4 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian umum Refrigerasi adalah

advertisement
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengertian umum
Refrigerasi adalah aplikasi dari hukum ke dua Termodinamika yang
dinyatakan oleh Clausius.
”adalah hal yang tidak mungkin untuk membangun suatu alat yang beroperasi
dalam suatu siklus yang mengalirkan kalor dari ruangan yang bersuhu rendah ke
ruangan yang bersuhu tinggi tanpa memasukan energi dari luar ”, Pernyataan
tersebut menjelaskan sistem dapat menghasilkan perpindahan kalor dari sumber
yang dingin ke sumber yang lebih panas asalkan terdapat masukan berupa kerja
atau energi.
Suatu penggunaan yang luas dari termodinamika adalah refrigerasi yaitu
perpindahan panas dari temperatur yang rendah ke temperatur yang lebih tinggi.
Sistem yang menghasilkan proses refrigerasi adalah refrigerator (atau pompa
panas), dan siklusnya disebut siklus refrigerasi. Siklus refrigerasi yang banyak
digunakan adalah siklus kompresi uap sederhana, dimana refrigeran diuapkan, dan
dikodensasikan dengan jalan mengkompresi uap tersebut.
Prinsip utama mesin refrigerasi adalah untuk menurunkan temperatur agar
materi atau ruangan dapat terjaga temperaturnya sesuai dengan kebutuhan dan
kenyamanan yang dikehendaki.
5
2.2 Siklus refrigerasi kompresi uap
Mesin refrigerasi dengan kompresi uap merupakan sistem yang terbanyak
digunakan dalam daur refrigerasi. Prinsip dasar uap ini adalah uap ditekan
kemudian diembunkan setelah itu tekanannya diturunkan agar cairan itu akan
menguap kembali karena menyerap panas lingkungan. Dalam sistem kompresi
diperlukan 4 komponen, yaitu kompresor, kondensor, katup ekspansi dan
evaporator. Fungsi dari masing-masing alat tersebut adalah sebagai berikut:
Qk
Cairan
P , T 
Uap
P , T 
Saluran tekan
kondensor
Saluran cairan
Sisi tekanan tinggi
Katup ekspansi
kompresor
Saluran ekspansi
Sisi tekanan rendah
Saluran hisap
evaporator
campuran
P , T 
Qa
Uap
P , T 
Gambar 2.1 Sistem Kompresi Uap Standar
Sistem kompresi uap standar terdiri dari empat komponen utama yaitu :
a) Kompresor
Kompresor menghisap uap refrigeran untuk dinaikan tekanannya, dengan
naiknya tekanan maka temperatur refigeran juga naik. Sehingga setelah
keluar dari kompresor, refigeran tadi berbentuk uap panas lanjut. Energi
6
yang diperlukan untuk kompresi diberikan oleh motor listrik yang
menggerakan kompresor. Jadi dalam proses kompresi, energi diberikan
kepada uap refrigeran.
b) Kondensor
Uap refrigeran yang bertekanan dan bertemperatur tinggi pada akhir
kompresi dengan mudah dicairkan dengan menggunakan fluida pendingin
seperti udara atau air. Dengan kata lain, uap refrigeran melepaskan kalor
laten
pengembunan kepada fluida pendingin sehingga refrigeran tadi
mengembun dan menjadi cair. Pada siklus ideal tidak terjadi penurunan
tekanan dan temperatur dikondensor. Sedangkan pada siklus aktual terjadi
penurunan tekanan yang diikuti penurunan temperatur yang terjadi karena
gesekan antara refrigeran dengan pipa kondensor.
c) Katup Ekspansi (pipa kapiler)
Setelah uap refrigeran dicairkan di dalam kondensor kemudian refrigeran
cair yang bertekanan tinggi tersebut diekspansikan melalui pipa kapiler
(katup ekspansi). Pada saat melewati pipa kapiler tekanan refrigeran mulai
turun dan diikuti dengan turunnya temperatur refrigeran secara drastis.
d) Evaporator
Cairan refrigeran yang telah diekspansikan di dalam katup ekspansi (pipa
kapiler) sehingga turun tekanan serta temperaturnya kemudian masuk ke
dalam pipa evaporator. Di dalam pipa evaporator cairan refrigeran
menguap secara berangsur-angsur karena menerima kalor laten sebanyak
kalor laten pengembunan dari ruangan yang didinginkan. Selama proses
7
penguapan, didalam pipa akan terdapat campuran refrigeran-refrigeran
dalam fasa cair dan fasa uap. Pada siklus ideal, temperatur dan tekanan di
dalam pipa dianggap konstan. Tetapi pada kondisi aktualnya terjadi
penurunan tekanan dan temperatur yang diakibatkan karena adanya rugirugi gesek antara refrigeran dan pipa-pipa evaporator.
2.2.1 Entalpi
Entalpi adalah energi yang dikandung oleh suatu bahan sesuai dengan
temperatur dan massa bahan tersebut. Dalam setiap proses refrigerasi yang kita
amati adalah perubahan entalpinya. Perubahan entalpi adalah jumlah kalor yang
yang diberikan atau diambil dalam tiap satuan massa melalui proses tekanan
konstan. Harga entalpi biasanya sudah disajikan dalam bentuk tabel atau grafik
dengan varibel tekanan dan temperatur.
h = u + pv...............................................................................................(2-1)
dengan, h = entalpi jenis, kJ/kg
p = tekanan, kPa
v = volume spesifik, m3/kg
u = energi dalam, kJ/kg
2.2.2 Temperatur
Temperatur suatu bahan menyatakan keadaan termalnya dan kemampuan
untuk bertukar energi dengan bahan lain. Semakin tinggi perbedaan temperatur
bahan terhadap benda lain maka kemampuan untuk bertukar energi lebih besar
8
2.2.3 Entropi
Entropi adalah ukuran tingkat ketidakteraturan molekular suatu zat.
Hubungan perubahan entropi dengan perubahan kalor yang terjadi dalam proses,
secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
ds =
Q
...........................................................................................(2-2)
T
dengan, ds = perubahan entropi, kJ/kg.K
Q = perpindahan kalor, kJ/kg
T = temperatur mutlak, K
2.2.4 Tekanan
Tekanan adalah gaya normal yang diberikan oleh suatu fluida persatuan luas
benda yang terkena gaya tersebut. Tekanan absolut adalah tekanan di atas nol
atmosfir, sedangkan ukuran gauge diukur di atas tekanan atmosfer suatu tempat.
Satuan tekanan yang biasa dipakai : N/m2, Psi.
2.3 Perpindahan panas
Perpindahan panas adalah proses bertukarnya energi dari suatu benda ke
benda lain yang mempunyai perbedaan temperatur. Perpindahan panas dapat
dibedakan dalam perpindahan panas dengan cara konduksi, konveksi, radiasi.
2.3.1 Perpindahan panas konduksi
Perpindahan panas konduksi perpindahan panas melalui perantara molekulmolekul yang diam pada suatu benda.
Perpindahan panas yang terjadi
dirumuskan oleh fourier dengan persamaan sebagai berikut :
9
Q=-k.A.
dengan, k
A
T
L
T
.................................................................................(2-3)
L
= konduktifitas termal bahan, W/m2.0C
= luas panampang, m2
= Perbedaan temperatur yang terjadi, 0C
= tebal bahan, m
2.3.2 Perpindahan panas konveksi
Jika benda bersuhu tinggi berada pada lingkungan fluida yang bersuhu
rendah maka akan terjadi proses perpindahan panas secara konveksi dari benda ke
lingkungan. Hal ini terjadi karena gerakan partikel-partikel fluida. Pepindahan
panas konveksi diklasifikasikan :
1.Konveksi bebas
Terjadi karena perbedaan kerapatan yang disebabkan gradien suhu.
2. Konveksi paksa
Gerakan pencampuran karena adanya gerakan mekanis.
Ts > Tf
Fluida bergerak, Tf
q
Ts
Gambar 2.2 Prinsip Konveksi
Persamaan perpindahan panas ini adalah :
Q = h.A.(Ts-Tf).......................................................................................(2-4)
dengan, h = koefisien perpindahan panas konveksi, W/m2 0C
A = luas panampang, m2
Ts = suhu permukaan, 0C
Tf = suhu lingkungan, 0C
10
2.3.3 Perpindahan panas radiasi
Radiasi adalah proses mengalirnya panas dari benda bersuhu tinggi ke benda
bersuhu rendah bila benda terpisah baik oleh udara/gas atau hampa (vakum).
Dalam perpindahan panas radiasi dikenal penyinaran ideal/benda hitam yang
dapat memancarkan energi dengan laju sebanding dengan pangkat empat suhu
absolut benda itu, besarnya radiasi dirumuskan :
Eb =  . T4..............................................................................................(2-5)
dengan,  = konstanta Stefan Boltzman ( 5,669 x 10-8 W/m2.K)
T4 = Temperatur absolut permukaan benda, K
2.3.4 Koefisien perpindaham panas menyeluruh
Koefisien perpindahan panas menyeluruh adalah penjumlahan semua
tahanan termal bahan antara udara atau fluida lainnya pada dua sisi permukaan
(Stoecker, 1996).
Q = U.A.t.............................................................................................(2-6)
dengan, U = koefisien perpindahan panas menyeluruh, W/m2 0C
A = luas permukaan perpindahan kalor, m2
t = Perbedaan temperatur, 0C
2.4 Proses operasi
Komponen utama dari sistem pengkondisian udara kompresor, kondensor,
katup ekspansi, evaporator dan receive-driver. Minimal dengan empat komponen
alat ini suatu sistem pengkondisian udara dapat beroperasi.
Sistem pendinginan menggunakan aliran zat yang berupa cairan atau uap
yang berubah-ubah keadaannya saat menjalani siklus. Hal ini disebabkan oleh
11
tekanan, suhu, entalpi dan entropi adalah sifat penentu selama perubahan. Maka
hubungan antara sifat-sifat ini dapat digambarkan dengan diagram (P-h), seperti
terlihat pada gambar di bawah ini.
p
T
2
tk
pk
3
pengembunan
3
2
ekspansi
kompresi
to
4
1
4
1
penguapan
S
(a)
h3 = h4
h1
h2
h
(b)
Gambar 2.3 Siklus Kompresi Uap Standar
(a) diagram T-S
(b) diagram p-h
1-2 : Kompresi secara adibatik dan reversible dari uap jenuh menuju tekanan
kondensor.
2-3 : Pelepasan kalor secara reversible pada tekanan konstan menyebabkan
penurunan panas (desuperheating) dan pengembunan refrigeran.
3-4 : Ekspansi ireversible pada entalpi konstan dari cairan jenuh menuju
tekanan evaporator.
4-1
:Penambahan kalor pada tekanan tetap yang menyebabkan penguapan
menuju uap jenuh.
12
2.4.1
Dampak Refrigerasi
Jumlah kalor yang diserap oleh evaporator per satuan massa pada saat
terjadi penguapan disebut dampak refrigrasi, pada perancangan ini menggunakan
R-22. Besarnya dapat dihitung menggunakan persamaan :
qe = h1  h4 ..............................................................................................(2-7)
dengan : h1 = entalpi pada awal proses kompresi, kJ/kg
h4 = entalpi pada awal proses penguapan, kJ/kg
2.4.3
Daya spesifik dan daya total kompresor
Kerja spesifik adalah kerja yang setara dengan perubahan entalphi selama
proses kompresi dan dirumuskan sebagai berikut :
w = h1  h2 ..........................................................................................(2-8)
dengan : w = kerja spesifik kompresor kJ/kg
h1 = entalpi pada awal proses kompresi, kJ/kg
h2 = entalpi pada akhir proses kompresi, kJ/kg
Kebutuhan daya total kompresor adalah laju aliran massa kerja spesifik
kompresor selama proses kompresi isentropik.
W = m.( h1  h2 )................................................................................(2-9)
dengan, W = daya total, W
2.4.2
Laju Aliran Masa Refrigeran
Laju aliran masa ini menggambarkan besarnya massa tiap satuan waktu.
m=
Qe
................................................................................................(2-10)
qe
13
dengan, Qe = adalah beban pendinginan,W
qe = efek refrigerasi, kJ/kg
m = laju aliran massa kg/s
2.4.4 Panas buang kondensor
Panas refrigeran yang dibuang kondensor disebut panas buang kondensor,
beasrnya adalah :
qk = h2  h3 ........................................................................................(2-12)
dengan, qk = panas buang kondensor, kJ/kg
h2 = entalpi pada awal desuperheating, kJ/kg
h3 = entalpi pada akhir kondensasi, kJ/kg
2.4.5 Kalor buang total kondensor
Kalor buang total kondensor adalah kalor yang dibuang kondensor dikalikan
dengan laju aliran massa refrigeran. Besarnya adalah :
Qk = m . qk........................................................................................(2-13)
dengan, Qk = kalor buang total kondensor, W
2.4.6 COP (Coefficient Of Performance)
COP dipergunakan untuk menyatakan perfoma ( unjuk kerja ) dari siklus
refrigerasi. Semakin tinggi COP yang dimiliki oleh suatu mesin refrigerasi maka
akan semakin baik mesin refrigerasi tersebut. COP tidak mempunyai satuan
karena merupakan perbandingan antara dampak refrigerasi dengan kerja spesifik
kompresor :
14
COP =
dengan,
h1  h4
...............................................................................(2-14)
h2  h1
COP = prestasi kerja mesin refrigerasi
h1 = entalpi masuk kompresor, kJ/kg
h2 = entalpi keluar kompresor, kJ/kg
h4 = entalpi masuk evaporator, kJ/kg
2.4.7 EER (Energy Efficiency Ratio)
EER adalah perbandingan antara beban pendinginan dengan daya yang
diperlukan oleh kompresor . Semakin tinggi EER suatu mesin refrigerasi maka
semakin baik performa mesin refrigerasi tersebut.
EER =
m.(h1  h4 )
Q  Btu / hr 
= 0 
 ................................................(2-15)
m.(h2  h1 )
qe  Watt 
 Btu / hr 
Dengan, EER = Energy Eficiency Rasio 

 Watt 
Qo = Beban pendinginan total, Btu/hr
W = Daya kompresor total, W
2.5 Refrigeran
Refrigeran adalah fluida kerja yang dipakai pada mesin refrigerasi yang
dapat menyerap panas melalui penguapan. Sebagai media perpindahan panas
dalam sistem pendinginan, refrigeran sangat penting untuk diperhatikan sifatsifatnya, selain itu refrigeran juga perlu dipertimbangkan segi ekonomisnya untuk
pendinginan yang berkapisitas besar. Dalam pemakaiannya refrigeran dibedakan
menjadi refrigeran primer dan refrigeran sekunder.
15
Refrigeran primer adalah refrigeran yang dipakai dalam sistem kompresi
uap. Refrigeran sekunder adalah cairan yang digunakan untuk mengangkut energi
kalor suhu rendah dari suatu tempat ke tempat lain. Pemilihan refrigeran
hendaknya dapat dipilih jenis refrigeran yang sesuai dengan jenis kompresor dan
pemilihan refrigeran harus memperhatikan syarat-syarat termodinamika, kimiawi,
fisik (Arismunandar, 1995).
Pada perancangan ini penulis memilih menggunakan R-22 hal ini
disesuaikan dengan kondisi eksiting yang menggunakan R-22 sebagai refrigeran.
Persyaratan refrigeran untuk unit refrigerasi adalah sebagai berikut:
2.5.1 Syarat-syarat refigeran
A) Syarat Termodinamika
1) Titik didih
Titik didih refrigeran merupakan indikator yang menyatakan apakah refrigeran
yang dipakai dapat menguap pada temperatur rendah yang diinginkan, tetapi
pada tekanan yang tidak terlalu rendah.
2) Tekanan pengembunan yang tidak terlampau tinggi
Dengan tekanan pengembunan yang rendah maka perbandingan kompresinya
lebih rendah sehingga penurunan prestasi mesin dapat dihindarkan. Selain itu
dengan tekanan kerja yang lebih rendah, mesin dapat bekerja lebih aman
karena kemungkinan terjadinya ledakan, kebocoran rendah.
16
3) Tekanan penguapan harus cukup tinggi
Sebaiknya refrigeran memiliki temperatur penguapan pada tekanan yang lebih
tinggi dari tekanan atmosfir kerusakan dan sebagainya, akan menjadi lebih
kecil.
4) Kalor laten penguapan
Panas laten (panas penguapan) refrigeran yang tinggi sangat dikehendaki,
sebab akan menghasilkan ”refrigerating effect” yang besar. Aliran refrigeran
yang disirkulasikan akan lebih rendah bila refrigerating effect tinggi dan akan
lebih ekonomis.
5) Titik beku
Refrigeran yang dipakai sedemikian rupa sehingga titik beku fluida ini jauh
berada di bawah temperatur kerja evaporator, jika titik beku refrigeran ini
ternyata lebih dekat dengan temperatur kerja evaporator, maka waktu
pendinginan akan berlangsung lebih lama dari semestinya.
B) Syarat kimia refrigeran
1) Tidak mudah terbakar dan mudah meledak
2) Tidak boleh beracun dan berbau merangsang.
3) Tidak menyebabkan terjadinya korosi.
4) Stabil dan bereaksi dengan material yang dipakai.
5) tidak mengganggu lingkungan.
17
C) Syarat fisik refrigeran
1) Konduktivitas termal yang tinggi akan menyebabkan terjadinya efek
perpindahan panas baik.
2) Viskositas yang rendah akan memberikan kerugian tekanan.
3) Mempunyai sifat insulator yang baik.
6) Koefisien Joule-Thompson
Hendaknya dipilih refrigeran yang mempunyai penurunan tekanan yang kecil
tetapi mempunyai penurunan temperatur yang besar.
Hal tersebut dapat
dilihat dari koefisien Joule-Thompson pada masing-masing refrigeran.
P
Gambar 2.4 Koefisien Joule-Thompson
2.6 Pipa refrigeran
Pipa refrigeran menghubungkan komponen yang satu dengan komponen yang
lain dalam mesin refrigerasi. Ada tiga bagian utama dalam sistem perpipaan
18
refrigerasi dasar. Seperti terlihat pada gambar dibawah ini, ada perpipaan untuk
jalur tekan, jalur cairan dan jalur isap.
kondensor
katup
ekspansi
jalur
tekan
Jalur hisap
Evaporator
kompresor
jalur cair
Gambar 2.5 Perpipaan pada sistem refrigerasi
 Jalur cair
Jalur ini terletak antara kondensor dan evaporator. Pipa ini mengalirkan
cairan yang lebih tinggi rapat massanya dibandingkan uap pada bagian
lain, maka diameternya akan lebih kecil. Pada jalur ini tejadi penurunan
tekanan karena adanya katup ekspansi
Pipa refrigeran juga dipakai pada evaporator dan kondensor.

Untuk refrigeran flourokarbon menggunakan pipa tembaga pipa tanpa
sambungan (seamless). Ukuran biasa memakai OD (outside diameter).

Untuk amonia memakai pipa besi. Ukuran memakai OPS (iron pipe
size).
 Jalur hisap
Jalur ini terletak antara evaporator dan kompresor. Jalur hisap ini cukup
kritis dalam desain dan kontruksi karena berpengaruh pada penurunan
tekanan saat masuk kompresor.
19
 Jalur tekan
Jalur ini terletak antara kompresor dan kondensor. Pada jalur ini harus
dicegah aliran balik dari kondensor ke kompresor.
2.7
Sirip pendingin
Sirip pendingin yang dipakai pada evaporator dan kondesor terbuat dari
aluminium berbentuk plat persegi panjang yang disusun sejajar dengan jarak tiap
sirip sama. Fungsi sirip pendingin adalah sebagai media transfer panas secara
konveksi (Althouse, 1997).
2.8
Evaporator
Evaporator adalah komponen pada sistem pendingin yang berfungsi sebagai
penukar kalor, serta bertugas menguapkan refrigeran dalam sistem, sebelum
dihisap oleh kompresor. Panas udara sekeliling diserap evaporator yang
menyebabkan suhu udara disekeliling evaporator turun. Suhu udara yang rendah
ini dipindahkan ketempat lain dengan jalan dihembus oleh kipas, yang
menyebabkan terjadinya aliran udara (Stoecker, 1996).
Ada beberapa macam evaporator, sesuai dengan tujuan penggunaannya dan
bentuknya dapat berbeda-beda. Hal tersebut disebabkan karena media yang
hendak didinginkan dapat berupa gas, cairan atau padat. Maka evaporator dapat
dibagi menjadi beberapa golongan, sesuai dengan refrigeran yang ada di
dalamnya, yaitu : jenis ekspansi kering, jenis setengah basah, jenis basah, dan
sistem pompa cairan.
20
1) Jenis ekspansi kering
Dalam jenis ekspansi kering, cairan refrigeran yang diekspansikan melalui
katup ekspansi pada waktu masuk ke dalam evaporator sudah dalam keadaan
campuran cair dan uap, sehingga keluar dari evaporator dalam keadaan uap air.
2) Evaporator jenis setengah basah
Evaporator jenis setengah basah adalah evaporator dengan kondisi refrigeran
diantara evaporator jenis ekspansi kering dan evaporator jenis basah. Dalam
evaporator jenis ini, selalu terdapat refrigeran cair dalam pipa penguapnya.
3) Evaporator jenis basah
Dalam evaporator jenis basah, sebagian besar dari evaporator terisi oleh
cairan refrigeran.
2.8.1 Tipe Evaporator
Evaporator umumnya diklasifikasikan menjadi 2 tipe yaitu floaded type dan
dry type.

floaded type
Cairan refrigeran melingkupi permukaan perpindahan panas. Refrigeran
berada di luar susunan pipa dan fluida yang didinginkan berada di dalam susunan
pipa. Biasanya dipakai katup apung untuk mengekspansikan refrigeran.

Dry type
Refrigeran mengalir di dalam pipa dan fluida yang didinginkan mengalir di
luar pipa. Untuk mengatur laju aliran refrigeran dipakai pipa kapiler atau
21
thermostatik ekspansion (DX) coil yang banyak dipakai untuk AC sisi udara.
Untuk memperbesar perpindahan panas ditambahkan sirip.
Gambar 2.6 Evaporator berpendingin udara.
2.8.2 Perpidahan Kalor di dalam Evaporator
1) Koefisien perpindahan kalor
Perpindahan panas yang terjadi pada evaporator adalah konveksi paksa yang
terjadi di dalam dan di luar tube serta konduksi pada tubenya. Perpindahan panas
total yang terjadi merupakan kombinsi dari ketiganya. Harga koefisien
perpindahan panas menyeluruh ditentukan dengan menggunakan persamaan
berikut:
U =
1
……...………………..(2-16)
ln(ro / ri )
1
1


 Rfi  Rfo
hi ηo ho
2..k.l
22
Dengan:
U
hi
ho
ro
ri
l
k
Rfo
Rfi
= koefisien pepindahan panas menyeluruh, W/m2 oC
= koefisien perpindahan panas sisi refrigeran, W/m2 oC
=koefisien perpindahan panas sisi udara, W/m2 oC
= jari-jari luar pipa, m
= jari-jari dalam pipa, m
= tebal pipa, m
= konduktifitas termal pipa, W/m oC
= factor pengotoran sisi luar, m2 oC/W
= factor pengotoran sisi dalam, m2 oC/W
2) Faktor pengotoran
Setelah dipakai beberapa lama, permukaan perpindahan kolar penukar kalor
mungkin dilapisi oleh endapan yang biasa terdapat dalam aliran, atau permukaan
itu mungkin mengalami korosi sebagai akibat interaksi antara fluida dengan bahan
yang digunakan dalam kontruksi penukar kalor. Dari kedua hal tersebut, lapisan
itu memberikan tahanan termal tambahan terhadap aliran kalor, dan hal ini
menyebabkan menurunnya kemampuan kerja alat itu. Pengaruh menyeluruh
daripada hal tersebut diatas dinyatakan dengan faktor pengotoran, tahanan
pengotoran (Rf).
3) Kapasitas pendinginan dari evaporator
Jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran dari benda atau fluida yang
hendak didinginkan, dapat dituliskan sebagai berikut :
Q = U.A.tm ........................................................................................(2-17)
Sehingga,
A=
Q
..........................................................................................(2-18)
U .t m
dengan : U = koefisien perpindahan panas menyeluruh W/m2 0C
Q = Jumlah kalor yang diserap oleh refrigeran dalm evaporator, W
tm = perbedaan temperatur rata-rata, 0C
23
4) Perbedaan temperatur rata-rata log (LMTD)
Didalam evaporator, banyaknya perpindahan kalor dihitung berdasarkan
perbedaan temperatur logaritmik. Hal tersebut dilukiskan pada gambar di bawah
ini. Makin besar perbedaan temperatur rata-rata, makin kecil ukuran penukar kalor
(luas bidang perpindahan kalor) yang bersangkutan.
Namun, dalam hal tersebut diatas, temperatur penguapannya menjadi lebih
rendah, sehingga kemampuan kompresor akan berkurang dan kerugian biaya
opersinya makin besar.
Gambar 2.7 Selisih temperatur rata-rata evaporator
Beda susu rata-rata dapat dicari dengan persamaan
LMTD =
ΔT2 ΔT1
.........................................................................(2-19)
 ΔT2 

In 
 ΔT1 
Atau dengan kata-kata, ialah beda suhu pada satu ujung penukar kalor
dikurangi beda suhu pada ujung yang satunya lagi dibagi logaaritma alamiah dari
pada perbandingan kedua suhu tersebut (Holman, 1996).
2.9 Kompresor
24
Kompresor dapat dibagi dua jenis utama, kompresor positif dimana gas
dihisap masuk kedalam silinder dan dikompresikan dan jenis kompresor non
positif dimana gas yang dihisap masuk dipercepat alirannya oleh impeller
sehingga mengubah energi refrigeran menjadi energi tekanan.
2.9.1
Penggolongan kompresor
1) Penggolongan berdasarkan metode kompresi
Kerja tunggal (single acting)
Torak
Kerja ganda (double acting)
Torak bertingkat
Kompresor positif
Sekrup
Putar
Sentrifugal satu tingkat
Kompresor non positif
Sentrifugal banyak tingkat
Gambar 2.8 Penggolongan Kompresor Berdasarkan Metode Kompresi
2) Menurut bentuk
25
-
Kompresor horisontal
-
Kompresor vertical
-
Silinder banyak (jenis V, jenis W, jenis V-V)
3) Menurut kecepatan
-
Kecepatan tinggi
-
Kecepatan rendah
4) Menurut refrigeran
-
Kompresor ammonia
-
Kompresor freon
-
Kompresor CO2
5) Menurut konstruksi
2.9.2

-
Jenis terbuka
-
Jenis semi hermatik (semi kedap)
-
Jenis hermatik
Kompresor yang sering digunakan
Kompresor Torak Kecepatan Tinggi Bersilinder Banyak
Kecepatan yang tinggi dipergunakan apabila dipersilakan kapasitas lebih
besar. Tetapi kecepatan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya gerakan
besar yang diakibatkan oleh gerakan bolak-balik dari torak. Kecepatan
putar kompresor berkisar 900-1800 rpm. Dan daya penggerak kompresor
berkisar 3,7 sampai 200 Kw (Arismunandar, 2002)
26
Gambar 2.9 Konstruksi kompresor torak (silinder ganda) kecepatan tinggi

Kompresor putar
Dibandingkan dengan kompresor torak, kontruksi kompresor berputar
lebih sederhana dan komponen-komponennya lebih sedikit. Di samping
ini, untuk kapasitas kompresor yang lebih besar, pembuatannya lebih
mudah dan getarannya lebih kecil. Hal ini disebabkan karena pada
kompresor putar tidak terdapat bagian yang bergerak bolak-balik.

Kompresor sekrup
Kompresor sekrup mempunyai dua rotor yang berpasangan. Kompresor
sekrup mempunyai beberapa keuntungan yaitu bagian yang bergesekan
lebih sedikit, perbandingan kompresi tinggi dalam satu tingkat, relatif
stabil terhadap pengaruh cairan (kotoran) yang terserap dalam refrigeran.
Mekanisme kompresi dari kompresor sekrup melakukan tiga langkah yaitu
27
langkah isap, langkah kompresi, langkah buang. Seperti terlihat pada
gambar di bawah ini.
Gambar 2.10 Mekanisme Kompresor Sekrup

Kompresor semi hermatik
Pada kompresor semi hermatik listrik dibuat menjadi satu dengan
kompresor. Jadi, rotor motor listrik terletak di perpanjangan ruang engkol
dari kompresor tersebut, dengan jalan demikian tidak diperlukan lagi
penyekat sehingga dapat dicegah bocornya refrigeran. Di samping itu
kontruksinya lebih kompak dan bunyi mesin lebih halus.
Kompresor ini memerlukan insulator listrik yang baik, yaitu yang tahan
terhadap gas refrigeran. Jadi gas refrigeran sangat cocok untuk itu, sebab
selain tidak merusak insulator listrik, gas refrigeran juga mempunyai sifat
mengisolasi. Pada waktu ini kompresor semi hermatik untuk gas refrigeran
dibuat kira-kira sampai 40 kW.
28
Gambar 2.11 Penampang Kompresor Semi Hermatik

Kompresor hermatik
Hampir sama dengan kompresor semi hermatik. Perbedaannya hanya
terletak pada penyambungan rumah (baja) kompresor dengan stator motor
penggeraknya. Pada kompresor hermatik dipergunakan sambungan las
sehingga udara tertutup rapat seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Sedangkan pada kompresor semi harmatik rumah terbuat dari besi tuang,
29
bagian-bagian penutup dan penyambungannya masih bisa dibuka.
Kompresor hermatik dibuat untuk unit kapasitas rendah, sampai 7,5 kW
(Aris Munandar, 1992)
Gambar 2.12 Kompresor Putar Hermatik
2.10 Kondensor
Kondensor merupakan bagian dari mesin pendingin yang berfungsi untuk
membuang panas dari uap regrigeran. Proses pembuangan panas dari kondensor
terjadi karena adanya penurunan refrigeran dari kondisi uap lewat jenuh menuju
ke uap jenuh, kemudian terjadi proses perubahan fasa refrigeran yaitu dari fasa
uap menjadi fasa cair. Untuk mencairkan uap refrigeran yang bertekanan dan
bertemperatur tinggi, diperlukan usaha melepaskan panas sebanyak panas laten
pengembunan dengan cara mendinginkan uap refrigeran kepada media pendingin.
Jumlah panas yang dilepas di dalam kondensor sama dengan jumlah panas yang
diserap refrigeran di dalam evaporator dan panas ekivalen dengan energi yang
diperlukan untuk melakukan kerja kompresi.
30
2.10.1 Jenis-Jenis Kondensor
1. Kondensor Tabung dan Pipa Horisontal
Kondensor tabung dan pipa banyak digunakan pada unit kondensor
berukuran kecil sampai besar, unit pendingin air dan penyegar udara paket baik
untuk amonia maupun untuk freon.
Seperti pada gambar 2.12 di dalam kondensor tabung dan pipa terdapat
banyak pipa pendingin, dimana air pendingin mengalir dalm pipa tersebut. Ujung
dan pangkal pipa tersebut terkait dengan plat pipa, sedangkan diantara plat pipa
dan tutup tabung dipsang sekat-sekat, untuk membagi aliran yang melewati pipapipa tersebut tetapi juga untuk mengatur agar kecepatannya cukup tinggi 1 sampai
2 m/detik (Aris munandar, 1981).
Gambar 2.13 Kondensor Tabung dan Pipa Bersirip Horisontal
Air pendingin masuk kondensor dari bagian bawah, kemudian masuk ke
dalam pipa pendingin dan keluar pada bagian atas. Jumlah saluran air yang
terbentuk oleh sekat-sekat itu dinamai jumlah saluran. Jumlah saluran maksimum
31
yang dipakai adalah 12. Tahanan aliaran air pendingin dalam pipa bertambah
besar dengan banyaknya jumlah saluran.
Ciri-ciri kondensor tabung dan pipa adalah sebagai berikut:
1. Dapat dibuat dengan pipa pendingin bersirip, sehingga relatif berukuran lebih
kecil dan ringan.
2. Pipa air dapat dibuat dengan lebih mudah.
3. Bentuknya sederhana (horisontal) dan mudah pemasangannya.
4. Pipa pendingin mudah dibersihkan.
2. Kondensor Tabung dan Koil
Kondensor tabung dan koil banyak digunakan pada unit dengan freon sebagai
refrigeran berkapasitas relatif kecil, misalnya pada penyegar udara jenis paket,
pendinigin air dan sebagainya, pada gambar 2.13 digambarkan kondensor tabung
dan koil dengan koil pipa pendingin didalam tabung yang dipasang pada posisi
vertikal koil pipa pendingin tersebut biasanya terbuat dari tembaga, tanpa sirip
atau dengan sirip, pipa tersebut mudah dibuat dan murah harganya.
Pada kondensor tabung dan koil, air mengalir di dalam pipa pendingin.
Endapan dan kerak yang terbentuk di dalam pipa harus dibersihkan dengan
menggunakan zat kimia (deterjen).
Ciri-ciri kondensor tabung dan koil adalah sebagai berikut :
1.Harganya murah karena mudah pembuatannya.
2.Kompak karena posisi yang vertikal dan pemasangannnya yang mudah.
32
3.Boleh
dikatakan
tidak
mungkin
diganti
pipa
pendingin,
sedangkan
pembersihannya harus dihilangkan dengan deterjen.
Gambar 2.14 Kondensor tabung dan koil
3. Kondensor dengan pendingin udara
Kondensor pendingin udara terdiri dari koil pipa pendingin bersirip pelat
(pipa tembaga dan sirip aluminium atau pipa tembaga dengan sirip tembaga).
Udara mengalir dengan arah yang tegak lurus dengan pada bidang pendingin. Gas
refrigeran yang bertemperatur tinggi masuk ke bagian atas dari koil dan secara
berangsur-angsur mencair dalam aliran ke bagian bawah koil.
Gambar 2.15 Kondensor dengan Pendingin Udara
33
Ciri-ciri kondensor pendingin udara adalah sebagai berikut:
1. Tidak memerlukan pipa air pendingin, pompa air dan penampung air,
karena tidak menggunakan air.
2. Dapat dipasang dimana saja asal terdapat udara bebas.
3. Tidak mudah terjadi korosi karena permukaan koil kering.
4. Memerlukan pipa refrigeran tekanan tinggi yang panjang karena
kondensor biasanya diletakan diluar rumah.
5. Pada musim dingin, tekanan pengembunan perlu dikontrol untuk
mengatasi gangguan yang dapat terjadi karena turunnya tekanan
pengembunan yang terlalu besar, yang disebabkan oleh temperatur udara
atmosfir yang rendah.
2.8.1 Perpindahan panas
Perpidahan panas dalam kondensor sama dengan perpindahan kalor yang
terjadi dalam evaporator.
2.8.2 Perbedaan temperatur rata-rata log (LMTD)
Di dalam kondensor, banyaknya perpindahan kalor dihitung berdasarkan
perbedaan temperatur logaritmik. Hal tersebut dilukiskan pada gambar di bawah
ini. Makin besar perbedaan temperatur rata-rata, makin kecil ukuran penukar kalor
(luas bidang perpindahan kalor) yang bersangkutan.
34
suhu refrigeran masuk
suhu refrigeran keluar

LMTD

ba
peru
han
su
dar
hu u
a
suhu udara keluar
suhu udara masuk
Gambar 2.16 Selisih temperatur rata-rata log kondensor
2.9 Jenis-jenis alat ekspansi
1. Katup ekspansi
Komponen utama yang lain untuk mesin refrigerasi adalah katup ekspansi.
Katup ekspansi ini dipergunakan untuk menurunkan tekanan dan untuk
mengekspansikan secara adiabatik cairan yang bertekan dan bertemperatur tinggi
sampai mencapai tingkat tekanan dan temperatur rendah, atau mengekspansikan
refrigeran cair dari tekanan kondensasi ke tekanan evaporasi, refrigeran cair
diinjeksikan keluar melalui oriffice, refrigeran segera berubah menjadi kabut yang
tekanan dan teperaturnya rendah. Selain itu, katup ini juga sebagai alat konrol
refrigerasi yang berfungsi :

Mengatur jumlah refrigeran yang mengalir dari pipa cair menuju
evaporator sesuai dengan laju penguapan pada evaporator.

Mempertahankan perbedaan tekanan antara kondensor dan evaporator agar
penguapan pada evaporator berlangsung pada tekanan kerjanya.
35
2. Pipa kapiler
Pipa kapiler adalah salah satu alat ekspansi. Alat ekspansi ini mempunyai
dua kegunaan yaitu untuk menurunkan tekanan refrigeran cair dan untuk
mengatur aliran refrigeran ke evaporator. Cairan refrigeran memasuki pipa kapiler
tersebut dan mengalir sehingga tekanannya berkurang akibat dari gesekan dan
percepatan refrigeran. Pipa kapiler hampir melayani semua sistem refrigerasi yang
berukuran kecil, dan penggunaannya meluas hingga pada kapasitas regrigerasi
10kW. Pipa kapiler mempunyai ukuran panjang 1 hingga 6 meter, dengan
diameter dalam 0,5 sampai 2 mm (Stoecker, 1996). Diameter dan panjang pipa
kapiler ditetapkan berdasarkan kapasitas pendinginan, kondisi operasi dan jumlah
refrigeran dari mesin refrigerasi yang bersangkutan.
Konstruksi pipa kapilar sangat sederhana, sehingga jarang terjadi
gangguan. Pada waktu kompresor berhenti bekerja, pipa kapiler menghubungkan
bagian tekanan tinggi dengan bagian tekanan rendah, sehingga menyamakan
tekanannya dan memudahkan start berikutnya.
Evapolator
Pipa Kapilar
Strainer
Cairan Refri geran
dari kondensator
Gambar 2.17 Pipa kapiler
36
Keuntungan sistem refrigerasi menggunakan pipa kapiler :
1) Harga pipa kapiler murah.
2) Saat refrigeran masuk ke dalam sistem pipa kapiler, maka tekanan
refrigeran
akan menjadi kritis, sehingga tidak memerlukan receiver.
3) Jarang terjadi gangguan. Pada waktu kompresor berhenti bekerja, pipa
kapiler menghubungkan bagian tekanan tinggi dengan bagian tekanan
rendah, sehingga menyamakan tekanannya.
2.11 Beban pendinginan
Perhitungan beban pendinginan merupakan hal yang utama dalam
perancangan sistem pengkondisian udara. Hasil perhitungan tersebut nantinya
dapat menentukan berapa besar kapasitas mesin refrigerasi yang dibutuhkan agar
mampu mengkondisikan udara di dalam suatu ruangan sehingga terasa nyaman.
Perhitungan beban pendinginan yang akurat akan berpengaruh terhadap
optimasi dimensi mesin refrigerasi yang direncanakan. Beban pendinginan dibagi
menjadi dua yaitu beban pendinginan sensibel dan beban pendinginan laten
Dalam perhitungan ini dipakai perhitungan-perhitungan panas baik secara
konduksi, konveksi maupun radiasi. Beban pendinginan sensibel akan
berpengaruh terhadap naiknya temperatur, beban sensibel dapat disebabkan oleh
sinar matahari, transmisi, lampu penghuni, infiltrasi. Sedangkan beban laten akan
berpengaruh terhadap kelembaban udara. Beban ini dapat disebabkan infiltrasi,
ventilasi, penghuni dan lain sebagainya.
Download