i HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS

advertisement
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS
DENGAN KELANCARAN ASI DI BPM ATIKA, Amd.Keb,
KAB. MADIUN
PENELITIAN DOSEN
Oleh :
Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes
NBM : 120173
AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
MADIUN
2016
i
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS
DENGAN KELANCARAN ASI DI BPM ATIKA, Amd.Keb,
KAB. MADIUN
PENELITIAN DOSEN
Oleh :
Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes
NBM : 120173
AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH
MADIUN
2016
i
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran ASI
Di BPM Atika, Amd.Keb Kab. Madiun
Oleh :
Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes
Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari Di BPM Atika,
Amd.Keb, Madiun. Jumlah ibu post partum pada bulan Januari 2016 sebanyak 30
ibu nifas, 11orang tidak melakukan perawatan payudara dan ASI tidak lancar
(36,66%), 19 orang melakukan perawatan payudara angka keberhasilannya ASI
lancar sebanyak 10 orang (33,33%), ASI tidak lancar 9 orang (30%), ada beberapa
hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar, diantaranya
rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan payudara, kurangnya
pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan,
kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan perawatan
payudara dengan kelancaran ASI di Di BPM Atika, Amd.Keb Kab. Madiun
Jenis penelitian ini adalah analitik, dan menggunakan metode pendekatan
cross sectional. Populasi dan sampelnya adalah semua ibu nifas sebanyak 30
responsen. Sampling yang digunakan adalah non probability sampling. Variabel
independent adalah perawatan payudara dan variabel dependent adalah kelancaran
ASI.Pengambilan data dengan menggunakan rekam medik dan kuesioner. Untuk
mengumpulkan data peneliti menggunakan lembar kuesioner dan menggunakan
uji korelasi chi-square dengan p = 0,005.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu nifas melakukan
perawatan payudara secara baik seluruhnya 18 responden (100%) dan pengeluaran
produksi ASI lancar 23 responden (76,6%) dan pengeluaran ASI tidak lancar
sebanyak 7 responden (23,3%). Berdasarkan uji statistik korelasi diperoleh hasil
nilai X2 hitung sebesar 7,507 dengan nilai X2 tabel untuk (p ≤0,05) adalah sebesar
5,991. Sehingga Ho ditolak.
Kesimpulan ada hubungan antara perawatan payudara pada ibu nifas dengan
kelancaran ASI. Maka perlu diadakan peningkatan sosialisasi tentang perawatan
payudara yang dapat meningkatkan volume ASI dan yang tak kalah penting untuk
mencegah bendungan ASI pada payudara.
Kata kunci : Pelaksanaan Perawatan Payudara, Kelancaran ASI dan Ibu Nifas
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul
“Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran ASI Di BPM
Atika, Amd.Keb Kab. Madiun”.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Penelitian
ini,
diantaranya:
1. Faqih Ruhyanudin, M.Kep.,Sp.Kep.M.B selaku Direktur Akademi
Kebidanan Muhammadiyah Madiun
2. Bidan Atika, Amd.Keb selaku pemilik BPM.
3. Dosen dan karyawan Akbid Muhammadiyah Madiun yang terkait dalam
penyelesaian penelitian ini.
Penyusun menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharap kritik, dan saran
yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan Penelitian ini.
Akhirnya, saya berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi
perkembangan dunia kesehatan khususnya bagi pembaca sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan.
Madiun,
Januari 2016
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
ii
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii
MOTTO ........................................................................................................... iv
ABSTRAK .......................................................................................................
v
KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1
1.2 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah ..........................................
4
1.3 Batasan Masalah ............................................................................
4
1.4 Rumusan Masalah .........................................................................
5
1.5 Tujuan Penelitian ...........................................................................
5
1.6 Manfaat Penelitian .........................................................................
5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu .....................................................................
7
2.2 Teori dasar .....................................................................................
9
viii
2.3 Anatomi Payudara ......................................................................... 11
2.4 Perawatan Payudara ..................................................................... 23
2.5 Kelancaran Asi .............................................................................. 29
2.6 Kerangka Konsep .......................................................................... 35
2.7 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 36
BAB III TINJAUAN KASUS
3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 37
3.2 Rancangan Penelitian .................................................................... 38
3.3 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 39
3.4 Populasi Penelitian ........................................................................ 40
3.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 41
3.6 Definisi Operasional ...................................................................... 42
3.7 Lokasi dan waktu penelitian .......................................................... 43
3.8 Pengumpulan data ......................................................................... 43
3.9 Etika Penelitian ............................................................................. 47
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 49
4.2 Pembahasan ................................................................................... 55
4.3 Keterbatasan .................................................................................. 62
BAB VPENUTUP
5.1 Kesimpulan.................................................................................... 63
5.2 Saran .............................................................................................. 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
3.1 Definisi Operasional .................................................................
42
3.2 Tabulasi Silang .........................................................................
47
3.3 Tingkat Hubungan Variabel......................................................
50
4.1 Tabulasi Silang .........................................................................
54
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
2.1 Kerangka Konsep ......................................................................
35
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................
38
3.2 Kerangka Kerja Penelitian .........................................................
39
4.1 KarakteristikResponden Berdasarkan Umur.............................
50
4.2 KarakteristikResponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ......
51
4.3 KarakteristikResponden Berdasarkan Paratis ...........................
51
4.4 Perawatan Payudara ..................................................................
52
4.5 Kelancaran Asi ..........................................................................
53
xi
LAMPIRAN
1. Lembar permohonan surat ijin penelitian
2. Lembar Konsultasi
3. Lembar permohonan menjadi responden
4. Lembar persetujuan menjadi responden
5. Lembar kuesioner
6. Lembar jawaban kuesioner
7. Lembar tabulasi data
8. Lembar tabel distribusi
9. Lembar nilai-nilai chi kuadrat
xii
DAFTAR SINGKATAN
ASI
: Air Susu Ibu
DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia
dk
: Derajat Kebebasan
RSUD
: Rumah Sakit Umum Daerah
SDKI
: Demografi Dan Kesehatan Indonesia
xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di Indonesia pengetahuan, kesadaran, kemampuan ibu dalam memberikan
hak asasi ibu dan hak asasi bayi menikmati air susunya sangat memprihatinkan
(suaramerdeka, 2008).Padahal seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan
ASI nya pada bayi yang telah dilahirkannya. Dengan kodrat itu merupakan suatu
proses alamiah dan juga merupakan tugas mulia bagi ibu sendiri demi
keselamatan diri si bayi di kemudian hari (Manuaba, 1991).Banyak ibu masih
beranggapan bahwa aktifitas menyusui kerap dihubungkan dengan keindahan
payudara. Pakar ASI dr Utami Roesli, Spesialis Anak, dalam sebuah seminar ASI
mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk
payudara, tapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan tersebut.
Namun itu bukan berarti tidak ada cara membuat payudara indah dan kencang.
Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui selain terlihat indah, perawatan
payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan si kecil
mengkonsumsi ASI (Suriviana, 2005).Perawatan payudara dan puting sangat
penting dalam proses laktasi. Kedua perawatan ini seringkali menjadi
“penyelamat” bagi ibu dalam melewati masa-masa awal menyusui yang kadang
terasa sangat berat.Misalnya jika terjadi puting lecet, seringkali lecetnya ringan
saja. Awal yang baik niscaya membuat proses selanjutnya berjalan dengan baik
pula. Dari awal yang baik tersebut tidak terlepas dari pengetahuan ibu sendiri
1
2
dalam merawat payudaranya.Demikian halnya dengan menyusui, ibu yang lebih
tahu tentang perawatan payudara maka cenderung mempunyai keinginan lebih
besar dalam menyusui (riau pos, 2008).
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2009 ada
beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif, diantaranya adalah
karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara
menyusui yang benar yaitu sebesar 19,07%, kurangnya pelayanan konseling
laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan sebesar 15,23%, persepsi masyarakat
yang salah kaprah mengartikan tentang ASI sebesar 20,40%, prilaku bagi para ibu
bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 21,12%, dan pemasaran
agresif oleh perusahaan-perusahaan pembuat susu bayi yang tidak hanya
mempengaruhi para ibu, namun juga para petugas kesehatan sebesar 24,18%
(Winoto & Assefa, 2003). Pada tahun 2006 cakupan standar nasional pemberian
ASI Eksklusif telah di tetapkan yaitu 80% (Amirudin, 2007). Dari hasil rekap
laporan ASI Eksklusif di seluruh Puskesmas Kota Surabaya tahun 2008 jumlah
bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 40,07%. Dengan teknik menyusui
yang benar yang hanya 22% dari ibu yang memberikan ASI eksklusif, Namun
pada tahun 2007 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun menjadi
38,44% (Dinkes Surabaya 2008 – 2009).Dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto
tahun 2008 sasaran bayi 0-6 bulan jumlah 12.731 yang diberi ASI hanya 1.732,
dengan teknik menyusui yang benar yang hanya 17,2% (Profil Dinkes,2008).
Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari RSUD Sogaten,
Madiun. Jumlah ibu post partum pada bulan April 2016 sebanyak 30 ibu nifas,
3
11orang tidak melakukan perawatan payudara dan ASI tidak lancar (36,66%), 19
orang melakukan perawatan payudara angka keberhasilannya ASI lancar
sebanyak 10 orang (33,33%), ASI tidak lancar 9 orang (30%), ada beberapa hal
yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar, diantaranya
rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan payudara, kurangnya
pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan,
kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara.
Dampak dari tidak melakukannya perawatan payudara dapat mengakibatkan
beberapa dampak negatif yaitu puting susu tidak menonjol, anak susah menyusui,
ASI lama keluar, produksi ASI terbatas, payudara meradang, payudara kotor, ibu
belum siap menyusui, kulit payudara terutama puting akan mudah lecet,
pembekakan payudara atau bendungan ASI. Bendungan ASI (Engorgement) itu
dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul
pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan, penyababnya
dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan
panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah
melahirkan.Jika payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan
infeksi maka terjadi mastitis.Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika
tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses.Abses payudara yang
merupakan kelanjutan dari mastitis.
Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara harus dirawat dengan
baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang mungkin akan
terjadi selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara indah kembali,
4
perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan memudahkan bayi saat
menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah payudara terluka selama
menyusui.Agar lebih optimal, sebaiknya mulai melakukan perawatan payudara
sejak masa kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk
mempersiapkan payudara untuk menyusui setelah melahirkan. Pelaksanaan
perwatan payudara setelah melahirkan dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut lakuakan 2 kali sehari. (Huliana,
2003).
1.2
Identifikasi Faktor Penyebab masalah
Pelaksanaan perawatan payudara pada ibu post partum sangat kurang, hal
ini di sebabkn kurangnya informasi dari tenaga kesehatan, adanya rasa takut dan
malas serta tidak ketersediaan waktu untuk melakaukan perawatan payudar
Pemberian ASI sendiri terhambat oleh beberapa hal yang salah satunya adalah
teknik pemberian ASI yang salah, yang bisa mengakibatkan puting lecet,
payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara dan bayi
enggan menyusu (Dinkes Surabaya, 2010).
1.3
Batasan Masalah
Dari berbagai faktor yang dipengaruhi perawatan payudara peneliti
membatasi pada faktor-faktor tingkat pengetahuan.
5
1.4
Rumusan masalah
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“Adakah hubungan antara perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran
ASI?”.
1.5
Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI
di Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun.
1.5.2
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi ketepatan perawatan payudara
2. Mengidentifikasi kelancaran ASI
3. Menganalisis adanya hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan
kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun.
1.6 Manfaat penelitian
1.1. Manfaat teoritis
Memberikan informasi yang berguna dalam ilmu kebidanan khususnya tentang
perawatan payudara yang berpengaruh dengan kelancaran ASI pada ibu nifas.
1.2 Manfaat Praktis
a) Bagi masyarakat
Memberi wawasan terhadap ibu nifas tentang perawatan payudara.
6
b) Bagi pelayanan kesehatan
Memberikan
masukan
kepada
tenaga
kesehatan
untuk
berperan
aktif
dalammningkatkan pengetahuan ibu dengan perawatan payudara.
c) Institusi pendidikan
Sebagai bahan pustaka atau bacaan mengenai penelitian yang dilakukan, masukan
informasi terbaru tentang hubungan perawatan payudara dengan kelancaran
pemberian ASI.
d) Bagi peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lebih lanjut
dalam meneliti perawatan payudara dengan kelancaran ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu oleh Nur Solichah (2011) berjudul “Hubungan
Perawatan Payudara Pada Ibu Postpartum denganKelancaran Pengeluaran Asi di
Desa Karang Duren KecamatanTengaran Kabupaten Semarang” merupakan
penelitin analitik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi
korelasi, populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu post-partum pada hari
ketiga sampai enam minggu pada bulan Februari-Maret 2011 sebanyak 31 ibu
postpartum. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total Sampling dengan
sampel 31 ibu post partum pada hari 3-6 minggu. Analisa data menggunakan
analisis Chi-Squaresebagian besar responden (51,6 %) mempunyai perawatan
payudarapada masa nifas yang kurang baik. Ibu post partum di Desa Karangduren
KecamatanTengaran Kabupaten Semarang sebagian besar (51,6 %) mempunyai
kelancaran pengeluaranASI yang lancar. Ada hubungan antara perawatan
payudara pada ibu post partum dengankelancaran pengeluaran ASI di Desa
Karang Duren Kecamatan Tengaran KabupatenSemarang dengan p = 0,007.
Dari hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan ρvalue
0,007<0,05sehingga ada hubunganyang bermakna antara perawatan payudaraibu
post partum dengan kelancaranpengeluaran ASI di Desa KarangdurenKecamatan
Tengaran
KabupatenSemarang.Dari
hasil
penelitian
menunjukkanbahwa
persentase sebanyak 16 respondenyang melakukan perawatan payudarakurang
7
8
baik, Sebanyak 12 responden(75,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nyatidak lancar
dan sebanyak 4 responden(25%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Jadi
dapat disimpulkan bahwa ibupost partum yang melakukan perawatanpayudara
kurang baik kelancaranpengeluaran ASI-nya tidak lancar lebihbesar dibandingkan
kelancaranpengeluaran ASI-nya lancar. Dari 15responden yang melakukan
perawatanpayudara baik, sebanyak 3 responden(20,0%) kelancaran pengeluaran
ASI-nyatidak lancar dan sebanyak 12 responden(80,0%) kelancaran pengeluaran
ASI-nyalancar, jadi dapat disimpulkan bahwa ibupost partum yang melakukan
perawatanpayudara baik kelancaran pengeluaranASI-nya lancar lebih besar
dibandingkankelancaran pengeluaran ASI-nya tidaklancar.Dari 16 responden
sebanyak 3responden melakukan perawatan payudarakurang baik, tetapi
kelancaran
pengeluaranASI-nya
lancar.Hal
ini
disebabkanbanyak
ibu
mengeluhkan bayinya tak maumenyusu, hal ini dapat juga disebabkanoleh faktor
teknis ini, air susu ibu jugadipengaruhi asupan nutrisi bisa dipenuhidengan
tambahan asupan kalori 500 kkalperharinya, khususnya nutrisi kaya protein(ikan,
telur, hati), kalsium (susu) danvitamin (susu, buah). Juga, banyak konsumsi air
putih. Sedangkan faktor psikologis dengan menciptakan suasana santai dan
nyaman, tidak terburu-buru dan tidak stress saat meneteki bayi. (Saryonodan
Pramitasari, 2008)
9
2.2 Teori Dasar Masa Nifas
2.1.1 Pengertian
Nifas adalah masa pulihnya, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini 6-8 minggu. (Mochtar,
1998:115)
Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6
minggu. (Sarwono, 1999)
Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6
minggu.(Sarwono, 2003)
2.1.2 Fisiologis Masa Nifas
Hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas yang
memberi tanda dan ciri adanya tanda-tanda his. Hal ini dianggap perubahan
normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu
mengembalikan keadaan seperti sebelum hamil.
1. Laktasi
Menurut Mochtar (1998:117) untuk menghadapi laktasi (menyusui) sejak
dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar-kelenjar, yaitu:
a) Poliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah
b) Keluarnya cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna
kuning putih susu
c) Hipervaskulurasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena
berdilatasi sehingga nampak jelas
10
d) Setelah persalinan pengaruh supersi astrogen dan progesteron hilang. Maka
timbul pengaruh laktogenik hormone (LH) atau prolaktin yang akan
merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan
mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan
banyak sesudah 2-3 hari post partum.
Menurut Ibrahim (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan
dan pengeluaran ASI, antara lain:
a) Faktor anatomis buah dada
Produksi ASI akan menjadi dilobulus yang akan berkumpul menjadi
lobus. Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, jumlah lobulus juga
akan berkurang sehingga produksi ASI berkurang karena sel-sel acini yang
menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang.
b) Faktor fisisologis
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dikeluarkan
oleh selalfa dari lobus anterior kelenjar hipophyse. Hormon ini merangsang sel
acini untuk membentuk ASI, apabila ada kelainan rangsanganl pada sel acini
berkurang sehingga pembentukan ASI berkurang.
c) Nutrisi
Apabila dalam makanan ibu terus menerus kekurangan gizi, persediaan
alam tubuh akan habis sehingga kualitas dan kuantitas ASI menurun.
11
d) Faktor istirahat
Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan tubuh, apabila
kurangistirahat akan mengalami kelelahan sehingga pembentukan dan
pengeluaran ASI berkurang.
e) Faktor isapan anak
Isapan anak akan merangsang otot puting susu yang akhirnya
merangsang otot polos dalam buah dada agar berkontraksi. Kontraksi sangat
penting untuk pembentukan dan pengeluaran ASI.
f) Faktor obat
Obat yang dapat mempengaruhi adalah obat yang mengandung hormon.
Hormon akan mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat penting
mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI.
g) Faktor psikologis
Kecemasan,
kesediaan
dapat
menyebabkan
ketegangan
yang
mempengaruhi fungsi saraf, pembuluh darah, dan sebagainya.
2.3
Anatomi Payudara
2.2.1 Struktur Payudara
Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada tiap payudara, terdapat
sekitar 20 lobus yang memiliki sistem saluran (ductus system). Saluran utama
bercabang menjandi saluran-saluarn kecil yang berakhir pada sekelompok sel
yang memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran tersebut melebar menjadi
12
penyimpanan susu dan bertemu pada puting susu, sel otot mengelilingi alveoli.
(Riksani, 2016:13)
Payudara wanita, disebut juga glandula mammaria, adalah alat reproduksi
tambahan.
1) Letak
Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara
costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding
rongga dada di atas
musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh
ligamentum suspensorium.
2) Bentuk
Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai
ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (disebut cauda
axillaris spence)
3) Ukuran
Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium
perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak
lebih besar daripada payudara yang lain. (sylvia, 1997:1)
2.2.2 Struktur Makroskopis
Ada tiga bagian utama payudara, yaitu :
1) Cauda axillarisadalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla.
2) Areola, adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan
mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira
2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih
13
gelap pada waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula
sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum
Montgomery.
3) Papilla mammae, terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4.
Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm,
tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat
peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostimus papillare
kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus lactifer ini dilapisi
oleh epitel. (sylvia, 1997:1)
2.2.3 Struktur Mikroskopis
Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung
sejumlah jarinagan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi
menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh
lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai
segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit
fungsional yang berisi dan tersusun atas bangun sebagai berikut :
1. Alveoli,yang mengandung sel-sel yang mengkresi air susu. Setiap alveolus
silapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini, yang
mengekstraksi faktor-faktor dari darahyang penting untuk pembentukan air
susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel niopitel yang kadang-kadang
disebut sel „keranjang‟ (basket cell) atau sel „ laba-laba‟ (spider cell). Apabila
sel-sel dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air
susu ke dalam ductus lactifer.
14
2. Tubulus lactifer, saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli.
3. Ductus lactifer, adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus
lactifer.
4. Ampula, adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan
tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola.
4) Lanjutan masing-masing ductus laktifer, meluas dari ampulla sampai muara
papilla mammae. (sylvia, 1997:2)
2.2.4 Vaskularisasi
Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria interna,
arteria mammaria externa, dan arteria-arteria intercostalis superior. Drainase
vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke dalam vena
mammaria interna dan vena axillaris. (sylvia, 1997:3)
2.2.5 Drainase limfatik
Drainase limfatik terutama ke dalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan
dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh
limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.(sylvia,
1997:3)
2.2.6 Persarafan
Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon, tetapi kulitnya
dipersarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf
simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla mammae. (sylvia, 1997:3)
15
2.2.7 Tahap-tahap Perkembangan Payudara
Saat lahir, payudara sebagian besar terdiri atas duktus laktiferus dengan
sedikit, jika ada alveoli. Kelenjar mammae yang rudimeter ini memiliki sedikit
fungsi sekretorik (air susu palsu) dalam beberapahari setelah lahir. Sekresi
payudara pada masa nenatal terjadi akibat kadar prolaktin yang tinggi pada bayi
baru lahir setelah pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi
estrogen plasenta yang tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang
dari sirkulasi nenatal, payudara memasuki fase tenang sampai pubertas.Pada
pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus.
Duktus-duktus ini bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung
duktus ini membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan membentuk
aveolu lobular. Payudara dan alveoli kemudian membesar. Saat menarche, sekresi
esterogen dan progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan pada
pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimeter. Kortikosteroid adrenal
selanjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus. Payudara terus membesar
selama beberapa waktu setelah menarke akibat timbunan lemak dan jaringan
ikatan bahan. Deferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi
sampai kehamilan.
Pertumbuhan dan perkembangan payudara dapat dibagi menjadi empat
fase : istirahat, perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi.
Saat lahir, struktur hanya sebuah puting payudara dan beberapa duktus
rudimenter, dengan sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal evolusi
dari modifikasi kelenjar keringat apokria. Sampai pubertas, saatnya
16
perkembangan yang terjadi mungkin adalah percabangan duktus. Terjadi
penurunan insiden kanker payudara pada populasi yang banyak mengonsumsi
fito-estrogen (senyawa mirip-esterogen yang berasal dari tumbuhan).Diperkirakan
fito-esterogen merangsang perkembangan sel payudara pada masa anak dan
pubertas sebelum kehamilan.Sel yang berdiferensiasi baik ini mungkin lebih
resiten terhadap pembentukan tumor. (Adlecreutz, 1995)
2.2.8 Refleks yang mempengaruhi produksi ASI
Terdapat banyak releks yang mempengaruhi produksi ASI. Ada refleks pada
ibu dan refleks pada bayi, keduanya berperan besar dalam proses tubuh untuk
menghasilkan ASI.
Refleks pada ibu ada tiga, yaitu:
a) Refleks prolaktin
Bayi menghisap payudara dan menstimulasi ujung syaraf. Syaraf inilah
yang kemudian memerintahkan otak untuk mengeluarkan hormon, yaitu
hormon prolaktin. Prolaktin merangsang alveoli (sel kelenjar) untuk
menghasilkan lebih banyak air susu. Menyusui dengan sering adalah cara
terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak.
b) Let-Down Reflex
Hormon oksitosin yng dikeluarkan tubuh menyebabkan sel-sel otot
disekitar alveoli berkontraksi sehingga mendorong air susu masuk
kesaluran penyimpanan
dan akhirnya bayi
dapat
menghisapnya.
Terjadinya refleks ini dipengaruhi oleh kondisi jiwa ibu. Melalui refleks
ini, terjadi pula kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan
17
mengurangi perdarahan. Oleh karena itu, bayi perlu disusui segera
mungkin.
c) Semakin bayi menghisap, semakin banyak susu yang dihasilkan.
Gambar : Refleks Prolaktin dan Oksitosin
Sama seperti refleks pada ibu, refleks pada bayi yang berpengaruh dalam
proses menyusui pun ada tiga.
a) Rooting Refleks atau Refleks Mencari
Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh ke arah sentuhan. Bila
bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha
mencari puting untuk menyusu. Refleks ini sangat penting selama proses
menyusui karena bayi akan menggunakan refleks ini untuk memulai
menyusu.
b) Refleks menghisap
Bayi sudah bisa menghisap sejak lahir. Semakin sering menghisap,
produksi ASI pun akan semakin berlimpah. Refleks ini akan terlihat bila
ada sesuatu yang merangsang langit-langit mulutnya, biasanya puting susu.
18
c) Refleks menelan
Saat ada sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya, dalam hal ini air susu,
bayi sudah bisa menelanya.
2.2.9 Kolostrum
Kolostrum berasal dari bahasa latin adalah susu yang dihasilkan oleh
kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran
bayi. Kolostrum warnanya kekuningan dan kental penting bagi bayi karena
mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh.Kolostrum (196)
mengandung banyak karbohidrat, protein, anti body dan sedikit lemak (yang sulit
dicerna bayi) bayi memiliki sistem pencernaan kecil dan kolostrum memberinya
gizi
dalam
konsentrasi
tinggi.Kolostrum
juga
mengandung
zat
yang
mempermudah bayi membuang air besar pertama kali yang disebut meconium.Hal
ini membersihkannya dari Bilirubin, yaitu sel darah merah yang mati yang
diproduksi ketika kelahiran.
Kolostrum adalah cairan prasusu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 36
jam pertama setelah melahirkan (paska persalinan) kolostrum mensuvlei beberapa
faktor kekebalan (Faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan
dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk mejamin kelangsungan
hidup, pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir.
(http://sobatbaru.blogspot.com/2016/05/anatomi-payudara-dan-fisiologilaktasi.html)
Namun karena kolostrum manusia tidak selalu ada, maka kita harus
bergantung pada sumber lain. Ada lebih dari 90 bahan Bioaktif Alam dalam
19
kolostrum komponen utamanya dikelompokan menjadi 2 yaitu : faktor umum dan
faktor pertumbuhan. Kolostrum juga mengandung berbagai jenis vitamin, mineral,
dan asam amino yang seimbang.Semua unsur ini bekerja secara sinergis dalam
memulihkan dan menjaga kesehatan tubuh.
Penelitian secara medis menunjukan bahwa kolostrum :
1. Mempunyai faktor imunitas yang kuat (Immunoglobium, lactoferm, Cytokines,
Lactalbumein, Glicoprotein, dan lain-lain) yang membantu melawan virus,
bakteri, jamur, alergi dan Toksin.
2. Membantu mengatasi berbagai masalah usus, Autoimunitas, Arthiritis, Alergi.
3. Membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan sangat bermanfaat
bagi penderita diabetes.
4. Kaya akan kandungan T9F-B yang mendukung terapi penderita kanker
pembentukan tulang dan mencegah penyakit Herpes.
5. Mengandung Imunoglobulin dan telah terbukti sebagai Anti Virus, Anti
Bakteri, Anti Jamur, dan Anti Toksin.
Kolostrum disekresi selama kehamilan dan tampak lebih awal pada ibu yang
payudaranya telah berfungsi secara penuh sebelumnya.Pada saat permulaan
diproduksi, kolostrum berupa cairan jernih seperti air, tetapi kemudian menjadi
lebih kuning warnanya dan konsistensinya lebih menyerupai krim yang encer
menjelang akhir kehamilan.
Setelah kelahiran bayi, warnanya terus berubah, sampai hari ke-3
pascapartum kolostrum tampak lebih menyerupai air susu, warnanya menjadi
lebih pucat dan konsistensinya menjadi lebih encer. Kolostrum ini merupakan fase
20
peralihan (transisi), karena perkembangan menjadi air susu yang sebenarnya
memerlukan waktu 10 sampai 14 hari.
Kolostrum mengandung :
Protein : 8,5%
Garam mineral : 0,4%
Lemak : 2,5%
Air : 85,1%
Karbohidrat :3,5%
Leukosit
Corpulus colostrums
Sisa-sisa epitel yang mati
Vitamin A, B,C, D, E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat
sedikit.
Nilai kalori = 80 kilo joule / 30 ml.
Dengan menyusukan bayi, apabila bayi merasa lapar (pemberian susu sesuai
kebutuhan) dan selama bayi menginginkan, maka tidak hanya memberikan
kepuasan kepada bayi, tetapi juga akan merangsang produksi prolaktin dan akan
mempercepat produksi air susu yang sebenarnya, meningkatkan kualitasnya dan
membantu memantapkan refleks neurohormonal (pengeluaran air susu). (Howie
& Mc Nelly, 1980)
Fungsi kolostrum, yaitu:
1. Mempersiapkan system sekretorik payudara untuk memproduksi air susu.
2. Minum kolostrum secara awal, akan membantu membersihkan mekonium dari
usus bayi.
3. Mempunya nilai gizi yang tinggi. Kolostrum mengandung protein dengan
proporsi yang tinggi, sangat bergizi dan memberikan semua yang dibutuhkan
bayi.
21
4. Untuk perlindungan terhadap infeksi / antibody bagi bayi.
Faktor
yang terdapat
pada kolostrum,
sehingga dapat
mencegah
infeksineonatal adalah :
a) Imunoglobulin
Imunoglobulin bekerja dalam saluran usus dan dapat juga diserap melewati
dinding usus kedalam sistem sirkulasi bayi.Imunoglobulin juga melapisi
dinding usus, dengan demikian dapat mencegap penyerapan protein yang
mungkin menyebabkan reaksi alergi.
b) Laktoferin
Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas tinggi
terhadap zat besi. Bersama dengan imunoglobulin A, laktoferin mengambil
zat besi yang diperlukan untuk perkembangan kuman E. Coli , stafilokokus,
dan ragi. Kadar laktoferin tertinggi dalam kolostrum dan ASI adalah pada 7
hari pertama postpartum.
Laktoferin juga terdapat pada susu sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada
proses pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan
(formula). Efek imunologis laktoferin akan hilang jika makanan bayi
ditambah zat besi.
c) Lisosom
Lisosom bersama IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga
menghambat pertumbuhan berbagai macam virus. Kadar lisosom pada
kolostrum dan ASI lebih besar dari pada kandungan lisosom pada susu sapi.
22
d) Faktor antitrypsin
Faktor antitripsin akan menghambat kerja tripsin (memecah protein),
sehingga akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah
tripsin.
e) Faktor bifidus
Faktor bifidus adalah gula mengandung nitrogen.Faktor bifidus ini
dibutuhkan laktobasilus dalam pertumbuhannya. Laktobasilus didalam usus
bayi menghasilkan berbagai asam yang akan mencegah pertumbuhan kuman
patogen . Faktor bifidus ini terdapat dalam kolostum dan ASI saja,
sedangkan pada susu sapi tidak. Dengan demikian, penting bahwa makanan
pertama bayi adalah kolostrum, karena laktobasilus akan dihambat oleh susu
sapi. Jika meminum susu sapi sekali saja akan memberikan efek yang
merugikan terhadap flora usus selama 3 hari.
Faktor-faktor pelindung ini semua ada didalam kolostrum dan ASI
yang matur. Kadar faktor ini akan berubah selama laktasi, sampai bayi
mulai membentuk system imunnya sendiri. Perlu diulangindi sini bahwa:
(1)Pemberian kolostrum secara awal dan pemberian ASI yang terus
menerus, paling tidak selama 4 bulan, merupakan perlindungan terbaik
yang dapat diberikan kepada bayi terhadap penyakit.
(2)Bahkan hanya dengan sekali minum air susu sapi dapat menyebabkan
kerusakan faktor-faktor perlindungan alami.(sylvia, 1997:7)
23
2.4
Perawatan Payudara
2.4.1 pengertian
Perawatan payudara merupakan kebutuhan perawatan diri yang diperlukan
untuk meningkatkan kesehatan (Pilleteri A, 2002).Apalagi bagi ibu hamil dan
menyusui, sangat berguna untuk kelancaran produksi ASI.Perawatan payudara
tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tapi juga dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. (Huliana M, 2003)
Payudara mungkin akan mengalami sedikit perubahan warna sebelum dan
setelah kehamilan. Sebelum kehamilan, aerola (area yang mengelilingi puting
susu) biasanya berwarna kemerahan, namun akan menjadi coklat dan mungkin
akan mengalami pembesaran selama masa kehamilan dan masa menyusui.
Perubahan bentuk dan perasaan bahwa menyusui akan merusak keindahan
payudara, seringkali dijadikan alasan ibu tidak mau menyusui. Padahal, seperti
yang telah anda ketahui,payudara berubah bukan karena menyusui, melainkan
karena perubahan yang dialami semasa kehamilan. Meskipun payudara anda
setelah melahirkan tidak bisa kembali seperti semula, ada beberapa cara agar
payudara tetap terlihat kencang dan indah.
Payudara adalah “aset” berharga anda bagi buah hati tercinta. Dengannya,
anda bisa memberikan makanan terbaik dan berkualitas bernama air susu.
Layaknya aset berharga lain yang membutuhkan perawatan terbaik, payudara pun
sama. Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara harus dirawat dengan
24
baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang mungkin akan
menimpa anda selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara anda
indah kembali, perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan
memudahkan bayi saat menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah
payudara terluka selama menyusui.
Agar lebih optimal, sebaiknya anda mulai melakukan perawatan payudara
sejak masa kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk
mempersiapkan payudara untuk menyusui setelah melahirkan. Pelaksanaan
perwatan payudara setelah melahirkan dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari
setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut lakuakan 2 kali sehari.
2.4.2 Tujuan
Adapun perawatan payudara yang dilakuakan setelah melahirkan, bertujuan
sebagai berikut.
1. Untuk menjaga agar payudara terjaga kebersihannya sehingga terhindar dari
berbagai penyakit dan infeksi.
2. Untuk menjaga kelembapan puting susu supaya tidak mudah lecet.
3. Untuk membantu menonjolkan puting susu, terutama pada ibu yang puting
susunya rata atau tidak menonjol.
4. Mnjaga keindahan bentuk payudara.
5. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyumbatan ASI, yang jika tidak
dicegah bisa mengakibatkan dampak penyakit lebih luas.
6. Untuk meningkatan produksi ASI.
7. Untuk mendeteksi dini apakah terdapat kelainan pada payudara ibu.
25
2.3.3 Persiapan alat
1. Baby oil secukupnya
2. Kapas secukupnya
3. Waslap, 2 buah
4. Handuk bersih, 2 buah
5. Bengkok
6. 2 baskom berisi air (hangat dan dingin)
7. BH yang bersih dan terbuat dari katun
2.4.4 Persiapan Ibu
1. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk
2. Baju ibu bagian depan dibuka
3. Pasang handuk
2.4.5 Pelaksanaan Perawatan Payudara
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan
payudara pasca persalinan, yaitu:
1. Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian
bersihkan dengan kapas minyak tadi.
2. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk
diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali.
3. Penonjolan puting susu yaitu :
a. Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
b. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
c. Memakai pompa puting susu
26
4. Pengurutan payudara:
a. Telapak tangan diberi baby oil kemudian diratakan
b. Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30
kali
c. Sanggalah payudara kiri anda menggunakan tangan kiri. Lakukan gerakan
kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara
dan berakhir pada daerah puting susu dengan gerakan spiral.
Gambar 1 : memijat secara spiral
d. Buatlah gerakan melingkar sambil sedikit menekan dimulai dari daerah
pangkal payudara hingga ke puting susu di seluruh bagian payudara.
Lakakukan hal yang sama pada payudara berikutnya.
27
Gambar 2 : Gerakan melingkar
e. Letakkan kedua telapak tangan diatara kedua payudara. Pijatlah dari tengahtengah antara payudara sambil sedikit mengangkat kedua payudara dan
lepaskan kedua secara perlahan. Dianjurkan mengulangi gerakan ini hingga
30 kali. Gerakan lainnya adalah mengerakkan payudara kiri dengan kedua
tangan, ibu jari berada di atas puting, sementara keempat jari lain berada di
bawah. Dengan lembut, lakukan grakan memeras payudara sambil
meluncurkan kedua tangan ke depan (kearah puting). Lakukan gerakan yang
sama pada payudara lain.
Gambar 3 : memijat menggunakan kedua tangan
28
f. Kemudian, cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu
tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking
dari arah pangkal payudara kearah puting susu dengan cara memutar tangan.
Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan.
Gambar 4: Posisi tangan paralel
Semua gerakan pemijatan payudara ini mempunyai banyak manfaat,
diantaranya untuk melancarkan refleks produksi meningkatkan volume ASI) dan
pengeluaran ASI. Selain itu, dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada
payudara.
5. Perangsangan Payudara
Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin
secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat dahulu kemudian air dingin).
Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga payudara. Diharapkan dengan
melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan,
proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna.
29
6. Pelaksanakan dan Frekuensi perawatan payudara
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin
yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari.(Riskani,
2012:143)
2.5
Kelancaran ASI
1.5.1 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi
1. Kolostrum
a) Merupakan cairan yang pertama kali diskresi oleh kelenjar payudara,
mengandung tissue dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan
duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium.
b) Diskresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat.
c) Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah.
d) Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan dengan susu yang matur.
e) Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus
bayi yang baru lahir dan memprsiapkan saluran pencernaan makanan bayi
bagi makanan yang akan datang.
f) Lebih banyak mengandung protein dengankan dengan ASI yang matur,
tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostru protein yang utama
adalah globulin (gamma globulin).
30
g) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI yang matur,
dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan.
h) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur.
i) Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika
dibandingkan dengan susu matur.
j) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58
Kal/100 ml kolostrum.
k) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI
matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih
rendah.
l) Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak.
m) pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur.
n) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan
dengan ASI matur.
o) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar
antibodi pada bayi.
p) Volume berkisar 150-300 ml/24 jam.
2. Air Susu Masa Peralihan
a)
Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.
b) Diskresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula
pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu
ketiga sampai minggu kelima.
31
c) Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak
makin meninggi.
d) Juga volume akan makin meningkat.
e) Komposisi ASI menurut penyelidikan dari Kleiner I.S. & Osten J.M.
(dikutip dari 3).
Waktu
Protein
karbohidrat
Lemak
Hari ke-5
2, 00
6, 42
3,2
Hari ke-9
1, 73
6, 73
3,7
Hari ke-34
1,30
7, 11
4,0
Kadar di atas dalam satuan gram/1000 ml ASI.
3. Air Susu Matur
a) Merupakan ASI yang di skresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi
relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5).
b) Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan
makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur
6 bulan.
c) Merupakan
suatu
cairan
berwarna
putih
kekuning-kuningan
yang
diakibatkan warna dari Garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang
terdapat didalamnya.
d) Tidak menggumpal jika dipanaskan
e) Terdapat antimikrobial faktor antara lain :
(1) Antibodi terhadap bakteri dan virus
32
(2) Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T)
(3) Enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase,fosfatase, amilase,
fosfodiesterase, alkalinfosfatase)
(4) Protein (laktoferin, B12binding protein)
(5) Resistance factor terhadap stafilokokus
(6) Komplemen
(7) Interferron producing cell
(8) Sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah dan adanya
faktor bifidus.
(9) Hormon-hormon.
1.5.2 Tanda ASI Lancar
Pada Hari pertama, bayi cukup di susukan selama 10-15 menit, untuk
merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk
mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai sebagai
patokan untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak adalah :
1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting.
2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang
3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur :
a. 1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan)
b. 4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan)
c. 7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan)
d. 10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan)
4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam.
33
5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.(Soetjiningsih, 1997 : 20)
Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel
dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada
penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0-5 hari
biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat badan bayi
akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam jumlah yang
sesuai dengan kebutuhan bayi.
Ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar seringkali sulit menyusui
banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi umum, ibu
relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama setelah bayi lahir,
meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap sadar, kondisi luka
operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui sedikit terhambat.
Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu
terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit sebelum operasi.
Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari payudara ibu dan
menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh bayi dan tangisan
bayi.(Ranjo-Arvidson et.al,2001)
1.5.3 Makanan untuk Mempelancar ASI
Pasca melahirkan, anda tentu membutuhkan energi yang cukup untuk
menjaga bayi dan hilangnya saat-saat tidur selama 3 bulan kedepan. Bahkan,
mungkin hal itu tidak akan anda dapatkan lagi sampai anak tumbuh dan menikah.
Kurang tidur juga dapat mendatangkan malapetaka bagi kesehatan sehingga anda
34
sangat
penting
mengonsumsimakanan
sehat
untuk
mengembalikan
dan
meningkatkan energi yang hilang.
Dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi pasca melahirkan, dapat
membantu anda melawan syndrome baby blues, yang biasanya terjadi pada hari
keempat atau kelima setelah melahirkan dan berlangsung antara 10 hari sehingga
2 minggu. Anda mungkin akan merasa diri anda begitu emosional dan mulai
menangis tanpa sebab.
Selama menyusui, membutuhkan tambahan nutrisi lebih dari 500 kalori
untuk memproduksi ASI. Untuk menjaga kualitas ASI, ibu harus mengikuti pola
makan dengan prinsip gizi seimbang dan mengonsumsi berbagai macam
makanan, terutama sayuran berwarna hijau tua yang baik untuk melancarkan ASI,
misalnya daun katuk. Selain daun katuk, kacang-kacangan, air sari akar jombang,
buncis, jagung dan pare, merupakan salah satu jenis makanan yang dapat
meningkatkan produksi ASI. Kurangi makanan yang mengandung gas, seperti
brokoli atau kol, karena dapat membuat perut bayi kembung. Makanan lain yang
harus dihindari adalah yang beraroma terlalu kuat, misalnya makanan pedas.
“seimbang” juga berati asupan vitamin, mineral, sayur, dan buah, harus baik dan
bervariasi.
Makanan yang ibu konsumsi tidak hanya memenuhi kebutuhan tubuhnya
akan nutrisi, tetapi juga dipersiapkan untuk menunjang kelancaran produksi ASI
(energi, protein, kalsium, zat besi).(Riskani, 2012:133)
35
2.6
Kerangka Konsep
Menurut Notoatmodjo (2002), kerangka konseptual adalah kerangka
hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang
akan dilaksanakan.
Ibu Nifas
Faktor-faktor yang
mempengaruhi perawatan
payudara:
1. Faktor pengetahuan
Breast Care
2. Faktor tenaga kesehatan
3. Faktor keinginan
Kelancaran ASI
Faktor-faktor yang
mempngaruhi
kelancaran ASI:
1. Anatomi payudara
2. fisisologis
3. nutrisi
Ket :
4. faktor istirahat
: Diteliti
5. isapan anak
6. obat
7. fisiologis
: Tidak Diteliti
Gambar : 2.1 Kerangka Konsep
36
Faktor-faktor yang mempengaruhi melakukan perawatan payudara yaitu
dari pengetahuan, faktor dari tenaga ksehatan yang memberi informasi kurang
dan faktor keinginan dari ibu sendiri. Dan menurut Ibrahim (1997) selain itu
juga faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu anatomi
payudara, fisisologis, nutrisi, faktor istirahat, isapan anak, obat, dan psikologis.
2.7
Hipotesis Penelitian
Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara/ lemah
kebenarannya dan thesis artinya pernyataan /teori. Dengan demikian hipotesis
berarti pernyataan yang perlu diuji kebenarannya. (Hastono,2006)
Hipotesis penelitian ini ada hubungan perawatan payudara pada ibu nifas
dengan kelancaran ASI di Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun.
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu
pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode
ilmiah. (Notoatmodjo 2012 : 19)
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian survey (Menurut Notoatmodjo, 2010) yaitu suatu
penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian
(masyarakat), sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Dalam survei,
penelitan tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi
hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Penelitian survei
digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survei yang bersifat deskripitif dan
analitik. (Notoatmodjo 2010 : 26)
Jenis penelitian analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba
menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian
melakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena atau antara faktor resiko
dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya
faktor
resiko,
sedangkan
faktor
resiko
adalah
suatu
fenomena
yang
mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Dalam penelitian (survey) analitik,
dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor resiko
tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Secara garis besar survei
analitik ini dibedakan dalam tiga pendekatan (jenis), yakni survey analitik cross
37
38
sectional, survey analitik case control (retrospective), dan survey analitik cohort
(prospective.(Notoatmodjo 2012 :37)
3.2 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Rancangan cross
sectional (menurut Notoatmodjo, 2010 : 26), yaitu penelitian untuk variable sebab
atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur
dilkumpulkan secarasimultan (dalam waktu yang bersamaan).
Langkah-langkan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut: 1)
mengidentifikasi variabel-variabel yang penelitian dan mengidentifikasi factor
resiko dan factor efek. 2) menetapkan subjek penelitian. 3) melakukan observasi
atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan factor resiko dan efek
sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu. 4) melakukan analisa
korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok –keelompok hasil
observasi (pengukuran) (menurut Notoatmodjo, 2012 : 37-40)
Skema
Rancangan Penelitian cross sectional
Populasi
Ibu nifas hari ke-3 post partum
+
-
Baik/cukup/kurang
Baik/cukup/kurang
Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Gambar 3.1 Rancangan Penelitian
Tidak Lancar
39
3.3 Kerangka Kerja Penelitian
Kerangka kerja adalah suatu abstrak, logical, secara arti harfiah dan
akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan body of
knowledge(Nursalam,
2001:
31).
Kerangka
kerja
pada
penelitian
ini
adalahsebagai berikut. Berdasarkan desain penelitian di atas dapat digambarkan
skema sebagai berikut:
POPULASI
Semua Ibu Nifas Normal sebanyak 30 orang diDi BPM Atika,
Amd.Keb , Kab. Madiun
Sampel: Semua Ibu Nifas Normal sebanyak 30
orang diDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun
Teknik sampel
Nonprobability sampling dengan teknik total populasi
Pengumpulan Data dengan Kuesioner
Kelancaran ASI dengan
kuesioner di Hari Ketiga
post partum
Perawatan Payudara Pada Ibu
Nifas dengan Membagikan
Kuesioner
Pengolahan Data
Analisis Data
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
Publikasi Hasil
Gambar 3.2 Kerangka Kerja Penelitian
40
3.4 Populasi, Sampel, Besar sampel dan Tehnik Sampling
3.4.1 Populasi
Popolasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas subjek/objek
yang mempunyai kuantitas dan kareakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2005)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu Nifas normal di ruang nifas
RSUD Sogaten, Madiun sebanyak 30 orang.
3.4.2 Sampel
Besar kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau tidaknya
suatu sammpel, tetapi penentuan
besarnya sampel dapat merupakan langkah
penting dalam penbgambilan sampel. Secara statistik penentuan besarnya sampel
ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi. (Notoatmodjo, 2010)
Sampel yang diambil pada penellitian ini memenuhi criteria populasi.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Pasien post partum normal yang bisa membaca dan menulis
b) Perawatan payudara segera setelah hari pertama post partum
c) Ibu dan bayi sehat
Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:
a) Pasien post partum yang mengalami komplikasi/sc
b) Ibu nifas yang tidak memenuhi kriteria dalam perawatan payudara
c) Perawatan payudara secara dini tidak dilakukan segera setelah bayi lahir yaitu
pada hari ke 1 – 2 dan tidak melakukan 2 kali sehari.
41
2.7.1 Cara pengambilan sampel
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi. Teknik samplingmerupakan cara-cara yang ditempuh dalam
pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subyek peneliti. (Nursalam, 2003 : 97)
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non
probability samplingdengan teknik total population yaitu mengambil sampel dari
seluruh anggota populasi.
3.5 Variabel penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau
ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu
konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status
perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2012: 103)
3.5.1 Variabel bebas
Variabel independen atau variable bebas adalah variable yang nilainya
menentukan variable lain (Nursalam, 2011: 97). Variabel bebas dalam penelitian
ini perawatan payudara pada ibu nifas.
3.5.2 Variabel terikat
Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya
ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011: 98). Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah kelancaran ASI.
42
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud,
atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan agar variabel dapat
di ukur dengan cara ukur, parameter, alat ukur, skala ukur, dan hasil ukur yang
digunakan untuk memudahkan dalam disajikan dalam bentuk matrix, maka
variabel harus diberi batasan atau definisi operasional dan di samping itu juga
perlu dijelaskan (Notoatmodjo, 2010)
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No
Variabel
Definisi
Alat ukur
1
Independent :
Perawatan
Payudara
Kemampuan ibu dalam
menjawab pertanyaan
tentang perawatan
payudara
kuesioner
2
Dependent :
Kelancaran
Produksi ASI
untuk mengetahui
jumahASI lancar atau
tidak adalah :
1. ASI yang banyak
dapat merembes
keluar melalui puting.
2. Sebelum disusukan
payudara terasa
tegang
3. Berat badan bayi naik
dengan memuaskan
sesuai umur
4. Jika ASI cukup,
setelah menyusu bayi
akan tertidur /tenang
selama 3-4 jam.
5. Bayi kencing lebih
sering, sekitar 8 kali
sehari.
Kuesioner
Kriteria
Skala
data
Untuk jawaban benar : 1,
jawaban salah : 0 nilai
Jumlah Jawaban Yang
Ordinal
Benar :
a) Baik :76-100%
b) Cukup: 56-75%
c) Kurang: ˂56%
(Nursalam, 2003)
Untuk jawaban “ Ya”
Nilai :1, jawaban“
Nominal
Tidak” Nilai : 0
Jumlah Jawaban “Ya” :
a) Lancar, jika “Ya” ≥
3
b) Tidak lancar, jika
“Ya” ≤ 3
43
3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan diruang nifasDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab.
Madiun, Waktu penelitian akan dimulai bulan Desember sampai Januari 2016.
3.8 Pengumpulan Data
Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai
suatu masalah, yang umumnya menyangkut kepentingan umum. Angket ini
mengedarkan suatu pertanyaan yang berupa formulir. Formulir diajukan secara
tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi,
jawaban-jawaban dan sebagainya. (Notoatmojo, 2003 :112)
Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan angket yang
berbentuk formulir. Formulir berisikan pertanyaan-pertanyaan yang disebut
kuesioner.
3.8.1 Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoadmojo, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang
digunakan adalah Kuesioner berisi 20 pertanyaan dan rekam medik pasien.
3.8.2 Tehnik pengumpulan data
Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
pengumpulan data perawatan payudara dan kelancaran ASI adalah menggunakan
kuesioner tertutup, artinya semua jawaban disediakan dan responden tinggal
memilih jawaban yang ada. (Arikunto, 2010)
44
3.8.3 Pengolahan data dan Analisa data
a) Editing
Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan
penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editingadalah merupakan
kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut:
1. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaa sudah terisi.
2. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau
terbaca.
3. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya.
4. Apakah jawaban-jawaban konsisten dengan jawaban pertanyaannya yang
lainnya. (Notoatmodjo, 2012 : 176)
b) Pengolahan data
Proses pengolahan data pada penelitian ini adalah:
P =
x
x 100%
n
Keterangan:
P
:
Prosentase
x
:
Jumlahjawaban yang benar
n
:
Jumlahseluruh item
c) Coding
Pada Hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran
ASI dapat dikodekan:
- Kode 1 = kurang jika jawaban benar < 56%
- Kode 2 = cukup jika jawaban benar 56-75%
45
- Kode 3 = Baik jika jawaban benar 76-100%
Sedangkan untuk pertanyaan kelancaran ASI peneliti memberikan kode:
- Kode 1 = bila ASI “Tidak Lancar”, yaitu jika jawaban “Ya” ≤ 3.
- Kode 2 = bila ASI “Lancar”, yaitu jika jawaban “Ya” ≥ 3.
d) Skoring
1) Variabel perawatan payudara pada ibu nifas
Untuk pertanyaan perawatan payudara dengan ketentuan yaitu skor 1 bila
jawaban “Benar” dan skor 0 bila jawaban “Salah”.
2) Variabel kelancaran ASI
Untuk pertanyaan kelancaran ASI dengan ketentuan yaitu skor 1 bila ASI
lancar dan skor 0 bila tidak lancar.
e) Tabulating
Melakukan tabulasi data dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi yaitu
menuliskan seluruh pernyataaan responden kedalam sebuah tabel distribusi
frekuensi terhadap sejumlah pernyataan responden. Hal ini bertujuan untuk
mempermudah peneliti dalam membaca data yang telah terkumpul.
Tabel 3.2
Tabulasi Silang Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan
Kelancaran ASI
Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun 2016
Kelancaran asi
Perawatan payudara
Jumlah
Lancar
Tidak lancar
Baik
Cukup
Kurang
Jumlah
46
3.8.4
Analisis hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran
ASI.
a) Analisishubungantersebutmenggunakanuji Chi Square karenaskala
yang
digunakanadalah nominal.
Rumusdari Chi Square yaitu:
1) Mencari chi square
Rumus:
  fo  fh 

2
x
2
fh
Keterangan:
x2 :
Chi Square
fo :
frekuensi yang diperolehberdasarkan data
fh :
frekuensi harapan
Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga x2
hitung dengan x2 tabel. Jika x2 hitung lebih besar dari x2 tabel pada taraf kesalahan
dan derajat kebebasan (dk) tertentu, ketentuan pengujian jika harga x2 hitung >x2
tabel, maka hubungan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak
dan H diterima.(Sugiono, 2002:201)
Sedangkan untuk menghitung tingkat kekuatan hubungan antar variabel
dengan skala data nominal menggunakan analisis statistik koefisien kontingensi
dengan rumus:
C =
x2
n  x2
47
Keterangan:
C
: Koefisien Kontingensi
x2
: Harga Chi kuadrat hitung
n
: Jumlah sampel
Berdasarkan koefisien dapat digunakan untuk memberikan penilaian
tingkat kekuatan dua variabel (Sugiono, 2002:216). Adapun tingkat hubungan
variabel penelitian menurut besarnya koefisien adalah sebagai berikut:
Tabel 3.3
Tingkat Hubungan Variabel Penelitian menurut Besarnya Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan Variabel
0,000 – 0,199
Sangat Rendah
0,200 – 0,399
Rendah
0,400 – 0,599
Sedang
0,600 – 0,799
Kuat
0,800 – 1,000
Sangat Kuat
Sumber : Buku Metodologi Penelitian Administrasi (Sugiyono 2010)
3.9 Etika Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti emlakukan survey lapangan dan
mengajukan permohonan ijin kepada tempat penelitian dari institusi, menurut
Lemo Kilpi dan Toumaala (1989) dalam Nursalam (2003) tujuan suatu penelitian
harus etis, dalam arti hak responden dan yang lainnya dilindungi. Jika suatu tujuan
penelitian akan berakibat jelek terhadap hak responden, harus dievaluasi ulang
dan mungkin harus dihindarkan dengan menekannkan masalah etika:
3.9.1 Lembar Permohonan Penelitian
Diberikan kepada responden sebagai permohonan dari peneliti agar peserta
responden mengetahui tentang apa, siapa, dan tujuan dari peneliti.
48
3.9.2 Inform Consent
Inform Consent yaitu berupa lembaran persetujuan untuk menjadi
responden, tujuan pemberian agar subjek mengerti dan tujuan penelitian dan
mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus mendatangi
lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus
menghormati hak pasien. (Hidayat, 2007)
3.9.3 Anomity (Tanpa Nama)
Untuk menjaga rahasia identitas subjek, peneliti rtidak akan mencantumkan
nama pesponden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) (Nursalam, 2001).
Diisi oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu cukup
dengan inisial dan pemberian kode.
3.9.4 Confidientiality (Kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti
(Nursalam, 2001).
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian, penelitian ini tentang Hubugan
Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran Asidi Di BPM Atika,
Amd.Keb , Kab. Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai juli
2016 dengan sampel seluruh ibu nifas hari 1-3 post partum di ruang nifasDi BPM
Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun dengan responden sebanyak 30 orang. Penyajian
data ini berdasarkan kateristik responden yaitu karekteristik umur, pendidikan,
paritas, dan hubungan perawatan payudara ibu nifas dengan kelancaran ASI.
4.1
Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab.
Madiun, terletak di wilayah kecamatan Manguharjo kota Madiun.
di BPM ini memiliki tenaga 2 bidan dan memiliki sarana 2 ruang nifas, 1 ruang
bersalin, 1 ruang periksa, dan 1 ruang mushola.
49
50
4.1.2 Data Umum
Dalam melakukan penelitian ini menggunakan karakteristik berdasarkan
kelompok umur,tingkat pendidikan, paritas, perawatan payudara dan kelancaran
asi.
1)
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
4
(13,3%)
6
(20%)
<20 Tahun
20-30 Tahun
20
(66,6%)
>35 Tahun
Sumber : Data Primer (2016)
Gambar 4.1
Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa dari sampel 30 responden
yang diteliti dapat diketahui bahwa kelompok umur yang paling banyak yaitu
umur 20-35 tahun sebanyak 20 responden (66,6%). Sedangkan kelompok umur
paling sedikit yaitu umur <20 tahun sebanyak 4 responden (13,3%).
51
2)
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
4
(13,3%)
5
(16,6%)
7
(23.3%)
SD
SMP
14
(46,6%)
SMA
Tinggi
Sumber : Data Primer (2016)
Gambar 4.2
Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang
diteliti paling banyak responden berpendidikan SMA, yaitu sebanyak 14
responden (46,6%) dan paling sedikit responden pendidikan tinggi, yaitu
sebanyak 5 responden (16,6%).
3)
Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
4
(13%)
2
(7%)
1
2
3
6
(20%)
4
18
(60%)
Sumber : Data Primer (2016)
Gambar 4.3
Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas
52
Berdasarkan Gambar 4.3 maka dari 30 responden yang diteliti paling
banyak berparitas 1 yaitu sebanyak 18 responden (60%) sedangkan yang paling
sedikit, yaitu responden berparitas >3 sebanyak 2 responden (6,66%).
4.1.3 Data Khusus
1) Pelaksanaa Perawatan Payudara
4
(100%)
Baik
Cukup
Kurang
8
(100%)
18
(100%)
Sumber : Data Primer (2016)
Gambar 4.4
Pelaksanaan Perawatan Payudara
Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ibu nifas sebagian besar
melakukan perawatan payudara baik yaitu sebanyak 18 responden (60%),
sedangkan sebagian kecil ibu nifas tidak melakukan perawatan payudara kurang
sebanyak 4 responden (13,3%).
53
2) Kelancaran ASI
7
(23,3%)
Lancar
Tidak Lancar
23
(76,6%)
Sumber : Data Primer (2016)
Gambar 4.5
Kelancaran ASI
Berdasarkan Gambar 4.5 dari 30 responden yang diteliti yang paling banyak
ASI lancar sebanyak 23 responden (76,6%), sedangkan yang paling sedikit
ASItidak lancar sebanyak 7 responden (23,3%).
Disini terlihat ibu nifas semakin baik melakukan perawatan payudara dan
ASI semakin lancar.
54
4.1.4 Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran ASI
Tabel 4.1Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran
ASIDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun 2016
Perawatan
Payudara
Kelancaran ASI
Lancar
Tidak Lancar
Jumlah
Baik
16(88,8%)
2(11,1%)
18(100%)
Cukup
6(75%)
2(25%)
8(100%)
Kurang
1(25%)
3(75%)
4(100%)
Jumlah
23(76,6%)
7(23,3%)
30(100%)
Berdasarkan tabel 4.1 tentang hubungan perawatan payudara. Bahwa
sebagian besar ibu-ibu nifas yang melakukan perawatan payudara baik sebesar
(100%), dan ibu-ibu yang melakukan prawatan payudara ASInya lancar sebanyak
(88,8%) dan ASI tidak lancar (11,1%). Ibu yang melakukan perawatan payudara
kurang dari (100%) ibu melakukan perawatan payudara kurang yaitu ASI lancar
sebanyak (25%) , dan ASI tidak lancar (75%).
Dari hasil analisis uji chi-squaer diperoleh nilai signifikan nilai X2 hitung
sebesar 7,507 dengan nilai X2 tabel untuk (p ≤0,05) adalah sebesar 5,991 dari
hasil tersebut diketahui bahwa X2 hitung > X2 tabel sehingga dapat disimpulkan
bahwa Ho ditolak yaitu nilai statistik uji > nilai tabel, sehingga ada hubungan
perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI.
Hasil analisis chi squer dapat diketahui besarnya nilai koefisiensi yang
menunjukkan besarnya tingkat keeratan hubungan antara pearawatan paudara
pada ibu nifas dengan kelancaran asi. Nilai koefisiensi kontingensi sebesar
55
0,200nilai tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel intelretasi nilai r
yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan perawatan payudara pada
ibu nifas dengan kelancaran asi adalah rendah.
4.2 Pembahasan
Disini akan dibahas lebih jelas tentang data umum yang berupan karateristik
responden dari ibu nifas dan data khusus yakni hubungan perawatan payudara
pada ibu nifas dengan kelancaran asi diDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun.
4.2.1 Data Umum
1. Karateristik Umur
Dari hasil penelitian didapat dari sampel 30 responden yang diteliti dapat
diketahui bahwa kelompok umur yang paling banyak yaitu umur 20-35 tahun
sebanyak 20 responden (66,6%), menurut Nelson (1992) termasuk dalam kategori
dewasa.
Menurut pendapat Hurlock (1998) dalam nursalam (2000) menyebutkan
bahwa semakin cukup umur, maka tingkat berfikir dan bertindak seseorang lebih
rasional karena pengalaman dan kematangan jiwanya, menurut teori diatas
seseorang yang telah dewasa/matang lebih mudah dalam hal menerima informasi
dengan baik dan fungsi mengingatnya juga berjalan dengan baik.
2. Karateristik Pendidikan
Dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar responden yang melakukan
perawatan payudara sebanyak 14 responden (46,6%) berpendidikan menengah
yang artinya rata-rata responden berpendidikan baik. Sehingga semakin tinggi
56
tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi dan banyak pengalaman
sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan
teori bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula
pengetahuan yang didapat dan akhirnya mempengaruhi pola pikir, daya nalar, dari
perilaku seseorang (Depkes RI, 1990).
Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan akan
semakin bertambah dan terjadi perubaha perilaku. Melakukan perawatan payudara
juga berpengaruh sekali pada pengeluaran kelancaran produksi asi. Ibu nifas yang
melakukan perawatan payudara dengan baik, pngeluaran asi pun banyak, tetapi
jika ibu nifas tidak melakukan perawatan payudara secara baik dan teratur maka
pengeluaran asi pada ibu nifas kurang atau bisa jadi asi keluar tidak lancar.
Sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan produksi asi yang dihisap oleh bayi.
Maka penting sekali pengawasan dan keteraturan ibu nifas dalam melakukan
perawatan payudara sehingga kita sebagai petugas kesehatan lebih mudah
memonitor dan mendukung ibu nifas untuk melakukan perawatan payudara secara
teratur dengan produksi asi lancar. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi
perawatan payudara juga bisa menghindarkan dari abses payudara yang
disebabkan oleh bendungan asi.
Pada negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya
berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah,
pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara masih kurang. Umumnya
pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman.
Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas
57
kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang
perawatan payudara. (Pramitasari dan Saryono, 2008)
3. Karakteristik paritas
Dilihat dari paritas sebagian besar responden yang melakukan perawatan
payudara sebanyak 18 responden (60%) berparitas primi.Dimana dengan paritas
2-3 merupakan paritas yang mengerti pentingnya melakukan perawatan payudara
ditinjau dari sudut pengalaman.
Menurut Manuaba para/paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi
aterm. Pengalaman wanita berkaitan dengan kehamilan, primigravida adalah
wanita yang hamil untuk yang pertama kali, primipara adalah wanita yang telah
melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, multipara adalah wanita yang telah
melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari
lima kali, dan grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm
lebih dari lima kali.
4.2.2 Data Khusus
1. Perawatan Payudara pada Ibu Nifas
Diri total sampel 30 responden, bahwa sebagian besar perawatan payudara
dalam kategori baik sebanyak 18 responden (100%). Ibu yang melakukan
perawatan payudara cukup sebanyak 8 responden (100%). Ibu yang melakukan
perawatan kurang sebanyak 4 responden (100%).
58
Menurut Saryono dan Pramitasari (2008), Pada saat hamil, ukuran payudara
membesar karena bertambahnya saluran-saluran air susu, sebagai persiapan
laktasi. Kondisi payudara biasanya akan beruba-rubah setelah tiga hari pasca
melahirkan. Namun itu bukan berarti tak ada cara membuat payudara tetap terlihat
indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain
terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan
memudahkan bayi mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga bisa merangsang
keluarnya ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui. Teknik menyusui yang
salah akan berpengaruh pada bentuk payudara. Secara fisiologis perawatan
payudara dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise untuk
mengeluarkan hormon progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone
oksitosin
dengan
merangsang
kelenjar-kelenjar
air
susu
melalui
pemijatan.(Ambarwati dan Wulandari, 2006)
2. Kelancaran ASI
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang ASInya
lancar lebih banyak yaitu sebanyak 23 responden (76,6%) dari pada yang ASInya
tidak lancar lebih sedikit yaitu7 responden (23,3%) hal ini berarti cukup baik ibu
yang ASInya lancar sehingga ibu dapat memberikan kebutuhan yang cukup untuk
menyusui bayinya.
Secara fisiologis menurut Rustam (2000) sejak hari ketiga sampai hari
keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara
menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang
efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat.
59
Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Payudara terisi sangat penuh
dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu
menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat
dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan. Hal ini dapat
dilihat dari item pertanyaan melakukan pengurutan pada payudara dengan telapak
tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan (keatas, kesamping,
kebawah, dan kedepan) sambil menghentakkan, melakukan pengurutan pada
payudara dengan jari-jari tangan, mengompres payudara dengan air dingin setelah
melakukan pengurutan dan mengakhiri mengompres payudara dengan air hangat.
Menurut Indiarti (2007) cara meningkatkan kualitas ASI selain perawatan
payudara juga diperlukan minum 8-12 gelas perhari, daun pucuk katuk dan sayur
asin membuat air susu lebih banyak keluar, faktor jiwa pun penting, ibu yang
hidup tenang lebih banyak mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam
kesedihan, dengan obat-obatan sesuai petunjuk dokter. Cara yang terbaik untuk
menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana mengusahakan agar setiap
kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena pengosongan buah dada
dengan waktu tertentu itu merangsang kelenjar buah dada untuk membuat susu
lebih banyak. Sebab buah dada akan terisap habis antara lain disebabkan bayi
lemah, puting susu lecet, produksi susu berlebihan. Dalam hal buah dada belum
kosong betul sehabis menyusui, biasanya harus dikosongkan dengan jalan
memompa atau mengurut. Susu yang diperas itu boleh diberikan pada bayi.
Beberapa penyebab ASI tak mau keluar kebanyakan memang karena faktor
psikis. Jika memang sejak awal diniatkan dan diyakini untuk memberikan ASI,
60
pastilah susu juga akan keluar. Makin kurang persiapan, tekanan pada pikiran,
atau ketidakmauan karena berbagai alasan, akan menghambat keluarnya ASI.
Tapi, pada umumnya, masalah tidak keluar atau terhambatnya ASI dikarenakan
dua hal: ASI kepenuhan dan saluran susu tersumbat. Hal ini dapat dilihat dari item
pertanyaan mengompreas kedua puting payudara dengan sabun dan menggunakan
BH yang menopang payudara.
Menyeimbangkan urusan menjaga produksi ASI agar terus optimal,
menyusui dan mengurus keluarga adalah hal yang tidak mudah. Setiap hari ibu
harus memenuhi kebutuhan bayi, keluarga dan diri sendiri. Terkadang sulit sekali
bagi ibu untuk membagi perhatian dan menyeimbangkan semua urusan. Jika hal
ini terjadi, cobalah untuk selalu mengingat bahwa ibu telah memberikan yang
terbaik untuk keluarga ibu sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan pernah
memaksakan diri sendiri. Ibu akan kelelahan jika berusaha memaksakan diri.
Akibatnya produksi ASI juga tidak optimal. Agar proses menyusui berlangsung
tanpa kesulitan salah satu faktor penting harus dipenuhi ialah kelancaran
pengeluaran ASI. Seorang ibu yang menyusui membutuhkan tambahan kalori
lebih banyak dan lazimnya supaya kelancaran ASI-nya maksimal. (Suherni dkk,
2008).
3. Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran Asi
Pada analisis uji chi-squer diperoleh nilai siqfikasi nilai X2 hitung sebesar
7,507 dengan nilai X2 tabel untuk (p ≤0,05) adalah sebesar 5,991 dari hasil
tersebut diketahui bahwa X2 hitung > X2 tabel sehingga dapat disimpulkan
61
perawatan payudara pada ibu nifas berhubungan positif dan signifikan dengan
kelancaran asi.
Hasil analisis chi-squer dapat diketahui besarnya nilai koefisiensi yang
menunjukkan besarnya tingkat keeratan hubungan antara pearawatan paudara
pada ibu nifas dengan kelancaran asi. Nilai koefisiensi kongtingensi sebesar 0,200
nilai tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel intelretasi nilai r yang
menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan perawatan payudara pada ibu
nifas dengan kelancaran asi adalah rendah.
Dari hasil yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan
reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan
volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada
payudara. (Pramitasari dan Saryono, 2008)
Perawatan payudara merupakan kebutuhan perawatan diri yang diperlukan
untuk meningkatkan kesehatan (Pilleteri A, 2002). Apalagi bagi ibu hamil dan
menyusui, sangat berguna untuk kelancaran produksi ASI.Perawatan payudara
tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tapi juga dilakukan setelah
melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk
melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga
memperlancar pengeluaran ASI. (Huliana M, 2003)
62
4.3 Keterbatasan
Menurut Burn dan Grove dalam nursalam (2001), keterbatasan adalah
kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini ketebatasan yang
dihadapi oleh penelitian adalah :
1. Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban lebih banyak
dipengaruhi oleh sikap dan harapan-harapan pribadi yang bersifat subyektif,
sehingga hasil kuesioner kurang dapat mewakili secara kualitatif sehingga
perlu dilakukan penelitian yang sifatnya pengamatan.
2. Tenaga dan waktu penelitian sangat singkat.
3. Jumlah responden yang sedikit sehingga yang diteliti kurang akurat.
4. Terbatasnya dan kurangnya pengetahuan serta kemampuan peneliti untuk
menjabarkan permasalahan sehingga kedalaman isi penelitian ini kurang
sempurna.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang perawatan payudara pada ibu
nifas dengan kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1) Perawatanpayudara Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun yaitu sebesar
18responden (100%) memiliki perawatan payudara baik, ASI lancar 16
responden (88,8%) dan ASI tidak lancar 2 responden (11,1%).
2) Kelancaran ASI pada ibu nifas di Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun,
menunjukkan sebesar23 responden (76,6%) ibu nifas ASInya lancar, dan 7
responden (23,3%) ibu nifas ASInya tidak lancar dari 30 ibu nifas.
3) Ada hubungan yang signifikan antara perawatan payudara pada ibu nifas
dengan kelancaran ASI.
5.2 Saran
1) Bagi Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun
Diharakan lebih memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu nifas
untuk melakukan perawatan payudara pada hari pertama post partum.
2) Bagi instansi pendidikan
Diharapkan dapat menambah referensi dan menjadi masukan yang berarti
bagi institusi pendidik dalam penerapan perawatan payudara.
63
64
3) Bagi peneliti
Diharapkan
dapat
menambah
pengetahuan
dan
penerapannya
pada
masayarakat.
4) Bagi profesi
Diharapkan
tenaga
kesehatan
lebih
berperan
aktif
dalam
rangka
meningkatkan penyuluhan, pengawasan serta memberikan motifasi kepada
ibu nifas tentang pentingnya perawatan payudara yang berpengaruh dengan
kelancaran ASI.
5) Bagi responden
Diharapkan ibu nifas dan keluarga menyadari untuk teratur melakukan
perawatan payudara sehingga ASI lancar.
65
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Mitra : Yogyakarta
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Rineka Cipta : Jakarta
Hidayat, Alimul.A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika : Jakarta.
http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi.
html
Hidayat, Alimul.A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data.
Salemba Medika : Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta :
Jakarta.
Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi
Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
Penelitian
Ilmu
Riksani, Ria. 2012. Keajaiban ASI ( Air Susu Ibu). Dunia Sehat : Jakarta.
Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Puspaswara : Jakarta.
Saifudin, Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelyanan Kesehatan Maternal
danneonatal.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.
Saryono, Pramitasari. 2008. Perawatan Payudara Dilengkapi dengan Deteksi
Dini Terhadap Penyakit Payudara. Mitra Cendekia Press : Jogjakarta
Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC : Jakarta.
Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya : Yogyakarta.
Verralls, Sylvia. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. EGC :
Jakarta.
66
LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Kepada:
Yth.
................
Yang bertanda tangan dibawah ini, Dosen Akademi Kebidanan
Muhammadiyah Madiun:
Nama
: Mufida Dian Hardika,SST.,M.kes
NBM
: 173401
Bersama ini kami mengajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi
responden dalam penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan
Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran ASI” Di BPM Atika,
Amd.Keb , Madiun. Jawaban yang diberikan terjamin kerahasiannya. Oleh karena
itu kami berharap ibu memberikan jawaban dengan yang sejujur-jujurnya.
Atas perhatiannya dan kerjasam untuk menjadi responden, kami
mengucapkan terima kasih.
Madiun,......Januari 2016
Peneliti
Mufida Dian Hardika,SST.,M.kes
67
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
PENELITIAN TENTANG : HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA
IBU NIFAS DENGAN KELANCARAN ASI
Di BPM Atika, Amd.Keb , Madiun.
Yang bertandatangan di bawah ini saya:
Nama
:.......................................................................................
Umur
:................tahun
Alamat
:.......................................................................................
No. Telepon
:.......................................................................................
Besedia dan mau berpartisipasi menjadi peserta penelitian yang akan
dilakukan oleh Anik Rahayu dari Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun.
Atas kesedian dan partisipasi saudari kami mengucapkan banyak terima kasih.
Madiun, ......... januari 2016
Mengetahui,
Peneliti
(...............................)
Responden
(.................................)
68
KUESIONER
HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DENGAN
KELANCARAN ASI
DIDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun
a. Biodata responden
1. Nama
:.............................................................
2. Umur
:.................th
3. Pendidikan
:..................
4. Pekerjaan
:...........................................
5. Jumlah Anak
:...........................................
6. Alamat
:.................................................................
b. Kuesioner
Petunjuk pengisian kuesioner
Pilihlah jawaban adalah : B = Benar, S= Salah dan Y = Ya, T = Tidak
1. Pilih salah salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan
pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
tersedia.
2. Berilah tanda (  ) pada salah satu pilihan yang tertera di belakang
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang saudara pilih.
No
1
Pertanyaan
Menempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa
atau baby oil selama ± 5 menit, kemudian puting susu
dibersihkan
Benar
Salah
69
2
Meletakkan kedua tangan diantara payudara
3
Mengurut payudara dimulai kearah atas, kesamping, lalu
kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri
kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan
4
Melakukan pengurutan kebawah, kesamping selanjutnya
melintang, lalu
telapak tangan mengurut
kedepan
kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara,
mengulangi gerakan 20-30 kali
5
Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan
kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai
dari pangkal payudara sampai pada puting susu.
melakukan tahap yang sama pada payudara kanan,
melakukan dua kali gerakan pada tiap payudara
6
Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang
lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah
tepi kearah puting susu. Melakukan tahap yang sama pada
kedua payudara. Meakukannya sekitar 30 kali
7
Payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian
selama ± 5 menit, kemudian mengeringkan payudara
dengan handuk bersih
8
Menggunakan BH yang kering dan yang menompang
payudara
70
9
Melakukan perawatan payudara pada hari 1-2 pasca
persalinan
10
Melakukan perawatan payudara maksimal dalam 1 hari 2
kali
No
Pertanyaan
11
ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting
12
Sebelum disusukan payudara terasa tegang
13
Setelah ASI disusukan payudara terasa kosong/habis
14
Berat badan naik sesuai umur bayi
15
Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur
/tenang selama 3-4 jam
16
Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari
17
Menyusui bayi 3x dalam sehari
18
Bayi jarang kecing 2-3 kali dalam sehari
19
Setelah menyusu bayi rewel/menangis terus dan susah
tidur
20
ASI keluarnya sedikit
Ya
Tidak
71
JAWABAN KUESIONER
Jawaban dari kuesioner
Level
No
Jawaban
CI (Tahu)
9
B
10
B
11
B
1
B
2
B
7
B
8
B
3
B
4
B
5
B
6
YA
14
YA
15
YA
16
YA
17
TIDAK
18
TIDAK
19
TIDAK
11
YA
13
YA
20
TIDAK
C2 (Memahami)
C3 (Aplikasi)
C4 (Analisis)
C5 (sintesis)
C6 (Evaluasi)
72
TABULASI DATA
No
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Umur
19
21
36
23
30
22
26
28
26
25
22
21
33
33
37
25
33
36
32
27
23
23
38
22
37
18
19
36
24
19
Pendidikan
SMP
SMA
SD
SLTP
SMK
D3
SD
SMP
SMA
S1
SMA
SMP
SD
S1
SMU
SMU
SMP
D3
SLTA
SMK
SMA
D3
SD
SMA
SLTA
SMP
SMK
SMP
SMK
SMA
Karekteristik
Paritas Perawatan Payudara
1
Kurang
1
Baik
2
Kurang
1
Cukup
1
Baik
1
Baik
2
Cukup
1
Cukup
1
Baik
2
Cukup
1
Cukup
1
Baik
2
Baik
2
Cukup
3
Baik
1
Baik
2
Kurang
3
Baik
3
Cukup
1
Baik
1
Kurang
1
Baik
4
Cukup
1
Baik
3
Baik
1
Baik
1
Baik
4
Baik
1
Baik
1
Baik
Kelancaran Asi
Tidak Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Lancar
Lancar
Tidak Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
Lancar
73
TABEL DISTRIBUSI
No
Inisial Responden
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Ny. M
Ny. H
Ny. T
Ny. S
Ny. T
Ny. S
Ny. Y
Ny. L
Ny. Y
Ny. R
Ny. N
Ny. N
Ny. W
Ny. N
Ny. Y
Ny. E
Ny. P
Ny. Z
Ny. A
Ny. Y
Ny. Z
Ny. D
Ny. K
Ny. I
Ny. A
Ny. I
Ny. P
Ny. S
Ny. R
Ny. D
Perawatan Payudara
Kelancaran Asi
1
3
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
3
2
1
1
1
3
2
3
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
2
1
2
2
2
1
2
2
1
2
1
2
2
1
1
1
2
2
2
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
Keterangan:
Baik
:3
Tidak Lancar : 1
Cukup
:2
Lancar
Kurang
:1
:2
74
Hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI
Kelancaran ASI
Lancar
Tidak Lancar
Perawatan
Payudara
Jumlah
Baik
16 (88,8%)
2 (11,1%)
18 (100%)
Cukup
6 (75%)
2 (25%)
8 (100%)
Kurang
1 (25%)
3 (75%)
4 (100%)
Jumlah
23 (76,6%)
7 (23,3%)
30 (100%)
Hasil Uji x2
= 7,507
Nilai x2 tabel = 5,591
Nilai KK
= 0,200
Dk
=2
Mencari Frekuensi Harapan (Fe) Pada tiap Sel dengan rumus :
fe 
( f b x  f k
T
(23 x 18)
 13,8
30
(7 x 18)
f e ( 2) 
 4,2
30
(23 x 8)
f e (3) 
 6,13
30
(7 x 8)
f e ( 4) 
 1,86
30
(23x 4)
f e (5) 
 1.386
30
( 7 x 4)
f e ( 6) 
 4,607
30
f e (1) 
75
Mencari Chi Kuadrat dengan rumus :
x2  
(f o  f e ) 2
fe
x 2 (1) 
(16 13,8) 2
 0,350
13,8
(2  4,2) 2
x (2) 
1,152
4,2
2
x 2 (3) 
(6  6,13) 2
 0,002
6,13
x 2 (4) 
(2  1,86) 2
 0,010
1,86
x 2 (5) 
(1  3,06) 2
1,386
3,06
x 2 (6) 
(3  0,93) 2
 4,607
0,93
x 2  0,350  1,152  0,002  0,010  1,386  4,607
 7,507
Derajat Kebebasan = dk = (k – 1) (b – 1)
= (2 – 1) (3 – 1)
=1.2
=2
Koefisien Kontigensi 
x2
7,507
7,507


 0,200
2
x N
30  7,507
37,507
76
1
2
3
4
5
50%
0,455
0,139
2,366
3,357
4,351
Tabel VI
NILAI-NILAI CHI KUADRAT
Taraf Signifikasi
30%
20%
10%
1,074
1,642
2,706
2,406
3,219
3,605
3,665
4,642
6,251
4,878
5,989
7,779
6,064
7,289
9,236
5%
3,481
5,591
7,815
9,448
11,070
1%
6,635
9,215
11,341
13,277
15,086
6
7
8
9
10
5,348
6,346
7,344
8,343
9,342
7,231
8,383
9,524
10,656
11,781
8,558
9,803
11,030
12,242
13,442
10,645
12,017
13,362
14,684
15,987
12,592
14,017
15,507
16,919
18,307
16,812
18,475
20,090
21,666
23,209
11
12
13
14
15
10,341
11,340
12,340
12,332
14,339
12,899
14,011
15,19
16,222
17,322
14,631
15,812
16,985
18,151
19,311
12,275
18,549
19,812
21,064
22,307
19,675
21,026
22,368
23,685
24,996
24,725
26,217
27,688
29,141
30,578
16
17
18
19
20
15,338
16,337
17,338
18,338
19,337
18,418
19,511
20,601
21,689
22,775
20,465
21,615
22,760
23,900
25,038
23,542
24,785
26,028
27,271
28,514
26,296
27,587
28,869
30,144
31,410
32,000
33,409
34,409
36,191
37,566
21
22
23
24
25
20,337
21.337
22,337
23,337
24,337
23,858
24,949
26,018
27,096
28,172
26,171
27,301
24,429
29,553
30,675
29,615
30,813
32,007
33,194
34,382
32,671
33,924
35,172
35,415
37,652
38,932
40,289
41,638
42,980
44,314
26
27
28
29
30
25,336
26,336
27,337
28,337
29,337
29,246
30,319
31,391
32,461
33,530
31,795
32,912
34,027
35,139
36,250
35,563
36,741
37,916
39,087
40,256
38,885
40,113
41,337
42,557
43,775
45,642
46,963
48,278
49,588
50,892
dk
Download