BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul 1. Aktualitas Masyarakat yang menginginkan hidup sejahtera senantiasa melakukan perubahan dalam rangka memperbaiki hidup yang selama ini dianggap tidak memuaskan. Hal inilah yang kemudian mendorong masyarakat untuk terus berusaha mendapatkan apa yang lebih baik dari kondisi sebelumnya. Pada setiap individu tentu memiliki arti kesejahteraannya masing-masing. Tetapi hal utama yang menjadi cita-cita masyarakat dalam mencapai kesejahteraan adalah mampu mengatasi masalah sosial. Secara umum, masalah sosial yang membutuhkan perhatian khusus dirangkum sesuai dengan MDG’s (Milenium Development Goals), yaitu kemiskinan, pendidikan dasar, kesetaraan gender, kematian bayi, kesehatan ibu, HIV/AIDS, pelestarian lingkungan serta kemitraan secara global. Pada posisi ini, masyarakat adalah aktor yang dianggap sebagai tokoh yang harus diberdayakan. Melalui pemberdayaan pula masyarakat diharapkan mampu memiliki pola fikir yang kuat demi menciptakan perubahan yang lebih baik. Didalam prosesnya, terdapat aktor pendorong dan penggerak pembangunan, hal tersebut yang mendasari pemerintah mengikutsertakan pihak swasta untuk ikut andil dalam meningkatkan kualitas masyarakat. Tujuan utama dari keikutsertaan ini bukan semata-mata mengurangi tugas pemerintah, tetapi juga memberikan tanggung jawab perusahaan dalam pelayanan sosial yang saat ini tengah diwajibkan dalam etika korporasi, dan pertanggungjawaban perusahaan tersebut kini kita kenal dengan nama CSR. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 1 Dewasa ini, pembahasan mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan topik utama yang diperbincangkan oleh perusahaan. Pasalnya, perusahaan yang dibangun demi mencari profit, kini memiliki tugas ganda yaitu pelayanan sosial. Seperti prinsip ekonomi yang menyebutkan bahwa mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan modal yang sekecil-kecilnya, terdengar senada dengan prinsip perusahaan. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada bayangan sedikitpun bagi perusahaan untuk mengambil peran dalam kegiatan sosial. Beberapa perusahaan juga menganggap bahwa, selama perusahaan telah membayar pajak, artinya perusahaan tersebut tidak melanggar undang-undang yang ada. Ditambah lagi apabila salah seorang pegawai atau manajer melakukan kegiatan lain di luar memasukan profit kedalam perusahaan, hal tersebut malah akan dianggap menyalahgunakan jabatannya. Melihat hal tersebut, dapat dikatakan bahwa adanya pertanggung jawaban sosial hanya seperti upaya permintaan tolong pemerintah dalam pembangunan masyarakat. Sudah jelas, bahwa peningkatan kesejahteraan merupakan tanggung jawab utama pemerintah dan bukan tanggung jawab perusahaan. Sanggahan keras inilah yang keluar dari posisi para pelaku usaha dan bisnis dalam menolak upaya pembangunan masyarakat melalui peran serta perusahaan. Etika korporasi merupakan suatu tindakan yang dianggap sebagai bagian dari pertanggung jawaban perusahaan dalam mensejahteraan masyarakat. Etika pada sebuah perusahaan bukan hanya tentang bagaimana hubungan timbal balik antara pemilik dan pekerja. Tetapi juga bagaimana hubungan antara perusahaan dengan masyarakat, khususnya masyarakat sekitar yang menjadi lingkaran kegiatan produksi. Sebagaimana yang kita ketahui, pada proses produksi, perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung akan berusaha memanfaatkan sumber daya yang ada di sekitarnya, karena itulah CSR kini dianggap perlu dilakukan sebagai Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 2 bentuk pertanggung jawaban perusahaan terhadap kegiatan produksi yang mengikutsertakan masyarakat. Salah satu perusahaan besar yang melakukan kegiatan CSR adalah PT.Unilever Indonesia Tbk, dengan produk andalannya yaitu Kecap Bango. Pada kegiatannya, PT.Bango mengikutsertakan para petani kedelai hitam sebagai bagian dari CSR mereka melalui pemberdayaan masyarakat. Kedelai hitam merupakan bahan utama dalam menghasilkan kecap. Sama seperti Bango, produk ini menggunakan kedelai hitam asli untuk menghasilkan kecap dengan benih yang berkualitas demi memuaskan citarasa para konsumen Seiring berjalannya waktu, Kecap Bango kini telah menjadi produk yang memiliki nama besar di mata konsumen. Tentu hal ini bukan hanya diakibatkan oleh adanya iklan bagi para penyimak televisi saja. Menarik hati konsumen bisa diraih pula dengan memasukan kegiatan pertanggung jawaban sosial. Bango kemudian mengambil alternatif untuk menjadikan petani sebagai bagian dari CSR yang bermitra dengan perusahaan. Petani ini ditunjuk sebagai penghasil utama kebutuhan produksi kedelai hitam mereka melalui program pemberdayaan masyarakat. Tidak main-main, selain perusahaan Kecap Bango yang berinteraksi dengan para petani, mereka juga mengikutsertakan berbagai aktor sebagai bagian yang turut bekerja sama dalam pemberdayaan ini. Di antaranya adalah Yayasan Persada serta pihak UGM sebagai tokoh yang mendidik mereka dalam penanaman yang baik, kegiatan memperbanyak benih, hingga sistem komunikasi dengan pihak Unilever. Kesimpulannya adalah kemitraan ini mengikutsertakan PT.Unilever Indonesia Tbk, Yayasan Uniever, Yayasan Persada, UGM, serta petani kedelai hitam yang terikat dalam satu nama yaitu Kecap Bango. Inilah salah satu alasan mengapa Bango mampu memperluas jaringannya mulai dari Subang, Bantul, Ngawi, Nganjuk, Trenggalek, Madiun, dan Ponorogo. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 3 2. Orisinalitas Ada banyak penelitian terkait dengan kemitraan perusahaan atau yang dikenal dengan nama CSR ini demi meningkatkan ekonomi masyarakat melalui program pemberdayaan. Beberapa penelitian yang penulis temui diantaranya adalah ketiga Skripsi mengenai kemitraan atau CSR, yaitu: 2.1. Skripsi berjudul “Strategi Perusahaan BUMN dalam Melaksanakan Corporate Social Responsibility (CSR).” Penelitian tersebut disusun oleh Irma Safni pada tahun 2012. Ini memiliki kesamaan dalam kajian Corporate Social Responsibility dan pemberdayaan masyarakat, tetapi pada penelitian tersebut lebih membahas mengenai strategi perusahaan BUMN di PT pupuk Kalimantan Timur. Oleh karena itu, sekalipun penelitian ini memiliki tema yang sama yaitu CSR, tetapi fokus penelitian dalam penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya 2.2. Skripsi berjudul, “Mekanisme Pengelolaan Kegiatan Comdev PT Santan Batubara Sebagai Wujud Implementasi Konsep CSR”. Penelitian yang dilakukan oleh salah seorang lulusan PSdK UGM bernama Heri Purnama ini memiliki kesamaan dalam tema mengangkat konsep CSR perusahaan. Tetapi ia memfokuskan penelitiannya kepada mekanisme pengelolaan kegiatan Comdev sebagai wujud implementasi konsep CSR yang berjalan secara top-down. Hal tersebut tentu berbeda dengan yang peneliti lakukan, karena peneliti lebih memfokuskan pada pemberdayaan masyarakat petani kedelai hitam melalui kerjasama antar aktor. 2.3. Skripsi berjudul, “Public Relation dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan.” Ini disusun oleh Dyah Wulandari Setyarini pada tahun 2003. Ia memaparkan menganai peran Public Relation dalam pelaksanaan Community Development sebagai Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 4 perwujudan tanggung jawab perusahaan pada PT.Taman Safari Indonesia. Meskipun peneliti tersebut membahas mengenai pertanggung jawaban perusahaan, akan tetapi fokus peneliti ini juga berbeda. Pada penelitian Dyah Wulandari memanfaatkan posisi comdev perusahaan sebagai komunikasi dua arah. Tetapi penelitian ini terdapat posisi badan pendidikan yaitu pihak UGM dan Yayasan Persada sebagai bagian dari kemitraan tersebut. Selain beberapa skripsi mengenai Corporate Social Rensponsibility, peneliti juga menemukan mahasiswa lain yang melakukan kuliah lapangan dengan tema yang serupa, yaitu Mesalia Kriska. Mahasiswi Fakultas Pertanian ini mengambil kuliah lapangan dengan judul “Penjalinan Kemitraan Antara PT.Unilever Tbk Melalui Yayasan Unilever Indonesia dengan Petani.” Sekalipun tema yang ia ambil hampir serupa dengan tema skipsi yang peneliti ambil, tetapi posisi kami tidak hanya dibedakan berdasarkan tujuan penelitian. Melainkan fokus yang menjadi permasalahan penelitian diantara kami pula berbeda. Jika Kuliah Lapangan Mesalia Kriska lebih dominan membahas mengenai benih malika PT.Unilever Indonesia Tbk, sedangkan skripsi ini lebih berfokus kepada posisi petani yang telah diberikan pemberdayaan. Ditambah lagi dengan lokasi penelitian yang berbeda, Mesalia Kriska di Jawa Tengah sementara peneliti di Yogyakarta. Melihat hal tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian mengenai kemitraan ini berbeda dan lebih orisinil. 3. Relevansi dengan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Jurusan pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) mencakup tiga konsentrasi yaitu: Social Policy, Community Empowerment, dan Corporate Social Responsibility. Penelitian ini Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 5 akan membahas mengenai kegiatan Corporate Social Responsibility PT.Unilever Indonesia Tbk yang memberdayakan petani kedelai hitam, dengan fokus penelitian pada kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh berbagai aktor, yaitu PT.Unilever Indonesia Tbk bersama Yayasan Unilever sebagai perusahaan yang mendukung kegitan ini melalui dana dan programprogramnya, Universitas Gadjah Mada sebagai pihak pengajar yang mentransfer ilmu dan tekhnologi, Yayasan Persada sebagai mitra yang membangun pemberdayaan kelompok sortasi, serta petani kedelai hitam sebagai pelaksana, yang nantinya hasil dari pertanian tersebut akan diserap oleh PT.Unilever Indonesia Tbk sebagai bahan utama Kecap Bango. B. Latar Belakang Potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia merupakan kunci utama pembangunan masyarakat. Manusia yang berhasil adalah manusia yang mampu mengenali dan menggali potensi yang ada. Salah satu cara yang bisa ditempuh adalah dengan pemberdayaan masyarakat. Melalui pemberdayaan masyarakat tersebut, potensi yang ada pada sumber daya alam serta sumber daya manusia kemudian bisa digali dengan pembinaan secara berkala demi membangun kapasitas internal masyarakat agar dapat berkembang secara berkelanjutan. Tentu demi memajukan masyarakat tersebut dibutuhkan orang-orang yang mandiri. Masyarakat yang mandiri dapat dilihat dari kondisi masyarakat tersebut yang tidak lagi bergantung pada bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Pemerintah telah berupaya menyejahterakan masyarakat melalui berbagai program. Mulai dari beras miskin, bantuan langsung tunai, serta program-program lainnya. Sayangnya program tersebut sekalipun telah diberikan ke tangan masyarakat, sifatnya hanya sementara. Artinya bahwa kesejahteraan itu Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 6 bukan semata-mata tanggung jawab pemerintah saja, tetapi juga semua aktor di bidang pembangunan. Selaras dengan itu, pemerintah kemudian menarik para perusahaan untuk mengambil peran demi mensejahterakan masyarakat. Sosok perusahaan ini bukan hanya sematamata memberikan lapangan pekerjaan atau bantuan korban bencana alam. Tetapi juga mampu mengurangi angka kemiskinan masyarakat melalui kemitraan dan tanggung jawab perusahaan mereka, atau yang selama ini kita kenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR). Konsep kemiskinan bersifat multidimensional, oleh karena itu cara pandang yang dipergunakan untuk memecahkan persoalan kemiskinan juga meliputi beberapa aspek kemiskinan. Dilihat dari sisi poverty profile masyarakat, menurut Tjokrowinoto.1 Kemiskinan tidak hanya menyangkut persoalan kesejahteraan (welfare) semata, tetapi kemiskinan menyangkut persoalan kerentanan (vulnerability), ketidakberdayaan (powerless), tertutupnya akses kepada pelbagai peluang kerja, menghabiskan sebagian besar penghasilan untuk kebutuhan konsumsi, angka ketergantungan yang tinggi, rendahnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya. 2 Townsend membagi konsep kemiskinan menjadi tiga, yaitu kemiskinan absolute, kemiskinan relative dan kemiskinan subjektif. Kemiskinan absolute dirumuskan dengan membuat ukuran tertentu yang konkrit (a fixed yardstick) serta berorientasi pada kebutuhan dasar. Konsep kemiskinan relative dirumuskan berdasarkan the idean of relative standard, yaitu dengan memperhatikan dimensi tempat dan waktu, yang berorientasi pada derajat kelayakan hidup suatu masyarakat tertentu.3 Sementara subjektif berdasarkan perasaan kelompok miskin itu sendiri. Seyogyanya, demi mengatasi masalah kemiskinan, dibutuhkan kerjasama yang baik antara pemerintah, masyarakat, serta pihak swasta. Hal ini kemudian dianggap mampu mengurangi angka pengangguran yang turut pula mempengaruhi angka kemiskinan masyarakat. 1 Tjokrowinoto M, 1995. Strategi Pengentasan Kemiskinan: Tinjauan Sosial Politik. Dalam Pelatihan Analisis Kebijakan Sosial Angkatan II, Yogyakarta: PPK UGM. Dikutip dari buku Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. 2 Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. 3 Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 7 Sesuai dengan data BPS tahun 2012, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2012 mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen). Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2012, maka selama enam bulan tersebut terjadi penurunan jumlah penduduk miskin sebesar 0,54 juta orang. Berdasarkan daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2012–September 2012, baik penduduk miskin di daerah perkotaan maupun perdesaan sama-sama mengalami penurunan, yaitu masing-masing turun sebesar 0,18 persen (0,14 juta orang) dan 0,42 persen (0,40 juta orang).4 Hal ini diakibatkan adanya kesadaran dari masingmasing individu untuk merubah pola fikir mereka agar mampu menjadi pribadi yang siap menggali potensi yang ada demi kemajuan bersama. Tabel 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2012–September 2012 Daerah/Tahun Jumlah Penduduk Miskin (juta orang) Persentase PendudukMiskin (1) Perkotaan Maret 2012 September 2012 Perdesaan Maret 2012 September 2012 Perkotaan+Perdesaan Maret 2012 September 2012 (2) (3) 10,65 10,51 8,78 8,60 18,48 18,08 15,12 14,70 29,13 28,59 11,96 11,66 Sumber: Olah Data Susenas Maret 2012 dan September 2012 4 Kemiskinan menurut data BPS, 2012. http://www.bps.go.id/brs_file/kemiskinan_02jan13.pdf diakses pada maret 2013. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 8 Desa Sumbermulyo terletak di Kecamatan Bambanglipuro, Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Menurut data Susenas yang ditemukan di Pusat Studi Kependudukan UGM pada maret tahun 2012, jumlah penduduk di Bantul sendiri mencapai angka 862.961 jiwa dengan berbagai masalah sosial. Seperti yang tertera pada tabel berikut, dapat dikatakan bahwa kualitas ekonomi serta pendidikan yang diraih oleh masyarakt di Bantul tidak lebih dari 50% jumlah pendudukanya. Tabel 2 Kabupaten Bantul berdasarkan survey penduduk atau sensus 2005 862.961 jiwa Jumlah penduduk Penduduk berumur 10 tahun keatas menurut kab/kota dan 202.808 jiwa kemampuan membaca dan menulis Bantul Penduduk berumur 5 tahun ke atas yang masih sekolah 42.434 jiwa Penduduk 60 tahun ke atas yang memperoleh pendapatan 106.049 jiwa Banyaknya rumah tangga berdasarka kepemilikan kartu keluarga 66.432 jiwa Sumber: Pusat Studi Kependudukan UGM (diolah) Sumbermulyo merupakan desa yang dikepalai oleh Dra. Ani Widayani. Sumbermulyo sendiri memiliki jumlah penduduk sebanyak 18,002 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 4,717. Desa ini juga lebih didominasi oleh perempuan yang berjumlah 9.230 jiwa sementara laki-laki 8,772 jiwa. Sesuai dengan data sensus penduduk tahun 2005 Kabupaten Bantul, hanya 202.808 jiwa dari 862.961 jiwa yang berumur 10 tahun ke atas yang memiliki kemampuan membaca dan menulis. Sumberdaya yang dimiliki oleh Desa Sumbermulyo adalah persawahan, peternakan, perkantoran serta industri rumah tangga. Selain itu juga terdapat kawasan kumuh dan bantaran Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 9 sungai yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan banjir. Desa Sumbermulyo pula merupakan daerah episentrum gempa sesuai dengan data monografi desa. Padahal desa Sumbermulyo merupakan kawasan wisata yang menarik bagi para wiasatawan kristiani untuk mengunjungi Gereja dan Candi Hati Kudus. Melihat angka pendidikan desa Sumbermulyo, mayoritas masyarakat adalah lulusan SD/sederajat. Sementara untuk lulusan SMP dan SLTA masih di bawah lulusan SD yang berjumlah 3.514 jiwa. Ditambah lagi dengan sarjana tidak lebih drai 50% penduduk di desa, hal ini yang diperkirakan menjadi alasan mengapa sumberdaya masyarakat desa Sumbermulyo belum teroptimalkan. Pada desa ini juga terdapat masalah lingkungan serta masyarakat yang masih belum mampu memenuhi kebutuhan dasar mereka. Penduduk di Desa Sumbermulyo mengalami kesulitan ekonomi akibat tidak memiliki lapangan pekerjaan, atau dengan kata lain masih terdapat pengangguran dengan total 1.029 jiwa pada usia 15-56 tahun dari jumlah penduduk usia kerja sejumlah 9.320 jiwa pada tahun 2011. Padahal pada usia ini seharusnya masyarakat menjadi tulang punggung yang bisa memperbaiki ekonomi dari masing-masing keluarga. Maka dari itu, demi memperbaiki kualitas hidup masyarakat, kegiatan pemberdayaan dipilih sebagai jalan keluar yang diterapkan diwilayah ini. Sumbermulyo menggantungkan hidupnya pada sumber daya alam yang ada. Seluruh wilayah desa memang masih bertanah hijau, artinya bahwa pemasukan ekonomi keluarga memang berdasarkan kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan ataupun pariwisata. Sehingga pemberdayaan yang terdapat di desa ini juga kerap kali memasukan unsur lingkungan dalam memajukan ekonomi masyarakat. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 10 Melihat potensi tersebut kemudian berbagai perusahaan melirik desa Sumbermulyo untuk bergerak pada tindakan sosial perusahaan mereka. Kegiatan ini berupa kemitraan yang menjadikan potensi desa yang selama ini dianggap kurang menonjol dapat dioptimalkan melalui adanya hubungan kerjasama antara perusahaan dengan masyarakat desa. Seperti misalnya produk susu SGM yang melirik kedelai kuning hasil petani desa Sumbermulyo, serta kecap Bango yang bekerjasama dengan petani kedelai hitam. Perusahaan-perusahaan tersebut konsisten membeli bahan utama dalam pabrik dari dalam negeri, kemudian melakukan pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kebutuhan perusahaan tersebut. Maksudnya pemberdayaan ini bukan hanya meningkatkan kualitas produki saja, tetapi juga meningkatkan kualitas atau kemampuan masyarakat dalam pola fikir yang mandiri serta berdedikasi. Pada dasarnya, petani dikelompokan menjadi dua, yaitu petani penggarap dan petani pemiliki. Perbedaan ini dijelaskan melalui kepemilikan tanah, sudah jelas bahwa petani pemilik memiliki tanahnya sendiri untuk ia tanam atau ditanami orang lain, sementara petani penggarap hanya bekerja di atas tanah orang lain tanpa memiliki tanah. Selain itu, petani juga tidak memiliki lahan yang luas, bukan hanya perkara pembangunan gedung atau perumahan, tetapi juga semakin banyaknya jumlah penduduk yang mengakibatkan pola fikir manusia berubah, hal ini secara tidak langsung pula dapat mempersempit lahan pertanian. Masalah petani juga ditambah dengan harga jual hasil pertanian yang murah, sehingga modal yang mereka terima pun terbatas, petani juga belum tentu menerima hasil yang sepadan demi memenuhi kebutuhan hidupnya jika dibandingkan dengan jerih payah mereka menggarap tanah selama ini. Kurangnya jaminan sosial yang dimiliki oleh para petani mengakibatkan para petani terus berada pada lingkaran kemiskinan, seperti gambaran berikut ini: Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 11 Bagan 1 Alur Masalah Kemiskinan Petani Kurangnya modal dalam bertani Kemiskinan Kurangnya hasil pertanian Kurangnya pemasukan ekonomi rumah tangga Hidup yang kurang berkualitas (Pendidikan, kesehatan, serta pangan) Sumber: Diolah Peneliti Di Desa Sumbermulyo sendiri, masyarakat mayoritas menanam padi dan jagung. Akan tetapi pasca beberapa perusahaan masuk kedalam desa untuk bermitra, mengakibatkan variasi tanaman petani semakin beragam. Mulai dari melon, kedelai kuning, kedelai hitam, dan masih banyak lagi lainnya. Dukungan dari pemerintah dalam hal ini adalah mengizinkan pihak swasta untuk bermitra dengan para petani di desa dalam menjalankan kegiatan CSR perusahaan. Awalnya desa hanya terikat oleh perusahaan terkait kegiatan filantropi dalam membantu masyarakat pasca gempa di Yogyakarta sekitar tahun 2006. Akan tetapi, perusahaan tersebut menyadari akan adanya potensi yang dimiliki desa dalam keberlanjutan masyarakat. Hingga saat ini, telah banyak perusahaan yang melirik Desa Sumbermulyo untuk dijadikan rekan bermitra. Hal tersebut didasari adanya komitmen masyarakat yang siap ambil andil dalam kegiatan produksi perusahaan, yaitu dengan memberikan hasil panen mereka sesuai dengan kebutuhan perusahaan tertentu. Pada CSR PT.Unilever Indonesia Tbk, masyarakat sendiri awalnya ragu dalam bermitra, pasalnya para petani dituntut untuk dapat menghasilkan kedelai hitam sesuai dengan standart kualitas perusahaan. Sementara di sisi lain, para petani sendiri masih terasa asing dengan kedelai hitam. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 12 “Pada dasarnya, kedelai hitam ini sudah ditanam oleh nenek moyang dulu, sayangnya pemerintah menyuruh para petani untuk menanam kedelai kuning.Hal ini yang mengakibatkan kedelai hitam terasa asing bagi mereka.” (Kutipan wawancara dengan Vici ahli benih malika dari UGM pada 28 Januari 2013) Melihat hal ini kemudian pihak PT.Unilever Indonesia Tbk dan Yayasan Unilever bekerjasama dengan aktor pendidikan yaitu pihak Fakultas Pertanian UGM untuk bisa mengawali kegiatan pemberdayaan dengan memperkenalkan kedelai hitam kepada para petani Sumbermulyo. Para petani juga dijanjikan, bahwa semua hasil kedelai hitam yang mereka tanam selama ini akan dibeli oleh PT.Unilever Indonesia Tbk sesuai dengan harga yang telah ditetapkan. Akhirnya para petani sepakat untuk bekerjasama dengan perusahaan terkait. Pilihan ini diambil karena para petani dapat memiliki modal tanam serta keuntungan dari hasil panen dengan angka pasti, dan tidak perlu lagi kesulitan dalam menjual kedelai hitam dipasaran. Kerjasama ini berlangsung sejak adanya akusisi perusahaan yang membutuhkan hasil kedelai hitam lebih banyak daripada sebelumnya. Konsumen di pasaran semakin tertarik untuk membeli Kecap Bango, sehingga dibutuhkan lebih banyak pasokan kedelai hitam. Melalui kerjasama ini pula dapat dilihat adanya berbagai aktor yang saling membutuhkan. Mulai dari PT.Unilever Indonesia Tbk dalam mencapai target produksi, petani kedelai hitam yang membutuhkan modal serta laba demi mensejahterakan hidup mereka, hingga peran badan pendidikan yaitu UGM dalam melakukan pemberdayaan masyarakat bersama Yayasan Persada. Kemitraan aktor-aktor ini dilakukan dalam rangka kegiatan CSR perusahaan, yang pada masing-masing aktornya memiliki visi yang sama dalam mencapai tujuan, yaitu kesejahteraan masyarakat. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 13 C. Rumusan Masalah Bagaimana pemberdayaan petani kedelai hitam di Desa Sumbermulyo Bantul melalui peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini diharapkan mampu memberikan jawaban atas masalahmasalah sosial. Salah satunya yaitu mengenai kegiatan CSR yang turut serta dalam mensejahterakan masyarakat melalui kegiatan pemberdayaan. Tujuan Substansial Penenitian ini ditujukan untuk mengetahui proses pemberdayaan petani kedelai hitam yang dilakukan oleh PT.Unilever Indonesia Tbk melalui tanggung jawab sosial perusahaan. Tujuan Operasional Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memenuhi syarat pencapaian gelar Sarjana 1 dalam Ilmu Sosial dan Politik khususnya di Jurusan Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan. Melalui penelitian ini pula diharapkan mampu mengoptimalkan proses pemberdayaan yang dilakukan oleh PT.Unilever Indonesia Tbk kepada petani kedelai hitam di Desa Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul dalam program Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 14 kemitraan perusahaan atau yang kita kenal dengan nama Corporate Social Responsibility (CSR). Tujuan Teoritik. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan perkembangan dalam kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh perusahaan. Baik itu dalam kegiatan CSR perusahaan itu sendiri maupun penelitian bagi perkembangan ilmu sosial. 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mendeskripsikan kegiatan pemberdayaan PT.Unilever Indonesia Tbk, Yayasan Unilever, Yayasan persada dan Universitas Gadjah mada dalam menjalankan Corporate Social Responsibility kepada para petani kedelai hitam. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan mampu meyumbangkan pengetahuan baru serta melengkapi penelitian yang sudah ada menganai kegiatan CSR. Sementara manfaat secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu bermanfaat bagi masyarakat, pemerintah, dan pihak terkait. Serta bermanfaat bagi pengembangan ilmu Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan khususnya dalam hal yang berhubungan dengan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh perusahaan melalui kegiatan CSR. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 15 E. Tinjauan Pustaka Pembangunan masyarakat menurut Soetomo merupakan fenomena yang selalu muncul dalam kehidupan manusia, maka Pada dasarnya pembangunan masyarakat tersebut mengandung empat unsur dasar. Keempat unsur tersebut antara lain (1) Pembangunan masyarakat merupakan sebuah proses perubahan. (2) Proses membentuk sebuah hubungan antara kebutuhan masyarakat dengan potensi, sumberdaya dan peluang. (3) Proses peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi permasalahan. (4) Proses yang bersifat multidimensi. 5 Berangkat dari hal tersebut, pembangunan kini kian harmonis melalui aktor-aktor yang senantiasa memperbaiki pola kehidupan hingga akhirnya bisa dikatakan sejahtera. Salah satu upaya yang ditempuh adalah dengan pertanggung jawaban sosial perusahaan. Sebelum beranjak lebih jauh, penelitian ini mencoba mengurai beberapa komponen penting dalam kesejahteraan masyarakat, mulai dari pemberdayaan masyarakat, kegiatan CSR perusahaan, serta aktor pendukung yang bergerak didalamnya. E.1. Pemberdayaan Masyarakat Ambar Teguh mengungkapkan pemberdayaan yang dilakukan melalui kemitraan berarti kekuatan atau kemampuan masyarakat. Melalui hal itu, maka dapat dikatakan pemberdayaan dapat dimaknai sebagai suatu proses menuju, memperoleh dan proses pemberian daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum 5 Soetomo, 2011. Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pustaka pelajar. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 16 berdaya. 6 Didalam proses pemberdayaan, kegiatan ini tidak bisa dilakukan secara individual, karena pada prosesnya kegiatan ini merupakan interaksi antara aktor yang memberdayakan dan aktor yang diberdayakan. Proses pemberdayaan pula bukan hal yang bisa terjadi secara singkat, karena dalam memperoleh hasilnya, masyarakat harus benar-benar mengerti akan pengetahuan yang telah diberikan sehingga nantinya ia bisa mandiri tanpa adanya ketergantungan akan orang lain. Pada umumnya, kegiatan dalam program CSR dapat digolongkan menjadi tiga: charity/sponsorship, pembangunan infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat. Sementara idealnya, alokasi program untuk pemberdayaan masyarakat harus memperoleh porsi terbesar.7 Melihat ketiga golongan tersebut maka program CSR perusahaan dapat dibedakan sesuai dengan fungsinya. Charity/sponsorship merupakan bagian kegiatan perusahaan yang ikutserta dalam kegiatan suatu acara dalam memberikan dana ataupun program sosial. Kemudian pembangunan infrastruktur merupakan keikutsertaan perusahaan dalam memperbaiki fasilitas umum yang menjadi kebutuhan masyarakat sebagai tindakan sosial. Sementara pemberdayaan masyarakat merupakan keikutsertaan perusahaan dalam mendidik masyarakat dengan menggali potensi yang ada demi mensejahterakan masyarakat melalui tanggung jawab sosial. Pemberdayaan masyarakat yang menjadi bagian dalam tanggung jawab perusahaan dapat dikatakan berhasil setelah melewati tingkat dari beberapa gambaran keberdayaan. Mulai dari terpenuhinya kebutuhan dasar, penguasaan akses, sadar akan potensinya baik itu kelemahan maupun kekuatan, mampu berpartisipasi dan bermanfaat, serta mampu mengevaluasi dalam 6 Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Zaim Saidi, dkk, Sumbangan Sosial Perusahaan, Piramedia, Ford Foundation dan PIRAC, Jakarta, 2003. Dikutip dari buku Krisdiyatmiko, dkk, 2012. CSR: Komitmen untuk Pemberdayaan Masyarakat, Yogyakarta: Azzagrafika. 7 Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 17 berbagai program kebijakan.8 Kegiatan pemberdayaan digunakan dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Upaya ini dapat dilakukan melalui empat jalur strategis, yaitu perluasan kesempatan, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas, dan perlindungan sosial. 9 Gambar 1 Tiga Tahap Pemberdayaan Penyadaran Pengkapasitasan Pendayaan Sumber: Wrihatnolo Randy R dan Dwidjowijoto Riant Nugroho, 2007. Di dalam pemberdayaan, terdapat tiga tahapan yang memerlukan proses. Pertama, tahapan penyadaran. Pada tahap ini target yang hendak diberdayakan diberi pencerahan dalam bentuk pemberian penyadaran bahwa mereka mempunya hak untuk mempunyai sesuatu. Program yang dapat dilakukan pada tahap ini misalnya memberikan pengetahuan yang bersifat kognitif, belief, dan healing. Prinsip dasarnya adalah membuat target mengerti bahwa mereka perlu (membangun demand) diberdayakan dan proses pemberdayaan itu dimulai dari dalam diri mereka. Kedua. Pengkapasitasan manusia dalam arti memampukan manusia baik dalam konteks individu maupun kelompok agar mampu menerima daya atau kekuasaan yang akan diberikan. Ketiga, pemberiaan daya (empowerment) itu sendiri target diberikan daya, kekuasaan, otoritas, atau peluang. Pemberian ini sesuai dengan kualitas kecakapan yang telah dimiliki. 10 8 Susiladiharti, dalam Rahmatulloh dan Trianita Kurniati, 2011. Dikutip dari buku Krisdyatmiko, dkk, 2012. CSR: Komitmen untuk Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Azzagrafika. 9 Wrihatnolo Randy R & Dwidjowijoto Riant Nugroho, 2007. Manajemen pemberdayaan. Jakarta: Elex Media Komputindo. 10 Wrihatnolo Randy R & Dwidjowijoto Riant Nugroho, 2007. Manajemen pemberdayaan. Jakarta: Elex Media Komputindo. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 18 Pemberdayaan pada umumnya diawali oleh sifat saling percaya antar individu ataupun kelompok. Kepercayaan dapat diraih dengan kesepakatan untuk memiliki tujuan yang sama. Tujuan tersebut biasanya berupa peningkatan kualitas hidup agar lebih baik. Melalui kepercayaan ini, masyarakat bukan hanya percaya akan kelompok yang akan memberi pemberdayaan, tetapi juga percaya pada diri sendiri bahwa mereka mampu menggali potensi yang ada. Bahkan begitu pula sebaliknya, pihak swasta atau pemerintah yang memberi stimulan harus percaya bahwa masyarakat mampu memberdayakan diri mereka sendiri. Proses ini kemudian berlanjut dengan adanya komunikasi yang baik, agar pemberdayaan yang telah dilakukan sebelumnya tidak sia-sia. Berangkat dari situ proses pembangunan ini kemudian mengikutsertakan aktor yang dianggap mampu memiliki kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat. Diawali dengan adanya jaringan yang berkontribusi dalam memberikan informasi dan pengetahuan. Keduanya merupakan jaminan dalam proses pemberdayaan yang mampu meyakinkan masyarakat bahwa ini merupakan hal positif yang memang perlu dilakukan dalam kesejahteraan. Melalui kepercayaan tersebut akhirnya masyarakat memilih untuk melakukan proses pemberdayaan yang dilakukan oleh jaringan baik itu dari pemerintah maupun pihak swasta dalam kegiatan CSR mereka. Kepercayaan ini kemudian dibentuk melalui kesepakatan bekerjasamahingga akhirnya pihak-pihak tersebut mencapai tujuannya, yaitu kesejahteraan masyarakat. E.2. Corporate Social Responsibility (CSR) Howard R. Bowen merupakan bapak CSR yang dikenal melalui bukunya Social Responsibility of The Businessman. Ide dasar yang dikemukakan Bowen mengenai kewajiban Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 19 perusahaan dalam menjalankan usahanya agar sejalan dengan nilai-nilai dan tujuan yang hendak dicapai masyarakat bersama perusahaan.11 Nilai akan kegiatan sosial dihitung melalui kebermanfaatannya di dalam masyarakat. Kegiatan CSR yang diberikan oleh perusahaan akan terasa percuma apabila hanya bersifat sementara. Sehingga proses kegiatan ini harus dilakukan secara keberlanjutan hingga masyarakat tersebut telah mandiri dan mampu menjaring orangorang disekitarnya untuk dapat saling mensejahterakan. Pada awal kemunculannya, CSR tentu tidak mendapat sambutan hangat. CSR bukan merupakan kabar gembira bagi para pemilik perusahaan. Jika dilihat dari berbagai sisi, aktoraktor yang memperdebatkan CSR ini memiliki argumennya masing-masing. Dimulai dari perusahaan, mereka menolak menjadi bagian dari CSR karena mereka beranggapan bahwa tugas utama dalam perusahaan adalah untuk mencari laba, sementara tugas mensejahterakan masyarakat merupakan tanggung jawab pemerintah. Maka apabila salah seorang manajer melakukan tindakan sosial atau CSR, akan dianggap menyalahi aturan. Ditambah lagi, sebelumnya perusahaan selalu ikut dalam tindakan sosial, baik itu dalam membantu korban bencana alam maupun mengurangi angka pengangguran. Penolakan ini didukung pula oleh Friedman. Menurutnya, pertanggungjawaban hanya ada pada individu perorangan, bukan pada perusahaan. Tanggung jawab perusahaan adalah menghasilkan keuntungan sebesar-besarnya bagi pemegang saham seperti tujuan utama dibangunnya perusahaan tersebut.12 Sementara di sisi lain, pemerintah memberikan nada yang berbeda. Pemerintah beranggapan bahwa perusahaan tersebut wajib melakukan kegiatan sosial lebih dari apa yang 11 Untung Hendrik Budi, 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. St Sulantro, Kompas, 4 Agustus 2007. Dikutip pada buku Untung Hendrik Budi, 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. 12 Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 20 selama ini mereka lakukan. Bisa dikatakan, bantuan yang mereka berikan selama ini adalah bantuan tunai, sementara bantuan itu tidak dapat mengangkat kemiskinan hingga akarnya. Pemerintah juga berpendapat bahwa demi mengangkat kemiskinan diperlukan pemberdayaan dari masyarkat itu sendiri. Sementara aktor dalam pembangunan ini tentu tidak hanya searah antara pemerintah dengan masyarakat, tetapi juga ada bagian dari perusahaan yang dianggap telah turut campur dalam perubahan dinamika sumber daya alam dan manusia, maka mereka dianggap perlu mempertanggung jawabkannya. Perusahaan yang ingin naik tingkat menjadi perusahaan yang layak dimata konsumen sebaiknya memperhatikan tanggung jawab perusahaan. CSR menyarankan perusahaan untuk melampaui apa yang telah ditetapkan regulasi. Kendati perusahaan telah membayar UMR dan aturan hukum lainnya, perusahaan harus benar-benar melakukan tanggung jawab sosial dan bukan mengartikannya sebagai cara demi meningkatkan citra perusahaan saja. 13 Sama seperti yang dikatakan oleh Marx, ketika perusahaan tidak bisa dipaksa melakukan CSR, maka paksalah dengan hukum. Setelah pemerintah memasukan CSR kedalam undangundang, maka para pemilik perusahaan kini tidak bisa lagi mengelak untuk melakukan CSR. Ditambah lagi dengan adanya PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan) menjadikan mereka terdorong oleh situasi yang jelas-jelas mengharuskan mereka memasukan CSR kedalam bagian terpenting dalam kegiatan perusahaan tersebut. Terkait itu semua, terdapat beberapa pendorong utama kegiatan CSR yaitu, (1) Semakin meningginya kesadaran stakhoder terhadap etika korporasi. (2) Tekanan langsung dari 13 CSR Indonesia, 2007. Pekerja sebagai Pemangku Kepentingan dalam CSR. Jakarta. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 21 stakeholder. (3) Tekanan dari kolega. (4) Tekanan dari investor. (5) Meningkatnya kesadaran akan tanggung jawab sosial. 14 Perkembangan tanggung jawab sosial di Indonesia tidak terlepas dari kebijakan pemerintah melalui Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam Pasal 74 Undang-undang tersebut berisikan kewajiban perusahaan untuk menjalankan tanggung jawab sosial (ayat 1), memberikan sanksi bagi perusahaan yang tidak menjalankan (ayat 3) serta mewajibkan perusahaan untuk mengalokasikan dana pelaksanaan CSR (ayat 2). Namun tidak adanya peraturan pelaksanaan operasional undang-undang, menimbulkan ketidakjelasan mengenai konsep tanggung jawab sosial dan sasaran subyek undang-undang yang dimaksud. Terlepas dari hal tersebut, tanggung jawab sosial sejatinya harus menjadi komitmen perusahaan dan tidak hanya terwujud atas dasar peraturan yang mengikatnya atau pencitraan semata. Tidak ada aturan standar yang menjadikan aktivitas CSR sebagai yang terbaik, implementasinya sangat bergantung pada visi dan misi perusahaan, budaya, lingkungan dan profit resiko serta kondisi operasional masing-masing perusahaan.15 CSR menghasilkan dampak yang terus berkembang antara korporasi, pemerintah, organisasi internasional, akademisi, praktisi dan sejumlah pihak lain yang belum pernah terjadi sebelumnya. Krisis keuangan tahun 2008 telah memberikan bukti yang cukup untuk menyimpulkan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan sebagai sebuah konsep patut digunakan. Bahkan pada puncak krisis, CSR terus berkembang di sebagian besar organisasi. Sembilan potensi manfaat CSR yaitu: 14 Idowu Samuel O,Louche Céline, 2011. Theory and Practice of Corporate Social Responsibility. London. Susanto, 2007: 73. Yang di kutip dari Skripsi Safitri Dian.2011, Efektivitas Program Tanggung Jawab Sosial PT.Tambang Btubara Bukit Asam (Persero) Tbk. Dalam mewujudkan Kemandirian Mayarakat di sekitar Kawasan Pertambangan.UGM.Yogyakarta. 15 Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 22 Peningkatan kinerja keuangan dan profitabilitas. Mengurangi biaya operasional. Keberlanjutan jangka panjang bagi perusahaan dan karyawan mereka. Peningkatan komitmen dan keterlibatan karyawan. Peningkatan kapasitas untuk berinovasi. Hubungan yang Baik dengan pemerintah dan masyarakat. Risiko dan manajemen krisis yang lebih baik. Peningkatan reputasi dan nilai merek. Pengembangan kesadaran lebih erat dengan pelanggan serta lebih besar dari kebutuhan mereka.16 Terkait itu semua, kebijakan CSR ini dianggap pula harus memperhitungkan aspek-aspek keberlanjutan. John Elkington17 menemukan dua poin penting dari hubungan antara tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan filantropi. Pertama, poin yang mengasumsikan sebuah dunia dimana perusahaan dan nilai yang saling berhubungan ini berevolusi dengan cara yang dapat di prediksi. Asumsi beberapa isu sosial dan lingkungan seperti perubahan iklim, akan mendorong gelombang kehancuran kreatif dan nilai akan bergeser dari tidak ramah lingkungan menjadi ramah lingkungan. Kedua, berpikir mengenai aspek lingkungan sosial yang menghambat produktivitas bisnis di lokasi di mana ia beroperasi. Konsep Triple Bottom Lines yang dipopulerkan oleh John Elkington mendeskripsikan tiga rantai yang saling berhubungan pada kegiatan pertanggungjawaban perusahaan yaitu profit, people, dan planet. 16 Idowu Samuel O,Louche Céline, 2011. Theory and Practice of Corporate Social Responsibility. London. John Elkington telah digambarkan oleh Business Week sebagai kepala gerakan tanggung jawab perusahaan selama tiga dekade. Diawali dengan keterlibatannya di lapangan saat mengumpulkan uang untuk World Wildlife Fund (WWF) tahun 1961, di usia 11 tahun. Pada tahun 1987 ia lalu mendirikan sebuah gerakan konsultasi yang bekerja dengan bisnis melalui pasar dalam mengejar keberlanjutan ekonomi, sosial dan lingkungan.Cannibals with Forks: The Triple Bottom Line of 21st Century Businesspada tahun 1998 adalah hasil karyanya yang membawa triple bottomline ke konsep dan agenda menuju khalayak yang lebih luas. 17 Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 23 Gambar 2 Triple Bottom Lines CSR Sumber: Diolah Peneliti Pertama adalah profit. Profit disini merupakan tujuan utama dari dibentuknya sebuah perusahaan yaitu mencari keuntungan demi memajukan perusahaan itu sendiri. Keuntungan disini bisa diraih apabila masing-masing dari tenaga pegawai ini bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing. Profit ini bukan hanya perkara dana saja yang mengalir kedalam, tetapi juga bagaimana agar perusahaan tersebut memiliki jaringan serta nama yang baik dimata masyarakat, sehingga perusahaan tersebut memiliki peluang yang besar untuk terus bertahan. Dari sanalah profit terus mengalir kedalam kantong perusahaan yang nantinya juga akan mengalir kepada pemilik serta pegawai perusahaan tersebut demi mensejahterakan hidup masyarakat melalui ekonomi. Michael Porter (The Competitive Advantage of Corporate Philanthrophy) mengkaji dan menunjukan adanya hubungan positif antara profit dan CSR, atau tujuan finansial dan tujuan sosial perusahaan. Para perusahaan yang memiliki profit tertinggi adalah perusahaan yang menjalankan kegiatan CSR. Melalui hal ini bisa dikatakan, konsumen sekarang tidak lagi bodoh Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 24 dan semakin melihat peran serta tanggung jawab perusahaan dalam menentukan pilihan konsumsi mereka. 18 Kedua adalah people. Orang yang menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan tersebut bukan hanya para pekerja yang turut mengambil alih dalam memasukan laba perusahaan. Penguatan kapasitas pula bukan hanya melalui energi yang ada secara internal saja, tetapi juga harus dibangun melalui kegiatan eksternal yang ada diluar perusahaan.Terdapat lingkaran yang menjadi tanggung jawab perusahaan. Misalnya saja apabila perusahaan tersebut dibangun ditanah ulayat atau bagian dari sistem produksi perusahaan memasuki daerah yang dimiliki masyarakt. Maka perusahaan tersebut diharuskan memberikan sumbangsihnya dalam mensejahterakan masyarakat. Pada kegiatan sosial, bukan hanya masyarakat yang berada dilingkaran perusahaan saja yang menjadi perhitungan. Tetapi juga bisa mereka yang menjadi target atau tujuan pembangunan. Sebut saja para pelajar yang mendapatkan beasiswa atau pengobatan gratis bagi mereka yang membutuhkan. Ketiga adalah planet. Keberlanjutan lingkungan hidup juga menjadi tolak ukur dalam tanggung jawab perusahaan. Seperti misalnya pengeboran minyak yang mengakibatkan lubang di bumi ataupun pengambilan sumber daya alam lainnya yang sebelumnya itu merupakan milik bersama. Pergeseran kekuasaan ini juga mengakibatkan pergeseran kondisi iklim dunia. Isu mengenai kerusakan alam semakin merambah ketika terjadinya es kutub yang mencarir akibat bumi yang semakin panas. Hal itu tentu dipengaruhi oleh kegiatan produksi perusahaan yang bekerja secara meksimal demi menghasilkan profit. Karena itu, tanggung jawab lingkungan 18 Untung Hendrik Budi, 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 25 menjadi bagian dari perusahaan agar mereka juga mampu bekerjasama dalam menjaga ekosistem yang ada. Gambar 3 Empat Tangga Tanggung Jawab Sosial Sumber: Tanggung jawab sosial perusahaan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20962/4/Chapter%20II.pdf diakses pada april 2013. Carroll dalam Poerwanto19 (2006) membagi Tanggung Jawab Sosial perusahaan kedalam empat kriteria. Hal-hal tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Maximizing Profit (Economic Responsibility) Tanggung jawab sosial ekonomi, dimana perusahaan harus dioperasikan dengan berbasis laba serta dengan misi tunggal untuk meningkatkan keuntungan selama berada dalam batas-batas peraturan pemerintah. 19 Tanggung jawab sosial perusahaan. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/ 20962/4/Chapter%20II.pdf diakses pada april 2013. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 26 Tanggung jawab ekonomi umumnya menempati urutan teratas dikarenakan sifat alami sebuah perusahaan adalah bergerak dibidang ekonomi/bisnis. Keutamaan dalam mencari laba semaksimal mungkin menjadi tujuan utama terbentuknya sebuah perusahaan. Hal ini juga digunakan sebagai fondasi dalam mensejahterakan para pekerja dan pemilik perusahaan, serta berperan dalam pembangunan masyarakat. 2. Obey the law (Legal Responsibility) Tanggung jawab sosial sebagai tanggungjawab legal, dimana kegiatan bisnis diharapkan untuk memenuhi tujuan ekonomi para pelaku dengan berlandaskan kerangka kerja legal maupun nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat secara bertanggung jawab. Pada posisi ini perusahaan tersebut dituntut untuk mematuhi aturan yang ada. Jika dipisahkan berdasarkan sifatnya, aturan ini ada yang bersifat memaksa (hard) ada pula yang bersifat penghargaan (soft). Aturan yang bersifat memaksa ini seperti yang tertera pada undang-undang Republik Indonesia nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Bab V tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan pasal 74 yang berisikan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. (2) Tanggung jawab sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 27 (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah.20 Selain itu pula terdapat Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2007 tentang penanaman modal. Didalamnya berisikan peraturan perundang-undangan di bidang perekonomian, dengan memberikan ruang kepada pemerintah untuk mengambil kebijakan guna memperbaiki kerjasama internasional bagi produk dan barang Indonesia. Hak, kewajiban, dan tanggung jawab penanaman modal diatur secara khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanaman modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat dan menghargai budaya masyarakat.21 Sementara Undang-undang tentang BUMN (Badan Usaha Milik Negara) Pasal 88 berisikan akan tanggung jawab perusahaan dalam menyisihkan sebagian laba bersihnya untuk keperluan pembinaan usaha kecil atau koperasi, serta pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Dan Undang-undang yang ke empat terkait tanggung jawab sosial perusahaan Pasal 11 terkait MIGAS (Minyak dan Gas Bumi) tentang kontrak kerjasama diupayakan demi mengembangkan masyarakat dan jaminan hak-hak masyarakat adat atau masyarakat lingkungan setempat. Sementara aturan yang bersifat soft ini bisa dikatakan berupa penghargaan atau PROPER yang dibentuk demi kesadaran perusahaan itu sendiri. Proper adalah Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Program ini bertujuan mendorong perusahaan taat terhadap peraturan lingkungan hidup dan mencapai keunggulan lingkungan (environmental excellency) melalui integrasi prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan dalam proses produksi dan jasa, dengan jalan penerapan sistem manajemen lingkungan, 3R, efisiensi energi, konservasi sumberdaya 20 21 Untung Hendrik Budi, 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Untung Hendrik Budi, 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 28 dan pelaksanaan bisnis yang beretika serta bertanggung jawab terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat. Proper merupakan kegiatan pengawasan dan program pemberian insentif dan/atau disinsentif kepada penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan. Pemberian insentif sebagaiamana dimaksud pada ayat (1) berupa penghargaan Proper. Pemberian penghargaan Proper berdasarkan penilaian kinerja penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dalam penjegahan, penanggulangan, dan pemulihan dan/atau kerusakan lingkungan hidup. Sementara penilaian kinerja berdasarkan pada kriteria penilaian PROPER terdiri atas (1) kriteria ketaatan yang digunakan untuk pemeringkatan biru, merah, dan hitam. (2) Kriteria penilaian aspek lebih dari yang dipersyaratkan (beyond compliance) untuk pemeringkatan Hijau dan Emas. Kriteria Penilaian PROPER yang lebih lengkap dapat di lihat pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 5 tahun 2011 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup.22 Terkait dengan penilaian CSR, perusahaan dapat dikelompokan menjadi empat, yaitu kelompok hitam, merah, biru, dan hijau. Pertama, kelompok hitam adalah mereka yang tidak melakukan kegiatan CSR sama sekali. Perusahaan tersebut menjalankan bisnis semata-mata untuk kepentingan sendiri. Kedua, kelompok merah adalah mereka yang mulai melaksanakan praktik CSR, tetapi memandang CSR sebagai bagian dari biaya yang akan mengurangi keuntungannya. Ketiga, kelompok biru adalah perusahaan yang menilai praktik CSR akan memberi dampak positif tehadap usahanya karena merupakan investasi perusahaan, bukan menghambur-hamburkan biaya. Dan keempat, kelompok hijau, 22 Kementrian Lingkungan Hidup. 2011. Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 29 perusahaan yang sudah menempatkan CSR pada startegi bisnisnya, yaitu CSR yang tidak hanya dianggap sebagai keharusan, tetapi kebutuhan yang merupakan modal sosial. 23 3. Be ethical (Ethic Responsibility) Tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab etika, yang didefinisikan sebagai kebijakan dan keputusan perusahaan yang didasarkan pada keadilan, bebas dan tidak memihak, menghormati hak-hak individu, serta memberikan perlakuan berbeda untuk kasus yang berbeda yang menyangkut tujuan perusahaan. Pada posisi ini pula perusahaan telah sadar untuk melaksanakan kegiatan sosial sesuai demi tujuan bersama. 4. Be a good citizen (Philantropic Responsibility) Tanggung jawab sosial sebagai tanggung jawab sukarela atau diskresioner, dimana kebijakan perusahaan dalam tindakan sosial yang murni sukarela dan didasarkan pada keinginan perusahaan untuk memberikan kontribusi sosial yang tidak memiliki kepentingan timbal balik secara langsung. Posisi ini diluar dari keinginan perusahaan untuk mendapatkan citra ataupun memenuhi tanggung jawab secara hukum. Karena pada filantropi, perusahaan telah sadar melakukan kegiatan sosial sebagai bagian dari tanggung jawabnya. 23 Untung Hendrik Budi, 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 30 Gambar 4 Empat Kriteria Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Model Carrol Sumber: Poerwanto (2006) Carroll menambahkan idealnya sebuah perusahaan yang memiliki empat macam tanggung jawab sosial, yaitu ekonomi, hukum, etika, dan diskresioner, ini tidak bisa dipisahkan, karena ekonomi, legal, etik, serta dikresioner memiliki fungsi yang berkesinambungan. 24 Sebut saja misalnya kegiatan ekonomi tidak bisa dilakukan jika perusahaan tersebut melanggar hukum, hukum ini kemudian akan menyinggung kode etik atas kebijakan perusahaan yang menyinggung hak-hak individu, hingga akhirnya CSR tidak murni dilakukan sebagai bentuk kegiatan sosial. Melalui keempatnya ini, tanggung jawab perusahaan dapat dilihat tingkatannya. Melihat itu semua, PT.Unilever Indonesia Tbk turut serta dalam beberapa kegiatan sosial terkait produk-produk unggulan mereka, karena bagi Unilever sumberdaya manusia adalah pusat dari aktivitas perusahaan. Sejak didirikan pada 5 Desember 1933, Unilever Indonesia merupakan 24 Darwin Ali, dkk. 2006. Corporate Social Responsibility. Depok: Ebar. Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 31 perusahaan untuk produk Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Unilever Indonesia menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) melalui berbagai program mulai dari program Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan. 25 “Kecap Bango bisa saja menggunakan kedelai hitam dari luar karena harganya lebih murah. Tapi mereka lebih pilih kedelai hitam asli Indonesia supaya bisa membina masyarakat.” Sumber Wawancara: Naryo, Ketua Kelompok Kedelai Hitam Plumbungan. Juli 2013 Harga kedelai hitam di pasar asing pada tahun 2012 sekitar 523.63 US dolar/ton, sementara harga yang dibeli oleh Unilever sekitar Rp.7.000/kg. Naryo juga menambahkan, bentuk kerjasama ini bukan hanya tentang produk yang dibeli kecap Bango saja, tetapi juga terkait modal hingga pembinaan cara tanam dan panen yang baik. Pembinaan ini pula mengikutsertakan pihak Persada dan UGM yang rutin meninjau perkembangan kedelai hitam para petani. Pemberdayaan yang dilakukan ini semata-mata dilakukan demi menghasilkan kedelai yang berkualitas serta hidup masyarakat yang terjamin akan adanya laba yang sudah pasti. Sejauh ini, apa yang diharapkan oleh Unilever khususnya pihak kecap Bango terdengar senada dengan harapan para petani, hal ini lah yang mengakibatkan petani berani untuk mengambil jalan kerjasama. Menyinggung kembali konsep diatas, melalui hal tersebut dapat dikatakan bahwa bentuk dari triple bottom line maupun empat piramida CSR dapat dikatakan dengan baik apabila perusahaan tersebut telah lulusdari penilaian PROPER, termasuk PT.Unilever Indonesia Tbk. 25 PT. Unilever Indonesia Tbk. http://www.unilever.co.id/id/aboutus/introductiontounilever/.Di akses pada Januari 2012. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 32 Terdapat 12 perusahaan di Indonesia yang meraih peringakt EMAS Proper 2012 yakni PT. Unilever Indonesia Tbk, Pabrik Rungkut, PT. Semen Gresik (Persero) Tbk, Pabrik Tuban. PT. Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk Pabrik Palimanan, Chevron Geothermal Salak, Ltd, PT. Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang, Chevron Geothermal Indonesia, Ltd. Unit Panas Bumi Drajat, Star Energy Geothermal (Wayang Windu) Ltd. PT. Holchim Indonesia Tbk, Cilacap Plant, PT. Erna Djuliawati (Lyman Group), PT. Adaro Indonesia, PT. Badak NGL dan PT. Medco E&P Indonesia – Rimau Asset. Secara keseluruhan, pemeringkatan PROPER 2012 ini adalah: peraih peringkat Emas 12 perusahaan, Hijau 119 perusahaan, Biru 771 perusahaan, Merah 330 perusahaan dan Hitam 79 perusahaan. Lima perusahaan tidak diumumkan karena tutup dan dalam proses penegakan hukum lingkungan. 26 Bentuk Corporate Social Responsibility kemudian berkembang menjadi Creating Share Value27. Tugas mengenai tanggung jawab sosial perusahaan ini diperbaharui dengan ide baru atas pengalaman yang dilihat dari beberapa kebijakan perusahaan akan kegiatan CSR mereka. Misalnya saja perusahaan Nike yang melakukan CSR sesuai dengan ketentuan akan tetapi mengeksploitasi buruh kerja mereka. Hal ini kemudian menimbulkan pemahaman baru, bahwa kegiatan CSR tidak hanya tentang tanggung jawab sosial perusahaan saja, tetapi lebih kepada perusahaan yang membagi nilai-nilai positif kepada sekitarnya. CSV menekankan adanya peluang untuk bertindang secara kompetitif sehingga perusahaan dapat mengambil kebijakan dalam merancang strategi tanggung jawab dengan memperbaiki masalah sosial masyarakat. Singkat katam CSV merupakan ide yang dikemukakan oleh Michael Porter dan Mark Kramer 26 Perusahaan peraih PROPER Emas. http://www.kotaindustri.com/home/80--12-perusahaan-raih-peringkat-emasproper-2012-unilever-a-semen-gresik.html diakses pada Mei 2013. 27 Ide yang dikemukakan Michael Porter dan Mark Kramer. Aktor tersebut merupakan pengajar di Sekolah Bisnis Universitas Hardvard yang berfokus terhadap manajemen strategis dan keunggulan kompetitif perusahaan. beberapa tulisan karya Porter dikenal dengan sebutan Analisis lima kekuatan Porter-nya. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 33 untuk menciptakan daya saing perusahaan dengan mamajukan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat melalui prinsip nilai. Berikut ini adalah perbedaan antara CSR dan CSV. Tabel 3 Perbedaan CSR dan CSV No Ket CSR CSV 1 Nilai Berbuat baik Manfaat ekonomi dan sosial terhadap biaya 2 Konsep Kewarganegaraan, filantropi, keberlanjutan. Penciptaan nilai bersama oleh perusahaan dan masyarakat 3 Sifat Kebijakan atau respon atas tekanan eksternal Terintegrasi dengan daya saing usaha 4 Hasil Terpisah dari pencapaian laba Terintegrasi untuk keuntungan sebesarbesarnya 5 Agenda Agenda ditentukan oleh laporan eksternal dan preferensi pribadi Agenda dibuat dan ditentukan secara internal dari dalam perusahaan tertentu 6 Dampak Dampak dibatasi oleh anggaran CSR dan nama perusahaan Terintegrasi dengan keseluruhan anggaran perusahaan Pembelian dan perdagangan yang adil Transformasi pengadaan untuk meningkatkan kualitas dan hasil Contoh Sumber: Michael Porter & Merk Kramer. 2011. How to Fix Capitalism and unleash a new wave of growth. Harvard Business Review Konsep nilai bersama dapat didefinisikan sebagai kebijakan dan praktik operasi yang mempertinggi daya saing perusahaan sekaligus memajukan kondisi ekonomi dan sosial masyarakat dimana ia beroperasi. penciptaan nilai bersama berfokus pada identifikasi dan Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 34 memperluas hubungan antara masyarakat dengan kemajuan ekonomi. Perusahaan tersebut dapat menciptakan CSV melalui tiga cara, yaitu: 28 Menyusun kembali produk dan pasar Produk yang diberikan harus benar-benar diperlukan oleh pasar. Produk tersebut juga harus bernilai untuk pasar yang dituju, serta produk yang bisa diakses oleh berbagai macam konsumen. Mendefinisikan kembali produktivitas di rantai nilai Kegiatan usaha yang dijalankan harus bermanfaat bagi produktifitas dari system berbagi nilai. Karena system berbagi nilai baik secara langsung ataupun tidak berpengaruh terhadap lingkungannya. Mengembangkan klaster industri pendukung di sekitar lokasi perusahaan. Produktifitas dan inovasi perusahaan bengantung terhadap tempat disekitar korporasi. Sebut saja suppliernya, penyedia jasa, dan lokasi infrastruktur. Pada pemahaman diatas, beberapa perusahaan ternama yang kita kenal diantaranya adalah Nestle, Johnson & Johnson, Google, dan PT.Unilever Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang mulai berinisiatif melaksanakan CSV. PT.Unilever Indonesia Tbk menyadari bahwa kegiatan tanggung sosial perusahaan lebih dari sekedar CSR, perusahaan ini berupaya mengembangkan tanggung jawabnya dengan mulai menerapkan tanggung jawab sosial melalui kemitraan dengan para petani kedelai hitam. Kecap Bango adalah produk yang menerapkan sistim bagi nilai ini, upaya yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia adalah dengan memasukan peran dari petani kedelai hitam kedalam rantai produksi. Artinya perusahaan ini 28 Porter M & Kramer M. 2011. How to Fix Capitalism and unleash a new wave of growth. Harvard Business Review Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 35 telah mencoba membagi keuntungan atas proses produksinya dengan masyarakat lokal atas kemitraan antar aktor. F.3. Kemitraan Antar Aktor Menurut Ambar Teguh, kemitraan tidak jauh berbeda seperti parter ataupun pasangan. Kemitraan dapat dimaknai sebagai suatu bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan demi mencapai tujuan tertentu. Beberapa persyaratannya antara lain. (1) Ada dua pihak atau lebih. (2) Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan. (3) Ada kesepakatan. (3) Saling membutuhkan. 29 Dokumen ISO 26.000 dikeluarkan pada 1 November 2010. Dokumen tersebut menyangkut Guidance on Social Responsibility yang berisikan definisi, prinsip, subjek inti dan petunjuk bagaimana prinsip dan subjek inti tersebut ditegakkan di dalam organisasi. Dokumen itu menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab organisasi termasuk perusahaan atas dampak dari keputusan dan tindakannya. Demi mencapai tujuan yaitu pembangunan berkelanjutan. Pada dokumen ISO 26.000 juga disepakati prinsip-prinsip akuntabilitas, transparansi, perilaku etis, penghormatan kepada pemangku kepentingan, kepatuhan pada hukum, penghormatan kepada norma-norma internasional serta penghormatan terhadap HAM. Artinya tidak ada perusahaan yang bisa dianggap melakukan CSR jika tidak memenuhi semuanya. Mulai dari tata kelola (perusahaan), HAM, ketenagakerjaan, lingkungan, praktik operasi yang adil, konsumen serta pelibatan dan pengembangan masyarakat. perusahaan harus mengetahui siapa saja yang masuk sebagai pemangku kepentingannya. Oleh karena itu, 29 Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 36 ISO 26.000 lebih menekankan identifikasi pemangku kepentingan dari masing-masing organisasi. 30 Unilever Indonesia merupakan salah satu perusahaan yang memperoduksi barang-barang Home and Personal Care serta Foods & Ice Cream di Indonesia. Perusahaan ini pula menerapkan Sustainable Living Plan yang merupakan sebuah konsep terpadu dalam mengantisipasi dampak negative dari kegiatan produksi sebuah perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat.31 Terkait hal tersebut, perusahaan ini berkomitmen dalam meningkatkan kualitas kesehatan, ekonomi, dan pendidikan masyarakat melalui serangkaian program yang dilakukan oleh Yayasan Unilever Indonesia. Yayasan Unilever merupakan organisasi yang sengaja dibentuk demi menjalankan tanggung jawab sosial perusahaan dengan menjaring berbagai mitra terkait demi mensukseskan program-programnya. 32 Salah satu program yang dilaksanakan oleh Yayasan Unilever Indonesia adalah dengan membangung divisi pemberdayaan masyarakat yang berfokus pada peningkatan kualitas hidup petani kedelai hitam dengan memberikan bantuan berupa teknis agribisnis, peminjaman bibit, akses kredit murah terhadap koperasi, dan akses pasar. Di tahun 2010 Unilever bermitraan dengan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada dan 7,000 petani kedelai hitam disembilan kabupaten di Jawa Tengah dan Timur. Hasil dari kerjasama ini menjadikan produktivitas petani meningkat, dan kini mereka memasok sebesar 30% dari kebutuhan produksi. Bulan Juli 2010 Unilever meraih Stevie Award dari American Business Awards sebagai bentuk Penghargaan Istimewa atas Pemberdayaan Kaum Perempuan Pedesaan: Perempuan sebagai Agen Perubahan, yaitu para kelompok wanita sortasi kedelai hitam. 33 30 CSR Indonesia, 2010. Creating Shared Value. Bogor. Laporan Tahunan PT.Unilever Indonesia Tbk tahun 2011. 32 Laporan Tahunan PT.Unilever Indonesia Tbk tahun 2010. 33 Laporan Tahunan PT.Unilever Indonesia Tbk tahun 2010. 31 Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 37 Bango yang merupakan produk unggulan Unilever berupaya memberikan pemberdayaan masyarakat. Bentuk CSR kecap Bango ini tidak hanya persoalan antara perusahaan dengan petani saja. Tetapi kegiatan ini juga melibatkan peran UGM sebagai tenaga pendidik yang menyalurkan ilmu serta teknologi. Sehingga tidak heran apabila kemitraan ini kerap kali disebut dengan kerjasama tiga aktor. Yaitu pihak Unilever sebagai perusahaan yang menjalankan program CSR. UGM sebagai pihak pengajar. Serta petani sebagai pelaksana yang nantinya kembali lagi berhubungan dengan Unilever sebagai pihak pemberi dana. Bagan 2 Kemitraan Antar Aktor PT.Unilever Indonesia Tbk Yayasan Unilever Indonesia Universitas Gadjah Mada Yayasan Persada Petani Kedelai Hitam Sumber: Diolah Peneliti Sebagai bahan utama Kecap Bango yaitu kedelai hitam, Bango bergerak untuk memberikan pengetahuan kepada para petani kedelai hitam untuk meningkatkan kualitas kedelai mereka agar mampu bersaing di pasaran. Bango juga menjamin ekonomi keluarga petani dengan Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 38 membeli produk kedelai hitam mereka sesuai dengan harga yang telah disepakati. Artinya adalah kedelai yang mereka tanam telah memiliki pelanggan tetap atas prinsip kemitraan dengan perusahaan. Tidak berhenti sampai disitu saja. Peran Bango dalam pemberdayaan masyarakat pun dibentuk dengan berbagai tim. Mulai dari tim produksi, tim benih, tim field, hingga tim pemberdayaan itu sendiri. Tujuan dari adanya pemberdayaan adalah untuk membentuk masyarakat mandiri. Baik itu kemandiriaan berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan. Masyarakat pula dibina agar memiliki kebijakan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi. 34 Kepedulian menjadikan manusia untuk saling membangun. Melalui kepedulian ini pemberdayaan masyarakat dibentuk agar tidak terjadi ketimpangan antara golongan manapun. Semua bagian ini diperankan sesuai dengan ahlinya masing-masing. Termasuk dalam pemberdayaan itu sendiri. Para ahli dibidang pendidikan dan tokoh-tokoh yang peduli akanpembangunan mencoba menarik garis tengah antara pihak swasta dan masyarakat, agar keduanya bisa bekerjasama dalam menjalankan kesejahteraan. Diawali dengan keinginan dari masyarakat itu sendiri, rasa saling percaya antar pihak yang saling bekerjasama, hingga akhirnya dilakukan pemberdayaan sesuai dengan potensi yang ada. Pemberdayaan tentu tidak bisa dibangun apabila tidak sesuai dengan keahlian dari masyarkat tersebut. Maka dalam bidang pertanian ini, mereka kerap kali memberikan pendidikan menganai penanaman dan cara panen yang baik pada lahan mereka oleh para ahli yang telah banyak belajar. Pada posisi ini ahli yang sedikit banyak mengajarkan tani adalah peran dari UGM selaku ahli benih kedelai hitam malika. 34 Sulistyani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: Gava Media. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 39 Proses pemberdayaan pada penelitian ini dilakukan oleh pihak UGM kepada koperasi dan petani, bersama Yayasan Unilever Indonesia dan Yayasan Persada dengan pembinaan di lapangan. Berikut ini merupakan pemberdayaan yang telah diberikan: a) Sekolah lapangan merupakan kegiatan yang diberikan demi menambah pengetahuan petani akan tekhnik penanaman yang baik dan benar. Pada sosialisasi ini petani diajarkan tentang nilai-nilai positif dari malika yang dipercaya lebih baik dibandingkan kedelai hitam lainnya. Petani diberikan pengarahan bahwa malika lebih hemat dalam modal, lebih tahan terhadap cuaca, serta panen yang lebih maksimal. b) Program Field school, yaitu pembentukan kelompok tani yang memiliki lahan untuk percobaan. Sehingga mereka bisa menganalisa sendiri penanaman kedelai hitam agar tau sebab dan akibatnya. Hal ini dilakukan untuk mendidik petani menjadi peneliti yang belajar melalui proses. Lalu dari percobaan ini, petani mengajak kerabatnya satu sama lain untuk mencoba hal yang sama demi menguji keberhasilan sebelumnya. Treatment ini juga bisa disesuaikan dengan keinginan petani untuk menanam dengan baik. c) Pengembangan varietas kedelai hitam. Demi menjaga pasokan benih kelompok, para petani dididik untuk mampu memperbanyak serta bertanggung jawab dengan jumlah tabungan benih malika pada kelompoknya masing-masing. Benih ini merupakan modal bagi para petani untuk menanam malika ditahun depan. d) Pemberdayaan perempuan, yaitu mendidik ibu agar lebih percaya diri dan kreatif untuk mencari tambahan pemasukan keluarga. Jadi selama ini perempuan yang hanya meng-iya-kan saja bisa mengemukakan pendapatnya. Rasa berani berbicara ini dilakukan salah satunya dengan berlatih teater atau drama. Sehingga stigma Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 40 perempuan yang hanya didapur itu dapat dihilangkan. Selain itu juga, kelompok perempuan ini ketika musim sortasi sebagai standar kualitas tertentu yang harus dipenuhi, ibu-ibu ini berperan dalam membantu mengupas kedelai dengan tangan atau system manual, sehingga ada pula tambahan pemasukan kedalam ekonomi rumah tangga. Keempat pemberdayaan tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan oleh aktor-aktor terkait kemitraan kedelai hitam. Yaitu PT.Unilever Indonesia Tbk bersama Yayasan Unilever Indonesia, para petani, pihak UGM, dan serta Yayasan Persada yang khusus menangani CSR Kecap Bango. Melalui ini, mereka bekerja bukan hanya sebagai bagian dari kemitraan perusahaan, tetapi juga pendidik dan penggerak agar masyarakat petani mampu berkembang serta memeiliki kemampuan untuk meningkatkan ekonomi mereka. Pemberdayaan Petani Kedelai Hitam Melalui Peran CSR PT.Unilever Indonesia Tbk I 41