BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fokus utama dari kebijakan moneter adalah mencapai dan memelihara laju inflasi yang rendah dan stabil. Sesuai dengan UU No. 3 Tahun 2004 Pasal 7, tujuan Bank Indonesia selaku pemangku kebijakan moneter adalah mencapai dan menstabilkan nilai rupiah. Kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada tingkat inflasi. Inflasi atau stabilitas harga merupakan barometer pertumbuhan ekonomi riil suatu negara. Menurut Nopirin (1987) inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum berbagai barang secara terus-menerus. Bukan berarti bahwa harga-harga berbagai macam barang itu naik dengan persentase yang sama. Terdapat kemungkinan kenaikan tersebut tidak bersamaan, yang penting adalah terdapat kenaikan harga umum barang secara terus-menerus selama periode tertentu. Kenaikan yang terjadi hanya sekali saja bukanlah merupakan inflasi. Inflasi merupakan salah satu indikator penting yang merepresentasikan kondisi perekonomian suatu negara. Tingkat inflasi yang stabil menjadi prasyarat pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena tingkat inflasi yang dijaga tetap rendah akan memberikan dampak positif. Pada dasarnya, inflasi perlu dihindari sebagaimana permasalahan ekonomi yang lain. Inflasi cenderung menurunkan taraf kemakmuran masyarakat. Hal ini dikarenakan inflasi menyebabkan turunnya 1 nilai uang yang dipegang oleh masyarakat secara riil sehingga daya beli dan keinginan untuk menabung pun menurun. Secara tidak langsung, turunnya minat masyarakat untuk menabung berpengaruh terhadap dunia usaha dan investasi yang kemudian sulit untuk berkembang. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan kepercayaan masyarakat terhadap mata uang yang digunakan menurun, minat investor-investor asing juga berkurang untuk berinvestasi di negara itu, sehingga menyebabkan perekonomian negara itu menurun. Tingkat inflasi domestik yang lebih tinggi dibanding dengan tingkat inflasi di negara tetangga bisa menjadikan tingkat bunga domestik riil menjadi tidak kompetitif sehingga dapat memberikan tekanan pada nilai rupiah (Kurniawan, 2013). Inflasi yang terjadi di negara berkembang relatif lebih tinggi dan lebih fluktuatif dibanding dengan negara maju. Secara umum, inflasi di negara maju relatif lebih stabil dan terkendali dengan tingkat yang rendah. Secara historis, dari waktu ke waktu inflasi di Indonesia cenderung memiliki tren yang terus meningkat, namun setelah adanya penerapan inflation targeting framework inflasi di Indonesia cukup stabil meskipun terdapat lonjakan tajam di tahun 2005 akibat adanya kenaikan harga BBM. Berikut adalah data inflasi di Indonesia: 2 Persen Gambar 1.1 Inflasi Indonesia Tahun 2006 - 2015 Tahun Sumber: Bank Indonesia (2016), diolah . Khalwaty (2000) berpendapat bahwa inflasi di negara-negara berkembang yang sedang melakukan pembangunan bersumber dari impor besar-besaran bahan baku industri yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Rumor politik juga memicu peningkatan inflasi. Selain itu, pola hidup masyarakat yang konsumtif juga berkontribusi dalam kenaikan laju inflasi di suatu negara. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, pada dasarnya terdapat banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya inflasi pada suatu perekonomian. Faktor penyebab inflasi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: inflasi yang diakibatkan perubahan dalam permintaan agregat (yang biasanya disebabkan perubahan dalam likuiditas dalam perekonomian) atau biasa disebut demand pull inflation dan inflasi yang diakibatkan perubahan dalam penawaran aggregat (cost push inflation). Kenaikan harga bahan mentah yang diimpor, kenaikan harga 3 bahan bakar, kenaikan tingkat upah buruh, dan peristiwa seperti terjadinya gagal panen dapat dikategorikan sebagai inflasi yang diakibatkan dalam perubahan penawaran agregat. Sebaliknya, faktor-faktor seperti pinjaman bank yang berlebihan, defisit anggaran belanja pemerintah dapat dimasukkan dalam kategori penyebab inflasi yang berasal dari perubahan dalam permintaan agregat. Pada dasarnya inflasi disebabkan oleh adanya kesenjangan antara kelebihan permintaan agregat dalam perekonomian yang tidak mampu diimbangi oleh penawaran agregat yang ada di dalam perekonomian itu. Keinginan masyarakat untuk melakukan pengeluaran yang direncanakan apabila tidak mampu diimbangi dengan pemenuhan produksi yang mencukupi, maka akan berdampak inflatoir. Menurut Kurniawan (2013), laju inflasi sebesar nol persen pada umumnya sulit dicapai karena banyak faktor yang mempengaruhi inflasi itu sendiri. Laju inflasi suatu negara biasanya ditarget pada tingkat yang rendah atau dibawah dua digit, karena laju inflasi yang rendah diyakini bisa menggairahkan perekonomian. Apabila inflasi terlalu berfluktuasi atau tidak stabil, maka akan menyebabkan dampak buruk bagi perekonomian sehingga pemerintah perlu campur tangan untuk mengatasi hal tersebut agar dampak negatif yang ditimbulkan dapat diminimalisir. Besarnya pengaruh inflasi terhadap perekonomian menjadikan inflasi perlu dikendalikan agar tetap terjaga rendah dan stabil. Oleh karena itu, analisis terhadap variabel-variabel penyebab inflasi menjadi sangat penting untuk 4 dilakukan karena berbagai kebijakan moneter diambil berdasarkan nilai inflasi dimasa yang akan datang. Tingkat inflasi, baik saat ini maupun yang akan datang (expected) memiliki efek yang penting bagi para pelaku ekonomi, khususnya dalam mengambil keputusan. Tingkat inflasi masa depan yang diramalkan (forecast), harus dapat dipergunakan sebagai anchor dari pelaksanaan kebijakan moneter bank sentral. Keputusan yang didasari oleh tingkat inflasi yang diramalkan, mungkin saja dapat menyesatkan apabila nilai inflasi yang diramalkan atau diekspektasikan menyimpang jauh dari tingkat inflasi yang sebenarnya. Ketidakpastian tingkat inflasi di masa depan membuat investor lebih memilih melakukan investasi finansial jangka pendek yang bersifat spekulatif daripada melakukan investasi proyek riil yang bersifat produktif. Untuk mengatasi suatu masalah dalam perekonomian, pengambil kebijakan perlu mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi inflasi agar dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk mengontrol inflasi. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui bagaimana respon inflasi dan bagaimana kontribusi variabel yang diduga mempengaruhi inflasi terhadap laju inflasi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor penyebab timbulnya inflasi dalam jangka panjang dan jangka pendek serta respon inflasi terhadap guncangan variabel penyebab inflasi. 5 1.2 Permasalahan Penelitian Pentingnya kestabilan tingkat harga dan adanya ketidakpastian mengenai tingkat inflasi di masa depan menyebabkan perlunya dilakukan pengendalian laju inflasi. Keberhasilan pengendalian inflasi dan penetapan target inflasi sangat dipengaruhi oleh identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi di Indonesia. Pengambil kebijakan perlu mengetahui faktor-faktor (variabel) apa saja yang mempengaruhi inflasi agar dapat merumuskan kebijakan yang tepat untuk mengendalikan inflasi. Berdasarkan penyebabnya, inflasi digolongkan menjadi dua, yaitu inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand pull inflation, sedangkan inflasi yang timbul karena kenaikan biaya produksi disebut cost push inflation. Pada kenyataannya, kedua macam inflasi ini jarang sekali dijumpai dalam bentuknya yang murni. Pada umumnya, inflasi yang terjadi adalah kombinasi dari kedua macam inflasi tersebut, dan seringkali keduanya saling memperkuat satu sama lain (Boediono 1985: 164). Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dalam penelitian ini akan mengkaji bagaimana respon inflasi terhadap guncangan pada faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi di Indonesia baik dari sisi demand yang diwakili oleh variabel BI rate, budget deficit, dan jumlah uang beredar serta dari sisi supply diwakili oleh variabel exchange rate, PDB riil, oil price dan wage. Selain itu, terdapat pula variabel ekspektasi inflasi untuk 6 mengetahui pengaruh psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga dimasa yang akan datang. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan permasalahan penelitian di atas, maka pertanyaan dari penelitian ini adalah: 1. apakah terdapat hubungan jangka panjang pada variabel budget deficit, BI rate, exchange rate, ekspektasi inflasi, jumlah uang beredar, oil price, PDB, dan wage terhadap inflasi di Indonesia pada tahun 2006:1 2. 2015:4? bagaimana respon dari inflasi terhadap guncangan budget deficit, BI rate, exchange rate, ekspektasi inflasi, jumlah uang beredar, oil price, PDB, dan wage di Indonesia pada tahun 2006:1 3. 2015:4? bagaimana kontribusi dari guncangan variabel budget deficit, BI rate, exchange rate, ekspektasi inflasi, jumlah uang beredar, oil price, PDB, dan wage terhadap pergerakan dari variabel inflasi di Indonesia pada tahun 2006:1 2015:4? 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 7 1. menganalisis hubungan jangka panjang pada variabel budget deficit, BI rate, exchange rate, ekspektasi inflasi, jumlah uang beredar, oil price, PDB, dan wage terhadap inflasi di Indonesia pada tahun 2006:1 2015:4; 2. menganalisis respon dari inflasi terhadap guncangan budget deficit, BI rate, exchange rate, ekspektasi inflasi, jumlah uang beredar, oil price, PDB, dan wage di Indonesia pada tahun 2006:1 3. 2015:4; menganalisis kontribusi dari guncangan variabel budget deficit, BI rate, exchange rate, ekspektasi inflasi, jumlah uang beredar, oil price, PDB, dan wage terhadap pergerakan dari variabel inflasi di Indonesia pada tahun 2006:1 2015:4. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, antara lain adalah: a. bagi penulis, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi wawasan baru mengenai faktor determinan inflasi di Indonesia; b. bagi pemerintah dan otoritas kebijakan moneter, penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberi informasi mengenai bagaimana respon inflasi akibat adanya guncangan variabel makro sehingga memudahkan dalam mengendalikan tingkat inflasi berdasarkan variabel yang mempengaruhinya; 8 c. bagi kalangan akademisi, bermanfaat untuk menambah pengetahuan dan memberi sumbangan pada penelitian lain dengan menjadikan penelitian ini sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini akan terdiri dari lima bab. Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini memaparkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini. Selain itu juga diuraikan landasan teori mengenai teori yang digunakan untuk mendekati permasalahan yang diteliti. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menguraikan tentang jenis dan sumber data, model penelitian, serta metode analisis data. 9 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjabarkan gambaran umum perkembangan masing-masing variabel dan penjelasan mengenai hasil perhitungan statistik dari hubungan masing-masing variabel termasuk dengan pengujian hipotesisnya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi tentang kesimpulan dari hasil analisis dan saran yang sesuai dengan permasalahan. 10