kolesterol HDL pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Ilmiah Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pengembangan ilmiah tentang teh hijau dan teh putih, dimana keduanya dapat memperbaiki profil lipid. Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar dan acuan untuk penelitianpenelitian selanjutnya. 1.4.2 Manfaat Aplikasi Dengan hasil penelitian bahwa teh hijau dapat memperbaiki profil lipid lebih baik dibandingkan dengan teh putih, maka hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar uji klinis terhadap manusia, sehingga nantinya dapat diasosiasikan kepada masyarakat sebagai alternatif untuk memperbaiki kondisi dislipidemia. Mendukung adanya penelitian-penelitian lain yang menggunakan bahanbahan alami dalam pengobatan terhadap dislipidemia, sebagai upaya untuk mencegah dan memperlambat proses penuaan, bahkan kematian akibat penyakit-penyakit yang berhubungan dengan dislipidemia. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Proses Penuaan (Aging Process) Penuaan (aging) merupakan proses fisiologis yang dialami oleh setiap manusia (Wibowo, 2003). Proses penuaan didefinisikan sebagai penurunan progresif kemampuan tubuh untuk mempertahankan, melindungi, dan memperbaiki diri agar dapat bekerja secara efisien. Ditandai dengan penurunan fungsi organ-organ tubuh yang menyebabkan ketidakmampuan akibat adanya penurunan fungsi fisik maupun mental. Penurunan fungsi ini akan menyebabkan menurunnya kualitas hidup manusia (Arora, 2008). Menua atau menjadi tua tidak pernah dapat dihindari oleh siapapun, betapapun canggihnya kosmetika dan teknologi dalam dunia kedokteran modern (Santoso dan Ismail, 2009). Setelah mencapai usia dewasa, seluruh komponen tubuh tidak berkembang lagi. Sebaliknya, terjadi penurunan fungsi-fungsi tubuh karena adanya proses penuaan tersebut. Umumnya, manusia tidak pernah mempertanyakan mengapa kita menjadi tua, sakit, dan pada akhirnya meninggal. Manusia hanya menganggap menjadi tua merupakan suatu proses yang memang harus terjadi, sudah ditakdirkan, dan semua masalah yang muncul harus dialami. Bahkan banyak yang berpendapat bahwa usia setiap orang sudah ditentukan oleh Tuhan, dimana usia manusia yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Manusia tidak mengetahui bahwa ternyata ada banyak faktor dalam proses penuaan yang menyebabkan seseorang menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Pada dasarnya, faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal yang mempengaruhi proses penuaan ialah radikal bebas, hormon yang berkurang, glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan tubuh yang menurun, dan gen. Faktor eksternal yang utama ialah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan yang salah, polusi lingkungan, stress, dan kemiskinan. Karena berbagai faktor itulah seseorang dapat mengalami proses penuaan, yang menyebabkan orang tersebut menjadi tua, sakit, dan akhirnya meninggal. Jika faktor-faktor penyebab itu dapat dihindari, maka proses penuaan dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat sehingga kualitas hidup dapat dipertahankan. Permasalahan tersebut mendasari berkembangnya anti-aging medicine, yang bertujuan untuk mencapai atau memperpanjang usia harapan hidup, serta meningkatkan kualitas hidup manusia dengan mencari penyebab penuaan tersebut dan memberikan terapi yang tepat (Pangkahila, 2011), yaitu dengan pola makan (diet) yang baik, olahraga yang cukup, konsumsi antioksidan secukupnya, dan terapi hormonal apabila diperlukan (Arora, 2008). 2.2 Diet Tinggi Lemak Pola makan yang baik mengandung nutrisi yang sehat dan seimbang, dengan komposisi: 50% karbohidrat dengan indeks glikemik rendah, 30% lemak (60% berupa monounsaturated fatty acids (MUFA) dan 10% polyunsaturated fatty acids (PUFA)), dan 20% protein. Kenyataannya, seringkali manusia mempunyai pola makan yang tidak seimbang karena terlalu banyak mengandung karbohidrat dengan indeks glikemik yang tinggi, seperti roti-rotian, gula, makanan penutup, dan juga tinggi lemak hewani, serta terlalu sedikit makanan yang berserat dan buah (Pangkahila, 2011). Seiring kemajuan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi pun berkembang dengan pesat. Teknologi komunikasi yang canggih dan alat-alat lain yang mempermudah pekerjaan manusia pun semakin banyak diciptakan, seperti kendaraan bermotor, lift, handphone, laptop, eskalator, remote TV, dan lain sebagainya. Hal ini menyebabkan gaya hidup yang sedentari dan membuat aktivitas fisik manusia semakin berkurang. Ditambah lagi dengan konsumsi energi tinggi melalui konsumsi makanan yang mengandung lemak jenuh tinggi, akan menyebabkan menumpuknya lemak sehingga menyebabkan kelebihan kalori dan lemak di dalam tubuh. Kelebihan lemak tersebut akan disimpan sebagai cadangan energi di dalam sel lemak dan jaringan lemak (adiposit dan jaringan adiposa) dalam bentuk trigliserida dan kolesterol. Banyaknya lemak yang disimpan di dalam adiposit dan jaringan adiposa menyebabkan terjadinya hipertrofi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membentuk adiposit patogenik dan efek jaringan adiposa, yang disebut adiposapathy. Hal ini menyebabkan peningkatan TNF-α, sehingga mengakibatkan meningkatnya sirkulasi lipid. Patogenesis ini yang sekarang dipercaya sebagai landasan teori relasi kelebihan lemak tubuh dan dislipidemia (Bays et al., 2013). Gambar 2.1 Adiposapathy: hubungan patogenik jaringan adiposa, dislipidemia, dan penyakit kardiovaskular (Bays et al., 2013) Gambar 2.2 2.3 Adiposit dan jaringan adiposa pada keadaan Adiposapathy (pada diet tinggi lemak) (Bays et al., 2013) Hubungan Dislipidemia dengan Penuaan (Aging) Penuaan berkaitan dengan disfungsi multipel dan sistemik dari tubuh dan bersamaan dengan gangguan metabolisme lipid dan status inflamasi kronik yang berperan dalam atherosclerotic CVD (ASCVD) (Liu et al., 2014). Angka kejadian terjadinya dislipidemia ini akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dimana fungsi tubuh dan organ-organnya sudah mengalami penurunan. 2.3.1 Definisi Dislipidemia Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau penurunan fraksi lipid di dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida, serta penurunan kadar kolesterol HDL (Gordon, 2003). Dislipidemia bukanlah penyakit, melainkan lebih tepat disebut sebagai kekacauan metabolik akibat sekunder dari beberapa macam penyakit yang kemudian akan berdampak pada terjadinya aterosklerosis dan selanjutnya akan menyebabkan terjadinya penyakit kardiovaskular (Gordon, 2003). Dislipidemia biasanya tidak menimbulkan gejala, namun kadar LDL yang tinggi dapat menyebabkan beberapa penyakit, seperti xanthelasma kelopak mata, arcus cornea, dan penumpukan LDL pada tendon achilles, siku, dan tendon lutut, serta sendi metakarpofalangealis yang bila penumpukan ini terjadi dalam jangka panjang, dapat menyebabkan terjadinya aterosklerosis. Sedangkan kadar trigliserida yang tinggi (>1000mg/dl) dapat menyebabkan pankreatitis akut (Bays et al., 2013). Dislipidemia pada manusia bila terdapat kadar level plasma, total kolesterol > 240 mg/dl, LDL > 160 mg/dl, trigliserida > 200 mg/dl, atau HDL < 40 mg/dl. Pada tikus, kadar normal kolesterol total adalah 10-54 mg/dL (Kusumawati, 2004). Kadar normal kolesterol LDL tikus adalah 17-22 mg/dL dan kadar normal HDL tikus adalah 77-84 mg/dL (Margareth, 2014), sedangkan kadar normal trigliserida tikus adalah 26-145 mg/dL (Nichols, 2003). Jadi, tikus dapat dikatakan dislipidemia bila terjadi kenaikan berat badan > 20% atau kadar kolesterol serum > 200 mg/dL (Hardini et al., 2007). Kolesterol plasma akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia, begitu juga dengan insiden kejadian coronary artery disease (CAD). Angka patokan kadar lipid yang memerlukan penatalaksanaan, penting dikaitkan dengan terjadinya komplikasi kardiovasular ini. Dari berbagai penelitian jangka panjang yang dilakukan di negara-negara Barat, yang dikaitkan dengan besarnya risiko untuk terjadinya penyakit kardiovaskular, terdapat beberapa patokan kadar kolesterol sebagai berikut: Tabel 2.1 Pedoman Klinis untuk Menghubungkan Profil Lipid dengan Risiko Terjadinya Penyakit Kardiovaskular (PKV) (Anwar, 2004) Diinginkan Diwaspadai Berbahaya (mg/dl) (mg/dl) (mg/dl) Kolesterol Total <200 200 – 239 >240 Kolesterol LDL - Tanpa PKV - Dengan PKV Kolesterol HDL Trigliserida - Tanpa PKV - Dengan PKV 130 – 159 >160 >45 36 – 44 <35 <200 200 – 399 >400 <150 250 – 499 >500 <130 <100 Di Indonesia sendiri, prevalensi kejadian dislipidemia semakin meningkat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Sudijanto Kamso pada tahun 2004 terhadap 656 responden di 4 kota besar di Indonesia, yaitu Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Padang, didapatkan bahwa keadaan dislipidemia berat (total kolesterol >240 mg/dl) pada orang berusia di atas 55 tahun, paling banyak terdapat di Padang dan Jakarta (>56%), kemudian Bandung (52,2%), dan Yogyakarta (27,7%). Pada penelitian tersebut juga didapatkan bahwa prevalensi dislipidemia lebih banyak terjadi pada wanita (56,2%) dibandingkan pria (47%). Dan dari keseluruhan wanita yang menderita dislipidemia tersebut, didapatkan prevalensi dislipidemia terbesar terjadi pada wanita dengan rentang usia 55 – 59 tahum (62,1%) bila dibandingkan dengan rentang usia 60 – 69 tahun dan usia di atas 70 tahun (52,6%). 2.3.2 Penyebab Dislipidemia Penyebab dislipidemia dibagi menjadi 2, yaitu: (AACE, 2012) A. Dislipidemia Primer Berkaitan dengan gen yang mengatur enzim dan apoprotein yang terlibat di dalam metabolisme lipoprotein maupun reseptornya. B. Dislipidemia Sekunder Karena adanya suatu penyakit atau keadaan yang mendasari. Tabel 2.2 Penyebab Dislipidemia Lipid Kolesterol total Penyebab dan - dan - kolesterol LDL Trigliserida kolesterol VLDL - Hipotiroid Sindrom nefrotik SLE, multiple myeloma Progestin, pengobatan anabolik steroid Penyakit hati obstruktif, sirosis Protease inhibitor pada pengobatan infeksi HIV Gagal ginjal kronik DM tipe 2 Obesitas Alkohol Hipotiroid Obat anti hipertensi (Tiazid, Beta Bloker) Terapi kortikosteroid ( steroid endogen akibat stres berat) Estrogen oral, kontrasepsi oral, kehamilan Very low fat diet 2.3.3 Diagnosis Dislipidemia Ditegakkan dengan menggunakan pemeriksaan laboratorium, antara lain: 1. Pemeriksaan penyaring Dianjurkan pada setiap orang dewasa berusia lebih dari 20 tahun. Kadar lipid plasma yang diperiksa meliputi kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, dan trigliserida. Apabila ditemukan hasil yang normal maka dianjurkan pemeriksaan ulangan setiap 5 tahun. 2. Cara pemeriksaan Persiapan pemeriksaan untuk pemeriksaan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL dengan menggunakan cara direk tidak perlu berpuasa. Sebaliknya, untuk pemeriksaan kadar trigliserida diharuskan berpuasa 12-16 jam, agar mendapatkan kadar trigliserida endogen (bukan dari makanan). Oleh karena untuk pemeriksaan penyaring mutlak diperiksa keseluruhan profil lipid, maka pasien dianjurkan agar berpuasa 12-16 jam pada malam sebelumnya. 3. Kadar lipid normal dalam plasma National Cholesterol Education Program, Adult Treatment Panel III (NCEP ATP III), pada tahun 2001 membuat suatu batasan kadar lipid plasma yang sampai saat ini masih digunakan. Gambar 2.3 Interpretasi Kadar Lipid Plasma (National Cholesterol Education Program, 2001) 2.3.4 Penatalaksanaan Dislipidemia Terdiri atas terapi non farmakologis dan farmakologis. A. Terapi Non Farmakologis Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memperbaiki profil lipid ialah mengurangi asupan kolesterol dan asam lemak jenuh, pemilihan makanan yang berhubungan dengan aturan makan untuk mengurangi LDL serta peningkatan asupan serat larut, penurunan berat badan, dan peningkatan aktivitas fisik atau berolahraga. Terapi non farmakologis ini hendaknya menjadi terapi utama untuk dislipidemia, kecuali untuk pasien dengan dislipidemia bawaan (genetik mempunyai kelainan metabolisme lipoprotein/kolesterol) atau hiperlipidemia gabungan yang bersifat familial, penanganan terapinya dengan pengaturan makanan dan terapi obat dapat dimulai secara bersamaan (Grundy, 2006). Secara khusus, terapi non farmakologis dapat dibagi menjadi terapi nutrisi medis dan aktivitas fisik. a. Terapi nutrisi medis Sebelumnya perlu dilakukan anamnesis nutrisi, pengukuran status nutrisi, dan diagnosis nutrisi. Pasien dengan kadar kolesterol LDL atau kolesterol total yang tinggi dianjurkan untuk mengurangi asupan lemak (saturated fatty acid/SAFA), dan meningkatkan asupan lemak tidak jenuh rantai tunggal dan ganda (mono and poly unsaturated fatty acid). Pada pasien dengan kadar trigliserida yang tinggi, perlu adanya pengurangan asupan karbohidrat, alkohol, dan lemak. b. Aktivitas fisik Kegagalan penatalaksanaan non-farmakologis terutama karena kurangnya kepatuhan pasien dalam mengikuti petunjuk diet yang dianjurkan, demikian juga dengan aktivitas fisik. Pada prinsipnya, pasien dianjurkan untuk meningkatkan aktivitas fisik sesuai dengan kondisi dan kemampuan pasien, serta melakukan aktivitas fisik secara rutin dan teratur. B. Terapi Farmakologis Dengan pemberian obat anti-dislipidemia yang bertujuan untuk memperbaiki kadar lemak di dalam darah. Obat ini diberikan, apabila dengan terapi diet dan olahraga, kondisi pasien tidak merespon dengan baik (Illingworth, 2007). Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam pemberian obat tersebut ialah kemampuan obat-obatan tersebut dalam mempengaruhi kolesterol HDL, trigliserida, fibrinogen, kolesterol LDL, dan juga perlu diperhatikan pengaruh atau efek samping daripada obat-obatan tersebut. Beberapa golongan obat antidislipidemia yang ada saat ini ialah: (ACC/AHA, 2013) 1. Golongan statin (HMG-CoA Reductase Inhibitor: simvastatin, atorvastatin, dan lain-lain) 2. Derivat asam fibrat (gemfibrozil, fenofibrat) 3. Asam nikotinat (niacin) 4. Golongan resin (sequestran) 5. Kolesterol absorbsi inhibitor (ezetemibe) 2.3.5 Komplikasi Dislipidemia Keadaan dislipidemia yang dibiarkan, dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain: 1. Aterosklerosis 2. Penyakit jantung koroner 3. Stroke 4. Kelainan pembuluh darah lainnya 5. Pankreatitis akut (bila kadar trigliserida > 1000 mg/dl) 2.4 Lipid Lemak atau lipid adalah suatu zat yang kaya energi dan berfungsi sebagai sumber energi utama untuk proses metabolisme tubuh. Lemak diperoleh dari dua sumber, yaitu lemak yang berasal dari asupan makanan sehari-hari dan lemak yang dibentuk oleh tubuh sendiri (hasil produksi organ hati), yang disimpan di dalam sel-sel lemak (adiposit) dan jaringan adiposa sebagai cadangan energi (Nugroho, 2009). Fungsi utama jaringan adiposa ialah menyimpan trigliserida sampai tubuh memerlukannya untuk pembentukan energi. Fungsi tambahan jaringan adiposa ialah untuk menyediakan penyekat panas untuk tubuh. Secara umum, fungsi lemak ialah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat angkut vitamin larut dalam lemak, memberi rasa kenyang dan kelezatan, sebagai pelumas, dan memelihara suhu tubuh (Nugroho, 2009). Lemak tersusun atas berbagai komponen penting, antara lain fosfolipid, trigliserida (lemak netral), kolesterol, dan asam lemak (Lichtenstein et al., 2006). 2.4.1 Trigliserida Suatu ester gliserol yang terbentuk dari 3 asam lemak dan gliserol. Trigliserida merupakan lemak pada daging, produk susu, minyak goreng, dan sebagai sumber energi utama bagi tubuh. Trigliserida juga ditemukan dalam simpanan lemak di dalam tubuh dan berasal dari pemecahan lemak di hati. Sama dengan kolesterol, trigliserida juga merupakan lemak yang bersirkulasi di dalam darah. Di alam ini, sebagian besar lemak dan minyak terdiri atas trigliserida (97%), sisanya berbentuk kolesterol dan fosfolipid. Lemak disimpan di dalam tubuh dalam bentuk trigliserida. Apabila sel membutuhkan energi, enzim lipase dalam sel lemak akan memecah trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas, serta melepaskannya ke dalam pembuluh darah (Mahan et al., 2012). 2.4.1.1 Hidrolisis Trigliserida Tahap pertama dalam penggunaan trigliserida untuk energi ialah hidrolisis dari trigliserida menjadi asam lemak dan gliserol. Kemudian, asam lemak dan gliserol ditranspor ke jaringan aktif dimana keduanya dapat dioksidasi untuk menghasilkan energi. 2.4.2 Kolesterol Kolesterol adalah salah satu lemak tubuh, bisa berada dalam bentuk bebas maupun dalam bentuk kolesterol dengan asam lemak atau ester kolesterol, serta merupakan komponen utama selaput sel otak dan saraf (Murray et al., 2003). Kolesterol ini sangat diperlukan dalam berbagai proses metabolisme tubuh, antara lain (Murray et al., 2003): 1. Sebagai bahan pembentuk dinding sel. 2. Membuat asam empedu untuk mengemulsikan lemak. 3. Untuk membentuk vitamin D. 4. Berperan sebagai bahan pembuat hormon-hormon seks dan kortikosteroid atau hormon yang dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar gula darah, otot, serta kekebalan tubuh. Delapan puluh persen kolesterol dihasilkan dari dalam tubuh (dibentuk oleh hati) dan 20% sisanya berasal dari luar tubuh, yaitu dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Kolesterol merupakan produk khas dari hasil metabolisme hewan dan produk olahannya, seperti kuning telur, daging, hati, otak, susu, keju, mentega, dan lain-lain. Kolesterol yang berasal dari makanan ini jarang dalam bentuk kolesterol bebas, biasanya dalam bentuk kolesterol dengan asam lemak atau sering disebut ester kolesterol. 2.4.2.1 Biosintesis Kolesterol Hati mensintesis kolesterol dengan menggunakan asetil Koenzim-A (Asetil KoA) yang merupakan hasil dari metabolisme karbohidrat, protein, atau lemak. Biosintesis kolesterol ini terbagi menjadi empat tahap. Tahap pertama, melibatkan perubahan asetil koA menjadi 3-hidroksi-3-metilglutaril-KoA (HMGKoA) yang dikatalisis oleh enzim HMG-KoA sintase, kemudian dilanjutkan sintesis HMG-KoA menjadi Mevalonat yang diubah menjadi molekul dasar isoporen yaitu isopentenyl pyrophospat (IPP) bersamaan dengan hilangnya CO2. Tahap ketiga ialah terjadinya proses polimerisasi enam molekul isoprenoid untuk membentuk molekul skualen. Tahap paling akhir ialah proses terbentuknya inti steril dari skualen yang kemudian diubah menjadi kolesterol (Koolman, 2005). Gambar 2.4 Biosintesis Kolesterol (Koolman, 2005) 2.4.3 Lipoprotein Lemak bersifat tidak dapat larut dalam air, berarti lemak juga tidak dapat larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredarah darah, maka lemak akan berikatan dengan protein spesifik di dalam plasma darah, membentuk suatu kompleks makro molekul yang larut di dalam air. Ikatan yang terbentuk antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein disebut dengan lipoprotein (Mahley et al., 2003). Gambar 2.5 Partikel Lipoprotein (Fauzi, 2012) Fungsi utama lipoprotein ialah mengangkut komponen-komponen lipid di dalam darah (mentranspor kolesterol dan fosfolipid). Lipoprotein densitas sangat rendah mengangkut trigliserida yang disintesis di dalam hati terutama ke jaringan adiposa, sedangkan lipoprotein yang lain penting dalam tahap-tahap transpor fosfolipid dan kolesterol yang berbeda dari hati menuju jaringan perifer atau dari jaringan perifer kembali ke hati. Berdasarkan komposisi, densitas, dan mobilitasnya, lipoprotein dibedakan menjadi beberapa macam: kilomikron, Very Low Density Lipoprotein (VLDL), Intermediate Density Lipoprotein (IDL), Low Density Lipoprotein (LDL), dan High Density Lipoprotein (HDL). Setiap jenis lipoprotein ini memiliki fungsi yang berbeda dan dipecah serta dibuang dengan cara yang berbeda pula (Rader dan Hobbs, 2005). 2.4.3.1 Kilomikron Bertugas mengangkut lemak menuju hati, dibentuk di usus halus dengan komposisi asam lemak dari trigliserida. Kilomikron merupakan lipoprotein dengan berat molekul terbesar dan lebih dari 80 persen nya terdiri dari trigliserida yang berasal dari makanan dan kurang dari 5 persen nya terdiri dari kolesterol ester. Pada saat masuk ke dalam darah, kilomikron akan berinteraksi dengan LPL (Lipoprotein Lipase) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler, jaringan lemak, dan otot, sehingga trigliserida dapat dilepaskan dari kilomikron dan diangkut oleh HDL ke hati untuk dimetabolisme. Kilomikron membawa trigliserida dari makanan ke jaringan lemak dan otot rangka, dan membawa kolesterol makanan ke hati (Rader dan Hobbs, 2005). 2.4.3.2 Very Low Density Lipoprotein (VLDL) Trigliserida endogen dengan densitas sangat rendah. Lipoprotein ini terdiri dari 60 persen trigliserida endogen dan 10 – 15 persen kolesterol. Dibentuk dari asam lemak bebas di hati dan berfungsi sebagai alat transportasi lemak dari hati ke jaringan. Bagian terbesar dari VLDL ialah trigliserida dan ukuran VLDL ditentukan dari jumlah trigliserida yang ada (Rader dan Hobbs, 2005). Trigliserida VLDL dihidrolisis oleh lipoprotein lipase (LPL) dan diubah menjadi VLDL remnan (Mahley et al., 2003). VLDL remnan dapat ditangkap kembali oleh hati melalui reseptor atau tetap berada di dalam sirkulasi, dan setelah diambil komponen trigliseridanya, akan dihidrolisis oleh hepatik lipase (HL) menjadi partikel IDL dan LDL (Rader dan Hobbs, 2005), sehingga dapat terjadi peningkatan kadar LDL serum mengikuti penurunan hipertrigliserida. 2.4.3.3 Intermediate Density Lipoprotein (IDL) IDL kurang mengandung trigliserida (30 persen), lebih banyak kolesterol (20 persen), dan relatif lebih banyak mengandung apoprotein B dan E. IDL adalah zat perantara yang terjadi sewaktu VLDL dikatabolisme menjadi LDL. 2.4.3.4 Low Density Lipoprotein (LDL) LDL ialah lipoprotein dengan densitas rendah yang merupakan alat transportasi kolesterol yang utama, mengangkut sekitar 70 – 80 persen dari kolesterol total yang merupakan metabolit VLDL. Mengandung trigliserida sebanyak 10% dan kolesterol sebanyak 60%. Fungsi LDL ialah membawa kolesterol dari hati ke jaringan perifer, termasuk ke sel otot jantung, otak, dan lain-lain agar dapat berfungsi dengan baik (untuk sintesis membran plasma dan hormon steroid). 2.4.3.5 High Density Lipoprotein (HDL) HDL merupakan lipoprotein protektif yang menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Efek protektifnya diduga karena mengangkut kolesterol dari perifer untuk dimetabolisasi di hati dan menghambat modifikasi oksidatif LDL melalui paraoksonase, suatu protein antioksidan yang bersosialisasi dengan HDL. HDL berfungsi untuk membawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati untuk dimetabolisme dan dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu, sehingga penimbunan kolesterol di perifer berkurang. HDL terdiri dari 13 persen kolesterol, kurang dari 5 persen trigliserida, dan 50 persen protein. Kadar HDL yang tinggi berhubungan dengan menurunnya insiden penyakit dan kematian akibat aterosklerosis. Fungsi HDL antara lain: 1. Mengangkut kelebihan kolesterol dari jaringan ekstrahepatik dan sel pembersih (scavenger cells), dan setelah berinteraksi dengan enzim LCAT (Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) akan melepaskan kolesterol ke VLDL remnan dan hati, yang kemudian akan dikeluarkan ke dalam empedu. 2. Sebagai sumber apoprotein untuk metabolisme VLDL remnan dan kilomikron remnan. 3. Diduga sebagai sumber bahan pembentukan prostasiklin yang bersifat anti trombosis. 4. Meningkatkan sintesis reseptor LDL. Inti dari HDL ialah kolesterol ester, yang dibentuk di dalam sirkulasi melalui pengambilan kolesterol di jaringan perifer dengan pertolongan enzim LCAT (Rader dan Hobbs, 2005). 2.5 Metabolisme Lemak Terjadi di hati. Fungsi utama hati dalam metabolisme lemak antara lain: ï‚· Memecahkan asam lemak menjadi senyawa kecil untuk energi. ï‚· Mensintesis trigliserida, terutama dari karbohidrat tetapi juga dari protein dalam jumlah yang lebih sedikit. ï‚· Mensintesis lipid lain dari asam lemak, terutama kolesterol dan fosfolipid. Sel hati selain mengandung trigliserida juga mengandung sejumlah besar fosfolipid dan kolesterol, yang secara kontinu disintesis oleh hati. Sel hati juga lebih mampu mendesaturasi asam lemak daripada jaringan lain sehingga trigliserida hati secara normal lebih tidak jenuh daripada trigliserida dari jaringan adiposa. Kemampuan hati untuk mendesaturasi asam lemak secara fungsional penting untuk semua jaringan tubuh, sebab banyak struktur bagian dari seluruh sel mangandung jumlah asam lemak tidak jenuh yang cukup banyak, dan sumber utamanya adalah hati. Desaturasi ini dilakukan oleh enzim dehidrogenase di dalam sel hati. Gambar 2.6 Sumber Kolesterol Hati (influx) dan Jalur Kolesterol Keluar dari Hati (efflux) (Ferrier, 2014) Hasil akhir dari pemecahan lipid dari makanan ialah asam lemak dan gliserol. Jika sumber energi dari karbohidrat telah mencukupi, maka asam lemak akan mengalami esterifikasi, yaitu pembentukan ester dengan gliserol menjadi trigliserida yang berfungsi sebagai cadangan energi jangka panjang. Jika sewaktuwaktu tidak tersedia sumber energi dari karbohidrat, asam lemak kemudian akan dioksidasi, baik asam lemak dari diet maupun dari cadangan trigliserida jaringan. Gambar 2.7 Metabolisme Lipid (Lichtenstein dan Jones, 2006) 2.6 Transportasi Lemak Di dalam darah, lemak diangkut dengan dua cara, yaitu melalui jalur eksogen dan jalur endogen. Yang berperan pada jalur eksogen ialah kilomikron, sedangkan pada jalur endogen ialah VLDL, IDL, dan HDL (Mayes et al., 2003). 2.6.1 Jalur Endogen Hati mensintesis trigliserida dan kolesterol, kemudian diangkut melalui jalur endogen dalam bentuk VLDL kaya trigliserida. VLDL akan mengalami hidrolisis oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi VLDL remnan. VLDL remnan kemudian diambil oleh hati atau diubah menjadi IDL (Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL ini akan diambil oleh hati atau mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL. LDL akan diambil oleh reseptor LDL di hati, kemudian mengalami katabolisme. HDL bertugas untuk mengambil kolesterol bebas di jaringan perifer. Kolesterol bebas di dalam HDL kemudian diesterifikasi oleh enzim LCAT (Lecithin Cholesterol Acyl Transferase) menjadi kolesterol ester. Kolesterol ester akan mengalami perpindahan dari HDL ke VLDL atau IDL, begitu juga dengan trigliserida yang terdapat pada partikel VLDL dan IDL, dipindahkan ke partikel HDL melalui enzim CETP (Cholesterol Ester Transfer Protein) sehingga terjadi kebalikan arah transpor kolesterol (reverse cholesterol transport) dari perifer menuju hati untuk dikatabolisasi, lalu dibuang ke dalam kandung empedu sebagai asam empedu, dan penimbunan kolesterol di perifer akan berkurang. Aktivitas ini mungkin berperan dalam sifat antiaterogenik. Gambar 2.8 Jalur Metabolisme Lipoprotein Eksogen dan Endogen (Harrison’s Principles of Internal Medicine, 2011) 2.7 Teh (Camellia Sinensis) 2.7.1 Klasifikasi Teh (Anonim (a), 2014) Kerajaan : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Ericales Famili : Theaseae Genus : Camellia Spesies : Camellia sinensis Gambar 2.9 Daun Tanaman Teh (Handoko, 2007) 2.7.2 Jenis-jenis Teh Berdasarkan proses pembuatannya, teh dibedakan menjadi empat jenis: 1. Teh Hitam (Black Tea) Didapat dari hasil penggilingan yang menyebabkan daun teh terluka dan mengeluarkan getah. Getah bersentuhan dengan udara sehingga menghasilkan senyawa teaflavin dan tearubigin. Daun teh ini mengalami proses fermentasi sempurna. Warna hijau pada daun berubah menjadi kecoklatan dan selama pengeringan berubah menjadi hitam. Teh hitam paling dikenal luas dan paling banyak dikonsumsi (Sujayanto, 2008). 2. Teh Merah (Oolong Tea) Teh hasil semifermentasi (semioksidasi enzimatis), dimana daun teh tidak bersentuhan lama dengan udara pada saat pengolahan, fermentasi hanya sebagian (30 – 70%). Hasilnya, warna teh menjadi coklat kemerahan. 3. Teh Hijau (Green Tea) Teh hijau diolah tanpa mengalami oksidasi dan fermentasi. Setelah daun teh layu, langsung digulung, dikeringkan, dan dikemas. Biasanya pucuk teh langsung diproses dengan menggunakan uap panas (steam) atau frying untuk menghentikan aktivitas enzim, sehingga warna hijau tetap bertahan dan kandungan taninnya relatif tinggi. 4. Teh Putih (White Tea) Merupakan teh yang sangat istimewa, karena berasal dari pucuk daun teh yang sangat muda dan masih menggulung, pada saat dipetik dilindungi dari sinar matahari. Daun teh yang sangat muda ini diuapkan dan dikeringkan segera setelah dipetik untuk mencegah terjadinya oksidasi. Daun teh muda ini juga tidak melalui proses fermentasi, sehingga teh putih mengandung katekin dan kafein tertinggi (Dias et al., 2013). Gambar 2.10 Teh Putih, Teh Hijau, Teh Merah, Teh Hitam (Anonim (b), 2011) Camellia sinensis Buds of young leaves Young Leaves Withered Steamed (Polyphenol oxidase Inactivation) Withered Steamed/fried (Polyphenol oxidase Ruised by shaking Rolled Inactivation) Rolled/shaped Partially oxidized Fully oxidized (10 – 80%) Dried Dried Fried/Dried Fried/Dried White Tea Green Tea Oolong Tea Black Tea Theaflavins and Thearubigins Catechin Gambar 2.11 Skema Representasi Proses Pembuatan Teh (Dias et al., 2013) 2.7.3 Kandungan Kimia dalam Teh Di dalam daun teh terdapat berbagai macam bahan atau senyawa kimia yang dapat digolongkan ke dalam empat kelompok besar, yaitu substansi fenol, substansi bukan fenol, substansi penyebab aroma (senyawa aromatis), dan enzim (Alamsyah, 2006). 1. Substansi Fenol a. Flavanol Polifenol utama di dalam teh berupa katekin. Derivat katekin terdiri dari katekin (C), epikatekin (EC), galokatekin (GC), epigalokatekin (EGC), epikatekin galat (ECG), galokatekin 3-galat (GCG), dan epigalokatekin 3-galat (EGCG) (Alamsyah, 2006). b. Flavonol Flavonol merupakan senyawa golongan flavonoid yang memiliki oksidasi paling rendah. Komposisi kimia flavonol pada teh mirip dengan katekin. Flavonol pada teh meliputi quersetin, kaemferol, dan mirisetin. Flavonol berfungsi sebagai antioksidan alami yang mempunyai kemampuan untuk mengikat logam. 2. Substansi Bukan Fenol a. Karbohidrat Di dalam daun teh terkandung karbohidrat berbentuk gula sederhana sampai komplek. Karbohidrat yang penting antara lain: sukrosa, glukosa, dan fruktosa. Keseluruhan karbohidrat pada teh sebanyak 0,75% dari berat kering (Alamsyah, 2006). b. Substansi Pektin Pektin akan diurai menjadi asam pektat dan metil alkohol dengan bantuan enzim pektin metal esterase. Metil alkohol akan menguap dan sebagian lagi diubah menjadi asam organik yang akan menghasilkan aroma khas pada teh (Rohdiana, 2009). c. Alkaloid Berfungsi sebagai penyegar. Alkaloid utama dalam teh ialah kafein. Kafein akan bereaksi dengan katekin dan menimbulkan rasa segar pada seduhan teh (Alamsyah, 2006). d. Klorofil dan Zat Warna Lain Warna hijau pada daun teh disebabkan oleh adanya klorofil. Dalam proses inaktivasi enzim, terjadi pemanasan senyawa klorofil yang menyebabkan perubahan warna hijau segar pada daun teh menjadi hijau tua/zaitun karena klorofil tersebut diubah menjadi feofitin. Jika terjadi suasana sangat asam, feofitin akan diubah menjadi feoforbid yang berwarna hijau kecoklatan (Alamsyah, 2006). e. Protein dan Asam Amino Asam amino, karbohidrat, dan katekin akan membentuk senyawa aromatis. Asam amino yang berpengaruh pada proses ini ialah alanin, fenil alanin, valin, leusin, dan isoleusin. Seluruh kandungan protein dan asam amino bebas ialah 1,4 – 5% dari berat daun kering. Reaksi asam amino dengan katekin pada temperatur tinggi akan menghasilkan aldehida yang memberikan aroma pada teh (Alamsyah, 2006). f. Substansi Resin Kandungan resin sekitar 3% dari berat daun kering. Fungsi resin ialah menaikkan daya tahan tanaman teh terhadap kondisi beku (Alamsyah, 2006). g. Vitamin Di dalam daun teh terkandung beberapa vitamin, yaitu vitamin C, K, A, B1, dan B2. Kandungan vitamin C pada teh sebesar 100 – 250 mg. Kandungan vitamin C sebesar itu hanya terdapat pada teh putih dan teh hijau. Sedangkan kandungan vitamin K dalam teh putih dan teh hijau sebesar 300 – 500 IU/g (Alamsyah, 2006). h. Mineral Berfungsi dalam pembentukan enzim di dalam tubuh, sumber mineral yang penting dalam proses metabolisme. Kandungan mineral di dalam daun teh: - Magnesium Berfungsi membantu proses metabolisme protein, reaksi seluler, mengatur elektrolit tubuh, reseptor hormon, metabolisme vitamin D (Rohdiana, 2009). - Flouride Berfungsi menguatkan gigi agar terhindar dari karies, pembentukan plak gigi, dan membunuh bakteri penyebab pembengkakan gusi (Alamsyah, 2006). - Natrium Berfungsi mengatur keseimbangan elektrolit untuk mencegah menurunnya cairan seluler akibat tekanan osmotik. - Kalsium Berfungsi membantu pembentukan tulang dan gigi, transmisi impuls saraf, kontraksi otot, dan meningkatkan efektifitas kerja enzim. - Seng Berperan dalam metabolisme tubuh, sintesis vitamin A, peningkatan sistem kekebalan tubuh, dan membentuk enzim pemusnah radikal bebas. 3. Substansi Penyebab Aroma (Senyawa Aromatis) Aroma teh berasal dari likosida yang terurai menjadi gula sederhana dan senyawa yang beraroma atau dari oksidasi karotenoid yang menghasilkan senyawa yang mudah menguap (aldehida dan keton tak jenuh). Substansi penyebab aroma ini meliputi klorofil, karotenoid, dan senyawa volatil. 4. Enzim Berfungsi sebagai biokatalisator reaksi kimia pada daun teh. Enzim yang terkandung di dalam daun teh ialah invertase, amylase, glukosidase, oximetilase, protease, peroksidase, dan polifenol oksidase (Alamsyah, 2006). 2.8 Teh Hijau Teh hijau serupa dengan teh putih, tidak mengalami proses fermentasi, tidak seperti teh hitam yang difermentasi seluruhnya dan teh oolong yang difermentasi sebagian. Teh hijau diproses dengan cara penguapan (steaming) langsung setelah dipetik agar tidak terfermentasi, sehingga kandungan polifenol yang dipertahankan juga lebih banyak. Setelah di-steaming atau frying, daun teh hijau kemudian digulung dan baru dikeringkan, sehingga masih ada sedikit proses oksidasi yang terjadi dan menyebabkan kandungan polifenol pada daun teh hijau sedikit lebih rendah daripada teh putih. Polifenol pada daun teh ini berfungsi sebagai antioksidan yang baik bagi kesehatan tubuh (Hatma, 2011). Daun segar Inaktivasi Enzim (steaming) Penggilingan OTR Penggilingan CTC Pengeringan Gambar 2.12 Skema Proses Pengolahan Teh Hijau (Dahlia, 2014) Zat aktif utama dari polifenol ialah katekin. Beberapa jenis derivat katekin yang terkandung pada teh hijau, antara lain: Epicatechin (EC), Epicatechin 3Gallate (ECG), Epigallocatechin (EGC), Epigallocatechin 3-Gallate (EGCG), Catechin (C), dan Gallocatechin (GC) (Nagao et al., 2007). EGCG merupakan komponen yang paling banyak dan paling aktif di dalam teh hijau, serta merupakan antioksidan yang lebih kuat dibandingkan dengan vitamin C dan E. Satu gelas teh hijau biasanya mengandung 100 – 200 mg EGCG (Roy et al., 2007). EGCG pada teh hijau ini mempunyai kemampuan unik untuk merusak pathway dari proses patologis penyakit, seperti kanker, penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, Alzheimer, dan Parkinson. Selain itu, EGCG juga memiliki efek sebagai anti-aterosklerosis, anti-hiperkolesterolemia, anti-hipertensi, antihiperglisemia, antibakterial, dan antiviral (Kao, 2000). EGCG dapat memperlambat pelepasan sitokin-sitokin, sehingga proses inflamasi serta proliferasi otot polos vaskular terhambat. Hal ini mencegah terjadinya aterosklerosis yang merupakan salah satu faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskular. Maka dapat dikatakan bahwa EGCG berfungsi dalam mencegah terjadinya aterosklerosis, serta meningkatkan fungsi endotelial dan arteri. Oleh karena itu, banyak penelitian menyatakan bahwa konsumsi teh hijau secara rutin dan dengan dosis yang sesuai, dapat menurunkan risiko terkena penyakit kardiovaskular dan infark miokard (serangan jantung) (Roy et al., 2007). Selain katekin dan derivatnya, teh hijau juga mengandung tanin, saponin, vitamin B, asam folat, mangan, kalium, magnesium, dan kafein yang juga sangat bermanfaat bagi tubuh. Hasil fitokimia teh hijau dibandingkan dengan teh putih dapat dilihat pada tabel 2.3 Tabel 2.3 Hasil Analisis Flavonoid, Total Fenol, Tanin, Saponin, Kapasitas Antioksidan, dan IC50% (Adeline, 2016) Beberapa manfaat teh hijau bagi tubuh menurut Sulaksono ialah untuk memperbaiki profil lipid, mengontrol berat badan, menurunkan risiko terhadap penyakit kardiovaskular, membantu melawan radikal bebas di dalam tubuh, menghindari penuaan dini, dan lain sebagainya. Gambar 2.13 Teh Hijau (Anonim (d), 2015) Gambar 2.14 Seduhan Teh Hijau (Resdiyanto, 2015) 2.9 Teh Hijau dan Dislipidemia Beberapa penelitian pada binatang telah menunjukkan manfaat teh hijau dalam menurunkan profil lipid (kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida) di dalam darah. Salah satu penelitian tersebut menemukan bahwa kandungan aktif flavonoid di dalam teh hijau memiliki efek penurunan kadar kolesterol LDL yang sama atau lebih besar dibandingkan dengan diet rendah lemak. Beberapa penelitian lain pada binatang juga menyatakan bahwa hasil penurunan kadar kolesterol total dan kolesterol LDL tidak berbeda antara teh hijau yang diseduh dengan ekstrak teh hijau (Babu et al., 2006). Penurunan kadar kolesterol merupakan efek langsung dan tidak langsung dari teh hijau. Beberapa studi mengemukakan bahwa flavonoid di dalam teh hijau terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan Abdel-Aal, 2010). Flavonoid memiliki kemampuan untuk menginhibisi CETP (cholesteryl ester transfer protein). Dengan menekan CETP, maka dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL (Qin et al., 2009). Katekin dapat meningkatkan pengeluaran energi, sehingga terjadi pengurangan lemak tubuh. Efek dari pengurangan lemak tubuh tersebut ialah penurunan kadar kolesterol (Roy et al., 2007). Mekanisme lain yang dikemukakan ialah penurunan kadar kolesterol yang terjadi akibat inhibisi dari absorbsi kolesterol dan trigliserida. EGCG ditemukan dapat menghambat sistem micelle bilier di dalam lumen intestinal dengan cara membentuk endapan kolesterol yang tidak larut, sehingga dapat meningkatkan ekskresi lemak di feses (Roy et al., 2007). Studi lain menemukan bahwa katekin dapat menginhibisi langsung sintesis kolesterol. Penelitian in vitro menyatakan bahwa katekin di dalam teh hijau merupakan inhibitor kuat dan sangat selektif terhadap squalene epoxidase, enzim biosintesis kolesterol. Oleh karena itu, menurut mekanisme kerja tersebut, dapat dikatakan bahwa kerja teh hijau mirip dengan statin, yaitu menurunkan sintesis kolesterol dan meningkatkan reseptor LDL (Nagao et al., 2007). Kandungan tanin yang tinggi di dalam teh hijau mampu meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus GLUT4 (Hayashi et al., 2002). Selain itu, pemberian senyawa aktif turunan tanin pada konsentrasi 0,1 mg/mL diketahui dapat menurunkan proliferasi adiposit hingga mencapai 62% – 64% (Liu et al., 2001; Hayashi et al., 2002). Pada penelitian lain ditemukan bahwa kandungan saponin di dalam teh hijau memiliki efek sebagai antihiperlipidemia, dengan cara menghambat kerja 3Hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase (HMGCR) dan Acyl-CoA: cholesterol O-acyltransferase 2 (ACAT 2) (Shi et al., 2014). HMGCR adalah enzim yang meregulasi biosintesis kolesterol. Inhibisi dari ekspresi atau aktivitas enzim HMGCR akan menghambat sintesis de novo kolesterol dalam hati dan dengan demikian akan mengurangi kadar kolesterol serum (Jurevics et al., 2000). Sedangkan ACAT2 mengkonversi kolesterol bebas menjadi kolesterol ester sebagai respon terhadap biosintesis kolesterol intraseluler yang berlebihan. Ekspresis ACAT2 yang berlebihan meningkatkan produksi kolesterol ester yang akan bereaksi terhadap hepatik lipoprotein yang mengandung apoB dan disekresi ke dalam plasma, jadi ACAT2 memainkan peran penting dalam produksi lipoprotein aterogenik (Lee et al., 2005). Selain itu saponin juga meningkatkan ekspresi cholesterol 7-alpha-hydroxylase (CYP7A1) yang merupakan enzim yang terlibat dalam jalur biosintesis asam empedu dan setidaknya terlibat dalam 75% dari proses produksi asam empedu (Chiang, 2004). Peningkatan ekspresi maupun aktivitas dari enzim CYP7A1 meningkatkan jalur katabolik kolesterol dan menyebabkan pengurangan kadar kolesterol total dalam serum dan hati (Del-Bas et al., 2005). 2.10 Teh Putih Teh putih berasal dari pucuk daun Camellia sinensis yang sangat muda dan masih menggulung, mempunyai rambut-rambut sangat halus berwarna putih keperakan, dan pada saat dipetik harus dilindungi dari sinar matahari untuk mencegah terbentuknya formasi klorofil, sehingga memberikan penampakan berwarna putih pada daun teh muda tersebut (Dias et al., 2013). Teh putih ini harus dipetik sebelum kira-kira pukul 06.30 pagi atau sebelum matahari terik agar tidak terjadi oksidasi enzimatis dini di tangan pemetik ataupun saat pengumpulan dan pengangkutan pucuk daun teh segar. Jika pucuk daun teh segar ini terkena sinar matahari terik yang lama, maka kuncup yang menggulung akan perlahan terbuka (flaky open) dan tidak mulus, sehingga akan mengurangi kandungan antioksidan di dalamnya. Oleh karena itu, setelah dipetik, pucuk daun teh muda segar ini harus sesegera mungkin sampai di pabrik. Teh putih di Indonesia pertama kali ditanam dan dikembangkan di daerah Gambung, Bandung Selatan, Jawa Barat oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama R. E. Kerkhoven pada tahun 1878, dan kini menjadi lokasi dari Pusat Penelitian Teh dan Kina. Teh putih ini diproduksi menjadi teh unggulan yang diberi nama Excellent Gamboeng White Tea, Premium Tea of Indonesia, oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina, Bandung. Teh putih Gambung memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi, karena berasal dari tanaman klon unggul teh varietas Assamica seri GMB 1-11, yaitu hasil dari persilangan klonklon teh yang memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi, sehingga dapat menghasilkan superior tea clones. Kandungan antioksidan di dalam teh putih dipengaruhi beberapa faktor antara lain, jenis tanaman teh (varietas atau klon) yang menghasilkan pucuk daun teh yang segar, cara penanganan pucuk daun teh tersebut, dan cara pengolahan, hingga cara pengemasannya. Berbeda dengan teh yang berasal dari negeri Cina yang banyak menanam teh varietas Sinensis, sebagian besar tanaman teh di Indonesia berasal dari varietas Assamica. Perbedaan kedua varietas tersebut antara lain: Tabel 2.4 Perbedaan Teh Varietas Sinensis dan Varietas Assamica (Hilal dan Engelhardt, 2007) Varietas Sinensis Paling banyak ditemukan di Cina Varietas Assamica Sekitar 95% dari tanaman teh di Indonesia Antioksidan (katekin) lebih rendah: 6,2 Antioksidan (katekin) lebih tinggi: 11,1 – 14,3% – 26,5% Aroma lebih kuat Aroma tidak terlalu kuat Rasa tidak terlalu kuat Rasa lebih kuat Gambar 2.15 Teh Putih (Yusi, 2015) Gambar 2.16 Seduhan Teh Putih (Anonim (c), 2014) Proses produksi teh putih dimulai dengan daun teh yang masih sangat muda, segera dipetik untuk menghindari terjadinya oksidasi, kemudian diuapkan dan dikeringkan dengan segera. Proses ini menghasilkan seduhan teh yang terasa ringan dan sangat spesial, sehingga teh putih ini sangat disukai oleh masyarakat di Eropa (Almajano et al., 2008). Oleh karena teh putih tidak melalui proses fermentasi dan oksidasi, maka teh putih mempunyai kandungan polifenol yang tinggi dibandingkan dengan jenis teh lainnya. Polifenol utama pada teh putih terutama berasal dari derivat katekin, yang merupakan antioksidan poten yang bermanfaat bagi kesehatan. Sifat antioksidan pada teh putih dapat mencegah radikal bebas dan dapat menginhibisi stres oksidatif dan inflamasi, dimana stres oksidatif dan inflamasi berkaitan dengan terjadinya bermacam-macam penyakit, seperti obesitas, dislipidemia, diabetes, kardiovaskular, neurodegeneratif, dan kanker (Dias et al., 2013). 2.10.1 Manfaat Teh Putih Beberapa manfaat teh putih, yaitu sebagai proteksi terhadap penyakit kardiovaskular, kanker, diabetes melitus, obesitas, sistem saraf pusat, dan penyakit infeksi. Proteksi terhadap penyakit kardiovaskular didapat dari sifat teh putih sebagai antitrombogenik, aktivitas hipotensif, anti inflamasi, aktivitas hipokolesterolemia, aktivitas lipolitik, dan anti angiogenik (Dias et al., 2013). Tabel 2.5 Efek Protektif Potensial dari Teh Putih (Dias et al., 2013) Cardiovascular diseases Antithrombogenic activity (Dias et al., 2013) Hypotensive activity (Green DJ et al., 2011) Antiinflammatory activity (Stang V et al., 2006) Antioxidant activity (Cheng To et al., 2000) Cancer Antimutagenic activity (Battacharya U et al., 2011) Anticarcinogenic activity (Carvalho M et al., 2010) Antiinflammatory activity (Deka A et al., 2011) DNA damage reduction (Sharangi A, 2009) Antioxidant activity (Han MK, 2003) Antiangiogenic activity (Sharangi A, 2009) Diabetes mellitus Anti-diabetic activity (Albofathi AA et al., 2012) Obesity CNS Stimulation of hepatic lipid metabolism (Murase T et al., 2002) Inhibition of lipase (Chantre P et al., 2002) Anti-stress activity (Kimura K et al., 2007) Stimulant activity (Liu K et al., 2011) Anti-fungal activity (Hirasawa et al., 2004) Insulin Thermogenic resistance activity reduction (Dullo A et (Islam M, al., 2000) 2011) Antioxidant Modulation activity (Song of appetite EK et al., (Liao S, 2003) 2001) Hypocholesterolemic activity (Maron DJ et al., 2003) Antidepressant activity (Zhu WL et al., 2011) Antioxidant activity (Lopez V et al., 2011) Anti-viral activity (Weber JM et al., 2003) Hypoglycemic activity (Mackenzie T et al., 2007) Lipolytic and antiadipogenic activity (Sohle J et al., 2009) Hypolipidemic activity (Huang et al., 2012) Microorganism induced diseases Anti-microbial activity (Wang X et al., 2010) 2.10.2 Komposisi Kimia Teh Putih Komposisi utama yang terkandung di dalam teh putih meliputi, protein, polisakarida, polifenol, mineral, trace element, asam amino organik, lignan, dan metilxantin, yaitu kafein, teofilin, dan teobromin (Seeram et al., 2006; Moderno et al., 2009). Polifenol pada teh putih yang merupakan derivat utama dari katekin ialah epicatechin (EC), epigallocatechin (EGC), epicatechin-3-gallate (ECG), dan epigallocatechin-3-gallate (EGCG). 2.11 Teh Putih terhadap Dislipidemia Diet tinggi lemak dapat menyebabkan kelebihan trigliserida di dalam tubuh yang akan diakumulasi oleh adiposit dan jaringan adiposa. Hipertrofi adiposit dan akumulasi jaringan adiposa membuat adiposit dan jaringan adiposa dalam keadaan patogenik atau disebut dengan Adiposapathy (Bays et al., 2013). Keadaan adiposapathy ini menstimulasi terjadinya pelepasan sitokin, yaitu Tumor Necrosis Factor-alpha (TNF-α). Kadar TNF-α yang meningkat dapat menyebabkan terjadinya resistensi insulin. Resistensi insulin pada adiposit dapat menurunkan aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL), sehingga clearance VLDL menurun, akibatnya kadar VLDL di dalam darah meningkat. Selain itu, resistensi insulin juga dapat meningkatkan hidrolisis trigliserida, sehingga terjadi peningkatan FFA. FFA akan masuk ke dalam sirkulasi darah, lalu ke hati. Peningkatan FFA di hati akan merangsang sekresi dari VLDL, sehingga terjadi hipertrigliseridemia. Pemberian ekstrak teh putih yang mengandung EGCG dapat menurunkan TNF-α, sehingga oksidasi asam lemak pada hati meningkat, menghambat sintesis kolesterol oleh sel hati, serta meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat, akan meningkatkan pula aktivitas enzim LPL dan menurunkan FFA, serta menghambat aktivitas CETP (Kersshaw dan Flier, 2004). Gambar 2.17 CETP (Eckardstein, 2010) CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari HDL ditukar dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL, maupun kilomikron, sehingga VLDL kaya kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A-1 memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. Apo A-1 bebas ini dibersihkan dari plasma melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan HDL untuk reverse cholesterol transport. Akibatnya, kadar HDL dalam darah menurun. Sedangkan pada LDL kaya trigliserida, mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000). EGCG menghambat CETP, sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL kolesterol (Liu Di et al., 2009). Epigallocatechin 3-gallate (EGCG) TNF-α Oksidasi asam lemak FFA Sintesis kolesterol Sensitivitas insulin Kolesterol Lipoprotein Lipase FFA Trigliserida Clearing VLDL Sintesis VLDL hati Trigliserida CETP HDL Gambar 2.18 EGCG dan Profil Lipid (Dahlia, 2014) LDL 2.12 Hewan Percobaan 2.12.1 Tikus Putih Jantan Galur Wistar sebagai Hewan Coba Percobaan ini menggunakan tikus putih sebagai binatang percobaan, karena tikus putih lebih dapat dikendalikan, reproduksinya cepat, efek metabolismenya cepat, mempunyai reaksi biokimia/genetik yang dekat dengan manusia, dan karena tikus putih lebih besar dari mencit, memudahkan dalam hal pengambilan darah. Tikus putih sebagai hewan coba juga relatif resisten terhadap infeksi dan sangat cerdas. Tikus putih tidak begitu bersifat fotofobik seperti halnya mencit dan kecenderungan untuk berkumpul dengan sesamanya tidak begitu besar. Aktivitasnya tidak terganggu oleh adanya manusia di sekitarnya. Dalam percobaan ini dipilih tikus putih jantan sebagai binatang percobaan, dengan alasan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih stabil karena tidak dipengaruhi oleh adanya siklus menstruasi dan kehamilan seperti pada tikus putih betina. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibandingkan dengan tikus betina (Ngatijan, 2006). Ada dua sifat yang membedakan tikus putih dari hewan percobaan lainnya, yaitu tikus putih tidak dapat muntah karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung dan tikus putih tidak mempunyai kandung empedu (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Krinke, 2000). Tikus laboratorium jantan jarang berkelahi seperti mencit jantan. Tikus putih dapat tinggal sendirian di dalam kandang, asalkan dapat melihat dan mendengar tikus lain. Jika dipegang dengan cara yang benar, tikus-tikus ini bisa tenang dan mudah ditangani di laboratorium. Tikus putih juga lebih besar daripada mencit, sehingga untuk percobaan laboratorium, tikus putih lebih menguntungkan daripada mencit. Usia tikus 2,5 bulan memiliki persamaan dengan manusia usia dewasa muda dan belum mengalami proses penuaan instrinsik (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Klasifikasi tikus putih dalam sistematika hewan percobaan ialah: Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Classis : Mammalia Subclassis : Placentalia Ordo : Rodentia Familia : Muridae Genus : Rattus Species : Rattus norvegicus Gambar 2.19 Tikus Wistar (Rattus norvegicus) (Dahlia, 2014) Terdapat beberapa galur tikus yang mempunyai kekhususan tertentu, antara lain galur Wistar Albino dengan kepala besar, telinga panjang, dan ekor pendek; galur Sprague Dawley yang albino putih berkepala kecil dan berekor panjang; dan galur Long Evans yang mempunyai badan berwarna putih, sedangkan kepala dan ekstremitasnya berwarna hitam. Galur Sprague Dawley dan Long Evans berasal dari pengembangan galur Wistar (Hubrecht dan Kirkwood, 2010). Panjang badan tikus diukur dari ujung hidung sampai pertengahan anus, sedangkan panjang ekor diukur dari pertengahan anus sampai dengan ujung ekor. Tikus Wistar memiliki panjang ekor yang selalu lebih pendek daripada panjang badannya, sedangkan tikus Sprague Dawley memiliki panjang ekor yang sama atau lebih panjang daripada badannya (Krinke, 2000). Tabel 2.6 Data Biologis Tikus Wistar (Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010) Berat badan lahir 4,5 – 6 gram Berat badan dewasa Jantan 250 – 300 gram Betina 180 – 220 gram Usia maksimum 2 – 4 tahun Usia reproduksi 8 – 10 minggu Konsumsi makanan 15 – 30 g/hari Konsumsi air minum 20 – 45 g/hari Defekasi 9 – 13 g/hari Produksi urin 10 – 15 ml/hari Untuk tikus di laboratorium, makanan dan air minum sebaiknya diberikan secara ad libitum, dan pencahayaan ruangan diatur sebagai 12 jam terang dan 12 jam gelap. Tikus, terutama tikus albino, sangat sensitif terhadap cahaya, maka intensitas cahaya laboratorium sebaiknya tidak melebihi 50 lux (Hubrecht dan Kirkwood, 2010). Kondisi optimal untuk tikus di laboratorium (Krinke, 2000; Hubrecht dan Kirkwood, 2010): a. Kandang tikus harus cukup kuat dan tidak mudah rusak, mudah dibersihkan (satu kali seminggu), mudah dipasang kembali, hewan tidak mudah lepas, harus tahan gigitan, dan hewan tampak jelas dari luar. Alas tempat tidur harus mudah menyerap air, pada umumnya digunakan serbuk gergaji atau sekam padi. b. Menciptakan suasana lingkungan yang stabil dan sesuai dengan keperluan fisiologis tikus (suhu, kelembaban, dan kecepatan pertukaran udara yang ekstrim harus dihindari). Suhu ruangan yang baik berkisar antara 20–220C, sedangkan kelembaban udara sekitar 50%. c. Untuk tikus dengan berat badan 200 – 300 gram, luas lantai tiap ekor tikus ialah 600 cm2 dan dengan tinggi 20 cm. Jumlah maksimal tikus per kandang ialah 3 ekor tikus. d. Transportasi jarak jauh sebaiknya dihindari karena dapat menimbulkan stres pada tikus. Jika kondisi di atas tidak terpenuhi, maka tikus menjadi sakit. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menilai apakah tikus dalam keadaan sehat atau sakit (Hubrecht dan Kirkwood, 2010): ï‚· Penampilan umum Pada tikus yang sakit dapat terlihat piloereksi, bulu rontok, kulit kendur, berat badan menurun, kelopak mata tertutup. ï‚· Feses Feses lembek dan tikus yang diare menunjukkan gangguan pada saluran pencernaan. ï‚· Tingkah laku Tikus yang sakit akan menjadi lebih agresif pada awalnya, namun lama kelamaan akan menjadi pasif. ï‚· Postur Umumnya tikus yang sakit akan sering tiduran di lantai kandang, dengan posisi kepala menyentuh abdomen. ï‚· Pergerakan Pergerakan pada tikus yang sakit akan sangat berkurang. ï‚· Suara Tikus yang sakit akan lebih banyak mencicit ketika dipegang. ï‚· Fisiologi Dapat terjadi bersin, hipotermia, serta penampilan yang pucat. BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Dislipidemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol di dalam darah yang disebabkan oleh meningkatnya TNF-α akibat asupan lemak jenuh berlebih. Keadaan ini bisa mencetuskan berbagai macam penyakit, terutama penyakit kardiovaskular (aterosklerosis). Kadar kolesterol yang tinggi di dalam darah dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor eksogen yang meliputi lingkungan, pola makan, gaya hidup, aktivitas fisik, penggunaan obat-obatan, dan lain-lain; dan faktor endogen yang meliputi genetik, hormonal, usia, fisiologi, tingkat stres, dan lain-lain. Penatalaksanaan kadar kolesterol yang tinggi akibat faktor eksogen lebih mudah untuk dilakukan, yaitu dengan merubah pola makan dan gaya hidup menjadi lebih sehat, melakukan aktivitas fisik secara rutin, mengurangi konsumsi alkohol, berhenti merokok, dan konsumsi suplementasi. Penatalaksanaan kadar kolesterol yang tinggi akibat faktor endogen lebih sulit untuk dilakukan. Teh merupakan salah satu bahan alternatif untuk memperbaiki kondisi dislipidemia karena mengandung antioksidan yang tinggi. Pada teh hijau, selain mengandung EGCG yang tinggi, teh hijau juga mengandung total fenol, tannin, saponin, dan kapasitas antioksidan yang lebih tinggi daripada teh putih. Epigallocatechin 3-Gallate (EGCG), merupakan komponen aktif utama dari katekin pada teh, bekerja secara sinergis dengan kafein dalam memperbaiki profil lipid dengan cara menurunkan TNF-α, sehingga terjadi penurunan sintesis asam lemak dan terjadi peningkatkan oksidasi asam lemak di hepar yang mengakibatkan terjadinya penurunan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida di dalam darah; dan meningkatkan termogenesis pada lemak sehingga meningkatkan pengeluaran kalori. Flavonoid yang memiliki kemampuan untuk menginhibisi CETP sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL. Tanin terbukti mampu meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus GLUT4 dan dapat menurunkan proliferasi adiposit. Serta saponin yang menghambat kerja HMGCR dan ACAT2 sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol total dalam serum dan hati. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mempelajari seberapa besar efek perbaikan profil lipid dari pemberian ekstrak teh hijau bila dibandingkan dengan pemberian ekstrak teh putih pada tikus yang diberikan diet tinggi lemak (dislipidemia) dan jenis teh mana yang lebih baik dalam memperbaiki profil lipid pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia. 3.2 Konsep Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka di atas, maka disusunlah konsep penelitian sebagai berikut: Ekstrak Teh Putih Ekstrak Teh Hijau Faktor Endogen: Faktor Eksogen: - - Pola makan Aktivitas fisik Konsumsi alkohol Merokok Obat-obatan Penyakit Tikus dislipidemia Keterangan: Diteliti Tidak diteliti Kolesterol total Kolesterol LDL Trigliserida Kolesterol HDL Genetik Hormonal Fisiologi Usia Status gizi Tingkat stres 3.3 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam desain penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol total lebih banyak daripada ekstrak teh putih pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia. 2. Ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol LDL lebih banyak daripada ekstrak teh putih pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia. 3. Ekstrak teh hijau menurunkan kadar trigliserida lebih banyak daripada ekstrak teh putih pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia. 4. Ekstrak teh hijau menaikkan kadar kolesterol HDL lebih banyak daripada ekstrak teh putih pada tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan menggunakan Pretest-Posttest Control Group Design (Pocock, 2008) dimana rancangan penelitian ini ialah tikus dibagi menjadi dua kelompok. Perlakuan diberikan pada kedua kelompok terhadap pemberian ekstrak yang diteliti untuk menghindari variasi biologis. Skema rancangan penelitian adalah sebagai berikut: P1 O1 P S O2 R P2 O3 O4 Keterangan: P = Populasi S = Sampel R = Randomisasi O1 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan 1 (pretest) O3 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan 2 (pretest) P1 = Perlakuan pada kelompok perlakuan 1 yang diberikan pakan biasa dan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus dalam volume 1 cc, diberikan 3 kali sehari P2 = Perlakuan pada kelompok perlakuan 2 yang diberikan pakan biasa dan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus dalam volume 1 cc, diberikan 3 kali dalam sehari O2 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan 1 (posttest) O4 = Kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL pada kelompok perlakuan 2 (posttest) 4.2. 4.2.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Pembuatan dan analisis ekstrak teh putih dan ekstrak teh hijau dilakukan di Laboratorium Teknik Pascapanen Fakultas Teknik Pertanian Universitas Udayana. Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Pemeriksaan darah dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta. 4.2.2 Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama 51 hari: 1. Tujuh hari untuk aklimatisasi. 2. Dua puluh delapan hari untuk pemberian diet tinggi lemak. 3. Satu hari untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, kolesterol HDL, dan berat badan awal (pretest). 4. Empat belas hari untuk perlakuan. 5. Satu hari untuk pemeriksaan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, kolesterol HDL, dan berat badan akhir (post test). 4.3 Populasi dan Sampel Populasi penelitian ini adalah tikus jantan galur Wistar berusia 2-3 bulan dengan berat 180-200 gram. 4.3.1 Kriteria Sampel 4.3.1.1 Kriteria Inklusi 1. Tikus (Rattus norvegicus) Jantan Galur Wistar. 2. Tikus dislipidemia dengan kadar kolesterol total >200 mg/dl (Hardini et al., 2007) 3. Umur 2 – 3 bulan. 4. Berat tikus 180 – 200 gram. 4.3.1.2 Kriteria Dropout Tikus mati atau sakit ketika sedang dalam tahap penelitian. 4.3.2 Besar Sampel Besar sampel dikalkulasikan dengan menggunakan rumus (Pocock, 2008): 2σ2 x f(α,β) n= 2 (µ2 - µ1) Keterangan: n = besar sampel σ = simpangan baku kontrol µ1 = rerata hasil pada kelompok perlakuan 1 µ2 = rerata hasil pada kelompok perlakuan 2 f(α,β) = besarnya dilihat pada tabel Pocock Dari penelitian pendahuluan pada variabel kolesterol total, didapatkan hasil sebagai berikut (Adeline, 2016): σ = 8,06 µ1 = 106,59 µ2 = 118,95 f(α,β) = 10,5 (ditetapkan berdasarkan tabel Pocock) 2.(8,06)2 n = x 10,5 (118,95-106,59)2 = 8,93 ≈ 9 Jadi minimum sampel yang diperlukan berdasarkan variabel kolesterol total adalah 9 ekor tikus. Untuk berjaga-jaga kemungkinan terjadinya drop out, maka digunakan cadangan sebesar 10% yaitu 0,9, sehingga total sampel yang digunakan adalah 9,9 ≈ 10 ekor/kelompok. 4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel Diambil 20 ekor tikus jantan galur wistar berumur 2-3 bulan dengan berat 180-200 gram dan sehat, diberikan diet tinggi lemak sampai memenuhi kriteria dislipidemia, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok secara random. 4.4 Variabel Penelitian 4.4.1 Identifikasi Variabel - Variabel bebas. - Variabel tergantung. - Variabel kendali. 4.4.2 Klasifikasi Variabel - Variabel bebas: Ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih - Variabel tergantung: 1. Kolesterol total 2. Kolesterol LDL 3. Trigliserida 4. Kolesterol HDL 5. Berat badan - Variabel kendali: Jenis kelamin, usia, diet tinggi lemak. 4.4.3 Definisi Operasional Variabel 1. Teh hijau adalah ekstrak etanol teh hijau yang berasal dari daun teh hijau gambung. Kadar yang diberikan adalah 7,2 mg ekstrak teh hijau merk Gamboeng Green Tea/200 gr tikus dalam volume 1 cc, 3 kali sehari, diberikan dengan sonde. 2. Teh putih adalah ekstrak etanol teh putih yang berasal dari daun teh putih gambung. Kadar yang diberikan adalah 7,2 mg ekstrak teh putih merk Excellent Gamboeng White Tea/200 gr tikus dalam volume 1 cc, 3 kali sehari, diberikan melalui sonde. 3. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandardisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak, tinggi kolesterol, dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, makanan standar sampai 100%. Dipersiapkan juga air minum yang matang. 4. Dislipidemia pada penelitian ini adalah tikus jantan galur wistar dengan kadar kolesterol total >200 mg/dl setelah pemberian diet tinggi lemak. 5. Kolesterol total adalah kadar kolesterol total dalam serum yang dianalisa dengan menggunakan alat Spektrofotometer, metode God Pap, dan kit diasys. Kadar normal pada tikus: 10-54 mg/dl (Kusumawati, 2004). 6. Kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) adalah kadar kolesterol LDL dalam serum yang dianalisa dengan menggunakan alat Spektrofotometer, metode God Pap, dan kit diasys. Kadar normal pada tikus: 17-22 mg/dl (Margareth, 2014). 7. Trigliserida (triacylglycerol) adalah kadar trigliserida serum yang dianalisa dengan menggunakan alat Spektrofotometer, metode God Pap, dan kit diasys. Kadar normal pada tikus: 26-145 mg/dl (Nichols, 2003). 8. Kolesterol HDL (High Density Lipoprotein) adalah kadar kolesterol HDL dalam serum yang dianalisa dengan menggunakan alat Spektrofotometer, metode God Pap, dan kit diasys. Kadar normal pada tikus: 77-84 mg/dl (Margareth, 2014). 4.4.4 Hubungan Antar Variabel Variabel tergantung Variabel bebas Ekstrak Teh Putih Ekstrak Teh Hijau - Kolesterol total - Kolesterol LDL - Trigliserida - Kolesterol HDL - Berat badan Variabel kendali 1. Jenis kelamin 2. Usia 3. Dislipidemia Gambar 4.1 Bagan Hubungan Antar Variabel 4.5 Alat dan Bahan Penelitian 4.5.1 Alat Penelitian Alat penelitian yang digunakan ialah: 1. Alat-alat untuk pemeliharaan hewan coba (kandang ukuran 40 x 30 x 20 cm, tempat minum, tempat makan, sekam sebagai alas, sonde, timbangan). 2. Alat-alat untuk pemeriksaan profil lipid (Anestesi, mikropipet kapiler hematokrit, pipet, tabung efendof, tabung EDTA, alat sentrifugasi). 3. Alat-alat pembuatan ekstrak teh hijau dan teh putih (blender, larutan etanol 96%, Vaccum Rotary Evaporator, kasa, kertas saring Whatman No. 2, botol kaca untuk penyimpanan hasil ekstraksi). 4.5.2 Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan ialah: 1. Ekstrak teh putih. 2. Ekstrak teh hijau. 3. Akuades. 4. Diet tinggi lemak adalah bahan makanan yang distandarisasi untuk memenuhi syarat tinggi lemak dengan komposisi: kolesterol 1%, kuning telur 5%, lemak hewan 10%, minyak goreng 1%, dan makanan standar sampai 100%, yang didapat dari Laboratorium Farmakologi Universitas Udayana, Denpasar, Bali. 4.6 1. Prosedur Penelitian Prosedur pembuatan ekstrak teh hijau a. Teh hijau Gambung yang akan digunakan dicuci bersih. b. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan teh hijau ke dalam blender. c. Hasil blender direndam dalam larutan etanol 96% dengan perbandingan 1:1 pada suhu 600C selama 30 menit, kemudian didinginkan selama 4 jam (Romero-Perez et al., 2001). d. Kemudian dilakukan 2x penyaringan, yang pertama dengan menggunakan 4 lapis kain kasa, kemudian dengan menggunakan kertas saring Whatman no.2. Penyaringan dibantu dengan menggunakan mesin vakum. e. Dilakukan evaporasi dengan Rotary Evaporator. f. Hasilnya berupa ekstrak kasar (crude extract). g. Dari 100 gram teh hijau didapatkan ekstrak kasar teh hijau sebanyak 10 gram. h. Ekstrak teh hijau 7,2 mg didapatkan dengan melarutkan 0,72 g ekstrak teh hijau Gambung dengan akuades 100 cc, sehingga 1 ml mengandung 7,2 mg ekstrak teh hijau. 2. Prosedur pembuatan ekstrak teh putih a. Teh putih Gambung yang akan digunakan dicuci bersih. b. Ekstraksi dilakukan dengan memasukkan teh putih ke dalam blender. c. Hasil blender direndam dalam larutan etanol 96% dengan perbandingan 1:1 pada suhu 600C selama 30 menit, kemudian didinginkan selama 4 jam (Romero-Perez et al., 2001). d. Kemudian dilakukan 2x penyaringan, yang pertama dengan menggunakan 4 lapis kain kasa, kemudian dengan menggunakan kertas saring Whatman no.2. Penyaringan dibantu dengan menggunakan mesin vakum. e. Dilakukan evaporasi dengan Rotary Evaporator. f. Hasilnya berupa ekstrak kasar (crude extract). g. Dari 100 gram teh putih didapatkan ekstrak kasar teh putih sebanyak 10 gram. h. Ekstrak teh putih 7,2 mg didapatkan dengan melarutkan 0,72 g ekstrak teh putih Gambung dengan akuades 100 cc, sehingga 1 ml mengandung 7,2 mg ekstrak teh putih. 3. Perlakuan Pada Tikus a. Dipilih 20 ekor tikus Wistar jantan, usia 2-3 bulan dengan berat 180 – 200 gram dan dalam kondisi sehat. b. Tikus dipelihara di dalam kandang berukuran 40 x 30 x 20 cm secara berkelompok (2 ekor/kandang), dilengkapi dengan jerami/sekam, tempat makanan, dan minuman. Tikus kemudian diaklimatisasi selama 1 minggu di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. c. Selama masa adaptasi 7 hari, tikus diberi makan dan minum sesuai dengan standar makanan tikus, yaitu dengan kadar protein 20 – 25%, lemak 5%, karbohidrat 40 – 45%, serat kasar kira-kira 5%, abu 4 – 5%. Makanan tersebut juga harus mengandung vitamin dan mineral. Makanan dikonsumsi setiap hari sebanyak 12 – 20 gr. Tikus juga diberikan minum secara ad libitum (Smith dan Mangkoewidjojo, 1998). d. Pemberian diet tinggi lemak secara ad libitum, yaitu setiap tikus diberikan makanan sebanyak 20 gram/ekor, 1 kali/hari selama 28 hari. Air minum diberikan juga secara ad libitum. e. Setelah pemberian diet tinggi lemak selama 28 hari, semua tikus dipuasakan selama 18 jam, kemudian diambil sampel darah dari masing-masing tikus dan berat masing-masing tikus ditimbang. Sebelumnya, masing-masing tikus diberikan obat anastesi ketamine 40 – 80 mg/kgBB dan xylazine 5 – 10 mg/kgBB secara intraperitoneal (IP) supaya tikus tidak merasakan nyeri. Sampel darah yang terkumpul segera disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Setelah serum didapatkan, selanjutnya sampel darah disimpan pada suhu minus 210C. Bila semua pemeriksaan darah telah selesai, maka tikus dipulangkan kembali ke Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi. f. Tikus dengan hasil profil lipid yang dislipidemia dibagi ke dalam dua kelompok secara random. g. Kemudian tikus diberi perlakuan selama 14 hari dengan pakan biasa: P1 = Kelompok 1 sebagai kelompok perlakuan yang diberikan bahan uji berupa ekstrak teh putih sebanyak 7,2 mg/200 gr tikus dalam volume 1 cc, 3 kali sehari. P2 = Kelompok 2 sebagai kelompok perlakuan yang diberikan bahan uji berupa ekstrak teh hijau sebanyak 7,2 mg/200 gr tikus dalam volume 1 cc, 3 kali sehari. h. Pada hari ke-51, kedua kelompok tikus tersebut dipuasakan selama 18 jam dan selanjutnya diambil sampel darah dan berat masing-masing tikus kembali ditimbang. Sebelumnya, masing-masing tikus diberikan obat anastesi ketamine 40 – 80 mg/kgBB dan xylazine 5 – 10 mg/kgBB secara intraperitoneal (IP) supaya tikus tidak merasakan nyeri. Sampel darah yang terkumpul segera disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 5 menit. Setelah serum didapatkan, selanjutnya sampel darah disimpan pada suhu minus 210C. Bila semua pemeriksaan darah telah selesai, maka tikus dipulangkan kembali ke Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi. Setelah semua sampel darah diperiksa dan didapatkan profil lipid lengkap, serta didapatkan berat masing-masing tikus, data kemudian dianalisis dan dibuat laporan. Untuk lebih mempermudah pelaksanaan penelitian maka dibuatlah alur penelitian. 4.7 Alur Penelitian Tikus (20 ekor) Adaptasi (7 hari) Tikus dislipidemia dibagi 2 kelompok secara random Pemberian diet tinggi lemak (28 hari) Puasa 18 jam Pretest (kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, kolesterol HDL, BB) Kelompok II 10 ekor Kelompok I 10 ekor Perlakuan (14 hari) Ekstrak Teh Putih 7,2 mg/200 gr tikus, 1 cc, 3 kali sehari selama 14 hari Pakan biasa Ekstrak Teh Hijau 7,2 mg/200 gr tikus, 1 cc, 3 kali sehari selama 14 hari Puasa 18 jam Posttest (hari ke-51) Kolesterol Total, Kolesterol LDL, Trigliserida, Kolesterol HDL, BB Analisis Data Laporan Gambar 4.2 Alur Penelitian 4.8 Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut: 1. Analisis Deskriptif Dilakukan sebagai dasar untuk statistik analitis (uji hipotesis). Untuk mengetahui karakteristik data rata-rata kadar kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan kolesterol HDL. Analisis deskriptif dilakukan dengan program SPSS. Pemilihan penyajian data dan uji hipotesis tergantung dari normal tidaknya distribusi data. 2. Uji Normalitas Dilakukan dengan Uji Saphiro Wilk karena subjek penelitian < 30 dan data berdistribusi normal dengan p > 0,05. 3. Uji Komparasi Uji komparabilitas antar kelompok sebelum perlakuan (pretest) dilakukan dengan menggunakan Independent T-test karena data berdistribusi normal. Uji komparabilitas antar kelompok setelah perlakuan (post-test) dilakukan dengan menggunakan Independent T-test karena data berdistribusi normal. 4. Analisis Efek Perlakuan Karena data berdistribusi normal, maka analisis efek sebelum dan setelah perlakuan (pretest dan post-test) dilakukan menggunakan Paired T-test. BAB V HASIL PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan menggunakan metode Pretest-Posttest Control Group Design. Data dikumpulkan dari 20 ekor tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia berumur 2 – 3 bulan. Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Semua tikus dengan dislipidemia diambil darahnya pada awal dan akhir penelitian untuk diperiksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan Trigliserida, serta ditimbang berat badan dan sisa pakannya. 20 ekor tikus tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 dan 2, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus. Kelompok perlakuan 1 diberikan esktrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari dan kelompok perlakuan 2 diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari. Perlakuan tersebut dilakukan selama 14 hari. 5.1 Analisis Deskriptif Kadar kolesterol total pada kelompok perlakuan 1 (P1) yang diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus, 3 kali sehari dan kelompok perlakuan 2 (P2) yang diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus, 3 kali sehari, diamati setelah induksi dislipidemia (pretest) dan setelah 14 hari perlakuan (posttest). Hasil analisis deskriptif pada masing-masing kelompok disajikan pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Hasil Analisis Deskriptif n Mean (mg/dl) SD Minimum (mg/dl) Maksimum (mg/dl) P1 pretest 10 217,99 3,43 211,38 222,17 Kolesterol P2 pretest 10 222,70 5,79 213,27 230,52 Total P1 post-test 10 111,52 3,56 106,74 119,20 P2 post-test 10 98,64 3,48 90,82 102,94 P1 pretest 10 160,51 3,85 154,44 165,42 P2 pretest 10 159,44 4,37 152,18 164,92 P1 post-test 10 86,31 3,25 80,92 89,71 P2 post-test 10 77,25 4,34 70,32 81,77 P1 pretest 10 23,17 0,65 22,19 24,50 P2 pretest 10 22,82 1,29 21,84 26,34 P1 post-test 10 59,92 0,81 58,78 61,02 P2 post-test 10 67,93 1,93 63,48 71,02 P1 pretest 10 94,00 3,63 89,89 99,07 P2 pretest 10 92,08 3,80 85,87 97,03 P1 post-test 10 35,26 1,79 32,37 38,78 P2 post-test 10 26,52 1,89 23,21 29,62 Variabel Trigliserida HDL LDL Kelompok Subyek 5.2 Uji Normalitas Data Kadar kolesterol total pretest dan post-test pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05) (Tabel 5.2). Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas Data Variabel Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL Kelompok Subjek n p Keterangan P1 pretest 10 0,415 Normal P2 pretest 10 0,674 Normal P1 post-test 10 0,502 Normal P2 post-test 10 0,257 Normal P1 pretest 10 0,615 Normal P2 pretest 10 0,612 Normal P1 post-test 10 0,065 Normal P2 post-test 10 0,071 Normal P1 pretest 10 0,801 Normal P2 pretest 10 0,879 Normal P1 post-test 10 0,465 Normal P2 post-test 10 0,160 Normal P1 pretest 10 0,105 Normal P2 pretest 10 0,579 Normal P1 post-test 10 0,915 Normal P2 post-test 10 0,853 Normal n = jumlah sampel; p = taraf signifikansi 5.3 Uji Komparabilitas 5.3.1 Uji Komparabilitas Antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL antar kelompok sebelum perlakuan (pretest). Karena data berdistribusi normal, maka uji komparasi masing-masing kelompok dilakukan dengan menggunakan Independent T-Test (Tabel 5.3). Tabel 5.3 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sebelum Perlakuan (pretest) Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB T Kolesterol Total P1 P2 217,99 222,70 3,42 5,79 -2,209 0,440 Trigliserida P1 P2 160,51 159,44 3,85 4,37 0,584 0,566 HDL P1 P2 23,17 22,82 0,65 1,29 0,763 0,455 LDL P1 P2 94,00 92,08 3,63 3,80 1,158 0,262 p SB = Simpangan Baku; T = t-test; p = signifikansi Tabel 5.3 menunjukkan rerata kadar kolesterol total pasca induksi dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) dengan independent T-test menunjukkan bahwa nilai p= 0,440. Rerata kadar trigliserida pasca induksi dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) dengan independent T-test menunjukkan bahwa nilai p= 0,566. Rerata kadar HDL pasca induksi dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) dengan independent T-test menunjukkan bahwa nilai p= 0,455. Rerata kadar LDL pasca induksi dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) dengan independent T-test menunjukkan bahwa nilai p= 0,262. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL pasca induksi dislipidemia dan sebelum perlakuan (pretest) antar kelompok 1 (P1) yang diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus dan kelompok 2 (P2) yang diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus tidak berbeda bermakna (p>0,05). 5.3.2 Analisis Komparabilitas Antar Kelompok Sesudah Perlakuan (post-test) Analisis komparabilitas ini bertujuan untuk membandingkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL antar kelompok sesudah perlakuan (post-test). Karena data berdistribusi normal, maka uji komparabiitas dilakukan dengan menggunakan independent T-test (Tabel 5.4). Tabel 5.4 Rerata Nilai Variabel antar Kelompok Sesudah Perlakuan (post-test) Variabel Kelompok Rerata (mg/dl) SB T P Kolesterol Total P1 P2 111,52 98,64 3,56 3,48 8,184 0,000 Trigliserida P1 P2 86,31 77,25 3,25 4,34 5,284 0,000 HDL P1 P2 59,92 67,93 0,81 1,93 -12,132 0,000 LDL P1 P2 35,26 26,52 1,79 1,89 10,632 0,000 SB = Simpangan Baku; T = t-test; p = signifikansi Analisis kemaknaan dengan independent T-test terhadap variabel kadar kolesterol total menunjukkan bahwa nilai p= 0,000. Analisis independent T-test terhadap variabel kadar trigliserida menunjukkan bahwa nilai p= 0,000. Analisis independent T-test terhadap variabel kadar HDL menunjukkan bahwa nilai p= 0,000. Analisis independent T-test terhadap variabel kadar LDL menunjukkan bahwa nilai p= 0,000. Hal ini berarti rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL setelah perlakuan (post-test) antar kelompok 1 (P1) yang diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus dan kelompok 2 (P2) yang diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus berbeda sangat bermakna (p<0,01). 5.4 Analisis Efek Perlakuan Pemberian Ekstrak Teh Putih dan Teh Hijau Analisis efek perlakuan pada kelompok 1 (P1) yang diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus dan kelompok 2 (P2) yang diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus diuji berdasarkan rerata kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL masing-masing kelompok sebelum diberikan perlakuan (pretest) dan sesudah diberikan perlakuan selama 14 hari (post-test). Karena data berdistribusi normal, maka analisis efek perlakuan dilakukan menggunakan Paired sample T test disajikan pada Tabel 5.5 berikut. dengan Tabel 5.5 Rerata Nilai Variabel Masing-Masing Kelompok Sebelum dan Sesudah Perlakuan Kelompok Variabel (pretest-posttest) Perlakuan 1 (P1) Perlakuan 2 (P2) Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL Kolesterol Total Trigliserida HDL LDL T 121,107 40,067 -99,175 39,302 67,853 44,602 -82,162 49,676 P 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 t = t hitung; p = signifikansi Tabel 5.5 di atas, menunjukkan bahwa pada kelompok 1 (P1) yang diberikan ekstrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus terjadi penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL yang sangat bermakna (p<0,01), disertai dengan peningkatan kadar HDL yang sangat bermakna (p<0,01). Pada Kelompok 2 (P2) yang diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus dapat diamati terjadinya penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL yang sangat bermakna (p<0,01) disertai dengan peningkatan kadar HDL yang sangat bermakna pula (p<0,01). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh putih dan teh hijau dapat memperbaiki profil lipid secara optimum. 250.00 217.99 222.70 200.00 160.51 159.44 150.00 111.52 100.00 98.64 86.31 94.00 77.25 67.93 59.92 50.00 23.17 92.08 22.82 35.26 26.52 0.00 Teh Putih Teh Hijau Teh Putih Teh Hijau Teh Putih Teh Hijau Teh Putih Teh Hijau (P0) (P1) (P0) (P1) (P0) (P1) (P0) (P1) Kolesterol Trigliserida Pretest HDL LDL Post Test Gambar 5.1 Grafik Perubahan Profil Lipid Sebelum dan Sesudah Perlakuan Antar Kelompok 5.5 Analisis Rerata Perbedaan (difference) Profil Lipid Sebelum dan Setelah Perlakuan Untuk mengetahui lebih rinci efek perlakuan terhadap perubahan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL maka dilakukan analisis komparasi antara selisih profil lipid tersebut sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan. Hasil analisis deskriptif dan komparasi terhadap difference dengan uji independent sample T test disajikan pada Tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Komparasi Selisih Profil Lipid Pretest-Posttest Antar Kelompok Rerata Perbedaan PostTest – Pretest Variabel t p Teh Putih (P1) Teh Hijau (P2) Kolesterol Total 106,48 124,06 -8,667 0,000 Trigliserida 74,20 82,19 -3,057 0,007 HDL -36,75 -45,11 12,627 0,000 LDL 58,74 65,56 -3,419 0,003 t = t hitung; p = signifikansi Tabel 5.6 di atas, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara difference kadar kolesterol total, trigliserida, HDL dan LDL sebelum dan sesudah perlakuan (p<0,01). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak teh hijau (P2) menurunkan kadar kolesterol total, trigliserida, LDL dan meningkatkan kadar HDL lebih tinggi secara statistik dibandingkan dengan kelompok yang diberikan ekstrak teh putih (P1). 140 120 124.06 106.48 100 74.2 80 82.19 65.56 58.74 60 45.11 36.75 40 20 0 Teh Putih (P0) Teh Hijau (P1) Kolesterol Teh Putih (P0) Teh Hijau (P1) Trigliserida Teh Putih (P0) Teh Hijau (P1) HDL Teh Putih (P0) Teh Hijau (P1) LDL Gambar 5.2 Grafik Perbedaan Rerata (difference) Profil Lipid Antar Kelompok BAB VI PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 6.1 Subyek Penelitian Penelitian ini menggunakan tikus putih sebagai hewan percobaan, karena tikus putih lebih dapat dikendalikan, efek metabolismenya cepat, mempunyai reaksi biokimia atau genetik yang dekat dengan manusia, relatif resisten terhadap infeksi, dan tidak dapat muntah, karena struktur anatomi yang tidak lazim di tempat esofagus bermuara ke dalam lambung. Tikus putih juga lebih besar daripada mencit, sehingga memudahkan dalam hal pengambilan darah. Dipilih tikus putih jantan sebagai hewan percobaan, karena tidak dipengaruhi oleh siklus menstruasi dan kehamilan, sehingga memberikan hasil penelitian yang lebih stabil. Tikus putih jantan juga mempunyai kecepatan metabolisme obat yang lebih cepat dan kondisi biologis tubuh yang lebih stabil dibandingkan dengan tikus putih betina (Ngatijan, 2006). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni dengan metode Pretest-Posttest Control Group Design. Data dikumpulkan dari 20 ekor tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia berumur 2 – 3 bulan dan berat 180 – 200 gram. Penelitian dilakukan di Laboratory Animal Unit Bagian Farmakologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Semua tikus yang memenuhi kriteria dislipidemia diambil darahnya pada awal dan akhir penelitian untuk diperiksa kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan Trigliserida, serta ditimbang berat badan dan sisa pakannya. 20 ekor tikus tersebut dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 dan 2, dengan masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor tikus. Kelompok perlakuan 1 (P1) diberikan esktrak teh putih 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari, 1 cc dan kelompok perlakuan 2 (P2) diberikan ekstrak teh hijau 7,2 mg/200 gr tikus sebanyak 3 kali sehari, 1 cc. Perlakuan tersebut dilakukan selama 14 hari. 6.2 Normalitas Data Hasil Penelitian Kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol HDL, dan kolesterol LDL pretest dan post-test pada masing-masing kelompok diuji normalitasnya dengan uji Shapiro-Wilk karena subyek penelitian <30. Hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal (p>0,05). Data hasil penelitian ini hanya diuji normalitasnya karena hanya terdiri dari 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan 1 dan kelompok perlakuan 2. 6.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Teh Hijau dan Ekstrak Teh Putih Terhadap Perbaikan Profil Lipid pada Tikus Jantan Galur Wistar yang Dislipidemia Pemberian ekstrak teh hijau dapat memperbaiki profil lipid, bahkan memberikan hasil yang lebih baik daripada pemberian ekstrak teh putih, karena selain mengandung kadar polifenol yang tinggi, beberapa kandungan lain di dalam teh hijau ternyata jauh lebih tinggi daripada teh putih, seperti flavonoid, total fenol, tanin, saponin, dan kapasitas antioksidan. Hal ini sejalan dengan penelitian Rusak et al., 2008; Unachukwu et al., 2010; Pereira et al., 2014. Flavonoid pada teh hijau telah terbukti dapat memperbaiki profil lipid darah dan memiliki efek vasoprotektif (Shipp dan Abdel-Aal, 2010), juga memiliki kemampuan untuk menginhibisi CETP, sehingga dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL dan menurunkan kadar kolesterol LDL (Qin et al., 2009). CETP adalah protein plasma yang memediasi pertukaran cholesteryl ester dari HDL dengan molekul trigliserida dari LDL, VLDL, maupun kilomikron, sehingga yang terjadi ialah VLDL kaya akan kolesterol, sedangkan HDL menjadi kaya akan trigliserida atau dikenal sebagai lipoprotein kaya trigliserida (TGrL). Apo A1 dapat memisahkan diri dari HDL kaya trigliserida. ApoA-1 bebas ini segera dibersihkan dari plasma, melalui ginjal, sehingga mengurangi kemampuan reverse cholesterol transport HDL. Akibatnya, kadar HDL dalam darah akan menurun. Sedangkan LDL kaya trigliserida dapat mengalami lipolisis menjadi small dense LDL (Shulman, 2000). Dalam hal ini flavonoid bekerja menghambat CETP, sehingga terjadi peningkatan kadar HDL kolesterol dan penurunan kadar LDL (Qin et al., 2009). Flavonoid juga memiliki efek anti inflamasi dengan cara menghambat sitokin seperti tumor necrosis factor α (TNF-α). Penurunan TNF-α akan meningkatkan sensitivitas insulin, meningkatkan oksidasi asam lemak di hepar, dan menghambat sintesis kolesterol oleh sel hepar (Karlsen et al., 2007). Kandungan teh hijau yang lain adalah tannin, yang telah terbukti mampu meningkatkan penyerapan glukosa pada jaringan adiposit tikus GLUT4, (Hayashi et al., 2002). Pemberian senyawa aktif turunan tannin pada konsentrasi 0.1 mg/mL dapat menurunkan proliferasi adiposit hingga mencapai 62-64%. Saponin di dalam teh hijau memiliki efek antihiperlipidemia, yaitu dengan menghambat kerja 3-Hydroxy-3-methylglutaryl CoA reductase (HMGCR) dan Acyl-CoA: cholesterol O-acyltransferase 2 (ACAT2) (Shi et al., 2014). HMGCR adalah enzim yang meregulasi biosintesis kolesterol. Inhibisi dari ekspresi atau aktivitas enzim HMGCR akan menghambat sintesis de novo kolesterol dalam hati, dengan demikian akan mengurangi kadar kolesterol serum (Jurevics et al., 2000). Sedangkan ACAT2 akan mengkonversi kolesterol bebas menjadi kolesterol ester sebagai respon terhadap biosintesis kolesterol intraseluler yang berlebihan. Ekspresi ACAT2 yang berlebihan ini akan meningkatkan produksi kolesterol ester yang akan bereaksi terhadap hepatik lipoprotein yang mengandung apoB dan disekresi ke dalam plasma. Jadi ACAT2 memainkan peran penting dalam produksi lipoprotein aterogenik (Lee et al., 2005). Selain itu saponin meningkatkan ekspresi cholesterol 7-alpha-hydroxylase (CYP7A1) yang merupakan enzim yang terlibat dalam jalur biosintesis asam empedu dan setidaknya terlibat dalam 75% dari proses produksi asam empedu (Chiang, 2004). Peningkatan ekspresi maupun aktivitas dari enzim CYP7A1 akan meningkatkan jalur katabolik kolesterol dan menyebabkan pengurangan kadar kolesterol total dalam serum dan hati (Del-Bas et al., 2005). Teh putih juga dapat memperbaiki profil lipid karena mengandung kadar polifenol (katekin dan derivatnya, dengan EGCG sebagai senyawa aktif tertinggi) yang tinggi. EGCG tersebut dapat menurunkan TNF-α, sehingga menyebabkan terjadinya inhibisi sintesis asam lemak dan meningkatkan sensitivitas insulin. Sensitivitas insulin yang meningkat akan meningkatkan pula aktivitas enzim lipoprotein lipase (LPL) dan menurunkan Free Fatty Acid (FFA), menghambat aktivitas CETP, dan meningkatkan ekskresi lemak di feses. Hal ini sejalan dengan penelitian Kerrshaw dan Flier, 2004; Teixeira et al., 2012. Dari hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa ekstrak teh hijau dah ekstrak teh putih sama-sama memperbaiki profil lipid tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia, namun pada pemberian ekstrak teh hijau didapatkan hasil yang lebih baik dalam perbaikan profil lipid dibandingkan dengan pemberian ekstrak teh putih, karena berdasarkan hasil analisis fitokimia teh, kadar flavonoid, total fenol, tanin, saponin, dan kapasitas antioksidan di dalam teh hijau ternyata lebih tinggi daripada teh putih. 6.4 Pengaruh Ekstrak Teh Hijau dan Ekstrak Teh Putih dalam Memperbaiki Profil Lipid berdasarkan Berat Badan dan Sisa Pakan Dari hasil analisis berat badan 20 ekor tikus jantan galur wistar dengan dislipidemia, dapat disimpulkan bahwa efek perlakuan dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih dalam memperbaiki profil lipid hanya dapat diamati berdasarkan pemeriksaan kadar kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol HDL dalam darah. Efek perlakuan dari kedua esktrak teh ini belum nampak pada perbaikan berat badan yang disebabkan oleh dislipidemia. Berdasarkan hasil sisa pakan yang dicatat setiap hari, didapatkan bahwa sisa pakan setiap hari sebelum dan sesudah perlakuan tidak banyak berbeda, sehingga dapat disimpulkan bahwa efek perlakuan dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih murni berdasarkan modulasi dan regulasi metabolisme lipid dan tidak berpengaruh terhadap intake makanan. Jadi, intake makanan tikus tetap, baik sebelum maupun sesudah perlakuan, dan perbaikan profil lipid yang didapatkan murni karena meningkatnya metabolisme lipid. BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: 1. Pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar kolesterol total pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih (p<0,01). 2. Pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar LDL pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih (p<0,01). 3. Pemberian ekstrak teh hijau menurunkan kadar trigliserida pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih (p<0,01). 4. Pemberian ekstrak teh hijau meningkatkan kadar HDL pada tikus jantan galur wistar dislipidemia lebih banyak daripada ekstrak teh putih (p<0,01). 7.2 Saran Saran dari penelitian ini adalah: 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengkaji efek dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih dengan menggunakan beberapa dosis yang berbeda. 2. Perlu dilakukan penelitian terhadap efek dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih dalam perbaikan profil lipid dengan durasi perlakuan yang lebih panjang. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dosis toksik dari teh hijau dan teh putih. 4. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan sampel teh hijau dan teh putih dari beberapa daerah yang berbeda. 5. Perlu dilakukan uji klinis terhadap efek dari ekstrak teh hijau dan ekstrak teh putih pada manusia. 6. Perlu dilakukan uji molekuler kandungan teh hijau dan teh putih terhadap perbaikan profil lipid. DAFTAR PUSTAKA Abolfathi, A. A., Mohajeri, D., Rezaie, A., Nazeri, M. 2012. Protective Effects of Green Tea Extract Against Hepatic Injury in Streptozotocin-Induced Diabetic Rats. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine. [Cited September 2015]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3432555/. ACC/AHA. 2013. Guideline on Treatment of Blood Cholesterol to Reduce Atherosclerotic Cardiovascular Risk in Adults. [Cited Oktober 2015]. Available at: http://content.onlinejacc.org/on11/13/2013. Adam, J. M. F. 2011. “Peran HDL-Kolesterol dalam Mencegah Penyakit Arteri Koroner pada Penderita Diabetes”. Artikel Ilmu Penyakit Dalam Universitas Hasanudin Makasar, 1 Februari. [Cited Oktober 2015]. Available from: http://dokternetworkangk97.blogspot.co.id/2011/02/peranhdl-kolesterol-dalam-mencegah.html. Alamsyah, A. 2006. Taklukan Penyakit dengan Teh Hijau. Jakarta: Agro Medika Pustaka. Hal. 34-36, 46-58, 59-60. Alcazar, A., Ballesteros, O., Jurado, J. M., Pablos, F., Martin, M. J., Vilches, J. L., Navalon, A. 2007. Differentiation of Green, White, Black, Oolong, and Pu-erh Teas According to Their Free Amino Acids Content. Journal of Agricultural and Food Chemistry 55(15): p. 5960-5. [Cited November 2015]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17595106. Almajano, M. P., Carbo, R., Jimenez, J. A. L., Gordon, M. H. 2008. Antioxidant and Antimicrobial activities of tea infusions. Food Chemical 108 (1): p. 55-63. Almajano, M. P., Villa, I., Gines, S. 2011. Neuroprotective effects of white tea against oxidative stress-induced toxicty in striatal cells. Neurotoxicity Research, v. 20, p. 372-8. Available from: http://dx.doi.org/10.1038/sj.bjp.0706255. American Association of Clinical Endocrinologists (AACE). 2012. Guidelines for Management of Dyslipidemia and Prevention of Atheroslerosis. Endocrine Practice 18(Suppl. 1): p. 1-78. Anwar, T. B. 2004. “Disiplidemia Sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner” (e-USU Repository). Sumatera: Universitas Sumatera Utara. [Cited 1 Oktober 2015]. Available from: http://www.library.usu.ac.id/download/fk/gizi-bahri3.pdf. Anonim (a). 2014. Camellia sinensis. [Cited 5 November 2015]. Available at: http://en.wikipedia.org/wiki/Camellia_sinensis. Anonim (b). 2011. Jenis Teh. [Cited Februari 2016]. Available at: http://kamusmasak.blogspot.co.id/2011/12/jenis-teh.html. Anonim (c). 2014. Manfaat Teh Putih bagi Kesehatan. [Cited Februari 2016]. Available at: http://www.tokomedica.com/blog/manfaat-teh-putih-bagikesehatan. Anonim (d). 2015. Manfaat Teh Hijau untuk Kesehatan. [Cited Februari 2016]. Available at: http://sehatplan.com/manfaat-teh-hijau-untuk-kesehatan/. Arora, B. P. 2008. Anti-Aging Medicine. Indian Journal of Plastic Surgery 41(Suppl): p. S130–S133. Auvichayapat, P., Prapochanung, M., Tunkamnerdthai, O., Sripanidkulchai, B., Auvichayapat, N., Thinkhamrop, B., Kunhasur, S., Wongpratoom, S., Sinawat, S., Hongprapas. 2008. Effectiveness of Green Tea on Weight Reduction in Obese Thais: A randomized, controlled trial. Physiology Behaviour, 93(3): p. 486-491. Babu, P. V., Sabitha, K. E., Shyamaladevi, C. S. 2006. Green Tea Impedes Dyslipidemia, Lipid Peroxidation, Protein Glycation, and Ameliorates Ca2+-ATPase and Na+/K+-ATPase activity in the Heart of Streptozocindiabetic Rats. Chem. Biol. Interact. 162(2): p. 157-164. Battacharya, U., Mukhopadhyay, S., Giri, A. K. 2011. Comparative Antimutagenic and Anticancer Activity of Three Fractions of Black Tea Polyphenols Thearubigins. Nutrition and Cancer 63(7): p. 1122-1132. Bays, H. E., Toth, P. P., Penny, M., Kris-Etherton, Abate, N., Aronne, L. J., Brown, W. V., Gonzales-Campoy, J. M., Jones, S. R., Kumar, R., La Forge, R., Samuel, V. T. 2013. Obesity, Adiposity, and Dyslipidemia: A Consensus Statement from National Lipid Association. Butt, M. S., Sultan, M. T. 2009. Levels of Trans Fats in Diets Consumed in Developing Economies. Journal of AOAC International 92(5): p. 12771283. Carvalho, M., Jeronimo, C., Valentao, P., Andrade, P. B., Silva, B. M. 2010. Green Tea: A Promising Anticancer Agent for Renal Cell Carcinoma. Food Chemistry 122(1): p. 49-54. Cheng, T. O. 2000. Tea is Good for The Heart. Archives of Internal Medicine 160(15): p. 2397. Chiang, J. Y. 2004. Regulation of Bile Acid Synthesis: Pathways, Nuclear Receptors, and Mechanisms. Journal of Hepatology 40: 539-551. Dahlia, D. 2014. “Pemberian Ekstrak Teh Putih (Camellia Sinensis) Oral Mencegah Dislipidemia pada Tikus (Rattus Norvegicus) Jantan Galur Wistar yang Diberi Diet Tinggi Lemak” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Deka, A., Vita, J. A. 2011. Tea and Cardiovascular Diseases-Review. Pharmacological Research 64: p. 136-145. Del-Bas, J. M., Fernández-Larrea, J., Blay, M., Ardèvol, A., Salvadó, M. J. 2005. Grape Seed Procyanidins Improve Atherosclerotic Risk Index and Induce Liver CYP7A1 and SHP Expression in Healthy Rats. The Journal of The Federation of American Societies for Experimental Biology 19 (3): 479– 481. Dias, T. R., Tomas, G., Teixeira, N. F., Alves, M. G., Oliveira, P. F., Silva, B. M. 2013. White Tea (Camellia Sinensis (L.)): Antioxidant Properties and Beneficial Health Effects. Eckardstein, A. V., Nover, J. R., Assmann, G. 2010. High Density Lipoprotein and Arteriosclerosis. Arterioscler. Thromb. Vasc. Biol. 21: p. 13-27. Fauzi, H. M. N. 2012. Minyak Sawit Mengganggu Kesehatan. [Cited Januari 2016]. Available from: http://idijember.6te.net/minyak_sawit_ganggu_kesehatan.htm. Ferrier, D. R. 2014. Lippincott’s Illustrated Reviews: Biochemistry. 6th. Ed. Philadelphia: Lippincott Williams and Wilkins. Forester, S. C., Lambert, J. D. 2011. The Role of Antioksidant Versus Prooxidant Effect of Green Tea Polyphenols in Cancer Prevention. Mol. Nutr. Food Res. 55(6): p. 844-854. Goldstein, J. L., Brown, M. S. 2009. Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology. 29: p. 431-438 doi: 10.1161/ATVBAHA.108.179564. Gordon, P. M. 2003. Hyperlipidemia and Dyslipidemia. In Ehrman JK. Clinical Exercise Physiology. Champaign: Human Kinetics. p. 169-184. Green, D. J., Jones, H., Thijssen, D., Cables, N. T., Atkinson, G. 2011. FlowMedicated Dilation and Cardiovascular Event Prediction: Does Nitric Oxide Matter? Hypertension 2011 March 57(3): p. 363 - 9. Grundy, S. M. 2006. Nutrition in The Management of Disorder of Serum Lipids and Lipoprotein. Modern Nutrition in Health and Disease. 10th. Ed. Baltimore: Lippincott Williams and Wilkins. p. 1076-1094. Halim, H. 2006. Majalah Kedokteran Damianus. V.01.5, No.3. September 2006. Han, M. K. 2003. Epigallocatechin Gallate, a Consistuent of Green Tea, Suppresses Cytokine-Induced Pancreatic Beta-Cell Damage. Experimental and Molecular Medicine 35(2): p. 136-139. Handoko, D. 2007. “Pengaruh Tekanan dan Suhu Pada Kondisi Evaporasi Ekstrak Daun Teh Hijau” (skripsi). Bogor: Institut Pertanian Bogor. Hardini, D., Yuwanta, T., Supadmo, Zuprizal. 2007. Pengaruh Telur Beromega-3 dan 6 Hasil Olahan terhadap Profil Lipid Darah Tikus Rattus norvegicus L. Normal dan Hiperkolesterolemia. Media Peternakan 30(1): hal. 26-34. Harrison's Principles of Internal Medicine. 2015. Disorders of Lipoprotein Metabolism. 19th. Ed. (Rader, D. J., Hobs, H. H.). New York: McGrawHill. p 2451-3216. Hatma, R. D. 2011. Lipid Profiles Among Diverse Ethnic Groups in Indonesia. Acta Med Indones. 43(1): p. 4-11. Hayashi, T., Maruyama, H., Kasai, R., Hattori, K., Takasuga, S., Hazeki, O., Yamasaki, K., Tanaka, T. 2002. Ellagitannins From Lagerstroemia Speciosa as Activators of Glucose Transport in Fat Cells. Planta Med. 68(2):173-5. Hilal, Y; Engelhardt, U. 2007. Characterisation of White Tea–Comparison to Green and Black Tea. J. Verbr. Lebensm 2(2007): p. 414 – 421. Hubrecht, R., Kirkwood, J. 2010. The UFAW Handbook of The Care and Management of Laboratory and Other Research Animals. 8th. Ed. Universities Federation for Animal Welfare. p. 311-324. Illingworth, D. R. 2007. Lipid Lowering Drugs: An Overview of Indications and Optimum Theraupetic Use. Drugs 33: p. 259-79. Islam, M. 2011. Effects of The Aqueous Extract of White Tea (Camellia Sinesis) in a Streptozotocin-Induced Diabetes Models of Rats. Phytomedicine 19(1): p. 25-31. Jurevics, H., Hostettler, J., Barrett, C., Morell, P., Toews, A. D. 2000. Diurnal and Dietary-Induced Changes in Cholesterol Synthesis Correlate with Levels of mRNA for HMG-CoA Reductase. Journal of Lipid Research 41: 1048– 1053. Kao, Y. H., Hiipakka, Liao, S. 2000. Modulation of Obesity by a Green Tea Catechin. Am J Clin Nutr. 72(5): p. 1232-4. Karlsen, A., Retterstol, L., Laake, P., Paur, I., Kjolsrud-Bohn, S., Sandvik, L., Blomhoff, R. 2007. Anthocyanins Inhibit Nuclear Factor- Kappa Activation In Monocytes and Reduce Plasma Concentrations of ProInflammatory Mediators In Healthy Adults. Journal of Nutrition 137:1951-4 Kersshaw, E.E., Flier, J.S. 2004. Adipose Tissue as an Endocrine Organ. The Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 89(6): p. 2548-2556. Kimura, K., Ozeki, M., Juneja, L. R., Ohira, H. 2007. L-Theanin Reduces Psychological and Physiological Stress Responses. Biological Psychology 74(1): p. 39-45. Koolman, J., Roehm, K. H. 2005. Color Atlas of Biochemistry. 2th. Ed. New York: Georg Thieme Verlag. p. 162-164. Krinke, G. J. 2000. The Laboratory Rat. The Handbook of Experimental Animals. Academic Press. p. 3-56. Kumar, M. 2012. Protective Effects of Green and White Tea Against Benzo (a) Pyrene Induced Oxidative Stress and DNA Damage in Murine Model. Nutrition and Cancer, v. 64, n.2: p. 300-6. Available from: http://dx.doi.org/10.1080/01635581. Kusumawati, D. 2004. Bersahabat dengan Hewan Coba. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Lee, R. G., Shah, R., Sawyer, J. K., Hamilton, R. L., Parks, J. S. 2005. ACAT2 Contributes Cholesteryl Esters to Newly Secreted VLDL, Whereas LCAT Adds Cholesteryl Ester to LDL in Mice. J Lipid Res 46: 1205–1212. Lichtenstein, A. H., Jones, P. J. H. 2006. Lipids Absorption and Tranport. In Present Knowledge in Nutrition. 8th. Ed. Washington DC: ILSI Press. p. 93-103. Liu Di, Jia-Ying, X., Yang, J. 2012. Effects of Puer Tea Aqueous Extracts and Green Tea Polyphenols on The Expression of Longevity Related Gene CETP. Chinese Journal of Gerontology 2012(02). Liu, F., Kim , J. K., Li, Y. K.,Liu, X., Li., J., Chen, X. 2001. An Extract of Lagerstroemia speciosa L. Has Insulin-Like Glucose Uptake–Stimulatory and Adipocyte Differentiation–Inhibitory Activities in 3T3-L1 Cells1. J Nutr., Sep;131(9):2242-7. Liu, K., Liang, X., Kuang, W. 2011. Tea Consumption Maybe an Effective Active Treatment for Adult Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD). Elsevier Medical Hypotheses, v. 76: p. 461-463. Lopez, V., Calvo, M. I. 2011. White tea (Camellia Sinensis Kuntze) Exerts Neuroprotection Against Hydrogen Peroxide-Induced Toxicity in PC12 Cells. Plant Food for Human Nutrition, v. 66, n. 1: p. 22-6. Available from: http://dx.doi.org/10.1007/s11130-010-0203-3. Mackenzie, T., Leary, L., Brooks, W. B. 2007. The Effect of an Extract of Green Tea on Glucose Control in Adult with Type 2 Diabetes Mellitus: DoubleBlind Randomized Study. Metabolism 56(10): p. 1340-1344. Mahan, K., Stump, S. E., Raymond, J. 2012. Krause’s Food and The Nutrition Care Process. 13th. Ed. USA: Elsevier. Mahley, R. W., Weisgraber, K. H., Farese, R. V. 2003. Disorder of Lipid Metabolism. In William Textbook of Endocrinology. 10th. Ed. Philadelphia: Saunders. p. 1642-1680. Margareth, M. C. 2014. “Pemberian Hormon Melatonin Memperbaiki Profil Lipid Darah Tikus Putih Jantan (Albino Rat) Dislipidemia tetapi Tidak Lebih Baik dari Statin” (tesis). Denpasar: Universitas Udayana. Maron, D. J., Lu, G. P., Cai, N. S., Wu, Z. G., Li, Y. H. 2003. CholesterolLowering Effect of a Theaflavin-Enriched Green Tea Extract: a Randomized Controlled Trial. Archives of Internal Medicine 163(12): p. 1448. Mayes, P. A., Botham, K. M. 2003. Lipid Transport and Storage. Harper's Illustrated Biochemistry. 26th. Ed. USA: McGraw-Hill. p. 205-18. Moderno, P., Carvalho, M., Silva, B. 2009. Recent Patents on Camellia Sinesis: Source of Health Promoting Compounds. Recent Patents on Food, Nutrition, and Agriculture 1(13): p. 182. Murray, R. , Bender, D., Botham, K. M., Kennelly, P. J., Rodwell, V., Weil, P. A. 2012. Harper’s Illustrated Biochemistry. 29th. Ed. New York: Lange. Murray, R., Granner, K. D., Mayes, A. P., Rodwell, V. 2003. Harper’s Biochemistry. 26 th. Ed. New York: Appleton & Lange Medical Books. p.160-191. Nagao, T., Hase, Tokimitsu. 2007. A Green Tea Extract High in Catechins Reduces Body Fat and Cardiovascular Risks in Humans. Obesity (Silver Spring) 15(6): p. 1473-83. National Cholesterol Educational Program. 2015. [Cited September 2015]. Available at: http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/atglance.pdf. Ngatijan. 2006. Metode Laboratorium dan Toksikologi; Metode Uji Toksisitas. Yogyakarta: Bagian Farmakologi dan Toksikologi FK UGM. Hal: 86. Nichols, J. 2003. The Laboratory Rat. Florida Atlantic University. [Cited: 10 Oktober 2015]. Available from: http://www.fau.edu/research/ovs/VetData/rat.php/. Nugroho. 2008. Metabolisme Lipid. [Cited 2 Oktober 2015]. Available from: http://static.schoolrack.com/files/14204/34773/5. Nugroho. 2009. Respirasi Seluler. [Cited Oktober 2015]. Available from: http://biodas.files.wordpress.com/2007/09/04-respirasi-sel.ppt. Pangkahila, W. 2007. Anti Aging Medicine: Memperlambat Penuaan, Meningkatkan Kualitas Hidup. Cetakan ke-1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal: 8-17. Pangkahila, W. 2011. Anti Aging Medicine : Tetap Muda dan Sehat. Cetakan ke1. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Hal: 1-3, 9-10, 33-61. Perdomo, G., Henry-Dong, H. 2009. Apolipoprotein D in Lipid Metabolism and its Functional Implication in Atherosclerosis and Aging. Aging (Milano) 1: p. 17–27. Pereira, V. P., Knor, F. J., Vellosa, J. C. R., Beltrame, F. L. 2014. Determination of Phenolic Compounds and Antioxidant Activity of Green, Black and White Teas of Camellia sinensis (L.) Kuntze, Theaceae. Rev. Bras. PI. Med., Campinas., v.16, n.3, p.490-498. Perez-Jimenez, A. 2011. The Effect of Dietary Methionine and White Tea on Oxidative Status of Gilthead Sea Bream (Sparus aurata). British Journal of Nutrition. p. 1-8. Perez-Jimenez, A. 2012. The Effect of Hypoxia on Intermedietary Metabolism and Oxidative Status in Gilthead Sea Bream (Sparus aurata) Fed on Diets Supplemented with Methionine and White Tea. Comparative Biochemistry and Physiology Part C: Toxicology & Pharmacology, v. 155, n. 3: p. 50616. Pocock, S. J. 2008. “Clinical Trials; A Practical Approach”. New York: A Willey Medical Publication. Qin, Y., Xia, M., Ma, J., Hao, Y. T., Liu, J., Mou, H. Y., Cao, L., Ling, W. H. 2009. Anthocyanin Supplementation Improves Serum LDL- and HDL Cholesterol Concentrations Associated with The Inhibition of Cholesteryl Ester Transfer Protein in Dyslipidemic Subject. The American Journal of Clinical Nutrition, 90(3):485-492. Rader, D. J., Hobbs, H. H. 2005. In Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th. Ed. New York: McGraw-Hill. p. 2286-2298. Rain, T. M., Agarwal, S., Maki, K. C. 2011. Antiobesity Effect of Green Tea Catechins: a Mechanistic Review. J. Nurt. Biochem., 22(1): p. 1-7. Resdiyanto, W. 2015. Manfaat Minum Teh Hijau. [Cited Februari 2016]. Available from: http://info-kesehatan-99.blogspot.co.id/2015/06/apa-ituteh-hijau-manfaatnya-bagi-tubuh.html. Rohdiana, D. 2009. Teh ini Menyehatkan Telaah Ilmiah Populer. Bandung: Penerbit Alfabeta. hal. 70-74, 9-17, 41-49. Roy, H., Lundy, S., Kalicki, B. 2007. Green Tea: Metabolic Influences. Pennington Nutrition Series. (9). Rusak, G., Komes, D., Likic, S., Horzic, D., Kovac, M. 2008. Phenolic Content and Antioxidative Capacity of Green and White Tea Extracts Depending on Extraction Conditions and The Solvent Used. J. Food Chemistry., 110 (2008): 852-858. Santoso, H., Ismail, A. 2009. Memahami Krisis Lanjut Usia. Cetakan Pertama. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal: 1-7. Seeram, N. P., Henning, S. M., Yantao, N., Lee, R., Scheuller, H. S., Heber, D. 2006. Catechin and Caffeine Content of Green Tea Dietary Supplements and Correlation with Antioxidant Capacity. J. Agric. Food Chem., 54(5): p. 1599-1603. Shi, Y., Guo, R., Wang, X., Yuang, D., Zhang, S., Wang, J., Yang, X., Wang, C. 2014. The Regulation of Alfalfa Saponin Extract on Key Genes Involved in Hepatic Cholesterol Metabolism in Hyperlipidemic Rats. Claret M, ed. PLoS ONE. 9(2):e88282. Shipp, J., Abdel-Aal. 2010. Food Applications and Physiological Effects of Anthocyanins as Functional Food Ingredients. In: The Open Food Science Journal, 4: p. 7-22. Shulman, G. I. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistence. J. Clin. Invest. p. 106, 171. Smith, J. B., Mangkoewidjojo, S. 1988. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI Press). hal: 30 – 32 , 43-44, 54,57. Sujayanto. G., 2008. Khasiat Teh untuk Kesehatan dan Kecantikan. Flona Serial Oktober (I). Jakarta: ITB. Hal. 34-38. Sulaksono, S. 2013. Khasiat Manfaat Rutin Minum Teh Hijau Setiap Hari. CaraKhasiatManfaat-Kesehatan dan Gaya Hidup Alami. [Cited Februari 2016]. Available from: http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/khasiat-manfaat-rutin-minumteh-hijau-setiap-hari.html. Teixeira, N. F., Gonçalves, L., Lages, P. C., Jascolka, T. L., Aguilar, E.C., Soares, F. L. P., Pereira, S. S., Beltrao, N. R. M., Matoso, R., Nascimento, A., Castilho, R. O., Leite, J. I. A. 2012. White tea (Camellia sinensis) Extract Reduces Oxidative Stress and Triacylglycerols in Obese Mice. Ciência e Tecnologia de Alimentos, vol.32, no.4 Campinas. Thring, T. S., Hili, P., Naughton, D. P. 2009. Anti-Collagenase, Anti-Elastase and Anti-Oxidant Activities of Extract from 21 Plants. BMC Complementary and Alternative Medicine, v. 9, n. 27. Thring, T. S., Hili, P., Naughton, D. P. 2011. Antioxidant and Potential AntiInflammatory Activity of Extracts and Formulations of White Tea, Rose and Witch Hazel on Primary Human Dermal Fibroblast Cells. Journal Inflammation, v.8, n. 1: p. 27. Available from: http://dx.doi.org/10.1186/1476-9255-8-27. Towaha, J. 2013. Kandungan Senyawa Kimia pada Tanaman Teh (Camellia Sinensis). Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri Desember 2013, Vol. 19 No. 3: hal. 12-16. Unachukwu, U. J., Ahmed, S., Kavalier, A., Lyles, J. T., Kennelly, E. J. 2010. White and Green Teas (Camellia sinensis var. Sinensis): variation in phenolic, methylxanthine, and antioxidant profiles. J. Food Sci., 75(6):541-8. Wang, R. 2008. Protective Versus Promotional Effects of White Tea and Caffeine on PhIP-Induced Tumorigenesis and Beta-catenin Expression in the Rat. Carcinogenesis, v.29, n. 4: p. 834-9. Available from: http://dx.doi.org/10.1093/carcin/bgn051. Weber, J. M., Ruzidana-Umunyana, A., Imbeault, L., Sircars, S. 2003. Inhibition of Adenovirus Infection and Adenain by Green Tea Cathechins. Antiviral Research 58(2): p. 167-173. Wibowo. 2003. The Concepts of Anti Aging and How to Make Without Disorder. Jakarta: FKUI. p. 11-17. Xiao, J., Chen, X., Zhang, L., Talbot, S. G., Li, G. C., Xu, M. 2008. Investigation of the Mechanism of Enhanced Effect of EGCG on Huperzine A’s Inhibition of Acetylcholinesterase Activity in Rats by a Multispectroscopic Method. J. Agric. Food Chem., 56(3): p. 910-915. Yang, C. S., Wang. 2011. Mechanistic Issues Concerning Cancer Prevention by Tea Catechins. Mol. Nurt. Food Res., 55(6): p. 819-831. Yusi. 2015. Teh Putih. [Cited Februari 2016]. Available http://pecintakopinteh.blogspot.co.id/2015/06/teh-putih.html. from: Zhu, W. L., Shi, H. S., Wei, Y. M., Wang, S. J., Sun C. Y. 2011. Green Tea Polyphenols Produces Antidepressant-like Effects in Adult Mice. Pharmacological Research. [Cited Oktober 2015]. Available from: http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Hbc/HBC_WhatIs.html. LAMPIRAN Lampiran 1. Ethical Clearance Lampiran 2. Hasil Analisis Fitokimia Teh Hijau dan Teh Putih Lampiran 3. Hasil Pemeriksaan Profil Lipid Lampiran 4. Tabel Sisa Pakan dan Berat Badan No Kode sampel SISA PAKAN Hari ke BB Awal BB Akhir 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 1TP 207 214 8 9 10 8 6 7 8 11 7 7 8 7 8 9 2 2TP 215 219 6 7 8 7 9 8 7 6 7 10 6 6 11 8 3 3TP 211 216 9 7 8 6 6 5 7 6 7 8 7 9 10 6 4 4TP 206 214 7 8 9 7 12 6 7 8 7 8 7 8 8 7 5 5TP 214 219 9 7 8 9 6 7 8 6 7 8 7 8 8 7 6 6TP 213 219 8 9 8 9 10 11 6 7 5 6 7 8 6 7 7 7TP 215 221 9 7 8 9 8 7 8 11 8 9 5 6 7 6 8 8TP 210 217 8 9 7 8 6 7 5 6 7 6 7 6 7 8 9 9TP 206 212 7 8 6 7 9 8 7 8 6 7 9 8 10 6 10 10TP 217 222 7 6 8 9 12 7 8 11 12 7 8 6 9 8 11 11TH 210 215 8 8 8 6 8 4 7 6 8 9 7 8 9 7 12 12TH 201 207 6 8 9 7 11 6 9 8 10 7 9 11 9 7 13 13TH 205 211 7 8 6 11 9 7 11 6 8 9 7 8 9 8 14 14TH 212 219 8 7 7 9 8 9 9 7 8 6 9 7 8 6 15 15TH 200 207 9 7 6 7 8 7 7 8 6 8 8 7 8 5 16 16TH 203 208 8 7 9 8 7 9 6 7 8 9 6 6 7 8 17 17TH 215 221 5 7 6 8 9 7 9 11 9 7 10 9 6 6 18 18TH 216 224 6 7 5 8 7 12 9 8 8 9 9 7 6 8 19 19TH 219 226 5 7 6 8 11 8 6 7 8 9 7 8 6 7 20 20TH 206 212 6 7 8 7 6 7 8 9 8 7 6 8 9 9 Lampiran 5. Analisis Statistik ANALISIS DESKRIPTIF Data Pretest Report Kelompok Teh Putih Kolesterol N LDL 10 10 10 217.9990 160.5110 23.1680 94.0000 3.42968 3.85165 .65421 3.63391 Minimum 211.38 154.44 22.19 89.89 Maximum 222.17 165.42 24.50 99.07 10 10 10 10 222.7000 159.4350 22.8190 92.0750 5.78948 4.36729 1.28960 3.80149 Minimum 213.27 152.18 21.84 85.87 Maximum 230.52 164.92 26.34 97.03 20 20 20 20 220.3495 159.9730 22.9935 93.0375 5.22154 4.04556 1.01122 3.75176 Minimum 211.38 152.18 21.84 85.87 Maximum 230.52 165.42 26.34 99.07 Std. Deviation N Mean Std. Deviation Total HDL 10 Mean Teh Hijau TG N Mean Std. Deviation Data Posttest Report Kelompok Teh Putih Kolesterol N LDL 10 10 10 111.5190 86.3110 59.9150 35.2590 3.55796 3.24942 .80739 1.78629 Minimum 106.74 80.92 58.78 32.37 Maximum 119.20 89.71 61.02 38.78 10 10 10 10 Mean 98.6390 77.2480 67.9300 26.5160 Std. Deviation 3.47947 4.34300 1.92683 1.88981 Minimum 90.82 70.32 63.48 23.21 Maximum 102.94 81.77 71.02 29.62 20 20 20 20 105.0790 81.7795 63.9225 30.8875 7.44228 5.96248 4.35577 4.82897 Minimum 90.82 70.32 58.78 23.21 Maximum 119.20 89.71 71.02 38.78 Std. Deviation Total HDL 10 Mean Teh Hijau TG N N Mean Std. Deviation UJI NORMALITAS DATA Data Pretest Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Kelompok Kolesterol TG Statistic LDL Sig. Statistic df Sig. Teh Putih .190 10 .200 * .927 10 .415 Teh Hijau .152 10 .200 * .950 10 .674 .200 * .945 10 .615 .200 * .945 10 .612 * .961 10 .801 Teh Putih Teh Hijau HDL df Shapiro-Wilk .136 .138 10 10 Teh Putih .162 10 .200 Teh Hijau .360 10 .001 .638 10 .879 10 .200 * .872 10 .105 .200 * .942 10 .579 Teh Putih Teh Hijau .186 .170 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. 10 Data Posttest Tests of Normality a Kolmogorov-Smirnov Kelompok Kolesterol TG HDL LDL Statistic df Shapiro-Wilk Sig. Statistic df Sig. Teh Putih .157 10 .200 * .935 10 .502 Teh Hijau .207 10 .200 * .906 10 .257 Teh Putih .235 10 .126 .854 10 .065 Teh Hijau .307 10 .088 .813 10 .071 Teh Putih .166 10 .200 * .932 10 .465 Teh Hijau .231 10 .138 .888 10 .160 Teh Putih .181 10 .200 * .973 10 .915 Teh Hijau .159 10 .200 * .966 10 .853 a. Lilliefors Significance Correction *. This is a lower bound of the true significance. ANALISIS KOMPARASI Data Pretest Independent Samples Test t-test for Equality of Means Levene's Test for Equality of Variances F Kolesterol Equal variances assumed 3.143 Sig. Equal variances assumed .067 .799 Equal variances not assumed HDL Equal variances assumed .485 .495 Equal variances not assumed LDL Equal variances assumed Equal variances not assumed .033 t .093 -2.209 Equal variances not assumed TG 95% Confidence Interval of the Difference .857 Sig. (2tailed) df Mean Std. Error Difference Difference Lower Upper 18 .440 -4.70100 2.12793 -9.17161 -.23039 -2.209 14.624 .444 -4.70100 2.12793 -9.24675 -.15525 18 .566 1.07600 1.84142 -2.79269 4.94469 .584 17.723 .566 1.07600 1.84142 -2.79703 4.94903 .763 18 .455 .34900 .45728 -.61171 1.30971 .763 13.345 .459 .34900 .45728 -.63631 1.33431 18 .262 1.92500 1.66303 -1.56889 5.41889 1.158 17.964 .262 1.92500 1.66303 -1.56940 5.41940 .584 1.158 Data Posttest Independent Samples Test t-test for Equality of Means Levene's Test for Equality of Variances F Kolesterol Equal variances assumed .089 Sig. .769 Equal variances not assumed TG Equal variances assumed 1.460 .243 Equal variances not assumed HDL Equal variances assumed 1.279 .273 Equal variances not assumed LDL Equal variances assumed Equal variances not assumed .096 .761 95% Confidence Interval of the Difference t 8.184 Sig. (2Mean Std. Error tailed) Difference Difference df Lower Upper 18 .000 12.88000 1.57372 9.57375 16.18625 8.184 17.991 .000 12.88000 1.57372 9.57363 16.18637 5.284 18 .000 9.06300 1.71524 5.45942 12.66658 5.284 16.672 .000 9.06300 1.71524 5.43874 12.68726 18 .000 -8.01500 .66065 -9.40297 -6.62703 -12.132 12.066 .000 -8.01500 .66065 -9.45355 -6.57645 18 .000 8.74300 .82233 7.01536 10.47064 10.632 17.943 .000 8.74300 .82233 7.01496 10.47104 -12.132 10.632 UJI EFEK PERLAKUAN Teh Hijau Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Kolesterol Total Pretest Std. Std. Error Deviation Mean Sig. (2Lower 124.06100 5.78180 1.82837 119.92495 82.18700 5.82701 1.84266 -45.11100 1.73624 65.55900 4.17335 Upper t df tailed) 128.19705 67.853 9 .000 78.01861 86.35539 44.602 9 .000 .54905 -46.35303 -43.86897 -82.162 9 .000 1.31973 62.57356 68.54444 49.676 9 .000 (mg/dl) - Kolesterol Total Posttest (mg/dl) Pair 2 Trigliserida Pretest (mg/dl) Trigliserida Posttest (mg/dl) Pair 3 LDL Pretest (mg/dl) - LDL Postetst (mg/dl) Pair 4 HDL Pretest (mg/dl) - HDL Posttest (mg/dl) Teh Putih Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference Mean Pair 1 Kolesterol Total Pretest Std. Std. Error Deviation Mean Sig. (2Lower 106.48000 2.78034 .87922 74.20000 5.85617 1.85188 70.01075 -36.74700 1.17171 .37053 58.74100 4.72635 1.49460 Upper 104.49106 108.46894 t df tailed) 121.107 9 .000 78.38925 40.067 9 .000 -37.58519 -35.90881 -99.175 9 .000 55.35997 62.12203 39.302 9 .000 (mg/dl) - Kolesterol Total Posttest (mg/dl) Pair 2 Trigliserida Pretest (mg/dl) Trigliserida Posttest (mg/dl) Pair 3 LDL Pretest (mg/dl) - LDL Postetst (mg/dl) Pair 4 HDL Pretest (mg/dl) - HDL Posttest (mg/dl) ANALISIS DIFFERENCE Group Statistics Kelompok Kolesterol Trigliserida HDL LDL N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Teh Putih 10 106.4800 2.78034 .87922 Teh Hijau 10 124.0610 5.78180 1.82837 Teh Putih 10 74.2000 5.85617 1.85188 Teh Hijau 10 82.1870 5.82701 1.84266 Teh Putih 10 -36.7470 1.17171 .37053 Teh Hijau 10 -45.1110 1.73624 .54905 Teh Putih 10 58.7410 4.72635 1.49460 Teh Hijau 10 65.5590 4.17335 1.31973 Independent Samples Test t-test for Equality of Means Levene's Test for Equality of Variances F Kolesterol Equal variances assumed 4.978 Sig. .039 Equal variances not assumed Trigliserida Equal variances assumed .038 .847 Equal variances not assumed HDL Equal variances assumed .120 Equal variances assumed Equal variances not assumed .012 t -8.666 .913 Sig. (2tailed) df Mean Std. Error Difference Difference Lower Upper 18 .000 -17.58100 2.02878 -21.84331 -13.31869 -8.666 12.951 .000 -17.58100 2.02878 -21.96560 -13.19640 -3.057 18 .007 -7.98700 2.61245 -13.47555 -2.49845 -3.057 18.000 .007 -7.98700 2.61245 -13.47556 -2.49844 18 .000 8.36400 .66238 6.97239 9.75561 12.627 15.789 .000 8.36400 .66238 6.95830 9.76970 -3.419 18 .003 -6.81800 1.99387 -11.00697 -2.62903 -3.419 17.728 .003 -6.81800 1.99387 -11.01158 -2.62442 .733 12.627 Equal variances not assumed LDL 95% Confidence Interval of the Difference Lampiran 6. Analisis Statistik Berat Badan dan Sisa Pakan Deskriptif BB Pretest Group Statistics Kelompok BB N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Teh Putih 10 211.40 4.033 1.275 Teh Hijau 10 208.70 6.667 2.108 Deskriptif BB Posttest Group Statistics Kelompok BB N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Teh Putih 10 217.30 3.268 1.033 Teh Hijau 10 215.00 7.118 2.251 Deskriptif Rerata Sisa Pakan Selama Penelitian Group Statistics Kelompok Pakan N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Teh Putih 10 7.5714 .39412 .12463 Teh Hijau 10 7.7429 .36453 .11527 Komparasi BB Pretest Independent Samples Test t-test for Equality of Means Levene's Test for Equality of Variances F BB Equal variances assumed Sig. 4.492 .048 Equal variances not assumed 95% Confidence Interval of the Difference t Sig. (2tailed) df 1.096 Mean Difference Std. Error Difference Lower Upper 18 .288 2.700 2.464 -2.477 7.877 1.096 14.809 .291 2.700 2.464 -2.558 7.958 Komparasi BB Posttest Independent Samples Test t-test for Equality of Means Levene's Test for Equality of Variances F BB Equal variances assumed Equal variances not assumed 8.222 Sig. .010 95% Confidence Interval of the Difference t .929 Sig. (2tailed) df Mean Std. Error Difference Difference Lower Upper 18 .365 2.300 2.477 -2.904 7.504 .929 12.632 .370 2.300 2.477 -3.067 7.667 Komparasi Sisa Pakan Independent Samples Test t-test for Equality of Means Levene's Test for Equality of Variances F Pakan Equal variances assumed Equal variances not assumed .066 Sig. .800 95% Confidence Interval of the Difference t -1.010 Sig. (2Mean tailed) Difference df Std. Error Difference Lower Upper 18 .326 -.17143 .16977 -.52810 .18524 -1.010 17.891 .326 -.17143 .16977 -.52825 .18539 Lampiran 7. Dokumentasi Penelitian Vaccum Rotary Evaporator Tempat Pakan Tikus, Pipet, Anestesi, Mikropipet Kapiler Hematokrit, Sonde, Tabung EDTA Kandang Tikus dan Tempat Minum Tikus Pemberian Esktrak Teh Melalui Sonde Proses Pengambilan Serum Darah