57 ~ upaya penyuluh agama islam kementerian agama kabupaten

advertisement
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
UPAYA PENYULUH AGAMA ISLAM KEMENTERIAN
AGAMA KABUPATEN JEMBER DAN BONDOWOSO
TERHADAP PENGEMBANGAN DAKWAH
Oleh :
Fatatun Mufidah 
ABSTRAK
Agama diturunkan di muka bumi sebagai rahmatan lil alamin,
dengan misi kedamaian, keselamatan umat manusia dan kelestarian
alam. Namun bahwasanya diantara masalah besar yang muncul
dalam kehidupan manusia justru lahir dari kontek agama. Sebab
agama mempengaruhi proses perkembangan kehidupan manusia
terutama dalam hal humanistik, moral, etika dan estetika.
Keanekaragaman agama di Indonesia berpotensi memicu perbedaan
pikiran dan pandangan juga bersikap dalam segala aspek kehidupan
sosial dan keagamaan sehingga dapat menimbulkan kerawanan,
konflik yang tidak kita inginkan. Oleh karena itu, eksistensi penyuluh
agama sangat urgen dalam membina kesadaran masyarakat dalam
beragama demi terciptanya kerukunan umat beragama dan antar
umat beragama. Selain itu, penyuluh juga berkewajiban melakukan
dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama
dan pembangunan melalui bahasa agama. Secara umum fungsi
penyuluh antara lain, memiliki fungsi informatif dan edukatif, fungsi
konsultatif dan fungsi advokatif.
Deskripsi di atas memunculkan persoalan bagaimana upaya
kementerian agama melalui penyuluh agama dalam mengembangkan
dakwah. Bagaimana program kerja, sosialisasi dan pemberdayaan
internal dan eksternalnya. Sedangkan tujuannya adalah ingin
mengetahui upaya penyuluh kementerian agama kabupaten Jember,
baik program kerja, sosialisasi dan pemberdayaan internal juga
eksternalnya.
Metode dan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah
field research yang dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas
dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan
data kualitatif dengan menggunakan prosedur penelitiannya yaitu

Guru madrasah Aliyah (MA) Darus Sholah Jember
~ 57 ~
Fatatun Mufidah
observasi, wawancara dan dokumentasi. Menggunakan analisis data
interaktif versi Keaves dan Snowden.
Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti serta mengacu
pada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan kesimpulan umum
bahwa “Upaya
Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama
Kabupaten Jember terhadap pengembangan Dakwah” dilakukan
secara sinergis dan berkesinambungan dengan memperhatikan faktorfaktor yang mendukung dalam proses transformasi sosial demi sukses
dan tegaknya melakukan sebuah kemajuan dan pembaharuan Islam
dalam bingkai amar ma’ruf nahi munkar dengan program kerja yang
jelas dan sistematis, sosialisasi yang cukup efektif dengan adanya
kerjasama dengan beberapa instansi terkait dan juga pemberdayaan
internal dan eksternal dalam meningkatkan kualitas, integritas,
kapabilitas serta profesionalitas.
Kata Kunci: Upaya, Penyuluh Agama Islam, Pengembangan Dakwah,
Kemenag Jember dan Bondowoso
LATAR BELAKANG
Ungkapan tentang agama1 adalah sebuah artikulasi
fenomenal dalam kehidupan manusia. Dalam praktek yang
sebenarnya, agama terdiri dari keyakinan (beliefs) dogma, tradisi,
praktek dan ritual. Seorang yang beriman yang dilahirkan dalam
tradisi religius akan mewarisi dan mengambil semua aspek ini
begitu saja (taken for granted) dan meyakini bahwa segala sesuatu
yang dia warisi merupakan aspek yang esensial dan integral dari
1Dalam
masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata di>n
(‫ )الدين‬dari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari
kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua
kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi
turun temurun. Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau
hukum. Dalam Bahasa Arab mengandung arti menguasai, menundukkan,
patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Uraian lebih lanjut lihat Harun Nasution,
Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), I: 9. Sedangkan
dalam kamus Barat, istilah agama atau religion hanya menyangkut
hubungan manusia dengan Tuhan dan tidak berhubungan dengan seluruh
aspek kehidupan manusia. Inilah yang melahirkan negara sekuler, berbeda
dengan agama dalam ajaran Islam. Untuk uraian lebih lanjut mengenai hal
ini lihat dalam Abdul Azis Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru,
(Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 33.
~ 58 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
agama.2
Tuhan menurunkan berbagai agama dimuka bumi
bertujuan untuk menyelamatkan manusia dan kehidupannya dari
kerusakan. Keragaman agama tersebut bukan merupakan
pembatas dan penghalang manusia untuk berbuat kebaikan,
kenal-mengenal dan tolong-menolong, melainkan sebagai
khazanah dan rahmat agar kehidupan manusia dinamis dan tidak
monoton. Dengan demikian, memaksakan suatu agama dengan
cara apapun kepada orang lain, disamping bertentangan dengan
misi dan ajaran-ajaran agama itu sendiri, juga merupakan sumber
konflik dan penderitaan manusia serta kerusakan dimuka bumi3.
Dalam konteks tersebut, Abdul Mun’im Muhammad
Khallaf menyatakan bahwa diantara masalah besar kehidupan
manusia adalah masalah yang berkaitan dengan agama. Sebab
agama merupakan tema paling penting yang membangkitkan
perhatian paling serius dibanding masalah lainnya 4 . Sementara
masalah keagamaan akan mempengaruhi proses pekembangan
kehidupan manusia, terutama dalam masalah humanistik, moral,
etika dan estetika. Secara makro, masalah keagamaan akan
mempengaruhi pembentukan pandangan dunia (world views),
khususnya yang berkaitan dengan dimensi ontologis.
Beberapa kajian, baik bertitik tolak dari paradigma
keagamaan maupun pendekatan keilmuan, menunjukkan
pembenaran bahwa kedudukan agama mempunyai signifikansi
personal dan sosial. Dalam kerangka demikian inilah, Islam
memandang agama sebagai kecenderungan fitrah manusia dan
menjadikan manusia mempunyai kecenderungan keberpihakan
kepada kebaikan universal (hanief). Sebagaimana firman Allah swt
dalam al-Qur’an surat Ar-Rum: 30, yang berbunyi;
            
2Lihat
Asghar Ali Engineer dalam pengantar buku Jenis Kelamin Tuhan:
Lintas Batas tafsir Agama, (Yogyakarta: Klik, 2002), hlm. xiii.
3Tobroni dan Samsul Arifin, Islam; Pluralime Budaya Dan Politik, (Yogyakarta:
Sipress, 1994), hlm. 1
4 Abdul Mun’im Muhammad Khallaf, Islam Dalam Perspektif Rasional,
(Jakarta: Rajawali Press, 1998), hlm. 14
~ 59 ~
Fatatun Mufidah
          
 
Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama
Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan
manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah
Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30).5
Islam sebagai ajaran agama universal adalah agama yang
memberikan ketenangan dan kedamaian bagi setiap pemeluknya.
Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lilalamin) yang mendorong kegiatan pemeluknya untuk
mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan
di akhirat. Sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat alFurqan ayat: 1 dan al-Anbiya’ ayat: 107;
         
Artinya: “ Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al
Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi
peringatan kepada seluruh alam”. (QS. Al-Furqan: 1)6.
     
Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk
(menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-anbiya’: 107)7.
5Asep
Syaifullah, Merukunkan Umat Beragama: Studi Pemikiran Tarmizi Taher
Tentang Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta Selatan: Penerbit Grafindo
Khazanah Ilmu, 2007), hlm. 22
6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV.
Penerbit J-ART, 2004), hlm. 360
7Ibid, hlm. 332
~ 60 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Untuk memicu pelaksanaan pembangunan sebagai
pengamalan pancasila, perlu diusahakan kondisi nasional yang
dapat memberikan dorongan dan semangat bagi semua potensi
pembangunan untuk berperan serta dalam proses pembangunan
nasional dan terwujudnya keseimbangan antara pembangunan
spiritual dan material, lahiriyah dan batiniyah, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan manusia Indonesia akan
memiliki ketinggian otak dan kemuliaan watak demi menuju
masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila yang dicitacitakan dan mendapat ridlo dari Allah swt.
Namun, tentunya untuk mewujudkan tugas mulia
tersebut bukanlah pekerjaan yang gampang. Maka sangatlah
dibutuhkan adanya institusi atau lembaga yang menghimpun
para ulama atau umara didalam mengemban tugas sebagai da’i
atau penyeru didalam dakwah Islamiyah sesuai yang telah
diajarkan oleh Rasulullah saw. Diakui atau tidak eksistensi
lembaga yang menghimpun para ulama yang tugas utamanya
adalah berdakwah merupakan sebuah keniscayaan. Sebab,
andaikan dakwah dilakukan oleh perorangan dan individual,
maka visi dan tujuan utama dakwah sangatlah sulit untuk
diwujudkan.
Dalam hal ini, Kementerian Agama sebagai institusi
pemerintahan Republik Indonesia yang menangani persoalanpersoalan dibidang agama di Indonesia, telah diberikan
kewenangan untuk mengatur tata sosial masyarakat,
berkewajiban untuk menyiapkan perangkat hukum yang dapat
mendukung agar kerukunan umat beragama tetap terjaga8. Salah
satunya adalah mengadakannya penyuluh agama dalam instansi
tersebut.
Diantara orientasi dari dakwah Islamiyah adalah
menciptakan kondisi yang dinamis dan harmonis dalam tatanan
sosial kemasyarakatan terlebih dalam persoalan agama. Adalah
suatu hal yang wajar bahwa manusia perlu mengenal diri sendiri
dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya ini manusia
akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan8 DEPAG
RI Badan Litbang Dan Diklat, Kompilasi Peraturan PerundangUndangan Kerukunan Hidup Beragama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan, 2007), hlm. iii
~ 61 ~
Fatatun Mufidah
kemampuan yang ada padanya. Tetapi tidak semua manusia
dapat sampai kepada kemampuan ini, bagi mereka ini diperlukan
pertolongan atau bantuan orang lain, dan hal ini dapat diberikan
oleh bimbingan dan penyuluhan (konseling).
Baik dalam masyarakat yang belum maju maupun dalam
masyarakat yang modern kenyataan menunjukkan bahwa
bimbingan dan penyuluhan (konseling) juga diperlukan, lebihlebih bagi masyarakat yang modern, yang mana dalam
masyarakat modern persoalan-persoalan yang timbul sangatlah
kompleks. Semakin maju sesuatu masyarakat, semakin
komplekslah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anggotaanggota masyarakatnya9.
Keanekaragaman suku, bahasa, adat-istiadat dan agama
dalam masyarakat, merupakan suatu kenyataan yang harus kita
syukuri sebagai kekayaan bangsa. Namun disamping itu,
kemajemukan atau keanekaragaman juga dapat mengandung
kerawanan-kerawanan yang dapat memunculkan konflik-konflik
kepentingan antar kelompok yang berbeda-beda tersebut.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk
menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Diantara upaya
tersebut adalah pembinaan kerukunan antar umat beragama
melalui Program Peningkatan Kerukunan Hidup Umat
Beragama10.
Oleh karena itu, selain memiliki misi dakwah, dalam
upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan
penyuluhan (konseling), khususnya bagi para konselor, beberapa
landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah
bimbingan dan konseling terutama dalam hal ini adalah landasan
keagamaan/religius yang menjadi landasan utama dan penting
untuk dipahami secara komprehensif oleh para konselor11.
H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 22
10 DEPAG RI Badan Litbang Dan Diklat, Kompilasi Peraturan PerundangUndangan Kerukunan Hidup Beragama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan
Keagamaan, 2007), hlm. 2
11 H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 12
9
~ 62 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
KAJIAN TEORETIK
1. Penyuluhan Agama
1.1. Penyuluhan / Konseling
Istilah penyuluhan/konseling berasal dari bahasa Inggris
“to counsel” yang secara etimologi berarti “to give advice”, yaitu
memberi saran dan nasihat12. Disamping itu istilah penyuluhan
selalu dirangkaikan dengan istilah bimbingan. Hal ini disebabkan
karena bimbingan dan penyuluhan (konseling) itu merupakan
suatu kegiatan yang integral. Penyuluhan (konseling) merupakan
salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa
teknik lainnya, dan konseling juga merupakan alat yang paling
penting dari usaha pelayanan bimbingan.
Sedangkan
secara
terminologi,
Hallen
(2002),
mengemukakan bahwa konseling merupakan salah satu teknik
dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan
itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian
pertemuan langsung dan tatap muka antara pembimbing/
konselor dengan klien. Dengan tujuan agar klien itu mampu
memperoleh pemahaman yang lebih baik dari dirinya, mampu
memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu
mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki kearah perkembangan yang optimal sehingga ia dapat
mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial13.
1.2. Penyuluhan Agama (Islam)
Dipandang dari sudut agama kegiatan bimbingan dan
penyuluhan (konseling) dirasa perlu karena manusia siapapun
dia, pasti mempunyai masalah hanya saja tergantung dari orang
itu sendiri bagaimana menerimanya, ada yang merasa
masalahnya merupakan masalah berat, sehingga ia merasa
menderita yang amat dalam sampai putus asa, tetapi ada juga
orang yang menerima masalah yang dihadapinya dengan hati
yang lapang dan dipecahkan sendiri sehingga merasa puas dan
selalu bahagia hidupnya. Keadaan demikian disebabkan orang
tersebut selalu iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Esa. Dengan
12Dra.
Hallen A, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.
9
13Ibid,
hlm. 11-12
~ 63 ~
Fatatun Mufidah
selalu berdoa dan berusaha serta selalu beerupaya mendekatkan
diri kepada Tuhan, akan timbul keyakinan bahwa pertolonganNya akan senantiasa siap untuk dianugerahkan kepada siapa saja
yang dekat dengan-Nya14.
Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal
yang perlu dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan
konseling, sebab terutama klien yang fanatik dengan ajaran
agamanya mungkin sangat yakin dengan pemecahan masalah
pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya.
Adapun pengertian bimbingan dan penyuluhan agama
(konseling religius) adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada
seseorang (individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik
mental dan spiritual agar yang bersangkutan mampu
mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri
melalui dorongan dan kekuatan iman dan ketaqwaan kepada
Allah SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan penyuluhan
agama (Islam) ditujukan kepada seseorang yang mengalami
kesulitan lahiriah maupun bathiniah yang menyangkut
kehidupannya di masa kini dan masa mendatang supaya tercapai
kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk
mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi
yang dimilikinya dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai
religius (Islam)15.
2. Pengembangan Dakwah Islam
Pengembangan dakwah adalah upaya untuk meciptakan
dan mewujudkan kegiatan dakwah yang antisipatif, kreatif
dinamis dan relevan. Demikian ini bisa dilihat dari filosofi
dakwah yaitu usaha melakukan sebuah perubahan kearah yang
lebih baik. Jadi erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah),
pembaharuan (tajdid), dan pembangunan mulai dari rekonstruksi
pemahaman dakwah, pembaharuan cara berfikir, sampai
H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 38
15 H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius,
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 43-44
14
~ 64 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
perbaikan sikap dan tindakan (aktivitas)16.
Sedangkan yang dimaksudkan dengan dakwah dalam
ajaran Islam ialah pemanggilan umat manusia di seluruh dunia ke
jalan Allah swt dengan penuh kebijaksanaan dan petunjukpetunjuk yang baik dan berdiskusi dengan mereka dengan cara
yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu sesuai dengan masa kita
sekarang ini dakwah dapat pula dita’rifkan sebagai “usaha-usaha
menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia
dan seluruh umat manusia. Konsepsi islam tentang pandangan
dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf
nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang
diperbolehkan untuk menuntun akhlak dan membimbing
pengalamannya dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara”17.
PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menggunakan
metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan
dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih
mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua,
metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara
peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih
dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh
bersama terhadap pola-pola yang dihadapi18.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Yang
dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian
kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data
kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke
“lapangan” untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu
16Asep
Muhyiddin dan Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia, 2002), hlm. 71
17 Abd. Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress,
1996), hlm. 52
18 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 9-10
~ 65 ~
Fatatun Mufidah
fenomenon dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal demikian,
maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan – berperan
serta (participan – observation). Dan seorang peneliti lapangan
biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang
kemudian membuat kode-kode dan menganalisa dalam berbagai
cara19.
Lokasi Penelitian
Setiap calon peneliti harus mempersiapkan serta
menentukan secara pasti di daerah mana ia akan mengadakan
penelitian, yang dimaksud daerah disini adalah lokasi atau tempat
penelitian dimana populasi itu berada.
Adapun lokasi yang ditetapkan sebagai tempat kegiatan
penelitian
kami
adalah
Kantor
Kementerian
Agama
Wilayah/Kabupaten Jember di Jalan Bengawan Solo No. 3 Jember
dan Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso Jl. KH. Asyari
120 Bondowoso, dengan berbagai alasan sebagai berikut:
a. Letak geografis yang mudah dijangkau untuk melakukan
penelitian.
b. Adanya kesesuaian dengan permasalahan seperti yang
terfikirkan dan tergambarkan sebelumnya.
c. Kementerian Agama (Kemenag) Jember adalah sebuah
lembaga atau institusi pemerintahan yang mengurusi bidang
keagamaan di Kabupaten Jember.
SUMBER DATA
Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data
utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain.
Berkaitan dengan hal itu pada penelitian ini jenis datanya dibagi
kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan
statistik20.
a. Kata-kata dan tindakan,
Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati
atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber
19Ibid,
hlm. 26
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 157-162
20
~ 66 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui
perakaman video / tape, pengambilan foto atau film.
b. Sumber tertulis,
Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan
tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa
diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan
yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber
buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi
dan dokumen resmi.
c. Foto,
Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup
berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi
subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada
dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian
kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang
dihasilkan oleh peneliti sendiri.
d. Data statistik
Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data
statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan
bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu
memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar
penelitian.
Instumen Dan Teknik Pengumpulan Data
Seperti telah dikemukakan bahwa, terdapat dua hal
utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu
kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data.
Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti
sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti
kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke
lapangan.
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi
menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber
data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data,
analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
~ 67 ~
Fatatun Mufidah
temuannya21.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik
pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang memenuhi standar data yang ditetapkan22.
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan
pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer,
dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi
berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in
depth interview), dan dokumentasi.
Teknikpengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian kualitatif ini antara lain:
a. Metode Observasi
Dalam usaha pengembangan pengetahuan ilmiah
mengenai segala sesuatu yang diwujudkan alam semesta,
observasi/pengamatan merupaka metode pertama yang
digunakan.
Arikunto mengungkapkan bahwa observasi adalah
memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Apa yang
dikatakan ini adalah pengamatan langsung. Dalam artian
penelitian, observasi dapat dilakukan dengan kuesioner, rekaman
gambar, rekaman suara23.
Dari kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan,
bahwa observasi sebagai metode pengumpulan data yang
digunakan oleh pengamat terhadap segenap isi observasi, yang
langsung ditangkap dengan menggunakan alat indera.
Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif,
pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, seperti yang
dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981: 191-193) sebagai
berikut:
Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 222
22Ibid, hlm. 224
23Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta,1998), hlm. 146
21
~ 68 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
1) Teknik pengamatan ini berdasarkan atas pengamatan secara
langsung.
2) Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian
sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya.
3) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat
peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan
proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh secara
langsung dari data.
4) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami
situasi-situasi yang rumit24.
Metode Wawancara
Dilihat dari proses pengumpulan datanya, wawancara
dapat disebut “seni menanyakan sesuatu dengan ‘alat’ pertanyaan
yang benar”. Wawancara dalam penelitian merupakan salah satu
dari sejumlah metode pengumpulan data yang dapat digunakan
untuk memperoleh informasi yang diperlukan25.
Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh
Lincoln dan Guba (1985: 266), antara lain: mengkonstruksi
mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Pembagian wawancara yang
dilakukan oleh Patton (1980: 197) didasarkan atas perencanaan
pertanyaannya, diantaranya sebagai berikut;
1) Wawancara Pembicaraan Informal
Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan
sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung
pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada
terwawancara.
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 174-175
25Asep Saeful dan Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: CV.
Pustaka Setia) hlm. 161
24
~ 69 ~
Fatatun Mufidah
2) Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara
Jenis wawancara ini mengaharuskan pewawancara
membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang
dirumuskan, tidak perlu ditanyakan secara berurutan.
3) Wawancara Baku Terbuka
Jenis wawancara ini adalah wawancara yang
menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan,
kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap
responden26.
Dokumentasi
Menurut Arikunto, metode dokumenter adalah metode
untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan-catatan, transkip buku, surat kabar, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya27.
Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam
penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal
dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji,
menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dokumen digunakan
untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln (1981:
235), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan
sebagai berikut28:
1) Dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya dan
mendorong.
2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian.
3) Karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks
penelitian kualitatif.
4) Dokumen tidak reaktif, sehingga sukar ditemukan dengan
teknik kajian isi.
5) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang
diselidiki.
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 186-188
27Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta,2003), hlm. 234
28 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 217
26
~ 70 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Metode Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1992)
adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang
dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola,
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan
memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Dipihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel
(1998), prosesnya berjalan sebagai berikut;
a. Mencatat dan menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu
diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri.
b. Mengumpulkan,
memilah-milah,
mengklasifikasikan,
mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya.
c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu
mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan
hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum29.
Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan
analisis data model Spradley, yaitu tidak terlepas dari
keseluruhan proses penelitian yang terdiri dari: pengamatan
deskriptif, analisis domein, pengamatan terfokus, analisis
taksonomi, pengamatan terpilih, analisis komponensial, dan
diakhiri dengan analisis tema 30 . Hal itu menunjukkan bahwa
penyelenggaraan penelitian ini dilakukan secara silih berganti
antara pengumpulan data dengan analisis data sampai pada
akhirnya keseluruhan masalah penelitian ini terjawab.
Karena penelitian ini menggunakan langkah-langkah
penelitian naturalistik dikemukakan oleh Spradley dalam Lexy
(2008), maka analisis data dilaksanakan langsung dilapangan
bersama-sama dengan pengumpulan data. Ada empat tahap
analisis data yang diselingi dengan pengumpulan data31 yaitu:
1. Analisis Domein, dilakukan terhadap data yang diperoleh dari
pengamatan berperanserta/wawancara atau pengamatan
deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Pengamatan
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 248
30Ibid, hlm. 302-303
31 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 149-151
29
~ 71 ~
Fatatun Mufidah
deskruptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh
terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian.
2. Analisis Taksonomi, setelah selesai analisis domein, dilakukan
pengamatan dan wawancara terfokus berdasarkan fokus yang
sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Oleh hasil pengamatan
terpilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah
ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras.
3. Analisis Komponen, setelah analisis taksonomi, dilakukan
wawancara atau pengamatan terpilih untuk memperdalam
data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah
pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat
dalam catatan lapangan.
4. Analisis Tema, analisis tema merupakan seperangkat prosedur
untuk memahami secara holistic pemandangan yang sedang
diteliti. Sebab setiap kebudayaan terintegrasi dalam beberapa
jenis pola yang lebih luas.
Aluranalisis yang ditempuhmenggunakan Model Interaktif
dari versinya Keeves &Souden, yaitu empat tahap besar dalam
penelitian kualitatif: Rancangan Penelitian, Pengumpulan Data
Lapangan, Analisis Data Kualitatif, Peringkasan dan Pengintegrasian
hasil temuan (penarikan kesimpulan dan verifikasi) (Sudarsono, FX,
1995 : 1)
~ 72 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut :
1.
Rancangan
Penelitian
a. Reduksi Data
3. Analisis Data:
a. Reduksi Data
b. Penyajian
c. Verifikasi
b.
Penyajian
Matriks/Pengu
jian
c. Penarikan
Kesimpulan
dan Verifikasi
4.
Peringkasan/Pengi
ntegrasian
Temuan
2.
Pengumpulan
Data
Gambar. 1.
Model Analisis Interaktif Versi Keeves &
Sowden
~ 73 ~
Fatatun Mufidah
Uji Keabsahan (validitas) Data
Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur
apa yang harus diukur oleh alat itu32. Lebih jauh lagi kemampuan
menggambarkan temuan kebenaran bisa tidak tepat jika peneliti
menerima pentingnya keadaan dan kebenaran. Agaknya validitas
akan dinilai dengan keadaan yang terlihat secara baik dan
penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan33.
Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap
keabsahan data secara cermat, maka jelas bahwa hasil upaya
penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala
segi. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik
pemeriksaan data yang didasarkan atas empat kriteria yang
digunakan, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan
(transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian
(confirmability).
Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan datanya
menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Dalam hal ini jalan yang dicapai yaitu: 1).
Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara; 2). Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan
umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3).
Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang; dan 4). Membandingkan hasil
wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan34.
HASIL PENELITIAN
A. PEMBAHASAN TEMUAN
Pada bagian ini peneliti akan memberikan interpretasi
dari hasil-hasil temuan dalam penelitian, tentang persoalan yang
telah dibahas pada analisa data diatas dengan penekanan pada
persoalan bagaimana kontribusi Penyuluh Agama Islam
Kementerian Agama Islam terhadap pengembangan dakwah
32Nasution,
Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 74
Patilima, Penelitian Kualitatif, (Bandung: IKAPI, 2005), hlm. 94
34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm. 330-331
33Hamid
~ 74 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Islamiyah tahun 2012 sebagai fokus pembahasan dalam penelitian
ini.
A.1. Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso
Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan sejak
tahun 1985 yaitu dengan adanya Keputusan Menteri Agama
Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorarium Bagi Penyuluh
Agama. istilah Penyuluh Agama dipergunakan untuk
menggantikan istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai
sebelumnya di lingkungan kedinasan Kementerian Agama.
Penyuluh Agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi
tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan
dan penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama.
Demikian tercantum dalam Keputusan Bersama (KB) Menteri
Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574
Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999 tentang Jabatan
Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya.
Setiap Penyuluh Agama harus memiliki loyalitas dan
dedikasi yang tinggi pada panggilan tugas disertai dengan
wawasan yang akurat tentang fungsi dan peranan yang mesti
dijalankannya ditengah masyarakat. Dedikasi dan wawasan
dimaksud perlu dibangun dengan dilandasi sepenuhnya oleh
pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama, pemahaman
dakwah dan kepedulian terhadap problema aktual di masyarakat.
Penyuluh agama merupakan perangkat dalam Instistusi
Pemerintahan Kementerian Agama Kabupaten Jember yang
memusatkan segala perhatian, energi dan perjuangan untuk
memberikan bantuan berupa bimbingan semaksimal mungkin
terhadap masyarakat yang memerlukan demi mengabdikan diri
pada urusan dakwah Islam. Dalam tugasnya, penyuluh agama
berkewajiban untuk mereformulasikan visi, misi dan strategi
dakwah yang kontekstual dan relevan dengan tuntutan zaman.
Lebih dari tu, penyuluh agama Islam juga berkewajiban untuk
melakukan aktivitas dakwahnya dengan sungguh-sungguh,
istiqomah dan ikhlas.
Secara struktural, penyuluh agama berada dibawah
naungan Seksi Penamas (Pendidikan Agama Islam Pada
Masyarakat Dan Pemberdayaan Masjid), maka dari itu, setiap
~ 75 ~
Fatatun Mufidah
penyuluh agama dituntut agar memiliki mutu integritas
kepribadian dan akhlak yang dapat dijadikan teladan di tengah
masyarakat serta dalam rangka menunjang kelancaran dan
keberhasilan tugasnya, seorang penyuluh agama harus
melakukan sinergi dan kerjasama yang baik dengan berbagai
pihak, instansi dan lembaga yang memiliki keterkaitan secara
langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan penyuluhan
agama.
Di tengah terjadinya perubahan sosial-budaya, maka
penyuluhan agama Islam juga dituntut untuk memerankan
perannya secara signifikan. Dalam proses transformasi sosial
demikian nilai-nilai keagamaan harus diaktualisasikan dan tidak
boleh hanya berada di garis marginal. Masyarakat yang menjadi
sasaran penyuluhan agama tidak selalu dapat diletakkan dalam
konteks yang bersifat makro. Oleh karena itu setiap penyuluh
agama harus mampu memetakan kelompok sasaran karena tidak
mungkin seorang penyuluh agama dapat melakukan kegiatan
yang menyentuh semua strata dan segmen dalam waktu yang
bersamaan.
Pemetaan kelompok sasaran Penyuluh Agama Islam
merupakan langkah yang penting untuk memudahkan dalam
memilih metode pendekatan dan menentukan materi bimbingan
atau penyuluhan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Kontribusi yang diberikan Penyuluh Agama Islam harus
lebih ditingkatkan dengan harapan akan menciptakan struktur
masyarakat yang dinamis sesuai dengan perkembangan zaman
serta memiliki keseimbangan akhlaqul karimah sebagai modal dasar
dalam membangun jiwa yang sehat sesuai dengan apa yang
diajarkan dalam Al-qur’an dan As-Sunnah.
A.2. Program Kerja Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember
dan Bondowoso
Dalam rangka memberikan kontribusi terhadap
pengembangan dakwah Islamiyah, Penyuluh Agama Islam harus
mampu melaksanakan semua rincian kegiatan yang telah
ditetapkan dalam keputusan Menko Wasbangpan Nomor
54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 tanggal 30 september 1999, yaitu
~ 76 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
setiap Penyuluh Agama memiliki kelompok sasaran yang menjadi
binaannya sesuai dengan tingkat jabatan dan tingkat
kedudukannya.
Setiap Penyuluh Agama harus mengenal dan memahami
karakteristik kelompok sasaran yang dihadapi dalam kegiatan
penyuluhan agama. Bahkan pengenalan dan pemahaman yang
akurat terhadap kelompok sasaran adalah merupakan kegiatan
yang pertama harus dilakukan oleh setiap Penyuluh Agama Islam
dan merupakan bahan pokok dalam mempersiapkan diri sebelum
terjun ke lapangan.
Untuk
melaksnakan
kegiatan
pengenalan
dan
pemahaman kelompok sasaran dimaksud, setiap Penyuluh
Agama Islam dituntut agar menguasai seperlunya dasar-dasar
penelitian sosial. Kegiatan penelitian tersebut dapat dilakukan
melalui metode survey/observasi dan teknik pencarian informasi
dan pengumpulan data lainnya, baik yang dilakukan secara
mandiri atau bekerjasama dengan pihak lain.
Dari beberapa rincian kegiatan Penyuluh Agama Islam
tersebut diatas, dapat dipahami bahwa Penyuluhan Agama
Kemenag Jember mempunyai langkah yang jelas dan sistematis
dalam merealisasikan program kerjanya, yang mana semua
kegiatan tersebut berorientasi dalam rangka mengembangkan
dakwah Islamiyah menuju sebuah perubahan dan pembaharuan
di bidang agama dan pembangunan. Hal ini sesuai dengan
Keputusan Bersama tentang Tugas Pokok Penyuluh Agama
adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau
penyuluhan agama dan pembangunan .
A.3. Sosialisasi Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan
Bondowoso
Sosialisasi merupakan proses melakukan sebuah
tindakan atau bisa dikatakan sebagai tindak lanjut atau second
point dari program kerja yang telah direncanakan oleh Penyuluh
Agama dapat terwujud. Langkah ini bertujuan supaya rincian
kegiatan Penyuluh Agama Islam dapat diterima dan dikonsumsi
oleh masyarakat sebagai sasarannya baik itu masyarakat umum
maupun masyarakat khusus seperti yang telah dijelaskan pada
bab sasaran kelompok binaan.
~ 77 ~
Fatatun Mufidah
Media dan sarana yang digunakan sebagai alat untuk
sosialisasi Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan
Bondowoso sudah dilakukan dengan sistematis dan terencana
sehingga mempermudah dalam proses pelaksanaan dakwah
Islamiyah. Diantara metode pendekatan yang digunakan oleh
para Penyuluh Agama yaitu menjalin kerjasama dengan beberapa
media lokal dan lembaga-lembaga dakwah Islam, melalui: 1).
Siaran Keagamaan di RRI Cabang Jember; 2). Forum-forum
Majelis Ta’lim; 3). Pondok Pesantren; 4). TPQ/TPA; 5). Remaja
Masjid; dan 6). Lembaga Pemasyarakatan (LP)
A.4. Pemberdayaan Internal dan Eksternal Penyuluh Agama
Islam Kemenag Jember dan Bondowoso
Pemberdayaan merupakan strategi yang harus dilakukan
dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) para
Penyuluh Agama Islam. Dalam melakukan pemberdayaan tidak
terlepas dari peranan seorang pemimpin dalam institusi tersebut.
Dalam hal ini Kepala Seksi Penamas mempunyai peran signifikan
untuk menumbuhkan profesionalisme Penyuluh Agama dan
harus mampu menumbuhkan kekuatan serta meningkatkan
kapabilitas para anggotanya.
Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir ekspektasi
masyarakat mengenai peran birokrasi pemerintahan yang sampai
saat ini masih terus dipertanyakan dalam praktik kehidupan
berbangsa dan bernegara. Persoalan korupsi, kolusi, dan
nepotisme telah terjadi di hampir semua lembaga pemerintahan.
Sementara
rendahnya
kualitas
pelayanan,
lemahnya
produktivitas, daya saing dan inefisiensi merupakan sebagian
potret dari rendahnya kapasitas dan kinerja aparatur pemerintah.
Oleh karena itu, perlu segera dilakukan terobosan dan berbagai
upaya peningkatan kualitas aparatur dan perubahan kultur
birokrasi.
Sebagai unsur yang paling dekat dengan masyarakat,
Penyuluh Agama Islam diharapkan mampu memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam bidang agama
dan pembangunan demi terwujudnya dakwah Islam yang
dinamis serta pemerintahan yang baik dan bersih dari praktekpraktek yang merugikan masyarakat.
~ 78 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Dari pada itu, Kementerian Agama yang membebankan
tugasnya pada Seksi Penamas dalam meningkatkan Sumber Daya
Manusia (SDM) Penyuluh Agama telah memberikan langkahlangkah positif terhadap anggotanya, diantaranya sebagai berikut:
1. Penataran, yaitu mengikutsertakan para penyuluh pada setiap
acara Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Bimbingan dan
Penyuluhan yang diselenggarakan oleh Kemenag Tingkat
Wilayah/Propinsi (Jawa Timur).
2. Pembinaan Bulanan/Rapat Kordinasi, yaitu melaksanakan
pembinaan tiap bulan yang dikemas dengan acara anjangsanaanjangsisni ke rumah-rumah penyuluh secara bergiliran dalam
rangka mempererat tali silaturahim serta mendekatkan ikatan
emosional sesama penyuluh.
3. Rapat Dinas, yaitu pemberian pembekalan secara kontinyuitas
terhadap para penyuluh melalui rapat resmi mingguan dan
bulanan yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Agama
Kabupaten Jember.
4. Pembinaan personil berdasarkan situasi dan kondisi,
pembinaan kategori ini dilakukan ketika salah satu dari
personil penyuluh mengalami kesulitan terhadap kelompok
binaannya ataupun telah melakukan kesalahan dalam dirinya
didalam menjalankan aktivitasnya.
5. Pengembangan manajemen dan resolusi konflik yang
mungkin terjadi dari dampak penyuluhan, oleh karena itu
perlu mendatangkan para pakar dan ahli dalam manajemen
konflik, para kyai, dan sesepuh dari kalangan di luar
(eksternal) penyuluh untuk mentranformasikan ilmunya
untuk pengembangan dakwah yang lebih baik, humanis, dan
egaliter berbasis kearifan lokal.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
peneliti serta mengacu pada rumusan masalah, maka dapat
dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut:
a. Program kerja
Program Kerja Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan
Bondowoso dilakukan berdasarkan jenjang jabatan dan
pangkat jabatan fungsional masing-masing, seperti identifikasi
potensi wilayah dan kebutuhan kelompok sasaran, menyusun
~ 79 ~
Fatatun Mufidah
rencana kerja operasional, membuat rumusan materi
bimbingan dan penyuluhan serta melakukan pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan agama
Islam.
b. Sosialisasi
Sosialisasi yang diterapkan oleh Penyuluh Agama Islam
Kemenag Jember dan Bondowoso terbilang sudah cukup
efektif dalam melakukan proses tranformasi sosial demi
menjalankan misi pengembangan dakwah Islam, diantaranya
menjalin kerjasama dengan media radio (RRI) Cabang Jember,
Forum Majelis Ta’lim, TPQ/TPA, Remaja Masjid, serta
Lembaga Pemasyarakatan (LP).
c. Pemberdayaan internal dan eksternal
Dalam rangka menumbuhkan kualitas, integritas, kapabilitas,
serta profesionalitas di tingkat internal Penyuluh Agama
Islam, dilakukan langkah-langkah pemberdayaan diantaranya
adalah penataran/pendidikan dan latihan (Diklat), pembinaan
bulanan dalam rapat kordinasi, pembekalan dalam rapat dinas
dan pembinaan personil secara kondisional dan situasional
juga dengan mendatangkan kalangan eksternal yang dapat
membantu dalam pelaksanaan dakwah baik baik dari
kalangan profesional maupun tradisional.
DAFTAR PUSTAKA
Al Barry, Dahlan, 1994;Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka
Arikunto, Suharsimi, 2003;Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan
Praktek, Jakarta: Rineka Cipta
Badan Litbang Dan Diklat, DEPAG RI, 2007; Kompilasi Peraturan
Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta:
Puslitbang Kehidupan Keagamaan
Basyuni, Muhammad, 2006; Kebijakan Dan Strategi Kerukunan Umat
Beragama, Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat
Bidang Penamas, 2009; Himpunan Perundang-Undangan Penamas,
Surabaya: Kantor Departemen Agama Provinsi Jawa Timur
Depag RI, 2004; Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: CV.
Penerbit J-ART
H. M. Arifin, 1982; Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan
~ 80 ~
Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015
Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon
Hallen. A, 2002; Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press
Hasyim, Farid, 2010; Bimbingan Dan Konseling Religius, Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media
Hielmy, Irfan, 2002; Dakwah Bil – Hikmah, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
Moleong, Lexy, 2008;Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muhammad Khallaf, Abdul Mun’im,1998;Islam Dalam Perspektif
Rasional, Jakarta: Rajawali Press
Muhyiddin, Asep dan Safei, Ahmad, 2002; Metode Pengembangan
Dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia
Mulkhan, Abdul Munir, 1996; Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode
Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, Yogyakarta: Sipress
Munir, M., dan Ilaihi, wahyu, 2006: Manajemen Dakwah,Jakarta:
Prenada Media
Nasution, 2003; Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara
Natsir, M., No. 28: Dakwah Dan Tujuan; Dalam Serial Media Dakwah,
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
Novianto, Wahyu, 2006; Kontribusi Lembaga Dakwah NU Terhadap
Pemberdayaan Warga Nahdliyyin, STAIN Jember: SKRIPSI
Patilima, Hamid, 2005; Penelitian Kualitatif, Bandung: IKAPI
Poerwadarminta, 2007; Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka
Saeful, Asep dan Safei, Ahmad, 2003; Metode Penelitian Dakwah,
Bandung: CV. Pustaka Setia
Sitorus, M, 2000;Berkenalan Dengan Sosiologi Jilid II, Jakarta:
Erlangga
STAIN, Tim Penyusun, 2009;Pedoman Penelitian Karya Ilmiah
Mahasiswa, Jember: STAIN
Sugiyono, 2010;Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D,
Bandung: Alfabeta
Sukardi, Dewa Ketut, 1995; Proses Bimbingan Dan Penyuluhan,
Jakarta: PT. Rineka Cipta
Syaifullah,Asep, 2007; Merukunkan Umat Beragama: Studi Pemikiran
Tarmizi Taher Tentang Kerukunan Umat Beragama, Jakarta
Selatan: Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu
Tobroni dan Samsul Arifin, 1994; Islam; Pluralisme Budaya Dan
Politik, Yogyakarta: Sipress
~ 81 ~
Fatatun Mufidah
Website Kemenag; http://id.wikipedia.org/wiki/kementerian
agama indonesia
Website; http://kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= pidato
2009
Website;
http://kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=
renstra 2010
Website; http: // suniscome. 50webs.com / 32Konsep
Pemberdayaan Partisipasi Kelembagaan.pdf
Yusuf, M. Husain, 1999; Dibalik Strategi Dakwah Rasulullah,
Terjemah Syukriadi Sambas Dan Rosihon Anwar, Bandung:
Mandiri Press
Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika, 2009; Landasan Bimbingan
Dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Zaini, Ahmad, 2011. Kontribusi Penyuluh Agama Islam Kementerian
Agama Kabupaten Jember Terhadap Pengembangan Dakwah
Islamiyah Tahun 2011. Skripsi. STAIN Jember (tidak
diterbitkan)
~ 82 ~
Download