Penanganan dan Pengawalan Hama Penyakit Tanaman Jagung

advertisement
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Penanganan dan Pengawalan Hama Penyakit Tanaman Jagung pada
Penangkar Benih Binaan di Kabupaten Lombok Timur
M. Yasin
Balai Penelitian Tanaman Serealia
Jl. Dr. Ratulangi 274 Maros, Sulawesi Selatan
Abstrak
Pengamatan keberadaan OPT pada hamparan petani binaan penangkaran benih jagung
komposit di Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dilakukan dengan motode patroli pasa
plot pengamatan yang diubin secara acak dalam ulangan dengan luas ubinan 10 x 10 cm. Hasil
pencatatan menunjukkan bahwa terdapat serangan kutu daun dengan derajat serangan rendah yang
tersebar secara sporadic pada daun tanaman sedangkan jenis hama yang lain adalah penggerek
batang, penggerek tongkol, dan belalang tetapi mempunyaki tingkat serangan rendah. Pengaruh yang
terbesar dalam penangkaran benih di Kabupaten Lombok Timur adalah gangguan ayam. Beberapa
pertanaman di BBU mati dan tidak tumbuh akibat serangan ayam pada awal pertumbuhan, hal ini
disebabkan karena lokasi bagian pinggir sangat dekat dengan perumahan petani. Cekaman air pada
lahan petani terjadi karena selama dilapangan tanaman hanya mendapatkan air 4 kali (yang
semestinya 8 kali), akan tetapi di lokasi BBU sebaliknya terjadi kegenangan sehingga tanaman
menjadi kerdil. Di desa Kemong beberapa tanaman yang ternaungi mengalami hambatan
pertumbuhan.
Kata kunci : Keberadaan OPT, penangkar benih, jagung komposit
Pendahuluan
Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa Organisme Penggangu Tanaman
(OPT) yang sering menjadi hama utama
jagung adalah lalat bibit, penggerek batang,
penggerek tongkol dan belalang (Baco dan
Tandiabang, 1998; Sudarmono, 1999). Penggerek batang jagung (Ostrinia furnacalis)
dapat menurunkan hasil sampai 36% apabila
tanaman jagung terserang pada umur 4-6
minggu setelah tanam (Nonci et al., 1996);
hama tersebut selamanya ada pada pertanaman jagung dengan populasi cukup tinggi
(Jabbar et al., 1992); larva penggerek batang
dapat merusak batang, daun dan pucuk daun
(Nonci dan Baco, 1991); jika larva menyerang
bunga betina yang belum dibuahi maka
tongkol tidak akan menghasilkan biji (Nonci
dan Baco, 1992).
389
Begitu pentingnya OPT pada jagung
maka pengawalan terhadap keberadaannya
pada pertanaman petani yang dibina sebagai
calon penangkar benih pada program pembinaan penangkar benih tahun anggaran 2004
di Kecamatan Sambelia, Kabupaten Lombok
Timur, Nusa Tenggara Barat adalah sangat
penting. Hal ini bertujuan guna memantau
lebih jauh serta memandu petani mengatasi
persoalan cekaman biotik dan untuk mendidik
petani lebih banyak mengetahui masalah hama dan penyakit tanaman jagung secara detail
di lapangan. Hasilnya diharapkan dapat berdampak pada keberhasilan program pengembangan dan pengadaan jagung nasional dalam
rangka memenuhi kebutuhan pangan dan
pakan. Untuk mencapai maksud tersebut di
atas, Badan Litbang Pertanian telah melepas 9
varietas jagung hibrida dan 6 verietas jagung
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
bersari bebas dengan potensi hasil antara 7.09.0t/ha. Varietas-varietas tersebut antara lain
Lamuru dan Sukmaraga. Pada ekspose di beberapa lokasi seperti di Blora(Jawa Tengah),
Takalar (Sul-Sel) dan Gorontalo, penampilan
varietas-varietas tersebut ternyata sangat diminati petani sebagai pengguna (Subandi,
2004).
Kegiatan penangkaran sendiri dilakukan pada hamparan sawah irigasi sesudah
padi dengan luas hamparan 3 ha. Pembekalan
teknologi produksi benih diberikan melalui
kursus pendek dengan pembekalan materi
mulai dari aspek teknologi budidaya, pemeliharan tanaman, penanganan OPT di lapangan
sampai dengan teknologi penanganan hasil.
Khusus untuk pengawalan keberadaan OPT di
lapangan dilakukan dengan metoda patroli
secara rutin yang dilakukan oleh petani atas
bimbingan PLL setempat. Sarana produksi
berupa benih, pupuk dan biaya pemeliharaan
(biaya tanam, penyiangan, pembumbunan dan
pemanenan) diberikan sebagai bantuan tunai
dan natura secara cuma-cuma.
Dari evaluasi selama 6 bulan, kinerja
hasil penelitian menunjukan bahwa total
produksi tongkol basah dari ubinan yang ditimbang pada kadar air rata-rata 28.8% adalah 12.1 t/ha atau setara dengan 6.7 t/ha pipilan pada kadar air 14%. Dari jumlah tersebut
di atas, benih yang dapat dihasilkan adalah 6.0
t/ha pada kadar air 12% selebihnya adalah
biji sortiran. Sedangkan untuk pengembangan
yang ada di Balai Benih Induk provinsi, produksi tongkol basah (Lamuru) adalah 5.8 t/ha
tongkol basah yang ditimbang pada kadar air
30.1 % atau setara dengan 3.0 t/ha pada kadar
air 15%. Untuk Srikandi Kuning berat tongkol
basah 5.5 t/ha pada kadar air 32% atau setara
dengan 3.94 t/ha kadar air 15%.
390
Bahan dan Metode
Penelitian dilaksanakan di Desa Labuan Pandan Kecamatan Sambelia Kabupaten
Lombok Timur Nusa Tenggara Barat dari bulan Maret sampai dengan Agustus 2004. Benih
jagung ditanam pada lahan petani dengan luas
hamparan 3,32 ha yang dibagi atas 2 lokasi
yakni 2 ha terletak di wilayah Kemong dan
1,32 ha ditempatkan pada lahan Balai Benih
Utama (BBU). Penelitian melibatkan 5 orang
petani binaan yang dengan luas areal masingmasing Amma Gafur (0,43 ha), Amma Isa
(lokasi I 0,25 lokasi II, 0,34 ha), Amma Esa
(0,37), Amma John (lokasi I 0,20, lokasi II
0,25) Amma Herman (0,32).
Pengambilan data OPT dilakukan
dengan metoda patroli pada hamparan petani
binaan. Sebanyak 10% dari luas areal yang
dipatroli diamati gangguan OPTnya pada
ubinan 10 x 10 cm secara random dengan 4
ulangan. Hama dan penyakit utama yang
nampak diamati dan secara kualitatif dicatat
dan dilaporkan ke penanggungjawab lokasi.
Jenis varietas yang ditanam serta perlakuan
budidaya lainnya seperti jenis pupuk, dosis
pemupukan, waktu aplikasi pupuk, jenis pestisida/herbisida yang digunakan serta performansi hasil yang dicapai ditingkat petani
Benih yang digunakan dalam penangkaran benih pokok(SS) adalah jagung varietas
unggul bersari bebas (VBB) varietas Lamuru.
Benih dasar (FS) ditanam dalam petak terisolasi dengan isolasi jarak minimum 300 m atau
isolasi waktu 1 bulan. Jumlah benih yang
dibutuhkan adalah 25 kg/ha.
Tanaman di pupuk dengan pupuk anorganik dengan takaran 300 kg Urea, 150 kg
SP36, 100 kg KCL dan 50 kg ZA dan penggunaan saprodi lain seperti metalaksil, carbofuran dan pestisida lain seperti herbisida tana-
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
man. Variabel-variabel yang diamati antara
lain ; a) berat panen, berat benih dan produksi
aktual, b) berat 100 biji, umur berbunga dan
tanaman simpang, c) pengamatan sampel 10
tongkol dan ubinan 10 x 10 cm, d) Cekaman
biotik dan abiotik, e) Analisa usahatani (budidaya jagung), Penanganan pasca panen, g)
Pemasaran hasil, dan h) Analisa usaha pasca
panen (yang meliputi kegiatan prosessing
benih).
Hasil dan Pembahasan
Sosialisasi dan pelatihan diberikan
dengan maksud untuk memberi pembekalan
dan pemahaman kepada petani binaan tentang tujuan penelitian, metodologi yang
digunakan serta teknologi yang akan diterapkan. Selain dari materi yang menyangkut tentang prosedur tatalaksana pengenalan OPT dilapangan, peserta juga diberikan materi pelatihan menyangkut pemeliharaan tanaman
(pemupukan, penyiangan, roughing), pemuliaan tanaman, teknologi persilangan dan
secara umum seputar teknologi budidaya
jagung. Secara khusus teknologi persilangan
tanaman membekali materi yang mencakup
teknik persilangan halfsib (modifikasi erturo)
untuk mendapatkan kemurnian kualitas benih
yang ditangkar. Cara ini dilakukan agar generasi F1nya memiliki genotipe dan fenotipe
yang sama dengan tanaman induknya. Teknik
kondomisasi calon betina, teknik mendapat
calon jantan dan mendapatkan tepung sari
yang baik, dan teknik menampung serta menumpahkan tepung sari pada calon betina juga
menjadi topik pembelajaran dalam pelatihan/
sosialisasi program. Kualitas partisipasi peserta dalam mengikuti materi juga diamati oleh
penanggung jawab lokasi dan dilaporkan hasilnya kepada penaggungjawab RPTP.
391
Penerapan teknologi anjuran di lapangan dibagi dalam 2 tahapan yakni penerapan
teknologi budaya tanaman jagung untuk produksi benih dan teknologi penangan benih
(Lampiran 1).
Pengamatan Serangan OPT
Pengamatan terhadap serangan OPT
secara kualitaatif dapat dilihat pada Tabel 1
dan 2. Tabel 1 adalah rekor kualitatif pada lokasi BBU Sambelia sedang Tabel 2 adalah
rekor kualitatif pada BBI Masbagik.
Cekaman Biotik dan Abiotik. Kondisi
cekaman biotik dan abiotik tanaman nampak
bahwa pada plot Amma Gafur (petani binaan)
untuk cekaman biotik terdapat serangan kutu
daun dengan derajat serangan sangat rendah
tersebar secara spot-spot terutama pada tanaman pinggir. Tanaman yang terserang daunnya agak mengering dengan permukaan
daun dipenuhi embun jelaga. Pada plot yang
sama untuk cekaman abiotik dicatat sebagian
besar daun tanaman terlihat agak menguning
disebabkan tanaman mengalami stres kekurangan air. Pada plot tersebut hanya memperoleh 4 kali pengairan yang semestinya 8 kali/
musim. Pada plot Amma Esa cekaman abiotik
tanaman tercatat pada beberpa pertanaman
yang kurang mendapat cahaya matahari yang
cukup akibat sebagian tanaman nampak kerdil
namun sebagian lagi mengalami pertumbuhan
etiolasi. Pada plot yang terdapat pada lahan
BBU tercata sebahagian tanaman terutama
yang berdekatan dengan pengairan agak kerdil sebagai akibat stres kegenangan air yang
terjadi oleh adanya limpahan air dari saluran
tersier induk irigasi desa, sedangkan pada
pertanaman yang berdekatan dengan perumahan banyak tanaman yang tidak tunbuh dise-
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
babkan karena pada awal pertumbuhan banyak benih yang dimakan ayam (Tabel 1).
Menurut Asikin et.al (2000), salah satu
faktor pembatas dalam peningkatan produksi
usahatani jagung adalah serangan hama. Di
nantiasa ditemukan selama pertunbuhan tanaman pada lokasi binaan antara lain semut
merah, lalat bibit, kutu daun, penggerek batang, penggerek tongkol, belalang, gangguan
ayam (ternak), gangguan anjing, sedang untuk
Tabel 1. Kondisi kualitatif cekaman biotik dan abiotik pada areal petani binaan
di Sambelia, Lotim, NTB
No.
Nama
Petani
Koperator
1.
Amma
Gafur
2.
Amma Esa
3.
BBU
Kualitas Cekaman
Abiotik
Biotik (OPT)
Terdapat serangan kutu Hanya 4 kali memperoleh air
daun dengan kualitas sera- yang semestinya 8 kali per musim
ngan sangat rendah, terse- tanam
bar secara sporadis terutama pada tanaman pinggir, meninggalkan noda embun jelaga pada permukaan
daun
Beberapa tanaman terutama pada
lokasi yang terkena naungan nam
-pak agak kerdil tetapi sebagian
lagi mengalami pertumbuhan etiolasi
Beberapa tanaman yang Beberapa tanaman yang dekat
dekat perumahan banyak pengairan agak kerdil akibat keyang tidak tumbuh karena genangan
pada awal pertumbuhan,
tanaman dimakan ayam
Indonesia telah diketahui 50 spesies serangga
serangga yang menyerang tanaman jagung
meskipun hanya beberapa spesies saja di antaranya yang sering menimbulkan kerusakan
yang berarti. Beberapa hama utama yang se-
392
penyakit antara lain penyakit bulai, sapu setan
dan bercak daun.
Keberadaan hama tanaman pada fase
pertumbuhan tanaman jagung dapat dibagi
menjadi 5 fase yaitu:
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
Fase I : mulai tanam
tumbuh
sampai
ISBN : 978-979-8940-29-3
tanaman
Fase II : mulai tumbuh bunga hingga
tanaman membentuk bunga jantan
dan bunga betina.
F a s e : penyerbukan dan pertumbuhan.
III
Fase V : pemasakan dan pengeringan biji
dan batang.
Pada umumnya setiap hama mempunyai inang pada stadia tertentu, ada spesies
yang hanya menyerang pada satu fase pertumbuhan saja, tetapi ada juga yang menyerang hampir pada setiap fase pertumbuhan.
Pengamatan Pada Setiap Fase
Pengawaln OPT pada hamparan petani
binaan dilakukan pada setiap fase fase pertumbuhan tanaman. Hal ini untuk mengantisipasi sekecil mungkin adanya infestasi serangga atau penyakit yang dapat megganggu
berjalan program. Setiap ditemukan adanya
gangguan maka penyuluh lapangan akan melaporkan kepada kordinator lokasi untuk menunggu instruksi tindakan pengamanan.
Fase I. Pada fase I, hama tanaman
seperti semut merah, lalt bibit, kutu daun,
penggerek batang, penggerek tongkol, gangguan anjing tercatat tidak ada rekor serangan,demikian pula pada pengamatan penyakit
jenis bulai, sapu etan, bercak daun, tidak ada
rekor serangan. Yang ada adalah hama belalang dengan kualitas serangan rendah, akan
tetapi gangguan ternak unggas jenis ayam
tercatat sangat tinggi.
393
Fase II. Pada fase II, hama tanaman
seperti semut merah, lalat bibit, kumbang bubuk, gangguan ayam dan anjing tercatat tidak
ada skor serangan, demikian pula pada penyakit jenis sapu setan dan bercak daun. Yang
tercatat ada rekor serangan adalah kutu daun
dengan kualitas serangan sedang, penggerek
batang, penggerek tongkol dan belalang dengan kualitas serangan rendah, sedang untuk
penyakit yang menyerang hanya bulai dengan
kualitas serangan rendah.
Fase III. Pada fase III hama tanaman
jenis semut merah, lalat bibit, kumbang bubuk, gangguan ayam dan anjing tidak ada,
pada penyakit juga sapu setan dan bercak
daun nampak tidak ada rekor serangan, akan
tetapi pada hama penggerek batang, penggerek tongkol dan belalang tercatat ada skor
serangan dengan kualitas rendah sedang pada
kutu daun kualitas serangannya kategori sedang. Rekor pada penyakit pada fase ini, hanya bulai yang tercatat ada skor serangan
dengan kualitas rendah.
Fase IV. Pada fase IV, hanya penggerek
tongkol dan belalang yang ada rekor serangannya dengan kualitas serangan rendah,
demikian pada penyakit, skor bulai juga masuk kategori kualitas rendah, selebihnya tidak
nampak adanya gejala serangan.
Fase V. Pada fase V, yakni fase pemasakan dan pematangan biji, nampak serangan
anjing sangat tinggi dan masuk kategori serangan berat, menyusul sapu setan dengan
kualitas serangan sedang, selebihnya tidak
nampak adanya serangan (Tabel 2).
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Tabel 2. Rekor kualitatif hama jagung selama fase pertumbuhan di lokasi binaan
(Kecamatan Sambelia dan Masbagik)
Jenis OPT
Hama Tanaman
Semut merah
Lalat bibit
Kutu daun
Penggerek batang
Penggerek tongkol
Belalang
Hama Kumbang bubuk
Gangguan ayam
Gangguan anjing
Penyakit Tanaman
Bulai
Sapu setan
Bercak daun
Fase pertumbuhan tanaman
I
II
III
IV
V
+
+++ 1)
-
++
+
+
+
-
++
+
+
+
-
+
+
++
+++ 2)
-
+
-
+
-
+
-
++
-
Keterangan : + = ringan, ++ = sedang, +++ = berat,
- = tidak ada serangan
1) Serangan di BBU
1) Terjadi di lokasi paka Budi (Padak Guar)
Analisa Usahatani
Hasil analisa usahatani budidaya jagung varietas Lamuru di Kecamatan Sambelia
nampak bahwa luas garapan rata-rata dari
petani binaan 0.54 ha dapat menghasilkan
produksi pipilan sebanyak 4,62 t/ha. Hasil
produksi tersebut dijual pada harga Rp.1.150,/kg dengan total nilai produksi sebesar
Rp.5.313.000,-. Nilai produksi tersebut masih
akan dikurangi oleh biaya-biaya yang antara
lain adalah a) biaya untuk pupuk Rp.470.622,-,
b)biaya untuk pestisida Rp.188.460,- c) biaya
tenaga kerja sebesar Rp.162.000,-.Total biaya
yang harus dikeluarkan selama musim tanam
adalah Rp.820.460, keuntungan yang diperoleh tiap petani adalah nilai produksi hasil
dikurangi total biaya-biaya yakni Rp.
5.313.000 - Rp.820.460,- = Rp.4.492.540,Nisbah keuntungan/biaya dari usahatani tersebut adalah 5,47. Ini artinya bahwa
usahatani jagung Lamuru sangat menguntung-
394
kan dan prospektif untuk dikembangkan
(Lampiran 2).
Kesimpulan
Hasil pencatatan menunjukkan bahwa
terdapat serangan kutu daun dengan derajat
serangan rendah yang tersebar secara sporadic pada daun tanaman. Beberapa pertanaman di BBU mati dan tidak tumbuh akibat
serangan ayam pada awal pertumbuhan, hal
ini disebabkan karena lokasi bagian pinggir
sangat dekat dengan perumahan petani. Cekaman air pada lahan petani terjadi karena
selama dilapangan tanaman hanya mendapatkan air 4 kali (yang semestinya 8 kali), akan
tetapi di lokasi BBU sebaliknya terjadi kegenangan sehingga tanaman menjadi kerdil. Di
desa Kemong beberapa tanaman yang ternaungi mengalami hambatan pertumbuhan.
Total produksi tongkol yang dihasilkan
adalah 22 ton kering panen dengan kadar air
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
berkisar antara 26% - 29%. Dari jumlah
tersebut dihasilkan benih sebanyak 10.5 ton
pada kadar air 12%.
Daftar Pustaka
Subandi. .2004. Program penelitian benih
serealia. Makalah disampaikan pada
Pelatihan Peningkatan Kemampuan
Petugas Produksi Benih Serealia.
Maros 14-16 juli 2004.
Baco, D. dan J Tandiabang. 1998. Hama utama
jagung dan pengendaliannya. Jagung.
Balai Penelitian dan Pe-ngembangan
Pertanian. Departemen Pertanian. Hal.
185-204.
Jabbar, A., N. Nonci, dan D. Baco. 1992.
Skrining varietas/galur-galur jagung
terhadap Ostrinia furnacalis Guenee di
Makariki. Hasil Penelitian Jagung dan
Ubi-Ubian No.2 Balittan Maros hal. 6164.
395
Nonci, N dan D. Baco. 1991. Pertumbuhan
penggerek jagung Ostrinia furnacalis
pada berbagai tingkat umur tanaman
jagung (Zea mays L.). Agrikam 6(3):95
-101.
Nonci, N dan D. Baco. 1992. Kerusakan
tanaman jagung oleh Ostrinia furnacalis. Hasil Penelitian Jagung dan UbiUbian No.2 Balittan Maros hal. 65-67.
Nonci, N., J. Tandiabang, dan D. Baco, 1996.
Kehilangan hasil oleh penggerek batang (Ostrinia furna-calis) pada berbagai stadia tanaman jagung. HasilHasil Penelitian Hama dan Penyakit
Tanaman Tahun 1995/1996. Balai Penelitian Tanaman Jagung dan Serealia
Lain.
Sudarmono 1999. Pengendalian Serangan
Hama Jagung. Penerbit Kanisius, 52
hal.
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Lampiran 1 . Ringkasan teknologi yang dianjurkan pada penelitian produksi benih pokok
(SS) di Kab.Lombok Timur, NTB
No
.
Jenis Teknologi
Metoda/Pelaksanaan
Keterangan
1.
Penyiapan lahan
Disemprot dengan herbisida Basmilang atau
Round Up dan Gramoxon
Basmilang/Round Up diberikan 6
hari sebelum tanam, Gramoxon 2
hari sebelum tanam
Penanaman
Ditugal sedalam 10 cm
Jarak tanam 75 cm x 25 cm, 2-3 biji/lubang, benih
dicampur carbofuran dan di metalaksil
Sebelum ditugal lahan diberikan
air secukupnya
Diperjarang menjadi 1 tanaman
pada 14 hari setelah tanam
3.
Pemupukan
Urea 300 kg, SP36 150 kg, KCL 100 kg dan ZA 50
kg. Sepertiga Urea + seluruh P dan K diberikan
pada saat tanaman berumur 0-7 hst.
Sisa pupuk Urea + ZA diberikan pada umur 30-35
hst
Diaplikasi pada jarak 7 cm dari
tanaman dengan kedalaman 10
cm
Diaplikasi pada jarak 15 cm dari
tanaman dengan kedalaman 10
cm
4.
Pemeliharaan
Disemprot dengan herbisida dan dibumbun pada
saat pemupukan II.
Dijaga dari gangguan hama dan penyakit
Diaplikasi pada saat tanaman
bermur 30-35 hst
Dilakukan monitoring rutin pada
pertanaman terutama dari
infestasi bulai dan penggerek
batang/tongkol
Roughing
Warna batang, daun, tinggi tongkol, tinggi batang,
umur berbunga, warna rambut, warna malai yang
menyimpang dibuang, tanaman yang terinfeksi
penyakit juga dibuang.
Roughing tanaman dilakukan
sebelum tanaman berbunga
Pemanenan
Pada umur 100 hari tanaman dipangkas bagian
atasnya dan dibiarkan dil apangan sekitar 5-10
hari.
Untuk menurunkan kadar air
tongkol saat panen
Untuk memenuhi standar tongkol
layak pipil
Prosesing
Tongkol kering panen dijemur beberapa hari
hingga kadar airnya berkisar antara 16-17%,
kemudian tongkol dipipil dengan mesin pemipil.
Dipisahkan dari butiran kotor dan
mencegah adanya kontaminasi
jamur aflatoksin
Benih pipilan di sortasi dan digrading sesuai
ukuran yang diinginkan dan dijemur hingga kadar
air 12 % untuk selanjutnya digudangkan
Dikemas pada kadar air minimal
12%, dan disarankan pada
k.a.10%
2.
5.
6.
7.
8.
Pengemasan
Pengemasan/pengepakan dilakukan setelah benih
lolos uji mutu dan kualitas dari BPSB setempat
9.
Penyimpanan
Disimpan pada tempat yang kering dan tidak
lembab, tidak langsung menyentuh lantai.
396
Untuk menghindari serangga
hama gudang dapat ditreatment
dengan bahan nabati seperti abu,
atau arang
Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010
ISBN : 978-979-8940-29-3
Lampiran 2. Analisa usahatani budidaya jagung lamuru pada penelitian pembinaan
penangkar benih berbasis kelompoktani
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Uraian
Nilai
Luas garapan (ha)
Produksi (t/ha)
Nilai Produksi (Rp/ha)
Biaya Saprodi (Rp)
Benih
Urea
SP36
KCl
ZA
Pestisida
Tenaga kerja (Rp)
Total biaya (Rp/ha)
Keuntungan (Rp/ha)
B/C ratio
0.54
4.62
5.313.000
22.422
170.100
129.600
108.000
40.500
188.460
162.000
820.460
4.492.540
5.47
Keterangan : Benih
20 kg/ha
Urea
300 kg/ha
SP36
150 kg/ha
KCL
100 kg/ha
ZA
50 kg/ha
Harga pipilan Rp. 1.150,-/kg
Biaya tenaga kerja Rp.300.000,-/ha
Pestisda : insektisida, herbisida, fungisida
397
Download