BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Kista Ovarium a

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan teori
1. Kista Ovarium
a. Definisi
Kista ovarium adalah suatu benjolan yang berada di ovarium yang
dapat mengakibatkan pembesaran pada abdomen bagian bawah dimana pada
kehamilan yang disertai kista ovarium seolah-olah terjadi perlekatan ruang bila
kehamilan mulai membesar (prawirohardjo,2009). Kista ovarium merupakan
salah satu tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai pada wanita di
masa reproduksinya. Kista ovarium disebabkan oleh ganguan (pembentukan)
hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium. Kista ovarium yang bersifat
ganas disebut kanker ovarium.
Kista ovarium (kista indung telur) berarti kantung berisi cairan,
normalnya yang berukuran kecil, yang terletak di indung telur (ovarium)
(nugroho, 2010).
b. Etiologi
Menurut Nugroho (2010), kista ovarium disebabkan oleh ganguan
(pembentukan) hormone pada hipotalamus, hipofisis dan ovarium.
Beberapa teori menyebutkan bahwa penyebab tumor adalah bahan
karsinogen seperti rokok, bahan kimia, sisa-sisa pembakaran zat arang, bahanbahan tambang. Seperti penelitian yang pernah dilakukan oleh Intan Ayu Maulina
(2013) dalam penelitiannya dengan judul “Asuhan Kebidanan Gangguan
Reproduksi pada Ny.M Umur 47 Tahun dengan Post Salpingo Oophorektomi
Dextra di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang”
menuliskan bahwa
beberapa factor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita yang
biasanya memiliki:
1) Riwayat kista terdahulu
2) Siklus haid tidak teratur
3) Perut buncit
4) Menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda)
5) Sulit hamil
6) Penderita hipotiroid
c. Klasifikasi
1) Kista Ovarium Nonneoplastik
a) Kista Folikel
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum
yang ada didalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lender di
dalam ovarium (dr.faisal Yatim,2005).
Kista ini berasal dari folikel degraf yang tidak sampai ber
ovulasi, namun tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa
folikel primer yang setelah bertumbuh dibawah pengaruh esterogen tidak
mengalami proses atresia yang lazim, melainkan membesar menjadi kista.
Bisa didapati satu kista atau beberapa, dan besarnya biasanya dengan
diameter 1-1½ cm.
Kista yang berdiri sendiri bisa menjadi sebesar jeruk nipis.
Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa lapisan sel
granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, terjadilah atrofi pada
lapisan ini. Cairan dalam kista jernih dan sering kali mengandung
esterogen; oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan
gangguan haid. Kista folikel lambat laun mengecil dan dapat menghilang
spontan, atau bisa terjadi rupture dan kista menghilang pula.
Dalam menangani tumor ovarium timbul persoalan apakah
kista yang dihadapi itu neoplasma atau kista folikel. Umumnya, jika
diameter tumor tidak lebih dari 5 cm, dapat ditunggu dahulu karena kista
folikel dalam 2 bulan akan hilang sendiri (Prawirohardjo, 2007).
b) Kista korpus luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari
kista fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi
perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang
kadang-kadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan
biasanya timbul rasa sakit yang berat di rongga panggul (dr.faisal
Yatim,2005).
c) Kista theka-lutein
Disebabkan stimulasi berlebihan terhadap theka lutein oleh
kadar gonadotropin yang bersirkulasi akibat kehamilan ektopik, mola
hidatidosa, terapi hormone esterogen, atau koriokarsinoma (Sinclair,2010).
d) Polikistik kista
Menurut Yatim (2005), polikistik ovarium ditemukan pada 510% perempuan usia dewasa tua sampai usia menopause, yang timbul
karena gangguan perkembangan folikel ovarium yang tidak timbul
ovulasi. Penderita polikistik ini juga sering terlihat bumilia, androgen
meningkat dan prolactin darah juga meningkat (hiperprolaktinemia).
Publikasi
lainmengemukakan
bahwa
sindrom
polikistik
terdapat pada 5-10% perempuan menjelang umur menopause. Kejadian ini
berkaitan dengan gangguan hormon yang mulai terjadi pada kelompok
umur tersebut.
Perempuan yang menderita polikistik dapat diketahui, antara
lain:
(1) Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligo-menorrea).
(2) Tidak keluar darah menstruasi (amenorrea).
(3) Tidak terjadi ovulasi.
(4) Mandul.
(5) Berjerawat.
e) Kista inklusi germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian-bagian
kecil dari epitel germanitivum pada permukaan ovarium. Tumor ini lebih
banyak terdapat pada wanita yang lanjut umurnya, dan besarnya jarang
melebihi diameter 1 cm. kista ini biasanya secara kebetulan ditemukan
pada pemeriksaan histoligik ovariumtang diangkat waktu operasi. Kista
terletak di bawah permukaan ovarium; dindingnya terdiri atas satu lapisan
epitel kubik atau torak rendah, dan isinya cairan jernih dan serus
(prawirohardjo,2007).
2) Kista neoplastic jinak
a) Kistoma ovary simpleks
Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dindidng kista
tipis dan cairan di dalam kista jernih, serus dan berwarna kuning. Pada
dinding kista tampak lapisan epitel kubik. Berhubung dengan adanya
tangakai, dapat terjadi torsi (putaran tangkai) dengan gejala-gejala
mendadak.diduga bahwa kista ini suatu kistadinoma serosum, yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam
kista. Tetapi terdiri atas pengangkatan kista dengan reseksi ovarium, akan
tetapi jaringan yang dikeluarkan harus segera diperiksa secara histologic
untuk mengetahui apakah ada keganasan (prawirohardjo,2007).
b) Kistadenoma ovari serosum
Kista serosa menyebabkan 20-50% dari semua neoplasma
ovarium dan 35-40% kanker ovarium. Sekitar 70% tumor serosa jinak, 5-
10% mempunyai perbatasan potensial ganas dan 20-25% ganas.
Kistadenoma serosa paling sering terjadi pada wanita berumur 30-50
tahun dan karsinoma serosa terjadi pada wanita >40 tahun. Tumor dapat
membesar hingga mengisi rongga abdomen tetapi biasanya mencapai berat
4,5-9 kg. gejala yang dilaporkan sedikit. Kista serosa biasanya ditemukan
pada pemeriksaan rutin panggul. Kista ini tidak menghasilkan hormone.
Mula-mula kista serosa unilokuler, berisi cairan tipis
kekuningan dan mempunyai kapsul fibrosa yang licin halus. Kemudian
menjadi multilokuler dan timbul pertumbuhan papiler pada permukaan
dalm dan luar. Secara histologis tumor serosa terdiri atas sel-sel epitel
bersilia menyerupai tuba falopii (sel kuboid atau kalumner rendah).
Seringkali terdapat masa keras berkapur, kecil, menyerupai pasir, tajam
(badan psammoma) dalam kista. kista ini berdiferensiasi baik ( terutama
pada wanita yang lebih muda) sedangkan lesi anaplastic lebih lazim pada
pasien yang lebih tua (benson dan pernoll, 2009).
c) Kistadenoma ovarii musinesom
Asal tumor ini belum diketahui dengan pasti. Menurut meyer,
ia mungkin berasal dari suatu teratoma di mana dalam mertumbuhannya
satu elemen mengalahkan elemen-elemen lain (prawirohardjo,2007).
d) Kista endometrioid
Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin; pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai lapisan epitel
endometrium. Kista ini yang ditemukan oleh Sartesson dalam tahun 1969,
tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii (prawirohardjo,2007).
Kepentingan
neoplasma
endometrioid
bukan
karena
frekuensinya (kira-kira 5%). Tetapi karena kemungkinan keganasannya
(kira-kira 20% dari semua karsinoma ovarii). Karsinoma endometrioid
biasanya terjadi pada wanita umur 40-60 tahun (benson dan pernoll,
2009).
e) Kista dermiod
Sebenarnya kista dermoid ialah satu teratoma kistik yang jinak
dimana struktur-struktur eksodermal dengan diferensiasi sempurna, seperti
epitel kulit, rambut, gigi, dan produk glandula sebasea berwarna putih
kuning menyerupai lemak Nampak lebih menonjol daripada elemenelemen entoderm dan mesoderm. Tentang histogenesis kista dermoid, teori
yang paling banyak dianut ialah bahwa tumor berasal dari sel telur melalui
proses parthenogenesis. Kista dermoid paling sering terjadi selama usia
reproduksidini (18-30 tahun).kista dermoid dapat sangat kecil tetapi
kebanyakan mencapai 0,5 jg dan dapat jauh lebih besar (Benson dan
Pernoll,2009).
d. Gejala secara umum
Menurut dr. Faisal Yatim (2005) gejala kista secara umum, antara lain:
1) Rasa nyeri yang menetap di rongga panggul disertai rasa agak gatal
2) Rasa nyeri sewaktu bersetubuh atau nyeri rongga panggul kalau tubuh
bergerak
3) Rasa nyeri segera timbul begitu siklus mentruasi selesai. Perdarahan
menstruasi tidak seperti biasa. Mungkin perdarahan lebih lama, mungkin lebih
pendek, atau mungkin tidak keluar darah menstruasi pada siklus biasa, atau
siklus menstruasi tidak teratur.
4) Perut membesar.
Menurut manuaba (2009) gejala (keluhan) klinis tumor indung telur,
antara lain:
1) Pembesaran, tumor
yang kecil mungkin
diketahui saat melakukan
pemeriksaan rutin. Tumor dengan diameter sekitar 5 cm, dianggap belum
berbahaya kecuali bila di jumpai pada ibu yang telah mati haid (menopause
atau setelah menopause). Besarnya tumor dapat mendesak ke segala arah yang
menimbulkan gangguan berkemih dan buang air besar, terasa berat di bagian
bawah perut, dan teraba tumor di perut.
2) Gejala gangguan hormonal, indung telur merupakan sumber hormone wanita
yang paling utama sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat
mengganggu pengeluaran hormon. Gangguan hormone selalu berhubungan
dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa gangguan
pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan hormone.
3) Gejala klinis yang terjadi karena komlikasi tumor. Gejala komplikasi tumor
dapat berbentuk infeksi kista indung telur (demam, perut sakit, tegang dan
nyeri lepas, penderita tampak sakit), mengalami torsi pada tangkai (dengan
gejala perut mendadak sakit hebat, dan keadaan umum penderita cukup baik).
Menurut Yatim (2005) pemeriksaan yang biasa yang dilakukan
pada perempuan yang dicurigai menderita kista fungsional, antara lain:
1) Pemeriksaan fisik untuk mengevaluasi apakah ada pembesaran kista.
2) Pemeriksaan kadar Human Chorionik Gonadotropin (HCG) di dalam
serum untuk menyisihkan ada-tidaknya kehamilan.
3) Pemeriksaan USG atau CT Scan untuk mendeteksi adanya kista.
4) Pemeriksaan CA-125 untuk mengetahui apakah terjadi proses keganasan
pada kista.
5) Pemeriksaan
hormone
seperti
LH
(Lactogenic),
FSH
(Folikel
Stimulating), estradiol dan esterogen.
e. Patofisiologi kista ovarium
Fungsi ovarium yang normal tergantung kepada sejumlah hormone
dan kegagalan pembentukan salah satu hormone tersebut bisa mempengaruhi
fungsi ovarium. Ovarium tidak akan berfungsi secara normal jika tubuh wanita
tidak menghasilkan hormone hipofisa dalam jumlah yang tepat. Fungsi ovarium
yang abnormal kadang menyebabkan penimbunan folikel yang terbentuk secara
tidak sempurna di dalam ovarium. Folikel tersebut gagal mengalami pematangan
dan gagal melepaskan sel telur, terbentuk secara tidak sempurna di dalam ovarium
karena itu terbentuk kista di dalam ovarium (corvin, E.J 2008).
f. Komplikasi kista ovarium
Menurut Sinclair (2010), komplikasi yang dapat terjadi pada kista
ovarium diantaranya:
1) Torsi
Torsi (melilit) meliputi ovarium, tuba falopii, atau ligamentum
rotundum pada uterus. Jika dipertahankan, torsi ini dapar berkembang menjadi
infark, peritonitis, dan kematian. Torsi biasanya unilateral dan dikaitkan
dengan kista atau karsinoma, TAO, atau massa yang tidak melekat, atau yang
dapat muncul pada ovarium normal. Torsi ini paling sering muncul di antara
wanita usia reproduksi. Gejalanya meliputi nyeri mendadak dan hebat di
kuadran abdomen bawah, mual, dan muntah. Suatu massa nyeri tekan terlihat
pada sisi yang terkena. Dapat terjadi demam dan leukositosis. Laparoskopi
adalah terapi pilahan; adneksa dilepaskan (detorsi), viabilitasnya dikaji, dan
adneksa gangrene dibuang. Setiap kista yag ada juga dibuang dan dievaluasi
secara histologis.
2) Rupture
Rupture kista folikuler menyebabkan timbulnya nyeri yang akut
dan singkat. Rupture pada kista korpus luteum, yang sangat banyak memiliki
pembuluh darah, dapat menyebabkan perdarahan yang mengancam jiwa.
Nyeri akut tidak dapat dibedakan dari kehamilan ektopik yang rupture, tetapi
HCG serum negative. Nyeri tekan pelvis yang difus terdeteksi pada
pemeriksaan pelvis dan seringkali terjadi unilateral pada sisi ayng terkena.
Suatu masa dapat terdeteksi melalui palpasi. Distensi abdomen dan syok
terjadi pada perdarahan hebat. Pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk
menegakan diagnosis, dan menunjukan massa adneksa kistik yang kompleks
dengan cairan bebas dalam kul de sak. Adanya kehamilan intrauterus dapat
terdeteksi dan mengurangi kemungkinan kehamilan ektopik. Pengangkatan
kista melalui upaya bedah dibutuhkan jika pasien secara hemodinamik tidak
stabil atau jika diagnosis tidak pasti. Jika kehamilan kurang dari 12 minggu,
korpus
luteum
harus
diangkat,
suplementasi
progesterone
akan
mempertahankan kehamilan.
g. Penatalaksanaan kista ovarium
1) Observasi
Kebanyakan kista ovrium terbentuk normal yang disebut kista
fungsional dimana setiap ovulasi, telur dilepaskan keluar ovarium dan
terbentuklah kantung sisa tempat telur. Kista ini normalnya akan
mengkerut sendiri biasanya setelah 1-3 bulan. Oleh sebab itu, dokter
menganjurkan agar kembali berkonsultasi setelah 3 bulan untuk
meyakinkan apakah kistanya sudah betul-betul menyusut (Yatim, 2005).
2) Pemberian hormone
Pengobatan gejala hormone androgen yang tinggi, dengan
pemberian obat pil KB (gabungan esterogen-progesteron) boleh
ditambahkan obat anti androgen progesterone cyproteronasetat (Yatim,
2005).
3) Terapi bedah atau operasi
Cara ini perlu mempertimbangkan umur penderita, gejala, dan
ukuran besar kista. Pada kista fungsional dan perempuan yang
bersangkutan masih menstruasi, biasanya tidak dilakukan pengobatan
dengan operasi. Tetapi bila hasil pada sonogram, gambaran kista bukan
kista fungsional dan kista berukuran besar, biasanya dokter menganjurkan
untuk mengangkat kista dengan operasi. Begitu pula bila perempuan sudah
menopause dan dokter menemukan adanya kista, sering kali dokter yang
bersangkutan mengangkat kista tersebut dengan jalan operasi meskipun
kejadian kanker ovarium jarang ditemukan. Akan tetapi, apabila si
permpuan berusia 50-70 tahun, maka resiko tinggi terjadi kanker (Yatim,
2005).
Prinsip pengobatan kista dengan operasi menurut yatim, (2005)
yaitu:
(a) Apabila kistanya kecil (misalnya, sebesar permen) dan pada
pemeriksaan sonogram tidak terlihat tanda-tanda proses keganasan,
biasanya dokter melakukan operasi dengan laparoskopi. Dengan cara
ini, alat laparoskopidimasukan kedalam rongga panggul dengan
melakukan sayatan kecil pada dinding perut, yaitu sayatan searah
dengan rambut kemaluan.
(b) Apabila kistanya agak besar, biasanya pengangkatan kista dilakukan
dengan laparatomi. Teknik ini dilakukan dengan pembiusan total.
Dengan cara laparatomi, kistabisa diperiksa apakah sudah mengalami
proses keganasan, operasi sekalian mengangkat ovarium dan saluran
tuba, jaringan lemak sekitar serta kelenjar limfe.
Metode pembedahan:
(a) Laparaskopi adalah dengan pembiusan secara umum (general
anastesi). Luka sayatan pada dinding perut sekitar 1 cm. Dengan
video laparaskopi bisa terlihat baik bagian-bagian rongga perut dan
bagian depan rongga panggul. Dengan kombinasi penggunaan alat
pembuka (koagulator), electro surgery, dan ultrasonic, dan
ultrasonic surgery atau sinar laser dilakukan pengangkatan miom
dan perbaikan dinding uterus kaya dengan pembuluh darah, hingga
perlu
teknik-teknik
tertentu
untuk
mengatasi
komplikasi
perdarahan (Yatim, 2008).
(b) Laparatomi adalah pembedahan perut sampai membuka selaput
perut. Yang dimaksud pembedahan laparatomi adalah berbagai
jenis operasi pada uterus, operasi pada tuba fallopi, Operasi pada
ovarium.
(c) Ooforektomi adalah pengangkatan ovarium.
(d) Histerektomi
Histerrektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya
merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per
abdominam atau per vaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan
karena uterus harus lebih kecil dari telor angsa dan tidak ada
perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri akan
mempermudah
prosedur
pembedahan.
Histerektomi
total
umumnya dilakukan dengan alas an mencegah akan timbulnya
karsinoma
servisis
uteri.
Histerektomi
supravaginal
hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat
uterus keseluruhan (Prawirohardjo, 2007).
2. Karakteristik
a. Umur
Menurut Elisabeth BH yang dikutip Nursalam (2003) dalam wawan dan
dewi (2010), usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
ssampai berulang tahun. Pembagian umur menurut Wiknjosastro (2010), dari
sudut kematian maternal usia reproduksi dibagi dalam:
a) Dibawah 20 tahun masa menunda kehamilan
b) Usia 20-35 tahun, masa mengatur kesuburan atau aman untuk hamil dan
bersalin
c) Usia lebih dari 35 tahun, masa mengakhiri kehamilan
b. Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan
manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan
kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal
yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Menurut
Mantra yang dikutip Notoatmojo (2003) dalam wawan dan Dewi (2010),
pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang
akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah
menerima informasi.
Pendidikan yang tinggi dipandang perlu bagi kaum wanita karena tingkat
pendidikan yang tinggi maka mereka dapat meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah kesehatan mereka sendiri. Seorang wanita
yang lulus dari perguruan tinggi akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan
mampu berprilaku hidup sehat bila dibandingkan dengan seorang wanita yang
memiliki pendidikan rendah. Semakin tinggi pendidikan seorang wanita maka ia
semakin mampu mandiri dengan sesuatu yang menyangkut diri mereka sendiri.
Semakin tinggi pendidikan wanita akan mudah menerima hal-hal yang baru dan
mudah menyesuaikan diri dengan masalah-masalah baru (Widyastuti, 2009). Jalur
pendidikan sekolah dilaksanakan secara berjenjang yang terdiri atas:
1) Tidak sekolah/Tidak tamat SD
2) Jenjang Pendidikan Dasar (SD,MI,SMP)
3) Jenjang Pendidikan Mennegah (SMA, MA)
4) Jenjang pendidikan Tinggi (PT)
(Umar Tirtarahardja, 2005)
c. Pekerjaan
Menurut Thomas yang dikutip olah Nursalam (2003) dalam Wawan dan Dewi
(2010), pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bekanlah sumber
kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang berulang
dan banyak tantangan. Sedangankan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang
menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap
kehidupan keluarga.
Pekerjaan ibu diperkirakan dapat mempengaruhi pengetahuan dan
kesempatan ibu dalam mendapatkan pengetahuan. Responden yang bekerja lebih
baik bila dibandingkan dengan penetahuan responden yang tidak bekerja, semua
ini disebabkan karena ibu yang bekerja diluar rumah memiliki akses yang lebih
baik terhadap berbagai informasi.
B. Kerangka Teori
Factor predisposisi:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Pengetahuan
Sikap
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Kepercayaan
Nilai-nilai
keyakinan
Factor
pendukung:
1. Social ekonomi
2. tersedianya fasilitas
kesehatan
Factor penguat:
1. Dukungan
tenaga
kesehatan
2. Dukungan
suami dan
keluarga
Penatalaksanaan:
kista ovarium
1. Observasi
2. Hormonal
3. Bedah
medis
Bagan 2.1 kerangka teori
Sumber: modifikasi wawan dan dewi (2010), Lawrence Green (1980) dan Faisal
Yatim (2008).
Download