PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN Zn TERHADAP

advertisement
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
PENGARUH PEMBERIAN SUPLEMEN Zn TERHADAP SKOR Z BB/U
DAN TB/U PADA BALITA STUNTING
Dewi Pertiwi Dyah Kusudaryati1), Ratih Prananingrum2)
1
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
email:[email protected]
2
Stikes PKU Muhammadiyah Surakarta
email: [email protected]
Abstract
One of the effects of a toddler if malnutrition continuously is the disruption of growth (stunting).
Zn (zinc) is a nutrient that can stimulate the appetite so as to improve the growth of children.
The purpose of the research was to analyze the effect of Zn supplementation on weight for age
and height for age z score of stunting toddlers. The research design was randomized pretest
postest control group design. The total thirty six stunting children divided into two groups. The
treatment group received Zn whereas the comparison group received placebo. Paired t test was
used to analyze differences weight for age and height for age z score before and after Zn
supplementation in each group. Independent t test was used to analyze differences in weight for
age and height for age z score between groups. The results showed that Zn supplementation
increased body weight of 0,7 ± 0,64 kg, height of 2,8 ± 0,87 cm, weight for age z score of 0,2 ±
0,49 SD and height for age z score of 0,2 ± 0,27 SD. There was no significant difference on
weight for age difference between treatment and comparison groups (p=0,320). There was
significant difference on height for age difference between treatment and comparison groups
(0,028).
Keywords: Zn supplementation, weight, height, stunting
1. PENDAHULUAN
Pertumbuhan
dipengaruhi
secara
langsung oleh kekurangan asupan gizi dan
tingginya angka infeksi (Supariasa, 2002).
Kekurangan asupan gizi berkaitan pula
dengan infeksi serta rendahnya kualitas dan
kuantitas makanan yang dikonsumsi (Connor,
2007). Salah satu dampak jika seorang anak
kekurangan gizi yaitu terjadinya penurunan
kecepatan pertumbuhan dan atau gangguan
pertumbuhan linear sehingga anak gagal
dalam mencapai potensi tinggi badan.
Gangguan
pertumbuhan
linear
yang
berlangsung lama mengakibatkan anak
menjadi stunting (pendek) (Siregar, 2011).
Grafik TB/U WHO 2005 menunjukkan
bahwa gangguan pertumbuhan pada balita
sudah terjadi di umur-umur awal kehidupan
anak dan gangguan yang besar terjadi pada
pertumbuhan tinggi badan balita (Riskesdas,
2010). Prevalensi balita stunting secara
nasional tahun 2010 sebesar 35,6 %. Di Kota
Surakarta prevalensi balita sangat pendek dan
THE 5TH URECOL
pendek sebesar 12.3% dan 10.3% (Riskesdas,
2007).
Salah satu zat gizi yang berpengaruh
terhadap pertumbuhan adalah Zn (seng). Zn
adalah zat gizi yang berperan penting pada
banyak fungsi tubuh seperti pertumbuhan sel,
pembelahan sel, metabolisme tubuh, fungsi
imunitas dan perkembangan (Brown et al,
2002). Zn merupakan mikromineral esensial
sebagai kofaktor lebih dari 100 metaloenzim
yang berperan penting dalam regenerasi sel,
metabolisme, pertumbuhan, dan perbaikan
jaringan tubuh (Osredkar & Sustar 2011). Zn
di dalam tubuh setiap hari mengalami ekskresi
sehingga asupan Zn harian diperlukan untuk
menjaga Zn di dalam tubuh tetap normal
karena tubuh tidak memiliki mekanisme
khusus untuk menyimpan seng (Stipanuk,
2006).
Defisiensi Zn pada negara berkembang
seperti Indonesia diduga disebabkan karena
kurangnya konsumsi bahan makanan hewani
dan tingginya angka infeksi (Reviana, 2004).
Defisiensi Zn dikaitkan dengan pertumbuhan
1074
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
yang tidak optimal, diare, serta penurunan
fungsi imunitas (Gropper et al. 2009).
Melihat peran Zn untuk pertumbuhan
terutama berat badan dan tinggi badan balita
maka penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh pemberian suplemen
Zn terhadap skor Z BB/U dan TB/U pada
balita stunting.
2. METODE PENELITIAN
Desain penelitian yang digunakan adalah
randomized pretest posttest control group
design. Subyek penelitian adalah balita
stunting usia 36 – 60 bulan yang bersekolah di
PAUD di wilayah Kecamatan Pasar Kliwon
Surakarta. Subyek penelitian dibagi menjadi
dua kelompok yaitu kelompok perlakuan
(diberi suplemen Zn) dan kelompok
pembanding (diberi plasebo). Penelitian
dilakukan selama 12 minggu. Uji Paired t
digunakan untuk menganalisis perbedaan skor
Z BB/U dan TB/U sebelum dan setelah
suplementasi Zn pada masing-masing
kelompok. Uji Independent t digunakan untuk
menganalisis perbedaan skor Z BB/U dan
TB/U antar kelompok (sebelum dan setelah
perlakuan).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subyek Penelitian
Karakteristik jenis kelamin dan usia
subyek dapat dilihat pada tabel 1 di bawah
ini:
Tabel 1. Karakteristik Jenis Kelamin
dan Umur Subyek
Karakteristik
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia (x ± SD) bulan
Perlakuan
n
%
Pembanding
n
%
5
13
9
50
9
50
45,8 ± 10,72
27,8
72,2
45,3 ±
12,05
Tabel 1. menunjukkan bahwa pada
kelompok perlakuan sebagian besar subyek
(72,2%) berjenis kelamin perempuan
sedangkan pada kelompok pembanding
jumlah subyek sama banyaknya antara
perempuan dan laki-laki. Usia subyek baik
pada kelompok perlakuan maupun
pembanding hampir sama yaitu sekitar 45
bulan. Hal ini sesuai dengan kriteria
inklusi subyek yang ditetapkan peneliti
yaitu usia yang dikehendaki 36 – 60 bulan.
THE 5TH URECOL
1075
UAD, Yogyakarta
Rentang usia ini digunakan karena masa
anak terutama balita merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan sosial,
kognitif, dan emosional. Pada masa
pertumbuhan anak sering terjadi KEP
(Kekurangan Energi Protein), defisiensi
vitamin A serta defisiensi mikronutrien
seperti besi, seng (Zn), yodium, kalsium,
dan tembaga. KEP merupakan suatu
bentuk masalah gizi yang disebabkan oleh
berbagai faktor, terutama faktor makanan
yang tidak memenuhi kebutuhan anak akan
energi dan protein serta infeksi yang
berdampak pada penurunan status gizi
(Soekirman, 2000). KEP kronik atau
berlangsung dalam waktu lama dapat
menyebabkan anak mengalami stunting.
B. Gambaran Status Gizi Subyek
Berdasarkan Skor Z BB/U
Gambaran
status
gizi
subyek
berdasarkan skor Z BB/U antara kelompok
perlakuan dengan kelompok pembanding
disajikan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Kategori Status Gizi
Berdasarkan Skor Z BB/U Sebelum
dan Setelah Perlakuan
Kategori Skor Z
BB/U
Perlakuan
Gizi Baik
Gizi Kurang
Gizi Buruk
Pembanding
Gizi Baik
Gizi Kurang
Sebelum
Perlakuan
n
%
Setelah
Perlakuan
n
%
8
9
1
44
50
6
12
6
0
66,7
33,3
0
12
6
66,7
33,3
14
4
77,8
22,2
Kategori status gizi berdasarkan skor
Z BB/U pada tabel 2 menunjukkan bahwa
pada kelompok perlakuan sebelum
suplementasi Zn sebagian besar subyek
memiliki status gizi kurang tetapi setelah
diberikan suplemen Zn terjadi peningkatan
proporsi pada status gizi baik sebesar
22,7% sehingga sebagian besar subyek
yang semula berstatus gizi kurang menjadi
berstatus gizi baik.
Pada kelompok pembanding, status
gizi
berdasarkan
skor
Z
BB/U
menunjukkan sebagian besar subyek
memiliki status gizi baik sedangkan di
akhir penelitian status gizi subyek pada
kelompok pembanding tetap sama dimana
sebagian besar subyek memiliki status gizi
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
yang baik pula. Proporsi status gizi baik
pada kelompok pembanding meningkat
11,1% tetapi peningkatannya masih lebih
rendah dibanding peningkatan proporsi
pada kelompok perlakuan.
Lebih tingginya peningkatan proporsi
status gizi baik pada kelompok perlakuan
dibanding kelompok pembanding dapat
disebabkan karena subyek pada kelompok
perlakuan mendapatkan suplemen Zn
dimana Zn dapat menstimulasi asupan
makanan yang mempengaruhi selera
makan sehingga dapat meningkatkan
asupan
makanan
(Shay,
2000).
Peningkatan asupan makanan inilah yang
berpengaruh pada peningkatan status gizi
(Supariasa, 2002).
C. Gambaran Status Gizi Subyek
Berdasarkan Skor Z TB/U
Gambaran
status
gizi
subyek
berdasarkan skor Z TB/U antara kelompok
perlakuan dengan kelompok pembanding
disajikan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Kategori Status Gizi
Berdasarkan Skor Z TB/U Sebelum
dan Setelah Perlakuan
Kategori
Skor Z TB/U
Perlakuan
Stunting
Normal
Pembanding
Stunting
Normal
Sebelum Perlakuan
n
%
Setelah Perlakuan
n
%
18
0
100
0
11
7
61,1
38,9
18
0
100
0
15
3
83,3
16,7
Tabel 3 menunjukkan bahwa pada
awal penelitian ini diketahui bahwa semua
subyek (100%) baik kelompok perlakuan
maupun pembanding berstatus gizi
stunting. Setelah suplementasi Zn,
persentase stunting pada kelompok
perlakuan menurun menjadi 61,1%
sedangkan kelompok pembanding menjadi
83,3%. Di akhir penelitian atau setelah
suplementasi
Zn,
pada
kelompok
perlakuan terjadi perubahan status gizi
dimana yang semula 100% subyek
mengalami stunting ada yang berubah
berstatus gizi normal sebanyak 38,9%.
Sedangkan pada kelompok pembanding
sebesar 16,7% yang berubah menjadi
status gizi normal.
Penelitian ini membuktikan bahwa
THE 5TH URECOL
1076
UAD, Yogyakarta
suplementasi Zn dapat memperbaiki skor z
TB/U walaupun mereka tetap di bawah -2
SD (tidak ada catch up growth). Hal ini
diperkuat dengan metaanalisis yang
dilakukan oleh Brown et al bahwa
suplementasi Zn mempunyai dampak
positif pada pertumbuhan linier anak
(Brown et al, 2003).
D. Perbedaan Berat Badan, Tinggi
Badan, Skor Z BB/U dan TB/U
Sebelum dan Sesudah Suplementasi
Zn
Perbedaan berat badan, tinggi badan,
skor Z BB/U dan TB/U sebelum dan
setelah suplementasi Zn pada kelompok
perlakuan disajikan dalam tabel 4 berikut
ini.
Tabel 4. Perbedaan Berat Badan,
Tinggi Badan, Skor Z BB/U dan
TB/U Sebelum dan Sesudah
Suplementasi Zn Pada Kelompok
Perlakuan
Variabel
Sebelum
(x ± SD)
12,1 ± 1,40
Berat Badan
(kg)
Tinggi Badan
91,2 ± 4,84
(cm)
Skor Z BB/U
-2,1 ± 0,69
(SD)
Skor Z TB/U
-2,4 ± 0,28
(SD)
* Paired T Test
Setelah
(x ± SD)
12,8 ± 1,41
0,000
94,0 ± 5,08
0,000
-1,8 ± 0,56
0,048
-2,2 ± 0,41
0,004
p*
Tabel
4
menunjukkan
bahwa
berdasarkan uji Paired T Test didapatkan
hasil ada perbedaan berat badan, tinggi
badan, skor Z BB/U dan TB/U sebelum
dan setelah suplementasi Zn pada
kelompok perlakuan. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai p < 0,05.
Subyek yang mendapatkan suplemen
Zn mengalami peningkatan berat badan
dan tinggi badan yang akhirnya
berpengaruh pada skor Z BB/U dan skor Z
TB/U. Dalam hal ini, Zn dibutuhkan untuk
proses pertumbuhan bukan hanya karena
efek replikasi sel dan metabolisme asam
nukleat tetapi juga sebagai mediator
hormon pertumbuhan (Hidayat, 1999).
Pemberian
suplemen
Zn
dapat
meningkatkan konsentrasi plasma Insulinlike Growth Factor I (IGF I) sehingga
memicu
kecepatan
pertumbuhan.
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
Defisiensi
hormon
pertumbuhan
menyebabkan konsentrasi IGF-I dalan
sirkulasi rendah, sebaliknya hormon
pertumbuhan tinggi maka konsentrasi IGFI juga akan meningkat (Backeljauw, 2008).
Perbedaan berat badan, tinggi badan,
skor Z BB/U dan TB/U sebelum dan
setelah suplementasi Zn pada kelompok
perlakuan disajikan dalam tabel 5 berikut
ini.
Tabel 5. Perbedaan Berat Badan, Tinggi
Badan, Skor Z BB/U dan TB/U Sebelum dan
Sesudah Suplementasi Zn Pada Kelompok
Pembanding
Variabel
Berat Badan (kg)
Tinggi Badan (cm)
Skor Z BB/U (SD)
Skor Z TB/U (SD)
Sebelum
Setelah
(x ± SD)
(x ± SD)
10,7 ± 0,63
90,2 ± 2,33
-1,9 ± 0,40
-2,4 ± 0,25
11,1 ± 0,74
91,8 ± 2,19
-1,8 ± 0,33
-2,3 ± 0,26
p*
0,001
0,000
0,057
0,058
* Paired T Test
Tabel
5
menunjukkan
bahwa
berdasarkan uji Paired T Test ada
perbedaan berat badan dan tinggi badan
subyek sebelum dan sesudah perlakuan
(plasebo) sedangkan skor Z BB/U maupun
skor Z TB/U tidak ada perbedaan sebelum
dan sesudah perlakuan (plasebo) yang
ditunjukkan dengan nilai p > 0,05.
Kelompok pembanding hanya diberi
plasebo sehingga walaupun terjadi
peningkatan berat badan dan tinggi badan
tetapi peningkatannya tidak signifikan dan
tidak sampai berpengaruh terhadap
peningkatan skor Z BB/U dan skor Z
TB/U.
E. Perbedaan Selisih Berat Badan,
Tinggi Badan, Skor Z BB/U dan
TB/U Antara Kelompok Perlakuan
dan Pembanding
Tabel 6. Perbedaan Selisih Berat
Badan, Tinggi Badan, Skor Z BB/U
dan TB/U Antara Kelompok
Perlakuan dan Pembanding
Variabel
Selisih Berat
Badan (kg)
Selisih Tinggi
Badan (cm)
Selisih Skor Z
BB/U (SD)
THE 5TH URECOL
Perlakuan
(x ± SD)
0,7 ± 0,64
Pembanding
(x ± SD)
0,3 ± 0,41
0,044
2,8 ± 0,87
1,4 ± 0,29
0,000
0,2 ± 0,49
0,1 ± 0,24
0,320
p*
1077
UAD, Yogyakarta
Selisih Skor
0,2 ± 0,27
Z TB/U (SD)
* Independent T Test
0,1 ± 0,09
0,028
Tabel
6
menunjukkan
bahwa
berdasarkan uji Independent T Test ada
perbedaan selisih berat badan, tinggi
badan, dan skor Z TB/U antara kelompok
perlakuan dan pembanding (p<0,05).
Sedangkan skor Z BB/U tidak ada
perbedaan antara kelompok perlakuan dan
pembanding (p>0,05).
Uji Independent t test pada tabel 6
menunjukkan bahwa ada perbedaan selisih
berat badan, tinggi badan, dan skor Z
TB/U antara kelompok perlakuan dan
pembanding (p<0,05). Sedangkan skor Z
BB/U tidak ada perbedaan antara
kelompok perlakuan dan pembanding
(p>0,05). Selisih berat badan pada
kelompok perlakuan sebesar 0,7 ± 0,64 kg
sedangkan pada kelompok pembanding 0,3
± 0,41 kg. Hal ini terlihat bahwa selisih
berat badan lebih tinggi pada kelompok
perlakuan
dibanding
kelompok
pembanding.
Selisih tinggi badan pada kelompok
perlakuan sebesar 2,8 ± 0,87 cm sedangkan
pada kelompok pembanding 1,4 ± 0,29 cm.
Hal ini terlihat bahwa selisih tinggi badan
lebih tinggi pada kelompok perlakuan
dibanding kelompok pembanding.
Selisih skor Z BB/U pada kelompok
perlakuan sebesar 0,2 ± 0,49 SD
sedangkan pada kelompok pembanding 0,1
± 0,24 SD. Walaupun selisih skor Z BB/U
lebih tinggi pada kelompok perlakuan
dibanding kelompok pembanding tetapi
dari hasil uji Independent t test tidak ada
perbedaan yang signifikan antara kedua
kelompok (p=0,320).
Selisih skor Z TB/U pada kelompok
perlakuan sebesar 0,2 ± 0,27 SD
sedangkan pada kelompok pembanding 0,1
± 0,09 SD. Hal ini berarti selisih skor Z
TB/U pada kelompok perlakuan lebih
tinggi daripada kelompok pembanding.
Kenaikan skor Z TB/U pada
kelompok perlakuan kemungkinan terjadi
karena asupan zat gizi juga mengalami
peningkatan selama penelitian. Asupan
gizi dan kecukupan pangan yang baik akan
berpengaruh terhadap pertumbuhan anak
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
(Narendra, 2002). Asupan zat gizi
meningkat karena Zn dapat memacu nafsu
makan sehingga dapat berpengaruh
terhadap kenaikan berat badan dan tinggi
badan. Peningkatan berat badan dan tinggi
badan yang signifikan akan berdampak
pada peningkatan skor Z BB/U dan skor Z
TB/U.
Adanya perbedaan Skor Z TB/U
antara kelompok perlakuan dengan
kelompok
pembanding
setelah
suplementasi Zn menunjukkan kesamaan
dengan metaanalisis yang dilakukan oleh
Brown et al bahwa suplementasi Zn
mempunyai
dampak
positif
pada
pertumbuhan linier anak (Brown et al,
2003). Adanya pengaruh Zn terhadap
pertumbuhan dikarenakan Zn termasuk
salah satu zat gizi yang tergolong dalam
nutrien tipe 2. Nutrien tipe 2 merupakan
bahan pokok komposisi sel dan sangat
penting untuk fungsi dasar jaringan (King,
2011). Selain itu, nutrien yang masuk
dalam tipe ini seperti halnya Zn memiliki
karakteristik yaitu tidak memiliki tempat
penyimpanan
sehingga
diperlukan
masukan terus-menerus dalam jumlah yang
kecil.
Beberapa
penelitian
telah
membuktikan bahwa pemberian suplemen
Zn dapat memperbaiki pertumbuhan anak
balita (Lind et al, 2004 ; Budiastutik,
2011).
Penelitian
Brown
et
al
menyebutkan bahwa anak yang mendapat
suplemen Zn kenaikan pertumbuhannya
lebih besar daripada anak dalam kelompok
kontrol yang tidak mendapat suplemen Zn.
Masih dalam penelitian yang sama,
suplementasi
Zn
secara
signifikan
mempunyai respon yang positif terhadap
kenaikan berat badan dan tinggi badan
serta mampu meningkatkan pertumbuhan
linear dan berat badan pada remaja dan
anak stunting (Brown et al, 2002).
4. KESIMPULAN
Pemberian suplemen Zn pada balita
stunting berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan berat badan, tinggi badan dan
skor Z TB/U tetapi tidak berpengaruh
signifikan terhadap skor Z BB/U.
THE 5TH URECOL
UAD, Yogyakarta
5. REFERENSI
Backeljauw P. 2008. Insulin-like growth
factor I deficiency. Professor of
Pediatrics.
Cincinnati
Children’s
Hospital Medical Center. University of
Cincinnati College of Medicine.
Brown KH, Peerson JM, Rivera J, allen LH.
2002. Effect of supplemental zinc on
the
growth
and
serum
zinc
concentrations of prepubertal children:
a
meta-analysis
of
randomized
controlled trials. Am J Clin Nutr. ; 75:
1062-71.
Brown KH, 2003. Commentary : Zinc and
child growth. Int J Epidemiol. 32 (6) :
1103-1104.
Budiastutik I. 2011. Pengaruh suplementasi
zinc sulfat dan biscuit terhadap status
gizi dan konsentrasi zinc rambut balita
(Program MP ASI Biskuit di
Kertosono, Kabupaten Nganjuk Jawa
Timur). Tesis. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Program Studi Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga,
Surabaya.
Connor Z. 2007. Kurang Gizi di Indonesia.
http:// www.zoeconnor.co.uk. Diakses
tanggal 9 Nopember 2011.
Gropper SS, Smith JL, Groff JL. 2009.
Advanced Nutrition And Human
Metabolism. 5 ed. Wadsworth (USA):
488-497.
Hidayat A. 1999. Seng (zinc): esensial bagi
kesehatan. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Kedokteran
Universitas Trisakti.
J Kedokter
Trisakti 18 (1) : 19-26.
King JC. 2011. Zinc : an essential but elusive
nutrient. Am J Clin Nutr. 94
(suppl):679S-84S.
Lind T, Lönnerdal B, Stenlund H, Gamayanti
IL, Ismail D, Seswandhana R, Persson
LA. 2004. A community-based
randomized controlled trial of iron and
zinc supplementation in Indonesian
infants: effects on growth and
development. Am J Clin Nutr.; 80: 72936.
Narendra MB, Sularyo TS, Soetjiningsih,
Hariyono S, Ranuh ING, Wiradisuria S.
2002. Tumbuh Kembang Anak dan
1078
ISBN 978-979-3812-42-7
THE 5TH URECOL PROCEEDING
18 February 2017
UAD, Yogyakarta
Remaja. Buku Ajar I. Jakarta: CV.
Sagung Seto.
Osredkar J, Sustar N. 2011. Copper and zinc,
biological role and significance of
copper/zinc imbalance. J Clin Toxicol
Suppl 3: 1 – 18.
Reviana CH. 2004. Peranan Mineral Seng
(Zn) Bagi Kesehatan Tubuh. Cermin
Dunia Kedokteran;143:pp.53-54.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007.
2007. Laporan Jawa Tengah. Jakarta:
Badan Litbangkes, Depkes RI.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010.
2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan
Litbangkes, Depkes RI.
Shay NF, Manigian HF. 2000. Neurobiology
of zinc-influenced eating behavior. J
Nutr. 130 (suppl): 1493S-9S.
Siregar R., Lilisianawati., Lestari E.D.,
Salimo H. 2011. Effect of zinc
suplementation on morbidity among
stunted children in Indonesia. Paediatr
Indones. pp: 51-128.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya
untuk Keluarga dan Masyarakat.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi,
Departemen
Pendidikan
Nasional, pp: 80-125.
Stipanuk
MH.
2006.
Biochemical,
Physiological and Molecular Aspects of
Human Nutrition. W B Saunders
Company 1043-1067.
Supariasa, IDN, 2002. Penilaian Status Gizi.
EGC, Jakarta, p.38-62.
THE 5TH URECOL
1079
ISBN 978-979-3812-42-7
Download