BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komuniasi Intrapersonal Daryanto dalam bukunya Ilmu Komunikasi berpendapat bahwa komunikasi intrapersonal adalah komunikasi yang terjadi di dalam diri komunikator atau lazim disebut komunikasi dengan diri sendiri. Misalnya, Anda bertanya pada diri sendiri, “Dalam situasi ini, apa yang sebaiknya saya lakukan?” Dalam komunikasi intrapribadi, Anda bertindak sebagai komunikator dan sekaligus komunikan, orang kepada siapa pesan komunikator ditujukan. Komunnikasi intrapersonal merupakan dasar komunikasi antar pribadi. Ketika berbicar a dengan orag lain, sesungguhnya Anda telah merampungka suatu proses berkomunikasi dengan diri sendiri.8 Dijelaskan oleh Devito, komunikasi intra personal atau komunikasi intra pribadi merupakan komunikasi dengan diri sendiri dengan tujuan untuk berpikir, melakukan penalaran, menganalisis dan merenung. Demikian juga pendapat effendy, komunikasi intrapersonanl adalah suatu proses pengolahan informasi, meliputi sensasi, presepsi, memori dan berpikir. Sensasi adalah proses menangkap stimuli, presepsi adalah proses memebri makna pada sensasi sehingga diperoleh pengetahuan baru. Dengan kata lain, persepsi mengubah sensasi menjadi informasi. Memori adalah proses menyimpan 8 Daryanto, Ilmu Komunikasi. PT Sarana Tutorial Nurani Sejahtera. Bandung. 2010 Hal 30 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 informasi dan memanggilnya kembali. Berpikir adalah menngolah dan memanipulasi informasi utuk memenuhi kebutuhan atau memberikan respon.9 Sedangkan Hafied Cangara mendefinisikan komunikasi intrapersonal adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri individu, atau dengan kata lain prosese berkomunikasi dengan diri sendiri. Terjadinya prosese komunikasi disini adalah karena adanya sesesorang yang memberi arti terhadap sesuatu objek yang diamatinya atau terbetik dalam pikirannya. Objek dalam hal inni bisa saja dalam bentuk benda, kejadian alam, peristiwa, pengalaman, fakta yang mengandung arti bagi manusia, baik yang terjadi di luar maupun didalam diri seseorang. Beberapa kalangan menilai bahwa proses pemberian arti terhadap seseuatu yang terjadi dalam diri individu, belum dapat diilai sebagai proses komunikasi, melainkan suatu aktivitas internal menolog.10 2.2. Komunikasi Antar Persona Definisi dari komunikasi antar persona menurut Devito (1984) adalah proses penerimaan pesan-pesan antara dua orang atau di antara sekelompok kecil orang-orang, dengan beberapa efek dan beberapa umpan balik seketika (The process of sending and receiving messages between two persons, or among a small group of persons, with some efect & some immediate feedback11. 9 Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi. Widya Padjajaran. Bandung, 2010. hal 59 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2012 Hal 34 11 Rosmawaty, Mengenal Ilmu Komunikasi, Widya padjajaran, 2010, Hal. 71 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Sedangkan Purwanto (2006) mendefinisikan komunikasi antarperrsona atau atarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antara seseornag dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan non bisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mduah dipahami (informal) untuk mnecapai tujuan tertentu. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal bila komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.12 Dapat disimpulkan bahwa komunikasi antar persona adalah komunikasi yang dilakukan antara dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan yang samasama diinginkan dari pihak yang berkomunikasi. Baik direcanakan maupun tidak direncanakan, baik disadari maupun tidak, menurut Beebe, Beebe dan Redmond (1996) sesungguhnya ada banyak kepentingan dan tujuan ketika kita melakukan kegiatan komunikasi antapersonal, antara lain sebagai berikut: 1. Untuk meyakinkan bahwa pesa kita dimengerti 2. Untuk memastikan pesan kita menghasilkan pengaruh sesuai harapan kita 3. Memastikan bahwa pesan kita pantas/layak, dsb Namun demikian, terlepas dari berbagai tujuan dan kepentingan kita tersebut, pada dasarnya kegiatan komunikasi antarpersonal adalah kegiatan komunikasi yang tidak bisa kita hindari. Berikut gambaran tentang komunikasi antarpersonal menurut Beebe, Beebe dan Redmond (1996): 12 Ibid, Rosmawaty, Hal. 73 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 1. Komunikasi antarpersona tidak dapat dihindari Kita tidak bisa tidak berkomunikasi 2. Komunikasi antarpersona tidak dapat dirubah Sekali pesan dikirimkan, kita tidak bis amenariknya kembali 3. Komunikasi antarpersona rumit (tidak mudah) Kita tidak bisa melenngkapi pengertian pihak lain 4. Komunikasi antarpersona tergantung isis pesan (kontekstual) Komuikasi diliputi/dipengaruhi faktor psikolohi, hubungan, situasi, lingkungan dan budaya isi pesan. 2.2.2 Karakteristik Komunikasi Antarpersona Barlund (1968) menidentifikasikan 5 ciri dari kegiatan Komunikasi Antar Personal, sebagai berikut: 1. Awalnya, ada “kesepakatan pandangan” (preceptual engangement) pada diri dua orang atau lebih dalam kedekatan jasmani (“kontak sosial yang mendasar” merupakan prasyarat bagi jenis kegiatan ini) 2. Kesepakatan pandangan memungkinkan ketergantungan komunikasi yang menyebabkan terpusatnya interaksi yaitu sebuah pusat perhatian kogitif dan visual, sebagaimana dalam sebuah perbincangan. Di dalam interaksi terpusat ini setiap peserta mengirimkan sinyal-sinyal sebgaia tanggapan yang langsung pada sinyal yang dikirimkan oleh setiap peserta. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 3. Interaksi terpusat ini berkembang kembali melalui suatu pertukaran pesan. Dalam pertukaran ini pesertanya menyampaikan sinyal satu sama lain dan akan ditafsirkan seperti yang dimaksudkan kepada orang lain. 4. Interaksi itu berbentuk tatap muka. Namun, semua panca indera dapat digunakan dan pesertanya dapat saling behadapan sepenuhnya. 5. Akhirnya, bentuk komunikasi antar pribadi umumnya telah teratur, sejumlah aturan mengendalikan frekuensi, bentujk atau isi pesan antarpribadinya. Jadi, menurut Barnlud; Komununikasi antar pribadi berkenaan dengan penyelidikan atas situasi sosial informal di mana seseorang dalam bertatap muka mengalami interaksi terpusat melalui pertukaran sinyal-sinyal verbal dan non verbal secara timbal balik (Dikutip oleh Reeed H Blake & Edwin O. Haroldsen, 2009: 30-31)13 Ricard L Weaver II (1993) menjelaskan karakteristi-karakteristik komunikasi antarpribadi, yaitu: a. Melibatkan paling sedikit dua orang Komunikasi antar pribadi melibatkan paling sedikit dua orang. Menurut Weaver, komunikasi antar pribadi melibatkan tidak lebih dari dua individu yang dinamakan “a dyad”. Apabila dua orang dalam kelompok yang lebih besar sepakat mengenai hal tertentu atau sesuatu, maka kedua orang itu nyata-nyata terlibat dalam komunikasi antarpribadi. 13 Ibid, Rosmawati, Hal. 72 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 b. Adanya umpan balik atau feedback Komunikasi antarpribadi melibatkan umpan balik. Umpan balik merupakan pesan yang dikirim kembali oleh penerima kepada pembicara. Dalam komunikais antarpribadi hampir selalu melibatkan umpan balik langsunng. Sering kali bersifat segera, nyata dan berkesinambungan. Hubungan yang langsung antara sumber dan penerima merupakan bantuk yang unik bagi komunikasi antarpribadi. Ini yang dinamakan simultanus message atau co-stimulation. c. Tidak harus tatap muka. Komunikasi antar pribadi tidak harus tatap muka. Bagi komunikasi antarpribadi yang sudah terbentuka danya saling pengertian antara dua individu, kehadiran fisik dalam berkomunikasi tidaklah terlalu penting. Misalnya, interaksi antara dua sahabat kental, suami istri, bisa melalui telepon, e-mail, bisa dengan bahasa isyarat kalau berada di ruang terbuyka tetrapi masing-masing tidak berdekatan. Tetapi menurut weaver, bahwa komunikasi tanpa interaksi tatap muka tidaklah ideal walaupun tidak harus dalam komunikasi antarpribadi. Menurutnya, kehilangan kontak langsung berarti kehilangan faktor utrama dalam umpan balik, sarana penting untuk menyampaikan emosi jadi hilang. d. Tidak harus bertujuan Komunikasi antarpribadi tidak harus selalu disengaja atau dengan kesadaran. Ada mungkin mengambil keputusan untuk tidak dekat-dekat dengan seseorang karena sifatnya yang kasar atau tindak tanduknya yang tidak Anda setuju. Orang-orang itu mungkin mengkomunikasikan segala sesuatunya itu tanpa disengaja atau sadar, tetapi apa uang dilakukannya itu merupakan pesan-pesan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 sebagai isyarat yang mempengaruhi Anda. Dengan kata lain, telah terjadi penyampaian pesan-pesan dan penginterpretasian pesan-pesan tersebut. e. Menghasilkan beberapapengaruh atau effect Untuk dapat dianbal. ggap sebagai komunikasi antarpribadi yang benar, maka sebuah pesan harus menghasilkan atau memiliki efek dan pengaruh. Efek atau pengaruh itu tidak harus segera dan nyata, tetapi harus terjadi. f. Tidak harus melibatkan atau menggunakan kata-kata Bahwa kiita dapat berkomunikasi tapa kata-kata seperti pada komunikasi non-verbal. Pesan-pesan non verbal seperti menatap atau membelai kepada seorang anak atau kepada seorang kekasih memilki makna yang jauh lebih besar dari pada kata-kata. g. Dipengaruhi oleh Konteks Konteks merupakan tempat dimana pertemuan komunikasi terjadi termasuk apa yang mendahului dan mengikuti apa yang dikatakan (Verdeber et al, 2007). Konteks mempengaruhi harapan-harapan para partisipan, makna yang diperoleh para partisipan, dan perilaku mereka selanjutnya. Konteks meliputi: 1. Jasmaniah. Konteks jasmaniah atau fisik meliebisisngan, jarak meliputi lokasi, kondisi lingkungan seperti suhu udara, pencahayaan, dan tingkat kebisingan, jarak anatara para komunikator, pengaturan tempat, dan waktu mengenai hari. Masingmasing faktor ini dapat mempengaruhi komunikasi. 2. Sosial. Konteks sosial merupakan bentuk hubungan yang mungkin sudah ada di antara para partisipan. Apakah komunikasi terjadi atau mengambil tempat di http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 antara anggota-anggota keluarga, teman, kenalan, mitra kerja, atau orang asing dapat mempengaruhi apa dan bagaimana pesan-pesan itu dibentuk, diberikan, dan dimengerti. 3. Historis. Konteks historis merpakann latar belakang yang diperoleh melalui periostiwa komunikasi sebelumnya antara para partisipan. 4. Psikologis. Konteks psikologis meliputi suasana hati di mana setiap orang membawakannya kepada pertemuan antarpribadi. 5. Keadaan kultural yang mengelilingi peristiwa komunikasi. Konteks kultural meliputi keyakinan-keyakinan, nilai-nilai, sikap-sikap, makna, hierars=ki sosial, agama, pemikiran mengenai waktu dan peran dari partisipan (Samovar & Porter, 2000). Budaya atau kultur melakukan penetrasi ke dalam setiap aspek kegiatan manusia, memengaruhi bagaimana kita berfikir, berbicara dan berperilaku. Setiap orang merupakan bagian dari satu atau lebih budaya-budaya etnika, meskipun kita dapat berbeda dari seberapa besar kita mengidentifikasikan diri kita dengan budaya-budaya etnik kita. Apabila dua orang dari kultur yang berbeda berinteraksi, kesalahpahaman bisa terjadi karena perbedaan kultural.14 2.3. Interaksi Sosial Interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Hubungan tersebut dapat antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok 14 Muhammad Budyatna. Teori Komunikasi Antar Pribadi. Jakarta: prenada media gruop. 2011 hal 17-20 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 dengan kelompok. Di dalam interaksi sosial ada kemungkinan individu dapat menyesuaikan dengan yang lain, atau sebaliknya. Pengertian penyesuaian di sini dalam arti yang luas, yaitu bahwa individu dapat meleburrkan diri dengankeadaan disekitarnya, atau sebaliknya individu dapat mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan dalam diri individu, sesuai dengan apa yang diinginkan oleh individu yang bersangkutan.15 Apabila dua orang bertemu, interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, berjabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial telah terjadi, karena masingmasing sadar akan adanya pihak yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.16 Interaksi sosial yang kelihatannya sangat sederhana, sebenarnya suatu proses yang cukup komplek. Memang kalau dilihat dari teori insting yang dikemukakan oleh McDougail (lih. Baron & Beyrne, 1984), manusia itu secara instingtif akan berhubungan satu dengan yang lain (lih. Crider, dkk. 1983). Namun perilaku dalam interaksi sosial tidak sesederhana itu, tetapi perilaku itu didasari oleh berbagai faktor psikologis lain. 15 16 Bimo Walgito, Psikologi Sosial (Suatu Pengantar), ANDI Yogyakarta. Yogyakarta 2003. Hal 65 Soerjono Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 2.3.1. Syarat-Syarat Terjadinya Interaksi Sosial Suatu interaksi sosial tidakakan terjadi akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu: 1. Adanya kontak sosial (social-contact) 2. Adanya komunikasi a. Kontak Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum (yang artinya bersamasama) dan tango (yang artinya menyentuh). Jadi, artinya secara harfiah adalah bersama-sama menyentuh. Secara fisik, kontak baru terjadi apabila terjadi hubungan badaniah. Sebagai gejala sosial itu tidak perlu berarti suatu hubungan badaniah, karena orang dapat mengadakan hubungan dengan pihak lain tanpa menyentuhnya, seperti misalnya, dengan cara berbicara dengan pihak lain tersebut. Apabila dengan perkembangan teknologi dewasa ini, orang-orang dapat berhubungan satu dengan yang lainnya melalui telepon, telegraf, radio, surat, dan seterusnya, yangtidak memerliukan suatu hubungan badaniah. Bahkan dapat dikatakan bahwa hubungan badaniah tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. b. Komunikasi Dalam berinteraksi dan menyampaikan maksud, manusia perlu melakukan komunikasi. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata communis yang berarti sama. Sama disini adalah sama makna. Menurut Onong Uchjana dalam bukunya Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek, dalam komunikasi minimal harus mengandung kesamaan antara dua pihak yang terlibat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan suatu perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Menurut Harold Laswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Laswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom In What Effect? Berdasarkan pendapat Laswell tersebut dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampain pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tetentu. 17 2.4. Konsep Diri Sebelum dijelaskan apa itu Konsep Diri, baiknya dipaparkan apa yang dimaksud dengan diri. Dapat dikatakan bahwa rasa diri merupakan sesuatu yang sentral untuk memahami kondisi manusia. Kemampuan untuk merenungkan siapa diri kita adalah hal yang membedakan kita dengan hewan. Baumeister (1998) mencatat bahwa diri telah menjadi salah satu bidang psikologi yang paling umum diteliti. Para Psikolog Sosial telah mengidentifikasi aspek-aspek individual diri (misalnya sifat-sifat, perilaku perilaku pribadi, kondisi-kondisi) dan aspek-aspek kolektif (misalnya, perbandingan kelompok intra-individu). 18 17 18 Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. PT REMAJA ROSDA KARYA. Bandunng. 2007 hal 10 Jenny M & Debbie Clayton. Psikologi Sosial. ERLANGGA. Jakarta 2012 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Dalam bukunya yang terkenal Priciples of Pshcology, William James (1890) mengemukakan masalah self (diri). Self adalah segala sesuatu yang dapat dikatakan orang tentang dirinya sendiri, bukan hanya tentang tubuh dan keadaan psikisnya sendiri saja, melainkan juga tentang anak istrinya, rumahnya, pekerjaannya, nenek moyangnya, teman-temannya, miliknya, uangnya dan lainlain. Kalau semuanya bagus, ia merasa senang dan bangga. Akan tetapi kalau ada yang kurang baik, rusak, hilang, dan lain-lain, ia merasa putus asa, kecewa dan lain-lain.19 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa diri adalah apa yang manusia fikir terhadap dirinya sendiri dan apa yang sudah dimilikinya. Berpikir mengenai dirinya sendiri adalah aktivitas manusia yang tak dapat dihindari,pada umumnya secara harfiah orang akan berpusat pada dirinya sendiri. Sehingga self (diri) adalah pusat dari dunia sosial setiap orang. 20 Konsep diri menurut Brehm dan Kassin (1996), Taylor, Peplau dan Sears (1997), adalah kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan atribut-atribut personal yang dimiliki. Branden (1983) dalam bukunya Honoring The Self mendefinisikan konsep diri sebagai fikiran, keyakinan, dan kesan seseorang tentang sifat dan karakteristik dirinya, keterbatasan dan kapabilitasnya, serta kewajiban dan aset-aset yang dimilikinya. Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi mengeani sesuatu yang kita gunakan untuk menginterpretasikan pengalaman. Dengan demikian, konsep diri adalah skema 19 Sarlito Wirawan Sasono, Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teoro Psikologi Sosial, Balai Pustaka. Jakarta 2002 Hal 147 20 Robert A. baron & Don Byrne. Hal. 164 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 diri (self-schema) yaitu pengetahuan tentang diri, yang mempengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan (Vaughan & Hogg, 2002).21 Konsep diri juga diartikan sebagai pengetahuan dan keyakinan yang dimilki individu tentang karakteristik dan ciri-ciri pribadinya (Worchel, 200). Definisi lain menyebutkan bahwa konsep diri merupakan semua perasaan dan pemikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi kemampuan, karakter diri, sikap, tujuan hidup, kebutuhan dan penampilan diri. Those Physival, social and psychological perceptions of ourselves that we have derived from experiences and our interaction with others (Brooks, 1974: 61).22 Dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah semua anggapan, perasaan, dan fikiran seseorang mengenai dirinya sendiri. Konsep diri meliputi apa yang manusia tersebut miliki, apa tujuan hidupnya, dan bagaimana ia ingin menunjukkan identitas dirinya kepada orang lain. Rentsch dan Haffner (dalam Baron dan Byrne, 1997) menyebutkan bahwa konsep diri memilki beberapa komponen, yaitu: atribut intrapersonal (siapa saya), karakteristik bawaan (jenis kelamin, usia), minat dan aktivitas (kesukaan, kebiasaan), self determination (agama, karakteristik sifat), aspek eksistensial (pandangan tentang diri sendiri), kepercayaan (pendapat, opini), kesadaran diri (kejujuran mengenai sikap yang dimilki) dan diferensiasi sosial (latar belakang, 21 Sarlito W Sarwono & Eko A. Meinanrno, Psikologi Sosial, Salemba Humanika. Jakarta 2010. Hal 53. Nina W Syam, Psikologi Sosial: Sebagai Akar Ilmu Komunikasi, Simbiosa Rekatama Media. Bandung 2012.Hal 55. 22 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 tempat asal).23 Maka, atribut atau komponen tersebutlah yang seorang individu fikir dalam dirinya sendiri. 2.4.1 Tipe Konsep Diri Berdasarkan cara seseorang mendalami konsep dirinya, konsep diri dibagi menjadi tiga tipe yaitu: 1. Ideal Self Harapan-harapan yang dimiliki oleh individu yang mampu mendefinisikan cirriciri orang yang dia inginkan seperti itu. 2. Ought Self Kewajiban-kewajiban yang yang mendefinisikan keharusan seseorang sesuai peranan yang dia pilih. 3. Actual Self Actual self adalah bagaimana dia dilihat oleh orang di sekelilingnya saat ini.24 2.4.2 Proses Pembentukan Konsep Diri Konsep diri terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seorang manusia dari kecil hingga dewasa. Lingkungan, pengalaman dan pola asuh dari orang tua turut memberikan pengaruh yang signifikann terhadap konsep yang terbentuk. 23 Agus Abdul rahman. Psikologi Sosial: Integrasi Pengetahuan Wahyu dan Pengetahuan Empirik. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Jakarta 2013. Hal 64. 24 Annisa Nurfitria. Komunikasi Antarpribadi. Academiaedu [online] diakses pada 12 April 2015 dari https://www.academia.edu/5292187/Komunikasi_Antarpribadi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 Konsep diri memiliki sikap yang dinamis, artinya tidak luput dari perubahan. Dalam konsep diri terdapat beberapa unsur antara lain: 1. Penilaian diri merupakan pandangan diri terhadap: a. Pengendalian keinginan dan dorongan-dorongan dalam diri. b. Suasana hati yang sedang kita hayati. c. Bayangan subjektif terhadap kondisi tubuh kita. 2. Penilaian sosial merupakan evaluasi terhadap bagaimana individu menerima penilaian lingkungan sosial pada dirinya. 3. Konsep lain yang terdapat dalam pengertian konsep diri adalah self image atau citra diri, yaitu gambaran: a. Siapa saya b. Saya ingin jadi apa25 2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Berbagai faktor dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri seseorang. Secara umum konsep diri dapat dipengaruhi oleh orang lainn dan kelompok rujukan. Manusia mengenal dirinya secara kodrati didahului oleh pengenalan terhadap orang lain lebih dahulu, namun tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama. Secara detail konsep diri dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti dibawah ini: 25 Op. cit. Nina W Syam Hal 56-58.. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 1. Pola Asuh Orang Tua Lingkungan yang paling pertama kali ditemui oleh setiap individu adalah keluarga, terutama orang tua. Peranan orang tua sangat penting dalam pembentukan konsep diri seseorang. Bagaimana seorang individu memandang konsep dirinya adalah tergantung bagaimana pola asuh orang tuanya. 2. Kegagalan Kegagalan dalam konteks ini adalah apakah seseorang pernah mengalami sesuatu yang tidak tercapai dan tidak sesuai dengan apa yang telah diupayakannya. Rasa kecewanya akan berdampak kepada kepercayaan diri yang juga berhubungan dengan konsep diri. 3. Depresi Depresi yang sangat mendalam akibat suatu beban hidup tertentu, tentu sangat berpegaruh kepada bagaimana seorang individu memandang dirinnya. Setelah menglami sebuah depresi pasti pandangan hidupnya tidak akan sama lagi. 4. Kritik Internal Kritik internal dalam hal ini adalah kritik yang di dapat dari lingkungan terdekatnya. Karena manusia adalah makhluk sosial, meskipun ia tidak perduli terhadap lingkunngannya namun penilaian lingkungan terhadap dirinya pasti akan memberikan pengaruh.26 Tentu saja tidak semua orang mempunyai pengaruh yang sama besar bagi konsep diri seorang individu. Yang paling berpengaruh adalah orang orang yang paling dekat dengan dkiri kita. George Herbert Mead menyebut mereka sebagai 26 Ibid. Nina W Syam, Hal 58-59 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 signifcant others yaitu orang lain yang sangat penting: artinya bagi diri seseorang. Significant others terdiri dari orang tua, saudara-saudara kita dan orang yang tinggal serumah dengan kita. Sementara itu Richard Dewey dan W.J Humber menyebutnya affective others yaitu orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan emosional.27 Faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang semakin meluas seiring dengan perkembangan orang tersebut. Jika mula-mula yang paling berpengaruh adalah keluarga, dengan semakin bertambahnya usia bertambah pula pihak-pihak yang berpengaruh: teman, kelompok, organisasi hingga masyarakat. Kelompok yang berpengaruh bagi individu disebut kelompok acuan atau kelompok rujukan, yakni kelompok yang mempengaruhi pola berfikir atau pola berperilaku seseorang. Yang termasuk dalam kelompok ini misalnya perkumpulan hobi atau minat, kelompok profesi, dan lain-lain.28 2.5 Teori Fenomenologi Fenomenologi berasal dari bahasa yunani phainomai yang berarti “menampak”. Phainomai merujuk pada “yang menampak”. Fenomena tiada lain adalah fakta yang disadari, dan masuk ke dalam pemahaman manusia. Jadi suatu objek itu ada dalam relasi dengan kesadaran. Fenomena bukanlah dirinya seperti tampak secara kasat mata, melainkan justru ada di depan kesadaran, dan disajikan dengan kesadaran pula. Berkaitan dengan hal ini, maka fenomenologi 27 Mutmainah, Siti., dan Ahmad Fauzi. Psikologi Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka, 2005. Hal 5.11 28 Ibid, 5.13 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 merefeksikan pengalaman langsung manusia, sejauh pengalaman itu secara intensif berhubungan dengan suatu objek.29 Menurut Husserl, fenomenologi adalah pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; atau suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Fenomenologi memiliki riwayat cukup panjang dalam penelitian sosial, termasuk psikologi, sosiologi, dan pekerjaan sosial. Fenomenologi adalah pandangan berpikir yang menekankan pada fokus interprestasi dunia. Dalam hal ini, para peneliti fenomenologi ingin memahami bagaimana dunia muncul kepada orang lain.17 Fenomenologi menyelidiki pengalaman kesadaran yang berhubungan dengan pertanyaan, seperti bagaimana pembagian antara subjek dan objek muncul dan bagaimana suatu hal didunia ini diklasifikasikan. Para fenomenolog juga berasumsi bahwa kesadaran bukan dibentuk karena kebetulan dan dibentuk oleh sesuatu yang lainnya dirinya sendiri.30 Ada tiga yang memengaruhi pandangan fenomenologi, yaitu Edmund Husserl, Alfred Schultz, dan Weber. Weber memberi tekanan verstehen, yaitu pengertian dari interpretatif terhadap pemahaman manusia. Fenomenologi dengan demikian merupakan salah satu teori yang menentang paradigma yang menjadi mainstream dalam sosiologi, yakni struktural fungsional. Filsuf Edmund Husserl (1859-1938) yang dikenal sebagai foundin father fenomenologi mengembangkan ide tentang dunia 29 Engkus Kuswarno, Fenomenologi-Konsepsi, Pedoman, dan Contoh Penelitiannya, Widya Padjajaran, Bandung, 2009. Hal 1-2. 30 Andi Pranowo, Metode Penelitian Kualitatif ( Dalam Perspektif Rancangan Penelitian), Jogjakarta: Ar Ruzzz Media, 2011. Hal 28 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 kehidupan (lifeworld). Ia menggunakan filsafat fenomenologi untuk mengetahui bagaimana sebenarnya struktur pengalaman yang merupakan cara manusia mengorganisasi realitasnya sehingga menjadi terintegrasi dan autentik. Bagi Husserl, dunia kehidupan menyediakan dasar-dasar harmoni kultural dan aturanaturan yang menentukan kepercayaan-kepercayaan yang diterima apa adanya (taken forgranted) dalam sebuah tata kelakuan sistematik.31 Fenomenologi secara esensial merupakan perspektif modern tentang manusia dan dunianya. Gerakan filsafat sangat dekat berhubungan dengan abad Perspektif ini seperti semua gerakan-gerakan filsafat lainnya dapat ditelusuri dari naskah-naskah kuno dan yang lebih penting lagi berakar dari filsafat skolastik abad pertengahan. Meskipun demikian, para teori fenomenologi, ada umumnya berkiblat pada karya-karya Edmund Husserl sebagai titik pijakan (point of departure), dan Husserl mengulangi apa yang menjaadi perhatian Rene Descrates dan fenomenologi filsafat sebelumnya sebagai permulaan perspektif secara meyakinkan.32 Fenomenologi memfokuskan studinya pada masyarakat berbasis makna yang dilekatkan oleh anggota. Apabila filsafat Edmund Husserl yang memfokuskan pada pemahaman fenomena dunia, fenomenologi yang diterapkan dalam sosiologi, khususnya Alfred schutz (1962) yang bekerja sama dengan teori yang memegang teguh pragmatisme Mead, dan menjelaskan mengenai sosiologi kehidupan sosial sehari-hari. Schutz dan Mead, keduanya memfokuskan pada proses sosialisasi yanng terjadi “cadangan penegtahuanu umum” (common 31 Sindang Haryanto. Spektrum Teori Sosial (Dari Klasik Hingga PostModern), Jogjakarta: Ar-Ruzz Meia, 2012, Hal 129. 32 Ibid, 134. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 stock of knowledge) dan anggota masyarakat. Kemampuan mereka berinteraksi (perspektif resiprositas) dan relevansi pemahamann yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.33 2.6. Teori Dramaturgi Goffman Teori Dramaturgi adalah “teori yang menjelaskan bahwa interaksi social dimaknai sama dengan pertunjukan teater atau drama di atas panggung. Manusia adalah aktor yang berusaha untuk menggabungkan kartakteristik personal dan tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan dramanya sendiri (Widodo, 2010:167). Untuk mencapai tujuan manusia akan mengembangkan perilakuperilaku yang mendukung perannya. Identitas manusia tidak stabil dan indentitas merupakan bagian dari kejiwaan psikhologi mandiri. Identitas dapat berubah tergantung interaksi dengan orang lain. Mengapa manusia adalah aktor? Menurut Ritzer, pertunjukan drama seorang aktor drama kehidupannya juga harus mempersiapkan kelengkapan pertunjukan, antara lain setting, kostum, penggunaan kata (dialog) tindakan non verbal lain. Tujuannya untuk meningkatkan kesan yang baik pada lawan interaksi dan meluluskan jalan mencapai tujuan. Dalam teori Dramaturgi (Goffman) manusia adalah aktor yang berusaha menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain. Teori melihat manusia sebagai individu dan masyarakat. Dalam teori ini manusia berbeda dengan binatang karena mempunyai kemampuan berpikir, bisa 33 Ibid, 136. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 mempelajari dan mengubah makna dan symbol, melakukan tindakan dan berinteraksi. Teori ini muncul dari ketegangan yang terjadi antara “I dan Me” (gagasan Mead). Ada kesenjangan antara diri kita dan diri kita yang tersosioalisasi. Konsep “I” merujuk pada apa adanya dan konsep “me” merujuk pada diri orang lain. Ketegangan berasal dari perbedaan antara harapan orang terhadap apa yang mesti kita harapkan. Kehidupan menurut teori dramaturgi adalah ibarat teater, interaksi sosial yang mirip pertunjukan drama, yang menampilkan peran. Dalam memainkan peran menggunakan bahasa verbal dan perilaku non verbal dan mengenakan atribut tertentu. Menurut Goffman kehidupan sosial dibagi menjadi wilayah depan” (front region) yang merujuk peristiwa sosial bahwa individu bergaya menampilkan perannya dan wilayah belakang (back region) yang merujuk tempat dan peristiwa yang memungkinkan mempersiapkan perannya di wilayah depan. Dramaturgi yang dicetuskan Goffman merupakan pendalaman konsep interaksi sosial, yang lahir sebagai aplikasi atas ide-ide individual yang baru dari peristiwa evaluasi sosial ke dalam masyarakat kontemporer. Berikut beberpa pendapat kalangan interaksi simbolik yang dapat menjadi pedoman pemahaman ( Widodo, 2010:168): 1. Manusia berbeda dari binatang, manusia ditopang oleh kemampuan berpikir. 2. Kemampuan berpikir dibentuk melalui interaksi sosial 3. Dalam interaksi social orang mempelajari makna dan symbol http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 4. Makna dan symbol memungkinkan orang melakukan tindakan dan interaksi khas manusia 5. Orang mampu mengubah makna dan symbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan tafsir mereka terhadap situasi. Teori Dramaturgi merupakan dampak atas fenomena, atau sebuah reaksi terhadap meningkatnya konflik social dan konflik rasial, dampak represif birokrasi dan industrialisasi. Teori sebelumnya menekankan pada kelompok atau struktur social, sedang teori Goffman menekankan sosiologi pada individu sebagai analisis, khusunya pada aspek interaski tatap muka. Sehingga fenomena melahirkan dramaturgi. Teori Goffman memusatkan perhatinnya pada kehidupan sosial sebagai serangkaian pertunjukan. Pendekatan Dramaturgi Goffman adalah pandangan bahwa ketika manusia berinteraksi ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain. Manusia sebagai aktor yang sedang memainkan peran. Menurut Goffman orang berinteraksi adalah ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan diterima orang lain, yang disebut sebagai penegeloalan pesan. Kehidupan menurut teori dramaturgi adalah ibarat teater, interaksi social yang mirip pertunjukan drama, yang menampilkan peran. Dalam memainkan peran menggunakan bahasa verbal dan perilaku non verbal dan mengenakan atribut tertentu. Dalam teori ini bahwa konstruksi realitas lahir melalui menajeman pengaruh yang ditimbulkan dari interaksi social. Bila Aristoteles mengacu pada teater maka Goffman mengacu pada pertunjukan sosiologi. Pertunjukan dalam masyarakat memberi kesan yang baik untuk mencapai tujuan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 dengan melakukan komunikasi, yang pada akhirnya orang lain mengikuti kemauan kita. Oleh karena itu dalam dramaturgi ada konsep menyeluruh bagaimana kita menghayati peran sehingga dapat memberikan feed back sesuai yang kita inginkan. Dramaturgi mempelajari konteks perilaku bukan hasilnya. Dramaturgi menekankan dimensi ekspresif aktivitas manusia. Karena perilaku ekspresif maka perilaku manusia bersifat dramatic. Pendekatan dramaturgi Goffman bahwa ketika manusia berinteraksi ia ingin mengelola pesan yang ia harapkan tumbuh pada orang lain. Goffman tidak memusatkan pada struktur social, tetapi pada tatap muka atau kehadiran bersama. Interaksi tatap muka dibatasi sebagai individu yang saling mempengaruhi tindakan satu sama lainnya. Individu diasumsikan sebagai kegiatan rutin akan mempengaruhi sososk dirinya yang ideal. Individu dalan kegiatan rutin akan mengetengahkan sosok dirinya yang ideal. Masyarakat terdiri atas kehidupan yang diliputi berbagai tingkah laku. Perilaku keseharian dan interaksi tatap muka sama dengan panggung teater. Dilihat dari konsepnya bahwa interaksi social dimaknai sama dengan pertunjukan drama di atas panggung dan manusia sebagai actor yang berusaha untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain, melalui pertunjukan dramanya sendiri. Kehidupan masyarakat dapat digambarkan seperti sebuah Drama. Maka dapat disimpulkan bahwa teori ini dapat dikonsentrasikan dalam small narration. Karena dalam interaksi social ada individu - individu dalam masyarakat, yang mempunyai peran sangat penting dalam keberhasilan suatu interaksi sosial. Individu-individu dalam masyarakat http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 merupakan unsur utama dalam interaksi yang terjadi. Oleh karena itu tanpa hubungan individu-individu dapat dikatakan tidak mungkin terjadi suatu interaksi. Individu merupakan unsur penting dalam suatu interaksi karena akan mewarnai suatu interaksi dalam masyarakat.34 2.7. Film Secara harfiah, film (sinema) adalah cinematographie yang berasal dari kata cinema (gerak), tho atau phytos (cahaya), dan graphie atau grhap (tulisan, gambar, citra). Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Agar dapat melukis gerak dengan cahaya, harus menggunakan alat khusus, yang biasa disebut kamera. Film sebagai karya seni sering diartikan hasil cipta karya seni yang memiliki kelengkapan dari beberapa unsur seni untuk memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual. Dalam hal ini unsur seni yang terdapat dan menunjang sebuah karya fim adalah: seni rupa, seni fotografi, seni arsitektur, seni tari, seni puisi sastra, seni teater, seni musik. Kemudian ditambah lagi dengan seni pantomin dan novel. Kesemuannya merupakan pemahaman dari sebuah karya film yang terpadu dan biasa kita lihat.35 Istilah film awalnya dimaksudkan untuk menyebut media penyimpanan gambar atau biasa disebut Celluloid, yaitu lembaran plastik yang dilapisi oleh 34 Sri Suneki & Haryono, PARADIGMA TEORI DRAMATURGI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL. academiaedu [online] Jurnal Ilmiah CIVIS, Volume II, No 2, Juli 2012 diakses pada tanggal 12 April di http://www.google.com/search?site=&source=hp&q=TEORI+DRAMATURGI+GOFFMAN&oq=TEORI+DRAMA TURGI+GOFFMAN&gs_l=hp.3...52675.61221.0.61646.29.24.0.0.0.0.704.2525.0j1j53j1.5.0.msedr...0...1c.1.64.hp..25.4.2337.0.a3QLE93Gm8I 35 Muchisin Riadi. Pengertian, Sejarah dan Unsur-unsur Film, diakses dari: http://www.kajianpustaka.com/2012/10/pengertian-sejarah-dan-unsur-unsur-film. Pada 6 Maret 2015 pukul 10:00 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 Emulsi (lapisan kimiawi peka cahaya).Ada banyak sekali literature yanng menjelaskan film, berdasarkan banyak pengertian “film” semuanya mengerucut pada suatu pengertian yang universal. Film adalah rangkaian gambar yang bergerak membentuk suatu cerita atau juga biasa disebut Movie atau Video.36 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, terbitan Balai Pustaka (1990 : 242), film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Pengertian lebih lengkap dan mendalam tercantum jelas dalam pasal 1 ayat (1) UU Nomor 8 Tahun 1992 tentang Perfilman di mana disebutkan bahwa yang dimaksud dengan film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandangdengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronika, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem mekanik, elektronik dan/atau lainnya. Sedangkan film maksudnya adalah film yang secara keseluruhan diproduksi oleh lembaga pemerintah atau swasta atau pengusaha film di Indonesia, atau yang merupakan hasil kerja sama dengan pengusaha film asing. 36 Panca Javandalasta, 5 Hari Mahir Bikin film. Mumtaz Media. Surakarta 2011 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 2.8. Aktor Akting (peran) berasal dari kata “to act” yang berarti “beraksi”. Alting dalam konteks ini adalah perpaduan antara atraksi fisial (kebertubuhan), intelektual (analisis karakter dan naskah) dan spiritual (transformasi jiwa). Sedangkan aktor adalah pria yg berperan sbg pelaku dl pementasan cerita, drama, dsb di panggung, radio, televisi, atau film.37 Dalam definisi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa aktora dalah orang yang melakukan peran (acting) dalam sebuah pementasan, drama ataupun film. Usaha seorang aktor dalam melakoni seni akting adalah mengembangkan kemampuan berekspresi, menganalisis naskah dan menstranformasi diri ke dalam karakter yang ia mainkan, Dengan menempa kemampuan ketiganya, aktor akan bisa membuka diri dann menyerap kekayaan pengalaamn hidup dari si tokohsesuai dengan konsep penulis naskah dan sutradara. Untuk mencapai hal tersebut, aktor bisa mengolah kembali pengalaman hidup saat menyelami kehidupannya atau bisa melihat situasi sosial dilingkungan sekitar.38 Posisi pemeran yang juga disebut sebagai bintang film ini, secara kelembagaan, tidaklah begitu penting karena seorang pemeran harus tunduk dan melakukan segala arahan yang diberikan oleh sutradara. Namun, karena cerita film sampai pada penonton melalui bintang film tersebut, di mata penonton justru bintang film itulah yang paling penting, amat menentukan.39 37 Definisi Aktor, KBBI Online diakses darihttp://kbbi.web.id/aktor pada 6 Maret 2015 pukul 10:00 Rikrik El Saptaria. Acting Handbook (Panduan Praktis Akting Untuk Film & Teater). Rekayasa Sains. Bandung 2006 39 Dolfi joseph (2011) LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN Pusat Apresiasi Film DI YOGYAKARTA diakses dari http://e-journal.uajy.ac.id/821/3/2TA11217. Pada 6 Maret 2015 pukul 10:00 38 http://digilib.mercubuana.ac.id/