hubungan antara kecerdasan spiritual

advertisement
HUBUNGAN ANTARA RESILIENCY DAN PENGETAHUAN TENTANG
PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DENGAN KEPATUHAN PASIEN
DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Melati Putri Pertiwi, Suci Murti Karini, Rin widya Agustin
Program Studi Psikologi
Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta
ABSTRAK
Fenomena kanker payudara, baik di dunia maupun di Indonesia,
meningkat semakin tajam dari tahun ke tahun. Walaupun jumlah kematian akibat
kanker payudara sangat tinggi, yaitu sekitar 410.000 pasien pada tahun 2004,
sesungguhnya penyakit kanker payudara dapat disembuhkan apabila pasien mau
menjalani serangkaian pengobatan medis yang direkomendasikan oleh dokter.
Kemampuan pasien untuk tetap bertahan dalam menghadapi stresor yang muncul
dari proses pengobatan kanker dan kemampuan kognitif pasien dalam memahami
resimen pengobatan, merupakan dua faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan
pasien. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hubungan simultan antara
resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara dengan
kepatuhan pasien, serta hubungan parsial masing-masing variabel prediktor
(resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara) dengan
kepatuhan pasien.
Populasi penelitian adalah pasien kanker payudara yang sedang menjalani
pengobatan/terapi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan sampel penelitian
sebanyak 60 responden yang diambil menggunakan purposive quota incidental
sampling. Pengumpulan data penelitian menggunakan Skala Kepatuhan Pasien
(daya beda item = 0,317-0,648; reliabilitas = 0,858), Skala Resiliency (daya beda
item = 0,338-0,701; reliabilitas = 0,886), dan Tes Pengetahuan tentang
Pengobatan Kanker Payudara (daya beda item = 0,306-0,689; reliabilitas = 0,728).
Peneliti menggunakan teknik analisis multivariate non-paramterik Regresi
Logistik Ordinal untuk menguji hipotesis 1, 2, dan 3 sekaligus. Hasil uji simultan
dengan menggunakan statistik Likelihood Ratio (LR) menunjukkan nilai
X2=14,131( X2hitung>X2tabel) dan p = 0,001(p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
ada hubungan yang signifikan antara resiliency dan pengetahuan tentang
pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan pasien. Kontribusi resiliency dan
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara terhadap kepatuhan pasien
berdasakan análisis Cox and Snell’s R Square adalah sebesar 22,4%. Uji parsial
dalam Regresi Logistik Ordinal adalah dengan Uji Wald. Hasil Uji Wald antara
resiliency dan kepatuhan pasien menunjukkan p = 0,998(>0,05). Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara resiliency dengan
kepatuhan pasien. Uji Wald antara pengetahuan tentang pengobatan kanker
payudara dengan kepatuhan pasien menunjukkan p = 0,001(<0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan
tentang pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan pasien.
Kata kunci: kanker payudara, pengobatan kanker payudara, kepatuhan pasien,
resiliency, pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara
PENDAHULUAN
Saat ini kanker payudara pada wanita merupakan masalah kesehatan
utama bagi masyarakat di seluruh dunia. Kanker jenis ini adalah salah satu
kanker yang paling umum terjadi di kalangan wanita, baik pada negara maju
maupun negara berkembang. Satu dari sepuluh semua kasus kanker yang
terjadi di seluruh dunia setiap tahun adalah kanker payudara. Pada tahun 2004,
di seluruh dunia terjadi lebih dari 1,1 juta kasus didiagnosis dan lebih dari
410.000 pasien meninggal akibat kanker payudara. Kanker payudara
menduduki peringkat kedua setelah kanker paru-paru sebagai kasus kanker
yang paling sering terjadi di seluruh dunia (Ferlay dkk, 2010).
Saat ini kanker payudara di Indonesia adalah ancaman yang nyata bagi
wanita Indonesia (Gumelar, 2010). Kemungkinan terjadinya kanker payudara
pada wanita Indonesia adalah 26 dari 100.000 wanita. Sistem Informasi
Rumah Sakit di tahun 2007, menunjukkan bahwa kasus kanker payudara
menyumbang 21,7% kasus kanker pada wanita, bahkan lebih tinggi dari kasus
kanker serviks yang hanya menyumbang 17% saja. Angka kejadian kanker
payudara di Rumah Sakit Dharmais Jakarta juga meningkat dari 221 kasus di
tahun 2003 menjadi 657 kasus di tahun 2008 (Irawan dkk, 2009).
Pengobatan kanker payudara saat ini membutuhkan kerjasama dari
berbagai multidisiplin ilmu. Alternatif terapi untuk penderita kanker payudara
pun terus berkembang. Pada proses pengobatan tersebut, pasien kanker
payudara wajib patuh menjalaninya dari awal hingga akhir. Kepatuhan pasien
kanker payudara dalam menjalani proses pengobatan hingga selesai sangat
menentukan tingkat keberhasilan pengobatan tersebut, yaitu apakah pasien
akan menjadi lebih baik daripada keadaan sebelumnya atau tidak. Oleh karena
itu, pasien kanker payudara yang tidak mematuhi seluruh jadwal terapi kanker
atau hanya mengikuti setengah saja dari seluruh jadwal terapi yang
direkomendasikan oleh dokter, niscaya akan gagal mencapai keberhasilan
proses pengobatan (Partridge dkk, 2007). Berdasarkan penelitian tersebut
dapat dipahami bahwa kepatuhan pasien kanker payudara memegang peranan
penting dalam proses kesembuhan.
Kepatuhan pasien mengacu kepada kemauan dan kemampuan seorang
individu untuk mengikuti saran-saran medis, mengonsumsi obat sesuai dengan
yang diresepkan, mematuhi jadwal konsultasi medis, serta menyelesaikan
tindak lanjut medis sesuai dengan rekomendasi (Yegenoglu dkk, 2003).
Kepatuhan pasien dapat pula dikonotasikan sebagai partisipasi dan
keterlibatan aktif pasien dalam mempertahankan resimen atau cara hidup
diyakini akan bermanfaat serta pemahaman pasien bahwa hubungan terapeutik
dengan petugas medis sebagai sesuatu yang sangat penting dalam keberhasilan
mengikuti resimen pengobatan sesuai dengan yang diresepkan (Bosworth dkk,
2008).
Akan tetapi, pada saat menjalani serangkaian pengobatan di atas,
sebagian besar dari pasien kanker payudara tidak menjalani pengobatan
kanker sampai tuntas, bahkan ada pula yang memilih tidak menjalani
pengobatan yang direkomendasikan sama sekali. Stresor yang muncul selama
pengobatan kanker seperti efek samping pengobatan yang menyakitkan;
depresi yang dialami oleh pasien; lamanya waktu pengobatan; tingginya biaya
pengobatan; dan kualitas komunikasi antara petugas medis dengan pasien
yang rendah, dapat mengakibatkan seorang penderita kanker payudara tidak
konsisten dalam menjalani pengobatan (Partridge dkk, 2007). Selain itu,
ketidaktahuan pasien dengan aspek-aspek penting pengobatan yang dijalani
juga berdampak buruk pada kekonsistenan perilaku berobat pasien. Semakin
rendah pengetahuan pasien terhadap informasi-informasi penting pengobatan,
maka semakin tidak konsisten pasien tersebut untuk berobat, dan begitu pula
sebaliknya (Burge dkk, 2005).
Pasien yang tidak konsisten menjalankan serangkaian pengobatan dan
terapi sesuai dengan rekomendasi tim medis, disebut dengan istilah pasien
yang tidak patuh. Pasien yang tidak patuh adalah yang berhenti atau gagal
dalam menjalani seluruh proses pengobatan hingga akhir tanpa persetujuan
tim medis atau dokter yang merawat (Yegenoglu dkk, 2003). Kepatuhan
pasien yang rendah terhadap intervensi yang direkomendasikan oleh tim medis
merupakan masalah rumit yang selalu terjadi (Vermeire dkk, 2001). Angka
kepatuhan pasien dalam menjalani terapi serta pengobatan, khususnya terapi
jangka panjang untuk penyakit kronis, hanya 50% saja di negara maju, dan
angka tersebut bisa lebih rendah lagi negara berkembang seperti Indonesia
(Badan POM RI, 2006). Rendahnya kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan pasien itu sendiri,
yaitu meningkatnya kuantitas konsultasi ke dokter, tingginya kemungkinan
rawat inap, dan tentu saja semakin menambah parah penyakit pasien sehingga
harus lebih lama dirawat di rumah sakit (Patton, 2008). Oleh karena itu,
kerjasama antara pasien dengan petugas medis untuk membangun perilaku
patuh pasien dalam menjalani serangkaian terapi yang direkomendasikan,
sangatlah diperlukan terutama pada penyakit tidak menular seperti kanker.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, seorang pasien kanker
payudara dalam menjalani serangkaian intervensi medis hingga akhir akan
dihadapkan pada sejumlah stresor sehingga pasien pun diharapkan dapat
mengatasi stresor-stresor tersebut agar bisa konsisten dalam menjalani
pengobatan. Saat menghadapi periode terapi yang penuh tekanan itu, pasien
kanker payudara memerlukan keadaan mental yang kuat. Pasien dengan
mental yang kuat, niscaya akan lebih tahan dengan stresor sehingga tidak
akan mudah menyerah dalam menjalani seluruh proses pengobatan hingga
selesai.
Istilah dalam psikologi yang digunakan untuk mewakili pengertian
kemampuan bertahan seseorang dalam suatu tekanan adalah resiliency.
Resiliency dapat dideskripsikan sebagai kapasitas seseorang untuk tetap dapat
beradaptasi dengan baik, berfungsi positif, dan berkompetensi, walaupun
berada dalam keadaan yang berisiko tinggi, stres yang kronis, serta trauma
parah yang berkepanjangan (Garmez dalam Maddi dan Hervey, 2006). Lebih
lanjut, Wolin & Wolin (dalam Thompson, 2006) berpendapat bahwa resiliency
adalah kapasitas seseorang untuk bangkit kembali, yaitu untuk menahan
penderitaan dan memperbaiki diri. Penelitian yang dilakukan oleh Beardslee
dan Podorefsky (dalam Norman, 2000) terhadap para penderita kanker
menunjukkan bahwa ternyata pasien-pasien kanker memiliki kemampuan
resiliency yang tinggi. Dari berbagai pengertian resiliency tersebut, dapat
diketahui bahwa seseorang yang resilient adalah seseorang yang memiliki
kebertahanan psikis tinggi walaupun sedang dihadapkan pada stressor yang
akut dan kronis (Block, 2002).
Hal lain yang juga patut diperhatikan dalam membangun perilaku
patuh pasien adalah tingkat pengetahuan pasien tentang aspek-aspek penting
pengobatan yang dijalani. Penelitian yang dilakukan oleh Lo Sasso dkk (2005)
menyatakan bahwa dengan memberikan informasi kepada pasien tentang
aspek-aspek penting dari pengobatan yang dijalani, akan dapat meningkatkan
kepatuhan pasien dan hasil medis. Louis-Simonet dkk (2004) menambahkan
pula bahwa pasien yang memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang efek
samping pengobatan cenderung untuk patuh menjalani pengobatan hingga
akhir.
Council on Pharmacy Practice dan ASHP Board of Directors (2006)
dalam ASHP Guidelines on Pharmacist-Conducted Patient Education and
Counseling menyatakan bahwa kurangnya pengetahuan pasien tentang
masalah kesehatan dan proses pengobatan yang harus dijalani adalah salah
satu penyebab ketidakpatuhan dalam menjalani resimen farmakoterapeutik
serta rencana-rencana monitoring yang seharusnya dilakukan. Tanpa
pengetahuan yang memadai, pasien tidak dapat menjadi mitra yang baik dalam
pelaksanaan terapi. Murphy (2007) dalam seminar Using IT to Support
Evidence-Based Nursing Practice at the Point of Care, Nursing informatic
menyebutkan bahwa pengetahuan pasien tentang pengobatan adalah
pemahaman pasien terhadap aspek-aspek penting dari pengobatan yang
sedang dijalani, yaitu frekuensi; dosis; nama; tujuan; penyesuaian diri; efek
samping; instruksi-instruksi khusus; kapan harus berkonsultasi dan kepada
siapa harus berkonsultasi; serta kesadaran diri terhadap kesehatan.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliency dan pengetahuan
tentang pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan pasien. Subjek yang
dipilih adalah pasien kanker payudara karena prosentase kasus kanker
payudara di Indonesia saat ini sangat tinggi. Lebih lanjut, dalam upaya
penyembuhan, pasien kanker payudara diwajibkan menjalani serangkaian
pengobatan yang sesuai dengan kebutuhan (Data Sekunder 1, 2011).
Selama menjalani proses pengobatan tersebut, tidak jarang banyak
pasien kanker payudara yang tidak patuh dan menghentikan proses terapinya
di tengah jalan kemudian pindah ke pengobatan alternatif atau herbal (Data
Sekunder 1, 2011). Hal itu disebabkan karena banyaknya tekanan yang
muncul selama proses pengobatan itu berlangsung dan ketidaktahuan pasien
kanker payudara tentang aspek-aspek penting pengobatan kanker yang
dijalani. Padahal untuk mencapai kesembuhan yang optimal, pasien kanker
payudara harus menjalani serangkaian pengobatan serta intervensi terkait
lainnya yang telah ditentukan oleh tim medis hingga selesai. Salah satu faktor
yang dapat mendukung pasien kanker payudara tahan mengahadapi stresor
dalam proses terapi dan pengobatan adalah resiliency.
Selanjutnya, faktor lain yang mendukung pasien kanker payudara
untuk dapat patuh dengan terapi yang dijalani adalah pengetahuan tentang
aspek-aspek penting dalam terapi tersebut. Keadaan itu disebabkan karena
dengan semakin pahamnya pasien kanker payudara dengan aspek-aspek
kompleks pengobatan, maka akan semakin patuh pula pasien tersebut. Oleh
karena itu, pasien kanker payudara yang memiliki tingkat resiliency dan
pengetahuan pengobatan yang tinggi akan cenderung lebih patuh dalam
menjalani serangkaian pengobatan hingga akhir. Indikasi kepatuhan yang
rendah pada pasien kanker payudara ditemukan di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta (Data Sekunder 1, 2011). Kemudian, jumlah pasien kanker payudara
di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2010 adalah 2576 dari 8877 kasus kanker
yang terjadi. Hal itu menunjukkan bahwa prosentase kasus kanker payudara di
RSUD Dr. Moewardi memang cukup besar, yaitu sekitar 29% (Data Sekunder
2, 2011).
TINJAUAN PUSTAKA
Kepatuhan Pasien
1. Pengertian Kepatuhan Pasien
Haynes (dalam Bosworth dkk, 2008) mendefinisikan kepatuhan
pasien sebagai sejauh mana perilaku seorang pasien dalam melaksanakan
proses pengobatan; melaksanakan diet; memodifikasi perilaku; atau
berkonsultasi di klinik, adalah sesuai dengan anjuran dan rekomendasi
medis. Marque dan Pierin (2007) berpendapat bahwa kepatuhan pasien
dalam berobat dapat pula diketahui melalui sejauh mana pasien tersebut
setuju dengan saran-saran medis yang diberikan dalam hal melaksanakan
terapi, mengubah gaya hidup, dan mematuhi jadwal konsultasi medis.
Kepatuhan pasien dapat pula dikonotasikan sebagai partisipasi dan
keterlibatan aktif pasien dalam mempertahankan resimen atau cara hidup
yang diyakini akan bermanfaat, pemahaman pasien bahwa hubungan
terapeutik dengan petugas medis sebagai sesuatu yang sangat penting
dalam keberhasilan mengikuti resimen pengobatan sesuai dengan yang
diresepkan (Bosworth dkk, 2008).
Jadi, berdasarkan pendapat beberapa ahli tentang pengertian
kepatuhan pasien di atas, dapat dimaknakan bahwa kepatuhan pasien
adalah suatu partisipasi aktif pasien dalam menjalani proses pengobatan
atau terapi; melaksanakan diet; mengubah gaya hidup; mematuhi jadwal
konsultasi/terapi rutin; dan melaksanakan saran-saran yang diberikan oleh
dokter atau tim medis.
Kepatuhan pasien adalah hal yang sangat penting dalam
teracapainya keberhasilan pengelolaan penyakit, namun sayangnya hampir
seperempat pasien gagal untuk menaati rekomendasi dokter atau tim medis
yang merawat (DiMatteo dkk, 2007). Partridge dkk (2007) menambahkan
bahwa kepatuhan pasien dalam menjalani proses terapi yang efektif, baik
patuh dalam mengonsumsi obat sesuai dengan yang diresepkan atau
mengikuti program latihan untuk rehabilitasi fisik, adalah suatu hal yang
sangat penting demi tercapainya keberhasilan pengobatan penyakit
tersebut. Kepatuhan pasien yang rendah pada terapi medis adalah suatu
masalah yang sering terjadi pada dunia medis.
Kegagalan atau ketidakpatuhan pasien dalam menjalani proses
intervensi medis yang semestinya dapat mengakibatkan hilangnya khasiat
pengobatan itu sendiri atau bahkan mengakibatkan efek samping yang
berlebihan. Apabila ketidakpatuhan pasien ini terjadi, tidak menutup
kemungkinan pasien tersebut akan mendapatkan diagnosis-diagnosis baru
yang seharusnya tidak muncul dan kemudian diikuti dengan pemberian
resep obat tambahan serta keputusan rawat inap. Keadaan inilah yang
membuat ketidakpatuhan pasien memberikan kerugian medis yang sangat
besar, terutama dalam hal waktu, sumber daya, dan biaya. Selain itu
ketidakpatuhan yang dilakukan oleh pasien juga akan memberikan dampak
buruk dalam hubungan antara dokter / tim medis dengan pasien itu sendiri
(Griffith, 1990).
Ketidakpatuhan pasien dapat diketahui melalui keadaan saat pasien
tidak mengambil setengah atau lebih dari seluruh jumlah obat yang
diresepkan oleh dokter untuk pasien, terutama bagi pasien dengan kondisi
penyakit kronis (Robinson dkk, 2005). Bosworth (2010) berpendapat
bahwa ketidakpatuhan pasien adalah suatu perilaku ketika pasien menunda
dan/atau lalai untuk mematuhi resep dokter, mengurangi dosis pengobatan
dari yang seharusnya, dan mengurangi frekuensi konsultasi terapi.
Berdasarkan uraian fenomena kepatuhan dan ketidakpatuhan di
atas, maka dapat diketahui bahwa kepatuhan pasien adalah suatu perilaku
yang sangat penting bagi pasien. Kepatuhan pasien dapat dimaknakan
sebagai perilaku patuh yang ditunjukkan oleh pasien karena adanya
kesadaran dalam diri bahwa proses pengobatan yang dijalani akan
memberikan lebih banyak manfaat; kesadaran bahwa dengan menjalani
proses pengobatan secara rutin maka akan terhindar dari risiko sakit;
kemampuan untuk menahan kerugian-kerugian yang ditimbulkan oleh
proses pengobatan seperti efek samping; kemampuan individu untuk
mengatasi rintangan yang dapat menghambat proses pengobatan yang
dijalani; dan memiliki pedoman yang memastikan bahwa sistematika
pengobatan yang dijalani sesuai dengan aturan. Tujuan dari dibangunnya
perilaku kepatuhan pasien selama proses pengobatan adalah demi
tercapainya kesembuhan yang optimal bagi pasien itu sendiri. Akan tetapi,
sejak dahulu kala masalah kepatuhan pasien yang rendah selalu saja terjadi
dalam dunia medis, dan bahkan semakin rendah pada dewasa ini.
Kepatuhan yang rendah terutama ditunjukkan oleh pasien-pasien dengan
penyakit kronis dan pasien yang menjalani pengobatan jangka panjang,
termasuk kanker payudara. Kepatuhan pasien yang rendah dapat
menyebabkan berbagai kerugian, baik bagi pasien itu sendiri maupun
pihak-pihak lain seperti keluarga pasien. Kepatuhan pasien yang rendah
juga dapat mengakibatkan hasil terapi yang kurang optimal dan biaya
perawatan yang semakin tinggi, frustrasi yang dialami oleh pasien serta
dokter yang menangani, diagnosis medis baru, keputusan pemberian terapi
tambahan, dan tentu saja semakin memperparah penyakit yang diderita
(Bosworth, 2010).
2. Tipe-Tipe Ketidakpatuhan Pasien
Pasien yang tidak patuh dalam menjalani pengobatan digolongkan
menjadi dua tipe besar, yaitu ketidakpatuhan pasien yang disengaja dan
ketidakpatuhan pasien yang tidak disengaja (Lapinski, 2009). Pembedaan
antara ketidakpatuhan pasien yang disengaja dengan ketidakpatuhan
pasien yang tidak disengaja adalah sesuatu yang sangat penting (Bosworth,
2008).
a. Tipe yang pertama, ketidakpatuhan pasien yang disengaja, adalah
ketika pasien memutuskan secara sengaja untuk tidak menjalani terapi
sesuai dengan yang diresepkan. Ketidakpatuhan pasien yang disengaja
adalah suatu proses aktif di mana pasien memilih untuk menyimpang
dari resimen terapi (Bosworth, 2010). Donovan (dalam Bosworth,
2008) mengungkapkan bahwa alasan paling umum yang sering
diungkapkan oleh pasien yang tidak patuh adalah karena takut dengan
efek samping pengobatan tersebut.
b. Tipe yang kedua, ketidakpatuhan pasien yang tidak disengaja, yaitu
pasien yang tidak mematuhi proses pengobatan karena lupa atau salah
paham terhadap instruksi pengobatan. Kelly (2000) menyimpulkan ada
tiga alasan utama yang menyebabkan pasien tidak patuh secara tidak
disengaja, yaitu : tidak dapat menyesuaikan resimen terapi ke dalam
gaya hidupnya, lupa, dan informasi/wawasan pengobatan yang kurang.
3. Aspek-Aspek Kepatuhan Pasien
Kedalaman assessmen yang dilakukan terhadap perilaku patuh
pasien tergantung pada masalah kesehatan yang sedang dihadapi. Masalah
kesehatan pasien yang lebih kompleks dan kronis, membutuhkan penilaian
yang lebih rinci. Salah satu wilayah harus dipahami dalam mengukur
tingkat kepatuhan pasien adalah sikap dan keyakinan pasien tentang
penyakitnya. Sebuah penilaian terperinci dari keyakinan pasien ini
memanfaatkan konsep-konsep The Health Belief Model (Becker dan
Maiman dalam Kelly, 2000). The Health Belief Model menunjukkan
bahwa seorang pasien akan cenderung mematuhi nasihat medis serta
mengambil tindakan preventif terhadap kemunculan penyakit adalah jika :
1) merasa prihatin tentang kesehatan dan kemudian termotivasi untuk
menjaganya.
2) merasa terancam oleh perilaku atau kebiasaan saat ini (kebiasaan yang
tidak sehat).
3) merasa bahwa perubahan-perubahan yang sesuai dengan nasihat medis
akan memberikan dampak positif dalam kesehatan .
4) merasa memiliki kemampuan (berkompeten) untuk melaksanakan
sebuah perubahan gaya hidup (Naidoo dan Willis dalam Kelly, 2000).
Sama halnya dengan yang jelaskan di atas, keyakinan pasien
tentang proses pengobatan atau terapi yang dijalani merupakan salah satu
faktor yang memengaruhi tingkat kepatuhan pasien. Pengembangan dari
The Health Belief Model (Rosentock dalam Harris dkk, 2009) telah
meningkatkan pemahaman pasien tentang proses pengambilan keputusan
yang terjadi saat menjalani terapi. Model ini menyatakan bahwa pasien
cenderung mengambil keputusan yang rasional untuk patuh pada suatu
terapi adalah berdasakan pada pertimbangan keuntungan dan kerugian
yang didapat dari proses terapi tersebut. Maksud dari hal tersebut adalah
apakah keuntungan yang diberikan oleh terapi tersebut lebih besar
daripada kerugiannya. Berdasarkan The Health Belief Model inilah
kemudian dikembangakan alat ukur kepatuhan pasien dalam menjalani
pengobatan (Dolder dkk dalam Harris dkk, 2009), yaitu The Brief
Evaluation of Medication Influences (BEMIB). BEMIB adalah skala valid
dengan delapan item yang digunakan untuk mengukur tingkat kepatuhan
pasien terhadap proses pengobatan yang dijalani berdasarkan harapan
pengobatan yang dijelaskan dalm The Health Belief Model (Dolder dkk
dalam Harris dkk, 2009). BEMIB pertama kali dikembangkan oleh
Perkins, dan skala ini terdiri dari lima aspek yang digunakan untuk
mengukur kepatuhan, yaitu:
1) manfaat yang didapatkan melalui proses pengobatan yang
dilaksanakan, yaitu dalam hal pengendalian simptom dan rawat inap.
2) risiko sakit pasien, yaitu memiliki wawasan terhadap kebutuhan
pengobatan.
3) kerugian dalam proses pengobatan, yaitu pengaruh efek samping dan
kesulitan dalam memperoleh pengobatan.
4) rintangan dalam melaksanakan proses pengobatan, yaitu mengacu pada
kesulitan melaksanakan pengobatan dan dukungan sosial.
5) petunjuk yang memastikan bahwa proses pelaksanaan pengobatan
berjalan dengan benar, yaitu mengacu kepada penggunaan strategi
manajemen terapi.
Delapan item BEMIB disusun dengan tujuan untuk mengukur
tingkat kepatuhan pasien psikotik pada terapi oral antipsikotik. Akan
tetapi, aspek BEMIB dapat digunakan untuk menyusun skala kepatuhan
pasien pada penyakit lain selain psikotik (Harris dkk, 2009).
4. Faktor-Faktor Kepatuhan Pasien
Bosworth (2008) menyebutkan bahwa kepatuhan pasien dapat
dicirikan berdasarkan empat faktor besar, yaitu : karakteristik pasien,
karakteristik klinis, karakteristik petugas kesehatan atau tim medis, dan
lingkungan sosial.
a. Karakteristik Pasien
Karakterisrik pasien adalah faktor pertama yang dapat
memengaruhi kepatuhan pasien. Faktor ini terdiri dari beberapa
bagian, yaitu faktor demografis; faktor kognitif; faktor psikiatris dan
mental; faktor sikap pasien; serta faktor pengetahuan dan persepsi
pasien terhadap risiko.
b. Karakteristik Klinis
Salah satu faktor unik dalam intervensi farmakologi adalah
kekhawatiran pasien tentang kompleksitas resimen obat yang
diberikan. Kepatuhan pasien terhadap obat yang diresepkan semakin
menurun seiring bertambahnya frekuensi terapi yang harus dijalani.
Semakin banyak periode pengobatan yang harus dilalui, maka semakin
rendah kepatuhan yang ditunjukkan oleh pasien.
Faktor karakteristik klinis ini memiliki dua bagian, yaitu : gaya
kepatuhan berobat dan efek samping.
c. Karakteristik Petugas Kesehatan atau Tim Medis
Pada intervensi medis yang dilakukan sebagai usaha
penyembuhan pasien, petugas medis memegang peran yang sangat
penting, yaitu memotivasi pasien untuk konsisten mengikuti terapi
yang telah diresepkan, membantu pasien mengontrol penyakit yang
diderita, dan mendorong pasien untuk mencapai kesehatan yang
optimal. Segala usaha tersebut memiliki satu tujuan yaitu agar pasien
dapat patuh dalam menjalani proses pengobatannya hingga akhir.
d. Lingkungan Sosial
Kurangnya sarana transportasi memadai dan ketidakmampuan
fisik bisa menjadi hambatan bagi seorang pasien untuk melakukan
konsultasi rutin. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menimbulkan
kepatuhan pasien yang rendah dalam menjalani proses terapi. Selain
itu waktu tempuh perjalanan yang panjang menuju pusat kesehatan dan
antrian konsultasi yang panjang bisa menjadi salah satu penghambat
pasien untuk patuh dalam menjalankan intervensi medis.
A. Resiliency
1. Pengertian Resiliency
Losel dkk (dalam Thompson, 2006) mengungkapkan bahwa
terdapat banyak konstruk teori yang berhubungan dengan kekebalan,
seperti resiliency, kemampuan tahan banting, kemampuan adaptasi,
penyesuaian diri, kemampuan penguasaan, plastisitas, dan kemampuan
sosial buffering. Salah satu konstruk resiliency dikemukakan oleh
Richardson dkk (dalam Wilson dan Agaibi, 2006), yaitu bahwa resiliency
secara umum dipandang sebagai kualitas dari karakter, kepribadian, dan
kemampuan coping seseorang. Resiliency dikonotasikan sebagai kekuatan
dan fleksibilitas; yaitu sebuah kapasitas untuk penguasaan dan kembalinya
fungsi normal seseorang melalui kemampuan coping setelah mengalami
periode stres yang berlebihan.
Wolin & Wolin (dalam Thompson, 2006) berpendapat bahwa
resiliency adalah kapasitas seseorang untuk bangkit kembali : yaitu untuk
menahan penderitaan dan memperbaiki diri. Flach (dalam Thompson,
2006) mendefinisikan istilah resiliency sebagai kekuatan manusia yang
dibutuhkan untuk menguasai siklus gangguan dan re-integration dalam
lingkaran hidup.
Berdasarkan uraian berbagai pendapat tokoh mengenai pengertian
resiliency di atas, maka dapat dimaknakan bahwa resiliency adalah suatu
kemampuan tahan banting yang dimiliki oleh seorang individu untuk dapat
segera bangkit kembali serta bersifat adaptif walaupun berada dalam
keadaan yang penuh risiko; stressor; maupun kesulitan besar; dapat
menahan penderitaan diri; dan kemampuan untuk segera memperbaiki diri.
Selain itu, resiliency juga berarti kemampuan untuk menyeimbangkan
fungsi positif secara berkelanjutan, serta dapat melakukan pemulihan
secara cepat setelah mengalami trauma atau kesakitan yang signifikan
demi mencapai keseimbangan vitalitas psikologis dan kesehatan mental.
2. Karakteristik Resiliency
Ketika sebuah lemparan bola basebal mengenai jendela, maka kaca
jendela biasanya akan pecah. Tetapi, ketika bola yang sama mengenai
pemukul basebal, biasanya pemukul basebal jarang mengalami kerusakan
parah layaknya kaca jendela. Ketika sebuah palu memukul vas keramik,
maka keadaan vas keramik tersebut akan sama halnya dengan kaca jendela
yang terkena pukulan bola basebal, yaitu hancur berantakan. Namun,
ketika palu yang sama memukul ban mobil, keadaannya sama dengan
ketika bola basebal mengenai pemukul, yaitu dengan cepat ban mobil
hampir tidak mengalami kerusakan sama sekali, atau bahkan bentuk ban
mobil segera pulih seperti sediakala (Norman, 2000). Pemukul basebal dan
ban mobil tersebut menggambarkan tentang resiliency.
Salah satu definisi resiliency yang mewakili penggambaran
pemukul basebal dan ban mobil tersebut adalah definisi yang dikemukakan
oleh Luther dan Ziegler (dalam Norman, 2000), yaitu bahwa resiliency
kemampuan seseorang untuk segera bangkit kembali dan beradaptasi
dengan baik walaupun berada dalam kondisi yang penuh dengan kesulitan
dan individu dengan tingkat resiliency yang tinggi disebut dengan individu
yang resilient.
Masten dkk (dalam Norman, 2000) menambahkan bahwa
resiliency adalah faktor dan proses yang memungkinkan fungsi seseorang
berlangsung dengan baik secara berkelanjutan bahkan ketika berada di
bawah tekanan hidup yang sangat berat. Dari penggambaran dan definisi
resiliency tersebut, maka dapat diketahui bahwa individu yang resilient
adalah seorang individu yang segera mampu bangkit kembali ketika
dihadapkan pada stresor dan kesulitan hidup. Selain itu dia juga mampu
untuk beradaptasi dengan baik dan segera mengembalikan fungsi dirinya
agar tetap positif dan seimbang setelah mendapatkan trauma atau kesakitan
yang parah.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa individu yang resilient atau yang bisa juga disebut dengan individu
dengan sifat resiliency yang tinggi adalah seseorang yang memiliki
kontrol lokus internal (Bolck & Block dalam Skehill,2001), kebermaknaan
(Caplan dalam Skehill, 2001), kekuatan ego (Cassella & Motta dalam
Skehill, 2001), self-efficacy (Cederblad dkk dalam Skehill, 2001),
kepercayaan diri (Higgins dalam Skehill, 2001), ketekunan (Mrazek &
Mrazek dalam Skehill, 2001), kemampuan pemecahan masalah
(Samuelsson dkk dalam Skehill, 2001), dan fleksibilitas (Werner dalam
Skehill, 2001). Lebih lanjut individu yang resilient juga dapat disebut
sebagai individu yang dapat mengatasi stres secara efektif dengan
menggunakan keterampilan dan kemampuan tertentu dalam situasi yang
penuh stresor, yaitu yang dapat menggunakan strategi coping secara tepat
dalam menyelesaikan suatu masalah dengan efektif dan dinamis (Jew dan
Green dalam Skehill, 2001).
3. Aspek-Aspek Resiliency
Aspek-aspek resiliency yang digunakan dalam penelitian ini adalah
tujuh komponen resiliency berdasarkan teori resiliency yang
dikembangkan oleh Wolin & Wolin (Kemp, 2001). Ketujuh komponen
resiliency tersebut adalah : insight, kemerdekaan, hubungan, inisiatif,
kreativitas, humor, dan moralitas. Keterangan dari masing-masing
komponen tersebut adalah (Wolin dan Wolin dalam Sapp dkk, 2004) :
a. Insight. Insight adalah perilaku seseorang dalam melakukan
introspeksi diri dan berusaha untuk memberikan jawaban yang jujur
tentang diri sendiri serta situasi-situasi sulit atau masalah yang sedang
dihadapi.
b. Kemerdekaan. Kemerdekaan adalah suatu perilaku pemisahan baik
secara emosional maupun fisik dari suatu tekanan atau masalah yang
dilakukan oleh orang lain. Tekanan tersebut dapat berasal dari
keluarga, teman, ataupun lingkungan sekitar.
c. Hubungan. Hubungan adalah suatu koneksi yang dilakukan oleh
seorang individu dengan individu yang lain atau kelompok.
d. Inisiatif. Inisiatif adalah perilaku individu yang menganggap masalah
sebagai suatu tantangan dan kemudian mencari solusi dari tantangan
tersebut.
e. Kreativitas. Kreativitas adalah kemampuan individu untuk
menggunakan imajinasi.
f. Humor. humor adalah kemampuan individu untuk menertawakan diri
sendiri, bahkan ketika berada dalam kesedihan ataupun kesulitan.
g. Moralitas. Moralitas adalah saat individu mampu berperilaku sesuai
dengan yang seharusnya, bersikap dengan menggunakan akal sehat
serta kesadaran, dan berusaha untuk bisa berempati dengan orang lain.
B. Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
1. Pengertian Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
a. Kanker Payudara
1) Pengertian Kanker Payudara
American Cancer Society (2010) mendefinisikan kanker
payudara sebagai suatu tumor ganas yang bermula dari sel-sel
payudara. Tumor ganas adalah sekelompok sel-sel kanker yang
dapat tumbuh di dalam (invade) jaringan lain di sekitarnya atau
menyebar (metastasize) ke bagian tubuh lain yang lebih jauh.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui bahwa kanker
payudara adalah suatu tumor ganas yang bermula dari sel-sel
payudara yang dapat melakukan invade (pertumbuhan sel kanker
dalam jaringan lain) dan mestastasize (persebaran sel kanker ke
bagian tubuh yang lebih jauh). Keganasan sel kanker payudara
ditunjukkan oleh kemampuannya menyebar dan tumbuh di luar
jaringan payudara serta dapat memasuki pembuluh darah dan
pembuluh limfatik.
2) Stadium atau Penggolongan Kanker Payudara
a) Sistem TNM dalam Penggolongan Kanker Payudara Menurut
The American Joint Committee on Cancer (AJCC)
Sistem standar tentang penggolongan tahap kanker
adalah cara standar untuk merangkum informasi mengenai
seberapa jauh sel-sel kanker telah menyebar. Sistem paling
umum yang digunakan untuk mendeskripsikan tahap kanker
payudara adalah sistem TNM dari American Joint Committee
on Cancer (AJCC) (American Cancer Society, 2010). Sistem
klasifikasi tahap kanker payudara dengan metode “TNM”
seperti yang telah disebutkan di atas adalah berdasarkan tahaptahap T, N, dan M dari sel kanker tersebut.
b) Stage grouping kanker payudara
Setelah kategori T, N, dan M ditentukan, informasi
yang didapatkan dari masing-masing penggolongan tersebut
dikombinasikan satu sama lain yang disebut dengan stage
grouping (stadium kanker). Kanker dengan tahap yang sama
cenderung memiliki analisis yang sama sehingga akan
mendapatkan intervensi dengan cara yang sama pula. Stadium
kanker dinyatakan dengan angka romawi, yaitu dari stadium I
(stadium yang paling rendah) sampai dengan stadium IV
(stadium yang paling tinggi).
3) Penyebab Kanker Payudara
Penyebab kanker payudara sampai saat ini masih belum
diketahui dan menjadi misteri. Beberapa faktor risiko yang
diketahui hanya dapat menjelaskan sebagian kecil saja dari seluruh
kasus kanker payudara yang terjadi. Faktor risiko pertama adalah
usia. Usia berhubungan dengan peningkatan risiko kejadian kanker
payudara. Penelitian menunjukkan bahwa risiko kemunculan
kanker payudara adalah sangat rendah pada usia wanita sebelum 25
tahun, dan risiko tersebut meningkat hampir 100 kali lipat pada
usia 45 tahun. Keadaan ini menunjukkan bahwa faktor hormon
reproduksi memegang peranan yang sangat penting dalam etiologi
kanker payudara. Faktor-faktor risiko lain yang juga mendukung
munculnya kanker payudara pada wanita adalah faktor gaya hidup,
faktor lingkungan, adanya riwayat tumor payudara jinak poliveratif
dari keluarga, dan faktor genetik. Penelitian lain juga menunjukkan
bahwa faktor reproduksi seperti nulipariti, menarche dini, dan usia
yang terlalu tua pada kehamilan yang pertama berkaitan dengan
peningkatan risiko kanker payudara. Selain itu, pengaruh hormon
eksogen, seperti penggunaan kontrasepsi oral, terbukti dapat
meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara (Purnomosari,
2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Anderson (2010)
menunjukkan bahwa faktor perubahan lingkungan dan gaya hidup
saat ini menjadi salah satu faktor utama penyebab kanker payudara
pada wanita. Banyak faktor-faktor gaya hidup yang dianut oleh
masyarakat modern saat ini sebagai penyebab utama kanker
payudara, yaitu kebiasaan pola makan/diet yang buruk, aktivitas
fisik yang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh, kebiasaan
merokok, konsumsi alkohol, efek samping dari penggunaan
suplemen dan obat-obatan, dan pergeseran kebiasaan menyusui
serta seks yang sehat menuju ke arah yang tidak sehat (Anderson,
2010).
4) Pengobatan Kanker Payudara
Usaha penyembuhan kanker payudara terdiri dari beberapa
pilihan bentuk pengobatan yang diberikan sesuai dengan keadaan
pasien (Odgen, 2004). Dari berbagai pilihan bentuk pengobatan
tersebut, terdapat beberapa tipe standar yang sering digunakan,
walaupun juga terdapat tipe-tipe pengobatan yang lain, yaitu :
operasi pembedahan/pengangkatan jaringan payudara yang
terinfeksi (merupakan
pengobatan utama dalam kanker),
radioterapi, kemoterapi, terapi hormon, dan terapi target (Odgen,
2004; Bellenir, 2009; dan American Cancer Society,2010).
5) Efek samping Pengobatan Kanker Payudara
Selama dilaksanakan pengobatan kanker payudara,
seringkali muncul beberapa efek samping menyakitkan yang
dirasakan oleh para penderitanya. Efek samping yang terjadinya
biasanya berkaitan erat dengan jenis pengobatan yang ditempuh.
b. Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
Pengetahuan sesungguhnya adalah pemahaman seseorang
terhadap suatu hal yang merupakan hasil integrasi dari berbagai
perspektif sudut pandang (Wainwright, 2001). Pada dasarnya
pengetahuan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Hal tersebut disebabkan karena pengetahuan dapat digunakan
untuk merefleksikan pemahaman seseorang tentang dunia di sekitarnya
serta menentukan perilaku/sikap apa yang paling tepat ditunjukkan
berdasarkan pemahamannya tersebut (Niedderer, 2007).
Berdasarkan berbagai pendapat ahli tentang pengertian
pengetahuan, maka dapat diketahui bahwa pengetahuan secara umum
adalah suatu hal yang sangat bermakna sekaligus memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Hal tersebut disebabkan karena
dengan pengetahuan, manusia dapat merefleksikan segala informasi
yang terjadi pada dunia sekitarnya, memproses informasi-informasi
tersebut ke dalam suatu persepsi; perhatian; memori jangka panjang;
memori jangka pendek; dan akhirnya bermuara pada penentuan sikap
yang paling tepat; pemecahan masalah; serta kreativitas.
Setelah di atas diuraikan mengenai pengertian pengetahuan
secara umum, selanjutnya pengertian pengetahuan pasien tentang
pengobatan secara lebih spesifik lebih mudah untuk dipahami. Murphy
(2007) dalam seminar Using IT to Support Evidence-Based Nursing
Practice at the Point of Care, Nursing menyebutkan bahwa
pengetahuan pasien tentang pengobatan adalah pemahaman pasien
terhadap aspek-aspek penting dari pengobatan yang sedang dijalani,
yaitu frekuensi; dosis; nama; tujuan; penyesuaian diri terhadap
resimen; efek samping; instruksi-instruksi khusus; kapan harus
berkonsultasi dan kepada siapa harus berkonsultasi; serta kesadaran
diri terhadap kesehatan. Selain itu, pengetahuan pasien tentang
pengobatan adalah pengetahuan pasien terhadap resimen terapi yang
sedang jalani saat itu (Jensen; Simpson dkk dalam Murphy, 2007).
Berdasarkan beberapa uraian di atas mengenai pengertian
pengetahuan secara umum dan pengertian pengetahuan tentang
pengobatan, maka dapat dimaknakan bahwa pengetahuan tentang
pengobatan kanker payudara adalah pengetahuan yang dimiliki oleh
pasien kanker payudara tentang aspek-aspek penting dari pengobatan
kanker payudara, seperti frekuensi; dosis; nama; tujuan; penyesuaian
diri; efek samping; instruksi-instruksi khusus; kapan harus
berkonsultasi dan kepada siapa harus berkonsultasi; kesadaran diri
tentang pentingnya kesehatan; dan pengetahuan pasien terhadap
resimen terapi.
2. Sumber-Sumber Pengetahuan
Pengetahuan dapat berasal dari berbagai macam sumber (Elliot
dkk, 1999). Sumber-sumber tersebut adalah :
a. Otoritas. Seseorang yang memiliki otoritas atau kekuasaan cenderung
akan mempersembahkan “kebenaran” yang kemudian dipercayai oleh
masyarakat disekitarnya tanpa penolakan.
b. Tradisi. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari tradisi. Sama halnya
dengan pengetahuan yang didapat melalui otoritas, pengetahuan yang
diperoleh melalui tradisi pun memiliki tingkat ketidakakuratan yang
cukup tinggi.
c. Pendapat Ahli. Sumber pengetahuan lain yang juga berpengaruh
adalah pendapat ahli. Para ahli yang memiliki profesional dalam suatu
bidang tertentu dapat secara dramatis memengaruhi kepercayaan orang
lain tentang suatu hal.
d. Pengalaman Pribadi Individu. Seorang individu dapat memperoleh
banyak sekali pengetahuan melalui pengalaman pribadi, walaupun
memang tidak semua pengetahuan yang didapat melalui pengalaman
tersebut akurat. Banyak sekali contoh yang menunjukkan bahwa
seseorang dapat mengubah keyakinan terhadap suatu hal karena
adanya pengetahuan yang didapatkan melalui pengalaman. Penelitian
Ilmiah
e. Sumber pengetahuan yang terakhir adalah penelitian ilmiah. Kerlinger
(dalam Elliot dkk, 1999) menyebutkan bahwa penelitian ilmiah adalah
proses investigasi yang sistematik, terkontrol, empiris, dan kritis dari
dalil hipotesis tentang variabel yang diduga di antara fenomena alami.
3. Identifikasi Pasien yang Memiliki Pengetahuan tentang Pengobatan
Goldbeck dkk (1999) dalam penelitiannya menyusun item
pertanyaan yang digunakan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien
tentang pengobatan yang dijalaninya. Item pertanyaan tersebut meliputi
semua rincian pengobatan yang dijalani oleh pasien, manfaat sekaligus
kekurangan yang dirasakan, pengetahuan mengenai potensi efek samping
yang muncul (termasuk pula efek samping jangka panjangnya), serta
persepsi pasien tentang pentingnya pengobatan yang dijalani sekaligus
konsekuensi yang dirasakan apabila dilakukan penghentian. Standar
pengetahuan pasien tentang pengobatan menurut Goldbeck dkk (1999)
adalah :
a. wawasan pada seluruh aspek penting obat/proses pengobatan yang
dijalani (nama, jenis, dosis, dan interval dosis/pengobatan).
b. kemampuan untuk mengidentifikasi, setidaknya dua, manfaat dari
obat/pengobatan yang dijalani.
c. pemahaman bahwa efek samping mungkin saja terjadi.
d. kemampuan untuk mengidentifikasi, setidaknya dua, efek samping
yang berpotensi muncul dari obat/pengobatan yang dijalani.
e. pemahaman bahwa penyakit yang dierita mungkin saja kambuh jika
proses pengobatan dihentikan sewaktu-waktu tanpa rekomendasi tim
medis/dokter.
f. dapat menyebutkan, setidaknya dua, petugas medis yang dapat
membantu pengobatan pasien dan memberikan informasi mengenai
efek samping.
4. Pengukuran Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
Pengukuran pengetahuan seorang individu dapat diukur dengan
menggunakan taksonomi pengetahuan yang terdiri dari tiga pengetahuan
(deklaratif, prosedural, dan strategis) yang kemudian disesuaikan dengan
domain pengetahuan tertentu. Alexander, Schallert, dan Hare (dalam Phye,
1997) mengatakan bahwa domain pengetahuan adalah himpunan bagian
yang lebih formal dari suatu isi pengetahuan, sebuah keluasan bidang
pengetahuan yang mencakup suatu pelajaran/bidang studi tertentu dan
suatu pemikiran/gagasan.
Domain pengetahuan pasien kanker payudara adalah berdasarkan
identifikasi pasien yang memiliki pengetahuan tentang pengobatan
Goldbeck dkk, yaitu : memiliki wawasan pada nama, jenis, dosis, dan
interval dosis pengobatan; mengetahui, setidaknya dua, manfaat
pengobatan yang dijalani; memiliki pemahaman bahwa efek samping
mungkin saja terjadi; mengetahui, setidaknya dua, efek samping
pengobatan yang muncul; memiliki pemahaman bahwa penyakit yang
diderita dapat kambuh sewaktu-waktu apabila pengobatan dihentikan
tanpa izin petugas medis atau dokter; dan pasien dapat menyebutkan,
setidaknya dua, petugas medis yang dapat membantu pengobatan pasien
dan memberikan informasi mengenai efek samping. Domain tersebut
kemudian disesuaikan dengan jenis pengobatan yang akan diukur, dan
dalam hal ini adalah pengobatan kanker payudara.
Pengukuran pengetahuan seorang individu (yang dalam penelitian
kali ini adalah pasien kanker payudara) dapat dilakukan dengan
menggabungkan taksonomi pengetahuan dan domain pengetahuan di atas.
Penggabungan dua kriteria itu disebut dengan klasifikasi dua jalan. Satu
jalan mengungkap taksonomi pengetahuan sebagai taraf kompetensi/aspek
perilaku, sedangkan jalan yang lain mengungkap domain atau isi
pengetahuan yang akan diukur (Suryabrata, 1987).
5. Aspek-Aspek Pengetahuan
Aspek-aspek pengetahuan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah diambil dari taksonomi pengetahuan baru.
a. Pengetahuan deklaratif
Pada dasarnya, pengetahuan deklaratif melibatkan pengetahuan
tentang fakta, konsep, kosakata, dan informasi-informasi tertentu yang
disimpan dalam memori manusia. Informasi yang dimiliki oleh
individu dalam pengetahuan deklaratif ini juga dapat disimpan sebagai
gambar dan pengetahuan non-verbal.
b. Pengetahuan prosedural
Pengetahuan prosedural adalah kemampuan seseorang yang
mampu
untuk
mengkombinasikan,
menggabungkan,
atau
mengasimilasi (Piaget dalam Phye, 1997) pengetahuan deklaratif
sedemikian rupa sehingga dapat digunakan secara prosedural (sebuah
tindakan nyata). Dalam pengetahuan prosedural ini, individu
melibatkan penggabungan informasi ke dalam rencana yang teratur,
strategi, ide-ide, dan skema-skema yang dapat menuntun kepada
tindakan nyata.
c. Pengetahuan strategis
Pengetahuan strategis adalah pengetahuan yang dimiliki oleh
individu dalam mengetahui “when” (kapan) dan “how to use”
(bagaimana menggunakan), serta penggunaan pengetahuan deklaratif
dan prosedural untuk membangun suatu proses pembelajaran. Contoh
dari pengetahuan strategis ini adalah ketika seorang individu
menggunakan informasi-informasi matematika yang disimpan dalam
memorinya (pengetahuan deklaratif), kemudian menyusun informasiinformasi tersebut ke dalam suatu strategi (pengetahuan prosedural),
dan pada akhirnya memecahkan soal matematika yang sedang dihadapi
(pengetahuan strategis). Keadaan tersebut juga berlaku pada domaindomain pengetahuan yang lain. Aspek terakhir dari pengetahuan ini
menunjukkan hasil pembelajaran, self-directedness atau pengarahan
diri, dan kehendak alami.
METODE PENELITIAN
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua variabel bebas dan satu variabel
tergantung. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah: kepatuhan
pasien. Variabel bebas adalah : resiliency, pengetahuan tentang pengobatan
kanker payudara
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Kepatuhan Pasien
Kepatuhan pasien adalah perilaku patuh yang ditunjukkan oleh
pasien karena adanya kesadaran dalam diri bahwa proses pengobatan
yang dijalani akan memberikan lebih banyak manfaat; kesadaran bahwa
dengan menjalani proses pengobatan secara rutin maka akan terhindar dari
risiko sakit; kemampuan untuk menahan kerugian-kerugian yang
ditimbulkan oleh proses pengobatan seperti efek samping; kemampuan
individu untuk mengatasi rintangan yang dapat menghambat proses
pengobatan yang dijalani; dan memiliki pedoman yang memastikan bahwa
sistematika pengobatan yang dijalani sesuai dengan aturan.
Pada penelitian ini, kepatuhan pasien diukur dengan menggunakan
Skala Kepatuhan Pasien yang disusun oleh peneliti dengan berdasarkan
lima aspek The Brief Evaluation of Medication Influences (BEMIB), yaitu:
manfaat yang didapatkan melalui proses pengobatan yang dilaksanakan,
risiko sakit pasien, kerugian dalam proses pengobatan, rintangan dalam
melaksanakan proses pengobatan, dan petunjuk yang memastikan bahwa
proses pelaksanaan pengobatan berjalan dengan benar.
2. Resiliency
Resiliency adalah kapasitas seorang individu untuk segera bangkit
kembali, tahan banting, dapat menahan penderitaan diri, dan kemampuan
untuk segera memperbaiki diri.
Pada penelitian ini, resiliency pasien diukur dengan menggunakan
Skala Resiliency yang disusun oleh peneliti dengan berdasarkan tujuh
aspek resiliency Wolin & Wolin yaitu individu yang memiliki insight
tinggi; merdeka; dapat menjalin hubungan positif dengan orang-orang di
sekitarnya; memiliki kreativitas yang tinggi; memiliki tingkat humor yang
tinggi, walaupun berada dalam kondisi tertekan; dan bermoral.
3. Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
Pengetahuan kanker payudara tentang pengobatan terdiri dari tiga
taraf kompetensi/aspek perilaku, yaitu : pengetahuan deklaratif,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan strategis pada domain
pengobatan kanker payudara. Domain pengetahuan kanker payudara
adalah berdasarkan identifikasi pasien yang memiliki pengetahuan tentang
pengobatan, yaitu : memiliki wawasan pada nama, dosis, dan interval
dosis/pengobatan; mengetahui, setidaknya dua, manfaat pengobatan yang
dijalani; memiliki pemahaman bahwa efek samping mungkin saja terjadi;
mengetahui, setidaknya dua, efek samping pengobatan yang muncul;
memiliki pemahaman bahwa penyakit yang diderita dapat kambuh
sewaktu-waktu apabila pengobatan dihentikan tanpa izin petugas medis
atau dokter; dan pasien dapat menyebutkan, setidaknya dua, petugas medis
yang dapat membantu pengobatan pasien dan memberikan informasi
mengenai efek samping.
Pada penelitian kali ini, pengetahuan tentang pengobatan kanker
payudara diukur dengan menggunakan Tes Pengetahuan tentang
Pengobatan Kanker Payudara yang disusun oleh peneliti dengan
berdasarkan klasifikasi dua jalan, yaitu satu jalan mengungkap taraf
kompetensi/aspek perilaku (pengetahuan deklaratif, pengetahuan
prosedural, dan pengetahuan strategis) dan jalan yang lain mengungkap
domain pengetahuan pasien tentang pengobatan yang kemudian
disesuaikan dengan aspek-aspek penting pengobatan kanker payudara.
C. Populasi, Sampel, Sampling
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah wanita penderita kanker
payudara dari berbagai stadium yang sedang menjalani pengobatan atau
terapi (operasi, kemoterapi, radiasi, terapi target, atau terapi hormon) di
RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Rentang usia pasien adalah antara 20-60
tahun. Populasi pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi berasal
dari berbagai tingkat pendidikan dan sosioekonomis. Jumlah dari pasien
kanker payudara yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta belum diketahui secara pasti sehingga peneliti pun
tidak dapat menentukan jumlah populasi penelitian.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara yang
memiliki karakteristik :
1. Wanita berusia 20-60 tahun
2. Menderita kanker payudara
3. Sedang dalam masa pengobatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta
4. Pasien dengan pendidikan terakhir minimal SMP atau sederajat dan
dapat memahami Bahasa Indonesia dengan baik
Jumlah responden penelitian adalah 60 orang pasien.
3. Sampling
Oleh karena tidak ada jumlah pasti pasien kanker payudara yang
menjalani pengobatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, maka sampel
penelitian tidak dapat ditentukan secara pasti jumlahnya. Sampel akan
diambil dengan purposive quota incidental sampling. Purposive quota
incidental sampling termasuk ke dalam combined sampling (Hadi, 2004).
Jumlah sampel dalam quota penelitian kali ini adalah 60 pasien.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menurut cara
memperolehnya dibagi menjadi dua, yaitu : sumber data primer dan sumber
data sekunder.
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang dikumpulkan sendiri
oleh peneliti terhadap subjek penelitian, yaitu pasien kanker payudara,
secara langsung. Data primer adalah data yang nantinya akan
diikutsertakan dalam proses analisis. Sumber data primer yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Skala Kepatuhan Pasien, Skala Resiliency, dan
Tes Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara. Ketiga alat ukur
tersebut menghasilkan data perhitungan yang bersifat interval.
Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan menggunakan try out terpakai
yaitu dengan cara sekali mengambil data di lapangan, lalu dihitung sebagai
try out dan sebagai penelitian.
a. Skala Kepatuhan Pasien
Skala yang digunakan adalah Skala Kepatuhan Pasien yang
disusun oleh peneliti dengan berdasarkan lima aspek yang terdapat
dalam The Brief Evaluation of Medication Influences and Beliefs
(BEMIB). BEMIB pertama kali dibuat oleh Perkins (dalam Harris dkk,
2009). Kelima aspek kepatuhan pasien BEMIB yaitu : manfaat yang
didapatkan melalui proses pengobatan yang dilaksanakan, risiko sakit
pasien, kerugian dalam proses pengobatan, rintangan dalam
melaksanakan proses pengobatan, dan petunjuk yang memastikan
bahwa proses pelaksanaan pengobatan berjalan dengan benar.
Pada skala Kepatuhan Pasien ini akan digunakan modifikasi
model Skala Likert, yaitu dengan menghilangkan pilihan jawaban
Kadang-kadang (K) sehingga hanya akan digunakan empat pilihan
jawaban. Empat pilihan jawaban yang digunakan adalah Selalu (SL),
Sering (S), Jarang (J), dan Tidak Pernah (TP). Skala dengan empat
alternatif lebih disarankan karena apabila ada lima alternatif jawaban,
responden cenderung memilih alternatif yang ada di tengah, yang
dirasa aman dan hampir tidak berpikir (Arikunto, 2006).
Skala Kepatuhan Pasien dalam Menjalani Pengobatan ini
terdiri dari 40 item, yaitu 20 item favourable dan 20 item
unfavourable. Oleh karena itu, skor tiap item favourable bergerak dari
empat sampai satu, dan unfavourable bergerak dari satu sampai empat.
Penentuan tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang
dimiliki oleh responden dapat dilihat dari jumlah skor skala. Semakin
tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat
kepatuhan pasien. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah jumlah skor
yang diperoleh berarti semakin rendah tingkat kepatuhan pasien.
b. Skala Resiliency
Tingkat resiliency pasien kanker payudara diukur dengan
menggunakan skala yang disusun oleh peneliti dengan berdasarkan
tujuh komponen resiliency Wolin & Wolin (dalam Sapp, 2004).
Ketujuh komponen resiliency Wolin & Wolin tersebut adalah: insight,
kemerdekaan, hubungan, inisiatif, kreativitas, humor, dan moralitas.
Pada Skala Resiliency ini akan digunakan modifikasi model
Skala Likert, yaitu dengan menghilangkan pilihan jawaban Kadangkadang (K) sehingga hanya akan digunakan empat pilihan jawaban.
Empat pilihan jawaban yang digunakan adalah Sangat Sesuai (SS),
Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skala
dengan empat alternatif lebih disarankan karena apabila ada lima
alternatif jawaban, responden cenderung memilih alternatif yang ada di
tengah, yang dirasa aman dan hampir tidak berpikir (Arikunto, 2006).
Skala Resiliency ini terdiri dari 42 item, yaitu 21 item
favourable dan 21 item unfavourable. Oleh karena itu, skor tiap item
favourable bergerak dari empat sampai satu, dan unfavourable
bergerak dari satu sampai empat. Penentuan tingkat resiliency yang
dimiliki oleh responden dapat dilihat dari jumlah skor skala. Semakin
tinggi jumlah skor yang diperoleh, maka semakin tinggi resiliency
pasien. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah jumlah skor yang
diperoleh berarti semakin rendah resiliency pasien.
c. Tes Pengetahuan Kanker Payudara tentang Pengobatan
Bentuk atau format soal tes yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan tentang pengobatan ini adalah dengan menggunakan
bentuk dua-pilihan. Jumlah soal yang terdapat pada Tes Pengetahuan
Kanker Payudara tentang Pengobatan adalah sejumlah 48 soal. Pada
jawaban pasien yang benar (tepat) akan diberi skor satu (1), sedangkan
pada jawaban pasien yang salah (tidak tepat) akan diberi skor nol (0).
Semakin tinggi skor pasien, maka semakin paham pasien tersebut
dengan aspek-aspek penting pengobatan kanker payudara. Begitu pula
sebaliknya, semakin rendah skor pasien, maka pasien tersebut semakin
kurang paham dengan aspek-aspek penting pengobatan kanker
payudara.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh oleh peneliti
berdasarkan studi-studi sebelumnya, dokumentasi-dokumentasi, ataupun
arsip-arsip resmi lainnya. Sumber data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
narasumber ahli yang berkompeten tentang pasien kanker payudara sebagai
subjek penelitian, yaitu dokter ahli onkologi RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
Data yang didapat dari sumber data sekunder tidak akan diikutsertakan dalam
proses analisis data.
E. Validitas, Daya Beda Item dan Soal, dan Reliabilitas
1. Validitas
Penelitian ini, menggunakan uji validitas didasarkan pada uji
validitas isi dan uji validitas internal (internal consistency). Uji validitas
isi dilakukan dengan telaah dan revisi butir pernyataan berdasarkan
pendapat professional (professional judgment), yaitu dosen pembimbing.
Uji validitias internal (internal consistency), yaitu yang bertujuan untuk
mencari korelasi antara masing-masing item dengan skor total, adalah
menggunakan teknik Pearson Product Moment Correlation (Azwar,
2005).
2. Daya Beda Item dan Soal
Daya beda item digunakan untuk mengukur kemampuan
diskriminasi item pada Skala Kepatuhan Pasien dan Skala Resiliency
sedangkan daya beda soal digunakan untuk mengukur kemampuan
diskriminasi soal yang terdapat pada Tes Pengetahuan tentang Pengobatan
Kanker Payudara (data tes adalah berbentuk data kontinyu yang
didikotomisasikan menjadi benar dan salah, atau 1 dan 0).
a. Daya beda item
Formula korelasi yang digunakan untuk skala-skala yang setiap
itemnya diberi skor pada level interval adalah dapat menggunakan
formula koefisien Product Moment Pearson.
b. Daya beda soal
Teknik yang banyak digunakan untuk mengukur daya beda soal
adalah dnegan melakukan korelasi antara skor pada soal tertentu (yang
merupakan data kontinyu yang didikotomisasikan menjadi benar dan
salah, atau 1 dan 0) dengan skor total (yang merupakan data kontinyu).
Perhitungan menggunakan rumus korelasi biserial. (Suryabrata, 1987).
3. Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan formula Alpha
Cronbach yaitu dengan membelah item-item sebanyak dua atau tiga
bagian, sehingga setiap belahan berisi item dengan jumlah yang sama
banyak (Azwar, 2005).
F. Teknik Analisis Data
Hipotesis 1 dalam penelitian ini menggunakan satu variabel tergantung,
yaitu kepatuhan pasien, dan dua variabel bebas, yaitu resiliency dan
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara. Data yang diungkap
melalui dua skala psikologi dan satu tes pengetahuan adalah data interval.
Berdasar dua hal tersebut, digunakan teknik analisis regresi ganda untuk
melakukan pengujian dan pembuktian secara statistik hubungan antara
resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara dengan
kepatuhan pasien. Analisis regresi ganda memungkinkan dua variabel bebas
secara bersama-sama diujikan dengan satu variabel tergantung.
Untuk dapat menggunakan teknik analisis regresi ganda, harus
dilakukan tahapan perhitungan uji asumsi terlebih dahulu, yaitu Uji Asumsi
Dasar dan Uji Asumsi Klasik (Priyatno, 2010).
Selain itu, akan digunakan teknik analisis korelasi parsial untuk
menguji Hipotesis 2 dan 3 yang masing-masing terdiri dari satu variabel
bebas dan satu variabel tergantung. Digunakan program Statistical Product
and Service Solution (SPSS) versi 16.0 untuk mempermudah perhitungan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
1. Orientasi Kancah Penelitian
a. Gambaran Umum RSUD Dr. Moewardi Surakarta
RSUD Dr.Moewardi adalah rumah sakit milik pemerintah
propinsi Jawa Tengah kelas A pada tahun 2007. Bersertifikasi ISO
9001:2000, tahun 2007 sampai sekarang. Sertifikasi Akreditasi Penuh
Tingkat Lengkap 2008-tahun 2011. Berdasarkan surat keputusan
bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
serta Menteri Dalam Negeri RI, Nomor : 544/Menkes/SKB/X/81, No.
043/V/1981 dan Bo. 324 tahun 1981, ditetapkan bahwa RSUD Dr.
Moewardi Surakarta menjadi Rumah Sakit Pendidikan (Dr. Moewardi
Rumah Sakit Umum Daerah, 2011). Di samping itu, RSUD Dr.
Moewardi Surakarta sebagai rumah sakit rujukan wilayah Eks
Karesidenan Surakarta dan sekitarnya, juga Jawa Timur bagian Barat
dan Jawa Tengah bagian Timur, menyediakan peralatan pengobatan
kanker yang canggih seperti kemoterapi, radioterapi, dan operasi
(Setyaningsih,2011).
b. Sarana dan Prasarana RSUD Dr. Moewardi Surakarta
RSUD Dr.Moewardi Surakarta memiliki dua jenis sarana dan
prasarana, yaitu Fasilitas Pelayanan dan Fasilitas Pelayanan
Penunjang.
1) Fasilitas Pelayanan
Pada penelitian kali ini, peneliti lebih memfokuskan pada
bagian fasilitas pelayanan yang mengatasi kasus-kasus kanker,
yaitu pada Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap. Instalasi Rawat
Jalan terdiri dari berbagai macam poliklinik serta fasilitas
penunjang yang menyertai rawat jalan tersebut. Salah satu
poliklinik yang memang khusus menangani masalah tumor dan
tumor ganas/kanker adalah Poliklinik Onkologi. Poliklinik
Onkologi terletak di gedung A lantai II.
Selanjutnya peneliti juga melakukan penelitian di bagian
Rawat Inap, khususnya bangsal Mawar II dan III yang memang
menangani kasus-kasus kanker (Tim DIKLIT RSUD Dr. Moewardi
Surakarta, 2011). Salah satu bagian di Bangsal Mawar yang
menjadi tempat penelitian adalah pelayanan One Day Care (ODC)
yang khusus memberikan fasilitas pelayanan kemoterapi pada
pasien kanker.
2) Fasilitas Pelayanan Penunjang
Pada penelitian ini, peneliti melakukan proses pengambilan
data pada Instalasi Radiologi, terutama pada bagian Radioterapi.
(Tim DIKLIT RSUD Dr. Moewardi Surakarta, 2011).
2. Persiapan Penelitian
Hal-hal yang dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah
berkaitan dengan perizinan dan penyusunan alat ukur yang digunakan
dalam penelitian.
a. Persiapan administrasi. Persiapan administrasi penelitian meliputi
segala urusan perizinan yang diajukan pada pihak-pihak yang terkait
dengan pelaksanaan penelitian.
b. Persiapan Alat Ukur. Alat ukur yang digunakan untuk mengumpulkan
data pada penelitian ini adalah Skala Kepatuhan Pasien, Skala
Resiliency, dan Tes Pengetahuan Tentang Pengobatan Kanker
Payudara.
B. Pelaksanaan Penelitian
1. Penentuan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah pasien penderita kanker
payudara yang sedang menjalani pengobatan di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Sampel diambil secara purposive quota incidental berdasarkan
kriteria yang sudah ditetapkan oleh peneliti, yaitu : pasien wanita berusia
20-60 tahun, menderita kanker payudara, sedang dalam masa pengobatan
di RSUD Dr. Moewardi Surakarta, pendidikan terakhir minimal SMP atau
sederajat, dan dapat memahami Bahasa Indonesia dengan baik. Jumlah
sampel yang hendak dipenuhi oleh peneliti dalam quota penelitian kali ini
adalah 60 pasien.
2. Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan try out terpakai sehingga ketiga alat
ukur penelitian hanya akan diberikan satu kali kepada responden untuk
kemudian diuji validitas, daya beda item, dan reliabilitasnya sehingga
didapatkan item sahih yang selanjutnya diolah untuk menguji hipotesis
penelitian. Pengumpulan data (sejumlah 40 responden) dilakukan dari
tanggal 13 Juni 2011 sampai 15 Agustus 2011. Keempat puluh responden
tersebut adalah sebagai responden try out sekaligus sebagai responden
penelitian karena penelitian ini menggunakan try out terpakai. Akan tetapi,
setelah dilakukan Uji Liniearitas yang merupakan Uji Asumsi Klasik
Regresi Linier Ganda, hasil perhitungan menunjukkan bahwa data yang
didapatkan tidak linier. Oleh karena itu, peneliti menambah 20 orang
responden dengan tujuan agar data penelitian dapat lolos Uji Asumsi
Klasik Regresi Linier Ganda, terutama Uji Liniearitas. Keduapuluh
responden tambahan tersebut hanya berperan sebagai penambah responden
penelitian, sehingga alat ukur yang diberikan pun adalah alat ukur yang
sudah dihitung validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan 20 responden
tambahan tersebut dilakukan oleh peneliti dari tanggal 13-26 September
2011. Sehingga secara keseluruhan, sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 60 responden (40 responden berperan sebagai sampel
try out sekaligus penelitian, dan 20 responden sisanya hanya berperan
sebagai sampel penelitian).
Lokasi penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik
Onkologi, gedung A lantai II), bangsal Mawar 2, bangsal Mawar 3, ODC/
One Day Care di bangsal Mawar 3 (ODC Mawar 3 merupakan tempat
khusus bagi pasien kanker JAMKESMAS/PKMS/SKTM yang akan
melaksanakan kemoterapi), dan Instalasi Radiologi (Radioterapi).
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dengan cara membacakan
ketiga alat ukur penelitian kepada pasien yang telah sesuai dengan
karakteristik sampel. Anamnesis dilakukan dengan cara dibacakan karena
keadaan pasien tidak memungkinkan untuk mengisi ketiga alat ukur
dengan jumlah item/soal yang sangat banyak. Selain itu, dengan dibacakan
pula, peneliti memiliki keuntungan untuk dapat memperjelas maksud
item/soal sekaligus melakukan observasi tingkah laku masing-masing
pasien secara mendalam.
3. Pelaksanaan Skoring
Data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dari ketiga alat ukur
penelitian kemudian diskor sesuai dengan kriteria penilaian yang telah
ditentukan. Skoring yang dilakukan terhadap Skala Kepatuhan Pasien dan
Skala Resiliency adalah, pada pernyataan favourable adalah 4 untuk
pilihan jawaban Selalu (SL) dan Sangat Sesuai (SS), 3 untuk pilihan
jawaban Sering (S) dan Sesuai (S), 2 untuk pilihan jawaban Jarang (J) dan
Tidak Sesuai (TS), dan 1 untuk pilihan jawaban Tidak Pernah (TP) dan
Sangat Tidak Sesuai (STS). Selanjutnya, skor pada pernyataan
unfavourable adalah 1 untuk pilihan jawaban Selalu (SL) dan Sangat
Sesuai (SS), 2 untuk pilihan jawaban Sering (S) dan Sesuai (S), 3 untuk
pilihan jawaban Jarang (J) dan Tidak Sesuai (TS), dan 4 untuk pilihan
jawaban Tidak Pernah (TP) dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Lebih lanjut,
skoring yang dilakukan terhadap Tes Pengetahuan tentang Pengobatan
Kanker Payudara adalah dengan dikotomis, yaitu untuk jawaban yang
tepat akan diberi skor satu (1) , sedangkan untuk jawaban yang tidak tepat
akan diberi skor nol (0).
4. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas menggunakan review personal judgement oleh
pembimbing. Peneliti menggunakan formula koefisien korelasi product
moment Pearson untuk mengukur daya beda item dan formula koefisien
reliabilitas alpha untuk mendapatkan reliabilitas alat ukur. Digunakan
program Statistical Product and Service Solution (SPSS) versi 16.0 untuk
mempermudah perhitungan.
a. Skala Kepatuhan Pasien
Berdasar hasil analisis, dari 40 item yang digunakan dalam
penelitian didapatkan 24 item sahih. Item yang sahih mempunyai nilai
daya beda item yang bergerak dari 0,317 sampai 0,648, dan koefisien
reliabilitas alpha 0,858.
b. Skala Resiliency
Berdasar hasil analisis, dari 42 item yang digunakan dalam
penelitian didapatkan 28 item sahih. Item yang sahih mempunyai nilai
daya beda item yang bergerak dari 0,338 sampai 0,701, dan koefisien
reliabilitas alpha 0,886.
c. Tes Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
Berdasar hasil analisis, dari 48 soal yang digunakan dalam
penelitian didapatkan 22 soal sahih. Soal yang sahih mempunyai nilai
daya beda soal yang bergerak dari 0,306 sampai 0,698, dan koefisien
reliabilitas alpha 0,728.
C. Hasil Analisis Data Penelitian
1. Uji Hipotesis
Pada awalnya, uji hipotesis pada penelitian ini adalah Regresi
Linier Ganda, namun uji hipotesis berubah karena data penelitian tidak
lolos pada Uji Liniearitas. Oleh karena itu metode analisis pun berubah
dari bersifat parametrik menjadi non-parametrik. Pelaksanaan penelitian
ini pun pada mulanya direncanakan untuk menggunakan try out terpakai.
Akan tetapi karena dalam prosesnya data penelitian tidak lolos pada Uji
Liniearitas, maka peneliti menambah responden khusus penelitian
sebanyak 20 orang. Penambahan responden penelitian tersebut bertujuan
agar data penelitian dapat Uji Asumsi Klasik Regresi Ganda, terutama Uji
Liniearitas. Namun sayangnya, setelah dilakukan penambahan responden,
data penelitian tetap tidak lolos pada Uji Liniearitas, sehingga akhirnya
Analisis Regresi Ganda tetap tidak memungkinkan untuk digunakan
sebagai analisis hipotesis. Sebagai alternatif, peneliti menggunakan
perhitungan statistik non-paramterik. Analisis statistik non-paramterik
yang akhirnya digunakan oleh peneliti untuk menguji hipotesis penelitian
adalah analisis non-paramterik multivariate Regresi Logistik
Ordinal/Analisis Ordinal.
Langkah pengujian hipotesis penelitian ini hanya dilakukan dengan
satu tahap, yaitu dengan menggunakan analisis multivariate nonparametrik Regresi Logistik Ordinal. Analisis Regresi Logistik Ordinal
digunakan sekaligus untuk melakukan uji simultan dan uji parsial.
Oleh karena itu, untuk menyesuaikan penelitian dengan metode
Analisis Regresi Logistik Ordinal, peneliti melakukan konversi data
penelitian variabel tergantung (kepatuhan pasien) yang pada awalnya
bersifat interval menjadi ordinal.
Pengkonversian data interval menjadi data ordinal adalah dengan
cara mengkategorikan data penelitian menjadi empat bagian sama besar,
yaitu menggunakan kuartil. Artinya terdapat tiga nilai yang akan
menjadikan sekumpulan data menjadi empat bagian yang sama banyak,
yaitu : kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3).
Dengan demikian berarti 25% data jatuh di bawah Q1,50% data jatuh di
bawah Q2, dan 75% jatuh di bawah Q3 (Yuliatmoko dan Sari, 2008).
Empat bagian data yang telah dipisah sama besar dengan menggunakan
kuartil tersebut dapat dijadikan dasar sebagai norma pengukuran. Norma
adalah pedoman yang digunakan untuk memisahkan subjek yang “baik”
dari subjek yang “kurang baik”.
a. Uji simultan variabel secara bersama-sama (Uji Regresi Logistik
Ordinal/Uji Regresi Ordinal)
Gozhali (2009) menambahkan bahwa regresi logistik ordinal
digunakan untuk menganalisis data di mana data variabel dependennya
bersifat ordinal (peringkat). Pendapat tersebut sesuai dengan yang
diutarakan oleh Yamin dan Kurniawan (2009) yaitu bahwa regresi
ordinal digunakan untuk memodelkan hubungan antara satu variabel
independen atau lebih dengan variabel dependen di mana variabel
dependen berskala ordinal (dalam tingkatan, ranking).
1) Uji Simultan (Uji Kecocokan Model)
Uji simultan (bersama-sama) pada Regresi Logistik Ordinal
adalah dengan menggunakan statistik Likelihood Ratio (LR) yang
mirip dengan uji F pada OLS biasa (Chairuddin dan Santoso,
2010).
Berdasarkan hasil perhitungan Uji Likelihood Ratio,
diketahui bahwa selisih kedua -2LogL sebesar 14,131 (161,231147,101) dengan df 2, dan nilai p = 0,001 (<0,05). dan nilai X2
(Chi-Square) hitung lebih besar dari X2 (Chi-Square) tabel
(14,13>5,991).
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model dengan
dimasukkannya variabel bebas lebih baik dibandingkan dengan
model yang hanya dengan intercept saja (memberikan kontribusi
ke dalam model). Sehingga uji simultan antara dua variabel bebas
(resiliency dan pengetahuan pasien tentang kanker payudara)
dengan variabel tergantung (kepatuhan pasien) adalah signifikan.
2) Uji Parsial masing-masing variabel bebas (Uji Regresi Logistik
Ordinal / Regresi Ordinal)
Selain dapat menguji secara simultan, Regresi Logistik
Ordinal juga dapat menguji variabel secara parsial (masing-masing
variabel bebas dengan variabel tergantung). Uji signifikansi parsial
dalam Regresi Logistik Ordinal adalah dengan menggunakan uji
nilai statsitik Wald (Choiruddin dan Santoso, 2010).
Berdasarkan hasil Uji Wald, dapat dilihat secara parsial
bahwa variabel bebas yang signifikan hanyalah variabel
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara. Nilai Statistik
Wald pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara memiliki
nilai signifikansi 0,001 (<0,05), sedangkan untuk variabel
resiliency tidak signifikan karena nilai signifikansi Satistik Wald
yang ditunjukkan adalah 0,998 (>0,05).
2. Analisis Deskriptif
Pengkategorian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
dengan menggunakan nilai kuartil, baik untuk data kepatuhan, resiliency,
maupun pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara. Peneliti
menggunakan kuartil untuk mengkategorikan data interval menjadi empat
tingkatan (data ordinal), yaitu : sangat tinggi, tinggi, sedang, dan rendah.
a. Kepatuhan Pasien
Pasien kanker payudara yang menjadi subjek penelitian
memiliki empat kategori/tingkat kepatuhan dalam menjalani
pengobatan, yaitu dari sangat tinggi hingga rendah. Subjek penelitian
rata-rata menunjukkan tingkat kepatuhan yang sangat tinggi, yaitu
sebesar 28,3% (17 responden) dari seluruh jumlah subjek. Nilai
tertinggi yang yang diperoleh subjek dalam penelitian ini adalah 96,
sedangkan nilai terendah adalah 60. Rentang skor Skala Kepatuhan
Pasien adalah 72. Mean empiric (rerata empirik) adalah 88,08
sedangkan mean hipotetic (rerata hipotetik) adalah 60.
b. Resiliency
Pasien kanker payudara yang menjadi subjek penelitian
memiliki empat kategori/tingkat resiliency, yaitu dari sangat tinggi
hingga rendah. Subjek penelitian rata-rata menunjukkan tingkat
resiliency yang sangat tinggi, yaitu sebesar 35% (21 responden) dari
seluruh jumlah subjek. Nilai tertinggi yang yang diperoleh subjek
dalam penelitian ini adalah 110, sedangkan nilai terendah adalah 62.
Rentang skor Skala Resiliency adalah 84. Mean empiric (rerata
empirik) adalah 95,22 sedangkan mean hipotetic (rerata hipotetik)
adalah 70.
c. Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara
Pasien kanker payudara yang menjadi subjek penelitian
memiliki empat kategori/tingkat pengetahuan dalam memahami
pengobatan kanker payudara, yaitu dari sangat tinggi hingga rendah.
Subjek penelitian rata-rata menunjukkan tingkat pengetahuan yang
sangat tinggi, yaitu sebesar 35% (21 responden) dari seluruh jumlah
subjek. Nilai tertinggi yang yang diperoleh subjek dalam penelitian ini
adalah 22, sedangkan nilai terendah adalah 7. Rentang skor Tes
Pengetahuan tentang Pengobatan Kanker Payudara adalah 22. Mean
empiric (rerata empirik) adalah 16,75 sedangkan mean hipotetic (rerata
hipotetik) adalah 12.
D. Pembahasan
1. Pembahasan Hasil Penelitian
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Hipotesis 1 yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara resiliency dan pengetahuan
tentang pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan pasien adalah
diterima. Nilai signifikansi uji Likelihood Ratio (LR) adalah signifikan,
yaitu 0,001 (<0,05) dengan X2hitung>X2tabel (14,131>5,991). Meskipun
demikian, dalam pengujian secara parsial yang dilakukan dengan
menggunakan Uji Wald, hanya menunjukkan hasil yang signifikan pada
Hipotesis 3, yaitu hubungan antara pengetahuan tentang pengobatan
kanker payudara dengan kepatuhan pasien. Namun, untuk Hipotesis 2
yaitu hubungan antara resiliency dengan kepatuhan pasien, tidak
menunjukkan hasil yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Hipotesis 2 penelitian ditolak dan Hipotesis 3 penelitian diterima.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwa
análisis simultan (bersama-sama) dalam penelitian ini terbukti memiliki
hubungan yang signifikan walaupun sebenarnya dalam análisis parsial
terdapat salah satu variabel bebas (resiliency) yang tidak berhubungan
secara signifikan dengan kepatuhan pasien. Hubungan yang signifikan
antara resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara
dengan kepatuhan pasien berarti bahwa ketika pasien memiliki resiliency
yang tinggi dan paham dengan aspek-aspek penting pengobatan kanker
payudara, maka pasien tersebut akan cenderung menunjukkan perilaku
patuh yang tinggi.
Resiliency dapat dipahami sebagai suatu faktor dan proses
psikologis yang tetap dapat berfungsi dengan baik serta berkelanjutan di
dalam keadaan atau situasi yang penuh stresor (Masten dkk dalam
Norman, 2000). Begitu pula halnya dengan pasien kanker payudara.
Seorang pasien kanker payudara yang menjalani serangkaian proses
pengobatan akan bersifat resilient apabila pasien mampu bertahan secara
psikis dalam menghadapi segala jenis stresor yang muncul, bersifat adaptif
dalam situasi penuh masalah, dan memiliki keseimbangan fungsi positif
sehingga pada akhirnya pasien tersebut akan patuh dalam menjalani
pengobatan hingga akhir.
Selain resiliency, hal lain yang memengaruhi kepatuhan pasien
adalah pengetahuan atau wawasan yang dimiliki oleh pasien tersebut
mengenai proses pengobatan yang dijalaninya. Pengetahuan pasien yang
rendah terhadap aspek penting terapi yang jalani akan berdampak buruk
pada kepatuhan (Louis-Simonet, 2004). Namun, ketika pasien kanker
payudara semakin paham dengan aspek-aspek penting pengobatannya,
maka kepatuhan yang ditunjukkan pun akan semakin tinggi pula. Pada
akhirnya, tinggi rendahnya tingkat resiliency pasien dan banyak sedikitnya
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara akan bersama-sama
memberikan kontribusi pada perilaku patuh yang ditunjukkan oleh pasien.
Nilai koefisien determinasi dalam Regresi Logistik Ordinal
menggunakan perhitungan Nagelkerke’s R2, adalah sebesar 0,224. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa sekitar 22,4% variabilitas variabel dependen
(kepatuhan pasien) mampu dijelaskan oleh variabel resiliency dan
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara, sedangkan 77,6%
sisanya diterangkan oleh variabel lain selain kedua variabel bebas tersebut.
Selain dari resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker
payudara, kepatuhan pasien dipengaruhi oleh faktor-faktor lain. Bosworth
(2008) menyebutkan bahwa kepatuhan pasien dapat dipengaruhi oleh
empat faktor besar, yaitu : karakteristik pasien, karakteristik klinis,
karakteristik petugas kesehatan atau tim medis, dan lingkungan sosial.
Hubungan parsial antara resiliency dengan kepatuhan pasien adalah
yang menggunakan Uji Wald menunjukkan p = 0,998(>0,05). Hasil itu
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara resiliency
dengan kepatuhan pasien, meskipun dalam penelitian ini rata-rata
responden memiliki tingkat resiliency dan kepatuhan pasien yang samasama sangat tinggi. Ketidaksignifikanan hubungan yang terjadi antara
resiliency dan kepatuhan pasien karena kenaikan resiliency tidak diikuti
dengan kenaikan kepatuhan pasien secara signifikan (berarti). Keadaan
tersebut dapat dilihat pada persebaran kategori responden penelitian pada
resiliency dan kepatuhan pasien. Dari hasil kategorisasi kedua variabel,
dapat dilihat bahwa ada ketidaksinkronan persebaran kategori antara
resiliency dengan kepatuhan pasien. Pada variabel kepatuhan pasien,
persebaran kategori responden adalah positif, dengan maksud semakin
tinggi sifat golongan kepatuhan, maka jumlah respondennya semakin
tinggi (banyak). Begitu pula sebaliknya, semakin rendah sifat golongan
kepatuhan, maka semakin rendah (sedikit) pula responden yang mewakili.
Hal itu berbeda dengan persebaran kategori responden resiliency yang
cenderung acak tak beraturan. Berdasarkan hasil tersebut akhirnya tidak
dapat diprediksi hubungan yang terjadi antara resiliency dengan perilaku
patuh yang ditunjukkan oleh pasien, berifat negatif ataukah positif.
Padahal seharusnya semakin tinggi tingkat resiliency yang dimiliki oleh
seorang pasien, maka akan semakin tinggi pula perilaku patuh yang
ditunjukkan dan begitu pula sebaliknya.
Hasil Uji Wald yang terjadi antara pengetahuan tentang
pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan pasien menunjukkan nilai
signifikansi 0,001(<0,05). Hubungan signifikan yang terjadi antara
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan
pasien adalah karena semakin paham seorang pasien kanker payudara
dengan aspek-aspek penting pengobatannya, maka pasien cenderung untuk
patuh dalam menjalani rangkaian pengobatannya hingga tuntas dan begitu
pula sebaliknya.
Dari pembahasan mengenai Hipotesis 1, 2, dan 3 di atas, dapat
disimpulkan bahwa variabel resiliency hanya dapat berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel tergantung (kepatuhan pasien) apabila diuji
secara bersama-sama dengan variabel lain, yang mana dalam penelitian ini
adalah pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara. Hal tersebut
dibuktikan dari hasil analisis bahwa Hipotesis 1 yang menguji hubungan
simultan, saat variabel resiliency diuji bersama-sama dengan variabel
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan
pasien, ternyata memiliki hubungan yang signifikan. Namun saat diuji
secara parsial, variabel resiliency tidak memiliki hubungan yang signifikan
dengan kepatuhan pasien, padahal variabel pengetahuan tentang
pengobatan kanker payudara tetap berhubungan dengan signifikan dengan
kepatuhan pasien.
Berdasarkan hasil Analisis Deskriptif, dapat diketahui bahwa ratarata responden penelitian menunjukkan perilaku patuh yang ”sangat
tinggi”, memiliki resiliency yang ”sangat tinggi”, serta memiliki
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara yang ”sangat tinggi”
pula.
Berdasarkan Analisis Deskriptif rentang usia di atas, peneliti
menemukan fenomena tentang pasien kanker payudara di RSUD Dr.
Moewardi Surakarta, terutama pada pelayanan yang khusus diperuntukkan
bagi pasien JAMKESMAS/PKMS/SKTM/JAMKESDA (pelayanan bagi
golongan pasien kurang mampu). Sebagian besar pasien kanker payudara
yang berasal dari golongan kurang mampu di RSUD Dr. Moewardi
ternyata telah berusia lanjut (yang dalam penelitian ini digolongkan ke
dalam rentang usia 41-60 tahun), yaitu 80% dari seluruh reponden
penelitian.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
11. Resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker secara bersama-sama
mempunyai hubungan yang signifikan dengan kepatuhan pasien, dengan hasil
Uji Likelihood Ratio (LR) p = 0,001 (<0,05) dan nilai X2hitung>X2tabel
(14,131>5,991). Analisis statistik tersebut menandakan bahwa Hipotesis 1
penelitian ini diterima.
12. Terdapat hubungan yang tidak signifikan antara resiliency dengan kepatuhan
pasien. Hasil Uji Wald antara resiliency dengan kepatuhan pasien
menunjukkan p = 0,998 (p>0,05). Berdasarkan analisis statistik tersebut,
dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 2 penelitian ini ditolak
13. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang pengobatan
kanker payudara dengan kepatuhan pasien. Hasil Uji Wald antara
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara dengan kepatuhan pasien
menunjukkan p = 0,001 (<0,05). Berdasarkan analisis statistik tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa Hipotesis 3 penelitian ini diterima.
14. Berdasarkan analisis statistitk Nagelkerke’s R2 diketahui bahwa sekitar 22,4%
variabilitas variabel dependen (kepatuhan pasien) mampu dijelaskan oleh
variabel resiliency dan pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara,
sedangkan 77,6% sisanya diterangkan oleh variabel lain selain kedua variabel
bebas tersebut.
15. Berdasarkan hasil Analisis Deskriptif, dapat diketahui bahwa rata-rata
responden penelitian menunjukkan perilaku patuh, resiliency, serta
pengetahuan tentang pengobatan kanker payudara yang ”sangat tinggi”. Hasil
Analisis Deskriptif juga menunjukkan bahwa sebagian besar pasien kanker
payudara yang berobat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta adalah berasal dari
golongan usia lanjut (80% dari seluruh responden penelitian).
B. Saran
Berdasarkan hasil dari penelitian ini, dapat diberikan saran antara lain :
1. Bagi responden penelitian, dapat lebih meningkatkan ataupun
mempertahankan pengetahuan dan pemahaman tentang pengobatan kanker
payudara demi meningkatkan perilaku patuh dalam menjalani pengobatan.
2. Bagi pihak keluarga responden, dapat membantu pasien untuk
meningkatkan ataupun mempertahankan pengetahuan mengenai aspekaspek penting pengobatan kanker payudara demi terciptanya perilaku
kepatuhan pasien.
3. Bagi pihak rumah sakit, terutama yang berkaitan langsung dengan proses
pengobatan pasien (dokter, suster, dan tim medis lain yang terkait), dapat
pula membantu pasien untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai aspek-aspek penting pengobatan kanker payudara demi
terciptanya perilaku kepatuhan pasien.
Usaha yang dapat dilakukan oleh pihak rumah sakit untuk mencapai hal di
atas adalah dapat dengan melakukan bimbingan konseling terhadap pasien,
meningkatkan komunikasi efektif dengan pasien, bersikap proaktif dalam
melayani pasien, ataupun dengan menyebarkan brosur/leaflet yang berisi
tentang pentingnya kepatuhan pasien serta informasi-informasi mengenai
pengobatan kanker payudara.
4. Bagi peneliti selanjutnya, dapat lebih diperhatikan cara pengambilan data
dan dikembangkan variabel psikologis lain di luar variabel yang telah
digunakan dalam penelitian ini, sehingga dapat dilihat sumbangan masingmasing variabel psikologis tersebut terhadap kepatuhan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2010. Breast Cancer. USA : American Cancer Society.
Anderson, John W. 2010. Stand by Her, A Breast Cancer Guide for Men. New
York : AMACOM, a division of American Management Association.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Penelitian.
Jakarta : Rineka Cipta.
Badan POM RI. 2006. Kepatuhan Pasien : Faktor Penting dalam Keberhasilan
Terapi. Artikel InfoPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia, 7(5), 1-3.
Bellenir, Karen. 2009. Health Reference Series Third Edition, Breast Cancer
Sourcebook. USA : Omnigraphics, Inc.
Block, Jack. 2002. Personality as an Affect-Processing System Toward an
Integrative Theory. New Jersey : Lawrence Erlbaum Associates, Inc.
Bosworth, Hayden B. 2008. Patient Treatment Adherence, Concepts,
Interventions, and Measurement, Edited by Hayden B. Bosworth, Eugene Z.
Oddone, and Morris Weinberger. New Jersey : Taylor & Francis e-library.
. 2010. Improving Patient Treatment Adherence, A
Clinician’s Guide. New York : Springer Science + Business Media, LLC.
Burge, Sandra; White, Darryl; Bajorek, Ellen; Bazaldua, Oralia; Trevino, Juan;
Albright, Theresa; Wright, Frank; and Cigarroa, Leo. 2005. Correlates of
Medication of Knowledge and Adherence : Findings from the Residency
Research Network of South Texas. Journal of Familiy Medicine, 37(10),
712-718.
Case Management Society of America. 2004. CMAG-1, Case Management
Adherence Gudlines version 1.0, Guidelines from the Case Management
Society of America for Improving Patient Adherence to Medication
Therapies. USA : Case Management Society of America.
Chairuddin dan Santoso, Rokhedi Priyo. 2010. Willingness to Apply dan
Partisipasi Kerja pada Perusahaan Multinasional. Sinergi : Kajian Bisnis dan
Manajemen, 12(1), 79-87.
Data Sekunder 1. 2011. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan dr.
Widyanti Soewoto, SpB.SpONK pada 21 April di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta.
Data Sekunder 2. 2011. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan
Bpk. Sutasmo, Pegawai Bagian Pendidikan dan Penelitian RSUD Dr.
Moewardi Surakarta pada 2 Agustus di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.
DiMatteo, M. Robin; Haskard, Kelly B.; and Williams, Summer L. 2007. Helath
Beliefs, Disease Severity, and Patient Adherence A Meta-Analysis. Journal
of Medical Care, 45(6), 521-528.
Dr. Moewardi Rumah Sakit Umum Daerah. 2011. Kami Senang Melayani Anda
dengan Cepat, Tepat, Nyaman, dan Mudah. 19 Agustus 2011. Retrieved
from www. rsmoewardi.com.
Elliot, Stephen N.; Kratochwill, Thomas R; Littlefield, Joan; and Travers, John F.
1999. Educational Psychology, Effective Teaching Effective Learning,
Second Edition. Singapore : McGraw-Hill Book Co.
Ferlay, Jacques; Hery, Clarisse; Autier, Philippe; and Sankaranarayanan,
Rengaswamy. 2010. Breast Cancer Epidemiology, Edited by Christopher I.
Li. New York : Springer cience + Business Media, LLC.
Goldbeck, Rainer; Tomlinson, S.; Bouch, J. 1999. Patients’ Knowledge and
Views of Their Depot Neuroleptic Medication. Journal of the Psychiatric
Bulletin, 23, 467-470.
Gozhali, Imam. 2006. Statistik Non-Parametrik : Teori & Aplikasi dengan
Program SPSS. Semarang : Badan Penerbit UNDIP.
Gumelar, Amalia Sari. 2010. Breast Cancer Real Threat ro Ri’s Women :
Minister. Artikel. The Jakarta Post edisi 11 Oktober, h.4.
Hadi, Sutrisno. 2004. Statistik Jilid 1. Yogyakarta : Andi.
____________. 2004. Statistik Jilid 2. Yogyakarta : Andi.
Harris, Neil; Baker, John; and Gray, Richard. 2009. Medicine Management in
Mental Health Care. West Sussex : Blackwell Publishing, Ltd.
Irawan, Cosphiadi; Sutandio, Noorwati; Sutjipto; Harsal, Asrul; Prayogo,
Nugroho. 2009. Study of Docetaxel (Brexel) as Single Treatment for
Metastatic Breast Cancer at Dharmais Hospital, Jakarta, Indonesia.
Departement of Oncology, Dharmais National Cancer Center-RSCM, 1-21.
Kelly, Jennifer. 2000. Adverse Drug Effects, A Nursing Concern. London :
Athenaeum Press Ltd, Gateshead, Tyne & Wear.
Kemp, Wendy. 2001. Persistence of Adult Learners in Distance Education.
Thesis. Athabasca University : not published.
Lapinski, Lukasz. 2009. Non-Compliance in Cancer Treatment. European Journal
of Oncology Pharmacy, 3, 13.
Lo Sasso, A.A.; Lane, J.L.; and Malloy, R.B. 2005. Using Standardized Patient
Outcome to Measure the effect of Teaching Asthma-Related Patient
education and Information-Giving Skills to Medical Students. Teach Learn
Med, 17(3), 228-232.
Louis-Simonet, M.; Kossovsky, M.P.; Sarasin, F.P.; Chopard, P.; Gabriel, V.;
Perneger, T.V.; and Gaspoz, J.M. 2004. Effect of a Structured PatientCentered Discharge Interview on Patients’ Knowledge About Their
Medication. Journal of Am J Med, 117(8), 563-568.
Maddi, Salvatore & Harvey, Richard H. 2006. Handbook of Multicultural
Perspective on Stress and Coping, Edited by Paul T.P. Wong, Ph.D. and
Lilian C.J.Wong, Ph.D. New York : Springer Science + Business Media,
Inc.
Marque, Patricia Andrea Crippa & Pierin, Angela Maria Geraldo. 2007. Factors
That Affect Cancer Patient Compliance to Oral Antineoplastic Therapy.
Journal of Acta Paul Enferm, 21(2), 323-329.
Murphy, Judy. 2007. HIMSS Nursing Informatics Quarterly Webinar_Using IT to
Support Evidence-Based Nursing Practice at the Point of Care_June 27.
Seminar. Wisconsin : not published.
Niedderer, Kristina. 2007. Mapping the Meaning of Knowledge in Design
Research. Design Research Quarterly, 2(2), 1-27.
Norman, Elaine. 2000. Resiliency Enhancement, Putting the Strengths Perspective
Into Social Work. Practice. New York : Columbia University Press.
Odgen, Joy. 2004. Understanding Breast Cancer. West Sussex : John Wiley &
Sons, Ltd.
Partridge, Ann .; Ades, Terri; Spicer, Patricia; Englander, Linda; and Wickerham,
D. Lawrence. 2007. Helping Breast Cancer Patients Adhere to Oral
Adjuvant Hormonal Therapy Regimens. Journal of Commun Oncol, 4(12),
725-731.
Patton, Jeffrey. 2008. Increased Use of Oral Chemotherapy Drugs Spur Increased
Attention to Patient Compliance. Journal of Oncology Practice, 4(4), 175177.
Phye, Gary D. 1997. Handbook of Academic Learning Construction of
Knowledge. California : Academic Press.
Priyatno, Duwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS (Statistical Product and Service
Solution) untuk Analisis Data & Uji Statistik. Yogyakarta: MediaKom.
Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik dengan SPSS. Yogyakarta:
Mediakom.
Purnomosari, Dewajani. 2006. Molecular Analysis of Early Onset Indonesian
Breast Cancer. Disertation. Utrecht University Netherlands : not published.
Sapp, Debbie; Horn-Loiben, Trancy C.; Nicholas, Ashley; and Franklin, Travis.
2004. Circle of Courage : Involve to Evolve. Article of North American
Association of Christians in Social Work (NACSW), 1-18.
Setyaningsih, Febi Dwi. 2011. Hubungan antara Dukungan Emosional Keluarga
dan Resiliensi dengan Kecemasan Menghadapi Kemoterapi. Skripsi.
Universitas Sebelas Maret Surakarta : Tidak Diterbitkan.
Skehill, Claire M. 2001. Resilience, Coping with an Extended Stay Outdoor
Education Program, and Adolescent Mental Health. Disertation. Psychology
Faculty at Canberra University : not published.
Suryabrata, Sumadi. 1987. Pengembangan Tes Hasil Belajar. Jakarta : Rajawali
Pers.
Thompson, Rosemary A. 2006. Nurturing Future Generations, Promoting
Resilience in Children and Adolescents Through Social, Emotional, and
Cognitive kilss, Second Edition. New York : Routledge Taylor & Francis
Group.
Tim DIKLIT RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2011. Profil Pelayanan Dr.
Moewardi Rumah Sakit Umum Daerah;, Cepat, Tepat, Nyaman, dan
Mudah. Surakarta : tidak diterbitkan.
Vermeire, E.; Heranshaw, H.; Royen, P. Van; and Denekens, J. 2001. Patient
Adherence to Treatment ; Three Decades of Research, A Comprehensive
Review. Journal of Clinical Pharmacy and Therapeutics, 26, 331-342.
Wainwright, Cristopher. 2001. Knowledge Management Aspects of Knowledge.
“Management Services”Journal November 2001, 1-8.
Wilson, John P. & Agaibi, Christine E. 2006. The Posttraumatic Self, Restoring
Meaning and Wholeness to Personality, Edited by John P. Wilson. New
York : Routlegde Taylor & Francis Group, LLC.
Yegenoglu, Selen; Wertheimer, Albert L.; and Dubin, William R. 2003.
Demographical Factors Affecting Patient Compliance (Adherence) to
Medications in an Outpatient-Psychiatric Clinic : A Preliminary Study.
FABAD J. Pharm. Sci., 28, 77-84.
Yuliatmoko, Pangarso dan Sari, Retno Dewi. 2008. Matematika untuk SMA/MA
Kelas XI Program Bahasa. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional.
Yamin, Sofyan dan Kurniawan, Heri. 2009. SPSS Complete : Teknik Analisis
Statistik Terlengkap dengan Software SPSS. Jakarta : Penerbit Salemba
Infotek.
Download