Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 Penanganan dan Pengawalan Hama Penyakit Tanaman Jagung pada Penangkar Benih Binaan di Kabupaten Lombok Timur M. Yasin Balai Penelitian Tanaman Serealia Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan Abstrak Pengamatan keberadaan OPT pada hamparan petani binaan penangkaran benih jagung komposit di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dilakukan dengan motode patroli pasa plot pengamatan yang diubin secara acak dalam ulangan dengan luas ubinan 10 x 10 cm. Hasil pencatatan menunjukkan bahwa terdapat serangan kutu daun dengan derajat serangan rendah yang tersebar secara sporadic pada daun tanaman sedangkan jenis hama yang lain adalah penggerek batang, penggerek tongkol, dan belalang tetapi mempunyaki tingkat serangan rendah. Pengaruh yang terbesar dalam penangkaran benih di Kabupaten Lombok Timur adalah gangguan ayam. Beberapa pertanaman di BBU mati dan tidak tumbuh akibat serangan ayam pada awal pertumbuhan, hal ini disebabkan karena lokasi bagian pinggir sangat dekat dengan perumahan petani. Cekaman air pada lahan petani terjadi karena selama dilapangan tanaman hanya mendapatkan air 4 kali (yang semestinya 8 kali), akan tetapi di lokasi BBU sebaliknya terjadi kegenangan sehingga tanaman menjadi kerdil. Di desa Kemong beberapa tanaman yang ternaungi mengalami hambatan pertumbuhan. Kata kunci : Keberadaan OPT, penangkar benih, jagung komposit Pendahuluan Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang sering menjadi hama utama jagung adalah lalat bibit, penggerek batang, penggerek tongkol dan belalang (Baco dan Tandiabang, 1998; Sudarmono, 1999). Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis) dapat menurunkan hasil sampai 36% apabila tanaman jagung terserang pada umur 4-6 minggu setelah tanam (Nonci et al., 1996); hama tersebut selamanya ada pada pertanaman jagung dengan populasi cukup tinggi (Jabbar et al., 1992); larva penggerek batang dapat merusak batang, daun dan pucuk daun (Nonci dan Baco, 1991); jika larva menyerang bunga betina yang belum dibuahi maka tongkol tidak akan menghasilkan biji (Nonci dan Baco, 1992). 389 Begitu pentingnya OPT pada jagung maka pengawalan terhadap keberadaannya pada pertanaman petani yang dibina sebagai calon penangkar benih pada program pembinaan penangkar benih tahun anggaran 2004 di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat adalah sangat penting. Hal ini bertujuan guna memantau lebih jauh serta memandu petani mengatasi persoalan cekaman biotik dan untuk mendidik petani lebih banyak mengetahui masalah hama dan penyakit tanaman jagung secara detail di lapangan. Hasilnya diharapkan dapat berdampak pada keberhasilan program pengembangan dan pengadaan jagung nasional dalam rangka memenuhi kebutuhan pangan dan pakan. Untuk mencapai maksud tersebut di atas, Badan Litbang Pertanian telah melepas 9 varietas jagung hibrida dan 6 verietas jagung Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 bersari bebas dengan potensi hasil antara 7.09.0t/ha. Varietas-varietas tersebut antara lain Lamuru dan Sukmaraga. Pada ekspose di beberapa lokasi seperti di Blora(Jawa Tengah), Takalar (Sul-Sel) dan Gorontalo, penampilan varietas-varietas tersebut ternyata sangat diminati petani sebagai pengguna (Subandi, 2004). Kegiatan penangkaran sendiri dilakukan pada hamparan sawah irigasi sesudah padi dengan luas hamparan 3 ha. Pembekalan teknologi produksi benih diberikan melalui kursus pendek dengan pembekalan materi mulai dari aspek teknologi budidaya, pemeliharan tanaman, penanganan OPT di lapangan sampai dengan teknologi penanganan hasil. Khusus untuk pengawalan keberadaan OPT di lapangan dilakukan dengan metoda patroli secara rutin yang dilakukan oleh petani atas bimbingan PLL setempat. Sarana produksi berupa benih, pupuk dan biaya pemeliharaan (biaya tanam, penyiangan, pembumbunan dan pemanenan) diberikan sebagai bantuan tunai dan natura secara cuma-cuma. Dari evaluasi selama 6 bulan, kinerja hasil penelitian menunjukan bahwa total produksi tongkol basah dari ubinan yang ditimbang pada kadar air rata-rata 28.8% adalah 12.1 t/ha atau setara dengan 6.7 t/ha pipilan pada kadar air 14%. Dari jumlah tersebut di atas, benih yang dapat dihasilkan adalah 6.0 t/ha pada kadar air 12% selebihnya adalah biji sortiran. Sedangkan untuk pengembangan yang ada di Balai Benih Induk provinsi, produksi tongkol basah (Lamuru) adalah 5.8 t/ha tongkol basah yang ditimbang pada kadar air 30.1 % atau setara dengan 3.0 t/ha pada kadar air 15%. Untuk Srikandi Kuning berat tongkol basah 5.5 t/ha pada kadar air 32% atau setara dengan 3.94 t/ha kadar air 15%. 390 Bahan dan Metode Penelitian dilaksanakan di Desa Labuan Pandan Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2004. Benih jagung ditanam pada lahan petani dengan luas hamparan 3,32 ha yang dibagi atas 2 lokasi yakni 2 ha terletak di wilayah Kemong dan 1,32 ha ditempatkan pada lahan Balai Benih Utama (BBU). Penelitian melibatkan 5 orang petani binaan yang dengan luas areal masingmasing Amma Gafur (0,43 ha), Amma Isa (lokasi I 0,25 lokasi II, 0,34 ha), Amma Esa (0,37), Amma John (lokasi I 0,20, lokasi II 0,25) Amma Herman (0,32). Pengambilan data OPT dilakukan dengan metoda patroli pada hamparan petani binaan. Sebanyak 10% dari luas areal yang dipatroli diamati gangguan OPTnya pada ubinan 10 x 10 cm secara random dengan 4 ulangan. Hama dan penyakit utama yang nampak diamati dan secara kualitatif dicatat dan dilaporkan ke penanggungjawab lokasi. Jenis varietas yang ditanam serta perlakuan budidaya lainnya seperti jenis pupuk, dosis pemupukan, waktu aplikasi pupuk, jenis pestisida/herbisida yang digunakan serta performansi hasil yang dicapai ditingkat petani Benih yang digunakan dalam penangkaran benih pokok(SS) adalah jagung varietas unggul bersari bebas (VBB) varietas Lamuru. Benih dasar (FS) ditanam dalam petak terisolasi dengan isolasi jarak minimum 300 m atau isolasi waktu 1 bulan. Jumlah benih yang dibutuhkan adalah 25 kg/ha. Tanaman di pupuk dengan pupuk anorganik dengan takaran 300 kg Urea, 150 kg SP36, 100 kg KCL dan 50 kg ZA dan penggunaan saprodi lain seperti metalaksil, carbofuran dan pestisida lain seperti herbisida tana- Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 man. Variabel-variabel yang diamati antara lain ; a) berat panen, berat benih dan produksi aktual, b) berat 100 biji, umur berbunga dan tanaman simpang, c) pengamatan sampel 10 tongkol dan ubinan 10 x 10 cm, d) Cekaman biotik dan abiotik, e) Analisa usahatani (budidaya jagung), Penanganan pasca panen, g) Pemasaran hasil, dan h) Analisa usaha pasca panen (yang meliputi kegiatan prosessing benih). Hasil dan Pembahasan Sosialisasi dan pelatihan diberikan dengan maksud untuk memberi pembekalan dan pemahaman kepada petani binaan tentang tujuan penelitian, metodologi yang digunakan serta teknologi yang akan diterapkan. Selain dari materi yang menyangkut tentang prosedur tatalaksana pengenalan OPT dilapangan, peserta juga diberikan materi pelatihan menyangkut pemeliharaan tanaman (pemupukan, penyiangan, roughing), pemuliaan tanaman, teknologi persilangan dan secara umum seputar teknologi budidaya jagung. Secara khusus teknologi persilangan tanaman membekali materi yang mencakup teknik persilangan halfsib (modifikasi erturo) untuk mendapatkan kemurnian kualitas benih yang ditangkar. Cara ini dilakukan agar generasi F1nya memiliki genotipe dan fenotipe yang sama dengan tanaman induknya. Teknik kondomisasi calon betina, teknik mendapat calon jantan dan mendapatkan tepung sari yang baik, dan teknik menampung serta menumpahkan tepung sari pada calon betina juga menjadi topik pembelajaran dalam pelatihan/ sosialisasi program. Kualitas partisipasi peserta dalam mengikuti materi juga diamati oleh penanggung jawab lokasi dan dilaporkan hasilnya kepada penaggungjawab RPTP. 391 Penerapan teknologi anjuran di lapangan dibagi dalam 2 tahapan yakni penerapan teknologi budaya tanaman jagung untuk produksi benih dan teknologi penangan benih (Lampiran 1). Pengamatan Serangan OPT Pengamatan terhadap serangan OPT secara kualitaatif dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2. Tabel 1 adalah rekor kualitatif pada lokasi BBU Sambelia sedang Tabel 2 adalah rekor kualitatif pada BBI Masbagik. Cekaman Biotik dan Abiotik. Kondisi cekaman biotik dan abiotik tanaman nampak bahwa pada plot Amma Gafur (petani binaan) untuk cekaman biotik terdapat serangan kutu daun dengan derajat serangan sangat rendah tersebar secara spot-spot terutama pada tanaman pinggir. Tanaman yang terserang daunnya agak mengering dengan permukaan daun dipenuhi embun jelaga. Pada plot yang sama untuk cekaman abiotik dicatat sebagian besar daun tanaman terlihat agak menguning disebabkan tanaman mengalami stres kekurangan air. Pada plot tersebut hanya memperoleh 4 kali pengairan yang semestinya 8 kali/ musim. Pada plot Amma Esa cekaman abiotik tanaman tercatat pada beberpa pertanaman yang kurang mendapat cahaya matahari yang cukup akibat sebagian tanaman nampak kerdil namun sebagian lagi mengalami pertumbuhan etiolasi. Pada plot yang terdapat pada lahan BBU tercata sebahagian tanaman terutama yang berdekatan dengan pengairan agak kerdil sebagai akibat stres kegenangan air yang terjadi oleh adanya limpahan air dari saluran tersier induk irigasi desa, sedangkan pada pertanaman yang berdekatan dengan perumahan banyak tanaman yang tidak tunbuh dise- Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 babkan karena pada awal pertumbuhan banyak benih yang dimakan ayam (Tabel 1). Menurut Asikin et.al (2000), salah satu faktor pembatas dalam peningkatan produksi usahatani jagung adalah serangan hama. Di nantiasa ditemukan selama pertunbuhan tanaman pada lokasi binaan antara lain semut merah, lalat bibit, kutu daun, penggerek batang, penggerek tongkol, belalang, gangguan ayam (ternak), gangguan anjing, sedang untuk Tabel 1. Kondisi kualitatif cekaman biotik dan abiotik pada areal petani binaan di Sambelia, Lotim, NTB No. Nama Petani Koperator 1. Amma Gafur 2. Amma Esa 3. BBU Kualitas Cekaman Abiotik Biotik (OPT) Terdapat serangan kutu Hanya 4 kali memperoleh air daun dengan kualitas sera- yang semestinya 8 kali per musim ngan sangat rendah, terse- tanam bar secara sporadis terutama pada tanaman pinggir, meninggalkan noda embun jelaga pada permukaan daun Beberapa tanaman terutama pada lokasi yang terkena naungan nam -pak agak kerdil tetapi sebagian lagi mengalami pertumbuhan etiolasi Beberapa tanaman yang Beberapa tanaman yang dekat dekat perumahan banyak pengairan agak kerdil akibat keyang tidak tumbuh karena genangan pada awal pertumbuhan, tanaman dimakan ayam Indonesia telah diketahui 50 spesies serangga serangga yang menyerang tanaman jagung meskipun hanya beberapa spesies saja di antaranya yang sering menimbulkan kerusakan yang berarti. Beberapa hama utama yang se- 392 penyakit antara lain penyakit bulai, sapu setan dan bercak daun. Keberadaan hama tanaman pada fase pertumbuhan tanaman jagung dapat dibagi menjadi 5 fase yaitu: Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 Fase I : mulai tanam tumbuh sampai ISBN : 978-979-8940-29-3 tanaman Fase II : mulai tumbuh bunga hingga tanaman membentuk bunga jantan dan bunga betina. F a s e : penyerbukan dan pertumbuhan. III Fase V : pemasakan dan pengeringan biji dan batang. Pada umumnya setiap hama mempunyai inang pada stadia tertentu, ada spesies yang hanya menyerang pada satu fase pertumbuhan saja, tetapi ada juga yang menyerang hampir pada setiap fase pertumbuhan. Pengamatan Pada Setiap Fase Pengawaln OPT pada hamparan petani binaan dilakukan pada setiap fase fase pertumbuhan tanaman. Hal ini untuk mengantisipasi sekecil mungkin adanya infestasi serangga atau penyakit yang dapat megganggu berjalan program. Setiap ditemukan adanya gangguan maka penyuluh lapangan akan melaporkan kepada kordinator lokasi untuk menunggu instruksi tindakan pengamanan. Fase I. Pada fase I, hama tanaman seperti semut merah, lalt bibit, kutu daun, penggerek batang, penggerek tongkol, gangguan anjing tercatat tidak ada rekor serangan,demikian pula pada pengamatan penyakit jenis bulai, sapu etan, bercak daun, tidak ada rekor serangan. Yang ada adalah hama belalang dengan kualitas serangan rendah, akan tetapi gangguan ternak unggas jenis ayam tercatat sangat tinggi. 393 Fase II. Pada fase II, hama tanaman seperti semut merah, lalat bibit, kumbang bubuk, gangguan ayam dan anjing tercatat tidak ada skor serangan, demikian pula pada penyakit jenis sapu setan dan bercak daun. Yang tercatat ada rekor serangan adalah kutu daun dengan kualitas serangan sedang, penggerek batang, penggerek tongkol dan belalang dengan kualitas serangan rendah, sedang untuk penyakit yang menyerang hanya bulai dengan kualitas serangan rendah. Fase III. Pada fase III hama tanaman jenis semut merah, lalat bibit, kumbang bubuk, gangguan ayam dan anjing tidak ada, pada penyakit juga sapu setan dan bercak daun nampak tidak ada rekor serangan, akan tetapi pada hama penggerek batang, penggerek tongkol dan belalang tercatat ada skor serangan dengan kualitas rendah sedang pada kutu daun kualitas serangannya kategori sedang. Rekor pada penyakit pada fase ini, hanya bulai yang tercatat ada skor serangan dengan kualitas rendah. Fase IV. Pada fase IV, hanya penggerek tongkol dan belalang yang ada rekor serangannya dengan kualitas serangan rendah, demikian pada penyakit, skor bulai juga masuk kategori kualitas rendah, selebihnya tidak nampak adanya gejala serangan. Fase V. Pada fase V, yakni fase pemasakan dan pematangan biji, nampak serangan anjing sangat tinggi dan masuk kategori serangan berat, menyusul sapu setan dengan kualitas serangan sedang, selebihnya tidak nampak adanya serangan (Tabel 2). Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 Tabel 2. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan di lokasi binaan (Kecamatan Sambelia dan Masbagik) Jenis OPT Hama Tanaman Semut merah Lalat bibit Kutu daun Penggerek batang Penggerek tongkol Belalang Hama Kumbang bubuk Gangguan ayam Gangguan anjing Penyakit Tanaman Bulai Sapu setan Bercak daun Fase pertumbuhan tanaman I II III IV V + +++ 1) - ++ + + + - ++ + + + - + + ++ +++ 2) - + - + - + - ++ - Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat, - = tidak ada serangan 1) Serangan di BBU 1) Terjadi di lokasi paka Budi (Padak Guar) Analisa Usahatani Hasil analisa usahatani budidaya jagung varietas Lamuru di Kecamatan Sambelia nampak bahwa luas garapan rata-rata dari petani binaan 0.54 ha dapat menghasilkan produksi pipilan sebanyak 4,62 t/ha. Hasil produksi tersebut dijual pada harga Rp.1.150,/kg dengan total nilai produksi sebesar Rp.5.313.000,-. Nilai produksi tersebut masih akan dikurangi oleh biaya-biaya yang antara lain adalah a) biaya untuk pupuk Rp.470.622,-, b)biaya untuk pestisida Rp.188.460,- c) biaya tenaga kerja sebesar Rp.162.000,-.Total biaya yang harus dikeluarkan selama musim tanam adalah Rp.820.460, keuntungan yang diperoleh tiap petani adalah nilai produksi hasil dikurangi total biaya-biaya yakni Rp. 5.313.000 - Rp.820.460,- = Rp.4.492.540,Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 5,47. Ini artinya bahwa usahatani jagung Lamuru sangat menguntung- 394 kan dan prospektif untuk dikembangkan (Lampiran 2). Kesimpulan Hasil pencatatan menunjukkan bahwa terdapat serangan kutu daun dengan derajat serangan rendah yang tersebar secara sporadic pada daun tanaman. Beberapa pertanaman di BBU mati dan tidak tumbuh akibat serangan ayam pada awal pertumbuhan, hal ini disebabkan karena lokasi bagian pinggir sangat dekat dengan perumahan petani. Cekaman air pada lahan petani terjadi karena selama dilapangan tanaman hanya mendapatkan air 4 kali (yang semestinya 8 kali), akan tetapi di lokasi BBU sebaliknya terjadi kegenangan sehingga tanaman menjadi kerdil. Di desa Kemong beberapa tanaman yang ternaungi mengalami hambatan pertumbuhan. Total produksi tongkol yang dihasilkan adalah 22 ton kering panen dengan kadar air Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 berkisar antara 26% - 29%. Dari jumlah tersebut dihasilkan benih sebanyak 10.5 ton pada kadar air 12%. Daftar Pustaka Subandi. .2004. Program penelitian benih serealia. Makalah disampaikan pada Pelatihan Peningkatan Kemampuan Petugas Produksi Benih Serealia. Maros 14-16 juli 2004. Baco, D. dan J Tandiabang. 1998. Hama utama jagung dan pengendaliannya. Jagung. Balai Penelitian dan Pe-ngembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Hal. 185-204. Jabbar, A., N. Nonci, dan D. Baco. 1992. Skrining varietas/galur-galur jagung terhadap Ostrinia furnacalis Guenee di Makariki. Hasil Penelitian Jagung dan Ubi-Ubian No.2 Balittan Maros hal. 6164. 395 Nonci, N dan D. Baco. 1991. Pertumbuhan penggerek jagung Ostrinia furnacalis pada berbagai tingkat umur tanaman jagung (Zea mays L.). Agrikam 6(3):95 -101. Nonci, N dan D. Baco. 1992. Kerusakan tanaman jagung oleh Ostrinia furnacalis. Hasil Penelitian Jagung dan UbiUbian No.2 Balittan Maros hal. 65-67. Nonci, N., J. Tandiabang, dan D. Baco, 1996. Kehilangan hasil oleh penggerek batang (Ostrinia furna-calis) pada berbagai stadia tanaman jagung. HasilHasil Penelitian Hama dan Penyakit Tanaman Tahun 1995/1996. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia Lain. Sudarmono 1999. Pengendalian Serangan Hama Jagung. Penerbit Kanisius, 52 hal. Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 Lampiran 1 . Ringkasan teknologi yang dianjurkan pada penelitian produksi benih pokok (SS) di Kab.Lombok Timur, NTB No . Jenis Teknologi Metoda/Pelaksanaan Keterangan 1. Penyiapan lahan Disemprot dengan herbisida Basmilang atau Round Up dan Gramoxon Basmilang/Round Up diberikan 6 hari sebelum tanam, Gramoxon 2 hari sebelum tanam Penanaman Ditugal sedalam 10 cm Jarak tanam 75 cm x 25 cm, 2-3 biji/lubang, benih dicampur carbofuran dan di metalaksil Sebelum ditugal lahan diberikan air secukupnya Diperjarang menjadi 1 tanaman pada 14 hari setelah tanam 3. Pemupukan Urea 300 kg, SP36 150 kg, KCL 100 kg dan ZA 50 kg. Sepertiga Urea + seluruh P dan K diberikan pada saat tanaman berumur 0-7 hst. Sisa pupuk Urea + ZA diberikan pada umur 30-35 hst Diaplikasi pada jarak 7 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm Diaplikasi pada jarak 15 cm dari tanaman dengan kedalaman 10 cm 4. Pemeliharaan Disemprot dengan herbisida dan dibumbun pada saat pemupukan II. Dijaga dari gangguan hama dan penyakit Diaplikasi pada saat tanaman bermur 30-35 hst Dilakukan monitoring rutin pada pertanaman terutama dari infestasi bulai dan penggerek batang/tongkol Roughing Warna batang, daun, tinggi tongkol, tinggi batang, umur berbunga, warna rambut, warna malai yang menyimpang dibuang, tanaman yang terinfeksi penyakit juga dibuang. Roughing tanaman dilakukan sebelum tanaman berbunga Pemanenan Pada umur 100 hari tanaman dipangkas bagian atasnya dan dibiarkan dil apangan sekitar 5-10 hari. Untuk menurunkan kadar air tongkol saat panen Untuk memenuhi standar tongkol layak pipil Prosesing Tongkol kering panen dijemur beberapa hari hingga kadar airnya berkisar antara 16-17%, kemudian tongkol dipipil dengan mesin pemipil. Dipisahkan dari butiran kotor dan mencegah adanya kontaminasi jamur aflatoksin Benih pipilan di sortasi dan digrading sesuai ukuran yang diinginkan dan dijemur hingga kadar air 12 % untuk selanjutnya digudangkan Dikemas pada kadar air minimal 12%, dan disarankan pada k.a.10% 2. 5. 6. 7. 8. Pengemasan Pengemasan/pengepakan dilakukan setelah benih lolos uji mutu dan kualitas dari BPSB setempat 9. Penyimpanan Disimpan pada tempat yang kering dan tidak lembab, tidak langsung menyentuh lantai. 396 Untuk menghindari serangga hama gudang dapat ditreatment dengan bahan nabati seperti abu, atau arang Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : 978-979-8940-29-3 Lampiran 2. Analisa usahatani budidaya jagung lamuru pada penelitian pembinaan penangkar benih berbasis kelompoktani No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Uraian Nilai Luas garapan (ha) Produksi (t/ha) Nilai Produksi (Rp/ha) Biaya Saprodi (Rp) Benih Urea SP36 KCl ZA Pestisida Tenaga kerja (Rp) Total biaya (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) B/C ratio 0.54 4.62 5.313.000 22.422 170.100 129.600 108.000 40.500 188.460 162.000 820.460 4.492.540 5.47 Keterangan : Benih 20 kg/ha Urea 300 kg/ha SP36 150 kg/ha KCL 100 kg/ha ZA 50 kg/ha Harga pipilan Rp. 1.150,-/kg Biaya tenaga kerja Rp.300.000,-/ha Pestisda : insektisida, herbisida, fungisida 397