tinjauan yuridis pelaksanaan remote trading system di bursa efek

advertisement
TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN REMOTE TRADING
SYSTEM DI BURSA EFEK JAKARTA BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG
PASAR MODAL
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan Guna meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
Pada Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh
Bunga Wahyuni
NIM : E. 0003117
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2008
PERSETUJUAN
Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan
Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
Dosen Pembimbing Skripsi
(Al. Sentot Sudarwanto, S.H, M.Hum)
NIP. 131 568 280
ii
PENGESAHAN
Penulisan hukum ( skripsi ) ini telah diterima dan dipertahankan oleh
Dewan Penguji Penulisan Hukum (skripsi ) Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari
: Rabu
Tanggal : 9 Januari 2008
DEWAN PENGUJI
1…………………………………( Munawar Kholil, S.H.,M.Hum. )
Ketua
2…………………………………( Diana Tantri C, S.H,M.Hum )
Sekretaris
3…………………………………( Al.Sentot Sudarwanto,S.H,M.Hum. )
Anggota
Mengetahui :
Dekan
(Moh.Jamin, S.H.,M.Hum)
NIP .131 570 154
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya,
bahkan Ia memberikan kekelan dalam hati mereka.
Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang
dilakukan ALLAH dari awal sampai akhir.
(Pengkhotbah 3 : 11)
Rancangan
TUHAN
adalah
rancangan
damai
sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan , untuk
memberikan kepadamu hari depan yang penuh
harapan.
(Yeremia 29:11)
Hanya dekat ALLAH saja aku tenang, dari pada-Nyalah
keselamatanku.
(Mazmur 62:2)
Karya sederhana ini kupersembahkan
untuk :
v
Kedua wanita yang amat kucintai,
Opungku yang ada di Surga, dan
Mbahku.
Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang
telah memberikan kasih sayang yang tulus
dan semangat yang begitu besar, kalian
adalah motivasi terbesarku.
Adi Pramono, Lidya Tiatira, dan Joshua
Prawira yang amat aku sayangi.
My soulmate someday
v
v
v
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang Karena
Kasih Karunia-NYA yang begitu besar kepada penulis, telah memberikan
perlindungan, kemudahan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penulisan
hukum
PELAKSANAAN
(skripsi)
REMOTE
dengan
TRADING
judul
“TINJAUAN
SYSTEM
DI
YURIDIS
BURSA
EFEK
JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995
TENTANG PASAR MODAL”.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan remote
trading system di Bursa Efek Jakarta, hambatan-hambatan apa saja dalam
pelaksanaan remote trading tersebut dan upaya- upaya dalam mengatasi
hambatan-hambatan tersebut..
Dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) Penulis tak lepas dari
bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari banyak pihak. Untuk itu,
perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga
kepada:
1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Al. Sentot Sudarwanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Penulisan
Hukum (Skripsi) yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk
memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam menyusun
Penulisan Hukum (Skripsi) ini.
3. Bapak Widodo T. Novianto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik
yang selalu memberikan nasehat dan bimbingan selama penulis menjadi
mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Hukum yang telah bersedia
memberikan ilmunya kepada penulis.
v
5. Bapak Bambang Aribowo selaku peneliti senior di PT. Bursa Efek Jakarta.
Terimakasih atas waktu dan informasi yang diberikan kepada penulis
selama melakukan penelitian.
6. Bapak Tri Herdianto selaku Kepala Sub Bag. Penetapan Sanksi Emiten
dan Perusahaan Publik, Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum
BAPEPAM serta Bapak Ridwan selaku staff ahli di BAPEPAM.
Terimakasih atas keterangan dan informasi yang diberikan selama
melakukan penelitian.
7. Kedua orangtuaku terkasih,Lidya, Joshua, serta Mas Adi, terimakasih
karena telah menjadi keluarga yang sempurna untukku, yang senantiasa
memberikan cinta dan kasih sayangnya, I love u all,,more than everything
in the world.
8. Keluarga besar Sinaga yang semangat kekeluargaannya begitu besar,
thanks buat Amangboru, Namboru, Uda , Inanguda, Amangtua n Inangtua
and saudara-saudaraku.
9. Daniel Togar Valentino Situmorang , thanks for your love and support,
thanks for all moments that we’ve been through, GOD Bless us in every
step we take.
10. Tim Suksesku, “The 24 Hour HaPPy Time Team” Hafid, Ozan, Vivie,,Big
Thanks buat lo smua cuy,gw gak bakal ngelupain semua kenangan kita di
solo. Keep our relationship, good luck buat semua perjuangan kita.
11. Sahabat-sahabat baikku semasa di Solo, Wiwie, Meta, Zabho, Winda,
Awal, Makasih ya buat semua kenangan gokil kita,,LovEs You All GaLs.
12. Teman-teman di Wisma Madani,Dinda,Citra,Mba Ita,Mami Femin,Mita,
Mba intan,Mawar,Dian, Diah,Lina, Mami D,and yang lain, tetep rukunrukun yah.
13. Sahabat-sahabat baikku di Jakarta yang telah memberikan warna-warni
dalam
hidupku,
Asri,
Mareta,
Ita,
Bon-Bon,Dina,
Mety,
Lisa,
Machan,Ndus,Fia keep in touch ya gals.
14. Semua teman-teman yang telah mendukungku, Nita Demak, Mas Doko,
Mba Fil, Mba Vita.
vi
15. Semua teman angkatan 2003: Ayu,Daniar,Pethonk,Atrie, Eko, Mita KMK,
Heri,dan semua teman angkatan 2003 lainnya. Serta Panitia Just A
Moment, Panitia Indisipliner Pro Justitia.
16. Semua teman magang Polres Sukoharjo Fakultas Hukum Universitas
Sebelas Maret Surakarta : Rizal, Remana, Bayu, Heri, Itok, Panji, Arfan,
Victory.
17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penyusunan skripsi ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik
yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan hukum
ini.
Surakarta, Januari 2008
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...........................................................................................
i
HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................
v
DAFTAR ISI....................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi
ABSTRAK .......................................................................................................... xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...........................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................
5
C. Tujuan Penelitian .....................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ...................................................................
6
E. Metode Penelitian ....................................................................
7
F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................. 13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori ........................................................................ 15
1. Tinjauan Umum Perjanjian Jual-Beli................................. 15
a) Pengertian Perjanjian.................................................... 15
b) Syarat Sahnya Perjanjian............................................. 16
c) Asas-asas Perjanjian...................................................... 16
d) Prestasi dan Wanprestasi............................................... 18
e) Berakhirnya Perjanjian................................................. 20
2. Tinjauan Umum Pasar Modal ............................................ 20
viii
a) Pengertian Pasar Modal ............................................... 20
b) Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ....... 21
c) Pelaku Pasar Modal...................................................... 24
d) Instrumen Pasar Modal ................................................ 30
e) Struktur Pasar Modal ................................................... 32
3. Tinjauan Umum Remote Trading System ......................... 35
a) Latar Belakang Remote Trading System ..................... 35
b) Pengertian Remote Trading System............................. 36
c) Perbedaan Remote Trading System dengan On-Line
Trading.......................................................................... 37
B. Kerangka Pemikiran................................................................. 38
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum PT. Bursa Efek Jakarta ................................ 41
B. Pelaksanaan Perdagangan Saham di PT. Bursa Efek
Jakarta… .................................................................................. 47
C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading
System Serta Upaya dalam Mengatasinya…………………… 66
1. Hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System.... 66
2. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan................................... 68
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan .............................................................................. 70
B. Saran......................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR :
Halaman
Gambar 1
Metode Analisis Interaktif ............................................................ 13
Gambar 2
Struktur Pasar Modal di Indonesia ................................................ 34
Gambar 3
Kerangka Pemikiran....................................................................... 40
Gambar 4
Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta.................................... 46
Gambar 5
Proses Perdagangan Efek Secara Manual........................................ 49
Gambar 6
Mekanisme Perdagangan di BEJ dengan Remote Trading System.. 52
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
I
Surat Permohonan Ijin Penelitian
Lampiran
II
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran
III
Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor : SE002/BEJ/03-2002 Tentang Perdagangan Efek Secara Jarak
Jauh (Remote Trading) di Bursa Efek Jakarta.
Lampiran
IV
Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor :
Kep-040/BEJ/0898 Tentang Peraturan Perdagangan Efek
Nomor II-A.5 Tentang Sanksi
Lampiran
V
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal
xi
ABSTRAK
BUNGA WAHYUNI, E 0003117, TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN
REMOTE TRADING SYSTEM DI BURSA EFEK JAKARTA
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995
TENTANG PASAR MODAL. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta Penulisan Hukum (Skripsi).2007.
Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan remote
trading system di Bursa Efek Jakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal, hambatan apa yang ada dalam pelaksanaan Remote
Trading System dan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan tersebut.
Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan
kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan mengambil lokasi penelitian di PT.
Bursa Efek Jakarta yang beralamat di Gedung Bursa Efek Jakarta lt.4 Tower 1, Jl.
Jendral Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan. Data yang digunakan dalam
penulisan hukum ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan
data dalam penulisan hukum ini adalah data primer dengan cara observasi dan
wawancara, serta data sekunder dengan cara studi pustaka. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah analisis data kualitatif dengan
model interaktif.
Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa pelaksanaan Remote Trading
System di Bursa Efek Jakarta dibuat untuk dapat mewujudkan pasar modal yang
teratur, wajar dan efisien berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal. Remote trading system dibuat untuk meminimalisir
pelanggaran yang sering terjadi pada sistem perdagangan secara manual. Dengan
Remote Trading System ini perdagangan efek menjadi lebih efisien dibanding
dengan perdagangan manual. Perlindungan hukum para pelaku pasar modal diatur
dalam Peraturan Bursa Efek Jakarta dan Undang-Undang tentang Pasar Modal.
Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Remote Trading System ini adalah
berupa hambatan secara teknis yakni kegagalan transaksi disebabkan primary fix
engine crash, kegagalan transaksi disebabkan backup fix engine crash, kegagalan
transaksi disebabkan JONEC machine crash, kegagalan transaksi disebabkan
database crash, dan kegagalan transaksi disebabkan force majeure serta hambatan
wanprestasi, yakni tidak dipenuhinya kewajiban dalam proses penyelesaian
transaksi. Solusinya adalah Bursa Efek menyediakan dua mesin yakni primary fix
engine dan back up engine yang dioperasikan secara paralel pada saat
perdagangan efek untuk menjamin kelancaran perdagangan, serta Bursa Efek
Indonesia akan memberikan sanksi yang tegas pada pihak yang melakukan
wanprestasi,untuk menjamin kembali lancarnya perdagangan.
Implikasi teoritis penelitian ini adalah memberikan sumbangan bagi
pengetahuan hukum perdata khususnya perdagangan dalam pasar modal,
sedangkan implikasi praktisnya adalah hasil penelitian ini dapat memberi
masukkan dan tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dan untuk
penelitian lebih lanjut.
xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan Pasar modal di Indonesia berkembang sejak zaman VOC
hingga era globalisasi kini. Pasar modal sejak zaman VOC tetap digunakan
oleh pemerintah sebagai sarana yang tepat untuk menghimpun dana dalam
jumlah yang besar. Pasar modal sendiri dibentuk dengan maksud untuk
memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional.
Dalam rangka
pembangunan nasional dan ekonomi suatu negara, diperlukan pembiayaan
yang bersifat terus menerus.
Pembiayaan
untuk
pembangunan
perekonomian
nasional
ini
membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk itu dibutuhkan dana tidak hanya
dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Pembiayaan negara ini didapat
dari pajak, maupun devisa negara dan lainnya. Untuk pembangunan yang
menyeluruh dalam suatu negara ada tiga faktor yang mendukung dan saling
terkait yakni faktor ekonomi, sosial dan politik. Dengan demikian untuk
menciptakan
suatu
pembangunan
nasional
yang
menyeluruh
maka
pembangunan secara ekonomi dan hukum harus berjalan seimbang, untuk itu
hukum harus terus fleksible dan beradaptasi agar dapat mengimbangi
perkembangan perekonomian.
Melalui visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP)
Tahun 2005-2025, dalam salah satu misinya disebutkan bahwa :
”Mewujudkan bangsa yang berdaya saing adalah mengedepankan
pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing ;
meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian,
pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan;
membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan
aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis
xiii
keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi ,
distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri”.
Selanjutnya dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 20052025, untuk memperkuat daya saing bangsa. Pembangunan nasional dalam
jangka panjang, salah satunya diarahkan untuk Memperkuat Perekonomian
Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing Global dan di dalamnya
dijelaskan bahwa :
”Investasi diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan
mewujudkan iklim investasi yang menarik; mendorong penanaman modal
asing bagi peningkatan daya saing perekonomian nasional; serta
meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai.
Investasi yang dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan demokrasi
ekonomi akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk pencapaian
kemakmuran bagi rakyat”.
Untuk itu Pasar modal dapat digunakan sebagai salah satu alternatif
pembiayaan pembangunan yang dapat digunakan bagi kemakmuran rakyat.
Karena pasar modal merupakan suatu wahana yang dapat memobilisasi
investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pada hakikatnya, yang
dimaksud dengan struktur permodalan adalah pencerminan dari perimbangan
antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan. Untuk
itu sumber pembiayaan jangka panjang seperti yang disediakan pasar modal
merupakan suatu keharusan bagi pembangunan nasional, dan untuk lebih
menyempurnakan pasar modal, agar lebih fleksible dan efisien serta untuk
menjamin kepastian hukum para pelaku pasar modal. Maka kemudian
pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang
Pasar Modal.
Perkembangan
aktifitas
perdagangan
di
pasar
modal
cukup
menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari data-data perdagangan saham di
Jakarta Stock Exchange. Dari segi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta pada tahun 1993-2003, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, dari
tahun 1993 yang hanya 172 perusahaan meningkat menjadi 329 perusahaan
xiv
pada tahun 2003. Namun aktifitas perdagangan sempat merosot pasca
kejadian ledakan bom di gedung Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 mei
tahun 2000. (JSX Statistic 1996 -2003). Akibat kejadian itu, terjadi gangguan
yang cukup signifikan pada sistem perdagangan, dan menimbulkan pemikiran
untuk meningkatkan keamanan dalam melakukan transaksi di Bursa Efek.
Salah satunya adalah menjadikan perdagangan saham tidak hanya
bergantung pada satu tempat saja yaitu di lantai Bursa Efek Jakarta. Untuk itu
seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesat, maka
para pelaku pasar modal harus segera beradaptasi dengan teknologi agar tidak
ketinggalan informasi untuk kemajuan pasar modal.
Kemajuan
Teknologi
Informasi
khususnya
komputer
sebagai
perangkat pengolah informasi, kini telah banyak mengalami perkembangan.
Semula komputer hanya berkemampuan untuk mengolah data yang berbentuk
uraian kata dan angka, maupun kombinasinya sekarang ternyata terus
berkembang semakin majemuk seiring dengan perkembangan teknologi
digital.
Kegiatan pasar modal khususnya perdagangan saham sangat
bergantung pada teknologi komputer yang menggunakan internet, dimana
perdagangan saham sekarang sudah tidak dapat lagi bergantung pada lantai
bursa, karena perdagangan saham menggunakan lantai bursa sudah tidak
dapat lagi dijadikan sebagai suatu ajang perdagangan yang fair, transparan
dan efisien.
Untuk itu pada tanggal 22 mei 1995, Jakarta Stock Exchange
menyediakan 444 terminal komputer untuk perdagangan saham di lantai
bursa. Terminal ini dikenal dengan istilah Trader Workstation atau booth
yang dihubungkan secara langsung dengan mesin perdagangan melalui
Jakarta Stock Exchange. Sistem ini kemudian lebih dikenal dengan Jakarta
Automated Trading System atau JATS. Pada sistem ini transaksi dilakukan
secara netting dengan berbasis komputer yang merupakan teknologi dasar
untuk menuju Scriptless Trading.
xv
Dengan menggunakan sistem ini, tercatat peningkatan dalam order
dari 3.800 transaksi per hari menjadi 140.000 order per hari pada tahun 1997.
(www.jsx.co.id/sistemperdagangan). Untuk lebih memperluas perdagangan,
dan untuk menuju terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien
yang tidak bergantung pada lantai bursa maka kemudian diterapkan sistem
perdagangan jarak jauh yang dikenal dengan Remote Trading System. Dalam
RTS yang menggunakan teknologi JATS ini, perdagangan saham nantinya
dapat dilakukan dari berbagai tempat pada terminal komputer yang terpasang
pada setiap perusahaan efek yang telah menjadi anggota Bursa Efek Jakarta,
bahkan di setiap kantor cabang anggota bursa di berbagai daerah dalam
wilayah hukum Indonesia.
Dengan adanya Remote Trading System ini tentu saja dapat
menguntungkan para pelaku pasar modal karena setiap investor di berbagai
pelosok daerah dalam wilayah hukum Indonesia dapat menjangkau bursa,
dan akses pasar akan semakin luas karena transaksi bisa dilakukan di kantor
masing-masing anggota bursa. Namun karena pasar modal adalah bisnis yang
juga didalamnya mengandung prinsip kepercayaan, maka perlindungan dan
kepastian hukum bagi para pelaku pasar modal sangat mutlak dibutuhkan.
Dengan adanya perlindungan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan
Remote Trading System ini maka diharapkan para pelaku pasar dan pemodal
yang akan menanamkan modalnya tidak ragu lagi untuk berinvestasi di
Indonesia dengan menggunakan sistem ini.
Berdasarkan uraian penulis diatas, penulis tertarik untuk melakukan
sebuah penulisan hukum dengan judul : “TINJAUAN YURIDIS
PELAKSANAAN REMOTE TRADING SYSTEM DI BURSA EFEK
JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN
1995 TENTANG PASAR MODAL”.
xvi
B. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam setiap
penelitian karena adanya perumusan masalah, berarti penulis telah
mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti, yang merupakan titik sentral
dalam setiap penelitian. Selain itu perumusan masalah yang jelas akan
mempermudah peneliti dalam pengumpulan data dan menghindari adanya data
yang tidak diperlukan sehingga penelitian akan lebih terarah pada sasaran
yang hendak dicapai.
Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah
dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pelaksanaan perdagangan efek melalui Remote Trading
system di PT. Bursa Efek Jakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal?
2. Hambatan- hambatan apa sajakah yang timbul dalam pelaksanaan
Remote Trading System dan bagaimana upaya dalam mengatasi
hambatan ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah di mana berbagai data dan
informasi dikumpulkan, dirangkai, dan dianalisa yang bertujuan untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan
masalah-masalah yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986 : 2).
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai
jawaban atas permasalahan yang dihadapi maupun untuk memenuhi kebutuhan
perorangan. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai
berikut :
xvii
1.
Tujuan Objektif
a) Untuk memperoleh gambaran
yang jelas mengenai pelaksanaan
perdagangan saham melalui Remote Trading System di PT. Bursa Efek
Jakarta.
b) Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam
pelaksanaan Remote Trading System di PT. Bursa Efek Jakarta dan
bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan.
2. Tujuan Subjektif.
a) Untuk memperoleh data-data sebagai bahan utama penyusunan
penulisan hukum agar dapat memenuhi persyaratan akademis guna
memperoleh gelar sebagai sarjana hukum pada Fakultas Hukum
Universitas sebelas Maret.
b) Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pelaksanaan perdagangan
saham melalui Remote Trading System di PT. Bursa Efek Jakarta.
c) Untuk memperluas serta mengembangkan pemahaman aspek hukum
dalam teori dan praktek lapangan hukum yang berguna bagi penulis,
dengan harapan bermanfaat di kemudian hari.
D. Manfaat Penelitian
Berdasarkan hal tersebut diatas, manfaat yang hendak dicapai oleh
penulis adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan
pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum keperdataan pada
umumnya dan ilmu pengetahuan mengenai pasar modal pada
khususnya.
b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti
yang akan datang.
xviii
2. Manfaat Praktis
a) Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti.
b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan
bagi masyarakat yang ingin melakukan jual beli saham melalui Remote
Trading System.
c) Guna mengembangkan penalaran, dan membentuk pola pikir yang
dinamis dan mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu
yang telah diperoleh.
E. Metode Penelitian
Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah
yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan
masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan tertentu
(Sumadi Suryabrata, 2003 : 11).
Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada
metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu
atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisa. Kecuali itu,
maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum
tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan (Soerjono
Soekanto, 1986 :2).
Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian yang
dilakukan ini termasuk dalam jenis penelitian empiris dengan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang
menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh
xix
responden secara tertulis maupun lisan dan juga perilakunya yang nyata,
yang diteliti dan dipelajari secara utuh (Soerjono Soekanto, 1986:32).
2. Sifat Penelitian
Dilihat dari sifatnya, bentuk penelitian ini termasuk penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan
untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau
gejala-gejala lainnya. Maksudnya terutama adalah untuk mempertegas
hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori
lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono
Soekanto, 1986: 10).
3. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di PT.
Bursa Efek Jakarta yang beralamat di Gedung Bursa Efek Jakarta lt. 4
Tower 1, Jl. Jendral Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan.
4. Jenis Data
Data dalam penelitian pada umumnya dapat dibedakan menjadi
data yang diperoleh langsung dari masyarakat maupun data yang didapat
dari bahan-bahan pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah :
a) Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian melalui wawancara, dan
dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
terkait seperti Bursa Efek Jakarta, dan Bapepam-LK.
xx
b) Data Sekunder
Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari dokumendokumen, laporan, peraturan perundang-undangan, Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, peraturan-peraturan lain
yang berkaitan dengan Remote Trading seperti Peraturan Keanggotaan
BEJ dan buku-buku, literatur tertulis lainnya yang berkaitan dengan
masalah yang diteliti.
5. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data dalam dalam penelitian adalah subyek
dimana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini meliputi :
a) Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari
sumber pertama yaitu perilaku masyarakat melalui penelitian
(Soerjono Soekanto, 1986: 12). Dalam penelitian ini, data langsung
diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait seperti
Bursa Efek Jakarta dan Bapepam-LK.
b) Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara
tidak langsung melalui bahan dokumen, Peraturan perundangundangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian lainnya.
xxi
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan dimaksudkan untuk memperoleh data dalam
penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut :
a) Data Primer
Data primer menggunakan studi lapangan, yaitu pengumpulan data
dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian untuk mengadakan
penelitian secara langsung. Untuk memperoleh data primer dalam
penelitian lapangan ini digunakan teknik pengumpulan data dengan
cara:
(1) Wawancara
Wawancara adalah situasai peran antar pribadi bertatap muka
( face to face), ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan
pertanyaan–pertanyaan
yang
dirancang
untuk
memperoleh
jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada
seseorang responden ( Amirudin & Zainal Asikin, 2004 : 82 ).
Jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara
mendalam, yaitu wawancara yang akan dilakukan dengan
pertanyaan
yang besifat open-ended, dan mengarah pada
kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak
secara formal terstruktur.
(2) Observasi
Suatu teknik pengumpulan data dimana penyusun mengadakan
pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap masalah yang
berkaitan dengan obyek yang akan diteliti
xxii
b) Data Sekunder
Teknik pengumpulan data untuk data sekunder ini adalah
melalui studi pustaka. Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data
dengan mempelajari buku-buku ilmiah , peraturan perundangundangan , arsip-arsip dan bahan lainnya yang berbentuk tertulis yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
7. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam
penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Dalam penelitian
kualitatif sumber data bisa berupa orang, peristiwa, lokasi, benda,
dokumen atau arsip. Beragam sumber tersebut menuntut cara tertentu yang
sesuai guna mendapatkan data. Pada penelitian kualitatif proses
analisisnya dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan
data (H.B.Sutopo 2002: 86).
Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of
analysis), yaitu model analisis dalam penelitian kualitatif yang terdiri dari
tiga komponen analisis yang dilakukan dengan cara interaksi, baik antar
komponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses
yang berbentuk siklus. Menurut H. B. Sutopo, ketiga komponen analisis
itu adalah sebagai berikut :
a) Reduksi Data
Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis
yang merupakan proses seleksi , pemfokusan, penyederhanaan, dan
abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang
pelaksanaan penelitian.
xxiii
b) Penyajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi,
deskripsi dalam bentuk narasi kalimat juga dapat meliputi berbagai
jenis matriks, gambar, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga table
sebagai pendukung narasinya.
c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasinya
Kesimpulan akhir merupakan hasil dari pemahaman atas
arti dari berbagai hal yang ditemukan peneliti dengan melakukan
pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan,
konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat dan proposisi yang
mungkin. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu yang pada awalnya
kurang jelas, kemudian meningkat secara eksplisit dan juga memiliki
landasan yang kuat. Kesimpulan akhir perlu diverifikasi agar cukup
mantap dan bisa dipertanggungjawabkan.
Dalam teknik analisis ini, peneliti tetap bergerak diantara
ketiga komponen analisis dan pengumpulan data selama pengumpulan
data berlangsung. Setelah pengumpulan data selesai , maka peneliti
bergerak antara ketiga komponen analisis tersebut hingga waktu
tersisa bagi peneliti berakhir ( H.B Sutopo, 2002 : 91-95)
Adapun model analisis interaktif yang digunakan dalam
penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut:
xxiv
Pengumpulan Data
Reduksi Data
Sajian Data
Penarikan Kesimpulan/
Verifikasi
Gambar 1.
Komponen-komponen Analisis Model Interaktif
(H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif)
F. Sistimatika Penulisan Hukum ( Skripsi )
Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai penulisan
hukum ini, maka dalam laporan penelitian nanti akan dibagi menjadi empat
bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub yang disesuaikan dengan luas
pembahasannya. Adapun sistimatika dari penulisan hukum sebagai berikut :
BAB I
: PENDAHULUAN
Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah
mengenai
pelaksanaan perdagangan saham melalui Remote
Trading System, perumusan masalah untuk mengarahkan isi agar
lebih jelas, tujuan penelitian yang dibedakan menjadi tujuan
obyektif dan subyektif, manfaat penelitian secara teoritis dan
praktis, metode penelitian yang digunakan yang meliputi jenis
penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, jenis data, sumber
data, teknik pengumpulan data , teknik analisis data, kemudian
diakhiri dengan sistimatika penulisan hukum ( skripsi ).
xxv
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi kajian pustaka dan teori yang berkenaan
dengan judul dan masalah yang diteliti yaitu : Tinjauan umum
Perjanjian Jual-beli, Tinjauan umum Pasar Modal, Tinjauan
umum Remote Trading System, serta kerangka pemikiran.
BAB III
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan
tentang pelaksanaan perdagangan saham melalui Remote Trading
System, mengenai pelaksanaannya, hambatan dalam pelaksanaan,
serta cara penyelesaiannya. Hasil penelitian yaitu melalui teknik
analisis data yang telah ditentukan dalam sub bab metode
penelitian.
BAB IV
: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian di lapangan.
Serta saran- saran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
oleh penulis.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xxvi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritis
1. Tinjauan Umum Perjanjian Jual-Beli
.
a) Pengertian Perjanjian
Menurut R. Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang lain
atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut
yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan
antara dua orang yang membuatnya. Berdasarkan Pasal 1313 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata, yang dimaksud perjanjian adalah
sebagai berikut:
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.”
Dan menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang
dimaksud perjanjian jual-beli yakni :
“Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu
mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.”
Apabila disimpulkan, perjanjian mengandung unsur-unsur
sebagai berikut (Abdulkadir Muhammad, 1990: 79):
(1) Adanya pihak-pihak yang paling sedikit dua orang;
(2) Persetujuan antara pihak-pihak tersebut;
xxvii
(3) Tujuan yang akan dicapai;
(4) Prestasi yang akan dilaksanakan;
(5) Bentuk tertentu, bisa lisan atau tertulis;
b)
Syarat Sahnya suatu perjanjian
Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat :
(1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
(2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
(3) Suatu hal tertentu
(4) Suatu sebab yang halal
Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, Jual-beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak,
seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang
kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum
diserahkan maupun harganya belum dibayar.
c)
Asas-asas Perjanjian
Dalam Hukum Perjanjian dapat dijumpai beberapa asas
penting yang perlu diketahui. Asas tersebut antara lain sebagai
berikut :
(1) Asas kebebasan berkontrak
Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi:
“Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya”.
xxviii
Dari pasal tersebut dapat di ketahui bahwa undangundang memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja,
asalkan tidak melanggar kesusilaan ketertiban umum dan
undang-undang.
(2) Asas konsensualisme
Arti asas konsensualisme adalah pada dasarnya
perjanjian dan perikatan, timbul seketika sejak detik tercapainya
kesepakatan antara kedua pihak yang melakukan perjanjian.
(3) Asas kekuatan mengikat
Asas ini disebut juga asas pacta sunt servanda, yang
memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang membuat
perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat dan
berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak.
(4) Asas kepercayaan
Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain
menumbuhkan kepercayaan di antara kedua belah pihak
tersebut, bahwa satu sama lain akan memegang janjinya,
dengan kata lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari.
(5) Asas keseimbangan
Asas ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk
menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun
kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjian itu
dengan itikad baik. (Mariam Darus Badrulzaman, 1993: 109114)
xxix
d) Prestasi dan Wanprestasi
(1) Prestasi
Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi
oleh debitur dalam suatu perjanjian. Menurut Pasal 1234
KUHPerdata, prestasi tersebut dapat berupa memberikan
sesuatu, berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu (Abdulkadir
Muhammad, 1990:17). Ketiganya dapat dijelaskan sebagai
berikut :
a) Memberikan sesuatu
Dalam Pasal 1235 KUHPerdata disebutkan bahwa
“ kewajiban debitur untuk menyerahkan benda yang
bersangkutan”. Arti memberikan dalam hal ini adalah
menyerahkan kekuasaan nyata atas benda debitur kepada
kreditur misalnya, dalam perjanjian sewa menyewa,
pinjam pakai.
b) Berbuat sesuatu
Berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan yang
telah ditetapkan dalam perjanjian. Jadi wujud dari prestasi
tersebut adalah melakukan perbuatan tertentu, misalnya
melakukan
perbuatan
membongkar
tembok,
mengosongkan rumah, dan sebagainya.
c) Tidak berbuat sesuatu
Tidak berbuat sesuatu berarti tidak melakukan
perbuatan seperti yang telah diperjanjikan. Jadi wujud
prestasinya adalah tidak melakukan perbuatan, misalnya
tidak membuat persaingan yang telah diperjanjikan, tidak
xxx
membuat tembok yang terlalu tinggi, dan sebagainya.
Apabila ada pihak
yang ingkar maka ia harus
bertanggung
atas
jawab
akibatnya
(
Abdulkadir
Muhammad, 1986 :102 ).
(2) Wanprestasi
Seseorang yang tidak melakukan prestasinya yang
merupakan kewajibannya di dalam suatu perjanjian, disebut
sebagai melakukan “wanprestasi”.
Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan debitur
untuk tidak mau melaksanakannya, maupun kelalaian debitur
untuk tidak melaksanakannya. Dalam hal debitur memang
secara sengaja tidak mau melaksanakannya, diatur dalam
ketentuan KUHPerdata Pasal 1236 dan Pasal 1239 (Kartini
Muljadi, Gunawan Widjaja, 2003:70). Tidak terpenuhinya
kewajiban tersebut ada 2 (dua) kemungkinan alasan, yaitu:
a) Karena kelalaian debitur, baik karena kesengajaan maupun
karena kelalaian.
b) Karena keadaan memaksa (force majeur) atau diluar
kemampuan debitur, debitur tidak bersalah.
Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang dapat berupa :
a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan.
b) Melakukan apa yang dijanjikan , tetapi tidak sebagaimana
yang dijanjikan.
c) Melakukan apa yang telah dijanjikan tetapi tidak tepat pada
waktunya.
xxxi
d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh
dilakukan.
e) Berakhirnya Perjanjian
Persetujuan atau perjanjian dapat berakhir karena :
(1) Ditentukan dalam perjanjian;
(2) Ditentukan oleh undang-undang;
(3) Pernyataan menghentikan persetujuan;
(4) Tujuan telah tercapai;
(5) Dengan persetujuan para pihak.
Menurut Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
hapusnya suatu perikatan. Dapat disebabkan karena :
(1)
Pembayaran;
(2)
Penawaran pembayaran tunai;
(3)
Pembaharuan utang (novasi)
(4)
Perjumpaan utang atau kompensasi;
(5)
Percampuran utang;
(6)
Pembebasan utang;
(7)
Musnahnya barang yang terutang;
2. Tinjauan Umum Pasar Modal
a) Pengertian Pasar Modal
Pasar (Market) merupakan sarana yang mempertemukan
aktivitas pembeli dan penjual untuk suatu komoditas atau jasa. Pasar
modal sebagaimana pasar pada umumnya adalah merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli. Menurut Munir Fuadi (1996 :10),
pasar modal (capital market), yaitu suatu tempat atau sistem bagaimana
xxxii
cara dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu
perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat
efek yang baru dikeluakan. Maka pasar modal pada hakikatnya adalah
pasar
dalam pengertian abstrak yang sekaligus konkret. Dikatakan
abstrak sebab yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah dana-dana
jangka panjang yang merupakan benda abstrak. Dikatakan konkret
karena perdagangan tersebut terwujud dalam bentuk jual beli surat-surat
berharga atau sekuritas ditempat perdagangan.
Sementara itu menurut pasal 1 ayat 13 Undang-undang
No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan pasar
modal adalah seluruh kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan
dengan efek. Dengan demikian, undang-undang pasar modal dalam
memberi arti kepada pasar modal tidak memberi suatu definisi secara
menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para
pelaku dari suatu pasar modal (Munir Fuadi, 1996 : 11).
b)
Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia
Mengenai sejarah pengaturan pasar modal di Indonesia tidak
terlepas dari sejarah pertumbuhan dan perkembangan pasar modal itu
sendiri. Menurut M. Irsan Nasarudin, sejarah pasar modal itu sendiri
dapat dibagi dalam :
(1) Periode Permulaan ( 1878-1912)
Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai
pada abad ke-19. menurut buku Effectengids yang dikeluarkan
Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transakasi efek
telah berlangsung sejak 1880. pada tahun 1878 terbentuk perusahaan
yang cikal bakal PT.Perdanas, menjadi pedagang perantara untuk
xxxiii
perdagangan komunitas dan sekuritas, yaitu Dunlop & Koff. Dengan
demikian karena belum ada bursa resmi, maka dapat dikatakan
bahawa periode ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal
Indonesia.
(2) Periode Pembentukan Bursa (1912-1925)
Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi
bursa yang resmi belum ada. Akhirnya pada tahun 1912 pemerintah
Belanda membentuk
Amsterdamse Effectenbeurs di batavia.
Sehingga resmilah pada saat itu mulai beroperasi bursa efek pertama
di Indonesia. Setelah berdirinya Bursa Efek Batavia, maka pada
periode ini terbentuk Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek semarang.
Pada awal pendirian bursa Batavia terdapat 13 anggota bursa. Efek
yang diperjualbelikan adalah berupa saham dan obligasi perusahaanperusahaan Belanda yang beroperasai di Indonesia.
(3) Periode Awal kemerdekaan (1925-1952)
Perkembangan Efek pada periode ini berlangsung marak,
namun tidak bertahan lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi
pada tahun 1929 dan pecahnya Perang dunia II. Setelah ditutup pada
tahun 1940 Bursa Efek Jakarta kembali dibuka. Akan tetapi aktifnya
tidak berlangsung lama karena Jepang masuk ke Indonesia, dan bursa
Efek Jakarta kembali ditutup. Pada Periode ini pemerintah Indonesia
mengeluarkan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1953 yang
kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No.15 Tahun 1952
yang mengatur Bursa Efek.
(4) Periode kebangkitan (1952-1976)
Pada tahun 1952 menjadi tonggak sejarah pasar modal
Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya undang-undang No.15
xxxiv
Tahun 1952 sebagai Undang-Undang Darurat yang kemudian
ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa. Tetapi, dalam periode ini
kebangkitan bursa mengalami hambatan. Kondisi ini diperparah
dengan adanya sengketa Irian Barat dan tingginya inflasi yang
mencapai 65%. keadaan itu mengguncangkan sendi perekonomian
dan kepercayaan masyarakat menjadi berkurang terhadap pasar
modal.
(5) Periode pengaktifan kembali (1977-1987)
Pada era ini Bursa Efek mulai digalakkan kembali,
momentumnya adalah dengan keluarnya Keppres No.52 Tahun 1976
tentang Pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal, serta Keppres
No.25 Tahun 1976 mengenai Pembentukan Dana Reksa. Selanjutnya
dikeluarkanlah beberapa putusan Menteri Keuangan yang mengatur
lebih rinci dan lebih operasional tentang pelaksanaan Bursa Efek
tersebut, antara lain SK Menkeu No. 1670 Tahun 1976 tentang
Penyelenggaraan Bursa, SK Menkeu No. 1672 Tahun 1976 tentang
Tata Cara Menawarkan Efek kepada Masyarakat melalui Bursa dan
lain sebagainya.
Dengan adanya berbagai peraturan dan kebijaksanaan
tersebut, maka Bursa Efek sudah mulai terus berkembang sampai
akhirnya tiba era baru dalam perekonomian Indonesia, yaitu “Era
Liberalisme Perdagangan” yang ditandai dengan diberlakukannya
berbagai deregulasi ekonomi yang menghasilkan suatu keadaan
perekonomian yang semakin liberal dan terbuka.
(6) Periode Deregulasi ( 1987-1995)
Pada periode ini sejalan dengan perkembangan ekonomi dan
semakin besarnya kebutuhan dana untuk menggerakkan roda
perekonomian, pemerintah meluncurkan sejumlah paket deregulasi
xxxv
dan kebijakan penting di bidang pasar modal. Sedemikian banyaknya
perusahaan-perusahaan yang mencari dana lewat pasar modal,
sehingga pada masa itu masyarakat luas pun berduyun-duyun untuk
menjadi investor. Pasar modal mengalami perkembangan yang
sangat pesat pada periode ini.
(7) Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang)
Dampak positif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan
kepercayaan investor dan perusahaan terhadap pasar modal
Indonesia. Puncak kepercayaan itu ditandai dengan lahirnya UndangUndang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang komprehensif
dan modern, karena memgacu pada aturan-aturan yang berlaku
secara internasional.
(8) Periode Independensi Bapepam-LK
Menurut
Undang-Undang
Pasar
Modal,
Bapepam-LK
bertugas untuk menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan
efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat.
Bapepam-LK mempunyai kewenangan yaitu untuk melakukan
pembinaan, pengaturan dan pengawasan. Untuk mengefektifkan
tugas tersebut, independensi Bapepam menjadi suatu hal yang amat
penting untuk menegakkan hukum secara konsisten, imparsial, dan
adil.
c) Pelaku Pasar Modal
Pelaku pasar modal sebenarnya adalah juga lembaga yang
terkait dalam pasar modal. Keterlibatan para pelaku pasar bersifat terusmenerus, dan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan lembaga pasar modal itu sendiri. Para pelaku pasar modal
adalah pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal yang satu
xxxvi
sama lain mempunyai peranan, tanggung jawab, dan fungsi yang saling
melengkapi satu sama lain. Dasar pengaturan pelaku pasar modal ini
terdapat dalam Keppres No.53/1990 dan Keputusan Menteri Keuangan
No.1548/KMK 013/1990. Munculnya kebijaksanaan ini dimaksudkan
agar tercipta iklim peningkatan profesional dan mekanisme keterbukaan
pasar.
Para pelaku pasar modal dapat digolong-golongkan ke dalam
beberapa kategori sebagai berikut :
(1) Kategori Pelaku Investasi, merupakan investor di pasar modal, baik
investor domestik maupun investor asing, baik investor individual
maupun investor institusional.
(2) Kategori Penarik Modal, yang terdiri dari pihak yang mengemisi
suatusekuritas (emiten), atau pihak perusahaan publik
(3) Kategori Penyedia fasilitas, yang merupakan pihak-pihak yang
menyediakan fasilitas atau tempat tertentu terhadap kegiatan pasar
modal, yaitu :
a) Bursa Efek
Sebagai penyedia fasilitas pasar secara fisik. Di
Indonesia terdapat dua bursa, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ),
dan Bursa Efek Surabaya (BES). Suatu Bursa Efek berfungsi
sebagai :
i)
Menyediakan sarana perdagangan.
ii)
Membuat aturan (aturan bursa).
iii)
Menyediakan informasi pasar.
iv)
Memberikan layanan kepada anggota bursa, emiten
dan publik.
xxxvii
Sebagai institusi yang diberikan kewenangan oleh
undang-undang untuk membuat dan menetapkan peraturan
bagi anggota Bursa Efek, di mana hal itu merupakan
cerminan
dan
fungsinya
sebagai
Self
Regulatory
Organization (SRO). Ketentuan Bursa Efek mempunyai
ketentuan hukum yang mengikat bagi para pihak.
b) Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP)
LKP dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan
jasa kliring yaitu yang merupakan suatu proses yang digunakan
untuk menetapkan hak dan kewajiban para anggota Bursa Efek
atas transaksi
yang mereka lakukan sehingga mereka
mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing.
c) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP)
Merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk
menyediakan fasilitas jasa kustodian sentral bagi Bank
Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. Saat ini efek
diselenggarakan oleh PT.Kustodian Sentral Efek Indonesia
(Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin 2001 : 18).
(4) Kategori Pengawas
Kategori Pengawas adalah sekelompok pihak yang oleh
hukum diberikan tugas-tugas pengawasan sehingga jalannya
kegiatan pasar modal dapat lebih tertib, adil, efektif dan efisien.
Kelompok ini terdiri dari Bapepam, yang memang diberi tugas
khusus untuk mengawasi jalannya pasar modal. Disamping itu,
masih ada pihak-pihak lain yang meskipun tidak diberi tugas
secara khusus untuk mengawasi jalannya kegiatan pasar modal
namun dalam pekerjaan sehari-hari masih ada kemungkinan ikut
xxxviii
mengawasi
pasar modal
ini. Seperti
pihak-pihak
instansi
pemerintah seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia,
Kepolisian, dan lain-lain.
(5)
Kategori Penunjang
Kategori Penunjang adalah segolongan pihak yang oleh
hukum dikelompokan sebagai pihak yang mempunyai fungsi untuk
ikut menunjang pasar modal. Kategori penunjang ini dibagi lagi
kedalam dua kategori yang lebih kecil yaitu Lembaga Penunjang
dan Profesi Penunjang.
a) Lembaga Penunjang Pasar Modal terdiri dari :
i) Bank Kustodian, merupakan lembaga penunjang pasar
modal yang bertugas melakukan jasa penitipan dan
penyimpanan efek milik pemegang rekening;
ii) Biro
Administrasi
efek,
merupakan
lembaga
yang
mempunyai wewenang untuk mendaftarkan pemilikan efek
dalam daftar buku pemegang saham emiten dan melakukan
pembagian hak yang berkaitan dengan efek;
iii) Wali Amanat, adalah lembaga yang diberikan wewenang
untuk mewakili kepentingan pihak investor surat utang
yang diperdagangkan lewat pasar modal.
c) Profesi Penunjang Pasar Modal, terdiri dari :
i)
Akuntan, dalam hal ini pihak akuntan bertugas untuk
memeriksa dan melaporkan segala sesuatu yang berkenaan
dengan masalah keuangan dari emiten;
ii) Konsultan Hukum, konsultan hukum pasar modal diberi
tugas melakukan, membuat dan bertanggung jawab
xxxix
terhadap dokumen legal audit dan legal opinion, yang
mencerminkan segala sesuatu yang berkenaan dengan
hukum dari suatu perusahaan terbuka;
iii) Penilai, bertugas untuk menilai aset-aset dari sebuah
perusahaan terbuka untuk kemudian dilaporkan menurut
cara-cara yang digariskan oleh ketentuan yang berlaku;
iv) Notaris, merupakan pihak yang dibebankan tugas untuk
membuat dan mengaktakan dokumen-dokumen tertentu
untuk kepentingan pasar modal;
v)
Profesi lain-lain, harus ditetapkan minimal dalam bentuk
peraturan pemerintah.
(6) Kategori Pengatur Emisi dan Transaksi
Kelompok ini terdiri dari :
a) Penjamin Emisi, merupakan pihak yang melakukan usahausaha penjaminan emisi saham (underwriting) bagi suatu
emiten, yakni merupakan pihak yang membuat kontrak dengan
emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan
emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek
yang tidak terjual.
b) Wakil Penjamin Emisi, merupakan orang perorangan yang
telah mendapat izin dari Bapepam, untuk bertindak mewakili
kepentingan perusahaan efek untuk kegiatan yang bersangkutan
dengan penjaminan emisi efek;
c) Perantara Pedagang efek, merupakan pihak yang melakukan
kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau
untuk kepentingan pihak lain;
xl
d) Wakil Perantara Pedagang Efek, ini merupakan orang
perorangan yang telah mendapat izin dari Bapepam yang
bertugas untuk mewakili kepentingan perusahaan efek untuk
kegiatan yang bersangkutan dengan pelaksanaan perdagangan
efek.
(7) Kategori Pengelolaan dan Konsultasi
Kelompok yang termasuk dalam kategori pengelolaan
dan konsultasi yaitu :
a) Manajer Investasi, merupakan pihak yang kegiatan usahanya
mengelola portofolio untuk para nasabah atau mengelola
portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah,
kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang
melakukan sendiri keiatan usahanya berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud portofolio
disini yaitu kumpulan efek yang dimiliki oleh orang
perorangan,
perusahaan,
usaha
bersama,
asosiasi,
atau
kelompok yang terorganisasi;
b) Wakil Manajer Investasi, merupakan orang perorangan yang
bertindak mewakili kepentingan perusahaan efek untuk
kegiatan yang bersangkutan dengan pengelolaan portofolio
efek;
c) Penasihat Investasi Perorangan, merupakan orang-perorangan
yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan
atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa;
d) Penasihat Investasi berbentuk Perusahaan, dalam hal ini
pemberian nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau
xli
pembelian efek juga dengan memperoleh imbalan jasa yang
dilakukan oleh suatu perusahaan;
e) Reksa Dana, merupakan suatu wadah yang dipergunakan untuk
menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya
diinvestasikan ke dalam portofolio efek (Munir Fuadi, 1996 :
39).
d) Instrumen Pasar Modal
Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek dalam
bentuk instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal
(equity) dan utang. Pasar modal merupakan tempat orang membeli atau
menjual surat efek yang baru dikeluarkan. Arti efek menurut Undang –
undang Pasar Modal Pasal 1 ayat 5 adalah surat berharga, yaitu surat
pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti
utang.
Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka
atas efek, dan setiap derivative dari efek. Dengan demikian, pasar modal
Indonesia memperdagangkan efek dalam wujud instrumen modal dan
utang, instrumen derivative seperti surat pengganti atau bukti sementara
dari efek,bukti keuntungan dan surat-surat jaminan, hak-hak untuk
memesan atau membeli saham atau obligasi , warrant dan option. Secara
umum instrumen pasar modal dapat dibedakan atas beberapa kategori :
(1) Saham
Saham
adalah
penyertaan
modal
dalam
pemilikan
suatu Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Ada
dua macam jenis pemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham
atas tunjuk. Saham atas nama yaitu saham yang nama pemiliknya
tertera diatas saham tersebut, sedangkan saham atas tunjuk yakni
saham yang nama pemiliknya tidak tertera di atas saham tersebut.
xlii
(2) Obligasi
Obligasi adalah surat tanda meminjamkan uang yang
mempunyai jangka waktu tertentu, biasanya lebih dari satu tahun.
Maka, pada hakikatnya obligasi adalah suatu tagihan uang atau
beban/tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan
obligasi tersebut, pemegang atau pembeli obligasi memperoleh
keuntungan berupa tingkat tertentu yang dibayarkan oleh perusahaan
yang mengeluarkan obligasi tersebut.
(3) Derivatif dari Efek
Terdapat beberapa jenis efek yang ditawarkan kepada
publik yang sebenarnya hanya kelanjutan saja dari efek yang telah
terlebih dahulu dipasarkan. Efek-efek tersebut yaitu :
a) Obligasi Konvertible
Adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu
selama masa tertentu, dengan perbandingan dan/atau harga
tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten.
b) Waran
Adalah efek yang dapat memberi hak kepada pemegang
saham prioritas suatu hak istimewa untuk membeli saham biasa
dan lain-lain ;
c) Saham Bonus
Pembagian saham bonus untuk memperkecil harga saham
yang bersangkutan, yang akan menurunkan harga karena
pertambahan saham baru tanpa memasukkan saham baru dalam
perusahaan ;
xliii
d) Saham Deviden
Keuntungan perusahaan dapat dibagi menjadi dalam
bentuk tunai maupun saham deviden. Dalam hal ini perusahaan
tidak membagi deviden tunai, perusahaan dapat memberikan
saham baru bagi pemegang saham. Alasan perusahaan membagi
saham deviden adalah karena perusahaan ingin menahan laba
yang bersangkutan di dalam perusahaan untuk digunakan sebagai
modal kerja ;
e) Sertifikat Reksa Dana
Adalah sertifikat yang menunjukkan bahwa pemodal ikut
berinvestasi dalam portofolio efek yang dibuat berdasarkan
kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang
selanjutnya akan diinvestasikan ke dalam pasar uang dan pasar
modal.
f) Right/klaim
Menunjukkan bukti hak memesan saham terlebih dahulu
yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang
saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh
perusahaan,
sebelum
saham-saham
yang
baru
tersebut
ditawarkan kepada pihak lain. Bila pemegang saham tidak
bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka
bukti right yang dimilikinya dapat diperjualbelikan di bursa.
( Rusdin, 2005 : 68 ).
e) Struktur Pasar Modal
Struktur pasar modal tertinggi di Indonesia berada pada
Menteri Keuangan menunjuk Bapepam-LK, yang merupakan
lembaga pemerintah yang bertugas untuk melakukan pembinaan,
pengaturan, dan pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan
xliv
mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar,
dan efisien serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal.
Sebagai Self Regulation Organization diserahkan kepada
Bursa
Efek.
Bursa
efek
bertindak
sebagai
pihak
yang
menyelenggarakan dan menyediakan system dan atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual-beli efek pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek diantara mereka. Bursa efek berdampingan
dengan Lembaga Kliring Penjamin dan Lembaga Penyimpanan dan
Penyelesaian. Dan di urutan berikutnya adalah para pelaku pasar
modal
yaitu, perusahaan
efek,
lembaga
penunjang,
profesi
penunjang, pemodal, perusahaan publik dan reksa dana. (Rusdin,
2006:12). Berikut adalah bagan struktur pasar modal di indonesia :
xlv
Struktur Pasar Modal di Indonesia
OTORITAS PASAR MODAL
MENTERI
KEUANGAN
BAPEPAM-LK
SELF REGULATORY ORGANIZATION
BURSA EFEK
LEMBAGA KLIRING
LEMBAGA PENYIMPANAN
DAN PENJAMINAN
DAN PENYELESAIAN
PELAKU PASAR MODAL
PERUSAHAAN EFEK
LEMBAGA PENUNJANG
PROFESI
EMITEN
PENUNJANG
- PENJAMIN EMISI
- BIRO ADMINISTRASI EFEK
- AKUNTAN
- PERANTARA
- BANK KUSTODIAN
- KONSULTAN
PEDAGANG EFEK
- MANAJER
INVESTASI
- WALI AMANAT
HUKUM
- PENASEHAT INVESTASI
- PENILAI
- PEMERINGKAT EFEK
- NOTARIS
- PERUSAHAAN
PUBLIK
- REKSA DANA
Gambar 2. Struktur Pasar Modal di Indonesia ( Rusdin, 2005 :12 ).
xlvi
2. Tinjauan Umum Remote Trading System
a) Latar Belakang Remote Trading System
Pasar Modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia
usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, memiliki
peranan strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional.
Dalam rangka mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar,
dan efisien dibutuhkan suatu pengawasan yang baik. Sebagaimana
tertuang dalam cetak biru Pasar Modal Indonesia Tahun 2000-2004
bahwa visi pasar modal Indonesia adalah sebagai penggerak ekonomi
nasional yang tangguh dan berdaya saing global. Selain itu untuk
menciptakan sistem perdagangan yang aman, efisien, dan likuid.
Kegiatan perdagangan efek membutuhkan suatu sistem yang
transparan yang dapat menjamin efisiensi, keamanan, dan likuiditas.
Kegiatan perdagangan tidak hanya menyangkut transaksinya saja, tetapi
juga menyangkut kliring, penyelesaian, dan penyimpanan efek. Untuk
mencapai tujuan ini, perlu diterapakan sistem pemindah-bukuan secara
elektronik. Melalui sistem ini, pemodal tidak perlu lagi memiliki efek
secara fisik (dematerialisasi), tetapi kepemilikannya cukup diwujudkan
dalam rekening efek secara elektronik.
Hal ini dimaksudkan agar pasar modal indonesia memiliki
pelaku
pasar
pertumbuhan
yang
tangguh,
perekonomian
sehingga
nasional,
mampu
dimana
meningkatkan
selanjutnya
pengembangan pasar modal indonesia diarahkan pada peningkatan
berbagai aspek yang bernilai strategis dalam meningkatkan daya saing
global yaitu keterbukaan informasi, efisiensi pelaksanaan transaksi di
pasar sekunder, sumber daya manusia, regulasi dan penegakan hukum.
Upaya untuk mewujudkan pasar modal Indonesia menjadi
penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan berdaya saing global,
xlvii
serta untuk mewujudkan kegiatan perdagangan yang aman, efeisisen,
dan likuid. Maka infrastruktur di pasar modal indonesia perlu pula secara
terus-menerus dikembangkan sehingga dapat
memenuhi standar
internasional.
Salah satu aspek yang dilakukan adalah pengembangan
infrastruktur perdagangan dengan menggunakan teknologi mutakhir,
yaitu dengan menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading
System) di Bursa Efek Jakarta. Penerapan sistem ini diharapkan dapat
mendukung kecepatan dari meningkatkan efisiensi bertransaksi yang
pada akhirnya mampu mengangkat citra Pasar Modal Indonesia dalam
rangka penggalangan modal baik dari dalam maupun luar negri. (Bursa
Bapepam, 2002:12).
b) Pengertian Remote Trading System
Salah satu misi PT. Bursa Efek Jakarta dan seluruh pelaku di
pasar modal adalah mengembangkan dan meningkatkan jumlah pemodal
local sehingga nantinya diharapkan pemodal local mampu menjadi
tulang punggung bagi pengembangan pasar modal. Begitu juga dengan
kemajuan globalisasi yang sedemikian cepat, menuntut PT. Bursa Efek
Jakarta untuk terus berbenah diri beradapatasi dengan kemajuan
teknologi dan informasi yang dapat meningkatkan kinerja PT. Bursa
Efek Jakarta. Dalam rangka menciptakan perdagangan yang fair,
transparan, efisien dan pasar yang efektif bagi para investor maka pada
tahun 1995.
PT. Bursa Efek Jakarta menerapkan otomatisasi perdagangan
dengan menggunakan sarana komputer atau yang dikenal dengan nama
Jakarta Automated Trading System (JATS). Kemudian pada tanggal 28
maret 2002, PT. Bursa Efek Jakarta memperkenalkan sistem Remote
Trading
untuk
menggantikan
xlviii
sistem
sebelumnya
yang
lebih
konvensional. Remote Trading System adalah sistem perdagangan jarak
jauh yang dapat dilakukan oleh anggota bursa dari kantor anggota bursa
masing-masing dimana setiap order langsung dikirim ke sistem
perdagangan Bursa efek tanpa perlu memasukkan order melalui lantai
bursa.
Proses eksekusi order oleh trader tetap ada namun dilakukan
pada komputer anggota bursa yang selama ini dilakukan di lantai bursa.
Sistem untuk mengakses Remote Trading System biasanya disediakan
oleh PT. Bursa Efek Jakarta melalui terminal atau jaringan yang
menghubungkan antara sistem perdagangan bursa efek dengan sistem
anggota bursa. Anggota bursa dapat mengembangkan sistem tersebut
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya masing-masing.
Remote Trading System
dirasakan mampu mengakomodir
penyampaian informasi yang cepat dan akurat. Hal ini sesuai dengan
tuntutan
dari
industri
sekuritas
yang
memerlukan
kemampuan
pemanfaatan teknologi informasi yang cepat, tepat dan akurat serta
seketika. Keberadaan lantai bursa sebagai perantara proses penyampaian
transakasi antara anggota bursa dengan bursa, dapat menjadi
penghambat untuk mengetahui hasil transaksi dengan cepat. PT. Bursa
Efek Jakarta
harus menanggung biaya lebih besar bila masih
menggunakan lantai bursa. Hal ini disebabkan masih diperlukannya
biaya yang besar untuk lantai bursa dan juga biaya komunikasi dealer
dengan floor trader anggota bursa. (Bursa Bapepam, 2002:13).
c) Perbedaan Remote Trading System dengan On-line Trading
Remote Trading System dan On-line Trading System pada
dasarnya sama yakni proses jual beli efek dengan sistem jarak jauh.
Perbedaanya adalah dalam hal proses memasukkan order. Pada sistem
perdagangan Remote Trading, proses memasukkan order hanya dapat
xlix
dilakukan melalui komputer yang ada di kantor anggota bursa dan
diteruskan ke sistem Bursa Efek.
Sistem yang digunakan oleh anggota bursa haruslah sistem khusus
berupa terminal yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bursa
Efek. Sistem ini dapat dikembangkan sendiri oleh anggota bursa atau
dengan cara menggunakan ASP (Application Service Provider). Pada
sistem perdagangan On-line Trading memungkinkan pemodal dapat
langsung memasukkan ordernya ke sistem anggota bursa melalui
fasilitas teknologi yang tersedia seperti ; ATM, ponsel, internet dan
sebagainya.
Order investor tersebut akan divalidasi oleh sistem anggota bursa
secara otomatis atau elektronik apakah mmenuhi syarat dari segi
kesiapan dana dan atau efek. Dalam hal order tersebut memenuhi
persyaratan, maka secara elektronik pula order tersebut akan diteruskan
oleh sistem anggota bursa efek ke Trading Engine di bursa (Straight
Through Processing). Dalam hal ini anggota bursa efek tidak melakukan
reinput order tersebut. Selanjutnya proses transaksi bursa akan terjadi
berdasarkan ketentuan dan peraturan bursa. Dengan demikian dalam
proses On line trading, investor dapat langsung memasukkan ordernya
setelah itu semua proses mulai dari validasi, konfirmasi, eksekusi ke
anggota bursa dan bursa dilakukan secara.otomatis. (Bursa Bapepam,
2002:14).
B. Kerangka Pemikiran
Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat memobilisasi
dana baik dari dalam maupun luar negri. Pasar modal sangat dipengaruhi oleh
kondisi politik dan perokonomian, maka apabila kondisi politik tidak kondusif
maupun kondisi ekonomi sedang melemah maka keadaan pasar modal pun
akan menurun. Seiring dengan kondisi politik dan perekonomian yang
l
berkembang dan sejalan dengan kemajuan era globalisasi, maka pasar modal
pun beradaptasi dengan perkembangan tersebut.
Dalam rangka kemajuan dan perkembangan pasar modal, maka
para pihak yang terlibat dalam pasar modal harus ikut berbenah diri untuk
menciptakan kondisi pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien sesuai
dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Karena
Pasar Modal merupakan salah satu indikator perekonomian nasional, dan
diharapkan pasar modal dapat menunjukkan peran pentingnya di masa datang.
Untuk mendukung terciptanya pasar modal sesuai dengan Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 Tentang pasar Modal, kemudian Bursa Efek Jakarta
menerapkan Remote Trading System untuk memudahkan para pelaku pasar
dalam bertransaksi.
Dalam sistem ini perdagangan saham nantinya dapat dilakukan di
setiap kantor anggota bursa masing-masing yang terdapat di seluruh daaerah
dalam wilayah hukum Indonesia, dimana para investor dari berbagai pelosok
wilayah dapat bertransaksi dan tidak hanya bergantung dari floor trading saja.
Mekanisme kerja sistem tersebut adalah setiap terminal komputer yang ada
pada perusahaan efek Anggota Bursa, akan terhubung dengan pusat komputer
yang ada di Bursa Efek Jakarta, sehingga dalam bertransaksi nasabah cukup
mendatangi kantor anggota bursa yang ada di wilayahnya saja dan tidak perlu
mendatangi floor trading yang ada di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian
ini membahas bagaimana pelaksanaan Remote Trading tersebut dan apa saja
hambatannya, serta bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan bagi
para pihak yang terkait di dalamnya, sanksi apakah yang dapat dikenakan bagi
pihak yang melanggar, sehingga nantinya para pemodal dan para pelaku pasar
modal lainnya tidak ragu lagi dalam menanamkan modalnya karena sudah ada
kepastian hukum yang melindungi para pihak yang terkait. Dan apabila semua
terwujud maka sesuai dengan Undang-undang No.8 Tahun 1995 terciptalah
pasar modal yang teratur, wajar , dan efisien yang dapat
perekonomian nasional.
li
memantapkan
PASAR MODAL
UU NO. 8 TAHUN
1995
PELAKU
INVESTASI
PENYEDIA
FASILITAS
INVESTOR
REMOTE TRADING
SYSTEM
TRANSAKSI JUAL
BELI
P E L A N G G A R A N
YA
SANKSI
PASAR MODAL YANG TERATUR, WAJAR, DAN
EFISIEN SESUAI DENGAN UU NO. 8 TAHUN
Gambar
3. Kerangka
1995
TENTANG
PASARpemikiran
MODAL
Gambar 3. Kerangka Pemikiran
lii
TIDAK
PERLINDUNGAN
HUKUM BAGI
PARA PELAKU
PASAR MODAL
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Bursa Efek Jakarta
Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan
sistem atau sarana untuk perdagangan efek. Bursa Efek sebenarnya sama saja
dengan pasar-pasar lainnya, yaitu tempat dimana bertemunya penjual dan
pembeli. Hanya saja, yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah efek-efek
(surat berharga). Bursa Efek dijalankan oleh Perseroan Terbatas, PT. Bursa
Efek Jakarta. Pemegang saham dari bursa efek adalah para pialang (broker)
yakni anggota bursa efek bersangkutan yang telah memperoleh izin usaha
sebagai perantara perdagangan efek.
PT. Bursa Efek Jakarta adalah perusahaan yang telah mendapat
pengesahan dari menteri kehakiman, dengan keputusan nomor : C28146.HT.01.01.TH.91 Tanggal 26 Desember 1991 dan telah diumumkan
dalam Tambahan Berita Negara nomor : 25 tanggal 27 Maret 1992 beserta
segala
perubahannya
dan
telah
mendapatkan
izin
usaha
untuk
menyelenggarakan Bursa Efek dari Menteri Keuangan dengan keputusan
nomor : 323/KMK.010/1992 tanggal 18 Maret 1992.
Menurut Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta nomor : Kep307/BEJ/12-2006 mengenai peraturan nomor II-A tentang perdagangan efek,
definisi PT. Bursa Efek Jakarta adalah
perseroan yang berkedudukan di
Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM-LK sebagai pihak
yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk
mempertemukan penawaran jual dan permintaan beli Efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka, sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1 (ayat 4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal.
liii
1. Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange)
Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat
memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya
mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek juga mempunyai
peranan penting dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar
dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil.
Bursa Efek Jakarta berdiri di Indonesia pada abad 19, tepatnya
pada tahun 1912 dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda. Bursa Efek
pertama di Indonesia didirikan di Batavia yang sekarang kita kenal dengan
Bursa Efek Jakarta. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang
dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain bursa Batavia,
pemerintah kolonial Belanda juga mengoperasikan bursa paralel di
Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika
terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh
tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham
dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia.
Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah
meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956, tetapi tidak sampai
tahun 1977, Bursa Saham kemudian kembali dibuka dan ditangani oleh
Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah
Menteri Keuangan. Kegiatan kapitalisasi saham pun mulai meningkat dan
mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar
financial dan sektor swasta. Pada tahun 1992, Bursa Saham diswastanisasi
menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi PT. Bursa Efek
Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan
Pengawas Pasar Modal.
liv
Tahun 1995, adalah babak baru dimana Bursa Efek Jakarta
meluncurkan sebuah terobosan dalam sistem perdagangan, yakni dengan
menggunakan sistem JATS. Jakarta Automated Trading System (JATS)
adalah sebuah sistem otomatisasi perdagangan yang menggantikan sistem
perdagangan secara manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi
perdagangan
saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih
menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding dengan
sistem perdagangan secara manual.
Tanggal 2 Januari 2008 adalah saat yang bersejarah bagi
perkembangan pasar modal di Indonesia, karena pada hari itu Bursa Efek
Jakarta dan Bursa Efek Surabaya resmi bergabung menjadi satu yakni
Bursa Efek Indonesia. Penggabungan kedua Bursa Efek ini bertujuan
untuk meningkatkan kapitalisasi pasar yang mampu bersaing dalam skala
lokal maupun internasional. Mergernya kedua Perseroan Terbatas ini
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan
Terbatas. Harapan ke depan dengan berdirinya Bursa Efek Indonesia,
adalah agar pasar modal tidak saja sebagai alternatif bagi pendanaan dan
sarana berinvestasi, namun juga sebagai cermin pergerakan perekonomian
nasional. (fiscal news/press release bei, 4 Januari 2008).
2. Peran dan Kewajiban Bursa Efek Jakarta
a. Peran Bursa Efek Jakarta
1) Menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator)
2) Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa
3) Mengupayakan likuiditas instrument
4) Mencegah praktek-praktek yang dilarang di bursa (kolusi,
pembentukan harga yang tidak wajar, insider trading,dll).
5) Menyebarluaskan informasi bursa (transparansi)
6) Menciptakan instrument dan jasa baru
lv
b. Kewajiban Bursa Efek
1) Menyerahkan laporan kegiatan kepada Bapepam
2) Menetapkan
peraturan
mengenai
keanggotaan,
pencatatan
perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian Transaksi
Bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan bursa.
3) Memiliki satuan pemeriksa.
3. Susunan Personalia PT. Bursa Efek Jakarta :
Dewan Komisaris, terdiri dari :
Komisaris Utama
: Bacelius Ruru
Komisaris
: Kristiono
Komisaris
: Fathiah Helmi
Komisaris
: Lily Widjaja
Komisaris
: Mustofa
Dewan Direksi, terdiri dari :
Direktur utama
: Erry Firmansyah
Direktur Perdagangan
: M.S. Sembiring
dan keanggotaan
Direktur Pemeriksaan
: Justitia Tripurwasani
Direktur Pencatatan
: Edy Sugito
Direktur Administrasi
: Wawan S. Setiamihardja
Kepala Divisi, terdiri dari :
Kadiv Komunikasi Perusahaan
: Friderica Widyasari Dewi
Kadiv Sekretaris Perusahaan
: Sri Haryani
Kadiv Pencatatan Sektor Riil
: Ignatius Girendrohern
Kadiv Pencatatan Sektor jasa
: Wan Wei Yiong
Kadiv Perdagangan
: Supandi
Kadiv Riset dan Pengembangan
: Kandi Sofian Dahlan
Kadiv Keanggotaan
: Hamdi Hassyarbaini
lvi
Kadiv Umum
: Erry T.P. Hidayat
Kadiv Sumber Daya Manusia
: Windiarli S. Choesin
Kadiv Teknologi Informasi
: Yohanes Liauw
Kadiv Pengawasan
: Yose Rizal
Kadiv Hukum
: Isharsaya
Kepala Satuan Pemeriksaan
: Kristian S. Manulang
Anggota bursa
Kepala satuan Pemeriksa Internal : Widodo
Peneliti Senior
: Edison Hulu
Peneliti senior
: Tri Legono
Peneliti Senior
: Saka Abadi
Peneliti Senior
: Bambang Aribowo
lvii
4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta
Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta (jsx.co.id,15 Mei 2007).
lviii
B. Pelaksanaan Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta
1. Perdagangan Efek Sebelum Remote Trading System
Perdagangan efek dalam bursa efek Jakarta, adalah tempat
bertemunya penawaran jual dan permintaan beli saham. Melalui
wawancara dengan pihak peneliti senior Bursa Efek Jakarta, diperoleh
keterangan bahwa untuk dapat melakukan suatu transaksi jual beli dalam
bursa efek, langkah awal yang dilakukan seorang investor adalah dengan
terlebih dahulu menjadi nasabah pada suatu perusahaan efek yang telah
menjadi anggota bursa. Proses untuk menjadi nasabah di perusahaan efek
tersebut pada umumnya sama ketika seorang nasabah akan membuka
rekening di bank.
Tahapan awalnya adalah nasabah membuka rekening dan
kemudian mengisi dokumen pembukaan rekening yang memuat identitas
nasabah lengkap (termasuk tujuan investasi dan keuangan) serta keterangan
tentang investasi yang dilakukan. Pada tahap ini anggota bursa harus benarbenar memastikan kondisi keuangan, identitas serta tujuan investasi
nasabah. Karena setelah masuk ke dalam jual- beli efek di bursa, yang
bertanggung jawab terhadap nasabah adalah anggota bursa.
Setelah investor menjadi nasabah anggota bursa kemudian nasabah
tersebut dapat melakukan order jual- atau beli dalam bursa efek melalui
anggota bursa. Pada penelitian ini dapat dideskripsikan proses transaksi
perdagangan efek secara manual atau sebelum menggunakan remote
trading system. Proses perdagangan efek secara manual diawali dengan
pesanan (order) oleh nasabah untuk suatu harga saham tertentu. Order
tersebut kemudian disampaikan lewat lantai bursa langsung, dimana
anggota
bursa
mencatatkan
pesanannya
melalui
wakil
perantara
perdagangan efek (WPPE). Tapi dapat juga mencatatkan pesanannya
lix
melalui telepon dan kemudian disampaikan kepada sistem di bursa efek
melalui sales atau dealer.(Bambang Aribowo, 17 Juli 2007).
Penawaran jual dan permintaan beli dari nasabah kemudian bertemu
di lantai bursa. Setelah terjadinya pertemuan (match) pada harga tertentu
antar order tersebut , kemudian proses selanjutnya adalah terjadinya
transaksi penyelesaian. Dengan mekanisme perdagangan efek secara
manual ini maka pasar modal yang teratur, wajar dan efisien yang sesuai
dengan UUPM tidak dapat diwujudkan. Karena perdagangan secara manual
tidak efisien dalam hal waktu dan biaya. Berdasarkan wawancara yang
didapat oleh penulis dengan peneliti senior dari PT. Bursa Efek Jakarta
(Bambang Aribowo, 17 Juli 2007).Transaksi secara manual mempunyai
banyak kelemahan, diantaranya adalah :
a. Faktor human error, baik mencakup kesalahan tulis via telepon maupun
kondisi masing-masing fisik dari para pialang yang berbeda- beda, dapat
mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pencatatan order di papan
transaksi lantai bursa.
b. Jumlah transaksi harian menjadi sangat terbatas.
c. Tidak menjamin terjadinya transaksi yang fair dan transparan.
d. Ketepatan dan kecepatan transaksi terbatas.
e. Biaya transaksi per unit yang sangat tinggi.
f. Dapat memungkinkan terjadinya kolusi antar pialang dalam bursa efek untuk
menetapkan harga tertentu.
g. Penyampaian informasi kepada para nasabah yang yang tidak akurat dan tidak
tepat waktu.
Mekanisme perdagangan secara manual ini juga menghambat efisiensi
proses suatu order, karena tercermin dari proses transaksinya yang melalui
delapan tahap. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1) Nasabah melakukan order.
2)
Proses order.
3)
Verifikasi dan validasi order.
lx
4)
Penyampaian order ke floor trader via telepon.
5)
Memasukan order ke JATS.
6) Konfirmasi status order ke kantor anggota bursa.
7) Konfirmasi “matched order” ke nasabah.
8) Proses back office.
Tahapan perdagangan efek secara manual dapat digambarkan dalam
skema sebagai berikut :
Nasabah
Melakukan
Order
Proses
order
Verifikasi
&
validasi order
Penyampaian
order ke floor
Floor Trader Via
Telepon
Anggota Bursa (Perusahaan Efek)
eEfek)(Perusahaan Efek)
Proses Back
Office
Konfirmasi
“matced order”
ke nasabah
Konfirmasi status
order ke kantor
broker
Anggota Bursa Perusahaan Efek)
Memasukkan
order ke JATS
Bursa Efek Jakarta
Gambar 5. Proses Perdagangan Efek Secara Manual
(Panduan Investasi di Pasar Modal, 2005:15)
3. Perdagangan Efek dengan Remote Trading System
Perdagangan efek melalui Remote Trading System dapat diartikan
sebagai sistem perdagangan jarak jauh, dimana setiap order transaksi di
lxi
kantor anggota bursa dapat langsung dikirim ke sistem perdagangan di bursa
efek melalui sistem JATS, tanpa perlu memasukkan order dari lantai bursa
(trading floor). Order dapat dilakukan di kantor anggota bursa dimana saja
sepanjang sistem komputer anggota bursa tersebut terhubung dengan sistem
perdagangan di bursa. Dari penelitian yang dilakukan penulis dapat
diketahui bahwa, sistem remote trading yang digunakan oleh Bursa Efek
Jakarta adalah sistem perdagangan jarak jauh, dengan host to host order
routing interface system dimana Bursa Efek Jakarta menyediakan aplikasi
interface bagi anggota bursa.
Anggota bursa harus memiliki aplikasi interface, yakni suatu
aplikasi yang didalamnya memiliki BOFIS (Brokerage Office Information
System). BOFIS ini akan dihubungkan dengan JATS melalui jaringan
komunikasi WAN (Wide Area Network) diluar gedung bursa. Berbagai
macam model atau sistem BOFIS yang digunakan anggota bursa atau
perusahaan efek di seluruh wilayah Indonesia dapat langsung berhubungan
dengan aplikasi sistem yang digunakan pada Bursa Efek Jakarta.
Transaksi jual atau beli efek di Bursa Efek Jakarta dengan
mekanisme Remote Trading System ini berbeda dengan transaksi
perdagangan secara manual yang melalui delapan tahapan proses, karena
dengan mekanisme Remote Trading System ini hanya memerlukan lima
tahapan proses transaksi. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut :
a. Nasabah melakukan order.
b.
Proses order.
c.
Verifikasi dan validasi order.
d.
Konfirmasi “matched order” ke nasabah.
e.
Proses back office.
Tahapan tersebut diatas ini tentu saja dapat mempermudah
transaksi dalam hal waktu yang cepat dan biaya yang relatif murah.
lxii
Dengan menggunakan Remote Trading System ini pasar modal yang
teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 tentang Pasar Modal dapat diwujudkan.Langkah awal dalam proses
perdagangan melalui Remote Trading System ini adalah nasabah
melakukan pesanan baik jual maupun beli melalui anggota bursa,
kemudian pesanan tersebut diterima oleh bagian pemasaran anggota bursa
kemudian disampaikan kepada dealer atau trader anggota bursa.
Selanjutnya dealer atau trader akan memasukkan pesanan tersebut melalui
komputer anggota bursa.
Sistem anggota bursa akan melakukan verifikasi dan validasi
terhadap pesanan nasabah, guna memastikan ketersediaan efek dan atau
dana dalam rekening efek nasabah, serta memastikan terlaksananya
manajemen risiko dengan baik. Apabila efek atau dana yang akan dijual
atau dibeli oleh nasabah tersedia dalam rekening efek nasabah, maka
dealer atau trader akan meneruskan pesanan tersebut kedalam sistem
perdagangan JATS-RT (Jakarta Automated Trading System–Remote
Trading). Dari proses penerimaan pesanan oleh sales sampai dengan
pemasukan pesanan kedalam sistem perdagangan Remote Trading System
di PT. Bursa Efek Jakarta, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 8
detik.
Pesanan nasabah kemudian akan langsung teridentifikasi oleh
BOFIS anggota bursa, dan akan dikirim secara otomatis kedalam sistem
perdagangan Remote Trading PT. Bursa Efek Jakarta melalui JONEC
(Jakarta One Client), WAN (Wide Area Network), dan JONES (Jakarta
One Server). Terhadap jenis efek , nama efek dan harga efek yang
ditawarkan oleh nasabah jual maupun nasabah beli, sistem JATS-RT
Bursa Efek Jakarta akan langsung menyesuaikan pesanan tersebut.
Pesanan yang sudah sesuai atau matching, dapat disampaikan oleh sistem
BEJ secara langsung ke sistem anggota bursa.
lxiii
Terhadap pesanan yang sudah sesuai tersebut, anggota bursa akan
melakukan proses penyelesaian transaksi tersebut melalui sistem khusus
yang disediakan, yakni sistem BOFIS. Selanjutnya transaksi yang sudah
terjadi tersebut akan diteruskan kepada PT. KPEI (Kliring Penjaminan
Efek Indonesia) dan PT. KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) untuk
dilakukan proses penentuan hak dan kewajiban serah terima dana dan efek
masing- masing kliring anggota bursa. Mekanisme perdagangan dengan
Remote Trading System tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Mekanisme Perdagangan di BEJ
Front Office
Investor
Beli
Investor
Jual
Bursa Efek Jakarta
Perusahaan
Efek (AB)
Proses Matching
supply dan
demand melalui
JATS
Broker
Beli
KPEI
Proses Netting
Rupiah
Perusahaan
Efek (AB)
Emiten/BAE
Broker
Jual
Saham
KSEI
Pemindahbukuan
Antar Rekening
Efek
Perusahaan
Efek (AB)
Saham
Perusahaan
Efek (AB)
Rupiah
Investor Jual
Investor Beli
Back Office
Gambar 6.
Mekanisme Perdagangan di BEJ dengan Remote Trading System (Bambang
Aribowo, 17 Juli 2007).
lxiv
Sistem JATS Remote Trading di Bursa Efek Jakarta didukung oleh
perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware), supaya dapat
beroperasi. Adapun perangkat keras dan lunak itu adalah sebagai berikut :
a. Perangkat lunak (Software). Perangkat lunak dapat dibagi menjadi dua
yaitu :
1) Perangkat lunak yang harus disediakan anggota bursa, yakni
Operating System untuk JONEC dan Order Management System
(Front End).
2) Perangkat lunak yang disediakan oleh PT. BEJ, yaitu :
a) FIX engine (JONEC Software)
b)
Oracle Database
c)
Computer Associates (untuk Monitoring System)
d)
Software RSA
e)
Token Password
b. Perangkat keras (Hardware). Perangkat keras yang harus disiapkan oleh
anggota bursa koneksi langsung dan ASP (Application service Provider)
adalah :
1) Router, perangkat yang digunakan untuk mengarahkan order. Dimana
sistem ini terhubung antara router di kantor anggota bursa masingmasing dengan trading engine yang ada di bursa efek Jakarta;
2) Server JONEC (Jakarta Stock Exchange Open Network Environment
Client) dan JONES (Jakarta Stock Exchange Open Network
Environment Server) adalah sarana yang digunakan anggota bursa
untuk mengakases JATS melalui jaringan dan terminal Remote
Trading.
3) DRC (Disaster Recovery Centre)
4) Fiber Driver
lxv
4. Keuntungan Perdagangan Saham dengan Menggunakan Remote
Trading System
Dengan diterapkannya Remote Trading System maka terdapat
beberapa keuntungan baik bagi anggota bursa, investor maupun bagi PT.
Bursa Efek Jakarta diantaranya :
a. Keuntungan bagi PT. Bursa Efek Jakarta :
1)
Efisiensi biaya atas penyediaan dan pemeliharaan sistem, efisiensi
biaya tercapai dengan tidak lagi digunakannya lantai bursa. Dengan
tidak terpakainya lantai bursa secara otomatis ada pengurangan
secara berkala atas biaya sewa ruangan untuk lantai bursa, biaya
listrik, telepon dan fasilitas pendukung lantai bursa lainnya.
2)
Meningkatkan Likuiditas transaksi, dengan Remote Trading System
ini kemampuan sistem dalam mempertemukan order jual dan order
beli berjalan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar.
Sebelum menggunakan Remote Trading System, perdagangan
dilantai bursa hanya mampu menampung order sekitar 4 order per
anggota bursa atau broker dalam 1 detik. Sedangkan dengan
menggunakan Remote Trading System ini perdagangan mampu
menampung sekitar 50 order per anggota bursa dalam 1 detik.
3)
Percepatan proses perdagangan, percepatan terjadi karena proses
dalam perdagangan secara manual yang melalui 8 tahap dipangkas
menjadi 5 tahap. Proses perdagangan secara manual membutuhkan
waktu 15 detik untuk proses transaksi sedangkan dengan Remote
Trading System hanya membutuhkan waktu 8 detik.
b.
Keuntungan bagi anggota bursa :
1) Peluang
meningkatkan
pendapatan
perusahaan,
dengan
dilaksanakannya Remote Trading System ini maka pengembangan
jaringan ke kantor cabang anggota bursa ke seluruh wilayah hukum
Indonesia menjadi lebih mudah. Anggota bursa akan mampu
lxvi
menjalankan kegiatan usahanya tidak hanya melalui kantor pusat,
tetapi juga melalui kantor cabang. Dengan semakin efisien dan
cepatnya transaksi maka keuntungan pendapatan bagi perusahaan
efek juga meningkat.
2) Mengurangi human error, sebelum menggunakan Remote Trading
System transaksi dimulai dengan mengirim order melalui telepon
dari dealer di perusahaan efek kepada trader di lantai bursa,
kemudian trader memasukkan atau menginput order ke komputer.
Dalam hal penyampaian order inilah human error sering terjadi
karena ada miskomunikasi. Miskomunikasi ini berdampak terhadap
kesalahan WPPE atau trader dalam menginput order kedalam
JATS. Namun dengan dilaksanakannya Remote Trading System ini,
kesalahan karena miskomunikasi dapat dihilangkan karena trader
dapat menginput ordernya di kantor masing-masing anggota bursa.
3)
Memperluas
kegiatan
bisnis
anggota
bursa,
dengan
dilaksanakannya Remote Trading System maka anggota bursa dapat
meningkatkan
pelayanannya
terhadap
nasabah
melalui
pengembangan Online Trading dengan fasilitas internet, atm,
ponsel,dll.
c. Keuntungan bagi investor :
1)
Mempermudah akses transaksi, bagi investor yang ada di daerahdaerah kota kecil tidak perlu lagi datang ke kantor pusat anggota
bursa tetapi cukup datang ke kantor cabang perwakilan anggota
bursa yang ada di daerahnya.
2)
Mempercepat proses konfirmasi, konfirmasi transaksi dapat
diterima oleh nasabah dengan cepat setelah transaksi selesai.
lxvii
5. Proses Penyelesaian Transaksi
Perdagangan efek dalam Bursa Efek Jakarta, pada umumnya sama
seperti layaknya pasar konvensional yaitu tempat bertemunya permintaan
jual dan beli. Namun dalan Bursa Efek Jakarta, pasar dibedakan lagi
menjadi tiga jenis yakni :
a. Pasar regular, yaitu pasar dimana perdagangan efek di bursa
dilaksanakan berdasarkan proses tawar menawar secara lelang yang
berkesinambungan (Continous Action Market) oleh anggota bursa efek
melalui JATS.
b. Pasar tunai, yaitu sarana perdagangan efek untuk transaksi yang
dilakukan dalam rangka pemenuhan kewajiban anggota bursa yang
gagal dalam penyelesaian transaksi efek, berdasarkan prinsip
pembayaran dan penyerahan seketika.
c. Pasar negosiasi, yaitu pasar dimana perdagangan efek dilakukan
berdasarkan tawar menawar langsung secara individual dan tidak
secara lelang yang berkesinambungan (Non Continous Auction
Market).
Karena perbedaan jenis- jenis pasar tersebut maka otomatis
penentuan kapan terjadinya kontrak jual-beli dan penyelesaian transaksi
juga berbeda. Pada pasar regular kontrak jual-beli efek terjadi pada saat
JATS menjumpakan penawaran jual anggota bursa dengan permintaan
beli dari anggota bursa lainnya, dan proses penyelesaian dilakukan pada
hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi bursa.
Dalam Pasar tunai apabila kontrak jual- beli terjadi, maka sekaligus juga
terjadi penyelesaian transaksi secara seketika pada hari terjadinya
transaksi. Sedangkan pada pasar negosiasi kontrak jual beli transaksi yang
diakui oleh PT. Bursa Efek Jakarta hanyalah kontrak jual-beli yang
didasarkan pada kesepakatan mengenai jumlah dan harga efek yang
lxviii
ditransaksikan, diproses melalui JATS, yakni perusahaan efek (anggota
bursa) jual memasukkan data kesepakatan kedalam JATS dan perusahaan
efek (anggota bursa) beli memasukkan konfirmasi data tersebut.
Seperti telah dijelaskan pada tinjauan umum mengenai perjanjian jualbeli, perdagangan efek pada dasarnya adalah perjanjian jual-beli karena
disebutkan dalam Pasal 1457 kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa
suatu perjanjian adalah timbal balik, dimana pihak yang satu (penjual)
berjanji untuk menyerahkan suatu barang atau kebendaan dan pihak
lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga barang tersebut. Dalam
perjanjian jual beli unsur utamanya adalah barang dan harga, dan didalam
Pasal 1320 KUHPer disebutkan juga bahwa syarat utama perjanjian adalah
apabila telah mencapai kata sepakat.
Perdagangan efek dengan menggunakan Remote Trading System ini juga
mengandung asas-asas perjanjian seperti halnya asas konsesualisme,
dimana perjanjian timbul seketika sejak detik terjadinya kesepakatan.
Dalam perdagangan efek dengan Remote Trading System ini, kata sepakat
akan dicapai pada saat trader di kantor anggota bursa masing-masing
mendapatkan status pemberitahuan dari JATS sistem, bahwa order dari
nasabah telah dijumpakan dengan order nasabah lainnya atau konfirmasi
telah terjadi matched order antar nasabah jual dan beli. Sehingga dalam
hal ini perjanjian secara hukum timbul ketika order jual dan beli telah
matched.Setelah terjadinya transaksi melalui Remote Trading System dan
telah mencapai matched order, maka selanjutnya adalah proses
penyelesaian transaksi yang dilakukan oleh PT. KPEI dan PT. KSEI.
PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia atau KPEI adalah suatu
perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam sebagai pihak yang menyelenggarakan jasa kliring
dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa, dan perseroan tersebut
lxix
berdasarkan perjanjian dengan bursa memberikan jasa kliring dan
penjaminan penyelesaian atas transaksi bursa.
PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI adalah perseroan
yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari
bapepam sebagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian
sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain, dan perseroan
tersebut berdasarkan perjanjian dengan bursa memberikan jasa kustodian
sentral dan penyelesaian atas transaksi bursa. Setiap transaksi yang
dilakukan oleh anggota bursa yang terjadi di bursa efek tiap harinya,
dicatat kedalam dokumen elektronik yang disediakan oleh bursa untuk
anggota bursa efek dan KPEI pada setiap akhir sesi perdagangan dan
dokumen ini dinamakan daftar transaksi bursa (DTB).
PT. KPEI menjadikan DTB ini sebagai dasar dalam melaksanakan
proses kliring atau proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari
transaksi bursa. Dalam pasar tunai dan pasar regular penyelesaian
dilakukan secara netting, yakni kegiatan kliring yang menimbulkan hak
dan kewajiban bagi setiap anggota kliring untuk menyerahkan dana atau
menerima saldo efek tertentu untuk setiap jenis efek yang ditransaksikan.
(diatur dalam Ketentuan Peraturan Perdagangan Efek Nomor II-A).
Setelah hak dan kewajiban dari setiap anggota bursa dimuat dalam DTB
dan ditentukan oleh KPEI melalui netting pada setiap hari bursa,
kemudian dicantumkan dalam DHK (Daftar Hasil Kliring).
DHK netting dalam bentuk cetak ini harus disediakan oleh KPEI,
paling lambat pukul 13.00 wib untuk perdagangan sesi I, pukul 19.30 wib
untuk perdagangan sesi II dan dalam bentuk tercetak paling lambat pukul
09.30 wib pada hari bursa berikutnya. Penyelesaian transaksi dilakukan
melalui pemindah bukuan efek dan atau dana ke rekening efek anggota
bursa efek yang berhak yang berada pada KSEI. Anggota bursa efek serah
lxx
efek harus menyelesaikan kewajibannya dalam penyelesaian transaksi
dengan cara sebagai berikut :
a. Memindahbukukan efek tersebut ke rekening efek serah yang
bersangkutan yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pukul
12.15 wib pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK netting
b. Membuat kesepakatan pinjam meminjam efek dengan KPEI dan
menginformasikan kepada KPEI bahwa kewajiban anggota bursa efek
untuk menyerahkan efek pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK
netting akan diselesaikan dengan menggunakan efek yang dipinjam
dari KPEI.
c. Membeli efek tersebut melalui pasar tunai dimana penyelesaian
transakasi bursanya jatuh pada tanggal yang sama dengan tanggal
penyelesaian kewajiban serah efek tersebut atau
d. Menyerahkan uang pengganti pada tanggal yang ditetapkan dalam
DHK netting sesuai dengan letentuan IV.1.11 peraturan nomor II-A
tentang perdagangan efek.
Selanjutnya anggota bursa efek harus menyelesaikan kewajiban
untuk menyerahkan dana kepada KPEI dengan cara pemindah bukuan dana
ke rekening efek serah dan atau rekening jaminan yang berada pada KSEI,
selambat-lambatnya pukul 12.15 wib pada tanggal yang ditetapkan dalam
DHK netting. Kemudian KSEI akan menyampaikan laporan status
penyelesaian kewajiban (LPK) sebagai laporan penyelesaian transaksi
kepada anggota kliring jual dan anggota kliring beli dengan tembusan
kepada KPEI pada akhir bursa.
KPEI kemudian menyediakan laporan penyelesaian kewajiban
(LPK) tadi, paling lambat pukul 19.00 wib pada setiap akhir sesi bursa
untuk dapat diakses oleh anggota bursa. LPK tersebut memuat informasi
sebagai berikut :
lxxi
a. Nama anggota bursa efek
b.
Tanggal LPK
c.
Kode efek dan jumlah efek yang telah diserahkan oleh anggota bursa efek
kepada KPEI
d.
Kode efek dan jumlah efek yang telah diserahkan oleh KPEI kepada
anggota bursa efek beli
e.
Jumlah dana yang telah diserahkan oleh anggota bursa efek beli kepada
KPEI
f.
Jumlah dana yang telah diserahkan oleh KPEI kepada anggota bursa efek
jual
g.
Jumlah dana yang wajib dibayarkan kepada KPEI oleh anggota bursa efek
jual yang tidak memenuhi kewajibannya pada waktu sebagaimana tercantum
dalam DHK netting
h.
Kode efek dan jumlah efek yang ditahan oleh KPEI berkaitan dengan
kewajiban angota bursa efek yang tidak dipenuhi
i.
Keterangan mengenai efek atau dana yang ditahan dalam rekening efek
jaminan anggota bursa efek tersebut, dengan penjelasan mengenai penjualan
efek tersebut oleh KPEI guna penyelesaian kewajiban anggota bursa efek
Melalui LPK ini dapat dilihat apakah saldo efek atau dana, pada
masing-masing anggota yang dipindah bukukan oleh KSEI jumlahnya
tercukupi atau tidak. Jika tersedia cukup dana dalam saldonya, maka dapat
dilakukan pemindah bukuan antar rekening sebagai penyelesaian transaksi
dan pemenuhan atas hak dan kewajiban atas transaksi yang dilakukan.
Sesuai dengan visi dan misi RPJP tahun 2005-2025 mewujudkan
bangsa yang berdaya saing global, serta mendorong penanaman modal bagi
peningkatan daya saing perekonomian nasional. Pasar modal mempunyai
peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu
sumber pembiayaan bagi dunia dan wahana investasi bagi masyarakat.
Dalam undang-undang pasar modal juga disebutkan bahwa, agar pasar
modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kokoh
lxxii
untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan
kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal
dari praktek yang merugikan.
Remote Trading System sendiri dibuat dalam rangka mewujudkan
pasar modal yang wajar, teratur dan efisien. Peraturan-peraturan hukum
yang menjadi landasan Remote Trading System dan yang dapat dijadikan
sebagai jaminan kepastian hukum bagi para pelaku pasar modal, antara
lain :
a. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
1) Pasal 1
a) Ayat 2 :
“Anggota bursa efek adalah perantara pedagang efek yang telah
memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk
mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa efek sesuai
dengan peraturan Bursa efek”.
b) Ayat 4 :
“Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan
menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan
penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan
memperdagangkan efek di antara mereka”.
c) Ayat 28 :
”Transaksi bursa adalah kontrak yang dibuat oleh anggota bursa
efek sesuai dengan persyratan yang ditentukan oleh bursa efek
mengenai jual-beli efek, pinjam meminjam efek, atau kontrak lain
mengenai efek atau harga efek”.
2) Pasal 7
lxxiii
a) Ayat 1 :
“Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan
perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien”.
b) Ayat 2 :
”Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Bursa efek wajib menyediakan sarana pendukung dan
mengawasi kegiatan bursa efek”.
Dalam
ketentuan
UUPM
diatas
maka
Bursa
efek
berkewajiban untuk menyediakan sistem dan sarana perdagangan
efek. Sistem dan sarana tersebut harus mendukung terwujudnya
perdegangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Untuk itu bursa
efek wajib terus-menerus mengembangkan sarana dan sistem
perdagangan untuk mewujudkan pasar modal yang sesuai dengan
UUPM dan sarana yang dimaksud dalam hal ini adalah Remote
Trading System.
b. PP Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang
Pasar Modal
1) Pasal 6 (ayat 1) :
”yang dapat menjadi anggota bursa efek adalah pemegang
saham Bursa Efek yang memenuhi syarat sebagai anggota Bursa
Efek”.
2) Pasal 38 (ayat 1 huruf b) :
”izin orang perseorangan sebagai wakil perantara pedagang
efek hanya diberikan kepada perseorangan yang memiliki
keahlian di bidang keperantara perdagangan efek”.
Bursa efek dapat menetapkan persyaratan tertentu bagi
anggota bursa untuk melaksanakan transaksi efek. Bapepam dan LK
lxxiv
berwenang untuk menyeleksi calon WPPE (Wakil Perantara
Perdagangan Efek) sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Peraturan BAPEPAM-LK
1) Peraturan Bapepam Nomor III.A. Tentang Perizinan Bursa Efek
2) Peraturan Bapepam Nomor III A.10 Tentang Transaksi Efek
d. Peraturan- peraturan yang berlaku di Bursa Efek Jakarta
1) Surat
Edaran
BEJ
Nomor
:
SE-002/BEJ/03-2002
tentang
Perdagangan Efek Secara Jarak Jauh (Remote Trading) di Bursa
Efek Jakarta
2) Keputusan Direksi PT.BEJ Nomor : Kep-307/BEJ/12-2006 tentang
Perubahan atau Penambahan Peraturan Nomor II.A tentang
Perdagangan Efek
3) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A tentang Perdagangan Efek
4) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 1 tentang Ketentuan
Umum Perdagangan Efek di BEJ
5) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 2 tentang Pesanan
Nasabah
6) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 3 tentang Penghentian
Perdagangan
7) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 5 tentang Sanksi
8) Peraturan Nomor III tentang Keanggotaan Bursa
9) Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor :Kep-285/BEJ/04-2007ang
Perubahan atau
Penambahan Peraturan Nomor III-B tentang
Pelaporan Anggota Bursa Efek
10) Peraturan Keanggotaan Nomor III-C tentang Pembekuan dan
Pencabutan Persetujuan Keanggotaan Bursa
11) Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor : Kep-019/BEJ/0897 tentang
Transaksi Marjin
lxxv
12) Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor : Kep-306/BEJ/12-2006
tentang Peraturan Nomor III-E tentang Pelelangan dan Pembelian
Kembali Saham Bursa
13) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.B 2 tentang Perdagangan
Efek Tanpa Warkat di Pasar regular dan Pasar Tunai
14) Peraturan PT. KPEI Nomor II tentang Kliring dan Penjaminan
Penyelesaian Transaksi Bursa Tanpa Warkat
15) Peraturan PT. KSEI
Bursa
Efek
Jakarta
sebagai
SRO
(Self
Regulation
Organitation) yakni Bursa Efek diberikan wewenang oleh undangundang untuk membuat dan menetapkan peraturan bagi anggota bursa
efek. Dengan statusnya sebagai SRO maka Bursa efek berhak untuk
membuat peraturan, memberi izin berdagang bagi anggotanya dan
mengawasi kegiatan anggotanya serta untuk menegakkan peraturan
Bursa dapat menjatuhkan sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar.
Dalam menjalankan pengawasan pasar, Bursa efek dapat menempuh
dua cara yakni :
a. Melakukan pengawasan sebagai control internal bagi sistem
pembukuan atau keanggotaan bursa.
b. Melakukan pendeteksian dini dalam memonitor transaksi yang
terjadi setiap saat dilantai bursa.
Adanya jaminan perlindungan hukum bagi para investor dan
para pelaku pasar modal lainnya wajib diberikan oleh PT. Bursa Efek
Jakarta dan
BAPEPAM-LK sebagai
badan
penyedia
fasilitas
perdagangan efek yang berbentuk SRO. Adapun perlindungan yang
diberikan oleh PT. Bursa Efek Jakarta diantaranya :
a. PT. Bursa efek setiap saat melakukan pengawasan perdagangan di
Bursa.
lxxvi
b. Melakukan pemantauan terhadap aktivitas para WPPE/ investor,
setiap order yang dilakukan oleh investor/WPPE akan masuk
kedalam sistem JATS-RT. Dengan ini Bursa Efek dapat memantau
siapa saja pihak yang melakukan transaksi. Sehingga Bursa dapat
mengetahui apakah transaksi itu nyata ataukah semu.
c. Bursa efek mempunyai sistem Auto Rejection, yakni sistem JATSRT dapat melakukan penolakan
secara otomatis terhadap
penawaran dan permintaan beli efek yang dimasukkan ke JATS
akibat dilampauinya batasan harga yang ditetapkan oleh Bursa.
d. Bursa efek dapat membatalkan transaksi bursa dalam hal terjadi
inkonsistensi data pada JATS, dan atau JONEC dan atau JONES
berdasarkan hasil pemeriksaan bursa.
e. Bursa Efek dapat melakukan penghentian perdagangan dalam hal :
1) JATS dan atau JONEC dan atu JONES tidak berfungsi
sebagaimana mestinya.
2) Atas permintaan tertulis dari KPEI sehubungan dengan tidak
berfungsinya sistem kliring dan penjaminan KPEI.
3) Terjadi penurunan atau kenaikan harga-harga saham yang
sangat tajam menyeluruh di Bursa.
4) Terjadinya force majeure.
f.
Bursa dapat melakukan penghentian sementara waktu perdagangan
sebagaiman dimaksud dalam point c diatas selama-lamanya 1 sesi
perdagangan.
g. PT. Bursa Efek berhak membekukan dan mencabut persetujuan
keanggotaan bursa bagi anggota bursa yang melanggar peraturan
bursa
efek
(Peraturan
Keanggotaan
Nomor
III-C
tentang
Pembekuan dan Pencabutan Persetujuan Keanggotaan Bursa).
h. Bursa efek dapat memberikan sanksi bagi pihak yang melanggar
demi kelancaran jalannya transaksi perdagangan efek (Peraturan
Perdagangan Efek nomor II-A.5 tentang Sanksi).
lxxvii
Kewenangan–kewenangan BAPEPAM-LK untuk melindungi para
nasabah dan pelaku pasar modal tercantum dalam Bab II UUPM tentang
Badan Pengawas Pasar Modal, Bab XII UUPM tentang Pemeriksaan, dan bab
XIII tentang Penyidikan. Dan untuk menjamin perlindungan hukum bagi
semua para pelaku pasar modal Undang –Undang Pasar Modal Nomor 8
Tahun 1995 mempunyai sanksi yang tegas, yakni sanksi administratif ( Bab
XIV Pasal 102) dan ketentuan pidana (Bab XV Pasal 103- 110). Untuk saat ini
peraturan–peraturan yang ada dirasa sudah cukup untuk memenuhi
kepentingan semua para pelaku pasar modal, dalam hal ini juga mencakup
kepentingan para pelaku pasar modal yang menggunakan Remote Trading
System.
C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System serta
Upaya dalam Mengatasinya
1. Hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System
Mekanisme Remote Trading System pada dasarnya dibuat untuk
meminimalisir pelanggaran yang terjadi dalam perdagangan secara manual,
sehingga sampai saat ini hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan
Remote Trading System ini hanyalah berupa hambatan secara tekhnis saja,
namun perdagangan efek dengan Remote Trading System ini pada
umumnya sama dengan perjanjian jual-beli lainnya sehingga hambatan
yang pasti terjadi adalah hambatan berupa wanprestasi. Hambatan tersebut
yakni :
a. Hambatan Tekhnis
lxxviii
Hambatan secara tekhnis ini berupa failure atau kegagalan karena
sistem yang disebabkan crash antar order. Hal ini disebabkan karena
data yang masuk kedalam sistem JATS jumlahnya ribuan dan dalam
waktu yang bersamaan. Kegagalan tersebut antara lain :
1) Kegagalan transaksi yang disebabkan oleh primary fix engine crash
(tubrukan yang terjadi pada engine utama).
2) Kegagalan transaksi yang disebabkan oleh backup fix engine crash
(kerusakan yang terjadi pada engine cadangan).
3) Kegagalan transaksi karena rusaknya JONEC Machine crash.
4) Kegagalan transaksi karena database crash.
5) Dalam keadaan terpakasa dapat terjadi force majeure, yakni peristiwa
atau keadaan yang terjadi diluar bursa kehendak dan atas kemampuan
bursa yang mengakibatkan sistem perdagangan efek di bursa tidak
berfungsi sebagaimana mestinya, peristiwa atau keadaan mana
termasuk tetapi tidak terbatas pada perang baik yang dinyatakan
secara resmi maupun tidak resmi, pemberontakan, kebakaran, banjir,
gempa bumi, huru-hara, sabotase, pemogokan, larangan atau
pembatasan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan peristiwa atau
keadaan lainnya yang sejenis.
b. Hambatan Wanprestasi
Wanprestasi adalah dimana seseorang yang tidak melakukan
prestasinya dalam pemenuhan kewajibannya dalam suatu perjanjian.
Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan debitur untuk tidak mau
melaksanakannya,
maupun
kelalaian
debitur
untuk
tidak
melakasanakannya. Berdasarkan penelitian ini maka wanprestasi dapat
terjadi apabila pada saat proses penyelesaian transaksi, yakni proses
bertukarnya penyerahan hak dan kewajiban antar nasabah, dimana
berdasarkan laporan dari KPEI nasabah (anggota bursa) tersebut tidak
memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian transaksi bursa selambat-
lxxix
lambatnya pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi atau sesuai
dengan peraturan yang berlaku sehingga apabila salah satu pihak lalai
maupun sengaja untuk tidak melaksanakan prestasinya maka sesuai
dengan ketentuan KUHperdata Pasal 1236 dan Pasal 1239 dan menurut
Peraturan Bursa dalam Peraturan Perdagangan Efek, nasabah tersebut
telah melakukan wanprestasi.
2. Solusi dalam Mengatasi Hambatan
Bursa Efek Jakarta sebagai penyedia fasilitas perdagangan efek yang
menggunakan Remote Trading System, selayaknya harus memberikan
solusi untuk mengantisipasi kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi
dalam pelaksanaan perdagangan menggunakan Remote Trading System
ini.Untuk itu dalam menghadapi hambatan-hambatan seperti diatas Bursa
Efek Jakarta memberikan solusi sebagai berikut:
a. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Tekhnis, yakni solusi dalam
mengatasi failure atau kegagalan-kegagalan karena crash antar order
adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengantisipasi kegagalan transaksi yang diakibatkan oleh
primary fix engine crash, Bursa Efek Jakarta mengantisipasi dengan
menyiapkan backup fix engine dimana fix engine cadangan ini
berfungsi untuk menggantikan apabila engine utama mengalami
kegagalan.
2)
Untuk mengantisipasi kegagalan yang disebabkan backup fix engine
crash, maka Bursa Efek Jakarta mengantisipasi dengan menyiapakan primary
fix engine (mesin utama), diamana mesin utama ini tidak memerlukan waktu
dalam melanjutkan proses order karena yang mengalami kerusakan ada pada
mesin cadangan.
3)
Untuk mengantisipasi kegagalan yang terjadi karena rusaknya
JONEC maka mesin JONEC ini akan me-restart atau mengulang kembali
lxxx
sistem dalam 30 detik untuk melanjutkan proses order apabila mesin
mengalami kerusakan.
4)
Untuk mengantisipasi kegagalan karena database crash maka JONEC
akan melanjutkan proses order menuju DRC (disaster recovery centre) atau
cadangan mesin. Dimana DRC gateway akan memutuskan trading engine
utama atau backup engine yang akan menjumpakan order nasabah.
5)
Dalam mengantisipasi force majeure maka Bursa efek Jakarta dapat
menghentikan perdagangan untuk sementara waktu. Untuk dapat menjaga
kelangsungan perdagangan efek di bursa maka bursa dapat menerapkan sistem
dan tata cara perdagangan lainnya sesuai dengan rencana kelangsungan usaha
yang telah memperoleh persetujuan dari BAPEPAM.
Pada intinya selama perdagangan efek berlangsung,
primary fix engine dan backup fix engine dioperasikan secara paralel
dalam melakukan pekerjaan yang sama. Order dari nasabah akan
diterima oleh kedua engine tersebut pada waktu yang bersamaan
sehingga apabila primary fix engine mengalami kegagalan maka
backup fix engine akan langsung mengambil alih pekerjaan primary
fix engine dalam waktu 30 detik untuk melanjutkan proses ordernya.
Dengan demikian aktivitas perdagangan melalui JATS-Remote
Trading tetap berlangsung.
b. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Wanprestasi
Berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh penyusun dari pihak
terkait, dalam perdagangan efek dengan Remote Trading System ini
apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau berdasarkan
laporan dari KPEI Anggota bursa Efek tersebut tidak memenuhi
kewajibannya dalam penyelesaian transaksi bursa sesuai dengan
peraturan yang berlaku, maka bursa melarang Anggota Bursa Efek yang
bersangkutan untuk melakukan kegiatan perdagangan efek di bursa
sampai dengan KPEI melaporkan ke bursa bahwa semua kewajiban
lxxxi
anggota Bursa Efek tersebut telah tepenuhi dan Anggota Bursa Efek
dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan bursa yang berlaku.
lxxxii
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai pelaksanaan remote trading
system di Bursa Efek Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Pelaksanaan perdagangan jual- beli efek di Bursa Efek Jakarta dengan
menggunakan Remote Trading System, secara operasional diatur dalam
Surat Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor : SE-002/BEJ/03-2002 tentang
Perdagangan Efek Secara Jarak Jauh (Remote Trading) di Bursa Efek
Jakarta. Peraturan operasional ini mengacu pada Pasal 7 UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pelaksanaan jualbeli efek dengan menggunakan Remote Trading System menjadi lebih
efisien dan akurat dibandingkan dengan sistem manual, karena dengan
tahapan secara manual dibutuhkan
delapan kali proses sedangkan
dengan menggunakan Remote Trading System hanya membutuhkan
lima proses tahapan transaksi. Pelaksanaan jual- beli efek di Bursa Efek
Jakarta berlangsung dengan baik, sesuai dengan yang diatur dalam Surat
Keputusan Direksi BEJ Tentang Perdagangan Efek. Pelaksanaan jual –
beli berjalan dengan lancar karena setiap harinya transaksi diawasi oleh
Bursa Efek Jakarta dan BAPEPAM LK. Apabila di kemudian hari
timbul pelanggaran dalam jual- beli efek yang berhubungan dengan
keanggotaan maka BEJ sebagai SRO (Self Regulation Organitation)
dan BAPEPAM-LK akan memberikan sanksi yang tegas kepada pihak
yang melanggar.
lxxxiii
2. Ada beberapa hambatan
yang dihadapi dalam pelaksanaan Remote
Trading System, hambatan tersebut adalah berupa kegagalan- kegagalan
yang bersifat teknis dan hambatan wanprestasi yang dapat menghambat
berjalannya proses jual–beli efek. Hambatan tersebut adalah :
a. Hambatan Tekhnis, yakni hambatan berupa kegagalan-kegagalan
diantaranya adalah :
1) Kegagalan transaksi yang disebabkan primary fix engine crash
(tumbukan yang terjadi pada engine utama).
2) Kegagalan transaksi yang disebabkan backup fix engine crash
(kerusakan yang terjadi pada engine cadangan).
3) Kegagalan transaksi karena rusaknya JONEC machine crash.
4) Kegagalan transaksi karena database crash.
Langkah-langkah yang ditempuh Bursa Efek Jakarta dalam mengatasi
kegagalan-kegagalan tersebut adalah dengan mengoperasikan dua
mesin, yakni primary fix engine dan backup fix engine secara paralel
dalam waktu yang bersamaan untuk melakukan pekerjaan yang sama,
sehingga apabila salah satu mesin mengalami kerusakan maka mesin
yang lain yang akan mengambil alih pekerjaan tersebut. Dalam
keadaan force majeure maka Bursa Efek Jakarta akan menghentikan
perdagangan efek untuk sementara waktu sampai keadaan kembali
normal.
b. Hambatan wanprestasi, yakni tidak dipenuhinya kewajiban dalam
proses penyelesaian transaksi oleh Anggota Bursa karena lalai
maupun disengaja. Sehingga dalam hal ini dapat dilakukan upaya
hukum yakni Bursa Efek Jakarta dapat memberikan sanksi yang tegas
kepada Anggota Bursa yang bersangkutan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
lxxxiv
B. Saran
1. Bursa Efek Jakarta selaku penyedia fasilitas perdagangan efek perlu
lebih meningkatkan pengawasan terhadap perdagangan efek baik dari
segi teknis maupun dari segi hukum, pengawasan dari segi tekhnis
yakni pengawasan terhadap akses internet, pengawasan terhadap
perlindungan data-data nasabah, pengawasan terhadap dunia IT
mengingat perkembangan teknologi yang luar biasa cepat, dan
banyaknya virus-virus yang bisa saja melumpuhkan sistem JATS dan
pengawasan ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya cyber
crime. Pengawasan dari segi hukum, agar Bursa Efek Indonesia
(penggabungan dari BEJ dan BES, pada 2 Januari 2008) dan Bapepam
selalu melakukan evaluasi terhadap peraturan-peraturan yang berlaku
apakah masih relevan, mengingat kejahatan dunia cyber crime maka
pelaku bisa saja bukan berasal dari dunia pasar modal maka untuk itu
harus ada peraturan hukum yang menjangkaunya, hal ini juga
dimaksudkan sebagai antisipasi terjadinya cyber crime dalam
perdagangan efek.
2. Bursa Efek Jakarta dan Bapepam perlu mengadakan sosialisasi bagi
para pelaku pasar modal pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya
mengenai
perdagangan
efek
di
Bursa
Efek
baik
menggunakan remote Trading System maupun sistem lainnya, agar
masyarakat luas mengetahui dan memahami tata cara perdagangan dan
jaminan
hukum
bagi
masyarakat
yang ingin
terlibat
dalam
perdagangan efek.
3. Bursa Efek Jakarta bekerjasama dengan anggota bursa perlu
meningkatkan kualitas sumber daya WPPE (Wakil Perantara
Perdagangan Efek) dengan mengadakan training secara periodik
dengan teknologi-teknologi terbaru agar setiap kendala dapat
diminimalisir.
lxxxv
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdulkadir Muhammad. 1986. Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni.
Asri Sitompul. 2000. Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya.
Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti.
Bursa Bapepam. 2002. studi Tentang Kesiapan Anggota Bursa Dalam Penerapan
Remote Trading System. Jakarta.
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. 2002. Pokok- pokok Pengetahuan Hukum
Dagang Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret
University Press.
H.M.N. Purwosutjipto. 2000. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia
Hukum Surat Berharga. Jakarta: Djambatan.
Jusuf Anwar. 2005. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi.
Bandung: P.T. Alumni.
Kartini Muljadi Dan Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan Pada Umumnya. Jakarta:
P.T. Raja Grafindo Persada.
Mariam Baldarulzaman. 1993. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III:
Hukum Perikatan dengan Penjelasan. Bandung: Alumni.
M.Irsan Nasarudin dan Indra Surya. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia.
Jakarta: Prenada Media.
Munir Fuady. 1996. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung: P.T.
Citra Aditya Bakti.
Panduan Cara Membaca Prospektus Dan Laporan Keuangan. 2005. P.T. Bursa
Efek Jakarta.
lxxxvi
Panduan JATS-Remote Trading Bursa Efek Jakarta. 2002. P.T. Bursa Efek
Jakarta, tidak dipublikasikan.
Panduan Go Public Bursa Efek Jakarta. 2005. P.T. Bursa Efek Jakarta, tidak
dipublikasikan.
Panduan Investasi di Pasar Modal. 2005. P.T. Bursa Efek Jakarta, tidak
dipublikasikan.
R. Subekti. 1975. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: P.T. Intermasa.
Rusdin. 2006. Pasar Modal Teori Masalah Dan Kebijakan Dalam Praktik.
Bandung : Alfabeto.
Sjahrir. 1995. Analisis Bursa Efek. Jakarta :P.T. Gramedia Pustaka Utama.
Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum . Jakarta: UI Press .
Sumadi Suryabarata. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Peraturan Perundang-undangan dan instrumen hukum lainnya
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
lxxxvii
Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-307/BEJ/12-2006 tentang
Perubahan/ Penambahan Peraturan Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek.
Peraturan Perdagangan Efek Nomor III Tentang Keanggotaan Bursa.
Peraturan Perdagangan Efek Nomor III-A Tentang Keanggotaan Bursa.
Rujukan Internet
http ://www.jsx.co.id, diakses tanggal 15 Mei 2007
http ://www.bapepam&lk.go.id, diakses tanggal 15 Mei 2007
http ://www.bapepam.go.id, diakses tanggal 1 Mei 2007
lxxxviii
Download