cermati gejala awal artritis rematoid

advertisement
Date
DoS
Page
Type
Size
:
:
:
:
:
16 March 2015
18 March 2015
N/A
News/BW
1 Page
HTTPS://K3DKEBUMEN.WORDPRESS.COM/2015/03/16/CERMATI-GEJALA-AWAL-ARTRITIS-REMATOID/
CERMATI GEJALA AWAL ARTRITIS REMATOID
Nyeri sendi lebih dari satu jam pada pagi hari, disertai rasa panas, kemerahan, dan bengkak selama
lebih dari enam minggu pada lebih dari tiga sendi, bukan gejala rematik biasa. Nyeri seperti itu
harus dicurigai sebagai artritis rematoid. Gejala itu perlu dikenali dan berobat sedini mungkin untuk
mencegah kerusakan sendi permanen dan kecacatan. Demikian disampaikan ahli rematologi dari
Rumah Sakit Umum Pusat Cipto Mangunkusumo Bambang Setyohadi dan Sekretaris Jenderal
Perhimpunan Reumatologi Indonesia (Indonesian Rheumatism Association/IRA) Rudy Hidayat,
pada jumpa pers kampanye “Cermati AR, Deteksi Dini dan Kontrol Artritis Reumatoid”, kemarin, di Jakarta.
Rudy mengatakan, artritis rematoid berbeda dengan rematik. Artritis rematoid adalah satu dari sekian banyak jenis rematik. Artritis
rematoid adalah penyakit otoimun yang mengakibatkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit itu menyerang
persendian dan anggota gerak, menimbulkan nyeri dan kaku pada sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat.
Dalam jangka panjang, penyakit yang belum diketahui penyebab pastinya itu bisa mengakibatkan perubahan bentuk sendi dan
kecacatan. Pada umumnya, artritis rematoid menyerang pergelangan tangan dan buku-buku jari. Namun, penyakit itu juga bisa
menyerang sendi lain, seperti sendi lutut, pergelangan kaki, siku, dan pundak.
“Banyak pasien menganggap artritis rematoid hanya sakit rematik biasa yang nanti juga hilang meski tanpa diobati. Padahal, kalau
tak cepat diobati, bisa cacat,” kata Rudy.
Karena itu, menurut Bambang, deteksi dini terhadap gejala artritis rematoid amat penting. Itu untuk menentukan diagnosis dan
pengobatan yang tepat demi menghindari kecacatan.
Tak bisa disembuhkan
Rudy menambahkan, artritis rematoid tak bisa disembuhkan. Pengobatan yang dilakukan bertujuan agar pasien masuk pada fase
remisi, di mana rasa nyeri berkurang, radang berkurang, kerusakan sendi tak terjadi, fungsi organ membaik, dan pasien merasa
nyaman, sehingga kualitas hidupnya membaik. Untuk mengontrol penyakitnya, pasien kadang harus minum obat dalam waktu
lama.
Bambang memaparkan, perempuan berpeluang mengalami artritis rematoid lebih besar dibandingkan laki-laki dengan
perbandingan 3:1. Kebanyakan pasien berusia 20-45 tahun. Meski tak mengakibatkan kematian, pasien akan menderita. Banyak
pasien artritis rematoid kehilangan pekerjaan karena penyakit yang diderita membuatnya sulit beraktivitas.
Menurut Bambang, artritis rematoid tidak bisa disembuhkan dengan obat rematik biasa. Pembengkakan sendi pada artritis rematoid
amat destruktif, menggerogoti tulang dan tulang rawan di sekitar kapsul sendi. Sendi yang rusak itu menyebabkan perubahan
bentuk sendi. “Jari akan kaku dan berbentuk seperti leher angsa,” ujar Bambang.
Pada awal pengobatan, pasien artritis rematoid biasanya diobati dengan obat anti inflamasi, baik yang steroid maupun nonsteroid.
Jika tidak kunjung pulih, pasien dapat diberi agen biologik. Selain itu, terapi nonfarmakologis yang bisa dilakukan adalah
fisioterapi dan rehabilitasi. Pembedahan bisa dilakukan jika kerusakan sendi sudah parah. (ADH)
Download