BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komuniasi Intrapersonal Daryanto

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Komuniasi Intrapersonal
Daryanto
dalam
bukunya
Ilmu
Komunikasi
berpendapat
bahwa
komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri
komunikator atau lazim disebut komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Anda
bertanya pada diri sendiri, “Dalam situasi ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?”
Dalam komunikasi intrapribadi, Anda bertindak sebagai komunikator dan
sekaligus komunikan, orang kepada siapa pesan komunikator ditujukan.
Komunnikasi intrapersonal merupakan dasar komunikasi antar pribadi. Ketika
berbicar a dengan orag lain, sesungguhnya Anda telah merampungka suatu proses
berkomunikasi dengan diri sendiri.8
Dijelaskan oleh Devito, komunikasi intra personal atau komunikasi intra
pribadi merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir,
melakukan penalaran, menganalisis dan merenung.
Demikian juga pendapat effendy, komunikasi intrapersonanl adalah suatu
proses pengolahan informasi, meliputi sensasi, presepsi, memori dan berpikir.
Sensasi adalah proses menangkap stimuli, presepsi adalah proses memebri makna
pada sensasi sehingga diperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi
mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan
8
Daryanto, Ilmu Komunikasi. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung. 2010 Hal 30
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah menngolah dan
memanipulasi informasi utuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon.9
Sedangkan Hafied Cangara
mendefinisikan komunikasi intrapersonal
adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain
prosese berkomunikasi dengan diri sendiri.
Terjadinya prosese komunikasi disini adalah karena adanya sesesorang yang
memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam
pikirannya. Objek dalam hal inni bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam,
peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang
terjadi di luar maupun didalam diri seseorang.
Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap seseuatu yang
terjadi dalam diri individu, belum dapat diilai sebagai proses komunikasi,
melainkan suatu aktivitas internal menolog.10
2.2. Komunikasi Antar Persona
Definisi dari komunikasi antar persona menurut Devito (1984) adalah
proses penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil
orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (The
process of sending and receiving messages between two persons, or among a
small group of persons, with some efect & some immediate feedback11.
9
Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi. Widya Padjajaran. Bandung, 2010. hal 59
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012 Hal 34
11
Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi, Widya padjajaran, 2010, Hal. 71
10
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Sedangkan Purwanto (2006) mendefinisikan komunikasi antarperrsona
atau atarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara seseornag dengan orang
lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non bisnis), dengan
menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mduah dipahami
(informal) untuk mnecapai tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dapat
bersifat personal bila komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat dan untuk
pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.12
Dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar persona adalah komunikasi
yang dilakukan antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan yang samasama diinginkan dari pihak yang berkomunikasi.
Baik direcanakan maupun tidak direncanakan, baik disadari maupun tidak,
menurut Beebe, Beebe dan Redmond (1996) sesungguhnya ada banyak
kepentingan dan tujuan ketika kita melakukan kegiatan komunikasi antapersonal,
antara lain sebagai berikut:
1. Untuk meyakinkan bahwa pesa kita dimengerti
2. Untuk memastikan pesan kita menghasilkan pengaruh sesuai harapan kita
3. Memastikan bahwa pesan kita pantas/layak, dsb
Namun demikian, terlepas dari berbagai tujuan dan kepentingan kita
tersebut, pada dasarnya kegiatan komunikasi antarpersonal adalah kegiatan
komunikasi yang tidak bisa kita hindari. Berikut gambaran tentang komunikasi
antarpersonal menurut Beebe, Beebe dan Redmond (1996):
12
Ibid, Rosmawaty, Hal. 73
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
1. Komunikasi antarpersona tidak dapat dihindari
Kita tidak bisa tidak berkomunikasi
2. Komunikasi antarpersona tidak dapat dirubah
Sekali pesan dikirimkan, kita tidak bis amenariknya kembali
3. Komunikasi antarpersona rumit (tidak mudah)
Kita tidak bisa melenngkapi pengertian pihak lain
4. Komunikasi antarpersona tergantung isis pesan (kontekstual)
Komuikasi diliputi/dipengaruhi faktor psikolohi, hubungan, situasi,
lingkungan dan budaya isi pesan.
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpersona
Barlund (1968) menidentifikasikan 5 ciri dari kegiatan Komunikasi Antar
Personal, sebagai berikut:
1.
Awalnya, ada “kesepakatan pandangan” (preceptual engangement) pada
diri dua orang atau lebih dalam kedekatan jasmani (“kontak sosial yang
mendasar” merupakan prasyarat bagi jenis kegiatan ini)
2.
Kesepakatan pandangan memungkinkan ketergantungan komunikasi yang
menyebabkan terpusatnya interaksi yaitu sebuah pusat perhatian kogitif dan
visual, sebagaimana dalam sebuah perbincangan. Di dalam interaksi terpusat ini
setiap peserta mengirimkan sinyal-sinyal sebgaia tanggapan yang langsung pada
sinyal yang dikirimkan oleh setiap peserta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
13
3.
Interaksi terpusat ini berkembang kembali melalui suatu pertukaran pesan.
Dalam pertukaran ini pesertanya menyampaikan sinyal satu sama lain dan akan
ditafsirkan seperti yang dimaksudkan kepada orang lain.
4.
Interaksi itu berbentuk tatap muka. Namun, semua panca indera dapat
digunakan dan pesertanya dapat saling behadapan sepenuhnya.
5.
Akhirnya, bentuk komunikasi antar pribadi umumnya telah teratur,
sejumlah aturan mengendalikan frekuensi, bentujk atau isi pesan antarpribadinya.
Jadi, menurut Barnlud; Komununikasi antar pribadi berkenaan dengan
penyelidikan atas situasi sosial informal di mana seseorang dalam bertatap muka
mengalami interaksi terpusat melalui pertukaran sinyal-sinyal verbal dan non
verbal secara timbal balik (Dikutip oleh Reeed H Blake & Edwin O. Haroldsen,
2009: 30-31)13
Ricard L Weaver II (1993) menjelaskan karakteristi-karakteristik
komunikasi antarpribadi, yaitu:
a.
Melibatkan paling sedikit dua orang
Komunikasi antar pribadi melibatkan paling sedikit dua orang. Menurut
Weaver, komunikasi antar pribadi melibatkan tidak lebih dari dua individu yang
dinamakan “a dyad”. Apabila dua orang dalam kelompok yang lebih besar
sepakat mengenai hal tertentu atau sesuatu, maka kedua orang itu nyata-nyata
terlibat dalam komunikasi antarpribadi.
13
Ibid, Rosmawati, Hal. 72
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
b.
Adanya umpan balik atau feedback
Komunikasi antarpribadi
melibatkan umpan balik.
Umpan balik
merupakan pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara. Dalam
komunikais antarpribadi hampir selalu melibatkan umpan balik langsunng. Sering
kali bersifat segera, nyata dan berkesinambungan. Hubungan yang langsung
antara sumber dan penerima merupakan bantuk yang unik bagi komunikasi
antarpribadi. Ini yang dinamakan simultanus message atau co-stimulation.
c.
Tidak harus tatap muka.
Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka. Bagi komunikasi
antarpribadi yang sudah terbentuka danya saling pengertian antara dua individu,
kehadiran fisik dalam berkomunikasi tidaklah terlalu penting. Misalnya, interaksi
antara dua sahabat kental, suami istri, bisa melalui telepon, e-mail, bisa dengan
bahasa isyarat kalau berada di ruang terbuyka tetrapi masing-masing tidak
berdekatan. Tetapi menurut weaver, bahwa komunikasi tanpa interaksi tatap muka
tidaklah ideal walaupun tidak harus dalam komunikasi antarpribadi. Menurutnya,
kehilangan kontak langsung berarti kehilangan faktor utrama dalam umpan balik,
sarana penting untuk menyampaikan emosi jadi hilang.
d.
Tidak harus bertujuan
Komunikasi antarpribadi tidak harus selalu disengaja atau dengan
kesadaran. Ada mungkin mengambil keputusan untuk tidak dekat-dekat dengan
seseorang karena sifatnya yang kasar atau tindak tanduknya yang tidak Anda
setuju. Orang-orang itu mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa
disengaja atau sadar, tetapi apa uang dilakukannya itu merupakan pesan-pesan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
sebagai isyarat yang mempengaruhi Anda. Dengan kata lain, telah terjadi
penyampaian pesan-pesan dan penginterpretasian pesan-pesan tersebut.
e.
Menghasilkan beberapapengaruh atau effect
Untuk dapat dianbal. ggap sebagai komunikasi antarpribadi yang benar,
maka sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki efek dan pengaruh. Efek
atau pengaruh itu tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi.
f.
Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata
Bahwa kiita dapat berkomunikasi tapa kata-kata seperti pada komunikasi
non-verbal. Pesan-pesan non verbal seperti menatap atau membelai kepada
seorang anak atau kepada seorang kekasih memilki makna yang jauh lebih besar
dari pada kata-kata.
g.
Dipengaruhi oleh Konteks
Konteks merupakan tempat dimana pertemuan komunikasi terjadi
termasuk apa yang mendahului dan mengikuti apa yang dikatakan (Verdeber et al,
2007). Konteks mempengaruhi harapan-harapan para partisipan, makna yang
diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya.
Konteks meliputi:
1. Jasmaniah. Konteks jasmaniah atau fisik meliebisisngan, jarak meliputi lokasi,
kondisi lingkungan seperti suhu udara, pencahayaan, dan tingkat kebisingan, jarak
anatara para komunikator, pengaturan tempat, dan waktu mengenai hari. Masingmasing faktor ini dapat mempengaruhi komunikasi.
2. Sosial. Konteks sosial merupakan bentuk hubungan yang mungkin sudah ada di
antara para partisipan. Apakah komunikasi terjadi atau mengambil tempat di
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
antara anggota-anggota keluarga, teman, kenalan, mitra kerja, atau orang asing
dapat mempengaruhi apa dan bagaimana pesan-pesan itu dibentuk, diberikan, dan
dimengerti.
3. Historis. Konteks historis merpakann latar belakang yang diperoleh melalui
periostiwa komunikasi sebelumnya antara para partisipan.
4. Psikologis. Konteks psikologis meliputi suasana hati di mana setiap orang
membawakannya kepada pertemuan antarpribadi.
5. Keadaan kultural yang mengelilingi peristiwa komunikasi. Konteks kultural
meliputi keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, sikap-sikap, makna, hierars=ki sosial,
agama, pemikiran mengenai waktu dan peran dari partisipan (Samovar & Porter,
2000). Budaya atau kultur melakukan penetrasi ke dalam setiap aspek kegiatan
manusia, memengaruhi bagaimana kita berfikir, berbicara dan berperilaku. Setiap
orang merupakan bagian dari satu atau lebih budaya-budaya etnika, meskipun kita
dapat berbeda dari seberapa besar kita mengidentifikasikan diri kita dengan
budaya-budaya etnik kita. Apabila dua orang dari kultur yang berbeda
berinteraksi, kesalahpahaman bisa terjadi karena perbedaan kultural.14
2.3.
Interaksi Sosial
Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang
lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi
terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat
antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok
14
Muhammad Budyatna. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: prenada media gruop. 2011 hal 17-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
dengan kelompok. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat
menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini
dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburrkan diri dengankeadaan
disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan
keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu
yang bersangkutan.15
Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka
saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi.
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial.
Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau
tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masingmasing sadar akan adanya pihak yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam
perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh
misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Semuanya
itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan
tindakan apa yang akan dilakukannya.16
Interaksi sosial yang kelihatannya sangat sederhana, sebenarnya suatu
proses yang cukup komplek. Memang kalau dilihat dari teori insting yang
dikemukakan oleh McDougail (lih. Baron & Beyrne, 1984), manusia itu secara
instingtif akan berhubungan satu dengan yang lain (lih. Crider, dkk. 1983).
Namun perilaku dalam interaksi sosial tidak sesederhana itu, tetapi perilaku itu
didasari oleh berbagai faktor psikologis lain.
15
16
Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), ANDI Yogyakarta. Yogyakarta 2003. Hal 65
Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
2.3.1. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidakakan terjadi akan mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat yaitu:
1. Adanya kontak sosial (social-contact)
2. Adanya komunikasi
a. Kontak
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, artinya secara harfiah adalah
bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi
hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan
badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa
menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain
tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat
berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat, dan
seterusnya, yangtidak memerliukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat
dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya
kontak.
b. Komunikasi
Dalam berinteraksi dan menyampaikan maksud, manusia perlu melakukan
komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal
dari kata communis yang berarti sama. Sama disini adalah sama makna. Menurut
Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, dalam
komunikasi minimal harus mengandung kesamaan antara dua pihak yang terlibat.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar
orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia
menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan,
dan lain-lain.
Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of
Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says
What in Which Channel To Whom In What Effect?
Berdasarkan pendapat Laswell tersebut dapat disimpulkan bahwa
komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh komunikator kepada
komunikan melalui media yang menimbulkan efek tetentu. 17
2.4.
Konsep Diri
Sebelum dijelaskan apa itu Konsep Diri, baiknya dipaparkan apa yang
dimaksud dengan diri. Dapat dikatakan bahwa rasa diri merupakan sesuatu yang
sentral untuk memahami kondisi manusia. Kemampuan untuk merenungkan siapa
diri kita adalah hal yang membedakan kita dengan hewan. Baumeister (1998)
mencatat bahwa diri telah menjadi salah satu bidang psikologi yang paling umum
diteliti. Para Psikolog Sosial telah mengidentifikasi aspek-aspek individual diri
(misalnya sifat-sifat, perilaku perilaku pribadi, kondisi-kondisi) dan aspek-aspek
kolektif (misalnya, perbandingan kelompok intra-individu). 18
17
18
Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. PT REMAJA ROSDA KARYA. Bandunng. 2007 hal 10
Jenny M & Debbie Clayton. Psikologi Sosial. ERLANGGA. Jakarta 2012
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Dalam bukunya yang terkenal Priciples of Pshcology, William James
(1890) mengemukakan masalah self (diri). Self adalah segala sesuatu yang dapat
dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan
psikisnya sendiri saja, melainkan juga tentang anak istrinya, rumahnya,
pekerjaannya, nenek moyangnya, teman-temannya, miliknya, uangnya dan lainlain. Kalau semuanya bagus, ia merasa senang dan bangga. Akan tetapi kalau ada
yang kurang baik, rusak, hilang, dan lain-lain, ia merasa putus asa, kecewa dan
lain-lain.19
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa diri adalah apa yang
manusia fikir terhadap dirinya sendiri dan apa yang sudah dimilikinya. Berpikir
mengenai dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang tak dapat dihindari,pada
umumnya secara harfiah orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga self
(diri) adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. 20
Konsep diri menurut Brehm dan Kassin (1996), Taylor, Peplau dan Sears
(1997), adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut
personal yang dimiliki. Branden (1983) dalam bukunya Honoring The Self
mendefinisikan konsep diri sebagai fikiran, keyakinan, dan kesan seseorang
tentang sifat dan karakteristik dirinya, keterbatasan dan kapabilitasnya, serta
kewajiban dan aset-aset yang dimilikinya.
Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan
yang
terorganisasi
mengeani
sesuatu
yang
kita
gunakan
untuk
menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep diri adalah skema
19
Sarlito Wirawan Sasono, Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teoro Psikologi Sosial, Balai Pustaka. Jakarta
2002 Hal 147
20
Robert A. baron & Don Byrne. Hal. 164
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
diri (self-schema) yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara
seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan (Vaughan & Hogg,
2002).21
Konsep diri juga diartikan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang
dimilki individu tentang karakteristik dan ciri-ciri pribadinya (Worchel, 200).
Definisi lain menyebutkan bahwa konsep diri merupakan semua perasaan dan
pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi kemampuan,
karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Those Physival,
social and psychological perceptions of ourselves that we have derived from
experiences and our interaction with others (Brooks, 1974: 61).22
Dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah semua anggapan, perasaan,
dan fikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi apa yang
manusia tersebut miliki, apa tujuan hidupnya, dan bagaimana ia ingin
menunjukkan identitas dirinya kepada orang lain.
Rentsch dan Haffner (dalam Baron dan Byrne, 1997) menyebutkan bahwa
konsep diri memilki beberapa komponen, yaitu: atribut intrapersonal (siapa saya),
karakteristik bawaan (jenis kelamin, usia), minat dan aktivitas (kesukaan,
kebiasaan), self determination (agama, karakteristik sifat), aspek eksistensial
(pandangan tentang diri sendiri), kepercayaan (pendapat, opini), kesadaran diri
(kejujuran mengenai sikap yang dimilki) dan diferensiasi sosial (latar belakang,
21
Sarlito W Sarwono & Eko A. Meinanrno, Psikologi Sosial, Salemba Humanika. Jakarta 2010. Hal 53.
Nina W Syam, Psikologi Sosial: Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media. Bandung
2012.Hal 55.
22
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
tempat asal).23 Maka, atribut atau komponen tersebutlah yang seorang individu
fikir dalam dirinya sendiri.
2.4.1 Tipe Konsep Diri
Berdasarkan cara seseorang mendalami konsep dirinya, konsep diri dibagi
menjadi tiga tipe yaitu:
1.
Ideal Self
Harapan-harapan yang dimiliki oleh individu yang mampu mendefinisikan cirriciri orang yang dia inginkan seperti itu.
2.
Ought Self
Kewajiban-kewajiban yang yang mendefinisikan keharusan seseorang sesuai
peranan yang dia pilih.
3.
Actual Self
Actual self adalah bagaimana dia dilihat oleh orang di sekelilingnya saat ini.24
2.4.2 Proses Pembentukan Konsep Diri
Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan
seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola
asuh dari orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikann terhadap konsep
yang terbentuk.
23
Agus Abdul rahman. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. Jakarta 2013. Hal 64.
24
Annisa Nurfitria. Komunikasi Antarpribadi. Academiaedu [online] diakses pada 12 April 2015 dari
https://www.academia.edu/5292187/Komunikasi_Antarpribadi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
Konsep diri memiliki sikap yang dinamis, artinya tidak luput dari
perubahan. Dalam konsep diri terdapat beberapa unsur antara lain:
1.
Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap:
a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri.
b. Suasana hati yang sedang kita hayati.
c. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuh kita.
2.
Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu menerima
penilaian lingkungan sosial pada dirinya.
3.
Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau
citra diri, yaitu gambaran:
a. Siapa saya
b. Saya ingin jadi apa25
2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri
seseorang. Secara umum konsep diri dapat dipengaruhi oleh orang lainn dan
kelompok rujukan. Manusia mengenal dirinya secara kodrati didahului oleh
pengenalan terhadap orang lain lebih dahulu, namun tidak semua orang
mempunyai pengaruh yang sama.
Secara detail konsep diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dibawah
ini:
25
Op. cit. Nina W Syam Hal 56-58..
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
1.
Pola Asuh Orang Tua
Lingkungan yang paling pertama kali ditemui oleh setiap individu adalah
keluarga, terutama orang tua. Peranan orang tua sangat penting dalam
pembentukan konsep diri seseorang. Bagaimana seorang individu memandang
konsep dirinya adalah tergantung bagaimana pola asuh orang tuanya.
2.
Kegagalan
Kegagalan dalam konteks ini adalah apakah seseorang pernah mengalami
sesuatu yang tidak tercapai dan tidak sesuai dengan apa yang telah
diupayakannya. Rasa kecewanya akan berdampak kepada kepercayaan diri yang
juga berhubungan dengan konsep diri.
3.
Depresi
Depresi yang sangat mendalam akibat suatu beban hidup tertentu, tentu
sangat berpegaruh kepada bagaimana seorang individu memandang dirinnya.
Setelah menglami sebuah depresi pasti pandangan hidupnya tidak akan sama lagi.
4.
Kritik Internal
Kritik internal dalam hal ini adalah kritik yang di dapat dari lingkungan
terdekatnya. Karena manusia adalah makhluk sosial, meskipun ia tidak perduli
terhadap lingkunngannya namun penilaian lingkungan terhadap dirinya pasti akan
memberikan pengaruh.26
Tentu saja tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama besar bagi
konsep diri seorang individu. Yang paling berpengaruh adalah orang orang yang
paling dekat dengan dkiri kita. George Herbert Mead menyebut mereka sebagai
26
Ibid. Nina W Syam, Hal 58-59
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
signifcant others yaitu orang lain yang sangat penting: artinya bagi diri seseorang.
Significant others terdiri dari orang tua, saudara-saudara kita dan orang yang
tinggal serumah dengan kita. Sementara itu Richard Dewey dan W.J Humber
menyebutnya affective others yaitu orang lain yang dengan mereka kita
mempunyai ikatan emosional.27
Faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang semakin meluas seiring
dengan perkembangan orang tersebut. Jika mula-mula yang paling berpengaruh
adalah keluarga, dengan semakin bertambahnya usia bertambah pula pihak-pihak
yang berpengaruh: teman, kelompok, organisasi hingga masyarakat. Kelompok
yang berpengaruh bagi individu disebut kelompok acuan atau kelompok rujukan,
yakni kelompok yang mempengaruhi pola berfikir atau pola berperilaku
seseorang. Yang termasuk dalam kelompok ini misalnya perkumpulan hobi atau
minat, kelompok profesi, dan lain-lain.28
2.5
Teori Fenomenologi
Fenomenologi berasal dari bahasa yunani phainomai yang berarti
“menampak”. Phainomai merujuk pada “yang menampak”. Fenomena tiada lain
adalah fakta yang disadari, dan masuk ke dalam pemahaman manusia. Jadi suatu
objek itu ada dalam relasi dengan kesadaran. Fenomena bukanlah dirinya seperti
tampak secara kasat mata, melainkan justru ada di depan kesadaran, dan disajikan
dengan kesadaran pula. Berkaitan dengan hal ini, maka fenomenologi
27
Mutmainah, Siti., dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Hal 5.11
28
Ibid, 5.13
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
merefeksikan pengalaman langsung manusia, sejauh pengalaman itu secara
intensif berhubungan dengan suatu objek.29
Menurut Husserl, fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau
pengalaman
fenomenologikal;
atau suatu studi tentang kesadaran dari
perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi memiliki riwayat cukup panjang
dalam penelitian sosial, termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial.
Fenomenologi adalah pandangan berpikir yang menekankan pada fokus
interprestasi
dunia.
Dalam
hal
ini,
para
peneliti
fenomenologi
ingin
memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.17
Fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang
berhubungan
dengan pertanyaan, seperti bagaimana pembagian antara subjek dan objek
muncul dan bagaimana suatu hal didunia ini diklasifikasikan. Para fenomenolog
juga berasumsi bahwa kesadaran bukan dibentuk karena kebetulan dan
dibentuk
oleh sesuatu yang lainnya dirinya sendiri.30 Ada tiga yang
memengaruhi pandangan fenomenologi, yaitu Edmund Husserl, Alfred Schultz,
dan
Weber.
Weber memberi tekanan verstehen, yaitu pengertian dari
interpretatif terhadap pemahaman manusia.
Fenomenologi dengan demikian merupakan salah
satu
teori yang
menentang paradigma yang menjadi mainstream dalam sosiologi, yakni
struktural fungsional. Filsuf Edmund Husserl (1859-1938) yang dikenal
sebagai
foundin father fenomenologi mengembangkan ide tentang dunia
29
Engkus Kuswarno, Fenomenologi-Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran,
Bandung, 2009. Hal 1-2.
30
Andi Pranowo, Metode Penelitian Kualitatif ( Dalam Perspektif Rancangan Penelitian), Jogjakarta: Ar Ruzzz
Media, 2011. Hal 28
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
kehidupan (lifeworld). Ia menggunakan filsafat fenomenologi untuk mengetahui
bagaimana sebenarnya struktur pengalaman yang merupakan cara manusia
mengorganisasi realitasnya sehingga menjadi terintegrasi dan autentik. Bagi
Husserl, dunia kehidupan menyediakan dasar-dasar harmoni kultural dan aturanaturan yang menentukan kepercayaan-kepercayaan yang diterima apa adanya
(taken forgranted) dalam sebuah tata kelakuan sistematik.31
Fenomenologi secara esensial merupakan perspektif modern tentang
manusia dan dunianya. Gerakan filsafat sangat dekat berhubungan dengan
abad Perspektif ini seperti semua gerakan-gerakan filsafat lainnya dapat
ditelusuri dari naskah-naskah kuno dan yang lebih penting lagi berakar dari
filsafat skolastik abad pertengahan. Meskipun demikian, para teori fenomenologi,
ada umumnya berkiblat pada karya-karya Edmund Husserl sebagai titik pijakan
(point of departure), dan Husserl mengulangi apa yang menjaadi perhatian Rene
Descrates dan
fenomenologi
filsafat
sebelumnya
sebagai
permulaan
perspektif
secara meyakinkan.32
Fenomenologi memfokuskan studinya pada masyarakat berbasis makna
yang dilekatkan oleh anggota. Apabila filsafat Edmund
Husserl
yang
memfokuskan pada pemahaman fenomena dunia, fenomenologi yang diterapkan
dalam sosiologi, khususnya Alfred schutz (1962) yang bekerja sama dengan
teori yang memegang teguh pragmatisme Mead, dan menjelaskan mengenai
sosiologi kehidupan sosial sehari-hari. Schutz dan Mead, keduanya memfokuskan
pada proses sosialisasi yanng terjadi “cadangan penegtahuanu umum” (common
31
Sindang Haryanto. Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik Hingga PostModern), Jogjakarta: Ar-Ruzz Meia, 2012,
Hal 129.
32
Ibid, 134.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
stock of knowledge) dan anggota masyarakat. Kemampuan mereka berinteraksi
(perspektif resiprositas) dan relevansi pemahamann yang muncul dalam
kehidupan sehari-hari.33
2.6.
Teori Dramaturgi Goffman
Teori Dramaturgi adalah “teori yang menjelaskan bahwa interaksi social
dimaknai sama dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung. Manusia
adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan kartakteristik personal dan
tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan dramanya sendiri (Widodo,
2010:167). Untuk mencapai tujuan manusia akan mengembangkan perilakuperilaku yang mendukung perannya. Identitas manusia tidak stabil dan indentitas
merupakan bagian dari kejiwaan psikhologi mandiri. Identitas dapat berubah
tergantung interaksi dengan orang lain. Mengapa manusia adalah aktor? Menurut
Ritzer, pertunjukan drama seorang aktor drama kehidupannya juga harus
mempersiapkan kelengkapan pertunjukan, antara lain setting, kostum, penggunaan
kata (dialog) tindakan non verbal lain. Tujuannya untuk meningkatkan kesan yang
baik pada lawan interaksi dan meluluskan jalan mencapai tujuan.
Dalam teori Dramaturgi (Goffman) manusia adalah aktor yang berusaha
menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain. Teori
melihat manusia sebagai individu dan masyarakat. Dalam teori ini manusia
berbeda dengan binatang karena mempunyai kemampuan berpikir, bisa
33
Ibid, 136.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
mempelajari dan mengubah makna dan symbol, melakukan tindakan dan
berinteraksi.
Teori ini muncul dari ketegangan yang terjadi antara “I dan Me” (gagasan
Mead). Ada kesenjangan antara diri kita dan diri kita yang tersosioalisasi. Konsep
“I” merujuk pada apa adanya dan konsep “me” merujuk pada diri orang lain.
Ketegangan berasal dari perbedaan antara harapan orang terhadap apa yang mesti
kita harapkan.
Kehidupan menurut teori dramaturgi adalah ibarat teater, interaksi sosial
yang mirip pertunjukan drama, yang menampilkan peran. Dalam memainkan
peran menggunakan bahasa verbal dan perilaku non verbal dan mengenakan
atribut tertentu. Menurut Goffman kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah
depan” (front region) yang merujuk peristiwa sosial bahwa individu bergaya
menampilkan perannya dan wilayah belakang (back region) yang merujuk tempat
dan peristiwa yang memungkinkan mempersiapkan perannya di wilayah depan.
Dramaturgi yang dicetuskan Goffman merupakan pendalaman konsep
interaksi sosial, yang lahir sebagai aplikasi atas ide-ide individual yang baru dari
peristiwa evaluasi sosial ke dalam masyarakat kontemporer. Berikut beberpa
pendapat kalangan interaksi simbolik yang dapat menjadi pedoman pemahaman (
Widodo, 2010:168):
1.
Manusia berbeda dari binatang, manusia ditopang oleh kemampuan
berpikir.
2.
Kemampuan berpikir dibentuk melalui interaksi sosial
3.
Dalam interaksi social orang mempelajari makna dan symbol
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
4.
Makna dan symbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan interaksi
khas manusia
5.
Orang mampu mengubah makna dan symbol yang mereka gunakan dalam
tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka terhadap situasi.
Teori Dramaturgi merupakan dampak atas fenomena, atau sebuah reaksi
terhadap meningkatnya konflik social dan konflik rasial, dampak represif
birokrasi dan industrialisasi. Teori sebelumnya menekankan pada kelompok atau
struktur social, sedang teori Goffman menekankan sosiologi pada individu sebagai
analisis, khusunya pada aspek interaski tatap muka. Sehingga fenomena
melahirkan dramaturgi. Teori Goffman memusatkan perhatinnya pada kehidupan
sosial sebagai serangkaian pertunjukan.
Pendekatan Dramaturgi Goffman adalah pandangan bahwa ketika manusia
berinteraksi ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain.
Manusia sebagai aktor yang sedang memainkan peran.
Menurut Goffman orang berinteraksi adalah ingin menyajikan suatu
gambaran diri yang akan diterima orang lain, yang disebut sebagai penegeloalan
pesan. Kehidupan menurut teori dramaturgi adalah ibarat teater, interaksi social
yang mirip pertunjukan drama, yang menampilkan peran. Dalam memainkan
peran menggunakan bahasa verbal dan perilaku non verbal dan mengenakan
atribut tertentu.
Dalam teori ini bahwa konstruksi realitas lahir melalui
menajeman pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi social. Bila Aristoteles
mengacu pada teater maka Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi.
Pertunjukan dalam masyarakat memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
dengan melakukan komunikasi, yang pada akhirnya orang lain mengikuti
kemauan kita. Oleh karena itu dalam dramaturgi ada konsep menyeluruh
bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feed back sesuai
yang kita inginkan. Dramaturgi mempelajari konteks perilaku bukan hasilnya.
Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif aktivitas manusia. Karena
perilaku ekspresif maka perilaku manusia bersifat dramatic. Pendekatan
dramaturgi Goffman bahwa ketika manusia berinteraksi ia ingin mengelola pesan
yang ia harapkan tumbuh pada orang lain.
Goffman tidak memusatkan pada struktur social, tetapi pada tatap muka
atau kehadiran bersama. Interaksi tatap muka dibatasi sebagai individu yang
saling mempengaruhi tindakan satu sama lainnya. Individu diasumsikan sebagai
kegiatan rutin akan mempengaruhi sososk dirinya yang ideal. Individu dalan
kegiatan rutin akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal. Masyarakat terdiri
atas kehidupan yang diliputi berbagai tingkah laku. Perilaku keseharian dan
interaksi tatap muka sama dengan panggung teater.
Dilihat dari konsepnya bahwa interaksi social dimaknai sama dengan
pertunjukan drama di atas panggung dan manusia sebagai actor yang berusaha
untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain,
melalui pertunjukan dramanya sendiri. Kehidupan masyarakat dapat digambarkan
seperti sebuah Drama. Maka dapat disimpulkan bahwa teori ini dapat
dikonsentrasikan dalam small narration. Karena dalam interaksi social ada
individu - individu dalam masyarakat, yang mempunyai peran sangat penting
dalam keberhasilan suatu interaksi sosial. Individu-individu dalam masyarakat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
merupakan unsur utama dalam interaksi yang terjadi. Oleh karena itu tanpa
hubungan individu-individu dapat dikatakan tidak mungkin terjadi suatu interaksi.
Individu merupakan unsur penting dalam suatu interaksi karena akan mewarnai
suatu interaksi dalam masyarakat.34
2.7.
Film
Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari
kata cinema (gerak), tho atau phytos
(cahaya),
dan graphie atau grhap (tulisan,
gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar
dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa
disebut kamera. Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni
yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan
yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang
sebuah karya fim adalah: seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni
puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni
pantomin dan novel. Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya
film yang terpadu dan biasa kita lihat.35
Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan
gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh
34
Sri Suneki & Haryono, PARADIGMA TEORI DRAMATURGI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL. academiaedu
[online] Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012 diakses pada tanggal 12 April di
http://www.google.com/search?site=&source=hp&q=TEORI+DRAMATURGI+GOFFMAN&oq=TEORI+DRAMA
TURGI+GOFFMAN&gs_l=hp.3...52675.61221.0.61646.29.24.0.0.0.0.704.2525.0j1j53j1.5.0.msedr...0...1c.1.64.hp..25.4.2337.0.a3QLE93Gm8I
35
Muchisin Riadi. Pengertian, Sejarah dan Unsur-unsur Film, diakses dari:
http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film. Pada 6 Maret 2015
pukul 10:00
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
Emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya).Ada banyak sekali literature yanng
menjelaskan film, berdasarkan banyak pengertian “film” semuanya mengerucut
pada suatu pengertian yang universal. Film adalah rangkaian gambar yang
bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut Movie atau Video.36
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990 :
242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar
negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan
dimainkan di bioskop). Pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas
dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman di mana
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya
yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat
berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video,
piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala
bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses
lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau
ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya. Sedangkan film
maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga
pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan
hasil kerja sama dengan pengusaha film asing.
36
Panca Javandalasta, 5 Hari Mahir Bikin film. Mumtaz Media. Surakarta 2011
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
2.8.
Aktor
Akting (peran) berasal dari kata “to act” yang berarti “beraksi”. Alting
dalam konteks ini adalah perpaduan antara atraksi fisial (kebertubuhan),
intelektual (analisis karakter dan naskah) dan spiritual (transformasi jiwa).
Sedangkan aktor adalah pria yg berperan sbg pelaku dl pementasan cerita, drama,
dsb di panggung, radio, televisi, atau film.37 Dalam definisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa aktora dalah orang yang melakukan peran (acting) dalam
sebuah pementasan, drama ataupun film.
Usaha seorang aktor dalam melakoni seni akting adalah mengembangkan
kemampuan berekspresi, menganalisis naskah dan menstranformasi diri ke dalam
karakter yang ia mainkan, Dengan menempa kemampuan ketiganya, aktor akan
bisa membuka diri dann menyerap kekayaan pengalaamn hidup dari si
tokohsesuai dengan konsep penulis naskah dan sutradara. Untuk mencapai hal
tersebut, aktor bisa mengolah kembali pengalaman hidup saat menyelami
kehidupannya atau bisa melihat situasi sosial dilingkungan sekitar.38
Posisi pemeran yang juga disebut sebagai bintang film ini, secara
kelembagaan, tidaklah begitu penting karena seorang pemeran harus tunduk dan
melakukan segala arahan yang diberikan oleh sutradara. Namun, karena cerita
film sampai pada penonton melalui bintang film tersebut, di mata penonton justru
bintang film itulah yang paling penting, amat menentukan.39
37
Definisi Aktor, KBBI Online diakses darihttp://kbbi.web.id/aktor pada 6 Maret 2015 pukul 10:00
Rikrik El Saptaria. Acting Handbook (Panduan Praktis Akting Untuk Film & Teater). Rekayasa Sains.
Bandung 2006
39
Dolfi joseph (2011) LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pusat Apresiasi Film DI
YOGYAKARTA diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217. Pada 6 Maret 2015 pukul 10:00
38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download