dasar-dasar filsafat

advertisement
DASAR-DASAR FILSAFAT
INSTRUMEN UNTUK MENCARI
KEBENARAN
1.
2.
3.
ILMU PENGETAHUAN
FILSAFAT
AGAMA
ILMU PENGETAHUAN
1.
Pengertian
2.
Objek Ilmu Pengetahuan
3.
Cabang-cabang Ilmu Pengetahuan
4.
Sikap Ilmiah
5.
Fungsi Ilmu Pengetahuan
6.
Metode Ilmu Pengetahuan
7.
Batas dan Relativitas Ilmu Pengetahuan
Pengertian
Ilmu Pengetahuan adalah pengetahan
yang mempunyai ciri, tanda dan
syarat tertentu, yaitu: sistematik,
rasional, empiris, eksperimental,
umum dan kumulatif.
Objek Ilmu Pengetahuan
Objek materia: seluruh lapangan atau bahan
yang dijadikan objek penyelidikan suatu
ilmu.
2.
Objek forma: objek materia yang disoroti
oleh suatu ilmu, sehingga membedakan ilmu
satu dengan ilmu lainnya, jika berobjek
materia sama.
Pada garis besarnya, objek ilmu pengetahuan
ialah alam dan manusia.
1.
Batas dan relativitas ilmu
pengetahuan:
1.
Tidak semua persoalan manusia dapat dijawab oleh
ilmu pengetahuan.
2.
Nilai kebenaran ilmu pengetahuan itu “positif”
(sampai saat ini) dan “relatif” (tidak mutlak).
3.
Masalah-masalah yang di luar jangkauan
pengetahuan diserahkan kepada filsafat.
ilmu
PENGERTIAN FILSAFAT
1.
Dari sisi kebahasaan

Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani, yaitu philosophia. Philo=cinta
Sophia= kebijaksanaan/kebenaran. Jadi philosophia adalah orang yang
mencintai kebenaran, sehingga berupaya memperoleh dan memilikinya.
7
lanjutan
Kata
philosophia ditransformasikan ke
berbagai bahasa. Dalam bahasa arab
disebut falsafah. Dalam bahasa
Indonesia disebut falsafat/filsafat.
Dalam bahasa Belanda dan Jerman
disebut Philosophie.
8
lanjutan
Dari sisi filsafat sebagai ilmu

Plato, fisuf besar Yunani mengatakan, filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
berusaha mencapai kebenaran yang asli, karena kebenaran mutlak di tangan
Tuhan. Atau dengan singkat dikatakan pengetahuan tentang segala yang ada.
9
lanjutan
 Aristoteles,
murid Plato mengatakan,
filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
meliputi kebenaran yang terkandung di
dalamnya ilmu metafisika, logika,
retorika, politik, sosial budaya dan
estetika.
10
 Alfarabi,
Filsuf besar muslim dengan
gelar Aristoteles ke 2, mengatakan
Filsafat adalah pengetahuann tentang
yang ada menurut hakikatnya yang
sebenarnya.
11
lanjutan
 Immanuel
Kant, Filsuf barat dengan
gelar raksasa pemikir Eropa,
mengatakan filsafat adalah ilmu
pokok dan pangkal segala
pengetahuan yang mencakup di
dalamnya empat persoalan:
12
1.
BERDASARKAN KONSEP DAN TEORI TERSEBUT
PROSES BERFILSAFAT TERSEBUT MELALUI
EMPAT TAHAP
LOGIS, yaitu berpikir dengan menggunakan
logika (undang-undang berpikir) yaitu melalui
tiga tahap; pemahaman, keputusan dan
argumentasi
contoh;:
-
Alam berubah-ubah (premis minor)
-
Setiap berubah-ubah baru (premis mayor)
-
Alam baru (simpulan)
13
lanjutan
2. SISTEMATIS, yaitu berpikir melalui alur yang
sistemik sehingga ditemukan adanya koheren
(saling runtut), diantara satu pertanyaan dengan
pertanyaan lainnya.
3. RADIKAL, berpikir sampai kepada akar masalah.
4. UNIVERSAL, berpikir secara umum bukan khusus.
Disini perbedaannya ilmu berpikir secara khusus,
filsafat berpikir secara umum.
14
SEJARAH TIMBULNYA FILSAFAT

KAPAN MUNCULNYA FILSAFAT?
Filsafat muncul sejak manusia ada dan sejak
adanya pembicaraan manusia. Maka sejarah
lahirnya filsafat dimana-mana Yunani, India,
Persia. Karena filsafat memiliki kualifikasi
tertentu, maka lahirnya filsafat diidentikan
dengan Yunani. Hal ini sesuai dengan karakter
orang yunani ialah Rasional
15
APA YANG MENYEBABKAN LAHIRNYA FILSAFAT?
1.
PERTENTANGAN ANTARA MITOS DAN LOGOS
Dikalangan masyarakat Yunani dikenal adanya
mitos, sebagai suatu keyakinan lama yang
berkembang dengan pesat misalnya mite
kosmologi yang melukiskan kejadian alam.
Lama-lama mitos hilang dikalahkan oleh logos,
maka logos penyebab pertama lahirnya filsafat.
16
lanjutan
2. RASA INGIN TAHU
Karena mite hanya bersifat dongeng belaka, maka orang mulai berpikir
rasional, untuk mencari jawaban-jawaban yang logis. Keingintahuan
terhadap alam semesta, keingintahuan terhadap penciptanya dsb.
17
lanjutan
3. RASA KAGUM
Menurut Plato, filsafat lahir adanya kekaguman manusia tentang dunia dan
lingkungannya. Para filsuf atas kekagumannya mencoba merumuskan asal
mula alam semesta.
Thales bapak filsafat Yunani, mengatakan alam semesta berasal dari air.
18
lanjutan

Anaximandros, alam berasal dari apairon (api)

Democrios, alam berasal dari atom

Empedokles, alam berasal dari empat unsur; air, api, angin, tanah.
4. PERKEMBANGAN KESUSASTRAAN
Faktor lain yang menyebakan lahirnya filsafat adalah kesusastraan.
19
KARAKTERISTIK FILSAFAT
1.
SKEPTISIS
Skeptisis adalah keraguan terhadap suatu kebenaran sebelum mendapat
argumen yang kuat terhadap kebenaran tersebut. Dikelompokan;
-bersifat Gradasi , dari ragu ke yakin
-bersifat degradasi, dari yakin ke ragu
-bertahan sophisme, terus menerus ragu.
20
Lanjutan
Sifat gradasi diungkapkan oleh RENE DESCARTES
Filsuf Prancis cagito ergo sum
(saya berpikir maka saya ada)
2.KOMUNALISME
Hasil pemikiran filsafat dimiliki masyarakat
umum tidak memandang ras, kelas, ekonomi, dan
keyakinan. Misalnya hasil pemikiran Yunani
bermanfaat untuk orang Eropa, Asia Afrika dsb.

21
lanjutan
3. DISENTERESTEDNESS
YANG BERASAL DARI KATA INTEREST, yaitu suatu
kegiatan filsafat yang tidak dimotivasi untuk
suatu kepentingan tertentu.
4. UNIVERSALISME
Filsafat bersifat umum, berati filsafat adalah hak
seluruh umat manusia secara umum atau sifatnya
internasional. Semua umat manusia berhak
mengadakan kajian filsafat.
22
APA GUNANYA FILSAFAT BAGI MANUSIA?
 Filsafat
mampu memberikan
pemahaman yang menyeluruh
(general) terhadap suatu wujud
(ontologi) sekaligus memberikan
konsep kebenaran
( justifikasi) terhadap wujud
tersebut. Dengan kebenaran manusia
akan bertindak bijaksana (wisdom)
23
lanjutan
 Filsafat
dapat memberikan kepuasan
bagi filsuf/seseorang karena
kemampuannya dalam menggambarkan
problem kehidupan yang sedang dan
akan dihadapi sesuai dengan leluasan
pemahamannya.
Plato mengatakan, berpikir dan memikirkan itu suatu
kenikmatan yang luar biasa dan kebahagian yang paling
berharga.
24
lanjutan

Filsafat dapat dijadikan sebagai bahan pijakan untuk merubah dunia.
Karl Marx mengatakan, filsafat tidak hanya hanya menjelaskan pada
dunia(interferd the world) melainkan juga merubahnya.
25
PROBLEMATIKA FILSAFAT

Secara Umum terbagi menjadi tiga;
1.
ONTOLOGI, yaitu mengkaji hakikat segala
sesuatu, terbagi 2:
1. Kualitas;
- Monisme, asal alam terdiri dari satu unsur (mono=satu). Thales dari air,
Anaximandros dari apairon, Anaximenes dari udara, Democritos dari
tanah.
26
lanjutan
-
Dualisme, yang mengatakan alam semesta terdiri dari dua unsur yaitu materi
dan roh. Tokohnya Anaxagoras dan Aristolteles.
-
Pluralisme, alam semesta terdiri dari empat unsur; air, angin, api, tanah.
Tokohnya Empedokles, Leukippos.
27
lanjutan
2. Kualitas
Pandangan ini membicarakan bagaimana alam
berproses, dalam kaitannya muncul 4 teori:
-Mekanisme, yang mengatakan bahwa segala
sesuatu berproses secara mekanik.
-Teleologi, mengatakan bahwa segala sesuatu yang
terjadi di alam raya berproses menuju suatu tujuan,
yaitu Tuhan.
28
-Determinisme, kejadian di alam iniberproses
melalui suatu ketentuan yang telah
ditetapkan sebelumnya, baik oleh hukum alam
maupun oleh Tuhan
-Indeterminisme, segala kejadian di alam ini
berlangsung secara bebas, tanpa kendali
tertentu dari Tuhan atau kekuatannya.
29
PROBLEM FILSAFAT
2. EPISTEMOLOGI, membicarakan 2 hal;
a. Hakikat pengetahuan, muncul 2
pandangan;
- realisme, yaitu pengetahuan manusia riil
adanya dalam kehidupan.
- idealisme, yaitu hakikat ilmu pengetahuan tidak terdapat dalam dunia riil,
melainkan konsep ideal atau dunia ide-ide.
30
lanjutan
b. Sumber Pengetahuan, muncul 3 pandangan;
-
rasionalisme, mengatakan bahwa sumber
pengetahuan muncul dari rasio (akal) manusia.
-
Empirisme, sumber pengetahuan adalah indera
manusia.
-
Kritisme, pengetahuan manusia bersumber dari
luar diri manusia, yaitu Tuhan.
31
PROBLEM FILSAFAT
3. AXIOLOGI,
a.
b.
TERBAGI MENJADI 6 PANDANGAN;
naturalisme, yang menyatakan ukuran baik
buruk ialah sesuai tidaknya perbuatan
tersebut dengan fitrah (natura) manusia.
Hedonisme, yang menyatakan bahwa
ukuran baik buruk ialah sejauh mana suatu
perbuatan mendatangkan kenikmatan
(hedone) bagi manusia.
32
lanjutan
a.
Vitalisme, ukuran baik buruk ditentukan
oleh sejauh mana suatu perbuatan
tersebut dapat mendorong manusia untuk
hidup lebih maju.
b.
Ultitarianisme, Ukuran baik buruk
ditentukan oleh ada tidaknya suatu
perbuatan mendatangkan manfaat bagi
manusia.
33
lanjutan
e. Idealisme, ukuran baik buruk ditentukan oleh
sesuai tidaknya sesuatu perbuatan dengan
konsep ideal (rancang bangun) pikiran manusia.
f. Teologis, baik buruknya suatu perbuatan
ditentukan oleh sesuai tidaknya suatu
perbuatan dengan ketentuan agama
(teos=Tuhan, agama)
34
lanjutan
Berdasarkan uraian problematika di
atas kebenaran itu bersifat relatif
tergantung pada latar belakang
pendidikan, sosial, budaya, agama
dan sebagainya.
35
HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT, DAN AGAMA

Ilmu adalah sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai
suatu pengalaman tertentu yang disusun melalui sistem tertentu, sehingga
menjadi suatu kesatuan.

Menuurut Harsojo, ilmu terdiri dari tiga kesimpulan, yaitu;
36
lanjutan
1.
Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistematisasi
2.
Suatu pendekatan/metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris,
yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh panca indra manusia, dan
3.
Suatu cara yang mengijinkan kepada ahli-ahli
lainnya untuk menyatakan suatu proporsi.
37
lanjutan

Filsafat menurut Plato dan Al Faraby; filsafat adalah pengetahuan tentang
segala yang ada.
AGAMA
Terdapat perbedaan pengertian agama dikalangan tokoh agama. Hal ini
disebabkan oleh perbedaan bidik terhadap agama.
38
lanjutan
Agama diartikan secara praktis, adalah
suatu keyakinan akan adanya
aturan/jalan hidup (way of life) yang
bersumber dari suatu kekuatan yang
absolut (Tuhan).
 Agama memiliki empat perangkat sbb:
1. Adanya pengatur (Tuhan) sebagai
kebenaran yang pertama dan terakhir.
39
lanjutan
2. adanya aturan (code hukum) yang harus dipahami yang termaktub dalam
kitab suci dan kebenarannya bersifat absolut.
3. Adanya seorang nabi sebagai pembawa aturan hukum.
4. Adanya komunitas (manusia) sebagai pelaksana aturan yang bersumber dari
Tuhan.
40
HUBUNGAN ILMU, FILSAFAT DAN AGAMA
ILMU, mencari kebenaran dengan cara penyelidikan (riset) sesuai dengan
eksistensinya yang berhubungan dengan alam empiris.Dalam penyelidikan
ilmu selalu mencari hukum sebab akibat. Sebagai hukum sebab akibat maka
kebenaranya pasti ada.
41
lanjutan
FILSAFAT, karena selalu berhadapan denga alam empiris, (metafisika, ghaib)
maka ia komit dengan organon (alatnya) yaitu logika. Cara kerjanya selalu
diawali dengan pertanyaan apa…. Berpikir logis, sistematis, radikal, dan
universal.
42
lanjutan
AGAMA, menemukan konsep
kebenaran bersumber pada wahyu,
kebenarannya bersifat mutlak,
absolut sebagai kebenaran tertinggi.
43

Ilmu kebenarannya bersifat empiris, filsafat kebenarannya bersifat
spekulatif (berdasarkan nalar dan logika), keduanya bersifat nisbi. Agama
kebenarannya bersifat absolut mutlak, dalam penentuannya semua perlu
perumusan
44
lanjutan

Hubungan ilmu filsafat dan agama, Albert Einstein menagatakan dengan
singkat’
“science with out is blind, religion with out science is blame” Ilmu tanpa
agama buta, agama tanpa ilmu lumpuh.
45
Objek Filsafat:
1.
2.
Objek Materia: segala sesuatu yang
menjadi masalah filsafat, segala
sesuatu yang dimasalahkan oleh atau
dalam filsafat; yakni segala yang ada
yang meliputi hakikat Tuhan, alam
dan manusia.
Objek Forma: mencari keterangan
yang sedalam-dalamnya (radikal)
tentang objek materia filsafat (yakni
segala sesuatu yang ada dan yang
mungkn ada).
TUJUAN, FUNGSI DAN GUNA
Tugas filsafat bukanlah sekedar mencerminkan
semangat masa di mana kita hidup melainkan
membimbingnya maju. Fungsi filsafat adalah
kreatif, menetapkan nilai, menempat-kan
tujuan, menentukan arah dan menuntun pada
jalan-jalan
baru.
Filsafat
hendaknya
mengilhamkan keyakinan kepada kita untuk
menopang dunia baru, mencetak ma-nusiamanusia yang menjadikan penggolongan-penggolongan berdasarkan nasional, rasial dan
keyakinan ke-agamaan mengabdi kepada citacita mulia kemanusiaan. Filsafat tidak ada
artinya sama sekali apabila tidak universal, baik
dalam ruang lingkupnya maupun dalam
semangatnya.
Hubungan Ilmu Pengetahuan dan Filsafat
Titik singgung
1) historis: pada mulanya filsafat identik dengan ilmu pengetahuan; filsuf
identik dengan ilmuwan.
2) objek materia ilmu ialah alam dan manusia; objek materia filsafat ialah
alam dan manusia (serta masalah ke-Tuhan-an).
2. Perbedaan
1) objek forma ilmu:
mencari keterangan terbatas sejauh terjangkau pembuktian penelitian,
percobaan dan pengalaman manusia; objek forma filsafat: mencari
keterangan sedalam-dalamnya, sampai ke akar persoalan, sampai ke
sebab-sebab dan ke “mengapa” terakhir, sepanjang kemungkinan yang
ada pada akal-budi manusia berdasarkan kekuatannya.
2) objek materia filsafat:
(1) masalah Tuhan, yang sama sekali di luar jangkauan ilmu
pengetahuan biasa,
2) masalah alam, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa,
3) masalah manusia, yang belum atau tidak dapat dijawab oleh ilmu
pengetahuan biasa.
1.
Cabang-cabang Filsafat:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Metafisika: filsafat tentang hakekat yang ada di balik
fisika, tentang hakekat yang bersifat transenden, di
luar atau di atas jangkauan pengalaman manusia.
Logika: filsafat tentang pikiran benar dan salah
Etika: filsafat tentang perilaku baik dan buruk
Estetika: filsafat tentang kreasi indah dan jelek
Epistemologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
Filsafat-filsafat khusus.
METAFISIKA
Metafisika berasal dari bahasa Yunani, Ta Meta Ta Phisica
yang berarti sesudah, melampaui, atau di belakang realitas
fisik. Jadi, metafisika berarti ada melampaui realitas fisik.
Sesuatu yang ada di balik realitas fisik atau melampaui
realitas fisik disebut hakikat.
Karena filsafat, secara keseluruhan, memelajari hakikat,
maka metafisika selain sebagai bagian dari filsafat, juga
dapat dipandang sebagai suatu metode bagi filsafat, yaitu
bagi semua bagian filsafat.
Persoalan dasar yang dipelajari Metafisika ada dua, yaitu:
ada dan substansi.
ADA
Ada sesuatu yang ada dan ada sesuatu yang tidak ada.
Dengan demikian, baik yang ada maupun yang tidak ada
keduanya ada.
Segala sesuatu yang ada memiliki ciri-cirinya yang hakiki.
“Apakah ciri-ciri hakiki dari segala sesuatu itu”.
Metafisika menyatakan bahwa ciri hakiki dari segala
sesuatu itu yang ada itu adalah “ada”, sebab “ada” ini
merupakan dasar dan sebab kesesuaian di antara semua
yang ada.
Ada meemiliki tingkatan:
mutlak/tertinggi.
tingkat
rendah,
menengah,
tinggi,
dan
Ada tingkat rendah: benda-benda yang adanya itu hanya sekedar ada.
Ada menengah: hewan yang adanya dikuasai oleh nalurinya.
Ada tingkat tinggi: manusia yang dirinya menyadari keberadanya.
Ada dalam tingkat mutlak/tertinggi: sumber dari segala yang ada, tidak
berubah, causa prima, pasti adanya, dan abadi (Tuhan).
SUBSTANSI
Secara umum substansi dapat disebut benda. Persoalan yang timbul adalah:
“Apakah benda itu dapat dibedakan dari sifat-sifatnya?” “Apakah di belakang
sifat-sifat yang berubah itu ada sesuatu yang tidak berubah?”
Sepotong malam yang diambil dari sarang lebah dipanaskan di atas api. Kita
lihat sifat-sifatnya, seperti bau, rasa, warna, dan bentuknya berubah. Namun
kita tahu dan akan mengatakan bahwa malam tersebut adalah malam yang
tadi.
Dengan demikian, dalam pikiran kita terlintas pada malam itu harus ada
sesuatu yang tidak berubah yang tersembunyi (tidak nampak) di belakang
sifat-sifatnya yang berubah itu. Bahkan ketika malam itu diubah-ubah bentuk
dan warnanya. Sesuatu yang tidak berubah dari malam itulah yang disebut
substansi. Substansi berarti sesuatu yang ada pada dirinya sendiri.
I. KUANTITAS
1.1 Monisme: aliran yang mengemukakan bahwa
unsur pokok segala yang ada adalah esa, satu.
1.2 Dualisme: aliran yang berpendirian unsur
pokok segala sesuatu adalah dua, yaitu roh dan
benda.
1.3 Pluralisme: aliran yang berpendapat unsur
pokok hakikat kenyataan adalah banyak
(menurut Epmedokles: udara, api, air, dan
tanah).
II. KUALITAS
2.1 TETAP
2.1.1 Spiritualisme: hakikat itu bersifat roh.
2.1.2 Materialisme: hakikat itu bersifat materi.
2.2 KEJADIAN
2.2.1 Mekanisme: kejadian di dunia ini berlaku dengan
sendirinya menurut hukum sebab akibat.
2.2.2 Teologi: kejadian yang satu berhubungan dengan
kejadian yang lain, bukan oleh hukum sebab akibat,
melainkan semata-mata oleh tujuan yang sama.
2.2.3 Determinisme: kemauan manusia tidak merdeka
dalam mengambil keputusan-keputusan yang
penting, tetapi sudah terpasti lebih dulu.
2.2.4 Indeterminisme: kemauan manusia itu bebas dalam
arti yang seluas-luasnya.
BEBERAPA YANG DIKAJI METAFISIKA
1.
Realitas benda
2.
Kosmologi
3.
Antropologi
4.
Teologi
REALITAS BENDA
Apakah realitas benda itu sesuai dengan penampakan-nya (appearance) atau
sesuatu yang bersembunyi di ba-lik penampakan itu? Menjawab pertanyaan
itu muncul 5 aliran, yaitu:
1. Materialisme: hakikat benda adalah materi.
2. Idealisme: hakikat benda adalah ruhani.
3. Dualisme: hakikat benda ada 2, yaitu material dan immaterial/benda dan
roh.
4. Skeptisisme: ragu apakah manusia mengetahui hakikat.
5. Agnotisisme: manusia tidak dapat mengetahui hakikat benda.
KOSMOLOGI
Kosmologi adalah filsafat yang menyelidiki hakikat asal, susunan, tujuan alam
besar, bagaimana ia menjadi, bagaimana ia berevolusi, dan sebagainya.
ANTROPOLOGI
Antropologi: membicarakan hakikat manusia dari segi
filsafat. Apakah manusia itu? Apa dan dari mana asalnya?
Apa akhir atau tujuannya?
TEOLOGI
Teologi: cabang filsafat yang membicarakan tuhan dari segi
pikiran/akal. Apakah tuhan itu ada? Bukti keber-adaannya
apa? Sifatnya, susunannya, kemauannya? Mengenai hal ini
muncul isme-isme:
1.
Teisme: monoteisme, triniteisme, politeisme, panteisme.
2.
Ateisme.
3.
Agnotisisme.
ALIRAN TEORI
PENGETAHUAN:
1. Asal dan sumber:
1) rasionalisme: sumber pengetahuan manusia adalah
pikiran/rasio/jiwa manusia.
2) empirisme: pengetahuan manusia berasal dari
pengalaman (yang ditangkap indera) manusia.
3) kritisisme (=transendentalisme): pengetahuan
manusia baik berasal dari dunia luar, maupun dari
jiwa atau pikiran manusia.
2. Hakikat pengetahuan manusia:
1) realisme: pengetahuan manusia adalah gambar
yang baik dan tepat dari kebenaran, dalam
pengetahuan yang baik tergambarkan seperti
sesungguhnya ada.
2) idealisme: pengetahuan itu tidak lain dari kejadian
dalam jiwa manusia , sedang kenyataan yang
diketahui manusia itu seluruhnya berada di luarnya.
EPISTEMOLOGI
“Membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan.”
Pengetahuan diperoleh manusia melalui berbagai cara dan berbagai alat. Ada beberapa
aliran tentang ini:
1.
Empirisme: manusia memperoleh pengetahuan melalui pengalaman (indera)-nya. John
Locke (1632-1704), yang dianggap sebagai bapak aliran ini, mengemukakan teori tabula
rasa (meja lilin). Maksudnya, bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari
pengetahuan, lantas pengalamannya mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki
pengetahuan. Sesuatu yang tidak bisa diamati dengan indera bukanlah pengetahuan
yang benar.
Kelemahan aliran ini adalah:
1) indera terbatas: benda yang jauh
2) indera menipu: orang sakit
3) objek menipu: fatamorgana
4) indera dan objek: tidak bisa melihat gajah secara keseluruhan.
Kesimpulannya: empirisme lemah karena keterbatasan indera manusia.
2. Rasionalisme
“Pengetahuan yang benar diperoleh dan diukur
dengan akal”. Bapak aliran ini adalah Rene
Descartes
(1596-1650).
Aliran
ini
dapat
mengoreksi kelemahan keterbatasan kemampuan
indera.
Kerja
sama
empirisme
dan
rasionalisme
melahirkan metode sains; dari metode ini
lahirlah pengetahuan sains.
Kerja sama indera dan akal belum mampu
memperoleh pengetahuan yang utuh. Ia harus
dibantu oleh intuisi.
3. Positivisme
“indera itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
dipertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen”.
Eksperimen memerlukan ukuran yang jelas. Jadi, kebenaran diperoleh dengan
akal, didukung bukti empiris yang terukur. “Terukur” inilah yang merupakan
sumbangan positivisme.
Tokoh aliran ini adalah Auguste Comte (1798-1857).
4. Intuisionisme
Tidak
suatu
tidak
tetap
hanya indera yang terbatas, akal juga terbatas. Akal hanya memahami
objek bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu. Jadi manusia
mengetahui keseluruhan objek, tidak juga memahami sifat-sifat yang
pada objek.
SUMBER-SUMBER NILAI DAN NORMA:
1. Agama
2. Kebudayaan
3. Nasionalisme
MORAL DAN AGAMA
Agama mempunyai hubungan erat dengan
moral. Motivasi terpenting dan terkuat bagi
perilaku moral adalah agama. Setiap agama
mengandung suatu ajaran moral yang
menjadi pegangan bagi perilaku para
penganutnya. Jika dibandingkan pelbagai
agama, ajaran moralnya barangkali sedikit
berbeda,
tetapi
secara
menyeluruh
perbedaannya tidak terlalu besar. Atau
dengan kata lain, ada nilai-nilai universal
yang relatif sama.
Mengapa ajaran moral dalam suatu agama
dianggap begitu penting? Karena ajaran itu
berasal dari Tuhan dan mengungkapkan kehendak
Tuhan. Ajaran moral itu diterima karena alasan
keimanan. Namun demikian, nilai dan norma
moral tidak secara eksklusif diterima karena
alasan-alasan keagamaan. Ada juga alasan-alasan
lebih umum untuk menerima aturan-aturan
moral, yaitu alasan-alasan rasional.
Dalam filsafat moral justru diusahakan untuk menggali
alasan-alasan rasional untuk nilai-nilai dan norma-norma
yang dipakai sebagai pegangan bagi perilaku moral.
Berbeda dengan agama, filsafat memilih titik tolaknya
dalam rasio dan untuk selanjutnya juga mendasarkan
diri hanya pada rasio. Filsafat hanya menerima argumen
dan alasan logis yang dapat dimengerti dan disetujui oleh
semua orang. Ia menghindari setiap unsur nonrasional
yang meloloskan diri dari pemeriksaan oleh rasio. Agama
berangkat
dari
keimanan;
kebenarannya
tidak
dibuktikan, tetapi dipercaya. Kebenaranyya bukan
diterima karena dimengerti, melainkan karena terjamin
oleh wahyu.

Bila agama bicara topik etis, ia berusaha memotivasi
dan menginspirasi supaya umatnya mematuhi nilai dan
norma yang sudah diterimanya berdasarkan iman. Bila
filsafat bicara topik etis, ia berargumentasi; ia
berusaha memperlihatkan bahwa suatu perbuatan
tertentu harus dianggap baik atau buruk, hanya dengan
menunjukkan alasan-alasan rasional.

Dalam konteks agama, kesalahan moral adalah dosa;
orang beragama merasa bersalah di hadapan Tuhan,
karena melanggar perintah-Nya. Dari sudut filsafat
moral, kesalahan moral adalah pelanggaran prinsip etis
yang seharusnya dipatuhi. Kesalahan moral adalah
inkon-sistensi rasional.

Dalam dunia yang ditandai pluralisme moral semakin
mendesak kehadiran etika filosofis yang berusaha
memecahkan masalah-masalah etis atas dasar rasio saja.

Pluralisme modern yang menandai zaman ini sebagian
disebabkan adanya etika humanistis dan sekular yang tidak
lagi mengikutsertakan acuan keagamaan. Adanya pluralisme
pandangan etis bukan saja karena adanya pelbagai agama
dengan suasana moral yang berbeda-beda, melainkan juga,
dan terutama, karena tembok pemisah antara pandangan
etis orang beragama dengan dan orang sekuler. Jika ingin
dicapai kesepakatan di bidang etis, kita hanya bisa
berpedoman pada rasio, sebab sarana lain tidak dipunyai.
KEBUDAYAAN MALU DAN
KEBUDAYAAN KEBERSALAHAN
Antropologi budaya membedakan dua
macam kebudayaan: kebudayaan malu
(shame
culture)
dan
kebudayaan
kebersalahan (guilt culture). Kebudayaan
malu seluruhnya ditandai oleh rasa malu
dan di situ tidak dikenal rasa besalah.
Kebudayaan kebersalahan terdapat rasa
bersalah. Shame culture adalah kebudayaan
di mana pengertian-penggertian seperti
“hormat”,
“reputasi”,
“nama
baik”,
“status”, dan “gengsi” sangat ditekankan.
Bila orang melakukan suatu kejahatan, hal itu
tidak dianggap sesuatu yang buruk begitu saja,
melainkan sesuatu yang harus disembunyikan
untuk orang lain. Bukan perbuatan jahat itu
sendiri yang dianggap penting; tetapi yang
penting adalah bahwa perbuatan jahat tidak akan
diketahui. Jika perbuatan jahat diketahui,
pelakunya menjadi “malu”. Dalam shame culture
sanksinya datang dari luar, yaitu apa yang
dipikirkan atau dikatakan oleh orang lain. Dalam
shame culture tidak ada hati nurani.
Guilt culture adalah kebudayaan di mana pengertian-pengertian seperti
“dosa” (sin), “kebersalahan” (guilt), dan sebagainya sangat dipentingkan.
Sekalipun suatu kesalahan tidak akan pernah diketahui oleh orang lain,
namun si pelaku merasa bersalah juga. Ia menyesal dan merasa tidak tenang
karena perbuatan itu sendiri, bukan karena dicela atau dikutuk orang lain.
Jadi bukan karena tanggapan pihak luar. Dalam guilt culture, sanksinya tidak
datang dari luar, melainkan dari dalam, dari batin orang bersangkutan. Dapat
dimengerti bahwa dalam guilt culture semacam itu hati nurani memegang
peranan sangat penting.
DAFTAR SUMBER:

Anshari, H. Endang Saifuddin. 1981. Ilmu, Filsafat dan Agama. Cetakan
ke-2. Surabaya: Bina Ilmu.

Bertens, K. 2004. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suriasumantri, Jujun S. 1985. Filsafat Ilmu; Sebuah Pengantar Populer.
Cetakan ke-3. Jakarta: Sinar Harapan.

Tafsir, Ahmad. 2004. Filsafat Umum; Akal dan Hati sejak Tales sampai
Capra. Edisi revisi. Bandung: Rosda Karya.
Download