BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran

advertisement
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Gambaran Umum Obyek Penelitian
1.
Ray Sahetapi
Gambar 4.1.1 Ray Sahetapi
Ferene
Raymond
Sahetapy atau
yang
dikenal dengan
nama Ray
Sahetapy (lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957; umur 59 tahun)
adalah aktor (pemeran)
berkebangsaan Indonesia.
Setelah
industri
perfilman Indonesia mati suri, Ray pun memasuki ranah hiburan di televisi
dengan bermain sinetron maupun sitkom. Selain itu, dia juga menggeluti
dunia teater.
Sejak remaja, pria berdarah Maluku ini bercita-cita menjadi aktor, Demi
mengejar impiannya, Ray meneruskan kuliah Institut Kesenian Jakarta pada 1977,
seangkatan denganDeddy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Ia lulus tahun 1988.
Film perdananya berjudul Majalah Gadis arahan sutradara Nya' Abbas Akup.
50
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
Lewat film Noesa Penida (1988) garapan Galeb Husen dan ditulis Asrul Sani ini,
Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada FFI 1989. Selain melalui Noesa
Penida, Ray pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali di ajang yang sama, yakni
melalui film Ponirah Terpidana (FFI 1984), Secangkir Kopi Pahit (FFI1985)
, Kerikil - Kerikil Tajam (FFI 1985) , Opera Jakarta (FFI 1986), Tatkala Mimpi
Berakhir (FFI 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (FFI 1990).
Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, tidak membuat Ray
ikut hilang. Dia tetap eksis di dunia seni peran. Ray membangun sebuah sanggar
teater di pinggiran kota, dan membentuk komunitas teater di sana. Lewat
sanggarnya ini Ray pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya
mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara.
Pada pertengahan 2006, Ray kembali aktif di dunia film dengan
membintangi Dunia Mereka garapan sutradara Lasja Fauzia dan menyandingkan
dirinya dengan aktris Ira Wibowo. Bahkan kongres PARFI pada tahun yang sama
memilih Ray Sahetapy menjadi salah satu ketuanya.57
Awal pertemuan Ray Sahetapi begitu ramah dan penuh wibawa. Dari cara
bicaranya, Ray Sahetapi terlihat telah begitu banyak melewati asam manis
kehidupan. Begitu juga dengan pengalamannya di dunia keaktoran, Ray Sahetapi
nampaknya telah banyak mempelajari litelatur-litelatur tentang aktor, terbukti saat
wawancara beliau menegaskan beberapa konsep keaktoran dari berbagai ahli.
Kemantapaannya dalam menjawab pertanyaan soal aktor, menunjukkan bahwa
beliau tidak hanya memiliki bakat. Tapi beliau juga sangat total dalam menggali
57
Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Diakses dari
https://id.wikipedia.org/wiki/Ray_Sahetapy
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
data, riset, serta arsip arsip yang berhubungan dengan peran tokoh yang akan
dimainkannya. Totalitas juga beliau tunjukkan dengan istilah “menggumuli
peran” yang acapkali disampaikannya. Menggumuli peran yang beliau maksud
adalah bagaimana beliau berusaha meriset tentang sebuah tokoh, dan kemudian
berusaha mengambil “roh” dari tokoh tersebut. Hasilnya dapat kita saksikan
sendiri, karakter beliau dalam peran apapun begitu kuat.
Ray Sahetapi seringkali memainkan karakter sangar atau galak, sehingga
kesan antagonis begitu melekat pada dirinya. Berbeda dengan sikap dan sifatnya
dibeberapa karakter film, pada saat tapping program Talk n Cook Ray begitu
ramah dan seringkali bercanda dengan host, produser dan kru program Talk n
Cook. Singkat saja, dia sudah begitu akrab sehingga kesan galak pada dirinya
menjadi hilang. Secara keseluruhan, first impression yang terpancar dari diri Ray
Sahetapi adalah sosok bapak yang penuh wibawa serta ramah, terbukti beliau
sempat tersenyum kepada beberapa turis yang duduk disebelah mejanya di
restoran hotel.
Filmografi:

Gadis (1980)

Sejuta Serat Sutra (1981)

Kabut Ungu di Bibir Pantai

Kaki

Darah dan Mahkota Ronggeng
(1983)
Dukun Ilmu Hitam (1981)
Wolter
Monginsidi (1982)
(1981)

Tapak-Tapak

Cinta Semalam (1983)

Ponirah Terpidana (1983)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53

Pelangi di Balik Awan (1984)

Giliran Saya Mana (1989)

Tirai Kasih (1984)

Cas Cis Cus (1989)

Secangkir Kopi Pahit (1984)

Kanan Kiri OK (1989)

Kabut Perkawinan (1984)

Kanan Kiri OK II (1989)

Kerikil-Kerikil Tajam (1984)

Jangan

Hati Seorang Wanita (1984)

Sebening Kaca (1985)

Nona Manis (1990)

Melintas Badai (1985)

Sejak Cinta Diciptakan (1990)

Secawan Anggur Kebimbangan

Kanan Kiri OK III (1990)

Curi-Curi Kesempatan (1990)
(1986)
bilang
Siapa-Siapa
(1990)

Tahu Sama Tahu (1986)

Dunia Mereka (2006)

Di Balik Dinding Kelabu (1986)

Terowongan Casablanca (2007)

Pesona Natalia (1986)

Mengaku Rasul (2008)

Opera Jakarta (1986)

Anak Ajaib (2008)

7 Manusia Harimau (1986)

Jagad X Code (2009)

Cinta Yang Terjual (1986)

Terowongan Rumah Sakit (2009)

Harga Diri (1987)

Rasa (2009)

Luka di Atas Luka (1987)

Identitas (2009)

Tatkala Mimpi Berakhir (1987)

Jinx (2010)

Mekar

Akibat Pergaulan Bebas (2010)

Demi Dewi (2010)
Diguncang
(1989)
Prahara

Noesa Penida (1988)

Mudik (2011)

Api Cemburu (1989)

Dilema (2012)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54

The Raid (2012)

Pukulan Maut (2014)

Sang Martir (2012)

Sepatu Dahlan (2014)

Loe Gue End (2012)

Runaway (2014)

True Heart (2013)

Negeri Tanpa Telinga (2014)

Hari Ini Pasti Menang (2013)

Haji Backpacker (2014)

2014 (2013)

Comic 8: Casino Kings 2015

Crazy Love (2013)

Erau Kota Raja (2015)

Eyang Kubur (2013)

Bulan di Atas Kuburan (2015)

Merry Go Round (2013)

Captain

Make Money (2013)

Killers (2014)
War (2016)

Raksasa Dari Jogja (2016)
Sinetron:
 Elang (2008)
Drama:
 Seindah Bunga Teratai (2014) (DAAI TV)
Sitkom:

America:
Saya Terima Nikahnya (2015) (NET TV)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Civil
55
2.
Agus Kuncoro
Gambar 4.1.2. Agus Kuncoro
Agus mengawali debutnya lewat film Saur Sepuh IV, Titisan Darah
Biru (1991).[1] Namanya melejit lewat perannya sebagai Azzam dalam sinetron
religi Para Pencari Tuhan. Beberapa sinetron yang pernah dibintanginya antara
lain Tutur Tinular (1997) sebagaiRaden Wijaya, FTV Sayekti dan Hanafi sebagai
Hanafi bersama Widi Mulia sebagai Sayekti, Dunia Tanpa Koma sebagai Andar
Manik, Maharani, dan Debu Tertiup Angin. Sedangkan film yang pernah
dibintanginya adalah Be Happy di Pinggir Kali bersamaKristina serta Kun Fa
Yakuun yang rencana tayang awal 2008.2
Mengawali karirnya dalam beberapa film kolosal, seperti Tutur Tinular,
Kaca Benggala dan lain lain, wajah Agus Kuncoro memang identik dengan tokohtokoh yang memainkan film lagenda atau sejarah. Dalam sinekus (sinetron kuis)
2
Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Kuncoro
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
yang sempat booming yakni, Para Pencari Tuhan, perannya sebagai Azzam juga
sangat melekat di hati pemirsanya. Dengan 24 judul film, akting Agus Kuncoro
memang sangat total dan menjiwai. Seakan akan setiap peran yang dia jalani
adalah dirinya.
Film Observasi penulis dimulai dengan menonton film kolosal pertamanya
yakni Tutur Tanular, dalam film tersebut Agus Kuncoro berperan sebagai Prabu
Kertarajasa. Sorot matanya masih sama, masih dengan ciri khas Agus Kuncoro,
namun gerak gerik dan bahasa tubuhnya masih kaku. Entah karena itu merupakan
akting perdananya atau preannya yang membutuhkan wibawa yakni menjadi
seorang Raja.
Dalam akun instagramnya, yakni @aguskuncoroadi, aktor berusia 43
tahun ini kerap mengunggah foto bersama keluarga, sahabat terdekat, sesama
aktor dan sesama anggota klub sepeda balapnya yang bernama. Terlihat, bahwa
Agus Kuncoro memang berusaha tetap in touch atau dekat dengan orang-orang di
sekelilingnya di tegah kesibukannya sebagai seorang aktor.
Agus juga sering memposting kata-kata mutiara yang berisi pesan nasihat
terhadap nilai-nilai kehidupan, saya dapat menyimpulkan bahwa Agus Kuncoro
memang orang yang bijak dan Religius. Dari wawancara saya dengan orang yang
kenal dengan beliau pun (re: manajer), beliau memang orang yang tenang dan
religius.
Saat itu saya bertemu Agus Kuncoro saat sedang syuting sebuah layanan
masyarakat. Di sela-sela syuting, beliau menyempatkan diri untuk meladeni
wawancara saya. Saat saya bertemu langsung dengan beliau, beliau dengan ramah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
menyapa setiap pertanyaan saya yang terkesan masih gugup dalam melontarkan
beberapa pertanyaan. Terlihat sekali Agus Kuncoro adalah orang yang gemar
membaca, dan jam terbangnya dalam dunia akting tidak di ragukan lagi. Hal itu
terlihat dari setiap jawaban yang dia berikan. Agus Kuncoro juga jelas terbaca
merupakan orang dengan intelegitas yang tinggi, melalui setiap susunan kalimat
yang ia lontarkan.
Saya juga sempat menngamati beliau saat bercengkrama dengan pihak
penggagas iklan layanan masyarakat tersebut, terlihat Agus Kuncoro berusaha
menjalin hubungan baik dan akrab, dengan menanyakan banyak hal mengenai
penyakit Cikumunya yang merupakan tema dari iklan yang sedang di garap
tersebut.
Intinya, Agus Kuncoro adalah salah satu aktor kebanggAan Indonesia
yang mencintai pekerjaannya menjadi aktor. Perannya dalam berbagai film tidak
diragukan lagi. Selain orang yang bijak dan religius, Agus Kuncoro merupakan
orang yang ramah dan selalu berusaha membangun hubungan baik dengan setiap
orang.
Sinetron

Tutur Tinular (1997)

Kevin Saviano Anak Bangsat

Kaca Benggala

Misteri Gunung Merapi

Mahkota Mayangkara

Angling Dharma

Mahkota Majapahit

Borobudur

Singgasana Brama Kumbara

Prahara Batavia
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58

FTV Sayekti dan Hanafi

Babe

Rahasia Ilahi MNCTV

Para Pencari Tuhan (2007)

Hidayah Episode Artis Sombong

Insya Allah Ada Jalan (2012)

Dunia Tanpa Koma

Panggil Gua Haji (2013).
Film:

Saur Sepuh IV (1991)

Cinta Tapi Beda

Saur Sepuh V (1992)

Gending Sriwijaya (2013)

Panggung Pinggir Kali (2005)

Sang Kiai

Kun Fayakuun (2008)

Adriana

Di Bawah Langit (2010)

Soekarno: Indonesia Merdeka

Sang Pencerah

Comic 8 (2014)

Tanda Tanya (2011)

Caleg By Accident (2014)

Tendangan dari Langit

Cerita Cinta (2015)

Pengejar Angin

Garuda Superhero (2015)

Malaikat Tanpa Sayap (2012)


Sule, Ay Need You


Ambilkan Bulan

Cinta di Saku Celana
Wewe (2015)
Cinta Selamanya (2015)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
3. Lukman Sardi
Gambar 4.1.3. Lukman Sardi
Lukman Sardi (lahir di Jakarta, 14 Juli 1971; umur 44 tahun; dikenal juga
dengan panggilan Memet) adalah salah satu pemeranIndonesia. Ia terkenal sebagai
seorang pemeran watak dalam film-filmnya. Ia juga adalah anak dari Ny. Zerlita
dan Idris Sardi, pemusik biola legendaris Indonesia. Idris Sardi kemudian sempat
menikah
dengan Marini sehingga
Lukman
adalah
saudara
tiri
penyanyi Shelomita. Memiliki seorang putra yaitu Akiva Dishan Ranu Sardi, buah
hatinya dengan Pricillia Pullunggono, yang lahir pada tanggal 28 Desember
2009.3
Peran Lukman Sardi kecil dalam film produksi 1980, yakni Anak-Anak
Tak Beribu begitu menggugah perasaan. Dalam film tersebut Lukmann berperan
3
Diakses pada 10 Februari 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Kuncoro
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
sebagai Memet, yakni anak kedua dari tiga bersaudara yang kehilangan kasih
sayang kedua orang tuanya. Mereka harus pergi dari rumah dan berjuang keras
menghidupi diri mereka sendiri.
Lukman Sardi kecil dengan pakaian sederhana, berusaha menjadi anak
yang tegar dalam menghadapi cobaan. Aktingnya terlihat alami, kebetulan
pengarah musik dalam film tersebut adalah Idris Sardi, yang merupakan ayah
Lukman sendiri.
Industri film Indonesia mulai mati suri, dan sempat dipenuhi film dengan
bumbu-bumbu orang dewasa. Lukman Sardi pun sama sekali tidak terfikirkan
untuk menjadi seorang aktor, sampai kemudian dia melibatkan diri dalam
beberapa film pendek. Kemudian sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza
meliriknya, maka Lukman pun mendapatkan peran sebagai Herman Lantang,
sahabat sang aktivis yakni Soe Hoek Gie.
Dalam film Gie lukman mengaku harus banyak melakukann riset,
pasalnya film tersebut merupakan film sejarah. Lukman mengaku dari situlah ia
akhirnnya menyadari bahwa ia sangat mencintai setiap proses dari pembuatan film
yakni riset, workshop dan reading.
Akhirnya judul judul baru dalam filmografi Lukman pun bermunnculan,
salah satu peannya yang menurut peneliti paling mengagumkan adalah di film
omnibus Rectoverso, Lukman berperan menjadi seorang penderita autisme,
Lukman terlihat sudah banyak melakukan riset terhadap bagaimana seorang autis
berperilaku dan bercakap. Maka aktingnya menjadi sosok Abang sangat tidak bisa
dibedakan dengan penderita autis yang asli.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Film teranyarnya adalah menjadi suami Dian Sastro di 7/24, Lukman
berhasil menhidupkan karakter Iwan yakni sutradara yang gila kerja. Film tersebut
segar dan sarat humor romantis antara Lukman dan Dian.
Saat itu saya mengunjungi Lukman Sardi di kantornya, MNC Pictures.
Lukman merupakan salah satu Direktur di kantor tersebut. Pertama kali
menghubungi beliau lewat Whatssapp, beliau sudah sangat ramah. Meski beliau
harus saya ingatkan berkali kali untuk wawancara, namun beliau tetap
menyempatkan diri di sela sela kesibukannya yang sangat padat.
Lukman Sardi merupakan sosok yang ramah, terlebih pada saat
wawancara beliau juga sempat bercanda dengan saya. Selama sesi wawancara,
Lukman terdengar sangat detail mendeskripsikan pendapat, pemikirannnya
kepada saya. Terbukti jawaban beliau sangat panjang dalam setiap pertanyaan.
Menurut saya Lukman Sardi sebagai aktor adalah seserang yang tidak haya
bangga tapi juga mencintai pekerjaannya sebagai seorang aktor. Itulah yang
membuat setiap perannnya terlihat hidup.
Film:
Kembang-Kembang

Gema Hati Bernyanyi (1980)
Plastik (1978)

Gie (2005)

9 Naga (2006)

Berbagi Suami (2006)

Jakarta Undercover (2006)
Gadis (1979)

Pesan dari Surga (2006)

Cubit Cubitan (1979)

Naga Bonar (Jadi) 2 (2007)

Anak-Anak Tak Beribu (1980)

Suster N (2007)


Pengemis
dan
Tukang
Becak(1979)

Dinginnya
Hati
Seorang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62

The Photograph (2007)

Pencarian Terakhir (2008)

Quickie Express (2007)

Takut:

Kawin Kontrak (2008)

In the Name of Love (2008)

Lastri (2008)

May (2008)

Merah Putih (2009)\

Laskar Pelangi (2008)

Heart-Break.com (2009)

Kawin Kontrak Lagi (2008)

Brandal-Brandal
Sang Pemimpi (2009)
Faces
of
Fear -
Segmen Show Unit (2008)

Tanah Air Beta (2010)
Ciliwung (2012)

Red CobeX (2010)

Rumah di Seribu Ombak (2012)

Darah Garuda (2010)

Sang Pialang (2013)

Sang Pencerah (2010)

Rectoverso -

Aku atau Dia (2010)

Jakarta Maghrib (2010)

Leher Angsa (2013)

Hati Merdeka (2010)

Soekarno:

Serdadu Kumbang (2010)

Semesta Mendukung (2011)

Pengejar Angin (2011)

Sang Penari (2011)

"Cinta Dalam Kardus" (2013)

Dilema (2012)

Princess,

Hattrick (2012)

Di Timur Matahari (2012)

Aku Cinta Kamu (2014)

Cinta di Saku Celana (2012)

Negeri Tanpa Telinga (2014)

7/24 (2014)
segmen Malaikat
Juga Tahu (2013)
Indonesia
Merdeka (2013)

Laskar
Pelangi
Edensor (2013)
Bajak
Laut
Alien (2014)
Sutradara:

Sang Pejahit (Film Pendek, 2009)

Di Balik 98 (2015)

7/24 (2015)
2:
Penghargaan:\
http://digilib.mercubuana.ac.id/
dan
63

Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Festival Film Indonesia
2005 Jakarta

The Best Actor - Bali International Film Festival 2006

Nominasi Most Favourite Actor - MTV Indonesia Movie Award 2006

Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik - Festival Film Indonesia
2006 Jakarta untuk Piala Vidia

Pemeran Utama Pria Film Terpuji - Festival Film Bandung 2006

Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Festival Film Indonesia 2007

Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Festival Film Indonesia 2008

Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Indonesian Movie Award 2008

Model Video Klip Terdahsyat - DahsyatNya Award 2009

Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Indonesian Movie Award 2009

Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik dan Terfavorit - Indonesian Movie
Award 2009

Pemeran utama pria terbaik Indonesian Movie Awards 2013

Pasangan
terbaik Indonesian
Movie
Awards
2013 bersama Dewi
irawan dalam film Rectoverso

4.2.
Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik FestivaI Film Indonesia 2013
Hasil penelitian
Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang
diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi. Observasi yang dilakukan
diantaranya dengan menonton film untuk mengamati peran aktor sebagai
keyinforman dalam penelitian ini. Selain menonton sejumlah judul film, peneliti
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
juga memperhatikan bagaimana keyinforman berinteraksi dengan orang-orang
disekitarnya. Sikap, gerak tubuh dan tutur kata menjadi perhatian peneliti. Peneliti
akan memaparkan sejumlah hasil penelitian diantaranya motif menjadi seorang
aktor, makna aktor, proses menjadi seorang aktor, proses menjadi identitas lain,
dan konstruksi diri aktor.
4.2.1. Motif Menjadi Seorang Aktor
Aktor harus tunduk kepada sutradara dalam memainkan peran yang sudah
di bebankan kepadanya. Bukan sekedar berubah, namun aktor juga harus
menempa beberapa kemampuan dalam dirinya. Kemampuan itulah yang akhirnya
membuat suatu karakter menjadi semakin “hidup”, sehingga penonton dapat
terbawa di setiap alur cerita yang disajikan.
Dalam bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang pertama
yakni motif atau alasan mengapa keyinforman memilih menjadi seorang aktor.
Bedasarkan analisa data yang telah peneliti lakukan, akhirnya dapat digolongkan
dua motif menjadi aktor secara umum dan khusus.
Dua dari tiga aktor menjelaskan bahwa motif mereka menjadi aktor adalah
dimana mereka menemukan kesenangan dan gairah (passion) dunia dunia seni
peran. Namun terdapat keunikan pada keyinforman Ray Sahetapi dimana beliau
memiliki alasan unik mengapa menjadi seorang aktor. Ray menemukan adanya
kebebasan dalam menjadi seorang aktor. Maka dapat peneliti simpulkan golongan
motif yang pertama adalah karena adanya passion dan yang kedua adanya
kebebasan (khusus). Secara umum keyinforman memilih menjadi seorang aktor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
karena adanya gairah atau passion dalam diri mereka, dan temuan khusus
mengenai kebebasan terdapat di keyinforman Ray Sahetapi.
4.2.1.1. Ada passion dalam film dan semua prosesnya.
Secara harfiah, passion adalah perasaan dan emosi yang kuat. Passion bisa
diartikan sebuah perasaan atau emosi terhadap suatu hal yang membuat seseorang
sangat berantusias melakukannya. Passion juga bisa perpaduan antara kenikmatan
dan perasaan.60
Ada serangkaian proses yang wajib dilalui seoranng aktor, aktris dan
hingga figuran sebelum produksi sebuah film. Rangkaian proses tersebut
diantaranya riset, workshop, dan reading. Riset dilakukan melalui berbagai media,
seperti internet, buku atau litelatur, atau wawancara langsung dengan tokoh asli
jika tokoh tersebut masih hidup. Riset aka memperluas wawasan dan memperkuat
visualisasi para pemain, sehingga akan mudah memainkan karakter yang terlibat
dalam suatu suasana dan kondisi.
Sedangkan workshop adalah proses dimana para pemain dan kru film
berdiskusi dan membahas sinopsis suatu film. Workshop juga dimanfaatkan
sebagai media mendapatkan chemistry dari satu pemain dan pemain lainya.
Sementara proses reading adalah dimana para pemain akan mendalami naskah
dan berlatih dialog yang akan dimainkan.
Anak dari pemain biola lagendaris Idris Sardi, yakni Lukman Sardi
mengaku sangat menikmati rangkaian proses tersebut. Lukman juga menyadari
bahwa passionnnya begitu besar di dunia film. Lukman sangat menikmati
60
Definisi ini diambil dari www.berikwicaksono.com pada 19 Januari 2016 pukul 23:05.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
serangkaian proses yang wajib dilalui oleh seorang aktor dan kemudian
memutuskan menjadi seorang aktor yang profesional.
Pemaparan Lukman yang menemukan passion dalam menjadi seorang
aktor peneliti temui dalam kutipan:
“Dalam proses itu (pembuatan film Gie) kan karena aku ketemu terus
sama Mira (Mira Lesmana), Riri (Riri Riza) dan Nicholas (Nicholas
Saputra); orang-orang film.. yang memang passionnya begitu besar di
film, aku baru sadar ternyata passion aku juga disitu. Gitu, aku sangat
menikmati semua prosesnya. Mulai dari research, workshop, reading,
banyak hal yang aku nikmati banget dan akhirnya dari situ aku
memutuskan untuk im going to be an actor, a proffesional actor. Itu sih
yang membuatku memutuskan menjadi seorang aktor,”61
Bermain film sejak kecil antara tahun 1978 – 1980, ternyata Lukman kecil
belum terfikirkan untuk menjadi seorang pemain film. Industri perfilman
Indonesia sempat mati suri hingga Lukman tidak lagi terjun ke dunia senia peran.
Kemudian pada 2005, Lukman harus mendampingi Nicholas Saputra memainkan
film berlatar belakang sejarah yakni Gie. Perannya menjadi sahabat Soe Hok Gie,
Herman Lantang memaksa Lukman untuk riset secara mendalam dan
mewawancarai tokoh asli. Film berlatar belakang sejarah tentu harus disertai data
yang akurat dan pemahaman yang luas dan dengan passion kuat Lukman Sardi
mengaku sangat menikmatinya.
Bedasarkan kecintaannya dalam dunia seni peran, membuat Lukman
menyadari bahwa passion-nya adalah menjadi seorang aktor. Menikmati segala
proses dalam produksi film, Lukman pun memutuskan untuk menjadi seorang
actor yang proesional.
61
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
Memasuki dunia yang sangat berbeda dari kehidupan pribadi seorang
aktor, mennjadi bentuk kepuasan sendiri bagi mereka. Disamping adanya talenta,
aktor juga harus sensitif dan peka terhadap apapun yang berlangsung di kehidupan
sosialnya, serta harus mudah beradaptasi. Dua hal itulah yang juga ditegaskan
Lukman Sardi dalam “memasuki dunia lain” yang selalu dihadapi sang aktor.
Menemukan passion atau kenikmatan menjadi seorang aktor tidak hanya
peneliti temui dari hasil wawancara dengan aktor Lukman Sardi, namun peneliti
juga menemukan motif tersebut di keyinforman Agus Kuncoro
Aktor berusia 44 tahun yakni Agus Kuncoro, mengaku sangat mencintai
pekerjaannya menjadi seorang aktor. Dengan tegas Agus mengungkapkan
kebanggaanya akan profesi aktor. Agus dengan antusias mengungkapkan bahwa
pekerjaan yang paling menyenangkan, adalah menjadi seorang aktor. Motif
tersebut Agus tuturkan secara jelas dalam kutipan:
“ Pekerjaan yang paling menyenangkan itu adalah ketika kamu menjadi
orang lain. Dan ketika kamu sudah menjadi orang lain, kamu dibayar
untuk itu,”62
Agus Kuncoro juga berpendapat dirinya akan selalu menemukan dunia
baru dari peran yang ia perankan, dan ia sangat menikmati hal tersebut. Ketika
Agus harus mennjadi seorang ayah misalnya, Agus akan “menyelam” masuk
kedalam dunia tokoh tersebut. Begitu juga jika ia ditutut harus menjadi pembalap,
ia harus mencari tahu bagaimana gaya fesyen dan gaya hidup seorang pembalap.
Kegemarannya akan membaca, menjadi modal untuk memudahkan Agus
masuk kedunia keaktoran. Dimana ia terbiasa memvisualisasi apa yang ia baca
62
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
kedalam
fikirannya.
Berkat
kegemaran
membaca
ia
dengan
mudah
membayangkan suasana dan kejadian, yang menjadikan kemampuan aktingnya
semakin kuat.
Mengawali karirnya dalam sinetron kolosal Tutur Tanular, peran Agus
dalam berbagai judul film tidak diragukan lagi. Dalam sinekuis (sinetron kuis)
Para Pencari Tuhan, peran Agus sebagai Azzam juga sangat lekat di benak
pemirsanya. Dengan 18 judul sinetron dan 24 judul film, Agus Kuncoro jelas
terbukti sangat menikmati karirnya di dunia seni peran.
4.2.1.2. Adanya kebebasan.
Aktor senior Ray Sahetapi mengaku, dengan menjadi seorang aktor,
dirinya memiliki kebebasan. Ray menegaskan proses keaktoran bermula ketika
seseorang merasa bebas dan mengalahkan egonya, dan mulai memasukkan
karakter orang lain ke dalam dirinya. Menjadi aktor haruslah bebas, karena jika
seorang aktor tidak bebas, maka suatu peran tidak dapat masuk kedalam diri aktor
tersebut. Ray juga sangat mengutamakan proses kebebasan ini, dimana sang aktor
haruslah bersih fikiran dan jiwanya setiap akan memainkan suatu karakter.
Dengan adanya kebebasan seperti yang diungkapkan Ray Sahetapi,
batasan – batasan untuk memasuki dunia orang lain akan luntur. Aktor bebas
menjadi siapa saja.
Motif Ray yang menemukan kebebasan dalam menjadi
seorang aktor peneliti temui dalam kutipan:
“karena ada kebebasan disitu.. Aktor itu harus bebas, menjalani apapun
harus masuk kedalam dunianya. Kalau kita enggak bebas, peran itu enggak
akan masuk. Harus bebas dan serahkan semua kepada alam.”63
63
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Kosenda Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Ray mengaku sangat menikmati kebebasan ini, dimana dirinya merasa
tidak dipenjara. Dalam artian, ia bebas memasuki dunia siapapun dan karakter
apapun untuk mentransformasi diri menjadi karakter yang satu ke karakter yang
lainnya.
Peneliti juga melakukan observasi dengan menonton beberapa film Ray.
Peneliti memperhatikan dalam film tersebut bagaimana Ray berakting dan
merubah diri menjadi orang lain. Perannya terutama film Negeri Tanpa Telinga,
dimana ia berperan sebagai Cobra sangat hidup sebagai orang yang culas dan haus
akan kuasa. Perannya dalam The Raid pun sangat menghidupkan genre action
dalam film tersebut. 70 judul film yang dimainkannya, serta satu film Hollywood
superheroes Captain America: Civil War yang akan dirilis 2016 ini menjadi bukti
bahwa Ray Sahetapy menerapkan proses kebebasan pada dirinya, sehingga dapat
dengan total memainkan satu peran keperan yang lain.
Tabel 4.2.1. Motif Menjadi Seorang Aktor
No
Nama
Umur
Lama Berkarir Menjadi
Aktor
1978-1980 (3 tahun saat
1
Lukman Sardi
44 tahun
masih kanak-kanak)
2005 – 2015 (10 tahun)
2
3
Agus
Kuncoro
Ray Sahetapi
43 tahun
19 tahun
59 tahun
36 tahun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Motif
Adanya
passion
Adanya
passion
Adanya
kebebasan
70
Gambar 4.2.1. Keterkaitan Pengalaman Menjadi Aktor dengan Motif
Pengalaman ≤ 20 tahun
Adanya Passion: Lukman, Agus
Pengalaman ≥ 20 tahun
Adanya Kebebasan: Ray
Berdasarkan pemaparan diatas, kesimpulan yang dapat peneliti tarik
adalah bahwa semua sebenarnya merasakan kenikmatan dalam menjadi seorang
aktor. Ketiganya sama-sama menganggap bahwa menjalani seni peran adalah hal
yang menyenangkan.
Namun, ada yang berbeda dan unik dari ketiga keyinforman tersebut
dimana aktor Ray Sahetapi merasakan kebebasan dengan menjadi seorang aktor.
Peneliti menganggap bahwa merasakan kebebasan tersebut merupakan satu
tingkat lebih tinggi dari sekedar passion. Artinya, Ray tidak hanya senang dalam
menjalani profesinya, tetapi menemukan hal baru yang tidak akan dia temui dari
pekerjaan apapun. Peneliti dapat simpulkan pula bahwa lamanya pengalaman
dalam menjadi seorang aktor mempengaruhi motif seorang aktor dan jenis
kenikmatan yang didapatkannya.
4.2.2. Makna Aktor Bagi Informan
Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan makna aktor bagi setiap key
informan. Makna disini peneliti garis bawahi yakni apakah arti aktor bagi
keyinforman. Apakah hanya sekedar profesi, atau memiliki arti lain lebih dari
sekedar profesi. Seperti yang kita ketahui, aktor secara harfiah merupakan salah
satu profesi di dunia teater maupun industri film. Dalam bagian ini peneliti telah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
membagi makna bagi ketiga keyinforman, yakni sebagai profesi dan dua makna
lainnya yang ternyata kedua informan menganggap aktor lebih dari sekedar
profesi.
4.2.2.1. Profesi yang menyenangkan.
Agus Kuncoro mengaku bangga menjadi seorang aktor, karena ia akan
selalu mendapatkan dunia baru dari setiap peran yang ia perankan. Ketika
mmenjadi orang lain itulah, ia akan selalu dapat menemukan dunia baru selain
dunianya sendiri. Menurut Agus, pekerjaan paling menyenangkan adalah ketika
kita dapat berubah menjadi orang lain, dan dibayar untuk itu. Agus dengan
antusias memaparkan bahwa aktor merupakan sebuah profesi. Tanggapan tersebut
peneliti dapat dari kutipan Agus yang menyatakan:
“Kalau ditanya pekerjaan saya apa, saya adalah seorang aktor.,”64
Berdasarkan hasil wawancara, Agus tidak memberikan definisi lain yang
lebih atas anggapannya mengenai makna seorang aktor. Agus menganggap aktor
sebagai profesi dan ia nyaman akan pekerjaan tersebut.
4.2.2.2. Kebebasan
Definisi aktor yang lebih dari sekedar profesi, diungkapkan oleh aktor
senior Ray Sahetapi. Puluhan tahun menjalani seni peran, serta puluhan judul film
yang telah dirampungkannya menjadikan sosok Ray penuh wibawa dan sangat
pandai menempatkan diri. Penilaian tersebut peneliti dapatkan dari sesi
wawancara mendalam yang dilakukan, dan ketika peneliti berkesempatan
melakukan produksi salah satu episode talkshow bersama beliau.
64
Wawancara ini dilakukan pada Jumat 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
Saat diwawancara, aktor Ray Sahetapi menuturkan setiap jawaban tanpa
keraguan dan sangat pasti. Dari setiap tutur kata yang diucapkan terlihat Ray dan
seni peran adalah suatu kesatuan. Berdasarkan pengamatan itu pula, peneliti dapat
menyimpulkan bahwa aktor bagi Ray Sahetapi bukan lagi sebuah profesi, namun
sebuah fase dimana seseorang dapat menjadi bebas sebebas bebasnya.
Tanggapan tersebut peneliti simpulkan dari kutipan beliau yakni:
“Kamu harus jadi bebas dan menyerahkan semua kepada alam. Maka
semua itu akan masuk dengan sendirinya (peran yang dibebankan). Dari
kebebasan itulah, proses keaktoran bermula. Dari kebebasan itu pula,
muncul tanggung jawab. Kita tidak boleh melakukan hal ini, hal itu.. dan
sebagainya,”65
Ray Sahetapi menyatakan dengan tegas, aktor harus bebas dan tidak
terpenjara. Tidak terpenjara dalam artian terikat ego. Ray menegaskan ketika ego
seorang aktor terlalu kuat dalam dirinya, suatu peran tidak akan masuk dengan
mudah. Peran tersebut akan dikalahkan oleh egonya sendiri.
4.2.2.3. Bukan hanya seorang pemain, namun juga seorang pencipta.
Lain halnya dengan kedua aktor tersebut, Lukman Sardi menganalogikan
aktor bukan hanya sekedar seorang pemain seperti anggapan masyarakat pada
umumnnya. Diibaratkan, ketika penulis skenario dan sutradara adalah kontraktor
yang ingin membangun sebuah rumah dan menyamakan fondasi. Berangkat dari
tujuan tersebut ia membutuhkan seorang aktor sebagai “creator design”. Aktor
yang dibutuhkan harus cocok dengaon rumah yang dibangun. Maka Lukman
menganalogikan aktorlah yang berperan penting untuk menciptakan suasana, gaya
serta kontur bangunan yang diinginkan. Intinya, tugas aktor menurut Lukman
65
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Kosenda Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
bukan hanya memainkan, tetapi juga menciptakan karakter tersebut sesuai dengan
apa yang telah didiskusikan dengan sutradara dan penulis skenario.
Analogi tersebut peneliti simpulkan dalam jawaban ketika Lukman
ditanyai apa definisi aktor untuk dirinya. Tanggapan Lukman mengenai aktor
bukan hanya seorang pemain peneliti dapatkan dari kutipan:
“Jadi, tugas aktor itu bukan hanya memainkan, tapi dia juga menciptakan
karakter tersebut, dari apa yang sudah dia diskusikan dengan dengan
sutradaranya,”66
Selain sebagai sebuah profesi yang membanggakan, Lukman menyatakan
untuk mencaapi titik dimana seseorang dapat disebut sebagai aktor bukanlah hal
yang mudah. Butuh proses yang cukup panjang, bukan sekedar berakting.
Menurut Lukman, seseorang dapat disebut aktor ketika dia memiliki komitmen,
disiplin yang tinggi, totalitas, wawasan dan yang terpenting attitude atau perilaku.
Tabel 4.2.2. Makna Aktor Bagi Keyinforman
No
1
2
3
66
Nama
Lukman
Sardi
Agus
Kuncoro
Ray
Sahetapi
Umur
Jumlah Judul Film
44 tahun
52 judul
43 tahun
18 Sinetron, 24 Film
59 tahun
71 Film
Makna Aktor
Bukan sekedar profesi
(Creator)
Profesi
Bukan sekedar profesi
(Kebebasan)
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, jakarta Barat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
Gambar 4.2.5. Hubungan Jumlah Judul Film dengan Makna Bagi Aktor
Judul Film ≤ 50 judul
Profesi: Agus Kuncoro
Judul Film ≥ 50 judul
Lebih dari profesi: Lukman Sardi,
Ray Sahetapi
Berdasarkan
pemaparan
diatas,
dapat
peneliti
simpulkan
bahwa
keyinforman atau aktor yang telah berperan di lebih dari 50 judul film akan
menganggap bahwa aktor bukan sekedar sebuah profesi yang semerta-merta
dilakoni debagai upaya mencari materi. Lebih dari sekedar itu, kedua keyinforman
yang telah menjalani lebih dari 50 judul film yakni Lukman Sardi dan Ray
Sahetapi berpendapat bahwa aktor selain pekerjaan, adalah sesuatu yang memiliki
definisi lebih dalam industri film. Ray Sahetapi menuturkan bahwa ketika ego
seseorang terlalu kuat, perannya tidak akan masuk. Semenatra Lukman Sardi
memaparkan, untuk mencaapai sebutan seorang aktor buanlah hal yang mudah,
banyak yang harus diasah didalamnya. Kedua tanggapan tersebut memperkuat
kesimpulan peneliti yakni tidak semua orang dapat menjadi aktor.
4.2.3 Proses Menjadi Seorang Aktor
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan proses menjadi seorang aktor.
Peneliti akan menjelaskan proses menjadi seorang aktor dari ketiga keyinforman
satu persatu. Untuk keyinforman Ray Sahetapi, peneliti mendapatkan proses
beliau menjadi seorang aktor dari riset internet dan juga saat produksi talkshow
bersama beliau. Berdasarkan riset melalui media internet, untuk mengejar
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
impiannya menjadi seorang aktor ia mengambil pendidikan di Institut Kesenian
Jakarta pada tahun 1977, beliau satu angkatan dengan Dedy Mizwar dan Didik
Nini Thowok. Tahun 1980 baru lah ia bermain di film pertamanya yakni Gadis.
Saat shooting Talkshow di Talk N Cook produksi Inews Tv, Ray Sahetapi
membenarkan bahwa awalnya ia terjun ke seni teater, terlebih ketika industri film
Indonesia mengalami mati suri, Ray mendirikan sebuah sanggar teater di
pinggiran kota. Berdasarkan pengamatan peneliti, selepas berfokus pada seni
teater atau seni peran di masa kuliahnya Ray Sahetapi langsung menjadi seorang
aktor.Proses yang berbeda dialami keyinforman yang kedua yakni Agus Kuncoro.
Dalam sesi wawancara Agus menceritakan dengan jelas bagaimana akhirnya ia
dapat menjadi seorang aktor. Proses Agus menjadi seorang aktor peneliti awali
dari seni rupa, karena jurusan itulah yang pertama Agus ambil saat memutuskan
menjadi seorang seniman. Mengambil jurusan seni rupa di IKJ saat kuliah, Agus
perlahan menyadari jika seni rupa bertentangan dengan ajaran agamanya.
Tanggapan tersebut Agus tuturkan dalam kutipan:
“Waktu itu saya lagi sholat Jum’at, ada khotbah. Ya pokoknya apa yang
saya kuliahkan itu, bertentanganlah denngan agama saya, gitu kan. terus
enggak lama sari situ saya dapat tawaran untuk main film, seperti itu,”67
Sempat menolak tawaran bermain film, karena ajakan terus menerus
akhirnya Agus bersedia menemui penulis skenario Imam Tantowi. Tanpa fikir
panjang pun Agus segera menandatangani kontrak. Agus beranggapan, menjadi
seorang aktor sudah merupakan jalan hidupnya.
67
Wawancara ini diambil pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
Aktor Agus Kuncoro mengaku mendapatkan kemampuan seni peran,
berawal dari kegemarannya membaca. Ketika membaca itulah ia akan dituntut
untuk memvisualisasi atau membayangkan berbagai situasi, suasana dan kondisi
yang ada dalam wacana. Agus berpendapat bahwa kebiasaan memvisualiasi dan
berimajinasi itulah yang kemudian memudahkannya bermain peran.
Kutipan yang mendukung penuturan tersebut adalah:
“saya punya kebiasaan dari orang tua saya bahwa satu hari biasakan untuk
membaca, minimal sejam atau dua jam dalam satu hari. Saya baca segala
macem dari mulai novel.. hingga apalah, itu sih yang memudahkan saya
masuk ke dunia keaktoran ini. Karena saya kan terbiasa memvisualkan
dalam fikiran saya, suasana yang ada dalam novel atau apapun yang saya
baca,”68
Berawal dari bermain film saat kecil, proses seorang Lukman Sardi dalam
menajdi aktor juga berbeda dengan kedua keyinforman sebelumnya. Saat ditanya
awal mula menjadi seorang aktor, Lukman Sardi kecil tidak pernah berfikiran
untuk menjadi seorang aktor. Meski ia bermain dalam beberapa judul film di
tahun 80-an, saat beranjak dewasa ia sama sekali tidak terfikirkan meneruskan
karir menjadi seorang pemain film. Disamping industri film yang sempat mati
suri, industri film kala itu juga tidak banyak untuk anak-anak. Lukman akhirnya
bekerja di beberapa tempat hingga akhirnya melibatkan diri dalam sebuah proyek
film pendek garapan temannya selaku sutradara. Akting Lukman dalam film
tersebut menarik perhatian sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza. Pada tahun
2003, barulah Lukman turut dalam digarapnya film Gie dan berperan sebagai
sahabat Soe Hok Gie yakni Herman Lantang.
68
Wawancara ini diambil pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Kutipan Lukman dalam pemaparan tersebut adalah:
“cita cita awal dulu kan dar kecil enggak pernah kepikiran jadi aktor,
walaupun dulu kecil main film. Cuma aku setop waktu SMA, karena
situasi film Indonesia yang lagi drop, terus film Indonesianya juga gak
banyak untuk anak-anak. Dan selama itu enggak pernah kepikiran untuk
jadi aktor. Jadi akhirnya saya meneruskan sekolah dan kuliah, sampai ada
teman yang nawarin bua main film pendek. Setelah dikasih tau ke mbak
Mira dan Mas Riri, mereka suka, baaru kemudian dapet tawaran casting
film Gie,”69
Peneliti menonton beberapa film Lukman produksi tahun 1980 dimana
saat itu Lukman masih berusia sekitar 10 tahun. Salah satunya dalam film anakanak tak beribu, Lukman Sardi kecil sudah sangat menghayati peran yang ia
mainkan. Perannya begitu natural seperti anak kecil pada umumnya sehingga
karakter Memet sangat menyentuh dalam film tersebut. Hingga sekarang, julukan
Memet masih melekat dalam dirinya.
Berbeda dengan Agus, Lukman Sardi percaya
akan adanya talenta.
Lukman beranggapan bahwa setiap manusia memiliki talenta tersendiri. Bukan
semerta merta talenta Lukman adalah ber-akting, lebih awal daripada kemampuan
akting sendiri Lukman mengaku merupakan pribadi yang sensitif terhadap suatu
hal. Lukman mudah sekali menaruh empati pada suatu hal. Ketika kemudian
Lukman berkonsentrasi untuk merasakan sesuatu (dalam kebutuhan peran), maka
dengan cepat ia akan menghayati suatu keadaan atau suasana tersebut. Perasaan
simpati dan empati itulah yang Lukman anggap tidak semua orang memilikinya.
Meskipun Lukman mengaku tidak belajar secara khusus dalam pendidikan
69
Wawancara ini diambil pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
menjadi seorang aktor, tetapi dari talenta yang ia punya Lukman berusaha untuk
mengembangkan kemampuan dirinya.
Kutipan Lukman Sardi untuk pemaparan diatas saat ditanyai asal
kemampuan beraktingnya adalah:
“kalau aku sih aku agak bingung ya dapet dari mana. Mungkin aku
lumayan percaya sama yang namanya talenta. Tiap manusia itu punya
talenta tersendiri. Semuanya sebenarnya bisa berakting karaena everyday
dalam hidup kita berakting, cuman kadang ya untuk mencapai posisi
menjadi aktor ya beda lagi,”70
Dari pemaparan diatas dapat digaris bawahi bahwa sebelum menjadi
seorang aktor seperti sekarang, Lukman sempat bermain film saat kecil.
Kemudian berlanjut saat mendnapat tawaran bermain film pendek. Akting
Lukman dalam film pendek tersebut akhirnya membawa Lukman ke film
selanjutnya yakni Gie dan 50 judul film lainnya.
Gambar 4.2.3. Proses Menjadi Aktor
70
Wawancara ini diambil pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
79
4.2.4. Proses Menjadi Identitas Lain
Sebelum memainkan karakter menjadi orang lain, para keyinforman
mengungkapkan beberapa hal yang mereka persiapkan.
1. Data yang akurat
Masing – masing keyinforman yang peneliti wawancara memiliki jawaban
berbeda terhadap apa yang harus dipersiapkan sebelum memainkan suatu peran.
Namun, secara umum ketiga keyinforman mengaku harus mempersiapkan data
yang akurat terhadap latar belakang dan visual suatu tokoh sebelum berperan
menjadi tokoh tersebut. Kesimpulan tersebut peneliti dapat dari kutipan masing –
masing narasumber, yakni dimulai dari keyinfroman Ray Sahetapi. Saat ditanyai
apa yang beliau tanamkan kepada diri sendiri, sebelum karakter beliau dapat
benar-benar berubah, beliau menjawab:
“Jika misalnya kamu berperan sebagai ibu negara, kamu bisa bayangkan
kan. Setiap hari bangun pagi di sebelah kamu ada bapak negara dan kamu
akan bisa bayangkan sosok ibu negara itu. Kamu akan ditolong oleh filmfilm dan tulisan-tulisan tentang ibu negara. Banyak videonya,
dokumenternya, foto-foto masa lalunya,”71
Riset yang kuat tentu dibutuhkan agar mendapat visualisasi yang tepat
terhadap tokoh yang akan dimainkan. Sumber yang dipilih tentunya juga harus
akurat. Bahkan untuk suatu kebutuhan peran seorang aktor harus mewawancarai
orang yang bersangkutan terkait peran tersebut demi mendapatkan data yang
akurat. Pendapat Lukman Sardi mengenai kewajiban sang aktor memperoleh data
yang akurat peneliti dapat dari kutipan:
71
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustuts di Kosenda Hotel, Tanah Abang, Jakarta PUsat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
80
“ tapi dibalik cerita itupun kita harus create, kita harus cari tau di balik
cerita itu tuh apa sih sebenernya, misalnya let say di skenario itu
karakternya adalah pejuang. Tapi pejuang kan macem-macem, pejuang
seperti apa. Karakternya seperti apa, nah itu yang harus di create, kayak
sesuatu yang tidak tertulis yang harus kita create mulai dari lahirnya dari
kecilnya, dia punya proses apa saja dalam hidupnya sehingga di apunya
posisi karakter seperti di skenario itu yang membuat karakter tersebut
menjadi kuat, kalau kita punya latar belakangnya. Kalau kita enggak punya
latar belakangnya, karakter itu pun enggak akan menjadi kuat, hanya
sekedar nempel aja tetapi tidak ada yang masuk ke dalam diri kita,”72
Lukman dengan jelas memaparkan, bahwa latar belakang suatu tokoh
adalah suatu hal yang sangat krusial yang harus didalami oleh sang aktor. Selain
data terkait tokoh, data yang akurat juga didapat dari skrip. Skrip dan skenario
yang baik adalah yang skrip yang lengkap akan petunjuk pelaksanaan setiap
karakter dan adegan dalam cerita tersebut. Hal tersebut peneliti ketahui dari
kutipan keyinforman Agus Kuncoro yakni:
“kalau menurut saya skrip yang bagus itukan skrip yang semua juplaknya
sudah ada disitu. Juplak, yakni petunjuk pelaksanaannya sudah ada disitu
jadi ketika nih orang karakternya seperti apa, jika bertemu dengan karakter
ini dia akan seperti ini, ketika bertemu orang ini dia akan bersikap seperti
ini, ketika dapet masalah ini dia akan seperti ini,”73
Dapat peneliti simpulkan dari kutipan ketiga keyinforman di atas, secara
umum yang harus dipersiapkan sebelum berperan menjadi karakter lain dalam
suatu film adalah dengan mencari data yang akurat terkait tokoh tersebut. Mulai
dari dokumentasi dan arsip yang mendukung, rentetan latar belakang yang akurat
serta skrip yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksana. Data dan persiapan
72
73
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNCPictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
81
tersebut harus didalami dan dicerna dengan baik oleh sang aktor sebelum
berperan.
Selain data yang akurat peneliti juga mendapatkan jawaban yang berbeda
terkait persiapan sang aktor sebelum memainkan peran menjadi orang lain,
diantaranya fikiran, perasaan dan jiwa yang bersih, serta adanya empati.
2. Fikiran, perasaan, dan jiwa yang bersih.
Sebelum memainkan suatu peran, Ray Sahetapi mengungkapkan bahwa
fikiran sang aktor haruslah bersih. Kutipan Ray Sahetapi yang mendukung hal
tersebut yakni:
“Dia harus membersihkan tubuhnya, dia harus membersihkan fikirannya.
Dia harus enggak boleh masuk ke panggung misalnya, bagaimana dia
enggak harus mikirin apa-apa dan harus fokus,”74
Berdasarkan pendapat Ray tersebut peneliti menyimpulkan bahwa dalam
suatu kebutuhan peran, terkadang ada fase dimana sang aktor diwajibkan untuk
tidak bertemu dengan orang-orang dan lingkungannya. Fase tersebut akan
mendukung proses pembersihan diri seperti apa yang dimaksud oleh keyinforman
Ray Sahetapi.
3. Empati.
Berbeda dengan kedua keyinforman lainnya, peneliti mendapatkan juga
mendapatkan jawaban lain dari keyinforman Lukman Sardi. Lukman Sardi
berpendapat bahwa empati merupakan suatu hal yang penting sebelum berubah
7474
Wawancaca ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
82
karakter menjadi orang lain. Lukman juga memilih untuk mendalami suatu
karakter, dengan merasakan apa yang telah dirasakan oleh karakter tersebut.
Pendapat tersebut penulis peroleh dari kutipan Lukman yang memaparkan
pengalamanya berakting dalam film Sang Pencerah:
“ kan sang pencerah settingnya sekitar 1800-1900, dimana pada saat itu
teknologi belum seperti sekarang, situasi belum seeprti sekarang,a ku coba
menempatkan diri di posisi seperti itu saja, misalnya bagaimana untuk
tidak memakai teknologi yang ada dan pengen merasakan aja, sebenernya
kalau kita enggak pakai handphone jaman dulu itu kayak apa sih, kalau
kita didalam enggak punya listrik kaya apa sih.. sekedar untuk i know it,
supaya aku tau rasanya seperti apa,”75
Lukman mengungkapkan, proses merasakan empati ini sangat penting
agar saat sang aktor masuk kedalam suatu tokoh, tidak akan terlihat dan terasa
aneh atau berbeda. Lukman berpendapat bahwa mata tidak akan bisa berbohong.
Ketika mimik wajah masih dapat berpura-pura, sinar mata yang terpancar tidak
akan dapat dibohongi. Maka Lukman memilih untuk benar-benar merasakan
empati kepad asuatu karakter sebelum merubah dirinya menjadi karakter tersebut.
Tabel 4.2.3. Persiapan Sebelum Merubah Diri Menjadi Orang Lain
Nama
75
Persiapan Sebelum Merubah
Diri
Persiapan Mental
Fikiran dan Perasaan
Ray Sahetapi
Data & fakta terkait tokoh
Agus Kuncoro
Data & fakta terkait tokoh
Tidak Ada
Lukman Sardi
Data & fakta terkait tokoh
Empati
yang bersih
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
83
Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari pemaparan di atas adalah
secara umum aktor harus menganalisa karakter melalui data yang akurat yang
diperoleh dari sumber yang akurat pula. Data tersebut dapat berupa video atau
foto yang dapat mendukung visualisasi terhadap suatu tokoh, seperti yang
diungkapkan oleh Ray Sahetapi. Dapat pula berupa skrip yang dilengkapi
petunjuk pelaksana dengan menganalisa tokoh sesuai skrip seperti yang dilakukan
oleh keyinforman Agus Kuncoro. Latar belakang mengenai suatu tokoh adalah
sesuatu tidak tertulis yang juga harus didalami oleh sang aktor, sebelum
menciptakan suatu karakter sebagai mana yang diungkapkan Lukman Sardi.
Hal yang unik dari pembahasan diatas adalah adanya persiapan lain seperti
fikiran yang bersih seperti yang diungkapkan kedua keyinforman yakni Ray
Sahetapi dan Lukman Sardi. Dalam upaya mendapatkan fikiran yang bersih sering
kali aktor dituntut untuk tidak bertemu dengan lingkungannya selama beberapa
waktu. Sedangkan empati, adalah hal yang haru dimiliki setiap aktor apabila tidak
ingin sorot mata dalam film terkesan berpura-pura, juga untuk menghindari suatu
karakter hanya “menempel” dalam diri sang aktor seperti yang diungkapkan
Lukman Sardi.
4.2.5 Proses memfokuskan diri, sebelum berakting menjadi orang lain.
Setelah adanya persiapan sebelum berubah menjadi orang lain seperti apa
yang peneliti paparkan diatas, peneliti juga memberikan pertanyaan yang sama
kepada ketiga keyinforman. Peneliti menanyakan bagaimana mereka sebagai aktor
profesional memfokuskan diri sebelum berakting menjadi orang lain. Seperti yang
kita ketahui, setiap individu memiliki dunia dan lingkungannya sendiri. Tidak
http://digilib.mercubuana.ac.id/
84
terkecuali seorang aktor, kehidupannya di belakang layar sudah tentu membuat
dirinya harus berbaur kembali menjadi diri sendiri. Maka pertanyaan bagaimana
cara mereka memfokuskan diri, dijawab berbeda oleh masing – masing aktor.
Jawaban pertama akan peneliti jabarkan dari keyinforman Agus Kuncoro,
yakni dimana dirinya tidak memiliki proses khusus selain meganalisa dan
mendalami skrip yang dibebankan. Agus menjawab dengan singkat, yakni ia
harus menganalisa karakter dalam skrip. Kesimpulan ini peneliti dapat dari
kutipan:
“saya harus tau dulu karakternya seperti apa.. tokohnya seperti apa. Harus
menganalisa dulu. Terus kalau di skenarionya itu kan kenapa dia
melakukan hal ini karena kultur atau budayaya misalnya seperti ini,
lingkungan membuatnya seperti itu “76
Saat ditanya fase khusus sebelum memainkan suatu peran pun agus hanya
menjawab harus mendalami skrip yang sesuai dengan juplak.
“Kalau menurut saya kalau skrip yang bagus itu kan semua juplaknya
sudah ada di situ”77
Berbeda dengan keyinforman Agus Kuncoro, peneliti mendapatkan
jawaban yang cukup dalam pada wawancara dengan keyinforman Lukman Sardi.
Menurut Lukman Sardi, tanpa mengetahui dengan detail karakter diri sendiri, sang
aktor tidak akan dapat berubah menjadi orang lain. Lukman memastikan ia hafal
karakter pribadinya secara detail, seperti ketika berbicara atau melakukan sesuatu.
Hal itulah yang kemudian menjadi acuan Lukman dalam mentranformasikan diri
menjadi orang lain, dimana tentunya ia akan menghindari karakter diri sebagai
76
77
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
85
seorang Lukman. Dengan memahami betul karakter diri sendiri, Lukman akan
tahu perbedaan sikap maupun mimik yang harus dilakoni.
Kesimpulan tersebut peneliti dapat dari kutipan Lukman yang dengan jelas
memaparkan:
“Yang pasti ini yang kadang-kadang suka kita lupa, kenapa kita bisa
menjadi karakter orang lain. Karena apa, karena kita tau betul diri kita.
Kalau kita enggak tau banget diri kita sampai ke detail-detailnya, kita
enggak akan bisa memposisikan diri kita untuk karakter yang berbeda,”78
Lukman menambahkan, dirinya wajib hafal dengan detail karakter
pribadinya agar ia dapat benar-benar mentranformasi diri menjadi orang lain.
Pendapat tersebut peneliti dapat dari kutipan:
“Jadi pertama tuh aku harus tau banget kebiasaan aku sedetail-detailnya,
bahkan pada saat makan, kebiasaan aku pada saat ngumung, apa yang
dilakuin oleh seorang Lukman, nah itu yang akhirnya menjadi acuan pada
saat aku masuk kedalam karakter yang berbeda karena aku tau bedanya
apa,”79
Pendapat keyinforman Lukman Sardi dengan jelas menggaris bawahi
bahwa aktor selain mengerti karakter dan tokoh yang akan diperankan, penting
baginya untuk paham akan karakter diri sendiri. Hal tersebut penting ketika ia
harus berakting, maka sang aktor akan menghilangkan karakter yang benar-benar
dirinya, dan mulai menciptakan tokoh yang dibebankan kepadanya.
Jawaban yang paling unik disampaikan oleh aktor Ray Sahetapi, dimana
dirinya memiliki istilah “mengambil roh” sebagai proses memfokuskan diri
sebelum menjadi orang lain. Setelah riset mendalam mengenai latar belakang
78
79
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Sirih, Jakarta Barat
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Sirih, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
86
suatu tokoh, Ray Sahetapi memiliki istilah “mengambil roh” dalam mengubah diri
menjadi orang lain. Ray menganggap roh atau jiwa adalah sesuatu yang harus
“dipinjam” dari suatu tokoh. Konsentrasi ketika membayangkan wujud tokoh
tersebut sangat penting. Saat konsentrasi didapat, barulah sang aktor akan dapat
merasakan bagaimana menjadi tokoh tersebut. Bagaimana senyumnnya,
tatapannya, hingga caranya berbicara. Setelah merasakan, maka aktor akan mulai
masuk kedalam jiwanya dan dibantu oleh hasil data yang telah ia peroleh.
Pemaparan tersebut peneliti dapat dari kutipan:
“Banyak videonya, dokumenter atau video masa lalu dari seorang tokoh,
maka dari situ kamu dapat mengambil apa yang disebut rohnya. Jiwa roh,
badan dan tubuh adalah hal yang bersatu,”80
Saat diminta penjelasan terhadap bagaimana caranya Ray mengambil roh
suatu tokoh, maka Ray pun menjawab:
“Merasakan, membayangkan, kalau misalnya kamu berperan sebagai ibu
negara bisa kamu bayangkan ibu negara itu terus kamu masuk ke dalam
jiwanya dan dibantu oleh hasil dari data yang kamu peroleh tadi,”81
Dari kutipan Ray Sahetapi diatas dapat peneliti simpulkan bahwa yang
disebut
mengambil roh suatu tokoh adalah
menjoba
merasakan,
dan
membayangkan suatu peran sehingga masuk kedalam diri sang aktor. Tidak
semerta – merta masuk, data yang akurat dan visualisasi yang kuat juga
dibutuhkan bagi seorag aktor agar “roh” suatu peran dapat benar-benar dipinjam
dari suatu tokoh.
80
81
Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat
Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
87
Tabel 4.2.4. Kebutuhan Aktor Akan Proses Psikis
Nama
Membutuhkan proses
Keterangan
secara psikis
Ray Sahetapi
Ya
Meminjam roh
Agus Kuncoro
Tidak
Menganalisa skrip
Lukman Sardi
Ya
Menghafal karakter diri
Dari pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada dua
keyinforman yang memiliki proses psikis atau mental tersendiri sebelum
memfokuskan diri menjadi orang lain. Proses psikis yang dimaksud peneliti
adalah dimana keyinforman harus tahu terlebih dahulu konsep dirinya.
Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan
yang
terorganisasi
mengenai
sesuatu
yang
kita
gunakan
untuk
menginterpretasikan pengalaman. Konsep diri adalah pengetahuan tentang diri,
yang mempengaruhi cara sesorang mengolah informasi dan mengambil tindakan.
Setelah mengetahui dengan jelas konsep dirinya seperti apa, maka kedua
keyinforman yakni Ray Sahetapi dan Lukman Sardi akan lebih mudah medalami
fase yang telah dipapaarkannya yakni fase pengambilan “roh” dan menghafal
karakter diri.
4.2.6. Proses Netralisasi Diri
Proses selanjutnya yang peneliti coba paparkan adalah bagaimana
keyinforman sebagai seorang aktor dan individu biasa yang memiliki kehidupan
lain dapat menetralkan diri. Netralisasi yang peneliti maksud disini adalah
bagaimana aktor mengembalikan karakter dirinya. Jawaban ketiga keyinforman
http://digilib.mercubuana.ac.id/
88
secara umum yang telah peneliti simpulkan adlah mereka harus kembali ke dunia
lain atau lingkungan lain selain dunia akting ataupun produksi film. Meskipun
jawabann yang dipaparkan berbeda, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
ketiganya butuh kembali ke dunia lain sehingga akhirnya kembali ke diri mereka
sendiri.
Jawaban pertama yang paling jelas mengenai kebutuhan sang aktor akan
dunia lain peneliti dapat dari keyinforman Agus Kuncoro. Agus Kuncoro
menegaskan bahwa memiliki hobi sangat penting dalam proses netralisasi diri.
Jawaban tersebut peneliti dapat dari kutipan:
“Dunia lain dalam arti kata bahwa saya harus punya hobi. Hobi yang saya
juga senang melakukannya. Pekerjaan saya kan saya sangat mencinati
pekerjaan saya dan saya senang melakukannya, dan saya juga harus punya
hobi yang saya senangi,”82
Aktor harus memiliki dunia lain dari apa yang biasa ia kerjakan.
Disamping kecintaannya dengan profesi aktor, Agus sadar ia harus tetap memiliki
hobi yang ia senangi. Hobi Agus salah satunya adalah bersepeda, ia memiliki
sebuah klub sepeda balap. Aktivitasnya bersama klub kerap ia posting dalam akun
instagram milik pribadinya. Dengan dunia sepeda itulah, Agus merasa dapat
mensterilkan dirinya kembali. Menengok dan masuk ke dunia dimana Agus
menjalaninya dengan kesenangan, berhasil membuatnya siap kembali ke suatu
peran yang lain.
Agus memaparkannya dalam kutipan:
“Jadi kalau saya tuh punya klub sepeda, sepeda balap gitu. Dimana
dunianya sangat berbeda dengan yang saya geluti kalau saya di dunia film.
Terus ketika saya masuk ke dunia sepeda yakni dunia yang bertolak
belakang, ya yang kami teretawakan juga hal yang lain. Itu yang saya
82
Wawancara ini dilakukan pada Jumat 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
89
katakan saya harus punya hobi, nah ya itu yang akan mensterilkan saya
dari satu peran ke peran lain,”83
Dalam wawancara Agus juga sempat memaparkan bahwa jika ia terus
menerus berkomunikasi dengan orang di sekitar dunia film, akan sulit baginya
mensteriliasi diri, sebagaimana istilah yang ia ucapkan.
Kebutuhan akan kembali ke dunia lain juga diungkapkan oleh
keyinforman oleh keyinforman Lukman Sardi. Meski mengaku awalnya sulit,
karena sebagai seorang aktor, dibutuhkan kejujuran dalam menanamkan suatu
peran, maka untuk melepaskannya juga dibutuhkan suatu proses. Pendapat
Lukman yang menyampaikan hal tersebut peneliti dapat dari kutipan:
“Diawal awal cukup sulit gitu, karna yang tadi aku bilang, kita menjadi
orang yang jujur terhadap yang kita lakuin bukan yang pura pura. Pada
saat kita harus melepaskannya pun butuh proses banyak hal yang harus
dilakuin. “84
Bedanya Lukman memilih untuk berkumpul dengan keluarga untuk
mencapai apa yang ia sebut dengan istilah “getting back to the ground”.
Berkumpul dengan anaklah yang dianggap Lukman paling ampuh dalam merefresh diri.
“gitu jadi getting back to the ground lagi gitu kan tinggal kita liat
situasinnya aja gitu. Tapi sebeneranya semenjak aku punya anak itu hal
yang paling mudah, karena begitu aku liat anak anakku, im getting back,
83
Wawancara ini dilakukan pada Jumat 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
84
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
90
langsung diposisi yang sebenarnya. Langsung aja main aja sama anak anak
aku.”85
Dari pendapat kedua keyinforman tersebut peneliti dapat menyimpulkan
bahwa aktor harus memiliki dunia lain dimana ia dapat menjadi dirinya sendiri.
Seperti memiliki hobi maupun berkumpul dengan keluarga. Namun, jawaban
yang sedikit berbeda peneliti dapatkan dari keyinforman Ray Sahetapi. Ray
Sahetapi lebih memilih kembali ke alam; berenang, ke pantai ataupun
kepegunungan.
Cara itu dianggapnya ampuh untuk dapat menetralkan diri.
Sekembalinya dari alam, Ray merasa siap untuk memfokuskan diri menjadi
karakter baru lagi. Kesimpulan tersebut peneliti dapat dari kutipan:
“Menghilangkannya banyak cara mengihilangkannya dengan memasuki
alam, berenang atau pun kelaut.”86
Proses netralisasi diri memang ahrus didalami oleh sang aktor dengan
baik, dimana peneliti aktor harus menerapkan emosi yang berbeda dimanapun
dirinya berada.
“Setiap situasi atau momen itu beda emosinya. Itulah yang harus dilatih
sama para aktor. Caranya adalah dimana tanah dipijak, disitu langit
dijunjung. Sehingga ketikaor tubuhnya berada disuatu tempat, karakternya
juga harus didalami.”87
Dapat peneliti simpulkan dari pendapat Ray Sahetapi yakni sang aktor
haruslah melatih kemampuan beradaptasi dirinya. Sesuai dengan pepatah dimana
tanah dipijak disitu langit dijunjung. Dengan kepandaian beradaptasi tersebut,
aktor akan mudah bersikap atau berkarakter sesuai dengan posisi dimana dia
85
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015, di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat
87
Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015, di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat
86
http://digilib.mercubuana.ac.id/
91
berada. Hal tersebut tentunya yang akan meminimalisir bercampurnya karakter
dalam film dan karakter pribadi.
Gambar 4.2.4. Netralisasi Diri Aktor
4.2.7 “Melepaskan” Suatu Karakter Tokoh dari Dalam Diri
Seperti yang telah dipaparkan Lukman Sardi sebelumnya, bahwa seorang
aktor tulus dan jujur dalam merubah diri dan masuk ke dalam suatu peran. Maka
untuk melepaskannya perlu proses pula. Dalam bagian ini peneliti akan
memaparkan terkait pelepasan suatu karakter dari dalam diri. Apakah cukup sulit
atau mudah bagi setiap keyinforman.
Awalnya proses ini sulit bagi seorang Lukman Sardi, dimana ia terkadang
masih terbawa peran karena dalam mendalami sebuah peran, dibutuhkan
konsentrasi yang penuh. Saat ditanyakan apakah dirinya pernah terbawa dengan
suatu peran, Lukman Sardi pun menjawab:
“ya pasti sih kalau menurut aku kebawa untuk beberapa saat. Karena kan
enggak mungkin kan kita lagi jalanin proses syuting sebulan, dengan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
92
konsentrasi yang full. Untuk melepaskannya itu kan juga butuh waktu
untuk kembali ke situasi yang sebelumnya,”88
Lukman Sardi memaparkan, untuk mengembalikan diri menjadi karakter
pribadi ia harus melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang ia dalami
sebelumnya. Contohnya ketika saat mendalami peran ia dituntut untuk tidak
bertemu banyak orang, maka untuk kembali ke diri sendir Lukman memaksa
dirinya untuk bertemu dengan orang banyak. Intinya harus melakukan sesuatu
yang berlawanan dengan apa yang telah didalami dalam suatu peran.
Kutipan Lukman terkait hal tersebut adalah:
“pada saat kita harus melepaskannya pun butuh proses banyak halk yang
harus dilakuin kayak yang tadi aku bilang, kayak misalnya sebelumnnya
jadi orang yang pendiem gak ketemu banyak orang ya untuk balikinya lu
mungkin sering ketemu temen temenlu, kasarnya.. gitu”89
Berbeda dengan keyinforman Agus Kuncoro yang menegaskan apabila
seorang aktor tetap berkumpul dengan sineas maupun pelakon industri film
lainnya, suatu karakter akan sulit dilepaskan. Maka Agus harus kembali masuk ke
dunia lain seperti apa yang telah ia jelaskan di awal. Melalui cara tersebut, Agus
membuktikan dirinya dapat memilah karakter antara dalam peran dan dirinya
pribadi.
Pernyataan tersebut peneliti dapat dari kutipan:
“kalau saya terus berkumpul dengan orang-orang film, tentu akan lama,
akan sulit suatu karakter tersebut lepas dari diri saya,”90
88
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
90
Wawancara ini dilakukan pada 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
89
http://digilib.mercubuana.ac.id/
93
Keyinforman Agus Kuncoro juga mengaku awalnya sulit, melepaskan
suatu karakter dari dalam dirinya. Namun seiring dengan lamanya ia terjun
kedalam dunia seni peran, ia mulai terbiasa. Jam terbang di dunia seni peran
sangat mempengaruhi proses menghilangkan karakter dari dalam diri sang aktor.
“kalau dulu mungkin iya, saya masih suka terbawa dengan apa yang saya
perankan, saya masih suka terbawa, kerumah pun masih terbawa
sometimes. Kalau sekarang sih enggak, saya udah bisa memilah itu semua,
saya kan didunia film sudah lama sekali. Mungkin sekitar 7 atau 8 tahun
belakangan saya sudah bisa.”91
Disimpulkan dari pendapat keyinforman Ray Sahetapi, bahwa proses
melepaskan suatu karakter dari dalam diri bergantung dari berapa lama sang aktor
“bergumul” dengan peran yang dimainkan. Semakin lama sang aktor fokus dan
total masuk kedalam peran tersebut, semakin lama juga suatu arakter “tertinggal”
di dalam dirinya. Pendapat tersebut peneliti peroleh dari kutipan:
“tergantung proses menuju keaktoran itu, peran yang aku mainkan
tergantung waktu lamanya aku memainkan. Kalau aku menggumulinya
tiga bulan tentu aku akan lama menghilangkannya, kalau hanya seminggu
kan enggak. Aku udah bisa hilangkan karena aku udah lebih kuat dari
tokoh itu,”92
Ray Sahetapi menambahkan, sebagai seorang aktor dirinya harus
menguasai suatu tokoh, bukan tokoh yang menguasai karakternya. Tokoh dalam
film serta karakter dalam diri harus seimbang agar dapat terlepas dari suatu peran.
Cara menyeimbangkannya adalah dengan banyak meumbuhkan kreatifitas dalam
seni peran.
91
92
Wawancara ini dilakukan pada 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
Wawancara ini dilakukan apda 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
94
“aku yang harus menguasai tokoh itu, bukan tokoh itu yang menguasai
aku. Nah bagusnya ya ada keseimbangan. Tokoh itu kekuatannya
seimbang dengan kekuatan kita. Harus ada kreatifitas disitu,”93
Peneliti menyimpulkan arti kreatifitas dalam pendapat Ray tersebut adalah
dimana sang aktor harus mendalami apa apa yang terkait seni peran, tidak semerta
merta mengubah dirinya menjadi suatu karakter tokoh. Hal tersebut akan
berimbas pada akan lebih kuatnya tokoh dalam peran dengan karakter pribadi
sang aktor.
Tabel 4.2.5. Komunikasi dengan Orang Lain dalam Upaya Pelepasan
Karakter
Nama
Membutuhkan Komunikasi
Keterangan
dengan Orang Lain
Menumbuhkan
Ray Sahetapi
Tidak
Kreatifitas
sebagai
seorang aktor.
Menghindari berkumpul
Agus Kuncoro
Ya
dengan
lingkungan
produksi film.
Lukman Sardi
Tidak
Melakukan
hal
yang
berlawanan
dari
saat
penanaman karakter
Dari pemaparan diatas secara keseluruhan peneliti dapat menyimpulkan
bahwa kedua keyinforman yakni Agus Kuncoro dan Lukman Sardi terkadang
butuh untuk berkomunnikasi dengan lingkungan lain diluar produksi film untuk
melepaskan suatu karakter dari dalam dirinya. Namun hal yang berbeda peneliti
93
Wawancara ini dilakukan apda 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
95
temui dari keyinforman Ray Sahetapi dimana ia tidak mbutuhkan komunikasi
dengan orang lain untuk melepaskan suatu karakter karena Ray sudah mengerti
takaran dirinya dalam menguasai suatu karakter.
4.2.8 Konstruksi Diri Aktor
1. Relasi dengan orang lain (Komunikasi Antar Persona)
Key informan yang peneliti pilih dalam penelitian ini, telah memainkan
lebih dari 15 judul film tentu mereka sudah mentransfromasi menjadi belasan
karakter yang berbeda. Saat diwawancara tentang adakah, perubahan komunikasi
antar persona yang dibangun tiga aktor ini memberikan jawaban yang sama.
Yakni, tidak ada yang berubah dalam komunikasi sosial mereka.
Pada bagian ini peneliti juga menambahkan klarifikasi dari seorang casting
director yang telah berkecimpung di dunia film selama belasan tahun, yakni Yuya
Mukyasih atau akrab disapa Yuya ER. Tugas casting dirrector di antaranya adlaah
mencari pemain sesuai dengan karakter yang dituntut dalam skenario dan yang
diinginkan sutradara. Kemudian casting director akan memaparkan sinopsis cerita,
dan tugas paling utamanya adalah menyusun jadwal setiap permain.
Mengatur jadwal para pemain diakui Yuya sebagai suatu yang krusial,
maka dalam proses tersebut tentu ia akan sering bertemu dengan para aktor yang
menjadi keyinforman peneliti.
Aktor Ray Sahetapi memaparkan semuanya berjalan apa adanya, mengalir
saja. Perspektif orang lain mengenai karakter dirinya yang lekat dengan karakter
antagonis tetap tidak mempengaruhi komunikasinya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
96
Pendapat tersebut peneliti peroleh dari kutipan:
“ya gimana ya..sebenarnya orang lain yang melihat kita lain. Berbeda
dengan yang dilihat di TV.. namun dari akunya sih biasa saja,”94
Peneliti
juga
mewawancarai
seorang
casting
director
untuk
mengklarifiikasi bagaimanakah sosok para keyinforman peneliti dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam wawancara dengan casting director Yuya ER pula, Yuya
menjelaskan bahwa Ray sebagai aktor yang profesional, disiplin, serta cepat
mencerna naskah, Ray merupakan pribadi yang ramah dan penuh wibawa. Yuya
juga menceritakan kebiasaan Ray mengucapkan “Salam Nusantara” dan menurut
Yuya terkadang Ray pun gemar bercanda disetiap kesempatan. Pendapat tearsebut
peneliti dapat dari kutipan:
“ Ketemu dia tuh.. orangnya kocak, lucu.. tapi dia ramah, dan selalu
menyebutkan salam nusantara. Selalu begitu. Kalau aktor kan harus selalu
bisa memainkan semua karakteer. Tapi mukanya emang judes, kan..
keliatannya
Tapi aslinya enggak,”95
Komunikasi sosial yang berjalan apa adanya juga terjadi di kehidupan
Agus Kuncoro. Dimana ia dengan orang-orang terdekatnya dapat menjadi dirinya
sendiri. Agus menegaskan bahwa kehidupan sosialnya jauh lebih baik, dimana ia
lebih pandai menempatkan diri dalam setiap situasi.
Pendapat tersebut peneliti peroleh dari kutipan:
“Malah jauh lebih baik. Kalau dulu saya enggak akan peduli.. kalau
sekarang saya akan lebih berempati karena saya akan mencoba
memahami,”96
94
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2018 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember di Indomaret Point, Kemang, Jakarta Selatan
96
Wawancara ini dilakukan pad ajUmat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
95
http://digilib.mercubuana.ac.id/
97
Dalam wawancara Agus juga mengungkapkan bahwa ia kini mencoba
menjadi pribadi yang baik kepada siapapun dan dimanapun. Pribadi seperti itulah
yang senada dinyatakan oleh Yuya Mulyasih yang sempat menjadi manajer
beliau. Yuya menyatakan Agus adalah sosok yang baik dan religius.
Hal tersebut peneliti peroleh dari kutipan Yuya:
“dia orangnya professional dan satu, taat beribadah.. dimanapun dia
syuting dia harus berenti dulu ketika mendengarkan suara azan
berkumandang, walaupun yang direct suttradara besar kek, kalau
waktunya solat dia harus solat. Secara sosial dia orangnya baik banget
sama setiap oranga tau kru, dia baik abnget dan dia gak pelit,”97
Pandai menempatkan diri atau adaptasi pula, yang ditekankan Lukman
Sardi sebagai sesuatu yang wajib dimiliki seorang aktor. Pasalnya, setelah
menjadi aktor ia pun merasa lebih mampu menempatkan diri dalam lingkungan.
Meskipun mengaku sikapnya biasa saja saat berinteraksi dengan lingkungan,
sebagai individu Lukman mengaku lebih mudah beradaptasi.
Kutipan Lukman terkait hal tersebut adalah:
“Yaaa. Aku biasannya hanya sekedar, hai, hallo atau sekedar ngulurin
tangan, tapi abis itu memang aku berusaha untuk mengamati dulu, ngeliat..
terus beradaptasi, kan salah satu salah sat hal yang harus dipupuk dari
seorang aktor adalah kemampuan beradaptasi.karna kalau dia gak
beradaptasi dengan cepat sulit dia untuk beradsaptasi dengan sesuatu ini,
sesuatu itu”98
Sikap Lukman yang ramah, ceria dan pandai menempatkan diri juga
diklarifikasi oleh tanggapann Yuya Mulyasih, berikut kutipannya:
“Lukman Sardi itu hampir setara dengan Slamet Raharjo, akting sudah
pasti oke. Tapi Lukman Sardi itu orangnya lebih ceria, ketika kita lewat
97
98
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember di Indomaret Point, Kemang, Jakarta Selatan
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC PICtures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
98
dia kenal, dia pasti akan manggil. Dia pernah manggil saya dari jarak yang
jauh. Sekarang dia sudah harus jd sutradara, sudah waktunya. Dia lebih
ceria oranngnya dibandin Ray dan Agus. Jarang marah... dia orangnya
jarang marah,”99
Tabel 4.2.6. Perubahan Komunikasi Setelah Memainkan Berbagai Karakter
Apakah ada perubahan
Nama
saat berkomunikasi
dengan orang lain?
Apakah komunikasi
jauh lebih baik?
Ray Sahetapi
Tidak
Biasa saja
Agus Kuncoro
Tidak
Ya (lebih berempati)
Lukman Sardi
Tidak
Ya (lebih beradaptasi)
Dari pemaparan di atas peneliti dapat meyimpulkan bahwa secara
komunikasi antarpersona, yakni komunikasi dengan orang lain tidak ada
perubahan yang dialami oleh ketiga keyinforman sebagai seorang aktor. Namun
pada kedua keyinforman yakni Agus Kuncoro dan Lukman Sardi, mereka
menemukan komunikasi sosial yang jauh lebih baik dimana mereka lebih dapat
berempati dan beradaptasi.
2.
Perubahan Karakter Dalam Diri
Kali ini akan dipaparkan sebagai klimaks, apakah ada perubahan karakter
dalam diri keyinforman setelah memainkan berbagai karakter. Perubahan karakter
yang signifikan, mungkin tidak terdapat dalam diri ketiga keyinforman selaku
aktor tersebut. Namun peneliti menemukan bahwa perubahan karakter diri
99
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di Indomaret Point, Kemang, Jakarta Selatan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
99
menjadi lebih baik terjadi pada dua informan yakni Agus Kuncoro dan Lukman
Sardi.
Seperti yang diungkapkan Lukman Sardi kepada peneliti, bahwa seseorang
tidak akan pernah berubah. Lukman menyatakan tidak ada yang tottally different
dalam dirinya karena seseorang akan tetap menjadi dirinya sendiri. Namun selama
menjadi aktor Lukman banyak memetik pelajaran dari setiap karakter yang ia
mainkan. Kutipan Lukman yang mendukung kesimpulan tersebut adalah:
“Oh. Banyak banget, maksudnya bukan berubah dalam arti totally different
karena buat aku kita akan selalu menjadi diri kita, gitu. “100
Proses yang disebutnya mengadopsi sifat inilah yang banyak mengajarkan
Lukman untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lukman dengan antusias
mengungkapkan pada kutipan:
“Setiap film menurutku punya prosesnya sendiri yang membuat aku juga
belajar tentang hidup! Not only for being proffesional actor, tapi sebagai
pribadi aku juga belajar tentang hidup. Itu yang aku rasakan,” 101
Perubahan pribadi yang lebih baik juga dirasakan oleh Agus Kuncoro
dimana ia merasa lebih harus berempati kepada orang lain. Agus memaparkan
dalam berempati, ia mencoba selalu memahami orang lain meski diakuinya hal
tersebut mustahil. Kutipan yang mendukung pendapat Agus tersebut adalah:
“semakin kamu mencoba memahami banyak orang, kamu akan semakin
bodoh, kamu enggak akan pernah berhenti untuk memahami orang karena
segalanya begitu luas,” 102
100
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
102
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
101
http://digilib.mercubuana.ac.id/
100
Agus berpendapat bahwa ia lebih berempati kepada orang lain, berbeda
dari pribadi sebelumnya dimana ia tidak perduli terhadap apa yang dirasakan
orang lain. Agus mengatakan ia akan selalu berfikir sebelum bertindak, berfikir
bagaimana rasanya jika ia berada di setiap posisi orang yang ia temui. Agus
mengaku kehidupan sosialnya kini berubah jauh lebih baik. Hal tersebut juga
peneliti dapat dari kutipan saat ditanyai apakah ada perubahan secara sikap dan
perilakunya:
“lebih mudah berempati ke orang, saya lebih menempatkan diri. Kalau
dulu kan saya lebih enggak akan peduli. Tapi sekarang tuh saya akan lebih
berempati karena saya mencoba memahami,”103
Jawaban dari kedua keyinforman tersebut semakin meyakinkan peneliti
bahawa perubahan pribadi menjadi lebih baik terjadi pada aktor. Dimana aktor
akan mencoba berempati ketika suatu ketika ia dituntut untuk menjalankan situasi
dan kondisi orang lain. Dimana ketika sang aktor akan mengadopsi dan memtik
setiap pelajaran hidup dari setiap cerita yang ia mainkan.
Ray Sahetapi memperkuat kesimpulan bahwa karakter sang Aktor tidak
akan berubah meski telah memainkan banyak peran. Menurutnya, setiap orang
memiliki banyak karakter. Ketika sang aktor dituntut untuk memainkan sebuah
peran, aktor akan “memilih” sifat atau karakter yang ada dalam dirinya.
Kutipan yang memperkuat pendapat tersebut adalah:
“Kalau aku memainkan karakter jahatpun, jiwa jahatku akan aku keluarkan
semua, yang baik aku tinggalkan untuk kehidupan sehari-hariku lagi
nantinya.,”104
103
104
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat
Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
101
Tabel 4.2.7. Perubahan Karakter Diri
Apakah ada perubahan
Nama
secara total dalam
Keterangan
karakter diri?
Ray Sahetapi
Tidak
Tidak
Agus Kuncoro
Ya
Jauh lebih berempati
Lukman Sardi
Ya
Mengadopsi setiap sifat
baik dalam suatu peran
Dalam hasil penelitian terakhir ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa,
secara signifikan atau total, tidak ada sama sekali perubahan yang dialami oleh
keyinforman selaku aktor. Seperti yang diungkapkan Lukman Sardi, bahwa pada
dasarnya seseorang tidak akan berubah. Ray Sahetapi memperkuat tanggapan
tersebut dengan menyatakan bahwa seseorang dapat memilih sifatnya sendiri
maka dia tidak akan semerta-merta berubah.
Namun yang unik adalah, ketika setiap karakter yang telah dimainkan
membuat pribadi sang aktor menjadi lebih baik, seperti apa yang telah dipaparkan
keyinforman Agus Kuncoro dan Lukman Sardi. Agus Kuncoro mengaku beruabh
dari karakternya yang tidak perduli terhadap situasi orang lain, menjadi lebih
mencoba memahami dan menempatkan diri di posisi orang lain. Sedangkan
Lukman Sardi mengaku akan mengadopsi nilai-nilai baik dari setiap kehidupan
dari setiap karakter yang dimainkan, agar pribadinya menjadi lebih baik.
4.3
Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa poin. Yaitu keterkitan
antara motif & makna dalam memilih menjadi aktor sebagai pilihan hidup. Hal
http://digilib.mercubuana.ac.id/
102
selanjutnya adalah proses tranformasi diri menjadi orang lain hingga netralisasi
diri kembali. Penjabaran itu akhirnya membawa peneliti pada temuan baru yakni
realita kehidupan sosial aktor film.
4.3.1. Keterkaitan Antara Motif, Makna dan Pilihan Menjadi Aktor sebagai
pilihan hidup.
Terdapat keterkaitan antara motif menjadi seorang aktor dan makna
terhadap definisi aktor sendiri dalam penelitian ini. Peneliti telah jabarkan dalam
bagan seperti berikut:
Gambar 4.3.1. Keterkaitan motif, makna dalam memilih aktor sebagai
pilihan hidup
http://digilib.mercubuana.ac.id/
103
Berdasarkan model komunikasi di atas yang peneliti temukan dari penelitian
ini terhadap tiga keyinforman sebagai aktor dijabarkan sebagi berikut:
1.
Passion ataupun gairah adalah apa yang menjadikandua dari tiga
keyinforman memilih berprofesi menjadi seorang aktor. Para keyinforman
menemukan kenikmatan dalam setiap proses menjadi orang lain. Semangat
itulah yang membuat ketiganya profesional dan total dalam melakoni karir
di dunia seni peran. Pada kedua keyinforman yakni Agus Kuncoro dan
Lukman Sardi, dimana motif mereka adalah passion, mereka cenderung
mendefinisikan aktor sebagai pekerjaan, belum ada makna lain yang
diberikan untuk kata lain. Meski dalam tambahan, Lukman menyatakan
bahwa aktor bukan hanya seorang pemain namun juga seorang pencipta.
2.
Temuan yang unik peneliti temukan pada keyinforman ray Sahetapi,
dimana peneliti menemukan bahwa Ray sebagai aktor yang telah berkarir
selama 36 tahun ini memiliki definisi lain atas aktor, yakni Ray Sahetapi
menemukan kebebasan dalam menjadi seorang aktor. Jam terbang dan
pengalaman menjadi acuan atas seseorang melakoni pekerjaannya bukan
hanya bentuk rutinitas mencari materi saja, namun memiliki rasa dan
makna yang merasuk ke jiwa. Hal tersebutlah yang ada pada Ray Sahetapi.
3.
Apapun motifnya seperti yang telah dijabarkan diatas, para keyinforman
dapat peneliti prediksi bahwa akan menjadi seorang aktor film dalam
hidupnya, hal tersebut peneliti dapatkan berdasarkan observasi dimana
ketiga keyinforman diketahui belum memiliki pekerjaan atau bisnis lain
diluar dunia perfilman secara total.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
104
4.
Terdapat proses yang berbeda terhadap masing masing keyinforman
sebelum menjadi seorang aktor hingga sekarang, mulai dari awal
pendidikan seni lukis pada keyinforman Agus Kuncoro, bermain film dari
kecil pada keyinforman Lukman Sardi, ataupun membekali diri di dunia
seni teater pada keyinforman Ray Sahetapi. Bagaimanapun prosesnya
mereka tetap profesional dalam menjadi seorang aktor, hal ini terbukti dari
pengamatan peneliti sendiri dan klarifikasi oleh keyinforman tambahan
yakni casting Director Yuya Mulyasih yang menngkatagorikan ketiganya
sebagai akor profesional.
4.3.2. Konstruksi Konsep Diri dan Komunikasi Interpersonal Aktor Film
Manusia tidak hanya menanggapi atau membuat presepsi tentang dirinya
sendiri. Setiap manusia menjadi subjek dan objek sekaligus. Hal ini bisa terjadi
karena kita membayangkan diri kita sebagai orang lain di (di dalam benak kita).
Menurut Charles H. Cooley, gejala ini disebut sebagai looking glasss self. Disini
kita seolah-olah menaruh cermin di depan kita; melalui cermin itu kita mengamati
diri kita, kemudian kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain,
kemudian kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain dan kita
pun membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Dengan mengamati diri
kita, kita akan memiliki gambaran dan penilaian tentang diri kita, inilah yang
disebut konsep diri.
105
Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umumnya konsep dii akan
dipengaruhi oleh orang yang memiliki hubungan emosional, yakni keluarga.
105
Mutmainah, Siti., dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Hal 5.11
http://digilib.mercubuana.ac.id/
105
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, seseorang akan semakin
berkembang dalam pembentukan konsep dirinya dan komunikasinya dengan
orang lain akan lebih luas. Akhirnya, lingkungan, teman, kelompok dan organisasi
turut mempengaruhi konsep diri seseorang.
Lingkungan dan teman akan mempengaruhi pola berfikir dan pengambilan
keputusan. Kelompok dan organiasis sebagai media diskusi dan bertukar fikiran
akan membuat seseorang sadar bagaimana posisinya di suatu ruang lingkup
masyarakat. Pola asuh orang tua menjadi sesuatu yang paling krusial dalam
pembentukan konsep diri, bagaimana individu memandang konsep dirinya adalah
tergantung bagaimana cara orang tua mendidik individu tersebut. Sementara itu,
lingkungan tidak kalah berpengaruhnya pada konsep diri seseorang dimana
lingkungan akan memberi kritik internal kepada seseorang. Manusia merupakan
makhluk sosial, penilaian maupun kritik yang diberikan lingkungan kepadanya
akan berpengaruh kepada caranya memandang diri.
Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa faktor pembentuk
konsep diri tidak hanya keluarga, teman, kelompok, dan organisasi. Peneliti
menemukan bahwa ada faktor lain selain pola asuh orang tua, lingkungan, teman,
kelompok dan organisasi. Peneliti menemukan bahwa empati juga turut menjadi
faktor pembentuk konsep diri sang aktor sebagai keyinforman.
Sebelum
memainkan
sebuah
peran
dalam
skenario,
aktor
akan
menganalisa skrip dan menganalisa karakter yang akan dia mainkan. Setelah itu
aktor akan “meminjam roh” yakni memindahkan gerak tubuh, perilaku serta
kebiasaan seorang tokoh kedalam dirinya. Lebih jauh, aktor harus memiliki
http://digilib.mercubuana.ac.id/
106
empati, yakni berusaha merasakan apa yang karakter tersebut rasakan untuk
mendapatkan “rasa” yang sama. Ketika mimik dan gerak tubuh masih dapat di
atur sedemikian rupa, namun sinar mata tidak akan dapat dibohongi. Aktor harus
benar-benar merasakan apa yang dirasakan tokoh tersebut hingga akhirnya dapat
total mentransformasi diri menjadi tokoh tersebut.
Tidak hanya di dunia seni peran, aktor juga menemukan dirinya lebih
berempati setelah dibebankan berbagai peran dalam kehidupan sehari-harinya.
Aktor lebih peka dalam membayangkan bagaimana jika dirinya berada di posisi
dan kehidupan seseorang. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, empati menjadi
salah satu penentu bagaimana seseorang memangdang dirinya.
Gambar 4.3.2. Konsep Diri Aktor
http://digilib.mercubuana.ac.id/
107
Empati adalah suatu keadaan dimana seseorang memposisikan menjadi
orang lain. Keyinforman juga menggaris bawahi bahwa rasa empati merupakan
hal wajib yang harus dimiliki seseorang sebagai akor. Empati itulah yang akan
membawa aktor dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Empati itu
pulalah yang membawa aktor kedalam suatu rasa. Sehingga dalam setiap
perannya aktor tidak hanya “menjadi” namun juga “merasa”. Selama menjadi
pelaku seni peran, dan jika dibandingkan sebelum menjadi aktor para keyinforman
mengaku menjadi lebih berempati dengan lingkungannya. Keyinforman sebagai
aktor akan lebih memikirkan bagaimana jika dirinya menjadi orang lain.
Keyinforman akan dapat mengadopsi nilai – nilai positif dalam setiap cerita yang
dilakoninya. Hal – hal tersebut tentu dapat dilakukan dengan adanya empati.
Dengan memiliki empati, tentu konsep diri akan berubah tergantung sebesar apa
empati yang dimiliki oleh seseorang.
Bagi komunikasi intrapersonal, konsep diri sangatlah penting. Seseorang
akan bertingkah laku sesuai konsep dirinya. Kecenderungan untuk berperilaku
sesuai konsep dirinya disebut self-fulfilling prophecy.106 Dengan kepemilikan
empati yang kuat, tentu seseorang akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi
dengan orang lain. Semakin pandai seseorang membayangkan dirinya berada di
posisi orang lain, tentu akan semakin baik suatu komunikasi yang berlangsung.
Semakin seseorang sadar akan konsep dirinya, maka komunikasi
intrapersonalnya akan semakin membaik. Dengan adanya empati pula, seseorang
akan jauh lebih memahami orang lain sebagai lawan bicaranya ketika
106
Ibid
http://digilib.mercubuana.ac.id/
108
berkomunikasi. Seseorang tidak semerta – merta menerima begitu saja pesan
(messages) yang diterima dari komunikator, namun terlebih dulu membayangkan
dirinya jika berada di posisi orang tersebut. Hal tersebutlah yang akan
meminimalisir miss understanding atau kesalah pahaman dalam komunikasi yang
terjalin.
Kesadaran diri atau self awareness erat kaitannya dengan pemahaman
konsep diri seseorang dengan konsep dirinya. Self awareness secara sadar maupun
tidak sadar, akan memberikan seseorang informasi mengenai siapa dirinya dan
apa yang ia inginkan. Self awareness juga turut mendukung komunikasi efektif
dimana seseorang pada saat berkomunikasi dengan orang lain, dituntut untuk
membuka diri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang dirinya.
Joseph Luft dan Harry Ingham mengungkapkan tingkat keterbukaan (self
disclosure, penyingkapan diri) dan tingkat kesadaran mengenai diri sendiri dengan
model Johari Window. Menurut Luft dan Ingham, manusia terdiri dari empat
bagian yang mewakili bagian diri (self) nya yang berbeda-beda.
Gambar 4.3.3. Johari Window
KNOWN TO
OTHETS (PUBLIC)
NOTKNOWN TO
OTHETS (PUBLIC)
KNOWN TO SELF
NOT KNOWN TO SELF
OPEN SELF
BLIND SELF
HIDDEN SELF
UNKNOWN SELF
http://digilib.mercubuana.ac.id/
109
Dengan model ini ditekankan bahwa, jendela yang satu tidak berpisah
dengan jendela lainnya. Pembesaran pada satu jendela akan embuat jendela yang
lain lebih kecil.
5
Open Self
Bagian ini menyajikan informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan,
motif dan ide yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain.
6
Blind Self
Bagian ini menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui oleh orang
lain namun tidak diketahui oleh diri kita sendiri.
7
Hidden Self
Bagian ini berisi tentang hal-hal yang kita ketahui dari dalam diri kita
sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain.
8
Unknown Self
Bagian ini merupakan aspek dari diri kita yang tidak diketahui oleh kita
sendiri dan orang lain.
Kesadaran diri atau self awareness tersebut juga erat kaitannya dengan apa
yang disebut dengan life position. Life position merupakan keadan ketika
seseorang sedang berinteraksi dengan orang lain. Ada empat tipe life position
yakni:
1. I’m OK, You’re OK
Kondisi ini adalah kondisi yang paling ideal dimana individu dalam posisi
ini memandang dirinya setara dengan indidu yang lain. Hubungan dengan orang
lain diciptakan sejajar, sportif, dan saling empati.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
110
2. I’m Not OK, You’re OK
Kondisi ini adalah dimana seorang individu merasa dirinya tidak cukup
dapat berkompetisi sehingga menggap diri orang lain selalu yang lebih baik.
3.
I’m OK, You’re Not OK
Individu dalam posisi ini selalu menempatkan dirinya dalam posisi yang
baik dan seringkali tidak menghargai orang lain.
4. I’m Not OK, You’re Not OK
Dalam posisi ini individu memandang dirinya dan orang lain sama
buruknya, dan tidak bersikap sportif baik dengan dirinya maupun diri orang lain.
107
Berdasarkan empat jenis life position tersebut, peneliti berdasarkan
penelitian Realitas Kehidupan Sosial Aktor Film menemukan hal baru. Individu
sebagai seorang aktor, umumnya menempatkan diri pada posisi life position
pertama, yakni I’m OK, You’re OK. Seperti telah dijelaskan pada pemaparan
doatas, posisi ini adalah posisi diri yang paling ideal. Pada posisi ini setiap lawan
bicara akan ditempatkan sejajar dengan dirinya. Komunikasi akan berlangsung
efektif, dimana aktor sebagai komunikator akan berusaha menempatkan dirinya
sebagai orang lain dengan rasa empati.
Sebelum mengungkapkan pesan secara verbal atau non verbal, aktor dalam
kehidupan sosialnya akan memilih bersikap sesuai dengan apa yang sebaiknya ia
lakukan bila berada di posisi orang tersebut. Dalam menangkap pesan dari
107
Ibid, 5.15
http://digilib.mercubuana.ac.id/
111
komunikanpun, aktor tidak akan begitu saja menerima namun lebih mencerna dan
memaklumi posisi orang tersebut berdasarkan rasa empati yang dimiliki.
4.3.3. Realitas kehidupan sosial aktor film
Bukan suatu hal yang mudah dan sederhana untuk orang agar menjadi
seorang aktor, seperti yang dipaparkan Lukman Sardi. Butuh dispilin, totalitas,
kemampuan adapatasi hingga empati yang tinggi. Disiplin bagi seorang aktor ada
pada proses penggalian data dan fakta yangdibutuhkan mengenai suatu peristiwa,
sosok hingga suatu lokasi kejadian. Totalitas dalam diri seorang aktor akan dilihat
dari bagaimana ia memfokuskan diri, membersihkan diri dan “meminjam roh”
suatu sosok seperti apa yang diungkapkan Ray Sahetapi.
Passion ataupun semangat belum tentu cukup. Istilah “mata adalah
jendela” tampaknya krusial bagi seorang aktor. Ketika mimik dan gerak tubuh
masih dapat di buat-buat, sinar mata tidak akan dapat membohongi. Seperti itulah
yang diungkapkan Lukman Sardi sehingga baginya sang aktor haruslah memiliki
kemampuan empati yang tinggi, dimana ia juga harus merasakan apa yang
dirasakan oleh suatu tokoh. Bukan hanya berpura-pura merasakan, tapi mereka
juga harus benar-benar mencoba hidup menjadi sosok tersebut.
Apapun yang dilakukan seorang aktor dalam film, adalah bukan pura-pura,
itulah yang ditegaskan oleh Lukman Sardi, mereka akan total mentranformasi diri
menjadi orang lain. Maka ketika mereka harus menetralisir diri kembali, itu
bukanlah suatu yang begitu saja dengan mudah dapat dilakukan. Butuh masuk ke
dunia lain dan waktu yang cukup agar mereka dapat me-refresh diri kembali.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
112
Untuk suatu kebutuhan, mereka juga butuh untuk melakukan sesuatu yang
berlawanan dari apa yang mereka lakukan atas nama empati tadi.
Meskipun awalnya Agus Kuncoro dan Lukman Sardi tidak terfikirkan untuk
menjadi seorang aktor, ketika mereka terjun secara total dalam dunia peran
mereka justru menemukan kenikmatan. Hal tersebut yang membuat mereka
bangga, dan memutuskan akan terus menjadi seorang aktor yang profesional dan
total. Ray Sahetapi lebih memilih bahwa yang bersifat adiktif dari menjadi
seorang aktor adalah adanya kebebasan, dimana aktor haruslah bebas dan tidak
terikat terhadap apapun jika ia ingin mentransformasi diri menjadi orang lain.
Meski menjadi aktor sama dengan kebebasan, bagi Ray haruslah ada tanggung
jawab yang dipikul oleh seorang aktor. Peribahasa “di mana tanah dipijak di situ
langit dijunjung,” menjadi sesuatu yang dipegang teguh oleh Ray. Dimanapun
sang aktor berada ia harus pandai bersikap, berperilaku dan menempatkan diri.
Kemampuan beradaptasi yang kuat itulah yang menjadkan pada interaksi
sosialnya, para aktor menemukan dirinya menjadi lebih baik baik dalam
pembawaan diri maupun berkomunikasi.
“Everybody never change, they just getting better,” nampaknya kalimat
Lukman Sardi cocok untuk menggambarkan para aktor yang mendapati dirinya
menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik dalam artian mereka akan berempati, serta
mengadopsi nilai – nilai kehidupan dari setiap tokoh yang mereka perankan, tanpa
merumah karakter pribadi mereka.
Peneliti juga menemukan bahwa keyinforman sebagai aktor yang memiliki
persiapan psikis tersendiri sebelum bermain peran ternyata tidak membutuhkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
113
komunikasi dengan orang lain sebagai proses netralisasi diri. Namun, aktor
peneliti yang hanya menganalisa skrip dalam proses pemfokusannya cenderung
membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi dalam proses penetralan diri.
Gambar 4.3.4. Hubungan Persiapan Psikis dan Interaksi, dengan Netraliasi
Diri.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download