BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Hasil

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1. Hasil-hasil Penelitian Terdahulu
Sebelum melakukan penelitian ini, telah ditulis beberapa penelitian
mengenai penerapan penentuan perhitunga harga suatu produksi menggunakan
metode ABC. Penelitian-penelitian tersebut akan dikemukakan sebagai berikut :
Ahmad Habib Jamil (2010), meneliti tentang penerapan Activity Based
Costing dalam menentukan harga pokok produksi studi pada UD. Kartika Sari
Malang yang bergerak dalam usaha manufaktur furniture. Hasil penelitian
menunjukan objek penelitian masih menggunakan perhitungan Tradisional,
dimana terjadi pembebanan antara penggunaan atau penerapan Activity Based
Costing dengan perhitungan Tradisional. Yaitu pada produk daun pintu dan daun
jendela mengalami under cost, sedangkan pada kusen dan rak dapur mengalami
over cost.
Sri Ratnawati (2009), meneliti tentang penerapan Activity Based Costing
dalam pembebanan Biaya Overhead Pabrik studi pada perusahaan kacang Sanghai
Gangsar Ngunut Tulungagung, usaha yang bergerak dalam bidang penghasil
aneka olahan kacang rasa. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara
biaya overhead pabrik per unit yang dibebankan dengan sistem akuntansi biaya
tradisional dengan biaya overhead dengan menggunakan sistem Activity Based
Costing. Dalam penelitian ini terjadi overcosting pada dua produk dan empat
produk mengalami undercosting. Sehingga peneliti ini menyarankan untuk
9
10
menggunakan sistem Aktivity Based Costing karena lebih akurat dalam
pembebanan biaya overhead pabrik.
Pratiwi Estiningtyas (2007), meneliti tentang penerapan ABC sebagai
dasar penetapan harga pokok produksi studi pada CV. Sultan Agung Craft. Hasil
penelitian bahwa perhitungan dengan biaya ABC dengan sistem ABT. Dengan
sistem ABC produk dengan volume produk tinggi mengalami overcosting atau
pembebanan biaya yang terlalu tinggi yaitu pada produk folding chair dan folding
arm chair dan coralia folding arm chair, Untuk produk bervolume produksi
rendah terjadi undercosting yaitu pada produk oval table dan produk rectanguler
table.
Tabel 2.1
Penelitian terdahulu
No
1
Nama, Tahun,
Judul Penelitian
Ahmad
Habib
Jamil,
2010,
Penerapan Activity
Based
Costing
dalam Menetukan
Harga
Pokok
Produk
UD.
Kartika
Sari
Malang.
Variabel dan
indikator atau Metode/An
Fokus
alisis Data
Penelitian
Biaya
Bahan Analisis
Langsung, Biaya Kualaitatif
Tenaga
Kerja Deskriptif
Langsung, Biaya
overhead, Harga
pokok produksi
Hasil Penelitian
Hasil
penelitian
menunjukkan
perhitungan
dengan
sistem Activity Based
Costing dengan volume
produk
rendah
mengalami
undercost
atau pembebanan biaya
terlalu rendah yaitu pada
produk daun jendela dan
daun pintu, untuk produk
bervolume
tinggi
mengalami overcost atau
pembebanan biaya terlalu
tinggi yaitu pada produk
kusen dan produk rak
dapur.
11
2
Sri
Ratnawati,
2009,
Penerapan
Activity
Based
Coating
dalam
Pembebanan Biaya
Overhead Pabrik
Studi
Pada
Perusahaan Kacang
Sanghai Gangsar
Ngunut
Tulungagung
Biaya
Bahan Analisis
Baku Langsung, Kualitatif
Biaya
Tenaga Deskriptif
Kerja Langsung,
Alokasi Biaya
Overhead
Pabrik
3
Pratiwi
Estiningtyas, 2007,
Penerapan Activity
Based
Costing
Sebagai
Dasar
Penetapan Harga
Pokok
Produksi
Studi Pada CV.
Sultan Agung Craft
Biaya
Bahan Metode
Langsung, Biaya Kualitatif
Tenaga
Kerja Deskriptif
Langsung, Biaya
overhead, Harga
pokok produksi
4
Nur Maryam, 2005,
Analisis Penerapan
Activity
Based
Costing
Pada
PTPN XI PG.
Djatiroto
Biaya Produksi Metode
Gula dan Tetes Kuantitatif
tahun 2002 dan
2003
Dengan
menerapkan
Activity Based Costing
dalam
pembebanan
overhead biaya produksi
terlalu tinggi mengalami
overcosting pada dua
produk yaitu HC dan 84
dan pada empat produk
pembebanan biaya terlalu
rendah,
sehingga
mengalami undercosting.
Maka
peneliti
ini
menyarankan
untuk
menggunakan
sistem
Aktivity Based Costing
karena
lebih
akurat
dalam pembebanan biaya
overhead pabrik.
Hasil penelitian bahwa
perhitungan
dengan
sistem Activity Based
Costing produk dengan
volume produk tinggi
mengalami overcosting
atau pembebanan biaya
yang terlalu tinggi yaitu
pada produk folding
chair dan folding arm
chair dan coralia folding
arm chair, Untuk produk
bervolume
produksi
rendah
terjadi
undercosting yaitu pada
produk oval table dan
produk rectanguler table.
Hasil
penelitian
menyatakan
bahwa
dengan
menggunakan
alat analisis dua tahap,
tahap pertama dengan
empat langkah kemudian
dilakukan
tahap
selnjutnya memperoleh
hasil dengan perhitungn
HPP dan pembebanan
12
5
Eni Soliha, 2007,
Penggunaan
Activity
Based
Costing
Dalam
Perhitungan Harga
Pokok
Produksi
PG. Kebon Agung
Malang
Biaya
bahan Metode
langsung, Biaya Kualitatif
tenaga
kerja Deskriptif
langsung, Biaya
overhead, Harga
pokok produksi
6
Miftakhul Roifah,
2014, Perancangan
Activity
Based
Costing
Dalam
Meningkatkan
Akurasi
Perhitungan Harga
Pokok
Produksi
Pada
PT.
PG.
Krebet
Baru
Bululawang
Malang
Biaya
bahan Metode
baku langsung, Kualitatif
Biaya
Tenaga Deskriptif
Kerja Langsung,
Biaya overhead
pabrik,
Harga
pokok produksi,
Harga jual.
BOP diperoleh selisih
kedua
perhitungan
produk tahun 2002 lebih
rendah
dari
pada
perhitungan tahun 2003.
Sehingga
dapat
disimpulkan perusahaan
menggunakan penerapan
Activity Based Costing.
Hasil penelitian bahwa
perhitungan
dengan
Activity Based Costing
produk dengan volume
produk tinggi mengalami
overcosting
atau
pembebanan biaya yang
terlalu tinggi yaitu pada
produk Gula, Untuk
produk
bervolume
produksi rendah terjadi
undercosting yaitu pada
produk Tetes.
Hasil penelitian bahwa
perhitungan
dengan
menggunakan
activity
based costing produk
bervolume
banyak
mengalami overcosting
yaitu pada produk gula
dengan
memperoleh
harga jual murah, untuk
produk bervolume sedikit
terjadi undercosting yaitu
pada produk tetes dengan
memperoleh harga jual
tinggi.
Sumber: Data diolah
Dalam penelitian ini terdapat perbedaan dan persamaan dengan penelitian
terdahulu. Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu disajikan dalam tabel 2.2 sebagai berikut :
13
Tabel 2.2
Persamaan dan Perbedaan
Penelitian Terdahulu dan Penelitian Sekarang
No
1
2
Nama, Tahun, Judul
Persamaan
Ahmad Habib Jamil, 1. Sama
dalam
2010,
Penerapan
menggunakan
Activity Based Costing
penerapan Activity
dalam
Menetukan
Based
Costing
Harga Pokok Produk
dalam menentukan
UD.
Kartika
Sari
harga
pokok
Malang.
produksi.
2. Sama
dalam
penggolongan
aktivitas aktivitas
yaitu
aktivitas
berlevel
unit,
batch,
produksi,
fasilitas.
3. Proses
produksi
pada penelitian ini
sama
dengan
penelitian
yang
akan
dilakukan
melalui
satu
departemen yaitu
melalui beberapa
tahap.
Sri Ratnawati, 2009, 1. Sama
dalam
Penerapan
Activity
menggunakan
Based Coating dalam
penerapan Activity
Pembebanan
Biaya
Based Costing.
Overhead Pabrik Studi 2. Proses
produksi
Pada
Perusahaan
pada penelitian ini
Kacang
Sanghai
sama
dengan
Gangsar
Ngunut
penelitian
yang
Tulungagung.
akan
dilakukan
melalui
satu
departemen yaitu
melalui beberapa
tahap.
Perbedaan
1. Penelitian
ini
menggunakan
objek
penelitian
di
UD.
Kartika Sari Malang
dalam usaha furniture
sedangkan penelitian
yang akan dilakukan
menggunakan
objek
penelitian
di
Perusahaan
industri
gula PT. PG. Krebet
Baru.
1. Penelititan
ini
menggunakan metode
Activity Based Costing
dalam
pembebanan
biaya overhead pabrik,
sedangkan penelitian
yang akan dilakukan
dengan menggunakan
Activity Based Costing
dalam
mengukur
akurasi
perhitungan
harga pokok produksi.
2. Penelitian ini dilakukan
pada objek perusahaan
yang bergerak dalam
industri
makanan
ringan yaitu kacang
14
sanghai
gangsar
beraneka
rasa
sedangkan penelitian
yang akan dilakukan
pada objek perusahaan
industri Gula.
3. Dalam penggolongan
aktivitas, penelitian ini
menggunakan aktivitas
berlevel unit, batch,
dan
fasilitas
saja,
sedangkan penelitian
yang akan dilakukan
menggunakan aktivitas
berlevel unit, batch,
produksi, dan fasilitas.
3
Pratiwi Estiningtyas,
1. Sama dalam
2007, Penerapan
menggunakan
Activity Based Costing
penerapan Activity
Sebagai Dasar
Based Costing
Penetapan Harga Pokok
dalam penetapan
Produksi Studi Pada
harga pokok
CV. Sultan Agung Craft
produksi.
2. Sama dalam
penggolongan
aktivitas yaitu
aktivitas berlevel
unit, batch, produk,
dan fasilitas.
1. Dalam penelitian ini
menggunakan objek
penelitian di CV.
Sultan Agung Craft
yaitu perusahaan yang
bergerak dalam bidang
manufaktur furniture
dan handy craft,
sedangkan penelitian
yang akan dilakukan
menggunakan objek
penelitian di PT. PG.
Krebet Baru
perusahaan yang
bergerak dalam insustri
Gula.
2. Proses produksi CV.
Sultan Agung Craft
melalui dua
departemen yaitu
departemen pertama
bagian produksi
kemudian departemen
kedua bagian perakitan
beserta finishing,
sedangkan proses
produksi PG krebet
melalui satu
departemen akan tetapi
15
4.
Nur Maryam, 2005,
Analisis Penerapan
Activity Based Costing
Pada PTPN XI PG.
Djatiroto
1. Sama dalam
penggunaan
Activity Based
Costing.
2. Sama dalam
penggunaan
objek penelitian
1.
2.
5.
Eni Soliha, 2007,
Penggunaan Activity
Based Costing Dalam
Perhitungan Harga
Pokok Produksi PG.
Kebon Agung Malang
6.
Miftakhul Roifah, 2014,
Perancangan Activity
Based Costing Dalam
Meningkatkan Akurasi
Perhitungan Harga
Pokok Produksi Pada
PT. PG. Krebet Baru
Bululawang Malang.
1. Sama
dalam 1.
penggunaan
Activity
Based
Costing
dalam
penentuan harga
pokok produksi
untuk Gula dan
Tetes
2. Sama
dalam
penggunaan
objek penelitian.
1. Sama
dalam 1.
penggunaan
metode
ABC
dalam
perhitungan
harga
pokok
produksi.
2. Proses produksi
pada penelitian
ini sama dengan 2.
penelitian
terdahulu lainnya
yaitu melalui satu
melalui beberapa
stasiun-stasiun mesin
yang digunakannya.
Berbeda dalam
penggolongan aktivitas,
peneliti ini
menggunakan ke empat
level aktivitas yaitu
level unit, batch,
produk fasilitas,
sedangkan penelitian
yang sedang dilakukan
menemukan tiga
aktivitas saja.
Peneliti ini
menggunakan fokus
penelitiannya pada
tahun 2002 dan 2003
sedangkan penelitian
yang dilakukan
melakukan hanya satu
periode.
Berbeda dalam
penemuan
penggolongan aktivitas,
peneliti ini menemukan
aktivitas level unit, dan
aktivitas level fasilitas
saja, sedangkan
penelitian yang lakukan
menemukan aktivitas
level unit, produk, dan
aktivitas.
Berbeda dalam
penemuan
penggolongan aktivitas
level dimana pada
penelitian yang sedang
diteliti menemukan tiga
level aktivitas, yaitu
level unit, level produk,
dan level fasilitas.
Berbeda dalam
menentukan harga jual
dimana penelitian ini
setelah menemukan
16
departemen
dengan melalui
beberapa tahap.
hasil perhitungan harga
pokok produksi
kemudian menghitung
harga jual sedangkan
pada penelitian
terdahulu hanya
berakhir pada
perhitungan harga
pokok produksinya
saja.
Sumber: Data diolah
2.2.Kajian Teori
2.2.1. Biaya
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
barang atau jasa yang diharapkan membawa keuntungan atau manfaat di
saat ini atau di masa depan bagi organisasi. (Hansen&Mowen, 2011:47).
Adapun menurut Carter (2009:30) Biaya adalah suatu nilai tukar,
pengeluaran, atau pengorbanan yang dilakukan untuk menjamin perolehan
manfaat.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian biaya adalah
pengorbanan sumber-sumber ekonomi yang sudah terjadi atau akan terjadi
yang dinyatakan dalam satuan uang untuk tujuan tertentu.
Menurut Syahata (2001:90) dalam pemikiran pokok akuntansi islam,
yang dimaksud biaya adalah pengorbanan finansial dalam upaya mencapai
atau mendapatkan uang masuk (income). Oleh karena itu dalam fiqih
Islam biaya dapat dibagi sebagai berikut :
17
1. Biaya ada penggantinya (imbalan). Ini disebut biaya biasa.
2. Biaya yang tidak ada penggantinya. Ini disebut kerugian atau
kerusakan.
Adapaun pengertian Biaya Produksi adalah biaya yang berkaitan
dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa (Hansen & Mowen,
2011:56). Menurut Supriyono (2007:252) yang dimaksud biaya produksi
adalah semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau
kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.
Dalam prespektif islam, biaya produksi yaitu biaya yang
dikeluarkan dalam suatu usaha untuk menghasilkan dan menambah nilai
guna dari suatu barang baik dari sisi fisik materialnya maupun dari sisi
moralitasnya, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia
sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu mencapai kesejahteraan
dunia dan akhirat. (Hamim dkk, 2011:272).
Adapun Firman Allah yang menerangkan faktor produksi sebagai
berikut :
            
         
        
18
“Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka shaleh. Shaleh
berkata : “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada begimu
Tuhan selain Dia. Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan
menjadikan kamu pemakmurannya, karena itulah mohonlah ampunanNya, kemudian bertobatlah kepada-Nya, sesungguhnya Tuhanku amat
dekat (Rahmat-Nya) lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).” QS.
Huud:61
Ayat di atas mengindikasikan bahwa bumi yang diciptakan Allah
merupakan sumber bahan baku dan manusia merupakan tenaga kerja yang
harus memanfaatkan sumber daya alam tersebut dengan baik. Dalam ayat
Al-Qu’an di atas Allah menegaskan kepada manusia agar menjadikan alam
makmur bukan sebagai perusak. Dalam hal ini maka bisa disimpulkan
bahwa segala macam kegiatan produksi sangat tergantung kepada subjek
yang memproduksi.
          
         
           
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk,
akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang
dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di
jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu
membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah, dan
apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi
pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya
(dirugikan)”. QS. Al-Baqarah:272.
19
Modal sangat penting dalam kegiatan produksi. Kata apa saja
harta yang baik menunjukkan bahwa manusia diberi modal yang cukup
oleh Allah untuk dapat melakukan kegiatan pemenuhan kebutuhannya
secara materi.
Dari pengertian di
atas dapat disimpulkan biaya adalah
pengorbanan finansial yang terjadi atau yang akan terjadi dalam upaya
mendapatkan uang masuk dimana dalam fiqih disebutkan biaya imbalan
atau biaya ada penggantinya dan biaya yang tidak ada penggantinya
disebut juga kerigian. Biaya produksi adalah semua biaya yang
berhubungan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi,
biaya produksi dalam islam adalah yaitu biaya yang dikeluarkan atau harta
yang dikeluarkan suatu usaha untuk menghasilkan dan menambah nilai
guna dari suatu barang baik dari sisi fisik materialnya maupun dari sisi
moralitasnya, sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup manusia
sebagaimana digariskan dalam agama islam, yaitu mencapai kesejahteraan
dunia dan akhirat.
2.2.2. Harga Pokok Produksi
2.2.2.1.Pengertian harga pokok produksi
Menurut Mardiasmo (2000:9) dalam Ratna Wijayanti (2011:9) Harga
Pokok Produksi merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang dibebankan
pada produk yang dihasilkan oleh perusahaan atau pengguna berbagai
sumber ekonomi yang digunakan untuk menghasilkan produk atau
memperoleh aktiva.
20
Berdasarkan pendapat akademis tersebut dapat disimpulkan bahwa
harga pokok produksi adalah semua biaya produksi yang digunakan untuk
memproses suatu bahan baku hingga menjadi barang jadi dalam suatu
periode waktu tertentu.
Penentuan harga produksi digunakan untuk perhitungan laba atau rugi
perusahaan yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan.
Selain itu, harga pokok produksi memiliki peranan dalam pengambilan
keputusan perusahaan untuk beberapa hal seperti menerima atau mengolah
pesanan, membuat atau membeli bahan baku, dan lain-lain. Informasi
mengenai harga pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen dalam
pengambilan keputusan dalam hal keputusan harga jual produk yang
bersangkutan. Oleh sebab itu, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk memproduksi suatu barang jadi dapat diperhitungkan untuk
menentukan harga jual yang tepat serta akurat. (Hansen&Mowen,
1999:126)
2.2.2.2.Komponen harga pokok produksi
Komponen Harga Pokok Produksi terdiri dari tiga elemen biaya
produk yaitu Biaya Bahan Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung, dan Biaya
Overhead Pabrik.
Pengertian dari ketiga elemen biaya produk adalah:
1. Biaya Bahan Baku.
Pengertian Biaya Bahan Baku menurut Carter (2009:40)
menyebutkan biaya bahan baku langsung adalah semua biaya
21
bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan
dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produksi.
Adapun menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (1999:143) merupakan
komponen biaya yang terbesar dalam pembuatan produk jadi.
Menurut Hamim dalam Ensiklopedia Nabi Muhammad
(2011:206) menyebutkan dalam produksi bahan baku di butuhkan
dalam suatu proses produksi, seperti di jelaskan dalam Firman
Allah Surat Al-Kahfi ayat : 96 sebagai berikut :
         
         
 
Artinya : “Berilah aku potongan-potongan besi". Hingga
apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung
itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila
besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata:
"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke
atas besi panas itu".
Dari ayat Al-Quran tersebut dapat disimpulkan dalam Islam
pemakaian bahan baku dibutuhkan dan diperbolehkan dalam suatu
perindustrian, dilihat dariu kutipan arti ayat tersebut yang
22
menjelaskan Dzulkarnain dapat membuat dinding dengan dua
komponen bahan baku yaitu besi dan tembaga
Biaya Bahan Baku adalah biaya yang digunakan untuk
memperoleh semua bahan baku yang akan digunakan untuk proses
produksi dan dapat dikalkulasikan secara langsung ke dalam biaya
produksi. Bahan baku adalah bahan yang akan diolah menjadi
bagian produk selesai atau produk jadi dan dapat ditelusuri secara
fisik dan mudah ke produk tersebut. Dalam Islam bahan baku
sangat dibutuhkan dalam proses produksi. Besarnya Biaya Bahan
Baku ditentukan oleh biaya perolehannya yaitu dari pembelian
sampai dengan biaya dapat digunakan dalam proses produksinya.
Contoh biaya bahan baku adalah biaya pembelian tebu yang akan
diolah menjadi gula atau biaya pembelian kayu yang akan
digunakan untuk membuat furniture.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Menurut Carter (2009:41) Biaya tenaga kerja langsung adalah
tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung
menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara layak keproduk
tertentu. Menurut Hansen dan Mowen (2011:57), biaya tenaga
kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri secara
langsung pada barang atau jasa yang sedang diproduksi. Adapun
menurut Sulastiningsih dan Zulkifli (1999:165) pengertian Biaya
Tenaga Kerja Langsung adalah:
23
“ Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya utama dan
sekaligus sebagai biaya konversi, yaitu gaji dan kesejahteraan
karyawan pabrik”
Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan
untuk penggunaan tenaga kerja langsung dalam pengolahan suatu
produk dari bahan baku menjadi barang jadi. Contoh biaya tenaga
kerja langsung adalah gaji atau upah dan tunjangan yang
dibayarkan
kepada
tenaga
kerja
bagian
produksi
yang
memproduksi bahan baku menjadi barang jadi.
Adapun
Ayat
Al-Quran
yang
menerangkan
tentang
pembayaran upah sebagai berikut :
       
         
 
“Mereka berkata: “Hai Dzulkarnain, Sesungguhnya Ya’juj dan
Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di bumi, Maka
dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu,
supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka” (AlKahfi:94).
Dalam prespektif islam, adapun kriteria membayar upah
tenaga kerja atau mengeluarkan biaya tenaga kerja dengan baik
24
adalah memberikan tingkat upah yang wajar dan sesuai
kesepakatan di awal bekerja, membayar upah dengan segera, dan
memastikan bahwa upah diterima oleh tenaga kerja. (Hamim,
2011:266)
Dalam firman Allah disebutkan dalam QS. At-Taubah ayat
105, yang berbunyi sebagai berikut:
       
      
  
“Dan katakanlah : “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya
serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan
kamu akan dikembalikan kepada Allah Yang Mengetahui akan
ghaib dan yang nyata, lalu diberikan-Nya kepada kamu apa yang
kamu kerjakan.” (At Taubah: 105).
Aisyah ra, istri Nabi Muhammad SAW, berkata, “Rasulullah
saw dan Abu Bakar mengupah seseorang laki-laki yang pintar
sebagai penunjuk jalan. Laki-laki itu berasal dari Bani Dil,
termasuk Kafir Quraisy. Beliau berdua menyerahkan
kendaraannya kepada laki-laki itu (sebagai Upah), dan keduanya
berjanji kepadanya akan bermalam di gua Tsur selama tiga
malam. Pada hari yang ketiga, keduanya menerima
kendaraannya.” (HR. Bukhari)
Ibnu Umar ra berkata, “Rasulullah saw bersabda,
“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum keringatnya kering.”
(HR. Ibnu Majah)
25
Dari kesimpulan riwayat perowi hadis dan ayat Al-Quran di
atas, dalam pemberian upah tenaga kerja muncul ketika pekerjaan
selesai dan harus sesuai dengan kriteria pembayaran upah,
diantaranya membayar upah dengan baik, yaitu dengan membayar
upah atau biaya tenaga kerja kepada tenaga kerja yang
bersangkutan dengan tepat waktu atau sesuai kesepakatan awal.
3. Biaya Overhead Pabrik.
Pengertian Biaya Overhead Pabrik menurut Hansen & Mowen
(2000:46) Biaya Overhead Pabrik adalah biaya produksi selain dari
bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung dikumpulkan
menjadi satu kategori. Menurut Sulastiningsih dan Zulkifli
(1999:175) adalah elemen biaya produksi yang tidak dapat
diklasifikasikan sebagai biaya bahan baku langsung atau biaya
tenaga kerja langsung. Adapun menurut Carter (2009:42)
menyebutkan biaya overhead pabrik adalah biaya pabrik yang
terdiri atas semua biaya manufaktur yang tidak ditelusuri secara
langsung ke output tertentu.
Dari pengertian akademis di atas dapat disimpulkan pengertian
biaya overhead pabrik adalah biaya produksi yang dikeluarkan
selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.
Contoh elemen yang terdapat pada biaya overhead pabrik meliputi
biaya bahan penolong, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya
listrik air pabrik, biaya overhead lain-lain.
26
Adapun menurut Hansen dan Mowen (2011:98) menyebutkan
penggolongan biaya overhead pabrik atas dasar-dasar perilaku
biaya sebagai berikut :
1) Biaya Tetap.
Biaya tetap adalah biaya yang memiliki karakteristik sebagai
berikut :
a. Biaya
yang
jumlah
totalnya
tetap
konstan
tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas
sampai dengan tingkatan tertentu.
b. Pada biaya tetap, biaya satuan (unit cost) akan berubah
berbanding terbalik dengan perubahan volume kegiatan,
semakin tinggi volume kegiatan semakin rendah biaya
satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi
biaya satuan. Contoh biaya overhead pabrik tetap
misalnya : biaya asuransi pabrik, biaya penyusunan akiva
tetap, gaji staf pabrik dan mandor, dan biaya tetap lainnya.
2) Biaya Variabel.
Biaya variabel adalah biaya yang memiliki karakteristik
sebagai berikut :
a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara
sebanding dengan perubahan volume kegiatan, semakin
besar volume kegiatan semakin besar pula jumlah total
27
biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan semakin
rendah pula jumlah total biaya variabel.
b. Pada biaya variable, biaya satuan tidak dipengaruhi oleh
perubahan volume kegiatan, jadi biaya satuan konstan.
Contoh Biaya Overhead Pabrik variabel misalnya :
sebagian biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya bahan
penolong, bahan bakar dan lain-lain biaya overhead
variabel.
3) Biaya Semi Variabel.
Karakteristik Biaya Semi Variabel sebagai berikut :
a. Biaya yang jumlah totalnya akan berubah sesuai dengan
perubahan
volume
kegiatan,
akan
tetapi
bersifat
perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume
kegiatan semakin besar jumlah total biaya, semakin rendah
volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya,
tetapi perubahannya tidak sebanding.
Dalam perusahaan manufaktur untuk menghasilkan produk
yang akan dipasarkan membutuhkan berbagai jenis biaya, dan
biaya-biaya ini akan menjadi dasar penentu Harga Pokok. Harga
Pokok Produksi dikeluarkan untuk tujuan menghasilkan biaya
produk jadi. Harga Pokok Produksi tidak dicatat dalam rekening
biaya, melainkan dibebankan pada produk yang dihasilkan dan
laporan dalam neraca persediaan. Harga Pokok Produksi tersebut
28
belum akan tampak dalam laporan Laba-Rugi sebelum produk yang
bersangkutan terjual.
2.2.2.3.Penentuan harga pokok produksi
Penentuan harga pokok produksi digunakan untuk perhitungan laba
rugi perusahaan yang akan dilaporkan kepada pihak eksternal perusahaan.
Informasi mengenai harga pokok produksi menjadi dasar bagi manajemen
dalam pengambilan keputusan harga jual produk yang bersangkutan.
Menurut Tjiptono dalam Birusman (2011:92), menurut prespektif
ekonomi Islam metode penetapan harga dikelompokkan menjadi empat
macam berdasarkan basisnya, yaitu berbasis permintaan, biaya, laba, dan
persaingan. Pada hal ini harga pokok produksi termasuk dalam penentuan
harga berdasarkan basis biaya. Dalam metode penetapan harga berbasis
biaya, faktor penentu harga yang utama adalah aspek penawaran atau
biaya, bukan aspek permintaan. Harga ditentukan berdasarkan biaya
produksi dan pemasaran yang ditambah dengan jumlah tertentu sehingga
dapat menutupi biaya-biaya langsung, biaya overhead, dan laba.
Menurut Ibnu Taimiyah dalam Birusman, menerangkan penetapan
harga dalam prespektif islam mempunyai dua aspek bentuk, ada yang
boleh dan ada yang haram. Tas’ir (harga) ada yang zalim itulah yang
diharamkan dan ada yang adil, itulah yang dibolehkan.
Pada setiap perusahaan mempunyai metode harga pokok produksi
yang berbeda-beda. Adapun metode pengumpulan harga pokok produksi
dibagi menjadi dua :
29
1. Metode Harga Pokok Pesanan.
Menurut Carter (2009:144) menyebutkan “metode harga pokok
pesanan adalah metode pengumpulan harga pokok produk di mana
biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak atau jasa
secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak dapat dipisahkan
identitasnya.”
Pengolahan produknya akan dimulai setelah datangnya pesanan
dari langganan atau pembeli melalui dokumen pesanan penjualan
(sales order), yang memuat jenis dan jumlah produk yang dipesan,
spesifikasi pesanan, tanggal pesanan diterima dan harus diserahkan.
Pesanan penjualan merupakan dasar kegiatan produksi perusahaan.
Dalam metode penentuan harga pokok pesanan, harga pokok
dikumpulkan untuk setiap pesanan sesuai dengan biaya yang
dinikmati oleh setiap pesanan. Jumlah biaya produksi setiap pesanan
akan dihitung pada saat pesanan selesai. Untuk menghitung biaya
satuan, jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi jumlah
produksi pesanan yang bersangkutan. Contoh perusahaan yang
berproduksi atau menghasilkan jasa atau dasar pesanan misalnya
perusahaan percetakan, kontraktor bangunan, kantir akuntan atau
konsultan, pabrik botol dan sebagainya.
2. Metode Harga Pokok Proses.
Metode harga pokok proses menurut Carter (2009:174) adalah
metode pengumpulan harga pokok produk di mana biaya
dikumpulkan untuk setiap satuan waktu tertentu, misalnya bulan,
triwulan, semester, tahun.
30
Pada metode harga pokok proses perusahaan menghasilkan
produk yang homogen, bentuk produk bersifat standar, dan tidak
tergantung spesifikasi yang diminta oleh pembeli.
Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh budget produksi
atau skedul produksi untuk satuan waktu tertentu yang sekaligus
dipakai dasar oleh bagian produki untuk melaksanakan produksi.
Tujuan produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya akan
dijual kepada pembeli, oleh karena sifat produk homogen dan
bentuknya standar maka kegiatan produksi dapat dilaksanakan secara
kontinyu atau terus menerus.
Metode harga pokok proses menghitung Jumlah total biaya
dihitung setiap akhir periode dengan menjumlah semua elemen biaya
yang dinikmati produk dalam satuan waktu yang bersangkutan.
Untuk menghitung biaya metode harga pokok proses yaitu, jumlah
total biaya produksi pada satuan waktu tertentu dibagi jumlah produk
yang dihasilkan pada satuan waktu yang sama. Contoh perusahaan
yang menghasilkan produk atau jasa atas dasar proses, misalnya
pabrik semen, kertas, penyulingan minyak mentah, gula dan
sebagainya.
karakteristik dari metode harga pokok pesanan dan harga pokok
proses sebagai berikut :
31
Tabel 2.3
Karakteristik Metode Harga Pokok Pesanan dan Proses
Segi Perbedaan
Dasar kegiatan
produksi
Tujuan produksi
Bentuk produk
Biaya produksi
dikumpulkan
Kapan biaya
produksi dihitung
Menghitung harga
pokok
Metode Harga
Pokok Pesanan
Pesanan langganan
Metode Harga
Pokok Proses
Budget produksi
Untuk melayani
pesanan
Tergantung
spesifik pemesan
dan dapat
dipisahkan
identitasnya
Setiap pesanan
Untuk persediaan
yang akan dijual
Homogin dan
standar
Pada saat suatu
pesanan selesai
Harga pokok
pesanan tertentu
dibagi Jumlah
produk pesanan
yang bersangkutan
Contoh perusahaan Percetakan,
Kontraktor,
Konsultan, Kantor
akuntan
Sumber: Supriyono (1982:38)
Setiap satuan
waktu
Pada akhir periode
atau satuan waktu
Harga pokok
periode tertentu
dibagi Jumlah
produk periode
yang bersangkutan
Semen, kertas,
tekstil, petrokimia,
gula, penyulingan
minya, air minum.
Metode penetuan harga pokok atau penentuan biaya dapat
dikelompokkan menjadi dua metode menurut Supriyono (2007:257), yaitu:
1) Metode Full Costing.
Metode full costing adalah metode penentuan biaya yang
memasukan semua biaya produk variabel dan biaya produksi tetap
ke dalam harga pokok produk. Oleh karena itu, dalam metode
penentuan biaya penuh atau full costing, elemen biaya produk
mencakup :
32
1. Biaya bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya overhead pabrik veriabel.
4. Biaya overhead pabrik tetap.
2) Metode Variable Costing.
Metode variable costing adalah metode penentuan biaya yang
hanya memasukan biaya produk variabel ke dalam harga pokok
produk. Oleh karena itu, dalam metode ini biaya produk meliputi :
1. Biaya bahan baku.
2. Biaya tenaga kerja langsung.
3. Biaya overhead pabrik variabel.
Perbedaan pokok antara metode full costing dan variabel costing
terletak pada perlakuan biaya tetap produksi. Dalam metode full costing
dimasukan unsur biaya karena masih berhubungan dengan pembuatan
produk berdasarkan tarif, sehingga apabila produksi sesungguhnya berbeda
dengan
tarifnya
maka
akan
timbul
kekurangan
atau
kelebihan
pembebanan. Tetapi pada variabel costing memperlakukan biaya produksi
tetap bukan sebagai unsur harga pokok produksi, tetapi lebih tepat
dimasukan sebagai biaya periodik, yaitu dengan membebankan seluruhnya
ke periode dimana biaya tersebut dikeluarkan.
Dalam metode full costing, perhitungan harga pokok produksi dan
penyajian laporan laba rugi didasarkan pendekatan “fungsional”. Jadi yang
disebut sebagai biaya produksi adalah seluruh biaya yang berhubungan
33
dengan fungsi produksi, baik langsung maupun tidak langsung, tetap
maupun variabel. Dalam metode variable costing, menggunakan
pendekatan “tingkah laku”, artinya perhitungan pokok produksi dan
penyajian laporan laba rugi didasarkan atas tingkah laku biaya. Biaya
produksi dibebankan biaya variabel saja, dan biaya tetap dianggap bukan
biaya produksi. (Supriyono, 2007:256)
2.2.3
Sistem Tradisional
2.2.3.1 Pengertian sistem tradisional
Beberapa akademis
Tradisional
yang
menyebutkan beberapa konsep Sistem
berbeda-beda.
Hansen
dan
Mowen
(1999:57)
menyatakan Sistem Tradisional adalah sistem akuntansi biaya yang
mengasumsikan bahwa semua diklasifikasikan sebagai tetap atau variable
berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi.
Adapun menurut Supriyono (2007:263) menyatakan Sistem Biaya
Tradisional hanya membebankan biaya produk sebesar biaya produksinya.
Dari beberapa pendapat akademis tersebut dapat disimpulkan
bahwa Sistem Tradisional adalah sistem penentuan Harga Pokok Produksi
yang menggunakan dasar pembebanan biaya sesuai dengan perubahan unit
atau volume produk yang diproduksi. Sistem Tradisional didesain pada
waktu teknologi manual digunakan untuk pencatatan transaksi keuangan.
Sistem Tradisional didesain untuk perusahaan manufaktur. Oleh karena
itu, dalam Sistem Tradisional biaya produksi terdiri dari tiga elemen yaitu:
34
a. Biaya Bahan Baku (BBB)
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung (BTKL)
c. Biaya Overhead Pabrik (BOP)
Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja Langsung merupakan
biaya langsung sehingga tidak menimbulkan masalah pembebanan pada
produk. Pembebanan Biaya Bahan Baku dan Biaya Tenaga Kerja
Langsung dapat dilakukan secara akurat dengan menggunakan pelacakan
langsung atau pelacakan driver. Namun, pelacakan Biaya Overhead Pabrik
menimbulkan masalah karena Biaya Overhead Pabrik tidak dapat
diobservasi secara fisik. Oleh karena itu, pembebanan Biaya Overhead
Pabrik harus berdasarkan pada penelusuran driver dan alokasi.
Dalam Sistem Tradisional hanya menggunakan driver-driver
aktivitas berlevel unit untuk membebankan Biaya Overhead Pabrik pada
produksi. Driver aktivitas berlevel unit adalah faktor-faktor yang
menyebabkan perubahan biaya sesuai dengan perubahan unit produksi
yang diproduksi. Contoh driver-driver berlevel unit misalnya jumlah unit
produksi yang dihasilkan, jam kerja langsung, jam mesin, persentase dari
Biaya Bahan Baku, persentase dari Biaya Tenaga Kerja Langsung.
Penggunaan driver biaya berlevel unit untuk membebankan Biaya
Overhead Pabrik pada produk menggunakan asumsi bahwa overhead yang
dikonsumsi oleh produk mempunyai korelasi yang sangat tinggi dengan
jumlah unit produksi yang diproduksi. Sistem Tradisional akan
35
menimbulkan distorsi biaya yang besar. Distorsi tersebut dalam bentuk
pembebanan biaya yang terlalu tinggi (cost overstated atau cost overrun)
untuk produk bervolume banyak dan pembebanan biaya yang terlalu
rendah untuk (cost understated atau cost underrun) untuk produk yang
bervolume sedikit. Tujuan kalkulasi biaya produk pada Sistem Tradisional
secara khusus dicapai melalui pembebanan biaya produk ke persediaan
dan harga pokok penjualan untuk tujuan pelaporan keuangan eksternal.
Definisi biaya produk yang lebih komprehensif, seperti rantai nilai dan
definisi biaya operasi tidak tersedia bagi keperluan manajemen. Namun,
Sistem Tradisional sering menyediakan varian yang berguna bagi definisi
biaya utama tradisional (biaya utama dan biaya manufaktur variabel per
unit dapat dilaporkan). (Supriyono, 2007:263)
2.2.3.2.Kelemahan dan kelebihan menggunakan sistem tradisional
Menurut Cooper & Kaplan (1991) dalam Ratna Wijayanti (2011:29),
kelebihan sistem biaya tradisional adalah:
a. Mudah diterapkan.
b. Sistem biaya tradisional tidak memakai banyak cost driver dalam
mengalokasikan biaya overhead sehingga hal ini memudahkan bagi
manajer untuk melakukan perhitungan.
c. Mudah diaudit, Karena jumlah cost driver yang digunakan sedikit,
maka biaya overhead dialokasikan berdasar volume based measure
sehingga akan lebih memudahkan auditor dalam melakukan proses
audit.
36
Kelemahan
Sistem
Tradisional
dikemukakan
oleh
Supriyono
(2007:267) sebagai berikut:
a. Penawaran sulit dijelaskan karena terjadi distorsi biaya.
b. Harga jual yang ditawarkan pada konsumen terlalu besar
dibandingkan dengan para pesaing karena produk yang bervolume
banyak dibebani biaya per unit terlalu besar.
c. Harga yang diminta oleh konsumen untuk produk bervolume banyak
mungkin sudah menguntungkan, namun ditolak oleh perusahaan
karena biaya per unitnya terdistorsi terlalu tinggi.
d. Harga jual
yang ditawarkan pada konsumen terlalu kecil
dibandingkan dengan para pesaing karena produk bervolume sedikit
dibebani produk biaya per unit terlalu kecil sehingga produk ini laku
keras.
e. Produk bervolume sedikit nampaknya laba, namun sebenarnya
mungkin rugi karena biaya per unitnya dibebani terlalu kecil.
f. Konsumen tidak mengeluh terhadap kenaikan harga jual produk
bervolume rendah, hal ini disebabkan biaya perunitnya terdistorsi
terlalu rendah sehingga para pesaing yang biaya per unitnya tepat
menjual produk yang sama dengan harga yang jauh lebih mahal.
g. Meskipun labanya nampak tinggi
(namun sebenarnya mungkin
rugi), manajer produksi ingin menghentikan produk bervolume kecil
karena lebih sulit untuk dibuat.
37
h. Departemen akuntansi dan manajemen puncak tidak banyak
memperhatikan penyempurnaan sistem akuntansi biaya yang
digunakan perusahaan dan para pengguna informasi biaya merasa
informasi
yang diperolehnya tidak bermanfaat dan bahkan
menyesatkan.
2.2.3.3.Perhitungan harga pokok produksi sitem tradisional
Dalam perhitungan Harga Pokok produksi sistem tradisional,
terlebih dahulu mengkalkulasikan biaya overhead pabrik. Menurut Hansen
& Mowen (1999:136) kalkulasi atau pembebanan biaya overhead pabrik
dengan sistem tradisional dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu :
1. Tarif Pabrik Menyeluruh.
Dalam pembebanan biaya overhead pada tarif menyeluruh,
pertama-tama diakumulasikan dalam satu kelompok besar pabrik
secara menyeluruh.
Pada tahap pertama biaya overhead dibebankan pada kelompok
hanya dengan menjumlahkan semua biaya overhead yang
diharapkan terjadi di pabrik selama setahun. Karena semua biaya
overhead adalah untuk pabrik, pembebanan kepada kelompok
dilakukan dengan sangat akurat. Objek biaya pada tahap ini adalah
pabrik dan penelusuran langsung digunakan untuk membebankan
biaya kepada kelompok pabrik secara menyeluruh.
Dapat disimpulkan bahwa biaya-biaya dibebankan kepada
aktivitas semua produksi dan hanya sekali biaya diakumulasikan
38
pada kelompok, kemudian menghitung tarif pabrik menyeluruh
dengan menggunakan satu penggerak (drivers) tingkat unit, yang
biasanya adalah jam tenaga kerja langsung. Produksi diasumsikan
mengkonsumsi sumber daya overhead dengan proporsi jam tenaga
kerja langsung yang digunakan.
Pada tahap kedua, biaya overhead dibebankan ke produk,
dengan mengalikan tarif dengan total jam tenaga kerja langsung
aktual yang digunakan setiap produksi.
2. Tarif Departemen.
Dalam perhitungan atau pembebanan biaya tarif departemen
sebagaimana pembebanan pada tarif parik menyeluruh yaitu
terdapat dua tahap pembebanan biaya.
Pada tahap pertama, biaya overhead pabrik menyeluruh dibagibagi dan dibebankan ke masing-masing departemen produksi,
kemudian mencipatakan kelompok biaya overhead departemen.
Pada pembebanan tahap ini, departemen adalah objek biaya dan
biaya overhead dibebankan dengan menggunakan penelusuran
langsung, penelusuran penggerak, dan alokasi.
Pada tahap kedua, overhead dibebankan ke produk dengan
mengalikan tarif departemental dengan jumlah penggerak yang
digunakan departemen yang bersangkutan. Total overhead yang
dibebankan ke produk adalah jumlah nilai yang diterima setiap
departemen.
39
2.2.4
Sistem Activity Based Costing
2.2.4.1 Pengertian sistem activity based costing (ABC)
Beberapa pengertian Sistem ABC menurut para ahli, menurut Mulyadi
(2003:25) ABC System merupakan sistem informasi biaya yang
menyediakan informasi lengkap tentang aktivitas untuk memungkinkan
personel perusahaan melakukan pengelolahan terhadap aktivitas. Menurut
Carter (2009:528) sebagai berikut :
“ Suatu sistem perhitungan biaya di mana tempat penampungan
overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar
yang mencakup satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume
(non-volume-related factor).”
Berdasarkan pendapat bebrapa akademis tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa Activity Based Costing System merupakan perhitungan
biaya yang menekankan pada aktivitas-aktivitas yang menggunakan jenis
pemicu biaya lebih banyak sehingga dapat mengukur sumber daya yang
digunakan oleh produk secara lebih akurat dan dapat membantu pihak
manajemen
dalam
meningkatkan
mutu
pengambilan
keputusan
perusahaan.
Adapun kekuatan atau keakuran perhitungan harga pokok produk
menurut Mulyadi (2003:195) menyatakan bahwa Activity Based Costing
didesain sebagai sistem informasi biaya untuk menyediakan informasi
tentang fakta dan memberdayakan manajemen dan karyawan dalam
pengurangan biaya dan perkiraan biaya secara andal.
Menurut Supriyono (2007:259) menyatakan bahwa pengertian
keakuratan adalah :
40
“ Keakuratan adalah konsep relatif yang didasarkan atas kelogisan dan
kepantasan metode yang digunakan dalam pembebanan biaya.”
Tujuan keakuratan adalah untuk mengukur dan membebankan biaya
sumber-sumber yang dikonsumsi oleh suatu objek biaya. Ketidakakuratan
pembebanan menimbulkan distorsi pembebanan biaya.
Distorsi biaya adalah pembebanan biaya yang terlalu tinggi (overrun
atau overstated) atau terlalu rendah (underrun atau understated) pada
suatu objek biaya. Distorsi biaya akan mengakibatkan kesalahan
penentuan biaya, pembuatan keputusan, perencanaan, dan pengendalian.
2.2.4.2 Pelacakan cost driver
Menurut Supriyono (2007:261) mendefinisikan sebagai berikut :
“ Pelacakan driver adalah penggunakan driver-driver biaya untuk
membebankan biaya pada objek-objek biaya. Driver adalah faktor-faktor
yang menyebabkan perubahan dalam penggunakan sumber, penggunaan
aktivitas, biaya, dan pendapatan.”
Menurut Sulastiningsih & Zulkifli (1999:30) Cost driver atau pemicu
biaya adalah digunakan untuk membebankan biaya aktivitas kepada output
yang secara struktural.
Supriyono (2007:262) menyebutkan pelacakan driver menggunakan
dua tipe driver untuk melacak biaya pada objek-objek biaya yaitu :
1. Driver-driver Sumber.
Driver sumber adalah ukuran-ukuran permintaan sumbersumber oleh aktivitas-aktivitas dan digunakan untuk membebankan
biaya sumber-sumber pada aktivitas-aktivitas. Sebagai contoh, dalam
memproduksi produk diperlukan bahan baku, tenaga kerja langsung,
41
pengorderan bahan, listrik, depresiasi mesin-mesin,dll, merupakan
biaya yang dapat dilakukan pelacakan driver berdasarkan hubungan
sebab-akibat.
2. Driver-driver Aktivitas.
Driver aktivitas adalah ukuran-ukuran permintaan aktivitasaktivitas oleh objek-objek biaya dan digunakan untuk membebankan
biaya aktivitas pada objek-objek biaya.
2.2.4.3 Syarat penerapan metode activity based costing dalam perhitungan
harga pokok produksi
Menurut Supriyono (2007:268) Syarat penerapan Activity Based
Costing dalam perhitungan harga pokok produksi sebagai berikut :
1) Perusahaan menghasilkan beberapa jenis produksi.
Ketepatan pembebanan BOP pada produk tidak menimbulkan
masalah jika perusahaan hanya menghasilkan satu jenis produk.
Namun jika perusahaan menghasilkan dua atau lebih jenis produksi
dengan menggunakan fasilitas yang sama maka BOP merupakan
biaya bersama untuk seluruh produk yang dihasilkan.
Dalam hal ini perusahaan harus menggunakan sistem ABC
karena dalam hal ini sistem ABC dapat menentukan driver-driver
biaya untuk mengidentifikasikan BOP yang dikonsumsi oleh
masing-masing produk, jika menggunakan sistem tradisional maka
akan mengalami distorsi biaya.
42
2) BOP berlevel nonunit jumlahnya besar.
Dalam lingkungan pemanufakturan maju pada umumnya BOP
berlevel nonunit jumlahnya besar sehingga pemakaian sistem
tradisional untuk kondisi ini akan menimbulkan distorsi biaya.
3) Diversitas produk relatif tinggi.
Biaya berlevel nonunit yang jumlahnya besar belum tentu
mengakibatkan sistem tradisional menimbulkan distorsi. Jika
berbagai jenis produk mengkonsumsi aktivitas-aktivitasn overhead
nonunit dalam proporsi yang sama maka pembebanan biaya
berdasarkan unit tidak menimbulkan distorsi. Namun, jika terjadi
diversitas produk-produk, maka pembebanan BOP berdasar unit
menimbulkan distorsi biaya.
Diversitas produk adalah beberapa jenis produk yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan yang mengkonsumsi aktivitasaktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda.
2.2.4.4 Prosedur pembebanan biaya overhead pabrik dengan sistem ABC
Menurut Mulyadi (2003:94) proses pembebanan Biaya Overhead
Pabrik dengan sistem ABC sebagai berikut :
a. Tahap Pertama.
Pada tahap pertama penentuan harga pokok berdasarkan
aktivitas atau menggunakan sisitem ABC meliputi empat langkah :
1.
Mengidentifikasi dan menggolongkan biaya ke dalam berbagai
aktivitas. Aktivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dalam
43
organisasi. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke dalam
beberapa kelompok aktivitas yang mempunyai hubungan fisik
yang jelas dan mudah ditentukan
2.
Mengklasifikasikan atau pengasosiasian aktivitas biaya ke
dalam berbagai aktivitas, pada langkah ini menurut Supriyono
(2007:277) biaya digolongkan ke dalam berbagai aktivitas
berdasarkan pelacak langsung dan driver-driver sumber yang
terdiri dari berbagai kategori yaitu:
a. Aktivitas-aktivitas berlevel unit.
Aktivitas berlevel unit adalah aktivitas yang dikerjakan
setiap kali satu unit produk yang diproduksi. Besar kecilnya
aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang
diproduksi. Contohnya, menyediakan tenaga kerja untuk
menjalankan peralatan, jam mesin, dan jam listrik (energi)
digunakan setiap saat unit produk dihasilkan.
b. Aktivitas-aktivitas berlevel batch.
Aktivitas-aktivitas berlevel batch adalah aktivitas yang
dikerjakan setiap kali suatu bach produk diproduksi. Besar
kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk
yang diproduksi. Contohnya, aktivitas setup, aktivitas
penjadwalan produk, aktivitas membuat order produk, dan
sebagainya.
44
c. Aktivitas-aktivitas berlevel produk.
Aktivitas-aktivitas berlevel produk adalah aktivitas yang
dikerjakan untuk mendukung berbagai produk yang
diproduksi oleh perusahaan. Aktivitas ini mengkonsumsi
masukan
untuk
mengembangkan
produk
atau
memungkinkan produk diproduksi dan dijual. Contohnya,
merancang produk atau mengiklankan produk.
d. Aktivitas berlevel fasilitas.
Aktivitas berlevel aktivitas adalah meliputi aktivitas
untuk menompang proses pemanufakturan secara umum
yang diperlukan untuk menyediakan fasilitas atau kapasitas
pabrik
untuk
memproduksi
produk
namun
banyak
sedikitnya aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume
atau bauran produk yang diproduksi. Aktivitas ini
dimanfaatkan secara bersama oleh berbagai jenis produk
yang berbeda. Contohnya, manajemen pabrik, penerangan
pabrik, pemeliharaan bangunan, dan lain sebagainya.
3.
Mengidentifikasikan Cost Driver.
Mengidentifikasikan atau menentukan Cost Driver
yang tepat untuk setiap biaya yang dikonsumsi produk. Cost
Driver digunakan untuk membebankan biaya pada aktivitas
atau produk.
45
4.
Penentuan Kelompok-kelompok biaya homogin.
Kelompok biaya homogin (Homogeneous Cost Pool)
adalah sekumpulan biaya overhead pabrik yang terhubungkan
secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan
berbagai macam biaya terebut dapat diterangkan oleh Cost
Driver tunggal. Jadi, agar dapat dimasukkan ke dalam suatu
kelompok biaya yang homogin, aktivitas-aktivitas overhead
harus dihubungkan secara logis dan mempunyai rasio
konsumsi yang sama untuk semua produk. Cost Driver harus
dapat diukur sehingga biaya overhead pabrik dapat dibebankan
ke berbagai produk.
5.
Penentuan tarif kelompok (Pool Rate).
Adalah biaya overhead pabrik per unit cost driver yang
dihitung untuk suatu kelompok aktivitas, dengan menggunakan
rumus : (Tarif BOP per kelompok aktivitas = BOP kelompok
aktivitas tertentu : Driver biayanya). (Supriyono, 2007:272)
b. Tahap Kedua.
Dalam tahap kedua, biaya overhead pabrik setiap kelompok
aktivitas dilacak ke berbagai jenis produk dengan menggunakan
tarif kelompok yang dikonsumsi oleh setiap produk.
Pembebanan BOP pada produk dihitung dengan rumus : (BOP
dibebankan = Tarif kelompok x Unit cost driver yang digunakan).
(Supriyono, 2007:272)
46
2.2.4.5 Kelemahan dan kelebihan menerapkan sistem activity based costing
Kelebihan atau manfaat menggunakan penerapan Activity Based
Costing
dalam
penentuan
harga
pokok
prosuksi,menurut
Sulastiningsih&Zulkifli (1999:27) dan Supriyono (2007:295) sebagai
berikut :
1. Menentukan biaya produk secara lebih akurat sehingga dapat
mengukur laba, harga pokok produk lebih akurat.
2. Meningkatkan mutu pembuatan keputusan.
3. Menyempurnakan perencanaan strategis.
4. Meningkatkan kemampuan yang lebih baik untuk mengelola
aktivitas-aktivitas melalui penyempurnaan berkesinambungan.
5. Mengidentifikasi penyebab biaya (driver-driver biaya).
6. Mengarahkan organisasi agar berorientasi pada operasi-operasi
atau aktivitas-aktivitas.
7. Perbaikan berkesinambungan terhadap aktivitas untuk mengurangi
biaya overhead pabrik.
8. Memberikan kemudahan dalam estimasi biaya relevan.
9. Menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang konsisten dengan
tujuan-tujuan strategis.
10. Menimbulkan rasa memiliki dan pertanggungjawab.
11. Memusatkan pada masa depan organisasi.
12. Menghasilkan manfaat yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
biayanya.
47
Activity Based Costing system merupakan pendekatan yang lebih
baik dari pada sistem Ttadisional, namun ABC juga mempunyai kendala.
Menurut Abdul Halim (1999:470) dalam Ratna Wijayanti (2011:45)
kendala-kendala ABC meliputi :
1) Alokasi.
Data aktivitas perlu diperoleh tetapi beberapa biaya memerlukan
alokasi biaya berdasarkan volume. Usaha-usaha untuk menelusuri
aktivitas-aktivitas penyebab biaya-biaya ini merupakan tindakan yang
sia-sia dan tidak praktis.
2) Periode-periode akuntansi.
Periode-periode waktu yang arbiter masih digunakan dalam
menghitung biaya-biaya. Banyak manajer yang ingin mengetahui
apakah produk yang dihasilkan menguntungkan atau tidak. Tujuannya
tidak saja untuk mengukur seberapa banyak biaya yang sudah diserap
oleh produk tersebut, tetapi juga untuk mengukur segi kompetitifnya
dengan produk sejenis yang dihasilkan oleh perusahaan lain.
Manajemen dalam hal ini memerlukan pengukuran dan pelaporan
yang interim. Informasi untuk mengevaluasi perilaku biaya tersebut
dapat diberikan pada saat siklus hidup produk itu berakhir sehingga
untuk mengukur produk yang memiliki siklus hidup yang lebih lama
membutuhkan bentuk pengukuran yang interim (sementara).
48
3) Beberapa biaya yang terabaikan.
Dalam menganalisis biaya produksi berdasarkan aktivitas,
beberapa biaya yang sebenarnya berhubungan dengan hasil produksi
diabaikan begitu saja dalam pengukurannya.
Meskipun Activity Based Costing dapat menelusuri biaya ke produk
masing-masing dengan lebih baik, tetapi Activity Based Costing juga
mempunyai kendala-kendala yang harus diperhatikan pihak manajemen
sebelum menerapkannya untuk menentukan keakurasian Harga Pokok
Produksi. Apabila data aktivitas telah tersedia namun ada beberapa biaya
yang masih membutuhkan alokasi ke setiap departemen berdasarkan unit
karena secara praktis tidak dapat ditemukan aktivitas yang dapat
menyebabkan biaya tersebut.
2.2.5
Perbandingan Biaya produk Tradisional dengan Activity Based
Costing.
Menurut Hansen & Mowen (1999:157-158) metode Activity Based
Costing memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan secara
memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya yang ditimbulkan
oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam metode
tradisional disebut sebagai biaya variabel.
Metode Activity Based Costing memperbaiki keakuratan perhitungan
harga pokok produksi dengan mengakui bahwa banyak dari biaya
overhead tetap bervariasi dalam proporsi untuk berubah selain berdasarkan
volume produksi.
49
Dengan memahami apa yang menyebabkan biaya-biaya tersebut
meningkat dan menurun, biaya tersebut dapat ditelusuri kemasing-masing
produk. Hubungan sebab-akibat ini memungkinkan manajer untuk
memperbaiki ketepatan kalkulasi biaya produk yang dapat secara
signifikan memperbaiki pengambilan keputusan.
2.2.6
Kerangka Berfikir.
Kerangka berfikir dalam penelitian terdiri dari beberapa langkah yaitu
sebagai berikut:
1. Melakukan
perhitungan
harga
pokok
produksi
menggunakan
perhitungan dengan metode tradisional, dengan menggunakan dua
tahap meliputi:
a. Tahap pertama, dengan menentukan tarif BOP berdasarkan unit
produk.
b. Tahap kedua, dengan membebankan tarif BOP pada masingmasing produk.
2. Melakukan perancangan harga pokok produksi dengan metode activity
based costing, dengan menggunakan dua tahap sebagai beriku:
a. Tahap pertama, yaitu terdapat beberapa langkah dimana langkah
pertama mengidentifikasi dan menggolongkan aktivitas biaya ke
empat level aktivitas, menentukan cost driver yang tepat
berdasarkan masing-masing aktivitas biaya, menentukan kelompok
biaya yang homogen, menentukan tarif kelompok.
b. Tahap kedua, yaitu membebankan BOP pada masing-masing
produk.
3. Membandingkan perhitungan kedua metode tersebut serta melakukan
perhitungan harga jual.
Adapun ilustrasi kerangka berfikir sebagai berikut :
50
Gambar. 2.1
Kerangka Berfikir
Menentukan tarif BOP
berdasarkan unit yang
diproduksi
Melakukan Perhitungan harga pokok
produksi menggunakan perhitungan biaya
tradisional
Membebankan tarif BOP
pada produk
Aktivitas berlevel
Unit
Mengklasifikasi dan
menggolongkan BOP
keberbagai aktivitas
Aktivitas berlevel
Bach
Aktivitas berlevel
Produk
Menemukan cost driver
yang tepat ke berbagai
aktivitas
Melakukan Perhitungan harga pokok
produksi menggunakan Activity Based
Costing
Mengelompokkan aktivitas
yang sejenis
Menentukan tarif kelompok
aktivitas
Membandingkan perhitungan HPP secara
tradisional dengan perhitungan HPP secara
activity based costing
Pembebanan BOP
Kesimpulan
Aktivitas berlevel
Fasilitas
Download