Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 UPAYA PENYULUH AGAMA ISLAM KEMENTERIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER DAN BONDOWOSO TERHADAP PENGEMBANGAN DAKWAH Oleh : Fatatun Mufidah ABSTRAK Agama diturunkan di muka bumi sebagai rahmatan lil alamin, dengan misi kedamaian, keselamatan umat manusia dan kelestarian alam. Namun bahwasanya diantara masalah besar yang muncul dalam kehidupan manusia justru lahir dari kontek agama. Sebab agama mempengaruhi proses perkembangan kehidupan manusia terutama dalam hal humanistik, moral, etika dan estetika. Keanekaragaman agama di Indonesia berpotensi memicu perbedaan pikiran dan pandangan juga bersikap dalam segala aspek kehidupan sosial dan keagamaan sehingga dapat menimbulkan kerawanan, konflik yang tidak kita inginkan. Oleh karena itu, eksistensi penyuluh agama sangat urgen dalam membina kesadaran masyarakat dalam beragama demi terciptanya kerukunan umat beragama dan antar umat beragama. Selain itu, penyuluh juga berkewajiban melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama. Secara umum fungsi penyuluh antara lain, memiliki fungsi informatif dan edukatif, fungsi konsultatif dan fungsi advokatif. Deskripsi di atas memunculkan persoalan bagaimana upaya kementerian agama melalui penyuluh agama dalam mengembangkan dakwah. Bagaimana program kerja, sosialisasi dan pemberdayaan internal dan eksternalnya. Sedangkan tujuannya adalah ingin mengetahui upaya penyuluh kementerian agama kabupaten Jember, baik program kerja, sosialisasi dan pemberdayaan internal juga eksternalnya. Metode dan Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, sedangkan jenis penelitiannya adalah field research yang dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif dengan menggunakan prosedur penelitiannya yaitu Guru madrasah Aliyah (MA) Darus Sholah Jember ~ 57 ~ Fatatun Mufidah observasi, wawancara dan dokumentasi. Menggunakan analisis data interaktif versi Keaves dan Snowden. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti serta mengacu pada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan kesimpulan umum bahwa “Upaya Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember terhadap pengembangan Dakwah” dilakukan secara sinergis dan berkesinambungan dengan memperhatikan faktorfaktor yang mendukung dalam proses transformasi sosial demi sukses dan tegaknya melakukan sebuah kemajuan dan pembaharuan Islam dalam bingkai amar ma’ruf nahi munkar dengan program kerja yang jelas dan sistematis, sosialisasi yang cukup efektif dengan adanya kerjasama dengan beberapa instansi terkait dan juga pemberdayaan internal dan eksternal dalam meningkatkan kualitas, integritas, kapabilitas serta profesionalitas. Kata Kunci: Upaya, Penyuluh Agama Islam, Pengembangan Dakwah, Kemenag Jember dan Bondowoso LATAR BELAKANG Ungkapan tentang agama1 adalah sebuah artikulasi fenomenal dalam kehidupan manusia. Dalam praktek yang sebenarnya, agama terdiri dari keyakinan (beliefs) dogma, tradisi, praktek dan ritual. Seorang yang beriman yang dilahirkan dalam tradisi religius akan mewarisi dan mengambil semua aspek ini begitu saja (taken for granted) dan meyakini bahwa segala sesuatu yang dia warisi merupakan aspek yang esensial dan integral dari 1Dalam masyarakat Indonesia selain dari kata agama, dikenal pula kata di>n ( )الدينdari bahasa Arab dan kata religi dari bahasa Eropa. Agama berasal dari kata Sanskrit. Satu pendapat mengatakan bahwa kata itu tersusun dari dua kata, a = tidak dan gam = pergi, jadi tidak pergi, tetap di tempat, diwarisi turun temurun. Din dalam bahasa Semit berarti undang-undang atau hukum. Dalam Bahasa Arab mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, hutang, balasan, kebiasaan. Uraian lebih lanjut lihat Harun Nasution, Islam ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), I: 9. Sedangkan dalam kamus Barat, istilah agama atau religion hanya menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan dan tidak berhubungan dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Inilah yang melahirkan negara sekuler, berbeda dengan agama dalam ajaran Islam. Untuk uraian lebih lanjut mengenai hal ini lihat dalam Abdul Azis Thaba, Islam dan Negara dalam Politik Orde Baru, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 33. ~ 58 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 agama.2 Tuhan menurunkan berbagai agama dimuka bumi bertujuan untuk menyelamatkan manusia dan kehidupannya dari kerusakan. Keragaman agama tersebut bukan merupakan pembatas dan penghalang manusia untuk berbuat kebaikan, kenal-mengenal dan tolong-menolong, melainkan sebagai khazanah dan rahmat agar kehidupan manusia dinamis dan tidak monoton. Dengan demikian, memaksakan suatu agama dengan cara apapun kepada orang lain, disamping bertentangan dengan misi dan ajaran-ajaran agama itu sendiri, juga merupakan sumber konflik dan penderitaan manusia serta kerusakan dimuka bumi3. Dalam konteks tersebut, Abdul Mun’im Muhammad Khallaf menyatakan bahwa diantara masalah besar kehidupan manusia adalah masalah yang berkaitan dengan agama. Sebab agama merupakan tema paling penting yang membangkitkan perhatian paling serius dibanding masalah lainnya 4 . Sementara masalah keagamaan akan mempengaruhi proses pekembangan kehidupan manusia, terutama dalam masalah humanistik, moral, etika dan estetika. Secara makro, masalah keagamaan akan mempengaruhi pembentukan pandangan dunia (world views), khususnya yang berkaitan dengan dimensi ontologis. Beberapa kajian, baik bertitik tolak dari paradigma keagamaan maupun pendekatan keilmuan, menunjukkan pembenaran bahwa kedudukan agama mempunyai signifikansi personal dan sosial. Dalam kerangka demikian inilah, Islam memandang agama sebagai kecenderungan fitrah manusia dan menjadikan manusia mempunyai kecenderungan keberpihakan kepada kebaikan universal (hanief). Sebagaimana firman Allah swt dalam al-Qur’an surat Ar-Rum: 30, yang berbunyi; 2Lihat Asghar Ali Engineer dalam pengantar buku Jenis Kelamin Tuhan: Lintas Batas tafsir Agama, (Yogyakarta: Klik, 2002), hlm. xiii. 3Tobroni dan Samsul Arifin, Islam; Pluralime Budaya Dan Politik, (Yogyakarta: Sipress, 1994), hlm. 1 4 Abdul Mun’im Muhammad Khallaf, Islam Dalam Perspektif Rasional, (Jakarta: Rajawali Press, 1998), hlm. 14 ~ 59 ~ Fatatun Mufidah Artinya: “Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”. (QS. Ar-Rum: 30).5 Islam sebagai ajaran agama universal adalah agama yang memberikan ketenangan dan kedamaian bagi setiap pemeluknya. Islam yang merupakan rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lilalamin) yang mendorong kegiatan pemeluknya untuk mewujudkan kemaslahatan dan kesejahteraan hidup di dunia dan di akhirat. Sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an surat alFurqan ayat: 1 dan al-Anbiya’ ayat: 107; Artinya: “ Maha Suci Allah yang Telah menurunkan Al Furqaan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (QS. Al-Furqan: 1)6. Artinya: “Dan tiadalah kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. (QS. Al-anbiya’: 107)7. 5Asep Syaifullah, Merukunkan Umat Beragama: Studi Pemikiran Tarmizi Taher Tentang Kerukunan Umat Beragama, (Jakarta Selatan: Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu, 2007), hlm. 22 6 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2004), hlm. 360 7Ibid, hlm. 332 ~ 60 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Untuk memicu pelaksanaan pembangunan sebagai pengamalan pancasila, perlu diusahakan kondisi nasional yang dapat memberikan dorongan dan semangat bagi semua potensi pembangunan untuk berperan serta dalam proses pembangunan nasional dan terwujudnya keseimbangan antara pembangunan spiritual dan material, lahiriyah dan batiniyah, sehingga pertumbuhan dan perkembangan manusia Indonesia akan memiliki ketinggian otak dan kemuliaan watak demi menuju masyarakat adil makmur berdasarkan pancasila yang dicitacitakan dan mendapat ridlo dari Allah swt. Namun, tentunya untuk mewujudkan tugas mulia tersebut bukanlah pekerjaan yang gampang. Maka sangatlah dibutuhkan adanya institusi atau lembaga yang menghimpun para ulama atau umara didalam mengemban tugas sebagai da’i atau penyeru didalam dakwah Islamiyah sesuai yang telah diajarkan oleh Rasulullah saw. Diakui atau tidak eksistensi lembaga yang menghimpun para ulama yang tugas utamanya adalah berdakwah merupakan sebuah keniscayaan. Sebab, andaikan dakwah dilakukan oleh perorangan dan individual, maka visi dan tujuan utama dakwah sangatlah sulit untuk diwujudkan. Dalam hal ini, Kementerian Agama sebagai institusi pemerintahan Republik Indonesia yang menangani persoalanpersoalan dibidang agama di Indonesia, telah diberikan kewenangan untuk mengatur tata sosial masyarakat, berkewajiban untuk menyiapkan perangkat hukum yang dapat mendukung agar kerukunan umat beragama tetap terjaga8. Salah satunya adalah mengadakannya penyuluh agama dalam instansi tersebut. Diantara orientasi dari dakwah Islamiyah adalah menciptakan kondisi yang dinamis dan harmonis dalam tatanan sosial kemasyarakatan terlebih dalam persoalan agama. Adalah suatu hal yang wajar bahwa manusia perlu mengenal diri sendiri dengan sebaik-baiknya. Dengan mengenal dirinya ini manusia akan dapat bertindak dengan tepat sesuai dengan kemampuan8 DEPAG RI Badan Litbang Dan Diklat, Kompilasi Peraturan PerundangUndangan Kerukunan Hidup Beragama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007), hlm. iii ~ 61 ~ Fatatun Mufidah kemampuan yang ada padanya. Tetapi tidak semua manusia dapat sampai kepada kemampuan ini, bagi mereka ini diperlukan pertolongan atau bantuan orang lain, dan hal ini dapat diberikan oleh bimbingan dan penyuluhan (konseling). Baik dalam masyarakat yang belum maju maupun dalam masyarakat yang modern kenyataan menunjukkan bahwa bimbingan dan penyuluhan (konseling) juga diperlukan, lebihlebih bagi masyarakat yang modern, yang mana dalam masyarakat modern persoalan-persoalan yang timbul sangatlah kompleks. Semakin maju sesuatu masyarakat, semakin komplekslah persoalan-persoalan yang dihadapi oleh anggotaanggota masyarakatnya9. Keanekaragaman suku, bahasa, adat-istiadat dan agama dalam masyarakat, merupakan suatu kenyataan yang harus kita syukuri sebagai kekayaan bangsa. Namun disamping itu, kemajemukan atau keanekaragaman juga dapat mengandung kerawanan-kerawanan yang dapat memunculkan konflik-konflik kepentingan antar kelompok yang berbeda-beda tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk menggalang persatuan dan kesatuan bangsa. Diantara upaya tersebut adalah pembinaan kerukunan antar umat beragama melalui Program Peningkatan Kerukunan Hidup Umat Beragama10. Oleh karena itu, selain memiliki misi dakwah, dalam upaya memberikan pemahaman tentang landasan bimbingan dan penyuluhan (konseling), khususnya bagi para konselor, beberapa landasan yang menjadi pijakan dalam setiap gerak langkah bimbingan dan konseling terutama dalam hal ini adalah landasan keagamaan/religius yang menjadi landasan utama dan penting untuk dipahami secara komprehensif oleh para konselor11. H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 22 10 DEPAG RI Badan Litbang Dan Diklat, Kompilasi Peraturan PerundangUndangan Kerukunan Hidup Beragama, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2007), hlm. 2 11 H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 12 9 ~ 62 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 KAJIAN TEORETIK 1. Penyuluhan Agama 1.1. Penyuluhan / Konseling Istilah penyuluhan/konseling berasal dari bahasa Inggris “to counsel” yang secara etimologi berarti “to give advice”, yaitu memberi saran dan nasihat12. Disamping itu istilah penyuluhan selalu dirangkaikan dengan istilah bimbingan. Hal ini disebabkan karena bimbingan dan penyuluhan (konseling) itu merupakan suatu kegiatan yang integral. Penyuluhan (konseling) merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan diantara beberapa teknik lainnya, dan konseling juga merupakan alat yang paling penting dari usaha pelayanan bimbingan. Sedangkan secara terminologi, Hallen (2002), mengemukakan bahwa konseling merupakan salah satu teknik dalam pelayanan bimbingan dimana proses pemberian bantuan itu berlangsung melalui wawancara dalam serangkaian pertemuan langsung dan tatap muka antara pembimbing/ konselor dengan klien. Dengan tujuan agar klien itu mampu memperoleh pemahaman yang lebih baik dari dirinya, mampu memecahkan masalah yang dihadapinya dan mampu mengarahkan dirinya untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kearah perkembangan yang optimal sehingga ia dapat mencapai kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial13. 1.2. Penyuluhan Agama (Islam) Dipandang dari sudut agama kegiatan bimbingan dan penyuluhan (konseling) dirasa perlu karena manusia siapapun dia, pasti mempunyai masalah hanya saja tergantung dari orang itu sendiri bagaimana menerimanya, ada yang merasa masalahnya merupakan masalah berat, sehingga ia merasa menderita yang amat dalam sampai putus asa, tetapi ada juga orang yang menerima masalah yang dihadapinya dengan hati yang lapang dan dipecahkan sendiri sehingga merasa puas dan selalu bahagia hidupnya. Keadaan demikian disebabkan orang tersebut selalu iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Esa. Dengan 12Dra. Hallen A, Bimbingan Dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm. 9 13Ibid, hlm. 11-12 ~ 63 ~ Fatatun Mufidah selalu berdoa dan berusaha serta selalu beerupaya mendekatkan diri kepada Tuhan, akan timbul keyakinan bahwa pertolonganNya akan senantiasa siap untuk dianugerahkan kepada siapa saja yang dekat dengan-Nya14. Nilai-nilai agama yang dianut klien merupakan satu hal yang perlu dipertimbangkan konselor dalam memberikan layanan konseling, sebab terutama klien yang fanatik dengan ajaran agamanya mungkin sangat yakin dengan pemecahan masalah pribadinya melalui nilai-nilai ajaran agamanya. Adapun pengertian bimbingan dan penyuluhan agama (konseling religius) adalah suatu usaha pemberian bantuan kepada seseorang (individu) yang mengalami kesulitan rohaniah baik mental dan spiritual agar yang bersangkutan mampu mengatasinya dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri melalui dorongan dan kekuatan iman dan ketaqwaan kepada Allah SWT, atau dengan kata lain bimbingan dan penyuluhan agama (Islam) ditujukan kepada seseorang yang mengalami kesulitan lahiriah maupun bathiniah yang menyangkut kehidupannya di masa kini dan masa mendatang supaya tercapai kemampuan untuk memahami dirinya, kemampuan untuk mengarahkan dan merealisasikan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai religius (Islam)15. 2. Pengembangan Dakwah Islam Pengembangan dakwah adalah upaya untuk meciptakan dan mewujudkan kegiatan dakwah yang antisipatif, kreatif dinamis dan relevan. Demikian ini bisa dilihat dari filosofi dakwah yaitu usaha melakukan sebuah perubahan kearah yang lebih baik. Jadi erat kaitannya dengan perbaikan (ishlah), pembaharuan (tajdid), dan pembangunan mulai dari rekonstruksi pemahaman dakwah, pembaharuan cara berfikir, sampai H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 38 15 H. Farid Hasyim dan Mulyono, Bimbingan Dan Konseling Religius, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), hlm. 43-44 14 ~ 64 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 perbaikan sikap dan tindakan (aktivitas)16. Sedangkan yang dimaksudkan dengan dakwah dalam ajaran Islam ialah pemanggilan umat manusia di seluruh dunia ke jalan Allah swt dengan penuh kebijaksanaan dan petunjukpetunjuk yang baik dan berdiskusi dengan mereka dengan cara yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu sesuai dengan masa kita sekarang ini dakwah dapat pula dita’rifkan sebagai “usaha-usaha menyerukan dan menyampaikan kepada perorangan manusia dan seluruh umat manusia. Konsepsi islam tentang pandangan dan tujuan hidup manusia di dunia ini, yang meliputi amar ma’ruf nahi munkar dengan berbagai macam cara dan media yang diperbolehkan untuk menuntun akhlak dan membimbing pengalamannya dalam peri kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”17. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi18. Sedangkan jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research). Yang dapat juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif atau sebagai metode untuk mengumpulkan data kualitatif. Ide pentingnya adalah bahwa peneliti berangkat ke “lapangan” untuk mengadakan pengamatan tentang sesuatu 16Asep Muhyiddin dan Safei, Metode Pengembangan Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), hlm. 71 17 Abd. Munir Mulkhan, Ideologisasi Gerakan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1996), hlm. 52 18 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 9-10 ~ 65 ~ Fatatun Mufidah fenomenon dalam suatu keadaan alamiah. Dalam hal demikian, maka pendekatan ini terkait erat dengan pengamatan – berperan serta (participan – observation). Dan seorang peneliti lapangan biasanya membuat catatan lapangan secara ekstensif yang kemudian membuat kode-kode dan menganalisa dalam berbagai cara19. Lokasi Penelitian Setiap calon peneliti harus mempersiapkan serta menentukan secara pasti di daerah mana ia akan mengadakan penelitian, yang dimaksud daerah disini adalah lokasi atau tempat penelitian dimana populasi itu berada. Adapun lokasi yang ditetapkan sebagai tempat kegiatan penelitian kami adalah Kantor Kementerian Agama Wilayah/Kabupaten Jember di Jalan Bengawan Solo No. 3 Jember dan Kementerian Agama Kabupaten Bondowoso Jl. KH. Asyari 120 Bondowoso, dengan berbagai alasan sebagai berikut: a. Letak geografis yang mudah dijangkau untuk melakukan penelitian. b. Adanya kesesuaian dengan permasalahan seperti yang terfikirkan dan tergambarkan sebelumnya. c. Kementerian Agama (Kemenag) Jember adalah sebuah lembaga atau institusi pemerintahan yang mengurusi bidang keagamaan di Kabupaten Jember. SUMBER DATA Menurut Lofland dan Lofland (1984:47) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan, seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada penelitian ini jenis datanya dibagi kedalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto dan statistik20. a. Kata-kata dan tindakan, Kata-kata dan tindakan orang-orang yang diamati atau diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber 19Ibid, hlm. 26 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 157-162 20 ~ 66 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 data utama dicatat melalui catatan tertulis atau melalui perakaman video / tape, pengambilan foto atau film. b. Sumber tertulis, Walaupun dikatakan bahwa sumber diluar kata dan tindakan merupakan sumber kedua, jelas hal itu tidak bisa diabaikan. Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. c. Foto, Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif. Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. d. Data statistik Peneliti kualitatif sering juga menggunakan data statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan bagi keperluannya. Statistik misalnya dapat membantu memberi gambaran tentang kecenderungan subjek pada latar penelitian. Instumen Dan Teknik Pengumpulan Data Seperti telah dikemukakan bahwa, terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi” seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun ke lapangan. Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas ~ 67 ~ Fatatun Mufidah temuannya21. Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan22. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participant observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi. Teknikpengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini antara lain: a. Metode Observasi Dalam usaha pengembangan pengetahuan ilmiah mengenai segala sesuatu yang diwujudkan alam semesta, observasi/pengamatan merupaka metode pertama yang digunakan. Arikunto mengungkapkan bahwa observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata. Apa yang dikatakan ini adalah pengamatan langsung. Dalam artian penelitian, observasi dapat dilakukan dengan kuesioner, rekaman gambar, rekaman suara23. Dari kedua pendapat diatas dapat diambil kesimpulan, bahwa observasi sebagai metode pengumpulan data yang digunakan oleh pengamat terhadap segenap isi observasi, yang langsung ditangkap dengan menggunakan alat indera. Ada beberapa alasan mengapa dalam penelitian kualitatif, pengamatan dimanfaatkan sebesar-besarnya, seperti yang dikemukakan oleh Guba dan Lincoln (1981: 191-193) sebagai berikut: Prof. Dr. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 222 22Ibid, hlm. 224 23Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,1998), hlm. 146 21 ~ 68 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 1) Teknik pengamatan ini berdasarkan atas pengamatan secara langsung. 2) Teknik pengamatan memungkinkan melihat dan mengamati sendiri, kemudian mencatat perilaku dan kejadian sebagaimana yang terjadi pada keadaan sebenarnya. 3) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun pengetahuan yang diperoleh secara langsung dari data. 4) Teknik pengamatan memungkinkan peneliti memahami situasi-situasi yang rumit24. Metode Wawancara Dilihat dari proses pengumpulan datanya, wawancara dapat disebut “seni menanyakan sesuatu dengan ‘alat’ pertanyaan yang benar”. Wawancara dalam penelitian merupakan salah satu dari sejumlah metode pengumpulan data yang dapat digunakan untuk memperoleh informasi yang diperlukan25. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985: 266), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain. Pembagian wawancara yang dilakukan oleh Patton (1980: 197) didasarkan atas perencanaan pertanyaannya, diantaranya sebagai berikut; 1) Wawancara Pembicaraan Informal Pada jenis wawancara ini pertanyaan yang diajukan sangat bergantung pada pewawancara itu sendiri, jadi bergantung pada spontanitasnya dalam mengajukan pertanyaan kepada terwawancara. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 174-175 25Asep Saeful dan Ahmad Safei, Metode Penelitian Dakwah, (Bandung: CV. Pustaka Setia) hlm. 161 24 ~ 69 ~ Fatatun Mufidah 2) Pendekatan Menggunakan Petunjuk Umum Wawancara Jenis wawancara ini mengaharuskan pewawancara membuat kerangka dan garis besar pokok-pokok yang dirumuskan, tidak perlu ditanyakan secara berurutan. 3) Wawancara Baku Terbuka Jenis wawancara ini adalah wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan baku. Urutan pertanyaan, kata-katanya, dan cara penyajiannya pun sama untuk setiap responden26. Dokumentasi Menurut Arikunto, metode dokumenter adalah metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan-catatan, transkip buku, surat kabar, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya27. Penggunaan dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan untuk meramalkan. Dokumen digunakan untuk keperluan penelitian, menurut Guba dan Lincoln (1981: 235), karena alasan-alasan yang dapat dipertanggung jawabkan sebagai berikut28: 1) Dokumen merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong. 2) Berguna sebagai bukti untuk suatu pengujian. 3) Karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan konteks penelitian kualitatif. 4) Dokumen tidak reaktif, sehingga sukar ditemukan dengan teknik kajian isi. 5) Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki. Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 186-188 27Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,2003), hlm. 234 28 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 217 26 ~ 70 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Metode Analisis Data Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1992) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain. Dipihak lain, analisis data kualitatif menurut Seiddel (1998), prosesnya berjalan sebagai berikut; a. Mencatat dan menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri. b. Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensintesiskan, membuat ikhtisar dan membuat indeksnya. c. Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum29. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti menggunakan analisis data model Spradley, yaitu tidak terlepas dari keseluruhan proses penelitian yang terdiri dari: pengamatan deskriptif, analisis domein, pengamatan terfokus, analisis taksonomi, pengamatan terpilih, analisis komponensial, dan diakhiri dengan analisis tema 30 . Hal itu menunjukkan bahwa penyelenggaraan penelitian ini dilakukan secara silih berganti antara pengumpulan data dengan analisis data sampai pada akhirnya keseluruhan masalah penelitian ini terjawab. Karena penelitian ini menggunakan langkah-langkah penelitian naturalistik dikemukakan oleh Spradley dalam Lexy (2008), maka analisis data dilaksanakan langsung dilapangan bersama-sama dengan pengumpulan data. Ada empat tahap analisis data yang diselingi dengan pengumpulan data31 yaitu: 1. Analisis Domein, dilakukan terhadap data yang diperoleh dari pengamatan berperanserta/wawancara atau pengamatan deskriptif yang terdapat dalam catatan lapangan. Pengamatan Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 248 30Ibid, hlm. 302-303 31 Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 149-151 29 ~ 71 ~ Fatatun Mufidah deskruptif berarti mengadakan pengamatan secara menyeluruh terhadap sesuatu yang ada dalam latar penelitian. 2. Analisis Taksonomi, setelah selesai analisis domein, dilakukan pengamatan dan wawancara terfokus berdasarkan fokus yang sebelumnya telah dipilih oleh peneliti. Oleh hasil pengamatan terpilih dimanfaatkan untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. 3. Analisis Komponen, setelah analisis taksonomi, dilakukan wawancara atau pengamatan terpilih untuk memperdalam data yang telah ditemukan melalui pengajuan sejumlah pertanyaan kontras. Data hasil wawancara terpilih dimuat dalam catatan lapangan. 4. Analisis Tema, analisis tema merupakan seperangkat prosedur untuk memahami secara holistic pemandangan yang sedang diteliti. Sebab setiap kebudayaan terintegrasi dalam beberapa jenis pola yang lebih luas. Aluranalisis yang ditempuhmenggunakan Model Interaktif dari versinya Keeves &Souden, yaitu empat tahap besar dalam penelitian kualitatif: Rancangan Penelitian, Pengumpulan Data Lapangan, Analisis Data Kualitatif, Peringkasan dan Pengintegrasian hasil temuan (penarikan kesimpulan dan verifikasi) (Sudarsono, FX, 1995 : 1) ~ 72 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Hal itu dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Rancangan Penelitian a. Reduksi Data 3. Analisis Data: a. Reduksi Data b. Penyajian c. Verifikasi b. Penyajian Matriks/Pengu jian c. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi 4. Peringkasan/Pengi ntegrasian Temuan 2. Pengumpulan Data Gambar. 1. Model Analisis Interaktif Versi Keeves & Sowden ~ 73 ~ Fatatun Mufidah Uji Keabsahan (validitas) Data Suatu alat pengukur dikatakan valid, jika alat itu mengukur apa yang harus diukur oleh alat itu32. Lebih jauh lagi kemampuan menggambarkan temuan kebenaran bisa tidak tepat jika peneliti menerima pentingnya keadaan dan kebenaran. Agaknya validitas akan dinilai dengan keadaan yang terlihat secara baik dan penggambaran secara tepat data yang dikumpulkan33. Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat, maka jelas bahwa hasil upaya penelitiannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan data yang didasarkan atas empat kriteria yang digunakan, yaitu: derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Dalam penelitian ini, pemeriksaan keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Dalam hal ini jalan yang dicapai yaitu: 1). Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2). Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3). Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang; dan 4). Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan34. HASIL PENELITIAN A. PEMBAHASAN TEMUAN Pada bagian ini peneliti akan memberikan interpretasi dari hasil-hasil temuan dalam penelitian, tentang persoalan yang telah dibahas pada analisa data diatas dengan penekanan pada persoalan bagaimana kontribusi Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Islam terhadap pengembangan dakwah 32Nasution, Metode Research, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 74 Patilima, Penelitian Kualitatif, (Bandung: IKAPI, 2005), hlm. 94 34 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2008), hlm. 330-331 33Hamid ~ 74 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Islamiyah tahun 2012 sebagai fokus pembahasan dalam penelitian ini. A.1. Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso Istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan sejak tahun 1985 yaitu dengan adanya Keputusan Menteri Agama Nomor 791 Tahun 1985 tentang Honorarium Bagi Penyuluh Agama. istilah Penyuluh Agama dipergunakan untuk menggantikan istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelumnya di lingkungan kedinasan Kementerian Agama. Penyuluh Agama adalah pegawai negeri sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan bimbingan dan penyuluhan agama dan pembangunan melalui bahasa agama. Demikian tercantum dalam Keputusan Bersama (KB) Menteri Agama dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 574 Tahun 1999 dan Nomor 178 Tahun 1999 tentang Jabatan Fungsional Penyuluh Agama dan Angka Kreditnya. Setiap Penyuluh Agama harus memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi pada panggilan tugas disertai dengan wawasan yang akurat tentang fungsi dan peranan yang mesti dijalankannya ditengah masyarakat. Dedikasi dan wawasan dimaksud perlu dibangun dengan dilandasi sepenuhnya oleh pemahaman yang mendalam terhadap ajaran agama, pemahaman dakwah dan kepedulian terhadap problema aktual di masyarakat. Penyuluh agama merupakan perangkat dalam Instistusi Pemerintahan Kementerian Agama Kabupaten Jember yang memusatkan segala perhatian, energi dan perjuangan untuk memberikan bantuan berupa bimbingan semaksimal mungkin terhadap masyarakat yang memerlukan demi mengabdikan diri pada urusan dakwah Islam. Dalam tugasnya, penyuluh agama berkewajiban untuk mereformulasikan visi, misi dan strategi dakwah yang kontekstual dan relevan dengan tuntutan zaman. Lebih dari tu, penyuluh agama Islam juga berkewajiban untuk melakukan aktivitas dakwahnya dengan sungguh-sungguh, istiqomah dan ikhlas. Secara struktural, penyuluh agama berada dibawah naungan Seksi Penamas (Pendidikan Agama Islam Pada Masyarakat Dan Pemberdayaan Masjid), maka dari itu, setiap ~ 75 ~ Fatatun Mufidah penyuluh agama dituntut agar memiliki mutu integritas kepribadian dan akhlak yang dapat dijadikan teladan di tengah masyarakat serta dalam rangka menunjang kelancaran dan keberhasilan tugasnya, seorang penyuluh agama harus melakukan sinergi dan kerjasama yang baik dengan berbagai pihak, instansi dan lembaga yang memiliki keterkaitan secara langsung ataupun tidak langsung dengan kegiatan penyuluhan agama. Di tengah terjadinya perubahan sosial-budaya, maka penyuluhan agama Islam juga dituntut untuk memerankan perannya secara signifikan. Dalam proses transformasi sosial demikian nilai-nilai keagamaan harus diaktualisasikan dan tidak boleh hanya berada di garis marginal. Masyarakat yang menjadi sasaran penyuluhan agama tidak selalu dapat diletakkan dalam konteks yang bersifat makro. Oleh karena itu setiap penyuluh agama harus mampu memetakan kelompok sasaran karena tidak mungkin seorang penyuluh agama dapat melakukan kegiatan yang menyentuh semua strata dan segmen dalam waktu yang bersamaan. Pemetaan kelompok sasaran Penyuluh Agama Islam merupakan langkah yang penting untuk memudahkan dalam memilih metode pendekatan dan menentukan materi bimbingan atau penyuluhan yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kontribusi yang diberikan Penyuluh Agama Islam harus lebih ditingkatkan dengan harapan akan menciptakan struktur masyarakat yang dinamis sesuai dengan perkembangan zaman serta memiliki keseimbangan akhlaqul karimah sebagai modal dasar dalam membangun jiwa yang sehat sesuai dengan apa yang diajarkan dalam Al-qur’an dan As-Sunnah. A.2. Program Kerja Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso Dalam rangka memberikan kontribusi terhadap pengembangan dakwah Islamiyah, Penyuluh Agama Islam harus mampu melaksanakan semua rincian kegiatan yang telah ditetapkan dalam keputusan Menko Wasbangpan Nomor 54/Kep/MK.WASPAN/9/1999 tanggal 30 september 1999, yaitu ~ 76 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 setiap Penyuluh Agama memiliki kelompok sasaran yang menjadi binaannya sesuai dengan tingkat jabatan dan tingkat kedudukannya. Setiap Penyuluh Agama harus mengenal dan memahami karakteristik kelompok sasaran yang dihadapi dalam kegiatan penyuluhan agama. Bahkan pengenalan dan pemahaman yang akurat terhadap kelompok sasaran adalah merupakan kegiatan yang pertama harus dilakukan oleh setiap Penyuluh Agama Islam dan merupakan bahan pokok dalam mempersiapkan diri sebelum terjun ke lapangan. Untuk melaksnakan kegiatan pengenalan dan pemahaman kelompok sasaran dimaksud, setiap Penyuluh Agama Islam dituntut agar menguasai seperlunya dasar-dasar penelitian sosial. Kegiatan penelitian tersebut dapat dilakukan melalui metode survey/observasi dan teknik pencarian informasi dan pengumpulan data lainnya, baik yang dilakukan secara mandiri atau bekerjasama dengan pihak lain. Dari beberapa rincian kegiatan Penyuluh Agama Islam tersebut diatas, dapat dipahami bahwa Penyuluhan Agama Kemenag Jember mempunyai langkah yang jelas dan sistematis dalam merealisasikan program kerjanya, yang mana semua kegiatan tersebut berorientasi dalam rangka mengembangkan dakwah Islamiyah menuju sebuah perubahan dan pembaharuan di bidang agama dan pembangunan. Hal ini sesuai dengan Keputusan Bersama tentang Tugas Pokok Penyuluh Agama adalah melakukan dan mengembangkan kegiatan bimbingan atau penyuluhan agama dan pembangunan . A.3. Sosialisasi Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso Sosialisasi merupakan proses melakukan sebuah tindakan atau bisa dikatakan sebagai tindak lanjut atau second point dari program kerja yang telah direncanakan oleh Penyuluh Agama dapat terwujud. Langkah ini bertujuan supaya rincian kegiatan Penyuluh Agama Islam dapat diterima dan dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sasarannya baik itu masyarakat umum maupun masyarakat khusus seperti yang telah dijelaskan pada bab sasaran kelompok binaan. ~ 77 ~ Fatatun Mufidah Media dan sarana yang digunakan sebagai alat untuk sosialisasi Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso sudah dilakukan dengan sistematis dan terencana sehingga mempermudah dalam proses pelaksanaan dakwah Islamiyah. Diantara metode pendekatan yang digunakan oleh para Penyuluh Agama yaitu menjalin kerjasama dengan beberapa media lokal dan lembaga-lembaga dakwah Islam, melalui: 1). Siaran Keagamaan di RRI Cabang Jember; 2). Forum-forum Majelis Ta’lim; 3). Pondok Pesantren; 4). TPQ/TPA; 5). Remaja Masjid; dan 6). Lembaga Pemasyarakatan (LP) A.4. Pemberdayaan Internal dan Eksternal Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso Pemberdayaan merupakan strategi yang harus dilakukan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) para Penyuluh Agama Islam. Dalam melakukan pemberdayaan tidak terlepas dari peranan seorang pemimpin dalam institusi tersebut. Dalam hal ini Kepala Seksi Penamas mempunyai peran signifikan untuk menumbuhkan profesionalisme Penyuluh Agama dan harus mampu menumbuhkan kekuatan serta meningkatkan kapabilitas para anggotanya. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisir ekspektasi masyarakat mengenai peran birokrasi pemerintahan yang sampai saat ini masih terus dipertanyakan dalam praktik kehidupan berbangsa dan bernegara. Persoalan korupsi, kolusi, dan nepotisme telah terjadi di hampir semua lembaga pemerintahan. Sementara rendahnya kualitas pelayanan, lemahnya produktivitas, daya saing dan inefisiensi merupakan sebagian potret dari rendahnya kapasitas dan kinerja aparatur pemerintah. Oleh karena itu, perlu segera dilakukan terobosan dan berbagai upaya peningkatan kualitas aparatur dan perubahan kultur birokrasi. Sebagai unsur yang paling dekat dengan masyarakat, Penyuluh Agama Islam diharapkan mampu memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat dalam bidang agama dan pembangunan demi terwujudnya dakwah Islam yang dinamis serta pemerintahan yang baik dan bersih dari praktekpraktek yang merugikan masyarakat. ~ 78 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Dari pada itu, Kementerian Agama yang membebankan tugasnya pada Seksi Penamas dalam meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) Penyuluh Agama telah memberikan langkahlangkah positif terhadap anggotanya, diantaranya sebagai berikut: 1. Penataran, yaitu mengikutsertakan para penyuluh pada setiap acara Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Bimbingan dan Penyuluhan yang diselenggarakan oleh Kemenag Tingkat Wilayah/Propinsi (Jawa Timur). 2. Pembinaan Bulanan/Rapat Kordinasi, yaitu melaksanakan pembinaan tiap bulan yang dikemas dengan acara anjangsanaanjangsisni ke rumah-rumah penyuluh secara bergiliran dalam rangka mempererat tali silaturahim serta mendekatkan ikatan emosional sesama penyuluh. 3. Rapat Dinas, yaitu pemberian pembekalan secara kontinyuitas terhadap para penyuluh melalui rapat resmi mingguan dan bulanan yang diselenggarakan di Kantor Kementerian Agama Kabupaten Jember. 4. Pembinaan personil berdasarkan situasi dan kondisi, pembinaan kategori ini dilakukan ketika salah satu dari personil penyuluh mengalami kesulitan terhadap kelompok binaannya ataupun telah melakukan kesalahan dalam dirinya didalam menjalankan aktivitasnya. 5. Pengembangan manajemen dan resolusi konflik yang mungkin terjadi dari dampak penyuluhan, oleh karena itu perlu mendatangkan para pakar dan ahli dalam manajemen konflik, para kyai, dan sesepuh dari kalangan di luar (eksternal) penyuluh untuk mentranformasikan ilmunya untuk pengembangan dakwah yang lebih baik, humanis, dan egaliter berbasis kearifan lokal. PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti serta mengacu pada rumusan masalah, maka dapat dikemukakan kesimpulan-kesimpulan sebagai berikut: a. Program kerja Program Kerja Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso dilakukan berdasarkan jenjang jabatan dan pangkat jabatan fungsional masing-masing, seperti identifikasi potensi wilayah dan kebutuhan kelompok sasaran, menyusun ~ 79 ~ Fatatun Mufidah rencana kerja operasional, membuat rumusan materi bimbingan dan penyuluhan serta melakukan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan bimbingan atau penyuluhan agama Islam. b. Sosialisasi Sosialisasi yang diterapkan oleh Penyuluh Agama Islam Kemenag Jember dan Bondowoso terbilang sudah cukup efektif dalam melakukan proses tranformasi sosial demi menjalankan misi pengembangan dakwah Islam, diantaranya menjalin kerjasama dengan media radio (RRI) Cabang Jember, Forum Majelis Ta’lim, TPQ/TPA, Remaja Masjid, serta Lembaga Pemasyarakatan (LP). c. Pemberdayaan internal dan eksternal Dalam rangka menumbuhkan kualitas, integritas, kapabilitas, serta profesionalitas di tingkat internal Penyuluh Agama Islam, dilakukan langkah-langkah pemberdayaan diantaranya adalah penataran/pendidikan dan latihan (Diklat), pembinaan bulanan dalam rapat kordinasi, pembekalan dalam rapat dinas dan pembinaan personil secara kondisional dan situasional juga dengan mendatangkan kalangan eksternal yang dapat membantu dalam pelaksanaan dakwah baik baik dari kalangan profesional maupun tradisional. DAFTAR PUSTAKA Al Barry, Dahlan, 1994;Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arloka Arikunto, Suharsimi, 2003;Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta Badan Litbang Dan Diklat, DEPAG RI, 2007; Kompilasi Peraturan Perundang-Undangan Kerukunan Hidup Beragama, Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan Basyuni, Muhammad, 2006; Kebijakan Dan Strategi Kerukunan Umat Beragama, Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Bidang Penamas, 2009; Himpunan Perundang-Undangan Penamas, Surabaya: Kantor Departemen Agama Provinsi Jawa Timur Depag RI, 2004; Al-Qur’an Dan Terjemahannya, Bandung: CV. Penerbit J-ART H. M. Arifin, 1982; Pedoman Pelaksanaan Bimbingan Dan Penyuluhan ~ 80 ~ Al-Tatwir, Vol. 2 No. 1 Oktober 2015 Agama, Jakarta: PT. Golden Terayon Hallen. A, 2002; Bimbingan Dan Konseling, Jakarta: Ciputat Press Hasyim, Farid, 2010; Bimbingan Dan Konseling Religius, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Hielmy, Irfan, 2002; Dakwah Bil – Hikmah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Moleong, Lexy, 2008;Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Muhammad Khallaf, Abdul Mun’im,1998;Islam Dalam Perspektif Rasional, Jakarta: Rajawali Press Muhyiddin, Asep dan Safei, Ahmad, 2002; Metode Pengembangan Dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia Mulkhan, Abdul Munir, 1996; Ideologisasi Gerakan Dakwah: Episode Kehidupan M. Natsir dan Azhar Basyir, Yogyakarta: Sipress Munir, M., dan Ilaihi, wahyu, 2006: Manajemen Dakwah,Jakarta: Prenada Media Nasution, 2003; Metode Research, Jakarta: Bumi Aksara Natsir, M., No. 28: Dakwah Dan Tujuan; Dalam Serial Media Dakwah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Novianto, Wahyu, 2006; Kontribusi Lembaga Dakwah NU Terhadap Pemberdayaan Warga Nahdliyyin, STAIN Jember: SKRIPSI Patilima, Hamid, 2005; Penelitian Kualitatif, Bandung: IKAPI Poerwadarminta, 2007; Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Saeful, Asep dan Safei, Ahmad, 2003; Metode Penelitian Dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia Sitorus, M, 2000;Berkenalan Dengan Sosiologi Jilid II, Jakarta: Erlangga STAIN, Tim Penyusun, 2009;Pedoman Penelitian Karya Ilmiah Mahasiswa, Jember: STAIN Sugiyono, 2010;Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta Sukardi, Dewa Ketut, 1995; Proses Bimbingan Dan Penyuluhan, Jakarta: PT. Rineka Cipta Syaifullah,Asep, 2007; Merukunkan Umat Beragama: Studi Pemikiran Tarmizi Taher Tentang Kerukunan Umat Beragama, Jakarta Selatan: Penerbit Grafindo Khazanah Ilmu Tobroni dan Samsul Arifin, 1994; Islam; Pluralisme Budaya Dan Politik, Yogyakarta: Sipress ~ 81 ~ Fatatun Mufidah Website Kemenag; http://id.wikipedia.org/wiki/kementerian agama indonesia Website; http://kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= pidato 2009 Website; http://kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2= renstra 2010 Website; http: // suniscome. 50webs.com / 32Konsep Pemberdayaan Partisipasi Kelembagaan.pdf Yusuf, M. Husain, 1999; Dibalik Strategi Dakwah Rasulullah, Terjemah Syukriadi Sambas Dan Rosihon Anwar, Bandung: Mandiri Press Yusuf, Syamsu dan Nurihsan, Juntika, 2009; Landasan Bimbingan Dan Konseling, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Zaini, Ahmad, 2011. Kontribusi Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama Kabupaten Jember Terhadap Pengembangan Dakwah Islamiyah Tahun 2011. Skripsi. STAIN Jember (tidak diterbitkan) ~ 82 ~