BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Ray Sahetapi Gambar 4.1.1 Ray Sahetapi Ferene Raymond Sahetapy atau yang dikenal dengan nama Ray Sahetapy (lahir di Donggala, Sulawesi Tengah, 1 Januari 1957; umur 59 tahun) adalah aktor (pemeran) berkebangsaan Indonesia. Setelah industri perfilman Indonesia mati suri, Ray pun memasuki ranah hiburan di televisi dengan bermain sinetron maupun sitkom. Selain itu, dia juga menggeluti dunia teater. Sejak remaja, pria berdarah Maluku ini bercita-cita menjadi aktor, Demi mengejar impiannya, Ray meneruskan kuliah Institut Kesenian Jakarta pada 1977, seangkatan denganDeddy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Ia lulus tahun 1988. Film perdananya berjudul Majalah Gadis arahan sutradara Nya' Abbas Akup. 50 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 Lewat film Noesa Penida (1988) garapan Galeb Husen dan ditulis Asrul Sani ini, Ray dinominasikan sebagai aktor terbaik pada FFI 1989. Selain melalui Noesa Penida, Ray pernah dinominasikan sebanyak tujuh kali di ajang yang sama, yakni melalui film Ponirah Terpidana (FFI 1984), Secangkir Kopi Pahit (FFI1985) , Kerikil - Kerikil Tajam (FFI 1985) , Opera Jakarta (FFI 1986), Tatkala Mimpi Berakhir (FFI 1988), dan Jangan Bilang Siapa-Siapa (FFI 1990). Ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, tidak membuat Ray ikut hilang. Dia tetap eksis di dunia seni peran. Ray membangun sebuah sanggar teater di pinggiran kota, dan membentuk komunitas teater di sana. Lewat sanggarnya ini Ray pernah membuat geger lantaran gagasan tentang perlunya mengubah nama Republik Indonesia menjadi Republik Nusantara. Pada pertengahan 2006, Ray kembali aktif di dunia film dengan membintangi Dunia Mereka garapan sutradara Lasja Fauzia dan menyandingkan dirinya dengan aktris Ira Wibowo. Bahkan kongres PARFI pada tahun yang sama memilih Ray Sahetapy menjadi salah satu ketuanya.57 Awal pertemuan Ray Sahetapi begitu ramah dan penuh wibawa. Dari cara bicaranya, Ray Sahetapi terlihat telah begitu banyak melewati asam manis kehidupan. Begitu juga dengan pengalamannya di dunia keaktoran, Ray Sahetapi nampaknya telah banyak mempelajari litelatur-litelatur tentang aktor, terbukti saat wawancara beliau menegaskan beberapa konsep keaktoran dari berbagai ahli. Kemantapaannya dalam menjawab pertanyaan soal aktor, menunjukkan bahwa beliau tidak hanya memiliki bakat. Tapi beliau juga sangat total dalam menggali 57 Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Ray_Sahetapy http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 data, riset, serta arsip arsip yang berhubungan dengan peran tokoh yang akan dimainkannya. Totalitas juga beliau tunjukkan dengan istilah “menggumuli peran” yang acapkali disampaikannya. Menggumuli peran yang beliau maksud adalah bagaimana beliau berusaha meriset tentang sebuah tokoh, dan kemudian berusaha mengambil “roh” dari tokoh tersebut. Hasilnya dapat kita saksikan sendiri, karakter beliau dalam peran apapun begitu kuat. Ray Sahetapi seringkali memainkan karakter sangar atau galak, sehingga kesan antagonis begitu melekat pada dirinya. Berbeda dengan sikap dan sifatnya dibeberapa karakter film, pada saat tapping program Talk n Cook Ray begitu ramah dan seringkali bercanda dengan host, produser dan kru program Talk n Cook. Singkat saja, dia sudah begitu akrab sehingga kesan galak pada dirinya menjadi hilang. Secara keseluruhan, first impression yang terpancar dari diri Ray Sahetapi adalah sosok bapak yang penuh wibawa serta ramah, terbukti beliau sempat tersenyum kepada beberapa turis yang duduk disebelah mejanya di restoran hotel. Filmografi: Gadis (1980) Sejuta Serat Sutra (1981) Kabut Ungu di Bibir Pantai Kaki Darah dan Mahkota Ronggeng (1983) Dukun Ilmu Hitam (1981) Wolter Monginsidi (1982) (1981) Tapak-Tapak Cinta Semalam (1983) Ponirah Terpidana (1983) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Pelangi di Balik Awan (1984) Giliran Saya Mana (1989) Tirai Kasih (1984) Cas Cis Cus (1989) Secangkir Kopi Pahit (1984) Kanan Kiri OK (1989) Kabut Perkawinan (1984) Kanan Kiri OK II (1989) Kerikil-Kerikil Tajam (1984) Jangan Hati Seorang Wanita (1984) Sebening Kaca (1985) Nona Manis (1990) Melintas Badai (1985) Sejak Cinta Diciptakan (1990) Secawan Anggur Kebimbangan Kanan Kiri OK III (1990) Curi-Curi Kesempatan (1990) (1986) bilang Siapa-Siapa (1990) Tahu Sama Tahu (1986) Dunia Mereka (2006) Di Balik Dinding Kelabu (1986) Terowongan Casablanca (2007) Pesona Natalia (1986) Mengaku Rasul (2008) Opera Jakarta (1986) Anak Ajaib (2008) 7 Manusia Harimau (1986) Jagad X Code (2009) Cinta Yang Terjual (1986) Terowongan Rumah Sakit (2009) Harga Diri (1987) Rasa (2009) Luka di Atas Luka (1987) Identitas (2009) Tatkala Mimpi Berakhir (1987) Jinx (2010) Mekar Akibat Pergaulan Bebas (2010) Demi Dewi (2010) Diguncang (1989) Prahara Noesa Penida (1988) Mudik (2011) Api Cemburu (1989) Dilema (2012) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 The Raid (2012) Pukulan Maut (2014) Sang Martir (2012) Sepatu Dahlan (2014) Loe Gue End (2012) Runaway (2014) True Heart (2013) Negeri Tanpa Telinga (2014) Hari Ini Pasti Menang (2013) Haji Backpacker (2014) 2014 (2013) Comic 8: Casino Kings 2015 Crazy Love (2013) Erau Kota Raja (2015) Eyang Kubur (2013) Bulan di Atas Kuburan (2015) Merry Go Round (2013) Captain Make Money (2013) Killers (2014) War (2016) Raksasa Dari Jogja (2016) Sinetron: Elang (2008) Drama: Seindah Bunga Teratai (2014) (DAAI TV) Sitkom: America: Saya Terima Nikahnya (2015) (NET TV) http://digilib.mercubuana.ac.id/ Civil 55 2. Agus Kuncoro Gambar 4.1.2. Agus Kuncoro Agus mengawali debutnya lewat film Saur Sepuh IV, Titisan Darah Biru (1991).[1] Namanya melejit lewat perannya sebagai Azzam dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan. Beberapa sinetron yang pernah dibintanginya antara lain Tutur Tinular (1997) sebagaiRaden Wijaya, FTV Sayekti dan Hanafi sebagai Hanafi bersama Widi Mulia sebagai Sayekti, Dunia Tanpa Koma sebagai Andar Manik, Maharani, dan Debu Tertiup Angin. Sedangkan film yang pernah dibintanginya adalah Be Happy di Pinggir Kali bersamaKristina serta Kun Fa Yakuun yang rencana tayang awal 2008.2 Mengawali karirnya dalam beberapa film kolosal, seperti Tutur Tinular, Kaca Benggala dan lain lain, wajah Agus Kuncoro memang identik dengan tokohtokoh yang memainkan film lagenda atau sejarah. Dalam sinekus (sinetron kuis) 2 Diakses pada tanggal 10 Februari 2016. Diakses dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Kuncoro http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 yang sempat booming yakni, Para Pencari Tuhan, perannya sebagai Azzam juga sangat melekat di hati pemirsanya. Dengan 24 judul film, akting Agus Kuncoro memang sangat total dan menjiwai. Seakan akan setiap peran yang dia jalani adalah dirinya. Film Observasi penulis dimulai dengan menonton film kolosal pertamanya yakni Tutur Tanular, dalam film tersebut Agus Kuncoro berperan sebagai Prabu Kertarajasa. Sorot matanya masih sama, masih dengan ciri khas Agus Kuncoro, namun gerak gerik dan bahasa tubuhnya masih kaku. Entah karena itu merupakan akting perdananya atau preannya yang membutuhkan wibawa yakni menjadi seorang Raja. Dalam akun instagramnya, yakni @aguskuncoroadi, aktor berusia 43 tahun ini kerap mengunggah foto bersama keluarga, sahabat terdekat, sesama aktor dan sesama anggota klub sepeda balapnya yang bernama. Terlihat, bahwa Agus Kuncoro memang berusaha tetap in touch atau dekat dengan orang-orang di sekelilingnya di tegah kesibukannya sebagai seorang aktor. Agus juga sering memposting kata-kata mutiara yang berisi pesan nasihat terhadap nilai-nilai kehidupan, saya dapat menyimpulkan bahwa Agus Kuncoro memang orang yang bijak dan Religius. Dari wawancara saya dengan orang yang kenal dengan beliau pun (re: manajer), beliau memang orang yang tenang dan religius. Saat itu saya bertemu Agus Kuncoro saat sedang syuting sebuah layanan masyarakat. Di sela-sela syuting, beliau menyempatkan diri untuk meladeni wawancara saya. Saat saya bertemu langsung dengan beliau, beliau dengan ramah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 menyapa setiap pertanyaan saya yang terkesan masih gugup dalam melontarkan beberapa pertanyaan. Terlihat sekali Agus Kuncoro adalah orang yang gemar membaca, dan jam terbangnya dalam dunia akting tidak di ragukan lagi. Hal itu terlihat dari setiap jawaban yang dia berikan. Agus Kuncoro juga jelas terbaca merupakan orang dengan intelegitas yang tinggi, melalui setiap susunan kalimat yang ia lontarkan. Saya juga sempat menngamati beliau saat bercengkrama dengan pihak penggagas iklan layanan masyarakat tersebut, terlihat Agus Kuncoro berusaha menjalin hubungan baik dan akrab, dengan menanyakan banyak hal mengenai penyakit Cikumunya yang merupakan tema dari iklan yang sedang di garap tersebut. Intinya, Agus Kuncoro adalah salah satu aktor kebanggAan Indonesia yang mencintai pekerjaannya menjadi aktor. Perannya dalam berbagai film tidak diragukan lagi. Selain orang yang bijak dan religius, Agus Kuncoro merupakan orang yang ramah dan selalu berusaha membangun hubungan baik dengan setiap orang. Sinetron Tutur Tinular (1997) Kevin Saviano Anak Bangsat Kaca Benggala Misteri Gunung Merapi Mahkota Mayangkara Angling Dharma Mahkota Majapahit Borobudur Singgasana Brama Kumbara Prahara Batavia http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 FTV Sayekti dan Hanafi Babe Rahasia Ilahi MNCTV Para Pencari Tuhan (2007) Hidayah Episode Artis Sombong Insya Allah Ada Jalan (2012) Dunia Tanpa Koma Panggil Gua Haji (2013). Film: Saur Sepuh IV (1991) Cinta Tapi Beda Saur Sepuh V (1992) Gending Sriwijaya (2013) Panggung Pinggir Kali (2005) Sang Kiai Kun Fayakuun (2008) Adriana Di Bawah Langit (2010) Soekarno: Indonesia Merdeka Sang Pencerah Comic 8 (2014) Tanda Tanya (2011) Caleg By Accident (2014) Tendangan dari Langit Cerita Cinta (2015) Pengejar Angin Garuda Superhero (2015) Malaikat Tanpa Sayap (2012) Sule, Ay Need You Ambilkan Bulan Cinta di Saku Celana Wewe (2015) Cinta Selamanya (2015) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 3. Lukman Sardi Gambar 4.1.3. Lukman Sardi Lukman Sardi (lahir di Jakarta, 14 Juli 1971; umur 44 tahun; dikenal juga dengan panggilan Memet) adalah salah satu pemeranIndonesia. Ia terkenal sebagai seorang pemeran watak dalam film-filmnya. Ia juga adalah anak dari Ny. Zerlita dan Idris Sardi, pemusik biola legendaris Indonesia. Idris Sardi kemudian sempat menikah dengan Marini sehingga Lukman adalah saudara tiri penyanyi Shelomita. Memiliki seorang putra yaitu Akiva Dishan Ranu Sardi, buah hatinya dengan Pricillia Pullunggono, yang lahir pada tanggal 28 Desember 2009.3 Peran Lukman Sardi kecil dalam film produksi 1980, yakni Anak-Anak Tak Beribu begitu menggugah perasaan. Dalam film tersebut Lukmann berperan 3 Diakses pada 10 Februari 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Agus_Kuncoro http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 sebagai Memet, yakni anak kedua dari tiga bersaudara yang kehilangan kasih sayang kedua orang tuanya. Mereka harus pergi dari rumah dan berjuang keras menghidupi diri mereka sendiri. Lukman Sardi kecil dengan pakaian sederhana, berusaha menjadi anak yang tegar dalam menghadapi cobaan. Aktingnya terlihat alami, kebetulan pengarah musik dalam film tersebut adalah Idris Sardi, yang merupakan ayah Lukman sendiri. Industri film Indonesia mulai mati suri, dan sempat dipenuhi film dengan bumbu-bumbu orang dewasa. Lukman Sardi pun sama sekali tidak terfikirkan untuk menjadi seorang aktor, sampai kemudian dia melibatkan diri dalam beberapa film pendek. Kemudian sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza meliriknya, maka Lukman pun mendapatkan peran sebagai Herman Lantang, sahabat sang aktivis yakni Soe Hoek Gie. Dalam film Gie lukman mengaku harus banyak melakukann riset, pasalnya film tersebut merupakan film sejarah. Lukman mengaku dari situlah ia akhirnnya menyadari bahwa ia sangat mencintai setiap proses dari pembuatan film yakni riset, workshop dan reading. Akhirnya judul judul baru dalam filmografi Lukman pun bermunnculan, salah satu peannya yang menurut peneliti paling mengagumkan adalah di film omnibus Rectoverso, Lukman berperan menjadi seorang penderita autisme, Lukman terlihat sudah banyak melakukan riset terhadap bagaimana seorang autis berperilaku dan bercakap. Maka aktingnya menjadi sosok Abang sangat tidak bisa dibedakan dengan penderita autis yang asli. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 Film teranyarnya adalah menjadi suami Dian Sastro di 7/24, Lukman berhasil menhidupkan karakter Iwan yakni sutradara yang gila kerja. Film tersebut segar dan sarat humor romantis antara Lukman dan Dian. Saat itu saya mengunjungi Lukman Sardi di kantornya, MNC Pictures. Lukman merupakan salah satu Direktur di kantor tersebut. Pertama kali menghubungi beliau lewat Whatssapp, beliau sudah sangat ramah. Meski beliau harus saya ingatkan berkali kali untuk wawancara, namun beliau tetap menyempatkan diri di sela sela kesibukannya yang sangat padat. Lukman Sardi merupakan sosok yang ramah, terlebih pada saat wawancara beliau juga sempat bercanda dengan saya. Selama sesi wawancara, Lukman terdengar sangat detail mendeskripsikan pendapat, pemikirannnya kepada saya. Terbukti jawaban beliau sangat panjang dalam setiap pertanyaan. Menurut saya Lukman Sardi sebagai aktor adalah seserang yang tidak haya bangga tapi juga mencintai pekerjaannya sebagai seorang aktor. Itulah yang membuat setiap perannnya terlihat hidup. Film: Kembang-Kembang Gema Hati Bernyanyi (1980) Plastik (1978) Gie (2005) 9 Naga (2006) Berbagi Suami (2006) Jakarta Undercover (2006) Gadis (1979) Pesan dari Surga (2006) Cubit Cubitan (1979) Naga Bonar (Jadi) 2 (2007) Anak-Anak Tak Beribu (1980) Suster N (2007) Pengemis dan Tukang Becak(1979) Dinginnya Hati Seorang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 The Photograph (2007) Pencarian Terakhir (2008) Quickie Express (2007) Takut: Kawin Kontrak (2008) In the Name of Love (2008) Lastri (2008) May (2008) Merah Putih (2009)\ Laskar Pelangi (2008) Heart-Break.com (2009) Kawin Kontrak Lagi (2008) Brandal-Brandal Sang Pemimpi (2009) Faces of Fear - Segmen Show Unit (2008) Tanah Air Beta (2010) Ciliwung (2012) Red CobeX (2010) Rumah di Seribu Ombak (2012) Darah Garuda (2010) Sang Pialang (2013) Sang Pencerah (2010) Rectoverso - Aku atau Dia (2010) Jakarta Maghrib (2010) Leher Angsa (2013) Hati Merdeka (2010) Soekarno: Serdadu Kumbang (2010) Semesta Mendukung (2011) Pengejar Angin (2011) Sang Penari (2011) "Cinta Dalam Kardus" (2013) Dilema (2012) Princess, Hattrick (2012) Di Timur Matahari (2012) Aku Cinta Kamu (2014) Cinta di Saku Celana (2012) Negeri Tanpa Telinga (2014) 7/24 (2014) segmen Malaikat Juga Tahu (2013) Indonesia Merdeka (2013) Laskar Pelangi Edensor (2013) Bajak Laut Alien (2014) Sutradara: Sang Pejahit (Film Pendek, 2009) Di Balik 98 (2015) 7/24 (2015) 2: Penghargaan:\ http://digilib.mercubuana.ac.id/ dan 63 Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Festival Film Indonesia 2005 Jakarta The Best Actor - Bali International Film Festival 2006 Nominasi Most Favourite Actor - MTV Indonesia Movie Award 2006 Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik - Festival Film Indonesia 2006 Jakarta untuk Piala Vidia Pemeran Utama Pria Film Terpuji - Festival Film Bandung 2006 Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Festival Film Indonesia 2007 Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Festival Film Indonesia 2008 Nominasi Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Indonesian Movie Award 2008 Model Video Klip Terdahsyat - DahsyatNya Award 2009 Pemeran Pendukung Pria Terbaik - Indonesian Movie Award 2009 Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik dan Terfavorit - Indonesian Movie Award 2009 Pemeran utama pria terbaik Indonesian Movie Awards 2013 Pasangan terbaik Indonesian Movie Awards 2013 bersama Dewi irawan dalam film Rectoverso 4.2. Nominasi Pemeran Utama Pria Terbaik FestivaI Film Indonesia 2013 Hasil penelitian Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi. Observasi yang dilakukan diantaranya dengan menonton film untuk mengamati peran aktor sebagai keyinforman dalam penelitian ini. Selain menonton sejumlah judul film, peneliti http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 juga memperhatikan bagaimana keyinforman berinteraksi dengan orang-orang disekitarnya. Sikap, gerak tubuh dan tutur kata menjadi perhatian peneliti. Peneliti akan memaparkan sejumlah hasil penelitian diantaranya motif menjadi seorang aktor, makna aktor, proses menjadi seorang aktor, proses menjadi identitas lain, dan konstruksi diri aktor. 4.2.1. Motif Menjadi Seorang Aktor Aktor harus tunduk kepada sutradara dalam memainkan peran yang sudah di bebankan kepadanya. Bukan sekedar berubah, namun aktor juga harus menempa beberapa kemampuan dalam dirinya. Kemampuan itulah yang akhirnya membuat suatu karakter menjadi semakin “hidup”, sehingga penonton dapat terbawa di setiap alur cerita yang disajikan. Dalam bagian ini, peneliti akan memaparkan hasil penelitian yang pertama yakni motif atau alasan mengapa keyinforman memilih menjadi seorang aktor. Bedasarkan analisa data yang telah peneliti lakukan, akhirnya dapat digolongkan dua motif menjadi aktor secara umum dan khusus. Dua dari tiga aktor menjelaskan bahwa motif mereka menjadi aktor adalah dimana mereka menemukan kesenangan dan gairah (passion) dunia dunia seni peran. Namun terdapat keunikan pada keyinforman Ray Sahetapi dimana beliau memiliki alasan unik mengapa menjadi seorang aktor. Ray menemukan adanya kebebasan dalam menjadi seorang aktor. Maka dapat peneliti simpulkan golongan motif yang pertama adalah karena adanya passion dan yang kedua adanya kebebasan (khusus). Secara umum keyinforman memilih menjadi seorang aktor http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 karena adanya gairah atau passion dalam diri mereka, dan temuan khusus mengenai kebebasan terdapat di keyinforman Ray Sahetapi. 4.2.1.1. Ada passion dalam film dan semua prosesnya. Secara harfiah, passion adalah perasaan dan emosi yang kuat. Passion bisa diartikan sebuah perasaan atau emosi terhadap suatu hal yang membuat seseorang sangat berantusias melakukannya. Passion juga bisa perpaduan antara kenikmatan dan perasaan.60 Ada serangkaian proses yang wajib dilalui seoranng aktor, aktris dan hingga figuran sebelum produksi sebuah film. Rangkaian proses tersebut diantaranya riset, workshop, dan reading. Riset dilakukan melalui berbagai media, seperti internet, buku atau litelatur, atau wawancara langsung dengan tokoh asli jika tokoh tersebut masih hidup. Riset aka memperluas wawasan dan memperkuat visualisasi para pemain, sehingga akan mudah memainkan karakter yang terlibat dalam suatu suasana dan kondisi. Sedangkan workshop adalah proses dimana para pemain dan kru film berdiskusi dan membahas sinopsis suatu film. Workshop juga dimanfaatkan sebagai media mendapatkan chemistry dari satu pemain dan pemain lainya. Sementara proses reading adalah dimana para pemain akan mendalami naskah dan berlatih dialog yang akan dimainkan. Anak dari pemain biola lagendaris Idris Sardi, yakni Lukman Sardi mengaku sangat menikmati rangkaian proses tersebut. Lukman juga menyadari bahwa passionnnya begitu besar di dunia film. Lukman sangat menikmati 60 Definisi ini diambil dari www.berikwicaksono.com pada 19 Januari 2016 pukul 23:05. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 serangkaian proses yang wajib dilalui oleh seorang aktor dan kemudian memutuskan menjadi seorang aktor yang profesional. Pemaparan Lukman yang menemukan passion dalam menjadi seorang aktor peneliti temui dalam kutipan: “Dalam proses itu (pembuatan film Gie) kan karena aku ketemu terus sama Mira (Mira Lesmana), Riri (Riri Riza) dan Nicholas (Nicholas Saputra); orang-orang film.. yang memang passionnya begitu besar di film, aku baru sadar ternyata passion aku juga disitu. Gitu, aku sangat menikmati semua prosesnya. Mulai dari research, workshop, reading, banyak hal yang aku nikmati banget dan akhirnya dari situ aku memutuskan untuk im going to be an actor, a proffesional actor. Itu sih yang membuatku memutuskan menjadi seorang aktor,”61 Bermain film sejak kecil antara tahun 1978 – 1980, ternyata Lukman kecil belum terfikirkan untuk menjadi seorang pemain film. Industri perfilman Indonesia sempat mati suri hingga Lukman tidak lagi terjun ke dunia senia peran. Kemudian pada 2005, Lukman harus mendampingi Nicholas Saputra memainkan film berlatar belakang sejarah yakni Gie. Perannya menjadi sahabat Soe Hok Gie, Herman Lantang memaksa Lukman untuk riset secara mendalam dan mewawancarai tokoh asli. Film berlatar belakang sejarah tentu harus disertai data yang akurat dan pemahaman yang luas dan dengan passion kuat Lukman Sardi mengaku sangat menikmatinya. Bedasarkan kecintaannya dalam dunia seni peran, membuat Lukman menyadari bahwa passion-nya adalah menjadi seorang aktor. Menikmati segala proses dalam produksi film, Lukman pun memutuskan untuk menjadi seorang actor yang proesional. 61 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 Memasuki dunia yang sangat berbeda dari kehidupan pribadi seorang aktor, mennjadi bentuk kepuasan sendiri bagi mereka. Disamping adanya talenta, aktor juga harus sensitif dan peka terhadap apapun yang berlangsung di kehidupan sosialnya, serta harus mudah beradaptasi. Dua hal itulah yang juga ditegaskan Lukman Sardi dalam “memasuki dunia lain” yang selalu dihadapi sang aktor. Menemukan passion atau kenikmatan menjadi seorang aktor tidak hanya peneliti temui dari hasil wawancara dengan aktor Lukman Sardi, namun peneliti juga menemukan motif tersebut di keyinforman Agus Kuncoro Aktor berusia 44 tahun yakni Agus Kuncoro, mengaku sangat mencintai pekerjaannya menjadi seorang aktor. Dengan tegas Agus mengungkapkan kebanggaanya akan profesi aktor. Agus dengan antusias mengungkapkan bahwa pekerjaan yang paling menyenangkan, adalah menjadi seorang aktor. Motif tersebut Agus tuturkan secara jelas dalam kutipan: “ Pekerjaan yang paling menyenangkan itu adalah ketika kamu menjadi orang lain. Dan ketika kamu sudah menjadi orang lain, kamu dibayar untuk itu,”62 Agus Kuncoro juga berpendapat dirinya akan selalu menemukan dunia baru dari peran yang ia perankan, dan ia sangat menikmati hal tersebut. Ketika Agus harus mennjadi seorang ayah misalnya, Agus akan “menyelam” masuk kedalam dunia tokoh tersebut. Begitu juga jika ia ditutut harus menjadi pembalap, ia harus mencari tahu bagaimana gaya fesyen dan gaya hidup seorang pembalap. Kegemarannya akan membaca, menjadi modal untuk memudahkan Agus masuk kedunia keaktoran. Dimana ia terbiasa memvisualisasi apa yang ia baca 62 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 kedalam fikirannya. Berkat kegemaran membaca ia dengan mudah membayangkan suasana dan kejadian, yang menjadikan kemampuan aktingnya semakin kuat. Mengawali karirnya dalam sinetron kolosal Tutur Tanular, peran Agus dalam berbagai judul film tidak diragukan lagi. Dalam sinekuis (sinetron kuis) Para Pencari Tuhan, peran Agus sebagai Azzam juga sangat lekat di benak pemirsanya. Dengan 18 judul sinetron dan 24 judul film, Agus Kuncoro jelas terbukti sangat menikmati karirnya di dunia seni peran. 4.2.1.2. Adanya kebebasan. Aktor senior Ray Sahetapi mengaku, dengan menjadi seorang aktor, dirinya memiliki kebebasan. Ray menegaskan proses keaktoran bermula ketika seseorang merasa bebas dan mengalahkan egonya, dan mulai memasukkan karakter orang lain ke dalam dirinya. Menjadi aktor haruslah bebas, karena jika seorang aktor tidak bebas, maka suatu peran tidak dapat masuk kedalam diri aktor tersebut. Ray juga sangat mengutamakan proses kebebasan ini, dimana sang aktor haruslah bersih fikiran dan jiwanya setiap akan memainkan suatu karakter. Dengan adanya kebebasan seperti yang diungkapkan Ray Sahetapi, batasan – batasan untuk memasuki dunia orang lain akan luntur. Aktor bebas menjadi siapa saja. Motif Ray yang menemukan kebebasan dalam menjadi seorang aktor peneliti temui dalam kutipan: “karena ada kebebasan disitu.. Aktor itu harus bebas, menjalani apapun harus masuk kedalam dunianya. Kalau kita enggak bebas, peran itu enggak akan masuk. Harus bebas dan serahkan semua kepada alam.”63 63 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Kosenda Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 69 Ray mengaku sangat menikmati kebebasan ini, dimana dirinya merasa tidak dipenjara. Dalam artian, ia bebas memasuki dunia siapapun dan karakter apapun untuk mentransformasi diri menjadi karakter yang satu ke karakter yang lainnya. Peneliti juga melakukan observasi dengan menonton beberapa film Ray. Peneliti memperhatikan dalam film tersebut bagaimana Ray berakting dan merubah diri menjadi orang lain. Perannya terutama film Negeri Tanpa Telinga, dimana ia berperan sebagai Cobra sangat hidup sebagai orang yang culas dan haus akan kuasa. Perannya dalam The Raid pun sangat menghidupkan genre action dalam film tersebut. 70 judul film yang dimainkannya, serta satu film Hollywood superheroes Captain America: Civil War yang akan dirilis 2016 ini menjadi bukti bahwa Ray Sahetapy menerapkan proses kebebasan pada dirinya, sehingga dapat dengan total memainkan satu peran keperan yang lain. Tabel 4.2.1. Motif Menjadi Seorang Aktor No Nama Umur Lama Berkarir Menjadi Aktor 1978-1980 (3 tahun saat 1 Lukman Sardi 44 tahun masih kanak-kanak) 2005 – 2015 (10 tahun) 2 3 Agus Kuncoro Ray Sahetapi 43 tahun 19 tahun 59 tahun 36 tahun http://digilib.mercubuana.ac.id/ Motif Adanya passion Adanya passion Adanya kebebasan 70 Gambar 4.2.1. Keterkaitan Pengalaman Menjadi Aktor dengan Motif Pengalaman ≤ 20 tahun Adanya Passion: Lukman, Agus Pengalaman ≥ 20 tahun Adanya Kebebasan: Ray Berdasarkan pemaparan diatas, kesimpulan yang dapat peneliti tarik adalah bahwa semua sebenarnya merasakan kenikmatan dalam menjadi seorang aktor. Ketiganya sama-sama menganggap bahwa menjalani seni peran adalah hal yang menyenangkan. Namun, ada yang berbeda dan unik dari ketiga keyinforman tersebut dimana aktor Ray Sahetapi merasakan kebebasan dengan menjadi seorang aktor. Peneliti menganggap bahwa merasakan kebebasan tersebut merupakan satu tingkat lebih tinggi dari sekedar passion. Artinya, Ray tidak hanya senang dalam menjalani profesinya, tetapi menemukan hal baru yang tidak akan dia temui dari pekerjaan apapun. Peneliti dapat simpulkan pula bahwa lamanya pengalaman dalam menjadi seorang aktor mempengaruhi motif seorang aktor dan jenis kenikmatan yang didapatkannya. 4.2.2. Makna Aktor Bagi Informan Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan makna aktor bagi setiap key informan. Makna disini peneliti garis bawahi yakni apakah arti aktor bagi keyinforman. Apakah hanya sekedar profesi, atau memiliki arti lain lebih dari sekedar profesi. Seperti yang kita ketahui, aktor secara harfiah merupakan salah satu profesi di dunia teater maupun industri film. Dalam bagian ini peneliti telah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 71 membagi makna bagi ketiga keyinforman, yakni sebagai profesi dan dua makna lainnya yang ternyata kedua informan menganggap aktor lebih dari sekedar profesi. 4.2.2.1. Profesi yang menyenangkan. Agus Kuncoro mengaku bangga menjadi seorang aktor, karena ia akan selalu mendapatkan dunia baru dari setiap peran yang ia perankan. Ketika mmenjadi orang lain itulah, ia akan selalu dapat menemukan dunia baru selain dunianya sendiri. Menurut Agus, pekerjaan paling menyenangkan adalah ketika kita dapat berubah menjadi orang lain, dan dibayar untuk itu. Agus dengan antusias memaparkan bahwa aktor merupakan sebuah profesi. Tanggapan tersebut peneliti dapat dari kutipan Agus yang menyatakan: “Kalau ditanya pekerjaan saya apa, saya adalah seorang aktor.,”64 Berdasarkan hasil wawancara, Agus tidak memberikan definisi lain yang lebih atas anggapannya mengenai makna seorang aktor. Agus menganggap aktor sebagai profesi dan ia nyaman akan pekerjaan tersebut. 4.2.2.2. Kebebasan Definisi aktor yang lebih dari sekedar profesi, diungkapkan oleh aktor senior Ray Sahetapi. Puluhan tahun menjalani seni peran, serta puluhan judul film yang telah dirampungkannya menjadikan sosok Ray penuh wibawa dan sangat pandai menempatkan diri. Penilaian tersebut peneliti dapatkan dari sesi wawancara mendalam yang dilakukan, dan ketika peneliti berkesempatan melakukan produksi salah satu episode talkshow bersama beliau. 64 Wawancara ini dilakukan pada Jumat 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 72 Saat diwawancara, aktor Ray Sahetapi menuturkan setiap jawaban tanpa keraguan dan sangat pasti. Dari setiap tutur kata yang diucapkan terlihat Ray dan seni peran adalah suatu kesatuan. Berdasarkan pengamatan itu pula, peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktor bagi Ray Sahetapi bukan lagi sebuah profesi, namun sebuah fase dimana seseorang dapat menjadi bebas sebebas bebasnya. Tanggapan tersebut peneliti simpulkan dari kutipan beliau yakni: “Kamu harus jadi bebas dan menyerahkan semua kepada alam. Maka semua itu akan masuk dengan sendirinya (peran yang dibebankan). Dari kebebasan itulah, proses keaktoran bermula. Dari kebebasan itu pula, muncul tanggung jawab. Kita tidak boleh melakukan hal ini, hal itu.. dan sebagainya,”65 Ray Sahetapi menyatakan dengan tegas, aktor harus bebas dan tidak terpenjara. Tidak terpenjara dalam artian terikat ego. Ray menegaskan ketika ego seorang aktor terlalu kuat dalam dirinya, suatu peran tidak akan masuk dengan mudah. Peran tersebut akan dikalahkan oleh egonya sendiri. 4.2.2.3. Bukan hanya seorang pemain, namun juga seorang pencipta. Lain halnya dengan kedua aktor tersebut, Lukman Sardi menganalogikan aktor bukan hanya sekedar seorang pemain seperti anggapan masyarakat pada umumnnya. Diibaratkan, ketika penulis skenario dan sutradara adalah kontraktor yang ingin membangun sebuah rumah dan menyamakan fondasi. Berangkat dari tujuan tersebut ia membutuhkan seorang aktor sebagai “creator design”. Aktor yang dibutuhkan harus cocok dengaon rumah yang dibangun. Maka Lukman menganalogikan aktorlah yang berperan penting untuk menciptakan suasana, gaya serta kontur bangunan yang diinginkan. Intinya, tugas aktor menurut Lukman 65 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Kosenda Hotel, Tanah Abang, Jakarta Pusat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 73 bukan hanya memainkan, tetapi juga menciptakan karakter tersebut sesuai dengan apa yang telah didiskusikan dengan sutradara dan penulis skenario. Analogi tersebut peneliti simpulkan dalam jawaban ketika Lukman ditanyai apa definisi aktor untuk dirinya. Tanggapan Lukman mengenai aktor bukan hanya seorang pemain peneliti dapatkan dari kutipan: “Jadi, tugas aktor itu bukan hanya memainkan, tapi dia juga menciptakan karakter tersebut, dari apa yang sudah dia diskusikan dengan dengan sutradaranya,”66 Selain sebagai sebuah profesi yang membanggakan, Lukman menyatakan untuk mencaapi titik dimana seseorang dapat disebut sebagai aktor bukanlah hal yang mudah. Butuh proses yang cukup panjang, bukan sekedar berakting. Menurut Lukman, seseorang dapat disebut aktor ketika dia memiliki komitmen, disiplin yang tinggi, totalitas, wawasan dan yang terpenting attitude atau perilaku. Tabel 4.2.2. Makna Aktor Bagi Keyinforman No 1 2 3 66 Nama Lukman Sardi Agus Kuncoro Ray Sahetapi Umur Jumlah Judul Film 44 tahun 52 judul 43 tahun 18 Sinetron, 24 Film 59 tahun 71 Film Makna Aktor Bukan sekedar profesi (Creator) Profesi Bukan sekedar profesi (Kebebasan) Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, jakarta Barat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 74 Gambar 4.2.5. Hubungan Jumlah Judul Film dengan Makna Bagi Aktor Judul Film ≤ 50 judul Profesi: Agus Kuncoro Judul Film ≥ 50 judul Lebih dari profesi: Lukman Sardi, Ray Sahetapi Berdasarkan pemaparan diatas, dapat peneliti simpulkan bahwa keyinforman atau aktor yang telah berperan di lebih dari 50 judul film akan menganggap bahwa aktor bukan sekedar sebuah profesi yang semerta-merta dilakoni debagai upaya mencari materi. Lebih dari sekedar itu, kedua keyinforman yang telah menjalani lebih dari 50 judul film yakni Lukman Sardi dan Ray Sahetapi berpendapat bahwa aktor selain pekerjaan, adalah sesuatu yang memiliki definisi lebih dalam industri film. Ray Sahetapi menuturkan bahwa ketika ego seseorang terlalu kuat, perannya tidak akan masuk. Semenatra Lukman Sardi memaparkan, untuk mencaapai sebutan seorang aktor buanlah hal yang mudah, banyak yang harus diasah didalamnya. Kedua tanggapan tersebut memperkuat kesimpulan peneliti yakni tidak semua orang dapat menjadi aktor. 4.2.3 Proses Menjadi Seorang Aktor Pada bagian ini peneliti akan memaparkan proses menjadi seorang aktor. Peneliti akan menjelaskan proses menjadi seorang aktor dari ketiga keyinforman satu persatu. Untuk keyinforman Ray Sahetapi, peneliti mendapatkan proses beliau menjadi seorang aktor dari riset internet dan juga saat produksi talkshow bersama beliau. Berdasarkan riset melalui media internet, untuk mengejar http://digilib.mercubuana.ac.id/ 75 impiannya menjadi seorang aktor ia mengambil pendidikan di Institut Kesenian Jakarta pada tahun 1977, beliau satu angkatan dengan Dedy Mizwar dan Didik Nini Thowok. Tahun 1980 baru lah ia bermain di film pertamanya yakni Gadis. Saat shooting Talkshow di Talk N Cook produksi Inews Tv, Ray Sahetapi membenarkan bahwa awalnya ia terjun ke seni teater, terlebih ketika industri film Indonesia mengalami mati suri, Ray mendirikan sebuah sanggar teater di pinggiran kota. Berdasarkan pengamatan peneliti, selepas berfokus pada seni teater atau seni peran di masa kuliahnya Ray Sahetapi langsung menjadi seorang aktor.Proses yang berbeda dialami keyinforman yang kedua yakni Agus Kuncoro. Dalam sesi wawancara Agus menceritakan dengan jelas bagaimana akhirnya ia dapat menjadi seorang aktor. Proses Agus menjadi seorang aktor peneliti awali dari seni rupa, karena jurusan itulah yang pertama Agus ambil saat memutuskan menjadi seorang seniman. Mengambil jurusan seni rupa di IKJ saat kuliah, Agus perlahan menyadari jika seni rupa bertentangan dengan ajaran agamanya. Tanggapan tersebut Agus tuturkan dalam kutipan: “Waktu itu saya lagi sholat Jum’at, ada khotbah. Ya pokoknya apa yang saya kuliahkan itu, bertentanganlah denngan agama saya, gitu kan. terus enggak lama sari situ saya dapat tawaran untuk main film, seperti itu,”67 Sempat menolak tawaran bermain film, karena ajakan terus menerus akhirnya Agus bersedia menemui penulis skenario Imam Tantowi. Tanpa fikir panjang pun Agus segera menandatangani kontrak. Agus beranggapan, menjadi seorang aktor sudah merupakan jalan hidupnya. 67 Wawancara ini diambil pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 76 Aktor Agus Kuncoro mengaku mendapatkan kemampuan seni peran, berawal dari kegemarannya membaca. Ketika membaca itulah ia akan dituntut untuk memvisualisasi atau membayangkan berbagai situasi, suasana dan kondisi yang ada dalam wacana. Agus berpendapat bahwa kebiasaan memvisualiasi dan berimajinasi itulah yang kemudian memudahkannya bermain peran. Kutipan yang mendukung penuturan tersebut adalah: “saya punya kebiasaan dari orang tua saya bahwa satu hari biasakan untuk membaca, minimal sejam atau dua jam dalam satu hari. Saya baca segala macem dari mulai novel.. hingga apalah, itu sih yang memudahkan saya masuk ke dunia keaktoran ini. Karena saya kan terbiasa memvisualkan dalam fikiran saya, suasana yang ada dalam novel atau apapun yang saya baca,”68 Berawal dari bermain film saat kecil, proses seorang Lukman Sardi dalam menajdi aktor juga berbeda dengan kedua keyinforman sebelumnya. Saat ditanya awal mula menjadi seorang aktor, Lukman Sardi kecil tidak pernah berfikiran untuk menjadi seorang aktor. Meski ia bermain dalam beberapa judul film di tahun 80-an, saat beranjak dewasa ia sama sekali tidak terfikirkan meneruskan karir menjadi seorang pemain film. Disamping industri film yang sempat mati suri, industri film kala itu juga tidak banyak untuk anak-anak. Lukman akhirnya bekerja di beberapa tempat hingga akhirnya melibatkan diri dalam sebuah proyek film pendek garapan temannya selaku sutradara. Akting Lukman dalam film tersebut menarik perhatian sutradara Mira Lesmana dan Riri Riza. Pada tahun 2003, barulah Lukman turut dalam digarapnya film Gie dan berperan sebagai sahabat Soe Hok Gie yakni Herman Lantang. 68 Wawancara ini diambil pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 77 Kutipan Lukman dalam pemaparan tersebut adalah: “cita cita awal dulu kan dar kecil enggak pernah kepikiran jadi aktor, walaupun dulu kecil main film. Cuma aku setop waktu SMA, karena situasi film Indonesia yang lagi drop, terus film Indonesianya juga gak banyak untuk anak-anak. Dan selama itu enggak pernah kepikiran untuk jadi aktor. Jadi akhirnya saya meneruskan sekolah dan kuliah, sampai ada teman yang nawarin bua main film pendek. Setelah dikasih tau ke mbak Mira dan Mas Riri, mereka suka, baaru kemudian dapet tawaran casting film Gie,”69 Peneliti menonton beberapa film Lukman produksi tahun 1980 dimana saat itu Lukman masih berusia sekitar 10 tahun. Salah satunya dalam film anakanak tak beribu, Lukman Sardi kecil sudah sangat menghayati peran yang ia mainkan. Perannya begitu natural seperti anak kecil pada umumnya sehingga karakter Memet sangat menyentuh dalam film tersebut. Hingga sekarang, julukan Memet masih melekat dalam dirinya. Berbeda dengan Agus, Lukman Sardi percaya akan adanya talenta. Lukman beranggapan bahwa setiap manusia memiliki talenta tersendiri. Bukan semerta merta talenta Lukman adalah ber-akting, lebih awal daripada kemampuan akting sendiri Lukman mengaku merupakan pribadi yang sensitif terhadap suatu hal. Lukman mudah sekali menaruh empati pada suatu hal. Ketika kemudian Lukman berkonsentrasi untuk merasakan sesuatu (dalam kebutuhan peran), maka dengan cepat ia akan menghayati suatu keadaan atau suasana tersebut. Perasaan simpati dan empati itulah yang Lukman anggap tidak semua orang memilikinya. Meskipun Lukman mengaku tidak belajar secara khusus dalam pendidikan 69 Wawancara ini diambil pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 78 menjadi seorang aktor, tetapi dari talenta yang ia punya Lukman berusaha untuk mengembangkan kemampuan dirinya. Kutipan Lukman Sardi untuk pemaparan diatas saat ditanyai asal kemampuan beraktingnya adalah: “kalau aku sih aku agak bingung ya dapet dari mana. Mungkin aku lumayan percaya sama yang namanya talenta. Tiap manusia itu punya talenta tersendiri. Semuanya sebenarnya bisa berakting karaena everyday dalam hidup kita berakting, cuman kadang ya untuk mencapai posisi menjadi aktor ya beda lagi,”70 Dari pemaparan diatas dapat digaris bawahi bahwa sebelum menjadi seorang aktor seperti sekarang, Lukman sempat bermain film saat kecil. Kemudian berlanjut saat mendnapat tawaran bermain film pendek. Akting Lukman dalam film pendek tersebut akhirnya membawa Lukman ke film selanjutnya yakni Gie dan 50 judul film lainnya. Gambar 4.2.3. Proses Menjadi Aktor 70 Wawancara ini diambil pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 79 4.2.4. Proses Menjadi Identitas Lain Sebelum memainkan karakter menjadi orang lain, para keyinforman mengungkapkan beberapa hal yang mereka persiapkan. 1. Data yang akurat Masing – masing keyinforman yang peneliti wawancara memiliki jawaban berbeda terhadap apa yang harus dipersiapkan sebelum memainkan suatu peran. Namun, secara umum ketiga keyinforman mengaku harus mempersiapkan data yang akurat terhadap latar belakang dan visual suatu tokoh sebelum berperan menjadi tokoh tersebut. Kesimpulan tersebut peneliti dapat dari kutipan masing – masing narasumber, yakni dimulai dari keyinfroman Ray Sahetapi. Saat ditanyai apa yang beliau tanamkan kepada diri sendiri, sebelum karakter beliau dapat benar-benar berubah, beliau menjawab: “Jika misalnya kamu berperan sebagai ibu negara, kamu bisa bayangkan kan. Setiap hari bangun pagi di sebelah kamu ada bapak negara dan kamu akan bisa bayangkan sosok ibu negara itu. Kamu akan ditolong oleh filmfilm dan tulisan-tulisan tentang ibu negara. Banyak videonya, dokumenternya, foto-foto masa lalunya,”71 Riset yang kuat tentu dibutuhkan agar mendapat visualisasi yang tepat terhadap tokoh yang akan dimainkan. Sumber yang dipilih tentunya juga harus akurat. Bahkan untuk suatu kebutuhan peran seorang aktor harus mewawancarai orang yang bersangkutan terkait peran tersebut demi mendapatkan data yang akurat. Pendapat Lukman Sardi mengenai kewajiban sang aktor memperoleh data yang akurat peneliti dapat dari kutipan: 71 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustuts di Kosenda Hotel, Tanah Abang, Jakarta PUsat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 80 “ tapi dibalik cerita itupun kita harus create, kita harus cari tau di balik cerita itu tuh apa sih sebenernya, misalnya let say di skenario itu karakternya adalah pejuang. Tapi pejuang kan macem-macem, pejuang seperti apa. Karakternya seperti apa, nah itu yang harus di create, kayak sesuatu yang tidak tertulis yang harus kita create mulai dari lahirnya dari kecilnya, dia punya proses apa saja dalam hidupnya sehingga di apunya posisi karakter seperti di skenario itu yang membuat karakter tersebut menjadi kuat, kalau kita punya latar belakangnya. Kalau kita enggak punya latar belakangnya, karakter itu pun enggak akan menjadi kuat, hanya sekedar nempel aja tetapi tidak ada yang masuk ke dalam diri kita,”72 Lukman dengan jelas memaparkan, bahwa latar belakang suatu tokoh adalah suatu hal yang sangat krusial yang harus didalami oleh sang aktor. Selain data terkait tokoh, data yang akurat juga didapat dari skrip. Skrip dan skenario yang baik adalah yang skrip yang lengkap akan petunjuk pelaksanaan setiap karakter dan adegan dalam cerita tersebut. Hal tersebut peneliti ketahui dari kutipan keyinforman Agus Kuncoro yakni: “kalau menurut saya skrip yang bagus itukan skrip yang semua juplaknya sudah ada disitu. Juplak, yakni petunjuk pelaksanaannya sudah ada disitu jadi ketika nih orang karakternya seperti apa, jika bertemu dengan karakter ini dia akan seperti ini, ketika bertemu orang ini dia akan bersikap seperti ini, ketika dapet masalah ini dia akan seperti ini,”73 Dapat peneliti simpulkan dari kutipan ketiga keyinforman di atas, secara umum yang harus dipersiapkan sebelum berperan menjadi karakter lain dalam suatu film adalah dengan mencari data yang akurat terkait tokoh tersebut. Mulai dari dokumentasi dan arsip yang mendukung, rentetan latar belakang yang akurat serta skrip yang dilengkapi dengan petunjuk pelaksana. Data dan persiapan 72 73 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNCPictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 81 tersebut harus didalami dan dicerna dengan baik oleh sang aktor sebelum berperan. Selain data yang akurat peneliti juga mendapatkan jawaban yang berbeda terkait persiapan sang aktor sebelum memainkan peran menjadi orang lain, diantaranya fikiran, perasaan dan jiwa yang bersih, serta adanya empati. 2. Fikiran, perasaan, dan jiwa yang bersih. Sebelum memainkan suatu peran, Ray Sahetapi mengungkapkan bahwa fikiran sang aktor haruslah bersih. Kutipan Ray Sahetapi yang mendukung hal tersebut yakni: “Dia harus membersihkan tubuhnya, dia harus membersihkan fikirannya. Dia harus enggak boleh masuk ke panggung misalnya, bagaimana dia enggak harus mikirin apa-apa dan harus fokus,”74 Berdasarkan pendapat Ray tersebut peneliti menyimpulkan bahwa dalam suatu kebutuhan peran, terkadang ada fase dimana sang aktor diwajibkan untuk tidak bertemu dengan orang-orang dan lingkungannya. Fase tersebut akan mendukung proses pembersihan diri seperti apa yang dimaksud oleh keyinforman Ray Sahetapi. 3. Empati. Berbeda dengan kedua keyinforman lainnya, peneliti mendapatkan juga mendapatkan jawaban lain dari keyinforman Lukman Sardi. Lukman Sardi berpendapat bahwa empati merupakan suatu hal yang penting sebelum berubah 7474 Wawancaca ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 82 karakter menjadi orang lain. Lukman juga memilih untuk mendalami suatu karakter, dengan merasakan apa yang telah dirasakan oleh karakter tersebut. Pendapat tersebut penulis peroleh dari kutipan Lukman yang memaparkan pengalamanya berakting dalam film Sang Pencerah: “ kan sang pencerah settingnya sekitar 1800-1900, dimana pada saat itu teknologi belum seperti sekarang, situasi belum seeprti sekarang,a ku coba menempatkan diri di posisi seperti itu saja, misalnya bagaimana untuk tidak memakai teknologi yang ada dan pengen merasakan aja, sebenernya kalau kita enggak pakai handphone jaman dulu itu kayak apa sih, kalau kita didalam enggak punya listrik kaya apa sih.. sekedar untuk i know it, supaya aku tau rasanya seperti apa,”75 Lukman mengungkapkan, proses merasakan empati ini sangat penting agar saat sang aktor masuk kedalam suatu tokoh, tidak akan terlihat dan terasa aneh atau berbeda. Lukman berpendapat bahwa mata tidak akan bisa berbohong. Ketika mimik wajah masih dapat berpura-pura, sinar mata yang terpancar tidak akan dapat dibohongi. Maka Lukman memilih untuk benar-benar merasakan empati kepad asuatu karakter sebelum merubah dirinya menjadi karakter tersebut. Tabel 4.2.3. Persiapan Sebelum Merubah Diri Menjadi Orang Lain Nama 75 Persiapan Sebelum Merubah Diri Persiapan Mental Fikiran dan Perasaan Ray Sahetapi Data & fakta terkait tokoh Agus Kuncoro Data & fakta terkait tokoh Tidak Ada Lukman Sardi Data & fakta terkait tokoh Empati yang bersih Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 83 Kesimpulan yang dapat peneliti ambil dari pemaparan di atas adalah secara umum aktor harus menganalisa karakter melalui data yang akurat yang diperoleh dari sumber yang akurat pula. Data tersebut dapat berupa video atau foto yang dapat mendukung visualisasi terhadap suatu tokoh, seperti yang diungkapkan oleh Ray Sahetapi. Dapat pula berupa skrip yang dilengkapi petunjuk pelaksana dengan menganalisa tokoh sesuai skrip seperti yang dilakukan oleh keyinforman Agus Kuncoro. Latar belakang mengenai suatu tokoh adalah sesuatu tidak tertulis yang juga harus didalami oleh sang aktor, sebelum menciptakan suatu karakter sebagai mana yang diungkapkan Lukman Sardi. Hal yang unik dari pembahasan diatas adalah adanya persiapan lain seperti fikiran yang bersih seperti yang diungkapkan kedua keyinforman yakni Ray Sahetapi dan Lukman Sardi. Dalam upaya mendapatkan fikiran yang bersih sering kali aktor dituntut untuk tidak bertemu dengan lingkungannya selama beberapa waktu. Sedangkan empati, adalah hal yang haru dimiliki setiap aktor apabila tidak ingin sorot mata dalam film terkesan berpura-pura, juga untuk menghindari suatu karakter hanya “menempel” dalam diri sang aktor seperti yang diungkapkan Lukman Sardi. 4.2.5 Proses memfokuskan diri, sebelum berakting menjadi orang lain. Setelah adanya persiapan sebelum berubah menjadi orang lain seperti apa yang peneliti paparkan diatas, peneliti juga memberikan pertanyaan yang sama kepada ketiga keyinforman. Peneliti menanyakan bagaimana mereka sebagai aktor profesional memfokuskan diri sebelum berakting menjadi orang lain. Seperti yang kita ketahui, setiap individu memiliki dunia dan lingkungannya sendiri. Tidak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 84 terkecuali seorang aktor, kehidupannya di belakang layar sudah tentu membuat dirinya harus berbaur kembali menjadi diri sendiri. Maka pertanyaan bagaimana cara mereka memfokuskan diri, dijawab berbeda oleh masing – masing aktor. Jawaban pertama akan peneliti jabarkan dari keyinforman Agus Kuncoro, yakni dimana dirinya tidak memiliki proses khusus selain meganalisa dan mendalami skrip yang dibebankan. Agus menjawab dengan singkat, yakni ia harus menganalisa karakter dalam skrip. Kesimpulan ini peneliti dapat dari kutipan: “saya harus tau dulu karakternya seperti apa.. tokohnya seperti apa. Harus menganalisa dulu. Terus kalau di skenarionya itu kan kenapa dia melakukan hal ini karena kultur atau budayaya misalnya seperti ini, lingkungan membuatnya seperti itu “76 Saat ditanya fase khusus sebelum memainkan suatu peran pun agus hanya menjawab harus mendalami skrip yang sesuai dengan juplak. “Kalau menurut saya kalau skrip yang bagus itu kan semua juplaknya sudah ada di situ”77 Berbeda dengan keyinforman Agus Kuncoro, peneliti mendapatkan jawaban yang cukup dalam pada wawancara dengan keyinforman Lukman Sardi. Menurut Lukman Sardi, tanpa mengetahui dengan detail karakter diri sendiri, sang aktor tidak akan dapat berubah menjadi orang lain. Lukman memastikan ia hafal karakter pribadinya secara detail, seperti ketika berbicara atau melakukan sesuatu. Hal itulah yang kemudian menjadi acuan Lukman dalam mentranformasikan diri menjadi orang lain, dimana tentunya ia akan menghindari karakter diri sebagai 76 77 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 85 seorang Lukman. Dengan memahami betul karakter diri sendiri, Lukman akan tahu perbedaan sikap maupun mimik yang harus dilakoni. Kesimpulan tersebut peneliti dapat dari kutipan Lukman yang dengan jelas memaparkan: “Yang pasti ini yang kadang-kadang suka kita lupa, kenapa kita bisa menjadi karakter orang lain. Karena apa, karena kita tau betul diri kita. Kalau kita enggak tau banget diri kita sampai ke detail-detailnya, kita enggak akan bisa memposisikan diri kita untuk karakter yang berbeda,”78 Lukman menambahkan, dirinya wajib hafal dengan detail karakter pribadinya agar ia dapat benar-benar mentranformasi diri menjadi orang lain. Pendapat tersebut peneliti dapat dari kutipan: “Jadi pertama tuh aku harus tau banget kebiasaan aku sedetail-detailnya, bahkan pada saat makan, kebiasaan aku pada saat ngumung, apa yang dilakuin oleh seorang Lukman, nah itu yang akhirnya menjadi acuan pada saat aku masuk kedalam karakter yang berbeda karena aku tau bedanya apa,”79 Pendapat keyinforman Lukman Sardi dengan jelas menggaris bawahi bahwa aktor selain mengerti karakter dan tokoh yang akan diperankan, penting baginya untuk paham akan karakter diri sendiri. Hal tersebut penting ketika ia harus berakting, maka sang aktor akan menghilangkan karakter yang benar-benar dirinya, dan mulai menciptakan tokoh yang dibebankan kepadanya. Jawaban yang paling unik disampaikan oleh aktor Ray Sahetapi, dimana dirinya memiliki istilah “mengambil roh” sebagai proses memfokuskan diri sebelum menjadi orang lain. Setelah riset mendalam mengenai latar belakang 78 79 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Sirih, Jakarta Barat Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Sirih, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 86 suatu tokoh, Ray Sahetapi memiliki istilah “mengambil roh” dalam mengubah diri menjadi orang lain. Ray menganggap roh atau jiwa adalah sesuatu yang harus “dipinjam” dari suatu tokoh. Konsentrasi ketika membayangkan wujud tokoh tersebut sangat penting. Saat konsentrasi didapat, barulah sang aktor akan dapat merasakan bagaimana menjadi tokoh tersebut. Bagaimana senyumnnya, tatapannya, hingga caranya berbicara. Setelah merasakan, maka aktor akan mulai masuk kedalam jiwanya dan dibantu oleh hasil data yang telah ia peroleh. Pemaparan tersebut peneliti dapat dari kutipan: “Banyak videonya, dokumenter atau video masa lalu dari seorang tokoh, maka dari situ kamu dapat mengambil apa yang disebut rohnya. Jiwa roh, badan dan tubuh adalah hal yang bersatu,”80 Saat diminta penjelasan terhadap bagaimana caranya Ray mengambil roh suatu tokoh, maka Ray pun menjawab: “Merasakan, membayangkan, kalau misalnya kamu berperan sebagai ibu negara bisa kamu bayangkan ibu negara itu terus kamu masuk ke dalam jiwanya dan dibantu oleh hasil dari data yang kamu peroleh tadi,”81 Dari kutipan Ray Sahetapi diatas dapat peneliti simpulkan bahwa yang disebut mengambil roh suatu tokoh adalah menjoba merasakan, dan membayangkan suatu peran sehingga masuk kedalam diri sang aktor. Tidak semerta – merta masuk, data yang akurat dan visualisasi yang kuat juga dibutuhkan bagi seorag aktor agar “roh” suatu peran dapat benar-benar dipinjam dari suatu tokoh. 80 81 Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 87 Tabel 4.2.4. Kebutuhan Aktor Akan Proses Psikis Nama Membutuhkan proses Keterangan secara psikis Ray Sahetapi Ya Meminjam roh Agus Kuncoro Tidak Menganalisa skrip Lukman Sardi Ya Menghafal karakter diri Dari pemaparan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa ada dua keyinforman yang memiliki proses psikis atau mental tersendiri sebelum memfokuskan diri menjadi orang lain. Proses psikis yang dimaksud peneliti adalah dimana keyinforman harus tahu terlebih dahulu konsep dirinya. Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman. Konsep diri adalah pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara sesorang mengolah informasi dan mengambil tindakan. Setelah mengetahui dengan jelas konsep dirinya seperti apa, maka kedua keyinforman yakni Ray Sahetapi dan Lukman Sardi akan lebih mudah medalami fase yang telah dipapaarkannya yakni fase pengambilan “roh” dan menghafal karakter diri. 4.2.6. Proses Netralisasi Diri Proses selanjutnya yang peneliti coba paparkan adalah bagaimana keyinforman sebagai seorang aktor dan individu biasa yang memiliki kehidupan lain dapat menetralkan diri. Netralisasi yang peneliti maksud disini adalah bagaimana aktor mengembalikan karakter dirinya. Jawaban ketiga keyinforman http://digilib.mercubuana.ac.id/ 88 secara umum yang telah peneliti simpulkan adlah mereka harus kembali ke dunia lain atau lingkungan lain selain dunia akting ataupun produksi film. Meskipun jawabann yang dipaparkan berbeda, peneliti dapat menyimpulkan bahwa ketiganya butuh kembali ke dunia lain sehingga akhirnya kembali ke diri mereka sendiri. Jawaban pertama yang paling jelas mengenai kebutuhan sang aktor akan dunia lain peneliti dapat dari keyinforman Agus Kuncoro. Agus Kuncoro menegaskan bahwa memiliki hobi sangat penting dalam proses netralisasi diri. Jawaban tersebut peneliti dapat dari kutipan: “Dunia lain dalam arti kata bahwa saya harus punya hobi. Hobi yang saya juga senang melakukannya. Pekerjaan saya kan saya sangat mencinati pekerjaan saya dan saya senang melakukannya, dan saya juga harus punya hobi yang saya senangi,”82 Aktor harus memiliki dunia lain dari apa yang biasa ia kerjakan. Disamping kecintaannya dengan profesi aktor, Agus sadar ia harus tetap memiliki hobi yang ia senangi. Hobi Agus salah satunya adalah bersepeda, ia memiliki sebuah klub sepeda balap. Aktivitasnya bersama klub kerap ia posting dalam akun instagram milik pribadinya. Dengan dunia sepeda itulah, Agus merasa dapat mensterilkan dirinya kembali. Menengok dan masuk ke dunia dimana Agus menjalaninya dengan kesenangan, berhasil membuatnya siap kembali ke suatu peran yang lain. Agus memaparkannya dalam kutipan: “Jadi kalau saya tuh punya klub sepeda, sepeda balap gitu. Dimana dunianya sangat berbeda dengan yang saya geluti kalau saya di dunia film. Terus ketika saya masuk ke dunia sepeda yakni dunia yang bertolak belakang, ya yang kami teretawakan juga hal yang lain. Itu yang saya 82 Wawancara ini dilakukan pada Jumat 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 89 katakan saya harus punya hobi, nah ya itu yang akan mensterilkan saya dari satu peran ke peran lain,”83 Dalam wawancara Agus juga sempat memaparkan bahwa jika ia terus menerus berkomunikasi dengan orang di sekitar dunia film, akan sulit baginya mensteriliasi diri, sebagaimana istilah yang ia ucapkan. Kebutuhan akan kembali ke dunia lain juga diungkapkan oleh keyinforman oleh keyinforman Lukman Sardi. Meski mengaku awalnya sulit, karena sebagai seorang aktor, dibutuhkan kejujuran dalam menanamkan suatu peran, maka untuk melepaskannya juga dibutuhkan suatu proses. Pendapat Lukman yang menyampaikan hal tersebut peneliti dapat dari kutipan: “Diawal awal cukup sulit gitu, karna yang tadi aku bilang, kita menjadi orang yang jujur terhadap yang kita lakuin bukan yang pura pura. Pada saat kita harus melepaskannya pun butuh proses banyak hal yang harus dilakuin. “84 Bedanya Lukman memilih untuk berkumpul dengan keluarga untuk mencapai apa yang ia sebut dengan istilah “getting back to the ground”. Berkumpul dengan anaklah yang dianggap Lukman paling ampuh dalam merefresh diri. “gitu jadi getting back to the ground lagi gitu kan tinggal kita liat situasinnya aja gitu. Tapi sebeneranya semenjak aku punya anak itu hal yang paling mudah, karena begitu aku liat anak anakku, im getting back, 83 Wawancara ini dilakukan pada Jumat 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat 84 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 90 langsung diposisi yang sebenarnya. Langsung aja main aja sama anak anak aku.”85 Dari pendapat kedua keyinforman tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa aktor harus memiliki dunia lain dimana ia dapat menjadi dirinya sendiri. Seperti memiliki hobi maupun berkumpul dengan keluarga. Namun, jawaban yang sedikit berbeda peneliti dapatkan dari keyinforman Ray Sahetapi. Ray Sahetapi lebih memilih kembali ke alam; berenang, ke pantai ataupun kepegunungan. Cara itu dianggapnya ampuh untuk dapat menetralkan diri. Sekembalinya dari alam, Ray merasa siap untuk memfokuskan diri menjadi karakter baru lagi. Kesimpulan tersebut peneliti dapat dari kutipan: “Menghilangkannya banyak cara mengihilangkannya dengan memasuki alam, berenang atau pun kelaut.”86 Proses netralisasi diri memang ahrus didalami oleh sang aktor dengan baik, dimana peneliti aktor harus menerapkan emosi yang berbeda dimanapun dirinya berada. “Setiap situasi atau momen itu beda emosinya. Itulah yang harus dilatih sama para aktor. Caranya adalah dimana tanah dipijak, disitu langit dijunjung. Sehingga ketikaor tubuhnya berada disuatu tempat, karakternya juga harus didalami.”87 Dapat peneliti simpulkan dari pendapat Ray Sahetapi yakni sang aktor haruslah melatih kemampuan beradaptasi dirinya. Sesuai dengan pepatah dimana tanah dipijak disitu langit dijunjung. Dengan kepandaian beradaptasi tersebut, aktor akan mudah bersikap atau berkarakter sesuai dengan posisi dimana dia 85 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015, di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat 87 Wawancara ini dilakukan pada 28 Agustus 2015, di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat 86 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 91 berada. Hal tersebut tentunya yang akan meminimalisir bercampurnya karakter dalam film dan karakter pribadi. Gambar 4.2.4. Netralisasi Diri Aktor 4.2.7 “Melepaskan” Suatu Karakter Tokoh dari Dalam Diri Seperti yang telah dipaparkan Lukman Sardi sebelumnya, bahwa seorang aktor tulus dan jujur dalam merubah diri dan masuk ke dalam suatu peran. Maka untuk melepaskannya perlu proses pula. Dalam bagian ini peneliti akan memaparkan terkait pelepasan suatu karakter dari dalam diri. Apakah cukup sulit atau mudah bagi setiap keyinforman. Awalnya proses ini sulit bagi seorang Lukman Sardi, dimana ia terkadang masih terbawa peran karena dalam mendalami sebuah peran, dibutuhkan konsentrasi yang penuh. Saat ditanyakan apakah dirinya pernah terbawa dengan suatu peran, Lukman Sardi pun menjawab: “ya pasti sih kalau menurut aku kebawa untuk beberapa saat. Karena kan enggak mungkin kan kita lagi jalanin proses syuting sebulan, dengan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 92 konsentrasi yang full. Untuk melepaskannya itu kan juga butuh waktu untuk kembali ke situasi yang sebelumnya,”88 Lukman Sardi memaparkan, untuk mengembalikan diri menjadi karakter pribadi ia harus melakukan hal yang berlawanan dengan apa yang ia dalami sebelumnya. Contohnya ketika saat mendalami peran ia dituntut untuk tidak bertemu banyak orang, maka untuk kembali ke diri sendir Lukman memaksa dirinya untuk bertemu dengan orang banyak. Intinya harus melakukan sesuatu yang berlawanan dengan apa yang telah didalami dalam suatu peran. Kutipan Lukman terkait hal tersebut adalah: “pada saat kita harus melepaskannya pun butuh proses banyak halk yang harus dilakuin kayak yang tadi aku bilang, kayak misalnya sebelumnnya jadi orang yang pendiem gak ketemu banyak orang ya untuk balikinya lu mungkin sering ketemu temen temenlu, kasarnya.. gitu”89 Berbeda dengan keyinforman Agus Kuncoro yang menegaskan apabila seorang aktor tetap berkumpul dengan sineas maupun pelakon industri film lainnya, suatu karakter akan sulit dilepaskan. Maka Agus harus kembali masuk ke dunia lain seperti apa yang telah ia jelaskan di awal. Melalui cara tersebut, Agus membuktikan dirinya dapat memilah karakter antara dalam peran dan dirinya pribadi. Pernyataan tersebut peneliti dapat dari kutipan: “kalau saya terus berkumpul dengan orang-orang film, tentu akan lama, akan sulit suatu karakter tersebut lepas dari diri saya,”90 88 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat 90 Wawancara ini dilakukan pada 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat 89 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 93 Keyinforman Agus Kuncoro juga mengaku awalnya sulit, melepaskan suatu karakter dari dalam dirinya. Namun seiring dengan lamanya ia terjun kedalam dunia seni peran, ia mulai terbiasa. Jam terbang di dunia seni peran sangat mempengaruhi proses menghilangkan karakter dari dalam diri sang aktor. “kalau dulu mungkin iya, saya masih suka terbawa dengan apa yang saya perankan, saya masih suka terbawa, kerumah pun masih terbawa sometimes. Kalau sekarang sih enggak, saya udah bisa memilah itu semua, saya kan didunia film sudah lama sekali. Mungkin sekitar 7 atau 8 tahun belakangan saya sudah bisa.”91 Disimpulkan dari pendapat keyinforman Ray Sahetapi, bahwa proses melepaskan suatu karakter dari dalam diri bergantung dari berapa lama sang aktor “bergumul” dengan peran yang dimainkan. Semakin lama sang aktor fokus dan total masuk kedalam peran tersebut, semakin lama juga suatu arakter “tertinggal” di dalam dirinya. Pendapat tersebut peneliti peroleh dari kutipan: “tergantung proses menuju keaktoran itu, peran yang aku mainkan tergantung waktu lamanya aku memainkan. Kalau aku menggumulinya tiga bulan tentu aku akan lama menghilangkannya, kalau hanya seminggu kan enggak. Aku udah bisa hilangkan karena aku udah lebih kuat dari tokoh itu,”92 Ray Sahetapi menambahkan, sebagai seorang aktor dirinya harus menguasai suatu tokoh, bukan tokoh yang menguasai karakternya. Tokoh dalam film serta karakter dalam diri harus seimbang agar dapat terlepas dari suatu peran. Cara menyeimbangkannya adalah dengan banyak meumbuhkan kreatifitas dalam seni peran. 91 92 Wawancara ini dilakukan pada 13 November 2015, di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat Wawancara ini dilakukan apda 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 94 “aku yang harus menguasai tokoh itu, bukan tokoh itu yang menguasai aku. Nah bagusnya ya ada keseimbangan. Tokoh itu kekuatannya seimbang dengan kekuatan kita. Harus ada kreatifitas disitu,”93 Peneliti menyimpulkan arti kreatifitas dalam pendapat Ray tersebut adalah dimana sang aktor harus mendalami apa apa yang terkait seni peran, tidak semerta merta mengubah dirinya menjadi suatu karakter tokoh. Hal tersebut akan berimbas pada akan lebih kuatnya tokoh dalam peran dengan karakter pribadi sang aktor. Tabel 4.2.5. Komunikasi dengan Orang Lain dalam Upaya Pelepasan Karakter Nama Membutuhkan Komunikasi Keterangan dengan Orang Lain Menumbuhkan Ray Sahetapi Tidak Kreatifitas sebagai seorang aktor. Menghindari berkumpul Agus Kuncoro Ya dengan lingkungan produksi film. Lukman Sardi Tidak Melakukan hal yang berlawanan dari saat penanaman karakter Dari pemaparan diatas secara keseluruhan peneliti dapat menyimpulkan bahwa kedua keyinforman yakni Agus Kuncoro dan Lukman Sardi terkadang butuh untuk berkomunnikasi dengan lingkungan lain diluar produksi film untuk melepaskan suatu karakter dari dalam dirinya. Namun hal yang berbeda peneliti 93 Wawancara ini dilakukan apda 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 95 temui dari keyinforman Ray Sahetapi dimana ia tidak mbutuhkan komunikasi dengan orang lain untuk melepaskan suatu karakter karena Ray sudah mengerti takaran dirinya dalam menguasai suatu karakter. 4.2.8 Konstruksi Diri Aktor 1. Relasi dengan orang lain (Komunikasi Antar Persona) Key informan yang peneliti pilih dalam penelitian ini, telah memainkan lebih dari 15 judul film tentu mereka sudah mentransfromasi menjadi belasan karakter yang berbeda. Saat diwawancara tentang adakah, perubahan komunikasi antar persona yang dibangun tiga aktor ini memberikan jawaban yang sama. Yakni, tidak ada yang berubah dalam komunikasi sosial mereka. Pada bagian ini peneliti juga menambahkan klarifikasi dari seorang casting director yang telah berkecimpung di dunia film selama belasan tahun, yakni Yuya Mukyasih atau akrab disapa Yuya ER. Tugas casting dirrector di antaranya adlaah mencari pemain sesuai dengan karakter yang dituntut dalam skenario dan yang diinginkan sutradara. Kemudian casting director akan memaparkan sinopsis cerita, dan tugas paling utamanya adalah menyusun jadwal setiap permain. Mengatur jadwal para pemain diakui Yuya sebagai suatu yang krusial, maka dalam proses tersebut tentu ia akan sering bertemu dengan para aktor yang menjadi keyinforman peneliti. Aktor Ray Sahetapi memaparkan semuanya berjalan apa adanya, mengalir saja. Perspektif orang lain mengenai karakter dirinya yang lekat dengan karakter antagonis tetap tidak mempengaruhi komunikasinya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 96 Pendapat tersebut peneliti peroleh dari kutipan: “ya gimana ya..sebenarnya orang lain yang melihat kita lain. Berbeda dengan yang dilihat di TV.. namun dari akunya sih biasa saja,”94 Peneliti juga mewawancarai seorang casting director untuk mengklarifiikasi bagaimanakah sosok para keyinforman peneliti dalam kehidupan sehari-hari. Dalam wawancara dengan casting director Yuya ER pula, Yuya menjelaskan bahwa Ray sebagai aktor yang profesional, disiplin, serta cepat mencerna naskah, Ray merupakan pribadi yang ramah dan penuh wibawa. Yuya juga menceritakan kebiasaan Ray mengucapkan “Salam Nusantara” dan menurut Yuya terkadang Ray pun gemar bercanda disetiap kesempatan. Pendapat tearsebut peneliti dapat dari kutipan: “ Ketemu dia tuh.. orangnya kocak, lucu.. tapi dia ramah, dan selalu menyebutkan salam nusantara. Selalu begitu. Kalau aktor kan harus selalu bisa memainkan semua karakteer. Tapi mukanya emang judes, kan.. keliatannya Tapi aslinya enggak,”95 Komunikasi sosial yang berjalan apa adanya juga terjadi di kehidupan Agus Kuncoro. Dimana ia dengan orang-orang terdekatnya dapat menjadi dirinya sendiri. Agus menegaskan bahwa kehidupan sosialnya jauh lebih baik, dimana ia lebih pandai menempatkan diri dalam setiap situasi. Pendapat tersebut peneliti peroleh dari kutipan: “Malah jauh lebih baik. Kalau dulu saya enggak akan peduli.. kalau sekarang saya akan lebih berempati karena saya akan mencoba memahami,”96 94 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2018 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember di Indomaret Point, Kemang, Jakarta Selatan 96 Wawancara ini dilakukan pad ajUmat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat 95 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 97 Dalam wawancara Agus juga mengungkapkan bahwa ia kini mencoba menjadi pribadi yang baik kepada siapapun dan dimanapun. Pribadi seperti itulah yang senada dinyatakan oleh Yuya Mulyasih yang sempat menjadi manajer beliau. Yuya menyatakan Agus adalah sosok yang baik dan religius. Hal tersebut peneliti peroleh dari kutipan Yuya: “dia orangnya professional dan satu, taat beribadah.. dimanapun dia syuting dia harus berenti dulu ketika mendengarkan suara azan berkumandang, walaupun yang direct suttradara besar kek, kalau waktunya solat dia harus solat. Secara sosial dia orangnya baik banget sama setiap oranga tau kru, dia baik abnget dan dia gak pelit,”97 Pandai menempatkan diri atau adaptasi pula, yang ditekankan Lukman Sardi sebagai sesuatu yang wajib dimiliki seorang aktor. Pasalnya, setelah menjadi aktor ia pun merasa lebih mampu menempatkan diri dalam lingkungan. Meskipun mengaku sikapnya biasa saja saat berinteraksi dengan lingkungan, sebagai individu Lukman mengaku lebih mudah beradaptasi. Kutipan Lukman terkait hal tersebut adalah: “Yaaa. Aku biasannya hanya sekedar, hai, hallo atau sekedar ngulurin tangan, tapi abis itu memang aku berusaha untuk mengamati dulu, ngeliat.. terus beradaptasi, kan salah satu salah sat hal yang harus dipupuk dari seorang aktor adalah kemampuan beradaptasi.karna kalau dia gak beradaptasi dengan cepat sulit dia untuk beradsaptasi dengan sesuatu ini, sesuatu itu”98 Sikap Lukman yang ramah, ceria dan pandai menempatkan diri juga diklarifikasi oleh tanggapann Yuya Mulyasih, berikut kutipannya: “Lukman Sardi itu hampir setara dengan Slamet Raharjo, akting sudah pasti oke. Tapi Lukman Sardi itu orangnya lebih ceria, ketika kita lewat 97 98 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember di Indomaret Point, Kemang, Jakarta Selatan Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC PICtures, Kebun Jeruk, Jakarta Barat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 98 dia kenal, dia pasti akan manggil. Dia pernah manggil saya dari jarak yang jauh. Sekarang dia sudah harus jd sutradara, sudah waktunya. Dia lebih ceria oranngnya dibandin Ray dan Agus. Jarang marah... dia orangnya jarang marah,”99 Tabel 4.2.6. Perubahan Komunikasi Setelah Memainkan Berbagai Karakter Apakah ada perubahan Nama saat berkomunikasi dengan orang lain? Apakah komunikasi jauh lebih baik? Ray Sahetapi Tidak Biasa saja Agus Kuncoro Tidak Ya (lebih berempati) Lukman Sardi Tidak Ya (lebih beradaptasi) Dari pemaparan di atas peneliti dapat meyimpulkan bahwa secara komunikasi antarpersona, yakni komunikasi dengan orang lain tidak ada perubahan yang dialami oleh ketiga keyinforman sebagai seorang aktor. Namun pada kedua keyinforman yakni Agus Kuncoro dan Lukman Sardi, mereka menemukan komunikasi sosial yang jauh lebih baik dimana mereka lebih dapat berempati dan beradaptasi. 2. Perubahan Karakter Dalam Diri Kali ini akan dipaparkan sebagai klimaks, apakah ada perubahan karakter dalam diri keyinforman setelah memainkan berbagai karakter. Perubahan karakter yang signifikan, mungkin tidak terdapat dalam diri ketiga keyinforman selaku aktor tersebut. Namun peneliti menemukan bahwa perubahan karakter diri 99 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di Indomaret Point, Kemang, Jakarta Selatan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 99 menjadi lebih baik terjadi pada dua informan yakni Agus Kuncoro dan Lukman Sardi. Seperti yang diungkapkan Lukman Sardi kepada peneliti, bahwa seseorang tidak akan pernah berubah. Lukman menyatakan tidak ada yang tottally different dalam dirinya karena seseorang akan tetap menjadi dirinya sendiri. Namun selama menjadi aktor Lukman banyak memetik pelajaran dari setiap karakter yang ia mainkan. Kutipan Lukman yang mendukung kesimpulan tersebut adalah: “Oh. Banyak banget, maksudnya bukan berubah dalam arti totally different karena buat aku kita akan selalu menjadi diri kita, gitu. “100 Proses yang disebutnya mengadopsi sifat inilah yang banyak mengajarkan Lukman untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Lukman dengan antusias mengungkapkan pada kutipan: “Setiap film menurutku punya prosesnya sendiri yang membuat aku juga belajar tentang hidup! Not only for being proffesional actor, tapi sebagai pribadi aku juga belajar tentang hidup. Itu yang aku rasakan,” 101 Perubahan pribadi yang lebih baik juga dirasakan oleh Agus Kuncoro dimana ia merasa lebih harus berempati kepada orang lain. Agus memaparkan dalam berempati, ia mencoba selalu memahami orang lain meski diakuinya hal tersebut mustahil. Kutipan yang mendukung pendapat Agus tersebut adalah: “semakin kamu mencoba memahami banyak orang, kamu akan semakin bodoh, kamu enggak akan pernah berhenti untuk memahami orang karena segalanya begitu luas,” 102 100 Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat Wawancara ini dilakukan pada Senin, 21 Desember 2015 di MNC Pictures, Kebon Jeruk, Jakarta Barat 102 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat 101 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 100 Agus berpendapat bahwa ia lebih berempati kepada orang lain, berbeda dari pribadi sebelumnya dimana ia tidak perduli terhadap apa yang dirasakan orang lain. Agus mengatakan ia akan selalu berfikir sebelum bertindak, berfikir bagaimana rasanya jika ia berada di setiap posisi orang yang ia temui. Agus mengaku kehidupan sosialnya kini berubah jauh lebih baik. Hal tersebut juga peneliti dapat dari kutipan saat ditanyai apakah ada perubahan secara sikap dan perilakunya: “lebih mudah berempati ke orang, saya lebih menempatkan diri. Kalau dulu kan saya lebih enggak akan peduli. Tapi sekarang tuh saya akan lebih berempati karena saya mencoba memahami,”103 Jawaban dari kedua keyinforman tersebut semakin meyakinkan peneliti bahawa perubahan pribadi menjadi lebih baik terjadi pada aktor. Dimana aktor akan mencoba berempati ketika suatu ketika ia dituntut untuk menjalankan situasi dan kondisi orang lain. Dimana ketika sang aktor akan mengadopsi dan memtik setiap pelajaran hidup dari setiap cerita yang ia mainkan. Ray Sahetapi memperkuat kesimpulan bahwa karakter sang Aktor tidak akan berubah meski telah memainkan banyak peran. Menurutnya, setiap orang memiliki banyak karakter. Ketika sang aktor dituntut untuk memainkan sebuah peran, aktor akan “memilih” sifat atau karakter yang ada dalam dirinya. Kutipan yang memperkuat pendapat tersebut adalah: “Kalau aku memainkan karakter jahatpun, jiwa jahatku akan aku keluarkan semua, yang baik aku tinggalkan untuk kehidupan sehari-hariku lagi nantinya.,”104 103 104 Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 13 November 2015 di Rumah Kucing, Cirendeu, Ciputat Wawancara ini dilakukan pada Jumat, 28 Agustus 2015 di Hotel Kosenda, Tanah Abang, Jakarta Pusat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 101 Tabel 4.2.7. Perubahan Karakter Diri Apakah ada perubahan Nama secara total dalam Keterangan karakter diri? Ray Sahetapi Tidak Tidak Agus Kuncoro Ya Jauh lebih berempati Lukman Sardi Ya Mengadopsi setiap sifat baik dalam suatu peran Dalam hasil penelitian terakhir ini peneliti dapat menyimpulkan bahwa, secara signifikan atau total, tidak ada sama sekali perubahan yang dialami oleh keyinforman selaku aktor. Seperti yang diungkapkan Lukman Sardi, bahwa pada dasarnya seseorang tidak akan berubah. Ray Sahetapi memperkuat tanggapan tersebut dengan menyatakan bahwa seseorang dapat memilih sifatnya sendiri maka dia tidak akan semerta-merta berubah. Namun yang unik adalah, ketika setiap karakter yang telah dimainkan membuat pribadi sang aktor menjadi lebih baik, seperti apa yang telah dipaparkan keyinforman Agus Kuncoro dan Lukman Sardi. Agus Kuncoro mengaku beruabh dari karakternya yang tidak perduli terhadap situasi orang lain, menjadi lebih mencoba memahami dan menempatkan diri di posisi orang lain. Sedangkan Lukman Sardi mengaku akan mengadopsi nilai-nilai baik dari setiap kehidupan dari setiap karakter yang dimainkan, agar pribadinya menjadi lebih baik. 4.3 Pembahasan Pada bagian ini peneliti akan memaparkan beberapa poin. Yaitu keterkitan antara motif & makna dalam memilih menjadi aktor sebagai pilihan hidup. Hal http://digilib.mercubuana.ac.id/ 102 selanjutnya adalah proses tranformasi diri menjadi orang lain hingga netralisasi diri kembali. Penjabaran itu akhirnya membawa peneliti pada temuan baru yakni realita kehidupan sosial aktor film. 4.3.1. Keterkaitan Antara Motif, Makna dan Pilihan Menjadi Aktor sebagai pilihan hidup. Terdapat keterkaitan antara motif menjadi seorang aktor dan makna terhadap definisi aktor sendiri dalam penelitian ini. Peneliti telah jabarkan dalam bagan seperti berikut: Gambar 4.3.1. Keterkaitan motif, makna dalam memilih aktor sebagai pilihan hidup http://digilib.mercubuana.ac.id/ 103 Berdasarkan model komunikasi di atas yang peneliti temukan dari penelitian ini terhadap tiga keyinforman sebagai aktor dijabarkan sebagi berikut: 1. Passion ataupun gairah adalah apa yang menjadikandua dari tiga keyinforman memilih berprofesi menjadi seorang aktor. Para keyinforman menemukan kenikmatan dalam setiap proses menjadi orang lain. Semangat itulah yang membuat ketiganya profesional dan total dalam melakoni karir di dunia seni peran. Pada kedua keyinforman yakni Agus Kuncoro dan Lukman Sardi, dimana motif mereka adalah passion, mereka cenderung mendefinisikan aktor sebagai pekerjaan, belum ada makna lain yang diberikan untuk kata lain. Meski dalam tambahan, Lukman menyatakan bahwa aktor bukan hanya seorang pemain namun juga seorang pencipta. 2. Temuan yang unik peneliti temukan pada keyinforman ray Sahetapi, dimana peneliti menemukan bahwa Ray sebagai aktor yang telah berkarir selama 36 tahun ini memiliki definisi lain atas aktor, yakni Ray Sahetapi menemukan kebebasan dalam menjadi seorang aktor. Jam terbang dan pengalaman menjadi acuan atas seseorang melakoni pekerjaannya bukan hanya bentuk rutinitas mencari materi saja, namun memiliki rasa dan makna yang merasuk ke jiwa. Hal tersebutlah yang ada pada Ray Sahetapi. 3. Apapun motifnya seperti yang telah dijabarkan diatas, para keyinforman dapat peneliti prediksi bahwa akan menjadi seorang aktor film dalam hidupnya, hal tersebut peneliti dapatkan berdasarkan observasi dimana ketiga keyinforman diketahui belum memiliki pekerjaan atau bisnis lain diluar dunia perfilman secara total. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 104 4. Terdapat proses yang berbeda terhadap masing masing keyinforman sebelum menjadi seorang aktor hingga sekarang, mulai dari awal pendidikan seni lukis pada keyinforman Agus Kuncoro, bermain film dari kecil pada keyinforman Lukman Sardi, ataupun membekali diri di dunia seni teater pada keyinforman Ray Sahetapi. Bagaimanapun prosesnya mereka tetap profesional dalam menjadi seorang aktor, hal ini terbukti dari pengamatan peneliti sendiri dan klarifikasi oleh keyinforman tambahan yakni casting Director Yuya Mulyasih yang menngkatagorikan ketiganya sebagai akor profesional. 4.3.2. Konstruksi Konsep Diri dan Komunikasi Interpersonal Aktor Film Manusia tidak hanya menanggapi atau membuat presepsi tentang dirinya sendiri. Setiap manusia menjadi subjek dan objek sekaligus. Hal ini bisa terjadi karena kita membayangkan diri kita sebagai orang lain di (di dalam benak kita). Menurut Charles H. Cooley, gejala ini disebut sebagai looking glasss self. Disini kita seolah-olah menaruh cermin di depan kita; melalui cermin itu kita mengamati diri kita, kemudian kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kemudian kita membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain dan kita pun membayangkan bagaimana orang lain menilai kita. Dengan mengamati diri kita, kita akan memiliki gambaran dan penilaian tentang diri kita, inilah yang disebut konsep diri. 105 Konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Umumnya konsep dii akan dipengaruhi oleh orang yang memiliki hubungan emosional, yakni keluarga. 105 Mutmainah, Siti., dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Hal 5.11 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 105 Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, seseorang akan semakin berkembang dalam pembentukan konsep dirinya dan komunikasinya dengan orang lain akan lebih luas. Akhirnya, lingkungan, teman, kelompok dan organisasi turut mempengaruhi konsep diri seseorang. Lingkungan dan teman akan mempengaruhi pola berfikir dan pengambilan keputusan. Kelompok dan organiasis sebagai media diskusi dan bertukar fikiran akan membuat seseorang sadar bagaimana posisinya di suatu ruang lingkup masyarakat. Pola asuh orang tua menjadi sesuatu yang paling krusial dalam pembentukan konsep diri, bagaimana individu memandang konsep dirinya adalah tergantung bagaimana cara orang tua mendidik individu tersebut. Sementara itu, lingkungan tidak kalah berpengaruhnya pada konsep diri seseorang dimana lingkungan akan memberi kritik internal kepada seseorang. Manusia merupakan makhluk sosial, penilaian maupun kritik yang diberikan lingkungan kepadanya akan berpengaruh kepada caranya memandang diri. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa faktor pembentuk konsep diri tidak hanya keluarga, teman, kelompok, dan organisasi. Peneliti menemukan bahwa ada faktor lain selain pola asuh orang tua, lingkungan, teman, kelompok dan organisasi. Peneliti menemukan bahwa empati juga turut menjadi faktor pembentuk konsep diri sang aktor sebagai keyinforman. Sebelum memainkan sebuah peran dalam skenario, aktor akan menganalisa skrip dan menganalisa karakter yang akan dia mainkan. Setelah itu aktor akan “meminjam roh” yakni memindahkan gerak tubuh, perilaku serta kebiasaan seorang tokoh kedalam dirinya. Lebih jauh, aktor harus memiliki http://digilib.mercubuana.ac.id/ 106 empati, yakni berusaha merasakan apa yang karakter tersebut rasakan untuk mendapatkan “rasa” yang sama. Ketika mimik dan gerak tubuh masih dapat di atur sedemikian rupa, namun sinar mata tidak akan dapat dibohongi. Aktor harus benar-benar merasakan apa yang dirasakan tokoh tersebut hingga akhirnya dapat total mentransformasi diri menjadi tokoh tersebut. Tidak hanya di dunia seni peran, aktor juga menemukan dirinya lebih berempati setelah dibebankan berbagai peran dalam kehidupan sehari-harinya. Aktor lebih peka dalam membayangkan bagaimana jika dirinya berada di posisi dan kehidupan seseorang. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa, empati menjadi salah satu penentu bagaimana seseorang memangdang dirinya. Gambar 4.3.2. Konsep Diri Aktor http://digilib.mercubuana.ac.id/ 107 Empati adalah suatu keadaan dimana seseorang memposisikan menjadi orang lain. Keyinforman juga menggaris bawahi bahwa rasa empati merupakan hal wajib yang harus dimiliki seseorang sebagai akor. Empati itulah yang akan membawa aktor dapat dengan mudah beradaptasi dengan lingkungan. Empati itu pulalah yang membawa aktor kedalam suatu rasa. Sehingga dalam setiap perannya aktor tidak hanya “menjadi” namun juga “merasa”. Selama menjadi pelaku seni peran, dan jika dibandingkan sebelum menjadi aktor para keyinforman mengaku menjadi lebih berempati dengan lingkungannya. Keyinforman sebagai aktor akan lebih memikirkan bagaimana jika dirinya menjadi orang lain. Keyinforman akan dapat mengadopsi nilai – nilai positif dalam setiap cerita yang dilakoninya. Hal – hal tersebut tentu dapat dilakukan dengan adanya empati. Dengan memiliki empati, tentu konsep diri akan berubah tergantung sebesar apa empati yang dimiliki oleh seseorang. Bagi komunikasi intrapersonal, konsep diri sangatlah penting. Seseorang akan bertingkah laku sesuai konsep dirinya. Kecenderungan untuk berperilaku sesuai konsep dirinya disebut self-fulfilling prophecy.106 Dengan kepemilikan empati yang kuat, tentu seseorang akan lebih berhati-hati dalam berkomunikasi dengan orang lain. Semakin pandai seseorang membayangkan dirinya berada di posisi orang lain, tentu akan semakin baik suatu komunikasi yang berlangsung. Semakin seseorang sadar akan konsep dirinya, maka komunikasi intrapersonalnya akan semakin membaik. Dengan adanya empati pula, seseorang akan jauh lebih memahami orang lain sebagai lawan bicaranya ketika 106 Ibid http://digilib.mercubuana.ac.id/ 108 berkomunikasi. Seseorang tidak semerta – merta menerima begitu saja pesan (messages) yang diterima dari komunikator, namun terlebih dulu membayangkan dirinya jika berada di posisi orang tersebut. Hal tersebutlah yang akan meminimalisir miss understanding atau kesalah pahaman dalam komunikasi yang terjalin. Kesadaran diri atau self awareness erat kaitannya dengan pemahaman konsep diri seseorang dengan konsep dirinya. Self awareness secara sadar maupun tidak sadar, akan memberikan seseorang informasi mengenai siapa dirinya dan apa yang ia inginkan. Self awareness juga turut mendukung komunikasi efektif dimana seseorang pada saat berkomunikasi dengan orang lain, dituntut untuk membuka diri dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang dirinya. Joseph Luft dan Harry Ingham mengungkapkan tingkat keterbukaan (self disclosure, penyingkapan diri) dan tingkat kesadaran mengenai diri sendiri dengan model Johari Window. Menurut Luft dan Ingham, manusia terdiri dari empat bagian yang mewakili bagian diri (self) nya yang berbeda-beda. Gambar 4.3.3. Johari Window KNOWN TO OTHETS (PUBLIC) NOTKNOWN TO OTHETS (PUBLIC) KNOWN TO SELF NOT KNOWN TO SELF OPEN SELF BLIND SELF HIDDEN SELF UNKNOWN SELF http://digilib.mercubuana.ac.id/ 109 Dengan model ini ditekankan bahwa, jendela yang satu tidak berpisah dengan jendela lainnya. Pembesaran pada satu jendela akan embuat jendela yang lain lebih kecil. 5 Open Self Bagian ini menyajikan informasi, perilaku, sifat, perasaan, keinginan, motif dan ide yang diketahui oleh diri kita sendiri dan orang lain. 6 Blind Self Bagian ini menyajikan hal-hal tentang diri kita yang diketahui oleh orang lain namun tidak diketahui oleh diri kita sendiri. 7 Hidden Self Bagian ini berisi tentang hal-hal yang kita ketahui dari dalam diri kita sendiri dan tidak diketahui oleh orang lain. 8 Unknown Self Bagian ini merupakan aspek dari diri kita yang tidak diketahui oleh kita sendiri dan orang lain. Kesadaran diri atau self awareness tersebut juga erat kaitannya dengan apa yang disebut dengan life position. Life position merupakan keadan ketika seseorang sedang berinteraksi dengan orang lain. Ada empat tipe life position yakni: 1. I’m OK, You’re OK Kondisi ini adalah kondisi yang paling ideal dimana individu dalam posisi ini memandang dirinya setara dengan indidu yang lain. Hubungan dengan orang lain diciptakan sejajar, sportif, dan saling empati. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 110 2. I’m Not OK, You’re OK Kondisi ini adalah dimana seorang individu merasa dirinya tidak cukup dapat berkompetisi sehingga menggap diri orang lain selalu yang lebih baik. 3. I’m OK, You’re Not OK Individu dalam posisi ini selalu menempatkan dirinya dalam posisi yang baik dan seringkali tidak menghargai orang lain. 4. I’m Not OK, You’re Not OK Dalam posisi ini individu memandang dirinya dan orang lain sama buruknya, dan tidak bersikap sportif baik dengan dirinya maupun diri orang lain. 107 Berdasarkan empat jenis life position tersebut, peneliti berdasarkan penelitian Realitas Kehidupan Sosial Aktor Film menemukan hal baru. Individu sebagai seorang aktor, umumnya menempatkan diri pada posisi life position pertama, yakni I’m OK, You’re OK. Seperti telah dijelaskan pada pemaparan doatas, posisi ini adalah posisi diri yang paling ideal. Pada posisi ini setiap lawan bicara akan ditempatkan sejajar dengan dirinya. Komunikasi akan berlangsung efektif, dimana aktor sebagai komunikator akan berusaha menempatkan dirinya sebagai orang lain dengan rasa empati. Sebelum mengungkapkan pesan secara verbal atau non verbal, aktor dalam kehidupan sosialnya akan memilih bersikap sesuai dengan apa yang sebaiknya ia lakukan bila berada di posisi orang tersebut. Dalam menangkap pesan dari 107 Ibid, 5.15 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 111 komunikanpun, aktor tidak akan begitu saja menerima namun lebih mencerna dan memaklumi posisi orang tersebut berdasarkan rasa empati yang dimiliki. 4.3.3. Realitas kehidupan sosial aktor film Bukan suatu hal yang mudah dan sederhana untuk orang agar menjadi seorang aktor, seperti yang dipaparkan Lukman Sardi. Butuh dispilin, totalitas, kemampuan adapatasi hingga empati yang tinggi. Disiplin bagi seorang aktor ada pada proses penggalian data dan fakta yangdibutuhkan mengenai suatu peristiwa, sosok hingga suatu lokasi kejadian. Totalitas dalam diri seorang aktor akan dilihat dari bagaimana ia memfokuskan diri, membersihkan diri dan “meminjam roh” suatu sosok seperti apa yang diungkapkan Ray Sahetapi. Passion ataupun semangat belum tentu cukup. Istilah “mata adalah jendela” tampaknya krusial bagi seorang aktor. Ketika mimik dan gerak tubuh masih dapat di buat-buat, sinar mata tidak akan dapat membohongi. Seperti itulah yang diungkapkan Lukman Sardi sehingga baginya sang aktor haruslah memiliki kemampuan empati yang tinggi, dimana ia juga harus merasakan apa yang dirasakan oleh suatu tokoh. Bukan hanya berpura-pura merasakan, tapi mereka juga harus benar-benar mencoba hidup menjadi sosok tersebut. Apapun yang dilakukan seorang aktor dalam film, adalah bukan pura-pura, itulah yang ditegaskan oleh Lukman Sardi, mereka akan total mentranformasi diri menjadi orang lain. Maka ketika mereka harus menetralisir diri kembali, itu bukanlah suatu yang begitu saja dengan mudah dapat dilakukan. Butuh masuk ke dunia lain dan waktu yang cukup agar mereka dapat me-refresh diri kembali. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 112 Untuk suatu kebutuhan, mereka juga butuh untuk melakukan sesuatu yang berlawanan dari apa yang mereka lakukan atas nama empati tadi. Meskipun awalnya Agus Kuncoro dan Lukman Sardi tidak terfikirkan untuk menjadi seorang aktor, ketika mereka terjun secara total dalam dunia peran mereka justru menemukan kenikmatan. Hal tersebut yang membuat mereka bangga, dan memutuskan akan terus menjadi seorang aktor yang profesional dan total. Ray Sahetapi lebih memilih bahwa yang bersifat adiktif dari menjadi seorang aktor adalah adanya kebebasan, dimana aktor haruslah bebas dan tidak terikat terhadap apapun jika ia ingin mentransformasi diri menjadi orang lain. Meski menjadi aktor sama dengan kebebasan, bagi Ray haruslah ada tanggung jawab yang dipikul oleh seorang aktor. Peribahasa “di mana tanah dipijak di situ langit dijunjung,” menjadi sesuatu yang dipegang teguh oleh Ray. Dimanapun sang aktor berada ia harus pandai bersikap, berperilaku dan menempatkan diri. Kemampuan beradaptasi yang kuat itulah yang menjadkan pada interaksi sosialnya, para aktor menemukan dirinya menjadi lebih baik baik dalam pembawaan diri maupun berkomunikasi. “Everybody never change, they just getting better,” nampaknya kalimat Lukman Sardi cocok untuk menggambarkan para aktor yang mendapati dirinya menjadi lebih baik. Menjadi lebih baik dalam artian mereka akan berempati, serta mengadopsi nilai – nilai kehidupan dari setiap tokoh yang mereka perankan, tanpa merumah karakter pribadi mereka. Peneliti juga menemukan bahwa keyinforman sebagai aktor yang memiliki persiapan psikis tersendiri sebelum bermain peran ternyata tidak membutuhkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 113 komunikasi dengan orang lain sebagai proses netralisasi diri. Namun, aktor peneliti yang hanya menganalisa skrip dalam proses pemfokusannya cenderung membutuhkan orang lain untuk berkomunikasi dalam proses penetralan diri. Gambar 4.3.4. Hubungan Persiapan Psikis dan Interaksi, dengan Netraliasi Diri. http://digilib.mercubuana.ac.id/