Metode Mengajar Yang Digunakan oleh Guru Ekonomi pada

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pembelajaran
Siswa adalah sebagai subjek dan sebagai objek dalam pembelajaran, maka inti
proses pembelajaran tidak lain adalah kegiatan siswa mencapai suatu tujuan
pembelajaran. Menurut Sudarwan (2010:190), ” kata ”pembelajaran” merujuk pada
subjek yang belajar secara konsisten melakukan perbuatan belajar itu”. Oleh karena
itu, siswa mempunyai tugas untuk belajar agar tujuan pembelajaran bisa tercapai.
Belajar memiliki banyak sekali pengertian maupun definisi, diantaranya
menurut Cronbach, “learning is show by change in behavior as a result of experience,
artinya belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman” (Siti Partini,
1986: 56-57).
Sedangkan Menurut Hintzman dalam bukunya The Psychology of learning
and memory berpendapat Learning is change in organism due to experience
which can affect the organism‘s behavior. Artinya, belajar adalah suatu
perubahan yang terjadi dalam diri organisme ( manusia atau hewan )
disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkahlaku
organisme tersebut ( Syah Muhibin, 2008: 90).
Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan belajar, dalam penelitian ini adalah proses memahami sesuatu yang
menghasilkan suatu perubahan dalam seseorang akibat adanya latihan dan
pengalaman. Pengalaman tersebut akan didapat siswa dalam proses pembelajaran
yang terjadi di kelas.
Menurut W. Gulo (2004:8), “belajar adalah suatu proses yang berlangsung di
dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah laku dalam
berfikir, bersikap, dan berbuat”. Oleh karena itu, siswa yang belajar pada hakekatnya
ingin adanya perubahan dalam dirinya.
Perubahan yang terjadi dalam diri siswa diharapkan berguna dikemudian hari
maka, “tujuan belajar yang utama ialah bahwa apa yang dipelajari itu berguna di
kemudian hari, yakni membantu kita untuk dapat terus belajar dengan cara yang lebih
mudah” (S. Nasution, 2008: 3).
6
Selain siswa, guru juga mempunyai tugas dalam pembelajaran yaitu mengajar.
“Masing-masing guru berbeda dalam pengalaman, pengetahuan, kemampuan
menyajikan pelajaran, gaya mengajar, pandangan hidup, maupun wawasannya”(W.
Gulo, 2004:8).
“Tugas mengajar lebih menekankan pengembangan kemampuan penalaran
dan tugas melatih menekankan pada pengembangan kemampuan penerapan teknologi
dengan cara melatih berbagai ketrampilan “( Marno & M. Idris, 2008:19).
Kegiatan mengajar bagi seorang guru tentunya membutuhkan siswa, hal
tersebut tidak dapat dilepaskan. Akan tetapi, siswa di dalam kegiatannya belajar tidak
selamanya membutuhkan guru.
Menurut Wina Sanjaya (2007:94),”secara deskriptif mengajar diartikan
sebagai proses penyampaian informasi atau pengetahuan dari guru kepada siswa”.
Penyampaian informasi akan berjalan efektif apabila guru dan murid sama-sama
paham terhadap informasi yang diberikan guru .
Berdasarkan pengertian tersebut, “maka tekanan pada strategi belajar
mengajar terletak pada guru itu sendiri, guru berlaku sebagai sumber informasi
mempunyai posisi sangat dominant”(W. Gulo, 2004:5). Oleh karena itu, nantinya
akan menimbulkan suatu strategi pembelajaran yang berpusat pada guru atau yang
disebut teacher centre strategies.
Menurut W. Gulo (2004:6), “pendekatan lain berpangkal dari pengertian
mengajar sebagai usaha menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan
kegiatan belajar. Mengajar dalam arti ini adalah usaha menciptakan suasana belajar
bagi siswa secar optimal”. Oleh karena itu, pembelajaran ini berpusat pada siswa
atau yang disebut student centre strategies.
Jadi, dari beberapa pengertian mengajar tersebut maka yang dimaksud
mengajar, dalam penelitian ini adalah suatu kegiatan menciptakan suasana belajar
yang berguna untuk
penyampaian informasi atau pengetahuan dalam proses
pembelajaran dari guru kepada siswa. Pengertian ini nampaknya selaras dengan UU
No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:
7
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. (Wina
Sanjaya,2007:2).
Terdapat beberapa hal penting dari konsep pendidikan menurut undangundang tersebut. Salah satunya yaitu, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana,
kalimat ini berarti pendidikan yang dilakukan di sekolah bukanlah kegiatan yang
dilaksanakan secara asal-asalan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai sehingga
semua yang dilakukan guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan.
Jadi, dalam pembelajaran pun juga mempunyai tujuan, tujuan pembelajaran
itu merupakan penjabaran akhir dari tujuan pendidikan nasional.
Tujuan pendidikan dari yang bersifat umum sampai kepada tujuan khususu itu
dapat diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:
1.Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
2.Tujuan Institusional (TI)
3.Tujuan Kurikuler (TK)
4.Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran (TP) ( Wina Sanjaya,
2007:62–63).
Pada hakekatnya tujuan pembelajaran tidak lain adalah siswa dapat
mengembangkan kemampuannya akibat dari mempelajari suatu materi yang telah
disampaikan oleh guru.
Sekolah merupakan salah satu tempat berlangsungnya proses pembelajaran
yang terjadi di dalam kelas. Proses pembelajaran tersebut terjadi antara guru dan
siswa. Pembelajaran sedikit berbeda dengan pengajaran, pengajaran lebih ditekankan
kepada kegiatan guru dalam mengajar sedangkan pembelajaran lebih luas tidak hanya
kegiatan guru saja tetapi juga kegiatan siswa dalam belajar.
Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar antara guru dan siswa untuk
mempelajari suatu materi pelajaran. ”Dalam kegiatan pembelajaran , guru dituntut
untuk memiliki sikap terbuka dan sabar agar dengan hati yang jernih dan rasional
dapat memahami siswanya” ( Aunurrahman, 2011:14).
8
Guru mempunyai tugas untuk mengajar sedangkan siswa mempunyai tugas
untuk belajar. “Guru yang mengajar anak didik yang belajar adalah dwi tunggal
dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan anak didik” ( Syaiful dan Aswan,
2002: 45). Hal ini tidak bisa terlepas dengan sendirinya, maka tujuan pembelajaran
tidak akan tercapai apabila salah satu tidak menjalankan tugasnya.
B. Model, Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik Pembelajaran
Istilah-istilah pembelajaran seperti model, pendekatan, strategi, metode, dan teknik
sering digunakan secara bergantian, walaupun pada dasarnya istilah-istilah tersebut
memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Berbagai istilah tersebut biasanya juga
disamakan, padahal memiliki perbedaan secara esensial. berikut ini penjelasannya.
1. Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran sudah terangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model
pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk
pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh
guru.
Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari
penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Dalam kamus besar
bahasa Indonesia model diartikan sebagai pola (contoh,acuan, ragam, dsb) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan (2005:751).
Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (J.J
Hasibuddin dan Moedjiono, 2002:5-6) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model
pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3)
model personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati
demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan
dengan strategi pembelajaran.
( Ismail, 2011 dalam
http://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertianstrategi-pendekatan-model-teknik-dan-metode-pembelajaran/ )
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksdud dengan model
pembelajaran, dalam penelitian ini adalah suatu kesatuan yang terdiri dari
pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran.
2. Pendekatan Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran, Noeng Muhadjir (2000: 140) memberikan defenisi
pendekatan sebagai cara untuk menganalisis, memperlakukan, dan mengevaluasi
suatu objek. Misalnya, dalam pembelajaran peserta didik dilihat dari sudut interaksi
sosialnya, maka ada pendekatan individual dan pendekatan kelompok.
9
Menurut Anthony (St Y Slamet, 2007: 50) pendekatan mengacu kepada seperangkat
asumsi yang saling berkaitan dan berhubungan dengan pengajaran. Pendekatan
merupakan
dasar
teoritis
untuk
suatu
metode.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
( Ismail, 2011 dalam
http://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertianstrategi-pendekatan-model-teknik-dan-metode-pembelajaran/ )
Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan pendekatan
pembelajaran, dalam penelitian ini adalah sudut pandang atau titik pusat yang
dijadikan sebagai objek dalam pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran
Secara bahasa, strategi dapat diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara, sedangkan
secara umum strategi adalah suatu garis besar haluan dalam bertindak untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan (Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno,
2007: 3).
Dalam konteks pengajaran, menurut Gagne (Iskandarwassid & Dadang Sunendar,
2008: 3) strategi adalah kemampuan internal seseorang untuk berpikir, memecahkan
masalah, dan mengambil keputusan. Artinya, bahwa proses pembelajaran akan
menyebabkan peserta didik berpikir secara unik untuk dapat menganalisi,
memecahkan masalah di dalam mengambil keputusan.
Menurut Kozna (1989) secara umum menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat
diartikan sebagai setiap kegiatan yang dipilih, yaitu yang dapat memberikan fasilitas
atau bantuan kepada peserta didik menuju tercapainya tujuan pembelajaran tertentu.
Pendapat yang sama datang dari Gerlanch dan Ely (1980) menjelaskan bahwa strategi
pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode
pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu. Selanjutnya diperjelas lagi
oleh Dick dan Carey (1990) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas
seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar
yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan
pembelajaran tertentu. Begitu juga dengan Gropper (1990) mengatakan bahwa
strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (Hamza B. Uno, 2009:1).
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi diartikan sebagai rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus (2005: 1092). Menurut J.J
10
Hasibuddin dan Moedjiono (2002:3) strategi pembelajaran adalah pola umum
perbuatan guru-murid di dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran.
Pengertian strategi dalam hal ini menunjuk kepada karakteristik abstrak dari rentetan
perbuatan
guru-murid
di
dalam
peristiwa
pembelajaran.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi
pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Strategi pada
dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil
dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual learning
(Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara
pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran
induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
( Ismail, 2011 dalam
http://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertianstrategi-pendekatan-model-teknik-dan-metode-pembelajaran/ )
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat maka yang dimaksud dengan
strategi pembelajran, dalam penelitian ini adalah suatu keputusan yang diambil oleh
guru untuk memilih metode mengajar yang tepat digunakan agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
4.Metode Mengajar
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efesien
(Suwardi, 2007: 61). Metode pembelajaran berarti cara-cara yang dipakai oleh guru
agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efesien.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara teratur yang
digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang
dikehendaki (2005: 740). Beberapa metode pembelajaran seperti metode ceramah,
metode Tanya jawab, metode diskusi, metode kerja kelompok, simulasi, metode
demonstrasi, dan sebagainya
.Menurut J.J Hasibuddin dan Moedjiono (2002:3) metode pembelajaran adalah alat
yang dapat merupakan bagian dari perangkat alat dan cara dalam pelaksanaan suatu
strategi pembelajaran. Karena strategi merupakan sarana atau alat untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran, maka metode pembelajaran merupakan alat pula untuk
mencapai tujuan.
Metode merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih dalam
mencapai tujuan belajar, sehingga bagi sumber belajar dalam menggunakan suatu
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan jenis strategi yang digunakan.
Ketepatan penggunaan suatu metode akan menunjukkan fungsionalnya strategi dalam
kegiatan pembelajaran.
11
( Ismail, 2011 dalam
http://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertianstrategi-pendekatan-model-teknik-dan-metode-pembelajaran/ )
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan
metode mengajar, dalam penelitian ini adalah cara-cara mengajar yang digunakan
oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa pada proses
pembelajaran.
5.Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan ke dalam teknik dan gaya pembelajaran.
Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan sebagai cara yang dilakukan
seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan jumlah siswa yang relatif
banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan berbeda
dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang jumlah siswanya terbatas.
Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi, perlu digunakan teknik yang
berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif dengan kelas yang siswanya
tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat berganti-ganti teknik meskipun dalam
koridor metode yang sama.
Menurut Gerlach dan Ely (Hamzah B Uno, 2009: 2) teknik adalah jalan, alat, atau
media yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik kearah
tujuan yang ingin dicapai. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik diartikan
sebagai metode atau sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan seni (2005: 1158).
( Ismail, 2011 dalam
http://ismailbugis.wordpress.com/2011/06/19/pengertianstrategi-pendekatan-model-teknik-dan-metode-pembelajaran/)
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka yang dimaksud dengan teknik
pembelajaran, dalam penelitian ini adalah cara yang digunakan untuk memperlancar
metode yang digunakan dalam pembelajaran.
C. Komponen Pembelajaran
Pembelajaran memiliki beberapa komponen,”komponen-komponen dalam
pembelajaran tersebut adalah tujuan, materi pelajaran, metode atau strategi
pembelajaran, media dan evaluasi” (Wina Sanjaya,2007:56). Dalam proses
pembelajaran, komponene-komponen tersebut tidak bisa lepas sendiri-sendiri
dikarenakan saling berhubungan yang membentuk sebuah sistem.
12
Tujuan merupakan komponen pertama, tujuan pembelajaran biasanya dibuat
oleh guru dengan mengacu pada tujuan kurikuler. Walaupun guru yang membuat
tujuan pembelajaran akan tetapi, harus selaras dengan tujuan kurikuler, institusional
dan pendidikan nasional. Pembelajaran yang baik apabila tujuannya tercapai,
sehingga guru yang berhasil adalah guru yang mampu merubah siswanya sesuai
dengan tujuan yang dibuatnya.
Komponen kedua yaitu isi/materi pelajaran. Menur R. Ibrahim & Nana
(2003:100), ” materi pelajaran merupakan suatu yang diasjikan guru untuk diolah dan
kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan instruksional
yang telah ditetapkan”.
Materi pelajaran tidak hanya dari buku teks, bisa dari
berbagai sumber yang lain misalkan artikel, koran, film, dan lain-lain.
Metode atau strategi merupakan komponen ketiga. Menurut Wina (2007:58),
“ keberhasilan pencapaian tujuan sangat ditentukan oleh komponen ini”.Metode
adalah suatu cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa pada proses pembelajaran.
Menurut R. Ibrahim & Nana (2010:108), ”untuk memilih metode mengajar
yang akan digunkan dalam rangka perencanaan pengajaran, perlu dipertimbangkan
faktor-faktor tertentu antara lain: kesesuaiannya dengan tujuan instruksional serta
keterlaksanaannya dilihat dari waktu dan sarana yang ada. Jadi, dari beberapa
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode mengajar yang baik
yaitu sesuai dengan tujuan, waktu dan sarana.
Ada beberapa metode mengajar yang dapat digunakan guru sebagai berikut :
metode ceramah, metode mencatat, metode tanya jawab, metode diskusi, metode
demonstrasi, metode simulasi, metode pemberian tugas, dan metode karyawisata.
Media sebagai komponen selanjutnya juga mempunyai peran, bisa dikatakan
bahwa media itu sebagai sarana untuk mempermudah penyampaian materi kepada
siswa. Ada yang berpendapat bahwa media adalah alat atau bahan yang digunakan
dalam pembelajaran, namun pendapat lain mengatakan bahwa media itu meliputi
orang, alat, kegiatan maupun bahan.
Selanjutnya komponen terakhir pada pembelajaran yaitu evaluasi. ”Sedangkan
evaluasi pembelajaran merupakan proses sistematis untuk memperoleh informasi
13
tentang keefektifan proses pembelajaran dalam membantu siswa mencapai tujuan
pembelajaran secara optimal” (Syafarruddin & Irwan, 2005:137). Oleh karena itu,
guru mempunyai tugas untuk mengevaluasi sejauh mana pembelajaran yang telah
berlanangsung sesuaikah dengan tujuan yang dibuat.
Dengan evaluasi akan didapat hasil atas perencanaan pembelajaran yang
dibuat dan dilaksanakan. R. Ibrahim & Nana (2003:126) berpendapat bahwa, “ atas
dasar hasil evaluasi tersebut dapat dilakukan perbaikan-perbaikan yang diperlukan,
baik pada waktu program masih berjalan maupun setelah program itu selesai
dilaksanakan”.
D. Metode Mengajar
Banyak sekali metode mengajar yang bisa digunakan oleh guru dalam
mengajar sesuai dengan materi yang akan disampaikan, diantara sebagai berikut :
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yaitu cara mengajar secara lisan yang lebih banyak dipakai
guru dalam mengajar.
2. Metode Demonstrasi
Metode ini biasanya membutuhkan beberapa alat yang digunakan dalam
proses demonstrasi atau melakukan suatu eksperimen. Guru harus memilki
keahlian dalam penggunaan alat atau saat melakukan demonstrasi.
3. Metode Tanya Jawab
Guru biasanya memberikan pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi
yang diajarkan, siswa kemudian menjawabnya. Penggunaan ini lebih banyak
tanya jawab antara guru dan siswa.
4. Metode Penampilan
”Metode penampilan adalah bentuk praktik oleh siswa di bawah bimbingan
dari dekat oleh guru. Praktik tersebut dilaksanakan atas dasar penjelasan atau
demonstrasi yang diterima atau diamati siswa”( Martinis, 2007:143).
5. Metode Diskusi
” Metode diskusi merupakan interaksi antara siswa dan siswi dengan guru
untuk menganalisis, memecahkan, menggali atau memperdebatkan topik atau
14
permasalahan tertentu” (Martinis,2005:69).
6. Metode Pemberian Tugas
Guru dalam menggunakan metode ini biasanya memberikan tugas atau
kegiatan kepada siswa untuk dikerjakan sendiri. Pemberian tugas dapat berupa
latihan soal, mencari jurnal, dan penelitian.
7. Metode Pembelajaran Terprogram
”Metode pembelajaran terprogram menggunakan bahan pengajaran yang
dipersiapkan secara khusus. Isi pengajaran di dalamnya harus dipecahkan
menjadi langkah-langkah kecil, diurut dengan cermat, diarahkan untuk
mengurangi kesalahan, dan diikuti dengan umpan balik segera” ( Martinis,
2007:143).
8. Metode Pemecahan Masalah
Siswa dilatih untuk memberikan solusi terhadap beberapa masalah yang ada
yang dialami. Guru biasanya memberikan suatu permasalahan kepada siswa,
tentunya akan berbeda jawaban dari masing-masing siswa.
9. Metode Studi Kasus
Dalam metode ini siswa memilki tugas ganda yaitu menemukan masalah yang
sebenarnya terjadi dan memberikan solusinya. Guru hanya memberikan suatu
kasus atau peristiwa.
10. Metode Seminar
”Metode seminar merupakan kegiatan belajar sekelompok siswa untuk
membahas topik, masalah tertentu. setiap anggota kelompok seminar dituntut
agar berperan aktif, dan kepada mereka dibebankan tanggung jawab untuk
mendapatkan solusi dari topik, maslah yang dipecahkan” ( Martinis,
2007:152).
11. Metode Proyek
Suatu metode dengan memberikan tugas kepada siswa untuk dikerjakan
secara individu. biasanya siswa dituntut untuk mengamati dan meneliti.
Setelah itu siswa diminta membuat laporan dari tugas yang diberikan dalam
bentuk makalah.
15
E. Kerangka Dasar Penelitian
Secara keseluruhan kerangka dasar dalam penelitian ini sebagai berikut.
input
output
Proses Pembelajaran
Metode Mengajar
yang digunakan
Siswa merupakan input atau masukan dalam proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran, siswa dituntut untuk melaksanakan tugas yaitu belajar dan juga
perannya. Selain siswa, Guru juga dituntut untuk melaksanakn tugasnya yaitu
mengajar dan juga perannya.
Mengajar tentunya menggunakan metode yang sesuai dengan materi yang
diajarkan. Metode mengajar selalu bertambah macamnya, namun metode mengajar
seperti ceramah masih dipakai sampai saat ini. Terlepas dari itu, yang lebih penting
dalam pemakaian metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan, waktu, dan
sarana. Hal tersebut perlu dipertimbangkan agar efektif dan efisien, sehingga tujuan
dari pembelajaran tercapai.
Setelah terjadi proses pembelajaran, tentunya akan mendapatkan sebuah hasil
yang disebut output atau keluaran. Output dalam proses pembelajaran yaitu siswa
yang telah mengalami perubahan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai pada
pembelajaran .
Setiap siswa pasti menginginkan adanya perubahan yang lebih baik, terlebih
lagi guru juga menginginkan perubahan pada siswa sesuai dengan rencana
pembelajaran yang dibuat guru.
16
F. Penelitian Terdahulu
1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Rinawati, berjudul Tanggapan Siswa
Terhadap Pembelajaran Matematika Kelas II SMA Negeri 1 Suruh Semester IV
2004/2005. Sebagai berikut :
Hasil dari analisis yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu analisis
pendahulauan dan analisis lanjut, diperoleh kesimpuln bahwa tanggapan
siswa terhadap pembelajran matematika kelas II SMA Negeri 1 suruh
semester IV 2004/2005 adalah baik. Adapun sarannya adalah sebagai
berikut :
1. Agar tanggapan siswa terhadap pembelajaran matematika lebih baik,
hendaknya guru dalam menyampaikan materi dengan menambah
metode mengajar selain metode ceramah, metode mencatat, dan
metode tanya jawab. Misalnya guru dapat menambah dengan metode
diskusi kelompok.
2. Sebelum mata pelajaran matematika dimulai, guru dharapkan
menyampaikan sistem belajar mengajar dengan satuan pembelajaran
yang jelas.
3. Guru diharapkan sering memonitoring kemajuan siswa dalam
mengerjakan tugas-tugasnya.
4. Guru diharapkan memberikan perhatian dalam pengelolaan
manajemen kelas. ( Wahyu: 2005)
2. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Herni Sukaesi, berjudul Implementasi
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pada strategi belajar mengajar mata
pelajaran ekonomi di SMA Negeri 1 Bawang Kabupaten Banjarnegara tahun
pelajaran 2007/2008. Sebagai berikut :
Kesimpulan dari penelitian ini adalah menyebutkan bahwa (1)
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Strategi Belajar
Mengajar Mata Pelajaran Ekonomi masih belum terlaksana dengan baik.
Hal ini terjadi karena meskipun guru sudah berusaha memakai metode
yang berbeda dalam mengajar, namun tetap saja siswa menempatkan guru
sebagai sumber utama mereka dalam belajar di sekolah, (2) Faktor yang
mendukung dan menghambat implementasi Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan pada Strategi Belajr Mengajar Mata Pelajaran
Ekonomi adalah adanya guru yang berusaha menyampaikan materi dengan
metode yang bervariasi, serta sudah mencoba merencanakan semua
dengan matang. Sedangkan faktor penghambatnya adalah; masalah waktu
yang terbatas, motivasi dari siswa yang berbeda-beda, menyebabkan siswa
juga memiliki sikap yang berbeda dalam menerima pelajaran Ekonomi,
dan belum tersediaanya fasilitas di SMA Negeri 1 Bawang untuk
mendukung terlaksananya implementasi KTSP mapel Ekonomi, serta
17
sumber belajar yang ada belum dioptimalkan pemanfaatannya, seperti
adanya perpustakaan yang berisi buku-buku, yang tidak menjadi pilihan
siswa sebagai sumber belajar. (3) Upaya yang dilakukan untuk
mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada
Strategi Belajr Mengajar Mata Pelajaran Ekonomi adalah guru
menyiapkan semua perangkat mengajar, mulai dari membuat rencana
pelaksanaan pembelajaran yang berpedoman pada silabus dari pusat, serta
guru sudah berusaha memotivasi siswa dan menggunakan metode yang
berbeda dalam mengajar untuk mengantisipasi kejenuhan pada siswa.
(
Herni,
2009
dalam
http://digilib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=9280 )
18
Download