HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DENGAN KELANCARAN ASI DI BPM ATIKA, Amd.Keb, KAB. MADIUN PENELITIAN DOSEN Oleh : Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes NBM : 120173 AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN 2016 i HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DENGAN KELANCARAN ASI DI BPM ATIKA, Amd.Keb, KAB. MADIUN PENELITIAN DOSEN Oleh : Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes NBM : 120173 AKADEMI KEBIDANAN MUHAMMADIYAH MADIUN 2016 i ii iii iv v ABSTRAK Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb Kab. Madiun Oleh : Mufida Dian Hardika, SST., M.Kes Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari Di BPM Atika, Amd.Keb, Madiun. Jumlah ibu post partum pada bulan Januari 2016 sebanyak 30 ibu nifas, 11orang tidak melakukan perawatan payudara dan ASI tidak lancar (36,66%), 19 orang melakukan perawatan payudara angka keberhasilannya ASI lancar sebanyak 10 orang (33,33%), ASI tidak lancar 9 orang (30%), ada beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar, diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan payudara, kurangnya pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan, kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pelaksanaan perawatan payudara dengan kelancaran ASI di Di BPM Atika, Amd.Keb Kab. Madiun Jenis penelitian ini adalah analitik, dan menggunakan metode pendekatan cross sectional. Populasi dan sampelnya adalah semua ibu nifas sebanyak 30 responsen. Sampling yang digunakan adalah non probability sampling. Variabel independent adalah perawatan payudara dan variabel dependent adalah kelancaran ASI.Pengambilan data dengan menggunakan rekam medik dan kuesioner. Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan lembar kuesioner dan menggunakan uji korelasi chi-square dengan p = 0,005. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar ibu nifas melakukan perawatan payudara secara baik seluruhnya 18 responden (100%) dan pengeluaran produksi ASI lancar 23 responden (76,6%) dan pengeluaran ASI tidak lancar sebanyak 7 responden (23,3%). Berdasarkan uji statistik korelasi diperoleh hasil nilai X2 hitung sebesar 7,507 dengan nilai X2 tabel untuk (p ≤0,05) adalah sebesar 5,991. Sehingga Ho ditolak. Kesimpulan ada hubungan antara perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI. Maka perlu diadakan peningkatan sosialisasi tentang perawatan payudara yang dapat meningkatkan volume ASI dan yang tak kalah penting untuk mencegah bendungan ASI pada payudara. Kata kunci : Pelaksanaan Perawatan Payudara, Kelancaran ASI dan Ibu Nifas iii KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb Kab. Madiun”. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Penelitian ini, diantaranya: 1. Faqih Ruhyanudin, M.Kep.,Sp.Kep.M.B selaku Direktur Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun 2. Bidan Atika, Amd.Keb selaku pemilik BPM. 3. Dosen dan karyawan Akbid Muhammadiyah Madiun yang terkait dalam penyelesaian penelitian ini. Penyusun menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penyusun mengharap kritik, dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca demi kesempurnaan Penelitian ini. Akhirnya, saya berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia kesehatan khususnya bagi pembaca sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan. Madiun, Januari 2016 Penulis vii DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL........................................................................................ i LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................. iii MOTTO ........................................................................................................... iv ABSTRAK ....................................................................................................... v KATA PENGANTAR ..................................................................................... vi DAFTAR ISI .................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi DAFTAR SINGKATAN ................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang............................................................................... 1 1.2 Identifikasi Faktor Penyebab Masalah .......................................... 4 1.3 Batasan Masalah ............................................................................ 4 1.4 Rumusan Masalah ......................................................................... 5 1.5 Tujuan Penelitian ........................................................................... 5 1.6 Manfaat Penelitian ......................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 7 2.2 Teori dasar ..................................................................................... 9 viii 2.3 Anatomi Payudara ......................................................................... 11 2.4 Perawatan Payudara ..................................................................... 23 2.5 Kelancaran Asi .............................................................................. 29 2.6 Kerangka Konsep .......................................................................... 35 2.7 Hipotesis Penelitian ....................................................................... 36 BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Jenis Penelitian .............................................................................. 37 3.2 Rancangan Penelitian .................................................................... 38 3.3 Kerangka Kerja Penelitian ............................................................ 39 3.4 Populasi Penelitian ........................................................................ 40 3.5 Variabel Penelitian ........................................................................ 41 3.6 Definisi Operasional ...................................................................... 42 3.7 Lokasi dan waktu penelitian .......................................................... 43 3.8 Pengumpulan data ......................................................................... 43 3.9 Etika Penelitian ............................................................................. 47 BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ............................................................................. 49 4.2 Pembahasan ................................................................................... 55 4.3 Keterbatasan .................................................................................. 62 BAB VPENUTUP 5.1 Kesimpulan.................................................................................... 63 5.2 Saran .............................................................................................. 63 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix DAFTAR TABEL Halaman 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 42 3.2 Tabulasi Silang ......................................................................... 47 3.3 Tingkat Hubungan Variabel...................................................... 50 4.1 Tabulasi Silang ......................................................................... 54 x DAFTAR GAMBAR Halaman 2.1 Kerangka Konsep ...................................................................... 35 3.1 Rancangan Penelitian ................................................................ 38 3.2 Kerangka Kerja Penelitian ......................................................... 39 4.1 KarakteristikResponden Berdasarkan Umur............................. 50 4.2 KarakteristikResponden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ...... 51 4.3 KarakteristikResponden Berdasarkan Paratis ........................... 51 4.4 Perawatan Payudara .................................................................. 52 4.5 Kelancaran Asi .......................................................................... 53 xi LAMPIRAN 1. Lembar permohonan surat ijin penelitian 2. Lembar Konsultasi 3. Lembar permohonan menjadi responden 4. Lembar persetujuan menjadi responden 5. Lembar kuesioner 6. Lembar jawaban kuesioner 7. Lembar tabulasi data 8. Lembar tabel distribusi 9. Lembar nilai-nilai chi kuadrat xii DAFTAR SINGKATAN ASI : Air Susu Ibu DEPKES RI : Departemen Kesehatan Republik Indonesia dk : Derajat Kebebasan RSUD : Rumah Sakit Umum Daerah SDKI : Demografi Dan Kesehatan Indonesia xiii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia pengetahuan, kesadaran, kemampuan ibu dalam memberikan hak asasi ibu dan hak asasi bayi menikmati air susunya sangat memprihatinkan (suaramerdeka, 2008).Padahal seorang ibu dikodratkan untuk dapat memberikan ASI nya pada bayi yang telah dilahirkannya. Dengan kodrat itu merupakan suatu proses alamiah dan juga merupakan tugas mulia bagi ibu sendiri demi keselamatan diri si bayi di kemudian hari (Manuaba, 1991).Banyak ibu masih beranggapan bahwa aktifitas menyusui kerap dihubungkan dengan keindahan payudara. Pakar ASI dr Utami Roesli, Spesialis Anak, dalam sebuah seminar ASI mengungkapkan bahwa sesungguhnya bukan menyusui yang mengubah bentuk payudara, tapi proses kehamilanlah yang menyebabkan perubahan tersebut. Namun itu bukan berarti tidak ada cara membuat payudara indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui selain terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan si kecil mengkonsumsi ASI (Suriviana, 2005).Perawatan payudara dan puting sangat penting dalam proses laktasi. Kedua perawatan ini seringkali menjadi “penyelamat” bagi ibu dalam melewati masa-masa awal menyusui yang kadang terasa sangat berat.Misalnya jika terjadi puting lecet, seringkali lecetnya ringan saja. Awal yang baik niscaya membuat proses selanjutnya berjalan dengan baik pula. Dari awal yang baik tersebut tidak terlepas dari pengetahuan ibu sendiri 1 2 dalam merawat payudaranya.Demikian halnya dengan menyusui, ibu yang lebih tahu tentang perawatan payudara maka cenderung mempunyai keinginan lebih besar dalam menyusui (riau pos, 2008). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI ) tahun 2009 ada beberapa hal yang menghambat pemberian ASI Ekslusif, diantaranya adalah karena rendahnya pengetahuan para ibu mengenai manfaat ASI dan cara menyusui yang benar yaitu sebesar 19,07%, kurangnya pelayanan konseling laktasi dan dukungan dari petugas kesehatan sebesar 15,23%, persepsi masyarakat yang salah kaprah mengartikan tentang ASI sebesar 20,40%, prilaku bagi para ibu bekerja yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 21,12%, dan pemasaran agresif oleh perusahaan-perusahaan pembuat susu bayi yang tidak hanya mempengaruhi para ibu, namun juga para petugas kesehatan sebesar 24,18% (Winoto & Assefa, 2003). Pada tahun 2006 cakupan standar nasional pemberian ASI Eksklusif telah di tetapkan yaitu 80% (Amirudin, 2007). Dari hasil rekap laporan ASI Eksklusif di seluruh Puskesmas Kota Surabaya tahun 2008 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif yaitu 40,07%. Dengan teknik menyusui yang benar yang hanya 22% dari ibu yang memberikan ASI eksklusif, Namun pada tahun 2007 jumlah bayi yang mendapatkan ASI Eksklusif menurun menjadi 38,44% (Dinkes Surabaya 2008 – 2009).Dinas kesehatan Kabupaten Mojokerto tahun 2008 sasaran bayi 0-6 bulan jumlah 12.731 yang diberi ASI hanya 1.732, dengan teknik menyusui yang benar yang hanya 17,2% (Profil Dinkes,2008). Berdasarkan survei pendahuluan data yang diperoleh dari RSUD Sogaten, Madiun. Jumlah ibu post partum pada bulan April 2016 sebanyak 30 ibu nifas, 3 11orang tidak melakukan perawatan payudara dan ASI tidak lancar (36,66%), 19 orang melakukan perawatan payudara angka keberhasilannya ASI lancar sebanyak 10 orang (33,33%), ASI tidak lancar 9 orang (30%), ada beberapa hal yang menghambat terjadinya pengeluaran ASI tidak lancar, diantaranya rendahnya pengetahuan ibu dalam melakukan perawatan payudara, kurangnya pelayanan konseling tentang cara perawatan payudara dari petugas kesehatan, kurangnya keinginan ibu untuk melakukan perawatan payudara. Dampak dari tidak melakukannya perawatan payudara dapat mengakibatkan beberapa dampak negatif yaitu puting susu tidak menonjol, anak susah menyusui, ASI lama keluar, produksi ASI terbatas, payudara meradang, payudara kotor, ibu belum siap menyusui, kulit payudara terutama puting akan mudah lecet, pembekakan payudara atau bendungan ASI. Bendungan ASI (Engorgement) itu dikarenakan penyempitan pada duktus laktiferus, sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya pembekakan, penyababnya dikarenakan adanya kelainan pada puting susu, payudara bengkak, nyeri, dan panas. Pembekakan biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat sesudah melahirkan.Jika payudara masih membengkak, nyeri dan kemerahan dikarenakan infeksi maka terjadi mastitis.Mastitis merupakan radang pada payudara, dan jika tetap masih membengkak disertai ada nanah disebut abses.Abses payudara yang merupakan kelanjutan dari mastitis. Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara harus dirawat dengan baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang mungkin akan terjadi selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara indah kembali, 4 perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan memudahkan bayi saat menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah payudara terluka selama menyusui.Agar lebih optimal, sebaiknya mulai melakukan perawatan payudara sejak masa kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk mempersiapkan payudara untuk menyusui setelah melahirkan. Pelaksanaan perwatan payudara setelah melahirkan dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut lakuakan 2 kali sehari. (Huliana, 2003). 1.2 Identifikasi Faktor Penyebab masalah Pelaksanaan perawatan payudara pada ibu post partum sangat kurang, hal ini di sebabkn kurangnya informasi dari tenaga kesehatan, adanya rasa takut dan malas serta tidak ketersediaan waktu untuk melakaukan perawatan payudar Pemberian ASI sendiri terhambat oleh beberapa hal yang salah satunya adalah teknik pemberian ASI yang salah, yang bisa mengakibatkan puting lecet, payudara bengkak, saluran susu tersumbat, mastitis, abses payudara dan bayi enggan menyusu (Dinkes Surabaya, 2010). 1.3 Batasan Masalah Dari berbagai faktor yang dipengaruhi perawatan payudara peneliti membatasi pada faktor-faktor tingkat pengetahuan. 5 1.4 Rumusan masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut “Adakah hubungan antara perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI?”. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI di Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun. 1.5.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi ketepatan perawatan payudara 2. Mengidentifikasi kelancaran ASI 3. Menganalisis adanya hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun. 1.6 Manfaat penelitian 1.1. Manfaat teoritis Memberikan informasi yang berguna dalam ilmu kebidanan khususnya tentang perawatan payudara yang berpengaruh dengan kelancaran ASI pada ibu nifas. 1.2 Manfaat Praktis a) Bagi masyarakat Memberi wawasan terhadap ibu nifas tentang perawatan payudara. 6 b) Bagi pelayanan kesehatan Memberikan masukan kepada tenaga kesehatan untuk berperan aktif dalammningkatkan pengetahuan ibu dengan perawatan payudara. c) Institusi pendidikan Sebagai bahan pustaka atau bacaan mengenai penelitian yang dilakukan, masukan informasi terbaru tentang hubungan perawatan payudara dengan kelancaran pemberian ASI. d) Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi peneliti lebih lanjut dalam meneliti perawatan payudara dengan kelancaran ASI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Hasil penelitian terdahulu oleh Nur Solichah (2011) berjudul “Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Postpartum denganKelancaran Pengeluaran Asi di Desa Karang Duren KecamatanTengaran Kabupaten Semarang” merupakan penelitin analitik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi korelasi, populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu post-partum pada hari ketiga sampai enam minggu pada bulan Februari-Maret 2011 sebanyak 31 ibu postpartum. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total Sampling dengan sampel 31 ibu post partum pada hari 3-6 minggu. Analisa data menggunakan analisis Chi-Squaresebagian besar responden (51,6 %) mempunyai perawatan payudarapada masa nifas yang kurang baik. Ibu post partum di Desa Karangduren KecamatanTengaran Kabupaten Semarang sebagian besar (51,6 %) mempunyai kelancaran pengeluaranASI yang lancar. Ada hubungan antara perawatan payudara pada ibu post partum dengankelancaran pengeluaran ASI di Desa Karang Duren Kecamatan Tengaran KabupatenSemarang dengan p = 0,007. Dari hasil uji statistik menggunakan Chi-Square didapatkan ρvalue 0,007<0,05sehingga ada hubunganyang bermakna antara perawatan payudaraibu post partum dengan kelancaranpengeluaran ASI di Desa KarangdurenKecamatan Tengaran KabupatenSemarang.Dari hasil penelitian menunjukkanbahwa persentase sebanyak 16 respondenyang melakukan perawatan payudarakurang 7 8 baik, Sebanyak 12 responden(75,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nyatidak lancar dan sebanyak 4 responden(25%) kelancaran pengeluaran ASI-nya lancar. Jadi dapat disimpulkan bahwa ibupost partum yang melakukan perawatanpayudara kurang baik kelancaranpengeluaran ASI-nya tidak lancar lebihbesar dibandingkan kelancaranpengeluaran ASI-nya lancar. Dari 15responden yang melakukan perawatanpayudara baik, sebanyak 3 responden(20,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nyatidak lancar dan sebanyak 12 responden(80,0%) kelancaran pengeluaran ASI-nyalancar, jadi dapat disimpulkan bahwa ibupost partum yang melakukan perawatanpayudara baik kelancaran pengeluaranASI-nya lancar lebih besar dibandingkankelancaran pengeluaran ASI-nya tidaklancar.Dari 16 responden sebanyak 3responden melakukan perawatan payudarakurang baik, tetapi kelancaran pengeluaranASI-nya lancar.Hal ini disebabkanbanyak ibu mengeluhkan bayinya tak maumenyusu, hal ini dapat juga disebabkanoleh faktor teknis ini, air susu ibu jugadipengaruhi asupan nutrisi bisa dipenuhidengan tambahan asupan kalori 500 kkalperharinya, khususnya nutrisi kaya protein(ikan, telur, hati), kalsium (susu) danvitamin (susu, buah). Juga, banyak konsumsi air putih. Sedangkan faktor psikologis dengan menciptakan suasana santai dan nyaman, tidak terburu-buru dan tidak stress saat meneteki bayi. (Saryonodan Pramitasari, 2008) 9 2.2 Teori Dasar Masa Nifas 2.1.1 Pengertian Nifas adalah masa pulihnya, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil, lama masa nifas ini 6-8 minggu. (Mochtar, 1998:115) Nifas adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu. (Sarwono, 1999) Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-kira 6 minggu.(Sarwono, 2003) 2.1.2 Fisiologis Masa Nifas Hal-hal yang terjadi dan bersifat karakteristik dalam masa nifas yang memberi tanda dan ciri adanya tanda-tanda his. Hal ini dianggap perubahan normal dan harus terjadi untuk memenuhi sebagian dari fungsi masa nifas yaitu mengembalikan keadaan seperti sebelum hamil. 1. Laktasi Menurut Mochtar (1998:117) untuk menghadapi laktasi (menyusui) sejak dari kehamilan telah terjadi perubahan-perubahan pada kelenjar-kelenjar, yaitu: a) Poliferasi jaringan pada kelenjar-kelenjar alveoli dan jaringan lemak bertambah b) Keluarnya cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut kolostrum berwarna kuning putih susu c) Hipervaskulurasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana vena-vena berdilatasi sehingga nampak jelas 10 d) Setelah persalinan pengaruh supersi astrogen dan progesteron hilang. Maka timbul pengaruh laktogenik hormone (LH) atau prolaktin yang akan merangsang air susu. Disamping itu pengaruh oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi sehingga air susu keluar. Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari post partum. Menurut Ibrahim (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran ASI, antara lain: a) Faktor anatomis buah dada Produksi ASI akan menjadi dilobulus yang akan berkumpul menjadi lobus. Apabila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, jumlah lobulus juga akan berkurang sehingga produksi ASI berkurang karena sel-sel acini yang menghisap zat-zat makanan dari pembuluh darah akan berkurang. b) Faktor fisisologis Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormon prolaktin yang dikeluarkan oleh selalfa dari lobus anterior kelenjar hipophyse. Hormon ini merangsang sel acini untuk membentuk ASI, apabila ada kelainan rangsanganl pada sel acini berkurang sehingga pembentukan ASI berkurang. c) Nutrisi Apabila dalam makanan ibu terus menerus kekurangan gizi, persediaan alam tubuh akan habis sehingga kualitas dan kuantitas ASI menurun. 11 d) Faktor istirahat Istirahat diperlukan untuk pelemasan sel-sel jaringan tubuh, apabila kurangistirahat akan mengalami kelelahan sehingga pembentukan dan pengeluaran ASI berkurang. e) Faktor isapan anak Isapan anak akan merangsang otot puting susu yang akhirnya merangsang otot polos dalam buah dada agar berkontraksi. Kontraksi sangat penting untuk pembentukan dan pengeluaran ASI. f) Faktor obat Obat yang dapat mempengaruhi adalah obat yang mengandung hormon. Hormon akan mempengaruhi hormon prolaktin yang sangat penting mempengaruhi produksi dan pengeluaran ASI. g) Faktor psikologis Kecemasan, kesediaan dapat menyebabkan ketegangan yang mempengaruhi fungsi saraf, pembuluh darah, dan sebagainya. 2.3 Anatomi Payudara 2.2.1 Struktur Payudara Payudara wanita dirancang untuk memproduksi ASI. Pada tiap payudara, terdapat sekitar 20 lobus yang memiliki sistem saluran (ductus system). Saluran utama bercabang menjandi saluran-saluarn kecil yang berakhir pada sekelompok sel yang memproduksi susu, disebut alveoli. Saluran tersebut melebar menjadi 12 penyimpanan susu dan bertemu pada puting susu, sel otot mengelilingi alveoli. (Riksani, 2016:13) Payudara wanita, disebut juga glandula mammaria, adalah alat reproduksi tambahan. 1) Letak Setiap payudara terletak pada setiap sisi sternum dan meluas setinggi antara costa kedua dan keenam. Payudara terletak pada fascia superficialis dinding rongga dada di atas musculus pectoralis major dan dibuat stabil oleh ligamentum suspensorium. 2) Bentuk Masing-masing payudara berbentuk tonjolan setengah bola dan mempunyai ekor (cauda) dari jaringan yang meluas ke ketiak atau axilla (disebut cauda axillaris spence) 3) Ukuran Ukuran payudara berbeda untuk setiap individu, juga bergantung pada stadium perkembangan dan umur. Tidak jarang salah satu payudara ukurannya agak lebih besar daripada payudara yang lain. (sylvia, 1997:1) 2.2.2 Struktur Makroskopis Ada tiga bagian utama payudara, yaitu : 1) Cauda axillarisadalah jaringan payudara yang meluas ke arah axilla. 2) Areola, adalah daerah lingkaran yang terdiri dari kulit yang longgar dan mengalami pigmentasi dan masing-masing payudara bergaris tengah kira-kira 2,5 cm. Areola berwarna merah muda pada wanita yang berkulit cerah, lebih 13 gelap pada waktu hamil. Di daerah areola ini terletak kira-kira 20 glandula sebacea. Pada kehamilan areola ini membesar dan disebut tuberculum Montgomery. 3) Papilla mammae, terletak di pusat areola mammae setinggi iga (costa) ke-4. Papilla mammae merupakan suatu tonjolan dengan panjang kira-kira 6 mm, tersusun atas jaringan erektil berpigmen dan merupakan bangunan yang sangat peka. Permukaan papilla mammae berlubang-lubang berupa ostimus papillare kecil-kecil yang merupakan muara ductus lactifer. Ductus lactifer ini dilapisi oleh epitel. (sylvia, 1997:1) 2.2.3 Struktur Mikroskopis Payudara terutama tersusun atas jaringan kelenjar tetapi juga mengandung sejumlah jarinagan lemak dan ditutupi oleh kulit. Jaringan kelenjar ini dibagi menjadi kira-kira 18 lobus yang dipisahkan secara sempurna satu sama lain oleh lembaran-lembaran jaringan fibrosa. Struktur dalamnya dikatakan menyerupai segmen buah anggur atau jeruk yang dibelah. Setiap lobus merupakan satu unit fungsional yang berisi dan tersusun atas bangun sebagai berikut : 1. Alveoli,yang mengandung sel-sel yang mengkresi air susu. Setiap alveolus silapisi oleh sel-sel yang menyekresi air susu, disebut acini, yang mengekstraksi faktor-faktor dari darahyang penting untuk pembentukan air susu. Di sekeliling setiap alveolus terdapat sel-sel niopitel yang kadang-kadang disebut sel „keranjang‟ (basket cell) atau sel „ laba-laba‟ (spider cell). Apabila sel-sel dirangsang oleh oksitosin akan berkontraksi sehingga mengalirkan air susu ke dalam ductus lactifer. 14 2. Tubulus lactifer, saluran kecil yang berhubungan dengan alveoli. 3. Ductus lactifer, adalah saluran sentral yang merupakan muara beberapa tubulus lactifer. 4. Ampula, adalah bagian dari ductus lactifer yang melebar, yang merupakan tempat menyimpan air susu. Ampulla terletak di bawah areola. 4) Lanjutan masing-masing ductus laktifer, meluas dari ampulla sampai muara papilla mammae. (sylvia, 1997:2) 2.2.4 Vaskularisasi Suplai darah (vaskularisasi) ke payudara berasal dari arteria mammaria interna, arteria mammaria externa, dan arteria-arteria intercostalis superior. Drainase vena melalui pembuluh-pembuluh yang sesuai, dan akan masuk ke dalam vena mammaria interna dan vena axillaris. (sylvia, 1997:3) 2.2.5 Drainase limfatik Drainase limfatik terutama ke dalam kelenjar axillaris, dan sebagian akan dialirkan ke dalam fissura portae hepar dan kelenjar mediastinum. Pembuluh limfatik dari masing-masing payudara berhubungan satu sama lain.(sylvia, 1997:3) 2.2.6 Persarafan Fungsi payudara terutama dikendalikan oleh aktivitas hormon, tetapi kulitnya dipersarafi oleh cabang-cabang nervus thoracalis. Juga terdapat sejumlah saraf simpatis, terutama di sekitar areola dan papilla mammae. (sylvia, 1997:3) 15 2.2.7 Tahap-tahap Perkembangan Payudara Saat lahir, payudara sebagian besar terdiri atas duktus laktiferus dengan sedikit, jika ada alveoli. Kelenjar mammae yang rudimeter ini memiliki sedikit fungsi sekretorik (air susu palsu) dalam beberapahari setelah lahir. Sekresi payudara pada masa nenatal terjadi akibat kadar prolaktin yang tinggi pada bayi baru lahir setelah pajanan payudara janin sebelumnya terhadap konsentrasi estrogen plasenta yang tinggi selama kehamilan. Setelah estrogen plasenta hilang dari sirkulasi nenatal, payudara memasuki fase tenang sampai pubertas.Pada pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan sistem duktus laktiferus. Duktus-duktus ini bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan membentuk aveolu lobular. Payudara dan alveoli kemudian membesar. Saat menarche, sekresi esterogen dan progesteron siklik dimulai dan akan terjadi fase tambahan pada pertumbuhan duktus dan lobulus yang rudimeter. Kortikosteroid adrenal selanjutnya akan meningkatkan perkembangan duktus. Payudara terus membesar selama beberapa waktu setelah menarke akibat timbunan lemak dan jaringan ikatan bahan. Deferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan payudara dapat dibagi menjadi empat fase : istirahat, perkembangan (kehamilan), sekresi susu (laktasi), dan involusi. Saat lahir, struktur hanya sebuah puting payudara dan beberapa duktus rudimenter, dengan sedikit atau tanpa alveolus yang mencerminkan asal evolusi dari modifikasi kelenjar keringat apokria. Sampai pubertas, saatnya 16 perkembangan yang terjadi mungkin adalah percabangan duktus. Terjadi penurunan insiden kanker payudara pada populasi yang banyak mengonsumsi fito-estrogen (senyawa mirip-esterogen yang berasal dari tumbuhan).Diperkirakan fito-esterogen merangsang perkembangan sel payudara pada masa anak dan pubertas sebelum kehamilan.Sel yang berdiferensiasi baik ini mungkin lebih resiten terhadap pembentukan tumor. (Adlecreutz, 1995) 2.2.8 Refleks yang mempengaruhi produksi ASI Terdapat banyak releks yang mempengaruhi produksi ASI. Ada refleks pada ibu dan refleks pada bayi, keduanya berperan besar dalam proses tubuh untuk menghasilkan ASI. Refleks pada ibu ada tiga, yaitu: a) Refleks prolaktin Bayi menghisap payudara dan menstimulasi ujung syaraf. Syaraf inilah yang kemudian memerintahkan otak untuk mengeluarkan hormon, yaitu hormon prolaktin. Prolaktin merangsang alveoli (sel kelenjar) untuk menghasilkan lebih banyak air susu. Menyusui dengan sering adalah cara terbaik untuk mendapatkan ASI dalam jumlah banyak. b) Let-Down Reflex Hormon oksitosin yng dikeluarkan tubuh menyebabkan sel-sel otot disekitar alveoli berkontraksi sehingga mendorong air susu masuk kesaluran penyimpanan dan akhirnya bayi dapat menghisapnya. Terjadinya refleks ini dipengaruhi oleh kondisi jiwa ibu. Melalui refleks ini, terjadi pula kontraksi rahim yang membantu lepasnya plasenta dan 17 mengurangi perdarahan. Oleh karena itu, bayi perlu disusui segera mungkin. c) Semakin bayi menghisap, semakin banyak susu yang dihasilkan. Gambar : Refleks Prolaktin dan Oksitosin Sama seperti refleks pada ibu, refleks pada bayi yang berpengaruh dalam proses menyusui pun ada tiga. a) Rooting Refleks atau Refleks Mencari Bayi baru lahir bila disentuh pipinya akan menoleh ke arah sentuhan. Bila bibirnya dirangsang atau disentuh, dia akan membuka mulut dan berusaha mencari puting untuk menyusu. Refleks ini sangat penting selama proses menyusui karena bayi akan menggunakan refleks ini untuk memulai menyusu. b) Refleks menghisap Bayi sudah bisa menghisap sejak lahir. Semakin sering menghisap, produksi ASI pun akan semakin berlimpah. Refleks ini akan terlihat bila ada sesuatu yang merangsang langit-langit mulutnya, biasanya puting susu. 18 c) Refleks menelan Saat ada sesuatu yang masuk ke dalam mulutnya, dalam hal ini air susu, bayi sudah bisa menelanya. 2.2.9 Kolostrum Kolostrum berasal dari bahasa latin adalah susu yang dihasilkan oleh kelenjar susu dalam tahap akhir kehamilan dan beberapa hari setelah kelahiran bayi. Kolostrum warnanya kekuningan dan kental penting bagi bayi karena mengandung banyak gizi dan zat-zat pertahanan tubuh.Kolostrum (196) mengandung banyak karbohidrat, protein, anti body dan sedikit lemak (yang sulit dicerna bayi) bayi memiliki sistem pencernaan kecil dan kolostrum memberinya gizi dalam konsentrasi tinggi.Kolostrum juga mengandung zat yang mempermudah bayi membuang air besar pertama kali yang disebut meconium.Hal ini membersihkannya dari Bilirubin, yaitu sel darah merah yang mati yang diproduksi ketika kelahiran. Kolostrum adalah cairan prasusu yang dihasilkan oleh ibu dalam 24 – 36 jam pertama setelah melahirkan (paska persalinan) kolostrum mensuvlei beberapa faktor kekebalan (Faktor imun) dan faktor pertumbuhan pendukung kehidupan dengan kombinasi zat gizi (nutrien) yang sempurna untuk mejamin kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan kesehatan bagi bayi yang baru lahir. (http://sobatbaru.blogspot.com/2016/05/anatomi-payudara-dan-fisiologilaktasi.html) Namun karena kolostrum manusia tidak selalu ada, maka kita harus bergantung pada sumber lain. Ada lebih dari 90 bahan Bioaktif Alam dalam 19 kolostrum komponen utamanya dikelompokan menjadi 2 yaitu : faktor umum dan faktor pertumbuhan. Kolostrum juga mengandung berbagai jenis vitamin, mineral, dan asam amino yang seimbang.Semua unsur ini bekerja secara sinergis dalam memulihkan dan menjaga kesehatan tubuh. Penelitian secara medis menunjukan bahwa kolostrum : 1. Mempunyai faktor imunitas yang kuat (Immunoglobium, lactoferm, Cytokines, Lactalbumein, Glicoprotein, dan lain-lain) yang membantu melawan virus, bakteri, jamur, alergi dan Toksin. 2. Membantu mengatasi berbagai masalah usus, Autoimunitas, Arthiritis, Alergi. 3. Membantu menyeimbangkan kadar gula dalam darah dan sangat bermanfaat bagi penderita diabetes. 4. Kaya akan kandungan T9F-B yang mendukung terapi penderita kanker pembentukan tulang dan mencegah penyakit Herpes. 5. Mengandung Imunoglobulin dan telah terbukti sebagai Anti Virus, Anti Bakteri, Anti Jamur, dan Anti Toksin. Kolostrum disekresi selama kehamilan dan tampak lebih awal pada ibu yang payudaranya telah berfungsi secara penuh sebelumnya.Pada saat permulaan diproduksi, kolostrum berupa cairan jernih seperti air, tetapi kemudian menjadi lebih kuning warnanya dan konsistensinya lebih menyerupai krim yang encer menjelang akhir kehamilan. Setelah kelahiran bayi, warnanya terus berubah, sampai hari ke-3 pascapartum kolostrum tampak lebih menyerupai air susu, warnanya menjadi lebih pucat dan konsistensinya menjadi lebih encer. Kolostrum ini merupakan fase 20 peralihan (transisi), karena perkembangan menjadi air susu yang sebenarnya memerlukan waktu 10 sampai 14 hari. Kolostrum mengandung : Protein : 8,5% Garam mineral : 0,4% Lemak : 2,5% Air : 85,1% Karbohidrat :3,5% Leukosit Corpulus colostrums Sisa-sisa epitel yang mati Vitamin A, B,C, D, E, dan vitamin K dalam jumlah yang sangat sedikit. Nilai kalori = 80 kilo joule / 30 ml. Dengan menyusukan bayi, apabila bayi merasa lapar (pemberian susu sesuai kebutuhan) dan selama bayi menginginkan, maka tidak hanya memberikan kepuasan kepada bayi, tetapi juga akan merangsang produksi prolaktin dan akan mempercepat produksi air susu yang sebenarnya, meningkatkan kualitasnya dan membantu memantapkan refleks neurohormonal (pengeluaran air susu). (Howie & Mc Nelly, 1980) Fungsi kolostrum, yaitu: 1. Mempersiapkan system sekretorik payudara untuk memproduksi air susu. 2. Minum kolostrum secara awal, akan membantu membersihkan mekonium dari usus bayi. 3. Mempunya nilai gizi yang tinggi. Kolostrum mengandung protein dengan proporsi yang tinggi, sangat bergizi dan memberikan semua yang dibutuhkan bayi. 21 4. Untuk perlindungan terhadap infeksi / antibody bagi bayi. Faktor yang terdapat pada kolostrum, sehingga dapat mencegah infeksineonatal adalah : a) Imunoglobulin Imunoglobulin bekerja dalam saluran usus dan dapat juga diserap melewati dinding usus kedalam sistem sirkulasi bayi.Imunoglobulin juga melapisi dinding usus, dengan demikian dapat mencegap penyerapan protein yang mungkin menyebabkan reaksi alergi. b) Laktoferin Laktoferin merupakan protein yang mempunyai afinitas tinggi terhadap zat besi. Bersama dengan imunoglobulin A, laktoferin mengambil zat besi yang diperlukan untuk perkembangan kuman E. Coli , stafilokokus, dan ragi. Kadar laktoferin tertinggi dalam kolostrum dan ASI adalah pada 7 hari pertama postpartum. Laktoferin juga terdapat pada susu sapi, tetapi laktoferin ini akan rusak pada proses pasteurisasi. Laktoferin tidak terdapat dalam makanan buatan (formula). Efek imunologis laktoferin akan hilang jika makanan bayi ditambah zat besi. c) Lisosom Lisosom bersama IgA mempunyai fungsi anti bakteri dan juga menghambat pertumbuhan berbagai macam virus. Kadar lisosom pada kolostrum dan ASI lebih besar dari pada kandungan lisosom pada susu sapi. 22 d) Faktor antitrypsin Faktor antitripsin akan menghambat kerja tripsin (memecah protein), sehingga akan menyebabkan imunoglobulin pelindung tidak akan dipecah tripsin. e) Faktor bifidus Faktor bifidus adalah gula mengandung nitrogen.Faktor bifidus ini dibutuhkan laktobasilus dalam pertumbuhannya. Laktobasilus didalam usus bayi menghasilkan berbagai asam yang akan mencegah pertumbuhan kuman patogen . Faktor bifidus ini terdapat dalam kolostum dan ASI saja, sedangkan pada susu sapi tidak. Dengan demikian, penting bahwa makanan pertama bayi adalah kolostrum, karena laktobasilus akan dihambat oleh susu sapi. Jika meminum susu sapi sekali saja akan memberikan efek yang merugikan terhadap flora usus selama 3 hari. Faktor-faktor pelindung ini semua ada didalam kolostrum dan ASI yang matur. Kadar faktor ini akan berubah selama laktasi, sampai bayi mulai membentuk system imunnya sendiri. Perlu diulangindi sini bahwa: (1)Pemberian kolostrum secara awal dan pemberian ASI yang terus menerus, paling tidak selama 4 bulan, merupakan perlindungan terbaik yang dapat diberikan kepada bayi terhadap penyakit. (2)Bahkan hanya dengan sekali minum air susu sapi dapat menyebabkan kerusakan faktor-faktor perlindungan alami.(sylvia, 1997:7) 23 2.4 Perawatan Payudara 2.4.1 pengertian Perawatan payudara merupakan kebutuhan perawatan diri yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan (Pilleteri A, 2002).Apalagi bagi ibu hamil dan menyusui, sangat berguna untuk kelancaran produksi ASI.Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. (Huliana M, 2003) Payudara mungkin akan mengalami sedikit perubahan warna sebelum dan setelah kehamilan. Sebelum kehamilan, aerola (area yang mengelilingi puting susu) biasanya berwarna kemerahan, namun akan menjadi coklat dan mungkin akan mengalami pembesaran selama masa kehamilan dan masa menyusui. Perubahan bentuk dan perasaan bahwa menyusui akan merusak keindahan payudara, seringkali dijadikan alasan ibu tidak mau menyusui. Padahal, seperti yang telah anda ketahui,payudara berubah bukan karena menyusui, melainkan karena perubahan yang dialami semasa kehamilan. Meskipun payudara anda setelah melahirkan tidak bisa kembali seperti semula, ada beberapa cara agar payudara tetap terlihat kencang dan indah. Payudara adalah “aset” berharga anda bagi buah hati tercinta. Dengannya, anda bisa memberikan makanan terbaik dan berkualitas bernama air susu. Layaknya aset berharga lain yang membutuhkan perawatan terbaik, payudara pun sama. Demi keberlangsungan proses menyusui, payudara harus dirawat dengan 24 baik dan tepat agar terhindar dari gangguan serta penyakit yang mungkin akan menimpa anda selama proses menyusui. Selain akan membuat payudara anda indah kembali, perawatan yang benar dan dilakukan secara teratur akan memudahkan bayi saat menyusu, merangsang produksi ASI, dan mencegah payudara terluka selama menyusui. Agar lebih optimal, sebaiknya anda mulai melakukan perawatan payudara sejak masa kehamilan. Perawatan payudara pada masa ini bertujuan untuk mempersiapkan payudara untuk menyusui setelah melahirkan. Pelaksanaan perwatan payudara setelah melahirkan dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan. Perawatan tersebut lakuakan 2 kali sehari. 2.4.2 Tujuan Adapun perawatan payudara yang dilakuakan setelah melahirkan, bertujuan sebagai berikut. 1. Untuk menjaga agar payudara terjaga kebersihannya sehingga terhindar dari berbagai penyakit dan infeksi. 2. Untuk menjaga kelembapan puting susu supaya tidak mudah lecet. 3. Untuk membantu menonjolkan puting susu, terutama pada ibu yang puting susunya rata atau tidak menonjol. 4. Mnjaga keindahan bentuk payudara. 5. Untuk mencegah kemungkinan terjadinya penyumbatan ASI, yang jika tidak dicegah bisa mengakibatkan dampak penyakit lebih luas. 6. Untuk meningkatan produksi ASI. 7. Untuk mendeteksi dini apakah terdapat kelainan pada payudara ibu. 25 2.3.3 Persiapan alat 1. Baby oil secukupnya 2. Kapas secukupnya 3. Waslap, 2 buah 4. Handuk bersih, 2 buah 5. Bengkok 6. 2 baskom berisi air (hangat dan dingin) 7. BH yang bersih dan terbuat dari katun 2.4.4 Persiapan Ibu 1. Cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir dan keringkan dengan handuk 2. Baju ibu bagian depan dibuka 3. Pasang handuk 2.4.5 Pelaksanaan Perawatan Payudara Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca persalinan, yaitu: 1. Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit, kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi. 2. Pengenyalan yaitu puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar kedalam 20 kali keluar 20 kali. 3. Penonjolan puting susu yaitu : a. Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali b. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap c. Memakai pompa puting susu 26 4. Pengurutan payudara: a. Telapak tangan diberi baby oil kemudian diratakan b. Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu sebanyak 30 kali c. Sanggalah payudara kiri anda menggunakan tangan kiri. Lakukan gerakan kecil dengan dua atau tiga jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara dan berakhir pada daerah puting susu dengan gerakan spiral. Gambar 1 : memijat secara spiral d. Buatlah gerakan melingkar sambil sedikit menekan dimulai dari daerah pangkal payudara hingga ke puting susu di seluruh bagian payudara. Lakakukan hal yang sama pada payudara berikutnya. 27 Gambar 2 : Gerakan melingkar e. Letakkan kedua telapak tangan diatara kedua payudara. Pijatlah dari tengahtengah antara payudara sambil sedikit mengangkat kedua payudara dan lepaskan kedua secara perlahan. Dianjurkan mengulangi gerakan ini hingga 30 kali. Gerakan lainnya adalah mengerakkan payudara kiri dengan kedua tangan, ibu jari berada di atas puting, sementara keempat jari lain berada di bawah. Dengan lembut, lakukan grakan memeras payudara sambil meluncurkan kedua tangan ke depan (kearah puting). Lakukan gerakan yang sama pada payudara lain. Gambar 3 : memijat menggunakan kedua tangan 28 f. Kemudian, cobalah posisi tangan paralel. Sangga payudara dengan satu tangan, sedangkan tangan lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah pangkal payudara kearah puting susu dengan cara memutar tangan. Ulangi gerakan ini sampai semua bagian payudara terkena urutan. Gambar 4: Posisi tangan paralel Semua gerakan pemijatan payudara ini mempunyai banyak manfaat, diantaranya untuk melancarkan refleks produksi meningkatkan volume ASI) dan pengeluaran ASI. Selain itu, dapat mencegah terjadinya bendungan ASI pada payudara. 5. Perangsangan Payudara Setelah selesai pengurutan, payudara disiram dengan air hangat dan dingin secara bergantian selama ± 5 menit (air hangat dahulu kemudian air dingin). Kemudian pakailah BH (kutang) yang menyangga payudara. Diharapkan dengan melakukan perawatan payudara, baik sebelum maupun sesudah melahirkan, proses laktasi dapat berlangsung dengan sempurna. 29 6. Pelaksanakan dan Frekuensi perawatan payudara Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai sedini mungkin yaitu 1 – 2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu dilakukan 2 kali sehari.(Riskani, 2012:143) 2.5 Kelancaran ASI 1.5.1 Air Susu Ibu Menurut Stadium Laktasi 1. Kolostrum a) Merupakan cairan yang pertama kali diskresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. b) Diskresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari ketiga atau keempat. c) Komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah. d) Merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan dengan susu yang matur. e) Merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan mekonium dari usus bayi yang baru lahir dan memprsiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akan datang. f) Lebih banyak mengandung protein dengankan dengan ASI yang matur, tetapi berlainan dengan ASI yang matur pada kolostru protein yang utama adalah globulin (gamma globulin). 30 g) Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan dengan ASI yang matur, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan. h) Kadar karbohidrat dan lemak rendah jika dibandingkan dengan ASI matur. i) Mineral, terutama natrium, kalium dan klorida lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu matur. j) Total energi lebih rendah jika dibandingkan dengan susu matur, hanya 58 Kal/100 ml kolostrum. k) Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi jika dibandingkan dengan ASI matur, sedangkan vitamin yang larut dalam air dapat lebih tinggi atau lebih rendah. l) Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak. m) pH lebih alkalis dibandingkan dengan ASI matur. n) Lipidnya lebih banyak mengandung kolesterol dan lesitin dibandingkan dengan ASI matur. o) Terdapat tripsin inhibitor, sehingga hidrolisis protein di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibodi pada bayi. p) Volume berkisar 150-300 ml/24 jam. 2. Air Susu Masa Peralihan a) Merupakan ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur. b) Diskresi dari hari ke-4 sampai hari ke-10 dari masa laktasi, tetapi ada pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ketiga sampai minggu kelima. 31 c) Kadar protein makin merendah sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin meninggi. d) Juga volume akan makin meningkat. e) Komposisi ASI menurut penyelidikan dari Kleiner I.S. & Osten J.M. (dikutip dari 3). Waktu Protein karbohidrat Lemak Hari ke-5 2, 00 6, 42 3,2 Hari ke-9 1, 73 6, 73 3,7 Hari ke-34 1,30 7, 11 4,0 Kadar di atas dalam satuan gram/1000 ml ASI. 3. Air Susu Matur a) Merupakan ASI yang di skresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relatif konstan baru mulai minggu ke-3 sampai minggu ke-5). b) Pada ibu yang sehat dimana produksi ASI cukup, ASI ini merupakan makanan satu-satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi sampai umur 6 bulan. c) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning-kuningan yang diakibatkan warna dari Garam Ca-caseinat, riboflavin dan karoten yang terdapat didalamnya. d) Tidak menggumpal jika dipanaskan e) Terdapat antimikrobial faktor antara lain : (1) Antibodi terhadap bakteri dan virus 32 (2) Sel (fagosit granulosit dan makrofag dan limfosit tipe T) (3) Enzim (lisozim, laktoperoksidase, lipase, katalase,fosfatase, amilase, fosfodiesterase, alkalinfosfatase) (4) Protein (laktoferin, B12binding protein) (5) Resistance factor terhadap stafilokokus (6) Komplemen (7) Interferron producing cell (8) Sifat biokimia yang khas, kapasitas bufer yang rendah dan adanya faktor bifidus. (9) Hormon-hormon. 1.5.2 Tanda ASI Lancar Pada Hari pertama, bayi cukup di susukan selama 10-15 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu diisap oleh bayi. Untuk mengetahui banyaknya produksi ASI, beberapa kriteria yang dipakai sebagai patokan untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak adalah : 1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting. 2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang 3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur : a. 1-3 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 700 gr/bulan) b. 4-6 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 600 gr/bulan) c. 7-9 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 400 gr/bulan) d. 10-12 bulan ( kenaikan berat badan rata-rata 300 gr/bulan) 4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam. 33 5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari.(Soetjiningsih, 1997 : 20) Bayi yang mendapatkan ASI memadai umumnya lebih tenang, tidak rewel dan dapat tidur pulas. Tanda pasti bahwa ASI memadai dapat terlihat pada penambahan berat badan bayi yang baik. Dalam keadaan normal usia 0-5 hari biasanya berat badan bayi akan menurun. Setelah usia 10 hari berat badan bayi akan kembali seperti lahir. Secara alamiah ASI diproduksi dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Ibu yang melahirkan dengan cara operasi caesar seringkali sulit menyusui banyinya segera setelah lahir, terutama jika ibu diberikan anastesi umum, ibu relatif tidak sadar untuk dapat mengurus bayi di jam pertama setelah bayi lahir, meskipun ibu mendapat efidural yang membuatnya tetap sadar, kondisi luka operasi di bagian perut relatif membuat proes menyusui sedikit terhambat. Sementara itu bayi mungkin mengantuk dan tidak responsif untuk menyusu terutama jika ibu mendapat obat-obatan penghilang rasa sakit sebelum operasi. Beberapa jenis anastesi mengurangi refleks bayi mencari payudara ibu dan menyusu pada ibunya, juga meningkatkan temperatur tubuh bayi dan tangisan bayi.(Ranjo-Arvidson et.al,2001) 1.5.3 Makanan untuk Mempelancar ASI Pasca melahirkan, anda tentu membutuhkan energi yang cukup untuk menjaga bayi dan hilangnya saat-saat tidur selama 3 bulan kedepan. Bahkan, mungkin hal itu tidak akan anda dapatkan lagi sampai anak tumbuh dan menikah. Kurang tidur juga dapat mendatangkan malapetaka bagi kesehatan sehingga anda 34 sangat penting mengonsumsimakanan sehat untuk mengembalikan dan meningkatkan energi yang hilang. Dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi pasca melahirkan, dapat membantu anda melawan syndrome baby blues, yang biasanya terjadi pada hari keempat atau kelima setelah melahirkan dan berlangsung antara 10 hari sehingga 2 minggu. Anda mungkin akan merasa diri anda begitu emosional dan mulai menangis tanpa sebab. Selama menyusui, membutuhkan tambahan nutrisi lebih dari 500 kalori untuk memproduksi ASI. Untuk menjaga kualitas ASI, ibu harus mengikuti pola makan dengan prinsip gizi seimbang dan mengonsumsi berbagai macam makanan, terutama sayuran berwarna hijau tua yang baik untuk melancarkan ASI, misalnya daun katuk. Selain daun katuk, kacang-kacangan, air sari akar jombang, buncis, jagung dan pare, merupakan salah satu jenis makanan yang dapat meningkatkan produksi ASI. Kurangi makanan yang mengandung gas, seperti brokoli atau kol, karena dapat membuat perut bayi kembung. Makanan lain yang harus dihindari adalah yang beraroma terlalu kuat, misalnya makanan pedas. “seimbang” juga berati asupan vitamin, mineral, sayur, dan buah, harus baik dan bervariasi. Makanan yang ibu konsumsi tidak hanya memenuhi kebutuhan tubuhnya akan nutrisi, tetapi juga dipersiapkan untuk menunjang kelancaran produksi ASI (energi, protein, kalsium, zat besi).(Riskani, 2012:133) 35 2.6 Kerangka Konsep Menurut Notoatmodjo (2002), kerangka konseptual adalah kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilaksanakan. Ibu Nifas Faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan payudara: 1. Faktor pengetahuan Breast Care 2. Faktor tenaga kesehatan 3. Faktor keinginan Kelancaran ASI Faktor-faktor yang mempngaruhi kelancaran ASI: 1. Anatomi payudara 2. fisisologis 3. nutrisi Ket : 4. faktor istirahat : Diteliti 5. isapan anak 6. obat 7. fisiologis : Tidak Diteliti Gambar : 2.1 Kerangka Konsep 36 Faktor-faktor yang mempengaruhi melakukan perawatan payudara yaitu dari pengetahuan, faktor dari tenaga ksehatan yang memberi informasi kurang dan faktor keinginan dari ibu sendiri. Dan menurut Ibrahim (1997) selain itu juga faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran ASI yaitu anatomi payudara, fisisologis, nutrisi, faktor istirahat, isapan anak, obat, dan psikologis. 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis berasal dari kata hupo dan thesis. Hupo artinya sementara/ lemah kebenarannya dan thesis artinya pernyataan /teori. Dengan demikian hipotesis berarti pernyataan yang perlu diuji kebenarannya. (Hastono,2006) Hipotesis penelitian ini ada hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI di Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah, pada dasarnya menggunakan metode ilmiah. (Notoatmodjo 2012 : 19) 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian survey (Menurut Notoatmodjo, 2010) yaitu suatu penelitian yang dilakukan tanpa melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (masyarakat), sehingga sering disebut penelitian noneksperimen. Dalam survei, penelitan tidak dilakukan terhadap seluruh objek yang diteliti atau populasi, tetapi hanya mengambil sebagian dari populasi tersebut (sampel). Penelitian survei digolongkan lagi menjadi dua, yaitu penelitian survei yang bersifat deskripitif dan analitik. (Notoatmodjo 2010 : 26) Jenis penelitian analitik adalah survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika kolerasi antara fenomena atau antara faktor resiko dengan faktor efek. Yang dimaksud faktor efek adalah suatu akibat dari adanya faktor resiko, sedangkan faktor resiko adalah suatu fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek (pengaruh). Dalam penelitian (survey) analitik, dari analisis korelasi dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor resiko tertentu terhadap adanya suatu kejadian tertentu (efek). Secara garis besar survei analitik ini dibedakan dalam tiga pendekatan (jenis), yakni survey analitik cross 37 38 sectional, survey analitik case control (retrospective), dan survey analitik cohort (prospective.(Notoatmodjo 2012 :37) 3.2 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Rancangan cross sectional (menurut Notoatmodjo, 2010 : 26), yaitu penelitian untuk variable sebab atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek penelitian di ukur dilkumpulkan secarasimultan (dalam waktu yang bersamaan). Langkah-langkan penelitian cross sectional adalah sebagai berikut: 1) mengidentifikasi variabel-variabel yang penelitian dan mengidentifikasi factor resiko dan factor efek. 2) menetapkan subjek penelitian. 3) melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel yang merupakan factor resiko dan efek sekaligus berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu. 4) melakukan analisa korelasi dengan cara membandingkan proporsi antar kelompok –keelompok hasil observasi (pengukuran) (menurut Notoatmodjo, 2012 : 37-40) Skema Rancangan Penelitian cross sectional Populasi Ibu nifas hari ke-3 post partum + - Baik/cukup/kurang Baik/cukup/kurang Lancar Lancar Tidak Lancar Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Tidak Lancar 39 3.3 Kerangka Kerja Penelitian Kerangka kerja adalah suatu abstrak, logical, secara arti harfiah dan akan membantu peneliti dalam menghubungkan hasil penemuan dengan body of knowledge(Nursalam, 2001: 31). Kerangka kerja pada penelitian ini adalahsebagai berikut. Berdasarkan desain penelitian di atas dapat digambarkan skema sebagai berikut: POPULASI Semua Ibu Nifas Normal sebanyak 30 orang diDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun Sampel: Semua Ibu Nifas Normal sebanyak 30 orang diDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun Teknik sampel Nonprobability sampling dengan teknik total populasi Pengumpulan Data dengan Kuesioner Kelancaran ASI dengan kuesioner di Hari Ketiga post partum Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Membagikan Kuesioner Pengolahan Data Analisis Data Hasil Pembahasan Kesimpulan dan Saran Publikasi Hasil Gambar 3.2 Kerangka Kerja Penelitian 40 3.4 Populasi, Sampel, Besar sampel dan Tehnik Sampling 3.4.1 Populasi Popolasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari atas subjek/objek yang mempunyai kuantitas dan kareakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2005) Populasi dalam penelitian ini adalah semua Ibu Nifas normal di ruang nifas RSUD Sogaten, Madiun sebanyak 30 orang. 3.4.2 Sampel Besar kecilnya sampel belum menjamin representatifnya atau tidaknya suatu sammpel, tetapi penentuan besarnya sampel dapat merupakan langkah penting dalam penbgambilan sampel. Secara statistik penentuan besarnya sampel ini akan tergantung pada jenis dan besarnya populasi. (Notoatmodjo, 2010) Sampel yang diambil pada penellitian ini memenuhi criteria populasi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah: a) Pasien post partum normal yang bisa membaca dan menulis b) Perawatan payudara segera setelah hari pertama post partum c) Ibu dan bayi sehat Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: a) Pasien post partum yang mengalami komplikasi/sc b) Ibu nifas yang tidak memenuhi kriteria dalam perawatan payudara c) Perawatan payudara secara dini tidak dilakukan segera setelah bayi lahir yaitu pada hari ke 1 – 2 dan tidak melakukan 2 kali sehari. 41 2.7.1 Cara pengambilan sampel Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Teknik samplingmerupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan subyek peneliti. (Nursalam, 2003 : 97) Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan non probability samplingdengan teknik total population yaitu mengambil sampel dari seluruh anggota populasi. 3.5 Variabel penelitian Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2012: 103) 3.5.1 Variabel bebas Variabel independen atau variable bebas adalah variable yang nilainya menentukan variable lain (Nursalam, 2011: 97). Variabel bebas dalam penelitian ini perawatan payudara pada ibu nifas. 3.5.2 Variabel terikat Variabel dependen atau variabel terikat adalah variabel yang nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2011: 98). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kelancaran ASI. 42 3.6 Definisi Operasional Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan agar variabel dapat di ukur dengan cara ukur, parameter, alat ukur, skala ukur, dan hasil ukur yang digunakan untuk memudahkan dalam disajikan dalam bentuk matrix, maka variabel harus diberi batasan atau definisi operasional dan di samping itu juga perlu dijelaskan (Notoatmodjo, 2010) Tabel 3.1 Definisi Operasional No Variabel Definisi Alat ukur 1 Independent : Perawatan Payudara Kemampuan ibu dalam menjawab pertanyaan tentang perawatan payudara kuesioner 2 Dependent : Kelancaran Produksi ASI untuk mengetahui jumahASI lancar atau tidak adalah : 1. ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting. 2. Sebelum disusukan payudara terasa tegang 3. Berat badan bayi naik dengan memuaskan sesuai umur 4. Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam. 5. Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari. Kuesioner Kriteria Skala data Untuk jawaban benar : 1, jawaban salah : 0 nilai Jumlah Jawaban Yang Ordinal Benar : a) Baik :76-100% b) Cukup: 56-75% c) Kurang: ˂56% (Nursalam, 2003) Untuk jawaban “ Ya” Nilai :1, jawaban“ Nominal Tidak” Nilai : 0 Jumlah Jawaban “Ya” : a) Lancar, jika “Ya” ≥ 3 b) Tidak lancar, jika “Ya” ≤ 3 43 3.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan diruang nifasDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun, Waktu penelitian akan dimulai bulan Desember sampai Januari 2016. 3.8 Pengumpulan Data Angket adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu penelitian mengenai suatu masalah, yang umumnya menyangkut kepentingan umum. Angket ini mengedarkan suatu pertanyaan yang berupa formulir. Formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan tanggapan, informasi, jawaban-jawaban dan sebagainya. (Notoatmojo, 2003 :112) Dalam penelitian ini, pengumpulan data menggunakan angket yang berbentuk formulir. Formulir berisikan pertanyaan-pertanyaan yang disebut kuesioner. 3.8.1 Instrumen Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Notoadmojo, 2010). Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah Kuesioner berisi 20 pertanyaan dan rekam medik pasien. 3.8.2 Tehnik pengumpulan data Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data perawatan payudara dan kelancaran ASI adalah menggunakan kuesioner tertutup, artinya semua jawaban disediakan dan responden tinggal memilih jawaban yang ada. (Arikunto, 2010) 44 3.8.3 Pengolahan data dan Analisa data a) Editing Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum editingadalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut: 1. Apakah lengkap, dalam arti semua pertanyaa sudah terisi. 2. Apakah jawaban atau tulisan masing-masing pertanyaan cukup jelas atau terbaca. 3. Apakah jawabannya relevan dengan pertanyaannya. 4. Apakah jawaban-jawaban konsisten dengan jawaban pertanyaannya yang lainnya. (Notoatmodjo, 2012 : 176) b) Pengolahan data Proses pengolahan data pada penelitian ini adalah: P = x x 100% n Keterangan: P : Prosentase x : Jumlahjawaban yang benar n : Jumlahseluruh item c) Coding Pada Hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI dapat dikodekan: - Kode 1 = kurang jika jawaban benar < 56% - Kode 2 = cukup jika jawaban benar 56-75% 45 - Kode 3 = Baik jika jawaban benar 76-100% Sedangkan untuk pertanyaan kelancaran ASI peneliti memberikan kode: - Kode 1 = bila ASI “Tidak Lancar”, yaitu jika jawaban “Ya” ≤ 3. - Kode 2 = bila ASI “Lancar”, yaitu jika jawaban “Ya” ≥ 3. d) Skoring 1) Variabel perawatan payudara pada ibu nifas Untuk pertanyaan perawatan payudara dengan ketentuan yaitu skor 1 bila jawaban “Benar” dan skor 0 bila jawaban “Salah”. 2) Variabel kelancaran ASI Untuk pertanyaan kelancaran ASI dengan ketentuan yaitu skor 1 bila ASI lancar dan skor 0 bila tidak lancar. e) Tabulating Melakukan tabulasi data dengan cara membuat tabel distribusi frekuensi yaitu menuliskan seluruh pernyataaan responden kedalam sebuah tabel distribusi frekuensi terhadap sejumlah pernyataan responden. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam membaca data yang telah terkumpul. Tabel 3.2 Tabulasi Silang Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun 2016 Kelancaran asi Perawatan payudara Jumlah Lancar Tidak lancar Baik Cukup Kurang Jumlah 46 3.8.4 Analisis hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI. a) Analisishubungantersebutmenggunakanuji Chi Square karenaskala yang digunakanadalah nominal. Rumusdari Chi Square yaitu: 1) Mencari chi square Rumus: fo fh 2 x 2 fh Keterangan: x2 : Chi Square fo : frekuensi yang diperolehberdasarkan data fh : frekuensi harapan Untuk melihat adanya korelasi dilakukan dengan membandingkan harga x2 hitung dengan x2 tabel. Jika x2 hitung lebih besar dari x2 tabel pada taraf kesalahan dan derajat kebebasan (dk) tertentu, ketentuan pengujian jika harga x2 hitung >x2 tabel, maka hubungan signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan Ho ditolak dan H diterima.(Sugiono, 2002:201) Sedangkan untuk menghitung tingkat kekuatan hubungan antar variabel dengan skala data nominal menggunakan analisis statistik koefisien kontingensi dengan rumus: C = x2 n x2 47 Keterangan: C : Koefisien Kontingensi x2 : Harga Chi kuadrat hitung n : Jumlah sampel Berdasarkan koefisien dapat digunakan untuk memberikan penilaian tingkat kekuatan dua variabel (Sugiono, 2002:216). Adapun tingkat hubungan variabel penelitian menurut besarnya koefisien adalah sebagai berikut: Tabel 3.3 Tingkat Hubungan Variabel Penelitian menurut Besarnya Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan Variabel 0,000 – 0,199 Sangat Rendah 0,200 – 0,399 Rendah 0,400 – 0,599 Sedang 0,600 – 0,799 Kuat 0,800 – 1,000 Sangat Kuat Sumber : Buku Metodologi Penelitian Administrasi (Sugiyono 2010) 3.9 Etika Penelitian Sebelum melakukan penelitian, peneliti emlakukan survey lapangan dan mengajukan permohonan ijin kepada tempat penelitian dari institusi, menurut Lemo Kilpi dan Toumaala (1989) dalam Nursalam (2003) tujuan suatu penelitian harus etis, dalam arti hak responden dan yang lainnya dilindungi. Jika suatu tujuan penelitian akan berakibat jelek terhadap hak responden, harus dievaluasi ulang dan mungkin harus dihindarkan dengan menekannkan masalah etika: 3.9.1 Lembar Permohonan Penelitian Diberikan kepada responden sebagai permohonan dari peneliti agar peserta responden mengetahui tentang apa, siapa, dan tujuan dari peneliti. 48 3.9.2 Inform Consent Inform Consent yaitu berupa lembaran persetujuan untuk menjadi responden, tujuan pemberian agar subjek mengerti dan tujuan penelitian dan mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia, maka mereka harus mendatangi lembar persetujuan dan jika responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. (Hidayat, 2007) 3.9.3 Anomity (Tanpa Nama) Untuk menjaga rahasia identitas subjek, peneliti rtidak akan mencantumkan nama pesponden pada lembar pengumpulan data (kuisioner) (Nursalam, 2001). Diisi oleh responden, tetapi lembar tersebut hanya diberi kode tertentu cukup dengan inisial dan pemberian kode. 3.9.4 Confidientiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2001). BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil penelitian, penelitian ini tentang Hubugan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran Asidi Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan juni sampai juli 2016 dengan sampel seluruh ibu nifas hari 1-3 post partum di ruang nifasDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun dengan responden sebanyak 30 orang. Penyajian data ini berdasarkan kateristik responden yaitu karekteristik umur, pendidikan, paritas, dan hubungan perawatan payudara ibu nifas dengan kelancaran ASI. 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan diwilayah kerja Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun, terletak di wilayah kecamatan Manguharjo kota Madiun. di BPM ini memiliki tenaga 2 bidan dan memiliki sarana 2 ruang nifas, 1 ruang bersalin, 1 ruang periksa, dan 1 ruang mushola. 49 50 4.1.2 Data Umum Dalam melakukan penelitian ini menggunakan karakteristik berdasarkan kelompok umur,tingkat pendidikan, paritas, perawatan payudara dan kelancaran asi. 1) Karakteristik Responden Berdasarkan Umur 4 (13,3%) 6 (20%) <20 Tahun 20-30 Tahun 20 (66,6%) >35 Tahun Sumber : Data Primer (2016) Gambar 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa dari sampel 30 responden yang diteliti dapat diketahui bahwa kelompok umur yang paling banyak yaitu umur 20-35 tahun sebanyak 20 responden (66,6%). Sedangkan kelompok umur paling sedikit yaitu umur <20 tahun sebanyak 4 responden (13,3%). 51 2) Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan 4 (13,3%) 5 (16,6%) 7 (23.3%) SD SMP 14 (46,6%) SMA Tinggi Sumber : Data Primer (2016) Gambar 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa dari 30 responden yang diteliti paling banyak responden berpendidikan SMA, yaitu sebanyak 14 responden (46,6%) dan paling sedikit responden pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 5 responden (16,6%). 3) Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas 4 (13%) 2 (7%) 1 2 3 6 (20%) 4 18 (60%) Sumber : Data Primer (2016) Gambar 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas 52 Berdasarkan Gambar 4.3 maka dari 30 responden yang diteliti paling banyak berparitas 1 yaitu sebanyak 18 responden (60%) sedangkan yang paling sedikit, yaitu responden berparitas >3 sebanyak 2 responden (6,66%). 4.1.3 Data Khusus 1) Pelaksanaa Perawatan Payudara 4 (100%) Baik Cukup Kurang 8 (100%) 18 (100%) Sumber : Data Primer (2016) Gambar 4.4 Pelaksanaan Perawatan Payudara Berdasarkan Gambar 4.4 menunjukkan bahwa ibu nifas sebagian besar melakukan perawatan payudara baik yaitu sebanyak 18 responden (60%), sedangkan sebagian kecil ibu nifas tidak melakukan perawatan payudara kurang sebanyak 4 responden (13,3%). 53 2) Kelancaran ASI 7 (23,3%) Lancar Tidak Lancar 23 (76,6%) Sumber : Data Primer (2016) Gambar 4.5 Kelancaran ASI Berdasarkan Gambar 4.5 dari 30 responden yang diteliti yang paling banyak ASI lancar sebanyak 23 responden (76,6%), sedangkan yang paling sedikit ASItidak lancar sebanyak 7 responden (23,3%). Disini terlihat ibu nifas semakin baik melakukan perawatan payudara dan ASI semakin lancar. 54 4.1.4 Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran ASI Tabel 4.1Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran ASIDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun 2016 Perawatan Payudara Kelancaran ASI Lancar Tidak Lancar Jumlah Baik 16(88,8%) 2(11,1%) 18(100%) Cukup 6(75%) 2(25%) 8(100%) Kurang 1(25%) 3(75%) 4(100%) Jumlah 23(76,6%) 7(23,3%) 30(100%) Berdasarkan tabel 4.1 tentang hubungan perawatan payudara. Bahwa sebagian besar ibu-ibu nifas yang melakukan perawatan payudara baik sebesar (100%), dan ibu-ibu yang melakukan prawatan payudara ASInya lancar sebanyak (88,8%) dan ASI tidak lancar (11,1%). Ibu yang melakukan perawatan payudara kurang dari (100%) ibu melakukan perawatan payudara kurang yaitu ASI lancar sebanyak (25%) , dan ASI tidak lancar (75%). Dari hasil analisis uji chi-squaer diperoleh nilai signifikan nilai X2 hitung sebesar 7,507 dengan nilai X2 tabel untuk (p ≤0,05) adalah sebesar 5,991 dari hasil tersebut diketahui bahwa X2 hitung > X2 tabel sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yaitu nilai statistik uji > nilai tabel, sehingga ada hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI. Hasil analisis chi squer dapat diketahui besarnya nilai koefisiensi yang menunjukkan besarnya tingkat keeratan hubungan antara pearawatan paudara pada ibu nifas dengan kelancaran asi. Nilai koefisiensi kontingensi sebesar 55 0,200nilai tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel intelretasi nilai r yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran asi adalah rendah. 4.2 Pembahasan Disini akan dibahas lebih jelas tentang data umum yang berupan karateristik responden dari ibu nifas dan data khusus yakni hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran asi diDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun. 4.2.1 Data Umum 1. Karateristik Umur Dari hasil penelitian didapat dari sampel 30 responden yang diteliti dapat diketahui bahwa kelompok umur yang paling banyak yaitu umur 20-35 tahun sebanyak 20 responden (66,6%), menurut Nelson (1992) termasuk dalam kategori dewasa. Menurut pendapat Hurlock (1998) dalam nursalam (2000) menyebutkan bahwa semakin cukup umur, maka tingkat berfikir dan bertindak seseorang lebih rasional karena pengalaman dan kematangan jiwanya, menurut teori diatas seseorang yang telah dewasa/matang lebih mudah dalam hal menerima informasi dengan baik dan fungsi mengingatnya juga berjalan dengan baik. 2. Karateristik Pendidikan Dilihat dari tingkat pendidikan sebagian besar responden yang melakukan perawatan payudara sebanyak 14 responden (46,6%) berpendidikan menengah yang artinya rata-rata responden berpendidikan baik. Sehingga semakin tinggi 56 tingkat pendidikan semakin mudah menerima informasi dan banyak pengalaman sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pengetahuan yang didapat dan akhirnya mempengaruhi pola pikir, daya nalar, dari perilaku seseorang (Depkes RI, 1990). Jadi semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan pengetahuan akan semakin bertambah dan terjadi perubaha perilaku. Melakukan perawatan payudara juga berpengaruh sekali pada pengeluaran kelancaran produksi asi. Ibu nifas yang melakukan perawatan payudara dengan baik, pngeluaran asi pun banyak, tetapi jika ibu nifas tidak melakukan perawatan payudara secara baik dan teratur maka pengeluaran asi pada ibu nifas kurang atau bisa jadi asi keluar tidak lancar. Sehingga tidak bisa mencukupi kebutuhan produksi asi yang dihisap oleh bayi. Maka penting sekali pengawasan dan keteraturan ibu nifas dalam melakukan perawatan payudara sehingga kita sebagai petugas kesehatan lebih mudah memonitor dan mendukung ibu nifas untuk melakukan perawatan payudara secara teratur dengan produksi asi lancar. Selain untuk memenuhi kebutuhan bayi perawatan payudara juga bisa menghindarkan dari abses payudara yang disebabkan oleh bendungan asi. Pada negara berkembang, khususnya di daerah yang penduduknya berpendidikan rendah, pengetahuan rendah dan tingkat ekonomi rendah, pengetahuan ibu mengenai perawatan payudara masih kurang. Umumnya pengetahuan tentang perawatan payudara diperoleh dari keluarga ataupun teman. Untuk menghindari kebiasaan yang salah, diperlukan bantuan dari petugas 57 kesehatan yang dapat memberikan pendidikan kesehatan yang benar tentang perawatan payudara. (Pramitasari dan Saryono, 2008) 3. Karakteristik paritas Dilihat dari paritas sebagian besar responden yang melakukan perawatan payudara sebanyak 18 responden (60%) berparitas primi.Dimana dengan paritas 2-3 merupakan paritas yang mengerti pentingnya melakukan perawatan payudara ditinjau dari sudut pengalaman. Menurut Manuaba para/paritas adalah wanita yang pernah melahirkan bayi aterm. Pengalaman wanita berkaitan dengan kehamilan, primigravida adalah wanita yang hamil untuk yang pertama kali, primipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali, multipara adalah wanita yang telah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali, dan grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali. 4.2.2 Data Khusus 1. Perawatan Payudara pada Ibu Nifas Diri total sampel 30 responden, bahwa sebagian besar perawatan payudara dalam kategori baik sebanyak 18 responden (100%). Ibu yang melakukan perawatan payudara cukup sebanyak 8 responden (100%). Ibu yang melakukan perawatan kurang sebanyak 4 responden (100%). 58 Menurut Saryono dan Pramitasari (2008), Pada saat hamil, ukuran payudara membesar karena bertambahnya saluran-saluran air susu, sebagai persiapan laktasi. Kondisi payudara biasanya akan beruba-rubah setelah tiga hari pasca melahirkan. Namun itu bukan berarti tak ada cara membuat payudara tetap terlihat indah dan kencang. Apalagi setelah persalinan dan di saat menyusui. Selain terlihat indah, perawatan payudara yang dilakukan dengan benar dan teratur akan memudahkan bayi mengkonsumsi ASI. Pemeliharaan ini juga bisa merangsang keluarnya ASI dan mengurangi resiko luka saat menyusui. Teknik menyusui yang salah akan berpengaruh pada bentuk payudara. Secara fisiologis perawatan payudara dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise untuk mengeluarkan hormon progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan hormone oksitosin dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan.(Ambarwati dan Wulandari, 2006) 2. Kelancaran ASI Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa responden yang ASInya lancar lebih banyak yaitu sebanyak 23 responden (76,6%) dari pada yang ASInya tidak lancar lebih sedikit yaitu7 responden (23,3%) hal ini berarti cukup baik ibu yang ASInya lancar sehingga ibu dapat memberikan kebutuhan yang cukup untuk menyusui bayinya. Secara fisiologis menurut Rustam (2000) sejak hari ketiga sampai hari keenam setelah persalinan, ketika ASI secara normal dihasilkan, payudara menjadi sangat penuh. Hal ini bersifat fisiologis dan dengan penghisapan yang efektif dan pengeluaran ASI oleh bayi, rasa penuh tersebut pulih dengan cepat. 59 Namun dapat berkembang menjadi bendungan. Payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli meningkat dengan merangsang kelenjar-kelenjar air susu melalui pemijatan. Hal ini dapat dilihat dari item pertanyaan melakukan pengurutan pada payudara dengan telapak tangan berada diantara kedua payudara dengan gerakan (keatas, kesamping, kebawah, dan kedepan) sambil menghentakkan, melakukan pengurutan pada payudara dengan jari-jari tangan, mengompres payudara dengan air dingin setelah melakukan pengurutan dan mengakhiri mengompres payudara dengan air hangat. Menurut Indiarti (2007) cara meningkatkan kualitas ASI selain perawatan payudara juga diperlukan minum 8-12 gelas perhari, daun pucuk katuk dan sayur asin membuat air susu lebih banyak keluar, faktor jiwa pun penting, ibu yang hidup tenang lebih banyak mengeluarkan susu dari pada ibu yang sedang dalam kesedihan, dengan obat-obatan sesuai petunjuk dokter. Cara yang terbaik untuk menjamin pengeluaran air susu ibu ialah bagaimana mengusahakan agar setiap kali menyusui buah dada betul-betul kosong, karena pengosongan buah dada dengan waktu tertentu itu merangsang kelenjar buah dada untuk membuat susu lebih banyak. Sebab buah dada akan terisap habis antara lain disebabkan bayi lemah, puting susu lecet, produksi susu berlebihan. Dalam hal buah dada belum kosong betul sehabis menyusui, biasanya harus dikosongkan dengan jalan memompa atau mengurut. Susu yang diperas itu boleh diberikan pada bayi. Beberapa penyebab ASI tak mau keluar kebanyakan memang karena faktor psikis. Jika memang sejak awal diniatkan dan diyakini untuk memberikan ASI, 60 pastilah susu juga akan keluar. Makin kurang persiapan, tekanan pada pikiran, atau ketidakmauan karena berbagai alasan, akan menghambat keluarnya ASI. Tapi, pada umumnya, masalah tidak keluar atau terhambatnya ASI dikarenakan dua hal: ASI kepenuhan dan saluran susu tersumbat. Hal ini dapat dilihat dari item pertanyaan mengompreas kedua puting payudara dengan sabun dan menggunakan BH yang menopang payudara. Menyeimbangkan urusan menjaga produksi ASI agar terus optimal, menyusui dan mengurus keluarga adalah hal yang tidak mudah. Setiap hari ibu harus memenuhi kebutuhan bayi, keluarga dan diri sendiri. Terkadang sulit sekali bagi ibu untuk membagi perhatian dan menyeimbangkan semua urusan. Jika hal ini terjadi, cobalah untuk selalu mengingat bahwa ibu telah memberikan yang terbaik untuk keluarga ibu sesuai dengan kemampuan ibu. Jangan pernah memaksakan diri sendiri. Ibu akan kelelahan jika berusaha memaksakan diri. Akibatnya produksi ASI juga tidak optimal. Agar proses menyusui berlangsung tanpa kesulitan salah satu faktor penting harus dipenuhi ialah kelancaran pengeluaran ASI. Seorang ibu yang menyusui membutuhkan tambahan kalori lebih banyak dan lazimnya supaya kelancaran ASI-nya maksimal. (Suherni dkk, 2008). 3. Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas Dengan Kelancaran Asi Pada analisis uji chi-squer diperoleh nilai siqfikasi nilai X2 hitung sebesar 7,507 dengan nilai X2 tabel untuk (p ≤0,05) adalah sebesar 5,991 dari hasil tersebut diketahui bahwa X2 hitung > X2 tabel sehingga dapat disimpulkan 61 perawatan payudara pada ibu nifas berhubungan positif dan signifikan dengan kelancaran asi. Hasil analisis chi-squer dapat diketahui besarnya nilai koefisiensi yang menunjukkan besarnya tingkat keeratan hubungan antara pearawatan paudara pada ibu nifas dengan kelancaran asi. Nilai koefisiensi kongtingensi sebesar 0,200 nilai tersebut selanjutnya dikonsultasikan dengan tabel intelretasi nilai r yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran asi adalah rendah. Dari hasil yang dilakukan oleh peneliti sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan reflek pengeluaran ASI. Selain itu juga merupakan cara efektif meningkatkan volume ASI. Terakhir yang tak kalah penting, mencegah bendungan pada payudara. (Pramitasari dan Saryono, 2008) Perawatan payudara merupakan kebutuhan perawatan diri yang diperlukan untuk meningkatkan kesehatan (Pilleteri A, 2002). Apalagi bagi ibu hamil dan menyusui, sangat berguna untuk kelancaran produksi ASI.Perawatan payudara tidak hanya dilakukan sebelum melahirkan, tapi juga dilakukan setelah melahirkan. Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran ASI. (Huliana M, 2003) 62 4.3 Keterbatasan Menurut Burn dan Grove dalam nursalam (2001), keterbatasan adalah kelemahan atau hambatan dalam penelitian. Dalam penelitian ini ketebatasan yang dihadapi oleh penelitian adalah : 1. Pengumpulan data dengan kuesioner memiliki jawaban lebih banyak dipengaruhi oleh sikap dan harapan-harapan pribadi yang bersifat subyektif, sehingga hasil kuesioner kurang dapat mewakili secara kualitatif sehingga perlu dilakukan penelitian yang sifatnya pengamatan. 2. Tenaga dan waktu penelitian sangat singkat. 3. Jumlah responden yang sedikit sehingga yang diteliti kurang akurat. 4. Terbatasnya dan kurangnya pengetahuan serta kemampuan peneliti untuk menjabarkan permasalahan sehingga kedalaman isi penelitian ini kurang sempurna. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan tentang perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Perawatanpayudara Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun yaitu sebesar 18responden (100%) memiliki perawatan payudara baik, ASI lancar 16 responden (88,8%) dan ASI tidak lancar 2 responden (11,1%). 2) Kelancaran ASI pada ibu nifas di Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun, menunjukkan sebesar23 responden (76,6%) ibu nifas ASInya lancar, dan 7 responden (23,3%) ibu nifas ASInya tidak lancar dari 30 ibu nifas. 3) Ada hubungan yang signifikan antara perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI. 5.2 Saran 1) Bagi Di BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun Diharakan lebih memberikan informasi atau penyuluhan kepada ibu nifas untuk melakukan perawatan payudara pada hari pertama post partum. 2) Bagi instansi pendidikan Diharapkan dapat menambah referensi dan menjadi masukan yang berarti bagi institusi pendidik dalam penerapan perawatan payudara. 63 64 3) Bagi peneliti Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan penerapannya pada masayarakat. 4) Bagi profesi Diharapkan tenaga kesehatan lebih berperan aktif dalam rangka meningkatkan penyuluhan, pengawasan serta memberikan motifasi kepada ibu nifas tentang pentingnya perawatan payudara yang berpengaruh dengan kelancaran ASI. 5) Bagi responden Diharapkan ibu nifas dan keluarga menyadari untuk teratur melakukan perawatan payudara sehingga ASI lancar. 65 DAFTAR PUSTAKA Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Mitra : Yogyakarta Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta : Jakarta Hidayat, Alimul.A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta. http://sobatbaru.blogspot.com/2009/02/anatomi-payudara-dan-fisiologi-laktasi. html Hidayat, Alimul.A.A. 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Salemba Medika : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta. Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta. Penelitian Ilmu Riksani, Ria. 2012. Keajaiban ASI ( Air Susu Ibu). Dunia Sehat : Jakarta. Roesli, U. 2005. Panduan Praktis Menyusui. Puspaswara : Jakarta. Saifudin, Bari. 2009. Buku Acuan Nasional Pelyanan Kesehatan Maternal danneonatal.PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta. Saryono, Pramitasari. 2008. Perawatan Payudara Dilengkapi dengan Deteksi Dini Terhadap Penyakit Payudara. Mitra Cendekia Press : Jogjakarta Soetjiningsih. 1997. ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC : Jakarta. Suherni, dkk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Fitramaya : Yogyakarta. Verralls, Sylvia. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Terapan Dalam Kebidanan. EGC : Jakarta. 66 LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN Kepada: Yth. ................ Yang bertanda tangan dibawah ini, Dosen Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun: Nama : Mufida Dian Hardika,SST.,M.kes NBM : 173401 Bersama ini kami mengajukan permohonan kepada ibu untuk menjadi responden dalam penelitian karya tulis ilmiah yang berjudul “Hubungan Perawatan Payudara Pada Ibu Nifas dengan Kelancaran ASI” Di BPM Atika, Amd.Keb , Madiun. Jawaban yang diberikan terjamin kerahasiannya. Oleh karena itu kami berharap ibu memberikan jawaban dengan yang sejujur-jujurnya. Atas perhatiannya dan kerjasam untuk menjadi responden, kami mengucapkan terima kasih. Madiun,......Januari 2016 Peneliti Mufida Dian Hardika,SST.,M.kes 67 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN TENTANG : HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DENGAN KELANCARAN ASI Di BPM Atika, Amd.Keb , Madiun. Yang bertandatangan di bawah ini saya: Nama :....................................................................................... Umur :................tahun Alamat :....................................................................................... No. Telepon :....................................................................................... Besedia dan mau berpartisipasi menjadi peserta penelitian yang akan dilakukan oleh Anik Rahayu dari Akademi Kebidanan Muhammadiyah Madiun. Atas kesedian dan partisipasi saudari kami mengucapkan banyak terima kasih. Madiun, ......... januari 2016 Mengetahui, Peneliti (...............................) Responden (.................................) 68 KUESIONER HUBUNGAN PERAWATAN PAYUDARA PADA IBU NIFAS DENGAN KELANCARAN ASI DIDi BPM Atika, Amd.Keb , Kab. Madiun a. Biodata responden 1. Nama :............................................................. 2. Umur :.................th 3. Pendidikan :.................. 4. Pekerjaan :........................................... 5. Jumlah Anak :........................................... 6. Alamat :................................................................. b. Kuesioner Petunjuk pengisian kuesioner Pilihlah jawaban adalah : B = Benar, S= Salah dan Y = Ya, T = Tidak 1. Pilih salah salah satu jawaban yang saudara anggap paling sesuai dengan pendapat saudara seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang tersedia. 2. Berilah tanda ( ) pada salah satu pilihan yang tertera di belakang pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang saudara pilih. No 1 Pertanyaan Menempelkan kapas yang sudah diberi minyak kelapa atau baby oil selama ± 5 menit, kemudian puting susu dibersihkan Benar Salah 69 2 Meletakkan kedua tangan diantara payudara 3 Mengurut payudara dimulai kearah atas, kesamping, lalu kearah bawah. Dalam pengurutan posisi tangan kiri kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan 4 Melakukan pengurutan kebawah, kesamping selanjutnya melintang, lalu telapak tangan mengurut kedepan kemudian kedua tangan dilepaskan dari payudara, mengulangi gerakan 20-30 kali 5 Tangan kiri menopang payudara kiri, lalu tiga jari tangan kanan membuat gerakan memutar sambil menekan mulai dari pangkal payudara sampai pada puting susu. melakukan tahap yang sama pada payudara kanan, melakukan dua kali gerakan pada tiap payudara 6 Satu tangan menopang payudara, sedangkan tangan yang lain mengurut payudara dengan sisi kelingking dari arah tepi kearah puting susu. Melakukan tahap yang sama pada kedua payudara. Meakukannya sekitar 30 kali 7 Payudara disiram dengan air hangat dan dingin bergantian selama ± 5 menit, kemudian mengeringkan payudara dengan handuk bersih 8 Menggunakan BH yang kering dan yang menompang payudara 70 9 Melakukan perawatan payudara pada hari 1-2 pasca persalinan 10 Melakukan perawatan payudara maksimal dalam 1 hari 2 kali No Pertanyaan 11 ASI yang banyak dapat merembes keluar melalui puting 12 Sebelum disusukan payudara terasa tegang 13 Setelah ASI disusukan payudara terasa kosong/habis 14 Berat badan naik sesuai umur bayi 15 Jika ASI cukup, setelah menyusu bayi akan tertidur /tenang selama 3-4 jam 16 Bayi kencing lebih sering, sekitar 8 kali sehari 17 Menyusui bayi 3x dalam sehari 18 Bayi jarang kecing 2-3 kali dalam sehari 19 Setelah menyusu bayi rewel/menangis terus dan susah tidur 20 ASI keluarnya sedikit Ya Tidak 71 JAWABAN KUESIONER Jawaban dari kuesioner Level No Jawaban CI (Tahu) 9 B 10 B 11 B 1 B 2 B 7 B 8 B 3 B 4 B 5 B 6 YA 14 YA 15 YA 16 YA 17 TIDAK 18 TIDAK 19 TIDAK 11 YA 13 YA 20 TIDAK C2 (Memahami) C3 (Aplikasi) C4 (Analisis) C5 (sintesis) C6 (Evaluasi) 72 TABULASI DATA No Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Umur 19 21 36 23 30 22 26 28 26 25 22 21 33 33 37 25 33 36 32 27 23 23 38 22 37 18 19 36 24 19 Pendidikan SMP SMA SD SLTP SMK D3 SD SMP SMA S1 SMA SMP SD S1 SMU SMU SMP D3 SLTA SMK SMA D3 SD SMA SLTA SMP SMK SMP SMK SMA Karekteristik Paritas Perawatan Payudara 1 Kurang 1 Baik 2 Kurang 1 Cukup 1 Baik 1 Baik 2 Cukup 1 Cukup 1 Baik 2 Cukup 1 Cukup 1 Baik 2 Baik 2 Cukup 3 Baik 1 Baik 2 Kurang 3 Baik 3 Cukup 1 Baik 1 Kurang 1 Baik 4 Cukup 1 Baik 3 Baik 1 Baik 1 Baik 4 Baik 1 Baik 1 Baik Kelancaran Asi Tidak Lancar Lancar Tidak Lancar Lancar Lancar Lancar Tidak Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar Tidak Lancar Lancar Lancar Lancar Tidak Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar Tidak Lancar Lancar Lancar Tidak Lancar Lancar Lancar Lancar Lancar 73 TABEL DISTRIBUSI No Inisial Responden 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Ny. M Ny. H Ny. T Ny. S Ny. T Ny. S Ny. Y Ny. L Ny. Y Ny. R Ny. N Ny. N Ny. W Ny. N Ny. Y Ny. E Ny. P Ny. Z Ny. A Ny. Y Ny. Z Ny. D Ny. K Ny. I Ny. A Ny. I Ny. P Ny. S Ny. R Ny. D Perawatan Payudara Kelancaran Asi 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 3 2 1 1 1 3 2 3 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 Keterangan: Baik :3 Tidak Lancar : 1 Cukup :2 Lancar Kurang :1 :2 74 Hubungan perawatan payudara pada ibu nifas dengan kelancaran ASI Kelancaran ASI Lancar Tidak Lancar Perawatan Payudara Jumlah Baik 16 (88,8%) 2 (11,1%) 18 (100%) Cukup 6 (75%) 2 (25%) 8 (100%) Kurang 1 (25%) 3 (75%) 4 (100%) Jumlah 23 (76,6%) 7 (23,3%) 30 (100%) Hasil Uji x2 = 7,507 Nilai x2 tabel = 5,591 Nilai KK = 0,200 Dk =2 Mencari Frekuensi Harapan (Fe) Pada tiap Sel dengan rumus : fe ( f b x f k T (23 x 18) 13,8 30 (7 x 18) f e ( 2) 4,2 30 (23 x 8) f e (3) 6,13 30 (7 x 8) f e ( 4) 1,86 30 (23x 4) f e (5) 1.386 30 ( 7 x 4) f e ( 6) 4,607 30 f e (1) 75 Mencari Chi Kuadrat dengan rumus : x2 (f o f e ) 2 fe x 2 (1) (16 13,8) 2 0,350 13,8 (2 4,2) 2 x (2) 1,152 4,2 2 x 2 (3) (6 6,13) 2 0,002 6,13 x 2 (4) (2 1,86) 2 0,010 1,86 x 2 (5) (1 3,06) 2 1,386 3,06 x 2 (6) (3 0,93) 2 4,607 0,93 x 2 0,350 1,152 0,002 0,010 1,386 4,607 7,507 Derajat Kebebasan = dk = (k – 1) (b – 1) = (2 – 1) (3 – 1) =1.2 =2 Koefisien Kontigensi x2 7,507 7,507 0,200 2 x N 30 7,507 37,507 76 1 2 3 4 5 50% 0,455 0,139 2,366 3,357 4,351 Tabel VI NILAI-NILAI CHI KUADRAT Taraf Signifikasi 30% 20% 10% 1,074 1,642 2,706 2,406 3,219 3,605 3,665 4,642 6,251 4,878 5,989 7,779 6,064 7,289 9,236 5% 3,481 5,591 7,815 9,448 11,070 1% 6,635 9,215 11,341 13,277 15,086 6 7 8 9 10 5,348 6,346 7,344 8,343 9,342 7,231 8,383 9,524 10,656 11,781 8,558 9,803 11,030 12,242 13,442 10,645 12,017 13,362 14,684 15,987 12,592 14,017 15,507 16,919 18,307 16,812 18,475 20,090 21,666 23,209 11 12 13 14 15 10,341 11,340 12,340 12,332 14,339 12,899 14,011 15,19 16,222 17,322 14,631 15,812 16,985 18,151 19,311 12,275 18,549 19,812 21,064 22,307 19,675 21,026 22,368 23,685 24,996 24,725 26,217 27,688 29,141 30,578 16 17 18 19 20 15,338 16,337 17,338 18,338 19,337 18,418 19,511 20,601 21,689 22,775 20,465 21,615 22,760 23,900 25,038 23,542 24,785 26,028 27,271 28,514 26,296 27,587 28,869 30,144 31,410 32,000 33,409 34,409 36,191 37,566 21 22 23 24 25 20,337 21.337 22,337 23,337 24,337 23,858 24,949 26,018 27,096 28,172 26,171 27,301 24,429 29,553 30,675 29,615 30,813 32,007 33,194 34,382 32,671 33,924 35,172 35,415 37,652 38,932 40,289 41,638 42,980 44,314 26 27 28 29 30 25,336 26,336 27,337 28,337 29,337 29,246 30,319 31,391 32,461 33,530 31,795 32,912 34,027 35,139 36,250 35,563 36,741 37,916 39,087 40,256 38,885 40,113 41,337 42,557 43,775 45,642 46,963 48,278 49,588 50,892 dk