TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN REMOTE TRADING SYSTEM DI BURSA EFEK JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL Penulisan Hukum (Skripsi) Disusun dan diajukan untuk Melengkapi Persyaratan Guna meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum Pada Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh Bunga Wahyuni NIM : E. 0003117 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2008 PERSETUJUAN Penulisan Hukum (Skripsi) ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dosen Pembimbing Skripsi (Al. Sentot Sudarwanto, S.H, M.Hum) NIP. 131 568 280 ii PENGESAHAN Penulisan hukum ( skripsi ) ini telah diterima dan dipertahankan oleh Dewan Penguji Penulisan Hukum (skripsi ) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Pada : Hari : Rabu Tanggal : 9 Januari 2008 DEWAN PENGUJI 1…………………………………( Munawar Kholil, S.H.,M.Hum. ) Ketua 2…………………………………( Diana Tantri C, S.H,M.Hum ) Sekretaris 3…………………………………( Al.Sentot Sudarwanto,S.H,M.Hum. ) Anggota Mengetahui : Dekan (Moh.Jamin, S.H.,M.Hum) NIP .131 570 154 iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekelan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan ALLAH dari awal sampai akhir. (Pengkhotbah 3 : 11) Rancangan TUHAN adalah rancangan damai sejahtera, dan bukan rancangan kecelakaan , untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. (Yeremia 29:11) Hanya dekat ALLAH saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. (Mazmur 62:2) Karya sederhana ini kupersembahkan untuk : v Kedua wanita yang amat kucintai, Opungku yang ada di Surga, dan Mbahku. Ayahanda dan Ibundaku tercinta, yang telah memberikan kasih sayang yang tulus dan semangat yang begitu besar, kalian adalah motivasi terbesarku. Adi Pramono, Lidya Tiatira, dan Joshua Prawira yang amat aku sayangi. My soulmate someday v v v iv KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang Karena Kasih Karunia-NYA yang begitu besar kepada penulis, telah memberikan perlindungan, kemudahan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum PELAKSANAAN (skripsi) REMOTE dengan TRADING judul “TINJAUAN SYSTEM DI YURIDIS BURSA EFEK JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL”. Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan remote trading system di Bursa Efek Jakarta, hambatan-hambatan apa saja dalam pelaksanaan remote trading tersebut dan upaya- upaya dalam mengatasi hambatan-hambatan tersebut.. Dalam menyelesaikan Penulisan Hukum (Skripsi) Penulis tak lepas dari bimbingan dan bantuan yang sangat berarti dari banyak pihak. Untuk itu, perkenankanlah penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada: 1. Bapak Moh. Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Al. Sentot Sudarwanto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Penulisan Hukum (Skripsi) yang telah menyediakan waktu dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam menyusun Penulisan Hukum (Skripsi) ini. 3. Bapak Widodo T. Novianto, S.H., M.H. selaku Pembimbing Akademik yang selalu memberikan nasehat dan bimbingan selama penulis menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Fakultas Hukum yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada penulis. v 5. Bapak Bambang Aribowo selaku peneliti senior di PT. Bursa Efek Jakarta. Terimakasih atas waktu dan informasi yang diberikan kepada penulis selama melakukan penelitian. 6. Bapak Tri Herdianto selaku Kepala Sub Bag. Penetapan Sanksi Emiten dan Perusahaan Publik, Biro Perundang-undangan dan Bantuan Hukum BAPEPAM serta Bapak Ridwan selaku staff ahli di BAPEPAM. Terimakasih atas keterangan dan informasi yang diberikan selama melakukan penelitian. 7. Kedua orangtuaku terkasih,Lidya, Joshua, serta Mas Adi, terimakasih karena telah menjadi keluarga yang sempurna untukku, yang senantiasa memberikan cinta dan kasih sayangnya, I love u all,,more than everything in the world. 8. Keluarga besar Sinaga yang semangat kekeluargaannya begitu besar, thanks buat Amangboru, Namboru, Uda , Inanguda, Amangtua n Inangtua and saudara-saudaraku. 9. Daniel Togar Valentino Situmorang , thanks for your love and support, thanks for all moments that we’ve been through, GOD Bless us in every step we take. 10. Tim Suksesku, “The 24 Hour HaPPy Time Team” Hafid, Ozan, Vivie,,Big Thanks buat lo smua cuy,gw gak bakal ngelupain semua kenangan kita di solo. Keep our relationship, good luck buat semua perjuangan kita. 11. Sahabat-sahabat baikku semasa di Solo, Wiwie, Meta, Zabho, Winda, Awal, Makasih ya buat semua kenangan gokil kita,,LovEs You All GaLs. 12. Teman-teman di Wisma Madani,Dinda,Citra,Mba Ita,Mami Femin,Mita, Mba intan,Mawar,Dian, Diah,Lina, Mami D,and yang lain, tetep rukunrukun yah. 13. Sahabat-sahabat baikku di Jakarta yang telah memberikan warna-warni dalam hidupku, Asri, Mareta, Ita, Bon-Bon,Dina, Mety, Lisa, Machan,Ndus,Fia keep in touch ya gals. 14. Semua teman-teman yang telah mendukungku, Nita Demak, Mas Doko, Mba Fil, Mba Vita. vi 15. Semua teman angkatan 2003: Ayu,Daniar,Pethonk,Atrie, Eko, Mita KMK, Heri,dan semua teman angkatan 2003 lainnya. Serta Panitia Just A Moment, Panitia Indisipliner Pro Justitia. 16. Semua teman magang Polres Sukoharjo Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta : Rizal, Remana, Bayu, Heri, Itok, Panji, Arfan, Victory. 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Akhirnya penulis menyadari bahwa penulisan hukum ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan penulisan hukum ini. Surakarta, Januari 2008 Penulis vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN............................................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................. iv KATA PENGANTAR ........................................................................................ v DAFTAR ISI....................................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... xi ABSTRAK .......................................................................................................... xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................... 1 B. Perumusan Masalah ................................................................. 5 C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5 D. Manfaat Penelitian ................................................................... 6 E. Metode Penelitian .................................................................... 7 F. Sistematika Penulisan Hukum ................................................. 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teori ........................................................................ 15 1. Tinjauan Umum Perjanjian Jual-Beli................................. 15 a) Pengertian Perjanjian.................................................... 15 b) Syarat Sahnya Perjanjian............................................. 16 c) Asas-asas Perjanjian...................................................... 16 d) Prestasi dan Wanprestasi............................................... 18 e) Berakhirnya Perjanjian................................................. 20 2. Tinjauan Umum Pasar Modal ............................................ 20 viii a) Pengertian Pasar Modal ............................................... 20 b) Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia ....... 21 c) Pelaku Pasar Modal...................................................... 24 d) Instrumen Pasar Modal ................................................ 30 e) Struktur Pasar Modal ................................................... 32 3. Tinjauan Umum Remote Trading System ......................... 35 a) Latar Belakang Remote Trading System ..................... 35 b) Pengertian Remote Trading System............................. 36 c) Perbedaan Remote Trading System dengan On-Line Trading.......................................................................... 37 B. Kerangka Pemikiran................................................................. 38 BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum PT. Bursa Efek Jakarta ................................ 41 B. Pelaksanaan Perdagangan Saham di PT. Bursa Efek Jakarta… .................................................................................. 47 C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System Serta Upaya dalam Mengatasinya…………………… 66 1. Hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System.... 66 2. Solusi Dalam Mengatasi Hambatan................................... 68 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................. 70 B. Saran......................................................................................... 73 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN ix DAFTAR GAMBAR GAMBAR : Halaman Gambar 1 Metode Analisis Interaktif ............................................................ 13 Gambar 2 Struktur Pasar Modal di Indonesia ................................................ 34 Gambar 3 Kerangka Pemikiran....................................................................... 40 Gambar 4 Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta.................................... 46 Gambar 5 Proses Perdagangan Efek Secara Manual........................................ 49 Gambar 6 Mekanisme Perdagangan di BEJ dengan Remote Trading System.. 52 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Surat Permohonan Ijin Penelitian Lampiran II Surat Keterangan Penelitian Lampiran III Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor : SE002/BEJ/03-2002 Tentang Perdagangan Efek Secara Jarak Jauh (Remote Trading) di Bursa Efek Jakarta. Lampiran IV Surat Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-040/BEJ/0898 Tentang Peraturan Perdagangan Efek Nomor II-A.5 Tentang Sanksi Lampiran V Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal xi ABSTRAK BUNGA WAHYUNI, E 0003117, TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN REMOTE TRADING SYSTEM DI BURSA EFEK JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta Penulisan Hukum (Skripsi).2007. Penulisan hukum ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan remote trading system di Bursa Efek Jakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal, hambatan apa yang ada dalam pelaksanaan Remote Trading System dan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan tersebut. Penelitian ini termasuk jenis penelitian hukum empiris dengan pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif, dengan mengambil lokasi penelitian di PT. Bursa Efek Jakarta yang beralamat di Gedung Bursa Efek Jakarta lt.4 Tower 1, Jl. Jendral Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan. Data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penulisan hukum ini adalah data primer dengan cara observasi dan wawancara, serta data sekunder dengan cara studi pustaka. Teknik analisis data yang digunakan dalam penulisan hukum ini adalah analisis data kualitatif dengan model interaktif. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa pelaksanaan Remote Trading System di Bursa Efek Jakarta dibuat untuk dapat mewujudkan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien berdasarkan dengan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal. Remote trading system dibuat untuk meminimalisir pelanggaran yang sering terjadi pada sistem perdagangan secara manual. Dengan Remote Trading System ini perdagangan efek menjadi lebih efisien dibanding dengan perdagangan manual. Perlindungan hukum para pelaku pasar modal diatur dalam Peraturan Bursa Efek Jakarta dan Undang-Undang tentang Pasar Modal. Hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Remote Trading System ini adalah berupa hambatan secara teknis yakni kegagalan transaksi disebabkan primary fix engine crash, kegagalan transaksi disebabkan backup fix engine crash, kegagalan transaksi disebabkan JONEC machine crash, kegagalan transaksi disebabkan database crash, dan kegagalan transaksi disebabkan force majeure serta hambatan wanprestasi, yakni tidak dipenuhinya kewajiban dalam proses penyelesaian transaksi. Solusinya adalah Bursa Efek menyediakan dua mesin yakni primary fix engine dan back up engine yang dioperasikan secara paralel pada saat perdagangan efek untuk menjamin kelancaran perdagangan, serta Bursa Efek Indonesia akan memberikan sanksi yang tegas pada pihak yang melakukan wanprestasi,untuk menjamin kembali lancarnya perdagangan. Implikasi teoritis penelitian ini adalah memberikan sumbangan bagi pengetahuan hukum perdata khususnya perdagangan dalam pasar modal, sedangkan implikasi praktisnya adalah hasil penelitian ini dapat memberi masukkan dan tambahan pengetahuan bagi para pihak yang terkait dan untuk penelitian lebih lanjut. xii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan Pasar modal di Indonesia berkembang sejak zaman VOC hingga era globalisasi kini. Pasar modal sejak zaman VOC tetap digunakan oleh pemerintah sebagai sarana yang tepat untuk menghimpun dana dalam jumlah yang besar. Pasar modal sendiri dibentuk dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pembangunan nasional. Dalam rangka pembangunan nasional dan ekonomi suatu negara, diperlukan pembiayaan yang bersifat terus menerus. Pembiayaan untuk pembangunan perekonomian nasional ini membutuhkan dana yang tidak sedikit, untuk itu dibutuhkan dana tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga dari masyarakat. Pembiayaan negara ini didapat dari pajak, maupun devisa negara dan lainnya. Untuk pembangunan yang menyeluruh dalam suatu negara ada tiga faktor yang mendukung dan saling terkait yakni faktor ekonomi, sosial dan politik. Dengan demikian untuk menciptakan suatu pembangunan nasional yang menyeluruh maka pembangunan secara ekonomi dan hukum harus berjalan seimbang, untuk itu hukum harus terus fleksible dan beradaptasi agar dapat mengimbangi perkembangan perekonomian. Melalui visi dan misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025, dalam salah satu misinya disebutkan bahwa : ”Mewujudkan bangsa yang berdaya saing adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing ; meningkatkan penguasaan dan pemanfaatan iptek melalui penelitian, pengembangan, dan penerapan menuju inovasi secara berkelanjutan; membangun infrastruktur yang maju serta reformasi di bidang hukum dan aparatur negara; dan memperkuat perekonomian domestik berbasis xiii keunggulan kompetitif dengan membangun keterkaitan sistem produksi , distribusi, dan pelayanan termasuk pelayanan jasa dalam negeri”. Selanjutnya dalam Arah Pembangunan Jangka Panjang Tahun 20052025, untuk memperkuat daya saing bangsa. Pembangunan nasional dalam jangka panjang, salah satunya diarahkan untuk Memperkuat Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdaya Saing Global dan di dalamnya dijelaskan bahwa : ”Investasi diarahkan untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan berkualitas dengan mewujudkan iklim investasi yang menarik; mendorong penanaman modal asing bagi peningkatan daya saing perekonomian nasional; serta meningkatkan kapasitas infrastruktur fisik dan pendukung yang memadai. Investasi yang dikembangkan dalam rangka penyelenggaraan demokrasi ekonomi akan dipergunakan sebesar-besarnya untuk pencapaian kemakmuran bagi rakyat”. Untuk itu Pasar modal dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembiayaan pembangunan yang dapat digunakan bagi kemakmuran rakyat. Karena pasar modal merupakan suatu wahana yang dapat memobilisasi investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Pada hakikatnya, yang dimaksud dengan struktur permodalan adalah pencerminan dari perimbangan antara hutang jangka panjang dan modal sendiri dari suatu perusahaan. Untuk itu sumber pembiayaan jangka panjang seperti yang disediakan pasar modal merupakan suatu keharusan bagi pembangunan nasional, dan untuk lebih menyempurnakan pasar modal, agar lebih fleksible dan efisien serta untuk menjamin kepastian hukum para pelaku pasar modal. Maka kemudian pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Perkembangan aktifitas perdagangan di pasar modal cukup menggembirakan, hal ini dapat dilihat dari data-data perdagangan saham di Jakarta Stock Exchange. Dari segi perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada tahun 1993-2003, terjadi peningkatan yang cukup signifikan, dari tahun 1993 yang hanya 172 perusahaan meningkat menjadi 329 perusahaan xiv pada tahun 2003. Namun aktifitas perdagangan sempat merosot pasca kejadian ledakan bom di gedung Bursa Efek Jakarta pada tanggal 13 mei tahun 2000. (JSX Statistic 1996 -2003). Akibat kejadian itu, terjadi gangguan yang cukup signifikan pada sistem perdagangan, dan menimbulkan pemikiran untuk meningkatkan keamanan dalam melakukan transaksi di Bursa Efek. Salah satunya adalah menjadikan perdagangan saham tidak hanya bergantung pada satu tempat saja yaitu di lantai Bursa Efek Jakarta. Untuk itu seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang sedemikian pesat, maka para pelaku pasar modal harus segera beradaptasi dengan teknologi agar tidak ketinggalan informasi untuk kemajuan pasar modal. Kemajuan Teknologi Informasi khususnya komputer sebagai perangkat pengolah informasi, kini telah banyak mengalami perkembangan. Semula komputer hanya berkemampuan untuk mengolah data yang berbentuk uraian kata dan angka, maupun kombinasinya sekarang ternyata terus berkembang semakin majemuk seiring dengan perkembangan teknologi digital. Kegiatan pasar modal khususnya perdagangan saham sangat bergantung pada teknologi komputer yang menggunakan internet, dimana perdagangan saham sekarang sudah tidak dapat lagi bergantung pada lantai bursa, karena perdagangan saham menggunakan lantai bursa sudah tidak dapat lagi dijadikan sebagai suatu ajang perdagangan yang fair, transparan dan efisien. Untuk itu pada tanggal 22 mei 1995, Jakarta Stock Exchange menyediakan 444 terminal komputer untuk perdagangan saham di lantai bursa. Terminal ini dikenal dengan istilah Trader Workstation atau booth yang dihubungkan secara langsung dengan mesin perdagangan melalui Jakarta Stock Exchange. Sistem ini kemudian lebih dikenal dengan Jakarta Automated Trading System atau JATS. Pada sistem ini transaksi dilakukan secara netting dengan berbasis komputer yang merupakan teknologi dasar untuk menuju Scriptless Trading. xv Dengan menggunakan sistem ini, tercatat peningkatan dalam order dari 3.800 transaksi per hari menjadi 140.000 order per hari pada tahun 1997. (www.jsx.co.id/sistemperdagangan). Untuk lebih memperluas perdagangan, dan untuk menuju terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien yang tidak bergantung pada lantai bursa maka kemudian diterapkan sistem perdagangan jarak jauh yang dikenal dengan Remote Trading System. Dalam RTS yang menggunakan teknologi JATS ini, perdagangan saham nantinya dapat dilakukan dari berbagai tempat pada terminal komputer yang terpasang pada setiap perusahaan efek yang telah menjadi anggota Bursa Efek Jakarta, bahkan di setiap kantor cabang anggota bursa di berbagai daerah dalam wilayah hukum Indonesia. Dengan adanya Remote Trading System ini tentu saja dapat menguntungkan para pelaku pasar modal karena setiap investor di berbagai pelosok daerah dalam wilayah hukum Indonesia dapat menjangkau bursa, dan akses pasar akan semakin luas karena transaksi bisa dilakukan di kantor masing-masing anggota bursa. Namun karena pasar modal adalah bisnis yang juga didalamnya mengandung prinsip kepercayaan, maka perlindungan dan kepastian hukum bagi para pelaku pasar modal sangat mutlak dibutuhkan. Dengan adanya perlindungan dan kepastian hukum dalam pelaksanaan Remote Trading System ini maka diharapkan para pelaku pasar dan pemodal yang akan menanamkan modalnya tidak ragu lagi untuk berinvestasi di Indonesia dengan menggunakan sistem ini. Berdasarkan uraian penulis diatas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah penulisan hukum dengan judul : “TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN REMOTE TRADING SYSTEM DI BURSA EFEK JAKARTA BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL”. xvi B. Perumusan Masalah Perumusan masalah merupakan hal yang sangat penting dalam setiap penelitian karena adanya perumusan masalah, berarti penulis telah mengidentifikasikan masalah yang akan diteliti, yang merupakan titik sentral dalam setiap penelitian. Selain itu perumusan masalah yang jelas akan mempermudah peneliti dalam pengumpulan data dan menghindari adanya data yang tidak diperlukan sehingga penelitian akan lebih terarah pada sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan hal-hal tersebut, maka penulis merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pelaksanaan perdagangan efek melalui Remote Trading system di PT. Bursa Efek Jakarta berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal? 2. Hambatan- hambatan apa sajakah yang timbul dalam pelaksanaan Remote Trading System dan bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan ? C. Tujuan Penelitian Penelitian merupakan kegiatan ilmiah di mana berbagai data dan informasi dikumpulkan, dirangkai, dan dianalisa yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan juga dalam rangka pemecahan masalah-masalah yang dihadapi (Soerjono Soekanto, 1986 : 2). Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai jawaban atas permasalahan yang dihadapi maupun untuk memenuhi kebutuhan perorangan. Adapun penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut : xvii 1. Tujuan Objektif a) Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan perdagangan saham melalui Remote Trading System di PT. Bursa Efek Jakarta. b) Untuk mengetahui hambatan-hambatan apa saja yang timbul dalam pelaksanaan Remote Trading System di PT. Bursa Efek Jakarta dan bagaimana upaya dalam mengatasi hambatan. 2. Tujuan Subjektif. a) Untuk memperoleh data-data sebagai bahan utama penyusunan penulisan hukum agar dapat memenuhi persyaratan akademis guna memperoleh gelar sebagai sarjana hukum pada Fakultas Hukum Universitas sebelas Maret. b) Untuk mengetahui lebih mendalam tentang pelaksanaan perdagangan saham melalui Remote Trading System di PT. Bursa Efek Jakarta. c) Untuk memperluas serta mengembangkan pemahaman aspek hukum dalam teori dan praktek lapangan hukum yang berguna bagi penulis, dengan harapan bermanfaat di kemudian hari. D. Manfaat Penelitian Berdasarkan hal tersebut diatas, manfaat yang hendak dicapai oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum keperdataan pada umumnya dan ilmu pengetahuan mengenai pasar modal pada khususnya. b) Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi peneliti yang akan datang. xviii 2. Manfaat Praktis a) Memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteliti. b) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat yang ingin melakukan jual beli saham melalui Remote Trading System. c) Guna mengembangkan penalaran, dan membentuk pola pikir yang dinamis dan mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh. E. Metode Penelitian Penelitian adalah suatu proses, yaitu suatu rangkaian langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan- pertanyaan tertentu (Sumadi Suryabrata, 2003 : 11). Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan jalan menganalisa. Kecuali itu, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahakan suatu pemecahan atas permasalahanpermasalahan yang timbul di dalam gejala yang bersangkutan (Soerjono Soekanto, 1986 :2). Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Mengacu pada perumusan masalah, maka penelitian yang dilakukan ini termasuk dalam jenis penelitian empiris dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif adalah suatu tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang dinyatakan oleh xix responden secara tertulis maupun lisan dan juga perilakunya yang nyata, yang diteliti dan dipelajari secara utuh (Soerjono Soekanto, 1986:32). 2. Sifat Penelitian Dilihat dari sifatnya, bentuk penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya terutama adalah untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama, atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru (Soerjono Soekanto, 1986: 10). 3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Bursa Efek Jakarta yang beralamat di Gedung Bursa Efek Jakarta lt. 4 Tower 1, Jl. Jendral Sudirman Kav 52-53 Jakarta Selatan. 4. Jenis Data Data dalam penelitian pada umumnya dapat dibedakan menjadi data yang diperoleh langsung dari masyarakat maupun data yang didapat dari bahan-bahan pustaka. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a) Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari lapangan yang terdapat pada lokasi penelitian melalui wawancara, dan dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan pihak-pihak yang terkait seperti Bursa Efek Jakarta, dan Bapepam-LK. xx b) Data Sekunder Data sekunder merupakan data-data yang diperoleh dari dokumendokumen, laporan, peraturan perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan Remote Trading seperti Peraturan Keanggotaan BEJ dan buku-buku, literatur tertulis lainnya yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 5. Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam dalam penelitian adalah subyek dimana data diperoleh. Sumber data dalam penelitian ini meliputi : a) Sumber Data Primer Sumber data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama yaitu perilaku masyarakat melalui penelitian (Soerjono Soekanto, 1986: 12). Dalam penelitian ini, data langsung diperoleh melalui wawancara dengan pihak-pihak yang terkait seperti Bursa Efek Jakarta dan Bapepam-LK. b) Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui bahan dokumen, Peraturan perundangundangan, laporan, arsip, literatur, dan hasil penelitian lainnya. xxi 6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan dimaksudkan untuk memperoleh data dalam penelitian. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Data Primer Data primer menggunakan studi lapangan, yaitu pengumpulan data dengan cara terjun langsung pada obyek penelitian untuk mengadakan penelitian secara langsung. Untuk memperoleh data primer dalam penelitian lapangan ini digunakan teknik pengumpulan data dengan cara: (1) Wawancara Wawancara adalah situasai peran antar pribadi bertatap muka ( face to face), ketika seseorang, yakni pewawancara mengajukan pertanyaan–pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada seseorang responden ( Amirudin & Zainal Asikin, 2004 : 82 ). Jenis wawancara yang akan digunakan adalah wawancara mendalam, yaitu wawancara yang akan dilakukan dengan pertanyaan yang besifat open-ended, dan mengarah pada kedalaman informasi, serta dilakukan dengan cara yang tidak secara formal terstruktur. (2) Observasi Suatu teknik pengumpulan data dimana penyusun mengadakan pengamatan secara langsung dan sistematis terhadap masalah yang berkaitan dengan obyek yang akan diteliti xxii b) Data Sekunder Teknik pengumpulan data untuk data sekunder ini adalah melalui studi pustaka. Studi pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku ilmiah , peraturan perundangundangan , arsip-arsip dan bahan lainnya yang berbentuk tertulis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 7. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif sumber data bisa berupa orang, peristiwa, lokasi, benda, dokumen atau arsip. Beragam sumber tersebut menuntut cara tertentu yang sesuai guna mendapatkan data. Pada penelitian kualitatif proses analisisnya dilakukan sejak awal bersamaan dengan proses pengumpulan data (H.B.Sutopo 2002: 86). Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis interaktif (interactive model of analysis), yaitu model analisis dalam penelitian kualitatif yang terdiri dari tiga komponen analisis yang dilakukan dengan cara interaksi, baik antar komponennya, maupun dengan proses pengumpulan data, dalam proses yang berbentuk siklus. Menurut H. B. Sutopo, ketiga komponen analisis itu adalah sebagai berikut : a) Reduksi Data Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi , pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan penelitian. xxiii b) Penyajian Data Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi kalimat juga dapat meliputi berbagai jenis matriks, gambar, jaringan kerja, kaitan kegiatan dan juga table sebagai pendukung narasinya. c) Penarikan Kesimpulan dan Verifikasinya Kesimpulan akhir merupakan hasil dari pemahaman atas arti dari berbagai hal yang ditemukan peneliti dengan melakukan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat dan proposisi yang mungkin. Konklusi-konklusi dibiarkan tetap disitu yang pada awalnya kurang jelas, kemudian meningkat secara eksplisit dan juga memiliki landasan yang kuat. Kesimpulan akhir perlu diverifikasi agar cukup mantap dan bisa dipertanggungjawabkan. Dalam teknik analisis ini, peneliti tetap bergerak diantara ketiga komponen analisis dan pengumpulan data selama pengumpulan data berlangsung. Setelah pengumpulan data selesai , maka peneliti bergerak antara ketiga komponen analisis tersebut hingga waktu tersisa bagi peneliti berakhir ( H.B Sutopo, 2002 : 91-95) Adapun model analisis interaktif yang digunakan dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut: xxiv Pengumpulan Data Reduksi Data Sajian Data Penarikan Kesimpulan/ Verifikasi Gambar 1. Komponen-komponen Analisis Model Interaktif (H. B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif) F. Sistimatika Penulisan Hukum ( Skripsi ) Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai penulisan hukum ini, maka dalam laporan penelitian nanti akan dibagi menjadi empat bab dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub yang disesuaikan dengan luas pembahasannya. Adapun sistimatika dari penulisan hukum sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah mengenai pelaksanaan perdagangan saham melalui Remote Trading System, perumusan masalah untuk mengarahkan isi agar lebih jelas, tujuan penelitian yang dibedakan menjadi tujuan obyektif dan subyektif, manfaat penelitian secara teoritis dan praktis, metode penelitian yang digunakan yang meliputi jenis penelitian yang digunakan, lokasi penelitian, jenis data, sumber data, teknik pengumpulan data , teknik analisis data, kemudian diakhiri dengan sistimatika penulisan hukum ( skripsi ). xxv BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi kajian pustaka dan teori yang berkenaan dengan judul dan masalah yang diteliti yaitu : Tinjauan umum Perjanjian Jual-beli, Tinjauan umum Pasar Modal, Tinjauan umum Remote Trading System, serta kerangka pemikiran. BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang pelaksanaan perdagangan saham melalui Remote Trading System, mengenai pelaksanaannya, hambatan dalam pelaksanaan, serta cara penyelesaiannya. Hasil penelitian yaitu melalui teknik analisis data yang telah ditentukan dalam sub bab metode penelitian. BAB IV : PENUTUP Bab ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian di lapangan. Serta saran- saran yang berkaitan dengan masalah yang diteliti oleh penulis. DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xxvi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Tinjauan Umum Perjanjian Jual-Beli . a) Pengertian Perjanjian Menurut R. Subekti, suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal yang lain atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Berdasarkan Pasal 1313 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang dimaksud perjanjian adalah sebagai berikut: “Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.” Dan menurut Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yang dimaksud perjanjian jual-beli yakni : “Jual-beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk membayar harga yang telah dijanjikan.” Apabila disimpulkan, perjanjian mengandung unsur-unsur sebagai berikut (Abdulkadir Muhammad, 1990: 79): (1) Adanya pihak-pihak yang paling sedikit dua orang; (2) Persetujuan antara pihak-pihak tersebut; xxvii (3) Tujuan yang akan dicapai; (4) Prestasi yang akan dilaksanakan; (5) Bentuk tertentu, bisa lisan atau tertulis; b) Syarat Sahnya suatu perjanjian Menurut Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : (1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya (2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan (3) Suatu hal tertentu (4) Suatu sebab yang halal Menurut Pasal 1458 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jual-beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, meskipun kebendaan itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar. c) Asas-asas Perjanjian Dalam Hukum Perjanjian dapat dijumpai beberapa asas penting yang perlu diketahui. Asas tersebut antara lain sebagai berikut : (1) Asas kebebasan berkontrak Pasal 1338 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. xxviii Dari pasal tersebut dapat di ketahui bahwa undangundang memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengadakan perjanjian yang berisi apa saja, asalkan tidak melanggar kesusilaan ketertiban umum dan undang-undang. (2) Asas konsensualisme Arti asas konsensualisme adalah pada dasarnya perjanjian dan perikatan, timbul seketika sejak detik tercapainya kesepakatan antara kedua pihak yang melakukan perjanjian. (3) Asas kekuatan mengikat Asas ini disebut juga asas pacta sunt servanda, yang memberikan kepastian hukum bagi para pihak yang membuat perjanjian. Perjanjian yang dibuat secara sah mengikat dan berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak. (4) Asas kepercayaan Seorang yang mengadakan perjanjian dengan pihak lain menumbuhkan kepercayaan di antara kedua belah pihak tersebut, bahwa satu sama lain akan memegang janjinya, dengan kata lain akan memenuhi prestasinya dikemudian hari. (5) Asas keseimbangan Asas ini menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut pelunasan prestasi melalui kekayaan debitur, namun kreditur memikul beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. (Mariam Darus Badrulzaman, 1993: 109114) xxix d) Prestasi dan Wanprestasi (1) Prestasi Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh debitur dalam suatu perjanjian. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata, prestasi tersebut dapat berupa memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, tidak berbuat sesuatu (Abdulkadir Muhammad, 1990:17). Ketiganya dapat dijelaskan sebagai berikut : a) Memberikan sesuatu Dalam Pasal 1235 KUHPerdata disebutkan bahwa “ kewajiban debitur untuk menyerahkan benda yang bersangkutan”. Arti memberikan dalam hal ini adalah menyerahkan kekuasaan nyata atas benda debitur kepada kreditur misalnya, dalam perjanjian sewa menyewa, pinjam pakai. b) Berbuat sesuatu Berbuat sesuatu adalah melakukan perbuatan yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Jadi wujud dari prestasi tersebut adalah melakukan perbuatan tertentu, misalnya melakukan perbuatan membongkar tembok, mengosongkan rumah, dan sebagainya. c) Tidak berbuat sesuatu Tidak berbuat sesuatu berarti tidak melakukan perbuatan seperti yang telah diperjanjikan. Jadi wujud prestasinya adalah tidak melakukan perbuatan, misalnya tidak membuat persaingan yang telah diperjanjikan, tidak xxx membuat tembok yang terlalu tinggi, dan sebagainya. Apabila ada pihak yang ingkar maka ia harus bertanggung atas jawab akibatnya ( Abdulkadir Muhammad, 1986 :102 ). (2) Wanprestasi Seseorang yang tidak melakukan prestasinya yang merupakan kewajibannya di dalam suatu perjanjian, disebut sebagai melakukan “wanprestasi”. Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan debitur untuk tidak mau melaksanakannya, maupun kelalaian debitur untuk tidak melaksanakannya. Dalam hal debitur memang secara sengaja tidak mau melaksanakannya, diatur dalam ketentuan KUHPerdata Pasal 1236 dan Pasal 1239 (Kartini Muljadi, Gunawan Widjaja, 2003:70). Tidak terpenuhinya kewajiban tersebut ada 2 (dua) kemungkinan alasan, yaitu: a) Karena kelalaian debitur, baik karena kesengajaan maupun karena kelalaian. b) Karena keadaan memaksa (force majeur) atau diluar kemampuan debitur, debitur tidak bersalah. Wanprestasi (kelalaian atau kealpaan) seorang dapat berupa : a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan. b) Melakukan apa yang dijanjikan , tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan. c) Melakukan apa yang telah dijanjikan tetapi tidak tepat pada waktunya. xxxi d) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. e) Berakhirnya Perjanjian Persetujuan atau perjanjian dapat berakhir karena : (1) Ditentukan dalam perjanjian; (2) Ditentukan oleh undang-undang; (3) Pernyataan menghentikan persetujuan; (4) Tujuan telah tercapai; (5) Dengan persetujuan para pihak. Menurut Pasal 1381 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata hapusnya suatu perikatan. Dapat disebabkan karena : (1) Pembayaran; (2) Penawaran pembayaran tunai; (3) Pembaharuan utang (novasi) (4) Perjumpaan utang atau kompensasi; (5) Percampuran utang; (6) Pembebasan utang; (7) Musnahnya barang yang terutang; 2. Tinjauan Umum Pasar Modal a) Pengertian Pasar Modal Pasar (Market) merupakan sarana yang mempertemukan aktivitas pembeli dan penjual untuk suatu komoditas atau jasa. Pasar modal sebagaimana pasar pada umumnya adalah merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli. Menurut Munir Fuadi (1996 :10), pasar modal (capital market), yaitu suatu tempat atau sistem bagaimana xxxii cara dipenuhinya kebutuhan-kebutuhan dana untuk kapital suatu perusahaan, merupakan pasar tempat orang membeli dan menjual surat efek yang baru dikeluakan. Maka pasar modal pada hakikatnya adalah pasar dalam pengertian abstrak yang sekaligus konkret. Dikatakan abstrak sebab yang diperdagangkan dalam pasar modal adalah dana-dana jangka panjang yang merupakan benda abstrak. Dikatakan konkret karena perdagangan tersebut terwujud dalam bentuk jual beli surat-surat berharga atau sekuritas ditempat perdagangan. Sementara itu menurut pasal 1 ayat 13 Undang-undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, yang dimaksud dengan pasar modal adalah seluruh kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Dengan demikian, undang-undang pasar modal dalam memberi arti kepada pasar modal tidak memberi suatu definisi secara menyeluruh melainkan lebih menitikberatkan kepada kegiatan dan para pelaku dari suatu pasar modal (Munir Fuadi, 1996 : 11). b) Sejarah Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Mengenai sejarah pengaturan pasar modal di Indonesia tidak terlepas dari sejarah pertumbuhan dan perkembangan pasar modal itu sendiri. Menurut M. Irsan Nasarudin, sejarah pasar modal itu sendiri dapat dibagi dalam : (1) Periode Permulaan ( 1878-1912) Di Indonesia, kegiatan transaksi saham dan obligasi dimulai pada abad ke-19. menurut buku Effectengids yang dikeluarkan Vereniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, transakasi efek telah berlangsung sejak 1880. pada tahun 1878 terbentuk perusahaan yang cikal bakal PT.Perdanas, menjadi pedagang perantara untuk xxxiii perdagangan komunitas dan sekuritas, yaitu Dunlop & Koff. Dengan demikian karena belum ada bursa resmi, maka dapat dikatakan bahawa periode ini adalah periode permulaan sejarah pasar modal Indonesia. (2) Periode Pembentukan Bursa (1912-1925) Perkembangan transaksi efek semakin meningkat, tetapi bursa yang resmi belum ada. Akhirnya pada tahun 1912 pemerintah Belanda membentuk Amsterdamse Effectenbeurs di batavia. Sehingga resmilah pada saat itu mulai beroperasi bursa efek pertama di Indonesia. Setelah berdirinya Bursa Efek Batavia, maka pada periode ini terbentuk Bursa Efek Surabaya dan Bursa Efek semarang. Pada awal pendirian bursa Batavia terdapat 13 anggota bursa. Efek yang diperjualbelikan adalah berupa saham dan obligasi perusahaanperusahaan Belanda yang beroperasai di Indonesia. (3) Periode Awal kemerdekaan (1925-1952) Perkembangan Efek pada periode ini berlangsung marak, namun tidak bertahan lama karena dihadapkan pada resesi ekonomi pada tahun 1929 dan pecahnya Perang dunia II. Setelah ditutup pada tahun 1940 Bursa Efek Jakarta kembali dibuka. Akan tetapi aktifnya tidak berlangsung lama karena Jepang masuk ke Indonesia, dan bursa Efek Jakarta kembali ditutup. Pada Periode ini pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1953 yang kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang No.15 Tahun 1952 yang mengatur Bursa Efek. (4) Periode kebangkitan (1952-1976) Pada tahun 1952 menjadi tonggak sejarah pasar modal Indonesia, ditandai dengan dikeluarkannya undang-undang No.15 xxxiv Tahun 1952 sebagai Undang-Undang Darurat yang kemudian ditetapkan sebagai Undang-Undang Bursa. Tetapi, dalam periode ini kebangkitan bursa mengalami hambatan. Kondisi ini diperparah dengan adanya sengketa Irian Barat dan tingginya inflasi yang mencapai 65%. keadaan itu mengguncangkan sendi perekonomian dan kepercayaan masyarakat menjadi berkurang terhadap pasar modal. (5) Periode pengaktifan kembali (1977-1987) Pada era ini Bursa Efek mulai digalakkan kembali, momentumnya adalah dengan keluarnya Keppres No.52 Tahun 1976 tentang Pembentukan Badan Pelaksana Pasar Modal, serta Keppres No.25 Tahun 1976 mengenai Pembentukan Dana Reksa. Selanjutnya dikeluarkanlah beberapa putusan Menteri Keuangan yang mengatur lebih rinci dan lebih operasional tentang pelaksanaan Bursa Efek tersebut, antara lain SK Menkeu No. 1670 Tahun 1976 tentang Penyelenggaraan Bursa, SK Menkeu No. 1672 Tahun 1976 tentang Tata Cara Menawarkan Efek kepada Masyarakat melalui Bursa dan lain sebagainya. Dengan adanya berbagai peraturan dan kebijaksanaan tersebut, maka Bursa Efek sudah mulai terus berkembang sampai akhirnya tiba era baru dalam perekonomian Indonesia, yaitu “Era Liberalisme Perdagangan” yang ditandai dengan diberlakukannya berbagai deregulasi ekonomi yang menghasilkan suatu keadaan perekonomian yang semakin liberal dan terbuka. (6) Periode Deregulasi ( 1987-1995) Pada periode ini sejalan dengan perkembangan ekonomi dan semakin besarnya kebutuhan dana untuk menggerakkan roda perekonomian, pemerintah meluncurkan sejumlah paket deregulasi xxxv dan kebijakan penting di bidang pasar modal. Sedemikian banyaknya perusahaan-perusahaan yang mencari dana lewat pasar modal, sehingga pada masa itu masyarakat luas pun berduyun-duyun untuk menjadi investor. Pasar modal mengalami perkembangan yang sangat pesat pada periode ini. (7) Periode Kepastian Hukum (1995-sekarang) Dampak positif dari kebijakan deregulasi telah menebalkan kepercayaan investor dan perusahaan terhadap pasar modal Indonesia. Puncak kepercayaan itu ditandai dengan lahirnya UndangUndang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal yang komprehensif dan modern, karena memgacu pada aturan-aturan yang berlaku secara internasional. (8) Periode Independensi Bapepam-LK Menurut Undang-Undang Pasar Modal, Bapepam-LK bertugas untuk menciptakan pasar modal yang teratur, wajar dan efisien, serta melindungi kepentingan pemodal dan masyarakat. Bapepam-LK mempunyai kewenangan yaitu untuk melakukan pembinaan, pengaturan dan pengawasan. Untuk mengefektifkan tugas tersebut, independensi Bapepam menjadi suatu hal yang amat penting untuk menegakkan hukum secara konsisten, imparsial, dan adil. c) Pelaku Pasar Modal Pelaku pasar modal sebenarnya adalah juga lembaga yang terkait dalam pasar modal. Keterlibatan para pelaku pasar bersifat terusmenerus, dan merupakan kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan lembaga pasar modal itu sendiri. Para pelaku pasar modal adalah pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan pasar modal yang satu xxxvi sama lain mempunyai peranan, tanggung jawab, dan fungsi yang saling melengkapi satu sama lain. Dasar pengaturan pelaku pasar modal ini terdapat dalam Keppres No.53/1990 dan Keputusan Menteri Keuangan No.1548/KMK 013/1990. Munculnya kebijaksanaan ini dimaksudkan agar tercipta iklim peningkatan profesional dan mekanisme keterbukaan pasar. Para pelaku pasar modal dapat digolong-golongkan ke dalam beberapa kategori sebagai berikut : (1) Kategori Pelaku Investasi, merupakan investor di pasar modal, baik investor domestik maupun investor asing, baik investor individual maupun investor institusional. (2) Kategori Penarik Modal, yang terdiri dari pihak yang mengemisi suatusekuritas (emiten), atau pihak perusahaan publik (3) Kategori Penyedia fasilitas, yang merupakan pihak-pihak yang menyediakan fasilitas atau tempat tertentu terhadap kegiatan pasar modal, yaitu : a) Bursa Efek Sebagai penyedia fasilitas pasar secara fisik. Di Indonesia terdapat dua bursa, yaitu Bursa Efek Jakarta (BEJ), dan Bursa Efek Surabaya (BES). Suatu Bursa Efek berfungsi sebagai : i) Menyediakan sarana perdagangan. ii) Membuat aturan (aturan bursa). iii) Menyediakan informasi pasar. iv) Memberikan layanan kepada anggota bursa, emiten dan publik. xxxvii Sebagai institusi yang diberikan kewenangan oleh undang-undang untuk membuat dan menetapkan peraturan bagi anggota Bursa Efek, di mana hal itu merupakan cerminan dan fungsinya sebagai Self Regulatory Organization (SRO). Ketentuan Bursa Efek mempunyai ketentuan hukum yang mengikat bagi para pihak. b) Lembaga Kliring dan Penjaminan (LKP) LKP dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan jasa kliring yaitu yang merupakan suatu proses yang digunakan untuk menetapkan hak dan kewajiban para anggota Bursa Efek atas transaksi yang mereka lakukan sehingga mereka mengetahui hak dan kewajibannya masing-masing. c) Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian (LPP) Merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk menyediakan fasilitas jasa kustodian sentral bagi Bank Kustodian, Perusahaan Efek, dan pihak lain. Saat ini efek diselenggarakan oleh PT.Kustodian Sentral Efek Indonesia (Tjiptono Darmadji dan Hendy M. Fakhrudin 2001 : 18). (4) Kategori Pengawas Kategori Pengawas adalah sekelompok pihak yang oleh hukum diberikan tugas-tugas pengawasan sehingga jalannya kegiatan pasar modal dapat lebih tertib, adil, efektif dan efisien. Kelompok ini terdiri dari Bapepam, yang memang diberi tugas khusus untuk mengawasi jalannya pasar modal. Disamping itu, masih ada pihak-pihak lain yang meskipun tidak diberi tugas secara khusus untuk mengawasi jalannya kegiatan pasar modal namun dalam pekerjaan sehari-hari masih ada kemungkinan ikut xxxviii mengawasi pasar modal ini. Seperti pihak-pihak instansi pemerintah seperti Departemen Keuangan, Bank Indonesia, Kepolisian, dan lain-lain. (5) Kategori Penunjang Kategori Penunjang adalah segolongan pihak yang oleh hukum dikelompokan sebagai pihak yang mempunyai fungsi untuk ikut menunjang pasar modal. Kategori penunjang ini dibagi lagi kedalam dua kategori yang lebih kecil yaitu Lembaga Penunjang dan Profesi Penunjang. a) Lembaga Penunjang Pasar Modal terdiri dari : i) Bank Kustodian, merupakan lembaga penunjang pasar modal yang bertugas melakukan jasa penitipan dan penyimpanan efek milik pemegang rekening; ii) Biro Administrasi efek, merupakan lembaga yang mempunyai wewenang untuk mendaftarkan pemilikan efek dalam daftar buku pemegang saham emiten dan melakukan pembagian hak yang berkaitan dengan efek; iii) Wali Amanat, adalah lembaga yang diberikan wewenang untuk mewakili kepentingan pihak investor surat utang yang diperdagangkan lewat pasar modal. c) Profesi Penunjang Pasar Modal, terdiri dari : i) Akuntan, dalam hal ini pihak akuntan bertugas untuk memeriksa dan melaporkan segala sesuatu yang berkenaan dengan masalah keuangan dari emiten; ii) Konsultan Hukum, konsultan hukum pasar modal diberi tugas melakukan, membuat dan bertanggung jawab xxxix terhadap dokumen legal audit dan legal opinion, yang mencerminkan segala sesuatu yang berkenaan dengan hukum dari suatu perusahaan terbuka; iii) Penilai, bertugas untuk menilai aset-aset dari sebuah perusahaan terbuka untuk kemudian dilaporkan menurut cara-cara yang digariskan oleh ketentuan yang berlaku; iv) Notaris, merupakan pihak yang dibebankan tugas untuk membuat dan mengaktakan dokumen-dokumen tertentu untuk kepentingan pasar modal; v) Profesi lain-lain, harus ditetapkan minimal dalam bentuk peraturan pemerintah. (6) Kategori Pengatur Emisi dan Transaksi Kelompok ini terdiri dari : a) Penjamin Emisi, merupakan pihak yang melakukan usahausaha penjaminan emisi saham (underwriting) bagi suatu emiten, yakni merupakan pihak yang membuat kontrak dengan emiten untuk melakukan penawaran umum bagi kepentingan emiten dengan atau tanpa kewajiban untuk membeli sisa efek yang tidak terjual. b) Wakil Penjamin Emisi, merupakan orang perorangan yang telah mendapat izin dari Bapepam, untuk bertindak mewakili kepentingan perusahaan efek untuk kegiatan yang bersangkutan dengan penjaminan emisi efek; c) Perantara Pedagang efek, merupakan pihak yang melakukan kegiatan usaha jual beli efek untuk kepentingan sendiri atau untuk kepentingan pihak lain; xl d) Wakil Perantara Pedagang Efek, ini merupakan orang perorangan yang telah mendapat izin dari Bapepam yang bertugas untuk mewakili kepentingan perusahaan efek untuk kegiatan yang bersangkutan dengan pelaksanaan perdagangan efek. (7) Kategori Pengelolaan dan Konsultasi Kelompok yang termasuk dalam kategori pengelolaan dan konsultasi yaitu : a) Manajer Investasi, merupakan pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, kecuali perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri keiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang dimaksud portofolio disini yaitu kumpulan efek yang dimiliki oleh orang perorangan, perusahaan, usaha bersama, asosiasi, atau kelompok yang terorganisasi; b) Wakil Manajer Investasi, merupakan orang perorangan yang bertindak mewakili kepentingan perusahaan efek untuk kegiatan yang bersangkutan dengan pengelolaan portofolio efek; c) Penasihat Investasi Perorangan, merupakan orang-perorangan yang memberi nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau pembelian efek dengan memperoleh imbalan jasa; d) Penasihat Investasi berbentuk Perusahaan, dalam hal ini pemberian nasihat kepada pihak lain mengenai penjualan atau xli pembelian efek juga dengan memperoleh imbalan jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan; e) Reksa Dana, merupakan suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan ke dalam portofolio efek (Munir Fuadi, 1996 : 39). d) Instrumen Pasar Modal Pasar modal adalah pasar yang memperdagangkan efek dalam bentuk instrumen keuangan jangka panjang baik dalam bentuk modal (equity) dan utang. Pasar modal merupakan tempat orang membeli atau menjual surat efek yang baru dikeluarkan. Arti efek menurut Undang – undang Pasar Modal Pasal 1 ayat 5 adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang. Unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivative dari efek. Dengan demikian, pasar modal Indonesia memperdagangkan efek dalam wujud instrumen modal dan utang, instrumen derivative seperti surat pengganti atau bukti sementara dari efek,bukti keuntungan dan surat-surat jaminan, hak-hak untuk memesan atau membeli saham atau obligasi , warrant dan option. Secara umum instrumen pasar modal dapat dibedakan atas beberapa kategori : (1) Saham Saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten. Ada dua macam jenis pemilikan saham yaitu saham atas nama dan saham atas tunjuk. Saham atas nama yaitu saham yang nama pemiliknya tertera diatas saham tersebut, sedangkan saham atas tunjuk yakni saham yang nama pemiliknya tidak tertera di atas saham tersebut. xlii (2) Obligasi Obligasi adalah surat tanda meminjamkan uang yang mempunyai jangka waktu tertentu, biasanya lebih dari satu tahun. Maka, pada hakikatnya obligasi adalah suatu tagihan uang atau beban/tanggungan pihak yang menerbitkan atau mengeluarkan obligasi tersebut, pemegang atau pembeli obligasi memperoleh keuntungan berupa tingkat tertentu yang dibayarkan oleh perusahaan yang mengeluarkan obligasi tersebut. (3) Derivatif dari Efek Terdapat beberapa jenis efek yang ditawarkan kepada publik yang sebenarnya hanya kelanjutan saja dari efek yang telah terlebih dahulu dipasarkan. Efek-efek tersebut yaitu : a) Obligasi Konvertible Adalah obligasi yang setelah jangka waktu tertentu selama masa tertentu, dengan perbandingan dan/atau harga tertentu, dapat ditukarkan menjadi saham dari perusahaan emiten. b) Waran Adalah efek yang dapat memberi hak kepada pemegang saham prioritas suatu hak istimewa untuk membeli saham biasa dan lain-lain ; c) Saham Bonus Pembagian saham bonus untuk memperkecil harga saham yang bersangkutan, yang akan menurunkan harga karena pertambahan saham baru tanpa memasukkan saham baru dalam perusahaan ; xliii d) Saham Deviden Keuntungan perusahaan dapat dibagi menjadi dalam bentuk tunai maupun saham deviden. Dalam hal ini perusahaan tidak membagi deviden tunai, perusahaan dapat memberikan saham baru bagi pemegang saham. Alasan perusahaan membagi saham deviden adalah karena perusahaan ingin menahan laba yang bersangkutan di dalam perusahaan untuk digunakan sebagai modal kerja ; e) Sertifikat Reksa Dana Adalah sertifikat yang menunjukkan bahwa pemodal ikut berinvestasi dalam portofolio efek yang dibuat berdasarkan kontrak antara Manajer Investasi dan Bank Kustodian yang selanjutnya akan diinvestasikan ke dalam pasar uang dan pasar modal. f) Right/klaim Menunjukkan bukti hak memesan saham terlebih dahulu yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan, sebelum saham-saham yang baru tersebut ditawarkan kepada pihak lain. Bila pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham), maka bukti right yang dimilikinya dapat diperjualbelikan di bursa. ( Rusdin, 2005 : 68 ). e) Struktur Pasar Modal Struktur pasar modal tertinggi di Indonesia berada pada Menteri Keuangan menunjuk Bapepam-LK, yang merupakan lembaga pemerintah yang bertugas untuk melakukan pembinaan, pengaturan, dan pengawasan sehari-hari pasar modal dengan tujuan xliv mewujudkan terciptanya kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal. Sebagai Self Regulation Organization diserahkan kepada Bursa Efek. Bursa efek bertindak sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan system dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual-beli efek pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka. Bursa efek berdampingan dengan Lembaga Kliring Penjamin dan Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian. Dan di urutan berikutnya adalah para pelaku pasar modal yaitu, perusahaan efek, lembaga penunjang, profesi penunjang, pemodal, perusahaan publik dan reksa dana. (Rusdin, 2006:12). Berikut adalah bagan struktur pasar modal di indonesia : xlv Struktur Pasar Modal di Indonesia OTORITAS PASAR MODAL MENTERI KEUANGAN BAPEPAM-LK SELF REGULATORY ORGANIZATION BURSA EFEK LEMBAGA KLIRING LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENJAMINAN DAN PENYELESAIAN PELAKU PASAR MODAL PERUSAHAAN EFEK LEMBAGA PENUNJANG PROFESI EMITEN PENUNJANG - PENJAMIN EMISI - BIRO ADMINISTRASI EFEK - AKUNTAN - PERANTARA - BANK KUSTODIAN - KONSULTAN PEDAGANG EFEK - MANAJER INVESTASI - WALI AMANAT HUKUM - PENASEHAT INVESTASI - PENILAI - PEMERINGKAT EFEK - NOTARIS - PERUSAHAAN PUBLIK - REKSA DANA Gambar 2. Struktur Pasar Modal di Indonesia ( Rusdin, 2005 :12 ). xlvi 2. Tinjauan Umum Remote Trading System a) Latar Belakang Remote Trading System Pasar Modal merupakan salah satu sumber pembiayaan dunia usaha dan sebagai wahana investasi bagi para pemodal, memiliki peranan strategis untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional. Dalam rangka mewujudkan kegiatan pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien dibutuhkan suatu pengawasan yang baik. Sebagaimana tertuang dalam cetak biru Pasar Modal Indonesia Tahun 2000-2004 bahwa visi pasar modal Indonesia adalah sebagai penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan berdaya saing global. Selain itu untuk menciptakan sistem perdagangan yang aman, efisien, dan likuid. Kegiatan perdagangan efek membutuhkan suatu sistem yang transparan yang dapat menjamin efisiensi, keamanan, dan likuiditas. Kegiatan perdagangan tidak hanya menyangkut transaksinya saja, tetapi juga menyangkut kliring, penyelesaian, dan penyimpanan efek. Untuk mencapai tujuan ini, perlu diterapakan sistem pemindah-bukuan secara elektronik. Melalui sistem ini, pemodal tidak perlu lagi memiliki efek secara fisik (dematerialisasi), tetapi kepemilikannya cukup diwujudkan dalam rekening efek secara elektronik. Hal ini dimaksudkan agar pasar modal indonesia memiliki pelaku pasar pertumbuhan yang tangguh, perekonomian sehingga nasional, mampu dimana meningkatkan selanjutnya pengembangan pasar modal indonesia diarahkan pada peningkatan berbagai aspek yang bernilai strategis dalam meningkatkan daya saing global yaitu keterbukaan informasi, efisiensi pelaksanaan transaksi di pasar sekunder, sumber daya manusia, regulasi dan penegakan hukum. Upaya untuk mewujudkan pasar modal Indonesia menjadi penggerak ekonomi nasional yang tangguh dan berdaya saing global, xlvii serta untuk mewujudkan kegiatan perdagangan yang aman, efeisisen, dan likuid. Maka infrastruktur di pasar modal indonesia perlu pula secara terus-menerus dikembangkan sehingga dapat memenuhi standar internasional. Salah satu aspek yang dilakukan adalah pengembangan infrastruktur perdagangan dengan menggunakan teknologi mutakhir, yaitu dengan menerapkan perdagangan jarak jauh (Remote Trading System) di Bursa Efek Jakarta. Penerapan sistem ini diharapkan dapat mendukung kecepatan dari meningkatkan efisiensi bertransaksi yang pada akhirnya mampu mengangkat citra Pasar Modal Indonesia dalam rangka penggalangan modal baik dari dalam maupun luar negri. (Bursa Bapepam, 2002:12). b) Pengertian Remote Trading System Salah satu misi PT. Bursa Efek Jakarta dan seluruh pelaku di pasar modal adalah mengembangkan dan meningkatkan jumlah pemodal local sehingga nantinya diharapkan pemodal local mampu menjadi tulang punggung bagi pengembangan pasar modal. Begitu juga dengan kemajuan globalisasi yang sedemikian cepat, menuntut PT. Bursa Efek Jakarta untuk terus berbenah diri beradapatasi dengan kemajuan teknologi dan informasi yang dapat meningkatkan kinerja PT. Bursa Efek Jakarta. Dalam rangka menciptakan perdagangan yang fair, transparan, efisien dan pasar yang efektif bagi para investor maka pada tahun 1995. PT. Bursa Efek Jakarta menerapkan otomatisasi perdagangan dengan menggunakan sarana komputer atau yang dikenal dengan nama Jakarta Automated Trading System (JATS). Kemudian pada tanggal 28 maret 2002, PT. Bursa Efek Jakarta memperkenalkan sistem Remote Trading untuk menggantikan xlviii sistem sebelumnya yang lebih konvensional. Remote Trading System adalah sistem perdagangan jarak jauh yang dapat dilakukan oleh anggota bursa dari kantor anggota bursa masing-masing dimana setiap order langsung dikirim ke sistem perdagangan Bursa efek tanpa perlu memasukkan order melalui lantai bursa. Proses eksekusi order oleh trader tetap ada namun dilakukan pada komputer anggota bursa yang selama ini dilakukan di lantai bursa. Sistem untuk mengakses Remote Trading System biasanya disediakan oleh PT. Bursa Efek Jakarta melalui terminal atau jaringan yang menghubungkan antara sistem perdagangan bursa efek dengan sistem anggota bursa. Anggota bursa dapat mengembangkan sistem tersebut sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya masing-masing. Remote Trading System dirasakan mampu mengakomodir penyampaian informasi yang cepat dan akurat. Hal ini sesuai dengan tuntutan dari industri sekuritas yang memerlukan kemampuan pemanfaatan teknologi informasi yang cepat, tepat dan akurat serta seketika. Keberadaan lantai bursa sebagai perantara proses penyampaian transakasi antara anggota bursa dengan bursa, dapat menjadi penghambat untuk mengetahui hasil transaksi dengan cepat. PT. Bursa Efek Jakarta harus menanggung biaya lebih besar bila masih menggunakan lantai bursa. Hal ini disebabkan masih diperlukannya biaya yang besar untuk lantai bursa dan juga biaya komunikasi dealer dengan floor trader anggota bursa. (Bursa Bapepam, 2002:13). c) Perbedaan Remote Trading System dengan On-line Trading Remote Trading System dan On-line Trading System pada dasarnya sama yakni proses jual beli efek dengan sistem jarak jauh. Perbedaanya adalah dalam hal proses memasukkan order. Pada sistem perdagangan Remote Trading, proses memasukkan order hanya dapat xlix dilakukan melalui komputer yang ada di kantor anggota bursa dan diteruskan ke sistem Bursa Efek. Sistem yang digunakan oleh anggota bursa haruslah sistem khusus berupa terminal yang memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh Bursa Efek. Sistem ini dapat dikembangkan sendiri oleh anggota bursa atau dengan cara menggunakan ASP (Application Service Provider). Pada sistem perdagangan On-line Trading memungkinkan pemodal dapat langsung memasukkan ordernya ke sistem anggota bursa melalui fasilitas teknologi yang tersedia seperti ; ATM, ponsel, internet dan sebagainya. Order investor tersebut akan divalidasi oleh sistem anggota bursa secara otomatis atau elektronik apakah mmenuhi syarat dari segi kesiapan dana dan atau efek. Dalam hal order tersebut memenuhi persyaratan, maka secara elektronik pula order tersebut akan diteruskan oleh sistem anggota bursa efek ke Trading Engine di bursa (Straight Through Processing). Dalam hal ini anggota bursa efek tidak melakukan reinput order tersebut. Selanjutnya proses transaksi bursa akan terjadi berdasarkan ketentuan dan peraturan bursa. Dengan demikian dalam proses On line trading, investor dapat langsung memasukkan ordernya setelah itu semua proses mulai dari validasi, konfirmasi, eksekusi ke anggota bursa dan bursa dilakukan secara.otomatis. (Bursa Bapepam, 2002:14). B. Kerangka Pemikiran Pasar modal merupakan suatu sarana yang dapat memobilisasi dana baik dari dalam maupun luar negri. Pasar modal sangat dipengaruhi oleh kondisi politik dan perokonomian, maka apabila kondisi politik tidak kondusif maupun kondisi ekonomi sedang melemah maka keadaan pasar modal pun akan menurun. Seiring dengan kondisi politik dan perekonomian yang l berkembang dan sejalan dengan kemajuan era globalisasi, maka pasar modal pun beradaptasi dengan perkembangan tersebut. Dalam rangka kemajuan dan perkembangan pasar modal, maka para pihak yang terlibat dalam pasar modal harus ikut berbenah diri untuk menciptakan kondisi pasar modal yang wajar, teratur, dan efisien sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Karena Pasar Modal merupakan salah satu indikator perekonomian nasional, dan diharapkan pasar modal dapat menunjukkan peran pentingnya di masa datang. Untuk mendukung terciptanya pasar modal sesuai dengan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 Tentang pasar Modal, kemudian Bursa Efek Jakarta menerapkan Remote Trading System untuk memudahkan para pelaku pasar dalam bertransaksi. Dalam sistem ini perdagangan saham nantinya dapat dilakukan di setiap kantor anggota bursa masing-masing yang terdapat di seluruh daaerah dalam wilayah hukum Indonesia, dimana para investor dari berbagai pelosok wilayah dapat bertransaksi dan tidak hanya bergantung dari floor trading saja. Mekanisme kerja sistem tersebut adalah setiap terminal komputer yang ada pada perusahaan efek Anggota Bursa, akan terhubung dengan pusat komputer yang ada di Bursa Efek Jakarta, sehingga dalam bertransaksi nasabah cukup mendatangi kantor anggota bursa yang ada di wilayahnya saja dan tidak perlu mendatangi floor trading yang ada di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini membahas bagaimana pelaksanaan Remote Trading tersebut dan apa saja hambatannya, serta bagaimanakah perlindungan hukum yang diberikan bagi para pihak yang terkait di dalamnya, sanksi apakah yang dapat dikenakan bagi pihak yang melanggar, sehingga nantinya para pemodal dan para pelaku pasar modal lainnya tidak ragu lagi dalam menanamkan modalnya karena sudah ada kepastian hukum yang melindungi para pihak yang terkait. Dan apabila semua terwujud maka sesuai dengan Undang-undang No.8 Tahun 1995 terciptalah pasar modal yang teratur, wajar , dan efisien yang dapat perekonomian nasional. li memantapkan PASAR MODAL UU NO. 8 TAHUN 1995 PELAKU INVESTASI PENYEDIA FASILITAS INVESTOR REMOTE TRADING SYSTEM TRANSAKSI JUAL BELI P E L A N G G A R A N YA SANKSI PASAR MODAL YANG TERATUR, WAJAR, DAN EFISIEN SESUAI DENGAN UU NO. 8 TAHUN Gambar 3. Kerangka 1995 TENTANG PASARpemikiran MODAL Gambar 3. Kerangka Pemikiran lii TIDAK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PELAKU PASAR MODAL BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Umum Bursa Efek Jakarta Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem atau sarana untuk perdagangan efek. Bursa Efek sebenarnya sama saja dengan pasar-pasar lainnya, yaitu tempat dimana bertemunya penjual dan pembeli. Hanya saja, yang diperdagangkan di Bursa Efek adalah efek-efek (surat berharga). Bursa Efek dijalankan oleh Perseroan Terbatas, PT. Bursa Efek Jakarta. Pemegang saham dari bursa efek adalah para pialang (broker) yakni anggota bursa efek bersangkutan yang telah memperoleh izin usaha sebagai perantara perdagangan efek. PT. Bursa Efek Jakarta adalah perusahaan yang telah mendapat pengesahan dari menteri kehakiman, dengan keputusan nomor : C28146.HT.01.01.TH.91 Tanggal 26 Desember 1991 dan telah diumumkan dalam Tambahan Berita Negara nomor : 25 tanggal 27 Maret 1992 beserta segala perubahannya dan telah mendapatkan izin usaha untuk menyelenggarakan Bursa Efek dari Menteri Keuangan dengan keputusan nomor : 323/KMK.010/1992 tanggal 18 Maret 1992. Menurut Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta nomor : Kep307/BEJ/12-2006 mengenai peraturan nomor II-A tentang perdagangan efek, definisi PT. Bursa Efek Jakarta adalah perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari BAPEPAM-LK sebagai pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan permintaan beli Efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek diantara mereka, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 (ayat 4) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. liii 1. Sejarah PT. Bursa Efek Jakarta ( Jakarta Stock Exchange) Bursa Efek Jakarta adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang investasi dan sumber pembiayaan dalam upaya mendukung pembangunan ekonomi nasional. Bursa Efek juga mempunyai peranan penting dalam upaya mengembangkan pemodal lokal yang besar dan solid untuk menciptakan Pasar Modal Indonesia yang stabil. Bursa Efek Jakarta berdiri di Indonesia pada abad 19, tepatnya pada tahun 1912 dengan bantuan pemerintah kolonial Belanda. Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan di Batavia yang sekarang kita kenal dengan Bursa Efek Jakarta. Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah kolonial Belanda juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan, bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan Belanda sebelum perang dunia. Kegiatan bursa saham kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisasi pada tahun 1956, tetapi tidak sampai tahun 1977, Bursa Saham kemudian kembali dibuka dan ditangani oleh Badan Pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru dibawah Menteri Keuangan. Kegiatan kapitalisasi saham pun mulai meningkat dan mencapai puncaknya tahun 1990 seiring dengan perkembangan pasar financial dan sektor swasta. Pada tahun 1992, Bursa Saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ). Swastanisasi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. liv Tahun 1995, adalah babak baru dimana Bursa Efek Jakarta meluncurkan sebuah terobosan dalam sistem perdagangan, yakni dengan menggunakan sistem JATS. Jakarta Automated Trading System (JATS) adalah sebuah sistem otomatisasi perdagangan yang menggantikan sistem perdagangan secara manual. Sistem baru ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding dengan sistem perdagangan secara manual. Tanggal 2 Januari 2008 adalah saat yang bersejarah bagi perkembangan pasar modal di Indonesia, karena pada hari itu Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya resmi bergabung menjadi satu yakni Bursa Efek Indonesia. Penggabungan kedua Bursa Efek ini bertujuan untuk meningkatkan kapitalisasi pasar yang mampu bersaing dalam skala lokal maupun internasional. Mergernya kedua Perseroan Terbatas ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. Harapan ke depan dengan berdirinya Bursa Efek Indonesia, adalah agar pasar modal tidak saja sebagai alternatif bagi pendanaan dan sarana berinvestasi, namun juga sebagai cermin pergerakan perekonomian nasional. (fiscal news/press release bei, 4 Januari 2008). 2. Peran dan Kewajiban Bursa Efek Jakarta a. Peran Bursa Efek Jakarta 1) Menyediakan semua sarana perdagangan efek (fasilitator) 2) Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa 3) Mengupayakan likuiditas instrument 4) Mencegah praktek-praktek yang dilarang di bursa (kolusi, pembentukan harga yang tidak wajar, insider trading,dll). 5) Menyebarluaskan informasi bursa (transparansi) 6) Menciptakan instrument dan jasa baru lv b. Kewajiban Bursa Efek 1) Menyerahkan laporan kegiatan kepada Bapepam 2) Menetapkan peraturan mengenai keanggotaan, pencatatan perdagangan, kesepadanan efek, kliring dan penyelesaian Transaksi Bursa, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan kegiatan bursa. 3) Memiliki satuan pemeriksa. 3. Susunan Personalia PT. Bursa Efek Jakarta : Dewan Komisaris, terdiri dari : Komisaris Utama : Bacelius Ruru Komisaris : Kristiono Komisaris : Fathiah Helmi Komisaris : Lily Widjaja Komisaris : Mustofa Dewan Direksi, terdiri dari : Direktur utama : Erry Firmansyah Direktur Perdagangan : M.S. Sembiring dan keanggotaan Direktur Pemeriksaan : Justitia Tripurwasani Direktur Pencatatan : Edy Sugito Direktur Administrasi : Wawan S. Setiamihardja Kepala Divisi, terdiri dari : Kadiv Komunikasi Perusahaan : Friderica Widyasari Dewi Kadiv Sekretaris Perusahaan : Sri Haryani Kadiv Pencatatan Sektor Riil : Ignatius Girendrohern Kadiv Pencatatan Sektor jasa : Wan Wei Yiong Kadiv Perdagangan : Supandi Kadiv Riset dan Pengembangan : Kandi Sofian Dahlan Kadiv Keanggotaan : Hamdi Hassyarbaini lvi Kadiv Umum : Erry T.P. Hidayat Kadiv Sumber Daya Manusia : Windiarli S. Choesin Kadiv Teknologi Informasi : Yohanes Liauw Kadiv Pengawasan : Yose Rizal Kadiv Hukum : Isharsaya Kepala Satuan Pemeriksaan : Kristian S. Manulang Anggota bursa Kepala satuan Pemeriksa Internal : Widodo Peneliti Senior : Edison Hulu Peneliti senior : Tri Legono Peneliti Senior : Saka Abadi Peneliti Senior : Bambang Aribowo lvii 4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta Gambar 4. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Jakarta (jsx.co.id,15 Mei 2007). lviii B. Pelaksanaan Perdagangan Saham di Bursa Efek Jakarta 1. Perdagangan Efek Sebelum Remote Trading System Perdagangan efek dalam bursa efek Jakarta, adalah tempat bertemunya penawaran jual dan permintaan beli saham. Melalui wawancara dengan pihak peneliti senior Bursa Efek Jakarta, diperoleh keterangan bahwa untuk dapat melakukan suatu transaksi jual beli dalam bursa efek, langkah awal yang dilakukan seorang investor adalah dengan terlebih dahulu menjadi nasabah pada suatu perusahaan efek yang telah menjadi anggota bursa. Proses untuk menjadi nasabah di perusahaan efek tersebut pada umumnya sama ketika seorang nasabah akan membuka rekening di bank. Tahapan awalnya adalah nasabah membuka rekening dan kemudian mengisi dokumen pembukaan rekening yang memuat identitas nasabah lengkap (termasuk tujuan investasi dan keuangan) serta keterangan tentang investasi yang dilakukan. Pada tahap ini anggota bursa harus benarbenar memastikan kondisi keuangan, identitas serta tujuan investasi nasabah. Karena setelah masuk ke dalam jual- beli efek di bursa, yang bertanggung jawab terhadap nasabah adalah anggota bursa. Setelah investor menjadi nasabah anggota bursa kemudian nasabah tersebut dapat melakukan order jual- atau beli dalam bursa efek melalui anggota bursa. Pada penelitian ini dapat dideskripsikan proses transaksi perdagangan efek secara manual atau sebelum menggunakan remote trading system. Proses perdagangan efek secara manual diawali dengan pesanan (order) oleh nasabah untuk suatu harga saham tertentu. Order tersebut kemudian disampaikan lewat lantai bursa langsung, dimana anggota bursa mencatatkan pesanannya melalui wakil perantara perdagangan efek (WPPE). Tapi dapat juga mencatatkan pesanannya lix melalui telepon dan kemudian disampaikan kepada sistem di bursa efek melalui sales atau dealer.(Bambang Aribowo, 17 Juli 2007). Penawaran jual dan permintaan beli dari nasabah kemudian bertemu di lantai bursa. Setelah terjadinya pertemuan (match) pada harga tertentu antar order tersebut , kemudian proses selanjutnya adalah terjadinya transaksi penyelesaian. Dengan mekanisme perdagangan efek secara manual ini maka pasar modal yang teratur, wajar dan efisien yang sesuai dengan UUPM tidak dapat diwujudkan. Karena perdagangan secara manual tidak efisien dalam hal waktu dan biaya. Berdasarkan wawancara yang didapat oleh penulis dengan peneliti senior dari PT. Bursa Efek Jakarta (Bambang Aribowo, 17 Juli 2007).Transaksi secara manual mempunyai banyak kelemahan, diantaranya adalah : a. Faktor human error, baik mencakup kesalahan tulis via telepon maupun kondisi masing-masing fisik dari para pialang yang berbeda- beda, dapat mengakibatkan ketidakseimbangan dalam pencatatan order di papan transaksi lantai bursa. b. Jumlah transaksi harian menjadi sangat terbatas. c. Tidak menjamin terjadinya transaksi yang fair dan transparan. d. Ketepatan dan kecepatan transaksi terbatas. e. Biaya transaksi per unit yang sangat tinggi. f. Dapat memungkinkan terjadinya kolusi antar pialang dalam bursa efek untuk menetapkan harga tertentu. g. Penyampaian informasi kepada para nasabah yang yang tidak akurat dan tidak tepat waktu. Mekanisme perdagangan secara manual ini juga menghambat efisiensi proses suatu order, karena tercermin dari proses transaksinya yang melalui delapan tahap. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut : 1) Nasabah melakukan order. 2) Proses order. 3) Verifikasi dan validasi order. lx 4) Penyampaian order ke floor trader via telepon. 5) Memasukan order ke JATS. 6) Konfirmasi status order ke kantor anggota bursa. 7) Konfirmasi “matched order” ke nasabah. 8) Proses back office. Tahapan perdagangan efek secara manual dapat digambarkan dalam skema sebagai berikut : Nasabah Melakukan Order Proses order Verifikasi & validasi order Penyampaian order ke floor Floor Trader Via Telepon Anggota Bursa (Perusahaan Efek) eEfek)(Perusahaan Efek) Proses Back Office Konfirmasi “matced order” ke nasabah Konfirmasi status order ke kantor broker Anggota Bursa Perusahaan Efek) Memasukkan order ke JATS Bursa Efek Jakarta Gambar 5. Proses Perdagangan Efek Secara Manual (Panduan Investasi di Pasar Modal, 2005:15) 3. Perdagangan Efek dengan Remote Trading System Perdagangan efek melalui Remote Trading System dapat diartikan sebagai sistem perdagangan jarak jauh, dimana setiap order transaksi di lxi kantor anggota bursa dapat langsung dikirim ke sistem perdagangan di bursa efek melalui sistem JATS, tanpa perlu memasukkan order dari lantai bursa (trading floor). Order dapat dilakukan di kantor anggota bursa dimana saja sepanjang sistem komputer anggota bursa tersebut terhubung dengan sistem perdagangan di bursa. Dari penelitian yang dilakukan penulis dapat diketahui bahwa, sistem remote trading yang digunakan oleh Bursa Efek Jakarta adalah sistem perdagangan jarak jauh, dengan host to host order routing interface system dimana Bursa Efek Jakarta menyediakan aplikasi interface bagi anggota bursa. Anggota bursa harus memiliki aplikasi interface, yakni suatu aplikasi yang didalamnya memiliki BOFIS (Brokerage Office Information System). BOFIS ini akan dihubungkan dengan JATS melalui jaringan komunikasi WAN (Wide Area Network) diluar gedung bursa. Berbagai macam model atau sistem BOFIS yang digunakan anggota bursa atau perusahaan efek di seluruh wilayah Indonesia dapat langsung berhubungan dengan aplikasi sistem yang digunakan pada Bursa Efek Jakarta. Transaksi jual atau beli efek di Bursa Efek Jakarta dengan mekanisme Remote Trading System ini berbeda dengan transaksi perdagangan secara manual yang melalui delapan tahapan proses, karena dengan mekanisme Remote Trading System ini hanya memerlukan lima tahapan proses transaksi. Kelima tahapan itu adalah sebagai berikut : a. Nasabah melakukan order. b. Proses order. c. Verifikasi dan validasi order. d. Konfirmasi “matched order” ke nasabah. e. Proses back office. Tahapan tersebut diatas ini tentu saja dapat mempermudah transaksi dalam hal waktu yang cepat dan biaya yang relatif murah. lxii Dengan menggunakan Remote Trading System ini pasar modal yang teratur, wajar, dan efisien sesuai dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal dapat diwujudkan.Langkah awal dalam proses perdagangan melalui Remote Trading System ini adalah nasabah melakukan pesanan baik jual maupun beli melalui anggota bursa, kemudian pesanan tersebut diterima oleh bagian pemasaran anggota bursa kemudian disampaikan kepada dealer atau trader anggota bursa. Selanjutnya dealer atau trader akan memasukkan pesanan tersebut melalui komputer anggota bursa. Sistem anggota bursa akan melakukan verifikasi dan validasi terhadap pesanan nasabah, guna memastikan ketersediaan efek dan atau dana dalam rekening efek nasabah, serta memastikan terlaksananya manajemen risiko dengan baik. Apabila efek atau dana yang akan dijual atau dibeli oleh nasabah tersedia dalam rekening efek nasabah, maka dealer atau trader akan meneruskan pesanan tersebut kedalam sistem perdagangan JATS-RT (Jakarta Automated Trading System–Remote Trading). Dari proses penerimaan pesanan oleh sales sampai dengan pemasukan pesanan kedalam sistem perdagangan Remote Trading System di PT. Bursa Efek Jakarta, hanya membutuhkan waktu kurang lebih 8 detik. Pesanan nasabah kemudian akan langsung teridentifikasi oleh BOFIS anggota bursa, dan akan dikirim secara otomatis kedalam sistem perdagangan Remote Trading PT. Bursa Efek Jakarta melalui JONEC (Jakarta One Client), WAN (Wide Area Network), dan JONES (Jakarta One Server). Terhadap jenis efek , nama efek dan harga efek yang ditawarkan oleh nasabah jual maupun nasabah beli, sistem JATS-RT Bursa Efek Jakarta akan langsung menyesuaikan pesanan tersebut. Pesanan yang sudah sesuai atau matching, dapat disampaikan oleh sistem BEJ secara langsung ke sistem anggota bursa. lxiii Terhadap pesanan yang sudah sesuai tersebut, anggota bursa akan melakukan proses penyelesaian transaksi tersebut melalui sistem khusus yang disediakan, yakni sistem BOFIS. Selanjutnya transaksi yang sudah terjadi tersebut akan diteruskan kepada PT. KPEI (Kliring Penjaminan Efek Indonesia) dan PT. KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia) untuk dilakukan proses penentuan hak dan kewajiban serah terima dana dan efek masing- masing kliring anggota bursa. Mekanisme perdagangan dengan Remote Trading System tersebut dapat digambarkan sebagai berikut : Mekanisme Perdagangan di BEJ Front Office Investor Beli Investor Jual Bursa Efek Jakarta Perusahaan Efek (AB) Proses Matching supply dan demand melalui JATS Broker Beli KPEI Proses Netting Rupiah Perusahaan Efek (AB) Emiten/BAE Broker Jual Saham KSEI Pemindahbukuan Antar Rekening Efek Perusahaan Efek (AB) Saham Perusahaan Efek (AB) Rupiah Investor Jual Investor Beli Back Office Gambar 6. Mekanisme Perdagangan di BEJ dengan Remote Trading System (Bambang Aribowo, 17 Juli 2007). lxiv Sistem JATS Remote Trading di Bursa Efek Jakarta didukung oleh perangkat lunak (Software) dan perangkat keras (Hardware), supaya dapat beroperasi. Adapun perangkat keras dan lunak itu adalah sebagai berikut : a. Perangkat lunak (Software). Perangkat lunak dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Perangkat lunak yang harus disediakan anggota bursa, yakni Operating System untuk JONEC dan Order Management System (Front End). 2) Perangkat lunak yang disediakan oleh PT. BEJ, yaitu : a) FIX engine (JONEC Software) b) Oracle Database c) Computer Associates (untuk Monitoring System) d) Software RSA e) Token Password b. Perangkat keras (Hardware). Perangkat keras yang harus disiapkan oleh anggota bursa koneksi langsung dan ASP (Application service Provider) adalah : 1) Router, perangkat yang digunakan untuk mengarahkan order. Dimana sistem ini terhubung antara router di kantor anggota bursa masingmasing dengan trading engine yang ada di bursa efek Jakarta; 2) Server JONEC (Jakarta Stock Exchange Open Network Environment Client) dan JONES (Jakarta Stock Exchange Open Network Environment Server) adalah sarana yang digunakan anggota bursa untuk mengakases JATS melalui jaringan dan terminal Remote Trading. 3) DRC (Disaster Recovery Centre) 4) Fiber Driver lxv 4. Keuntungan Perdagangan Saham dengan Menggunakan Remote Trading System Dengan diterapkannya Remote Trading System maka terdapat beberapa keuntungan baik bagi anggota bursa, investor maupun bagi PT. Bursa Efek Jakarta diantaranya : a. Keuntungan bagi PT. Bursa Efek Jakarta : 1) Efisiensi biaya atas penyediaan dan pemeliharaan sistem, efisiensi biaya tercapai dengan tidak lagi digunakannya lantai bursa. Dengan tidak terpakainya lantai bursa secara otomatis ada pengurangan secara berkala atas biaya sewa ruangan untuk lantai bursa, biaya listrik, telepon dan fasilitas pendukung lantai bursa lainnya. 2) Meningkatkan Likuiditas transaksi, dengan Remote Trading System ini kemampuan sistem dalam mempertemukan order jual dan order beli berjalan lebih cepat dan dalam jumlah yang lebih besar. Sebelum menggunakan Remote Trading System, perdagangan dilantai bursa hanya mampu menampung order sekitar 4 order per anggota bursa atau broker dalam 1 detik. Sedangkan dengan menggunakan Remote Trading System ini perdagangan mampu menampung sekitar 50 order per anggota bursa dalam 1 detik. 3) Percepatan proses perdagangan, percepatan terjadi karena proses dalam perdagangan secara manual yang melalui 8 tahap dipangkas menjadi 5 tahap. Proses perdagangan secara manual membutuhkan waktu 15 detik untuk proses transaksi sedangkan dengan Remote Trading System hanya membutuhkan waktu 8 detik. b. Keuntungan bagi anggota bursa : 1) Peluang meningkatkan pendapatan perusahaan, dengan dilaksanakannya Remote Trading System ini maka pengembangan jaringan ke kantor cabang anggota bursa ke seluruh wilayah hukum Indonesia menjadi lebih mudah. Anggota bursa akan mampu lxvi menjalankan kegiatan usahanya tidak hanya melalui kantor pusat, tetapi juga melalui kantor cabang. Dengan semakin efisien dan cepatnya transaksi maka keuntungan pendapatan bagi perusahaan efek juga meningkat. 2) Mengurangi human error, sebelum menggunakan Remote Trading System transaksi dimulai dengan mengirim order melalui telepon dari dealer di perusahaan efek kepada trader di lantai bursa, kemudian trader memasukkan atau menginput order ke komputer. Dalam hal penyampaian order inilah human error sering terjadi karena ada miskomunikasi. Miskomunikasi ini berdampak terhadap kesalahan WPPE atau trader dalam menginput order kedalam JATS. Namun dengan dilaksanakannya Remote Trading System ini, kesalahan karena miskomunikasi dapat dihilangkan karena trader dapat menginput ordernya di kantor masing-masing anggota bursa. 3) Memperluas kegiatan bisnis anggota bursa, dengan dilaksanakannya Remote Trading System maka anggota bursa dapat meningkatkan pelayanannya terhadap nasabah melalui pengembangan Online Trading dengan fasilitas internet, atm, ponsel,dll. c. Keuntungan bagi investor : 1) Mempermudah akses transaksi, bagi investor yang ada di daerahdaerah kota kecil tidak perlu lagi datang ke kantor pusat anggota bursa tetapi cukup datang ke kantor cabang perwakilan anggota bursa yang ada di daerahnya. 2) Mempercepat proses konfirmasi, konfirmasi transaksi dapat diterima oleh nasabah dengan cepat setelah transaksi selesai. lxvii 5. Proses Penyelesaian Transaksi Perdagangan efek dalam Bursa Efek Jakarta, pada umumnya sama seperti layaknya pasar konvensional yaitu tempat bertemunya permintaan jual dan beli. Namun dalan Bursa Efek Jakarta, pasar dibedakan lagi menjadi tiga jenis yakni : a. Pasar regular, yaitu pasar dimana perdagangan efek di bursa dilaksanakan berdasarkan proses tawar menawar secara lelang yang berkesinambungan (Continous Action Market) oleh anggota bursa efek melalui JATS. b. Pasar tunai, yaitu sarana perdagangan efek untuk transaksi yang dilakukan dalam rangka pemenuhan kewajiban anggota bursa yang gagal dalam penyelesaian transaksi efek, berdasarkan prinsip pembayaran dan penyerahan seketika. c. Pasar negosiasi, yaitu pasar dimana perdagangan efek dilakukan berdasarkan tawar menawar langsung secara individual dan tidak secara lelang yang berkesinambungan (Non Continous Auction Market). Karena perbedaan jenis- jenis pasar tersebut maka otomatis penentuan kapan terjadinya kontrak jual-beli dan penyelesaian transaksi juga berbeda. Pada pasar regular kontrak jual-beli efek terjadi pada saat JATS menjumpakan penawaran jual anggota bursa dengan permintaan beli dari anggota bursa lainnya, dan proses penyelesaian dilakukan pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi bursa. Dalam Pasar tunai apabila kontrak jual- beli terjadi, maka sekaligus juga terjadi penyelesaian transaksi secara seketika pada hari terjadinya transaksi. Sedangkan pada pasar negosiasi kontrak jual beli transaksi yang diakui oleh PT. Bursa Efek Jakarta hanyalah kontrak jual-beli yang didasarkan pada kesepakatan mengenai jumlah dan harga efek yang lxviii ditransaksikan, diproses melalui JATS, yakni perusahaan efek (anggota bursa) jual memasukkan data kesepakatan kedalam JATS dan perusahaan efek (anggota bursa) beli memasukkan konfirmasi data tersebut. Seperti telah dijelaskan pada tinjauan umum mengenai perjanjian jualbeli, perdagangan efek pada dasarnya adalah perjanjian jual-beli karena disebutkan dalam Pasal 1457 kitab Undang-undang Hukum Perdata bahwa suatu perjanjian adalah timbal balik, dimana pihak yang satu (penjual) berjanji untuk menyerahkan suatu barang atau kebendaan dan pihak lainnya (pembeli) berjanji untuk membayar harga barang tersebut. Dalam perjanjian jual beli unsur utamanya adalah barang dan harga, dan didalam Pasal 1320 KUHPer disebutkan juga bahwa syarat utama perjanjian adalah apabila telah mencapai kata sepakat. Perdagangan efek dengan menggunakan Remote Trading System ini juga mengandung asas-asas perjanjian seperti halnya asas konsesualisme, dimana perjanjian timbul seketika sejak detik terjadinya kesepakatan. Dalam perdagangan efek dengan Remote Trading System ini, kata sepakat akan dicapai pada saat trader di kantor anggota bursa masing-masing mendapatkan status pemberitahuan dari JATS sistem, bahwa order dari nasabah telah dijumpakan dengan order nasabah lainnya atau konfirmasi telah terjadi matched order antar nasabah jual dan beli. Sehingga dalam hal ini perjanjian secara hukum timbul ketika order jual dan beli telah matched.Setelah terjadinya transaksi melalui Remote Trading System dan telah mencapai matched order, maka selanjutnya adalah proses penyelesaian transaksi yang dilakukan oleh PT. KPEI dan PT. KSEI. PT. Kliring Penjaminan Efek Indonesia atau KPEI adalah suatu perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam sebagai pihak yang menyelenggarakan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian transaksi bursa, dan perseroan tersebut lxix berdasarkan perjanjian dengan bursa memberikan jasa kliring dan penjaminan penyelesaian atas transaksi bursa. PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia atau KSEI adalah perseroan yang berkedudukan di Jakarta yang telah memperoleh izin usaha dari bapepam sebagai pihak yang menyelenggarakan kegiatan kustodian sentral bagi bank kustodian, perusahaan efek dan pihak lain, dan perseroan tersebut berdasarkan perjanjian dengan bursa memberikan jasa kustodian sentral dan penyelesaian atas transaksi bursa. Setiap transaksi yang dilakukan oleh anggota bursa yang terjadi di bursa efek tiap harinya, dicatat kedalam dokumen elektronik yang disediakan oleh bursa untuk anggota bursa efek dan KPEI pada setiap akhir sesi perdagangan dan dokumen ini dinamakan daftar transaksi bursa (DTB). PT. KPEI menjadikan DTB ini sebagai dasar dalam melaksanakan proses kliring atau proses penentuan hak dan kewajiban yang timbul dari transaksi bursa. Dalam pasar tunai dan pasar regular penyelesaian dilakukan secara netting, yakni kegiatan kliring yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi setiap anggota kliring untuk menyerahkan dana atau menerima saldo efek tertentu untuk setiap jenis efek yang ditransaksikan. (diatur dalam Ketentuan Peraturan Perdagangan Efek Nomor II-A). Setelah hak dan kewajiban dari setiap anggota bursa dimuat dalam DTB dan ditentukan oleh KPEI melalui netting pada setiap hari bursa, kemudian dicantumkan dalam DHK (Daftar Hasil Kliring). DHK netting dalam bentuk cetak ini harus disediakan oleh KPEI, paling lambat pukul 13.00 wib untuk perdagangan sesi I, pukul 19.30 wib untuk perdagangan sesi II dan dalam bentuk tercetak paling lambat pukul 09.30 wib pada hari bursa berikutnya. Penyelesaian transaksi dilakukan melalui pemindah bukuan efek dan atau dana ke rekening efek anggota bursa efek yang berhak yang berada pada KSEI. Anggota bursa efek serah lxx efek harus menyelesaikan kewajibannya dalam penyelesaian transaksi dengan cara sebagai berikut : a. Memindahbukukan efek tersebut ke rekening efek serah yang bersangkutan yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pukul 12.15 wib pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK netting b. Membuat kesepakatan pinjam meminjam efek dengan KPEI dan menginformasikan kepada KPEI bahwa kewajiban anggota bursa efek untuk menyerahkan efek pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK netting akan diselesaikan dengan menggunakan efek yang dipinjam dari KPEI. c. Membeli efek tersebut melalui pasar tunai dimana penyelesaian transakasi bursanya jatuh pada tanggal yang sama dengan tanggal penyelesaian kewajiban serah efek tersebut atau d. Menyerahkan uang pengganti pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK netting sesuai dengan letentuan IV.1.11 peraturan nomor II-A tentang perdagangan efek. Selanjutnya anggota bursa efek harus menyelesaikan kewajiban untuk menyerahkan dana kepada KPEI dengan cara pemindah bukuan dana ke rekening efek serah dan atau rekening jaminan yang berada pada KSEI, selambat-lambatnya pukul 12.15 wib pada tanggal yang ditetapkan dalam DHK netting. Kemudian KSEI akan menyampaikan laporan status penyelesaian kewajiban (LPK) sebagai laporan penyelesaian transaksi kepada anggota kliring jual dan anggota kliring beli dengan tembusan kepada KPEI pada akhir bursa. KPEI kemudian menyediakan laporan penyelesaian kewajiban (LPK) tadi, paling lambat pukul 19.00 wib pada setiap akhir sesi bursa untuk dapat diakses oleh anggota bursa. LPK tersebut memuat informasi sebagai berikut : lxxi a. Nama anggota bursa efek b. Tanggal LPK c. Kode efek dan jumlah efek yang telah diserahkan oleh anggota bursa efek kepada KPEI d. Kode efek dan jumlah efek yang telah diserahkan oleh KPEI kepada anggota bursa efek beli e. Jumlah dana yang telah diserahkan oleh anggota bursa efek beli kepada KPEI f. Jumlah dana yang telah diserahkan oleh KPEI kepada anggota bursa efek jual g. Jumlah dana yang wajib dibayarkan kepada KPEI oleh anggota bursa efek jual yang tidak memenuhi kewajibannya pada waktu sebagaimana tercantum dalam DHK netting h. Kode efek dan jumlah efek yang ditahan oleh KPEI berkaitan dengan kewajiban angota bursa efek yang tidak dipenuhi i. Keterangan mengenai efek atau dana yang ditahan dalam rekening efek jaminan anggota bursa efek tersebut, dengan penjelasan mengenai penjualan efek tersebut oleh KPEI guna penyelesaian kewajiban anggota bursa efek Melalui LPK ini dapat dilihat apakah saldo efek atau dana, pada masing-masing anggota yang dipindah bukukan oleh KSEI jumlahnya tercukupi atau tidak. Jika tersedia cukup dana dalam saldonya, maka dapat dilakukan pemindah bukuan antar rekening sebagai penyelesaian transaksi dan pemenuhan atas hak dan kewajiban atas transaksi yang dilakukan. Sesuai dengan visi dan misi RPJP tahun 2005-2025 mewujudkan bangsa yang berdaya saing global, serta mendorong penanaman modal bagi peningkatan daya saing perekonomian nasional. Pasar modal mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan nasional sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia dan wahana investasi bagi masyarakat. Dalam undang-undang pasar modal juga disebutkan bahwa, agar pasar modal dapat berkembang dibutuhkan adanya landasan hukum yang kokoh lxxii untuk lebih menjamin kepastian hukum pihak-pihak yang melakukan kegiatan di pasar modal serta melindungi kepentingan masyarakat pemodal dari praktek yang merugikan. Remote Trading System sendiri dibuat dalam rangka mewujudkan pasar modal yang wajar, teratur dan efisien. Peraturan-peraturan hukum yang menjadi landasan Remote Trading System dan yang dapat dijadikan sebagai jaminan kepastian hukum bagi para pelaku pasar modal, antara lain : a. Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal 1) Pasal 1 a) Ayat 2 : “Anggota bursa efek adalah perantara pedagang efek yang telah memperoleh izin usaha dari Bapepam dan mempunyai hak untuk mempergunakan sistem dan atau sarana Bursa efek sesuai dengan peraturan Bursa efek”. b) Ayat 4 : “Bursa efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan tujuan memperdagangkan efek di antara mereka”. c) Ayat 28 : ”Transaksi bursa adalah kontrak yang dibuat oleh anggota bursa efek sesuai dengan persyratan yang ditentukan oleh bursa efek mengenai jual-beli efek, pinjam meminjam efek, atau kontrak lain mengenai efek atau harga efek”. 2) Pasal 7 lxxiii a) Ayat 1 : “Bursa efek didirikan dengan tujuan menyelenggarakan perdagangan efek yang teratur, wajar dan efisien”. b) Ayat 2 : ”Dalam rangka mencapai tujuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Bursa efek wajib menyediakan sarana pendukung dan mengawasi kegiatan bursa efek”. Dalam ketentuan UUPM diatas maka Bursa efek berkewajiban untuk menyediakan sistem dan sarana perdagangan efek. Sistem dan sarana tersebut harus mendukung terwujudnya perdegangan efek yang teratur, wajar dan efisien. Untuk itu bursa efek wajib terus-menerus mengembangkan sarana dan sistem perdagangan untuk mewujudkan pasar modal yang sesuai dengan UUPM dan sarana yang dimaksud dalam hal ini adalah Remote Trading System. b. PP Nomor 45 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang Pasar Modal 1) Pasal 6 (ayat 1) : ”yang dapat menjadi anggota bursa efek adalah pemegang saham Bursa Efek yang memenuhi syarat sebagai anggota Bursa Efek”. 2) Pasal 38 (ayat 1 huruf b) : ”izin orang perseorangan sebagai wakil perantara pedagang efek hanya diberikan kepada perseorangan yang memiliki keahlian di bidang keperantara perdagangan efek”. Bursa efek dapat menetapkan persyaratan tertentu bagi anggota bursa untuk melaksanakan transaksi efek. Bapepam dan LK lxxiv berwenang untuk menyeleksi calon WPPE (Wakil Perantara Perdagangan Efek) sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c. Peraturan BAPEPAM-LK 1) Peraturan Bapepam Nomor III.A. Tentang Perizinan Bursa Efek 2) Peraturan Bapepam Nomor III A.10 Tentang Transaksi Efek d. Peraturan- peraturan yang berlaku di Bursa Efek Jakarta 1) Surat Edaran BEJ Nomor : SE-002/BEJ/03-2002 tentang Perdagangan Efek Secara Jarak Jauh (Remote Trading) di Bursa Efek Jakarta 2) Keputusan Direksi PT.BEJ Nomor : Kep-307/BEJ/12-2006 tentang Perubahan atau Penambahan Peraturan Nomor II.A tentang Perdagangan Efek 3) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A tentang Perdagangan Efek 4) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 1 tentang Ketentuan Umum Perdagangan Efek di BEJ 5) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 2 tentang Pesanan Nasabah 6) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 3 tentang Penghentian Perdagangan 7) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.A 5 tentang Sanksi 8) Peraturan Nomor III tentang Keanggotaan Bursa 9) Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor :Kep-285/BEJ/04-2007ang Perubahan atau Penambahan Peraturan Nomor III-B tentang Pelaporan Anggota Bursa Efek 10) Peraturan Keanggotaan Nomor III-C tentang Pembekuan dan Pencabutan Persetujuan Keanggotaan Bursa 11) Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor : Kep-019/BEJ/0897 tentang Transaksi Marjin lxxv 12) Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor : Kep-306/BEJ/12-2006 tentang Peraturan Nomor III-E tentang Pelelangan dan Pembelian Kembali Saham Bursa 13) Peraturan Perdagangan Efek Nomor II.B 2 tentang Perdagangan Efek Tanpa Warkat di Pasar regular dan Pasar Tunai 14) Peraturan PT. KPEI Nomor II tentang Kliring dan Penjaminan Penyelesaian Transaksi Bursa Tanpa Warkat 15) Peraturan PT. KSEI Bursa Efek Jakarta sebagai SRO (Self Regulation Organitation) yakni Bursa Efek diberikan wewenang oleh undangundang untuk membuat dan menetapkan peraturan bagi anggota bursa efek. Dengan statusnya sebagai SRO maka Bursa efek berhak untuk membuat peraturan, memberi izin berdagang bagi anggotanya dan mengawasi kegiatan anggotanya serta untuk menegakkan peraturan Bursa dapat menjatuhkan sanksi bagi pihak-pihak yang melanggar. Dalam menjalankan pengawasan pasar, Bursa efek dapat menempuh dua cara yakni : a. Melakukan pengawasan sebagai control internal bagi sistem pembukuan atau keanggotaan bursa. b. Melakukan pendeteksian dini dalam memonitor transaksi yang terjadi setiap saat dilantai bursa. Adanya jaminan perlindungan hukum bagi para investor dan para pelaku pasar modal lainnya wajib diberikan oleh PT. Bursa Efek Jakarta dan BAPEPAM-LK sebagai badan penyedia fasilitas perdagangan efek yang berbentuk SRO. Adapun perlindungan yang diberikan oleh PT. Bursa Efek Jakarta diantaranya : a. PT. Bursa efek setiap saat melakukan pengawasan perdagangan di Bursa. lxxvi b. Melakukan pemantauan terhadap aktivitas para WPPE/ investor, setiap order yang dilakukan oleh investor/WPPE akan masuk kedalam sistem JATS-RT. Dengan ini Bursa Efek dapat memantau siapa saja pihak yang melakukan transaksi. Sehingga Bursa dapat mengetahui apakah transaksi itu nyata ataukah semu. c. Bursa efek mempunyai sistem Auto Rejection, yakni sistem JATSRT dapat melakukan penolakan secara otomatis terhadap penawaran dan permintaan beli efek yang dimasukkan ke JATS akibat dilampauinya batasan harga yang ditetapkan oleh Bursa. d. Bursa efek dapat membatalkan transaksi bursa dalam hal terjadi inkonsistensi data pada JATS, dan atau JONEC dan atau JONES berdasarkan hasil pemeriksaan bursa. e. Bursa Efek dapat melakukan penghentian perdagangan dalam hal : 1) JATS dan atau JONEC dan atu JONES tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 2) Atas permintaan tertulis dari KPEI sehubungan dengan tidak berfungsinya sistem kliring dan penjaminan KPEI. 3) Terjadi penurunan atau kenaikan harga-harga saham yang sangat tajam menyeluruh di Bursa. 4) Terjadinya force majeure. f. Bursa dapat melakukan penghentian sementara waktu perdagangan sebagaiman dimaksud dalam point c diatas selama-lamanya 1 sesi perdagangan. g. PT. Bursa Efek berhak membekukan dan mencabut persetujuan keanggotaan bursa bagi anggota bursa yang melanggar peraturan bursa efek (Peraturan Keanggotaan Nomor III-C tentang Pembekuan dan Pencabutan Persetujuan Keanggotaan Bursa). h. Bursa efek dapat memberikan sanksi bagi pihak yang melanggar demi kelancaran jalannya transaksi perdagangan efek (Peraturan Perdagangan Efek nomor II-A.5 tentang Sanksi). lxxvii Kewenangan–kewenangan BAPEPAM-LK untuk melindungi para nasabah dan pelaku pasar modal tercantum dalam Bab II UUPM tentang Badan Pengawas Pasar Modal, Bab XII UUPM tentang Pemeriksaan, dan bab XIII tentang Penyidikan. Dan untuk menjamin perlindungan hukum bagi semua para pelaku pasar modal Undang –Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 mempunyai sanksi yang tegas, yakni sanksi administratif ( Bab XIV Pasal 102) dan ketentuan pidana (Bab XV Pasal 103- 110). Untuk saat ini peraturan–peraturan yang ada dirasa sudah cukup untuk memenuhi kepentingan semua para pelaku pasar modal, dalam hal ini juga mencakup kepentingan para pelaku pasar modal yang menggunakan Remote Trading System. C. Hambatan-hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System serta Upaya dalam Mengatasinya 1. Hambatan dalam Pelaksanaan Remote Trading System Mekanisme Remote Trading System pada dasarnya dibuat untuk meminimalisir pelanggaran yang terjadi dalam perdagangan secara manual, sehingga sampai saat ini hambatan yang sering terjadi dalam pelaksanaan Remote Trading System ini hanyalah berupa hambatan secara tekhnis saja, namun perdagangan efek dengan Remote Trading System ini pada umumnya sama dengan perjanjian jual-beli lainnya sehingga hambatan yang pasti terjadi adalah hambatan berupa wanprestasi. Hambatan tersebut yakni : a. Hambatan Tekhnis lxxviii Hambatan secara tekhnis ini berupa failure atau kegagalan karena sistem yang disebabkan crash antar order. Hal ini disebabkan karena data yang masuk kedalam sistem JATS jumlahnya ribuan dan dalam waktu yang bersamaan. Kegagalan tersebut antara lain : 1) Kegagalan transaksi yang disebabkan oleh primary fix engine crash (tubrukan yang terjadi pada engine utama). 2) Kegagalan transaksi yang disebabkan oleh backup fix engine crash (kerusakan yang terjadi pada engine cadangan). 3) Kegagalan transaksi karena rusaknya JONEC Machine crash. 4) Kegagalan transaksi karena database crash. 5) Dalam keadaan terpakasa dapat terjadi force majeure, yakni peristiwa atau keadaan yang terjadi diluar bursa kehendak dan atas kemampuan bursa yang mengakibatkan sistem perdagangan efek di bursa tidak berfungsi sebagaimana mestinya, peristiwa atau keadaan mana termasuk tetapi tidak terbatas pada perang baik yang dinyatakan secara resmi maupun tidak resmi, pemberontakan, kebakaran, banjir, gempa bumi, huru-hara, sabotase, pemogokan, larangan atau pembatasan yang dikeluarkan oleh pemerintah dan peristiwa atau keadaan lainnya yang sejenis. b. Hambatan Wanprestasi Wanprestasi adalah dimana seseorang yang tidak melakukan prestasinya dalam pemenuhan kewajibannya dalam suatu perjanjian. Wanprestasi dapat terjadi karena kesengajaan debitur untuk tidak mau melaksanakannya, maupun kelalaian debitur untuk tidak melakasanakannya. Berdasarkan penelitian ini maka wanprestasi dapat terjadi apabila pada saat proses penyelesaian transaksi, yakni proses bertukarnya penyerahan hak dan kewajiban antar nasabah, dimana berdasarkan laporan dari KPEI nasabah (anggota bursa) tersebut tidak memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian transaksi bursa selambat- lxxix lambatnya pada hari bursa ke-3 setelah terjadinya transaksi atau sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga apabila salah satu pihak lalai maupun sengaja untuk tidak melaksanakan prestasinya maka sesuai dengan ketentuan KUHperdata Pasal 1236 dan Pasal 1239 dan menurut Peraturan Bursa dalam Peraturan Perdagangan Efek, nasabah tersebut telah melakukan wanprestasi. 2. Solusi dalam Mengatasi Hambatan Bursa Efek Jakarta sebagai penyedia fasilitas perdagangan efek yang menggunakan Remote Trading System, selayaknya harus memberikan solusi untuk mengantisipasi kegagalan-kegagalan yang mungkin terjadi dalam pelaksanaan perdagangan menggunakan Remote Trading System ini.Untuk itu dalam menghadapi hambatan-hambatan seperti diatas Bursa Efek Jakarta memberikan solusi sebagai berikut: a. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Tekhnis, yakni solusi dalam mengatasi failure atau kegagalan-kegagalan karena crash antar order adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengantisipasi kegagalan transaksi yang diakibatkan oleh primary fix engine crash, Bursa Efek Jakarta mengantisipasi dengan menyiapkan backup fix engine dimana fix engine cadangan ini berfungsi untuk menggantikan apabila engine utama mengalami kegagalan. 2) Untuk mengantisipasi kegagalan yang disebabkan backup fix engine crash, maka Bursa Efek Jakarta mengantisipasi dengan menyiapakan primary fix engine (mesin utama), diamana mesin utama ini tidak memerlukan waktu dalam melanjutkan proses order karena yang mengalami kerusakan ada pada mesin cadangan. 3) Untuk mengantisipasi kegagalan yang terjadi karena rusaknya JONEC maka mesin JONEC ini akan me-restart atau mengulang kembali lxxx sistem dalam 30 detik untuk melanjutkan proses order apabila mesin mengalami kerusakan. 4) Untuk mengantisipasi kegagalan karena database crash maka JONEC akan melanjutkan proses order menuju DRC (disaster recovery centre) atau cadangan mesin. Dimana DRC gateway akan memutuskan trading engine utama atau backup engine yang akan menjumpakan order nasabah. 5) Dalam mengantisipasi force majeure maka Bursa efek Jakarta dapat menghentikan perdagangan untuk sementara waktu. Untuk dapat menjaga kelangsungan perdagangan efek di bursa maka bursa dapat menerapkan sistem dan tata cara perdagangan lainnya sesuai dengan rencana kelangsungan usaha yang telah memperoleh persetujuan dari BAPEPAM. Pada intinya selama perdagangan efek berlangsung, primary fix engine dan backup fix engine dioperasikan secara paralel dalam melakukan pekerjaan yang sama. Order dari nasabah akan diterima oleh kedua engine tersebut pada waktu yang bersamaan sehingga apabila primary fix engine mengalami kegagalan maka backup fix engine akan langsung mengambil alih pekerjaan primary fix engine dalam waktu 30 detik untuk melanjutkan proses ordernya. Dengan demikian aktivitas perdagangan melalui JATS-Remote Trading tetap berlangsung. b. Upaya dalam Mengatasi Hambatan Wanprestasi Berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh penyusun dari pihak terkait, dalam perdagangan efek dengan Remote Trading System ini apabila salah satu pihak melakukan wanprestasi atau berdasarkan laporan dari KPEI Anggota bursa Efek tersebut tidak memenuhi kewajibannya dalam penyelesaian transaksi bursa sesuai dengan peraturan yang berlaku, maka bursa melarang Anggota Bursa Efek yang bersangkutan untuk melakukan kegiatan perdagangan efek di bursa sampai dengan KPEI melaporkan ke bursa bahwa semua kewajiban lxxxi anggota Bursa Efek tersebut telah tepenuhi dan Anggota Bursa Efek dapat dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan bursa yang berlaku. lxxxii BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan penelitian mengenai pelaksanaan remote trading system di Bursa Efek Jakarta, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan perdagangan jual- beli efek di Bursa Efek Jakarta dengan menggunakan Remote Trading System, secara operasional diatur dalam Surat Keputusan Direksi PT. BEJ Nomor : SE-002/BEJ/03-2002 tentang Perdagangan Efek Secara Jarak Jauh (Remote Trading) di Bursa Efek Jakarta. Peraturan operasional ini mengacu pada Pasal 7 UndangUndang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Pelaksanaan jualbeli efek dengan menggunakan Remote Trading System menjadi lebih efisien dan akurat dibandingkan dengan sistem manual, karena dengan tahapan secara manual dibutuhkan delapan kali proses sedangkan dengan menggunakan Remote Trading System hanya membutuhkan lima proses tahapan transaksi. Pelaksanaan jual- beli efek di Bursa Efek Jakarta berlangsung dengan baik, sesuai dengan yang diatur dalam Surat Keputusan Direksi BEJ Tentang Perdagangan Efek. Pelaksanaan jual – beli berjalan dengan lancar karena setiap harinya transaksi diawasi oleh Bursa Efek Jakarta dan BAPEPAM LK. Apabila di kemudian hari timbul pelanggaran dalam jual- beli efek yang berhubungan dengan keanggotaan maka BEJ sebagai SRO (Self Regulation Organitation) dan BAPEPAM-LK akan memberikan sanksi yang tegas kepada pihak yang melanggar. lxxxiii 2. Ada beberapa hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan Remote Trading System, hambatan tersebut adalah berupa kegagalan- kegagalan yang bersifat teknis dan hambatan wanprestasi yang dapat menghambat berjalannya proses jual–beli efek. Hambatan tersebut adalah : a. Hambatan Tekhnis, yakni hambatan berupa kegagalan-kegagalan diantaranya adalah : 1) Kegagalan transaksi yang disebabkan primary fix engine crash (tumbukan yang terjadi pada engine utama). 2) Kegagalan transaksi yang disebabkan backup fix engine crash (kerusakan yang terjadi pada engine cadangan). 3) Kegagalan transaksi karena rusaknya JONEC machine crash. 4) Kegagalan transaksi karena database crash. Langkah-langkah yang ditempuh Bursa Efek Jakarta dalam mengatasi kegagalan-kegagalan tersebut adalah dengan mengoperasikan dua mesin, yakni primary fix engine dan backup fix engine secara paralel dalam waktu yang bersamaan untuk melakukan pekerjaan yang sama, sehingga apabila salah satu mesin mengalami kerusakan maka mesin yang lain yang akan mengambil alih pekerjaan tersebut. Dalam keadaan force majeure maka Bursa Efek Jakarta akan menghentikan perdagangan efek untuk sementara waktu sampai keadaan kembali normal. b. Hambatan wanprestasi, yakni tidak dipenuhinya kewajiban dalam proses penyelesaian transaksi oleh Anggota Bursa karena lalai maupun disengaja. Sehingga dalam hal ini dapat dilakukan upaya hukum yakni Bursa Efek Jakarta dapat memberikan sanksi yang tegas kepada Anggota Bursa yang bersangkutan sesuai dengan peraturan yang berlaku. lxxxiv B. Saran 1. Bursa Efek Jakarta selaku penyedia fasilitas perdagangan efek perlu lebih meningkatkan pengawasan terhadap perdagangan efek baik dari segi teknis maupun dari segi hukum, pengawasan dari segi tekhnis yakni pengawasan terhadap akses internet, pengawasan terhadap perlindungan data-data nasabah, pengawasan terhadap dunia IT mengingat perkembangan teknologi yang luar biasa cepat, dan banyaknya virus-virus yang bisa saja melumpuhkan sistem JATS dan pengawasan ini dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya cyber crime. Pengawasan dari segi hukum, agar Bursa Efek Indonesia (penggabungan dari BEJ dan BES, pada 2 Januari 2008) dan Bapepam selalu melakukan evaluasi terhadap peraturan-peraturan yang berlaku apakah masih relevan, mengingat kejahatan dunia cyber crime maka pelaku bisa saja bukan berasal dari dunia pasar modal maka untuk itu harus ada peraturan hukum yang menjangkaunya, hal ini juga dimaksudkan sebagai antisipasi terjadinya cyber crime dalam perdagangan efek. 2. Bursa Efek Jakarta dan Bapepam perlu mengadakan sosialisasi bagi para pelaku pasar modal pada khususnya dan masyarakat pada umumnya mengenai perdagangan efek di Bursa Efek baik menggunakan remote Trading System maupun sistem lainnya, agar masyarakat luas mengetahui dan memahami tata cara perdagangan dan jaminan hukum bagi masyarakat yang ingin terlibat dalam perdagangan efek. 3. Bursa Efek Jakarta bekerjasama dengan anggota bursa perlu meningkatkan kualitas sumber daya WPPE (Wakil Perantara Perdagangan Efek) dengan mengadakan training secara periodik dengan teknologi-teknologi terbaru agar setiap kendala dapat diminimalisir. lxxxv DAFTAR PUSTAKA Buku Abdulkadir Muhammad. 1986. Hukum Perjanjian. Bandung: Alumni. Asri Sitompul. 2000. Pasar Modal Penawaran Umum Dan Permasalahannya. Bandung : P.T. Citra Aditya Bakti. Bursa Bapepam. 2002. studi Tentang Kesiapan Anggota Bursa Dalam Penerapan Remote Trading System. Jakarta. C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil. 2002. Pokok- pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika. H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. H.M.N. Purwosutjipto. 2000. Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia Hukum Surat Berharga. Jakarta: Djambatan. Jusuf Anwar. 2005. Pasar Modal Sebagai Sarana Pembiayaan Dan Investasi. Bandung: P.T. Alumni. Kartini Muljadi Dan Gunawan Widjaja. 2003. Perikatan Pada Umumnya. Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada. Mariam Baldarulzaman. 1993. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Buku III: Hukum Perikatan dengan Penjelasan. Bandung: Alumni. M.Irsan Nasarudin dan Indra Surya. 2004. Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Prenada Media. Munir Fuady. 1996. Pasar Modal Modern (Tinjauan Hukum). Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti. Panduan Cara Membaca Prospektus Dan Laporan Keuangan. 2005. P.T. Bursa Efek Jakarta. lxxxvi Panduan JATS-Remote Trading Bursa Efek Jakarta. 2002. P.T. Bursa Efek Jakarta, tidak dipublikasikan. Panduan Go Public Bursa Efek Jakarta. 2005. P.T. Bursa Efek Jakarta, tidak dipublikasikan. Panduan Investasi di Pasar Modal. 2005. P.T. Bursa Efek Jakarta, tidak dipublikasikan. R. Subekti. 1975. Pokok-pokok Hukum Perdata. Jakarta: P.T. Intermasa. Rusdin. 2006. Pasar Modal Teori Masalah Dan Kebijakan Dalam Praktik. Bandung : Alfabeto. Sjahrir. 1995. Analisis Bursa Efek. Jakarta :P.T. Gramedia Pustaka Utama. Soerjono Soekanto. 1986. Pengantar Penelitian Hukum . Jakarta: UI Press . Sumadi Suryabarata. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Peraturan Perundang-undangan dan instrumen hukum lainnya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata lxxxvii Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas Keputusan Direksi PT. Bursa Efek Jakarta Nomor : Kep-307/BEJ/12-2006 tentang Perubahan/ Penambahan Peraturan Nomor II-A Tentang Perdagangan Efek. Peraturan Perdagangan Efek Nomor III Tentang Keanggotaan Bursa. Peraturan Perdagangan Efek Nomor III-A Tentang Keanggotaan Bursa. Rujukan Internet http ://www.jsx.co.id, diakses tanggal 15 Mei 2007 http ://www.bapepam&lk.go.id, diakses tanggal 15 Mei 2007 http ://www.bapepam.go.id, diakses tanggal 1 Mei 2007 lxxxviii